BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan dan Desain Pelabuhan Pelabuhan sebagai tempat berlabuhnya kapal-kapal dikehendaki merupakan suatu tempat yang terlindung dari gerakan gelombang laut, sehingga bongkar muat dapat dilaksanakan demi menjamin keamanan barang. Secara teknis pelabuhan adalah salah satu bagian dari Ilmu Bangunan Maritim, dimana padanya dimungkinkan kapal- kapal berlabuh atau bersandar dan kemudian dilakukan bongkar muat.Dari segi manajemen pelabuhan (bina pengusahaan) berarti pengaturan (prosedur) kegiatan-kegiatan sejak kedatangan kapal, bongkar muat barang, keberangkatan kapal dan hubungan pelabuhan dengan daerah-daerah lain/pedalamannya; kegiatan-kegiatan tersebut harus dapat dilola secara efisien. 1 2.1.1 Survei 1 Soedjono Kramadibrata, “Perencanaan Pelabuhan”, Bandung, 1985, halaman 18- 64. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pelabuhan dan Desain Pelabuhan
Pelabuhan sebagai tempat berlabuhnya kapal-kapal dikehendaki merupakan suatu tempat
yang terlindung dari gerakan gelombang laut, sehingga bongkar muat dapat dilaksanakan demi
menjamin keamanan barang. Secara teknis pelabuhan adalah salah satu bagian dari Ilmu
Bangunan Maritim, dimana padanya dimungkinkan kapal-kapal berlabuh atau bersandar dan
kemudian dilakukan bongkar muat.Dari segi manajemen pelabuhan (bina pengusahaan) berarti
pengaturan (prosedur) kegiatan-kegiatan sejak kedatangan kapal, bongkar muat barang,
keberangkatan kapal dan hubungan pelabuhan dengan daerah-daerah lain/pedalamannya;
kegiatan-kegiatan tersebut harus dapat dilola secara efisien.1
2.1.1 Survei
Penyelidikan terhadap lokasi pelabuhan sebelum melakukan perencanaan pengembangan
pelabuhan, hal ini sangat diperlukan untuk memperoleh data-data yang mewakili lokasi tersebut
sebagai input saat proses perencanaan berjalan. Adapun survei-survei yang perlu dilakukan
adalah :
a. Survei Hidrografi dan Topografi
Keadaan topografi daratan dan bawah laut harus memungkinkan untuk membangun suatu
pelabuhan dan kemungkinan untuk pengembangan di masa mendatang. Daerah daratan harus
cukup luas untuk membangun suatu fasilitas pelabuhan seperti dermaga, jalan, gudang dan
1 Soedjono Kramadibrata, “Perencanaan Pelabuhan”, Bandung, 1985, halaman 18-64. 1
juga daerah industri. Apabila daerah daratan sempit maka pantai harus cukup luas dan
dangkal untuk memungkinkan perluasan daratan dengan melakukan penimbunan pantai
tersebut. Daerah yang akan digunakan untuk perairan pelabuhan harus mempunyai
kedalaman yang cukup sehingga kapal-kapal bisa masuk ke pelabuhan.2
Survei Hidrografi dilaksanakan guna mendapatkan peta hidrografi, peta hidrografi yang
diperoleh sedapat mungkin adalah peta terbaru. Adanya peta hidrografi akan membantu
proses perencanaan yang membutuhkan data bathimetri (kedalaman air) yang tersaji dalam
bentuk grafik yang diperoleh dari pengukuran kedalaman air atau garis batas ketinggian
dasar laut, survei bathimetri dilaksanakan menggunakan echo-sounder.
Survei Topografi diperlukan untuk menentukan titik-titik pantai. Survei terhadap wilayah
daratan yang terkait dengan pekerjaan-pekerjaan pelabuhan tersebut juga diperlukan. Setelah
dilakukan penelitian terhadap rencana lokasi pelabuhan baru, harus ditentukan outline
wilayah survei dan titik-titik yang harus ditetapkan. Ketika proyek berlangsung tingkat
kecermatan pekerjaan survei akan meningkat sehingga derajat ketelitiannya menjadi lebih
tinggi.3
b. Survei Hidro-Oseanografi
Oseanografi adalah studi tentang perilaku dari laut, yaitu suatu kisaran fenomena laut
yang luas. Faktor-faktor penting yang harus diperhatikan untuk proyek pelabuhan adalah
gelombang, arus dan pasang surut.4
Gelombang menimbulkan gaya-gaya yang bekerja pada kapal dan bangunan pelabuhan.
Untuk menghindari gangguan gelombang terhadap kapal yang berlabuh maka dibuat
bangunan pelindung yang disebut pemecah gelombang. Pasang surut adalah fluktuasi muka
2 Triatmodjo, Bambang. “Pelabuhan”. Yogyakarta. 1996. Hal 30-31.3 Departemen Perhubungan, “Pedoman Pembangunan Pelabuhan”, Jakarta, 2000, hal. 79.4 Departemen Perhubungan, “Pedoman Pembangunan Pelabuhan”, Jakarta, 2000, hal. 80.
2
air laut sebagai fungsi waktu karena adanya gaya tarik benda-benda langit, terutama matahari
dan bulan terhadap massa air laut di bumi. Meskipun massa bulan jauh lebih kecil dari
matahari, tetapi karena jaraknya terhadap bumi jauh lebih dekat, maka pengaruh gaya tarik
bulan terhadap bumi lebih besar daripada gaya tarik matahari.5
c. Penyelidikan Tanah
Untuk menunjang perencanaan geoteknik dan pondasi untuk proyek pembangunan
pelabuhan, pekerjaan survei penyelidikan tanah diperlukan untuk memperoleh data tanah
bawah permukaan beserta parameter-parameter yang sangat diperlukan dalam analisis dan
desain dari proyek ini.
Berikut ini adalah metode-metode utama yang digunakan untuk menyelidiki lapisan-
lapisan bawah tanah:6
Pengeboran dengan tabung
Pengeboran dengan putaran
Uji Penetrometer
Wash probe
Vane test
Eksporasi geofisika
2.1.2 Analisis
a. Kriteria Desain
b. Layout Dermaga
c. Analisis Pasang Surut
5 Triatmodjo, Bambang. “Pelabuhan”. Yogyakarta. 1996. Hal 31-50.6 Departemen Perhubungan, “Pedoman Pembangunan Pelabuhan”, Jakarta, 2000, hal. 81-82.
3
Pasang surut merupakan fenomena fisika oseanografi yang perlu dipelajari dalam upaya
memahami pola sirkulasi massa air laut. Parameter pasang surut ini umumnya menentukan
gerakan air dalam periode tengah harian sampai harian, tergantung pada tipe pasang surut
yang terjadi pada perairan tersebut.
Untuk memperkirakan keadaan pasang surut, terdapat banyak komponen-komponen yang
mempengaruhi pasang surut. Seperti pada beberapa negera di Eropa memperhitungkan lebih
dari 60 komponen, USA memperhitungkan 37 komponen, sedang Jawatan Hidrografi ALRI
meperhitungkan 7 komponen. Komponen utama adalah sebagai gaya tarik bulan dan
matahari (lunar and solar component). Komponen lainnya adalah non-astronomis. Dalam
buku-buku daftar Arus Pasang Surut (Tidal Stream Tables) di Kepulauan Indonesia yang
dikeluarkan Jawatan Hidrografi ALRI, pengaruh pasang surut tidak hanya dipengaruhi oleh
bulan dan matahari, tetapi dipengaruhi pula oleh lima benda angkasa lain yang berdasarkan
pendapat Prof. Dr. P. J u/d Stok dengan jabaran seperti TABEL7
7 Soedjono Kramadibrata, Perencanaan Pelabuhan, hal 193, Bandung, ITB, 2002.4
Secara praktis seorang perencana pelabuhan harus mengetahui keadaan pasang surut suatu
daerah lokasi sebelum perencanaan dimulai. Data-data pasang surut yang perlu diketahui,
yaitu taraf dari:
d. Analisis Angin dan Gelombang
e. Analisis Struktur Tanah
2.2 Dermaga (Gambar-gambar)
Dermaga adalah suatu struktur fasilitas pelabuhan yang dibangun di laut atau sungai yang
menghubungkan bagian darat dan terdiri dari bangunan atas yang dibuat dari balok, pelat lantai dan tiang
pancang yang mendukung bangunan diatasnya. Konstruksi dermaga diperlukan untuk menahan gaya-gaya
akibat tumbukan kapal dan beban selama proses bongkar muat barang.8
Berdasarkan konstruksinya dermaga dapat dibedakan menjadi 5 (lima) tipe :
1. Dermaga Dinding Berbobot
Konstruksi dermaga terdiri dari blok-blok beton besar yang diatur sedemikian sehingga membuat
sudut 60° dengan garis horizontal. Besar blok beton disesuaikan dengan kapasitas angkat dari keran.
Perletakan blok beton dengan letak miring ini dimaksudkan agar terjadi geseran antar blok beton
satu dengan lainnya, sehingga dicapai kesatuan konstruksi yang mampu memikul beban-beban
vertical dan horizontal pada dermaga. Pada dasar konstruksi ini sebelumnya dilakukan perbaikan
tanah, yaitu dengan cara mengeruk lapisan lumpur untuk kemudian diganti dengan lapisan pasir.
Sesuai dengan kedalaman yang diperlukan, karakteristik tanah, peralatan yang tersedia dan
manusia pelaksana yang terdapat pada satu lokasi, maka cara fondasi tiang pancang umumnya sangat
menguntungkan. Macam tiang pancang ini dapat dari kayu ulin, baja atau beton (bertulang/pratekan).
Untuk kedalaman fondasi yang dalam, biasanya digunakan tiang beton pratekan atau tiang baja. Pada
beberapa hal dapat pula digunakan tiang bersambung, asal saja sambungan tiang ini mampu
meneruskan gaya-gaya dan momen-momen lentur.
6
3. Dermaga Dengan Dinding Turap atau Dinding Penahan
Untuk keadaan karakteristik tanah tertentu, maka konstruksi dermaga dapat dibuat dari turap
ataupun dinding penahan tanah. Dinding penahan tanah atau turap beton dapat digunakan untuk
kedalaman perairan –(2,00 – 4,00) MLLW. Kedalaman yang lebih besar biasanya digunakan turap
baja.
4. Dermaga Konstruksi Kaison
Konstruksi kaison untuk pembangunan dermaga dapat diterapkan bila karakteristik tanah adalah
jelek. Kaison adalah suatu konstruksi kotak-kotak beton bertulang yang dibuat di darat dan dengan
cara mengapungkan dan dihela pada posisi yang diinginkan kemudian ditenggelamkan dengan
mengisi dinding kamar-kamar kaison dengan pasir laut. Agar tanah dapat memikul beban kaison,
maka dilakukan perbaikan tanah.
5. Dermaga Dengan Konstruksi Ganda
Pada keadaan karakteristik tanah yang kurang menguntungkan dapat dikembangkan konstruksi
ganda, yaitu suatu kombinasi tiang pancang dimana di atasnya ditempatkan dinding penahan tanah
dengan sekat-sekat (counterforts); pada bagian muka dapat ditempatkan turap yang berfungsi
menahan tanah. Di atas dinding penahan tanah tersebut bila diperlukan dapat ditempatkan keran
tambatan; kemiringan tiang-tiang pancang untuk menahan gaya-gaya horizontal dapat diambil 1 : 20.
Dengan konstruksi semacam ini, maka tidak diperlukan perbaikan tanah.9
2.3 Dermaga Peti Kemas
Setelah mengenal pengertian Dermaga secara bentuk dan konstruksinya, perlu diketahui juga bahwa
dermaga melayani bermacam-macam muatan dari kapal. Berdasarkan jenis muatannya tersebut maka
mempengaruhi karakteristik dari dermaga. Salah satu dari macam muatan yang biasa dilayani oleh
9 Soedjono Kramadibrata, Perencanaan Pelabuhan, hal 374-378, Bandung Ganesha Exacta, 1985.7
dermaga adalah Peti Kemas (Container), dermaga untuk Peti Kemas memiliki apron yang luas untuk
manuver pengangkutan peti kemas dan tergabung dengan tempat penimbunan terbuka yang sangat luas.
Panjang dermaga untuk satu kapal peti kemas adalah 200-250 m. Luas dari lapangan terbuka ± 40.000 m2
dan bila perlu ditambah dengan stasiun pengemasan peti kemas (container freight station).10
Pada awalnya, permasalahan yang telah dipelajari sebagai serangkaian fase yang saling
terkait, satu dari setiap fase memiliki sejumlah keterkaitan operasional :
1. Pembungkusan barang, unitizing, dan operasi pengangkutan.
2. Penentuan arah (routing), marshalling, dan mengendalikan seluruh input dan output dari
komando (agents).
3. Freight-forwarding, kapal umpan, konsolidasi.
4. Bongkar/Muat dan atau and/or memindahkan seluruh barang dari agen pengirim.
5. Memindahkan seluruh muatan petikemas ke apron sandaran kapal dan keberangkatan
kapal.11
Terkait dengan muatan peti kemas di dermaga yang berasal dari kapal yang mengangkut
muatan peti kemas, kapal ini tentunya mempunyai karakteristik khusus yang mengharuskan
dermaga menyesuaikan dengan kapal. Untuk merencanakan sebuah dermaga peti kemas,
perencana harus mengetahui karakteristik kapal peti kemas, karena dari karakteristik kapal ini
dapat diketahui ukuran-ukuran pokok kapal untuk menentukan ukuran teknis dermaga.
Tergantung dari jenis muatan yang diangkut, bentuk badan kapal, kecepatan, dan lain
sebagainya, ukuran besar kapal tersebut menentukan dimensi kapal yaitu, panjang/lebar dan
kedalaman dalam ukuran satuan panjang (lihat Gambar)
10 Soedjono Kramadibrata, Perencanaan Pelabuhan, hal 317, Bandung, ITB, 2002.11 Per Bruun, Port Engineering Third Edition, hal. 31, Houston, Gulf Publishing Company, 1981.
8
Di bawah ini diberikan beberapa ukuran dasar terhadap rencana karakteristik kapal yang
akan digunakan dalam perencanaan pelabuhan:12
Tabel 2.1 Ukuran Pokok Kapal Petikemas dan Kebutuhan Dermaga
Sumber : Technical Standards and Commentaries for Port and Harbour Facilities in Japan.
2.4 Perencanaan Konstruksi Dermaga
Pelabuhan merupakan kawasan dan dermaga adalah salah satu sarana yang sangat
berpengaruh di dalam sebuah pelabuhan, sehingga untuk merencanakan sebuah dermaga baik
pembangunan dermaga baru maupun perkuatan dermaga diperlukan suatu kajian yang baik.
Perencanaan konstruksi dermaga harus memperhatikan prinsip-prinsip desain konstruksi
dermaga yang standar, perencanaan pembebanan di dermaga yang akan dibangun, gaya-gaya
12 Soedjono Kramadibrata, hal. 99-100.9
eksternal yang bekerja pada dermaga tersebut, dan penentuan desain komponen-komponen
konstruksi dermaga. Berikut ini akan dipaparkan tahapan-tahapan untuk perencanaan konstruksi