DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI.................................................1 BAB 1......................................................2 PENDAHULUAN................................................2 BAB 2......................................................3 2.2 EPIDEMIOLOGI.........................................4 2.3 DEFINISI.............................................4 BAB 3......................................................4 3.1 ETIOLOGI.............................................5 3.2 PATOFISIOLOGI........................................7 BAB 4......................................................8 4.1 FAKTOR RESIKO DEPRESI PADA USIA LANJUT 5 ..............8 4.2 GAMBARAN KLINIK......................................8 4.3PEMERIKSAAN..........................................10 4.4 DIAGNOSIS...........................................12 4.5 DIAGNOSIS BANDING...................................15 BAB 5.....................................................17 5.1 PENATALAKSANAAN.....................................17 5.2 PERJALANAN DAN PROGNOSIS............................22 1
Referat Demensia Geriatri Psikiatri Kesehatan Jiwa
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI.......................................................................................................................1BAB 1..................................................................................................................................2PENDAHULUAN...............................................................................................................2BAB 2..................................................................................................................................3
BAB 3..................................................................................................................................43.1 ETIOLOGI.................................................................................................................53.2 PATOFISIOLOGI......................................................................................................7
BAB 4..................................................................................................................................84.1 FAKTOR RESIKO DEPRESI PADA USIA LANJUT5............................................84.2 GAMBARAN KLINIK..............................................................................................84.3PEMERIKSAAN......................................................................................................104.4 DIAGNOSIS............................................................................................................124.5 DIAGNOSIS BANDING.........................................................................................15
BAB 5................................................................................................................................175.1 PENATALAKSANAAN.........................................................................................175.2 PERJALANAN DAN PROGNOSIS.......................................................................22
1
BAB 1PENDAHULUAN
Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
dikatakan bahwa yang dimaksud dengan lanjut usia adalah seseorang yang berusia
60 tahun keatas. Di Indonesia jumlah penduduk lanjut usia terus menerus
meningkat. Pada tahun 1970 jumlah penduduk yang mencapai umur 60 tahun ke
atas (lansia) berjumlah sekitar 5,31 juta orang atau 4,48% dari total penduduk
Indonesia. Pada tahun 1990 jumlah tersebut meningkat hampir dua kali lipat yaitu
menjadi 9,9 juta jiwa. Pada tahun 2020 jumlah lansia diperkirakan meningkat
sekitar tiga kali lipat dari jumlah lansia pada tahun 1990.
Meningkatnya jumlah lansia tersebut perlu memperoleh perhatian yang serius
terutama untuk mengusahakan bagaimana agar lansia tetap mandiri dan berguna.
Sementara itu kondisi lanjut usia mengalami berbagai penurunan atau
kemunduran baik fungsi biologis maupun psikis. Penurunan fungsi biologis dan
psikis ini mempengaruhi mobilitas dan juga kontak sosial. Menurunnya kontak
sosial ini sering membawa lanjut usia kepada masalah depresi.
Depresi merupakan gangguan psikologis yang paling umum terjadi pada
tahun-tahun terakhir kehidupan individu. Depresi pada lanjut usia ini muncul
dalam bentuk keluhan fisik seperti ; insomnia, kehilangan nafsu makan, masalah
pencernaan, dan sakit kepala. Depresi merupakan kondisi yang mudah membuat
lanjut usia putus asa, kenyataan yang menyedihkan karena kehidupan kelihatan
suram dan diliputi banyak tantangan. Lansia dengan depresi biasanya lebih
menunjukkan keluhan fisik daripada keluhan emosi. Keluhan fisik sebagai akibat
depresi kurang mudah untuk dikenali, yang sering menyebabkan keterlambatan
dalam penanganannya. Keluhan fisik yang muncul sulit dibedakan apakah
disebabkan faktor fisik atau psikis, sehingga depresi sering terlambat untuk
dideteksi.1
Pada orang usia lanjut, gangguan depresif merupakan suasana alam perasaan yang
utama pada orang usia lanjut dengan penyakit fisik krinik dan kerusakan fungsi kognitif
2
yang disebabkan oleh adanya penderitaan, disabilitas, perhatian keluarga yang kurang
serta bertambah buruknya penyakit fisik yang banyak dialaminya. Selain itu, proses-
proses sehubungan dengan ketuaan dan penyakit fisik yang dialaminya akan
mempengaruhi integritas jalur frontostriatal, amygdale, serta hypocampus, dan
meningkatkan kerentanan untuk depresi.1,4 Selain itu faktor herediter bisa juga berperan
sebagian. Adanya musibah yang bersifat psikososial seperti kemiskinan, untuk suatu
perubahan fisikogis yang selanjutnya akan meningkatkan kerentanan untuk depresi pada
orang usia lanjut yang rentan.1
3
BAB 2
2.2 EPIDEMIOLOGI
Saat ini pada umumnya diterima pendapat yang mengatakan bahwa beban depresi
pada orang usia lajut adalah cukup tinggi.1,2 Berdasarkan penelitian, ada sekitar 1- 4%
populasi orang usia lanjut secara umum mengalami gangguan depresi mayor, sedangkan
depresi minor sekitar 4 – 3%.1,5 Sama dengan kelompok usia lainnya, perbandingan
wanita dengan pria yang usia lanjut yang mengalami ganggua depresif adalah sekitar 2 :
1.1,6 Meningkatnya prevalensi depresi pada orang usia lanjut kemungkinan berhubungan
dengan meningkatnya disabilitas, kerusakan kognitif, turunnya status ekonomi, dll.1,2
2.3 DEFINISI
Pasien geriatri merupakan pasien usia lanjut berusia lebih dari 60 tahun yang
mempunyai ciri khas multipatologi, tampilan dan gejalanya tidak khas, daya
cadangan faali menurun, dan biasanya disertai gangguan fungsional.21,22
Di Indonesia batasan usia lanjut yang tercantum dalam Undang-undang
No.12/1998 tentang Kesejahteraan Usia Lanjut adalah sebagai berikut : Usia
lanjut adalah seorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Depsos,1999);
batasan ini sama dengan yang dikemukakan oleh Burnside dkk. Menurut WHO
Elderly (64 - 74 thn) , Old (75 - 90 thn), Very Old (> 90 thn).25
Depresi merupakan salah satu gangguan mental yang sering ditemukan pada
pasien geriatri. Secara umum depresi ditandai oleh suasana perasaan yang
murung, hilang minat terhadap kegiatan, hilang semangat, lemah, lesu, dan rasa
tidak berdaya. Pada pasien usia lanjut tampilan yang paling umum adalah keluhan
somatis, hilang selera makan dan gangguan pola tidur.23,24
BAB 3
4
3.1 ETIOLOGI
Penyebab pasti dari depresi geriatri belum jelas, beberapa kemungkinan
karena kemunduran fungsi dan struktur otak pada geriatri yang menyebabkan
gangguan pada neuorotransmitter dan neuroendokrin.
Faktor penyebab timbulnya gangguan depresif pada orang usia lanjut bisa berupa:
a) Faktor biologis
Hal ini bisa berupa faktor genetik, gangguan pada otak terutama sistem
serebrovaskular, gangguan neurotransmitter terutama aktivitas serotonin, perubahan
endokrin, dll. 1,2
1) Faktor Genetis:
Dari segi aspek faktor genetis, menurut suatu penelitian dinyatakan bahwa gen-
gen yang berhubungan dengan risiko yang meningkatkan untuk lesi kardiovaskular dapat
meningkatkan kerentanan untuk timbulnya gangguan depresif.
Penelitian lain melaporkan bahwa predisposisi genetis untuk gangguan depresif
mayor pada orang usia lanjut dapat dimediasi oleh adanya lesi vaskular.1
2) Gangguan pada Otak:
Antara lain yang termasuk dalam gangguan pada otak sebagai salah satu
penyebab timbulnya gangguan depresif pada orang usia lanjut adalah penyakit
cerebrovaskular, yang mana gangguan ini dapat sebagai faktor predisposisi, presipitasi
atau mempertahankan gejalagejala gangguan depresif pada orang usia lanjut. 7
3) Gangguan Neurotransmitter:
Pada suatu penelitian yang dilakukan oleh Robinson, dkk.,mendapatkan bahwa
konsentrasi norepinephrin dan serotonin berkurang sesuai dengan bertambahnya usia,
tetapi metabolit 5-HIAA dan enzim monoamineoksidase meningkat sesuai pertambahan
usia. 1
4) Perubahan Endokrin: 5,9,10
Dalam hal ini terutama adalah keterlibatan penurunan kadar hormon estrogen
pada wanita, testosteron pada pria, dan hormon pertumbuhan pada pria dan wanita.
Penurunan kadar hormon tersebut sejalan dengan perubahan fisiologis karena
pertambahan usia. Sehingga dengan bertambahnya usia, proses degenerasi sel-sel dari
5
organ tubuh makin meningkat, termasuk di antaranya meningkatnya proses degenerasi
sel-sel organ tubuh yang memproduksi hormon tersebut makin berkurang.
Dengan penurunan kadar hormon tersebut, hal ini akan mempengaruhi produksi
neurotransmitter terutama serotonin dan norepinephrin.
b) Faktor psikologik2
Ini bisa berupa penyimpangan perilaku, psikodinamik dan kognitif.
1) Teori Perilaku:
Dari konsep teori perilaku terjadinya gangguan depresif pada individu usia lanjut
oleh karena orang-orang usia lanjut cukup banyak mengalami peristiwa-peristiwa
kehidupan yang tidak menyenangkan atau yang cukup berat sehingga terjadinya
gangguan depresif tersebut sebagai respons perilaku terhadap stressor-stressor kehidupan
yang dialaminya tersebut.
Penelitian lain melaporkan bahwa ada kaitan terjadinya gangguan depresif pada
orang usia lanjut dengan sejumlah peristiwa kehidupan yang negatif yang dialami
individu usia lanjut.
2) Teori Psikodinamis
Berdasarkan teori psikodinamis, terjadinya gangguan depresif pada orang usia
lanjut, oleh karena pada orang usia lanjut sering terjadi ketidaksanggupan untuk
menyelesaikan pencarian pemulihan sekunder dari peristiwa-peristiwa kehilangan yang
tak terelakkan oleh individu tersebut.
3) Teori Kognitif
Salah satu teori psikologis tentang terjadinya gangguan depresif adalah terjadinya
distorsi kognitif. Dalam hal ini berkaitan dengan bagaimana interpretasi seseorang
terhadap peristiwa-peristiwa kehidupan yang dialaminya.
Terjadinya distorsi kognitif pada orang usia lanjut oleh karena pada individu usia
lanjut tersebut memiliki harapan-harapan yang tidak realistis dan membuat generalisasi
yang berlebih-lebihan terhadap peristiwa kehidupan tertentu yang tidak menyenangkan
individu tersebut.
c) Faktor sosial
6
Hal ini bisa berupa hilangnya status peranan sosialnya, atau hilangnya sokongan sosial
yang selama ini dimilikinya.
3.2 PATOFISIOLOGI
Struktur neokortical dorsal mengalami hipometabolik dan struktur limbik ventral
mengalami hipermetabolik selama dalam keadaan depresi. Selain itu, jalur frontostriatal
pada otak memediasi antisipasi yang mengarahkan ke efek yang positif, dan
abnormalitasnya bisa menghasilkan satu ketidaksanggupan untuk mendorong antisipasi
yang mana akan mempredisposisikan keadaan depresi. 11
Terjadinya kerusakan pada sirkuit fronto-orbital dapat menimbulkan disinhibisi,
iritabilitas, dan pengurangan sensitifitas pada isyarat-isyarat sosial. Begitu pula kerusakan
cingulata anterior dapat menyebabkan apatis dan menurunnya inisiatif. Kerusakan sirkuit
dorsolateral dapat menyebabkan kesulitan dalam merubah tempat, dalam belajar dan
generasi daftar kata. abnormalitas perilaku-perilaku ini adalah menyerupai gejala-gejala
pada gangguan depresif. Begitu pula hipoaktivitas korteks prefrontodorsolateral dan
gyrus angularis telah dihubungkan pula dengan gangguan psikomotor dan gangguan
depresif. 8
7
BAB 4
4.1 FAKTOR RESIKO DEPRESI PADA USIA LANJUT5
Hal-hal berikut ini harus dipertimbangkan untuk dikaitkan dengan perkembangan
depresi, dan dapat dipakai sebagai satu cara pengenalan dan mentargetkan kelompok
resiko tinggi, yaitu:
1) Penyakit fisik, terutama yang menimbulkan rasa sakit atau ketidaksanggupan.
2) Merasa kesepian.
3) Ada duka cita saat ini, atau peristiwa kehidupan buruk yang lain.
4) Gangguan pendengaran.
5) Riwayat keluarga atau masa lalu dengan depresi.
6) Dementia dini.
7) Penggunaan obat-obatan tertentu seperti: Steroid, mayor tranquilizer, dan lain-
lain.
8) Wanita. Dalam hal ini ratio wanita dengan pria = 70 : 30
Selain itu dari penelitian yang telah dilakukan didapati bahwa: penyebab yang
paling sering terjadinya kematian pada pasien depresi usia lanjut adalah karena kondisi
kardiovascular yang bisa berupa: stroke, miokard infark, dan sebagainya. Kemudian
kanker merupakan penyebab kedua yang paling sering sebagai penyebab kematian pada
penderita depresi usia lanjut. 18,19
4.2 GAMBARAN KLINIK
Pada orang usia lanjut, gambaran klinik dari gangguan depresifnya bisa dijumpai
sebagai berikut:
a) Depresi dan Dysphoria1,2,5,12,13,14,15,16
Walaupun demikian kadang-kadang mood depresi bisa tidak dijumpai oleh
karena pasien menyangkal (denial) perasaan yang demikian.
b) Menangis3
Tapi pada pasien pria agak jarang
8
c) Ansietas dan agitasi3,15
Pada pasien ini bisa dijumpai: gugup, irritabilitas atau tingkah laku yang
mengganggu bersama-sama dengan sintom-sintom ansietas bisa terlihat pada
sekitar 80% dari pasien usia lanjut dengan depresi.
d) Menurunnya energi dan fatigue3
e) Anhedonia12
Di sini pasien tersebut kehilangan interest terhadap sesuatu yang dulu
disenanginya.
f) Retardasi fisik3,12
Kondisi ini dapat menjurus pada meningkatnya kesukaran dalam aktifitasm
kehidupan sehari-hari, diet yang buruk, tak mau makan, dan sebagainya.
g) Defisit kognitif
Hal ini sering terlihat pada orang usia lanjut yang depresif dan kadang-kadang
bisa mencapai suatu level yang parah sehingga diduga sedang mengalami
pseudodementia. Bahkan dari penelitian yang pernah dilakukan oleh Kral &
Emery pada tahun 1999 dari sampelnya berkembang menjadi penyakit
Alzheimer. 2,3
Gangguan kognitif yang berkaitan dengan suasana alam perasaan depresif
pada orang usia lanjut dalam bentuk gangguan fungsi eksekutif, kecepatan
psikomotor, atensi dan inhibisi, serta kemampuan visiospasial. Timbulnya
gangguan defisit kognitif ini diduga disebabkan oleh penurunan fungsi dari
lobus frontalis.2
h) Somatisasi12
i) Hipokhondriasis12
j) Insight
Gejala gangguan insight ini tingkat keparahannya bervariasi, tergantung pada
keparahan penyakitnya. 12
k) Suicide
Menurut suatu penelitian telah dinyatakan bahwa bunuh diri lebih sering
terjadi pada usia lanjut dibandingkan dengan populasi umur lainnya. Dan dari
segi jenis kelamin didapati bahwa pria usia lanjut lebih sering melakukan
tindakan bunuh diri dibandingkan dengan wanita yang usia lanjut. 17
Berkaitan dengan suicide ini, selain oleh adanya mood yang depresif, gejala
suicide pada orang usia lanjut bisa terkait dengan beberapa hal antara lain:
9
belum kawin, kesehatan fisik yang memburuk yang bersifat subyektif,
disabilitas, rasa sakit, gangguan sensory, tinggal di rumah perawatan atau
panti.1 Walaupun demikian ide suicide berhubungan erat dengan keparahan
depresi yang dideritanya. 2,5
Selain oleh adanya mood yang depresi, gejala suicide pada orang usia lanjut
bisa terkait dengan: belum kawin, kesehatan fisik yang memburuk yang
bersifat subjektif, disabilitas, rasa sakit, gangguan sensory, tinggal di rumah
perawan atau panti. Walaupun demikian, ide suicide berhubungan erat dengan
keparahan depresi yang dideritanya.
l) Gejala-gejala psikotik 13,14
Ini bisa dalam bentuk gejala waham atau halusinasi. Isi wahamnya bisa berupa
rasa bersalah, cemburu atau persekutorik.
m) Gangguan perilaku. 12
Hal ini bisa dalam bentuk: penolakan untuk makan, buang air besar dan buang
air kecil yang tak terkontrol, menjerit, dan jatuh teatrikalitas, tindakan
merusak, menggigit, mengaruk atau bertengkar dengan pasien lain.
n) Gangguan tidur, terutama late insomnia. 16
Selain itu pasien depresi usia lanjut sering dijumpai co-morbiditas dengan
penyakit-penyakit lain yaitu:
1. Co-morbiditas dengan gangguan psikiatrik lainnya antara lain ansietas,
dan lain-lain.
2. Co-morbiditas dengan penyakit fisik, antara lain: penyakit Alzheimer,
penyakit Parkinson, Stroke dan penyakit Cardiovaskular, dan lain-lain.
4.3 PEMERIKSAAN 25
Salah satu langkah awal yang penting dalam penatalaksanaan depresi adalah
mendeteksi atau mengidentifikasi.
Sampai saat ini belum ada suatu konsensus atau prosedur khusus untuk
penapisan/skrining depresi pada populasi usia lanjut. Salah satu instrumen yang
dapat membantu adalah
10
Geriatrik Depression Scale (GDS) 25
yang terdiri dari 30 pertanyaan yang harus dijawab oleh pasien sendiri.
GDS ini dapat dimampatkan menjadi hanya 15 pertanyaan saja dan ini mungkin
lebih sesuai untuk dipergunakan dalam praktek umum sebagai alat penapis
Depresi pada usia lanjut.
Ada 4 pertanyaan yang harus diajukan dalam memeriksa pasien depresi yaitu
1. Apakah pada dasarnya Anda merasa puas dengan kehidupan Anda ?
2. Apakah hidup Anda terasa kosong ?
3. Apakah Anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada diri Anda ?
4. Apakah Anda merasa bahagia pada sebagian besar waktu Anda ?
Pertanyaan tersebut dapat dilengkapi dengan mengekplorasi hal-hal berikut ini
- Apakah pasien mempunyai riwayat depresi ?
- Apakah pasien terisolasi secara sosial ?
- Apakah pasien menderita penyakit kronik ?
- Apakah pasien baru saja berkabung ?
Bilamana ditemukan tanda-tanda yang mengarah pada depresi harus dilakukan
lagi pemeriksaan yang lebih rinci sebagai berikut
a. Riwayat klinis/anamnesis
Riwayat keluarga Gangguan psikiatrik yang lampau Kepribadian Riwayat sosial
Ide/percobaan bunuh diri Gangguan-gangguan somatik Perkembangan gejala-
gejala depresi.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien depresi sangat penting karena gejalagejala depresi
sering disertai dengan penyakit fisik. Depresi dapat merupakan gejala dari suatu
penyakit fisik, contohnya penyakit Cushing, karsinoma paru, usus besar atau
pankreas. Di samping itu depresi dapat muncul sebagai reaksi sekunder
terhadap disabilitas dan discomfort (ketidaknyamanan). Penilaian terhadap status
nutrisi dan hidrasi sebaiknya dilakukan, karena kurangnya intake makan dan
minum pasien sebelumnya.
11
c. Pemeriksaan kognitif
Penilaian AMT atau MMSE pada usia lanjut yang menunjukkan gejala depresi
bermanfaat dalam follow-up penatalaksanaan pasien. Bilamana depresi terjadi
sekunder pada demensia maka fungsi kognitif pasien tidak akan membaik ketika
depresi menghilang, bahkan deteriorasi kognitif akan berlanjut terus. Perbaikan
pada skor AMT atau MMSE setelah dilakukan terapi terhadap depresi
menunjukkan bahwa pasien dengan depresi mengalami problem konsentrasi dan
memori yang mempengaruhi fungsi kognitifnya.
d. Pemeriksaan status mental
• Penampilan dan perilaku
• Mood/suasana perasaan
• Pembicaraan
• Isi pikiran
• Anxietas
• Gejala hipokondriakal
e. Pemeriksaan lainnya
Mengingat pasien usia lanjut rentan terhadap gangguan metabolisme sekunder
akibat penyakit depresi yang berat, seperti tidak adekuatnya intake cairan, maka
perlu dipertimbangkan pemeriksaan sebagai berikut
- Ureum dan elektrolit
- Darah lengkap dan hitung jenis - B 12 dan folic acid