Journal Reading Psikiatri Gejala depresi adalah predictor utama untuk Subjektif Kualitas Tidur pada Pasien dengan Penurunan kognitif ringan - Sebuah Studi Controlled Tony Hermawan Pembimbing: dr Hang Gunawan A, Sp.KJ diajukan untuk memenuhi persyaratan stase di bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/RSUP dr. Kariadi Semarang 0
22
Embed
Depressive Symptoms Are the Main Predictor for Subjective Sleep Quality in Patients With Mild Cognitive Impairment
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Journal Reading Psikiatri
Gejala depresi adalah predictor utama untuk Subjektif Kualitas Tidur pada Pasien dengan Penurunan kognitif ringan
- Sebuah Studi Controlled
Tony Hermawan
Pembimbing:dr Hang Gunawan A, Sp.KJ
diajukan untuk memenuhi persyaratan stase di bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/RSUP dr. Kariadi Semarang
BAGIAN/SMF NEUROLOGI FK. UNIVERSITAS DIPONEGORO/RSUP DR. KARIADISEMARANG
2015
0
Abstrak
Tujuan
Data terkontrol pada prediktor dari kualitas tidur subjektif pada pasien dengan keluhan
memori jarang. Untuk meningkatkan jumlah data yang komprehensif tentang topik ini, kami
menilai faktor yang terkait dengan kualitas tidur subjektif pada pasien dari klinik memori
kami dan individu yang sehat.
Metode
Antara Februari 2012 dan Agustus 2014 pasien dengan gangguan kognitif ringan (MCI) dan
penurunan kognitif subjektif (SCD) dari klinik memori dan kontrol yang sehat direkrut.
Terpisah dari pemeriksaan neuropsikologi rinci, kualitas tidur subjektif, kantuk di siang hari
dan gejala depresi dinilai menggunakan Sleep Kualitas Indeks Pittsburgh (PSQI), yang
Kantuk Skala Epworth (ESS) dan Beck Depression Inventory (BDI-II).
Hasil
Seratus lima puluh delapan pasien berturut-turut (132 (84%) pasien MCI dan 26 (16%) pasien
SCD) dan 75 kontrol sehat dilibatkan dalam penelitian tersebut. Pairwise comparison dari
skor PSQI menunjukkan bahwa pasien MCI non-amnestik (naMCI) (5,4 ± 3,5) memiliki skor
PSQI signifikan lebih tinggi daripada kelompok kontrol (4,3 ± 2,8, p = 003). Pairwise
comparison dari subscores PSQI menunjukkan bahwa pasien naMCI (1,1 ± 0,4 ) memiliki
"gangguan tidur" lebih signifikan dari kontrol (0,9 ± 0,5, p = .003). pasien MCI Amnestic
(AMCI) (0,8 ± 1,2, p = 0,006) dan pasien naMCI (0,7 ± 1,2, p = .002) menggunakan "obat
tidur" secara signifikan lebih sering daripada kontrol (0,1 ± 0,6). Baik pada pasien AMCI
(11,5 ± 8,6 , p <.001) dan pasien naMCI (11,5 ± 8,6, p <.001) menunjukkan secara signifikan
skor BDI-II lebih tinggi dari kontrol sehat (6.1 ± 5.3). Analisis regresi linier menunjukkan
bahwa kualitas tidur subjektif diprediksi oleh gejala depresi di AMCI (p <.0001) dan naMCI
(p <.0001) pasien serta kontrol (p <.0001). Ini berarti, bahwa gejala depresi lebih memburuk
kualitas tidur subjektif. Pada pasien AMCI kami juga menemukan interaksi yang signifikan
antara gejala depresi dan fungsi kognitif global (p = .002)
Diskusi
Gejala depresi merupakan prediktor utama pada kualitas tidur subjektif pada pasien dengan
MCI dan kontrol tapi tidak pada pasien dengan SCD. Fungsi kognitif global yang lebih baik
memperbaiki efek negatif dari gejala depresi pada kualitas tidur subjektif pasien MCI.
1
Pendahuluan
Berdasarkan dari semakin banyaknya bukti ilmiah, kita mengetahui bahwa defisit kognitif,
gangguan mood dan tidur non-restorative entah mengapa saling berhubungan. Berdasarkan
dari definisi mana yang dipakai untuk mild cognitive impairment (MCI) antara 14% dan 63%
dari pasien MCI melaporkan adanya tidur non-restorative. Beberapa penelitian belah lintang
telah melaporkan adanya hubungan u-shaped terbalik antara kualitas tidur dan status kognitif,
dengan individu yang menderita dementia sedang menunjukan ganggauan tidur yang lebih
banyak daripada individu yang berada pada demensia stadium awal atau lanjut. Naismith dan
rekan secara elegan mendemonstrasikan bahwa gangguan siklus bangun-tidur berhubungan
dengan fungsi neuropsikologis yang buruk, bahkan setelah mengontrol depresi dan apnea.
Gejala depresi, kognisi, penggunaan anti depresan, konsumsi alkohol, umur dan pendidikan
telah dikenal sebagai prediktor signifikan dari self-reported self quality pada pasien MCI.
Penurunan kognitif subjektif (SCD) pada lanjut usia lebih berhubungan dengan gejala depresi
daripada dengan perburukan kemampuan kognitif objektif. Pasien SCD juga lebih sering
menderita insomnia daripada kelompok kontrol sehat. Sebuah penelitian longitudinal pada
laki laki lebih tua menemukan bahwa gangguan pada irama sirkadian istirahat-aktivitas
memberikan kontribusi pada perburukan gejala depresi.
Sejauh sepengetahuan kami, tidak ada penelitian lain yang mencoba menginvestigasi
prediktor independen dari kualitas tidur subjektif pada pasien dengan SCD dan MCI
menggunakan desain penelitian kontrol. Oleh karena itu, kami melakukan penelitian belah
lintang pada pasien dari departemen rawat jalan untuk gangguan memori dan kontrol sehat
dan menilai prediktor potensial dari kualitas tidur subjektif mereka.
Material dan Metoda.
Antara bulan februari 2012 dan Mei 2014 secara consecutive, pasien pada layanan rawat jalan
untuk gangguan memori, baik yang berasal dari rujukan spesialis saraf atau berkunjung untuk
melakukan pemeriksaan follow-up, menjalani wawancara semi terstruktur yang mencakup
riwayat kesehatan umum, pemeriksaan neurologis dan tes neuropsikolog detail. Protokol
penelitian telah mengalami penyesuaian dengan Helsinki Declaration dan disetujui oleh
komite etika dari universitas kedokteran Vienna. Consent tertulis diambil dari setiap
partisipan.
2
Kriteria inklusi dan eksklusi serupa dengan penelitan dari kelompok kami yang telah
dipublikasikan. Pasien diekslusi dari penelitan apabila terdapat salah satu dari kondisi
berikut:
i. Bukti adanya stroke yang ditentukan dengan pemeriksaan neuroradiologi atau
pemeriksaan klinis.
ii. Riwayat cedera kepala.
iii. Diagnosis psikiatri saat ini menurut kriteria ICD-10,Meskipun demikian, pasien
dengan gejala (sub-) depresi diinklusi karena gejala (sub-) depresi jarang terjadi
pada pasien lanjut usia.
iv. Kondisi medis apapun yang menyebabkan penurunan fungsi kognitif berat
termasuk ginjal, pernafasa, kardiak dan penyakit hepar.
v. Diagnosis demensia menurut kriteria DSM IV.
Setelah penyelesaian evaluasi, status kognitif dari subtipe MCI ditentukan menurut kriteria
Petersen, dan nilai cut-off digunakan menggunakan standar deviasi 1.5 dibawah usia dan
pendidikan terkoreksi menggunakan contoh sampel standard dari kontrol dengan kognitif
sehat. Untuk tujuan ini, model GAMLLS fleksibel (Generalized Additive Models for
Location, Scale and Shape) digunakan. Mode minimum dari klasifikasi MCI digunakan dan
pasien dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan fitur kognitif sebagai berikut masing-
masing :
- Pasien gangguan kognitif subjektif (SCD) (semua dengan rata rata z-scores dari tiap
pemeriksaan neuropsikologis lebih besar dari -1.5 SD).
- Amnestic MCI (aMCI) ( paling tidak satu z-score tes memori dibawah -1.5SD)
- Dan pasien non amnestic MCI (naMCI) (satu z-score dari paling tidak satu domain
dari domain selain domain memori dibawah -1.5 SD).
SCD didefinisikan menurut kriteria penelitian yang dipublikasikan oleh Jessen dkk :
1. Pengalaman diri sendiri dari penurunan kapasitas kognitif dibandingkan dengan status
normal sebelumnya dan tidak berhubungan dengan kejadian akut.
2. Penyesuan kemampuan dari usia normal, jenis kelamin dan pendidikan dari tes
kognitif yang terstandar yang digunakan untuk mengklasifikasikan mild cognitive
impairment (MCI) atau demensia alzheimer prodromal (AD). Untuk menilai keluhan
memori subjektif (SMC), digunakan skala forgetfulness assesment inventory (FAI).
3
Kehati-hatian digunakan untuk mendaftarkan sejumlah kontrol sehat yang hidup secara
mandiri dirumah. Mereka menjalani evaluasi screening yang teliti menggunakan screening
kognitif dan wawancara klinis. Prosedur imaging, pemeriksaan neurologis, tes darah
laboratorium standard dan laporan dari informan tidak diikutkan pada evaluasi. Mereka
dinilai berada dalam kondisi kesehatan yang baik. Kriteria dari fungsi yang sehat
diidentifikasian serupa dengan penelitian dari Mayo :
i. Tidak ada kelainan neurologi ataupun psikiatri.
ii. Tidak ada pengobatan psikotropik.
iii. Dan subjek dapat mengalami kondisi kelainan medis tetapi baik kondisi medis
ataupun medikasinya tidak mengganggu fungsi kognitif.
Status kognitif diberikan perhatian khusus dan kontrol dengan kognitif sehat menjalani
screening untuk kognisi intak. Mereka perlu nilai lebih dari 27 pada pemeriksaan MMSE.
Kualitas tidur subjektif dinilai menggunan Pitssburgh Sleep Quality Index (PSQI) versi
Jerman sebuah kuesioner yang mengukur kualitas tidur selama bulan sebelumnya
menggunakan 7 subskala yang mengukur komponen tidur yang berbeda meliputi : kualitas