DEPRESI PASCA PERSALINAN 8 – 12% wanita pasca persalinan akan menampakkan tanda – tanda depressi dalam 5 bulan pertama pasca persalinan. Resiko tinggi mengalami kejadian ini : 1. Ibu berusia < 16 t ahun 2. Riway at kelu arga de ngan d epres i atau p ernah me nderit a depr esi 3. Depr esi pada masa hami l 4. Masalah hubun gan kelua rga pada masa rema ja 5. Tidak ada duk unga n dari pa sang an selama keh amilan , persa linan 6. Merawat ba yi se ndirian tan pa ke luarga atau t eman 7. Peng alama n negatif sa at berhub ungan de ngan tena ga keseh atan selama kehamilan 8. Riwaya t kompl ikasi kehamilan PSIKOSIS PASCA PERSALINAN 1 – 3% wanita mengalami kejadian psikosis pasca persalinan dalam bentuk manik atau depresi naun ada juga yang diselingi dengan episode skisofrenik • Gangguan ini dapat terjadi secara mendadak pada hari 5 – 15 pasca persalinan. Pada awalnya pasien merasa bingHome • Kontak • Layanan • Profil Penulis
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
○ PENERAPAN TERAPI “BACK IN CONTROL (BIC)” PADA ANAK
ADHD (ATTENTION DEFICITS HIPERACTIVITY DISORDER)
○ PENERAPAN TERAPI BERMAIN BAGI PENYANDANG AUTISME (3)
• KOMENTAR
○ V3 on Kecemasan menghadapi menopause
○ Emil on kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit
○ agus s on kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit
○ nelly on SKIZOFRENIA
○ nuri on PENERAPAN TERAPI “BACK IN CONTROL (BIC)” PADA
ANAK ADHD (ATTENTION DEFICITS HIPERACTIVITY DISORDER)
○ triwahjono on Kontak
○ nasrul on kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit
○ riris on kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit
○ ipech on Depresi Postpartum
○ grace on Kontak
• Top Clicks
○ setiyo.wordpress.com
Depresi Postpartum
Posted on December 29, 2007 by klinis
1. Pengertian Kecenderungan depresi postpartum
Menurut Sudarsono (1997), kecenderungan adalah hasrat, keinginan yang selalu
timnbul berulang-ulang. Sedangkan Anshari (1996), berpendapat bahwa
kecenderungan merupskan susunan atau disposisi untuk berkelakuan dalam cara
yang benar.
haplin (1995), mengartikan kecenderungan sebagai satu set atau satu susunansikap untuk bertingkah laku dengan cara tertentu. Soekanto (1993), menyatakan
Sebagian perempuan menganggap bahwa masa–masa setelah melahirkan adalah
masa–masa sulit yang akan menyebabkan mereka mengalami tekanan secara
emosional. Gangguan–gangguan psikologis yang muncul akan mengurangi
kebahagiaan yang dirasakan, dan sedikit banyak mempengaruhi hubungan anak
dan ibu dikemudian hari. Hal ini bisa muncul dalam durasi yang sangat singkat atau
berupa serangan yang sangat berat selama berbulan–bulan atau bertahun – tahun
lamanya.
Secara umum sebagaian besar wanita mengalami gangguan emosional setelah
melahirkan. Clydde (Regina dkk, 2001), bentuk gangguan postpartum yang umum
adalah depresi, mudah marah dan terutama mudah frustasi serta emosional.
angguan mood selama periode postpartum merupakan salah satu gangguan yang
paling sering terjadi pada wanita baik primipara maupun multipara. Menurut DSM-IV,
gangguan pascasalin diklasifikasikan dalam gangguan mood dan onset gejala
adalah dalam 4 minggu pascapersalinan.
da 3 tipe gangguan mood pascasalin, diantaranya adalah maternity blues,
postpartum depression dan postpartum psychosis (Ling dan Duff, 2001).
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Paltiel (Koblinsky dkk, 1997), bahwa
ada 3 golongan gangguan psikis pascasalin yaitu postpartum blues atau seringdisebut juga sebagai maternity blues yaitu kesedihan pasca persalinan yang bersifat
sementara. Postpartum depression yaitu depresi pasca persalinan yang berlangsung
sampai berminggu – minggu atau bulan dan kadang ada diantara mereka yang tidak
menyadari bahwa yang sedang dialaminya merupakan penyakit. Postpartum
psychosis, dalam kondisi seperti ini terjadi tekanan jiwa yang sangat berat karena
bisa menetap sampai setahun dan bisa juga selalu kambuh gangguan kejiwaannya
setiap pasca melahirkan.
Depresi postpartum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun 1988. Pitt (Regina
dkk, 2001), depresi postpartum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari
dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan, dan
kehilangan libido (kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan suami). Masih
menurut Pitt (Regina dkk, 2001) tingkat keparahan depresi postpartum bervariasi.
Keadaan ekstrem yang paling ringan yaitu saat ibu mengalami “kesedihan
sementara” yang berlangsung sangat cepat pada masa awal postpartum, ini disebut
dengan the blues atau maternity blues. Gangguan postpartum yang paling berat
disebut psikosis postpartum atau melankolia. Diantara 2 keadaan ekstrem tersebut
terdapat kedaan yang relatif mempunyai tingkat keparahan sedang yang disebut
neurosa depresi atau depresi postpartum.
Menurut Duffet-Smith (1995), depresi pascasalin bisa berkaitan dengan terjadinya
akumulasi stres. Ada stres yang tidak dapat dihindari, seperti operasi. Depresi
adalah pengalaman yang negatif ketika semua persoalan tamapak tidak
terpecahkan. Persoalan juga tidak akan terpecahkan dengan berpikir lebih positif,
tetapi sikap itu akan membuat depresi lebih dapat dikendalikan.
Masih menurut Duffet-Smith, faktor kunci dalam depresi pasca persalinan adalah
kecapaian yang menjadi kelelahan total. Kepercayaan diri ibu dapat luntur jika ibu
merasa tidak mampu menanganinya dan menjadi frustasi karena kelemahan
fisiknya.
Inwood (Regina dkk, 2001) menghubungkan fenomena depresi postpartum dengan
gangguan perasaan mayor seperti kesedihan, perasaan tidak mampu, kelelahan,
insomnia dan anhedonia. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Sloane dan
Bennedict (1997), depresi postpartum merupakan tekanan jiwa sesudah melahirkan,
mungkin seorang ibu baru akan merasa benar – benar tidak berdaya dan merasa
serba kurang mampu, tertindih oleh beban tanggung jawab terhadap bayi dan
keluarganya, tidak bisa melakukan apapun untuk menghilangkan perasaan itu.
Depresi pascalahir dapat berlangsung sampai 3 bulan atau lebih dan berkembangmenjadi depresi lain yang lebih berat atau lebih ringan. Gejalanya sama saja tetapi
disamping itu ibu mungkin terlalu memikirkan kesehatan bayinya dan
kemampuannya sebagai seorang ibu (Wilkinson, 1995).
Monks dkk (1988), menyatakan bahwa depresi postpartum merupakan problem
psikis sesudah melahirkan seperti labilitas afek, kecemasan dan depresi pada ibu
yang dapat berlangsung berbulan – bulan. Sloane dan Bennedict (1997)
menyatakan bahwa depresi postpartum biasanya terjadi pada 4 hari pertama masa
setelah melahirkan dan berlangsung terus 1 – 2 minggu.
Llewellyn–Jones (1994), menyatakan bahwa wanita yang didiagnosa secara klinis
pada masa postpartum mengalami depresi dalam 3 bulan pertama setelah
melahirkan. Wanita yang menderita depresi postpartum adalah mereka yang secara
sosial dan emosional merasa terasingkan atau mudah tegang dalam setiap kejadian
hidupnya.
erdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa depresi postpartum adalah
gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi pada 10 hari pertama
mendasarinya seperti kecemasan dan depresi atau gangguan emosi lain yang
terjadi dalam hidup manusia.
. Phobia. Rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau keadaan yang
tidak dapat dihilangkan atau ditekan oleh pasien, biarpun diketahuinya bahwa hal itu
irasional adanya. Ibu yang melahirkan dengan bedah Caesar sering merasakan
kembali dan mengingat kelahiran yang dijalaninya. Ibu yang menjalani bedah
Caesar akan merasakan emosi yang bermacam–macam. Keadaan ini dimulai
dengan perasaan syok dan tidak percaya terhadap apa yang telah terjadi. Wanita
yang pernah mengalami bedah Caesar akan melahirkan dengan bedah Caesar pula
untuk kehamilan berikutnya. Hal ini bisa membuat rasa takut terhadap peralatan
peralatan operasi dan jarum (Duffet-Smith, 1995).
d. Kecemasan. Ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul karena
dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi sumbernya
sebagian besar tidak diketahuinya.
e. Meningkatnya sensitivitas. Periode pasca kelahiran meliputi banyak sekali
penyesuaian diri dan pembiasaan diri. Bayi harus diurus, ibu harus pulih kembali dari
persalinan anak, ibu harus belajar bagaimana merawat bayi, ibu perlu belajar
merasa puas atau bahagia terhadap dirinya sendiri sebagai seorang ibu. Kurangnya
pengalaman atau kurangnya rasa percaya diri dengan bayi yang lahir, atau waktudan tuntutan yang ekstensif akan meningkatkan sensitivitas ibu (Santrock, 2002).
f. Perubahan mood.
enurut Sloane dan Bennedict (1997), menyatakan bahwa depresi postpartum
muncul dengan gejala sebagai berikut : kurang nafsu makan, sedih – murung,
perasaan tidak berharga, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa
terganggu dengan perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai diri, anhedonia,
menyalahkan diri, lemah dalam kehendak, tidak mempunyai harapan untuk masa
depan, tidak mau berhubungan dengan orang lain. Di sisi lain kadang ibu jengkel
dan sulit untuk mencintai bayinya yang tidak mau tidur dan menangis terus serta
mengotori kain yang baru diganti. Hal ini menimbulkan kecemasan dan perasaan
bersalah pada diri ibu walau jarang ditemui ibu yang benar–benar memusuhi
bayinya.
Menurut Nevid dkk (1997), depresi postpartum sering disertai gangguan nafsu
makan dan gangguan tidur, rendahnya harga diri dan kesulitan untuk
mempertahankan konsentrasi atau perhatian.
Kriteria diagnosis spesifik depresi postpartum tidak dimasukkan di dalam DSM-IV,
Nadesul, H. 1992. Seri Kesehatan Keluarga Hippocrates. Jakarta : Arcan.
Nevid, J. S dan Rathus, S. A. 1997. Abnormal Psychology in Changing World. Third
edition. USA : Prentice-Hall Inc.
Paltiel, F. K. 1997. Kesehatan Jiwa Wanita : Suatu Perspektif Global. DalamKoblinsky, M, Timyan, J dan Gay, J. (ed). Kesehatan Wanita : Sebuah Perspektif
Global. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Regina, Pudjibudojo, J. K dan Malinton, P. K. 2001. Hubungan Antara Depresi
Postpartum Dengan Kepuasan Seksual Pada Ibu Primipara. Anima Indonesian
Psychological Journal. Vol. 16. No. 3. 300 – 314.
Santrock, J .W. 2002. Perkembangan Masa Hidup. Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Sloane, P. D, dan Benedict, S. 1997. Petunjuk Lengkap Kehamilan. Jakarta : MitraUtama.
Soekanto. 1993. Kamus Sosiologi. Jakarta : PT. Raja Grafindo.
Steiner, M. 2005. Premenstrual Syndrome and Premenstrual Dysphoric Disorder.
Diakses 17 April 2005. Http//www.psychdirect.com/women/PMS.htm.
Sudarsono. 1997. Kamus Konseling. Jakarta : Rineka Cipta.
Suparlan, YB, Rachmanto, W, dan Pardiman, S. 1990. Kamus Istilah Kependudukan
dan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Kanisius.
Wiknjosastro, H, Saifudin, BR, dan Rachimhadhi, T. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Wilkinson, G. 1992. Buku Pintar Kesehatan : Depresi. Jakarta : Arcan.
www.bluerider.com/wordseach/primipara. Primipara.
www.ivillage.co.uk/pregnancyandbaby/tools.pregnancy_gloss. Look Up Any Word In
Our Glossary.
www.Jawaban.com. Urutan Kelahiran.
Yanita, A, dan Zamralita. 2001. Persepsi Perempuan Primipara Tentang Dukungan
Suami Dalam Usaha Menanggulangi Gejala Depresi pascasalin. Phronesis. Vol.3.