Page 1
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
816 Unmas
Denpasar
KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN DAN
TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN DALAM BISNIS IKAN ASAP
DI PROPINSI SULAWESI UTARA, INDONESIA
Daisy I.E Sundah1, Leonard Tawalujan2, Diana R.S Maramis3
1 Program Studi Manajemen Bisnis, Jurusan Administrasi Bisnis, Politeknik Negeri Manado,
[email protected] 2Program Studi Produksi, Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Manado,
[email protected] 3Program Studi Manajemen Pemasaran, Jurusan Administrasi Bisnis, Politeknik Negeri Manado,
[email protected]
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kompetensi para nelayan
tradisional di Sulawesi Utara, Indonesia dalam penggunaan teknologi ramah lingkungan dan
kemampuan kewirausahaan untuk menciptakan nilai-nilai baru / inovasi dalam bisnis ikan
asap. Penelitian ini diharapkan pula dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan tradisional di
Teluk Manado. Oleh karena itu, penelitian ini telah mengidentifikasikan kompetensi
kewirausahaan dan mempromosikan teknologi pengasapan ikan ramah lingkungan dalam
manajemen bisnis ikan asap di Sulawesi Utara, Indonesia. Metodologi penelitian ini
menggunakan metode campuran (mixed method) dengan mengintegrasikan pendekatan
kuantitatif dan kualitatif dengan jelas secara berurutan. Teknik “snowball sampling”,
kuesioner, dan wawancara telah digunakan untuk mengumpulkan data dari 36 produsen ikan
asap yang berasal dari Kota Manado, Kabupaten Minahasa Utara, dan Kota Bitung. Analisis
deskriptif telah digunakan dalam menganalisis data penelitian ini. Data kualitatif
dikumpulkan dengan menggunakan wawancara pada 9 informan. Para informan dipilih
dengan menggunakan metode “purposive sampling”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kompetensi manajerial, kompetensi teknis, kompetensi pemasaran, kompetensi hubungan
manusia merupakan kompetensi yang secara signifikan penting dalam manajemen bisnis ikan
asap di Provinsi Sulawesi Utara. Selain itu pula, sikap kerja yang seyogyanya melekat pada
setiap pengusaha yang sukses adalah: sikap inovatif, sikap berani mengambil resiko, sikap
kreatif, sikap disiplin, sikap mampu bekerja sama tim, sikap jujur, sikap tekun, dan sikap
hemat. Hasil penelitian ini juga memperkenalkan teknologi pengasapan ikan ramah
lingkungan dalam pengolahan produk ikan asap. Penelitian ini menemukan bahwa mesin
pengasapan ikan akan mengurangi polusi udara dan menghasilkan asap cair. Ada 3 tahapan
dalam pengolahan ikan asap ramah lingkungan yaitu: (1) tungku, (2) instalasi aliran asap, (3)
tangki kondensor. Proses pengasapan dimulai dengan memasukkan ikan ke dalam tungku
yang telah dilengkapi dengan rak-rak. Selanjutnya, bahan bakar dimasukkan ke dalam tungku
dan dibakar. Setelah bahan bakar dibakar, maka pasokan oksigen di dalam tungku
dikendalikan, sehingga asap yang biasanya menyebabkan polusi udara dapat dikonversi
menjadi asap cair dengan menggunakan kondensor.
Keywords: Kesejahteraan, Teknologi Ramah Lingkungan, Bisnis, Kompetensi,
Kewirausahaan.
Page 2
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
817 Unmas
Denpasar
ABSTRACT
The purpose of this study is to improve the competence of traditional fishermen from
North Sulawesi, Indonesia, in the use of clean technology and associated entrepreneurial
abilities to create new values/innovations in the smoke fish business. This research is also
expected to improve the welfare of traditional fishermen in the Manado Bay Region of North
Sulawesi. The study has identified entrepreneurship competence and promoting clean
technology in the business management of smoked fish at North Sulawesi, Indonesia. This
study has used a mixed method as its methodology by integrating both quantitative and
qualitative approaches in a sequential. The technique of snowball sampling, questionnaire,
and interviews have been used in collecting data from 36 producers of smoked fish from
Manado City, North Minahasa Regency, and Bitung City. A descriptive analysis has been
used in analysing this data. The qualitative data was collected through interviews of 9
informants. These informants were selected using the purposive sampling method. The results
showed that managerial competence, technical competence, marketing competence, human
relations competence are all significantly important competencies for successful business
management of smoked fish in North Sulawesi Province., Indonesia. Moreover, the spesific
working traits and behaviour required in the enterpreneur are that they are: innovative, risk
taking, creative, diciplined, capable of working as a team, honest, diligent, and thrifty. The
results also highlighted the importance of clean technology in processing smoke fish
products. This study found that a smoked fish machine reduced air pollution and produced
liquid smoke. There are 3 stages in processing smoked fish, namely: (1) furnaces, (2) the
application of the smoke stream, (3) the condenser tank. The evaporation process begins by
placing fish onto shelves in the furnace. Then fuel is put into the furnace and burned. Once
the fuel is burned, the supply of oxygen in the furnace is controlled, so that the smoke which
usually causes air pollution can be converted into liquid smoke using a condenser.
Keywords: Welfare, Clean Technology, Business, Competence, Entrepreneurship.
PENDAHULUAN
Strategi pembangunan di Indonesia bertujuan untuk mengupayakan peningkatan
kesejahteraan rakyat Indonesia. Hasil penelitian yang dilakukan di Teluk Manado
menemukan bahwa pembangunan kawasan pesisir, perubahan lingkungan hidup, dan perilaku
adaptasi diidentifikasikan mempengaruhi kesejahteraan nelayan tradisional secara positif dan
signifikan (Sundah, Suman, Soemarno, dan Kindangen, 2013). Sinergisitas keempat variabel
tersebut belum nyata terjadi sehingga Gambar 1 memperlihatkan hampir seluruh kecamatan
mengalami peningkatan jumlah keluarga miskin dan hanya kecamatan Wenang yang
mengalami penurunan.
Page 3
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
818 Unmas
Denpasar
Sumber data: Hasil olahan Data BPS Kota Manado tahun 2011&
2014
Catatan: * Letak geografis Kecamatan-kecamatan di Kawasan Pesisir Teluk Manado
Gambar 1. Jumlah Keluarga Miskin per Kecamatan Tahun 2006 & 2011
Memang tingkat kesejahteraan nelayan tradisional di Teluk Manado ditemukan masih
rendah (Sundah, 2014). Jika dijumlahkan secara keseluruhan keluarga miskin di Kota
Manado pada tahun 2011 yang berjumlah 22.513, maka hal tersebut menunjukkan adanya
peningkatan sebanyak 30,09% (6774 keluarga miskin) dibandingkan pada tahun 2006 yang
baru berjumlah 15.739 keluarga miskin.
‘Paradoks’ hasil pelaksanaan pembangunan kawasan pesisir di Teluk Manado
menunjukkan disatu sisi, menciptakan dampak positif bagi kehidupan masyarakat dengan
meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir sedangkan disisi yang lain, telah menciptakan
dampak negatif bagi nelayan tradisional (Sundah, 2014). Kualitas nelayan tradisional di
Teluk Manado pada kenyataannya tidak diimbangi dengan program dan kualitas keterampilan
yang ditawarkan oleh Pemerintah Kota Manado (baik jumlah dan jenisnya) (Sundah, 2014).
Pada akhirnya, para nelayan tradisional masih kesulitan untuk meningkatkan
kesejahteraannya, walaupun tersedia kesempatan kerja bagi mereka di Teluk Manado.
Bisnis pengawetan ikan dengan cara pengasapan sudah lama dilakukan oleh para
pengusaha ikan di Sulawesi Utara. Para pengusaha biasanya melakukan pengasapan ikan
dalam jumlah yang besar dengan biaya yang tinggi sehingga tidak memungkinkan bagi
nelayan tradisional melakukan kegiatan usaha tersebut. Demikian juga, para produsen belum
dapat mengendalikan serta memanfaatkan asap untuk produk yang bermanfaat lainnya.
Penelitian ini berupaya untuk menghasilkan teknologi pengasapan yang lebih efisien berupa
mesin pengasapan yang mudah digunakan oleh kelompok nelayan tradisional. Hal ini akan
sangat bermanfaat guna memberikan nilai tambah pada hasil tangkapan ikan sehingga
pendapatan para nelayan tradisional dapat ditingkatkan. Demikian pula, proses pengasapan
15739
1060
360
1879
1675
1983
2749
2185
2495
1353
22513
1941
585
2384
1428
4294
3403
3290
3588
1600
0 5000 10000 15000 20000 25000
Total
Malalayang*
Sario*
Wanea
Wenang*
Tikala
Mapanget
Singkil
Tuminting*
Bunaken*
TAHUN 2011 TAHUN 2006
Page 4
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
819 Unmas
Denpasar
yang memakan waktu cukup lama dan membutuhkan modal yang besar menyebabkan
produsen menawarkan harga kepada konsumen menjadi semakin mahal dari tahun ke tahun.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat dewasa ini telah
mempengaruhi lajunya persaingan dalam dunia usaha. Organisasi seyogyanya dapat
mengitegrasikan sejumlah keahlian atau teknologi sehingga menjadikan sebagai suatu
kekuatan bersaing yang kuat dan unik sehingga dapat memberikan kontribusi pada nilai-nilai
tertentu dan menambah kekuatan/kemampuan untuk masuk ke pasar yang baru (Prahalad dan
Hamel, 1990). Oleh sebab itu, pengintegrasian dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan
sikap individu yang mengarahkan kepada kinerja dan direfleksikan dalam kebiasaan berpikir
dan bertindak sesuai dengan profesinya perlu dilakukan (Robert, 2001). Dengan demikian,
setiap individu yang memiliki kompetensi tertentu akan memilki gambaran tentang apa yang
harus diketahui atau dilakukan agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik (Hutapea
dan Thoha, 2008), sehingga semakin kompeten seseorang maka kinerja yang dihasilkan akan
semakin superior dan efektif (Pribadi, 2004). Undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang
ketengakerjaan menetapkan bahwa kompetensi kerja merupakan kemampuan kerja setiap
individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai
dengan standar yang ditetapkan.
Keberhasilan suatu kegiatan bisnis tidak terlepas dengan adanya penguasaan
kompetensi tertentu yang dibutuhkan oleh bisnis tersebut. Pada umumnya, wirausaha yang
sukses adalah mereka yang memiliki kompetensi (Fithri dan Sari, 2012). Beberapa penelitian
telah menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara kompetensi yang dimiliki
seseorang terhadap kinerja perusahaan (Absah, 2008; Purwanto, Idrus, Ratnawati, dan
Sudarma, 2011). Namun demikian, Rumasukun, Rante, Wambrauw, dan Bharanti (2015)
kompetensi karyawan tidaklah cukup untuk meningkatkan kinerja karyawan tanpa disertai
dengan motivasi karyawan dan komitmen yang tinggi dari perusahaan. Bahkan, kompetensi
seseorang akan dapat termanfaatkan dengan baik apabila seseorang memiliki keyakinan dan
nilai-nilai; keterampilan; pengalaman; karakteristik kepribadian; motivasi; emosional;
intelektual dan budaya organisasi (Abdullah, 2013).
Memang kompetensi memiliki pengaruh langsung yang lebih dominan terhadap kinerja
karyawan dibandingkan dengan fungsi kepemimpinan dan budaya organsiasi (Manik dan
Coenraad, 2015), sedangkan kompetensi yang bernilai, langka, sulit ditiru, dan sulit
digantikan merupakan faktor-faktor yang menjadi sumber keunggulan suatu perusahaan agar
dapat bersaing dengan perusahaan lainnya secara berkesinambungan (Barney, 1991). Hal ini
pula yang menjadikan kompetensi sebagai suatu kekuatan yang tidak dapat dengan mudah
ditandingi atau ditiru oleh para pesaing (David, 2002).
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa kinerja suatu organisasi akan ditentukan
oleh penguasaan kompetensi - terutama yang bernilai, langka dan sulit ditiru -, komitmen
pada tugas dan komitmen pimpinan perusahaan yang didasari dengan motivasi yang tinggi
untuk mencapai target/tujuan yang menghasilkan keuntungan bagi organisasi. Selain itu,
kompetensi akan merupakan kemampuan setiap individu berupa: pengetahuan, keterampilan,
dan sikap untuk melaksanakan suatu tugas/pekerjaan tertentu dengan berbagai pengalaman
yang dimilikinya sehingga memperkuat kompetensi yang telah dimilikinya.
Page 5
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
820 Unmas
Denpasar
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian produk terapan ini adalah metode
penelitian kombinasi yang disingkat “metkom” atau ‘mixed method’ yang menggabungkan
metode kuantitatif dan kualitatif dengan model ‘sequential explanatory’ (pengumpulan data
dan analisis data kuantitatif pada tahap pertama dan diikuti dengan pengumpulan data dan
analisis data kualitatif pada tahap kedua guna memperkuat hasil penelitian kuantitatif
(Sugiyono, 2012). Waktu pengumpulan data menggunakan “Cross Section” yaitu data
dikumpulkan pada waktu tertentu, yaitu selama bulan 3 bulan yaitu: pada bulan April – Juli.
Tidak tersedianya data populasi pengusaha ikan asap di Sulawesi Utara, sehingga teknik
pengambilan data penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan teknik “snowball
sampling” atau bola salju. Cara penelusuran pengusaha ikan asap dijelaskan pada Gambar 1.
Gambar 2. Teknik Bola Salju atau “Snowball Sampling”
Gambar 2 menjelaskan tentang teknik pengambilan data dengan menggunakan
“snowball sampling” dan tempat pengambilan data yang pertama ditetapkan secara
“purposive” (pengusaha ikan asap yang sudah lama dikenal oleh masyarakat telah menjalani
bisnis ikan asap), sedangkan sampel ke dua dan seterusnya ditetapkan berdasarkan informasi
yang diperoleh dari responden sebelumnya. Ukuran sampel ini telah menunjukkan ukuran
yang lebih besar dari 30 dan kurang dari 500 dan sudah memadai bagi kebanyakan penelitian
(Ferdinand, 2013).
Tabel 1. Data Jumlah Pengusaha Ikan Asap
di Kota Manado, Kabupaten Minahasa Utara dan Kota Bitung
No Lokasi Penelitian Jumlah
Pengusaha Kota/Kabupaten Desa/Kelurahan
I Kota Manado: 1. Sindulang 1 2
2. Pakowa 1
2 Kabupaten 3. Minaesa, Talawaan Bajo 9
Minahasa Utara 4. Kema 1
A
Minaesa,
Talawaan
Bajo
F
Kema 1
C
Pakowa
E
Girian Atas
/kampung
Loyang G
Tumaluntung
B
Sindulang 1
D
Girian Bawah
/kampung
Bakasang
Page 6
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
821 Unmas
Denpasar
5. Tumaluntung, Kauditan 3
3 Kota Bitung 6. Girian Bawah 4
7. Girian Atas 16
Total 36
Sumber Data: Hasil Olahan, 2016
Hasil uji validitas diperoleh hasil yang valid, dimana 38 item pernyataan memperoleh
nilai r product moment > 0,32 sesuai dengan jumlah 36 responden. Hasil uji reliabilitas untuk
variabel kompetensi kewirausahaan dengan 38 item pertanyaan/pernyataan diperoleh nilai
0,999 yang mendekati 1 dan telah melebihi Cronbach’s Alpha 0,80 yang berarti reliabel.
Adapun definisi operasional penelitian kompetensi kewirausahaan yaitu: Kompetensi
kewirausahaan merupakan kemampuan kerja pemilik usaha/bisnis yang meliputi
pengetahuan dan keterampilan dalam manajerial, kompetensi teknis, kompetensi pemasaran,
kompetensi finansial, kompetensi membina hubungan, dan sikap kerja kewirausahaan.
Adapun kisi-kisi instrumen dijelaskan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Variabel Kompetensi Kewirausahaan
No Indikator Definisi Operasional Item Pernyataan
1 Kompetensi
pengetahuan dan
keterampilan
manajerial
a. Perencanaan: kemampuan untuk
menentukan kegiatan yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan
yang meliputi: merencanakan
kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan.
1. Mampu merencanakan pembelian bahan baku dengan kualitas yang terbaik.
2. Mampu merencanakan persediaan bahan baku agar produksi tetap berjalan lancar.
3. Mampu merencanakan agar produksi ikan asap sesuai dengan permintaan pasar
(pelanggan/konsumen).
4. Mampu merencanakan pengiriman produk dengan tepat waktu kepada konsumen/pelanggan.
5. Mampu merencanakan penawaran harga produk yang lebih murah.
6. Mampu merencanakan dan menentukan waktu dan tempat penjualan produk
7. Mampu memperhitungkan modal kerja usaha agar dapat berproduksi dengan lancar.
b. Pengorganisasian: Kemampuan
untuk menentukan orang-orang
yang bertanggung jawab atas
kegiatan yang telah direncanakan.
8. Mampu menentukan orang yang bertanggung jawab dalam setiap kegiatan bisnis yang
akan dilaksanakan.
c. Pengarahan merupakan peran
pimpinan orgasnisasi untuk
memberikan motivasi agar
rencana yang telah ditetapkan
dapat dilaksanakan dengan baik
dan lancar.
9. Mampu memberikan pengarahan/ motivasi kepada para karyawan agar pekerjaan dapat
diselesaikan dengan tuntas.
d. . Pengendalian: Kemampuan untuk
mengarahkan agar kegiatan dapat
berjalan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan
10. Mampu memperhatikan kegiatan yang dilakukan dan mengambil keputusan yang
tepat serta melakukan tindakan perbaikanmenentukan orang yang bertanggung
jawab dalam setiap kegiatan.
Page 7
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
822 Unmas
Denpasar
II Kompetensi Teknis Kemampuan untuk melakukan
kegiatan-kegiatan dalam proses
Pengasapan Ikan /Kegiatan-
kegiatan teknis pengasapan ikan .
11. Mampu melakukan pembersihan dan pengaturan ikan untuk pengasapan dengan mudah
12. Mampu melakukan pengasapan ikan dengan baik/menjaga proses pengasapan agar
produk ikan asap dapat matang dengan sempurna.
13. Mampu melakukan pengepakan produk ikan asap sehingga produk tidak mudah rusak.
III Kompetensi
Pemasaran
Kemampuan untuk melakukan
kegiatan-kegiatan dalam proses
pembuatan ikan asap
14. Mampu melakukan pengiriman/penempatan produk di pasar/tempat penjualan
tertentu sehingga mudah dijangkau/diterima oleh konsumen dengan tepat waktu.
15. Mampu menampilkan keunggulan/nilai-nilai yang baru dan menjual produk kepada
konsumen dengan mudah.
16. Mampu menjual produk dengan harga yang bersaing
17. Mampu memanfaatkan media promosi untuk kelancaran pemasaran produk.
IV Kompetensi Finansial Kemampuan untuk mengelolah
keuangan perusahaan agar
tercipta efisiensi
18. Mampu untuk menghasilkan sumber modal sendiri untuk membiayai usaha/bisnis ini.
19. Mampu mencari sumber-sumber pembiayaan/modal untuk membiayai usaha/bisnis
ini.
20. Mampu mengatur keuangan agar usaha/bisnis ini berjalan dengan lancar
V Kompetensi “human
relations”
Kemampuan untuk membina
hubungan dengan pihak lainnya agar
bermanfaat bagi karyawan dan
organisasi, serta kegiatan bisnis,.
21. Mampu membina hubungan yang baik kepada karyawan/pelanggan/pemasok
/pemberi pinjaman/modal.
22. Mampu menciptakan suasana/lingkungan kerja yang nyaman bagi para karyawan
/konsumen agar mereka dapat bekerja/bernegosiasi dengan maksimal/baik.
23. Mampu mengutamakan kemanfaatan secara bersama dalam hubungan bisnis untuk
menciptakan nilai-nilai baru dari produk yang dihasilkan..
24. Mampu berorientasi pada pencarian solusi atas masalah dalam hubungan bisnis
V Sikap Kerja Wirausaha:
Kemampuan yang
ditunjukkan dalam
setiap tindakan bisnis
yang dilakukan
a. Inovatif: kemampuan untuk
mendukung pengembangan ide-
ide baru dan mengupayakan
penggunaan teknologi baru.
25. Mampu mendukung pengembangan ide-ide baru dalam bisnis.
26. Mampu mengupayakan penggunaan teknologi baru.
b. Berani mengmbil resiko:
Kemampuan memiliki keberanian
mengambil resiko untuk
memasuki pasar baru dan
melaksanakan cara-cara
pemasaran baru.
27. Memiliki keberanian mengambil resiko memasuki pasar baru.
28. Memilki keberanian untuk melaksanakan cara pemasaran baru.
Catatan: Konsep operasional kompetensi kewirausahaan dikembangkan dari teori-teori dan hasil penelitian
tentang kompetensi dan kewirausahaan serta Undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Variabel Kompetensi Kewirausahaan
No Indikator Definisi Operasional Item Pernyataan
c. Kreatif: Kemampuan untuk
mencari peluang-peluang baru
dalam bisnis, aktif menyesuaikan
dengan perubahan kebutuhan
konsumen, dan mencari informasi
29. Mampu berusaha untuk mencari peluang-peluang baru dalam bisnis.
30. Aktif menyesuaikan dengan perubahan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
31. Aktif mencari informasi tentang bisnis ikan asap.
Page 8
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
823 Unmas
Denpasar
tentang bisnis ikan asap.
. d. Disiplin: Kemampuan untuk
menepati setiap ketentuan yang
telah disepakati dalam kegiatan
bisnis.
32. Berupaya untuk menepati setiap ketentuan yang telah disepakati dalam kegiatan
bisnis
e. Kerjasama tim: Kemampuan
untuk mendukung/melaksanakan
kerjasama tim dengan para
karyawan dalam kegiatan bisnis.
33. Mendukung/melaksanakan kerjasama dalam tim dengan para karyawan untuk
melaksanakan berbagai kegiatan bisnis yang tidak bertentangan dengan aturan.
g. Kejujuran: Kemampuan untuk
mengutamakan tindakan yang
terbuka dan jelas dalam setiap
transaksi bisnis dan membangun
nilai-nilai yang jujur dalam
pengembangan produk ikan asap.
34. Mengutamakan kejujuran dalam melaksanakan kegiatan bisnis
35. Mampu mengembangkan produk ikan asap yang didasarkan pada nilai kejujuran.
h. Ketekunan: Kemampuan untuk
memperhatikan setiap kegiatan
dan memenuhi kebutuhan akan
kegiatan/pekerjaan yang
dilakukan
36.Mampu memperhatikan setiap kegiatan dan memenuhi kebutuhan setiapp
tugas/kegiatan/pekerjaan.
i. Hemat: Kemampuan untuk
menyimpan sebagian dari
keuntungan bagi kegiatan-
kegiatan pengembangan bisnis
yang bermanfaat.
37. Mampu menyisipkan sebagian dari keuntungan untuk disimpan/ditabung.
38. Mampu melakukan efisiensi penggunaan bahan-bahan dalam proses pengasapan ikan.
Catatan: Konsep operasional kompetensi kewirausahaan dikembangkan dari teori-teori dan hasil penelitian
tentang kompetensi dan kewirausahaan serta Undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Pengusaha Ikan Asap di Kota Manado, Kabupaten Minahasa, dan Kota
Bitung.
Sebagian besar para pengusaha ikan asap yang telah lama menekuni usaha ini.
Bahkan ada yang telah lebih dari 50 tahun menjalani profesi sebagai pengusaha ikan asap
yakni 55 – 63 tahun berjumlah 1 responden. Sebagian besar para pengusaha ikan asap yang
telah menekuni usaha ini sebesar 63, 89% yakni: 10 – 18 tahun sebanyak 11 pengusaha
(30,56%) dan 19 – 27 tahun sebanyak 12 pengusaha (33,33%). Sebagian besar dari
pengusaha ikan asap ini menyatakan bahwa pengetahuan dan keterampilan, serta sikap kerja
kewirausahaan telah mereka pelajari dari para orang tua mereka. Hal ini menunjukkan
bahwa kompetensi kewirausahaan telah terbentuk lama sehingga menjadi sangat relevan
untuk dipelajari dalam penelitian ini.
Page 9
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
824 Unmas
Denpasar
Kompetensi Kewirausahaan dalam Manajemen Bisnis Ikan Asap
Hasil penelitian yang telah dilakukan pada 36 responden di Kota Manado, Kabupaten
Minahasa Utara, dan Kota Bitung yang menunjukkan secara berturut-turut bahwa kompetensi
yang dibutuhkan oleh pengusaha dalam menjalankan bisnis ikan asap yaitu: (1) Kompetensi
Human Relations; (2) Sikap Kerja Kewirausahaan; (3) Kompetensi Finansial; (4) Kompetensi
Teknis; (5) Kompetensi Manajerial; dan (6) Kompetensi pemasaran.
Sumber data: Hasil Olahan Data, 2016
Gambar 2 menunjukkan bahwa menurut persepsi para pengusaha ikan asap,
kompetensi membangun hubungan dengan pihak lain merupakan kompetensi yang paling
penting dalam menjalankan bisnis ikan asap, dengan total skor sebesar 99,2. Kompetensi
membina hubungan “human relations” yang dimaksudkan dalam kegiatan bisnis ikan asap
yaitu: mampu membina hubungan yang baik dengan para karyawan/pekerja, pelanggan, para
pemasok bahan baku, dan para pemberi pinjaman/modal. Disamping itu pula, para pengusaha
mampu menciptakan suasana/lingkungan kerja yang nyaman bagi diri sendiri dan para
karyawan agar mereka mampu bekerja secara maksimal. Demikian juga mampu
mengutamakan kemanfaatan dari setiap hubungan untuk menciptakan nilai-nilai baru atas
produk yang dihasilkan dan berorientasi pada pencarian solusi atas masalah yang dihadapi
dalam hubungan bisnis.
Hal ini sejalan dengan Wibowo (2007) yang berpendapat bahwa kompetensi
berkomunikasi (communication competency) (Wu, 2009), dan kompetensi interpersonal
(interpersonal competency) dan kompetensi layanan konsumen (client service competency)
merupakan kompetensi yang penting dalam membangun hubungan bisnis. Suryana (2003)
dan Suryana (2006) telah mengemukakan pula bahwa kompetensi “human skills” atau
kompetensi hubungan dengan orang lain merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang wirausaha yaitu: supel, mudah bergaul, simpati, dan empati kepada orang lain; selain
“decision making skills” yaitu: kemampuan untuk menganalisis situasi dan merumuskan
berbagai masalah untuk dicarikan alternatif pemecahan masalah; dan keterampilan
mengelolah waktu (time managerial skills).
93,1
93,3
85,7
95,9
99,2
96,2
75 80 85 90 95 100 105
5. KOMPETENSI MANAJERIAL
4. KOMPETENSI TEKNIS
6. KOMPETENSI PEMASARAN
3. KOMPETENSI FINANSIAL
1. KOMPETENSI HUMAN RELATIONS
2. SIKAP KERJA KEWIRAUSAHAAN
Gambar 2. Kompetensi Kewirausahaan Bisnis Ikan Asap
Page 10
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
825 Unmas
Denpasar
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa sikap kerja kewirausahaan merupakan
hal yang penting pada urutan yang ke dua dengan skor 96,2. Sikap kerja kewirausahaan
dalam bisnis ikan asap dalam penelitian ini, yaitu: inovatif, berani mengambil resiko, kreatif,
disiplin, kerjasama tim, jujur, tekun dan hemat. Mahfud, T dan Pardjono. (2012).
mengemukakan bahwa tidak mungkin seseorang dapat mengelola sebuah usaha hanya
berbekal kemampuan pengetahuan dan keterampilan saja tanpa memiliki sikap
kewirausahaan seperti: kreatif dan inovatif, mandiri, berani mengambil resiko, disiplin.
Vitale, Gigliearno, dan Miles (2003) mengemukakan pula bahwa karakteristik sikap
kewirausahaan yang seyogyanya dimiliki oleh pengelola bisnis yaitu: inovatif; proaktif; dan
berani mengambil resiko. Tanpa budaya disiplin, tidak ada masa depan, tidak ada respek dan
tidak ada kemajuan (Kasali, 2010). Hal ini dapat diartikan pula, jika dalam pengelolaan usaha
ada budaya disiplin, maka akan ada masa depan, akan ada respek, dan akan ada kemajuan.
Salah satu kekuatan yang penting menurut Hasan (2011) untuk membangun budaya usaha
yang kuat demi mencapai kesuksesan adalah membangun disiplin dan efisiensi. Selain itu
pula, penguasaan kompetensi kewirausahaan seyogyanya dilengkapi dengan sifat jujur,
inovatif, keberanian dan tangkas dalam menghadapi resiko (Suryana, 2003)
Hasil penelitian ini juga menemukan bahwa kompetensi keuangan memperoleh urutan
ke tiga dengan nilai skor sebesar 95,9. Hal ini sejalan dengan Suryana (2006) yang
mengemukakan bahwa salah satu komponen utama dalam pengukuran kompetensi
kewirausahaan adalah: kompetensi keuangan (Financial Competence), disamping itu juga
kompetensi teknis (technical competence); kompetensi pemasaran (marketing competence).
Namun hasil penelitian ini menemukan bahwa kompetensi teknis mendapatkan urutan ke
empat dengan nilai skor 93,3 sedangkan kompetensi pemasaran mendapatkan nilai skor 85,7.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kompetensi manajerial merupakan
kompetensi yang penting, dan berada pada urutan yang ke tiga dengan skor (93,1).
Kompetensi manajerial menurut persepsi para pengusaha untuk melakukan perencanaan
terhadap aktivitas yang akan dilakukan, baik dimulai dari perencanaan bahan baku
ikan/persediaannya sampai dengan proses pengasapan dan distribusi produk, serta
perencanaan penggunaan modal kerja. Suryana (2003) mengemukakan pula bahwa
keterampilan manajerial atau “managerial skills” merupakan kompetensi yang harus dimiliki
oleh pengusaha. Bahkan, Wibowo (2007) lebih menekankan pada kompetensi perencanaan
(planning competency) yang seharusnya menjadi kompetensi penting untuk keberhasilan
suatu usaha.
Selanjutnya, Wu (2009) mengemukakan bahwa kompetensi seorang wirausaha yaitu:
(1) kemampuan menganalisis secara sistematis; (2) kemampuan untuk mengambil peluang
dan mengelola sumberdaya yang dimiliki; (3) kemampuan untuk menemukan kebutuhan
eksternal dan internal dari konsumen; dan (4) kemampuan untuk belajar dan meningkatkan
kompetensi yang dimiliki; (5) kemampuan berkomunikasi.
Kewirausahaan diartikan sebagai pengendali perekonomian suatu bangsa dan intinya
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melalui berpikir
kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang adalah (Suryana, 2003). Seorang
wirausaha adalah seseorang yang memiliki kemampuan yang bersifat kreatif dan inovatif,
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang berbeda; kemampuan untuk memulai usaha;
Page 11
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
826 Unmas
Denpasar
Temperaturbagia
n dalam
T1 = 140oC
Temperaturbagian
luar
T2 = 33oC Plat baja
kemampuan untuk mencari peluang; kemampuan untuk membuat sesuatu yang baru; dan
kemampuan untuk menanggung resiko; kemampuan untuk mengembangkan ide, serta
mengelola sumberdaya yang tersedia (Soegoto, 2009). Proses kreatif dan inovatif tersebut
hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang memiliki jiwa dan sikap kewirausahaan, yaitu:
orang-orang yang percaya diri (yakin, optimis, dan penuh komitmen), berinisiatif (energik
dan percaya diri), memiliki motif berprestasi (berorientasi hasil dan berwawasan ke depan),
memiliki jiwa kepemimpinan (berani tampil beda), dan berani mengambil resiko dengan
penuh perhitungan (karena itu suka akan tantangan) (Suryana, 2003). Kewirausahaan juga
merupakan sikap dan perilaku seseorang yang selain inovatif, memiliki inisiatif, dan mampu
mengambil resiko, juga berperilaku antisipatif, dan berorientasi pada keuntungan (Isa, 2011).
Teknologi Pengasapan Ramah Lingkungan
Produk perikanan memiliki karakteristik mudah busuk dan bersifat musiman,
sehingga untuk sampai ke konsumen diperlukan suatu sistem manajemen rantai pasok yang
baik dan memadai (Retnowati, Sukmawati, Nurani, 2014). Pengawetan merupakan salah satu
cara agar hasil perikanan dapat termanfaatkan dengan maksimal dan salah satunya adalah
pengawetan dengan cara pengasapan. Proses pengasapan ramah lingkungan yang dilakukan
dalam penelitian ini yakni dengan cara mengendalikan asap (sebelumnya bisa mencemarkan
lingkungan) dengan proses destilasi dan bahkan dapat menghasilkan asap cair. Panas yang
digunakan untuk mengurangi kadar air pada ikan, karena asap itu kontak langsung dengan
ikan sehingga asap itu berfungsi sebagai pengawet dan pemberi citra rasa yang khusus.
Pada proses ini sabut kelapa yang melalui proses pembakaran tertutup sebanyak 5 kg dan
waktu proses pembakaran selama 95menit dan Ikan cakalang sudah matang (masak). Untuk
proses pembakaran pintu tungku dibuka, sabut kelapa yang digunakan 11 kg dan waktu
pembakaran 210 menit. Dari hasil pengamatan, peneliti mencatat bahwa hasil pengujian dan
memperoleh data pada tabel 1 dan dari gambar grafik 5, terlihat bahwa seiring penambahan
waktu untuk pembakaran terbuka lebih lama ikan masak, tapi setelah masak kadar air lebih
kecil. Untuk pembakaran tertutup waktu lebih cepat dan kadar air pada ikan lebih besar tapi
asap cair yang dihasilkan lebih banyak.
Gambar 3. Tungku pemanggang ikan cakalang Gambar 4. Perpindahan kalor lewat
dinding plat baja
Page 12
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
827 Unmas
Denpasar
Gambar 5. Pembakaran dimana pintu tungku Gambar 6. Ikan cakalang sedang dijepit
Terbuka
Tabel
1.Pembakaran
Tertutup dan
terbuka
Gambar 5. Grafik Tempratur dan waktu
SIMPULAN
Kompetensi kewirausahaan merupakan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
dimiliki oleh seseorang dalam melakukan kegiatan bisnis. Kompetensi kewirausahaan dalam
manajemen bisnis ikan asap di Kota Manado, Kabupaten Minahasa Utara dan Kota Bitung
meliputi: kompetensi manajerial, kompetensi kegiatan teknis, kompetensi pemasaran,
kompetensi keuangan, kompetensi membina hubungan, sedangkan sikap kerja kewirausahaan
meliputi: inovatif, berani mengambil resiko, kreatif, disiplin, kerjasama tim, kerjasama tim.
ketekunan, dan hemat.
Indikator-indikator untuk mengukur kompetensi akan berbeda-beda sesuai dengan
kompetensi yang dibutuhkan dalam melaksanakan suatu tugas/pekerjaan/kegiatan tertentu
dalam suatu organisasi/perusahaan. Namun demikian, unsur pengetahuan, keterampilan, dan
sikap memang merupakan faktor-faktor yang penting untuk memenuhi kebutuhan suatu
kompetensi dalam pekerjaan/tugas/kegiatan/usaha tertentu.
Sikap inovatif, kreatif, disiplin, jujur, hemat/mengutamakan efisiensi, ketekunan, berani
mengambil resiko, dan kerjasama tim merupakan faktor-faktor penting yang melengkapi
penguasaan pengetahuan dan keterampilan tertentu sesuai dengan bidang usaha yang ditekuni
Terbuka0c Tertutup0c
40 30
130 110
120 140
110 140
100 120
95 80
90
80
75
70
60
Page 13
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
828 Unmas
Denpasar
dalam kompetensi kewirausahaan. Disamping itu pula, pengalaman merupakan salah satu
unsur penting dalam keberhasilan suatu bisnis untuk melengkapi/membangun/memperkaya
pengetahuan, keterampilan, sikap yang dimiliki oleh para pengusaha.
Alat pengasapan ikan dapat menghasilkan produk ikan asap yang ramah lingkungan
dengan lebih efisiensi dan bermanfaat untuk menghasilkan asap cair yang dapat digunakan
untuk pengawetan ikan dengan lebih alami.
UCAPAN TERIMA KASIH
Tim Peneliti menyampaikan terima kasih kepada Direktorat Riset dan Pengabdian
Kepada Masyarakat, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik
Indonesia yang telah mendanai penelitian ini, dan kepada Politeknik Negeri Manado melalui
Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat yang telah memberikan masukkan dan
saran sehingga penelitian ini boleh dilaksanakan dengan baik dan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Absah, Y. 2008. Kompetensi: Sumberdaya Pendorong Keunggulan Bersaing Perusahaan.
Jurnal Manajemen Bisnis. 1. (3). 109-116
Abdullah, M. M. 2013. Manajemen Bisnis Syariah. Aswaja. Yogyakarta.
Barney, J.B. 1991. Firm Resources and Sustained Competitive Advantage. Journal of
Management. 17. (1): 99-120
David, F. R. 2002. Manajemen Strategis: Konsep. Edisi Bahasa Indonesia. Terjemahan:
Alexander Sindoro. Prenhallindo. Jakarta.
Fithri, P dan Sari, A. F. 2012. Analisis Kompetensi Kewirausahaan Industri Kecil Suku
Cadang di Kota Padang. Jurnal Optimasi Sistem Industri. 11. (2): 279-292.
Ferdinand, A. 2013. Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian Untuk Penulisan
Skripsi, Tesis, dan Disertasi Ilmu Manajemen. Edisi Keempat. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro. Semarang.
Holman, J.P. 1988. Perpindahan Kalor. Edisi Keenam. Terjemahan. Penerbit: Erlangga.
Jakarta.
Hasan, I. 2011. Penguatan Kompetensi Kewirausahaan dan Daya Saing UKM Komoditi
Unggulan Ekspor di Propinsi Aceh. Jurnal Infokop. 19: 38-52.
Hutapea, T., dan Thoha, N. 2008. Kompetensi Plus. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Isa, M. 2011. Analisis Kompetensi Kewirausahaan, Orientasi Kewirausahaan, dan Kinerja
Industri Mebel. Benefit Jurnal Manajemen dan Bisnis. 15. (2): 159-168.
Kasali, R. 2010. Myelin: Mobilisasi Intangibles Menjadi Kekuatan Perubahan. Gramedia.
Jakarta.
Manik, E dan Coenraad, D. P. 2015. Pengaruh fungsi kepemimpinan, kompetensi, dan
budaya organisasi terhadap kinerja pegawai pada Direktorat Jenderal Energi Baru,
Terbarukan dan Konservasi Energi (DJEBTKE). Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan
Entrepreneurship. 9. 1: 56-67.
Mahfud, T dan Pardjono. (2012). Praksis Pembelajaran Kewirausahaan Pada Unit Produksi
Jasa Boga. Jurnal Pendidikan Vokasi. 2. (1): 27-40
Prihadi. 2004. Manajemen Sumberdaya Manusia. Bandung. PT Remaja Rosdakarya, PT
Refika Aditama.
Prahalad, C.K., dan Hamel. 1990. Strategic Intent. Harvard Business Review. May-June:63-
76
Page 14
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
829 Unmas
Denpasar
Purwanto, E., Idrus, M.S., Ratnawati, K., dan sudarma, M. 2011. Kinerja Perusahaan Terkait
dengan Teknologi Informasi, Lingkungan, dan Kompetensi. Jurnal Aplikasi
Manajemen. 91. 31 Mei 2011: 901-909
Robert, A R. 2001. Competence Human Resource. Yogyakarta. Gajah Mada University
Press.
Rizaldy, W., dan Setiawan, A. 2015. Kompetensi dan Kualitas Layanan Karyawan Terhadap
Keselamatan Penerbangan. Jurnal Manajemen Bisnis Transportasi dan Logistik. 1.
(2): 177-192
Retnowati, H., A. Sukmawati, dan T. W. Nurani, 2014. Strategi peningkatan kinerja dalam
rantai pasok ikan layur melalui pengembangan modal insani di pelabuhanratu. Jurnal
Manajemen IKM. 9. (2). 140-149
Rumasukun, S.F.A., Rante, Y., Wambrauw, O.O., dan Bharanti, B. E. (2015). The influence
of Human Resource Management Strategy on Employee Performance With The
Mediation of Work Motivation, Organisational Commitment, and Work Culture: Study
at the Official of Management of Communication and Information Technology of
Papua Province. International Journal of Business and Management Invention. 4. (8):
15-27.
Sundah, D.I.E., A. Suman, Soemarno, P. Kindangen, 2013. How coastal development,
environmental change, and adaptive behaviour affects fishermen’s welfare? (A study of
traditional fishermen from the coastal area of Manado Bay, Indenesia). IOSR-Journal of
humanities and social science. 17,(4), 24-34.
Sundah, D.I.E. 2014. Model Pembangunan Kawasan Pesisir bagi kesejahteraan nelayan
tradisional di Teluk Manado (Studi pada nelayan tradisional di Teluk Manado).
Disertasi. Universitas Brawijaya. Malang.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), Alfabeta, Bandung.
Suryana. 2003. Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat, dan Proses Menuju Sukses. Salemba
Empat: Jakarta.
Suharto, 1991. Teknologi pengawetan pangan. Penerbit rineka cipta. Malang.
Soegoto, E. S. 2009. Enterpreneurship: Menjadi Pebisnis Ulung. PT Elex Media Komputindo
Kompas Gramedia. Jakarta.
Suryana. 2006. Kewirausahaan. Edisi 3. Salemba Empat. Jakarta
Vitale, R., Gigliearno, J., dan Miles, M. 2003. Enterpreneural Orientation, Market Orientation
in Established and Startup Firms. http://www.uic.edu/cba/ies/2003/papers.
Warr, P dan Jusuf, A. A. 2013. World foof prices and poverty in Indonesia. Australian
Journal of Agricultural and Resource Economics. 58: 1-21
Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Wu, W.W. 2009. A Competency-based Model for Success of an Enterpreneur Startup.
Jurnal of WSEAS Transaction on Business and Economics. 6. (6): 279-29