RANCANGAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/322/2020 TENTANG STANDAR PROFESI FISIKAWAN MEDIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 66 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, perlu menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar Profesi Fisikawan Medik; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5336); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607); 4. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 24);
53
Embed
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI …bppsdmk.kemkes.go.id/web/filesa/peraturan/145.pdf · 008/Menkes/SK/I/2009 tentang Standar Pelayanan Kedokteran Nuklir di Sarana Pelayanan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
RANCANGAN
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.01.07/MENKES/322/2020
TENTANG
STANDAR PROFESI FISIKAWAN MEDIK
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 66 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan, perlu menetapkan Keputusan Menteri
Kesehatan tentang Standar Profesi Fisikawan Medik;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5336);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607);
4. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 24);
- 2 -
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
008/Menkes/SK/I/2009 tentang Standar Pelayanan
Kedokteran Nuklir di Sarana Pelayanan Kesehatan;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 1508) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2018
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 945);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 83 Tahun 2015
tentang Standar Pelayanan Fisika Medik (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2012);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 29 Tahun 2018
tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Konsil
Tenaga Kesehatan Indonesia (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 944);
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG STANDAR
PROFESI FISIKAWAN MEDIK.
KESATU : Standar profesi Fisikawan Medik terdiri atas:
a. standar kompetensi; dan
b. kode etik profesi.
KEDUA : Mengesahkan standar kompetensi Fisikawan Medik
sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU huruf a
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.
KETIGA : Kode etik profesi sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KESATU huruf b ditetapkan oleh organisasi profesi.
- 3 -
KEEMPAT : Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 15 Mei 2020
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
TERAWAN AGUS PUTRANTO
- 4 -
LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.01.07/MENKES/322/2020
TENTANG
STANDAR PROFESI FISIKAWAN MEDIK
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Layanan radioterapi, radiologi diagnostik dan internasional,
kedokteran nuklir, dan fisika kesehatan mengandung aspek fisika yang
sederhana dan kompleks secara bersamaan. Hampir semua peralatan
pada keempat bidang ini merupakan hasil kontribusi para pakar fisika
di negara maju. Hal ini merefleksikan pentingnya kontribusi fisika
dalam layanan kesehatan di keempat bidang ini.
Kontribusi fisika medis dalam layanan kesehatan, pada tataran
internasional telah memperoleh perhatian khusus dari berbagai badan
dunia, antara lain International Atomic Energy Agency (IAEA), World
Health Organization (WHO), International Labour Organization (ILO), dan
International Organization for Medical Physics (IOMP). WHO telah
bersinergi dengan IAEA dalam membuat program kerjasama untuk
diseminasi dan memantapkan profesi Fisikawan Medik di seluruh
penjuru dunia, sedangkan ILO telah mengesahkan medical physicist
atau Fisikawan Medik menjadi tenaga kesehatan pada dokumennya,
mengikuti rekomendasi IOMP. Kementerian Kesehatan sebagai pembina
Fisikawan Medik dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)
sebagai salah satu stakeholder IAEA, telah menggunakan panduan dan
rekomendasi IAEA dalam mengawasi pemanfaatan radiasi pengion dan
nonpengion dalam bidang kesehatan.
Mengikuti rekomendasi IAEA Human Health Series (HHS) Nomor
25 Tahun 2013 tentang Roles and Responsibilities, and Education and
Training Requirements for Clinically Qualified Medical Physicists bahwa
setiap pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang menggunakan
radiasi pengion wajib mempekerjakan Fisikawan Medik. IAEA, dalam
Human Health Series (HHS) Nomor 25 Tahun 2013, memberikan
- 5 -
definisi Fisikawan Medik yang berkualifikasi dan ideal, yaitu lulusan S2
ataupun S3 fisika medis ataupun bidang yang ekuivalen dengan
tambahan clinical training atau residensi yang dilaksanakan di rumah
sakit. Fisikawan Medik Indonesia, sebagai bagian dari IAEA, dan juga
untuk memenuhi tuntutan globalisasi, berkomitmen penuh untuk
mengikuti standar acuan internasional tersebut.
Fisikawan Medik adalah profesi di bawah pembinaan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, sehingga secara administratif,
Fisikawan Medik di fasilitas pelayanan kesehatan diatur oleh peraturan
kepegawaian tenaga kesehatan. Salah satu peraturan yang harus
diikuti adalah persyaratan perekrutan tenaga kesehatan, termasuk
Fisikawan Medik. Sebagai tenaga kesehatan, Fisikawan Medik perlu
memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) sebelum dapat bekerja. Dalam
alurnya, Fisikawan Medik perlu memenuhi standar kompetensi terlebih
dahulu. Setelah standar kompetensi terpenuhi, Fisikawan Medik dapat
menjalani ujian kompetensi untuk mendapatkan sertifikat kompetensi
yang nantinya digunakan untuk pengurusan STR yang dikeluarkan
oleh Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia (KTKI).
Sampai saat ini, persyaratan pendidikan fisika medis
berkualifikasi dengan standar internasional belum dapat terpenuhi
mengingat jumlah Fisikawan Medik lulusan magister yang bekerja di
rumah sakit masih terbatas. Padahal, kebutuhan akan Fisikawan
Medik terus meningkat tahun demi tahun. Oleh karenanya, asosiasi
institusi pendidikan fisika medis melakukan suatu terobosan untuk
menyiapkan Fisikawan Medik berkualifikasi sesuai dengan standar
internasional secara berjenjang, disesuaikan dengan kondisi
pendidikan fisika medis di tanah air. Saat ini beberapa universitas di
Indonesia telah melaksanakan pendidikan fisika medis sebagai
peminatan program Sarjana Ilmu Fisika, dan baru ada lima perguruan
tinggi yang memiliki program jenjang magister fisika medis yang
menginduk pada program magister ilmu fisika.
Berdasarkan hasil kesepakatan asosiasi institusi pendidikan fisika
medis dan Organisasi Profesi pada tanggal 31 Oktober 2015 dan
kesepakatan asosiasi institusi pendidikan fisika medis pada tanggal 4
April 2015, yang juga dihadiri oleh perwakilan dari Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi serta Kementerian Kesehatan (Badan
PPSDM dan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan), mengesahkan
- 6 -
penjenjangan profesi Fisikawan Medik di fasilitas pelayanan kesehatan.
Sejak Tahun 2018, asosiasi institusi pendidikan fisika medis dan
Organisasi Profesi telah bekerja sama untuk menyelenggarakan
Pelatihan Profesi bagi lulusan Sarjana Fisika/Teknik Nuklir yang
bertujuan menjembatani pendidikan akademik dan Pendidikan Profesi
Fisikawan Medik di masa mendatang.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Maksud
Standar kompetensi Fisikawan Medik ini dimaksudkan sebagai
pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan maupun Pelatihan
Profesi Fisikawan Medik.
2. Tujuan
Tujuan penyusunan standar kompetensi Fisikawan Medik terbagi
atas dua, yaitu :
a. Umum
dalam rangka pembinaan Fisikawan Medik sebagai tenaga
kesehatan oleh Kementerian Kesehatan.
b. Khusus
untuk mengatur kompetensi standar Fisikawan Medik.
C. MANFAAT
1. Bagi Fisikawan Medik
Tersedianya standar kompetensi Fisikawan Medik dapat dijadikan
acuan dalam menyelenggarakan program pengembangan profesi
secara berkelanjutan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai acuan untuk menyusun kurikulum pendidikan sehingga
terjadi kesesuaian antara proses pembelajaran dengan kebutuhan
masyarakat. Sehingga dimungkinkan adanya variasi kurikulum
untuk setiap institusi pendidikan fisika medis, namun tetap
mengacu ke standar kompetensi Fisikawan Medik.
3. Bagi Pemerintah/Pengguna
Sebagai acuan bagi pihak yang akan memberikan lisensi sehingga
dapat mengetahui kompetensi yang telah dikuasai seorang
Fisikawan Medik dan kompetensi yang perlu ditambah, sesuai
dengan kebutuhan spesifik di tempat kerja. Dengan demikian
- 7 -
pihak Pemerintah/Pengguna dapat menyelenggarakan pembekalan
atau pelatihan jangka pendek.
4. Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat mengetahui secara jelas kompetensi yang akan
dikuasai oleh Fisikawan Medik.
5. Program Organisasi Profesi
a. Sebagai acuan dalam menyelenggarakan program
pengembangan Kompetensi secara berkelanjutan.
b. Sebagai acuan untuk menilai kompetensi Fisikawan Medik
lulusan luar negeri.
D. DAFTAR ISTILAH
Dalam standar kompetensi ini, yang dimaksud dengan:
1. Fisikawan Medik adalah:
a. Lulusan sarjana Fisika/Teknik Nuklir peminatan Fisika
Medik dengan tambahan Pelatihan Profesi; atau
b. Lulusan program Pendidikan Profesi Fisikawan Medik yang
diselenggarakan oleh Institusi Pendidikan Fisika Medis.
2. Pendidikan Profesi Fisikawan Medik adalah program terstruktur
yang diselenggarakan Institusi Pendidikan Fisika Medis sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Pelatihan Profesi adalah program pelatihan yang diselenggarakan
oleh asosiasi institusi pendidikan fisika medis bekerja sama
dengan Organisasi Profesi untuk lulusan sarjana Fisika/Teknik
Nuklir sebagai jembatan pendidikan akademik dengan profesi
Fisikawan Medik hingga disahkannya Pendidikan Profesi
Fisikawan Medik.
4. Pengujian adalah keseluruhan tindakan yang meliputi
pemeriksaan fisik dan pengukuran untuk membandingkan alat
yang diukur dengan standar, atau untuk menentukan besaran
atau kesalahan pengukuran.
5. Kalibrasi adalah kegiatan peneraan untuk menentukan kebenaran
nilai penunjukan alat ukur dan/atau bahan ukur.
6. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.
- 8 -
7. Organisasi Profesi Fisikawan Medik yang selanjutnya disebut
Organisasi Profesi adalah wadah untuk berhimpun para Fisikawan
Medik Indonesia.
- 9 -
BAB II
SISTEMATIKA STANDAR KOMPETENSI
Standar kompetensi Fisikawan Medik Indonesia terdiri atas 7 (tujuh)
area kompetensi yang diturunkan dari gambaran tugas, peran, dan fungsi
dari seorang Fisikawan Medik. Setiap area kompetensi ditetapkan
definisinya, yang disebut kompetensi inti. Setiap area kompetensi
dijabarkan menjadi beberapa komponen kompetensi, yang dirinci lebih
lanjut menjadi kemampuan yang diharapkan di akhir pendidikan. Secara
skematis, susunan standar kompetensi Fisikawan Medik Indonesia dapat
digambarkan pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1
Skematis Susunan Standar Kompetensi Fisikawan Medik Indonesia
Standar kompetensi Fisikawan Medik Indonesia ini dilengkapi dengan
daftar pokok bahasan, daftar masalah, dan daftar keterampilan klinis.
Fungsi utama ketiga daftar tersebut sebagai acuan bagi institusi pendidikan
fisika medis dalam mengembangkan kurikulum institusional.
1. Daftar Pokok Bahasan memuat pokok bahasan dalam proses
pembelajaran untuk mencapai ketujuh area kompetensi. Materi
tersebut dapat diuraikan lebih lanjut sesuai bidang ilmu yang terkait,
Daftar-Daftar
- 10 -
dan dipetakan sesuai dengan struktur kurikulum masing-masing
institusi.
2. Daftar Masalah berisikan berbagai tantangan yang akan dihadapi
Fisikawan Medik. Oleh karena itu, institusi pendidikan fisika medis
perlu memastikan bahwa selama pendidikan, peserta pendidikan
dihadapkan pada tantangan-tantangan tersebut dan diberi kesempatan
untuk berlatih mengatasinya.
3. Daftar Keterampilan Klinis berisikan keterampilan klinis yang wajib
dikuasai oleh Fisikawan Medik di Indonesia. Pada setiap keterampilan
telah ditentukan tingkat kemampuan yang diharapkan. Daftar ini
memudahkan institusi pendidikan fisika medis untuk menentukan
materi, metode, dan sarana pembelajaran keterampilan klinis.
- 11 -
BAB III
STANDAR KOMPETENSI
A. AREA KOMPETENSI
Kompetensi dibangun dengan fondasi yang terdiri atas
profesionalitas yang luhur, mawas diri dan pengembangan diri, serta
komunikasi efektif, dan ditunjang oleh pilar berupa pengelolaan
informasi, landasan ilmiah ilmu Fisika dan aplikasinya untuk medik,
keterampilan klinis fisika medis, dan pengelolaan Pengujian serta
Kalibrasi alat radiasi medis pengion dan nonpengion (Gambar 3.1).
Oleh karena itu area kompetensi disusun dengan urutan sebagai
berikut:
1. Profesionalitas yang Luhur;
2. Mawas Diri dan Pengembangan Diri;
3. Komunikasi Efektif;
4. Pengelolaan Informasi;
5. Landasan Ilmiah Ilmu Fisika dan Aplikasinya untuk Medik;
6. Keterampilan Klinis Fisika Medis; dan
7. Pengelolaan Pengujian dan Kalibrasi Alat Radiasi Medis Pengion
dan NonPengion.
Gambar 3.1
Fondasi dan Pilar Kompetensi
- 12 -
B. KOMPONEN KOMPETENSI
1. Area Profesionalitas yang Luhur
a. Berketuhanan Yang Maha Esa;
b. Bermoral, beretika, dan disiplin;
c. Sadar dan taat hukum;
d. Berwawasan sosial budaya; dan
e. Berperilaku jujur dan bertanggung jawab.
2. Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri
a. Menyadari batasan kemampuan, mengenal karakter dan
aplikasi radiasi pengion dan nonpengion dalam kegiatan
diagnostik dan terapi pasien;
b. Meningkatkan dan mempertahankan kompetensi dengan
pembelajaran berkelanjutan; dan
c. Mengupayakan pengembangan dan inovasi ilmu pengetahuan
fisika medis untuk memberikan pelayanan terbaik.
3. Area Komunikasi Efektif
Membangun komunikasi dua arah yang saling memahami dengan:
a. Klien;
b. Tenaga kesehatan lain;
c. Pemerintah dan regulator;
d. Masyarakat; dan
e. Kementerian/lembaga terkait.
4. Area Pengelolaan Informasi
a. Pemanfaatan evidence-based pada setiap pelayanan
kesehatan
b. Pemilihan, penyusunan, dan pemberian informasi mengenai
keseluruhan ilmu fisika medis
5. Area Landasan Ilmiah Ilmu Fisika dan Aplikasinya untuk Medik
Menerapkan ilmu fisika dan biomedik yang terkini dalam bidang
kesehatan khususnya dalam pelayanan radioterapi, radiologi
diagnostik dan intervensional, kedokteran nuklir, fisika kesehatan,
dan proteksi radiasi pengion dan nonpengion.
6. Area Keterampilan Klinis Fisika Medis
a. Melakukan prosedur proteksi radiasi dalam pelayanan
pemanfaatan radiasi pengion dan nonpengion dalam bidang
radioterapi, radiologi diagnostik dan intervensional serta
kedokteran nuklir.
- 13 -
b. Melakukan prosedur dosimetri radiasi dan nonpengion yang
dimanfaatkan dalam pelayanan radioterapi, radiologi
diagnostik dan intervensional serta kedokteran nuklir.
c. Melakukan proses pelayanan perencanaan radioterapi,
radiologi diagnostik dan intervensional, kedokteran nuklir,
dan fisika kesehatan.
d. Melakukan perencanaan perlakuan (treatment planning)
radioterapi dan intervensi serta menganalisis evaluasi
perencanaan dengan peralatan fisika yang dimiliki dalam
rangka menjaga keakuratan tindakan terhadap pasien.
e. Melakukan penanganan masalah ketidakakuratan dalam
pemanfaatan radiasi pengion dan nonpengion dalam tindakan
diagnosis dan terapi termasuk bidang fisika kesehatan.
f. Melakukan prosedur kegawatdaruratan radiasi dan
nonpengion.
g. Melakukan prosedur jaminan kualitas peralatan utama dan
pendukung dalam layanan radioterapi, radiologi diagnostik
dan intervensional, kedokteran nuklir, dan fisika kesehatan.
h. Melakukan prosedur tes keberterimaan, komisioning, dan
dekomisioning peralatan radioterapi, radiologi diagnostik dan
intervensional, kedokteran nuklir, dan fisika kesehatan.
i. Melakukan prosedur pengiriman dan pengarsipan digital
berkaitan dengan pelayanan klinis.
j. Mengelola sumber daya secara efektif, efisien, dan
berkesinambungan dalam penyelesaian aplikasi pemanfaatan
radiasi pengion dan nonpengion dalam diagnosis dan terapi.
k. Mengurangi risiko terjadinya efek samping akibat penggunaan
radiasi pengion dan nonpengion.
7. Area Pengelolaan Pengujian dan Kalibrasi Alat Radiasi Medis
Pengion dan NonPengion
a. Melakukan Pengujian besaran pokok dan/atau turunan pada
alat radiasi medis pengion dan nonpengion.
b. Melakukan Kalibrasi besaran pokok dan/atau turunan secara
non-invasif pada alat radiasi medis pengion dan nonpengion.
- 14 -
C. PENJABARAN KOMPETENSI
1. Profesionalitas yang Luhur
a. Kompetensi Inti
Mampu menerapkan nilai-nilai Ketuhanan, moral luhur,
etika, disiplin, hukum, dan sosial budaya dalam pelayanan
radioterapi, radiologi diagnostik dan intervensional,
kedokteran nuklir, dan fisika kesehatan berlandaskan prinsip
fisika medis.
b. Lulusan Fisikawan Medik mampu
1) Berketuhanan Yang Maha Esa
a) Senantiasa bersikap dan berperilaku sesuai insan
yang memiliki iman/percaya kepada Tuhan Yang
Maha Esa dalam menjalankan aktivitas sebagai
Fisikawan Medik.
b) Selalu berupaya dengan ikhtiar terbaik yang
dimiliki, namun menyadari penentu keberhasilan
adalah Tuhan.
2) Bermoral, beretika, dan berdisiplin
a) Bersikap dan berperilaku sesuai dengan standar
nilai moral yang luhur dalam praktik Fisikawan
Medik.
b) Bersikap sesuai dengan prinsip dasar etika dan
Kode Etik Fisikawan Medik Indonesia.
c) Mendahulukan kepentingan klien di atas
kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan.
d) Selalu mematuhi standar dan pedoman yang telah
disepakati.
3) Sadar dan taat hukum
a) Senantiasa memperhatikan dan merujuk ketentuan
hukum perundangan yang mengatur pelayanan
kesehatan, khususnya yang terkait dengan
pelayanan Fisika Medik.
b) Senantiasa bertanggungjawab terhadap keputusan
yang diambil, dan melindungi kepentingan dan
keamanan pengguna jasa radiologi diagnostik dan
intervensional, radioterapi, kedokteran nuklir, dan
fisika kesehatan.
- 15 -
c) Bertindak dan berperilaku sebagai warganegara
yang tunduk pada seluruh ketentuan hukum yang
berlaku di wilayah kerjanya.
d) Tidak melakukan pelanggaran hukum, dan
mendukung penegakan hukum yang berkeadilan.
4) Berwawasan sosial budaya
a) Memahami dan mampu beradaptasi dengan
keragaman budaya, bahasa, ekonomi, dan sosial
kemasyarakatan di wilayah tempat pelaksanaan
pelayanan Fisika Medik.
b) Peka terhadap keragaman usia, jenis kelamin,
agama, kemampuan fisik dan mental yang dapat
mempengaruhi penyelenggaraan pelayanan Fisika
Medik.
c) Menghargai, melindungi, dan mendahulukan
pelayanan kelompok rentan/berkebutuhan khusus.
d) Menghargai kepercayaan masyarakat termasuk
pelayanan kesehatan komplementer dan alternatif
tanpa mengorbankan prinsip pelayanan Fisika
Medik.
5) Berperilaku profesional
a) Jujur dan bertanggung jawab terhadap
pekerjaan/kepercayaan yang diberikan.
b) Tidak sombong dan menghargai pendapat pihak
lain.
c) Ramah dan bersikap melayani dengan tulus.
d) Menempatkan kepentingan klien/pasien sebagai
prioritas.
e) Menghargai seluruh pemangku kepentingan
pelayanan Fisika Medik, dengan tujuan keselamatan
klien.
2. Mawas Diri dan Pengembangan Diri
a. Kompetensi Inti
Mampu melakukan praktik Fisikawan Medik dengan
menyadari keterbatasan, mengatasi masalah personal,
mengembangkan diri, mengikuti penyegaran dan peningkatan
- 16 -
pengetahuan secara berkesinambungan serta
mengembangkan pengetahuan dan teknologi demi
keselamatan pasien.
b. Lulusan Fisikawan Medik mampu
1) Menerapkan mawas diri
a) Menyadari keterbatasan pengetahuan,
keterampilan, dan wawasan, sehingga selalu
memerlukan pihak lain untuk penyempurnaan
pelayanan Fisika Medik ke klien.
b) Mengenali tanda dan gejala keterbatasan fisik,
mental, ekonomi, dan sosial budaya yang berpotensi
mengganggu pelayanan radioterapi, radiologi
diagnostik dan intervensional, kedokteran nuklir,
dan fisika kesehatan.
c) Mampu beradaptasi dengan berbagai perkembangan
ilmu pengetahuan, dan teknologi di bidang
radioterapi, radiologi diagnostik dan intervensional,
kedokteran nuklir, dan fisika kesehatan.
d) Mampu menempatkan diri dalam tim yang
memberikan kontribusi positif untuk memberikan
pelayanan terbaik pada klien/pasien.
e) Menyadari keterbatasan kemampuan diri dan
merujuk kepada yang lebih mampu.
f) Menerima dan merespons positif umpan balik dari
pihak lain untuk pengembangan diri.
2) Mempraktikkan belajar sepanjang hayat
a) Melatih dan memastikan selalu mempertahankan
dan memperbaharui kompetensi sebagai Fisikawan
Medik.
b) Terlibat dan bersedia memberikan kontribusi
terhadap pengembangan keprofesian Fisikawan
Medik.
3) Mengembangkan pengetahuan baru
Melakukan penelitian ilmiah yang berkaitan dengan
pengembangan fisika medis pada bidang radioterapi,
radiologi diagnostik dan intervensional, kedokteran
- 17 -
nuklir, dan fisika kesehatan, serta mendiseminasikan
hasilnya.
3. Komunikasi Efektif
a. Kompetensi Inti
Mampu menjalin komunikasi dua arah secara efektif dengan
seluruh pemangku kepentingan tanpa membedakan usia,
jenis kelamin, status sosial, ekonomi, dan budaya.
b. Lulusan Fisikawan Medik mampu
1) Berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya
a) Menggali informasi yang diperlukan untuk
pengambilan keputusan terkait pelayanan Fisika
Medik.
b) Menunjukkan sikap empati dalam bentuk
komunikasi verbal dan nonverbal, terhadap masalah
yang dihadapi oleh pemangku kepentingan untuk
tercapainya pelayanan yang efektif dan manusiawi.
c) Bertutur kata yang baik dan benar, santun dengan
pemilihan kata, dan menggunakan bahasa tubuh
yang tidak menimbulkan kesan negatif.
d) Menjadi pendengar yang baik dan solutif dalam
penyelesaian masalah di bidang radioterapi,
radiologi diagnostik dan intervensional, kedokteran