Top Banner
196

denpasar - Universitas Udayana

Apr 05, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: denpasar - Universitas Udayana
Page 2: denpasar - Universitas Udayana

Peta Kota Denpasar, 2010.

Page 3: denpasar - Universitas Udayana

Cipta PaduraksaJl Beliton No. 3

DenpasarBali, 80112Indonesia

Telephone: (0361) 298507

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang© 2019

ISBN 978-602-51132-4-6

DENPASAR KOTA MULTI PERSPEKTIF

OLEH PUTU RUMAWAN SALAIN

Page 4: denpasar - Universitas Udayana

4

Foto Sampul : Putu Rumawan SalainDesain Layout : I Putu Zenit ArimbhawaDesain Grafis : Putu Adhy Rukmana Setiawan SalainPenyunting : Nyoman Ratih Prajnyani Salain Made Suksma Prijandhini Devi SalainKontributor Foto : Putu Rumawan Salain. Kecuali gambar Catuspatha, Puri Denpasar, dan foto Gedung Sewaka DharmaPendanaan & Konsumsi : Siti Noor MeijatryPenerbit : PT Cipta Paduraksa DenpasarPercetakan : CV Cipta Denpasar

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.Isi diluar tanggung jawab percetakan

ISBN 978-602-51132-4-6

Page 5: denpasar - Universitas Udayana

5

Foto Sampul : Putu Rumawan SalainDesain Layout : I Putu Zenit ArimbhawaDesain Grafis : Putu Adhy Rukmana Setiawan SalainPenyunting : Nyoman Ratih Prajnyani Salain Made Suksma Prijandhini Devi SalainKontributor Foto : Putu Rumawan Salain. Kecuali gambar Catuspatha, Puri Denpasar, dan foto Gedung Sewaka DharmaPendanaan & Konsumsi : Siti Noor Meijatry

KATA SAMBUTANKOORDINATOR PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS UDAYANA

Om Swastyastu,

Selaku Koordinator Prodi Arsitektur, pribadi maupun kolega dari Prof. Dr. Ir. Putu Rumawan Salain, M.Si, saya ucapkan selamat dan menyampaikan apresiasi atas upayanya untuk mempublikasikan dan atau menerbitkan buku “Denpasar Kota Multi Perspektif ”. Buku yang membahas Kota Denpasar ini merupakan kumpulan dari beberapa tulisan/kajian lepas dengan berbagai sudut pandang atas ruang dan waktunya.

Buku ini terbit sebagai sebuah upaya untuk melengkapi referen-si tentang kota dengan mengangkat Kota Denpasar yang sangat menarik. Kota Denpasar digambarkan tumbuh dan berkembang pesat dengan beragam perkembangan dan perubahan sejak era ker-ajaan, penjajahan, kemerdekaan hingga kini di era globalisasi men-jelang menjadi kota metropolitan.

Pemilihan dan penyusunan setiap topik pada buku ini diusahakan agar runtut dengan judul buku dengan latar belakang dan permas-alahan di Kota Denpasar. Catatan-catatan dan deskripsi yang tertu-ang dalam tulisan dapat merupakan refleksi, futuristik, maupun per-spektif; menjadikannya perlu, menarik serta penting untuk dibaca

Page 6: denpasar - Universitas Udayana

6

dan ditelaah bagi akademisi, praktisi, eksekutif, maupun masyarakat umum yang tertarik dan ingin mengetahui tentang perkotaan.

Akhir kata disampaikan terimakasih kepada penulis, dengan hara-pan agar tulisan ini mampu menginspirasi rekan-rekan sekerja di Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik-Universitas Udayana untuk lebih banyak berkarya.

Denpasar, 1 September 2019Koordinator Program Studi Arsitektur

Fakultas Teknik – Universitas Udayana.

Prof.Dr.Ir.A.A.Ayu Oka Saraswati, MT.NIP. 196104151987022001

denpasar kota multi dimensi

Page 7: denpasar - Universitas Udayana

7

KATA SAMBUTANDEKAN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

Om Swastyastu,

Puja Pangastuti dan Angayubagya kita panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karuniaNya buku “Denpasar Kota Multi Perspektif ” oleh Prof. Dr. Ir. Putu Rumawan Salain, MSi. Buku ini memuat pemikiran-pemikiran tentang permasalahan perkembangan perko-taan yang begitu pesat baik oleh karena pertumbuhan penduduk, perkembangan pariwisata maupun potensi yang dimiliki oleh se-buah kota yang dikenal dengan nama Kota Denpasar.

Kota Denpasar atas lintasan waktu dan berbagai perubahan serta fungsi yang menyertainya menjadikannya sebuah kota yang ber-wajah beragam dengan sebuah usaha tetap berada di lingkaran identitas lokalnya. Tulisan-tulisan yang tergabung dalam buku ini menjadi penting dan perlu untuk dibaca sesuai dengan interestn-ya mengingat buku tentang kota khususnya Kota Denpasar belum pernah dijumpai.

Pengalaman penulis sebagai Ketua Kelompok Ahli Pembangunan Pemerintah Kota Denpasar yang tertuang ke dalam buku ini sangat bermanfaat dalam memperkaya nuansa maupun citra tentang Kota Denpasar.

Page 8: denpasar - Universitas Udayana

8

Atas nama pribadi dan seluruh Civitas Akademika Fakultas Teknik Unud, kami haturkan apresiasi yang tinggi kepada beliau atas diter-bitkannya buku ini ditengah-tengah kesibukannya. Apresiasi yang tinggi pula kepada beliau karena telah dan sedang mengabdikan dirinya dengan sepenuh jiwa dan raganya di Fakultas yang kita cin-tai ini.

Akhir kata sekali lagi mudah-mudahan buku ini bisa menginspirasi pembaca dan menjadi referensi bagi akademisi, praktisi dan pemb-aca lainnya.  Terima Kasih Om Shanti Shanti Shanti Om 

Denpasar, 1 September 2019Dekan Fakultas Teknik Universitas Udayana

   

Prof. Ir. Ngakan Putu Gede Suardana, MT.,PhDNIP. 19640917 198903 1 002

denpasar kota multi dimensi

Page 9: denpasar - Universitas Udayana

9

KATA SAMBUTANWALIKOTA DENPASAR

Om Swastyastu,

Buku merupakan media transformasi ide penulis tentang ide, pesan, kesan, maupun problematik apapun, bahkan terkadang sebuak ilusi ataupun fiksi. Tulisan mereka dapat saja merupakan pengalaman, hasil penelitian, ataupun sebuah laporan. Apapun dia teks menjadi penting dan perlu di sepanjang jaman, sejak penulisan diatas batu, papyrus, lempeng tembaga/besi, sampai dengan cakram komputer.

Prof. Dr. Ir. Putu Rumawan Salain, M.Si merupakan salah satu penulis yang berasal dari akademisi tertua di Bali dengan cermat dan cerdas menangkan problematik Kota Denpasar sebagai kota yang tumbuh dari Kota Kerajaan hingga kini menjelang menjadi Kota Metropolitan di era 4.0 yang mengagungkan IOT (Internet Of Things) dengan berbagai perkembangannya.

Saya selaku Walikota maupun pribadi memandang upaya penulis sebagai suatu kreativitas penting dan perlu untuk mengenalkan kota Denpasar dengan beragam masalah, keunggulan, maupun prestasinya sebagai kota yang plural dan multi etnik. Tema utama yang diajukan yaitu “Denpasar Kota Multi Perspektif ” mengajak kita untuk memahami kota Denpasar secara tiga dimensi yaitu Ru-ang, Manusia, dan Waktu.

Page 10: denpasar - Universitas Udayana

10

Terima kasih disampaikan kepada penulis, selain selaku akademisi, yang bersangkutan telah mendampingi saya selaku Ketua Kelom-pok Akhli Pembangunan Pemerintah Kota Denpasar sejak Tahun 2000 yang lalu, sehingga saya yakin akan ketajaman dan kedalaman kajiannya.

Buku ini sangat bermanfaat untuk di baca maupun di diskusikan diantara akademisi , praktisi, maupun para birokrat dan legislatif serta masyarakat pada umumnya. Jika ada saran dan kritik terhadap kehadiran buku ini sangat diharap dan dinantikan.

Denpasar, 2 September 2019Walikota Denpasar,

Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra

denpasar kota multi dimensi

Page 11: denpasar - Universitas Udayana

11Pantai Merta Sari

Page 12: denpasar - Universitas Udayana

12

Pura Jagadnatha

Page 13: denpasar - Universitas Udayana

13

Muara dari pembangunan kota adalah perubahan, perubahan dapat saja ber-langsung pada kualitas maupun kuantitas. Luas wilayah perkotaan relatif tidak bertumbuh, namun penduduk yang meningkat karena angka kelahiran maupun perpindahannya berpotensi mendegradasi kualitas lingkungan alam maupun sosialnya. Berbagai perubahan dapat saja diantisipasi jika dilandasi oleh peren-canaan tata ruang, penataan kota, lingkungan, dan lain-lainnya; didukung oleh regulasi dan kesadaran masyarakat untuk tinggal, hidup dan berpenghidupan dengan spirit kebersamaan dalam kemandirian.

Membangun sebuah kota tidak hanya merancang pola dan struktur ruang dalam konsep perencanaan, pemanfaatan, dan pengendaliannya. Namun dibangun oleh karena kekuatan modal sosial dan budayanya. Kekuatan individu dalam ikatan sosial menjadi warna bahkan dapat menjadi identitas ruang wilayahnya dalam sebuah kota. Citra individu yang terikat dalam wadah bale banjar, subak, seke-ha, dan sebagainya menjadikan komunitas yang sangat kuat dan kreatif dalam kesehariannya untuk mendukung program pembangunan. Dengan lain kata bale banjar, subak, maupun sekeha dapat dinyatakan sebagai pusat kekuatan pemban-gunan, termasuk diperkotaan.

Kota Denpasar yang merupakan kota warisan masa lalu, yaitu kota kerajaan yang bergelar Puri Denpasar dari waktu ke waktu mengalami dinamika perubahan se-jak penjajahan kolonial Belanda, Jepang, kemudian merdeka dan dideklarasikan sebagai Negara kesatuan Republik Indonesia sejak 17 Agustus 1945 yang lalu. Perubahan bukan berlangsung karena era tersebut diatas, jauh sebelum itu Puri Denpasar telah memiliki hubungan perdagangan maupun hubungan keagamaan yang memperkaya warna perubahan. Bahkan diantaranya ada yang telah dipan-dang sebagai miliknya. Seperti yang terlihat pada ranah seni tari, seni bangunan, bahasa, tekstil, dan sebagainya.

Pada 27 Februari lalu Kota Denpasar berusia 231 tahun, banyak prestasi, ban-yak perubahan, beragam keinginan dan kebutuhan menjadikannya sebuah kota yang multi kultur, multi etnik dan plural penuh dengan tantangan dan harapan. Dinamika yang demikian cepat menjadi latar belakang utama bagi penulis untuk menampilkan pemikiran yang tertuang dalam bentuk deskriptif-kritis! Budaya sebagai kekuatan dan landasannya menjadi roh dan spirit sekaligus citra kotanya yang tampil dari ruang dan waktunya.

PENGANTAR KARYA

PENGANTAR KARYA

Page 14: denpasar - Universitas Udayana

14

Buku ini diterbitkan dari sebuah upaya pengumpulan kompilasi tentang Kota Denpasar yang pernah ditulis, dipublikasikan dalam media ataupun sebagai ba-han seminar sejak beberapa tahun yang lalu yang dirangkai dalam sebuah karya dengan tema Denpasar Kota Multi Perspektif. Harapannya agar para pembaca dan perancang kota dapat melihat dan memahami bahwa pembangunan mem-bawa berkah yang namanya perubahan. Mengelola perubahan tanpa kehilangan identitas adalah sebuah upaya dan citra kota yang hendak ditampilkan di Kota Denpasar. Kota Denpasar yang maju tanpa kehilangan identitas adalah sebuah maksud dibalik makna perubahan yang menggilasnya. Guna menghadapi berb-agai tantangan maupun ancaman terhadap perubahan, tidak berlebihan kiranya jika Kota Denpasar dibangun dengan kekuatan Budayanya. Oleh karenanya lay-ak disebut sebagai Kota Multi Dimensi yang berlandaskan budaya dalam Kajian Multi Perspektif.

Batubulan, 27 Februari 2019

Penulis,

Putu Rumawan Salain

denpasar kota multi dimensi

Page 15: denpasar - Universitas Udayana

15Pelabuhan Laut Benoa

Page 16: denpasar - Universitas Udayana

16Bale Kulkul di Kesiman

Page 17: denpasar - Universitas Udayana

17

DAFTAR ISIKATA SAMBUTAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

1. PENGANTAR KARYA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13

2. DENPASAR KOTA MULTI DIMENSI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19

3. DENPASAR KOTA HIJAU, KOTA IDAMAN MASA DEPAN . . . 25

4. PEMBANGUNAN KOTA DENPASAR YANG BERWAWASAN BU-DAYA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 33

5. DENPASAR KOTA KREATIF . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 57

6. DENPASAR MENUJU KOTA PARIWISATA BUDAYA DUNIA UNIK BERBASIS KERAKYATAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 65

7. MENYONGSONG DENPASAR SEBAGAI KOTA METROPOLI-TAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 85

8. DENPASAR KOTA BERTABUR PRESTASI . . . . . . . . . . . . . . . . . 103

9. 226 TAHUN KUATKAN POSISI DENPASAR SEBAGAI KOTA PU-SAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 109

10. KEBERPIHAKAN PEMERINTAH KOTA DENPASAR TERHADAP PUSAKA SAUJANA DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KOTA PUSAKA YANG CERDAS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 119

11. PERAN, FUNGSI, DAN MAKNA HERITAGE BAGI KEBU-DAYAAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 137

12. DENPASAR CITY HERITAGE AS AN ASSET FOR SUSTAINABLE DEVELOPMENT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 147

13. IMPLEMENTASI KOTA PUSAKA DALAM UPAYA MEWUJUD-KAN KEBAHAGIAAN MASYARAKAT KOTA DENPASAR . . . 155

14. DENPASAR KOTA BUDAYA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 163

15. SOSIOLOGI DALAM PENGEMBANGAN PERKOTAAN . . . . 171

16. PERSOALAN TATA RUANG KOTA DENPASAR MENDATANG . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 183

DAFTAR PUSTAKA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 189

Page 18: denpasar - Universitas Udayana

18Patung Garuda

Page 19: denpasar - Universitas Udayana

19

DENPASAR KOTA MULTI DIMENSI

1

Kota Denpasar tumbuh dari Kota Kerajaan dengan pola papan catur, 110 tahun setelah Perang Puputan dan setelah 71 tahun kemerdekaan, tumbuh dengan pe-sat dan padat. Titik nol kilometer Bali ada pada titik catus patha Kota Denpasar. Catus Patha tersebut menjasdi saksi bisu dinamika perkembangan Kota Denpas-ar kearah multi dimensi. Dimensi-dimensi tersebut melapisi pertumbuhan kota yang menjadi beragam budaya, multi problema, dan multi etnik. Apa saja dimensi tersebut ditampilkan dalam kajian singkat ini.

Selayang Pandang Kota DenpasarTumbuh kembangnya Kota Denpasar yang dilandasi oleh bentuk pemerintahan kerajaan adalah diwarnai oleh kehidupan dan penghidupan agraris. Pola papan catur dengan jalan yang sempit dan banyak simpangan dengan skala jalan kaki tampak sangat nyaman ketika itu. Kehidupan dan penghidupan agraris perlahan lahan di intervensi oleh peradaban jasa yang dipopulerkan oleh kolonialis Be-landa melalui pembangunan Bali Hotel dan memindahkan pasar yang awalnya terletak di sekitar Kantor Walikota sekarang ke dekat Tukad Badung. Pelabuhan laut juga kian ramai di pantai Sanur setelah pelabuhan yang ada di teluk Benoa dan pantai Kuta.

Dua peradaban yang menyelimuti Kota Denpasar yaitu agraris dan jasa saling menancapkan pengaruh dan kekuasaannya yang dapat dilihat dan dinikmati melalui warisan atau pusaka budaya fisik berupa objek arsitektural. Kaum kolo-nial menorehkan kehidupan dan penghidupan yang dilengkapi dengan unsur dan fasilitas pendidikan, perdagangan, perkantoran, dan lainnya. Kehidupan tradisi yang dikawal kerajaan berlangsung berdampingan dengan kehidupan modern “jasa” yang dilaksanakan oleh pemerintah kolonial Belanda. Dua-duanya berir-ingan menanamkan sekaligus melanggengkan pengaruh melalui peraturan dan identitas. Lahirlah, Bali Hotel, SMP Negeri 1, SD Negeri 1, Museum, Kantor Pos, Kantor Gubernur (kini rumah tinggal Gubernur), tangsi Militer, dan be-berapa rumah pejabat seperti kediaman almarhum Ida Bagus Rurus (kini Bank Mandiri), rumah almarhum Bapak I Ketut Mandra di Jalan Hasanudin, dan lain-nya.

*) Isu Strategis Kelompok Ahli Pembangunan Pemerintah Kota Denpasar, 2016

*

Page 20: denpasar - Universitas Udayana

20

Pindahnya Ibu Kota Provinsi Bali dari Singaraja ke Denpasar membangkitkan pertumbuhan Kota yang kian melaju layaknya kota-kota lainnya di Indonesia. Berbagai fasilitas penunjang dan pendukung pemerintahan dibangun meleng-kapi struktur pemerintahan saat itu. Warna-warni pembangunan semakin marak karena dukungan aksesbilitas transportasi darat, laut, dan udara. Kota Denpasar seperti asal katanya Pasar tumbuh dan berkembang menjadi kota perdagangan. Presiden RI pertama Bung Karno melengkapi wajah perdaban Kota Denpasar dengan budaya industri antara lain, pabrik tekstil Balitex, pemintalan benang Tohpati, Hotel Bali Beach-Sanur, dan peluasan Bandara I Gusti Ngurah Rai. Dua identitas industri berupa tekstil dan benang kini sudah idak berfungsi. Tam-paknya industri Pariwisata lebih cocok dengan latar belakang potensi budaya agraris yang dimilikinya. Thema ataupun konsep Pariwisata Budaya menjadi lan-dasan Pembangunan Bali sekaligus menjadi jargon politik ketika itu.

Terbitnya Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 1974 Tentang Bangun-Bangunan dengan jelas dan tegas berpihak pada pelestarian budaya lokal, khususnya Arsi-tektur Tradisional Bali. Terbitnya Perda tersebut bermakna untuk menampilkan identitas Bali atas dugaan akan tinggi dan derasnya pengaruh kebudayaan asing! Dugaan tersebut terbukti ketika makin berkembangnya bisnis pariwisata yang berujung pada semakin tingginya perubahan fungsi lahan. Hampir ribuan hek-tar lahan sawah dimangsa untuk berbagai fasilitas pariwisata dan pendukungn-ya. Akhirnya ruang alami, arsitektur bangunan gedung, dan perilaku manusiaya ikut berubah. Hampir semua lini kehidupan dan penghidupan menjadi instan, pragmatis, individualis, palsu “simulacrum”, dan lainnya yang jauh dari menyama braya dan atau sagilik-seguluk salunglung sebayantaka, paras-paros sarpanaya, saling asah-asih-asuh.

Ditengah-tengah berkecamuknya perubahan dunia baik karena iklim “climate change”, maupun oleh sebab perdagangan, pariwisata, tranportasi, dan teknologi melalui spirit Globalisasi maupun MEA yang konon tidak boleh di proteksi, maka masyarakat dimana saja tampaknya wajib kreatif dan kritis berhadapan dengan perubahan. Para penguasa dan pengusaha hendaknya mendahulukan kepentingan orang banyak dari pada kepentingan diri maupun kelompoknya. Perda Tata Ruang Nomor 16 Tahun 2009 yang merupakan cita-cita bersama masyarakat Bali dan khususnya Denpasar. Harus diakui bahwa masih terjadi pe-langgaran bahkan juga konflik antar pemerintah. Titik rawannya berada pada sekitar persoalan tentang sempadan sungai, pantai dan danau, kemudian keting-gian bangunan, dan kawasan suci dan tempat suci. Sinkronisasi dan koordinasi tentang membangun wilayah perkotaan maupun kabupaten yang berazaskan Tri Hita Karana dapat saja di dekonstruksi tapi bukan dengan akal-akalan maupun

denpasar kota multi dimensi

Page 21: denpasar - Universitas Udayana

21

pembohongan dan pembodohan seperti yang akhir-akhir ini berlangsung.

Kota Denpasar kini dengan deskripsi singkat diatas tampak bahwa mulai sarat beban dan fungsi. Timbulan sampah, kemacetan, banjir, penyakit menular, pen-yakit sosial, turunnya kualitas lingkungan, dan lainnya menjadikan persoalan lainnya yang harus dicarikan solusinya. Yang pasti bahwa ketika jumlah pen-duduknya mencapai satu juta jiwa akan menjadikan kota Denpasar sebagai Kota Metropolitan. Sebagai Kota Metropolitan dengan penduduk berjumlah satu juta jiwa tentu akan semakin membebani ruang dan manusia yang menempatinya akan mengalami berbagai tekanan maupun pengaruh yang akhirnya mengubah citra kota. Bagaimanakah kemampuan daya lenting Kota Denpasar dalam meng-hadapi tuntutan sekaligus pelayanan bagi masyarakatnya?

Kota Denpasar Kota Multi DimensiKota dipahami sebagai tempat tinggal dari beberapa ribu atau lebih penduduk ( Branch, 1996: 2). Pengertian lainnya menyebutkan bahwa kota adalah wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi, yang sebagian besar lahannya terbangun dan perekonomiannya bersifat non pertanian. Pandangan ahli ini sepertinya sudah tidak berlaku bagi pengertian kota khususnya di Bali. Beberapa wilayah tumbuh menjadi kota justru bukan karena penduduknya padat dan dengan dukungan non pertanian seperti yang terjadi di Ubud-Gianyar, Lovina-Buleleng, Kuta-Badung, Sanur-Denpasar, dan lainnya. Bahkan beberapa diantaranya justru tumbuh dan berkembang karena pusat pemerintahan tradisi berupa kerajaan ataupun desa. Secara singkat pengertian kota adalah merupakan tempat penduduk tinggal, mengembangkan dan mempertahankan hidupnya.

Oleh karena letak geografisnya Kota Denpasar menjadi titik penghubung antar kabupaten maupun provinsi, bahkan juga antar negara melalui pelabuhan laut Benoa. Posisinya yang strategis, luas wilayah yang tebatas yaitu sekitar 127,78 km2 atau 2,18 % dari luas wilayah Propinsi Bali. Dengan penduduk yang hampir mencapai 900.000 jiwa menjadikan Kota Denpasar sebagai tempat yang padat dengan perbandingan terbangun dan tidak terbangun hampir mencapai angka 60 % : 40 %. Padatnya wilayah kota bermuara pada kemacetan, banjir, timbulan sampah, mutu lingkungan yang menurun sampai dengan, kurangnya air bersih, tingginya minat investasi, kelancaran perijinan, penyakit menular serta sosial, dan lain sebagainya. Problematik ini kian bergulir dan menyebabkan semakin sulit dipisahkan satu dengan lainnya.

Pemahaman multi dimensi bagi Kota Denpasar dipandang sangat sesuai karena banyaknya beban, fungsi maupun tematik yang disandangnya. Dimensi dikon-

DENPASAR KOTA MULTI DIMENSI

Page 22: denpasar - Universitas Udayana

22

sepkan dari fungsi dan tematik kota. Aneka dimensi tersebut setidaknya tampak melalui peran sebagai letak ibu kota provinsi Bali. Dikarenakan letak geografis, pusat kota bagi Kota Denpasar dan Provinsi Bali, fasilitas infrastruktur yang leb-ih lengkap, sumber daya manusia yang memadai maka Kota Denpasar dari sisi fungsinya memiliki dimensi sebagai kota : 1). pendidikan, 2). perdagangan, 3). kesehatan, 4). pariwisata, 5) pemerintahan dan tentunya menjadi kota pusat 6). budaya.

Beragamnya dimensi Kota Denpasar dari masa ke masa yang telah terbukti se-cara signifikan dan perlahan namun pasti telah mengubah bentang alam mau-pun peri laku manusianya, oleh pemerintah kota ditetapkanlah wawasan budaya sebagai landasan sekaligus bingkai pembangunan kotanya. Dengan demikian kota yang berwawasan budaya lebih mengedepankan pembangunan tanpa in-dustri modern dan berat namun lebih mengutamakan yang padat karya den-gan industri kecil dimana desa, banjar, sekeha, dan individu yang berkemampaun kewirausahaan menjadi ujung tombak pembangunannya. Wawasan budaya juga mengedepankan lebih banyaknya ruang terbuka sekaligus ruang-ruang publik bagi masyarakatnya. Wawasan budaya juga melindungi, menjaga dan mengem-bangkan asset budaya lokal. Singkat kata konsep kreativitas menjadi penting dan perlu sekaligus pengutamaan.

Dimensi-dimensi lainnya yang berkembang akhir-akhir ini adalah adanya tem-atik kota yang berkaitan antara lain dengan sebutan : 1). Kota Layak Anak, 2). Kota Hijau, 3). Kota Cerdas, 4). Kota Pusaka, 5). Kota Berkelanjutan dan lain sebagainya. Masing-masing tematik kota tersebut memiliki kepentingan dan makna pemberdayaan pada objeknya, misalnya tentang anak, hijau, pusaka dan sebagainya. Tematik tersebut berpusing dengan kemandiriannya tanpa jelas hubungan satu dengan lainnya. Yang mana lokomotif yang mana gerbong men-jadi kian tidak jelas, menguras tenaga, pikiran, dan biaya.

Ditilik dari batasan dimensi kota yang ditransfer dari fungsi dan tematik kota, maka Kota Denpasar memiliki 11 dimensi yaitu sebagai kota : 1). Pendidikan, 2). Perdagangan, 3). Pariwisata, 4). Kesehatan, 5). Pemerintahan , 6) Budaya, 7). Layak Anak, 8). Kota Hijau, 9). Kota Cerdas, 10). Kota Pusaka dan 11).Kota Berkelanjutan.Tematik kota yang akhir-akhir ini selalu bergulir dan diberitakan mass media adalah Kota Pusaka dan Kota Cerdas. Ke dua tema tersebut bahkan oleh Walikota Denpasar merupakan dua dari delapan dimensi pembangunann-ya yang disebut dengan Padmaksara.Dengan ketiadaan sumber daya alam yang dapat dijadikan sumber pembiayaan pembangunan maka pengelolaan aset pusa-ka menuju Denpasar Kota Pusaka merupakan tindakan yang cerdik.

Untuk berhadapan dengan 11 dimensi tersebut diatas pemerintah Kota Denpas-ar dapat menetapkan bahwa Kota Denpasar wajib dibangun sebagai Kota Cerdas.

denpasar kota multi dimensi

Page 23: denpasar - Universitas Udayana

23

Kota cerdas yang dimaksud bukanlah persoalan pemenuhan infrastruktur IT be-laka, namun harus didukung oleh Smart Governance, dan tentunya Smart People. Kecerdasan kota dimaksud agar dapat mendukung maksud-maksud pembangu-nan berkelanjutan “Sustainability Development” yang berasaskan keseimbangan kultur-ekonomi-lingkungan. Guna mencapai pembangunan berkelanjutan tan-pa kehilangan identitas maka dipilihlah tematik kota pusaka yang melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan aset pusaka dalam pembangunan. Den-gan demikian Kota Denpasar akan terbangun melalui tematik kota pusaka yang cerdas “smart heritage city”. Kiranya dua dimensi inilah yang sangat signifikan untuk membingkai sembilan dimensi lainnya untuk mencapai masyarakat yang sejahtera, bahagia, dan berbudaya.

Betapa sulitnya mengelola Kota Denpasar kini dan mendatang mengingat beban 11 dimensi yang disandangnya, terlebih lebih lagi ketika SDGs (Sustainability Development Goal’s) telah menanti untuk dilaksanakan setelah MDGs (Mile-nium Development Goal’s). Walaupun disadari sebenarnya masih ada beberapa persolan yang belum tercapai pada MDGs yang berakhir pada tahun 2015 yang lalu. Dari beberapa data terlihat bahwa SDGs merupakan lanjutan dari MDGs. Untuk mencapai SDGs wajib memenuhi 17 tujuan, 169 target, dan 240 indika-tor. Persoalan MDGs bukanlah persoalan yang dihadapi Kota Denpasar belaka, namun telah menjadi program nasional. Artinya Kota Denpasar akan melangkah dalam pembangunan dengan muatan lokal, provinsi, nasional, dan internasion-al. Dimensi Kota Cerdas dan Kota Pusaka “Smart Heritage City” yang tertuang dalam delapan dimensi pembangunan Kota Denpasar yang disebut dengan Pad-maksara yang merupakan Visi dan Misi Calon Walikota dan Wakil Walikota Denpasar tahun 2015-2020 dipandang mampu menjembatani program-program tersebut tanpa harus kehilangan identitas yang didukung oleh smart governance dan smart people dengan dukungan IT dan regulasi.

DENPASAR KOTA MULTI DIMENSI

Page 24: denpasar - Universitas Udayana

24

Patung Catur Muka di Titik 0 Kota Denpasar

Page 25: denpasar - Universitas Udayana

25

RenunganPerubahan iklim jika dipandang sebagai ancaman maka

tidak ada kota-kota di dunia yang tidak terdampak olehnya. Namun jika dipandang sebagai ancaman maka tidak ada satu kotapun di dunia ini yang akan terhindar. Selain alam dan ekonomi yang rusak olehnya, kepribadian dan kebu-

dayaanpun akan dikunyahnya. Kota Hijau merupakan sebuah visi sekaligus tujuan pembangunan dan pengembangan kota

dimasa datang, termasuk Kota Denpasar sehinga menjadi kota yang menyejukkan, menyenangkan, dan menyejahtera-

kan.

Kota dan Perubahan IklimDinamika perkembangan kota dimana saja selalu dihimpit oleh persoalan kepa-datan, kemacetan, banjir, sampah, keteduhan, ketentraman, dan sebagainya. Be-gitu banyak persoalan kota sepertinya diakibatkan oleh ketidak siapan tata ruang kota terhadap cepatnya pembangunan. Dalam situasi tersebut dipandang bahwa tema Kota Hijau atau Green City ataupun juga Kota Ekologis dapat dijadikan konsep sekaligus wawasan .

Ditjen Cipta Karya (1997) merumuskan pemahaman tentang kota adalah merupakan permukiman yang berpenduduk relatif besar, luas areal terbatas, pada umumnya bersifat nonagraris, kepadatan penduduk relatif tinggi, tempat sekelompok orang dalam jumlah tertentu dan bertempat tinggal dalam suatu wilayah geografis tertentu, cenderung berpola hubungan rasional, ekonomis, dan individualistis.

DENPASAR KOTA HIJAU, KOTA IDAMAN MASA DEPAN

DENPASAR SEBAGAI REFLEKSI

2

Page 26: denpasar - Universitas Udayana

26

Dengan demkian kota juga merupakan suatu ekosistem karena di kota hidup berbagai masyarakat yang struktur, kelas dan status sosialnya yang beragam. Ar-sitek, ekonom, sosiolog, budayawan, sangat berperan dalam membangun dan mengembangkan kotanya. Kota adalah rumah besar yang merupakan representa-si bersama, dengan tema kebersamaan dalam kemandirian.

Dampak perubahan iklim di dunia, selain dapat dilihat sebagai tantangan tentu juga dapat merupakan sebuah ancaman ataupun juga dapat menjadi inspirasi un-tuk menyelenggarakan keberlangsungan suatu kota dengan konsep baru yang di kenal dengan Green City atau Kota Hijau. Indonesia sebagai negara yang memi-liki hutan dan tanah gambut yang luas di dunia jika terbakar akan ikut berkon-tribusi terhadap pemanasan global seperti yang berlangsung beberapa bulan lalu. Luas hutan Indonesia adalah 46,46% dari luas wilayahnya dan merupakan terbe-sar kesembilan dari sepuluh hutan terluas di dunia.

Perubahan iklim dengan segala dampak ikutannya, dan luasnya wilayah hutan di Indonesia dengan segala potensi dan resikonya merupakan dua hal yang sangat significan untuk memilih dn menerapkan konsep kota hijau dalam setiap langkah perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian tata ruangnya agar pembangunan berkelanjutan dapat dinikmati oleh generasi penerus.

Kota Hijau Menurut batasan dari Balai Informasi Penataan Ruang (BIPR), Kota Hijau merupakan pendekatan perencanaan kota yang berkelanjutan. Kota Hijau juga dikenal sebagai kota ekologis. Artinya dalam perkembangan dan pembangunan kota terjadi harmonisasi dengan lingkungan hidup, ada sinergitas antara alam buatan dengan alam semesta. Luaran yang diharapkan oleh Kota Hijau adalah terciptanya sebuah kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. KotaHhijau hen-daknya dipahami sebagai kota yang berkelanjutan dalam bingkai harmoni antara Bhuwana Agung dengan Bhuwana Alit.

Perkembangan Kota Hijau di dunia telah menjadi model perkembangan kota baru; Indonesia sebagai bagian dari wilayah Asia dan dunia sudah sepatutnya menerapkan konsep Kota Hijau bagi perkembangan kotanya. Keseriusan Pemer-intah Indonesia terhadap model Kota Hijau disambut oleh Kementrian Peker-jaan Umum melalui Program Pengembagan Kota Hijau (P2KH).

P2KH berbasis pada Rencana Aksi Kota Hijau (RAKH) yang berlandaskan pe-nataan ruang sebagai ‘panglima’ pengembangan wilayah, paradigma kota berke-lanjutan, pentingnya kemandirian daerah, peran koordinasi provinsi dan fasilitasi

denpasar kota multi dimensi

Page 27: denpasar - Universitas Udayana

27

pusat, dan intervensi program yang berkelanjutan. RAKH juga dipandang sangat strategis dalam mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelan-jutan sesuai amanat UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Pada Peringatan Puncak Hari Tata Ruang 2011 pada tanggal 7-8 November yang lalu, telah dilakukan penandatanganan Piagam Komitmen Kota Hijau dan penyematan daun hijau pada pohon Kantajaura (Kanopi Kota Hijau Nusantara) oleh 60 Bupati/Walikota, sebagai bentuk komitmen bersama untuk mewujud-kan Kota Hijau. Artinya secara politis, inisiatif membangun perkembangan Kota Hijau di Indonesia sudah mendapat respon yang sangat positif dari pemerintah kabupaten/kota.

Kriteria Kota Hijau yang dimuat oleh BIPR ada delapan yaitu :(1) Pembangunan kota harus sesuai dengan peraturan undang-undang yang ber-

laku seperti Undang-Undang No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Kota Hijau harus menjadi kota waspada bencana), Undang-Un-dang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dan Undang-Undang No.3 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hid-up dan peraturan lainnya.

(2) Konsep Zero Waste ( pengelolaan sampah terpadu, tidak ada yang terbuang)(3) Konsep Zero Run Off (semua air harus bisa diresapkan kembali ke dalam

tanah, konsep ekodrainase)(4) Infrastruktur Hijau (tersedia jalur pejalan kaki dan sepeda)(5) Transportasi Hijau ( penggunaan transportasi massal, ramah lingkun-

gan,berbahan bakar terbarukan, mendorong penggunaan transportasi bukan kendaraan bermotor-berjalan kaki, bersepeda, delman/dokar/andng, becak)

(6) Ruang Terbuka Hijau seluas 30% dari luas kota (RTH Publik 20% dan RTH Privat 10%).

(7) Bangunan Hijau.(8) Partisipasi Masyarakat (komunitas Hijau).

Denpasar Kota Hijau; Suatu RefleksiKota Denpasar sebagai kota yang tumbuh dan berkembang dengan pesat, jika ti-dak diwasapadai dan direncanakan dengan benar dan baik akan mengalami atau menjadi kota yang jauh dari kriteria kota hijau. Jumlah penduduknya yang ham-pir mendekati 900.000 jiwa diatas lahan yang relatif tidak bertambah, perband-ingan areal terbangun dan tidak terbangun yang sudah mendekati 60%; 40%,

DENPASAR KOTA HIJAU, KOTA IDAMAN MASA DEPAN

Page 28: denpasar - Universitas Udayana

28

capaian IPM tertinggi di Provinsi Bali-81,65 (tahun 2014) sudah sepatutnya menambatkan konsep Kota Hijau sebagai landasan sekaligus tujuan pembangu-nan ke depan.

Sosialisasi Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) di Kota Denpasar di-awali pada 21 Mei 2012 yang bertujuan mengajak unsur komunitas hijau dan masyarakat local yang kreatif dan inovatif sebagai partner untuk merealisasikan Gerakan Hijau Perkotaaan. Adapun Rencana Aksi Kota Hijau (RAKH) pada Tahun 2012 yang lalu adalah terkonsentrasi pada tiga dari delapan kriteria kota hijau yaitu: 1). Green Planning and Design, 2). Green Open Space, dan 3) Green Community. Ke tiganya bagi Kota Denpasar bukanlah masalah yang berat karena persoalan Green Planning and Design dengan jelas dan tegas sudah dijiwai oelh Undang-Undang Nomer 16 Tahun 2009 yang berpihak kepada lingkungan. De-mikian pula terhadap kriteria Green Open Space, Kota Denpasar memiliki Ru-ang terbuka seluas lebih dari yang dipersyaratkan (syarat 30%). Sedangkan untuk kriteria ke tiga tentang Green Comunity Kota Denpasar dipandang masih perlu ditingkatkan. Modal untuk meningkatkannya adalah modal genius loci berupa filosofi Tri Hita Karana, hari Tumpek Uduh disertai dengan peran kelembagaan tradisi seperti, desa adat dan banjar.

Kurokawa (dalam Putra, 2015) menjelaskan 5 atribut terkait dengan Kota Hijau, yaitu :(1) Menciptakan suatu jejaring Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota/wilayah. (2) Menghindari/mengendalikan urban sprawl (ekspansi penduduk kota beser-

ta aktivitasnya ke kawasan pinggiran yang mengakibatkan peralihan fungsi lahan dari pertanian ke perkotaan).

(3) Pengembangan usaha untuk mengurangi sampah dan limbah serta pengem-bangan proses daur ulang (reduce, reuse, recycle),

(4) Pengembangan sumber energi alternatif (misalnya: biomas, matahari, angin, ombak).

(5) Pengembangan sistem transportasi berkelanjutan (misalnya: pembangunan fasilitas pedestrian, jalur sepeda, dan sebagainya).

Sedangkan jika bercermin pada lima atribut Kota Hijau oleh Kurokawa diatas, harus diakui bahwa banyak hal yang harus dibenahi dan butuh biaya dan parti-sipasi masyarakat serta peran pemerintah. Untuk atribut nomor satu tentang je-jaring RTH dan atribut ke lima tentang sistem transportasi berkelanjutan secara garis besar sudah berlangsung dengan baik. Kota Denpasar dalam perencanaan ruangnya telah menetapkan luas RTH 35% diatas ketentuan nasional yang 30%. Kota Denpasar menyiasatinya dengan meningkatkan angka RTH prívat nasional

denpasar kota multi dimensi

Page 29: denpasar - Universitas Udayana

29

yang 10% di Denpasar ditetapkan 15%.

Strategi tersebut dipandang sangat jitu karena akan berpulang pada sumbangan dari masyarakat dan pengusaha untuk menyumbangkan RTH. Khusus untuk sistem transportasi upaya untuk menggunakan publik transport dan energi al-ternatif agar lebih ditingkatkan. Yang tampak mengalami hambatan adalah pada atribut ke dua yaitu menghindari/mengendalikan urban sprawl yang berdampak pada peralihan fungsi lahan dan sekaligus mendegradasi RTH.

Demikian pula terhadap atribut ke empat yang berhubungan dengan teknologi yaitu tentang pemanfaatan energi alternatif, upaya ke arah tersebut belum men-jadi kebutuhan. Energi alternatif yang bersumber dari matahari dipergunakan pada lampu jalan dan disebagian kecil rumah tinggal. Demikian pula dengan bio-mas, upaya mengarah kesana ada namun belum bermanfaat bagi banyak orang. Khusus tentang atribut ke tiga yaitu yang berkaitan dengan mengurangi sampah melalui reduce, reuse, recycle perlu mendapat perhatian khusus pada TPA Su-wung karena daya tampung, system, infrastruktur, dan kewenangan “manajemen” pengelolaannya. Untuk dimaklumi bahwa TPA Suwung seluas 10 Ha merupa-kan Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu (IPST) Sarbagita. Ketentuan sudah menetapkan bahwa TPA wajib menggunakan sanitary landfield.

Upaya mengelola sampah plastik melalui Bank Sampah, ATM Sampah, dan lainnya agar kian digiatkan. Manajemen penanganan sampah dititik awal (pro-dusen) baik berupa pengurangan maupun penangannya sudah harus terimple-mentasikan secara holistik dan berkelanjutan. Sampah-sampah organik yang diolah menjadi pupuk “kompos” agar dimanfaatkan kembali untuk pemupukan taman-taman kota atau dijual kepada pedagang tanaman hias dan rumah tangga ataupun petani. Proyek Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL) yang terbangun be-berapa tahun lalu adalah sebuah terobosan penting untuk mengatasi antara lain pencemaran lingkungan karena limbah, bagi kawasan yang tidak terlayani oleh infrastruktur IPAL dapat dirancang Sanitasi Masyarakat (Sanimas).

Makna strategis dari inisiatif mewujudkan Kota Hijau bukan hanya semata oleh karena perubahan iklim belaka. Dampak perubahan iklim merupakan bagian yang diterima atas kontribusi penurunan mutu lingkungan dari masing-masing kota hingga negara, termasuk yang disumbangkan oleh perilaku Kota Denpasar dalam kesehariannya. Dampak ini disebut pengaruh dari luar. Sedangkan pen-garuh dari dalam yang sangat signifikan dalam mempengaruhi perkembangan Kota Hijau adalah dari dinamika dan cepatnya pembangunan perkotaan yang berakibat pada berbagai persoalan seperti peralihan fungsi lahan, peningkatan kepadatan, macet, banjir, permukimam kumuh, degradasi sosial, dan lain se-

DENPASAR KOTA HIJAU, KOTA IDAMAN MASA DEPAN

Page 30: denpasar - Universitas Udayana

30

bagainya yang akhirnya menjadikan kehilangan identitas dan modal budaya.

Salah satu contoh kota di Indonesia yang membangun kotanya dengan konsep lingkungan hijau “Kota Hijau” adalah Kota Surabaya. Keberhasilannya diperoleh dari dukungan program yang berbasis masyarakat (Green Community). Pada Ta-hun 2011 lalu memperoleh penghargaan sebagai salah satu pemenang Indonesia Green Region Award (IGRA) 2011.Program-program yang telah dilaksanakan yang pro terhadap lingkungan “hijau” telah meningkatkan RTH yang di bawah 10% menjadi 20,25% (Forum Diskusi Nasional Perkotaan, Bappenas 2011).

Kota Hijau bukanlah keinginan akan tetapi suatu kebutuhan dan bukan karena perubahan iklim, namun dituju karena semakin komplikatednya persoalan kota yang tumbuh dan berkembang sebagai tempat mereka menaruh harapan dan cita-cita. Kota Hijau harus ditapak dengan suatu perencanaan yang menyeluruh dan berkelanjutan dan didukung oleh Green Community agar hidup bersama dalam suatu rumah besar berupa kota dapat dinikmati bersama dengan penuh ketentraman, kedamaian, kenyamanan, aman, dan menyejahterakan. Selamat.

denpasar kota multi dimensi

Page 31: denpasar - Universitas Udayana

31 Pantai Sanur

DENPASAR KOTA HIJAU, KOTA IDAMAN MASA DEPAN

Page 32: denpasar - Universitas Udayana

32 Catus Patha Pusat Kota Denpasar

Page 33: denpasar - Universitas Udayana

33

Pendahuluan Perencanaan kota baru ataupun peremajaan kota dan atau pusat kota yang su-dah ada, problem utamanya adalah sirkulasi dan penataan dimensi kepentingan “fungsi” yang akan diwadahi. Bila terjadi kesalahan dalam hal tersebut akan be-rakibat fatal di segala aspek kehidupan. Oleh karena itu dimensi interaksi antara pemeran pembangunan, institusi dan kategori peruntukan sangatlah penting un-tuk dipahami, dipedomani dan dilaksanakan dengan kejujuran dan penuh tang-gung jawab ; mengingat akhir-akhir ini beberapa kota di Indonesia sedang men-cari upaya yang terbaik bagi penataan peremajaan kota dan atau pusat kotanya.

Dari data laporan Bank Dunia dinyatakan bahwa perkembangan jumlah pen-duduk perkotaan di Indonesia adalah 55 juta atau sekitar 30 % dari total pen-duduk Indonesia ; sedangkan laju pertumbuhan penduduk perkotaan selama 15 tahun terakhir kian meningkat, bahkan dalam 10 tahun terakhir ini rata-rata 6 % setiap tahunnya. Dengan melihat kecendrungan tersebut maka diperkirakan pada tahun 2000 mendatang jumlah penduduk perkotaan akan mencapai 80 juta jiwa atau sekitar 40 % penduduk Indonesia.

Dengan cara yang sama maka jumlah penduduk perkotaan di Bali pada tahun 2000 akan menjadi 1.200.000 jiwa, dari keseluruhan penduduknya yang ber-jumlah 3.054.201 jiwa ( Bali Post, 2001 ; 1 ). Jumlah ini belum termasuk per-tambahan jumlah penduduk tidak tetap yang diakibatkan oleh arus urbanisasi, dan kunjungan para wisatawan dalam dan luar negeri. Situasi semacam ini akan

PEMBANGUNAN KOTA DENPASAR YANG BERWAWASAN BUDAYA

SUATU KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP, PERUMAHAN & PER-MUKIMAN, PEMBANGUNAN KOTA & ANTAR KOTA, SERTA

PENGEMBANGAN WILAYAH.*

3

*) Dipublikasikan pada buku Strategi Pembangunan Kota Denpasar Yang Berwawasan Budaya, 2001

Page 34: denpasar - Universitas Udayana

34

mempengaruhi kemampuan daya dukung suatu kota dari berbagai aspek seperti, sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lainnya. Cepat atau lambat kondisi ini akan terasa untuk Pulau Bali yang daya dukungnya terbatas dan perlu dikaji ulang atas dasar pengembangan kotanya secara holistik dan mendasar dari dimensi sosial don ekonomi.

Kedua dimensi ini menjadi fenomena yang berjalan secara paralel dan dibeberapa kota besar di Indonesia termasuk Denpasar tampaknya dimensi ekonomi telah dan akan menjadi primadona. Gejala ini terjadi karena perkembangan dan per-tumbuhan industri termasuk industri pariwisata yang semakin pesat, disisi lain terjadi pertambahan penduduk sebagai akibat lajunya urbanisasi akan berakibat adanya peningkatan kebutuhan penyediaan lahan. Terbatasnya ketersediaan la-han yang ada mengakibatkan harga lahan yang tinggi. Celakanya harga yang tinggi ini tidak langsung memberikan keuntungan ekonomis bagi pemerintah melainkan yang menikmatinya adalah para spekulan ataupun para pengusaha- pengusaha yang bergerak dibidang tanah. Dan akhirnya penataan wilayah kota, khususnya pada pemanfaatan kawasan pusat kota menjadi tidak konsisten, mak-sudnya adanya kesenjangan antara peraturan, perencanaan dan perancangan den-gan implementasinya.

Hal ini terjadi umumnya karena kuatnya pengaruh kelompok-kelompok yang punya “pengaruh” dan atau “uang”. Berdasarkan hal tersebut, paling tidak ada dua hal yang perlu diupayakan secara paralel menurut Prasetyo, dalam Dilema Penataan Pusat Kota, 1996 yaitu:(1) Menguatkan peranan Pemerintah dalam mengendalikan arah pengemban-

gan kawasan pusat kota melalui sistem planning dan programing yang me-madai dengan konsep kemitraan Swasta - Pemerintah.

(2) Revitalisasi kawasan pusat kota melalui upaya peremajaan (redevelopment & renewal).

Tantangan global mengenai masalah perkotaan yang dihadapi dewasa ini sesuai dengan kajian Le Grange dan Rochford tentang “ Ranking of Science and Tech-nology Related Global Problems 1996” ( Budihardjo, dalam Penataan Pusat Kota 1996), menyebutkan masalah tersebut sebagai berikut: (1). Pengadaan Rumah Masal, (2). Tata Guna Lahan yang Jelek, (3). Penggunaan dan Penyalahgunaan Teknologi, (4). Pertumbuhan Penduduk, (5). Pasokan Air Bersih, (6). Pencema-ran Udara, (7). Keterbatasan Energi. Diluar ketujuh hal tersebut diatas, masih ada beberapa hal lain yang dapat dipertimbangkan dalam pengembangan perkotaan seperti, temuan penyakit baru, senjata muktahir untuk perang, pasokan pangan, rendahnya tingkat ilmu dan teknologi yang dikuasai oleh para pembuat keputu-

denpasar kota multi dimensi

Page 35: denpasar - Universitas Udayana

35

san dan lain-lainnya.

Selanjutnya dalam tulisan Budihardjo disebutkan bahwa bila suatu kota terlalu didikte struktur dan bentuknya oleh pimpinan daerah, yang tercipta adalah apa yang dimaksud dengan Marxopolis Bila yang dominan adalah struktur swasta, terbentuklah suatu Profitopolis. Sedangkan bila yang memegang peranan kun-ci dalam pembangunan kota adalah para teknolog dan rekayasawan, akan terja-di Technopolis (misanya dalam wujud The Walking City, One Dimentional City, Floating City, Under Water City, dan semacamnya).

Mencermati berbagai pandangan diatas, tampaknya Kota Denpasar dimasa mendatang akan terbebani berbagai permasalahan yang sangat komplek, luas dan semakin rumit, seiring dengan perubahan – perubahan yang terjadi secara mendunia, nasional, dan tentunya spirit Otonomi dengan berbagai akibat yang menyertainya. Terbatasnya lahan, pertambahan jumlah penduduk, akan beraki-bat pada, meningkatnya perubahan fungsi lahan untuk kebutuhan perumahan, pendidikan, pekerjaan, rekreasi, dan lain sebagainya. Lama kelamaan manusia semakin terjepit oleh ruang yang akhirnya berpengaruh pada pemaknaan budaya yang bermuara pada tingkat peradabannya.

Dalam kerangka Pembangunan Kota Denpasar Yang berwawasan Budaya : Lingkungan Hidup, Perumahan dan Permukiman, Pembangunan Kota dan An-tar Kota, dan Pengembangan Wilayah merupakan Bidang Penunjang dari ke lima Bidang Strategis yang dijadikan fokus dalam penyelenggaraan pemerin-tahan dan pem bangunan dan merupakan bagian dari 29 sektor. Ditetapkannya isu – isu strategis dan bidang strategis tersebut melalui suatu proses yang panjang dan melibatkan seluruh instansi terkait dengan suatu visi yang jelas diharapkan dapat membangun Kota Denpasar dengan lebih baik, terarah, dan menjadi kebanggaan warganya seperti yang tertuang dalam RENSTRA ( RENCANA STRATEGIS ).

Berbagai problema kehidupan dan penghidupan suatu kota yang tumbuh dan berkembang tanpa arah “visi” yang jelas akan berpeluang pada perubahan dan sekaligus penurunan kualitas alam dan manusianya; sudah sepatutnya diren-canakan melalui suatu pendekatan yang berwawasan budaya. Lompatan peng-hidupan dan kehidupan agraris menuju jasa akan disertai dengan pelbagai pengaruh budaya jasa yang dapat saja menenggelamkan, memadukan, ataupun memuliakan budaya agraris “kedahuluan” pada jasa “kekiniannya”. Dengan lain kata, budaya jual dan beli akan mengungguli budaya memberi “mekidihang” dan meminjam “menyilihang”.

Individualistis , egoistis, merupakan beberapa ciri masyarakat kota yang akan

PEMBANGUNAN KOTA DENPASAR YANG BERWAWASAN BUDAYA

Page 36: denpasar - Universitas Udayana

36

terjadi bila tidak segera diwaspadai dan dirancang ke arah bingkai humanisme Denpasar “Bali” di masa – masa yang akan datang, yang akhirnya tercermin pada lingkungan hidup, Perumahan dan permukiman, kota dan antar wilayah. Intinya adalah mengajak seluruh masyarakat Kota Denpasar membangun ‘community based development’ dan mengisi pembangunan kotanya secara bersama – sama ‘participatory’, menyeluruh, dan terintegrasi. Dengan harapan peningkatan pen-getahuan dan pendapatan berlangsung seiring dengan peningkatan kualitas ma nusia, ruang, dan alam lingkungannya.

Lingkungan Hidup di Kota Denpasar.Sempitnya luas lahan Kota Denpasar, padat dan terkonsentrasinya berbagai fungsi yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang ada berakibat pada meningkatnya permasalahan lingkungan. Kualitas lingkungan Kota Denpasar telah mulai tercemar ( NKLD Kota Denpasar Tahun 1999, dalam RENSTRA 2001 – 2005, hal 66 –67 ), khususnya pada air sungai, intrusi air laut, dan debu. Tercemarnya air sungai dapat disaksikan dari keasaman (ph) sungai yang telah mendekati batas maksimum yaitu 7,2 dari batas maksimum antara 5 – 9, dila-mpauinya ambang batas zat besi (Fe) dari standard maksimum 0,5 Mg/l menjadi 0,9 Mg/l, dilampauinya batas maksimum Chlorida dari 0, 5 Mg/l menjadi 21,5 Mg/l, serta tingginya kandungan Amonia yaitu dari batas 0,5 Mg/l menjadi 2,5 sampai dengan 9 Mg/l. Intrusi air laut telah terjadi disekitar desa/kelurahan Pe-dungan, Pemogan, Sesetan, Sidakarya, Sanur Kauh. Debu bahkan telah melam-paui ambang batas pada Daerah Sanur, Ubung, Sesetan dan di Tohpati.

Disamping kondisi lingkungan tersebut diatas, Kota Denpasar juga dicemari oleh beberapa hal antara lain : peningkatan jumlah sampah yang dihasilkan oleh ru-mah tangga, pasar, pertokoan, fasilitas umum, hotel, dan lainnya sejumlah 1.500 M3 / hari pada Tahun 1999 yang lalu ( DKP Kota Denpasar dalam RENSTRA 2001 – 2005, hal 69 ). Jumlah sampah tersebut kini tentu semakin meningkat dan tidak dapat ditangani sepenuhnya karena berbagai keterbatasan sarana dan prasarana persampahan termasuk manajemen pengelolaan sampahnya. Demiki-an pula yang terjadi pada air limbah dan sanitasi kota, dimana masih ada pen-duduk yang memanfaatkan sungai untuk kegiatan bersama yang berakibat pada tercemarnya air sungai.

Filosofi Tri Hita Karana yang dilandasi oleh Agama Hindu sebagai Visi Kota Denpasar yang berwawasan Budaya merupakan suatu wacana ke depan dengan nilai – nilai serta norma yang dikandungnya dapat memelihara dan melindungi lingkungan hidupnya agar dapat membentuk manusia Denpasar yang berper-

denpasar kota multi dimensi

Page 37: denpasar - Universitas Udayana

37

ilaku santun “suputera”. Berbagai proses upakara yang berlangsung sampai den-gan saat ini seperti otonan bagi manusia, pohon “tumpek uduh”, hewan “tumpek kandang”, peralatan “tumpek landep” dan sebagainya merupakan manifestasi mereka terhadap sesama dengan alam beserta segala isinya. Homeostasi mer-upakan cita- cita “keinginan” masyarakat Hindu Bali dan Denpasar khususnya.

Pemanfaatan ruang ke depan harusnya memperhatikan prinsip – prisip atau kaidah lingkungan hidup mengingat pemanfaatan tata guna tanahnya antara terbangun dengan tidak terbangun sudah melampaui ambang batas yang telah ditentukan dari 40% : 60% telah menjadi 41,66% : 58,34% di tahun 1993, dan pada tahun 1998 menjadi 43,35% : 54,65% ( RTRW Kota Denpasar). Tentunya pada Tahun 2001 ini perbandingan tersebut telah berubah mendekati 45% : 55 % ( kenaikan rata – rata tiap tahun di Tahun 1993 – 1998 adalah 0,34 % ). Atas dasar RENSTRA Kota Denpasar 2001 – 2005 secara progresif perbandingan kawasan terbangun dan tak terbangun sampai pada Tahun 2004 ditetapkan men-jadi 51% : 49%. Akankah perbandingan ini pada suatu saat kelak menjadi terbalik yaitu 60% terbangun dan 40% tidak terbangun ?

Perubahan – demi perubahan yang terjadi seiring dengan perjalanan waktu tam-paknya tidak dapat dihindari, sama dinamisnya dengan dinamika budaya yang bertujuan mensejahterakan ummatnya dalam suatu peradaban. Lingkungan yang baik akan mencerminkan tingkat budaya dan sekaligus peradabannya, ataupun sebaliknya. Angka – angka perbandingan pemanfaatan lahan untuk lingkun-gan buatan bukanlah angka keramat, akan tetapi kesepakatan harus ditetapkan terlebih dahulu, selanjutnya teknologi diharapkan sebagai alat bantu memecah-kan permasalahannya. Infrastruktur yang baik merupakan jawaban yang harus dilaksanakan sesegera mungkin untuk mengeliminir ter-degradasinya kondisi lingkungan kini dan yang akan datang ! Walaupun untuk itu diperlukan biaya yang sangat mahal dan canggih. Namun perlu dirancang dalam suatu cetak biru yang dipikirkan, dikerjakan, dilaksanakan, dan diawasai oleh seluruh masyarakat.

Bila kenyataan ini dibiarkan berlarut – larut tanpa perencanaan yang jelas dan pasti serta dukungan kepastian hukum , maka perbandingan ruang terbangun dan tidak terbangun tersebut semakin bertambah atau berubah tanpa didiringi oleh penyediaan fasilitas infrastruktur yang memadai, sehingga kualitas lingkungan Kota Denpasar akan semakin terpuruk. Peta tata guna lahan dibawah ini mem-berikan gambaran kepada kita tentang pemanfaatan ataupun perubahan lahan di Kota Denpasar yang dipadati oleh berbagai fungsi pada Tahun 1998 yang lalu:

Memperhatikan peningkatan penggunaaan lahan dalam lima tahun yang lalu, maka perbandingan tersebut untuk Tahun 2001 diperkirakan telah berubah

PEMBANGUNAN KOTA DENPASAR YANG BERWAWASAN BUDAYA

Page 38: denpasar - Universitas Udayana

38

atau meningkat. Ini berarti bahwa telah terjadi pengalihan berbagai fungsi lahan agraris ( luas wilayah Subak yang menyusut pada Tahun 1995 – 1999 adalah seluas 422 Ha dengan rata – rata penurunan 2,9 % / Tahun ) atau Ruang Ter-buka Hijau Kota ( RTHK ) untuk keperluan berbagai pembangunan yang dapat merubah keseimbangan lingkungan sebelumnya.

Perubahan ekosistem lingkungan yang tidak direncanakan dengan arif dan bijak-sana disertai dengan tidak adanya upaya perbaikan mutu lingkungan serta sistem infrastruktur yang memadai akan mengantarkan penduduk Kota Denpasar me-nempati ruang yang kurang berkualitas yang akhirnya berpengaruh pula pada manusianya. Perubahan tidak dapat dibendung, akan tetapi

Perumahan dan Permukiman di Kota Den-pasarVisi Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman secara nasional maupun regional adalah; menyediakan dan memenuhi kebutuhan atau permintaan akan perumahan yang layak atas batasan tempat, kekuatan, kemu-dahan yang memenuhi persyaratan kesehatan, kenyamanan, keamanan, serasi, produktif, berkelanjutan, dan terjangkau bagi masyarakat.

Sedangkan misinya adalah membantu semua orang agar dapat menghuni rumah yang layak dalam lingkungan permukiman yang sehat, aman, serasi, produktif, dan berkelanjutan. Dalam upaya menyelesaikan misi tsb, seluruh kegiatan di titik beratkan mencapai sasaran tersebut ;(1) Terwujudnya masyarakat yang mampu memenuhi kebutuhan perumahann-

ya dalam permukiman yang sehat, aman, serta produktif dan berkelanjutan.(2) Terwujudnya lingkungan perumahan dan permukiman yang sehat, aman,

teratur, rukun, produktif dan berkelanjutan.(3) Terdorongnya pertumbuhan wilayah melalui pembangunan kawasan peru-

mahan dan permukiman di perkotaan dan perdesaan yang selaras, seimbang, dan terpadu.

Adapun mekanisme pembangunan dan pengembangannya tidak hanya dilaku-kan oleh Pemerintah saja, akan tetapi juga dilaksanakan oleh Swasta, dan juga oleh seluruh masyarakat.

Pada daerah perkotaan yang dihuni oleh masyarakat yang heterogen dengan latar belakang multi etnik serta berbagai corak keragaman, tampaknya dalam hal yang berhubungan dengan pembangunan perumahan dan permukimannya memiliki

denpasar kota multi dimensi

Page 39: denpasar - Universitas Udayana

39

berbagai pilihan dan kemudahan ( Teras Ayung merupakan contoh yang menarik untuk pernyataan tersebut diatas ). Berbagai fungsi yang diwadahi kota dengan jumlah penduduk yang besar, daya beli yang memadai, dan lain-lainnya menga-kibatkan permintaan akan rumah selalu meningkat.

Dari sembilan Daerah Tingkat II, ternyata bahwa Kota Denpasar merupakan konsentrasi permukiman terpadat yaitu 39,86%, disusul oleh Gianyar 13,73%, dan Badung 12,51%, sisanya sejumlah 33,90% tersebar di kabupaten Buleleng, Jembrana, Tabanan, Bangli dan Klungkung (Data Bali Membangun 1999; Kini pada tahun 2001 tentu komposisi ini telah bertambah). Denpasar menjadi con-toh yang menarik untuk melihat bagaimana suatu kota yang lahannya paling sempit yaitu 127,78 Km2 memiliki kepadatan 2.704 orang/Km2 pada tahun 1992 yang lalu. Berdasarkan statistik disebutkan bahwa peningkatan jumlah pen-duduk rata-rata tiap tahunnya adalah 2,07%. Itu berarti pada tahun 2000 yang lalu akan menjadi 3.106 orang/Km2. Dari sumber yang sama setelah dianalisis tampaknya yang paling kritis adalah Kecamatan Denpasar Timur, dimana pada tahun tersebut diperkirakan kepadatannya menjadi 4.405 orang/Km2 (pening-katan rata-rata 1,25%). Dengan memperhatikan kondisi tersebut diatas, akan berakibat pada harga tanah yang layak dan ideal untuk rumah menjadi semakin mahal dan sulit dicari.

Sulit dan mahalnya lahan di daerah perkotaan berakibat bergesernya pemilihan lokasi pembangunan perumahan kearah pinggiran kota seperti Penatih, Pedun-gan, Suwung dan sekitarnya. Ataupun juga memanfaatkan daerah hinterland yang jaraknya relatif dekat dengan Kota Denpasar seperti Badung , Gianyar , dan Tabanan. Pertimbangan harga tanah yang relatif lebih murah dan terse-dia dibandingkan di wilayah perkotaan ; ataupun juga permintaan yang tinggi karena konsumen yang tempat bekerjanya relatif dekat dengan perumahan yang ditawarkan, contoh perumahan di sekitar Bukit Jimbaran, Nusa Dua, Canggu, Kerobokan, Seminyak, Sempidi, Sanggulan, Sukawati, Bona, dan lainnya akan berakibat pada perubahan fungsi lahan secara drastis.

Adanya peningkatan jumlah penduduk akibat angka kelahiran ataupun perger-akannya di satu sisi dan di sisi lainnya adalah keterbatasan lahan untuk peru-mahan dan permukiman di pusat kota, mengakibatkan bergesernya lokasi-lokasi perumahan dan permukiman ke pinggiran kota dengan harapan harga lebih ter-jangkau oleh para konsumen. Tampaknya sisi permintaan “supply” belum dapat dipenuhi mengingat data yang ditampilkan para pengembang “developer” yang disajikan Dewan Pimpinan Daerah Real Estate Indonesia-Bali dalam rangka menyambut peringatan 50 tahun kemerdekaan RI yang lalu, baru dapat menyele-saikan rumah sejumlah 8.511 buah dari target 10.480 rumah dari berbagai tipe

PEMBANGUNAN KOTA DENPASAR YANG BERWAWASAN BUDAYA

Page 40: denpasar - Universitas Udayana

40

rumah sederhana terhitung sejak tahun 1985, atau rata-rata sekitar 850 rumah setiap tahunnya. Terhitung sejak tahun 1990-1994 terbangun 6.217 rumah, atau rata – rata 1243,4 / tahun, baik yang dibiayai oleh BTN, Bank-Bank Swasta, Ko-perasi, Yayasan, dan lain-lainnya yang dibangun oleh Perum Perumnas, Devel-oper Griya Multi, atau Swa Griya. Ini berarti bisnis perumahan masih memberi peluang yang cukup besar bagi investor maupun pengembang di Bali, khususnya Denpasar.

Sedangkan atas dasar data DPD REI Bali tahun1996-2000 ternyata bahwa jum-lah rumah yang terbangun dari berbagai tipe yang tersebar di Denpasar, Badung, Buleleng, Karangasem, Jembrana dan Gianyar adalah sejumlah 33.640 buah dia-tas lahan 316,7909 hektar. Ini berarti setiap tahunnya rata–rata terbangun rumah sejumlah 6.728 buah dengan kebutuhan rata-rata seluas 0,924 are. Angka terse-but tidak termasuk pembangunan yang dilakukan dan dibiayai oleh masing-mas-ing individu.

Gambar dibawah menunjukan Pertumbuhan Pembangunan Rumah Berb-agai Tipe Dan Kebutuhan Lahan (Are) Di Bali Tahun 1996-2000.

Perkembangan perumahan di Kota Denpasar yang dibangun sejak Tahun 1993 – 1998 yang lalu telah melahap lahan seluas 144,0625 hektar, sebagian besar

denpasar kota multi dimensi

Page 41: denpasar - Universitas Udayana

41

diantaranya dibangun oleh masyarakat dan pihak swasta. Adapun gambaran kondisi bangunannya dari total 126.733 buah, 60% berada pada kondisi baik, 30% sedang, dan 10% buruk ( RTRW Kota Denpasar dalam RENSTRA 2001 – 2005, hal 67 ). Harus diakui bahwa kondisi buruk ini termasuk diantaranya adalah rumah – rumah kumuh yang berakumulasi pada terbentuknya kawasan kumuh yang sepertinya menjadi ciri perkotaan yang seharusnya mendapat per-hatian khusus.

Krisis politik, ekonomi, dan kepercayaan ataupun juga bahwa kebutuhan pasar mulai jenuh terhitung sejak tahun 1997 memicu penurunan pembangunan ru-mah dari tahun ke tahun dan baru di tahun 2000 pasar tampak mulai menggeliat dikarenakan antara lain : situasi keamanan di luar Bali yang berakibat terjadin-ya eksodus, atau terjadinya peningkatan pendapatan masyarakat yang bergerak dibidang pariwisata ( apresiasi rupiah terhadap dolar Amerika ), ataupun juga oleh karena situasi ekonomi yang tidak menentu masyarakat yang memerlukan rumah mengambil sikap sekarang atau tidak sama sekali ; namun belum menya-mai tahun-tahun sebelumnya.

Bertambahnya penduduk justru akan menambah potensi masyarakat untuk menghasilkan dan juga sebagai sumber permintaan yang baru dalam hal rumah. Keadaan seperti ini dapat dihubungkan dengan teori Hanson mengenai stagna-si sekuler ( Irawan dan Suparmoko, 1993, 46 ) yang menyebutkan bahwa ber-tambahnya penduduk justru akan menciptakan dan memperbesar permintaan agregatif, terutama investasi. Para pengikut Kaynes tidak melihat pertambahan penduduk sekedar sebagai tambahan penduduk saja, tetapi juga melihat adanya suatu kenaikan dalam daya beli “Purchasing Power”. Kenaikan atau pertumbuhan tidak sangat penting bagi pembangunan perumahan, dan pembangunan peruma-han merupakan salah satu model yang dapat memberi kontribusi bagi pemban-gunan. Berdasarkan analisis perumahan di Bali ( Salain,1997 ) dinyatakan bahwa kontribusi pembangunan perumahan adalah sebesar 0,62% pada pertumbuhan ekonomi di Bali. Kontribusi ini kecil, namun sangat berarti karena komponen pembangunan perumahan sangatlah luas; mulai dari penggunaan bahan alam sampai dengan industri; jaringan dan fasilitas infrastruktur ( jalan, listrik, telepon, air, dll ), dan tentunya peluang dan kesempatan kerja tetap berlangsung. Artinya secara makro terjadi multiflier efek.

Pembangunan perumahan dan permukiman di Bali dan Denpasar khususnya , bersifat multi sektoral yang perlu ditunjang dan didukung oleh berbagai aspek seperti tata ruang, pertanahan, prasarana, dan fasilitas lingkungan, teknologi, in-dustri bahan bangunan, jasa konstruksi, pembiayaan, kelembagaan, pengemban-gan sumber daya manusia, penelitian pengembangan, dan tata perundang-undan-

PEMBANGUNAN KOTA DENPASAR YANG BERWAWASAN BUDAYA

Page 42: denpasar - Universitas Udayana

42

gan. Aspek – aspek tersebut hendaknya ditangani secara lintas sektoral dengan semangat pelestarian Bali dengan segala isinya dalam bingkai filosofis Tri Hita Karana. Oleh karena itu kerja sama antar kabupaten dengan kota, antara instansi terkait dengan pengusaha, masyarakat, dan institusi kinerjanya dapat diperbaiki dan ditingkatkan guna mendukung maksud mulia tersebut diatas.

Kebijaksanaan pemanfaatan ruang bagi kawasan permukiman di kota Denpasar mendatang hendaknya memenuhi kaidah – kaidah antara lain : memilih dan me-netapkan lahan yang memenuhi kriteria untuk permukiman, membatasi perkem-bangan kawasan terbangun yang berada atau berbatasan dengan kawasan lind-ung, dan mengamankan sempadan perbatasan administrasi antara wilayah Dati II sekurang –kurangnya 50 meter di kiri – kanan garis perbatasan wilayah, serta dapat difungsikan sebagai Ruang Terbuka Hijau.

Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal akan tetapi telah menjadi aset dan status sosial. Tradisi masyarakat Bali untuk tinggal dalam satu rumah “peka-rangan” seperti masa lalu telah mengalami dinamika, sehingga tiap anak lela-ki sepertinya dikehendaki memiliki rumah sendiri – sendiri. Peningkatan atau pergerakan penduduk, kemajuan industri dan jasa pariwisata, dibarengi oleh pen-ingkatan ekonomi merupakan pemicu permintaan akan rumah semakin mening-kat setiap tahunnya ; dengan konsekuensi logis makin meningkatnya perubahan fungsi lahan dan berbagai problem lingkungan dan sosial sebagai ikutannya.

Visi dan misi yang dicanangkan pemerintah tampaknya telah memenuhi mak-sud dan tujuannya dari segi kuantitas, akan tetapi bagaimana dengan kualitas lingkungan, keruangan,dan sosial komunitas yang terbentuk olehnya merupakan tanda tanya besar yang harus dicari jawabnya. Sudahkah nilai budaya local “Ar-sitektur Bali” sebagai suatu aset yang tak ternilai ditransformasikan ke dalam wu-jud perumahan maupun permukimannya ? Rumah adalah cermin kepribadianmu ! Akankah kepribadian masyarakat Denpasar yang tinggal dalam rumah – rumah yang dibangun oleh pengembang dan di ijinkan oleh pemerintah berubah sei-ring dengan perubahan yang mereka lakukan ? Akankah Denpasar “Bali” memi-liki suatu lembaga yang khusus menangani pembangunan perumahan dan per-mukiman ? Kemudian bagaimanakah dengan perencanaan ( pengembangan dan atau pengendalian ) tata ruang dan tata sosial akibat peralihan berbagai fungsi lahan untuk keperluan perumahan dan atau permukiman kini dan mendatang ?

Masalah perumahan dan permukiman bukan hanya menjawab persoalan pe-menuhan akan jumlah rumah yang dibutuhkan, wajah ‘arsitektur’ bangunannya, perijinan, dan lain sebagainya, akan tetapi yang lebih penting lagi adalah zonasi atau pendaerahan areal yang boleh dan dapat dibangun dan dikembangkan un-

denpasar kota multi dimensi

Page 43: denpasar - Universitas Udayana

43

tuk suatu perumahan untuk kelak menjadi suatu permukiman yang memenuhi kaidah – kaidah yang ditetapkan dalam suatu perencanaan kota. Termasuk dida-lamnya bagaimana si pemilik rumah sebagai makhluk sosial berinteraksi dengan sesamanya dalam kegiatan dinas dan adat setempat.

Pembangunan Kota dan Antar KotaPembangunan kota dan antar kota bagi Kota Denpasar merupakan satu hal yang sangat penting dan perlu karena pada kenyataaanya adalah bahwa antara satu kota dengan kota lainnya memiliki kelebihan dan sekaligus kekurangan atau sal-ing ketergantungan. Dilihat dari fungsi yang disandang oleh Kota Denpasar kini, setidak – tidaknya adalah sebagai pusat pemerintahan kota, dan propinsi, pusat perdagangan, pusat pendidikan, pusat pemerintahan, pusat pariwisata, pusat in-dustri serta jasa dan lain – lainnya. Bahkan ditambah dengan kenyataan bahwa Pusat Kota Kabupaten Badung masih berada pada wilayah Denpasar menyebab-kan beban Kota Denpasar semakin sarat, semakin komplek, dan multi fungsi.

Akibatnya kepadatan tidak terkontrol, peralihan fungsi lahan semakin mening-kat untuk berbagai keperluan yang semakin komplek dan heterogen sehing-ga keseimbangan ekologi alam dan manusia semakin mendinamisasi lingkun-gan kota dan sekitarnya. Memperhatikan terbatasnya luas lahan, meningkatnya jumlah penduduk, perbandingan lahan terbangun dan tidak terbangun semakin menggeser acuan baku, menjadikan sarana dan prasarana kota semakin kehilan-gan kualitas dan kuantitas daya dukung dan daya lentingnya.

Pembangunan Kota Denpasar mendatang hendaknya ditangani melalui suatu perencanaan dengan bingkai pengendalian pemanfaatan lahan yang sangat ter-batas dengan visi yang berwawasan Budaya, dilandasi oleh Tri Hita Karana dan dijiwai oleh Agama Hindu. Artinya pada pusat kota yang telah padat dan sulit dikembangkan dilakukan tindakan redevelopment dan renewal melalui pendekat-an konservasi, preservasi, dan revitalisasi, sehingga ruang dan Arsitektur kotanya sebagai ciri Denpasar yang Bali dapat tumbuh dan berkembang. Dengan demiki-an titik – titik disain khusus dapat disiapkan lebih awal lengkap dengan petunjuk pelaksanaan dan teknisnya, disertai dengan dukungan institusi yang handal dan penegakan hukumnya. Misalnya penataan titik disain kawasan kawasan Budaya, Perdagangan, Perkantoran, Pendidikan, Pemerintahan, dan lain sebagainya.

Penataan dan pengendalian pembangunan melalui manajemen perkotaan adalah suatu upaya yang harus segera dilakukan, atau sudah saatnya melakukan perenca-naan terpadu dengan kota - kota terdekat dalam perluasan kotanya. SARBAG-ITA ( Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan ) adalah merupakan suatu konsep

PEMBANGUNAN KOTA DENPASAR YANG BERWAWASAN BUDAYA

Page 44: denpasar - Universitas Udayana

44

yang memadai bagi pembangunan antarkota dimana trend perkembangannya sama – sama mengarah ke Selatan yaitu Denpasar. Strategi SARBAGITA se-bagai hasil kajian di tahun 1998 yang lalu menggaris bawahi kawasan – kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan lindung ( hutan ), kawasan permukiman, dan kawasan wisata.

Peta dbawah menggambarkan posisi dan hubungan antarkota antara Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan dalam satu kesatuan sistem yang berhubungan dan saling pengaruh mempengaruhi. Dari gambar tersebut tampak kedekat-an masing – masing kota – kabupaten ( pusat ke pusat kota berjarak 21 KM ) yang memiliki saling ketergantungan ; setidak – tidaknya dalam hal infrastruktur, perkonomian, sosial, budaya, perdagangan, lingkungan, sumber daya alam serta manusia, dan sebagainya.

Untuk mengendalikan gerakan ke Selatan dimaksud dimana Denpasar adalah magnet bagi kota – kota terdekat sekitanya, maka perencanaan perkembangan di masing – masing kota tersebut hendaknya dirancang secara terpadu dengan memperhatikan kekuatan, kelemahan, peluang, ancamannya masing - masing. Disamping memikirkan perkembangan yang merata, meningkatkan perekono-mian, kemudahan aksesbilitas, dan lainnya adalah bahwa akan terjadi lintas bu-daya diantara kota – kota tersebut tanpa disadari menjadikannya bertambah kuat, melemah, tercampur dalam suatu keunikan.

Otonomi Daerah merupakan suatu peluang bagi masing – masing kota atau ka-bupaten untuk berjuang dan berlomba dalam mencukupi kebutuhan dan mense-jahterakan warganya. Persaingan yang sehat dalam bingkai kemandirian dalam kebersamaan harusnya mengedepan agar keseimbangan dan pemerataan serta kesempatan kerja dan atau membangun menjadikan Bali sebagai suatu sistem yang utuh, solid, dan menjanjikan. Ke empat kabupaten yang di masa mendatang akan tumbuh dan berkembang menjadi satu kesatuan bagaikan mata rantai yang saling membutuhkan dan saling ketergantungan sudah saatnya menata ruangnya dengan lebih arif dan bijaksana.

Pengembangan Wilayah Kota DenpasarLuas lahan kotamadya Denpasar adalah paling kecil diantara kabupaten-kabu-paten lainnya di Bali dan memiliki kepadatan rata-rata tertinggi pula yaitu 2.704 orang/km2 pada tahun 1992 yang lalu. Berdasarkan data statistik disebutkan bahwa peningkatan jumlah penduduk rata-rata tiap tahunnya adalah 2,07%, itu berarti pada tahun 2000 nanti kepadatannya akan menjadi 3.106 orang/km2.

denpasar kota multi dimensi

Page 45: denpasar - Universitas Udayana

45

Dengan analisis yang sama maka tampaknya yang paling kritis adalah kecamatan Denpasar Timur, dimana pada tahun 2000 mendatang peningkatan penduduk rata-rata tiap tahunnya adalah 1,25 %, maka kepadatannya akan menjadi 4.405 orang/km2. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa seolah-olah tiap orang berada atau memiliki lahan seluas 227 m2, atau bila tiap kepala keluarga (KK) terdiri dari 5 orang maka setiap KK berada diatas lahan seluas 1135 m2. Kondisi ini belum lagi dikurangi luas lahan sawah, tegal atau akibat fungsi pasar, per-tokoan, perkantoran, pendidikan, kesehatan, tempat suci atau ibadah, perhotelan, ruang terbuka, taman kota, jalan, dan lain-lainnya.

Disisi lain lahan yang terbatas dan tidak bertambah tersebut terjadi peralihan fungsi dari agraris ke non agraris, baik akibat perpindahan hak atas dasar warisan, jual beli, sewa, tukar guling dan sebagainya untuk pembangunan mengakibat-kan makin sempitnya perbandingan luas lahan terbuka dengan lahan terban-gun. Berdasarkan tata guna lahan dan perubahannya dari buku Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) temyata bahwa luas daerah terbangunnya adalah 5.165,46 ha dengan rata-rata kenaikan 6,45% pertahun sedangkan daerah tak terbangun terdiri dari tegalan, sawah dan rawa/hutan adalah 7.232,57 ha dengan rata-ra-ta penurunan luas 3,20% pertahun. Komposisi perbandingan daerah terbangun dan tidak terbangun di tahun 1993 adalah 41,66% : 58,34%. Bila pertumbuhan rata-rata daerah terbangun dianggap konstan maka pada tahun 2000 yang lalu akan terjadi komposisi 60,47% daerah terbangan berbanding 39,53% tidak ter-bangun. Ini berarti bahwa perbandingan tersebut sudah sangat melewati ambang batas. Gambaran ini menunjukkan betapa rawan dan kritisnya wilayah Denpasar Timur dibanding dengan wilayah lainnya. Pendekatan “ambang batas” merupa-kan suatu keharusan dalam penataan perencanaan kota atas dasar deskripsi dan prediksi. Ada 4 tipe ambang batas ( Jerzy Kozlowski, 15 ) yaitu :(1) Menurut konsekuensi biaya yang melampaui batas.(2) Menurut suatu sebab yaitu karakter faktor fisik yang menentukan keter-

batasan ambang batas.(3) Menurut tingkat perencanaan (atau pengelolaan ) ambang batas terus di-

tangani.(4) Menurut kepentingan khusus, dimana ambang batas didapatkan dalam

hubungannya dengan pembangunan kota.

Walaupun wilayah Denpasar Timur yang paling kritis dari sudut ketersediaan lahan dan percepatan pembangunannya, akan tetapi harus diakui pula bahwa Kota Denpasar rata – rata daya tampung lahannya dari perbandingan lahan terbangun dan tidak terbangunnya telah melampaui ambang batas. Oleh kare-

PEMBANGUNAN KOTA DENPASAR YANG BERWAWASAN BUDAYA

Page 46: denpasar - Universitas Udayana

46

nanya evaluasi ambang batas telah harus dilaksanakan agar terjadi keseimbangan dan pemerataan Pembangunan. Kuncinya adalah dengan melakukan penyebaran fasilitas yang berupa magnet kota secara adil, merata, dan berkelanjutan dalam suatu sistem manjemen kota.

Skenario dan Strategi Pembangunan Kota Denpasar yang Berwawasan Budaya Dengan memperhatikan ke empat sektor tersebut diatas, yaitu : Lingkungan Hidup, Perumahan dan Permukiman, Pembangunan Kota dan Antar Kota, ser-ta Pengembangan Wilayahnya; tampak bahwa Denpasar akan bergerak dalam dinamika yang semakin mendesak komunitas dan keruangannya dalam multi di-mensi di masa – masa mendatang. Berbagai persoalan yang berhubungan dengan kualitas lingkungan alam dan hidup, bukan hanya berlaku pada tata ruang yang baik semata ; akan tetapi sangat didukung oleh adanya disiplin, tertib dan taat hukum, serta spirit kebersamaan. Ke empat sektor tersebut satu dan lainnya saling terkait dan memiliki hubungan secara resiprokal dalam mewujudkan visi , seperti diagram skenario berikut ini :

Wawasan Budaya sebagai visi pembangunan Kota Denpasar mendatang merupa-kan jiwa dalam pemanfaatan dan pengendalian pembangunannya yang dituang-kan dalam suatu perencanaan yang holistik dan terintegrasi antara Lingkungan Hidup, Perumahan dan Permukiman, Pembangunan Kota dan Antar Kota, dan Pengembangan Wilayahnya.

denpasar kota multi dimensi

Page 47: denpasar - Universitas Udayana

47

Skenario Pembangunan Kota Denpasar yang berwawasan Budaya dengan lan-dasan Tri Hita Karana dan dijiwai Agama Hindu diprioritaskan pada pemben-tukan sikap manusianya dengan segenap hubungannya dalam keseimbangan. Kerangka Pikir ini merupakan atau menunjukkan bahwa Lingkungan Hidup sebagai wadah “ruang” kehidupan dan penghidupan merupakan pengutamaan atau orientasi utama ataupun “Modal Dasar”sebagai pengendali perencanaan akibat pembangunan Perumahan dan Permukiman, Pembangunan Antar Kota , serta Pengembangan Wilayahnya. Dengan lain kata Pembangunan Perumah-an dan Permukiman, Pembangunan Kota dan Antar Kota, dan Pengembangan Wilayah sekecil apapun akan berakibat pada Lingkungan Hidup, yang akhirnya akan berpengaruh kepada manusia dan ruangnya dengan segala aspek kehidupan dan penghidupan, yang berpeluang menjadi generator dinamika budayanya. Wawasan Budaya sebagai suatu visi dirancang dan diharapkan tidak menjadikan komunitas Kota Denpasar mengalami cultural lag, ataupun kehilangan identitas.

Demikian pula akan terjadi perubahan akibat saling pengaruh mempengaruhi diantaranya misalnya ketika terjadi pembangunan Perumahan dan Permukiman maka pengaruhnya akan terjadi pada Pembangunan Kota dan Antar Kota, Pengembangan Wilayah dan sebaliknya yang akhirnya bermuara pada perubahan Lingkungan Hidup – nya. Tekanan kepada Lingkungan Hidup untuk suatu kota multi fungsi, padat dan lahan yang terbatas cenderung akan semakin menurun kualitasnya. Terlebih lebih lagi kesadaran akan pentingnya mutu lingkungan hidup yang baik belum memperoleh dukungan dan pengertian semua pihak. Porsi pendanaan untuk merawat, mengembangkan, serta meningkatkan mutu lingkungan hidup sangat kecil, sehingga akhirnya masyarakat yang menerima beban dan akibatnya.

Memperhatikan skenario dimaksud, sebagai suatu sistem maka interaksi satu dengan lainnya merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi dan tidak terpisahkan dalam rangka membangun Kota Denpasar yang berwawasan Bu-daya, digambarkan sebagai suatu strategi seperti dibawah.

PEMBANGUNAN KOTA DENPASAR YANG BERWAWASAN BUDAYA

Page 48: denpasar - Universitas Udayana

48

Mekanisme pembangunan yang berlangsung setiap tahunnya akan melibatkan ke empat sektor tersebut diatas secara bersamaan, termasuk sektor – sektor lain-nya. Kenyataan ini menjadikan pertanyaan yang mendasar yaitu apakah para perencana pembangunan di masing – masing sektor telah berkoordinasi secara holistik dan terintegrasi atau hanya mimpi indah masing – masing sektor saja ? Bila tidak , maka dapat dibayangkan bagaimana masing – masing sektor merasa menjadi panglima dan tidak perduli terhadap apapun akibatnya.

Bila diperhatikan dengan seksama kajian ke empat sektor diatas dalam kerangka Menuju Pembangunan Kota Denpasar yang Berwawasan Budaya, intinya adalah bagaimana penataan ruangnya dirancang agar satu dengan lainnya dapat ber-langsung seiring, saling isi mengisi tanpa menampilkan ego sektoral ataupun saling mengalahkannya. Keseimbangan dan berkelanjutan yang bermuara pada ruang yang berlandaskan lingkungan hidup yang menyelamatkan dan mense-jahterakan penduduknya adalah merupakan pengutamaannya.

Sebagai gambaran bagaimana erat dan berhubungannya ke empat sektor dengan beberapa masalah yang berkembang di Denpasar ditampilkan sebagai berikut :

denpasar kota multi dimensi

Page 49: denpasar - Universitas Udayana

49

No Sektor Bidang Strategis

Tujuan Diskripsi HubunganAntar sektor

1 LingkunganHidup

Penunjang Pelestarian, Keberlanjutan, Harmoni

Menurunnya mutu Lingkungan Hidup akibat meningkat-nya Pembangunan Perumahan dan Permukiman,Pemban-gunan Antarkota, dan Pengembangan wilayah

Lingkungan Hidup sangat erat dengan No.2, 3, dan 4.

2 Perumahandan Permukiman

Penunjang Ketersediaan,Keterjangkau-an, Kesesuaian.

Meningkatnya Pemba-ngunan Perumahan dan Permukiman akan ber-dampak pada penurunan kualitas Lingkungan Hidup, Pembangu-nan Antarkota yang tidak seimbang, dan Pengembangan Wilayah yang tidak terarah.

Perumahan dan Per-mukiman sangat erat dengan No.1,3, dan 4.

3 Pemba-ngunan Antarkota

Penunjang Pemerataan,Kebersamaan,Kemudahan,Keterpaduan.

Pembangunan Antarko-ta yang tidak terencana, akan merusak kelestar-ian Lingkungan Hidup, menyebarnya Peruma-han dan Permukiman yang tidak merata, serta Pengembangan Wilayah yang tidak terpadu.

Pembangunan Antarkota san-gat erat dengan No.1, 2, dan 4.

4 Pengemban-gan Wilayah

Penunjang Pemerataan,Kelegaan,Keterpaduan.

Pengembangan Wilayah yang tidak merata akan menurunkan mutu Lingkungan Hidup, terkonsen-trasinya Perumahan dan Permukiman, serta mempengaruhi Pem-bangunan Antarkota.

Pengembangan Wilayah sangat erat dengan No. 1, 2, dan 3.

Wawasan budaya merupakan suatu model pendekatan pembangunan bagi Kota Denpasar dimana intinya adalah mengedepankan partisipasi serta tang-gung jawab bersama dalam konsep Desa, Kala, dan Patra sebagai metodolo-gi. Tujuannya adalah agar perencanaan dalam pembangunan dan lingkungan berjalan searah, sehingga pembangunan dapat berlanjut melalui dukungan lingkungan. Dan ini dapat berlangsung bila telah terjadi pengendalian secara

PEMBANGUNAN KOTA DENPASAR YANG BERWAWASAN BUDAYA

Page 50: denpasar - Universitas Udayana

50

bijaksana pemanfaatan sumberdaya melalui penghematan, daya guna, hasil guna, dan daur ulang oleh seluruh pelaku pembangunan. Intinya adalah bah-wa keberhasilan yang berkelanjutan terletak pada masing – masing individu se-bagai pengendali dan pembina lingkungannya, dengan berpedoman pada suatu sistem perencanaan yang terpadu dan holistik antar sektor dan bidang strategis!

Beberapa isu strategis Kota Denpasar saat ini yang perlu ditangani secara lintas sektoral dalam suatu perencanaan yang berlandaskan Visi yang Berwawasan Bu-daya antara lain :

No Sektor Isu Strategis Solusi Pendekatan1 Lingkungan

Hidup• Tercemarnya air sungai.• Intrusi air laut.• Peningkatan lahan terbangun.• Polusi udara dan debu.• Banjir.• Sampah.• Menyempitnya lahan terbuka.• Perubahan iklim mikro dan ekologi lingkungan.

Penataan fungsi dalam suatu sonasi yang jelas dan sesuai dengan peruntukkan tata ruang, menetapkan % kepadatan untuk masing – masing sona, mempertahankan RTHK, memberlakukan syarat yang ketat terh-adap limbah, perbaikan manajemen, sistem, dan teknologi sampah.

Dialogis, Partisipasi,Obyektif,dan Etis, agar diperoleh hasil yang Sinergis, Dina-mis, Terbuka, dan Kearifan Lokal.

2 Perumahandan Permukiman

• Peningkatan per-mintaan rumah.• Mahal dan su-litnya lahan.• Sonasi yang tidak tegas dan jelas.• Degradasi identitas bentuk,fungsi, makna, pada “Arsitektur” Bali.• Status dan hubungan dengan adat/banjar.• Perubahan peman-faatan bangunan.

Melakukan review tata ruang, menetapkan sonasi Perumahan dan permukiman, sosialisasi rumah susun, menyusun guide lines Arsitektur yang beridentitas Bali, menata kepemilikan rumah dalam hubun-gannya dengan status kependudukan, meny-usun dan menerapkan ijin peralihan fungsi bangunan; serta melak-sanakan U.U. Peruma-han dan Permukiman

Dialogis, Partisipasi,Obyektif,dan Etis, agar diperoleh hasil yang Sinergis, Dina-mis, Terbuka, dan Kearifan Lokal.

denpasar kota multi dimensi

Page 51: denpasar - Universitas Udayana

51

No Sektor Isu Strategis Solusi Pendekatan3 Pemba-

ngunan Antarkota

• Perencanaan, pem-bangunan, pembiayaan dan pengawasan infra struktur.• Saling silang pengaruh dan ketergantungan berbagai sektor.• Keterpaduan peren-canaan, pemanfaatan, pengendalian ruang dalam berbagai fungsi • Pergerakan dan per-tumbuhan penduduk.• Aksesbilitas, Angkot dan Angdes terpadu.

Melakukan review tata ruang masing – masing kota “SARBAGITA”, berkoordinasi dan bekerja sama atas dasar SWOT terhadap sumber daya alam dan manusianya, serta ke-beradaan dan kebutuhan akan infra struktur. Analisis Dampak Kota dan Antar Kota menjadi suatu keha-rusan dan kewajiban. Menemu kenali dan membangun identitas masing – masing kota.

Dialogis, Partisipasi,Obyektif,dan Etis, agar diperoleh hasil yang Sinergis, Dina-mis, Terbuka, dan Kearifan Lokal.

4 Pengemban-gan Wilayah

• Terkonsentrasin-ya perkembangan satu wilayah.• Kepadatan melam-paui ambang batas.• Perubahan ekologis dan iklim mikro.• Macet,banjir,sampah,-kumuh,penduduk.• Degradasi ru-ang-ruang sosial.

Menata dan memera-takan sebaran fungsi dan pelayanan antar wilayah serta membuat petunjuk pelaksanaan dan teknis disertai institusi yang kuat diatas landasan taat dan tertib hukum.

Dialogis, Partisipasi,Obyektif, dan Etis, agar diperoleh hasil yang Sinergis, Dinamis, Terbuka, dan Kearifan Lokal.

Disamping ke empat sektor yang bermuara kepada penataan ruang Kota Den-pasar, sektor - sektor lainnya memiliki peran yang sangat penting. Satu dengan lainnya akan saling mempengaruhi dan memiliki ketergantungan yang sangat erat dan penting manakala Wawasan Kota Budaya digulirkan. Untuk mencapai tujuan yang dikehendaki maka Kota Denpasar sudah sepatutnya memiliki peta land use yang terbaru dengan bantuan pemotretan udara, dan data pendukung lainnya. Geographyc Information System ( GIS ) dan Management Information Sys-tem ( MIS ) sudah sepatutnya disiapkan ! Tanpa itu kita akan terjebak dalam wacana fanatisme !!!

PEMBANGUNAN KOTA DENPASAR YANG BERWAWASAN BUDAYA

Page 52: denpasar - Universitas Udayana

52

PenutupTantangan yang dirasakan paling kuat bagi perkembangan dan pertumbuhan Kota Denpasar seiring dengan era pasar bebas mendatang adalah tuntutan akan peningkatan kuantitas dan kualitas kota dari segala aspek. Tuntutan kuantitas seperti misalnya luas lahan pada kajian kami diatas ternyata tidak dapat diting-katkan lagi. Peningkatan kuantitas hanya dapat dilakukan melalui kreativitas para perancang dalam memanfaatkan daya dukung yang ada secara vertikal den-gan memperluas kawasan-kawasan khusus yang dijiwai oleh Perda No 4 tahun 1996, mereview dan melengkapi Perda Bali No:2,3,dan 4 Tahun 1974, serta tidak menyimpang dari roh Undang – Undang N0. 22 dan 25 Tahun 1999.

Kepadatan penduduk dan makin kritisnya perbandingan luas lahan terbuka den-gan tertutup akan mengakibatkan keterdesakan berbagai fungsi kota sehingga lahan yang terbatas akan sulit diperoleh dan mahal harganya. Kemacetan, polusi suara dan udara, banjir, sampah, air bersih, kesehatan, kebersihan, ekonomi, sosial dan budaya akan menjadi problem dan tantangan utama bagi seluruh masyarakat Kota Denpasar . Tantangan lainnya adalah dari segi beban fungsi kota yang se-harusnya dijabarkan dan disepakati terlebih dahulu dalam mengantisipasi masa depan, dituangkan dalam suatu perancangan kota yang holistik dan terpadu serta mencerminkan makna. Fungsi-fungsi apa sajakah yang disandangnya, kemudian tahapan prioritas mana yang menjadi pengutamaan? Paling tidak saat ini dapat dilihat bahwa beban fungsi kotamadya antara lain sebagai : pusat pemerintahan, pendidikan, perdagangan, pariwisata, budaya, jasa, dan sebagainya dapat ditata dengan kemanunggalan visi kedalam diversikasi transformasi kepentingan kini dan mendatang tanpa menghapus kedahuluannya !

Berbagai kepentingan fungsi ini saling tumpang tindih dan membebani sarana dan prasarana perkotaan yang pertumbuhannya tidak seimbang atau dengan kata lain antara supply dan demand tidak memadai. Permintaan ‘demand’ lebih be-sar dari pada persediaan ‘supply’. Bahkan juga supply terkesan tidak merata atau hanya terkonsentrasi pada wilayah-wilayah tertentu, katakanlah misalnya ten-tang penyediaan jaringan telepon, perumahan, pusat-pusat perbelanjaan, hibu-ran, pendidikan, pelayanan kesehatan, dan sebagainya. Contoh lainnya adalah hubungan antara lapangan pekerjaan, tempat bekerja dengan tempat tinggal ( pe-rumahan ) yang tidak terintegrasi dalam suatu wilayah mengakibatkan konsen-trasi kepadatan yang berakibat pada padatnya lalu lintas, kemacetan, lingkungan yang tak sehat dan sebagainya, yang akhirnya bermuara pada tingkat kebudayaan dan peradaban komunitasnya.

denpasar kota multi dimensi

Page 53: denpasar - Universitas Udayana

53

Peranan swasta dan masyarakat dalam menyemarakkan pembangunan wilayah perkotaan mesti ditingkatkan misalnya dengan melengkapi fasilitas parkir, pub-lik transport, pedestrian, pertamanan, perbaikan mutu lingkungan dan lain-lain-nya untuk setiap fungsi perbelanjaan, perkantoran dan sebagainya agar tidak membebani jalan sebagai sarana sirkulasi dan parkir. Ataupun juga setiap proyek pembangunan harus memiliki ijin lokasi yang sesuai dengan Rencana Tata Ru-ang dapat dilaksanakan dan dikendalikan dengan konsekuen dan konsisten. Dis-amping itu adalah segera memberlakukan penerapan Ijin Penggunaan Bangu-nan ( IPB ) bagi setiap peruntukan sebagai pengendali dan Tertib Pembangunan dengan cakupan antar wilayah dan kota, serta telah dapat menyiapkan Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis untuk setiap fungsi yang akan dibangun, khu-susnya pada daerah – daerah strategis dan cepat berkembang !

Tantangan-tantangan lain yang perlu digaris bawahi dengan mengingat peran multidimensi fungsi kota Denpasar adalah adanya hubungan dan ketergantun-gan terhadap wilayah disekitarnya. Seperti misalnya kebutuhan akan pangan bagi penduduk kota dan para wisatawan yang dikirimkan dari luar kota bahkan ada pula yang dari luar pulau seperti buah-buahan, beras, gula pasir dan lain-lainnya, akan memerlukan pasar, gudang, dan transport yang akan membebani jaringan jalan kota. Akhimya semua hubungan-hubungan tadi akan menimbulkan kes-empatan dan lowongan pekerjaan, terjadilah migrasi dan urbanisasi ; yang selan-jutnya berdampak pada kebutuhan Perumahan dan Permukiman yang layak dan memiliki identitas Bali, Pembangunan Kota dan Antar Kota, serta Perkemban-gan Wilayahnya.

Tantangan kependudukan merupakan masalah utama dimasa mendatang bagi Kota Denpasar. Demikian banyaknya tantangan yang ada hendaknya secara ter-padu dapat dipikirkan suatu konsep pemecahan yang selalu bila dikembalikan (feed back) akan menampilkan identitas atau jati diri Denpasar yang berada di Bali, bernuansa Bali dan berbudaya Bali. Tantangan ke depan bagi kota Den-pasar adalah mampu menampilkan jati diri, mensejahterakan dan mengangkat harkat warganya. Karena wujud kota, juga arsitektur kota, sebenarnya merupakan pola “manifestasi fisik” dari berbagai bentuk kekuatan dan fenomena, terutama sosial budaya, yang ada pada masyarakat pembentuknya. Dan .….yang termu-dah untuk mengamati jati diri adalah melalui wujud – wujud fisik berupa karya Arsitektur “Lingkungan Buatan” Tradisional Bali yang diimplementasikan ke dalam tampilan Perumahan dan Permukiman, Pembangunan Kota dan Antar Kota, Pengembangan Wilayah, dan Lingkungan Hidup. Perpaduan antara ruang luar “alami” dengan ruang dalam “buatan” yang seimbang, estetik, dan padu dalam setiap karya arsitektur Kota Denpasar mutlak dikedepankan agar komunitasnya

PEMBANGUNAN KOTA DENPASAR YANG BERWAWASAN BUDAYA

Page 54: denpasar - Universitas Udayana

54

tidak tercerabut dari skala ruang manusiawinya.

Pemikiran inovatif dan kreatif dalam menata lingkungan alaminya yang bersan-dar pada kesejarahan “masa lalu” dan realita kekiniannya hendaknya tidak mem-belenggu mereka kearah menurunnya peradaban, akan tetapi mampu mengang-kat harkat, kebanggaan, dan mutu setiap individu yang santun. Peran serta seluruh masyarakat Kota Denpasar dalam spirit kemandirian dalam kebersamaan dalam era mondial dan otonomi daerah serta berbagai dampak yang diakibatkannya menjadi suatu keharusan di dalam mengisi Pembangunan Kota Denpasar yang Berwawasan Budaya. Selamat !

denpasar kota multi dimensi

Page 55: denpasar - Universitas Udayana

55 Gereja Katolik Santo Yoseph di Jalan Kepundung

Page 56: denpasar - Universitas Udayana

56Kori Agung pada Stage di Art Centre

Page 57: denpasar - Universitas Udayana

57

DENPASAR KOTA KREATIF

4

Tantangan perkembangan kota mendatang dimana saja adalah soal lah-an dan penduduk. Penduduk yang tinggal diatas lahan tersebut perlu fasili-

tas dan kemudahan untuk mempertahankan hidupnya dengan mudah, murah, aman, lancar, nyaman dan sebagainya. Di tengah derasnya pengaruh globalisasi

dan perubahan iklim para teknokrat dan teknolog berupaya membuat tero-bosan untuk keberlanjutan suatu kota melalui Kota Kreatif. Denpasar boleh

bangga atas modal kreativitas warganya yang majemuk dan multilultur. “Kota bukanlah masalah – Kota adalah solusi”, demikain ujar mantan Waliko-

ta Curitiba-Brazil, Jamie Lerner (2012) dalam pendekatan Symbiocity.

Tujuh Permasalahan Perkotaan dan Lima Faktor Pengubah KotaDinamika perkembangan sekaligus pertumbuhan suatu kota sangat ditentukan oleh penduduk yang tinggal di wilayah kota tersebut. Potensi dan daya kreati-vitas penduduknya didukung oleh lahan dan infrastruktur yang memadai akan mengantarkan tingkat kesejahteraan dan kenyamanan kotanya. Intinya bera-da pada keberlangsungan perubahan demi perubahan apakah itu menyangkut kepemilikan, fungsi, maupun wajah perkotaannya. Intensitas, kualitas, kuantitas, maupun pola perubahan yang berlangsung di suatu kota sering tidak diikuti oleh perubahan fungsi bangunan. Dampaknya ada kegiatan yang memusat dan men-gakibatkan macet, panas, kotor, debu dan lainnya.

Budihardjo (1996) dalam tulisannya tentang Penataan Pusat Kota yang dipe-tik dari kajiannya Le Grange dan Rochford tentang “Ranking of Science and Technology Related Global Problem 1996” yang mengungkapkan tujuh masalah perkotaan yang akan dihadapi adalah : 1). Pengadaan rumah masal, 2). Tata guna lahan yang jelek, 3). Penggunan dan penyalahgunaan teknologi, 4). Pertumbuhan penduduk, 5) Pasokan air bersih, 6). Pencemaran udara, dan 7). Keterbatasan energi.

*) Dimuat di harian Bali Post, 2015

*

Page 58: denpasar - Universitas Udayana

58

Ke tujuh permasalahan tersebut diatas kini tentu harus dicermati dengan situasi dan kondisi setempat seperti yang dialami oleh Bali, khususnya di Kota Den-pasar seperti misalnya, macet, banjir, sampah, permukiman kumuh, dan penyakit sosial maupun menular, dan lainnya. Beragam problematik yang dihadapi kota menjadikannya persaingan individu semakin ketat dan melunturkan aset keber-samaan yang merupakan pusaka para leluhur. Bagi masyarakat lokal yang tidak siap menghadapi persaingan akan terdesak kepinggiran atas jargon pluralisme dan multikultur atau atas nama metropolis.

Dari berbagai penjelasan singkat diatas oleh para akhli disepakati ada lima pengubah kota yang sangat siginifikan yaitu : Strategi pembangunan nasional, tekanan penduduk, perilaku warga atau gaya hidup, pemanasan global dan mana-jemen perkotaaan. Ke lima

faktor utama pengubah tersebut secara holistik dan resiprokal pengaruh mem-pengaruhi yang dapat memperkuat, melemahkan, bercampur, bahkan mungkin menjadi unik.

Dari ke lima faktor tersebut yang disikapi dan harus berperan utama adalah Manajemen Perkotaan. Denpasar harus dan wajib membangun Manajemen Perkotaan yang solid, sahih dan membela kepentingan masyarakat dan kotan-ya. Penolakan Reklamasi ataupun Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (Be-sakih, Taman Nasional Bali Barat, dan Pulau Menjangan) adalah sebuah contoh yang sangat tepat sebagai pengendalian pemanfaatan ruang yang membela nilai budaya dan agama Hindu yang dipeluk mayoritas penduduk di Bali. Strategi Pembangunan Nasional yang dipergunakan sebagai wacana pengembangan atau pembangunan pariwisata bisa saja menjadi tameng atau tempat berlindungnya para pengusaha.

Kota Kreatif Kota Masa Depan Kota Kreatif bukanlah kota yang wujud fisiknya dipenuhi oleh karya kreatif sep-erti billboard, baliho, digital advertisement, air mancur, arsitektur suka-suka, mo-bil penuh dengan warna-warni, dan lainnya. Kota Kreatif lebih mengacu pada suatu situasi dimana masyarakatnya hidup dan berpenghidupan melalui cara-cara mereka memecahkan masalah yang berlandaskan perkembangan ekonomi kreatif. Tiga alasan penting ekonomi kreatif berkembang adalah : hemat energi, hemat sumber daya alam, menjanjikan keuntungan lebih tinggi.

Gambaran kota-kota di dunia sangat beragam dan kota adalah citra bagaimana masyarakatnya tinggal dan beraktivitas. Paris, London, Tokyo, New York, Dubai,

denpasar kota multi dimensi

Page 59: denpasar - Universitas Udayana

59

Singapura, Jakarta dan lainnya adalah contoh keragaman wajah kota yang sangat dilatar belakangi oleh tematik kotanya. Budihardjo menyebutkan beberapa ti-pologi kota sesuai dengan siapa dibelakang kendali pemerintahan kotanya, antara lain seperti :(1) Kota Marxopolis, bila suatu kota terlalu didikte struktur dan bentuknya oleh

pimpinan daerah.(2) Kota Profitopolis jika yang dominan adalah struktur swasta. (3) Kota Technopolis terjadi jika yang memegang peranan kunci dalam pem-

bangunan kota adalah para teknolog dan rekayasawan, akan terjadi Tech-nopolis (misanya dalam wujud The Walking City, One Dimentional City, Floating City, Under Water City, dan semacamnya).

Sebutan Kota Kreatif awalnya diperkenalkan di Inggris oleh Charles Landry sekitar akhir tahun 1980 yang lalu, melalui bukunya The Creative City: A Toolkit for Urban Innovators. Landry berpendapat bahwa Kota Kreatif merupakan kota yang menciptakan lingkungan yang mendukung orang untuk memikirkan, mer-encanakan, dan bertindak dengan imajinasi dalam memanfaatkan kesempatan dan masalah kota, mengubah kesempatan menjadi pemecahan.

Pendapat lainnya tentang Kota Kreatif didekati dari sudut pandang ekonomi mengatakan bahwa saat ini masyarakat dunia memasuki transformasi besar da-lam ekonomi, yaitu ekonomi kreatif. Karena itu, kota, kabupaten, atau provinsi tidak cukup hanya mengandalkan insentif ekonomi bila ingin menarik investasi di wilayah mereka. Demikian pendapat Richard Florida, yang menyampaikan untuk pertama kalinya tentang ekonomi-kreatif.

Selanjutnya pada sumber yang sama Florida mengatakan bahwa , kota-kota ha-rus lebih menumbuhkan ”iklim orang-orang” daripada iklim bisnis (The Rise of Creative Class, Richard Florida, Basic Books, 2004). Itu artinya, membangun apa-apa yang diperlukan untuk mendukung kreativitas di semua lini dan mem-bangun komunitas-komunitas yang dapat menarik orang-orang kreatif.

Inti dari ke dua pendapat tokoh tersebut diatas berada pada bagaimana orang-orang yang tinggal pada suatu kota dengan daya imajinasi melalui olah pikirnya memecahkan berbagai problematik yang dihadapinya. Keberhasilannya tentu sangat didukung oleh infrastruktur kota dengan dukungan kualitas sumber daya manusianya. Konsepnya diawali oleh ekonomi yang dikemas secara kreatif.

Kota di Indonesia yang sudah dapat dikatakan “berhasil” dalam menerapkan Kota Kreatif adalah Bandung. Keberhasilannya sangat didukung oleh adanya industri kreatif yang sejak satu dekade lalu telah dimulai dan kemudian dilanjut-

DENPASAR KOTA KREATIF

Page 60: denpasar - Universitas Udayana

60

kan pada proyek percontohan Bandung Creative City sejak bulan Agustus tahun 2008 yang lalu. Bahkan setahun sebelumnya yaitu tahun 2007 Bandung mem-peroleh penghargaan sekaligus tantangan karena dipilih sebagai proyek rintisan Kota Kreatif se Asia Timur.

Keberhasilan Bandung menerapkan Konsep Kota Kreatif tampaknya mengede-pankan faktor ekonomi sebagai tujuan sehingga dampaknya sekarang perekono-mian dikuasai oleh para pemodal besar, komunitas kreatif ada dibawah belenggu pemodal besar yang akhirnya bermuara pada persoalan kemacetan, kekumuhan, persaingan harga, dan juga penurunan kualitas.

Denpasar Kota Kreatif Berbasis Budaya UnggulTulisan Kota Kreatif ini merupakan episode kelima atau terakhir dari empat tu-lisan sebelumnya. Tulisan pertama tentang Kota Pusaka, kemudian Kota Hijau, Kota Cerdas, dan Ruang Publik Kota. Tema-tema tersebut saling memiliki keter-kaitan dan saling pengaruh mempengaruhi dalam kaitan ketersesakan kota, peru-bahan iklim, dan penurunan kualitas lingkungan, ekonomi, serta terdegradasinya interaksi sosial yang mengarah individualistik.

Di tulisan ke lima diharapkan para pembaca untuk dapat mensinergikan dan me-manfaatkan sebagai amunisi untuk kepentingan Kota Kreatif. Misalnya adakah manfaat menulis Kota Pusaka bagi Kota Denpasar untuk Kota Kreatif ? Jawa-bannya tentu sangat relevan. Kenapa? Karena dengan mencatat jenis, jumlah pu-saka dan ceritera yang melatar belakanginya sudah dapat diekspos untuk kepent-ingan pariwisata. Ketika kunjungan meningkat ke situs-situs pusaka berarti ada tambahan perpanjangan tinggal wisatawan yang salah satu ujungnya adalah ada peningkatan pemasukan fulus. Atau berkembang pertanyaan apa relevansi penu-lisan Ruang Publik bagi Kota Kreatif ? Jawabannya adalah bahwa ruang publik yang memadai jumlah dan kualitas serta estetikanya menjadi titik pertemuan masyarakat kota “komunitas kreatif ” guna berdiskusi tentang inovasi, kreasi, dan ide-ide lainnya yang dibutuhkan oleh mayarakat dan yang dapat dibuat olehnya. Hubungan saling pengaruh mempengaruhi ini bisa saja berlangsung antar dan inter topik tulisan tentang kota dimaksud.

Dari ceritera singkat tersebut setidaknya ada tiga hal penting yaitu kreativitas masyarakat untuk menggali peluang pendapatan dan sekaligus informasi tentang aset pusaka. Yang ke dua adalah bahwa ada nilai ekonomi yang berlangsung. Dan yang ke tiga adalah adanya dukungan sekaligus potensi lingkungan kreatif den-

denpasar kota multi dimensi

Page 61: denpasar - Universitas Udayana

61

gan spirit “one product one village”.

Oleh karenanya harus ada cetak biru yang jelas tentang Kota Kreatif yang di-maksud, karena pemahaman kreatif sangat luas dan tanpa batas tanpa parameter dan ataupun praktis yang jelas dan konkrit. Sama sekali tidak diinginkan untuk berhenti sampai di branding saja atau tema dan atau konsep kota hanya berganti baju atau kulit dengan tidak memperbaiki substansinya untuk kepentingan sesaat.

Dalam situasi contoh tersebut diatas, pemerintah berperan sebagai bridging (menjembatani) berbagai kreativitas masyarakatnya melalui road map yang jelas dan saling berhubungan dengan satu tujuan hidup sejahtera, aman, nyaman, dan berkelanjutan. Kota Kreatif mengantarkan masyarakatnya mencapai tujuan terse-but bukan semata-mata untuk kepentingan ekonomi, namun dibalik itu adalah mengutamakan interaksi sosial diantara warga kota khususnya komunitas kreatif. Denpasar Kota Kreatif wajib mengedepankan komunitasnya sebagai panglima dan bukan ekonomi semata.

Komunitas masyarakat kreatif menjadi dasar berkembangnya Kota Kreatif. Se-jalan dengan pendapat diatas Anindya (2015) menyatakan bahwa konsep Kota Kreatif lahir sebagai sebuah jawaban atas berbagai permasalahan perkotaan da-lam era globalisasi dan resesi ekonomi dunia. Selanjutnya disebutkan pula bah-wa ideologi dan konsep Kota Kreatif adalah memperbaiki lingkungan kota dan memajukan perkembangan atmosfir yang inspiratif untuk kegiatan kreatif mas-yarakat kota.

Kegiatan kreatif masyarakat kota konsepnya diajukan oleh (Rhodes, 1987:dipetik dari lib.ui.ac.id, 2015) yaitu Empat P yang terdiri dari :(1) Pribadi, merupakan modal utama karena merupakan pribadi yang unik dan

kreativitas. Kreativitas itu sendiri adalah ekspresi dari ungkapan pribadi ses-eorang.

(2) Proses, merupakan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru atau memperbaharui ciptaan lama melalui jawaban baru melalui pemecahkan masalahnya.

(3) Pendorong, ada upaya berupa dorongan dari dalam maupun luar dirinya un-tuk berkreasi. Dorongan dimaksud dapat berupa individu maupun kelom-pok mayarakat.

(4) Produk, merupakan produk kreativitas yang muncul dari interaksi keunikan individu dengan bahan, kejadian, orang-orang atau keadaan hidupnya.

Jika memperhatikan empat P diatas oleh Rhodes, tampaknya menurut hemat kami perlu ditambahkan dua P lagi yaitu Pemasaran dan Promosi. Pemasaran

DENPASAR KOTA KREATIF

Page 62: denpasar - Universitas Udayana

62

ataupun Promosi dapat menjadi bagian dari hulu ataupun hilir dari suatu pro-duk kreatif tergantung dimana keperluannya diletakkan. Seperti yang dilakukan oleh Kota Denpasar untuk kreativitas menggunakan tekstil lokal “endek” maupun kuliner tradisi masuk ke kantor, sekolah, sampai dengan dunia pariwisata. Enam P diatas akan semakin menggelinding bagai bola salju jika didukung oleh un-sur empat T yaitu Teknologi, Transportasi, Toleransi dan Talenta menjadi bagian yang sangat penting dan utama bagi pembangunan Kota Kreatif di mana saja, khususnya bagi kota se Bali, karena potensi Bali sangat tepat disebut sebagai Pulau Kreatif.

Kota selanjutnya harus berkonsentrasi pada penyediaan kesempatan kerja yang berkualitas dan setara daripada sekedar menjadi kota yang keren dari branding dan kulitnya saja. Keinginan tersebut dapat dilakukan melalui :(1) Dukungan pendidikan kewirausahaan dan kepemimpinan dan pengemban-

gan kemampuan khususnya permodalan dan teknologi.(2) Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, keterhubungan dan akses

ke pasar dan lapangan kerja dengan lebih merata.(3) Memastikan warga dapat mengakses kesempatan-kesempatan baru.(4) Meningkatkan pelayanan publik utama, seperti transportasi, tempat tinggal,

air bersih, sanitasi, dan listrik.(5) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Kota Kreatif adalah sebuah tujuan dan bukan hanya penerapan kebijakan atau-pun kebijakan politik. Jika berupa kebijakan sebaiknya fokus pada penciptaan kondisi ekologi dan infrastruktur yang mendukung kreativitas dan penciptaan kondisi lapangan kerja yang baik.

Tujuan pembangunan perkotaan yang berkelanjutan harus menciptakan lingkun-gan perkotaan yang berkualitas, tangguh dan berkelanjutan, untuk semua mas-yarakat (Pendekatan Symbiocity, dalam Salain 2015). Selanjutnya diungkapkan pula bahwa daerah perkotaan adalah ‘mesin’ pembangunan sosial, budaya, poli-tik, dan ekonomi. Perencanaan kota harus mendorong inisiatif adanya kegiatan ekonomi, yang harus diimbangi dengan kebutuhan sosial budaya dan kebutuhan lingkungan serta memperhatikan keterbatasan sumber daya alam.

Keterbatasan sumber daya alam di Kota Denpasar menjadikan pemikiran kreatif untuk memanfaatkan aset modal sosial dan budaya unggul untuk membangun Kota Kreatif sebagai salah satu sumber utama perekonomiannya, tanpa merusak kearifan lokalnya. Menyadari hal tersebut Pemerintah Kota Denpasar menetap-kan konsep pembangunan kotanya beberapa tahun yang lalu sebagai Kota Kreatif berbasis Budaya Unggulan; yaitu suatu sikap dan keyakinan dasar bahwa setiap orang memiliki dan melakukan hasrat untuk menjadi yang terbaik (Yudhoyono,

denpasar kota multi dimensi

Page 63: denpasar - Universitas Udayana

63

2008:1-8). Selanjutnya pada sumber yang sama dikatakan bahwa hal tersebut menjadi penting sebagai identitas dan budaya nasional dan kerinduan untuk ber-prestasi.

Kota Denpasar dengan beragam fungsi dan beban tematik kota yang beraneka dengan cerdas mengambil terobosan mengadakan workshop dengan mengun-dang para pakar dan praktisi pada tahun 2014 yang lalu. Langkahnya lebih konk-rit yaitu mensinergikan Kota Kreatif Berbasis Budaya Unggulan dengan Kota Pusaka. Perjalanan masih panjang, banyak kegiatan kreatif sudah dilakukan, ban-yak prestasi sudah diraih, namun satu hal harus diingat bahwa pembangunan ti-dak pernah dan boleh berhenti, dan yang penting adalah “mengubah kesempatan menjadi pemecahan”.

DENPASAR KOTA KREATIF

Page 64: denpasar - Universitas Udayana

64Pasar Kreneng

Page 65: denpasar - Universitas Udayana

65

DENPASAR MENUJU KOTA PARIWISATA BUDAYA DUNIA UNIK

BERBASIS KERAKYATAN

5

Kilas BalikPembangunan “Industri” Pariwisata merupakan suatu proses dinamika yang berke-lanjutan dengan salah satu tujuannya adalah meningkatkan pendapatan dan mense-jahterakan masyarakatnya antara lain dengan memanfaatkan : keindahan alam, kota lama, arsitektur, museum, kesenian, dan budayanya ; atau melalui penciptaan obyek –obyek baru yang sangat variatif agar tidak jenuh.Pariwisata Budaya adalah konsep yang dipilih untuk Bali ”Denpasar”. Sudahkah konsep tersebut berlaku sepenuhnya ?Bagaimana ketika akan menuju kota pariwisata budaya dunia unik ? Mampukah ? Sudah siapkah? Otonomi daerah bagi daerah yang pendapatan utamanya bersan-dar pada kepariwisataan sepertinya akan berusaha dengan kreatif – inovatif untuk memenuhi sekaligus meningkatkan kebutuhannya. Baik pariwisata maupun otonomi daerah sama – sama berpotensi dan berpeluang untuk menyelamatkan sekaligus meng-hancurkan tatanan sosial, alam dan keruangannya. Sudahkah Tata Ruang, Peru-mahan dan Permukiman, Pembangunan Kota dan Antar Kota, Pariwisata, Perda-gangan, dan Industri untuk menyelamatkan kondisi yang tidak diharapkan sebelum dimangsa oleh kepentingan pertumbuhan yang bernuansa kepentingan ekonomi dari pada manusianya ! Dapatkah pariwisata kerakyatan sebagai suatu model menye-lamatkan semua kepentingan ?

PendahuluanIde membangun kota Denpasar menuju kota pariwisata budaya dunia unik ber-basis kerakyatan adalah sebuah gagasan futuristik yang harus dicermati kem-bali atas pengertian dan batasan tentang Pariwisata Budaya. Pariwisat Budaya menurut Yang dimaksud dengan Pariwisata Budaya ketika itu ( Perda Nomer 3 tahun 1991 ) adalah :

*) Isu Strategis Kelompok Ahli Pembangunan Pemerintah Kota Denpasar, 2005

*

Page 66: denpasar - Universitas Udayana

66

Jenis kepariwisataan yang dalam perkembangan dan pengembangannya meng-gunakan kebudayaan daerah Bali yang dijiwai oleh Agama Hindu yang merupa-kan bagian dari kebudayaan nasional sebagai potensi dasar yang paling dominan, yang didalamnya tersirat satu cita – cita akan adanya hubungan timbal balik an-tara pariwisata dengan kebudayaan, sehingga ke duanya meningkat secara serasi, selaras, dan seimbang.

Dengan demikian Pariwisata Budaya bagi Bali adalah sebagai suatu ideologi, roh, rambu, sekaligus sebagai solusi pengembangan pariwisata Bali sampai saat ini. (Lanfant dalam Noorwati, 1999, 26 ).

Menyadari betapa pentingnya perolehan devisa melalui pariwisata dan tujuan penyelamatan kekayaan budaya bangsa maka pemerintah menerbitkan Undang – Undang No. 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan yang menjadi landasan bagi semua pihak yang terlibat dalam kegiatan pembangunan dan pengembangan kepariwisataan di Indonesia. Esensi yang tertuang dalam Undang – Undang tersebut tentang Pariwisata Budaya adalah bahwa, setiap gerak dan langkah da-lam kerangka pengembangan pariwisata secara normatif diharapkan tetap ber-tumpu pada kebudayaan bangsa.

Bila pariwisata budaya dunia unik bakal dipakai sebagai tema sentral maka, harus direvisi dahulu Perda yang ada, sekaligus dibatasi dan disepakati yang mana saja termasuk dalam kebudayaan dunia unik ! Sudahkah di dalam pengembangann-ya menggunakan kebudayaan daerah Bali yang dijiwai oleh agama Hindu yang merupakan bagian dari kebudayaan Nasional ? Atau bila menyimak Undang – Undang No 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan, sudahkah setiap gerak dan langkah pengembangan pariwisata telah bertumpu pada kebudayaan bangsa ? Mari cari jawabnya !

Sedangkan bila yang dimaksudkan adalah menuju pariwisata budaya di dunia yang unik karena kekhasan Bali maka yang dilakukan adalah memperkuat lan-dasan budaya sesuai dengan visi pembangunan kota Denpasar yang telah dice-tuskan dan disepakati oleh pemerintah maupun pihak legislatif. Kalimat Menu-ju sebenarnya lebih tepat bila dimaksudkan meningkatkan, karena disadari atau tidak kota Denpasar “Bali” telah menjadi destinasi pariwisata dunia . Di tingkat Asia saingannya hanyalah Thailand, untuk tingkat dunia Bali tentunya menjadi destinasi yang sangat diperhitungkan.

Pariwisata ataupun pariwisata budaya bukanlah kata benda, dua-duanya akan selalu tumbuh dan berkembang selaras dengan permintaan. Akan tetapi karena budaya dan pariwisata dua-duanya juga merujuk pada dinamika, maka peruba-han adalah pasti hukumnya. Perubahan yang bagaimana dikehendaki harusnya

denpasar kota multi dimensi

Page 67: denpasar - Universitas Udayana

67

dikaji sesuai dengan kemampuan daya dukung dan lenting kota Denpasar dari berbagai sektor.

Oleh karenanya kajian yang mencakup Tata Ruang, Perumahan dan Per-mukiman, Pembangunan Kota dan Antar Kota, Pariwisata, Perdagangan, dan Industri, merupakan sektor - sektor yang saling terkait berhubungan di dalam menuju kota pariwisata budaya dunia unik hendaknya selalu mengacu dua sisi antara keinginan dan kebutuhan dengan meniadakan resiko sebesar-besarnya. Adapun kerangka konsepsual atau alur serta lingkup bahasannya adalah seperti gambar dibawah ini.

Eksisting kota Denpasar yang dibatasi hanya pada tata Ruang, Perumahan dan Permukiman, Pembangunan Kota dan Antar Kota, Pariwisata, Perdagangan dan Industri diuraikan Kondisi, Potensi, Masalah serta langsung dibahas atas tujuan Pariwisata Budaya Dunia Unik yang Berbasis Kerakyatan. Kata kuncinya berada pada Pariwisata.

Sudah barang tentu hasil bahasan ini sangat ditentukan oleh kesahihan data, kebenaran pengolahan, serta ramalan yang akan terjadi mendatang dan tentunya juga sangat ditentukan oleh wawasan penulis. Yang jelas bahwa dengan tema yang diluncurkan pertanyaannya adalah : layakkah kota Denpasar menuju kota pariwisata budaya dunia unik, apakah yang dimaksud dengan menuju, apakah pariwisata budaya dunia unik tersebut, serta apakah yang harus dilakukan terh-adap tata ruang, perumahan permukiman, pembangunan kota dan antara kota, pariwisata, perdagangan, dan industri ?

DENPASAR MENUJU KOTA PARIWISATA BUDAYA DUNIA UNIK BERBASIS KERAKYATAN

Page 68: denpasar - Universitas Udayana

68

Kondisi, Potensi, Masalah, Serta Pembaha-san Kota Denpasar Menuju Kota Pariwisata Budaya Dunia Unik Berbasis KerakyatanDalam kerangka gagasan awal Denpasar Menuju Kota Pariwisata Budaya Dunia Unik Berbasis Kerakyatan diperlukan tinjauan pelbagai aspek yang saling terkait. Sesuai dengan batasan yang telah disampaikan dalam kerangka konsepsual dan lingkup, maka uraian dibawah ini akan menyajikan deskripsi dari aspek-aspek sebagai berikut yaitu : Tata Ruang, Perumahan dan Permukiman, Pembangunan Kota dan Antar Kota, Pariwisata, Perdagangan, dan Industri.

a. Tata RuangKota Denpasar ( Denpasar dalam Angka 2004 ; 3 ) terdiri dari tiga kecamatan dengan luas masing-masing sebagai berikut : Denpasar Selatan 49,9 Km2, Den-pasar Timur 27,73 Km2, dan Denpasar Barat 50,06 KM2. Dengan demikian luas total kota Denpasar adalah 127,78 KM2 atau 2,18 % dari luas pulau Bali. Wilayah yang terluas adalah Kecamatan Denpasar Barat ( 39.18 % dari luas kota Denpasar ).

Adapun perbandingan penggunaan tanah di kota Denpasar pada 2003 yang lalu menuliskannya sebagai berikut : Tanah Sawah ( 22,35 % ) : Tanah Kering ( 77,57% ): lainnya ( 0,08 % ). Ini berarti bahwa penghidupan dan kehidupan agraris di kota Denpasar telah bergeser ke industri dan jasa. Padahal kebudayaan adiluhung yang lahir,tumbuh,dan berkembang di Denpasar sangat diwarnai oleh kehidupan agraris ! Sebagai catatan tambahan bahwa luas wilayah Subak yang menyusut pada Tahun 1995 – 1999 saja adalah seluas 422 Ha dengan rata – rata penurunan 2,9 % / Tahun.

Dari data Profil Kota Denpasar tahun 2003 dinyatakan bahwa alih fungsi lahan setiap tahun adalah 75 Ha. Bila dihitung secara kontinyu dan menetap maka dalam hitungan 38 tahun mendatang Denpasar sudah tidak memiliki sawah lagi! Dengan lain kata dapat dinyatakan bahwa ke depan perubahan yang terjadi se-makin cepat dan tidak terarah bila tidak disusun arahannya! Untuk tahun 2004 pada buku Denpasar dalam Angka 2004 ternyata lahan sawah menyusut seluas 42 Ha. Penyusutan ini beralih ke pemanfaatan ke pekarangan rumah dan tanah sementara.

denpasar kota multi dimensi

Page 69: denpasar - Universitas Udayana

69

Perencanaan, Pemanfaatan, maupun Pengendalian ruang ke depan harusnya memperhatikan prinsip – prinsip atau kaidah sumber daya alam dan sumber daya manusia, mengingat pemanfaatan tata guna tanahnya antara terbangun dengan tidak terbangun sudah melampaui ambang batas yang telah ditentukan dari 40% : 60% telah menjadi 41,66% : 58,34% di tahun 1993, dan pada tahun 1998 menjadi 43,35% : 54,65% ( RTRW Kota Denpasar). Tentunya pada Tahun 2001 ini perbandingan tersebut telah berubah mendekati 45% : 55 % ( kenaikan rata – rata tiap tahun di Tahun 1993 – 1998 adalah 0,34 % ). Atas dasar REN-STRA Kota Denpasar 2001 – 2005 secara progresif perbandingan kawasan terbangun dan tak terbangun sampai pada Tahun 2004 ditetapkan menjadi 51% : 49%.

Sedangkan data Denpasar dalam Angka 2004, khusus untuk pekarangan ru-mah ”terbangun” telah terekam mengambil porsi 60,09 % dari luas keseluruhan wilayah kota . Ini menunjukkan bahwa lahan terbangunnya adalah 60,09 : 39,91 yang tidak terbangun. Dengan demikian perbandingan lahan terbangun dan tidak terbangun telah melampaui kajian RENSTRA 2001 – 2005. Mungkinkah perbandingan tersebut dimasa mendatang dikendalikan tidak melampaui 60% terbangun dan 40% tidak terbangun ? Peta tata guna lahan dibawah ini mem-berikan gambaran kepada kita tentang pemanfaatan ataupun perubahan lahan di Kota Denpasar yang dipadati oleh berbagai fungsi pada Tahun 1998 yang lalu :

Angka–angka perbandingan pe-manfaatan lahan untuk lingkungan buatan bukanlah angka keramat, akan tetapi kesepakatan harus ditetapkan terlebih dahulu, selan-jutnya teknologi diharapkan sebagai alat bantu memecahkan permasala-hannya. Infrastruktur yang baik merupakan jawaban yang harus dilaksanakan sesegera mungkin un-tuk meng-eliminir ter-degradasinya kondisi lingkungan kini dan yang akan datang ! Walaupun untuk itu diperlukan biaya yang sangat mahal dan canggih. Namun perlu diran-cang dalam suatu cetak biru yang dipikirkan, dikerjakan, dilak-

DENPASAR MENUJU KOTA PARIWISATA BUDAYA DUNIA UNIK BERBASIS KERAKYATAN

Page 70: denpasar - Universitas Udayana

70

sanakan, dan diawasai oleh seluruh masyarakat.

Bila kenyataan ini dibiarkan berlarut – larut tanpa perencanaan yang jelas dan pasti serta dukungan kepastian hukum , maka perbandingan ruang terbangun dan tidak terbangun tersebut semakin bertambah atau berubah tanpa diiringi oleh penyediaan fasilitas infrastruktur yang memadai, sehingga kualitas lingkun-gan Kota Denpasar akan semakin terpuruk.

Dengan memperhatikan fatwa tata ruang provinsi maupun kota khususnya men-yangkut tentang kawasan wisata, maka wilayah satu-satunya di kota Denpasar adalah Sanur. Idea Denpasar menuju kota pariwisata budaya dunia unik berbasis kerakyatan baik menyangkut wilayah Sanur maupun Kota Denpasar hendaknya ada pada skala sinerjitas berbagai fasilitas pariwisata dengan segala dukungannya seperti transportasi, obyek wisata, restaurant, kesehatan, dan lainnya yang dike-mas atas dasar kebersamaan. Khusus untuk Sanur dapat dikembangkan fasilitas publik services sepanjang pantai, jogging track, jaringan bersepeda, jalan bagi penyandang cacat, dan lainnya.

b. Perumahan dan Permukiman Pada daerah perkotaan yang dihuni oleh masyarakat yang heterogen dengan latar belakang multi etnik serta berbagai corak keragaman, tampaknya dalam hal yang berhubungan dengan pembangunan perumahan dan permukimannya memiliki berbagai pilihan dan kemudahan ( Jayagiri, Teras Ayung, dan lainnya merupakan contoh yang menarik untuk pernyataan tersebut diatas ). Berbagai fungsi yang diwadahi kota dengan jumlah penduduk yang besar, daya beli yang memadai, dan lain-lainnya mengakibatkan permintaan akan rumah selalu meningkat.

Dari sembilan Daerah Tingkat II, ternyata bahwa Kota Denpasar merupakan konsentrasi permukiman terpadat yaitu 39,86%, disusul oleh Gianyar 13,73%, dan Badung 12,51%, sisanya sejumlah 33,90% tersebar di kabupaten Buleleng, Jembrana, Tabanan, Bangli dan Klungkung (Data Bali Membangun 1999; Kini pada tahun 2001 tentu komposisi ini telah bertambah). Denpasar menjadi con-toh yang menarik untuk melihat bagaimana suatu kota yang lahannya paling sempit yaitu 127,78 Km2 memiliki kepadatan 2.704 orang/KM2 pada tahun 1992 yang lalu. Berdasarkan statistik disebutkan bahwa peningkatan jumlah pen-duduk rata-rata tiap tahunnya adalah 2,07%. Itu berarti pada tahun 2000 yang lalu akan menjadi 3.106 orang/KM2. kini untuk tahun 2003 yang lalu menjadi 4.579 orang/KM2 Denpasar Dalam Angka 2003,24 ).

Dari sumber yang sama setelah dianalisis tampaknya yang paling kritis adalah Kecamatan Denpasar Timur, dimana pada tahun 2003 yang lalu kepadatannya

denpasar kota multi dimensi

Page 71: denpasar - Universitas Udayana

71

telah mencapai 5.598 orang/KM2. Yang menarik lagi ternyata bahwa luas peka-rangan perumahan untuk Denpasar Timur pada tahun yang sama adalah 1.657 Hektar untu jumlah penduduk 155.233 jiwa, sehingga berarti bahwa tiap 94 jiwa / Ha untuk khusus lahan perumahan dan permukiman. Dengan memperhati-kan kondisi tersebut diatas, ternyata kota Denpasar sudah cukup padat, dan akan berakibat pada harga tanah yang layak dan ideal untuk rumah menjadi semakin mahal dan sulit diperoleh. Perhatikan juga bahwa data pekarangan rumah ( Denpasar dalam Angka 2003 ; 3 ) telah mengambil porsi 59,91 % dari luas kes-eluruhan kota Denpasar .

Adanya peningkatan jumlah penduduk setiap tahun dengan laju pertumbuhan rata-rata 3,20 % setiap tahun ( Profil Kota Denpasar tahun 2003 ; iv ) akibat angka kelahiran ataupun pergerakannya di satu sisi dan di sisi lainnya adalah keterbatasan lahan untuk perumahan dan permukiman di pusat kota, mengaki-batkan bergesernya lokasi-lokasi perumahan dan permukiman ke pinggiran kota dengan harapan harga lebih terjangkau oleh para konsumen. Pesatnya pertumbu-han penduduk tersebut menjadikan kota Denpasar, kota yang terpadat diantara kabupaten lainnya di Bali. Dari sumber yang sama disebutkan bahwa kepadatan rata-ratanya di tahun 2004 adalah 4.405 jiwa/KM2. Jumlah ini turun sejumlah 3,80 %. Perhatikan juga tabel pertumbuhan jumlah penduduk dibawah ini,

Sulit dan mahalnya lahan di daerah perkotaan berakibat bergesernya pemilihan lokasi pembangunan perumahan kearah pinggiran kota seperti Penatih, Pedun-gan, Suwung dan sekitarnya. Ataupun juga memanfaatkan daerah hinterland yang jaraknya relatif dekat dengan Kota Denpasar seperti Badung , Gianyar , dan Tabanan. Pertimbangan harga tanah yang relatif lebih murah dan tersedia dibandingkan di wilayah perkotaan ; ataupun juga permintaan yang tinggi karena konsumen yang tempat bersekolah, bekerja, dan lainnya relatif dekat dengan perumahan yang ditawarkan.

DENPASAR MENUJU KOTA PARIWISATA BUDAYA DUNIA UNIK BERBASIS KERAKYATAN

Page 72: denpasar - Universitas Udayana

72

Contohnya antara lain perumahan di sekitar : Sanur, Bukit Jimbaran, Nusa Dua, Canggu, Kerobokan, Batubelig, Seminyak, Sempidi, Sanggulan, Sukawati, Sayan, Bona, dan sekitarnya akan berakibat pada perubahan fungsi lahan secara meluas dan tanpa perencanaan yang matang. Bahkan beberapa diantara lokasi tersebut tumbuh dan berkembang sebagai villa mewah yang dimiliki atau disewa oleh para ekspatriat.

Perkembangan perumahan di Kota Denpasar yang dibangun sejak Tahun 1993 – 1998 yang lalu telah melahap lahan seluas 144,0625 hektar, sebagian besar diantaranya dibangun oleh masyarakat dan pihak swasta. Adapun gambaran kondisi bangunannya dari total 126.733 buah, 60% berada pada kondisi baik, 30% sedang, dan 10% buruk ( RTRW Kota Denpasar dalam RENSTRA 2001 – 2005, hal 67 ). Harus diakui bahwa kondisi buruk ini termasuk diantaranya adalah rumah – rumah kumuh yang berakumulasi pada terbentuknya kawasan kumuh yang sepertinya menjadi ciri perkotaan yang seharusnya mendapat per-hatian khusus.

Krisis politik, ekonomi, dan kepercayaan sejak tahun 1997 ataupun juga kare-na kebutuhan pasar mulai jenuh, memicu penurunan pembangunan rumah dari tahun ke tahun dan baru di tahun 2000 pasar tampak mulai menggeliat dikare-nakan antara lain : situasi keamanan di luar Bali yang berakibat terjadinya ekso-dus, atau terjadinya peningkatan pendapatan masyarakat yang bergerak dibidang pariwisata ( apresiasi rupiah terhadap dolar Amerika ), ataupun juga oleh karena situasi ekonomi yang tidak menentu masyarakat yang memerlukan rumah men-gambil sikap sekarang atau tidak sama sekali ; namun belum menyamai tahun-ta-hun sebelumnya.

Kenaikan atau pertumbuhan tidak sangat penting bagi pembangunan peruma-han, dan pembangunan perumahan merupakan salah satu model yang dapat memberi kontribusi bagi pembangunan. Berdasarkan analisis perumahan di Bali ( Salain,1997 ) dinyatakan bahwa kontribusi pembangunan perumahan adalah sebesar 0,62% pada pertumbuhan ekonomi di Bali. Kontribusi ini kecil, namun sangat berarti karena komponen pembangunan perumahan sangatlah luas; mulai dari penggunaan bahan alam sampai dengan industri; jaringan dan fasilitas infra-struktur ( jalan, listrik, telepon, air dll ), dan tentunya peluang dan kesempatan kerja tetap berlangsung. Artinya secara makro terjadi multiflier efek.

Kebijaksanaan pemanfaatan ruang bagi kawasan permukiman di kota Denpasar mendatang hendaknya memenuhi kaidah – kaidah antara lain : memilih dan me-netapkan lahan yang memenuhi kriteria untuk permukiman, membatasi perkem-bangan kawasan terbangun yang berada atau berbatasan dengan kawasan lind-

denpasar kota multi dimensi

Page 73: denpasar - Universitas Udayana

73

ung, dan mengamankan sempadan perbatasan administrasi antara wilayah Dati II sekurang –kurangnya 50 meter di kiri – kanan garis perbatasan wilayah, serta dapat difungsikan sebagai Ruang Terbuka Hijau.

Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal akan tetapi telah menjadi aset dan status sosial. Tradisi masyarakat Bali untuk tinggal dalam satu rumah “peka-rangan” seperti masa lalu telah mengalami dinamika, sehingga tiap anak lela-ki sepertinya dikehendaki memiliki rumah sendiri – sendiri. Peningkatan atau pergerakan penduduk, kemajuan industri dan jasa pariwisata, dibarengi oleh pen-ingkatan ekonomi merupakan pemicu permintaan akan rumah semakin mening-kat setiap tahunnya ; dengan konsekuensi logis makin meningkatnya perubahan fungsi lahan dan berbagai problem lingkungan dan sosial sebagai ikutannya.

Masalah perumahan dan permukiman bukan hanya menjawab persoalan pe-menuhan akan jumlah rumah yang dibutuhkan, wajah ‘arsitektur’ bangunannya, perijinan, dan lain sebagainya, akan tetapi yang lebih penting lagi adalah zonasi atau pendaerahan areal yang boleh dan dapat dibangun dan dikembangkan un-tuk suatu perumahan untuk kelak menjadi suatu permukiman yang memenuhi kaidah – kaidah yang ditetapkan dalam suatu perencanaan kota. “Rumah Susun” yang dibangun oleh POLDA Bali beberapa tahun yang lalu merupakan salah satu solusi untuk mengendalikan percepatan alih fungsi lahan dibidang perumahan.

Sebagai kota tujuan wisata yang menarik di Asia dan dunia, Bali, khususnya kota Denpasar juga terimbas oleh dinamika investasi di bidang perumahan bagi orang asing. Beberapa diantaranya sudah mulai membangun apartment, ataupun villa, yang dibangun di kawaan wisata.

c. Pembangunan Kota dan Antar KotaTampaknya Kota Denpasar dimasa mendatang akan terbebani berbagai per-masalahan yang sangat komplek, luas dan semakin rumit, seiring dengan peru-bahan – perubahan yang terjadi secara mendunia, nasional, dan tentunya spirit Otonomi dengan berbagai akibat yang menyertainya. Terbatasnya lahan, pertam-bahan jumlah penduduk, akan berakibat pada, meningkatnya perubahan fung-si lahan untuk kebutuhan perumahan, pendidikan, pekerjaan, rekreasi, dan lain sebagainya. Lama kelamaan manusia semakin terjepit oleh ruang yang akhirnya berpengaruh pada pemaknaan budaya yang bermuara pada tingkat peradabannya.

Budihardjo, dalam Penataan Pusat Kota (1996), menyebutkan tantangan perko-taan mendatang adalah sebagai berikut : (1). Pengadaan Rumah Masal, (2). Tata Guna Lahan yang Jelek, (3). Penggunaan dan Penyalahgunaan Teknologi, (4). Pertumbuhan Penduduk, (5). Pasokan Air Bersih, (6). Pencemaran Udara, (7).

DENPASAR MENUJU KOTA PARIWISATA BUDAYA DUNIA UNIK BERBASIS KERAKYATAN

Page 74: denpasar - Universitas Udayana

74

Keterbatasan Energi. Diluar ketujuh hal tersebut diatas, masih ada beberapa hal lain yang dapat dipertimbangkan dalam pengembangan perkotaan seperti, temuan penyakit baru, senjata muktahir untuk perang, pasokan pangan, rendahn-ya tingkat ilmu dan teknologi yang dikuasai oleh para pembuat keputusan dan lain-lainnya.

Pembangunan kota dan antar kota bagi Kota Denpasar merupakan satu hal yang sangat penting dan perlu karena pada kenyataaanya adalah bahwa antara satu kota dengan kota lainnya memiliki kelebihan dan sekaligus kekurangan atau sal-ing ketergantungan. Dilihat dari fungsi yang disandang oleh Kota Denpasar kini, setidak – tidaknya adalah sebagai pusat pemerintahan kota, dan propinsi, pusat perdagangan, pusat pendidikan, pusat pemerintahan, pusat pariwisata, pusat in-dustri serta jasa dan lain – lainnya. Bahkan ditambah dengan kenyataan bahwa Pusat Kota Kabupaten Badung masih berada pada wilayah Denpasar menyebab-kan beban Kota Denpasar semakin sarat, semakin komplek, dan multi fungsi.

Akibatnya kepadatan tidak terkontrol, peralihan fungsi lahan semakin mening-kat untuk berbagai keperluan yang semakin komplek dan heterogen sehing-ga keseimbangan ekologi alam dan manusia semakin mendinamisasi lingkun-gan kota dan sekitarnya. Memperhatikan terbatasnya luas lahan, meningkatnya jumlah penduduk, perbandingan lahan terbangun dan tidak terbangun semakin menggeser acuan baku, menjadikan sarana dan prasarana kota semakin kehilan-gan kualitas dan kuantitas daya dukung dan daya lentingnya.

Pembangunan Kota Denpasar mendatang hendaknya ditangani melalui suatu perencanaan dengan bingkai pengendalian pemanfaatan lahan yang sangat ter-batas dengan visi yang berwawasan Budaya, dilandasi oleh Tri Hita Karana dan dijiwai oleh Agama Hindu. Artinya pada pusat kota yang telah padat dan sulit dikembangkan dilakukan tindakan redevelopment dan renewal melalui pendekat-an konservasi, preservasi, dan revitalisasi, sehingga ruang dan Arsitektur kotanya sebagai ciri Denpasar yang Bali dapat tumbuh dan berkembang.

Penataan dan pengendalian pembangunan melalui manajemen perkotaan adalah suatu upaya yang harus segera dilakukan, atau sudah saatnya melakukan perenca-naan terpadu dengan kota - kota terdekat dalam perluasan kotanya. SARBAG-ITA ( Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan ) adalah merupakan suatu konsep yang memadai bagi pembangunan antarkota dimana trend perkembangannya sama – sama mengarah ke Selatan yaitu Denpasar.

Strategi SARBAGITA sebagai hasil kajian di tahun 1998 yang lalu menggaris bawahi kawasan – kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan lindung ( hutan ), kawasan permukiman, dan kawasan wisata. Denpasar, Badung, Gianyar dan Ta-

denpasar kota multi dimensi

Page 75: denpasar - Universitas Udayana

75

banan dalam satu kesatuan sistem yang berhubungan dan saling pengaruh mem-pengaruhi ( jarak antar pusat kota sekitar 21 KM ) , lebih dipermudah lagi akibat jaringan jalan maupun alat transportasiyang memadai, memiliki saling ketergan-tungan ; setidak – tidaknya dalam hal infrastruktur, perkonomian, sosial, budaya, perdagangan, lingkungan, sumber daya alam serta manusia, dan sebagainya.

Untuk mengendalikan gerakan ke Selatan dimaksud dimana Denpasar adalah magnet bagi kota – kota terdekat sekitanya, maka perencanaan perkembangan di masing – masing kota tersebut hendaknya dirancang secara terpadu dengan memperhatikan kekuatan, kelemahan, peluang, ancamannya masing - masing. Disamping memikirkan perkembangan yang merata, meningkatkan perekono-mian, kemudahan aksesbilitas, dan lainnya adalah bahwa akan terjadi lintas bu-daya diantara kota – kota tersebut tanpa disadari menjadikannya bertambah kuat, melemah, tercampur dalam suatu keunikan.

Otonomi Daerah merupakan suatu peluang bagi masing – masing kota atau ka-bupaten untuk berjuang dan berlomba dalam mencukupi kebutuhan dan mense-jahterakan warganya. Persaingan yang sehat dalam bingkai kemandirian dalam kebersamaan harusnya mengedepan agar keseimbangan dan pemerataan serta kesempatan kerja dan atau membangun menjadikan Bali sebagai suatu sistem yang utuh, solid, dan menjanjikan. Ke empat kabupaten yang di masa mendatang akan tumbuh dan berkembang menjadi satu kesatuan bagaikan mata rantai yang saling membutuhkan dan saling ketergantungan sudah saatnya menata ruangnya dengan lebih arif dan bijaksana.

Demikian pula akan terjadi perubahan akibat saling pengaruh mempengaruhi diantaranya misalnya ketika terjadi pada Pembangunan Kota dan Antar Kota, maka kota satu dengan lainnya akan terjadi saling tekanan yang dipicu oleh pergerakan penduduk, perumahan dan permukiman, dan selanjutnya akan ber-muara pada tata ruang. Hubungan antara kota Denpasar dengan kota – kota di sekitarnya ”SARBAGITA” ditambah dengan posisinya yang sangat strategis dalam transportasi antar pulau, baik darat, laut maupun udara menjadikannya sebagai daerah ”kota” tujuan wisata dengan berbagai muatan khususnya perda-gangan. Kondisi ini mengakibatkan beberapa wilayah disekitar Badung sampai dengan Tabanan telah dilirik para investor yang bergerak di industri garmen, furniture, pariwisata, perumahan, dan lainnya.

Dengan sangat sederhana dapatlah dinyatakan bahwa posisi kota Denpasar dengan kota sekitarnya sudah menjadi semcam imajinasi kawasan berikat bagi keperluan pariwisata. Hanya saja bahwa zonasi keberadaannya terwujud menda-hului cetak biru perkembangannya. Artinya pelaksanaan pembangunannya lebih

DENPASAR MENUJU KOTA PARIWISATA BUDAYA DUNIA UNIK BERBASIS KERAKYATAN

Page 76: denpasar - Universitas Udayana

76

awal dari perencanaannya.

d. PariwisataDari 15 kawasan wisata yang telah ditetapkan bagi Bali, Denpasar adalah salah satu diantaranya. Untuk kawasan Denpasar yang telah ditetapkan sebagai ka-wasan wisata adalah Sanur. Sanur yang terkenal keindahan pantainya menjadi lokasi sebagaian besar hotel berbintang di kota Denpasar. Sedangkan dibagian tengah telah tumbuh dan berkembang peruntukkan campuran antara hotel, pe-rumahan, perdagangan, dan lainnya. Hampir sebagain besar diantaranya adalah usaha-usaha penunjang kepariwisataan yang berbasis kerakyatan.

Dari segi pendapatan, menurut Anom ( dalam Pitana, 1992 : 62 ) dinyatakan bahwa pada tahun 1991 sektor kepariwisataan menyumbang 40 % terhadap pendapatan regional Bali dan menyerap tenaga kerja sejumlah 24 %. Ini berarti bahwa pembangunan tidak hanya akan terkonsentrasi pada sektor pariwisata saja, akan tetapi akan terjadi pembangunan di pelbagai sektor karena meningkatnya pendapatan akan berhubungan dengan semakin meluasnya perubahan fungsi la-han untuk berbagai keperluan pembangunan. Dan akhirnya akan mengakibatkan berubahnya keseimbangan ekologis, demographi, sosial budaya ke dalam dina-mika atau konsekuensi pilihan antara nilai – nilai lama “tradisi” dengan nilai baru “modern” yang mewacanakan efisiensi, rasional, pragmatis, dan lain sebagainya.

Perkembangan kunjungan wisatawan yang langsung ke Bali beberapa tahun terakhir mengalami fluktuatif. Tahun 1997 lalu pertumbuhannya 7,83 %, kemu-dian mengalami pertumbuhan minus 3,52 % di tahun1998 akibat krisis politik, ekonomi, dan kepercayaan, akan tetapi pada tahun1999 meningkat pesat menjadi 13,54 % ( Erawan dalam Bali Post, 2000 ; 8 ), dimana jumlah wisatawan yang langsung ke Bali adalah 1.355.799 orang ( Bali Membangun, 1999 ; VIII – 2 - 12 ). Bila kedatangan wisatawan yang tidak langsung ke Bali ( melalui Medan, Jakarta, Surabaya dan lainnya ) jumlahnya sama dengan yang lansung, maka Bali pada tahun yang sama menerima wisatawan sejumlah lebih dari 3.700.000 orang.

Pertumbuhan pariwisata di kota Denpasar sangat diwarnai oleh peran oarng-orang asing yang datang secara individual maupun kelompok/lembaga yang kedatangannya dilatar belakangi oleh beberapa kepentingan. Mulai dari urusan seni, agama, sampai dengan menjajah. Beberapa tulisan, bukti fisik, masih dapat dijumpai di kota Denpasar. Peristiwa puputan Badung, merupakan cerminan betapa heroiknya perjuangan rakyat kota Denpasar melawan penjajah Belanda ketika itu.

Pembangunan industri pariwisata diarahkan pada pembangunan pariwisata bu-

denpasar kota multi dimensi

Page 77: denpasar - Universitas Udayana

77

daya, berwawasan lingkungan yang dijiwai agama Hindu, dengan mengembang-kan objek, daya tarik wisata dan atraksi wisata yang dikemas dalam paket wisata kota atau yang dikenal dengan city tour.

Sektor pariwisata sebagai sektor jasa, sangat membantu pertumbuhan ekonomi kota Denpasar, dimana lahan pertanian ataupun masyarakat yang bekerja dibidang tersebut sudah semakin langka ! Namun harus diakui pula bahwa sektor pariwisata sangat rentan oleh gangguan sosial, ekonomi, politik, dan keamanan baik di tingkat lokal, regional, nasional, ataupun internasional seperti yang terjadi ketika perang teluk, WTC, Bom Kuta I dan II, dan lainnya.

Jika dipandang dari banyaknya usaha dan sarana pariwisata di kota Denpasar tahun 2000 – 2003 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Angka pertumbuhan usaha yang tertera dalam tabel diatas hingga 2003 tampak pertumbuhannya sangat kecil, hal ini dikarenakan terjadinya beberapa krisis se-hingga investasi agak lesu dan sifatnya menunggu pasar, atau beralih ke bentuk investasi lainnya yang memiliki resiko lebih kecil !

Namun yang menarik dicermati adalah jumlah wisatawan mancanegara yang datang langsung ke kota Denpasar mencapai 1.413.513 orang di tahun 2000 yang lalu, dengan lama tinggal rata –rata adalah 11,41 hari. Kemudian jumlah kunjungan tersebut menurun terus dari tahun ke tahun karena berbagai kri-sis yang terjadi di dalam maupun luar negeri, seperti yang ditunjukkan tabel dibawah ini,

Menurunnya jumlah kedatangan wisatawan mancanegara sejak tahun 2000 hingga 2003 juga disertai dengan menurunnya lama tinggal mereka hingga men-jadi sekitar 10 hari. Penurunan kunjungan wisatawan tahun 2003 kemungkinan terimbasnya ledakan bom Kuta ”Paddys Bomb”pada 2002 yang lalu. Peningkatan

DENPASAR MENUJU KOTA PARIWISATA BUDAYA DUNIA UNIK BERBASIS KERAKYATAN

Page 78: denpasar - Universitas Udayana

78

kunjungan samapai dengan 48 % lebih pada tahun 2004 telah mampu memban-gkitkan denyut perekonomian Denpasar ”Bali”, namun sayang Bom Kuta – Jim-baran 1 Oktober 2005 yang lalu sepertinya dalam beberapa bulan mendatang ini akan menurunkan kunjungan para pelancong. Persaingan harga biaya perjalanan udara maupun akomodasi tidak mampu menunjukkan peningkatan, kecuali bagi wisatawan domestik yang lama tinggalnya belum mampu menyamai wisatawan mancanegara.

Dilihat dari jumlah hotel berbintang satu hingga lima yang berada di kota Den-pasar ( Denpasar dalam Angka 2003 ; 331 ) berjumlah 23 buah dengan 4.760 tempat tidur. Sedangkan bentuk akomodasi lainnya tercatat sejumlah 215 buah dengan 8.098 tempat tidur. Dengan demikian jumlah tempat tidurnya menjadi 12.858 buah dengan 238 akomodasi bintang dan non bintang. Jumlah ruang ti-dur sebanyak ini hanya tersaingi oleh wilayah wisata Kuta yang pada tahun 1999 memiliki 16. 207 lebih ruang tidur ( SSPK, dalam Salain 2001 ; 13 ).

Walaupun angka pertumbuhan kunjungan wisatawan akhir-akhir ini menurun terus, disisi lainnya roda perekonomian tidak boleh mandeg, sehingga tumbuh kiat-kiat baru untuk meningkatkan kujungan wisatawan dengan menciptakan new destination, paket wisata murah, dan lainnya. Kekhawatiran kedepan bila situasi yang tidak sehat tumbuh memburuk maka perang tarif tidak terelakkan, mass tourism terjadi, akhirnya Denpasar ”Bali” hanya akan dapat dampaknya saja.

Bila kekahwatiran demi kekhawatiran tersebut diatas terjadi maka Denpasar menuju kota pariwisata budaya dunia unik berbasis kerakyatan harusnya diper-tanyakan kembali dengan konsep pariwisata budaya yang telah di adop dan diperdakan tersebut ! Tidakkah akan mengoyak sendi-sendi budaya yang telah berakar dan bersemai di nusa ning nusa ini ?

e. PerdaganganKeberadaan kota Denpasar ditinjau dari segi fungsi sepertinya sarat dengan berbagai fungsi yang bermuara pada beban yang dipikulnya. Daya dukung dan daya lenting kota Denpasar sudah seharusnya dievaluasi untuk pembangunan berkelanjutan dimasa mendatang. Salah satu fungsi yang menonjol kini adalah kota yang berfungsi sebagai pusat perdagangan barang-barang industri maupun hasil-hasil pertanian.

Hotel dan restoran yang dikatagorikan kedalam sektor perdagangan menjadi motor penggerak ekonomi dalam pembangunan pariwisata, khususnya industri pariwisata di kota Denpasar. Dengan lain kata Denpasar menjadi kota penyedia dan sekaligus penjual jasa.

denpasar kota multi dimensi

Page 79: denpasar - Universitas Udayana

79

Pada buku Denpasar dalam Angka ( 2003 ; 242- 245 ), Perdagangan dikelom-pokkan menjadi lima unsur utama yaitu :Hasil Kerajinan, Hasil Industri, Ha-sil Pertanian, Hasil Perkebunan, dan Lain-Lain. Ke-lima unsur utama tersebut dengan berbagai jenis hasil kerajinannya ada yang murni diproduksi lokal, seten-gah jadi, atau bahkan juga ada yang barang sudah jadi. Namun yang jelas patut dibanggakan adalah bahwa semua jenis – jenis kerajinan dimaksud adalah mer-upakan jenis ekspor yang mendatangkan devisa bagi Denpasar. Adapun besarnya nilai ekspor tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini,

Mencermati angka-angka tersebut diatas ternyata unsur perdagangan yang men-jadi primadona di tahun 2003 yang lalu adalah hasil industri disusul oleh hasil kerajinan, dan pertanian. Yang lebih menarik lagi di unsur industri yang menjadi unggulan adalah tekstil, untuk kerajinan adalah dari kayu dan logam, sedangkan di pertanian dimonopoli oleh hasil dari kelautan.

Memperhatikan potensi tersebut diatas, tampaklah bahwa sektor perdagangan yang dapat didorong percepatan perkembangannya adalah Industri, Kerajinan, dan Pertanian. Wacana Denpasar menuju kota pariwisata budaya unik berba-sis kerakyatan di sektor perdagangan diarahkan kepada penyediaan semacam pasar bebas atau trade centre yang menggunakan konsep-konsep lokal, disamp-ing tentunya secara berkelanjutan meningkatkan dan menyediakan fasilitas infra struktur yang memadai, tenaga ahli yang memenuhi kualifikasi, serta manajemen dalam arti luas.

f. IndustriSektor industri dibagi menjadi empat jenis yaitu : besar, sedang, kecil, dan keraji-nan rumah tangga. Jumlah Perusahaan di tahun 2004 untuk klasifikasi Besar dan Sedang adalah 101 buah ( turun 17,89 % ). Untuk Industri Kecil adalah tetap 381 buah, demikian pula untuk Kerajinan Rumah Tangga tetap sejumlah 1.272 buah.

Dilihat dari penyebarannya ternyata bahwa Denpasar Barat merupakan lokasi

DENPASAR MENUJU KOTA PARIWISATA BUDAYA DUNIA UNIK BERBASIS KERAKYATAN

Page 80: denpasar - Universitas Udayana

80

terpadat untuk keperluan industri ( 769 buah ). Sisanya tersebar di Denpasar Timur sejumlah 510 perusahaan dan 457 lainnya berada di Denpasar Selatan. Total dari perusahaan industri di seluruh kota Denpasar pada 2004 ini menam-pung tenaga kerja sejumlah 14.731 orang ( turun 13,53 % ).

Untuk dimaklumi saja ternyata keberadaan industri ini pada tahun 2003 yang lalu mampu memebayarkan gaji senilai Rp 81,957 Milyar, dan turun menjadi Rp 79,653 Milyar di tahun 2004. Fluktuasi pembayaran gaji ataupun jumlah perusa-haan industri ini sangat terpengaruh dengan dunia pertumbuhan pariwisata dan perdagangan yang berlangsung sehari-hari di kota Denpasar.

Jenis – jenis industri di kota Denpasar ( Denpasar dalam Angka 2004 ; 272 -273 ) dapat dikatagorikan sebagai berikut : Industri Pangan, Industri Sandang / Tek-stil / Kulit, Industri Kimia / Bahan Bangunan Umum, Industri Kerajinan, dan Industri Listrik dan Logam. Dari katagori masing – masing industri ternyata bahwa industri tekstil mendominasi penyerapan investasi.

Mendatang yang perlu dicermati adalah tentang penyebaran lokasi industri yang tidak sesuai dengan fatwa tata ruang ataupun juga belum siapnya pemerintah menyediakan infrastruktur bagi perkembangan industri. Beberapa industri sep-erti pencelupan sangat membahayakan lingkungan. Begitu pula industri lainnya yang mendorong terciptanya daerah-daetrah kumuh karena belum tersedianya sarana dan prasarana pendukungnya.

Industri, Perdagangan, dan Pariwisata diyakini mampu mendorong perekonomi-an dan sekaligus pembangunan kota Denpasar. Akan tetapi perlu perencanaan yang matang terhadap berbagai dampak yang diakibatkannya. Pembangunan ti-dak semata menghendaki pertumbuhan materiil belaka, namun lebih penting lagi adalah terhadap pertumbuhan diri.

PENUTUPDenpasar menuju kota pariwisata budaya dunia unik berbasis kerakyatan ada-lah sebuah gagasan dengan berbagai harapan bahwa kota Denpasar mendatang mampu menampilkan dirinya sejajar dengan destinasi pariwisata Asia maupun dunia yang ada. Ataupun juga diharapakan suatu saat kelak dengan wawasan budaya berkelanjutannya mampu meningkatkan kualitas dan pelayanan industri pariwisata yang telah ada dan terbangun. Agar hasilnya makin nyata menyentuh masyarakat kota Denpasar diharapkan seluruh komponen pembangunannya ber-landaskan kerakyatan !

Kata kunci untuk keberhasilan cita – cita tersebut diatas adalah bahwa visi atau

denpasar kota multi dimensi

Page 81: denpasar - Universitas Udayana

81

cara pandang kita terhadap wisatawan harus diteropong sejelas dan sedetail mun-gkin. Artinya maksud dan tujuan mereka ke Bali ”Denpasar” apa sebenarnya ? Berapa jumlah wisatawan mancanegara yang diharapkan berkunjung ke Denpas-ar sudah harus menjadi patokan dalam perencanaan ke depan. Kenapa ? karena dari jumlah kehadiran yang direncanakan para perencana dapat memprediksi ke-butuhan kamar hotel, transportasi, restauran, hiburan, bahan makanan, pekerja , air bersih, listrik, bahan bakar, perumahan, dan lainnya yang harus dapat terjawab dalam penyusunan blueprint pembangunannya.

Dari ketersediaan ruang kota Denpasar sudah sangat tak berdaya, artinya per-bandingan lahan terbangun dan tidak terbangunnya telah melampaui ambang batas. Ambang batas yang terwujud bukanlah hambatan karena setiap hambatan dapat diselesaikan dengan bantuan teknologi. Hanya saja kesesuaian teknologi tersebut dengan budaya yang berkembang perlu waktu dan ruang untuk mem-bicarakannya. Demikian pula permasalahan yang dijumpai pada pembangunan perumahan dan permukiman demikian pesatnya laju pertumbuhannya sehing-ga harus diwaspadai melalui pengendalian perubahan fungsi lahan sawah yang hampir 42 Ha lebih setiap tahun surut ke fungsi lainnya. Tata Ruang adalah gambaran ketersediaan ruang – ruang yang dibutuhkan untuk sebuah kota, atau dapat juga dikatakan sebagai wadah dari fungsi-fungsi kota untuk jangka waktu mendatang.

Tantangan yang dirasakan paling kuat bagi perkembangan dan pertumbuhan Kota Denpasar seiring dengan era pasar bebas mendatang adalah tuntutan akan peningkatan kuantitas dan kualitas kota dari segala aspek. Tuntutan kuantitas seperti misalnya luas lahan pada kajian kami diatas ternyata tidak dapat diting-katkan lagi. Peningkatan kuantitas hanya dapat dilakukan melalui kreativitas para perancang dalam memanfaatkan daya dukung yang ada secara vertikal

Pertumbuhan pariwisata yang walaupun akhir-akhir ini mengalami pasang surut karena berbagai krisis dan kejadian, namun bagi Bali ”Denpasar” masih meny-isakan harapan. Pertumbuhannya walaupun kecil namun mampu mendorong se-makin dekatnya pembangunan antar kota maupun kotanya sendiri. Empat kota/kabupaten yang jaraknya relatif dekat dan dibantu dengan kemudahan aksesbil-itas menyebakan Denpasar ke depan harus melirik dan bekerja sama dalam hal fasilitas pendukung kepariwisataan dan fasilitas perkotaan. Sudah sangat tepat bila Tabanan membuka peluang untuk membangun berbagai sarana dan prasa-rana kepariwisataan mendatang yang saling menguntungkan. Demikian pula da-lam hal perumahan dan permukiman. Aksesbilitas jalan Sunset ”Kuta – Tanah Lot” merupakan peluang yang sangat potensial.

DENPASAR MENUJU KOTA PARIWISATA BUDAYA DUNIA UNIK BERBASIS KERAKYATAN

Page 82: denpasar - Universitas Udayana

82

Mengingat peran multidimensi fungsi kota Denpasar adalah adanya hubungan dan ketergantungan terhadap wilayah disekitarnya. Seperti misalnya kebutuhan akan pangan bagi penduduk kota dan para wisatawan yang dikirimkan dari luar kota bahkan ada pula yang dari luar pulau seperti buah-buahan, beras, gula pa-sir dan lain-lainnya, akan memerlukan pasar, gudang, dan transport yang akan membebani jaringan jalan kota. Akhimya semua hubungan-hubungan tadi akan menimbulkan kesempatan dan lowongan pekerjaan, terjadilah migrasi dan ur-banisasi ; yang selanjutnya berdampak pada kebutuhan Perumahan dan Per-mukiman yang layak dan memiliki identitas Bali, Pembangunan Kota dan Antar Kota, Perdagangan, Pariwisata, dan Industri.

Pertumbuhan atau peningkatan pariwisata, disatu sisi dapat meningkatkan in-vestasi di bidang industri serta meningkatkan perdagangan. Majunya industri kerajinan, tekstil, ataupun hasil pertanian ”kelautan” sangat potensial menjadikan kota Denpasar tumbuh dengan industri pariwisatanya. Membangun fasilitas pas-ar bebas ataupun trade centre di kota Denpasar sudah sangat mendesak ! Bila ini dapat tumbuh dan berkembang Denpasar akan dihidupi oleh perdagangan jasa yang mendunia seperti yang dilakukan oleh Singapura.

Kepadatan penduduk (jumlah, jenis, dan lainnya) serta semakin kritisnya per-bandingan luas lahan terbuka dengan tertutup akan mengakibatkan keterdesakan berbagai fungsi kota sehingga lahan yang terbatas akan sulit diperoleh dan mahal harganya. Kemacetan, polusi suara dan udara, banjir, sampah, air bersih, keseha-tan, kebersihan, ekonomi, sosial dan budaya akan menjadi problem dan tantan-gan utama bagi seluruh masyarakat Kota Denpasar .

Batasan lainnya adalah dari segi beban fungsi kota yang seharusnya dijabarkan dan disepakati terlebih dahulu dalam mengantisipasi masa depan, dituangkan dalam suatu perancangan kota yang holistik dan terpadu serta mencerminkan makna. Fungsi-fungsi apa sajakah yang disandangnya, kemudian tahapan prior-itas mana yang menjadi pengutamaan? Paling tidak saat ini dapat dilihat bahwa beban fungsi kotamadya antara lain sebagai : pusat pemerintahan, pendidikan, perdagangan, pariwisata, budaya, jasa, dan sebagainya dapat ditata dengan ke-manunggalan visi kedalam diversikasi transformasi kepentingan kini dan men-datang tanpa menghapus kedahuluannya !

Di masa mendatang, kota Denpasar diharapkan mampu menampilkan jati diri, mensejahterakan dan mengangkat harkat warganya. Karena wujud kota, juga ar-sitektur kota, sebenarnya merupakan pola “manifestasi fisik” dari berbagai bentuk kekuatan dan fenomena, terutama sosial budaya, yang ada pada masyarakat pem-bentuknya. Dan .….yang termudah untuk mengamati jati diri adalah melalui

denpasar kota multi dimensi

Page 83: denpasar - Universitas Udayana

83

wujud – wujud fisik berupa karya Arsitektur “Lingkungan Buatan” Tradisional Bali yang diimplementasikan ke dalam tampilan Perumahan dan Permukiman, Pembangunan Kota dan Antar Kota, Perdagangan, Industri, maupun Pariwisata.

Wawasan budaya merupakan suatu model pendekatan pembangunan bagi Kota Denpasar dimana intinya adalah mengedepankan partisipasi serta tanggung jawab bersama ( dalam bahasa lain dapat juga dinyatakan berbasis kerakyatan ) dalam konsep Desa, Kala, dan Patra sebagai metodologi. Keberhasilan meman-faatkan basis Kerakyatan sangat didukung oleh etos solidaritas “kebersamaan” oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa meninggalkan kemandirian yang menjadi ciri masing - masing.

Partisipasi adalah merupakan spirit yang mesti dan harus dikandungnya ! Kon-sep dasar pengembangannya adalah menyusun suatu strategi perencanaan yang holistic dan sustainable. Pariwisata Budaya Dunia Unik berbasis Kerakyatan juga memberikan peluang seluas – luasnya pada pembangunan identitas keunikan yang dimiliki oleh rakyat maupun pelaku pariwisata. Dengan lain kata dapat dinyatakan bahwa kebudayaan lokal seharusnya akan tumbuh lebih dinamis, se-hingga wawasan budaya sebagai visi pembangunan kota Denpasar akan lebih bersinergis.

Wacana Kota Denpasar Menuju Kota Pariwisata Budaya Unik Berbasis Ker-akyatan masih perlu dikaji lebih dalam. Adapun analisis tata ruang, perumahan dan permukiman, serta pembangunan kota dan antar kota adalah memberikan gambaran terhadap daya dukungnya belaka. Jika dipaksakan lagi dengan berb-agai fungsi pariwisata akan terjadi desakan –desakan yang akhirnya bermuara pada fisik dan non fisik kota Denpasar. Sedangkan Industri dan Perdagangan tentunya akan mengikuti perkembangan atau permintaan pasar yang tentunya didorong oleh Pariwisata. Jangan lupa bahwa sampai saat ini disadari atau ti-dak, direncanakan atau tidak Denpasar adalah sebuah kota yang bergeliat den-gan berbagai kepentingan termasuk kepentingan dunia, khususnya dalam kiprah kepariwisataannya.

Akhirnya potensi pariwisata budaya yang telah ada dan merupakan warisan bu-daya lokal “Hindu” serta puncak-puncak budaya nasional sesuai dengan konsep pariwisata budaya yang telah di perdakan hendaknya selalu menjadi garda depan dalam pembangunan kota Denpasar mendatang yang menuju kota pariwisata budaya dunia unik. Identitas lokal ataupun kearifan lokal mampu menjadi filter atau penyaring terhadap berbagai serbuan budaya global yang melanda dunia.

Selamat !

DENPASAR MENUJU KOTA PARIWISATA BUDAYA DUNIA UNIK BERBASIS KERAKYATAN

Page 84: denpasar - Universitas Udayana

84Tol Benoa dari Udara

Page 85: denpasar - Universitas Udayana

85

PENDAHULUANPersoalan perkotaan adalah persoalan yang dilandasi oleh dua hal utama, penting dan sangat mendasar yaitu antara wilayah dan manusi yang berada di wilayah tersebut. Hamparan wilayah yang subur, datar atau betransis, memiliki pantai atau tidak, mempunyai gunung atau tidak, memiliki sungai atau tidak danlainnya menjadi sebuah potensi pembangunan dan pengembangan suatu kota. Deliniasi wilayah perkotaan menjadi bingkai dalam perkembangannya.

Manusia yang bermukim diwilayah tersebut dengan segala potensi dan kelemah-annya oleh mereka diolah atas beragam keperluan dan kepentingan dengan lan-dasan falsafah, ideology mereka terhadap keyakinan, sesama, dan dengan alam yang dikenal dengan Tri Hita Karana. Tri Hita Karana. Dinamika pembangunan akibat pertambahan jumlah penduduk perubahan sektor pekerjaan dari agraris menuju industry jasa diiringi oleh pengaruh dunia khususnya dari perdagangan, transportasi, pariwisata, dan telekomunikasi berakibat makin tingginya atau pe-satnya perubahan. Kini Denpasar menjadi kota yang plural dan multi etnik den-gan penduduk menetap yang hampir mencapai 1.000.000 jiwa.

Jumlah penduduk yang tersebut diatas menjadikan Denpasar sebagai kota Me-tropolis yang plural dan multi etnik akan membawa beragam pengaruh dan be-ragamnya kepentingan dan problematic. Terbatsanya wilayah dengan jumlah yang banyak akaibat berdampak pada kepadatan dan keterdesakan sehingga berbagai fasilitas bagi public akan menajdi salah satu kepentingan utama. De-mikian juga semakin tingginya permintaaan akan rumah, transportasi, sekolah, kesehatan danlainnya akan bermuara pada banjir, kemacetan dan sampah serta terdegradasinya mutu lingkungan.

Itulah berbagai perkiraan yang akan dihadapi oleh kota Denpasar, manakala

MENYONGSONG DENPASAR SEBAGAI KOTA METROPOLITAN

ISU DAN PERMASALAHANNYA

6MENYONGSONG DENPASAR SEBAGAI KOTA METROPOLITAN

Page 86: denpasar - Universitas Udayana

86

jumlah penduduknya akan mencapai 1.000.000 jiwa dan akan menjadikannya kota metropolis beberapa tahun ke depan ini. Oleh karena itu disampaikan be-berapa catatan kecil sebagai pengingat bagi kota Denpasar menjelang menjadi kota metropolitan. Untuk kepentingan tersebut akan diungkapkan mengenai pengertian dan perkembangan kota secara umum, kemudian pengertian tentang kota metropolitan dan permasalahannya, selanjutnya disampaikan secara singkat tentang evolusi kota-kota di Eropa, Amerika, Indonesia, sampai dengan Bali, kemudian dilanjutkan dengan persoalan tentang kota Denpasar kota metropol-itan. Semuanya dibingkai dalam konteks isu dan permasalahannya dari berbagai data yang diperoleh.

PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN KOTA Dari sekian banyak pengertian kota , beberapa diantaranya adalah yang dikemu-kakan oleh antara lain : (1).Harris dan Ullman, menyatakan bahwa kota adalah merupakan pusat untuk permukiman dan pemanfaatan bumi oleh manusia, (2).Max Weber, menyebutkan bahwa suatu tempat adalah kota apabila penghuni se-tempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya dipasar lokal, (3).Mayer, mengungkapkan bahwa pertama–tama kota nampak sebagai tempat bermukimnya orang–orang disuatu tempat. Dengan demikian kota tidak terja-di karena rumah–rumah, kantor, pertokoan, pasar, tempat ibadah, jalan, taman, dan lain–lainnya, melainkan orang–orang yang menghuni dan menciptakan hal tersebut. Atau dengan lain kata, kota adalah tempat dimana penduduknya tinggal menggantungkan cita-cita dan meraih harapannya.

Sedangkan bila kota ditinjau dari segi manusianya, maka kota dapat dipandang sebagai suatu sistim nilai–nilai, perasaan, kenang–kenangan, dan hubungan–hubungannya yang secara keseluruhan bersama–sama membentuk suatu sistim atau organisasi. Budihardjo dalam Percikan Masalah Arsitektur Perumahan Perkotaan disebutkan bahwa kota pada dasarnya merupakan pengejawantahan budaya, yang oleh Rapoport diistilahkan dengan Urban Cultural Landscape den-gan beraneka ragam kharakter, sifat, kekhasan, keunikan, dan kepribadian.

Oleh karena itu yang pertama–tama harus dipahami adalah budaya dari berbagai kelompok masyarakat kota dan pengaruh dari tata nilai, norma, gaya hidup, ke-giatan dan simbul–simbul yang mereka anut terhadap penataan dan bentuk kota. Akan selalu terdapat pluralisme budaya. Kota dan perkembangannya akan sela-lu dimotori oleh perubahan dan pergerakan penduduknya. Oleh karenanya tata ruang kota yang terlalu ketat dan kaku tidak bisa tanggap terhadap perubahan.

Dari data laporan Bank Dunia dinyatakan bahwa perkembangan jumlah pen-

denpasar kota multi dimensi

Page 87: denpasar - Universitas Udayana

87

duduk perkotaan di Indonesia adalah 55 juta atau sekitar 30 % dari total pen-duduk Indonesia ; sedangkan laju pertumbuhan penduduk perkotaan selama 15 tahun terakhir kian meningkat, bahkan dalam 10 tahun terakhir ini rata-rata 6 % setiap tahunnya. Dengan melihat kecendrungan tersebut maka diperkirakan pada tahun 2000 mendatang jumlah penduduk perkotaan akan mencapai 80 juta jiwa atau sekitar 40 % penduduk Indonesia.

Dengan cara yang sama maka jumlah penduduk perkotaan di Bali pada tahun 2000 akan menjadi 1.200.000 jiwa, dari keseluruhan penduduknya yang ber-jumlah 3.054.201 jiwa ( Bali Post, 2001 ; 1 ). Jumlah ini belum termasuk per-tambahan jumlah penduduk tidak tetap yang diakibatkan oleh arus urbanisasi, dan kunjungan para wisatawan dalam dan luar negeri. Situasi semacam ini akan mempengaruhi kemampuan daya dukung suatu kota dari berbagai aspek seperti, sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lainnya. Cepat atau lambat kondisi ini akan terasa untuk Pulau Bali yang daya dukungnya terbatas dan perlu dikaji ulang atas dasar pengembangan kotanya secara holistik dan mendasar dari dimensi sosial don ekonomi.

PENGERTIAN KOTA METROPOLITANSecara umum suatu kota dikatagorikan sebagai kota metropolitan jika jumlah penduduknya telah mencapai 1.000.000 jiwa. Jika junlah penduduk dipergu-nakan sebagai batasan maka dalam beberapa tahun ke depan Kota Denpasar akan memenuhi persyaratan tersebut.Akan tetapi jika dilihat dari kehidupan dan penghidupan di perkotaan Denpasar lengkap dengan geliat fasilitas dan jaringan infrastrukturnya tampaknya warna-warni kota metropolitan telah berlangsung.

Pengertian kota metropolitan dipetik dari sumber www.bkreatif.co.id (diunduh 9

MENYONGSONG DENPASAR SEBAGAI KOTA METROPOLITAN

Page 88: denpasar - Universitas Udayana

88

November 2015) disebutkan sebagai suatu kawasan yang merupakan aglomerasi dari beberapa kota yang berdekatan dan terkait dalam satu sistem kegiatan sosial ekonomi, termasuk sarana dan prasarana penunjangnya, dengan satu kota utama berperan sebagai inti dari kota-kota lainnya sebagai satelit.

Dengan demikian di masa mendatang kota Denpasar secara mandiri maupun bersam dengan kota lainnya yang berdekatan dapat saja membentuk atau men-jadi kota metropolitan. Seperti yang sudah dilakukan beberapa tahun yang lalu, Sarbagita merupakan jawaban dari pengertian tentang kota Metropolitan. Dan Kota Denpasar suka tidak suka, siap tidak siap akan menjadi kota inti yang ber-peran sebagai satelit bagi kota lainnya

Konsep dan penerapan kota metropiltan untuk Bali sudah diawali dengan me-lihat berbagai kecendrungan yang berlangsung kawasan atau wilayah Sarbagita (Denpasar-Badung-Gianyar-Tabanan). Satu Kota dengan tiga kabupaten diran-cang sebagai kawasan kota metropolitan. Konsep yang sudah pernah diterap-kan misalnya tentang TPA Sarbagita, transportasi publik Sarbagita, dan lainnya. Walaupun ke dua konsep besar tersebut belum menyentuh ke sluruh lawasan kota metropolitan Sarbagita, namun embryonya sudah berlangsung dan wajib dilanjutkan.

Kota metropolitan dalam perkembangannya dihadapkan dengan berbagai per-masalahan yang beragam dan rumit sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk akibat migrasi, disertai dengan kian beragamnya pertumbuhandan dinamika kota. DisisI lainnya pemerintah selalu terlambat mengantisipasi tuntutan atau-pun kebutuhan masyarakatnya, khususnya dalam penyediaan saran dan prasarana perkotaan seperti misalnya : air bersih, jalan, dan sanitasi. Adapun permasalahan umum yang dihadapi perkotaan metropolitan adalah sebagai berikut:

NO PERMASALAHAN CATATAN1 Perkembangan ekonomi yang relative cepat

tetapi cenderung terkonsentrasi di kota utama, sedangkan kota lainnya (satelit) ku-rang berkembang, dalam artian tidak cukup punya kemampuan untuk mengimbangi perkembangan yang terjadi di kota utama

Saat ini sekitar 30% dari total pen-duduk perkotaan nasional yaitu sekitar 25 juta tinggal di kota metropolitan dan sekitar 35% dari GNP dikontri-busi oleh perkotaan metropolitan

2 Perkembangan kota yang cepat dis-ertai dengan tingginya urbanisasi yang kurang seimbang kemampuan penyediaan prasarana mengakibatkan timbulnya daerah-daerah kumuh

Saat ini urbanisasi sekitar 2,4% semen-tara tingkat pelayanan air bersih masih sekitar 40% sedangkan air limbah baru 12%, persampahan 60%. Sementara itu kawasan kumuh jumlahnya sekitar 50%dari total kawsan kumuh yang ada.

denpasar kota multi dimensi

Page 89: denpasar - Universitas Udayana

89

NO PERMASALAHAN CATATAN3 Pengembangan infrastruktur jalan belum

dapat digunakan untuk mengarahkan perkembangan kawasan-kawasan dan pusat-pusat permukiman secara teratur untuk membentuk struktur kota. Hal ini mengakibatkan inefisiensi dalam kota.

Bidang transportasi rata-ra-ta kecepatan pada peak hours adalah sekitar 15 km/jam.Menyebabkan tambahan cost produksi pada produk-produk eksport sekitar 3%.

4 Penataan ruang yang belum konsisten, baik dari sisi perencanaan, pemban-gunan, maupun pengendalian pem-bangunannya menyebabkan masalah polusi air sungai dan air tanah.

Saat ini tingkat BOD sungai di kota-kota metropolitan sudah diam-bang batas, Sebagai contoh Sungai Ciliwung BOD sekitar 200mg/l.

Sumber, www.bkreatif.co.id, diunduh 9 November 2015, diolah Salain.

Empat permasalahan utama tersebut diatas yaitu: perkembangan ekonomi yang pesat, peningkatan rumah kumuh, pengembangan inrastruktur jalan, dan belum konsistennya penataan ruang bagi kota Denpasar merupakan bagian dari mas-alah yang sedang dihadapi. Bahkan masalah tersebut juga menimbulkan masalah ikutan lainnya seperti keterbatasan air bersih, samaph, banjir, dan kemacetan.

Tantangan global mengenai masalah perkotaan yang dihadapi dewasa ini sesuai dengan kaiian Le Grange dan Rochford tentang “ Ranking of Science and Tech-nology Related Global Problems 1996” (Budihardjo, dalam Penataan Pusat Kota 1996), menyebutkan masalah tersebut sebagai berikut: (1) Pengadaan Rumah Masal, (2) Tata Guna Lahan yang Jelek, (3) Penggunaan dan Penyalahgunaan Teknologi, (4) Pertumbuhan Penduduk, (5) Pasokan Air Bersih, (6) Pencemaran Udara, (7) Keterbatasan Energi.

Diluar ketujuh hal tersebut diatas, masih ada beberapa hal lain yang dapat diper-timbangkan dalam pengembangan perkotaan seperti, temuan penyakit baru, senjata muktahir untuk perang, pasokan pangan, rendahnya tingkat ilmu dan te-knologi yang dikuasai oleh para pembuat keputusan dan lain-lainnya. Budihardjo menyebutkan bahwa :(1) Kota Marxopolis, bila suatu kota terlalu didikte struktur dan bentuknya oleh

pimpinan daerah.

MENYONGSONG DENPASAR SEBAGAI KOTA METROPOLITAN

Page 90: denpasar - Universitas Udayana

90

(2) Kota Profitopolis jika yang dominan adalah struktur swasta. (3) Kota Technopolis terjadi jika yang memegang peranan kunci dalam pem-

bangunan kota adalah para teknolog dan rekayasawan, akan terjadi Tech-nopolis (misanya dalam wujud The Walking City, One Dimentional City, Floating City, Under Water City, dan semacamnya).

EVOLUSI KOTA DI EROPA, AMERIKA, INDO-NESIA, DAN BALIEvolusi kota di Eropa, Amerika, Indonesia, dan Bali memiliki latar belakang yang sangat variatif namun tanpa melihat kurun waktu dapat dikatakan bahwa pusat kerajaan menjadi salah satu model pertumbuhan kota di dunia, bahkan untuk Indonesia dan Bali ada banyak kemiripannnya. Adapun evolusi kota di-jelaskan sebagai berikut :

1). Kota di Eropa dan Amerika

Deskripsi kota-kota di Eropa dan Amerika di awali sejak kurun waktu Jaman Purba , Yunani Purba, sampai dengan pasca Revolusi Industri seperti dibawah ini.

JAMAN PURBA

(5.000-3.000 SM) Dibangun mengitari sebuah bangunan setinggi 100 kaki dengan istana dan bangunan umum. Suatu tembok tebal mengelilingi seluruh kota.

JAMAN YUNANI PURBA (500 – 400 SM) Istana digantikan dengan tempat persidangan sebagai pusat kota. Muncul pola Grid Iron, dengan pola jalan sejajar dan blok perumahan dirancang untuk kemudahan pelayanan. Kota didasarkan atas kesehatan, kemampuan penye-diaan bahan makanan, kebutuhan air dan adan-ya pembatasan fisik kota. Muncul gaya Klasik.

JAMAN PERALIHAN

denpasar kota multi dimensi

Page 91: denpasar - Universitas Udayana

91

(ABAD VIII-XVIII) Mulai adanya pembatasan tinggi bangunan ditandai dengan adanya monumen dan bangu-nan umum. Munculnya perencanaan wilayah. Pola kota hampir berbentuk bujur sangkar, di-dominasi bangunan untuk kepentingan mas-yarakat,terletak di persimpangan jalan utama. Rumah berbentuk apartemen kecil dan ada juga yang berbentuk atrium (bagi yang kaya).

REVOLUSI INDUSTRI

(Abad XIX – Awal XX) Transportasi merupakan fenomena baru yang menandai kelahiran kota industri. Pembangu-nan fasilitas transportasi ditambahkan diatas yang sudah ada. Mulai dikenal perencanaan modern dari kaum reformis Patrick Geddes dengan Trinitas-nya.

PASCA REVOLUSI INDUSTRI Ditandai dengan konsep Garden City oleh Ebenezer Howard Bentuk Kota Taman dimak-sudkan untuk mengurangi kepadatan ditengah kota.

2). Kota Di Indonesia

Diawali dengan Jaman Hindu ketika kerajaan dipandang analog dengan pusat kota, sampai dengan kurun waktu pasca kemerdekaan dan kini sebagai berikut :

KURUN WAKTU DASAR FISK

JAMAN HINDU(5.000-3.000 SM)

Kerajaan sebagai pusat kota. Pola Grid Iron. Manca Pat merupakan bentuk wilayah perko-taan.

JAMAN PENJAJAHAN AKH-IR (Abad XIX Awal abad XX) Seja-rah Urbanisasi dan Modernisasi

Adanya benteng di dalam kota. Adanya kam-pung pribumi disekitar perumahan Belanda. Penegmbangan perencanaan modern. Berkem-bangnya area dagangan pasar. ( Muncul kota taman, kota kolonial, kampung verbeetering).

JAMAN REVOLUSI Stagnasi

MENYONGSONG DENPASAR SEBAGAI KOTA METROPOLITAN

Page 92: denpasar - Universitas Udayana

92

JAMAN PASCA KEMERDEKAAN. REPELITA-KINI

Kota lama dan Kota Baru yang mempunyai du-alistik. Berkembang menjadi kota besar karena meningkatnya kebutuhan fasilitas

3). Kota di Bali

Kota-kota di Bali tumbuh dan berkembang sejak jaman pra sejarah sampai den-gan saat ini. Berbagai perubahan dan perkembangannya sebagai berikut :

KURUN WAKTU DASAR FISIK

JAMAN PRA SEJARAH Tidak dapat diungkap secara pasti. Ditunjukan dengan penemuan alat pertanian dan batu.

JAMAN BALI KUNO (mulai Abad ke VIII) Pola menetap berderet , tidak teratur, batas ti-dak jelas. Peninggalan di Penulisan, Kintamani, Mpu Kuturan

TAHUN 1001 Mengenalkan konsep pola permukiman yang didasarkan lontar Asta Kosala –Kosali.

JAMAN PENGARUH MA-JAPAHIT (Abad ke XVI)

Struktur pola menetap didasarkan lontar Has-ta Bumi. Dilandasi oleh filosofi Religi dengan pola Catus Patha, konsep Tri Mandala, Sanga Mandala. Bale Banjar sebagai unit lingkungan terkecil.

JAMAN KEDATANGAN ORANG ASING (Sekitar Tahun 1600)

Perubahan tata letak, fungsi, bangunan dan orn-amnet. Cina dengan bangunan loteng, penganut Islam dengan Mesjid, Belanda dengan bangu-nan Loji dan baliseering.

JAMAN REVOLUSI STAGNASI

JAMAN PASCA KEMERDEKAAN. REPELITA- KINI

Kota lama dan kota baru yang menpunyai ciri dualistik. Berkembang menjadi kota besar kare-na meningkatnya kebutuhan fasilitas.

KOTA DENPASAR KOTA METROPOLITANTerbentuknya kota-kota di Indonesia pada umumnya diawali oleh adanya ker-ajaan. Misalnya, Kota Yogyakarta dan Solo di Pulau Jawa seperti yang tertulis dalam buku Sejarah Kota Tua (2007:vii). Demikian pula, kota Badung, Jembra-na, Buleleng, dan Karangasem di Pulau Bali, dan Mataram di Pulau Lombok

denpasar kota multi dimensi

Page 93: denpasar - Universitas Udayana

93

(Agung,2001:59-77). Kota-kota tersebut di atas kini telah berkembang dengan pesat seiring dengan perjalanan waktu menjadi kota besar yang padat dan hetero-gen serta sarat dengan berbagai fungsi dan beban.

Secara administratif Kota Denpasar menjadi Kota Daerah Tingkat II pada ta-hun 1992 yang lalu dengan luas 127,78 km2 (sebelum reklamasi Pulau Serangan 123,98 km2) atau 2,18 % dari luas wilayah Propinsi Bali. Batas-batas fisiknya adalah di bagian Utara, Barat dan Selatan berbatasan dengan Kabupaten Ba-dung, di bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Gianyar dan Selat Lom-bok (Denpasar dalam Angka, 2009:1).

Kota Denpasar kini adalah sebuah kota yang terbentuk oleh karena waktu, pelaku, dan kekuasaan yang melapisinya. Dari berbagai hasil kajian para peneliti, dapat disimpulkan bahwa Kota Denpasar dari sudut lapisan sejarah terbentuk atas tiga periode.

Periode tersebut adalah era, 1) tradisi ”kerajaan”, 2) kolonial ”penjajahan”, dan 3) kemerdekaan hingga kini. Dari pembabakan ini dapat dinyatakan bahwa Kota Denpasar menampilkan sekaligus mencerminkan wajah dari ke tiga era tersebut secara utuh atau telah tercampur. Akan tetapi cikal bakal kota Denpasar yang berawal dari tradisi atau era kerajaan sampai dengan saat ini masih dapat ditelu-suri sebagai sebuah petanda dalam perkotaan sekaligus sebagai simbol-simbol kehidupan masa lalu.

Lapisan demi lapisan dari ketiga era tersebut telah mengubah matra ruang Kota Denpasar sebagai gambar peta disamping. Perbandingan luas lahan terbangun dan tidak terbangun. Data terakhir luas terbangun sudah mendekati 60% (per-bandingan ideal adalah 40% terbangun dengan 60% tidak terbangun).

MENYONGSONG DENPASAR SEBAGAI KOTA METROPOLITAN

Page 94: denpasar - Universitas Udayana

94

Salain, dalam Isu Strategi 1 bagi Kota Denpasar menuliskan tentang dinamika pembangunan di Kota denpasar sangatlah pesat. Cepatnya pembangunan terse-but setidaknya berdampak pada perubahan bentang alam. Banyak sawah berubah menjadi lokasi pembangunan perumahan, sekolah, pertokoan seperti disepanjang Jalan Teuku Umar dan Gatot Subroto, bahkan juga menjadi pusat pemerintahan seperti yang terjadi di wilayah Renon-Denpasar. Perubahan bentang alam terse-but untuk beraneka fungsi menampilkan pula aneka ragam tampilan arsitektur. Berubahnya fungsi lahan persawahan karena perluasan kota ataupun kebutuhan perumahan dan atau perdagangan. Perubahan fungsi lahan tersebut berakibat pada semakin timpangnya perbandingan luas lahan terbangun dan tidak terba-ngun.

Selanjutnya ditulis pula bahwa, Kota Denpasar kini merupakan Kota dengan ak-tivitas hampir 24 jam, serta sangat padat penduduknya. Data BPS tahun 2013 menyebutkan jumlah penduduk adalah 846.200 jiwa dengan konsentrasi terpa-dat ada di Kecamatan Denpasar Barat yaitu 10.062 jiwa/Km2. Jumlah penduduk yang besar dapat berupa berkah karena dengan jumlah penduduk yang besar, pas-ar semakin menantang, menggairahkan, dan menguntungkan. Namun dilain pi-

denpasar kota multi dimensi

Page 95: denpasar - Universitas Udayana

95

hak dapat menjadi masalah ketika manusia semakin terhimpit oleh ketersesakan, persaingan, dan pasti diburu waktu! Akan terjadi distorsi terhadap ide, norma, maupun wujud fisik perkotaan.

Peta kota Denpasar dibawah ini menunjukkan bahwa masing warna menunjuk-kan fungsinya. Intinya adalah pada perbandingan ruang terbangun dan tidak ter-bangunnya. Kini peta tersebut tentu telah mengalami perubahan karena pesatnya peralihan fungsi dan pertumbuhan pembangunan. Menyandang atau tanpa men-yandang kota sebagai kota metropolis Denpasar telah melaju dengan berbagai permasalahan, tantangan, dan hambatan maupun potensinya.

Bila mengacu pada jumlah penduduk sebagai konsep kota metropolitan, maka ke-tika penduduk kota Denpas-ar berjumlah 1.000.000 jiwa, dapat dibayangkan bahwa selain kota Denpasar sebagai lokasi ibu kota Provinsi Bali, juga dapat menjadi inti dari kota Sarbagita, dan fung-si-fungsi lainnya, akan ber-dampak pada jumlah pen-duduk siang dan malam menjadi berbeda. Kebutuhan yang wajib dipenuhi adalah penduduk yang menetap dan penduduk yang bergerak, to-tal jumlah yang akan dilayani kota bisa mencapai 1,5 kalin-ya.

Dengan demikian kota Den-pasar ketika itu harus mam-pu menyiapkan air bersih,

makanan, perumahan dan permukiman, pendidikan, fasilitas kesehatan, peker-jaan, listrik, sampah, sarana dan prasarana transportasi publik, dan lain sebagain-ya. Berbagai tuntutan tersebut akan berdampak pada mutu lingkungan yang menurun, banjir, keterdesakan dan kepadatan, kemacetan, peralihan fungsi lahan, konflik sosial sampai dengan adat dan ormas serta politik akan menjadi problem kota sehari-hari. Dinamika ini akan berpusing lebih cepat jika pemerintah kota

MENYONGSONG DENPASAR SEBAGAI KOTA METROPOLITAN

Page 96: denpasar - Universitas Udayana

96

tidak segera berbenah terhadap berbagai peraturan yang berhubungan dengan berbagai permasalahan kota Denpasar mendatang. Kerja sama dan pemekaran kota dengan kabupaten sekitar (Badung, Gianyar, dan Tabanan) sudah semes-tinya direncanakan dan termaktub dalam Tata Ruang sampai dengan rencana zonasi.

Mutunya mutu lingkungan dikutip dari tulisan Salain tahun 2006 yang lalu ten-tang Perkembangan Tata Ruang Dan Lingkungan 2010; Suatu kajian kasus Kota Denpasar Yang Berwawasan Budaya sebagai berikut :

Sempitnya lahan Kota Denpasar, padat dan terkonsentrasinya berbagai fungsi yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang ada berakibat pada mening-katnya permasalahan lingkungan. Kualitas lingkungan Kota Denpasar telah mulai tercemar ( NKLD Kota Denpasar Tahun 1999, dalam RENSTRA 2001 – 2005, hal 66 –67 ), khususnya pada air sungai, intrusi air laut, dan debu. Tercemarnya air sungai dapat disaksikan dari keasaman (ph) sungai yang telah mendekati batas maksimum yaitu 7,2 dari batas maksimum antara 5 – 9, dilampauinya ambang batas zat besi (Fe) dari standard maksimum 0,5 Mg/l menjadi 0,9 Mg/l, dila-mpauinya batas maksimum Chlorida dari 0, 5 Mg/l menjadi 21,5 Mg/l, serta tingginya kandungan Amonia yaitu dari batas 0,5 Mg/l menjadi 2,5 sampai den-gan 9 Mg/l. Intrusi air laut telah terjadi disekitar desa/kelurahan Pedungan, Pe-mogan, Sesetan, Sidakarya, Sanur Kauh. Debu bahkan telah melampaui ambang batas pada Daerah Sanur, Ubung, Sesetan dan di Tohpati.

Pencemaran lingkungan tersebut jika tahun demi tahun tidak ditangani dan ketika jumlah penduduk dan perkembangan kehidupan dan penghidupan yang kian meningkat diduga pencemaran akan kian parah dan mendegradasi mutu lingkungan. Turunnya mutu lingkungan tidak saja dapat menurunkan kualitas lingkungan alam namun yang paling dikhawatirkan adalah turutnya mutu sum-ber daya manusia akibat mutu lingkungan yang buruk. Oleh karena itu untuk mengendalikannya dibutuhkan produk hukum, kecanggihan teknologi dan mer-encanakan tata ruang yang benar dan baik atau mengendalikan pembangunan melalui pemerataan ke ke empat kecamatan.

Cepatnya pembangunan yang selalu mendahului perencanaan sudah seharusnya juga dibarengi dengan penegakan peraturan melalui SKPD yang bertanggung jawab terhadap tertib pembangunan, baik menyangkut ijin prinsip, ijin lokasi, ijin mendirikan bangunan, persyaratan lingkungan sampai dengan analisa mengenai dampak lalu lintas.

Manajemen satu atap melalui pelayanan publik “sewaka dharma” dalam bidang perijinan bangunan sudah seharusnya ditindak lanjuti dengan bantuan IT seh-

denpasar kota multi dimensi

Page 97: denpasar - Universitas Udayana

97

ingga monitoring setiap pembangunan di wilayah Kota Denpasar dapat diamati melalui monitor dimana saja dan kapan saja, seperti yang dilakukan oleh walikota Surabaya dalam menangani sampah maupun jaringan transportasinya.

Banyaknya permintaan perijinan saat ini diperkirakan ketika penduduk men-capai 1.000.000 dan Denpasar disebut sebagai kota metropolitan maka geliat pembangunan yang membutuhkan perijinan pasti akan semakin meningkat. Ke-cepatan, akurasi, dan transparansi proses menjadi keberhasilan utama dari sebuah kota yang pro poor, pro job, dan pro growth.

Disamping itu ke depan peran serta masyarakat seharusnya semakin bergulir dan penting. Ketika slogan Kotaku Rumahku disampaikan makna dibaliknya men-yatakan bahwa kota ini milikku atau sebaliknya. Rasa memiliki rumah dan kota adalah makna tunggal akan fanatisme masyarakat terhadap suatu wilayah tempat mereka tinggal yang disebut kota. Kota metropolitan yang sangat padat, penuh ego dan individualisme, yang oleh para sosiolog maupun planolog dinyatakan sebagai kota yang tidak ramah tidak terjadi di kota metropolitan Denpasar.

Menurut salah satu sumber internet (www.bkreatif.co.id, diunduh 11/11/15) menuliskan tentang strategi pengembangan kota metropolitan sebagai berikut :(1) Meningkatkan kemampuan daerah dalam pengelolaan pengembangan kota

yang sesuai dengan kondisi lokal dan saling bekerjasama dengan kota-kota disekitarnya dalam pengembangan inftastruktur dan penataan lingkungan dalam mendukung perkembangan ekonomi kota.

(2) Meningkatkan peran dunia usaha dan daya saing kota melalui penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan infrastruktur kota dan ekonomj perkotaan dan wilayah.

(3) Mendorong penataan kawasan untuk revitalisasi dan kelestarian lingkungan dan budaya,

(4) Mendorong pemberdayaan masyarakat dalam rangka pengembangan perko-taan yang berkelanjutan.

(5) Mendorong pengembangan perkotaan yang saling memperkuat dan seim-bang.

Ke lima strategi pengembangan kota diatas bagi kota Denpasar sudah melaku-kannya dalam berbagai aktivitas, katakanlah strategi yang ke tiga yang terkait dengan penataan kawasan untuk revitalisasi dan kelesatian lingkungan dan bu-daya misalnya melalui perencanaan Denpasar Kota Pusaka, pelestarian budaya melalui berbagai program yang dicanangkan oleh Dinas Kebudayaan, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga, dan lainnya.

MENYONGSONG DENPASAR SEBAGAI KOTA METROPOLITAN

Page 98: denpasar - Universitas Udayana

98

Untuk sebuah kota metropolitan ditetapkan beberapa kriteria utama atau pen-dukung utama bagi sebuah kota yaitu: taman, tangkapan air, udara, jalan, air minum, dan angkutan umum. Rinciannya seperti yang dikutip dari sumbernya (www.bkreatif.co.id, diunduh 11/11/15) isinya sebagai berikut :(1) Luas taman sebuah kota metropolitan setidaknya 20% dari luas kotanya. (2) Tangkapan air kota metropolitan yang terdiri atas sungai, drainase, dan

waduk harus mampu menampung air hujan atau luapan dari hulu sungai agar tidak menggenangi jalan atau pemukiman penduduk.

(3) Udara sebuah kota metropolitan harus dikontrol secara ketat oleh pemer-intah dari dampak polusi yang dihasilkan industri dan kendaraan bermotor. Disinilah pentingnya pemerintah menjalankan uji emisi kendaraan bermo-tor dan pengaturan lokasi industri

(4) Dari sisi jalan, sebuah kota metropolitan harus memiliki luas jalan umum sedikitnya 10% dari luas kotanya. Atau secara kualitatif jalannya sebanding dengan jumlah kendaraan bermotor dan aktivitas penduduknya. Jalan ini tentunya berkaitan dengan angkutan umum massal. Sebuah kota dikatakan metropolitan bila di situ terdapat jaringan kereta api dan jumlah angkutan umum yang memadai.

(5) Penduduk yang tinggal di sebuah kota metropolitan juga harus memiliki hunian yang layak. Artinya setiap satu hektar dihuni tidak lebih dari 100 orang.

Dari kriteria utama atau pendukung utama diatas, misalnya persoalan tentang luas taman sebuah kota metropolitan setidaknya 20% luas kotanya, maka Den-pasar sebagai kota metropolitan wajib menyediakan 20% X 127,78 km2 = 25,56 km2 untuk keperluan taman.Jumlah luas tersebut secara eksisting tentu belum tercapai, sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut harus menyediakan lahan yang sulit diperoleh dan mahal harganya. Tuntutan lainnya yang terkait dengan luas jalan umum yang 10% dari luas kotanya, itu berarti bahwa kota Den-pasar sebagai kota metropolitan wajib memiliki jalan umum seluas 12,778 km2 (luas kota eksisting 127,78 km2). Kriteria metropolitan yang memiliki publik transport telah terjawab melalui adanya bus Sarbagita, sedangkan untuk kepent-ingan jaringan kereta api sedang dilaksanakan studi awal.

Jumlah kendaraan di Bali pada Tahun 2006 jumlah 1,58 juta buah, meningkat tingi pada Tahun 2011 dengan angka 2,35 juta unit. Dari jumlah kendaraan ber-motor tersebut separuh lebih yakni 1,9 juta unit beroperasi di wilayah Kota Den-pasar dan Kabupaten Badung. Jika setengahnya berada di kota Denpasar, dapat dibayangkan bahwa tingkat kepadatan dan kemacetan dibeberapa titik berada

denpasar kota multi dimensi

Page 99: denpasar - Universitas Udayana

99

pada ambang batas kemacetan. Selanjutnya disuguhkan data tentang kecendrun-gan masyarakat menaiki bus Sarbagita sebagai publik transport sebagai grafik dibawah ini,

Jumlah peminat bus Sarbagita masih sangat dinamis, artinya angkanya secara signifikan tidak meningkat atau masih fluktuatif. Kini pada tahun 2015 ini didu-ga peminat semakin menurun. Kondisi ini harus segera diperbaiki agar kriteria transportasi publik menjadi syarat bagi kota metropolitan dapat terpenuhi. Den-gan pola pikir yang sama, didahului oleh adanya persyaratan dan data yang akurat kemudian dianalisis ke tiga kriteria yang ditulis diatas dapat dipenuhi.

PENUTUPDinamika pembangunan Kota Denpasar setidaknya diawali ketika ditemukann-ya prasasti Belanjong-Sanur, kemudian dilanjutkan pada era kerajaan yaitu saat Raja Puri Kesiman menjalin kerjasama dengan Tuan Lange. Lapisan berikutnya terekam pada peristiwa perang Puputan Badung, Museum Le Mayeur di Sanur, hingga pembangunan gedung hotel Bali Beach (kini The Grand Bali Beach).

Pengaruh ideologi melalui politik dan ekonomi kian menguat pada era globalisa-si yang dengan deras mengubah tatanan kehidupan dan penghidupan di permu-kaan bumi termasuk Bali dengan Denpasar sebagai lokasi ibu kotanya. Dengan lain kata dapat dinyatakan bahwa modal sosial dan modal budaya sebagai aset kota Denpasar merupakan rangkaian percampuran berbagai pengaruh. Budaya dan agama Hindu yang lues dan fleksibel melumat beragam pengaruh budaya luar dan menjadikannya bagikan miliknya. Lahirlah berbagai keunikan budaya

MENYONGSONG DENPASAR SEBAGAI KOTA METROPOLITAN

Page 100: denpasar - Universitas Udayana

100

urban atau kini lebih tepat disebut sebagi budaya metropolis.

Berbagai tantangan bagi kota Denpasar setelah memiliki penduduk sejumlah 1.000.000 jiwa atau yang setara dengan sebutan kota metropolis maka beberapa persoalan yang harus ditangani secara terpadu dan berkelanjutan dalam bingkai adil dan cinta akan kedamaian maka yang tersisa adalah persoalan kepadatan dan peralihan fungsi lahan. Ruang terbuka total 30% akan diserbu berbagai fungsi lainnya dan sangat dikhawatirkan jika wawasan budaya yang dijadikan visi bergeser dari kota metropolis ke kota Profitopolis karena keberpihakan yang kuat dan dominan kepada kelompok investor, atau mungkin juga malah berla-buh pada kota Technopolis yang mengedepankan teknologi dan rekayasa untuk pembangunan kotanya.

Tantangan masalah perkotaan yang dihadapi dewasa ini dan akan semakin mel-uas dan mendalam ketika Denpasar menjadi kota metropolitan akan mengha-dapi hal-hal konfliknya kepentingan pelestarian “tradisi” dengan perkembangan pembangunan “modernisasi” dengan berbagai difersifikasinya. Besarnya tekanan modernisasi atau pembaharuan melalui wacana globalisasinya membuat kota Denpasar bukan hanya menjadi kota metropolis namun juga menjadi tujuan pariwisata dunia.

Dampaknya berbagai investasi mengundang minat untuk berusaha di Denpasar yang diikuti oleh para pencari kerja dan pemukim yang melahirkan konflik baru antara pemenuhan keinginan dan kebutuhan serta diantara kepentingan dengan kenyataan.

Konflik tersebut sebagai berikut: 1). Perumahan, 2). Pendidikan, 3). Kesehatan, 4). Kependudukan, 5). Kemacetan, 6). Banjir, 7). Sampah dan pasokan energi, 8). Peralihan milik dan fungsi lahan, 9). Air bersih, 10). Kualitas Udara, 11). Penatan Ruang sampai dengan 12) Perwajahan Arsitektur.

Pelik dan luasnya permasalhan yang akan dan sudah dialami oleh kota Denpasar menjelang menjadi kota metropolis disarankan untuk lebih kencang dan ketat melangsungkan pembangunan yang tertuang dalam Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar beserta ikutannya. Struktur tata ruang den-gan empat kecamatan sebagai satelit dari pusat kota harus ditindak lanjuti dalam hubungan transportasi, ekonomi, persampahan, drainage, dan lainnya dalam satu kesatuan system. Untuk memudahkannya penggunaan jasa satelit yang difasilita-si dengan program IT berbagai pekerjaan dapat dimonitor oleh yang berwenang melalui telepon genggam.

Disamping dibantu dengan kecanggihan teknologi, pengawasan dan menindak

denpasar kota multi dimensi

Page 101: denpasar - Universitas Udayana

101

para pelanggar adalah mutlak hukumnya. Peraturan dibuat bukan untuk dilan-gar, melainkan wajib dipatuhi dan dilaksanakan. Dengan demikian peran serta masyarakat menjadi kata kunci keberhasilan membangun di kota metropolitan. Denpasar metropolitan rumahku diharapkan menjadi spirit yang bermakna bah-wa masyarakat tinggal dan beraktivitas di kota metropolitan bagaikan dirumah sendiri tanpa meninggalkan kebersamaannya.

MENYONGSONG DENPASAR SEBAGAI KOTA METROPOLITAN

Page 102: denpasar - Universitas Udayana

102

Monumen Bajra Sandhi

Page 103: denpasar - Universitas Udayana

103

Beberapa hari yang lalu, tepatnya pada tanggal 27 Februari 2018, Kota Den-pasar memperingati hari jadinya yang ke 230. Berbagai prestasi dan penghar-gaan telah diterima pemerintah sebagai bukti keberhasilan perencanaan pem-

bangunannya. Semangat para ASN melalui koordinasi, integrasi, dedikasi, serta melepas sekat-sekat birokrasi menjadi kata kuncinya. Bersama pasti bisa.\

Wadah pelayanan publik yang dikenal dengan Gedung Sewaka Dharma menjadi suatu bukti betapa seriusnya pemerintah Kota Denpasar dalam meningkatkan pelayanan bagi masyarakatnya. Bahkan dalam analisis ke depan gedung terse-but bukan hanya sebagai tempat pelayanan publik belaka namun juga menjadi gedung Center of Excelence dimana Dama Maya menjadi wadah integrasisi, implementasi, dan transformasi berbagai informasi yang dibutuhkan oleh mas-yarakat maupun pemerintah.

Wadah dan seperangkat infrastruktur yang tersedia tidak ada artinya bila tidak didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai dan siap melayani. Kinerja masing-masing Aparatur Sipil Negara (ASN) ditata dan dikelola dengan lebih transparan dan terukur sehingga perolehan mereka dalam satu bulan akan sangat bervariasi sesuai dengan keaktifan kinerja masing-masing. Walaupun ma-sih beda dan jauh nominalnya dengan ASN tetangga, namun spirit kerja yang bermuara pada prestasi yang mengangkat harkat dan jati diri pribadi dan Kota Denpasar menjadikan sebuah Yadnya yang merupakan Karma mereka. Melayani bagi mereka adalah Yadnya sekaligus Karma.

Yadnya dan Karma disusun merupakan program dan kegiatan beserta besaran dana yang di evaluasi setiap tahun merupakan pengejawantahan visi dan misi Walikota dan Wakilnya menjadi suatu kemutlakan yang diukur dengan seksa-ma. Realisasi pendapatan Pemerintah Kota Denpasar pada Tahun 2016 adalah

DENPASAR KOTA BERTABUR PRESTASI

7DENPASAR KOTA BERTABUR PRESTASI

Page 104: denpasar - Universitas Udayana

104

sebesar Rp 1.882.852.410,-, dimana pendapatan asli daerahnya sejumlah Rp 740.366.097,-, dana perimbangan sejumlah Rp 846.982.852 dan pendapatan lain yang syah sejumlah Rp 295.503.461. Sedangkan realisasi belanja Pemerintah Kota Denpasar tahun 2016 sebesar Rp 2.048.492.742,- Adapun realisasi belanja adalah dari belanja tidak langsung yaitu senilai Rp 1.087.829.312.

Tuntutan transparansi, kemudahan aksesbilitas, tidak hanya dilaksanakan dengan kecerdasan SDM belaka, namun juga dibantu melalui sarana Teknologi Informa-si yang dipadu laraskan sesuai dengan Tupoksi masing-masing OPD. Paradig-manya ada pada melayani bukan dilayani. Mengubah kebiasaan untuk menjadi pelayan yang dibingkai oleh percepatan waktu, murah, dan benar menjadi sangat sulit jika tidak dilandasi oleh Etika Publik. Salah satu caranya adalah melalui pe-rubahan struktur kelembagaan dan memposisikan orang yang berani dan mampu menegakkan Etika. Keteladanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keberhasilan suatu tujuan.

Mengajak para ASN untuk mengubah Mind Set “kebiasaan/perilaku” bukanlah merupakan persoalan mudah, walaupun sudah ada kegiatan Reformasi Birokrasi dan segala kegiatan ikutannya. Sadar akan kesulitan tersebut Pemerintah Kota Denpasar telah melakukan berbagai upaya untuk mengajak seluruh aparatur un-tuk berubah dalam upaya mencapai kinerja yang satuannya dapat diukur. Bahkan untuk jabatan tertentu diatur melalui lelang, sehingga tanggung jawab terhadap tugas dan wewenangnya benar-benar diraih melalui kompetensi yang mereka miliki. Bahkan untuk pencapaian Smart City yang oleh Pemerintah Kota Den-pasar diusulkan menjadi Smart Heritage City dilakukan pelatihan berjenjang pada setiap eselon dimana sertifikat kepesertaannya merupakan salah satu persyaratan kenaikan jabatan.

Kesulitan yang lebih berat adalah bagaimana mengajak masyarakat untuk maju “berubah” untuk keberhasilan capaian pembangunan. Pola dan konsep partisipa-si yang telah ada dari dahulu terus digulirkan dengan spirit Kotaku Rumahku. Analogi Kota sebagai rumahku menjadi kata kunci dalam mengajak masyarakat menjadikan kotanya bagaikan rumahnya. Rumahlah tempat pendidikan dan so-sialisasi awal bagi penghuninya, jika kemudian kota dipandang sebagai rumahnya maka kebersamaan dan rasa memiliki akan semakin besar manfaat dan kebersa-maannya. Tidak berlebihan bila disebut dengan “Bersama Kita Bisa”.

Rumahku Kotaku, Bersama Kita Bisa dipandang sebagai dua slogan diantara slogan-slogan lainnya yang mampu mengajak masyarakat bergerak kearah yang sinergis dengan pemerintah. Komunitas pemuda bangkit dengan segala kreati-vitasnya sesuai dengan harapan pemerintah yang mendorong majunya industri

denpasar kota multi dimensi

Page 105: denpasar - Universitas Udayana

105

maupun ekonomi kreatif. Bahkan kini Kota Denpasar telah memiliki Badan Kreatif yang menghimpun dan menggerakkan kemampuan komunitas kreatif bukan berharap pada produk semata, melainkan juga mampu meningkatkan kes-ejahteraan mereka.

Namun harus diakui bahwa modal sosial dan budaya masyarakat Kota Den-pasar yang bertumpu pada potensi dan kekuatan adat yang benihnya tersebar dan tumbuh subur di masing-masing banjar adat merupakan asset utama dalam menumbuhkan kebersamaan sekaligus partisipasi masyarakat dalam pembangu-nan. Intinya ada pada Trust “Kepercayaan” diantara para pihak. Pemerintah Kota Denpasar sangat menyadari bahwa masa depan kota akan diisi oleh mereka kaum komunitas muda. Banyak karya remaja-remaja di Kota Denpasar baik yang ter-gabung dalam sekeha, komunitas, ataupun tidak ikut mewarnai pembangunan ko-tanya. Dengan lain kata partisipasi ataupun kebersamaan tumbuh karena adanya saling percaya.

Peran serta dan kebersamaan masyarakat kota Denpasar dapat dikatakan telah mencapai hasil yang baik dengan memperhatikan perbandingan jumlah besarn-ya APBD Kota/Kabupaten dengan capaian IPM (Indeks Pembangunan Ma-nusia). Untuk Provinsi Bali, Kota Denpasar merupakan Kota tertinggi capaian IPM nya (82,58) dibandingkan dengan perolehan APBD Kabupaten Badung. Artinya adalah bahwa peran serta masyarakat ikut merupakan andil yang sangat besar dalam peningkatan capaian IPM. Demikian pula terhadap keberhasilan Kota Denpasar terhadap Indeks Kebahagiaan Masyarakat (IKM) yang mencapai 74,63 , merupakan kota tertinggi untuk Provinsi Bali, bahkan dari salah satu sumber dinyatakan tertinggi untuk Kabupaten/Kota di Indonesia.

Prestasi lainnya yang telah dicapai baru-baru ini adalah prestasi untuk Smart City yang ditorehkan pada RKCI Award (Rating Kota Menuju Cerdas (Smart City) meliputi kategori sebagai berikut :(1) Ekonomi Cerdas (Smart Economy).(2) Sosial Cerdas (Smart Social).(3) Keamanan dan Kebencanaan Kota (Safe and Secure Cities).(4) Pengembangan dan Pengelolaan Kota.(5) Digital Government Readiness.(6) Kesiapan Integrasi (Integration Readiness).(7) Ekonomi Inovasi.(8) Ekosistem Teknologi Investasi.

DENPASAR KOTA BERTABUR PRESTASI

Page 106: denpasar - Universitas Udayana

106

Walaupun masih ada yang belum dicapai namun capaian ini sudah menunjuk-kan bahwa arah dan tujuan pembangunan yang diarahkan secara nasional telah berhasil diimplementasikan dengan baik dan benar atau telah berada pada arah yang tepat.

Penghargaan lainnya yang sangat bergengsi adalah yang dipublis oleh Asosiasi Perancang Kota Indonesia tentang Kota layak Huni. Ada tujuh Kota Paling Lay-ak Huni yaitu : 1). Kota Solo 66,9%, 2). Palembang 66,6%, 3). Balikpapan 65,8%, 4). Denpasar 65,5%, 5). Tangerang Selatan 65,4%, 6). Semarang 65,4%, dan 7). Banjarmasin 65,1%. Adapun aspek paling memuaskan menurut warga terhadap capaian tersebut dinyatakan dari : Pangan 76%, Tempat Ibadah 76%, Air Bersih &5%, Pendidikan 71%, Kesehatan 71%. Dengan demikian seharusnya bangga bahwa Kota Denpasar menjadi kota layak huni ke empat di Indonesia, setidaknya slogan Rumahku Kotaku atau sebaliknya menjadi kenyataan. Capaian ini harus ditingkatkan pada tahun keberikutnya.

Disamping capain penghargaan tersebut diatas masih ada lagi beberapa prestasi antara lain : 1).Pasar Terbaik di Asia Tenggara bagi Pasar Tradisional Sindu di Sanur, 2). Penghargaan Nasional tentang Desa Sadar Jaminan Sosial bagi Desa Dangin Puri Kangin 3).Indeks Keuangan Daerah Terbaik Pertama Regional Bali - NTB, 4).Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), 5).An-ugrah Parahita Ekapraya (APE), 6). Kota Layak Anak, 7). Adipura, 8). Wahana Tata Nugraha Kencana Tingkat nasional, 9). Kota Terbaik dengan Indeks 83,42, 10). Kota Terbaik Layanan Publik dengan Indeks 86,24, 11). Kota Terbaik Kat-egori Pariwisata dengan indeks 87,65, 12). Kota Terbaik Per Region Bali Nusra dengan Indeks 83,42, 13). Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) berturut-turut 5 kali.14). Pengakuan Unesco untuk keris (2005),15).Pengakuan dari Unesco terh-adap Tari Legong Keraton sebagai salah satu Harta Tak Benda Warisan Budaya Kota Denpasar (2015). 16). Sertifikat Anggota Kota Pusaka Dunia dari Unesco (2012), 17). Sebagai anggota dari Organization World Heritage City (2013).

Bertaburnya berbagai prestasi yang telah diperoleh oleh Pemerintah Kota Den-pasar yang sarat dengan berbagai fungsi, dengan penduduk yang sangat padat, dan wilayah yang tidak bertambah menjadikan pemerintah dengan masyarakat-nya dihadapakan dengan beragam pilihan yang kreatif sekaligus inovatif. Em-pat kekuatan yang bersumber dari Pemerintah-Birokrasi-Akademisi-Pengusaha menjadi pilar penyangga pembangunan. Kerja keras dan fokus dari ke empat pilar tersebut terbukti telah membuahkan hasil nyata mengantarkan berbagai peruba-han, khususnya di Kota Denpasar.

Perubahan menjadi sebuah proses yang tidak dapat dielakkan baik secara alami

denpasar kota multi dimensi

Page 107: denpasar - Universitas Udayana

107

maupun direncanakan. Cepat atau lambat semuanya akan mengalami perubah-an seperti yang telah terbukti pada era disruption ini. Banyak usaha gulung tikar karena tidak cepat mengikuti arus perubahan. Tentunya kita tidak berharap akan terjadi kota maupun kabupaten yang akan gulung tikar terlebih-lebih jika dikait-kan dengan keinginan bersama terhadap spirit Sustainable Development City.

Kota wajib melangsungkan pembangunan berkelanjutan dan memberi berbagai kemudahan dan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Catatan penting adalah bahwa hendaknya kita semua tidak terjebak ke dalam rutinitas belaka. Pe-rencanaan adalah memuat ramalan terhadap berbagai kebutuhan dilengkapi den-gan faktor-faktor perubahan yang akan berlangsung. Marilah selamatkan modal Sosial dan Budaya dengan pendekatan Cerdas dalam bingkai Kreatif untuk Ke-berlanjutan dalam suatu Road Map dengan melibatkan generasi emas “komunitas remaja”. Dana bukan segala-galanya, Teknologi adalah alat bantu namun yang lebih penting dan perlu adalah penduduk yang cerdas. Generasi emas yang cerdas akan menjadi tumpuan harapan ke depan bagi pembangunan kota mendatang. Karena kota tidak semata-mata dibangun dengan pondasi batu! Selamat.

DENPASAR KOTA BERTABUR PRESTASI

Page 108: denpasar - Universitas Udayana

108

Bale Kulkul di Museum Bali, Denpasar

Page 109: denpasar - Universitas Udayana

109

*Tulisan ini dimuat pada Proseding Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun, Unud, 2015.

Kilas BalikDinamika pembangunan Kota Denpasar sudah dijejak setidaknya ketika ditemu-kannya prasasti Belanjong-Sanur, kemudian dilanjutkan pada era kerajaan yai-tu saat Raja Puri Kesiman menjalin kerjasama dengan Tuan Lange, selanjutnya ketika terjadi perang Puputan Badung, Museum Le Mayeur di Sanur, hingga pembangunan gedung hotel Bali Beach. Hotel, puri, pura, museum, dan lainn-ya dapat dikatakan sebagai monumen fisik. Sedangkan pengaruh lainnya yang kini deras berlangsung melanda dunia berupa monumen non fisik “maya” yang dikenal sebagai globalisasi ! Pengaruh ideologi melalui politik dan ekonomi kian menguat pada era globalisasi yang dengan deras mengubah tatanan kehidupan dan penghidupan di permukaan bumi termasuk Bali dengan Denpasar sebagai lokasi Ibu kotanya. Dan bagi Kota Denpasar berbagai lapisan perubahan akibat berbagai pengaruh terpetakan sejak 226 tahun lalu.

Berbagai perubahan yang berlangsung di seputar Kota Denpasar ternyata masih menyisakan aset warisan sebagai pusaka kota, baik yang berupa abstrak, fisik, mapun saujana. Kemampuan bertahannya warisan budaya diseputar kota dikare-nakan keteguhan sinerji antara agama dan adat ditimpali dengan adanya aturan perlindungan, pemertahanan terhadap obyek-obyek warisan budaya sebagai pu-saka sebuah kota. Mitos yang beredar di tengah-tengah kehidupan masyakat kota juga dipandang sebagai sebuah konsep atau metoda untuk pelestarian pusaka.

PRAWACANA Tingkat kepadatan penduduk di Kota Denpasar berdasarkan data Tahun 2010 telah mencapai 6.171 jiwa/km2 (Denpasar dalam Angka 2011). Jumlah tersebut diyakini pada awal 2014 ini telah bertambah jumlahnya. Kondisi ini menun-jukkan bahwa Kota Denpasar merupakan kota terpadat di Provinsi Bali. Dari

226 TAHUN KUATKAN POSISI DENPASAR SEBAGAI KOTA PUSAKA

SUATU REFLEKSI BAGI KOTA DENPASAR*

8226 TAHUN KUATKAN POSISI DENPASAR SEBAGAI KOTA PUSAKA

Page 110: denpasar - Universitas Udayana

110

empat kecamatan di Kota Denpasar jumlah penduduknya sangat variatif, tetapi yang terpadat pada Tahun 2010, tercatat di Kecamatan Denpasar Barat dengan tingkat kepadatan 9.536 jiwa/km2, selanjutnya Denpasar Timur 6.204 jiwa/km2, Denpasar Utara 5.598 jiwa/km2, dan Denpasar Selatan dengan jumlah 4.898 jiwa/km2.

Luas wilayah kota Denpasar meliputi 2,18 % dari luas pulau Bali, yaitu 127,78 km2. Ini berarti bahwa untuk setiap km2 wilayahnya di empat kecamatan pada Tahun 2010 memiliki kepadatan 6.559 jiwa/km2. Angka tersebut jauh mening-kat dibanding Tahun 2008 yang lalu yang mencatat sekitar 4.500 jiwa/km2. Ke-padatan merupakan salah satu pemicu terjadinya perubahan lahan. Perubahan fungsi dan kepemilikan lahan disertai dengan tingginya pertumbuhan / pergera-kan penduduk disertai dengan perubahan nilai ekonomi pada sebuah kota, khu-susnya Kota Denpasar dikhawatirkan akan semakin meningkatkan perubahan bentang alam ataupun fungsi dan kepemilikan bangunan seiring dengan gelom-bang kebebasan informasi serta kemajuan teknologi. Kekhawatiran ini muncul ketika beberapa situs budaya fisik yang sangat signifikan mewakili jamannya roboh misalnya bangunan Bali Hotel (di Selatan Lobi), Bale Kulkul di salah satu bale banjar di Jalan Supratman, dan lainnya.

Kekahawatiran tersebut diatas dirasakan diperlukan pemahaman oleh semua pi-hak tentang filsafat, teori, dan manajemen konservasi. Disamping itu juga san-gat dibutuhkan aturan yang melindungi dan atau melestarikan aset budaya fisik maupun non fisik dalam wilayah kota sehingga serial vision Kota Denpasar yang mengedepankan Visi Budaya terlihat jelas dari pelbagai tanda maupun penanda pusaka. Untuk itu diperlukan pemahaman tentang apa itu kota, pusaka, kota pu-saka, dan pengembangan kota pusaka.

Suryo ( dalam Salain,2003,2011) mengutarakan bahwa sebuah kota memiliki ciri universal yang berhubungan dengan asal pertumbuhan, lokasi, ekologi, dan unsur sosialnya. Sedangkan faktor-faktor ekonomi, politik, teknologi, dan sosial sering dianggap mendasari timbulnya suatu kota. Pandangan lainnya tentang kota oleh Ritzer dan Goodman (dalam Sukarma,2011; Salain,2011) mengung-kapkan bahwa kota adalah tempat budaya modernitas dipusatkan atau diinten-sifkan, sedangkan ekonomi uang menyebabkan penyebaran budaya modernitas dan perluasannya. Beranjak dari pandangan Ritzer dan Goodman tampaknya Kota Denpasar telah menunjukkan gejala atau sudah digilas budaya modernitas terbukti dari banyaknya perubahan wajah kota maupun penghuninya.

Pakar kota lainnya (Budihardjo dalam Salain, 2013:23) menyebutkan bahwa kota pada dasarnya merupakan pengejawantahan budaya yang oleh Rappoport

denpasar kota multi dimensi

Page 111: denpasar - Universitas Udayana

111

disebut dengan “urban cultural landscape” dengan aneka ragam karakter, sifat, kekhasan, keunikan, dan kepribadian. Selanjutnya Salain menyatakan bahwa harus dipahami keberadaan atau potensi budaya dari berbagai kelompok mas-yarakat kota dan pengaruh dari tata nilai, norma, gaya hidup, kegiatan, dan sim-bol-simbol serta kepercayaan mereka. Kemajemukan yang terbentuk menjadikan warna kota semakin kaya dan penuh makna. Refleksi dari pernyataan ini dapat disaksikan keunikan dan kekhasan dari Kampung Arab, Kampung Cina, Kam-pung Jawa, Kampung Bugis, Kampung Islam di Kepaon, di Serangan. Atau dapat juga dilihat dari keunikan gereja di Jalan Kepundung, atau Masjid Al Hikmah di Jalan Soka-Denpasar. Masing-masing darinya merupakan aset budaya yang dapat memperkuat/menjadikan Denpasar sebagai kota pusaka.

Aspek sosial budaya dan kondisi kehidupan secara langsung mempengaruhi di-mensi ekonomi dan lingkungan pembangunan perkotaan. Tujuan pembangunan perkotaan yang berkelanjutan harus menciptakan lingkungan perkotaan yang berkualitas, tangguh dan berkelanjutan, untuk semua masyarakat (Pendekatan Symbiocity, 2012: 4). Selanjutnya diungkapkan pula bahwa daerah perkotaan adalah ‘mesin’ pembangunan sosial, budaya, politik, dan ekonomi. Perencanaan kota harus mendorong inisiatif adanya kegiatan ekonomi, yang harus diimbangi dengan kebutuhan social budaya dan kebutuhan lingkungan serta memperhati-kan keterbatasan sumber daya alam. Keterbatasan sumber daya alam di Kota Denpasar menjadikan pemikiran kreatif untuk memanfaatkan aset warisan pu-saka sebagai sumber utama perekonomiannya, tanpa merusak modal sosial dan modal budayanya. Kota bukanlah masalah – Kota adalah solusi ( Jamie Lerner, mantan walikota Curitiba, Brazil, dalam Pendekatan Symbiocity, 2012 :3).

WACANAPemahaman Kota Pusaka dapat dijelaskan sebagai berikut : Pusaka menurut Piagam Pelestarian dan Pengelolaan Pusaka Indonesia (2003), meliputi:(1) Pusaka Alam, yaitu bentukan alam yang istimewa.(2) Pusaka Budaya, yaitu hasil cipta, rasa, karsa, dan karya yang istimewa dari

lebih 500 (lima ratus) suku bangsa di tanah air Indonesia, secara sendi-ri-sendiri, sebagai kesatuan bangsa Indonesia dan dalam interaksinya den-gan budaya lain sepanjang sejarah keberadaannya. Pusaka budaya mencakup pusaka berwujud (tangible) dan pusaka tidak berwujud (intangible).

(3) Pusaka Saujana, yaitu gabungan Pusaka Alam dan Pusaka Budaya dalam kesatuan ruang dan waktu.

226 TAHUN KUATKAN POSISI DENPASAR SEBAGAI KOTA PUSAKA

Page 112: denpasar - Universitas Udayana

112

Selanjutnya pemahaman Kota Pusaka dinyatakan sebagai berikut :

“kota yang memiliki kekentalan sejarah yang bernilai dan memiliki pusaka alam, budaya baikragawi dan tak-ragawi serta rajutan berbagai pusaka tersebut secara utuh sebagai aset pusaka dalam wilayah/kota atau bagian dari wilayah/kota, yang hidup, berkembang, dan dikelola secara efektif.”

Pengembangan Kota Pusaka terdiri atas tiga aspek yang saling berkaitan dan tak dapat dilepaskan satu sama lain (materi presentasi Kementrian PU dan BPPI dalam rangka Workshop P3KP, 2013) :(1) Aset, Pengembangan aset pusaka difokuskan pada upaya untuk mengiden-

tifikasi aset-aset potensial yang memenuhi kriteria OIV (Outstanding Indo-nesian Value) dan OUV (Outstanding Universal Value) sehingga layak untuk dikembangkan sebagai aset pusaka

(2) Pengelolaan Berkelanjutan, Pengelolaan aset pusaka dilakukan dengan menyusun peraturan dan pedoman pengelolaan serta membangun institu-si pengelola baik yang bersifat formal maupun non formal. Selain itu juga perlu didukung pendanaan yang berkelanjutan dari sumber-sumber yang potensial.

(3) Memberikan Manfaat/Benefit, Pengembangan aset pusaka juga harus mem-berikan manfaat bagi kota dan masyarakatnya. Manfaat pengembangan kota pusaka secara umum adalah :

• Ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.

• Pertumbuhan ekonomi nasional, regional, kawasan.

• Menciptakan lapangan pekerjaan .

Ketiga aspek tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

denpasar kota multi dimensi

Page 113: denpasar - Universitas Udayana

113

Sumber: materi presentasi Kementrian PU dan BPPI dalam rangka Workshop P3KP, 2013

Dari ke tiga aspek tersebut Kota Denpasar yang saat ini menyongsong hari jad-inya yang ke 226 menyimpan aset warisan pusaka kota yang sangat kaya dan tersebar diseluruh wilayah kota dengan keragaman lapisan jaman, sejak Kota Kerajaan, Kolonial, Kemerdekaan hingga kini di era pasca modern. Potensi aset dari sisi kuantitas dan kualitas patut dibanggakan, dari sisi benefit beberapa dian-taranya sudah memberikan hasil, kelemahannya ada pada sisi pengelolaan berke-lanjutan; khususnya tentang Peraturan dan Institusi Formal dan bukan formal.

Tebaran pusaka berwujud sebagai aset utama di Kota Denpasar dapat disaksikan dengan kasat mata yang menjadi petanda jamannya antara lain : Pura Maospahit, Puri Jero Kuta, Puri Pemecutan, Puri Satria, Puri Kesiman, kawasan Catus Patha, kawasan pecinan di sepanjang Jalan Gajah Mada, Museum Bali, aroma Belanda tersisa pada Bali Hotel dan beberapa rumah tinggal maupun sekolah (SD Negeri 1, SMP Negeri 1). Di Desa Kepaon dan Serangan dijumpai suasana Bugis. Aset fisik pusaka kota tersebut secara lengkap telah dipublikasikan dalam tiga buku

226 TAHUN KUATKAN POSISI DENPASAR SEBAGAI KOTA PUSAKA

Page 114: denpasar - Universitas Udayana

114

hasil penelitian yang diterbitkan oleh Bappeda Kota Denpasar yaitu : 1). Pen-elusuran Sejarah Kota Denpasar. 2). Pusaka Budaya Kota Denpasar. 3). Kebu-dayaan Unggul Inventori Unsur Unggulan Sebagai Basis Kota Denpasar Kreatif. Data untuk memperluasan pemahaman Denpasar Kota Pusaka kiranya semakin lengkap jika ditambahkan satu buku lagi karya Kelompok Ahli Pembangunan Pemerintah Kota Denpasar yang diterbitkan oleh Bappeda Kota Denpasar yaitu “Denpasar Kota Pusaka”. Dan tentunya banyak lagi buku hasil penelitian lain-nya.

Jumlah aset pusaka Kota Denpasar tentu kian bertambah bila temuan arkeologi yang berada di Pura Belanjong-Sanur, Pura Ayun, Pura Dalem Sukun, Pura Desa Peguyangan di -Peguyangan sampai dengan ditetapkan Undang Undang No-mor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, maka aset budaya fisik dan non fisik jumlahnya sangat banyak dan sekaligus merupakan budaya unggulan. Mengacu kepada tulisan Geriya Dkk. (2011, 18) aset budaya fisik di Kota Denpasar setida-knya terkristalisasi konfigurasi delapan nilai yaitu : 1). Spiritual, 2). Unicum, 3). Estetika, 4). Sains, 5). Ekonomi, 6). Kebersamaan, 7). Keserasian, 8). Multikul-tural. Konfigurasi ini semakin kuat dan kokoh jika ditambahkan dua nilai lagi yaitu : 1). Jatidiri dan 2). Keberlanjutan.

Kesepuluh nilai tersebut diatas dapat mendukung OIV (Outstanding Indonesian Value) dan OUV (Outstanding Universal Value) sehingga layak untuk dikem-bangkan sebagai aset pusaka, dan Kota Denpasar sebagai kota Pusaka Nasi-onal dan Kota Pusaka Internasional. Artinya bagian dari studi maupun proyek penataan fisik dikawasan Z Zone (Puri Pemecutan Catus Patha “Caturmuka” – Puri Satria), Kawasan Jalan Patimura “Banjar Taensiat” – Jalan Supratman “Puri Kertalangu” merupakan serpihan – serpihan kecil dari kerja besar cetak biru Kota Denpasar sebagai Kota Pusaka. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa wilayah Kota Denpasar adalah wilayah pusaka berwujud maupun tidak berwujud. Untuk kepentingan tersebut diperlukan Rencana Induk “Master Plan” Kota Pusaka Denpasar, disertai dengan aturan yang mengatur pemanfaatannya.

Perubahan adalah satu kata yang dapat dan pasti berlangsung di dalam berbagai aspek kehidupan dan penghidupan manusia di dunia. Tidak ada satupun manusia di dunia ini yang tidak mengalami dan berhadapan dengan perubahan. Demikian pula perubahan yang berlangsung terhadap alam semesta tidak dapat dielakkan, baik karena oleh olah perbuatan manusia maupun oleh karena alam itu sendiri. Perubahan iklim yang mengakibatkan efek rumah kaca, mencairnya es di kutub, dan lainnya merupakan perubahan yang berlangsung dikarenakan sebab dan aki-bat yang saling berhubungan.

denpasar kota multi dimensi

Page 115: denpasar - Universitas Udayana

115

Perubahan makro tersebut diatas juga diiringi oleh berbagai perubahan bentang alam karena keperluan lahan untuk pembangunan. Perubahan lahan oleh kare-na perluasan dan pertambahan fungsi berdampak pada beralihnya fungsi lah-an agraris. Data terakhir yang diperoleh menyatakan bahwa perubahan lahan sawah di Bali sudah mencapai 1.000 hektar lebih setiap tahunnya. Dan Kota Denpasar menyumbang hampir 30% dari perubahan lahan se Bali, tepatnya 283 hektar (Dinas Pertanian Kota Denpasar dalam buku Membangun Monumen Maya, 2013: 22). Perubahan tersebut diatas juga berlangsung karena pemba-gian warisan, alasan ekonomi, ataupun kebutuhan lainnya. Walaupun kehidupan dan penghidupan agraris masih dominan namun harus diakui akibat perubahan fungsi lahan juga berdampak pada hilangnya berbagai aset budaya adalah hilan-gnya beberapa subak di perkotaan, khususnya di Kota Denpasar. Bahkan tanpa disadari akibat perubahan bibit pertanian khususnya padi juga berdampak pada hilangnya warisan seperti ketungan, jineng, ani2, dan lainnya.

Berubahnya orientasi pembangunan dari pertanian ke jasa industri pariwisata di Bali yang menyuburkan tumbuh kembangnya fungsi pendukung seperti bangu-nan hotel, vila, apartmen, pertokoan/pusat perbelanjaan dan lain sebagainya turut meramaikan warna perubahan bentang alam di Bali khususnya yang berlangsung dengan cepat dan melahap perubahan fungsi berlokasi di sekitar Denpasar, Ba-dung, dan Gianyar, serta kabupaten lainnya. Pesisir pantai, tepian sungai, tepi danau, tebing dan tempat-tempat yang dipandang tenget oleh para penglingsir kini telah dipenuhi oleh pelbagai fungsi pariwisata dan penunjangnya.

Ke tiga lokomotif perubahan tersebut diatas : 1) Perubahan iklim, 2). Perubah-an fungsi lahan, 3). Perubahan Orientasi pembangunan. Tiga perubahan lainnya yang sangat signifikan untuk mengubah peri kehidupan dan penghidupan adalah : 4). Perubahan atau perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, 5). Peruba-han politik/kekuasaan, dan 6). Jumlah penduduk.

Dengan demikian agen dari perubahan bersumber dari dalam diri manusia dan dari luar diri manusia. Ke enam perubahan tersebut ada yang berdampak pada semakin kokohnya warisan pusaka, namun di sisi lain ada pula yang punah atau hilang, bahkan mungkin saja bertambah. Seperti yang berlangsung ketika terjadi perubahan politik/kekuasaan dari pra era kerajaan ke era kerajaan, dan jaman kolonial sampai dengan kemerdekaan dan kini banyak dijumpai tinggalan yang masih lestari, namun beberapa ada yang sudah disesuaikan dengan kekinian, dan beberapa lagi ada yang sudah punah.

Beberapa aset warisan fisik kota pusaka yang hilang adalah perubahan wajah kota, perubahan elemen arsitektur seperti berubahnya tata dan bentuk bangu-

226 TAHUN KUATKAN POSISI DENPASAR SEBAGAI KOTA PUSAKA

Page 116: denpasar - Universitas Udayana

116

nan, ornamen sampai dengan bahan bangunannya. Hilangnya bangunan kantor pos, kantor gubernur, kantor PU, kantor CPM, bangunan eks kantor Garuda di Jalan Sugianyar, rumah tinggal Ida Bagus Rurus (kini Bank Mandiri), dan lain-nya merupakan saksi bisu yang telah tiada oleh karena bergantinya pemilik dan atau karena perubahan fungsi. Bahkan dengan dibutuhkannya lahan baru untuk pembangunan pusat kota baru bagi Bali, Subak Renon kini tinggal nama, dan itu terjadi pula dengan pembangunan Puspem Badung di Sempidi.

Aset warisan fisik yang masih dapat dijumpai sampai dengan sat ini adalah Pura, Puri, Bale Banjar dan Setra. Hampir seluruh tinggalan pura berada dalam kondisi yang baik dan sesuai dengan pakem yang telah ditetapkan sesuai dengan status pura masing-masing. Kota Denpasar memiliki tujuh Pura Dang kahyangan, dan 105 Pura Kahyangan Tiga (Bawantara, Dkk, 2013:26). Sedangkan aspek warisan berupa puri, hampir sebagian besar juga masih terjaga namun sudah ada perkem-bangan fungsi misalnya menjadi penginapan seperti yang dilakukan oleh Puri Pemecutan. Demikian pula yang terjadi pada Bale Banjar. Bale Banjar sudah be-rubah dalam lingkup fungsi yang sangat sinergis. Istilanya bangunan Bale Banjar ibarat ruang serba guna saja, ada yang digunakan oleh pedagang buah (Banjar Titih), ada untuk Taman Kanan-Kanak di Banjar Taensiat dan Tampakgangsul, di beberapa banjar lainnya ada juga digunakan untuk garasi dan lain sebagainya.

PASCA WACANAPluralitas sosiso kultural masyarakat merupakan sumber inspirasi sekaligus aset dan modal sosial serta budaya bagi kota Denpasar sebagai sumber inspirasi (ingat patra Wolanda, Mesir, Cina, Asmat, dan lainnya). Globalisasi yang menembus batas-batas etnisitas, pluralisme dan multikulturalisme melalui perdagangan bebas bukan dihadapi dengan perlawanan, namun dilaksanakan dengan mem-perkuat diri sekaligus berdiplomasi serta memposisikan budaya unggulan tradisi sebagai sesuatu konsep humanisme yang memanusiakan manusianya.

Diperlukan berbagai aturan yang berhubungan dengan konservasi warisan kota, baik Pusaka Alam, Pusaka Budaya, maupun Pusaka Saujana yang menata, me-lindungi, serta memberi nilai manfaat ekonomi “benefit” agar maksud mulia untuk melestarikan pusaka kota tidak berbenturan dengan kepentingan lainnya seperti misalnya terhadap 10 kristalisasi nilai pusaka. Adapun sepuluh nilai terse-but adalah :1). Spiritual, 2). Unicum, 3). Estetika, 4). Sains, 5). Ekonomi, 6). Ke-bersamaan, 7). Keserasian, 8). Multikultural. 9). Jatidiri, dan 10). Keberlanjutan.

Disamping diperlukan aturan, juga diperlukan dibentuknya suatau kelembagaan baru yang khusus menangani urusan pusaka kota. Lembaga tersebut dapat saja

denpasar kota multi dimensi

Page 117: denpasar - Universitas Udayana

117

diberi nama Dewan Pusaka Kota yang terdiri dari : 1) Akademisi. 2). Praktisi. 3). Tokoh Masyarakat. 4). Unsure pemerintah. Aturan dan kelembagaan dipandang sebagai jawaban atas lemahnya aspek pengelolaan berkelanjutan.

Berbagai kekhawatiran perubahan wajah Kota Denpasar, khususnya terhadap punah ataupun berubahnya aset Pusaka Alam, Pusaka, Budaya, dan Pusaka Sau-jana akibat pesatnya pembangunan “perekonomian” kiranya masih menyisakan optimisme jikalau delapan kunci pengendalian perubahan dipahami dan di-manfaatkan. Ke delapan kunci tersebut adalah : 1). Visi Kota Denpasar “Kreatif Berwawasan Budaya dalam Keseimbangan Menuju Keharmonisan”. 2). Prospek Kota Pusaka sebagai sumber perekonomian. 3). Kota Denpasar merupakan ba-gian Jaringan Kota Pusaka. 4). Penghargaan dan Penghormatan pada Sejarah. 5) Pusaka sebagai Sarana Pendidikan. 6). Pusaka sebagai Living Monument. 7). Pusaka sebagai bagian dari agenda City Tour. 8). Kota Pusaka sebagai tujuan Pariwisata abad 21. Ke delapan kunci tersebut diperkuat lagi setelah Kota Den-pasar merupakan kota ke dua di Indonesia terdaftar sebagai Kota Pusaka setelah Kota Solo. Muaranya ada pada penyusunan Rencana Induk atau Master Plan Kota Pusaka bagi Kota Denpasar.

Sinerji membangun kota pusaka dapat dilakukan dengan selalu berhubungan, berkoordinasi dengan Kementrian PU melalui P3KP (Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka), kemudian Kementrian Pendidikan, serta Kementrian Parekraf. Tiga kementrian tersebut menyandang dana untuk kepentingan kota pusaka. Bagi Kota Denpasar disarankan agar sinerji tersebut juga dapat dikem-bangkan ke pihak penyandang dana atau lembaga konservasi setidaknya infor-masi aset pusaka dapat diketahui.

Disamping itu sinerji dengan pihak masyarakat khususnya pemilik agar dipikir-kan untuk memberikan insentif dan disinsentif atas aset pusaka yang mereka miliki dan dituangkan dalam usulan aturan tersebut diatas. Tidak kalah pentin-gnya adalah juga melakukan sinerji dengan pelaku/pengusaha pariwisata sebagai bagian dari implementasi Pariwisata Budaya. Atau dengan kata lain menjadikan aset Denpasar Kota Pusaka sebagai destinasi pariwisata. Peningkatan perolehan dana sebagian diataranya dimanfaatkan untuk merawat, mengelola, meneliti, mengembangkan, dan melestarikan aset pusaka Kota Denpasar.

Selamat!

226 TAHUN KUATKAN POSISI DENPASAR SEBAGAI KOTA PUSAKA

Page 118: denpasar - Universitas Udayana

118Kawasan Heritage di Jl. Gajah Mada, Denpasar

Page 119: denpasar - Universitas Udayana

119

KEBERPIHAKAN PEMERINTAH KOTA DENPASAR TERHADAP

PUSAKA SAUJANA DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KOTA PUSAKA YANG

CERDAS

9

Konsep Smart Heritage CityKonsep smart heritage city merupakan gabungan dari kata smart city dengan her-itage. Kata smart city atau kota cerdas mendunia ketika dicermati bahwa pen-duduk akan kian memadati perkotaan dengan intensitas problematik yang kian meragam dan kompleks. Peningkatan daya tampung dan keberlanjutan suatu kota dipandang tepat bila dihadapi degan konsep smart city.

Sedangkan kata heritage yang sehari-hari dipahami sebagai warisan atau pusa-ka adalah suatu konsep pengembangan atau pembangunan kota yang berbasis pada potensi pusaka. Setiap kota di mana saja dipandang memiliki potensi dan kekuatan pusaka yang diperoleh karena masa lalunya, atau mungkin juga suatu kota merupakan kota pusaka karena memiliki signifikansi dan keunikan yang tiada taranya, bahkan mungkin saja tanpa disadari pada suatu saat kelak beragam budaya yang terbentuk di suatu wilayah perkotaan akan menjadi warisan atau pusaka.

Penggabungan kedua kata ini dikemukakan sebagai sebuah konsep agar satu sama lainnya tidak saling menggilas dan menghilangkan karena diduga segala sesuatu yang berkaitan dengan smart city akan didukung oleh teknologi sehingga dikhawatirkan teknologi akan berhadapan “konflik” dengan hal-hal yang ber-nafaskan heritage. Artinya secara singkat konsep smart heritage city dimaksud-kan sebagai sebuah konsep bagi kota yang mensinergikan ke duanya, dengan mengedepankan kota heritage yang didukung oleh smart city.

*) Terbit di Buku Denpasar Smart Heritage City Paradigma Holistik dan Strategi Aplikasi, 2016

Page 120: denpasar - Universitas Udayana

120

Lokomotif atau panglimanya berada pada kata heritage city atau kota pusaka yang didukung oleh smart city. Dengan demikian berarti bahwa ada nilai-nilai lokal “tradisi” yang mampu atau masih relevan dengan masa kini seperti yang ban-yak dijumpai dalam konsep maupun falsafah HIndu di Bali, misalnya Tri Hita Karana. Atau juga menerapkan konsep smart city yang bernuansa kearifan lokal “heritage” dalam rangka menuju masyarakat sejahtera yang berbahagia.

Tulisan Kota Cerdas atau smart city oleh Ardana (2015) lebih ditekankan pada konteks keamanan, hijau, efisien, keberlanjutan, energi, dan lainnya. Sumber in-ternet (wikipedia) menyebutkan bahwa smart city adalah teknologi digital yang dipergunakan untuk meningkatkan kualitas kehidupan, menekan biaya dan sum-ber konsumsi dan bermanfaat meningkatkan interaksi antara kota dan warga secara efektif. Cakupan tentang teknologi digital dimaksud sangatlah luas dan tidak dibatasi.

Dengan demikian yang dimaksudkan dengan Kota Cerdas adalah suatu kota yang berbasis pada kualitas lingkungan melalui hemat energi, dengan memanfaatkan teknologi informasi yang bertujuan memudahkan kegiatan dan pelayanan mas-yarakat serta meningkatkan interaksi dengan kotanya.

Ada enam indikator kota Cerdas yang disodorkan oleh perusahaan komputer Amerika IBM yaitu : 1). Masyarakat Penghuni Kota, 2). Lingkungan, 3). Prasa-rana. 4). Ekonomi, 5). Mobilitas, dan 6). Hidup Cerdas. Walaupun ke enam in-dikator memiliki keterkaitan satu dengan lainnya namun salah satu diantaranya dapat dimaksimalkan. Contohnya adalah Kota Copenhagen di Denmark yang melakukan optimalisasi pada indikator lingkungan, begitu pula dengan Kota Seoul sebagai ibu Kota Korea Selatan yang mengoptimalkan pelayanan publik melalui teknologi informasi. Seoul menjadi kota yang memiliki jaringan internet tercepat di dunia. Demikian pula yang berlangsung pada Kota Amsterdam dan Barcelona.

Litbang Kompas dalam publikasinya tentang Ideks Kota Cerdas (IKCI) 2015 juga menggambarkan bahwa kota cerdas tidak hanya diwakili oleh konsep te-knologi informasi belaka melainkan harus mampu memberikan solusi atas ke-butuhan warganya. Dengan demikian IKCI 2015 melibatkan banyak variabel.

Selanjutnya dalam publikasi yang terbit tahun (2015:5-7) menyebutkan bahwa IKCI mengukur tiga aspek yakni: kecerdasan di bidang perekonomian, sosial, dan lingkungan. Ketiga aspek kecerdasan tersebut didukung oleh layanan teknologi informasi dan komunilasi (TIK), tata kelola, dan peran sumber daya (SDM) yang baik dan berfungsi sebagai enabler.

denpasar kota multi dimensi

Page 121: denpasar - Universitas Udayana

121

Sumber tersebut juga menyebutkan bahwa posisi Kota Denpasar dalam IKCI 2015 untuk kategori sedang berada pada urutan ke sembilan dengan total aspek utama 54,46. Angka tersebut diperoleh dari ekonomi 19,49; sosial 25,09; dan lingkungan 9,88. Capaian total aspek utama diraih oleh Kota Yogyakarta.

Pemerintah terus mendorong pelaksanaan atau penerapan Kota Cerdas melalui upaya salah satunya adalah penerapan e-government. Kontribusi e-government sangatlah besar misalnya diterapkan dalam paper less, berdampak pada pengu-rangan penggunaan kertas yang kemudian menjadi sampah, juga menghemat transportasi dengan berbagai dampaknya. Perubahan mindset ini tidak hanya dilakukan oleh pemerintah namun juga didukung oleh komunitas cerdas dari masyarakat kota Denpasar.

Spirit dunia yang berkembang dengan pesat tanpa batas menjadikan konsep smart city sebagai sebuah harapan agar manusia yang kian sesak, terdesak, dan dihimpit oleh berbagai masalah kehidupan dan penghidupan. Selain konsep yang diajukan oleh IBM, Kota Denpasar juga mencoba mengajukan konsep 6 +2 yaitu, enam indikator smart city secara universal yaitu smart : ekonomi, mobility, environment, people, living, dan governance. Dua lainnya yaitu sebuah kekuatan dahsyat yang memberikannya warna lokal yaitu smart phylosophia “Tri Hita Karana” dan smart creativity. Delapan indikator inilah yang akan dipergunakan mengawal pemban-gunan Kota Denpasar mendatang dari sudut smart city..

Heritage City dipahami sebagai Kota Pusaka. Sebuah kota diakatakan kota pu-saka oleh karena memiliki nilai; makna; ideologi; bahkan juga bukti fisik, non fisik, maupun abstrak yang teraga; unggul dan unik. Dalam pemahaman lainnya pusaka juga berarti memiliki nilai universal value yang jauh lebih penting dari agama, ras, dan nasionalisme.

Di Indonesia pemahaman pusaka dinyatakan untuk pertama kalinya di Ciloto pada tahun 2003, isinya dipetik dari Budihardjo (2011:213) sebagai berikut : 1). Pusaka Alam, berupa bentukan alam yang istimewa, unik atau bermakna bagi kesinambungan ekologis. 2). Pusaka Budaya, adalah seluruh hasil cipta, karsa, rasa dan karya yang istimewa. Pemahaman Pusaka Budaya dibedakan atas pu-saka budaya ragawi dan pusaka budaya nir ragawi. 3). Pusaka Saujana yang mer-upakan gabungan antara pusaka alam dengan pusaka budaya.

Madiasworo (2015: 11) menyebutkan bahwa: kota pusaka adalah kota atau ka-bupaten yang memiliki aset pusaka yang unggul berupa rajutan pusaka alam dan pusaka budaya yang lestari yang mencakup unsur ragawi (artefak, bangunan dan kawasan dengan ruang terbukanya) dan unsur kehidupan, ekonomi, sosial-bu-daya.

KEBERPIHAKAN PEMERINTAH KOTA DENPASAR TERHADAP PUSAKA SAUJANA DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KOTA PUSAKA YANG CERDAS

Page 122: denpasar - Universitas Udayana

122

Pusaka dapat pula merupakan peninggalan masa lampau yang memiliki nilai se-jarah, pemikiran, kualitas rencana dan pembuatannya, serta mempunyai peran penting dan strategis bagi keberlanjutan hidup manusia. Perkembangan pema-haman pusaka yang awalnya bertumpu pada artefak tunggal, dalam dua dekade terakhir ini pusaka diartikan pula sebagai saujana (cultural landscape).

Pemahaman Kota Pusaka dinyatakan sebagai berikut: “kota yang memiliki kek-entalan sejarah yang bernilai dan memiliki pusaka alam, budaya baik ragawi dan tak-ragawi serta rajutan berbagai pusaka tersebut secara utuh sebagai aset pusaka dalam wilayah/kota atau bagian dari wilayah/kota, yang hidup, berkembang, dan dikelola secara efektif.”

Dari berbagai pendapat diatas, kota pusaka adalah kota yang diwarisi dari para pendahulu dengan segala bukti peninggalan yang abstrak, intangible, tangible yang unggul dan unik yang hidup, berkembang, serta dikelola dengan efektif. Dengan demikian sejarah terbentuknya kota disertai perkembangannya merupa-kan potensi untuk menjadi kota pusaka. Persoalannya kini terletak pada doku-mentasi dan publikasi yang dimiliki.

Kota Denpasar yang mewarisi masa lalu dan dari setiap masa lalunya mening-galkan identitas maupun tanda yang sangat unik dan sekaligus sebagai potensi untuk menjadi Kota Pusaka. Setidaknya ada empat lapis warisan berupa pusaka di Kota Denpasar yaitu: 1). Era Kerajaan “tradisi”, 2). Era Kolonial “penjajahan”, 3). Era Kemerdekaan, dan 4). Era Globalisasi. Ke empat era tersebutlah yang telah dan akan mewariskan identitas atau tanda pusaka bagi Kota Denpasar kini dan yang akan datang.

Kota Denpasar Kota Pusaka Yang Cerdas Keterdesakan dan ketersesakan kota, apalagi ketika Denpasar dihuni oleh pen-duduk menetap sejumlah satu juta jiwa lebih persoalan-persoalan tersebut di-atas akan kian rumit, saling berhubungan, dan berdampak mendegradasi mutu bhuwana agung dan bhuwana alit. Salah satu cara pendekatan yang dipandang mampu mengantisipasinya adalah dengan mengedepankan pengendalian pe-manfaatan ruang yang telah direncanakan dan ditetapkan oleh pemerintah Kota Denpasar didukung oleh kecanggihan teknologi informasi

Perkembangan dan kecanggihan teknologi khususnya dibidang informasi melalui dunia maya merupakan salah satu cara untuk menekan sekaligus mengurangi be-ban kota. Teknologi dimanfaatkan sebagai salah satu bagian infrastruktur perko-taan masa depan. Kecanggihan teknologi yang dimanfaatkan untuk kepentingan

denpasar kota multi dimensi

Page 123: denpasar - Universitas Udayana

123

urban management kemudian dapat disebut sebagai konsep cerdas, selanjutnya disebut Smart City atau Kota Cerdas. Kota yang cerdas akan semakin cerdas jika didukung oleh masyarakatnya yang cerdas “smart people”.

Mendunianya tema kota pusaka melahirkan organisasi kota-kota pusaka dun-ia yang dibentuk pada tanggal 8 September 1993 di Fez, Maroko. Lima belas tahun kemudian pada tahun 2008 pelaksanakan konferensi kota pusaka dunia berlangsung di Surakarta yang topiknya memadukan antara pusaka teraga (tan-gible) dengan tak teraga (intangible). Dipilihnya Kota Surakarta sebagai tempat konferensi setidaknya karena keseriusan Pemerintah Republik Indonesia untuk membangun atau menyelamatkan kota-kotanya se Indonesia dari arus pemba-haruan seiring dengan spirit membangun kota termasuk Kota Surakarta.

Untuk pertama kalinya sepuluh kota/kabupaten yang menjadi proyek percon-tohan Program Penataan Pelestarian Kota Pusaka (P3KP) yaitu banda Aceh, Sawahlunto, Palembang, Bogor, Semarang, Yogyakarta, Banjarmasin, Baubau, Denpasar, dan Karangasem. Dua kota terakhir merupakan kota/kabupaten di Bali. Proyek ini kemudian bergulir sampai dengan melibatkan 28 kota/kabupat-en di Indonesia.

Kegigihan Kota Denpasar menjadi kota pusaka telah membuahkan hasil dengan terbitnya sertifikat sebagai anggota kota pusaka dunia dari Unesco pada tahun 2013 yang lalu. Kota Denpasar dapat menjadi Kota Pusaka Dunia bila memenuhi persyaratan Outstanding Universal Value (OUV) atau Keunggulan Nilai Sejagat (KNS) yang diterbitkan oleh Unesco, berdasarkan “the Convention Concerning the Protection of the World Cultural and Natural Heritage 1972”.

Setidaknya kini Kota Denpasar selama ini telah menjadi anggota tetap The Or-ganizational of World Heritage City (OWHC) yang melibatkan lebih dari seribu kota di dunia. Pada bulan Agustus ini OWHC Asia Pacific akan melakukan Startegic Meeting di Bali. Semoga kegiatan bergengsi ini mampu mengangkat citra Kota Denpasar khususnya yang terkait dengan kota pusaka.

Dalam Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka yang dilaksanakan oleh Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Penataan Ruang bekerja sama dengan Badan Pelestarian Pusaka pada tahun 2013 dan Modul 1 Pemahaman Pusaka dan Kota Pusaka (2012) untuk memenuhi persayaratan Keunggulan Nilai Sejagat tidaklah mudah, setidaknya harus dipenuhi kriteria yang telah ditetapkan.

Pengembangan Kota Pusaka terdiri atas tiga aspek yang saling berkaitan dan tak dapat dilepaskan satu sama lain (materi presentasi Kementrian PU dan BPPI

KEBERPIHAKAN PEMERINTAH KOTA DENPASAR TERHADAP PUSAKA SAUJANA DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KOTA PUSAKA YANG CERDAS

Page 124: denpasar - Universitas Udayana

124

dalam rangka Workshop P3KP, 2013; dalam Salain 2015) : 1). Aset, Pengem-bangan aset pusaka difokuskan pada upaya untuk mengidentifikasi aset-aset po-tensial yang memenuhi kriteria OIV (Outstanding Indonesian Value) dan OUV (Outstanding Universal Value) sehingga layak untuk dikembangkan sebagai aset pusaka. 2). Pengelolaan Berkelanjutan, Pengelolaan aset pusaka dilakukan den-gan menyusun peraturan dan pedoman pengelolaan serta membangun institusi pengelola baik yang bersifat formal maupun non formal. Selain itu juga perlu didukung pendanaan yang berkelanjutan dari sumber-sumber yang potensial. 3). Memberikan Manfaat/Benefit, Pengembangan aset pusaka juga harus memberi-kan manfaat bagi kota dan masyarakatnya. Manfaat pengembangan kota pusaka secara umum adalah : Ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanju-tan; Pertumbuhan ekonomi nasional, regional, kawasan; Menciptakan lapangan pekerjaan .

Dari ke tiga aspek tersebut aset warisan pusaka kota Kota Denpasar sangat kaya dan tersebar diseluruh wilayah kota dengan keragaman lapisan jaman, sejak Kota Kerajaan, Kolonial, Kemerdekaan hingga kini di era globalisasi. Potensi aset dari sisi kuantitas dan kualitas patut dibanggakan, dari sisi benefit beberapa diantara-nya sudah memberikan hasil, kelemahannya ada pada sisi pengelolaan berkelan-jutan; khususnya tentang peraturan dan institusi formal dan bukan formal.

Tebaran pusaka berwujud sebagai aset utama di Kota Denpasar dapat disaksikan dengan kasat mata yang menjadi petanda jamannya antara lain : Pura Belanjong, Pura Maospahit, Puri Jero Kuta, Puri Pemecutan, Puri Satria, Puri Kesiman, ka-wasan Catus Patha, kawasan pecinan di sepanjang Jalan Gajah Mada, Museum Bali, aroma Belanda tersisa pada Bali Hotel dan beberapa rumah tinggal maupun sekolah (SD Negeri 1, SMP Negeri 1). Di Desa Kepaon dan Serangan dijumpai suasana Bugis. Aset fisik pusaka kota tersebut secara lengkap telah dipublikasikan

Perencanaan kota harus mendorong inisiatif adanya kegiatan ekonomi, yang ha-rus diimbangi dengan kebutuhan sosial budaya dan kebutuhan lingkungan serta memperhatikan keterbatasan sumber daya alam. Keterbatasan sumber daya alam di Kota Denpasar menjadikan pemikiran kreatif untuk memanfaatkan aset wari-san pusaka sebagai sumber utama perekonomiannya, tanpa merusak modal sosial dan modal budayanya. Kota bukanlah masalah – Kota adalah Solusi ( Jamie Le-rner, mantan walikota Curitiba, Brazil, dalam Pendekatan Symbiocity, 2012 :3).

Menyadari demikian berlimpahnya aset pusaka yang dimiliki Kota Denpas-ar kemudian disadari pula bahwa pembangunan Kota Denpasar kini dan yang akan datang akan memangsa peralihan fungsi lahan dan bangunan bahkan mun-gkin juga beberapa aset pusakanya. Konflik tersebut hendaknya disikapi dengan

denpasar kota multi dimensi

Page 125: denpasar - Universitas Udayana

125

menggunakan konsep pembangunan kota yang dikenal dengan sebutan smart city atau kota cerdas yang telah dibingkai oleh smart filosofi dan kreativitas sehingga identitas lokalnya tidak tergerus.

Melalui konsep kota cerdas diharapkan perencanaan dan pembangunan Kota Denpasar mendatang lebih mengutamakan kelestarian dan keberlanjutan kota yang dilandasi dengan aset pusaka yang ada dan akan ada. Artinya bahwa konf-lik antara pengembangan dan pelestarian kota dapat dikendalikan melalui kon-sep kota budaya yang cerdas. Dengan demikian keberpihakan pemerintah Kota Denpasar terhadap warisan berupa keaneka ragaman pusaka bersinergi dengan pembangunan “modernisasi” kotanya.

Sejalan dengan deskripsi diatas Pemerintah Kota Denpasar memperkenalkan Padmaksara sebagai delapan langkah menuju dimensi pembangunan. Dua dian-tara delapan dimensi pembangunan tersebut mengutarakan menuju kota cerdas atau smart city dan heritage city atau kota pusaka. Dua dimensi tersebut diharapkan dapat bersinergi dengan dimensi lainnya agar masyarakat Kota Denpasar mampu menjadi agen perubahan sesuai dengan yang diinginkan dan direncanakan yaitu tinggal dan hidup dengan bahagia, sejahtera, aman, sehat, dan nyaman sebagai kota pusaka yang cerdas.

Keberpihakan Pemerintah Kota Denpasar Dalam Pelestarian Pusaka SaujanaPersoalan heritage rupanya bagi pemerintah Kota Denpasar selain penting dan perlu bagi identitas dan kebanggaan juga dapat dimanfaatkan sebagai media edu-kasi dan sekaligus memperoleh nilai tambah bagi perekonomian.

Berbagai upaya pencitraan heritage dari sisi pusaka ragawi dipublikasikan melalui beberapa buku seperti empat buku hasil penelitian yang diterbitkan oleh Bappe-da Kota Denpasar (Salain,2015) yaitu : 1). Penelusuran Sejarah Kota Denpasar. 2). Pusaka Budaya Kota Denpasar. 3). Kebudayaan Unggul Inventori Unsur Un-ggulan Sebagai Basis Kota Denpasar Kreatif. 4). Denpasar Kota Pusaka. Dua stu-di yang mengangkat heritage kota pusaka juga telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Denpasar yaitu Zona Z (Puri Pemecutan-Jalan Gajahmada-Jalan Veteran- Puri Satrya) dan Zona I (Banjar Taensiat- Jalan Supratman- Pura Pengrebon-gan).

Kiranya visi Wawasan Budaya bagi pemerintah Kota Denpasar bukanlah han-ya mimpi belaka, tapi bagaimana membuktikan mimpi tersebut dengan mewu-judkan menjaga aset heritage atau warisan kota untuk menjadi Kota Pusaka di

KEBERPIHAKAN PEMERINTAH KOTA DENPASAR TERHADAP PUSAKA SAUJANA DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KOTA PUSAKA YANG CERDAS

Page 126: denpasar - Universitas Udayana

126

kancah nasional maupun dunia. Untuk itu dibutuhkan kerja sama seluruh pihak termasuk masyarakat kota untuk sama-sama memiliki visi membangun kota pu-saka dengan tema “konservasi menuju kemuliaan dan dari kemuliaan kita se-jahtera dan bahagia”.

Kota Denpasar sejak kedahuluannya hingga kini secara garis besar dapat dika-takan sebuah kota yang kaya akan jenis dan ragam pusaka. Akan tetapi dengan letak geografis jumlah dan jenis penduduknya, serta luas wilayahnya; tampaknya pusaka yang paling banyak dimiliki adalah pusaka budaya baik nir ragawi mau-pun ragawi. Dan sangat miskin akan pusaka alam maupun saujana.

Jika pusaka saujana merupakan gabungan antara pusaka alam dan pusaka budaya dalam satu kesatuan ruang yang luas dan dalam waktu yang lama atau juga sering disebut dengan cultural landscape. Pusaka saujana merupakan produk kreativitas manusia dalam mengubah bentang lahan.

Saujana juga dapat dipandang dari empat perspektif atau dimensi kajian, yaitu dimensi kajian keruangan, dimensi kajian sosial-budaya, dimensi kajian lingkun-gan, dan dimensi kajian pelestarian ( Rahmi.dkk,2012).

Selanjutnya pada sumber yang sama disebutkan juga bahwa, saujana sebagai pro-duk kegiatan manusia tidaklah abadi, karena perkembangan waktu saujana dapat saja mengalami perkembangan dan perubahan seiring dengan dinamika jaman. Campur tangan manusia dalam pengelolaannya sangat menentukan masa de-pan saujana. Untuk itu diperlukan management heritage yang smart seperti yang dilakukan di Angkor Wat – Kamboja, dan Temple Son di Danang–Vietnam.

Pusaka saujana atau cultural landscape di Pulau Bali yang unik, menarik, dan telah diterima oleh Unesco sebagai World Heritage Sites adalah : Pura Ulun Danu Batur dan Danau Batur, Lansekap Subak Daerah Aliran Sungai Pakerisan, Lansekap Subak Catur Angga Batukaru, dan Pura Taman Ayun. Khusus untuk situs di Gunung Batur dan sekitarnya telah diterima dan dijadikan aset dunia oleh Unesco dinyatakan sebagai Geo Park Batur. Disamping cultural landscape, Bali juga memperoleh pengakuan warisan budaya dunia tak benda dari Unesco yaitu tari Bali. Tari Bali lainnya yang baru saja memperoleh pengakuan dari Un-esco adalah Tari Legong Keraton Kota Denpasar (Marlina,2016)

Dengan mencermati pengertian diatas maka dapatlah diajukan disini bahwa areal persawahan dengan sistem subaknya di wilayah Kota Denpasar, kemudian pada kawasan pantai Sanur, Teluk Benoa, dan Pura Sakenan. dan Desa Budaya Kertalangu sebagai objek dari pusaka saujana. Dalam skala kecil dimasa men-datang dapat saja wilayah ruang publik dan lingkungannya seperti di Renon

denpasar kota multi dimensi

Page 127: denpasar - Universitas Udayana

127

“Bajra Sandhi”, lapangan Puputan Badung, Taman Lumintang dan kawasan Se-tra Badung dapat dikaji dan dipertimbangkan sebagai pusaka saujana.

Adapun diajukannya objek-objek tersebut diatas, karena secara formal belum ter-data diajukan atu disepakati sebagai pusaka saujana. Cepatnya pembangunan oleh karena pertumbuhan pasar yang kuat khususnya di bidang pariwisata dikhawatir-kan dapat mendorong pengalihan fungsi lahan maupun bangunan dan akhirnya menyentuh pusaka saujana seperti yang berlangsung kini. Beberapa indikator yang dipergunakan untuk mengususulkan obyek tersebut baik sebagai kawasan maupun lingkungan diatas antara lain : Nilai sejarah, memiliki kandungan este-tika, situs tersebut berlangsung hingga saat ini, memberi manfaat ekonomi dan budaya bagi lingkungan, memiliki keunikan, 6). mempunyai keaneka ragaman hayati, dan lainnya.

Dari beberapa indikator tersebut diatas dapat di deskripsikan rincian kekuatan indikator masing-masing objek pusaka saujana diatas melalui kajian singkat se-bagai berikut :

1). Areal Persawahan dan Subak di Kota Denpasar diajukan sebagai pusaka sau-jana, karena keberadaanya yang telah terbukti menopang kehidupan dan peng-hidupan masyarakat tradisi hingga era pasca modern, khususnya bagi kota Den-pasar. Walaupun jumlahnya menyusut namun masih bisa dijumpai di Kecamatan Denpasar Timur dan Utara. Desa Budaya merupakan salah satu lokasi yang menggambarkan konservasi sawah dengan subak yang diminati sebagai obyek rekreasi bagi masyarakat Kota Denpasar. Keberhasilan Provinsi Bali mengangkat Lansekap Catur Angga Batukaru sebagai World Heritage Sites oleh Unesco dapat dipergunakan sebagai landasan pengajuannya.

Hamparan sawah yang telah berisi pohon padi dan hamparan sawah yang tergenangi air karena sistem subaknya ditampilkan di persawahan Kota Denpasar. Ke dua foto diatas adalah objek sawah

yang ada di Desa Kertalangu-Denpasar Timur. Sumber , google.co.id, diunduh 7 Juli 2016.

KEBERPIHAKAN PEMERINTAH KOTA DENPASAR TERHADAP PUSAKA SAUJANA DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KOTA PUSAKA YANG CERDAS

Page 128: denpasar - Universitas Udayana

128

2). Kawasan pantai Sanur, merupakan kawasa pantai dengan pasir putih yang indah. Pantai Sanur selain sebagai tempat bermukimnya masyarakat adat Sanur juga memberikan penghidupan dan kehidupan sebagai nelayan. Sanur pernah menjadi pelabuhan laut sebagai alternatif pelabuhan Kuta pada abad ke XIX. Kandasnya kapal dagang Sri Komala di pantai Sanur merupakan pemicu ter-jadinya perang puputan Badung. Pantai Sanur merupakan pendaratan tentara Kolonial Belanda dan menjadi bukti bisu hingga jatuhnya Puri Denpasar. Jauh sebelum itu di bagian Selatan Sanur dekat dengan Pantai Mertha Sari ada situs masa lalu yaitu dengan dijumpainya prasasti Belanjong (Belahan Jung). Dengan demikian pantai Sanur telah terbuka dan membuka diri bagi dunia luar, Museum Le Mayeur, menjadi bukti sekaligus duta mendunianya Sanur saat itu. Bahkan kini dengan dibangunnya Hotel Bali Beach (kini The Grand Bali Beach) mam-pu mengahdirkan daya tarik Sanur untuk dikunjungi wisatawan dan investor di bidang pariwisata sehingga sepanjang pantai kini banyak dijumpai fasilitas pendukung pariwisata. Pantai Sanur tidak hanya sebagai lokasi upacara manusa yadnya belaka, namun Sanur telah menjadi tempat melelehnya fungsi- rekreasi, olah raga, pariwisata, kuliner dan pelabuhan laut tradisi untuk meyeberangkan penumpang lokal maupun wisatawan ke Nusa Penida. Sanur sebagai pusaka sau-jana telah mampu membangkitkan perkembangan kawasannya menjadi Desa Internasional yang Bali.

Kiri, Wajah Hotel Teh Grand Bali Beach tahun 2004 diambil dari sisi Timur. Bangunan ini sebagai tonggak diawalinya perubahan kehidupan agraris ke jasa dan industri. Kanan, suasana Pantai Sanur tahun 2009 sebagai pusaka saujana yang kental akan aneka potensi historis yang dimilikinya kini berkembang menjadi kawasan pariwisata dunia. Sumber, Salain aneka tahun.

3). Teluk Benoa, awalnya dikenal sebagai pelabuhan laut peninggalan kolonial Belanda. dimulai pembangunannya sekitar tahun 1924 yang lalu. Kepentingan pembangunan tersebut diperlukan oleh pemerintah Kolonial Belanda yang ter-tuang dalam Stb.1924 Nomor 378. Pelabuhan Benoa merupakan pelabuhan uta-ma memiliki kegiatan angkutan laut dalam negeri dan luar negeri serta alih muat

denpasar kota multi dimensi

Page 129: denpasar - Universitas Udayana

129

angkutan laut dalam jumlah besar. Juga sebagai angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antarprovinsi dan kini juga menjadi pelabuhan bagi kapal-kapal wisatawan asing. Teluk Benoa disamping sebagai pelabuhan keberadaannya merupakan titik bertemunya air tawar dan air laut yang disebut dengan campu-han. Campuhan Panca Pendawa merupakan nama yang diberikan masyarakat karena setidaknya ada lima sungai yang bermuara di Teluk Benoa. Luas Teluk Benoa sekitar 1.500 Ha dan dibeberapa titik dijumpai ada tempat suci. Teluk Be-noa disamping keadaannya seperti tersebut diatas juga memiliki hutan mangrove yang sangat bermanfaat bagi abrasi dan penahan tsunami. Hutan mangrove juga memiliki keragaman hayati yang sangat menyumbang aset lingkungan hidup. Teluk Benoa juga merupakan sumber pembiakan ikan dan memilki keragaman spesies biota laut yang layak dilestarikan. Teluk Benoa sejak kedahuluannya men-jadi bagian penting dari upacara umat Hindu yaitu Nganyut.

Kiri, gambar pelabuhan Benoa dari pesawat udara dilatar belakang tampak jalan tol yang memecah Teluk Benoa dan hutan mangrove. Kanan, disamping sebagai pelabuhan, se-

bagai prosesi upacara manusia yadnya, kawasan suci, keanekaragaman hayati, Teluk Benua kini juga berfungsi rekreasi bagi pembangunan pariwisata. Sumber, Salain 2014, 2015

Kini Teluk Benoa dibelah oleh adanya jalan tol yang menghubungkan Be-noa-Tuban Nusa Dua dan sebaliknya juga kesehariannya dipadati lagi oleh berb-agai fungsi rekreasi pantai yang berawal dari Tanjung Benoa. Kawasan Teluk Benoa menjadi pusaka saujana yang mampu mengangkat dan memberdayakan lingkungannya baik dari segi pelestarian lingkungan dan meningkatkan manfaat ekonomi. Dan hampir sejak dua tahun lalu Teluk Benoa sangat diminati investor untuk dikembangkan sebagai lokasi pembangunan fasilitas pariwisata seluas 700 hektar (hampir setengah dari luas Teluk Benoa) melalui usulan Revitalisasi. Pe-nolakan oleh para akademisi, tokoh agamawan, LSM sampai dengan Desa Adat terhadap Revitalisasi adalah suatu kewajaran dikarenakan Teluk Benoa dapat menjadi pusaka saujana dunia.

KEBERPIHAKAN PEMERINTAH KOTA DENPASAR TERHADAP PUSAKA SAUJANA DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KOTA PUSAKA YANG CERDAS

Page 130: denpasar - Universitas Udayana

130

4). Pura Sakenan, merupakan tempat suci umat Hindu yang terletak di Pulau Serangan-Denpasar Selatan. Menurut ceritera yang dipetik dari (kutaraya.com, diunduh 7 Juli 2016) Pura Serangan sudah ada sejak abad ke 12. Selanjutnya disebutkan dari beberapa sumber lontar usana bali, pura ini dibangun oleh Mpu Kuturan (Mpu Rajakretha). dalam sejarahnya, pura ini juga merupakan tempat suci yang awalnya dibangun dengan latar belakang wujud syukur para kelompok orang yang merasa sira angen dengan keindahan alam yang terdapat di pulau ini. Kata sira angen inilah yang kemudian menjadi cikal bakal kata Serangan. Keunikan lainnya adalah bahwa Pulau Serangan atau kini dikenal sebagai Kelu-rahan Serangan karena pulaunya sudah disambung dengan daratan melalui se-buah jembatan merupakan desa Islam tua di Kota Denpasar. Mereka adalah etnis Bugis yang dimukimkan oleh Kerajaan Badung “Puri Denpasar” sebagai pasukan perang sekaligus benteng Selatan dan laut sekitarnya. Mereka sampai kini me-lestarikan produk arsitektural berupa rumah Bugis dan kitab Al Quran abad ke XVII yang tersimpan di Masjid As Syuhada-Serangan.

Kiri, lingkaran pada foto menunjukkan lokasi Pura Sakenan di Kelurahan Serangan dari pesawat Udara. Kelurahan ini dikelilingi pantai dan ditumbuhi hutan bakau yang

kaya akan keaneka ragaman hayati. Kanan, Pura Sakenan. Sumber, Salain, 2015

Habitat di Serangan hampir mirip dengan Teluk Benoa, dikarenakan kedekatan lokasinya. Ada hutan mangrove, ikan hias, pelesatrian penyu, burung tengkek, dan lainnya. Sekitar tahun 1990 dilakukan reklamasi sehingga Pulau Serangan bertambah luas hingga 300 hektar lebih. Hasil reklamasi tersebut yang sempat mengalami penolakan oleh masyarakat hingga saat kini mangkrak. Kini kawasan

denpasar kota multi dimensi

Page 131: denpasar - Universitas Udayana

131

Pura Serangan sebagai pusaka saujana telah berkembang dengan pesat sebagai berlabuhnya kapal pesiar sejenis Yacht dan tujuan wisata.

5). Desa Budaya Kertalangu, merupakan sebuah konsep baru untuk menye-lamatkan persawahan di perkotaan dengan cara melestarikan melalui manajemen modern. Keberadaannya juga menyumbangkan ruang terbuka hijau kota sesuai dengan maklumat undang-undang penataan ruang. Pada kawasan persawahan tersebut sistem pengairannya tetap menggunkan sistem subak yang lama “tradisi”. Kekuatan historisnya berada pada usia persawha tersebut sebagai pertanian yang teritegrasi dengan sistem subak-nya.

Kiri, hamparan sawah di Desa Budaya Kertalangu dilengkapi dengan pematang yang berfungsi sebagai jogging track. Kawasan ini terhampar sawah yang cukup luas dan indah yang dilengkapi dengan fasilitas rekreasi, kuliner, dan kebutuhan penunjang pariwisata. Di dekatnya terdapat Gong Perdamaian Dunia. Sumber, google.co.id,diunduh pada 7 Juli 2016.

Kawasan persawahan tersebut terintegarsi pula dengan kegiatan baru berupa arena oalh raga yang dipadukan dengan rekreasi. Pematang yang lama diperle-bar dan diperkeras sesuai dengan potensi topographynya sebagai jogging track. Perpaduan olah raga dengan rekreasi meminta dilengkapinya kawasan tersebut dengan rumah makan, kolam pancing, tempat pertemuan dan fasilitas pariwisata lainnya. Menjadikannya pusaka saujana dipandang sangat cerdik dari sisi urban farming yang lebih mngedepankan modernisasi. Di Desa Budaya Kertalangu yang ditonjolkan adalah kreativitasnya.

Dengan pendekatan kajain yang sama maka objek yang diusulkan dalam skala kecil sebagai pusaka saujana seperti wilayah ruang publik dan lingkungannya di Renon “Bajra Sandhi”, lapangan Puputan Badung, Taman Lumintang dan kawasan Setra Badung.

Keberpihakan Pemerintah Kota Denpasar terhadap persoalan heritage dapat pula dibuktikan dari hasil penelitian Pusat Kajian Bali Universitas Udayana beker-

KEBERPIHAKAN PEMERINTAH KOTA DENPASAR TERHADAP PUSAKA SAUJANA DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KOTA PUSAKA YANG CERDAS

Page 132: denpasar - Universitas Udayana

132

jasama dengan Pemerintah Kota Denpasar tahun 2014 yang ditabulasi pada 26 September 2014 (dalam Salain, 2015) menunjukkan hasil sebagai berikut :

Kelompok Budaya Nir Ragawi (tabel C.12a) berupa nilai-nilai luhur telah diper-hatikan oleh pemerintah kota dari pandangan masyarakat; dari 400 responden hanya 397 orang yang mengisi lembar wawancara. Hasilnya ternyata 71,5% mas-yarakat menyatakan bahwa pemerintah kota dalam hal ini Kota Denpasar sangat memperhatikan aset heritage Budaya Nir Ragawi.

Keberpihakan terhadap aset Budaya Nir Ragawi sangatlah penting, mengingat dikuasai dan dipertahankan ideologi tentang heritage khususnya kebudayaan tak benda adalah sangat penting bagi keberlangsungan dan kesinambungan aset her-itage.

Selanjutnya dari hasil penelitian juga tergambar bagaimana peran Pemerintah Kota Denpasar dalam pengelolaan pusaka atau heritage antara lain sebagai beri-kut : Pengelolaan Pelestarian Budaya (table D.01) tergambar sebagai berikut, dari 400 responden yang mengisi atau mengembalikan kuesioner sejumlah 399 orang atau setara dengan 99,8%. 62,8% diantaranya menyatakan sangat benar dan be-nar dalam upaya Pemerintah Kota Denpasar mengelola heritage.

Dengan mencermati data hasil penelitian diatas menjelaskan dua sistuasi yang memiliki hubungan yang sangat kuat yang dapat menjadi potensi bagi pemerin-tah Kota Denpasar mengembangkan kotanya menjadi kota pusaka yang cerdas. Potensi sebagi kekuatan pertama adalah bahwa pusaka nir ragawi yang dapat digolongklan ke dalam unsur ideologi ternyata dimiliki oleh masyarakat sangat kuat sehingga dapat menjadi modal dalam mengembangkan pusaka.

Dengan kata lain pembangunan melalui model partisipasi akan sangat mendapat dukungan dan kemudahan. Potensi yang ke dua bahwa pemerintah Kota Den-pasar dalam pengelolaan pusaka demikian kuat sehingga jika kedua potensi tersebut digabung dan bersinergi maka niscaya kota pusaka bagi Kota Denpasar bukanlah sebuah harapan melainkan kepastian.

KesimpulanHidup adalah berubah, oleh karenanya perubahan wajib direncanakan. Peruba-han dapat saja menyentuh berbagai apek kehidupan dan penghidupan termasuk tempat atau habitat dimana manusia sebagai makhluk sosial tinggal dan berak-tivitas. Kota Denpasar yang sempit dan kian padat penduduknya dari perjalann waktunya telah mengalami perubahan. Perubahan dimaksud ditengarai ber-langsung karena : 1) Perubahan iklim, 2). Perubahan fungsi lahan, 3). Perubahan Orientasi pembangunan. 4). Perubahan atau perkembangan ilmu pengetahuan

denpasar kota multi dimensi

Page 133: denpasar - Universitas Udayana

133

dan teknologi, 5). Perubahan politik/kekuasaan, 6). Jumlah penduduk, 7). Peru-bahan orientasi akibat industri dan jasa pariwisata, dan 8). Globalisasi.

Ke delapan perubahan tersebut diatas bersumber dari dalam diri manusia dan dari luar diri manusia ada yang dapat berdampak pada semakin kokohnya wari-san pusaka, ada pula yang punah atau hilang, bahkan mungkin saja bertambah. Seperti yang berlangsung ketika terjadi perubahan politik/kekuasaan dari pra era kerajaan ke era kerajaan, dan jaman kolonial sampai dengan kemerdekaan. Kota Denpasar kini masih banyak dijumpai tinggalan yang masih lestari, namun be-berapa ada yang sudah disesuaikan dengan kekinian, dan beberapa lagi ada yang sudah punah.

Konsep Kota Cerdas berada dalam bingkai kota yang berkelanjutan dengan tiga indikator penting seperti, Lingkungan, Sosial-Budaya, dan Ekonomi. Ke tiga indikator tersebut diharapkan bersinergi dalam batas-batas efisien dan efektif “harmoni”, karena salah satu indikator dapat saja memangsa indikator lainnya. Perseteruan di sesama indikator juga dapat berhadapan dengan kepentingan konsep kota pusaka.

Dinamika dalam mewujudkan kota pusaka tersebut diharapkan dapat bersinergi dengan kota cerdas tanpa kehilangan identitas lokalnya. Dua potensi lokal yang diusulkan dalam mewujudkan kota pusaka yang cerdas bagi Kota Denpasar ada-lah smart phylosophia “Tri Hita Karana” dan smart creative sebagai modal dasar masyarakat Hindu di Kota Denpasar. Makna dari kota pusaka yang cerdas adalah mengelola warisan pusaka kota “heritage city” dengan konsep kota cerdas “smart city” dalam pembangunan kotanya untuk mencapai kesejahteraan, kebahagiaan, dan tentunya kemuliaan serta bangga akan identitasnya.

Untuk dapat mewujudkan kota pusaka yang cerdas bukan hanya dilakukan un-tuk memenuhi indikator belaka namun ada dua hal yang harus dipenuhi adalah ketersediaan infrastrukur disertai regulasi dan kualitas SDM kota pusaka yang cerdas. Berbagai ketersediaan tersebut yang berkehendak melestarikan sekaligus memberikan manfaat ekonomi bagi pembangunan kotanya tidak berhadapan dengan 10 kristalisasi nilai pusaka. Adapun sepuluh nilai tersebut adalah :1). Spiritual, 2). Unicum, 3). Estetika, 4). Sains, 5). Ekonomi, 6). Kebersamaan, 7). Keserasian, 8). Multikultural. 9). Jatidiri, dan 10). Keberlanjutan.

Peta jalan smart city yang sedang disiapkan oleh Pemerintah Kota Denpasar merupakan modal dasar untuk mensinergikannya dengan kota pusaka, sehingga dapat menghasilkan cetak biru bagi Kota Denpasar menjadi kota pusaka yang cerdas. Termasuk di dalamnya dilengkapi dengan manajemen heritage khususnya yang terkait dengan pusaka saujana. Untuk tahap awal diharapkan dapat mene-

KEBERPIHAKAN PEMERINTAH KOTA DENPASAR TERHADAP PUSAKA SAUJANA DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KOTA PUSAKA YANG CERDAS

Page 134: denpasar - Universitas Udayana

134

tapkan : 1). Sawah dengan sistem Subak, 2) Pantai Sanur, 3) Teluk Benoa, Pura Serangan, dan 5) Desa Budaya Kertalangu sebagai kawasan pusaka saujana. Per-siapan selanjutnya dalam skala yang lebih kecil namun memilki signifikansi yang sangat kuat adalah, bajra Sandhi, Lapangan Taman I Gusti Ngurah Gede Agung “Puputan Badung”, Taman Lumintang, dan Setra Badung.

Keberpihakan Pemerintah Kota Denpasar dalam menuju kota pusaka yang cer-das tidak perlu diragukan lagi mengingat dua dari delapan dimensi pemban-gunan yang telah digariskan dalam Padmaksara merupakan kontrak kerja yang wajib diimplementasikan. Dibutuhkan perubahan mind set disertai dengan kreativitas yang mampu menggabungkan antara rentang waktu dan dana yang diperlukan untuk itu. Selamat dengan pesan “konservasi menuju kemuliaan dan dari kemuliaan kita sejahtera dan bahagia”.

denpasar kota multi dimensi

Page 135: denpasar - Universitas Udayana

135 “Diamond Building” di Di Inna Grand Bali Beach

KEBERPIHAKAN PEMERINTAH KOTA DENPASAR TERHADAP PUSAKA SAUJANA DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KOTA PUSAKA YANG CERDAS

Page 136: denpasar - Universitas Udayana

136Jalan Sulawesi, Denpasar

Page 137: denpasar - Universitas Udayana

137

Dua kata penting dalam tullisan ini adalah heritage dan kebudayaan. Selanjutn-ya dikaji bagaimana peran, fungsi, dan makna heritage pada kebudayaan dengan wadah objek kajian di Kota Denpasar. Kajian singkat ini didedikasikan bagi Ko-taku-Rumahku Denpasar yang akan memperingati hari jadinya ke 231 Pada 27 Februari tahun 2019.

Bila Kota Denpasar dipandang sebagai kanvas lukisan maka tidak berlebihan jika dikatakan bahwa ruang kanvas tersebut semakin tidak menyisakan kekosongan, dipenuhi oleh beragam perwajahan berupa fungsi dengan pertumbuhan pen-duduk yang memadatinya, sehingga menyisakan berbagai persoalan. Kini kita harus melihat lukisan tersebut, masihkah dijumpai warisan masa lalu, atau karya-karya adiluhung sebagai identitas jamannya?

Dapat dipahami bahwa pembangunan akan mewariskan perubahan! Hanya per-tanyannya adalah bahwa perubahan macam apakah yang diinginkan ataupun dibutuhkan bagi Kota Denpasar yang sekaligus menjadi barometer Bali. Dinami-ka pembangunan hingga pasca kemerdekaan RI telah banyak mengubah fungsi lahan, kepemilikan lahan, sampai dengan bangunan yang beralih fungsi, direha-bilitasi, ataupun juga di demolisi (dihancurkan), dan tentunya juga diiringi oleh perubahan sikap, etika, maupun pola pikir. Dengan demikian yang abadi dalam pembangunan adalah perubahan.

Tidak berlebihan kiranya jika pemerintah merencanakan perancangan ke depan dengan sebuah mimpi “visi” yang mengantarkan seluruh masyarakatnya mera-sakan kenyamanan, keamanan, kesejahteraan dan tentunya keadaban. Denpas-ar sebagai sebuah kota dengan jumlah penduduknya yang hampir mencapai 900.000 jiwa, multi etnik, multi kultur, dan dengan segala tujuan diatas bukanlah persoalan mudah. Membangun dengan pola partisipasi yang memuliakan kreati-vitas kiranya menjadi tema yang terus digulirkan.

PERAN, FUNGSI, DAN MAKNA HERITAGE BAGI KEBUDAYAAN

SUATU REFLEKSI BAGI KOTA DENPASAR

10PERAN, FUNGSI, DAN MAKNA HERITAGE BAGI KEBUDAYAAN

Page 138: denpasar - Universitas Udayana

138

Kota Denpasar yang dibangun dengan visi Wawasan Budaya oleh Puspayoga dan Rai Dharmawijaya selaku Walikota dan Wakilnya di tahun 2000 yang lalu telah menunjukkan bukti berupa peningkatan demi peningkatan yang sangat dirasakan dan dinikmati oleh masyarakatnya. Kini Wawasan Budaya telah ber-langsung memasuki tahun yang ke 19 telah mengantarkan Kota Denpasar den-gan berabagai capaian prestasi yang terukur “fakta” dan tidak terukur “rasa”.

Bertaburnya berbagai prestasi yang telah diperoleh oleh Pemerintah Kota Den-pasar

dapat dikatakan bahwa Visi “Denpasar Kreatif Berwawasan Budaya dalam Kes-eimbangan Menuju Keharmonisan” membuktikan keunggulan, capaian, maupun prestasi dipelbagai bidang seperti Kota Layak Huni, Kota Cerdas, dan lainnya. Modal budaya unggul yang dilakoni secara kreatif bermuara pada pemanfaatan “pengelolaan” heritage sebagai warisan budaya sebagai salah satu aset pembangu-nanya.

Istilah heritage memiliki beberapa pengertian, seperti yang dikutip dari buku Oxford Dictionary of Architecture and Landscape Architecture (2006, 359) mencantumkan tentang heritage asset sebagai, segala sesuatu yang menampilkan struktur atau wujud , fitur, dan objek bersejarah penting dan bernilai yang sangat berpotensi sebagai atraksi.

Menurut Hall & McArther (1996:5) dalam bukunya Heritage Management menjelaskan definisi heritage sebagai warisan budaya yang berupa kebendaan (tangible) seperti monument, arsitektur bangunan, tempat peribadatan, pera-latan, kerajinan tangan, dan warisan budaya yang tidak berwujud kebendaan (in-tangible) berupa berbagai atribut kelompok atau masyarakat, seperti cara hidup, folklore, norma dan tata nilai.

Sedangkan menurut UNESCO memberikan definisi “heritage’’ sebagai warisan (budaya) masa lalu, yang seharusnya dilestarikan dari generasi ke generasi kare-na memiliki nilai-nilai luhur. Dalam buku Heritege Management Interpretation Identity, karya Peter Howard memberikan makna heritage sebagai segala sesuatu yang ingin diselamatkan orang, termasuk budaya material maupun alam.

Dalam piagam pelestarian pusaka Indonesia yang dideklarasikan di Ciloto 13 Desember 2003 (dalam Budihardjo,2011:213; Salain, 2014;9) disebutkan bah-wa Heritage adalah Pusaka. Pusaka ada tiga yaitu : 1) Pusaka Alam, 2) Pusaka Budaya (terdiri dari Pusaka Budaya Ragawi dan Nir Ragawi), dan 3) Pusaka Saujana (Gabungan dari Pusaka Alam dan Budaya).

Sebelum Pigam Ciloto, Pemerintah Provinsi Bali pada tahun 1999 yang lalu

denpasar kota multi dimensi

Page 139: denpasar - Universitas Udayana

139

melalui Proyek Cultural Heritage Conservation menyepakati penggunaan sebu-tan Heritage sebagai Warisan. Dengan demikian tampaknya di Indonesia ada dua kelompok yang memandang Heritage sebagai Warisan dan ada pula yang memaknainya sebagai Pusaka. Pusaka dapat saja dimaknai sebagai Warisan se-dangkan Warisan belum tentu Pusaka. Pusaka atau tidak Bali memaknai Heritage sebagai Warisan. Selanjutnya Warisan Budaya berupa Cagar Budaya sering pula dituliskan untuk sebutan Cultural Heritage.

Dengan demikian secara singkat dapat dimengerti bahwa Heritage adalah seluruh rangkaian Cipta, Karsa, dan Rasa yang diwariskan dari generasi ke gener-asi yang memiliki nilai luhur. yang oleh karena keberadaannya wajib dilestarikan dan dimanfaatkan untuk keadaban dan kesejahteraan. Pentingnya melestarikan dan memanfaatkan Heritage sebagai program pembangunan bagi Kota Denpasar yang berwawasan Budaya ditindak lanjuti dengan diperolehnya Sertifikat Ang-gota Kota Pusaka Dunia dari Unesco pada tahun 2012, kemudian sebagai ang-gota dari Organization World Heritage City di tahun 2013.

Pemahaman tentang Kebudayaan sangat beragam dan sangat banyak. Dari seki-an banyaknya di petik dari tokoh Indonesia dan luar negeri. Dua tokoh Indonesia yaitu Ki Hajar Dewantara dan Fuad Hassan. Ki Hajar Dewantara memandang Kebudayaan adalah buah budi manusia sebagai upaya berhadapan dengan rin-tangan dan kesukaran dalam hidup dan penghidupannya untuk keselamatan dan kebahagiaan dengan tertib dan damai. Pendapat tokoh Indonesia lainnya yaitu Fuad Hassan menyatakan kebudayaan adalah suatu kerangka acuan bagi perike-hidupan suatu masyarakat yang sekaligus untuk mengukuhkan jati diri sebagai kebersamaan yang berciri khas.

Sedangkan ahli asing Edward Burnett Tylor menyatakan kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan lainnya yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Dengan demikian Kebudayaan dapat dipahami sebagai segala upaya manusia dalam mempertahankan dan melangsungkan kehidupan dan penghidupannya. Segala hasil pikiran manusia sangat diwarnai oleh kondisi alam, iklim, keyak-inan dan tradisi. Tantangan dan keinginan untuk diakui merupakan induk bagi perkembangan Kebudayaan.

Sejatinya Kebudayan itu adalah universal, yang membedakannya adalah : 1). etika, 2). estetika, 3). identitas, 4). keberlanjutan, dan 5). pengakuan. Ke lima hal tersebut selalu mengalami tantangan baik dari individu atau kelompok pelaku budaya, maupun dari luar dirinya, baik karena perubahan iklim, pasar global, IP-

PERAN, FUNGSI, DAN MAKNA HERITAGE BAGI KEBUDAYAAN

Page 140: denpasar - Universitas Udayana

140

TEK, dan tentunya akan lebih rumit dan komplek di era Disruption.

Tantangan perubahan yang demikian pesat dan meragam melahirkan banyak pilihan bagi masing-masing individu. Individu sebagai pelaku budaya khusus-nya di Kota Denpasar perlu memahami tantangan mendatang yang memberi “menawarkan” kemudahan. Cita-citanya adalah Keadaban, Kebahagiaan, dan Kesejahteraan merupakan muara dari harapan bersama. Kebersamaan dalam ke-mandirian menjadi kekuatan sekaligus kelemahan dalam masyarakat yang ma-jemuk dan multi etnik.

Heritage dengan Kebudayaan memiliki hubungan yang erat bagaikan dua sisi uang logam. Ada Nilai dan Identitas di masing-masing sisi. Heritage atau wari-san merupakan seluruh produk Budaya, baik yang abstrak, intangible, maupun tangible. Ke tiganya berlangsung sesuai dengan ruang dan waktunya. Tinggi atau rendahnya karya warisan berupa heritage akan berpeluang menggambarkan betapa tinggi nilai Kebudayaannya, atau sebaliknya.

Dengan kata lain Heritage dapat dikatakan sebagai buah karya Cipta, Karsa, dan Rasa bersifat kebendaan sesuai dengan ruang dan waktunya. Bagi warisan yang telah berumur 50 tahun, mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 tahun, memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan; dan memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa, dapat digolongkan sebagai Cagar Budaya melalui proses penetapan, Adapun yang masuk dalam katagori Cagar Budaya adalah : Benda, Bangunan, Struktur, Situs, dan Kawasan Cagar Budaya di darat ataupun air (UU No.11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya).

Demikian banyaknya warisan budaya yang tersebar di Kota Denpasar, bebera-pa diantaranya telah tercatat dalam hasil survey dan inventarisasi Cagar Budaya Tahun 2018 dengan rincian sebagai berikut : Situs Cagar Budaya berjumlah 8, Struktur Cagar Budaya 4, Bangunan Cagar Budaya 14 buah, dan Benda Cagar Budaya sejumlah 133 buah. Sejalan dengan perjalanan waktu sangat dimungk-inkan akan ada tambahan dan peluang bertambahnya jumlah Cagar Budaya.

Jumlah yang banyak disertai dengan keragamannya dapat dikatakan sebagai aset yang sangat bermanfaat bagi keperluan penelitian, pendidikan, rekreasi, bahkan mungkin saja untuk atraksi ataupun objek pariwisata. Beberapa negara Asia yang pernah dikunjungi seperti Korea Selatan, Jepang, China, Vietnam, Cambodia, Bangkok, Malaysia memanfaatkan kekayaan Heritage berupa Cagar Budaya. Bahkan beberapa diantaranya telah ditandai dengan logo Unesco sebagai bukti telah dicatat sebagai World Heritage.

denpasar kota multi dimensi

Page 141: denpasar - Universitas Udayana

141

Kemajuan Industri di negara Macan Asia seperti, Jepang, Korea Selatan, dan China sangat mengandalkan pembangunan pariwisatanya melalui pelestarian objek heritage sebagai produk budaya mereka. Kegemaran masyarakat dunia di era ini untuk melakukan perjalanan merupakan peluang utama dan besar dalam meningkatkan pendapatannya. Kemegahan sekaligus keunikan masing-masing objek heritage disamping merupakan identitas, kebanggan, dan sejarah mereka, juga sangat bermanfaat menjadi objek selfie sebagai bukti kunjungan mereka.

Hal yang sama telah dilakukan oleh Kota Denpasar, khususnya terhadap Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia. Empat diantaranya pada tahun 2018 telah disetujui untuk ditindak lanjuti ke Unesco sebagai seni pertunjukan yaitu, 1). Tari Baris Wayang di Banjar Lumintang, 2). Tari Baris Cina di Desa Renon dan Sanur, 3). Basmerah dari Desa Taman Poh Manis sebagai adat istiadat mas-yarakat, ritus dan perayaan, dan 4). Tradisi Ngerebong di Desa Kesiman juga sebagai kategori adat istiadat masyarakat, ritus dan perayaan.

Sebelumnya Pemerintah Provinsi Bali pada tahun 2012 yang lalu oleh Unesco telah menyetujui empat objek sebagai Warisan Budaya Dunia. Ke empat objek tersebut dikenal sebagai “Bali Cultural Landscape Subak System”, yaitu : Pura Ulundanu Batur di Kabupaten Bangli, Daerah Aliran Sungai Pakerisan di Ka-bupaten Gianyar, Pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan kawasan Catur Angga Batukaru di Kabupaten Tabanan.

Perbedaan objek heritage di Bali dengan luar Bali adalah bahwa objek yang dimi-liki merupakan living monument (monument hidup), sehingga dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa Bali merupakan sebuah pulau yang dipenuhi oleh Liv-ing Monument of Heritage atau sebut saja Pulau Heritage. Perbedaaan tersebut sekaligus menjadikannya unik dan unggul dengan kelebihan dan kekurangann-ya. Salah satu kekurangannya adalah adanya keinginan untuk mengubah, seperti yang berlangsung di beberapa Pura, dengan alasan kekuatan (bata diganti batu andesit, gaya bangunannya, ornament, dan lainnya).

Keberadaan heritage sangatlah didukung oleh berbagai situasi dan kondisi di suatu wilayah. Setidaknya ada objek dengan pengusungnya “masyarakat” men-jadikan objek tersebut berkelanjutan “terpelihara”. Dengan bahasa lain, adanya kepedulian dari masyarakat bermuara pada kecintaan mereka terhadap asetnya. Peran masyarakat dalam pelestarian heritage menjadi dominan, penting, dan per-lu.

Kebudayaan yang menjadi titik tolak pembangunan di Kota Denpasar dari tahun ke tahun telah menampakkan peningkatan “perubahan” fisik dan ruang kota serta pertumbuhan diri mereka. Keikut sertaan masyarakat yang begitu perduli dengan

PERAN, FUNGSI, DAN MAKNA HERITAGE BAGI KEBUDAYAAN

Page 142: denpasar - Universitas Udayana

142

pembangunan difasilitasi dengan pelayanan publik “Sewaka Dharma” menjad-ikan Visi pembangunan yang jelas dan terarah. Kuatnya dukungan masyarakat membuahkan kian kuatnya sense of belonging dari penduduk kota bukan hanya pada pemerintah saja, namun kepada lingkungannya (alam dan sosial). Penataan bantaran Tukad Bindu dapat dijadikan contoh bahwa masyarakat sangat peduli dengan lingkungannya sekaligus dapat menjadi ruang publik yang beradab dan bermanfaat bagi perekonomian mereka.

Kota Denpasar dibandingkan dengan Kabupaten lainnya di Bali tidak terma-suk kota dengan penghasilan tertinggi, namun dari APBD yang terbatas dengan penduduk terbanyak mampu menambatkan capaian IPM (Indeks Pembangu-nan Manusia) tertinggi di Provinsi Bali pada Tahun 2017 yang lalu yaitu 83,01. Penghargaan lainnya untuk tingkat Nasional diraih sebagai peringkat ke empat kota Layak Huni. Demikian juga terhadap prestasi yang dicapai pada tahun 2018 dalam hubungannya sebagai penerima penghargaan Indeks Kota Cerdas ranking pertama untuk Kota Besar se Indonesia.

Penghargaan tersebut diatas diperoleh karena peran serta masyarakat dengan in-dikator antara lain: lingkungan, keamanan, kualitas hidup, pemerintahan. mobil-itas, kenyamanan dan lainnya dan yang paling utama adalah karena masyarakat Kota Denpasar sebagai pelaku budaya sangat mengedepankan ekonomi cultural “Orange Economy” sebagai basis kehidupan dan penghidupannya. Dengan kata lain aset budaya termasuk heritage menjadi tumpuan peningkatan pembangunan perekonomiannya secara inklusif dan kreatif.

Peran Heritage dalam pembangunan Kota Denpasar bukan hanya dilaksanakan oleh pemerintah saja, melainkan juga oleh masyarakat yang sudah merupakan bagian dari keseharian mereka. Terlebih lagi ketika pembangunan berorientasi “berpusat” di desa, maka aset heritage menjadi aset utama dan penting dalam mengangkat eksistensi desa mereka sekaligus dikreasikan sebagai objek pari-wisata. Pariwisata dan Kebudayaan sudah menjadi “bagaikan’ ideologi bagi mas-yarakat Kota Denpasar.

Perannya bukan sebagai objek yang mati, namun dilestarikan menjadi aktor da-lam pembangunan. Peran lainnya yang sering dilupakan adalah bahwa setiap aset heritage karena keberadaannya memberikan peran tersendiri bagi dirinya mau-pun lingkungan sekitarnya. Aura yang disebarkannya setidaknya bernada esteti-ka, penanda, dan histori yang melekat padanya. Peran dari eksistensi inilah yang perlu dicatat, direkam, difoto, digambar, dalam pendokumentasian aset heritage sebagai Cagar Budaya ataupun bukan.

Sedangkan fungsi dari aset sekaligus objek heritage sangatlah luas dan penting.

denpasar kota multi dimensi

Page 143: denpasar - Universitas Udayana

143

Bukankah Bung Karno sebagai Presiden RI pertama pernah berujar “Jas Merah” yang dimaksudkan sebagai Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah, atau slogan lainnya yang menyebutkan Bangsa yang Besar adalah Bangsa yang Menghargai Sejarahnya.

Sejarah identik dengan Warisan Budaya atau Cultural Heritage ataupun Cagar Budaya, yang karena usia, sejarah, nilai, keunikannya perlu dilindungi dan dile-starikan. Kenapa dilindungi dan dilestarikan tiada lain karena aset heritage mer-upakan jejak untuk mengetahui sejarah atau masa lalu yang diperoleh dari benda, struktur maupun bangunan yang berupa fisik maupun non fisik. Banyak diantara warisan yang bahannya bukan bebatuan sudah mengalami kerusakan atau han-cur. Demikian pula teks yang tertulis diatas daun lontar jika tidak terawat dengan baik tentu sudah lapuk “hancur” dimakan usia. Untuk melestarikannya perlu dilakukan tindakan konservasi. Sedangkan bagi warisan yang telah hancur dapat digunakan model, gambar, ataupun foto dari sumber primer.

Keberadaan Cagar Budaya berupa Cultural Heritage di Bali, khususnya di Kota Denpasar merupakan warisan yang masih difungsikan “Living Monument”. Art-inya bahwa warisan tersebut sampai dengan saat ini masih lestari karena fung-sinya, seperti misalnya wayang, tari baris Cina, keris, pura dan karya arsitektur, kuliner, tekstil, bahasa, subak, dan lainnya. Warisan budaya agraris “air” sampai dengan saat ini masih dipeluk dan dilestarikan oleh masyarakat Hindu di Kota Denpasar. Simbol, tanda, dan nilai yang terkandung padanya masih berfungsi dalam kehidupan dan penghidupan mereka.

Setidaknya fungsi masing-masing warisan tersebut melekat pada keberadaann-ya seiring dengan waktu yang terus berdinamika dengan segala pengaruh yang menyertainya. Kehidupan sehari-harinya masih terikat dengan keberadaan wari-san mereka bahkan cenderung menjadi sakral! Bahkan beberapa diantaranya ada yang memiliki upacara khusus, yaitu setiap 210 hari yang dikenal dengan upacara Tumpek ataupun dalam bentuk Piodalan.

Selain untuk kepentingan fungsi karena eksistensinya, tidak jarang diantaranya juga memiliki fungsi lainnya seperti untuk pengikat keluarga, rekreasi, eduka-si dan juga pariwisata, seperti yang berlangsung selama ini di Pura Belanjong, Pura-Pura di Sakenan, Pura Maospahit, dan sebagainya. Berbagai rangkaian up-acara di masing-masing lokasi tersebut biasanya didukung oleh berbagai atrak-si yang juga merupakan bagian dari heritage yang bukan hanya dinikmati oleh masyarakat penyungsung, namun juga oleh wisatawan Nusantara maupun Man-canegara.

Rekaman lensa yang diunggah di media sosial pada rangkaian acara tersebut di-

PERAN, FUNGSI, DAN MAKNA HERITAGE BAGI KEBUDAYAAN

Page 144: denpasar - Universitas Udayana

144

atas secara cepat sudah terpublikasikan dengan murah dan mendunia yang ber-dampak pada promosi terhadap aset heritage dan fasilitas pendukungnya. Oleh karenanya keaslian objek menjadi utama dan penting agar tidak ada kepalsuan ataupun imitasi.Sangsinya adalah bahwa penetapan Cagar Budaya sebagai wari-san dapat dicabut setelah melalui proses yang dilakukan oleh ahlinya.

Adapun makna dari heritage, khususnya bagi Kota Denpasar yang telah menjadi anggota Kota Pusaka Dunia (OWHC) selain bermakna menghargai ataupun hormat kepada leluhur, juga memiliki makna representasi, edukasi, ideologi, poli-tik, ekonomi,multi kultur, dan lainnya. Namun tidak dapat dipungkiri makna utamanya ada pada nilai persatuan, kebersamaan serta kemajuan ilmu pengeta-huan dan teknologi pada jamannya.

Dengan memperhatikan Peran, Fungsi, dan Makna Heritage bagi Kebudayaan dengan Refleksi di Kota Denpasar, dapat disimpulkan sekaligus saran sebagai berikut : 1). Aset Warisan Budayanya sangat unik, dia merupakan living mon-ument. 2). Pencatatan dan Penetapan Aset Heritage atau Warisan Budaya. Dari 156 yang telah tercatat sebagai aset Cagar Budaya, masih dipandang perlu untuk mencatat dan mendaftarkannya. 3). Meningkatkan kerjasama dalam pencatatan hingga penetapan sebagai aset Kota, Propinsi atau Nasional. 4). Pemahaman dari berbagai aset yang telah terdaftar sebagai Cagar Budaya maupun belum, meng-gambarkan adanya persilangan pengaruh budaya. 5). Objek heritage menunjuk-kan benang merah bahwa kita tidak hidup sendiri dan kita hidup saling berke-butuhan. 6). Seberapapun majunya industri, objek heritage tetap menjadi aset bagi pendidikan, rekreasi, pariwisata, dan pembangunan. 7). Melalui Pariwisata Budaya, Kota Budaya Denpasar bermaksud dan selalu mengupayakan sinergitas antara heritage dan pariwisata. 8). Heritage Tourism dalam bingkai Economy Cul-tural “Orange Economy” berpeluang memperkuat Denpasar sebagai Kota Pusa-ka. 9). Mengajak dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam melestarikan heritage bagi kaum remaja untuk memahami peran, fungsi, dan makna heritage, melalui banjar, sekeha-sekeha, maupun sekolah-sekolah.10). Melestarikan heritage berarti menghargai dan menghormati Kebudayaan, mari kita bangun Denpasar sebagai Kota Budaya.

Semoga!

denpasar kota multi dimensi

Page 145: denpasar - Universitas Udayana

145Kori Agung di Areal Suci Puri Kesiman

Page 146: denpasar - Universitas Udayana

146Kawasan Heritage di Jl. Gajah Mada, Denpasar

denpasar kota multi dimensi

Page 147: denpasar - Universitas Udayana

147

Denpasar City Heritage The potential assets inheritance of Denpasar city, the quantity and quality of ought to be proud of, the benefits some of which are already delivering results, his weakness is on the side of the sustainable management; especially about the rules and institutions of formal and not formal. Total assets of the inheritance of Denpasar City certainly accrued when the archaeological findings that were at the temple Belanjong-Sanur, Dalem Ayun temple, Dalem Sukun temple, temple of Desa Peguyangan on Peguyangan up to established Law number 11 Year 2010 about Heritage, then cultural assets of physical and non physical outnumbered and simultaneously is the leading culture.

Refer to the writings of Geriya and friend (2011, 18) of the physical cultural assets in Denpasar at least eight configurations crystallized value: 1). Spiritual, 2). Unicum, 3). Aesthetic, 4). Science, 5). Economics, 6). Community, 7). Harmony, 8). Multicultural. This configuration is more powerful and sturdy if added three more values (Salain, 2013), namely: 1) Identity, 2). Plurality, and 3). Sustainabil-ity. So the whole eleven-configured value.

To the eleven that value above can support the OIV (Outstanding Indonesian Value) and OUV (Outstanding Universal Value) so that deserves to be developed as a heritage asset, and Denpasar as well as National Heritage City and Inter-national Heritage City. This means that part of the study as well as the physical arrangement of the lowliest project Z Zone (Pemecutan Palace - Catus Patha “Caturmuka” – Satria Palace), Region I Zone stretches from the Patimura street “Banjar Taensiat” to the Supratman street “Kertalangu Palace” is flaky – small fragments from the great work blueprint Denpasar as heirlooms.

DENPASAR CITY HERITAGE AS AN ASSET FOR SUSTAINABLE

DEVELOPMENT

11

*) Dipresentasikan pada Workshop on Heritage Conservation Policies and Practices in South East Asia, Siem Riep, Cambodia, 2016

*

DENPASAR CITY HERITAGE AS AN ASSET FOR SUSTAINABLE DEVELOPMENT

Page 148: denpasar - Universitas Udayana

148

For example, based from the book of Bappeda Denpasar City (2013,112) show a map of the project about Region I Zone (picture an left side). Many potential object of heritage along the street, from Patimura to Supratman street. The study divide with six segment with five magnet.

In other words it can be stated that the area of the city of Denpasar is the tangible as well as intangible heritage. For the benefit of the required master plan of the city of Denpasar, accompanied with the Inheritance rules governing its utiliza-tion, through in-depth research with the energy experts.

Through the uphill battle and a long and grueling preparation in December 2013 Denpasar city have got certificates of the members of the World Heritage City of Unesco. Denpasar city now is preparing to be part of the World Heritage City. This effort will succeed when it meets the requirements of Outstanding Universal Value (OUV) published by Unesco on “The Convention Concerning the Protection of the World Cultural and Natural Heritage 1972 “

denpasar kota multi dimensi

Page 149: denpasar - Universitas Udayana

149

Range of Heritage in The City of DenpasarDenpasar city that woke up since the era of the Kingdom of Denpasar asset inheritance bequeathed in three categories, namely Cultural Heritage that con-sists of Physical and Non Physical, Natural Heritage, and the inheritance of Saujana (mixed between Cultural Heritage with Natural Heritage) which pretty much spread over almost the entire territory of the city of Denpasar. For exam-ple, Physical Cultural Heritage includes several historic buildings, and or in the form of Cultural Heritage. For example the temple namely Belanjong in Sanur and Maospahit in central of Denpasar City. Another object is about Palace of Kesiman, among others: Pemecutan, and Satrya. There are also School of SDN 1, SMPN 1; Museum Bali; Art Center; The Catholic Church; Al Hikmah Mosque; Among other settlements like : Kampung Bugis, Javanese, Chinese and Arabic. Similarly a Non Cultural Inheritance of Physical recorded like Thi Hita Karana (philosophy), Asta Kosala-Kosali (architecture), Usada (the medicine), and more. In the spectrum of the cultural inheritance of Natural assets can be referenced like the Tukad (River) Badung, Sanur Beach, as well as areas of rice fields. While the Saujana, among others, Benoa Bay, the village of cultural Kertalangu-Kesiman and Subak Sembung in Peguyangan.

The photo above shows examples of heritage assets are scattered in the city of Den-pasar, left-right: Catholic Church of St. Joseph in Kepundung street, Al Hik-mah Mosque in the street of Soka, Museum Bali in Mayor Wisnu street, and

Palace of Kesiman at Supratman street. Source: Salain various years.

Each of these assets are spread and become historical evidence about the majesty of the culture of the past, while providing an overview of the openness of the city of Denpasar in the association through international trade and religious affairs by China, India, and Europe; where as due to the influence of power carried out by colonial Dutch and Japan.

Trace the inheritance to be the object of interesting and important both in terms of history or tourism is a war Of Puputan Badung in 1906 ago between Denpasar

DENPASAR CITY HERITAGE AS AN ASSET FOR SUSTAINABLE DEVELOPMENT

Page 150: denpasar - Universitas Udayana

150

and the Kingdom of Dutch Colonial that begins from Sanur Beach until the destruction of the Denpasar Palace (now is location of Denpasar City).

Puputan Badung War pictures that take loss of life and destruc-tion of the Puri (Palace) of Denpasar. Source, www.google.com

The seriousness of the Government Denpasar city of Inheritance has been evi-denced by the certificate he had as a member of the Unesco World Heritage City by the year 2012. Next up was accepted as a member of the Organization World Heritage City in 2013 from the same agency. Besides the city of Denpasar also received the recognition of the Keris (local Weapon) as a world heritage in 2005. And a few years ago, namely in the year 2015 once again gained recognition from Unesco world body namely Legong (dance) Keraton as one of objects of cultural heritage treasure city of Denpasar. And in the year 2017 which then follow up with a full and thorough event 14th Organization World Heritage City in Gyeo-ngju, South Korea.

Rapid development of tourism is accompanied by a variety of influences and im-pacts of global markets has been shown to exhibit a change of function of land, buildings, or property rights for a diverse range of interests supporting tourism, education, health, to trade. In addition, because of the passage of time many buildings of the passage of the age of inheritance and not done restoration in accordance with the norms of conservation. Some buildings even changed the inheritance of design due to an interest of regional councils, so there was a great fanaticism to create a form by eklektism physical of inheritance.

Denpasar city in the year of 2017 have population come up 900.000 people with-in area about 127,78 Km2 as the city center of government, education, health, the

denpasar kota multi dimensi

Page 151: denpasar - Universitas Udayana

151

economy, tourism, and others cannot avoid changing dynamics. Before the city was conceived as an inheritance of some asset inheritance of anyone in the uninstall for the new function, that is located around Puputan Badung field, among others: a few colonial buildings on the street, the street of Sugianyar and Udayana is a place military police. Office of the Public Work, home of the late Ida Bagus Ru-rus now so the offices of Bank Mandiri, Bali Hotels, military dormitory), on the road of Surapati is located school as SMPN 1 and SDN 5; and other.

Change for the sake of change is also taking place in some of the buildings of custom and religion. On the building of custom changes shape, the face and function as seen in some of the Bale Banjar (Public Building) and some of them are building castles and temples. The changes to the object in question a lot hap-pened on building materials as well as the dimensions of the site (an extension) and or rotted or broken objects; even in the case of the Castle due to the growth of the nucleus family.

On the case or object that is already listed as a heritage building, generally have been addressed properly and seriously by the government. Although funding for treatment is small, but because the building heritage in Bali is also a living mon-ument, so attention is also done by the community. Because of the layers of its history Denpasar city, it has some assets of cultural heritage needs to be preserved and developed in the frame of management conservation in order to make the more known and more additional funds can be excavated for the benefit of the treatment.

The dynamics of changes that take place in particular with regard to asset inher-itance in Denpasar city is seen immediately need to be organized and managed for a variety of interests such as history and economic interests through the de-velopment of tourism sustainable.

Build The City of Denpasar To Be Heritage City Is a Smart Effort Achieve Sustainable DevelopmentThe Republic of Indonesia according to Geriya (2014:182) wrote that in an ef-fort towards excellence in the 100-year anniversary of the upcoming 2045 hits a Country theme Adibudaya. On a regional scale in Denpasar city since led by Mayor Puspayoga has set a vision of its construction with the city had Insightful culture. Now in the administration of Mayor Rai Mantra that vision evolved into “an insightful Creative Culture Denpasar in the balance Towards Harmony” with

DENPASAR CITY HERITAGE AS AN ASSET FOR SUSTAINABLE DEVELOPMENT

Page 152: denpasar - Universitas Udayana

152

the addition of the word creative is expected to be an opportunity to craft a legacy asset and make as the potential inheritance so that sustainable development can take place in the city of Denpasar and not vice versa.

Dorcey (Pitana, et al., 2000) says that the concept of sustainable development is the concept of an alternative on the polar opposite to the conventional development concepts, because sustainable development include efforts to maintain integrity and ecological diversification, meets basic human needs, enabled the option for future generations, the reduction of inequalities, and increased self-determina-tion for the local community.

However, the principles of sustainable development are noteworthy by WTO in (Pitana,,2000 Dkk.) must adhere to three principles, namely: (1) ecological sur-vival; (2) the continuity of socio-cultural and (3) economic survival, both for the present generation as well as generations to come.

Thus the understanding of sustainable development is meant as an attempt to let the construction being done now and future can be utilized and enjoyed by the next generation. In other words exactly what was done in the construction are now designed so that not too much damage the land and the environment, so that the children and grandchildren can enjoy them. Included in it is the local wisdom that has been proven by the days, such as the management of irrigation for rice and Denpasar in Bali in particular through the Organization of subak.

A brief word on sustainable development meant so that there are no blackouts, containers and land information for the sustainability of development in Denpasar of Bali and is generally based on culture. Thus the cornerstone of an agricultural culture is not demolized and lost because of industrial or services. The principle of ecological, social, cultural, and economic survival became a foundation for le-veraging legacy assets toward the city of Denpasar as heirlooms.

In other words can be formulated that logging, mapping, legacy asset manage-ment aimed at the city deemed capable of Inheritance reduces appetite changes that removes traces of heirlooms. However, by managing the assets of the inheri-tance, and made into local regulations as well as the Mayor’s economic principles can be upgraded at the same time two other principles that is ecological and social culture.

Denpasar city with population density above the narrow land very precisely made capital heirloom as a city. Build the city by leveraging asset inheritance is seen not many changing environmental and social potential of culture. The development was done through the stages between the others: planning of heritage, funding,

denpasar kota multi dimensi

Page 153: denpasar - Universitas Udayana

153

promotion, management conservation, heritage rescue regulation, signed, folder, and build a network with the world heritage city. Heritage City is a smart effort achive sustainable development, especially in the city of Denpasar within rich heri-tage asset. And ... are not equally important is education about the importance of heritage since school age children.

DENPASAR CITY HERITAGE AS AN ASSET FOR SUSTAINABLE DEVELOPMENT

Page 154: denpasar - Universitas Udayana

154 Kori Agung di Pura Dalem Poh Manis

Page 155: denpasar - Universitas Udayana

155

RefleksiKota Denpasar pada 27 Februari ini memasuki usia ke 230 tahun. Banyak ceritera dan kejadian yang menjadi lemba-ran sejarah kotanya. Sebagai kota yang terbilang kota tua

banyak peninggalan berupa pusaka mulai dari yang abstrak hingga yang nyata. Beragam pengaruh asing karena perda-

gangan, agama, maupun penjajahan melahirkan keragaman di kota selaksa makna ini. Ditetapkannya Denpasar sebagai Heritage City atau Kota Pusaka sebagai salah satu dimensi

Padmaksara dapat mempercepat pencapaian kebahagiaan masyarakatnya.

Judul tulisan ini diterjemahkan dari tema besar yang digulirkan oleh Tim Redak-si Majalah Sewaka Dharma yaitu “Akselarasi Implementasi Padmaksara Berbasis Tri Hita Karana Mewujudkan Kebahagiaan Masyarakat Kota Denpasar”. Dari tema besar tersebut ada beberapa kata kunci yaitu : Akselarasi yang berarti per-cepatan, implementasi bermakna penerapan, Padmaksara merupakan 8 visi dan misi pembangunan calon walikota dan wakil walikota yaitu Rai Mantra dan Jaya-negara, Tri Hita Karana adalah keharmonisan hubungan antara Manusia dengan sesama, dengan alam, dan dengan yang diyakininya, kebahagiaan adalah capaian indeks kebahagiaan yang ditetapkan oleh beberapa indikator, dan masyarakat Kota Denpasar adalah masyarakat urban yang multi kultur, majemuk, dinamis, kompromis, metropolis, dan demokratis.

IMPLEMENTASI KOTA PUSAKA DALAM UPAYA MEWUJUDKAN

KEBAHAGIAAN MASYARAKAT KOTA DENPASAR

12

*) Dimuat dalam Majalah Pemerintah Kota Denpasar “Sewaka Dharma”

*

IMPLEMENTASI KOTA PUSAKA DALAM UPAYA MEWUJUDKAN KEBAHAGIAAN MASYARAKAT KOTA DENPASAR

Page 156: denpasar - Universitas Udayana

156

Mengingat bahwa salah satu dari delapan dimensi Padmaksara adalah tentang Kota Pusaka maka tulisan singkat ini difokuskan pada lokus percepatan pen-erapan Kota Pusaka dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat Kota Denpasar. Tentu ke tujuh dimensi lainnya juga sangat penting mengingat bahwa dalam suatu tataran sistem, dimensi satu dengan lainnya akan saling terkait dan berpengaruh. Dipilihnya Kota Pusaka karena dipandang bahwa implementasi Kota Pusaka akan menarik dan mempengaruhi ke tujuh dimensi lainnya, seperti Smart City, meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat (Welfare Society) Menu-ju Kebahagiaan, membangun Partisipasi Masyarakat sebagai agen perubahan (Agent of Change) dengan human capital dan social capital, mengembangkan ekonomi kreatif dan lainnya.

Denpasar sebagai Kota Pusaka sudah tidak terbantahkan mengingat bahwa usianya yang telah mencapai 230 tahun merupakan usia yang sangat signifikan dan outstanding dalam hal warisan budaya, ditambah lagi dengan mayoritas mas-yarakatnya yang beragama Hindu mnejadikannya agama dan budaya bagaikan pisau berdua sisi yang secara sinergis berfungsi dalam bingkai nilai seperti Tri Hita Karana. Banyak warisan budaya baik berupa Pusaka Alam, Budaya (Nir Ragawi dan Ragawi), maupun Saujana yang ada di Kota Denpasar yang dapat dilihat, dibaca, bahkan juga dinikmati seperti indahnya pemandangan lahan per-sawahan dengan irigasi subak, pemandangan pantai Sanur, sekeha teruna-teruni, subak, lontar, kuliner, seni tari, sampai dengan karya arsitekturnya. Walaupun ada berbagai pengaruh dari China, India, Belanda, maupun Jepang dengan latar be-lakang diplomasi perdagangan, agama, dan penjajahan, kebudayaan tradisi “wari-san” mampu diserap dengan sangat kreatif sehingga warisan tersebut kini mer-upakan aset pariwisata budaya yang tidak ternilai.

Sadar akan banyaknya pusaka yang merupakan asset bagi Kota Denpasar, Pe-merintah kota tidak hanya mencatatkannya dalam hasil-hasil penelitian saja, bahkan secara khusus bagi karya fisik arsitektur telah tercatat pula dalam katalog Cagar Budaya. Sebutlah misalnya, Pura Belanjong di Sanur, Pura Maospahit di Grenceng Kota Denpasar, dan lainnya. Keseriusan Pemerintah Kota Denpasar merencankan pembangunan kotanya sebagai kota pusaka telah diakui oleh lem-baga dunia yaitu Organization World Heritage Cities (OWHC) pada 10 Oktober Tahun 2013 yang lalu. Keterlibatan Pemerintah Kota Denpasar dalam berbagai pertemuan Asia Pacifik maupun dunia selalu diikuti. Kongres dunia OWHC ke 14 pada 30 Oktober sampai dengan 3 November 2017 di Kota Gyeongju, Korea Selatan Pemerintah Kota Denpasar hadir bukan hanya sebagai peserta saja, namun juga dalam pameran, pertunjukkan kesenian, forum pimpinan kota, dan penawaran kota untuk pertemuan 2019 mendatang. Tiga Kota yang siap dan

denpasar kota multi dimensi

Page 157: denpasar - Universitas Udayana

157

menawarkan kotanya sebagai tempat pertemuan yaitu China, Philipina, dan In-donesia (Denpasar), keputusannya pertemuan berikutnya di Tahun 2019 adalah di Sozhou, China.

Hasil Penelitian tentang seberapa jauh Pemerintah Kota Denpasar terhadap im-plementasi persoalan heritage (Salain, 2014, 109-111) sebagai berikut :(1) Keberpihakan pada Kelompok Budaya Nir Ragawi berupa nilai-nilai luhur

telah diperhatikan oleh Pemerintah Kota dari pandangan masyarakat, 71,5 % menyatakan sudah diperhatikan dengan benar dan benar sekali.

(2) Keberpihakan pada Kelompok Budaya Ragawi berupa aset budaya fisik an-tara lain :a). Arsitektur, 66,8% , b). Pakaian Adat, 76,1%, c). Tarian Baris, 73,6%, d). Kuliner, 66,8% menyatakan sudah diperhatikan dengan benar dan benar sekali.

Pernyataan tersebut diatas menggambarkan bahwa masyarakat menilai pemerin-tah Kota Denpasar dipandang sudah benar dan sangat benar dalam pelaksanaan “keberpihakan” terhadap heritage dari unsur Budaya Ragawi dan Non Ragawi.

Sedangkan dari sisi pengelolaan heritage oleh Pemerintah Kota Denpasar pada sumber yang sama hasil penilaiannya antara lain sebagai berikut :(1) 1. Pengelolaan Pelestarian Budaya, 62,8 % menyatakan sudah benar dan

sangat benar.(2) 2. Museum, diperoleh angka 88,3 % yang menyatakan sudah benar dan san-

gat benar.(3) 3. Prasasti Belanjong, diperoleh angka 51,8 % sudah benar dan benar sekali.(4) 4. Purbakala, diperoleh angka 82,8 % yang menyatakan benar dan benar

sekali.(5) 5. Puri sebagai Pusat kebudayaan, diperoleh angka 72 % yang menyatakan

benar dan benar sekali.(6) 6. Puri sebagai Warisan Budaya, diperoleh angka 64,1 % yang menyatakan

benar dan benar sekali.(7) 7. Pura sebagai atraksi Turis, diperoleh angka 50,3 % yang menyatakan be-

nar dan sangat benar.(8) 8. Arsitektur Tradisional Bali, diperoleh angka 63,6% yang menyatakan be-

nar dan benar sekali.(9) 9. Aplikasi IT dalam Pengelolaan Warisan Budaya diperoleh angka 50,1 %

yang menyatakan benar dan benar sekali.

Ke Sembilan hasil yang menggambarkan bagaimana pemerintah mengelola aset

IMPLEMENTASI KOTA PUSAKA DALAM UPAYA MEWUJUDKAN KEBAHAGIAAN MASYARAKAT KOTA DENPASAR

Page 158: denpasar - Universitas Udayana

158

heritage diatas memberi informasi bahwa pemerintah telah mengelola dengan baik dan benar dengan catatan bahwa di pengelolaan Pura sebagai atraksi Turis dan Aplikasi IT untuk Warisan Budaya angkanya berada pada kisaran angka kritis (50,3% & 50,1%) jika tidak diadakan review terhadap hal-hal penyebabnya. Demikian pula bagi kegiatan yang telah memperoleh angka diatas rata-rata hen-daknya dapat bertahan dan secara bertahap dapat meningkatkannya.

Persoalan berikutnya adalah apakah hubungan antara Kota Pusaka dengan Ke-bahagiaan ? Untuk jelasnya, dapat diurut dari pemahaman tentang kebahagiaan dan indikator kebahagiaan itu sendiri. Kebahagiaan menurut aspirasi revolu-si kemerdekaan 1945 oleh Bung Hatta yang berpendidikan ekonomi di Eropa memiliki pandangan yang berbeda dengan para ekonom Barat yang mempo-sisikan kebahagiaan dengan kekayaan. Aspirasi kebahagiaan yang dikonsepkan Bung Hatta adalah happiness yang tidak dikenal di kamus ekonomi. Ilmuwan barat Maslow menyatakan kebahagiaan tertinggi ditentukan oleh non material dan yang terbawah adalah material. Jika ukuran kebahagiaan dilandaskan pada domain material maka capaian kebahagian baru mencapai tingkat yang paling bawah. Oleh karena itu pesan-pesan norma yang merupakan kecerdasan emo-sional dalam mencapai kebahagiaan dirasa perlu dan penting! Utamanya yang menyangkut nilai-nilai budaya yang diwarnai oleh tradisi dan Agama Hindu se-harusnya masuk sebagai bagian dari indikator yang mengevaluasi GNH (Gross National Happines) di Kota Denpasar, seperti yang dilakukan di Bhutan yaitu memasukkan Agama Budha sebagai bagian dari pertimbangan tentang bahagia.

Pemerintah Republik Indonesia melalui BPS juga melakukan survey tentang GNH. Dalam survey ini BPS menggunakan dua indikator yaitu indikator ob-jektif dan subjektif yang menggambarkan 10 domain (Bhutan dengan 9 domain). Adapun ke sepuluh domain kehidupan yang sangat mendasar dicantumkan oleh BPS yang selanjutnya disebut sebagai Indikator Kebahagiaan Manusia (IKM) adalah: 1). Kesehatan, 2). Pendidikan, 3). Pekerjaan, 4). Pendapatan rumah tang-ga, 5). Kondisi lingkungan, 6). Kondisi keamanan, 7). Hubungan sosial, 8). Ke-harmonisan keluarga, 9). Ketersediaan waktu luang, dan 10). Kondisi rumah dan aset.

Disamping memiliki jumlah domain tidak semua domain ditiru dari GNH Bhutan. Di duga lebih disesuaikan dengan kondisi di tanah air. Akan tetapi di negara yang beragama dan menyatakan memiliki kekayaan budaya, justru tidak memasukkan domain agama serta keragaman budaya dan daya lentingnya (cul-tural diversity and resilience). Ada apa? Padahal agama dan kebudayan merupa-kan landasan sekaligus bingkai untuk memahami sekaligus sebagai pendekatan tentang kebahagiaan.

denpasar kota multi dimensi

Page 159: denpasar - Universitas Udayana

159

Dengan demikian persoalan kebahagiaan bukanlah semata-mata urusan pendapa-tan atau kesehatan belaka, namun juga terkait dengan pendidikan, pekerjaan dan lainnya sesuai sepuluh indicator diatas. Prinsipnya nilai kebahagiaan akan dicapai bila ke sepuluh indikator yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik.

Konsep bahagia tidak hanya terbatas dengan kehidupan masyarakat yang menyenangkan atau pleasure life maupun kondisi kehidupan yang baik atau good life tetapi juga dikondisi kehidupan yang bermakna atau meaningful life. Selanjutnya juga diungkapkan bahwa tingkat kebahagiaan atau kepuasan hidup bersifat kuantitatif dalam arti dapat diukur.

Kota Denpasar dengan berbagai dinamikanya dari tahun ke tahun dalam pen-capian IKM selalu meningkat. Di Tahun 2017 IKM tercapai adalah 74,63 dia-tas capaian Bali 72,48 ataupun rata-rata Nasional pada 70,69. Dengan demikian wajib kiranya masyarakat Kota Denpasar bersama pemerintah berupaya untuk selalu meningkatkan indeks kebahagiannya. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pembangunan Kota Denpasar yang berwawasan Budaya yang dibingkai oleh Padmaksara dan dilandasi oleh Tri Hita Karana sudah ada pada jalur menu-ju kebahagiaan bersama. Gambar dibawah menunjukkan Capian IKM Provinsi di Tahun 2017.

Indeks Kebahagiaan Manusia di Bali dan Rata-Rata Nasi-onal Tahun 2017. Denpasar mencapai 74,63.

Sumber, www.google.co.id, diunduh 11 Februari 2018, jam 19.16

Selama ini suka tidak suka sumbangan pembangunan Kota Denpasar banyak di-

IMPLEMENTASI KOTA PUSAKA DALAM UPAYA MEWUJUDKAN KEBAHAGIAAN MASYARAKAT KOTA DENPASAR

Page 160: denpasar - Universitas Udayana

160

peroleh dari pariwisata. Pariwisata budaya sebagai konsep sekaligus implementa-sinya kesehariannya memberikan sumbangan yang signifikan dalam pembangu-nan kotanya. Walaupun APBD nya tidak sebanding dengan Kabupaten Badung, harus diakui bahwa capaian IPM 82,58 sangat ditentukan oleh perencanaan yang tepat, benar dan kerjasama masyarakat yang sangat solid dan berkelanjutan.

Konsep pariwisata budaya yang terimplementasi merupakan warisan yang ber-langsung sejak 230 tahun lalu dan sebelumnya yang telah menjadi modal sosial dan budaya masyarakat Kota Denpasar perlu dilestarikan dan dimanfaatkan da-lam setiap program dan kegiatan pembangunan. Aset Budaya yang telah terbukti ini menjadikan usulan Denpasar sebagai Kota Pusaka atau Heritage City tidak pernah surut dan harus dilanjutkan secara bertahap dan terstruktur. Pembela-jaran dari beberapa kali menghadiri kegiatan yang dilakukan oleh UNESCO, OWHC, BPPI, PU, dan lainnya wajib kiranya dipelajari, diadopsi dan dikem-bangkan sesuai dengan potensi dan kondisi Kota Denpasar.

Dukungan untuk melestarikan aset budaya kota yang signifikan sebagai Kota Pusaka hendaknya kian ditingkatkan dalam anggaran , SDM, management, dan Teknologi Informasi, serta Regulasi agar bentang alam, maupun bentang fisik, dan ideology dipengaruhi oleh berbagai perubahan yang pragmatis, kapitalis, dan individualis. Masa depan kita ada pada Kota Pusaka, rawatlah kota kita untuk kesejahteraan bersama. Kotaku Rumahku. Selamat berulang Tahun yang ke 230 semoga seluruh masyarakatnya kian bahagia!

denpasar kota multi dimensi

Page 161: denpasar - Universitas Udayana

161

Catuspatha Agung Puri Denpasar. Sumber: I Gusti Made Putra (2009)

Page 162: denpasar - Universitas Udayana

162Meru di Merajan Agung Puri Kesiman

Page 163: denpasar - Universitas Udayana

163

PendahuluanKota Denpasar adalah sebuah kota yang tumbuh dan mekar dari sebuah Kota Kerajaan. Kerajaan “Puri” Denpasar dengan perempatan “Catur Muka” akibat persimpangan jalan ketika itu sebagai pusat atau titik spasial kerajaan atau kotan-ya. Titik itu kini disepakati sebagai titik nol kilometer Pulau Bali. Awalnya ketika masa kerajaan titik nol tersebut adalah kosong, kemudian era penjajahan Belanda di tandai dengan lonceng, dan setelah itu pada tahun 1972 dibangun patung Ca-tur Muka. Lokasi kerajaan Denpasar yang terletak di Timur Laut Catur Muka “Pempatan Agung” luluh lantak saat Perang Puputan Badung pada tahun 1906 kini menjadi lokasi rumah jabatan Gubernur Provinsi Bali.

Secara administratif Kota Denpasar terdiri dari 4 wilayah Kecamatan dengan 43 Desa/Kelurahan. 10 Desa berada di Kecamatan Denpasar Selatan, di Den-pasar Timur 11 Desa/Kelurahan, di Denpasar Barat 11 Desa/Kelurahan, dan 11 Desa/Kelurahan berada di Denpasar Utara. Luas wilayah Kota Denpasar sebesar 12.778 Ha atau 2,18 persen dari luas wilayah Propinsi Bali. Kota ini sebelum disebut sebagai kotamadya adalah merupakan wilayah Kabupaten Badung dan lokasi dari Pemerintah Provinsi Bali. Berstatus sebagai Kota Administartif Den-pasar sejak tahun 1978 dan baru di tahun 1992 yang lalu Pemerintah Kota Den-pasar ditetapkan dengan I Wayan Suwenda sebagai Walikotanya.

Dengan penduduk yang hampir mendekati 900.000 jiwa dengan kepadatan pen-duduk tertinggi, sekitar 10.000 jiwa/Km2 di Kecamatan Denpasar Barat; diatas lahan yang relatif tidak bertumbuh (kecuali oleh tindakan reklamasi), menjad-ikan berbagai dinamika yang berpengaruh dan bertumbuh pada super struktur sampai infrastruktur masyarakatnya berdampak pada lahan yang memporakpo-randakan kepemilikan, fungsi, dan sebagainya. Kepadatan jumlah penduduk yang

DENPASAR KOTA BUDAYA

13

*) Isu Strategis Kelompok Ahli Pembangunan Pemerintah Kota Denpasar, 2019

*

DENPASAR KOTA BUDAYA

Page 164: denpasar - Universitas Udayana

164

telah melampaui batas daya dukung dan daya tampungnya ikut mewarnai citra kota dari kekumuhan, suhu yang semakin panas, banjir, macet, timbulan sampah, penyakit menular, hingga penyakit sosial.

Kota Denpasar yang dibangun dengan visi Wawasan Budaya oleh Puspayoga dan Rai Dharmawijaya selaku Walikota dan Wakilnya di tahun 2000 yang lalu telah menunjukkan bukti berupa peningkatan demi peningkatan yang sangat dirasakan dan dinikmati oleh masyarakatnya. Kini Wawasan Budaya telah ber-langsung memasuki tahun yang ke 19 telah mengantarkan Kota Denpasar den-gan berbagai capaian prestasi yang terukur “fakta” dan tidak terukur “rasa”.

Bertaburnya berbagai prestasi yang telah diperoleh oleh Pemerintah Kota Den-pasar dapat dikatakan bahwa Visi “Denpasar Kreatif Berwawasan Budaya dalam Keseimbangan Menuju Keharmonisan” membuktikan keunggulan, capa-ian, maupun prestasi dipelbagai bidang seperti Kota Layak Huni, Kota Cerdas, dan lainnya. Modal budaya unggul yang dilakoni secara kreatif bermuara pada pemanfaatan “pengelolaan” heritage sebagai salah satu aset pembangunanya.

Berbagai prestasi nasional yag dicapai dikhawatirkan akan mempengaruhi tatanan lokal dan identitas serta perilaku penduduk kotanya. Kebudayaan yang menjadi modal masyarakatnya dipandang sebagai modal utama dan kuat untuk bernegosiasi dengan agen perubahan dan bahkan budaya diharapkan mampu membangun kreativitas dalam penghidupan dan penghidupannya mewarnai se-buah kota yang namanya Kota Denpasar. Bukankah manusia sebagai penduduk kota adalah insan pelaku budaya?

Dalam menghadapi dinamika perubahan tersebut, budaya dipandang sebagai potensi dan kekuatan untuk dapat mengendalikan pembangunan di Kota Den-pasar, sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan dan keadabannya. Untuk itu dibahas secara singakat secara diskriptif tentang apa itu Kota Budaya, mengapa Kota Budaya dan bagaimana Kota Budaya bagi Kota Denpasar di era Disrupsi !

Apa Itu Kota Budaya ?Pemahaman tentang Kebudayaan sangat beragam dan sangat banyak. Dari seki-an banyaknya di petik pendapat Williams (dalam Barker, 2008:40) bahwa kebu-dayaan dapat dipahami melalui representasi dan praktik kehidupan sehari-hari. Atau dengan kalimat sederhana Williams menyatakan bahwa kebudayaan itu adalah keseluruhan cara hidup. Dalam sumber yang sama juga disimpulkan kebudayaan itu seni sekaligus nilai, norma dan benda simbolis kehidupan se-hari-hari.

denpasar kota multi dimensi

Page 165: denpasar - Universitas Udayana

165

Dengan demikian Kebudayaan dapat dipahami sebagai segala upaya manusia dalam mempertahankan dan melangsungkan kehidupan dan penghidupannya. Tantangan dan keinginan untuk diakui merupakan induk bagi perkembangan kebudayaan dengan mengedepankan identitas sebagai jati diri dan kebanggaan. Segala hasil pikiran manusia sangat diwarnai oleh kondisi alam, iklim, keyakinan dan tradisi.

Salain (Bali Post, 2019) menyatakan bahwa Kebudayan itu sujatinya adalah uni-versal, yang membedakannya adalah : 1). Etika. 2). Estetika. 3). Identitas. 4). Ke-berlanjutan, dan 5). Pengakuan. Ke lima hal tersebut selalu mengalami tantangan baik dari individu atau kelompok pelaku budaya, maupun dari luar dirinya seperti perubahan iklim, pasar global, dan IPTEK.

Tantangan perubahan yang demikian pesat dan meragam melahirkan banyak pilihan bagi masing-masing individu. Individu sebagai pelaku budaya khusus-nya di Kota Denpasar perlu memahami tantangan mendatang yang memberi “menawarkan” kemudahan. Cita-citanya adalah Keadaban, Kebahagiaan, dan Kesejahteraan merupakan muara dari harapan bersama. Kebersamaan dalam ke-mandirian menjadi kekuatan sekaligus kelemahan dalam masyarakat yang ma-jemuk dan multi etnik.

Pengertian kota di petik dari Ditjen Cipta Karya mengungkapkan bahwa Kota adalah merupakan permukiman yang berpenduduk relatif besar, luas areal terba-tas, pada umumnya bersifat nonagraris, kepadatan penduduk relatif tinggi, tem-pat sekelompok orang dalam jumlah tertentu dan bertempat tinggal dalam suatu wilayah geografis tertentu, cenderung berpola hubungan rasional, ekonomis, dan individualistis. Kota memiliki tiga ciri utama, yaitu memilki kepadatan penduduk yang tinggi, pusat segala kegiatan, dan kegiatan utama non pertanian.

Dengan demikian Kota Budaya adalah sebuah wilayah bermukimnya beraneka penduduk yang banyak dan hidup dengan mempertahankan pertanian dengan ikatan tradisi yang kuat dan sangat memberikan peran serta kepada pemukimnya. Potensi budaya dan kekuatan sosial yang lebih dominan dibandingkan dengan potensi lainnya menjadi landasan pembangunannya.

Garda depan pelaksana pembangunan di Kota Denpasar sebagai Kota Budaya adalah banjar dan desa. Terlebih lagi kini adanya penguatan pembangunan desa melalui Undang-Undang Pemerintahan Desa, maka peran ini dapat dikerjakan bersama untuk kian melestarikan serta memperkuat modal sosial dan modal bu-daya yang telah mentradisi. Sinergitas antara Pemeritahan Kota dan Desa men-jadi penting dan perlu.

DENPASAR KOTA BUDAYA

Page 166: denpasar - Universitas Udayana

166

Mengapa Kota Budaya? Ada beberapa alasan kuat mengedepankan Visi Pembangunan Kota Denpasar mendatang. Satu, dikarenakan Visi Wawasan Budaya sudah berlangsung ham-pir dua dekade. Dalam perjalanan waktunya Visi Wawasan Budaya dipandang mampu meningkatkan kualitas pembangunan yang terlihat dan terbukti dari tingginya IPM dibandingkan dengan kabupaten se Bali maupun dengan Provin-si Bali. Demikian pula prestasi dibidang Kota Layak Huni, Kota Cerdas, kota dengan Indeks Kebahagiaan dan sebagainya. Dua, keberhasilan tersebut sangat didukung oleh adanya kesatuan visi dan misi anatara perangkat daerah dan badan serta dukungan peran serta masyarakatnya. Ke tiga, Dukungan masyarakat yang kuat dikarenakan adanya potensi dan eksistensi masyarakat adat yang tersebar di di banjar maupun desa adat. Ikatan sosial tersebut menjadi modal utama sebagai motor penggerak pembangunan. Ke empat, kekuatan historis dari Kota Denpas-ar yang tumbuh dan berkembang dari pola pemerintahan kerajaan yang sampai saat ini masih bisa dijejaki. Morfologi perkembangannya beserta artefak kotanya dapat menjadi aset cagar budaya. Ke lima, Kota Denpasar yang pembangunannya dilandasi oleh kekuatan budaya agraris sebagai budaya yang unggul berdampin-gan dengan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan perlu disinergikan agar nilai-nilai unggul dari budaya kota dapat terjaga dan menjadi objek pariwisa-ta sekaligus nilai tamnbah perekonomiannya. Ke enam, perubahan tidak dapat dielakkan. Oleh karenanya perubahan hendaknya direncanakan secara terarah dan termanfaat untuk kesejahteraan dan keadaban, artinya kontinyuitas atau ke-berlanjutan diperlukan agar tradisi dapat menjadi tuan dirumahnya sendiri. Ke tujuh, Pembangunan berkelanjutan yang disepakati oleh negara-negara di dunia mengagendakan Sustainable Development yang hakekatnya ada pada keharmon-isan antara dimensi ekonomi-budaya-dan lingkungan. Spirit ini sangat sejalan dengan visi Pemerintah Kota Denpasar. Ke delapan, besarnya dana desa merupa-kan pemicu perubahan yang sangat signifikan, pemahaman akan visi pembangu-nan Kota Budaya menjadi prioritas yang harus disinegikan dengan komponen pembangunan lainnya. Ke Sembilan, dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, merupakan peluang yang sangat kuat dan berkelanjutan untuk memberi dan menjadikan posisi utama pada kebudayaan untuk menjadi panglima atau lokomotif dalam pembangunan di Kota Denpasar. Indeks Pemajuan Kebudayaan (IPK) merupakan indikator se-buah kota dalam pemajuan kebudayaan.

Oleh karenanya Visi Kota Budaya menjadi penting agar aset budaya yang tum-buh dan berkembang di Kota Denpasar dapat dijadikan modal yang strategis

denpasar kota multi dimensi

Page 167: denpasar - Universitas Udayana

167

untuk membangun kota yang aman, nyaman, damai, berdaya tahan, layak huni, dan berkelanjutan. Penduduk menjadi penting dan utama untuk diajak berpar-tisipasi membangun kotanya dengan meningkatkan pelayanan publik dan ru-ang-ruang publik sebagai tempat mereka berinteraksi. Peran banjar dan desa adat perlu lebih ditingkatkan searah dengan kehendak pemerintah yang memberikan peran desa yang lebih inspiratif dan kreatif. Desa-desa yang kokoh, indah dan fungsional akan bermuara bagi kotanya. Intinya adalah meningkatkan peran serta masyarakat dalam visi Kota Budaya. Budaya menjadi landasan dan cermin pem-bangunan kotanya.

Bagaimana Kota Budaya?Kota Budaya secara konsepsual dapat menggambarkan betapa indah, nyaman, dan amannya sebuah wilayah kota untuk di huni. Masyarakatnya memiliki hubungan sosial yang sangat kuat dan berada dalam kepentingan yang sama dengan cara yang sangat beragam dan penuh dengan etika. Keragaman maupun pluralisme dipelihara dan dtumbuh kembangkan sehingga menjadi modal sosial dalam pembangunannya.

Kota Budaya terwujud melalui harmonisasi kehidupan dan penghidupan tanpa menggilas satu dengan lainnya. IPTEK yang berkembang diupayakan agar siner-gis dengan tradisi yang ada sehingga bermanfaat bagi kesejahteraan mereka. Kota Budaya memberikan dan menggalang kebebasan berekpresi bagi masyarakatnya tanpa menggerus dan menghilangkan identitasnya.

Guna mendukung bagaimana dapat terwujud Kota Budaya setidaknya diperlu-kan 12 tindakan (Global Report Culture : Urban Future, dalam Dardak 2019) yaitu : 1). Kembangkan kelayakan hidup kota dan lindungi identitasnya. 2). Pas-tikan berlangsungnya keterlibatan sosial lewat budaya. 3). Promosikan kreativitas dan inovasi di pembangunan kota lewat budaya . 4). Bangun budaya dialog dan inisiatif penciptaaan kedamaian. 5). Bantu perkembangan ragam penggunaan dalam skala manusia dan belajar dari praktek konservasi kota. 6). Promosikan pembangunan layak tinggal dan lingkungan hidup. 7). Kembangkan kualitas ru-ang publik lewat budaya. 8). Perbaiki ketahanan kota lewat solusi berbasis bu-daya. 9). Perbaharui kota dan hubungan kota-desa dengan mengintegrasikan budaya pada inti perencanaan kota. 10). Bangun budaya sebagai sumber daya berkesinambungan untuk ekonomi terbuka dan pengembangan sosial. 11). Pro-mosikan proses yang melibatkan banyak pihak lewat budaya dan kembangkan peran komunikasi pada pengelolaan level lokal. 12). Kembangkan model keuan-gan budaya yang inovatif dan berkesinambungan.

DENPASAR KOTA BUDAYA

Page 168: denpasar - Universitas Udayana

168

Tentu tidak mudah untuk merealisasikan Kota Budaya bagi Kota Denpasar, sebe-lum disiapkan berupa road map menuju Kota Budaya. Dalam road map tersebut telah dirancang tentang infrastruktur Kota Budaya temasuk manajemennya, serta regulasi yang dibutuhkannya. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah memba-ngun kerjasama yang integrative dan berkelanjutan dengan seluruh kabupaten se Bali.

PenutupDengan memperhatikan modal sosial dan budaya yang dimiliki oleh Kota Den-pasar terlihat dengan jelas bahwa visi untuk membangun atau menjadikan Kota Denpasar sebagai Kota Budaya sangat siginifikan ditengah-tengah derasnya berbagai pengaruh tanpa mengenal batas yang dapat saja berdampak pada bukan hanya perubahan spatial, wajah kota, sampai dengan perubahan struktur ideolo-gis masyarakatnya. Ada kekhawatiran bahwa penduduk kota akan merasa asing di kotanya sendiri. Karena berbagai identitas maupun nilai budaya mereka ter-berangus oleh perubahan.

Dinamika perubahan yang tidak dapat dielakkan tersebut merupakan saat yang tepat dengan mengedepankan budaya sebagai perisai sekaligus filter bagi derasn-ya pengaruh ataupun perubahan mendatang. Perubahan demi perubahan tidak akan menyentuh Kota Denpasar saja melainkan ke seluruh kabupaten se Bali. Kerjasama antara kota dengan kabupaten se Bali saling menguntungkan ini di-harapkan kelak menyadarkan bahwa hidup dan budaya itu memiliki hubungan timbal balik, keterhubungan, dan saling ketergantungan. Dengan lain kata bahwa pulau Bali juga sangat potensial sebagai Pulau Budaya.

Keberhasilan membangun Kota Denpasar sebagai Kota Budaya juga sangat di-tentukan oleh kemampuan walikota dengan jajarannya serta dukungan dari mas-yarakat sebagai pelaku budaya. Pelaku akan selalu berkelanjutan jika penguatan Ekonomi Budaya disertai dengan pemajuan Industri Budaya yang bertopang pada pemberdayaan dan pembinaan masyarakat pelaku budaya menjadi salah satu faktor keberhasilan kota Budaya. Kota Budaya adalah sebuah harapan bagi anak cucu kita kelak.

Transformasi Visi Wawasan Budaya ke Visi Budaya dipandang sudah saatnya dideklarasikan dan diimplementasikan dalam kurun waktu mendatang. Dirga-hayu Kota Denpasar, Kota Budaya yang Bestari.

denpasar kota multi dimensi

Page 169: denpasar - Universitas Udayana

169

Puri Denpasar sebelum dihancurkan oleh Kolonial belanda, Sumber: id.wikipedia.org

Page 170: denpasar - Universitas Udayana

170Pentas Kesenian di Art Centre

Page 171: denpasar - Universitas Udayana

171

PendahuluanPengembangan perkotaan akhir – akhir ini merupakan issue penting dan perlu di wacanakan karena beberapa kota di tanah air mengalami beberapa perubahan dalam tata guna dasarnya karena ada tambahan, penyusutan, ataupun pengenda-lian fungsi. Perubahan – perubahan dimaksud tidak hanya berdampak pada fisik keruangan belaka, akan tetapi juga akan terjadi pada non fisiknya. Atau secara singkat dapat dinyatakan bahwa hubungan antara wadah “ruang” dengan manu-sia adalah sangat erat dan akan mewarnai perilaku warganya.

Kota sebagai rumah besar yang ditempati oleh berbagai manusia dengan se-gala kepentingan dan aktivitasnya membutuhkan berbagai fasilitas untuk me-langsungkan kehidupan dan penghidupannya. Berbagai manusia dalam rumah besar “kota” tersebut dapat disebut sebagai masyarakat “society”. Hubungan antar manusia dalam suatu lelompok yang disebut masyarakat dengan kota “ruang” merupakan satu kesatuan yang sangat erat dan saling mewarnai.

Kota dibangun oleh manusia, akan tetapi sebaliknya kota dapat juga membangun manusia. Kota membangun masyarakat ; perjalanan sejarah kota dapat berpen-garuh pula atas seluruh masyarakat dan negara ( Daljoeni, 1992 ; 152 ). Selanjut-nya disebutkan pula bahwa manusia membangun kota adalah untuk menyeleng-garakan, mempertahankan, dan menyempurnakan kehidupan organisasi sosial. Muaranya adalah agar kehidupan sosial dan ekonomi menjadi makin bermutu.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi disatu sisi disertai pula dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan terbatasnya lahan serta pergantian era in-dustrialisai menuju abad komunikasi akan bermuara semakin luasnya hubungan antar manusia di marcapada ini. Keluasan dan kebebasan hubungan ini akan be-rakibat pula semakin dekatnya jarak dan pupusnya batas – batas suatu bangsa dan

SOSIOLOGI DALAM PENGEMBANGAN PERKOTAAN

Fondamen kota bukanlah batu dan bata,melainkan kodrat manusia (Drijarkara dalam Daldjoeni, 1992 ;

152).

14SOSIOLOGI DALAM PENGEMBANGAN PERKOTAAN

Page 172: denpasar - Universitas Udayana

172

negara. Sementara itu pemberlakuan otonomi daerah yang yang secara struk-tural akan mengedepankan kemandirian suatu wilayah sampai dengan tingkat kabupaten akan melahirkan berbagai permasalahan baru yang bergerak antara kepentingan lokal, regional, nasional, sampai dengan internasional. Kota – kota di Bali akan saling bersaing untuk mampu berdiri sendiri serta dapat melindungi warganya dalam segala kepentingannya.

Cepat atau lambat, suka tidak suka, kota – kota yang menjanjikan penghidupan dan kehidupan yang lebih baik bagi warganya akan menjadi tujuan. Pertumbu-han penduduk akibat meningkatnya angka kelahiran ataupun perpindahan akan menyebabkan meningkatnya kebutuhan rumah, air bersih, listrik, telephone, transportasi, sekolah, lapangan pekerjaan, dan lain sebagainya yang akhirnya menjadikan manusia – manusia kota makin terdesak oleh ruang dan sesamanya. Keterdesakan manusia merupakan indikasi yang sangat signifikan terjadinya de-gradasi hubungan sosialnya.

Sosiologi sebagai suatu ilmu sudah sepantasnya mendapat perhatian dan priori-tas dalam kajian pengembangan suatu kota. Walaupun pandangan – pandangan sosiologis menurut Soekanto ( 1994 ;22 ) tidak dapat menilai apa yang buruk dan apa yang baik, apa yang benar dan apa yang salah serta segala sesuatu yang ber-sangkutan dengan nilai - nilai kemanusiaan. Sosiologi dapat menetapkan bahwa suatu masyarakat pada suatu waktu tertentu dan tempat memiliki nilai – nilai tertentu, akan tetapi selanjutnya tidak dapat ditentukan bagaimana nilai – nilai tersebut seharusnya.

Fenomena yang sering terjadi akhir – akhir ini adalah bahwa justru pengemban-gan perkotaan selalu lebih lambat prosesnya dari pada perkembangan masalah sosialnya. Peruntukkan berbagai fungsi sosial, ekonomi, pariwisata , dan budaya atau lainnya lebih sering muncul dari pihak penguasa ataupun pengusaha tan-pa melibatkan peran masyarakat atau komunitas sekitarnya. Akibatnya terjadi diferensiasi, degradasi masalah sosial yang akhirnya bermuara pada konflik an-tara masyarakat dengan masyarakat, atau masyarakat dengan pengusaha, ataupun dengan pemerintahnya. Artinya bahwa masalah sosial maupun hubungannnya dengan ke tata ruangan atau sebaliknya memiliki kontribusi yang amat kuat dan besar terhadap kondisi sosial yang terjadi sekarang ini. Oleh karenanya kajian ini akan mencoba untuk membedah secara deskriptif melalui beberapa kepustakaan tentang apa itu sosiologi, kota, dan peran sosiologi dalam pengembangan perko-taan. Kajian ini tidak menukik untuk suatu kota, akan tetapi akan dicoba untuk menampilkan beberapa perbandingan kota – kota yang diperoleh dalam bentuk uraian singkat dengan harapan dapat membuka dan sukur – sukur dapat mem-perluas wawasan kita bersama.

denpasar kota multi dimensi

Page 173: denpasar - Universitas Udayana

173

SOSIOLOGI DAN PERKEMBANGANNYA.Difinisi ataupun pengertian tentang sosiologi sangat luas dan meragam ter-gantung dari mana latar belakang penulisnya. Namun secara singkat menurut ( Shadily, 1984 ; 2 ), dinyatakan bahwa : Sosiologi adalah ilmu masyarakat atau ilmu kemasyarakatan yang mempelajari manusia sebagai anggota golongan atau masyarakatnya ( tidak sebagai individu yang terlepas dari golongan atau mas-yarakatnya), dengan ikatan – ikatan adat, kebiasaan, kepercayaan, atau agamanya, tingkah laku serta keseniannya atau yang disebut kebudayaan yang meliputi se-gala segi kehidupannya.

Pitirim Sorokin ( dalam Soekanto, 1990 ; 20 ) mendifinisikan sosiologi suatu ilmu yang mempelajari :(1) Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala – gejala

sosial ( misalnya antara gejala ekonomi dengan agama ; keluarga dengan moral ; hukum dengan ekonomi ; gerak masyarakat dengan politik dan lain sebagainya ).

(2) Hubungan dan pengaruh timbal – balik antara gejala sosial dengan gejala – gejala non sosial ( misalnya gejala geografis, biologis, dan sebagainya ).

(3) Ciri – ciri umum semua jenis gejala – gejala sosial.

Memperhatikan kedua pandangan tersebut diatas ternyata bahwa sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mengetengahkan manusia dan hubungan – hubungannya, akan tetapi juga termasuk hubungannya dengan tempat mereka tinggal “alam” dan dengan agama “Tuhan” nya. Ketiga hubungan yang harmonis tersebut di Bali dikenal dengan istilah Tri Hita Karana. Pertautan hubungan dan pengaruh timbal – balik diantaranya akan melahirkan kebudayaan dan tingkat peradabannya.

Sosiologi termasuk dalam suatu disiplin yang kategoris, artinya sosiologi mem-batasi diri pada apa yang terjadi dewasa ini dan bukan mengenai apa yang ter-jadi atau seharusnya terjadi. Hubungan sosiologi dengan ilmu kemasyarakatan lainnya adalah bahwa sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat , memiliki hubungan yang rapat dengan ilmu - ilmu mas-yarakat lainnya seperti Hukum, Ekonomi, Ilmu Jiwa, Anthropologi , dan lainnya . Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan murni dimana tujuan darinya adalah untuk membentuk dan mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak hanya untuk mempertinggi mutunya, tanpa menggunakannya dalam masyarakat

SOSIOLOGI DALAM PENGEMBANGAN PERKOTAAN

Page 174: denpasar - Universitas Udayana

174

Sejarah dan perkembangan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan baru diperkenal-kan pada abad 19. Tokohnya adalah August Comte ( 1798 – 1857 ). Sosiologi berasal dari bahasa Latin : Socius yang berarti berteman, bersama, dan berserikat ( Shadily, 1984 ; 1 ). Selanjutnya disebutkan bahwa sosiologi bertujuan untuk mengerti kejadian – kejadian dalam masyarakat yaitu persekutuan manusia, dan selanjutnya dengan pengertian itu untuk dapat berusaha mendatangkan per-baikan dalam kehidupan bersama.

Menurut Daldjoeni ( 1992 ; 9 ) menyatakan bahwa Sosiologi sebagai ilmu yang dewasa dengan permasalahan dan metode sendiri merupakan ciptaan dari jaman modern dan dimunculkan oleh semakin kompleksnya dan mudah berubahnya tata sosial, serta tidak mampunya perorangan menemukan jalan keluar yang baik. Beberapa hal yang mendorong berkembangnya sosiologi dari sumber yang sama disebutkan sebagai berikut :(1) Konfrontasi dengan perubahan sosial yang hebat.(2) Munculnya masyarakat yang makin berdiferensiasi.(3) Keinginan manusia untuk membuat perubahan sosial dan kemajuan yang

diorganisasikan secara sistematis.

Intinya adalah bahwa sosiologi ada adalah karena munculnya masalah – masalah sosial yang parah.

Dalam perkembangannya sosiologi merupakan ilmu masyarakat atau kemas-yarakatan yang tumbuh seirama dengan perkembangan jaman atas ruang dan waktunya. Beberapa cabang sosiologi yang berkembang antara lain adalah : So-siologi Perdesaan ‘Rural Sociology’, Sosiologi Perkotaan ‘Urban Sociology’, An-thropologi Kebudayaan ‘Cultural Anthropology’, dan sebagainya.

PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN KOTA.Dari sekian banyak pengertian kota , beberapa diantaranya adalah yang dikemu-kakan oleh antara lain : (1) Harris dan Ullman, menyatakan bahwa kota adalah merupakan pusat untuk

permukiman dan pemanfaatan bumi oleh manusia.(2) Max Weber, menyebutkan bahwa suatu tempat adalah kota apabila peng-

huni setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya dipasar lokal.

(3) Mayer, mengungkapkan bahwa pertama – tama kota nampak sebagai tem-pat bermukimnya orang – orang disuatu tempat. Kota tidak terjadi karena

denpasar kota multi dimensi

Page 175: denpasar - Universitas Udayana

175

rumah – rumah, kantor, pertokoan, pasar, tempat ibadah, jalan, taman, dan lain – lainnya, melainkan orang – orang yang menghuni dan menciptakan hal tersebut.

Sedangkan bila kota ditinjau dari segi manusianya, maka kota dapat dipandang sebagai suatu sistim nilai – nilai, perasaan, kenang – kenangan, dan hubungan – hubungannya yang secara keseluruhan bersama – sama membentuk suatu sistim atau organisasi.

Menurut Budihardjo dalam Percikan Masalah Arsitektur Perumahan Perkota-an disebutkan bahwa kota pada dasarnya merupakan pengejawantahan budaya, yang oleh Rapoport diistilahkan dengan Urban Cultural Landscape dengan be-raneka ragam kharakter, sifat, kekhasan, keunikan, dan kepribadian. Oleh karena itu yang pertama – tama harus dipahami adalah budaya dari berbagai kelompok masyarakat kota dan pengaruh dari tata nilai, norma, gaya hidup, kegiatan dan simbul – simbul yang mereka anut terhadap penataan dan bentuk kota. Akan selalu terdapat pluralisme budaya. Kota dan perkembangannya akan selalu dimo-tori oleh perubahan dan pergerakan penduduknya. Oleh karenanya tata ruang kota yang terlalu ketat dan kaku tidak bisa tanggap terhadap perubahan.

Sejarah timbulnya kota kota di Asia ( Nas , 1979 ; 56 ) di awali dengan timbulnya desa – desa pada 5.500 tahun Sebelum Masehi. Desa – desa dimaksud antara lain Yericho dan Yarmo, kemudian berkembang kearah dataran Eufrat dan Tigris dengan pola – pola pemukimannya yang disebut dengan kota. Pada sekitar tahun 3.000 Sebelum Masehi muncullah didaerah tersebut negara – negara kota “City States” yang tidak terlalu besar dengan kehidupan agraris. Sebagai contoh Baby-lon adalah kota pada saat itu hanya dihuni oleh 80. 000 orang, dan kota yang ter-padat / besar adalah dengan penghuni 200.000 orang. Dari Mesopotamia sebagai daerah asal kehidupan urban kemudian menyebar ke delta Nil dan lembah Indus di India. Penyebatran selanjutnya ada yang memperkirakan ke arah Tiongkok khususnya pada delta Yang Tse Kiang dan kebagian – bagian lainnya di Asia Tenggara dan Afrika . Sedangkan kota di Amerika Tengah berkembang pada 3.000 tahun kemudian dan menampakkan banyak persamaan dengan kota – kota di Asia dimana agama merupakan faktor penggerak penting dalam urbanisasi kuno dan evolusi yang sejenis dari lembaga – lembaga militer, agama dan politik.

Pada abad pertama Masehi sampai dengan abad ke 13, Hinduisme dan Bud-hisme telah meresapkan pengaruh di kerajaan – kerajaan awal Asia Tenggara seperti Funan, Sriwijaya, Mataram – Hindu, dan Majapahit ( Widodo, Jurnal IAI : 4 ). Selanjutnya disebutkan bahwa kota – kota besar pada masa tersebut kebanyakan berada pada daerah - daerah pedalaman yang dihubungkan dengan

SOSIOLOGI DALAM PENGEMBANGAN PERKOTAAN

Page 176: denpasar - Universitas Udayana

176

laut oleh sungai, sedangkan kota – kota kecil yang tumbuh pada daerah – daearah sekitar muara sungai sebagai landasan pemukiman kecil.

Kedatangan orang – orang asing ke Indonesia pada awal abad ke 14 melahirkan kota – kota pelabuhan “entreport” yang menjadi pusat pertukaran komuditas an-tara bangsa ( Cina dan India ) seperti Gresik, Demak , Semarang, Banten, dan lai –lainnya. Beberapa entreport kemudian tumbuh menjadi bandar – bandar in-ternasional yang lebih besar yang disebut emporium, disamping menjadi tempat pertukaran komuditas antar bangsa, juga menjadi pasar bagi produk – produk lokal. Banten adalah contoh pengembangan entreport menjadi emporium pada abad ke 16 sampai ke 18. Pada masa tersebut, kelompok masyarakat pendatang biasanya dilarang tinggal di dalam lingkungan kota keraton pribumi, melainkan membangun pemukimannya di luar benteng kota, dekat dengan sungai dan pas-ar. Selanjutnya pengaruh asing selain India dan Cina adalah terbentuknya kota – kota baru ataupun perluasannya yang sangat dipengaruhi oleh Portugis, Be-landa, dan Jepang dimana titik orientasi perencanaan kotanya adalah atas dasar pertahanan, keamanan, dan perdagangan “ perekonomian”.

Kota – kota pelabuhan ‘entreport’ di Bali yang diperkirakan pernah ada dan su-dah tidak berkembang, bahkan sudah tidak dijumpai jejak – jejaknya adalah pada daerah pesisir Bali Selatan antara lain, Munggu – Mengwi, Belanjong – Sanur, Gumicik – Sukawati, dan beberapa daerah pesisir Bali Utara dan Bali Timur, dengan pola linier. Yang ada dan dapat ditelusuri peninggalannya adalah kota – kota yang berkembang di daerah dataran yang merupakan perluasan kota - kota akibat adanya kerajaan – kerajaan yang berdiri sebelum maupun sesudah pen-garuh Kerajaan Majapahit. Pola yang dipakai untuk menata kota yang hingga kini masih dikembangkan untuk pengembangan kota – kota baru seperti pusat pemerintahan di Renon – Denpasar dan lainnya adalah papan catur “grid” den-gan perempatan agung sebagai titik pusat wilayahnya.

Memperhatikan uraian tersebut diatas tampaknya keberadaan suatu kota, atau-pun pengembangannya ternyata bahwa didalamnya terkandung makna kesejar-ahan atau ingin menorehkan sejarah dengan harapan generasi selanjutnya dapat memelihara, menjaga, mempertahankan, dan mengembangkan kotanya dengan arif dan bijaksana. Perkembangan ataupun perpindahan kota pernah dialami di Bali ketika ibu kota Propinsi Bali yang berkedudukan di Singaraja dipindahkan ke Denpasar pada Tahun 1958 yang lalu. Perpidahan tersebut tidak hanya men-yangkut administrasi belaka akan tetapi termasuk didalamnya memindahkan manusianya ( pegawai dan keluarganya ) serta beberapa fasilitas keruangan yang dibutuhkannya.

denpasar kota multi dimensi

Page 177: denpasar - Universitas Udayana

177

Sosiologi dan Pengembangan Perkotaan.Dari uraian singkat tentang apa itu sosiologi dan perkembangannya serta kota dan perkembangnnya ternyata bahwa perencanaan kota ataupun pengemban-gannya sangat didasari oleh karakteristik orang dan wilayah dimana mereka ting-gal. Manusia dan hubungan – hubungannya serta hubungannya dengan wilayah mereka tinggal merupakan nuansa, citra, sekalian makna dari suatu wilayah yang disebut dengan kota.

Kondisi – kondisi yang diperlukan bagi suatu kota ada enam, dimana bila kotan-ya bertambah besar maka kondisi dimaksud akan menjadi ciri yang makin kuat ( Daldjoeni, 1992 ; 10 –11 ) yaitu : (1) Pembagian kerja dalam spesialisasi yang jelas.(2) Organisasi sosial lebih berdasarkan pekerjaan dan klas sosial dari pada

kekeluargaan.(3) Lembaga pemerintahan lebih berdasarkan teritorium dari pada kekeluar-

gaan.(4) Suatu sistem perdagangan dan pertukangan.(5) Mempunyai sarana komunikasi dan dokumentasi (6) Berteknologi yang rasional.

Tampaknya suatu perencanaaan maupun pengembangan perkotaan tidaklah sederhana, akan tetapi diperlukan berbagai disiplin ilmu dengan planologi se-bagai panglimanya. Pengembangan akan semakin rumit manakala kepadatan su-dah melampaui ambang batas, masyarakatnya heterogen, dan sebagainya . Kata kunci dalam pengembangan adalah menumbuhkan rasa sentimen dalam bingkai solidaritas. Hal ini disampaikan karena kecenderungan masyarakat kota adalah menonjol dalam individu masing – masing. Potensi individusalistik ini diting-katkan kearah solidaritas yang bermuara pada kemandirian dalam kebersamaan. Konsep ini perlu di tanamkan dan dikembangkan karena kesadaran akan hid-up dan berpenghidupan dalam ruang besar yang disebut kota adalah saling me-merlukan dan ketergantungan satu sama lainnya. Bila kebersamaan ini dapat di kembangkan maka peran masyarakat dalam membangun kotanya dengan penuh kesadaran akan dilakukannya. Pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan perkotaan akan berubah menjadi suatu potensi yang sangat kuat . Dengan kata lain bahwa Pembangunan Bertumpu Pada Masyarakat akan menjadi kenyataan. Hanya saja terkadang tumpuan ini terlalu dan sering dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang lebih kuat.

SOSIOLOGI DALAM PENGEMBANGAN PERKOTAAN

Page 178: denpasar - Universitas Udayana

178

Hampir sebagai besar kota – kota di dunia berkembang dengan dasar perekono-mian, artinya suatu kota diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan mense-jahterakan penduduknya. Akibatnya akan terjadi perpindahan arus penduduk ke kota yang menurut mereka lebih memberikan harapan. Konflik ataupun inte-grasi merupakan dua konsep yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan pem-bangunan yang bertumpu pada masyarakat. Sosiologi kota sebagai suatu produk dari bagian sosiologi dan ilmu sosial lainnya akan sangat berperan dalam wacana kompleksnya permasalahan perkotaan. Sebagai misal dapat disampaikan bahwa geografi sosial yang menggali fungsi ruang sebagai wadah kehidupan manusia, demografi yang menguraikan hal ihwal kependudukan, sosiologi industri yang memaparkan ikatan suatu kerja, dan psikologi sosial yang mebahas opini manusia ( Daldjoeni, 1992 ; 5 ).

Selanjutnya dari sumber yang sama disebutkan contoh beberapa negara besar dan maju di dunia yang dijadikan ajang penelitian sosiologi kota, antara lain : Amerika Serikat di awali dari penelitian ciri – ciri demografis dan ekonomis kota, kemudian opini para penghuninya. Akibatnya lahirlah suatu ilmu baru yang disebut sebagai human ecology ( di Belanda disebut sebagai sociale ecologie ). Se-dangkan di Perancis yang diteliti adalah fakta –fakta demografis, biologis, ekon-omis, dan sosial psikologis masyarakat kota setelah melalui penelaahan geografi kota. Di Inggris sebagai tempat dicetuskannya Revolusi Industri, para sosiolog menekankan telaahnya pada hubungan antara fakta ekonomis dengan persebaran mata – pencaharian dalam kota, yang natinya dipakai untuk mendasari tindakan social reform.

Dari perbandingan ke tiga negara maju diatas yang memiliki latar belakang sistim pemerintahan , wilayah, kependudukan, dan lainnya yang berbeda melaku-kan telaah yang juga berbeda sesuai dengan visi yang mereka pilih dan terapkan. Tampaknya Amerika Serikat sangat memperhatikan dan mengedepankan opi-ni para penghuninya, dalam arti bahwa kota yang mereka tempati merupakan keinginan huniannya. Posisi tawar masyarakat sangat tinggi dan menentukan. Penghuni adalah subjek dan bukan objek dalam pengembangan perkotaan.

Bagaimana dengan Bali ? Bali sebagai pulau dengan luas 5.632,86 Km2 atau setara dengan 0,29 % dari luas kepulauan Indonesia. Dari segi administratif Propinsi Bali membawahi sembilan Daerah Tingkat II dengan 51 Kecamatan, 658 Desa / Kelurahan, 3.563 Banjar, dan 1.371 Desa Adat ( Data Bali Memba-ngun 1999 ). Dari sembilan Daerah Tingkat II, ternyata bahwa Kota Denpasar merupakan konsentrasi pemukiman terpadat ( 39,86 % ), disusul oleh Gianyar (

denpasar kota multi dimensi

Page 179: denpasar - Universitas Udayana

179

13,73 % ), dan Badung ( 12,51 % ). Faktor – faktor yang berperanan penting da-lam proses timbulnya kota – kota adalah ekologi, teknologi dan organisasi sosial ( Nelissen dalam Nas, 1974 ; 57 ).

Memperhatikan faktor tersebut diatas tampaknya ekologi, baik itu menyangkut ekologi alam, maupun manusianya yang merupakan bagian dari sosiologi kota kurang mendapat perhatian. Demikian pula terhadap telaah yang menyangkut hubungan antara fakta ekonomis dengan persebaran mata pencaharian ( Inggris ), atau terhadap fakta – fakta biologis, sosial psikologis model Perancis, dan opini hunian ala Amerika Serikat ; sehingga akhir akhir ini tampak bahwa pengem-bangan kota lebih bersifat top down. Akibatnya banyak terjadi perubahan fungsi dan kepemilikan lahan, kemacetan lalu lintas, banjir, sampah, ataupun ancaman akan kehilangan pekerjaan , dan lain sebagainya. Bahkan yang paling merisaukan adalah bahwa ada pendapat yang menyatakan Bali sudah tidak aman lagi ! Telah terjadi pula perubahan pada nilai hubungan sosial diantara para hunian kota. Sol-idaritas mekanis pada masyarakat tradisional yang belum mengalami diferensiasi sosial menuju masyarakat modern “kota” dengan solidaritas organis yang telah mengalami diferensiasi sosial ( Durkheim, dalam Daljoeni, 1992, 46 –47 ).

Tiga pola kota mendatang oleh Choay ( dalam Locher, 1974 ; 13, Nas, 1979 ; 130 – 132 ) dinyatakan sebagai berikut :(1) Progressif, adalah suatu kota yang pertumbuhan dan perkembangannya

mengandalkan atau dilandasi oleh sikap positip terhadap teknik dan industri yang bermuara pada keseragaman.

(2) Kebudayaan, diperuntukkan untuk sustu kota yang mengabaikan teknik dan industri, jiwanya terletak pada kegiatan bersama. Tidak ada keseragaman dalam kota, ruang – ruang sosial antara lain seperti taman atau tempat – tempat umum merupakan inti, alam diberi tempat yang luas. Dengan de-mikian keterasingan manusia dari alam dicegah sedapat mungkin.

(3) Alamiah, diperuntukkan bagi suatu kota yang memandang teknik adalah ses-uatu yang positip, sedangkan disisi lain diharapkan bahwa alam dan peman-dangan jangan hendaknya diperkosa. Fungsi kota baru tersebar diseluruh wilayah.

Mencermati kecenderungan pengembangan perkotaan mendatang, tampakn-ya Denpasar menggulirkan wacana sebagai kota budaya hendaknya dicermati sebagai upaya yang arif untuk menetapkan bahwa visi kedepan adalah sebagai kota budaya. Budaya yang luas dan memiliki unsur universal bukanlah hendak megembalikan ke masa lalu atau menyeragamkan unsur unsur kotanya. Semes-tinya, mengingat luas, kaya, dan uniknya kebudayaan Bali, maka pengembangan

SOSIOLOGI DALAM PENGEMBANGAN PERKOTAAN

Page 180: denpasar - Universitas Udayana

180

kota – kota di Bali hendaknya dipayungi oleh pola kota budaya dengan ciri atau identitas potensi budayanya masing – masing. Budaya akarnya adalah pada mas-yarakat. Hubungan timbal – balik diantaranya akan melahirkan paradigma baru tentang bagaimana harus berlaku pada ruang dimana mereka tinggal, hidup, dan berpenghidupan. Dan semuanya akan terpetakan secara abstrak pada peta Sosi-ologi Kota.

Penutup.Kota dalam perjalanan waktunya sejak jaman pra sejarah hingga abad komuni-kasi ini telah mengalami berbagai perubahan dan perkembangan secara evolu-si maupun revolusi seperti yang dirasakan dan dinikmati kini. Pengembangan perkotaan dimana saja sebagai lingkungan buatan sekaligus binaan merupakan integrasi antara penghuni dengan wadahnya atau antara microcosmos dengan macrocosmos. Keserasian hubungan tersebut ditambah dengan keseimbangan hubungan dengan Tuhan di Bali dikenal dengan filosofi Tri Hita Karana. Ten-tu saja transformasi keseimbangan tersebut hendaknya menyesuaikan pula den-gan semakin heteroginitas masyarakat kota serta pluralistik budaya mereka yang menuju kearah solidaritas organis. Dalam kajian ini ditekankan bahwa solidaritas organis bermuara pada konsep kemandirian dalam kebersamaan, sebagi ciri dari masyarakat kota yang individualis, rasional, dan pragmatis.

Pemasyarakatan konsep ini perlu dilakukan dalam wacana pengembangan perko-taan agar manusia tidak sebagai objek, melainkan harus menjadi subjek dalam pembangunan. Sejak tiga dekade lalu tampaknya pembangunan kota lebih di-orientasikan pada peningkatan ekonomi “sosial ekonomi”, seperti yang tampak pada lima faktor landasan atau peran yang dipergunakan yaitu : penduduk, per-tumbuhan industri, jasa, pendapatan dan simpul –simpul aksesbilitas terhadap aktivitas ekonomi kota ( Salim, dalam Koestoer, 1997 ; 49 ). Akibatnya terjadi peningkatan kuantitas pada masyarakat akan tetapi terpuruk dalam hal kualitas manusianya.

Pengembangan perkotaan mendatang sudah seharusnya memberikan peran leb-ih luas dan besar kepada masyarakat, paling tidak opini dan keterbatasan daya dukung alam di wacanakan sebagai bagian dari perencanaan. Pemberian peran ini dimaksudkan antara lain disamping mendengarkan opini mereka adalah yang terpenting lagi adalah memasukkan unsur manusiawi kepada eksistensi kota. Atau bila disederhanakan adalah bahwa tujuan hidup di kota bukan semata un-tuk melakukan kegiatan ekonomis dan menikmati fasilitas ekonomi yang terse-dia, melainkan juga dalam rangka memenuhi seluruh tujuan kehidupan kemanu-

denpasar kota multi dimensi

Page 181: denpasar - Universitas Udayana

181

siaanya dengan memanfaatkan fasilitas ekonomi yang tersedia. Ciri kota seperti tersebut diatas dikenal sebagai kota “pusat” budaya.

Konsekuensi logis darinya adalah bahwa proyek yang selalu dibatasi oleh wak-tu dalam hitungan bulan dalam satu tahun anggaran perlu dikaji ulang dengan menjadikannya proyek jangka panjang dengan tahapan kajian sosial mendahu-lui perencanaan fisiknya. Artinya master plan sosial sangat dibutuhkan disamp-ing master plan ruang “fisik”, walaupun disadari bahwa antara keduanya saling memiliki kekuatan reflektif akan tetapi permasalahannya adalah ketika timbul masalah cenderung akan dibahas dalam tataran intepretatif - abstrak ( walaupun penting dan perlu ).

Disamping hal – hal tersebut diatas adalah bahwa perkembangan perkotaan men-datang hendaknya jangan kaku hanya pada tataran kedaerahan yang berkaitan dengan otonomi, akan tetapi berpikirlah atas konsepsi makro bahwa Bali sebagai suatu kesatuan sistem regional, nasional, maupun internasional akan berakibat bahwa suatu wilayah kota dengan kota lainnya akan saling berpengaruh dan memiliki ketergantungan ( antara pusat - pinggiran, dengan dependensi ). Oleh karena itu hendaknya batas – batas tadi yang sangat holistik dan komplek dapat dirancang dengan integrasi yang saling mendukung, melindungi, melengkapi, dan akhirnya mampu menyeimbangkan kesejahteraan lahir bathin penduduknya.

Guna mendukung maksud tersebut diatas maka melalui pendekatan kesejarahan sosiologi kota untuk pengembangan perkotaan dapat dijadikan landasan seka-ligus paradigma, agar masyarakat yang menghuni kota dengan segala potensi, peluang, kelemahan, dan kekuatannya dapat berpartisipasi untuk mengantarkan jati dirinya menjadi suatu kebanggaan. Budaya merupakan perekat dari berbagai masalah sosial yang timbul dalam saat terjadinya diferensiasi ataupun degenerasi di wilayah perkotaan. Hal penting lainnya yang harus disadari adalah sudahkah manusia kota siap untuk berubah ? Selamat !

SOSIOLOGI DALAM PENGEMBANGAN PERKOTAAN

Page 182: denpasar - Universitas Udayana

182

Pasar Badung, 2019

Page 183: denpasar - Universitas Udayana

183

Persoalan tata ruang Kota Denpasar mendatang terhitung sejak 2016 sampai dengan 2020 sejatinya merupakan akumulasi persoalan tata ruang sebelumnya. Namun beberapa persoalan utama antara lain : penduduk, lingkungan hidup, in-frastruktur, dan peraturan.(1) Penduduk, jumlah dan pergerakan penduduk, jenis pekerjaan, penghasilan

dan kualitas penduduk, keinginan dan kebutuhan penduduk merupakan el-emen dasar dalam perencanaan tata ruang. Logikanya adalah semakin ban-yak penduduk akan bermuara pada kian banyak membutuhkan lahan untuk mewadahi aktivitas dan kreativitasnya sehari-hari. Jika lahan terbatas dan kian mahal maka pembangunan gedung horisontal akan berorientasi pada pembangunan gedung kearah vertikal (Perda Bangunan Gedung menetap-kan tinggi bangunan 15 meter). Kebutuhan penduduk kota, selain untuk perumahan dan permukiman juga dibutuhkan ruang-ruang publik (dapat saja berupa ruang terbuka) dan kebutuhan lainnya akan kian meningkat. Fungsi-fungsi tersebut membutuhkan lahan yang telah dirancang dalam tata ruang. Disamping itu perubahan fungsi lahan juga diakibatkan oleh pemi-

PERSOALAN TATA RUANG KOTA DENPASAR MENDATANG

Renungan

Laju pembangunan di Kota Denpasar melesat dengan cepat memangsa lah-an wilayah perkotaan melebihi percepatan yang terjadi di wilayah kabupaten

lainnya di Bali. Dinamika perkembangan pembangunan tersebut dikhawa-tirkan mendegradasi perbandingan ruang terbangun dan tidak terbangun

yang telah ditetapkan yaitu 60% : 40%. Bahkan yang sangat strategis adalah menurunnya jumlah dan kualitas ruang terbuka hijau kota yang ditetapkan

oleh Undang-Undang seluas 30%. Percepatan pembangunan seharusnya tidak membuat keterlenaan akan peningkatan investasi atau perolehan PAD;

akan tetapi yang perlu dijaga adalah kualitas lingkungan akibat perenca-naan, pemanfaatan, dan pengendalian tata ruang dari pola dasar pemban-gunannya. Pengendalian tata ruang bagi Kota Denpasar mendatang pada

kurun 2016-2020 menjadi pengutamaaan melalui tertib membangun disertai dengan peningkatan peran partisipasi masyarakat.

15

*) Isu Strategis Kelompok Ahli Pembangunan Pemerintah Kota Denpasar, 2016

*

PERSOALAN TATA RUANG KOTA DENPASAR MENDATANG

Page 184: denpasar - Universitas Udayana

184

lik yang oleh karena keperluan ekonomi atau pembagian warisan akhirnya berpindah kepemilikan dan sekaligus juga berujung pada peralihan fungsi. Peralihan fungsi dan kepemilikan juga berlangsung pada kepentingan pe-merintah untuk perkantoran misalnya di Renon, ataupun oleh pihak suas-ta karena pembangunan perumahan dan permukinan, rumah sakit, pusat pertokoan dan lainnya. Oleh karena hal-hal tersebut menjadikan beberapa areal subak diperkotaan sudah hanya tinggal nama. Telah terjadi pengalihan berbagai fungsi lahan agraris (luas wilayah Subak yang menyusut pada tahun 1995–1999 adalah seluas 422 Ha dengan rata–rata penurunan 2,9 % / ta-hun ) atau Ruang Terbuka Hijau Kota ( RTHK ) untuk keperluan berbagai pembangunan yang dapat merubah keseimbangan lingkungan sebelumnya.

(2) Lingkungan Hidup, meliputi ruang dimana berbagai komponen lingkun-gan hidup menempati dan melakukan proses. Artinya dimanapun terdapat komponen lingkungan hidup akan terdapat ruang yang mengelilinginya, sehingga antara ruang dan komponen lingkungan merupakan satu kesat-uan. Satu kesatuan tersebut berupa sistem yang saling berhubungan antara alam dengan manusia beserta seluruh keberadaan disekitarnya. Kualitas lingkungan hidup yang buruk diyakini selain mendegradasi mutu alam sekitarnya juga akan mempengaruhi mutu manusianya. Harmoni dengan alam sebagai salah satu fatwa dari Tri Hita Karana seharusnya dapat men-jadi doktrin sekaligus konsep dalam menjaga lingkungan hidup. Manusia sebagai komponen lingkungan hidup menempati dan melakukan proses dalam suatu ruang yang direncanakan, dan dibentuk serta dipelihara un-tuk dapat mempertahankan dan melangsungkan hidupnya sesuai dengan keinginan dan kebutuhan–nya. Berbagai perilaku manusia dalam kehidupan dan penghidupannya ini diyakini merupakan suatu refleksi dari kebudayaan dan tingkat peradabannya dalam mengelola lingkungan hidupnya. Perubah-an ekosistem lingkungan yang tidak direncanakan dengan arif dan bijaksana disertai dengan tidak adanya upaya perbaikan mutu lingkungan serta sistem infrastruktur yang memadai akan mengantarkan penduduk Kota Denpasar menempati ruang yang kurang berkualitas yang akhirnya berpengaruh pula pada perilaku manusianya. Perubahan tidak dapat dibendung, akan tetapi dikelola dan dikendalikan dengan kearifan lokal dalam bingkai Tri Hita Karana. Sempitnya luas lahan Kota Denpasar, padat dan terkonsentrasin-ya berbagai fungsi yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang ada berakibat pada meningkatnya permasalahan lingkungan. Kualitas lingkun-gan Kota Denpasar telah mulai tercemar ( NKLD Kota Denpasar Tahun 1999, dalam RENSTRA 2001–2005, hal 66–67 ), khususnya pada air sun-gai, intrusi air laut, dan debu. Tercemarnya air sungai dapat disaksikan dari

denpasar kota multi dimensi

Page 185: denpasar - Universitas Udayana

185

keasaman (ph) sungai yang telah mendekati batas maksimum yaitu 7,2 dari batas maksimum antara 5 – 9, dilampauinya ambang batas zat besi (Fe) dari standard maksimum 0,5 Mg/l menjadi 0,9 Mg/l, dilampauinya batas mak-simum Chlorida dari 0, 5 Mg/l menjadi 21,5 Mg/l, serta tingginya kandun-gan Amonia yaitu dari batas 0,5 Mg/l menjadi 2,5 sampai dengan 9 Mg/l. Intrusi air laut telah terjadi disekitar desa/kelurahan Pedungan, Pemogan, Sesetan, Sidakarya, Sanur Kauh. Debu bahkan telah melampaui ambang batas pada Daerah Sanur, Ubung, Sesetan dan di Tohpati.

(3) Infrastruktur, merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi (Grigg, 1988). Dengan berlandaskan pema-haman diatas tentang infrastruktur, maka persoalan mendatang bagi Kota Denpasar yang terutama adalah persoalan transportasi. Jumlah kendaraan

bermotor yang meningkat, jenis moda transportasi yang sangat variatif, se-mentara jalan tumbuh tidak sejalan dengan pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor dan pengendaranya, maka dapat dibayangkan betapa penuh sesak-nya transportasi di pusat-pusat kota. Pelayanan transportasi publik melalui Trans Sarbagita (lihat grafik diatas) perlu ditingkatkan agar tidak MPP (mati pelan pelan). Analisa jangka pendek pada grafik belum menggambar-kan optimisme keberhasilan transportasi publik. Pengguna publik transport

Hasil penelitian jumlah penumpang perhari selama enam bulan belum menunjukkan peran yang optimal dari keberadaan transportasi publik “Trans Sarbagita”

PERSOALAN TATA RUANG KOTA DENPASAR MENDATANG

Page 186: denpasar - Universitas Udayana

186

bisa diawali oleh para pegawai dan siswa sekolah yang ditata berdasarkan zonasi wilayahnya. Manajemen pengaturan lalu lintas “transportasi” sangat dibutuhkan bukan hanya untuk kenyamanan para pelaku, akan tetapi lebih pada dampak yang diakibatkannya, seperti polusi, suara, asap, dan lainnya. Persoalan kedua adalah permasalahan drainase yang walaupun telah dilaku-kan pembaharuan belum menjawab banjir akibat hujan. Banjir juga dise-babkan oleh masih dijumpai perilaku masyarakat yang menjadikan saluran drainase hingga sungai sebagai sarana pembuangan sampah. Berkurangnya luas lahan terbuka akibat pesatnya pembangunan diduga ikut berpartisipasi untuk menyumbang banjir. Oleh karenanya budaya bersih dan peran serta masyarakat kota perlu selalu dikedepankan.

(4) Peraturan atau Regulasi dipandang sangat strategis dalam mengelola per-soalan tata ruang mendatang. Penegakan peraturan merupakan perangkat penting dan perlu dalam tertib pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan pembangunan seperti misalnya ijin prinsip, ijin mendirikan bangu-nan, ijin fungsi bangunan, ijin usaha, dan lainnya. Konflik pemanfaatan ru-ang yang terjadi antara pemerintah provinsi dan kota sangat dilandasi oleh karena kepentingan dan kebutuhan. Peraturan seharusnya menjadi pangli-ma dan bukan didegradasi. Lemahnya institusi dalam penegakan peraturan apalagi ditimpali dengan pembiaran akan bermuara pada pelanggaran tata ruang. Indikasi pelanggaran telah dirasakan khususnya pada daerah-daerah perbatasan kota dengan kabupaten. Lihatlah batasan jalaur hijau yang tel-ah diketok palu nyatanya dimanfaatkan untuk bangunan gedung beraneka fungsi. Pembiaran tersebut akan menjadi preseden buruk dalam pemban-gunan mendatang. Persoalan mendatang dalam tata ruang bukan saja pada tataran masyarakat dengan pemerintah, tapi uga antara pemerintah dengan suasta dan juga bahkan dengan pemerintah.

Empat persoalan utama inilah yang akan melatar belakangi sekaligus membayan-gi persoalan tata ruang di kota Denpasar. Rencana zonasi yang merupakan ba-gian dari fatwa tata ruang harus di reposisi untuk mengendalikan pemanfaatan ruang yang tepat guna dan taat azas. Selamat bertugas buat Bapak Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, SE., M.Si dan I G N Jaya Negara, SE selaku Walikota dan Wakil Walikota, sekaligus Selamat Ulang tahun ke 228 bagi Kota Denpasar semoga masa depan ruang Kota Denpasar mendatang semakin nyaman, bersih, sejuk, menjanjikan, dan aman bagi warganya. Ruangku Kotamu Rumah kita. Se-moga !

denpasar kota multi dimensi

Page 187: denpasar - Universitas Udayana

187

PERSOALAN TATA RUANG KOTA DENPASAR MENDATANG

Gedung Sewaka Dharma di Lumintang Sumber: http://metrobali.com

Page 188: denpasar - Universitas Udayana

188

Tukad Badung

Page 189: denpasar - Universitas Udayana

189

............................................2009. Denpasar Kota Kreatif Berbasis Budaya Ung-gulan. 2009. Konsep.Bappeda Denpasar.

...........................................2012. Pendekatan Symbiocity. SKL. International. Stockholm. Sweden.

______________________. 1997. Daya Dukung, Tantangan, Prestasi, dan Harapan

______________________.1998. Pariwisata, Konversi Internal, dan Identitas Masyarakat Bali. Dinamika Kebudayaan Vol 01. Denpasar : Universitas Udayana.

______________________. 1999. Pelaksanaan Otonomi Daerah dalam pemba-ngunan di Bali dan Pengaruhnya terhadap Kebudayaan Bali. Lontar No-mer 15 / Tahun IV / Triwulan III. Denpasar : Pusat Dokumentasi Bali.

______________________. 2011. Representasi Arsitektur Kota Denpasar se-bagai Kota Pusaka. Dalam Buku Denpasar Kota Pusaka. Denpasar.

______________________. 2013. Grand Design Fasilitasi Tim Program Pena-taan dan Pelestarian Kota Pusaka. Materi Workshop.Jakarta.

…………………………… 2008. Pengembangan Ekonomi Kreatif. Materi Cre-ative Conference & Seminar, Bali, 29 Desember 2008. Departemen Perd-agangan Republik Indonesia.

Agung, AA Putra.1998. Aktivitas Pelayaran dan Perdagangan di Bali pada Abad XIX. Dinamika Kebudayaan. Vol.01. Denpasar . Universitas Udayana.

Amsyari, Fuad. 1986. Masalah Pencemaran Lingkungan. Ghalia Indonesia. Ja-karta.

Ardhana, I Ketut. 2014. Denpasar Smart Heritage City Sinergi Budaya Lokal, Nasional, Universal. Pemerintah Kota Denpasar Bekerja Sama Dengan Pusat Kajian Bali-Universitas Udayana. Denpasar

Ardhana, I Ketut. 2005. Denpasar: Perkembangan dri Kolonial hingga Kota Wisata. Dalam Buku Kota lama Kota Baru Sejarah Kota-Kota di Indone-sia. Editor, Freek Columbijn, Dkk. Ombak. Yogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA

Page 190: denpasar - Universitas Udayana

190

Ardika, I Wayan. 2008. Tonggak Awal Globalisasi Kebudayaan Bali Dalam Tero-pong Arkeologis,dalam Buku Kebudayaan Dan Modal Budaya Bali Da-lam Teropong Lokal,Nasional,Global. Editor, IBG.Yuda Triguna. Den-pasar.Mabhakti.

Bali Post. 2000. Kamar Hotel di Bali Kian Sesak ; Sampai 2010 Hanya Perlu 5.000 Kamar Lagi.Denpasar.

Bali Post. 2001. Jumlah Penduduk di Bali 1996 – 2000. Denpasar.Bappeda Kabupaten Badung. 2001. Strategic Structural Plan for Kuta. Technical

Report 2.Denpasar.Bappeda Kota Denpasar dan BPS. 2010. Denpasar Dalam Angka 2009. Den-

pasar.Bappeda Kota Denpasar dan BPS. 2013. Denpasar Dalam Angka 2012. Den-

pasar.Bappeda Kota Denpasar. 2011. Penelusuran Sejarah Kota Denpasar. Bappeda

Kota Denpasar. Denpasar.Bappeda Kota Denpasar. 2011. Pusaka Budaya Kota Denpasar. Bappeda Kota

Denpasar. Denpasar.Bappeda Kota Denpasar. 2012. Master Plan Pendidikan Kota Denpasar. Den-

pasar.Bappeda Propinsi Bali. 2000. Data Bali Membangun 1999. Departemen Dalam

Negeri Pemerintah Propinsi Bali. Denpasar. Barker,Chris. 2008. Cultural Studies. Yogyakarta.Kreasi Wacana.Bawantara, Agung. Dkk. 2013. Membangun Monumen Maya. Pemerintah Kota

Denpasar bekerjasama dengn Fakultas Sastra Universitas Udayana. Den-pasar.

Budihardjo, Eko. 1991. Architecture Conservation in Bali. Gajahmada University Press. Yogyakarta.

Budihardjo, Eko. 1996. Penataan Pusat Kota. Materi Seminar Sehari Peluang dan Strategi dalam Pengembangan Kawasan Pusat Kota dan Permukiman Baru.

Budihardjo, Eko. 2011. Konservasi Pusaka Budaya. Dalam Buku Rekam Jejak Arsitektur dari Perspektif Akademisi dan Praktisi Mengkritisi Perubahan. Editor Putu Rumawan Salain. PT.Cipta Paduraksa. Denpasar.

Capra, Fritjof. 1997. Titik Balik Peradaban. Yayasan Bintang Budaya ; Yogya-karta.

Daldjoeni, N. 1992. Seluk Beluk Masyarakat Kota. Alumni. Bandung.Dardak, A. Hermanto. 2019. Regulasi, Manajemen, dan Tahapan Pelaksanaan

Kota Budaya: Tantangan dan Peluang Di Era Disrupsi Bagi Denpasar Se-bagai Kota Budaya. Hand Out Seminar Nasional “Denpasar Kota Budaya Menuju Keadaban dan Kesejahteraan”. Denpasar.

denpasar kota multi dimensi

Page 191: denpasar - Universitas Udayana

191

Darsono, Valentinus. 1995. Pengantar Ilmu Lingkungan. Universitas Atmajaya ; Yogyakarta.

Departemen Dalam Negeri Pemerintah Propinsi Bali. 2000. Data Bali Memba-ngun 1999. Denpasar : Bappeda Propinsi Bali

Depatemen Kebudayaan dan Pariwisata. Makalah dalam Kongres Kebudayaan 2008. Bogor

Djojonegoro, Wardiman.2008. Mengembangkan Industri Budaya Untuk Pem-bangunan

Erawan, I Nyoman. 2001. Pajak Pelestarian Lingkungan (PL) Serta Lembaga Perlindungan Lingkungan dan Pengembangan Pariwisata bali ( LPLPP –Bali ) Untuk Mendukung Pembangunan Pariwisata Kerakyatan Berke-lanjutan daerah Bali. Makalah, Denpasar : SOCEI.

Fiske, J. 1989. Understanding Popular Culture. Boston. MA:Unwi Hyman.Fudail, Aferi.S. Penyelenggaraan Pemerintah Desa Mengacu Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014. Hand out dari Direktorat Jenderal Bina Pemerin-tahan Desa Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Jakarta.

Geriya, I Wayan ( Editor ), Dkk. 2000. Konsep Dasar Pembangunan Kota Den-pasar yang Berwawasan Budaya ( Sebuah Bunga Rampai ). Bappeda Kota Denpasar.

Geriya, I Wayan. Dkk. 2011.Kebudayaan Unggul Inventori Unsur Unggulan Se-bagai Basis Kota Denpasar Kreatif. Bappeda Kota Denpasar. Denpasar

Irawan dan Suparmoko, M. 1993. Ekonomi Pembangunan. BPFE ; Yogyakarta.Kantor Menteri Negara Perumahan dan Permukiman. 1999. Keputusan Menteri

Negara Perumahan dan Permukiman No. 09 / KPTS/ M / 1999. Jakarta.Kelompok Ahli Pembangunan Pemerintah Kota Denpasar. 2016. Road Map

Denpasar Smart. Bappeda Kota Denpasar. Denpasar.Kementrian Pekerjaan Umum. 2013. Pelaksanaan Program Penataan dan Pele-

starian Kota Pusaka (P3KP) Kota Denpasar. Laporan Perkembangan di-siapkan oleh P.T. Patita Galaxy. Jakarta.

Kementrian PU dan BPPI dalam Rangka Workshop P3KP. 2013. Materi Pre-sentasi Workshop.

Kompas. 2015. Indeks Kota Cerdas Indonesia 2015 Denpasar. Litbang Kompas. Jakarta.

Kotamadya Denpasar di Masa Depan. Catur Muka. Humas Setwilda Tingkat II Denpasar.

Kozlowski, Jerzy, 1995. Pendekatan Tentang Batas Dalam Perencanaan Kota, Wilayah, dan Lingkungan. Universitas Indonesia ; Jakarta.

Law, Christoper M. 1993. Urban Tourism ; Atracting Visitors to Large Cities.

DAFTAR PUSTAKA

Page 192: denpasar - Universitas Udayana

192

Great Britain : Biddles Ltd. Guildford and King’s Lynn.

Lerner, Jamie. 2012. Kota adalah Solusi . Pendekatan Symbiocity.Madiasworo, Taufan. 2015. Melestarikan Kota Pusaka Kita. Dalam Majalah

Cipta Karya. Edisi 06/thXII/Juni 2015. Hal 11. Kementrian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat. Jakarta.

Makalah. Denpasar.Marlina, Fitria. 2016. Unesco Akui Tari Legong Keraton Denpasar Warisan Bu-

daya Dunia. Klikpositif diunduh pada 6 Juli 2016 jam 17.30.McRae, Hamish. 1995. Dunia di Tahun 2020, Kekuatan, Budaya dan Kemakmu-

ran : Wawasan Tentang Masa Depan. Jakarta. Binarupa Aksara.Muthali’in, Achmad. 1999. Komersialisasi Budaya dalam Pariwisata Budaya (

Refleksi Beberapa Kasus Kecil Pariwisata Budaya Bali ). Dinamika Bu-daya. Vol. 1, No. 3 . Denpasar : Universitas Udayana.

Noorwati, Sari Endang. 1999. Pariwisata Budaya : Dilema dalam Realita. Jurnal Dinamika Kebudayaan. Denpasar : Universitas Udayana

Pemerintah Kota Probolinggo. 2013. Urban Sustainability Review. Executive Re-view.

Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tk I Bali Nomor 3 TAHUN 1991 Tentang Pariwisata Budaya.

Perda Nomor 4 Tahun 1999 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Tingkat I Bali.

Peraturan Daerah Propinsi Tingkat I Bali No. 4 Tahun 1996. Tentang Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Propinsi daerah Tingkat I Bali.

Pitana, I Gede. 2006. Industri Budaya Dalam Pariwisata Bali: Reproduksi, Pre-sentasi, Konsumsi, dan Konservasi Kebudayaan. Dalam Bali Bangkit Kembali. Jakarta. Kerjasama Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Re-publik Indonesia dan Universitas Udayana.

Prasetyo, Hadi. 1996. Dilema Penataan Pusat Kota, Pandangan Praktisi.Pusat Kajian Bali. 2014. Tabulasi Data Per Kecamatan Smart Heritage City Den-

pasar. Hasil Penelitian. Pusat Kajian Bali Universitas Udayana bekerjasa-ma dengan Pemerintah Kota Denpasar. Denpasar.

Putra, I Gusti Putu Anindya (Editor ). 2000. Rencana Strategis Kota Denpasar 2001 - 2005. Bappeda Kota Denpasar.

Rahmi, Dwita Hadi. Dkk. 2012. Pusaka Saujana Borobudur: Perubahan Dan Kontinyuitasnya (Borobudur Cultural Landscape : Change and Continu-ity). Jurnal Manusia dan Lingkungan, Vol. 19, No. 1, Maret. 2012: 85 – 94. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Rapoport, Amos.tt. The Meaning of The Built Environment

denpasar kota multi dimensi

Page 193: denpasar - Universitas Udayana

193

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar. 1998. Peta Tata Guna Lahan Kota Denpasar.

Salain, Putu Rumawan. 1996. Pariwisata dan Pengaruhnya terhadap Nilai – Nilai Budaya di Bali. Makalah. Denpasar : Universitas Udayana.

___________________. 1997. Daya Dukung, Tantangan, Prestasi, dan Harapan___________________. Dkk. 2000. Fakta dan Analisis Rencana Pembangu-

nan & Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah. Pemerintah Propinsi Bali.

___________________. 2006. Perkembangan Tata Ruang Dan Lingkungan 2010; Suatu kajian Kasus Kota Denpasar Yang Berwawasan Budaya. Makalah. Fakultas Teknik. Universitas Udayana. Denpasar.

___________________. 2008. Peradaban dan Arsitektur di Bali. Proseding Sem-inar Kebudayaan Bali. Denpasar. Dinas Kebudayaan Provinsi Bali.

___________________. 2011.Arsitektur Tradisional Bali Pada Masjid Al Hik-mah Di Kertalangu Denpasar. Universitas Udayana. Denpasar.

___________________. 2011. Representasi Arsitektur Kota Denpasar Sebagai Kota Pusaka. Dalam Buku “Denpasar Kota Pusaka”. Bappeda Kota Den-pasar. Denpasar.

___________________. Dkk. 2013. Laporan Akhir Rencana Aksi Kota Pusaka Denpasar. Bappeda Kota Denpasar. Denpasar.

___________________. 2014. Konservasi Arsitektur Tradisional Bali, Perspektif Budaya Unggul. Universitas Udayana. Denpasar.

___________________. 2014. Pelestarian Bangunan Gedung di Bali. Makalah Dipresentasikan pada Seminar Penyebar Luasan Informasi Bidang Pena-taan bangunan dan Lingkungan dalam Rangka Hari Habitat. Werdaha-pura – Sanur, 13 Oktober 2014. Denpasar.

___________________. 2014. Pendekatan Budaya Dalam Pengembangan Kere-ta Api Di Provinsi Bali. Makalah Disampaikan Dalam Rangka Dialog Publik “Menggagas Pembangunan Perkereta-Apian di Bali” Bappeda Provinsi Bali, Denpasar 24 November 2014.

___________________. 2015. 226 Tahun Kuatkan Posisi Denpasar Sebagai Kota Pusaka.

___________________. 2015. Perjalanan Waktu Kuatkan Posisi Denpasar Se-bagai Kota Pusaka. Isu Startegis 1 Kelompok Akhli Pembangunan Pe-merintah Kota Denpasar.

___________________. 2015. Upaya Meningkatkan Pemanfaatan Arsitektur Tradisional Bali Pada Tampilan Arsitektur di Kota Denpasar. Isu Strategis 1 Kelompok Akhli Pembangunan Pemerintah Kota Denpasar.

___________________. 2019. “Heritage” Bagi Kebudayaan, Refleksi Kota Den-

DAFTAR PUSTAKA

Page 194: denpasar - Universitas Udayana

194

pasar.Bali Post, 13 Februari 2019, Halaman 6. Denpasar.

Setiada, Nengah Keddy. Dkk. 2009. Penelusuran Sejarah Kota Denpasar. Bappe-da Kota Denpasar. Denpasar.

Serageldin, Ismail, Dkk.1999. Preserving the Architecture of Historic Cities and Sacred Places. Draft Proceedings of a Symposium held at the World bank Washington , D.C.

Sugiharto, I.Bambang. 2006. Postmodernisme Tantangan bagi Filsafat. Yogya-karta. Kanisius.

Sukadana, A. Adi. 1983. Antropo – Ekologi. Airlangga University Press. Sura-baya.

Suradnya, I Made. 1990. Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Arsitek-tur Kota Wisata. Makalah Seminar Nasional Arsitektur Perkotaan, Sanur, Denpasar – Bali.

Suryani, Moh, Dkk. 1987. Lingkungan : Sumber Daya Alam dan Kependudukan dalam Pembangunan. U I – Press ; Jakarta.

Tambiah, S.J. 1985. Culture, Thought, and Social Action. Harvard University ; London.

Tanjung, Akbar. 1993. Kebijaksanaan Perumahan dalam Pembangunan Peru-mahan dan Permukiman di Indonesia, Materi ceramah Menteri Negara Perumahan Rakyat, pada Seminar Pembangunan Perumahan dan Per-mukiman di Bali pada PJP tahap II. Denpasar.

Undang – Undang Republik Indonesia Nomer 9 Tahun 1990 tentang Kepari-wisataan.

Undang – Undang No. 23 Tahun 1997 . Tentang Pokok – Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Undang – Undang No.4 Tahun 1992. Tentang Perumahan dan Permukiman. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar

Budaya. Jakarta.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2002 Tentang Bangunan

Gedung. JakartaUndang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2014 Tentang Pemerin-

tahan Desa.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2017 Tentang Pemajuan

Kebudayaan.

denpasar kota multi dimensi

Page 195: denpasar - Universitas Udayana

195

SUMBER INTERNET :http://vanprey.blogspot.com.http://forumbebas.com.www.bkreatif.co.id. Pengertian Kota Metropolitan. Diunduh tanggal 9 s/

d11/11/15.

DAFTAR PUSTAKA

Page 196: denpasar - Universitas Udayana