PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT HOG CHOLERA PADA BABI DI PROVINSI PAPUA BARAT Oleh: Deka Permana Putera, SKH B94144105 Kelompok B2 PPDH Angkatan 1 2014/2015 Di bawah Bimbigan Drh. Ardilasunu Wicaksono, MSi LABORATORIUM EPIDEMIOLOGI DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT HEWAN DAN KESMAVET PENDIDIKAN PROFESI KEDOKTERAN HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT HOG CHOLERA PADA BABI DI PROVINSI PAPUA BARAT
Oleh:
Deka Permana Putera, SKHB94144105
Kelompok B2 PPDH Angkatan 1 2014/2015
Di bawah Bimbigan Drh. Ardilasunu Wicaksono, MSi
LABORATORIUM EPIDEMIOLOGIDEPARTEMEN ILMU PENYAKIT HEWAN DAN KESMAVET
PENDIDIKAN PROFESI KEDOKTERAN HEWANFAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR
2015
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Classical Swine Fever (CSF) atau yang dikenal dengan nama Hog cholera (HC) merupakan salah satu penyakit menular yang secara ekonomi paling penting pada babi di dunia. Virus HC termasuk genus Pestivirus, berbentuk bundar dengan diameter berkisar antara 40-50 nm, mempunyai nucleocapsid berbentuk hexagonal berukuran sekitar 29 nm, dan mengandung material genetik RNA berbentuk single stranded dan polarity positip (Horzinek 1981). Virus ini secara antigenik berkerabat dengan Bovine Viral Diarrhea Virus (BVDV), yang menyebabkan timbulnya penyakit BVD pada sapi serta Border Disease Virus (BDV) pada domba (OIE 2008).
Hog cholera dikenal sebagai penyakit yang paling merugikan pada babi sehingga sangat ditakuti terutama oleh peternak babi karena angka morbiditas dan mortalitasnya sangat tinggi yaitu 95–100 %. Berdasarkan klasifikasi OIE Clasical Swine Fever (CSF) / Hog Cholera termasuk daftar list A (Artois et al. 2002). Hog cholera dapat di temukan di berbagai bagian dunia seperti di negara-negara Afrika Timur, Afrika Tengah, Cina, Asia Timur, Asia Selatan, Asia Tenggara, Mexico dan Amerika Selatan. Wabah Hog cholera terjadi di Prancis pada tahun 1822 sedangkan di Jerman terjadi pada tahun 1833 kemudian penyakit ini menyebar ke Inggris dan Eropa tahun 1862. Kasus Hog cholera di kota Luxembourg terjadi pada bulan Oktober 2001 hingga Maret 2002 (Edward et al. 2000). Kejadian di Indonesia wabah Hog cholera pertama kali terjadi di Sumatera pada bulan januari 1995. Penyakit Hog cholera pertama kali masuk ke Papua di Kabupaten Timika pada tanggal 25 Juni 2004 menyebabkan kematian ternak babi lokal sebanyak 9.000 ekor, yang kemudian berturut-turut menyebar ke Kabupaten/Kota Sorong pada tanggal 26 Agustus 2005 dengan jumlah kematian babi di perkirakan sebanyak 3.000 ekor, selanjutnya Kabupaten/Kota Jayapura terjadi pada 23 Januari 2006 dengan kematian babi sebanyak 9.500 ekor, Kabupaten Puncak Jaya pada 14 April 2006 dan Kabupaten Jayawijaya pada 5 Mei 2006 dengan jumlah kematian ternak babi di perkirakan di atas 2.000 ekor (Utami 2009).
Gambar 1 Peta penyebaran Hog Cholera (HC) di Pulau Irian. Panah kuning menunjukkan awal perpindahan penyakit HC dari kabupaten Timika ke
3
kabupaten lain. Daratan dengan warna merah merupakan daerah tempat terjadinya wabah HC, sedangkan daratan dengan warna krem merupakan daerah yang belum tertular HC.
Hog cholera merupakan peyakit zoonotik. Virus hog cholera tahan berada dalam daging segar, dan produk daging lainnya dalam bentuk infektif untuk jangka waktu 8 bulan hingga 4 tahun, dengan demikian daging atau produk daging lainnya dapat digunakan virus sebagai salah satu media dalam penyebarannya (Liess et al. 1992).
Secara ekonomi Hog cholera merupakan penyakit menular terpenting pada babi di seluruh dunia. Apabila penyakit ini ada dalam suatu peternakan maka akan timbul kerugian ekonomi yang tinggi karena program pengendalian penyakit melalui program imunisasi dan pemusnahan memerlukan biaya yang besar. Pengendalian wabah hog cholera membutuhkan biaya sampai 2.3 miliyar USD (CFSPH 2007).
Berbagai bentuk pengendalian penyakit hog cholera telah dilakukan oleh berbagai negara didunia dengan berusaha membentuk peraturan-peraturan yang berlaku global. Negara yang bebas hog cholera tidak boleh mengimpor babi, daging babi, maupun bahan yang berasal dari babi, yang berasal dari negara atau daerah tertular hog cholera. Program vaksinasi masal secara rutin telah di lakukan di perusahaan peternakan babi dan peternakan babi rakyat. Vaksin yang di gunakan berupa vaksin galur C (China), atau vaksin galur Japanese GPE dan French Triverval.
Sejak masuknya penyakit hog cholera ke Papua Barat pada tahun 2004 dan kemudian menyebar ke berbagai kabupaten lainnya, telah dilakukan langkah penanganan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat melalui Dinas Peternakan provinsi maupun kabupaten. Tindakan yang di lakukan mengacu pada Pedoman Teknis Pemberantasan dan Pengendalian Penyakit Classical Swine Fever (Hog Cholera) Tahun 1988 yang di keluarkan oleh Direktorat Kesehatan Hewan Jakarta. Tindakan tersebut meliputi: a). Menutup wilayah tertular dengan surat keputusan Bupati. b). Mengisolasi ternak yang sakit. c). Memusnahkan ternak mati. d). Melakukan vaksinasi dengan vaksin hog cholera e). Public awareness (penyuluhan kepada masyarakat). Namun tindakan-tindakan di atas belum sepenuhnya dapat mengatasi laju peningkatan angka morbiditas maupun mortalitas ternak babi.
Tujuan
Tujuan dari kegiatan program pengendalian penyakit ini yaitu untuk menurunkan prevalensi dan menentukan program pengendalian yang tepat untuk penyakit Hog Cholera pada babi di provinsi Papua Barat, sehingga dapat menekan dampak ekonomi yang akan terjadi.
4
SIFAT ALAMIAH PENYAKIT
Riwayat Alamiah Penyakit
Tingkat kerentananSemua jenis atau ras babi rentan terhadap Hog cholera. Pada babi peliharaan
hampir 50% kasus ini terjadi pada babi penggemukan, 15% babi pembibitan dan lebih dari 20% kelompok babi campuran. Telah dilaporkan pula bahwa faktor keturunan tampaknya berpengaruh terhadap tingkat infeksi virus Hog cholera.
Babi dari semua umur rentan terhadap Hog cholera. Anak-anak babi yang berumur 4-5 minggu dan berasal dari induk yang sebelumnya pernah divaksinasi dengan virus ganas ternyata relatif lebih kebal dibandingkan dengan anak-anak babi yang lahir dari induk yang telah divaksinasi dengan virus vaksin yang telah dilemahkan. Hal ini kemungkinan kerena antibodi maternal dari anak babi setelah umur tersebut sangat rendah dan tidak cukup untuk melindungi dari infeksi virus HC ganas berikutnya. Babi landrace kelompok umur kurang dari 2 bulan yang terserang virus HC menunjukkan prevalensi yang sangat lebih tinggi (88,2%) dibandingkan kelompok umur 2-5 bulan dan lebih dari 8 bulan (Santhia, 2009).
Tahap SubklinisTahap subklinis biasanya tidak menujukan gejala yang nyata, biasanya babi
masih terlihat sehat. Masa inkubasi HC biasanya berkisar antara 2-6 hari. Masa inkubasi hog cholera akut hingga muncul gejala klinis 2-4 hari, sebaliknya gejala hog cholera kronis umumnya sama dengan hog cholera akut namun bersifat lebih lemah dan terjadi dalam waktu inkubasi yang lebih lama mencapai 2-4 minggu bahkan hitungan bulan (OIE 2008).
Tahap KlinisBerdasarkan gejala klinis yang muncul, hog cholera dibagi menjadi 2
bentuk yaitu akut dan kronis. Infeksi hog cholera akut umumnya menyebabkan mortalitas dan morbiditas kasus tinggi. Gejala klinis hog cholera akut yaitu demam (39.5-42.0 °C), hiperemi atau cyanosis pada ekstremitas, terutama daerah telinga dan hidung, kehilangan nafsu makan, konvulsi sehingga tidak ada keinginan untuk berdiri, inkoordinasi ektremitas, kesusahan dalam bernafas dan batuk, disentri atau diare, konjunctivitis, discharge hidung, muntah, aborsi, mumifikasi, keabnormalan fetus, leukopenia parah, dengan masa inkubasi 2-4 hari. Case fatality rate dapat mencapai 100% dan babi biasanya mati dalam selang hari ke-10 hingga 20 (AHA 2012). Sedangkan, gejala klinis hog cholera kronis yaitu umumnya hampir sama dengan gejala akut, namun lebih ringan dan terjadi dalam periode yang lebih lama (2-4 minggu). Demam (>40.4 °C) yang terjadi secara tidak teratur, pneumoni (batuk, nafas berat), kehilangan nafsu makan, diare, alopecia dan dermatitis, kematian akibat infeksi sekunder, dan tingkat kematian lebih rendah dibandingkan hog cholera akut (AHA 2012).
Tahap AkhirHewan yang terinfeksi hog cholera tidak dapat sembuh namun dapat
menjadi carrier hog cholera bagi babi lainnya. Tingkat kematian berbeda pada
5
hog cholera yang bersifat akut dan kronis. Infeksi akut menyebabkan tingkat kematian tinggi hingga mencapai 100%, sebaliknya infeksi kronis dapat menyebabkan kematian dengan nilai lebih rendah dibandingkan infeksi akut.
Mata Rantai Infeksi
Agen Virus Hog cholera termasuk ke dalam famili Flaviviridae, Genus
Pestivirus. Virus ini sangat infektif dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi dan menyerang alat pernafasan dan pencernaan. Virus HC berbentuk bulat dengan diameter berkisar antara 40-50 nm, mempunyai nucleocapsid berbentuk hexagonal berukuran sekitar 29 nm, dan mengandung material genetik RNA berbentuk single stranded dan polarity positif (Tarigan et al. 1997).
Virus hog cholera termasuk virus yang resisten terhadap lingkungan yang buruk. Akan tetapi viabilitasnya sangat tergantung pada media dimana virus tersebut berada (Tarigan et al. 1997). Menurut OIE (2009), Virus ini akan inaktif pada suhu pemanasan 65.5°C selama 30 menit atau pada suhu 71°C selama satu menit. Virus ini dapat bertahan selama beberapa bulan pada daging yang di simpan di lemari pendingin, atau selama bertahun-tahun pada daging beku. Virus juga stabil dalam kisaran pH yang panjang, antara pH 4–11 atau pada pH 5-10. Virus ini dengan cepat akan inaktif pada pH <3.0 atau pH >11.0. Karena selubungnya mengandung lipid, virus sangat rentan terhadap pelarut lemak seperti ether, chloroform dan ß-propiolactone (0.4%), serta detergent seperti desoxycholate, nonidet P40 dan saponin (OIE 2009).
SumberAgen penyakit dapat ditemukan di darah, sekresi, dan ekskresi
(discharge oronasal dan lakrimal, urin, feses, dan semen) serta jaringan dari hewan sakit atau hewan mati, termasuk daging. Virus juga menetap di dalam anak babi yang terinfeksi secara kongenital selama 6-12 bulan (OIE 2009). Virus ini juga dapat masuk ke suatu peternakan bersamaan dengan masuknya hewan muda yang secara klinis tampak sehat, namun sesungguhnya sedang dalam stadium inkubasi penyakit atau bersama babi bunting yang terinfeksi penyakit hog cholera.
Cara KeluarMenurut OIE (2011), virus akan keluar bersama dengan saliva, sekresi
nasal, urin, dan feses yang keluar dari dari babi terinfeksi. Babi yang sembuh, akan tetapi belum membentuk antibodi protektif cukup, masih akan menjadi sumber penyakit bagi hewan lain. Virus juga berada pada daging babi dan produk olahan daging babi yang terinfeksi hog cholera.
Cara TransmisiCara penularan bisa dengan kontak langsung (sekresi, ekskresi, semen,
dan darah) ataupun tidak langsung (kandang, peralatan kandang, pakaian, dan kendaraan kandang). Namun, penularan yang paling sering terjadi adalah melalui kontak langsung dengan hewan penderita (OIE 2011). Penularan juga bisa terjadi
6
secara horizontal ataupun vertikal, yakni dari induk kepada fetus yang dikandung (Tarigan et al. 1997)
Babi yang sakit akan menyebarkan virus terutama melalui sekresi oronasal dan lakrimal (Tarigan et al. 1997). Penularan juga bisa terjadi apabila babi diberi makan dengan sisa dapur yang mengandung daging babi tercemar virus hog cholera tanpa dimasak terlebih dahulu.
Cara MasukVirus menular dari ternak yang satu ke ternak yang lainnya dengan cara
masuk ke dalam tubuh babi melalui rute oronasal. Babi akan terinfeksi hog cholera apabila memakan daging babi atau produk olahan asal daging babi yang terinfeksi oleh virus hog cholera. Fetus dari babi yang sedang bunting juga dapat terinfeksi di dalam uterus induk babi dan virus akan menetap di dalam fetus tersebut selama beberapa bulan lamanya (OIE 2011). Kondisi ini menyebabkan embrio atau janin yang dilahirkan akan mati, lemah atau cacat. Sedangkan fetus yang dilahirkan dengan sehat akan bertindak sebagai sumber penularan selama berbulan-bulan, sampai babi itu sendiri menjadi sakit.
Inang RentanSatu-satunya hewan yang rentan terinfeksi penyakit ini adalahbabi yang di
pelihara dengan cara masih secara sederhana, seperti diberi makan dengan sisa dapur yang mengandung produk daging babi (Tariganet al. 1997). Babi hutan juga merupakan hewan yang rentan terinfeksi oleh virus hog cholera (OIE 2009).
Determinan Penyakit
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian suatu penyakit disebut sebagai determinan penyakit. Faktor tersebut meliputi determinan primer, sekunder, intrinsik, ekstrinsik, dan determinan yang berhubungan dengan host, agen serta lingkungan. Determinan faktor resiko penyakit hog cholera dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Determinan penyakit hog cholera
Determinan Primer Determinan Sekunder
Determinan Intrinsik
Determinan Ekstrinsik Determinan Intrinsik
Determinan EkstrinsikUnsur hidup Unsur tidak hidup
Kekebalan inang
Virulensi strain virus
Feses Umur babi Manajemen pemeliharaan
Genetik persisten (carier-sow syndrome)
Pakan Stress Keberadaan stressor
Peralatan kandang (fomit)
Nutrisi Biosecurity
Lingkungan kandang
Status imun populasi
Iklim
7
PENYUSUNAN RENCANA SURVEI
Tujuan
Tujuan dari penyusunan rencana survei ini adalah untuk memperoleh informasi tentang status prevalensi hog cholera dan mengidentifikasi faktor risiko (determinan) yang mempengaruhi kejadian hog cholera di Provinsi Papua barat
Jenis Data yang Dikumpulkan
Jenis data yang dibutuhkan yaitu data prevalensi dan data faktor risiko. Data prevalensi diperoleh dari pemeriksaan gejala klinis (babi hidup) dan patologis (babi mati) yang dikonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium deteksi virus Hog Cholera dapat dilakukan dengan menggunakan Enzym-Linked-Imunno-Assay (ELISA).
Data faktor risiko (determinan) penyebaran virus Hog Cholera dilakukan dengan melakukan wawancara kuesioner terhadap peternak dengan menganalisa faktor yang mendukung kejadian penyakit Hog Cholera meliputi keadaan umum peternak, manajemen pemeliharaan, manajemen biosekuriti, riwayat penyakit hewan, manajemen dan performa reproduksi, manajemen lalu lintas ternak, dan pengetahuan dan persepsi peternak tehadap penyakit Hog Cholera.
Populasi Target
Gambar 1 Peta Provinsi Papua Barat
Populasi target adalah populasi babi di Provinsi Paupa Barat (Gambar 1). Populasi babi pada tahun 2013 berjumlah 53 440 ekor (Badan Pusat Statistik 2013) dan tersebar di Kabupaten Fakfak, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Teluk
8
Wondama, Kabupaten Bintuni, Kabupaten, Manokwari, Kabupaten Sorong, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Tambrauw, Kabupaten Maybrat, dan Kota Sorong. Sebaran populasi ternak babi kabupaten-kabupaten tersebut tecantum di tabel 2.
Tabel 2 Data populasi ternak sapi potong di Provinsi Papua Barat tahun 2013
No Kabupaten/Kota Populasi Babi
1 Fakfak 1512 Kaimana 3493 Teluk Wondama 6624 Teluk Bintuni 2 6985 Manokwari 34 9836 Sorong Selatan 707 Sorong 1 1648 Raja Ampat 4179 Tambrauw 45210 Maybrat 7 47811 Kota Sorog 4 326Tota
l53 440
Metode Survei
Pemilihan Sampel, dan Besar Sampel Teknik pengambilan contoh dilakukan dengan menggunakan metode
penarikan contoh acak bergerombol (Cluster Random Sampling). Tahapan pertama yaitu menentukan kota/kabupaten yang akan diambil sampel dengan cara menentukan interval terlebih dahulu. Jumlah contoh yang diambil di setiap kota/kabupaten dihitung menggunakan metode Probability Proportion to Size (PPS). Hal ini dikarenakan sebaran populasi pada tiap kota/kabupaten berbeda, sehingga diasumsikan setiap kecamatan memiliki kesempatan yang sama.
Penarikan contoh menggunakan PPS, membutuhkan data populasi kumulatif dari babi di 11 kota/kabupaten yang terdapat di Provinsi Papua Barat. Perbedaan jumlah populasi daerah tujuan pengambilan sampel menyebabkan perbedaan jumlah sampel yang diambil. Jumlah sampel minimal yang diambil dihitung menggunakan aplikasi Winepi Online. Hasil perhitungan menggunakan alat bantu Winepi Oline tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. Asumsi yang digunakan yaitu: tingkat kepercayaan 95%, tingkat kesalahan 5%, prevalensi 50%.
9
Gambar 3 Hasil perhitungan jumlah sampel minimal menggunakan Winepi Online
Perhitungan Sampling Interval (k)Setelah itu, dilakukan perhitungan sampling interval (k) untuk mendapatkan
selang populasi sapi. Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel dengan teknik acak gerombol (random) pertama menggunakan sampel acak Ms. Excel. Pengambilan acak gerombol berikutnya dilakukan dengan menambahkan hasil sampling interval (k) ke dalam hasil random populasi kumulatif sapi potong.
Sampling Interval (k)=ukuran populasi total
ukurancontoh yang diinginkan
Sampling interval (k) = 53440
5 = 10 688
Hasil penghitungan sampling interval sebesar 10 688. Setelah itu dilakukan pengambilan acak gerombol pertama berdasarkan populasi kumulatif ternak sapi potong dari 1-10 688. Untuk menentukan patokan angka pertama yang digunakan dalam pemilihan data menggunakan Ms. Excel. Penggunaan software ini dilakukan agar pemilihan angka terjadi secara acak. Rincian angka terpilih dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Rincian jumlah pengambilan sampel setiap kota/kabupaten terpilih
No Kabupaten/kota Populasi kumuatif Angka Terpilih1 Fakfak 1512 Kaimana 5003 Teluk Wondama 1 1624 Teluk Bintuni 3 860 3 3665 Manokwari 38 843 14 054; 17 420; 31 4746 Sorong Selatan 39 6037 Sorong 40 7678 Raja Ampat 41 1849 Tambrauw 41 63610 Maybrat 49 114 48 89411 Kota Sorong 53 440
Hasil perhitungan menunjukkan ukuran contoh yang diambil adalah 382 sampel. Pengambilan sampel menggunakan tiga tahap pengambilan acak. Oleh karena itu, jumlah sampel minimal survei 382 x 3 =1 146 sampel. Jumlah sampel yang diambil dari setiap kota/kabupaten disesuaikan dengan banyak angka terpilih pada proses pengambilan sampel. Sampel yang diambil dari setiap kota/kabupaten dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Rincian jumlah pengambilan sampel setiap kota/kabupaten terpilih
No Kabupaten/KotaKemunculan
Angka TerpilihPerhitungan
Jumlah SampelJumlah Sampel
1 Fakfak
2 Kaimana
3 Teluk Wondama
4 Teluk Bintuni 1 = 15
x 1 146 = 229.2 229
5 Manokwari 3 = 35
x 1 146 = 687.6 688
6 Sorong Selatan
7 Sorong
8 Raja Ampat
9 Tambrauw
10 Maybrat 1 = 15
x 1 146= 229.2 229
11 Kota Sorong
Jumlah Sampel Diambil 1 146
Keterangan: Kabupaten yang disampling
Setelah mengetahui kota/kabupaten apa saja yang terpilih untuk selanjutnya diambil sampel. Selanjutnya mencari jumlah kecamatan dari masing-masing kota/kabupaten tersebut. Jumlah kecamatan setiap kota/kabupaten terpilih di Provinsi Papua Barat dapat dilihat pada Tabel 5.
11
Kemudian dilakukan pemilihan kecamatan dari setiap kota/kabupaten terpilih. Metode pemilihan kecamatan dilakukan dengan metode Probability Proportional to Size seperti pada pemilihan kabupaten pada tahap sebelumnya. Populasi kumulatif dan angka terpilih disajikan pada Tabel 6, Tabel 7, dan Tabel 8.
Tabel 5 Jumlah kecamatan di setiap kabupaten di Provinsi Papua Barat
Tabel 7 Perkiraan jumlah populasi babi setiap kecamatan di Kabupaten Manokwari
No KecamatanJumlah Populasi
babiPopulasi Kumulatif
babiAngka
Terpilih
1 Warmane 1000 200
2 Testego 5000 5200 1 437
3 Tanah Rubuh 400 5600
4 Targe 6 000 11 600
5 Sidey 500 12 100
6 Sururey 2 000 14 100 13 098
7 Prari 1 000 15 100 14 535
8 Neney 6 000 21 100
9 Membey 4 000 25 100
10 Masni 3 500 28 600
11 Manokwari Utara 4 000 32 600
12 Manokwari Barat 2 383 34 983
Total 34 983
Keterangan: Interval (k) = 11 661
12
Tabel 8 Perkiraan Jumlah babi Setiap Kecamatan di Kabupaten Maybrat
No KecamatanJumlah Populasi
babiPopulasi Kumulatif
babiAngka
Terpilih1 Aifat 400 400
2 Aifat Timur 2 500 2 900 902
3 Aitinyo 800 3 700 3 395
4 Ayararu 2 000 5 700 4 297
5 Ayararu Utara 300 6 000
6 Mare 1 478 7 478
Total 7 478Keterangan: Interval (k) = 2 493
Hasil pemilihan sampel menunjukkan kecamatan yang digunakan sebagai tempat pengambilan sampel di Kabupaten Teluk Bintuni adalah Kecamatan Manimeri, Kecamatan Datran Baimes, dan Kecamatan Tuhiba. Sampling di Kabupaten Manokwari dilakukan di Kecamatan Testego, Kecamatan Sururey, dan Kecamatan Prari. Di Kabupaten Maybrat dilakukan di Kecamatan Aifat Timur, Kecamatan Itinyo, dan kecamatan Ayararu. Jumlah pengambilan sampel berbeda di setiap kecamatan. Data jumlah pengambilan sampel di setiap kecamatan disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Jumlah Pegambilan Sampel di Setiap Kecamatan Terpilih
No KecamatanKemunculan
Angka TerpilihPerhitungan
Jumlah SampelJumlah Sampel
Kabupaten Teluk Bintuni
1 Manimeri 1 = 13
x 229 = 76 76
2 Dataran Baimes 1 = 13
x 229 = 76 76
3 Tuhiba 1 = 13
x 229 = 76 76
Kabupaten Manokwari
1 Testego 1 = 13
x 688 = 229 229
2 Sururey 1 = 13
x 688 = 229 229
3 Prari 1 = 13
x 688 = 229 229
Kabupaten Maybrat
1 Aifat Timur 1 = 13
x 229 = 76 76
13
2 Aitinyo 1 = 13
x 229 = 76 76
3 Ayararu 1 = 13
x 229 = 76 76
Jumlah Sampel diambil 1 146
Tahap selanjutnya adalah pemilihan peternakan yang akan dijadikan tempat sampling dari sejumlah peternakan yang ada di kecamatan terpilih. Pemilihan peternakan dilakukan secara acak sistematis. Langkah awal dengan mengurutkan peternakan. Nomor peternakan yang diambil dari setiap kecamatan disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10 Rincian peternakan tempat pengambilan sampel di kecamatan terpilih
Uji DiagnostikPengamatan dan pengukuran dikumpulkan melalui kunjungan lapang ke
peternakan serta wawancara dengan peternak yang disertai dengan pengisian kuesioner. Pengambilan darah dilakukan pada sejumlah babi di tiap peternakan (Tabel 3). Serum darah yang dikoleksi akan diuji dengan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) dengan mendeteksi protein antigen E2 pada virus hog cholera. Uji menggunakan Blocking ELISA memiliki nilai sensitivitas 97.5% dan spesifisitas 99.5% (Zupancicet et al. 2002). Keuntungan lain dari metode ini adalah kemampuan diagnosis dan screening penyakit menular dengan cepat. Kemampuan deteksi cepat ini memungkinkan pengambilan keputusan serta kontrol infeksi dapat lebih cepat dilakukan. Dengan demikian, penyebaran penyakit dapat ditekan seminimal mungkin.
Darah dikoleksi dengan menggunakan syringe 3 ml, lalu dimasukkan ke dalam tabung penyimpanan dengan anti-koagulan heparin atau ethylen diamine tetra-acetil acid (EDTA). Tabung EDTA disimpan dalam cooling box dan segera dikirim ke laboratorium referensi untuk diuji terhadap protein E2 pada virus hog cholera dengan metode ELISA.
KuesionerKuesioner (terlampir) diisi di peternakan oleh petugas survey (enumerator)
yang menjadi target penarikan contoh dengan cara melakukan wawancara dengan responden yaitu peternak babi.
Manajemen DataKuesioner yang telah diisi diperiksa ulang oleh supervisor. lalu dilakukan
input data oleh tim pengolah data. Hasil pemeriksaan laboratoris sesegera mungkin dilaporkan dalam bentuk tertulis, diberikan kepada tim pengolah data, lalu dilakukan input data. Setelah semua data didapatkan, data diolah dengan menggunakan program analisis data.
Analisis StatistikAnalisis statistik dilakukan menggunakan software Win Episcope 2.0 dan
SPSS. Hasil pengolahan data dari kuesioner berupa penghitungan Odds Ratio (OR) dan Relative Risk (RR) yang digunakan untuk menentukan faktor resiko. Hasil pengolahan uji diagnostik sampel darah digunakan untuk menentukan prevalensi hog cholera di Kota Kupang.
19
Aspek Keorganisasian
Personil yang dibutuhkan dari survei ini terdiri atas: Supervisor : 3 orang Dokter hewan : 6 orang Paramedis : 6 orang Enumerator : 3 orang Pengolah data : 1 orang Administrasi : 1 orang Bendahara : 1 orang Logistik : 3 orang Transportasi : 3 orang
TOTAL : 27 orang
Pelatihan-pelatihan yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan personil petugas survei adalah: Pelatihan pengambilan darah untuk paramedis Pelatihan pengisian form kuesioner untuk enumerator Pelatihan pengolahan data untuk pengolah data Pelatihan sosialisasi untuk dokter hewan dan paramedis
Aspek Logistik
Aspek logistik yang dibutuhkan antara lain: alat tulis kantor (ATK), 790 eksemplar lembar kuesioner, kertas label, double tip, tissue, 790 buah tabung EDTA, 790 buah syringe 3 ml, 790 buah needle, alkhohol 70%, masker, sarung tangan, 2 buah cooling box, ice pack, wearpack, sepatu boot. Laptop dengan Software WinsScope 2.0 dan SPSS, printer, tinta printer, kertas HVS, ATK.
Waktu Pelaksanaan
Kegiatan survei akan dilaksanakan selama 20 hari kerja, dimulai pada tanggal 6 April-1 Mei 2015. Kegiatan dibagi menjadi 3 kegiatan yaitu pre-survei yang terdiri dari rapat rutin, persiapan kuesioner, pelatihan petugas survei, pelatihan petugas pengambilan sampel. Kegiatan survei dilakukan berupa pelaksanaan survei, pengambilan sampel, pengiriman sampel, uji laboratorium, pemasukan data. Pasca-survei dilakukan analisis dan interpretasi hasil. Kegiatan secara lengkap dapat terdapat pada Lampiran 2.
Biaya Pelaksanaan
Anggaran biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan surveilans sebesar Rp. 191 599 000 pada tahun pertama. Anggaran biaya pelaksanaan survei selengkapnya pada Lampiran 3.
20
PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT
Penyusunan Program Pengendalian
Pegendalian Hog cholera pada babi yang terjadi di Provinsi Papua Barat dapat dilakukan dengan cara pencegahan (prevention), pengendalian (control) dan pemberantasan (eradication) sebagai berikut. Perogram pengandalian bertujuan untuk mengurangi atau meurunkan frekuensi terjadinya penyakit dalam suatu populasi:
Tabel 11 Faktor risiko yang mempengaruhi kejadian hog cholera di kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur
Tindakan Intervensi Strategi Kegiatan
Pencegahan Modifikasi sistem pertahan tubuh
Vaksinasi Program vaksinansi pada peternak, dilakukan satu tahun sekal
Penurunan kontak
Kontrol lalu lintas
Memantau babi yang masuk dan keluar dari kota Kupang, apakah berasal dari daerah endemik Hog Cholera atau tidak. Kegiatan ini dilakukan melalui check point. Dilakukan setiap hari dan atau saat hewan baru memasuki kawasan PBarat
Karantina Melakukan karantina (isolasi) terhadap hewan yang berasal dari wilayah endemik, hewan sehat memiliki potensi tertular, atau hewan terinfeksi.
Sanitasi Lingkungan
Desinfeksi kandang
Melakukan desinfeksi kandang secara berkala pada peternakan-peternakan. Dilakukan 3 mingu sekali
Peningkatan kesadaran masyarakat dan edukasi
Penyuluhan Penyuluhan pada masyarakt mengenai Good Farming Practices, sanitasi dan penyakit Hog Cholera. Dilakukan 3 bulan sekali
Pengendalian Penurunan kontak
Isolasi hewan sakit
Memisahkan antara hewan yang terinfeksi dan sehat
Deteksi dini Surveilans Melakukan uji daignostik pada hewan dan diperlukan pelaporan aktif dari masyarakat. Dilakukan setiap 2 bulan sekali
Pemberantasa Slaughter Depopulasi Hewan yang terbukti secara
21
n terbatas serologis terserang hog cholera dan semua babi yang kontak di peternakan akan dimusnahkan
Penyusunan Biaya dan Manfaat Pengendalian Penyakit (Analisis Ekonomi)
Data mengenai total populasi, pertumbuhan populasi, penurunan prevalensi, angka morbiditas dan mortalitas disajikan pada Tabel 8.
Tabel 12 Dinamika populasi, penurunan prevalensi penyakit, angka morbiditas dan mortalitas selama 5 tahun berjalannya program pengendalian
Tahun ke-
Total populasi (ekor)
Kelahiran populasi (%)
Prevalensi penyakit
(%)
Jumlah morbiditas
(ekor)
Jumlah mortalitas
(ekor)
Jumlah ternak yang diselamatkan akibat penerapan program (ekor)
Kelayakan Program secara EkonomiKelayakan program diukur berdasarkan tiga parameter ekonomi, yaitu net
present value (NPV), benefit/cost ratio (BCR) dan internal rate of return (IRR). Pada analisis biaya dan manfaat program pengendalian (terlampir), tingkat suku bunga yang digunakan adalah 12%. Untuk penyusunan biaya dan manfaat pengendalian secara ekonomi digunakan asumsi-asumsi sebagai berikut :
1. Populasi ternak babi di Provinsi Papua Barat sebesar 53 440 ekor 2. Prevalensi Hog cholera 50%, setelah pengendalian prevalensi turun setiap
tahunya menjadi 45, 40%, 35%, dan 32%. 3. Tingkat kelahiran babi 2%, setelah dilakukan pengendalian meningkat
menjadi 5%, 7%, dan 8%, 4. Mortalitas akibat CSF 100%, setelah dilakukan pengendalian mortalitas
menurun menjadi 90%, 80%, dan 70%. 5. Harga babi dewasa Rp 3 000 000,- dan babi anak Rp 400 000,-
Analisis biaya dan manfaat menghasilkan nilai NPV, BCR dan IRR sebagai berikut.
NPV =Present value benefit – present value cost¿21 428 930 242−20 484 886 557
¿944 043685
22
Suatu proyek dapat diterima apabila PVB > PVC atau dengan kata lain NPV bernilai positif. NPV memberikan gambaran tentang jumlah keuntungan yang diperoleh dari proyek dalam ukuran nilai sekarang. NVP telah memenuhi syarat kelayakan program pengendalian.
BCR= PVBPVC
=21 428 930 24220 484 886 557
¿1,05
Suatu proyek dapat diterima apabila benefit/cost ratio lebih besar dari 1. BCR merupakan kriteria yang sangat berguna dalam menentukan urutan prioritas proyek. Pada proyek ini, setiap 1 rupiah yang dikeluarkan untuk program pengendalian akan menghasilkan manfaat sebesar 1,05 rupiah. Hal ini menandakan bahwa proyek ini dapat memberi keuntungan bila dilakukan.
Nilai IRR ditentukan berdasarkan discount rate (DR) yang membuat NPV bernilai 0. IRR berkisar di antara 68 dan 69%. Nilai IRR ditentukan dengan rumus berikut.
IRR=DRrendah+( DRtinggi – DR rendah )× NPV saat DR rendah|NPV saat DRrendah|+|NPV saat DRtinggi|
IRR=19+(20−19 ) ×1306 708 414
|9 337 202|+|−99 771 517|
IRR=19.08 %
IRR merupakan kriteria yang lebih disukai dibandingkan kriteria lain, karena menggambarkan persentase tingkat pengembalian yang diperoleh (rate of return). Nilai IRR dari proyek ini yaitu 18,96%. Nilai IRR lebih tinggi dari nilai discount rate (12%), sehingga proyek ini memenuhi syarat dan dapat diterima. Interpretasi nilai IRR yang lebih besar dari discount rate menunjukan bahwa program pengendalian dapat mengembalikan nilai ekonomi dana yang diinvestasikan untuk program pengendalian.
DAFTAR PUSTAKA
Artois M, Depner KR, Guberti V, Hars J, Rossi S, Rutili D. 2002. Classical swine fever (hog cholera) in wild boar in Europe. Rev Sci Tech Off int Epiz 21(2): 287-303.
[CFSPH] The Center for Food Security and Public Health. 2007. Classical Swine Fever. http://www.cfsph.iastate.edu/Factsheets/ pdfs/ classical_ swine _fever.pdf [13 Februari 2015].
23
Cicilia S. 2006. Penyidikan penyakit babi di Karanganyar tahun 2006. Bul Lab Vet 6( 4): 1-5.
Fenner FJ, Gibbs EPJ, Murphy FA, Rott R, Studdert MJ, White DO. 1993. Veterinary Virology. 2nd Ed. San Diego, California (US): Academic Pr.
Horzinek. 1981. Non-Arthropod-Borne Toga-viruses. New work (US): Academic Pr.
[OIE] Office International des Epizooties World Organization. 2009. Classical swine fever (hog cholera) http://www.oie.int/fileadmin/ Home/eng/Animal_Health_in_the_World/docs/pdf/CLASSICAL_SWINE_FEVER_FINAL.pdf [13 April 2015].
[OIE] Office International des Epizooties World Organization. 2011. Classicalswinefever.http://www.oie.int/fileadmin/Home/eng/Media_Center/docs/ pdf/Disease_cards/CSF-EN.pdf [13 April 2015].
Utami S. 2009. Kajian patologi hog cholera kasus outbreak tahun 2006 di Kbupaten jayapura provinsi Papua [tesis]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Tarigan S, Bahri S, Sarosa A. 1997. Hog cholera pada babi. Wartazoa 6[1]: 23-32
SurveiPengambilan sampel dan kuesionerUji laboratoriumPemasukan data
Pasca surveyAnalisisInterpretasi hasil
LiburKegiatan
Lampiran 2 Form Kuesioner
SURVEI PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKITHog cholera
KUESIONER UNTUK PETERNAK
Nama pemilik ternakJenis kelamin [ ]Pria [ ] WanitaUmurAlamatPendidikan formal [ ]SD [ ]SMP [ ]SMA [ ]PT lainnyaPengalaman beternak [ ]<5tahun [ ]5-10 tahun [ ]>10 tahun
Manajemen pemeliharaan
1. Berapa jumlah ternak babi anda? a. 1-100 ekor b. 101-1000 ekor c. 1001-10 000 ekor d. > 10 000 ekor
2. Darimana asal ternak? a. Pembibitan sendiri b. Beli dari peternak lain di kabupaten yang sama c. Beli dari peternak lain dari kabupaten yang berbeda d. Lain-lain, sebutkan….
3. Apakah ternak anda memiliki Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH)? a. Ya. b. Tidak.
4. Apakah ada ternak lain selain babi? a. Ya, sebutkan…. b. Tidak ada.
5. Bagaimana sistem pemeliharaan ternak? a. Dilepaskan di halaman (lanjut ke no 8) b. Dikandangkan di kandang individu c. Dikandangkan di kandang kelompok d. Lain-lain, sebutkan….
6. Bagaimana bentuk dasar kandang? a. Tanah/Rumput b. Semen
26
c. Kandang panggung dari kayu d. Lain-lain, sebutkan…
7. Berapa kepadatan kandang? a. Sempit b. Sedang c. Penuh d. Lain-lain, sebutkan…
8. Apa sumber pakan ternak babi? (bisa lebih dari satu) a. Konsentrat b. Pakan sisa rumah tangga c. Pakan sisa produk pertanian d. Lain-lain, sebutkan….
9. Darimana asal produk pakan ternak babi? a. Produksi sendiri b. Beli dari toko dalam kabupaten/kota yang sama c. Beli dari toko dalam kabupaten/kota yang berbeda d. Lain-lain, sebutkan…
Manajemen dan Performa Reproduksi 10. Bagaimana teknik kawin ternak babi
a. Inseminasi buatan b. Kawin alami dengan meminjam babi jantan c. Kawin alami dengan babi jantan milik sendiri d. Kawin alami dengan babi liar
11. Jika dengan kawin alami, bagaimana anda melakukan? a. Menggunakan babi jantan dari desa yang sama b. Menggunakan babi jantan dari kecamatan yang sama c. Membawa babi betina ke babi jantan di desa yang sama d. Membawa babi betina ke babi jantang di desa yang berbeda
12. Apakah pernah kasus keguguran pada induk babi bunting? a. Ya, berapa b. Tidak
Manajemen lalu lintas ternak babi 13. Apakah dalam 12 bulan terakhir terdapat ternak babi baru?
a. Ya b. Tidak
14. Jika ya, darimana anda mendapatkannya ? a. Hadiah b. Tradisi
27
c. Beli d. Pemerintah e. Lainnya, sebutkan….
15. Apakah faktor yang membuat anda menjual ternak? a. Uang b. Babi sakit c. Babi tua d. Lainnya, sebutkan….
16. Jika ada babi sakit, apakah yang anda lakukan? a. Tidak ada b. Memberitahukan kepala desa c. Kontak dinas setempat d. Mengobati sendiri e. Lainnya, sebutkan….
Pengetahuan dan Persepsi Peternak 17. Menurut anda, sebagian ternak anda bagaimana ?
a. Kurus b. Tidak kurus dan tidak gemuk c. Gemuk
18. Apakah anda pernah mendengar Hog Cholera? a. Ya b. Tidak
19. Jika ya, darimana anda tahu? a. Teman b. Petugas dinas c. TV, koran, radio d. Dokter hewan/paramedis veteriner e. Lainnya, sebutkan…
20. Pernahkan anda mevaksin hog cholera ternak Anda? a. Ya (lanjut ke 34) b. Tidak
21. Jika tidak, menurut anda kenapa tidak menvaksin? a. Berbahaya b. Tidak percaya vaksinasi c. Babi terlalu muda d. Lebih memilih menggunakan obat alami e. Lainnya, sebutkan…
28
22. Jika ya, kenapa anda menvaksin? a. Dokter hewan datang dan vaksinasi babi b. Petugas dinas datang dan vaksinasi babi c. Saya ingin babi saya sehat d. Saya mendengar vaksinasi baik bagi babi e. Lainnya, sebutkan….
23. Kapan terakhir kali vaksinasi hog cholera? …../……/……
24. Seberapa rutin anda vaksinasi babi? a. Sekali saja b. Setiap tahun c. Ketika ada penyuluhan d. Lainnya, sebutkan…..
Manajemen Biosekuriti
25. Bagaimana manajemen pemeliharaan ternak yang Anda terapkan? a. Ditempatkan dalam kandang berpagar b. Diliarkan c. Lain-lain, sebutkan….
26. Dari mana sumber pakan yang diberikan? a. Hasil olahan sendiri b. Membeli pakan siap pakai (lanjut ke no. 8) c. Lain-lain, sebutkan…….
27. Bahan-bahan apa saja yang Anda gunakan untuk pakan dan babi? a. Sisa-sisa makanan b. Ampas tahu c. Limbah pertanian d. Lain-lain, sebutkan.....
28. Apakah bahan-bahan tersebut dimasak terlebih dahulu? a. Ya b. Tidak
29. Jika ternak sakit ditempatkan secara terpisah, bagaimana cara penempatannya? a. Ditempatkan dalan kandang isolasi yang jaraknya berjauhan dari kandang
pemeliharaan b. Ditempakan dalam kandang yang satu tempat dengan pemeliharaan tapi
jaraknya agak berjauhan c. Hanya dipisahkan dengan sekat d. Lain-lain, sebutkan….
29
30. Berapa jarak antara kandang babi dengan pemukiman penduduk? a. < 50 m b. 50 – 100 m c. 100-200 md. d. > 200 m
31. Berapa jarak antara kandang babi dengan lahan pertanian? a. < 50 m b. 50 – 100 m c. 100-200 md. > 200 m
32. Apakah di sekitar kandang ternak banyak terdapat lalat? a. Ya b. Tidak
33. Bagaimana sistem pembuangan limbah yang diterapkan di peternakan Anda? a. Dibiarkan begitu saja b. Langsung dibuang ke tempat pembuangan limbah c. Lain-lain, sebutkan…..
34. Bagaimana kebersihan kandang babi di peternakan Anda? a. Kandang selalu dibersihkan setiap hari b. Kandang dibersihkan hanya jika terlihat kotor c. Kandang jarang dibersihkan d. Kandang tidak pernah dibersihkan
35. Apakah dilakukan pembersihan terhadap kotoran sisa pakan? a. Ya b. Tidak
36. Apakah tempat pakan dan minum dibersihkan tiap hari? a. Ya b. Tidak
37. Jika Ya, bagaimana cara anda membersihkannya? a. Kotoran dan sisa pakan dibuang saja tanpa disikat b. Digosok saja c. Digosok dan dibersihkan dengan sabun atau deterjen d. Lain-lain, sebutkan…..
38. Jika iya, bagaimana dengan kotoran dan sisa pakan? a. Dibersihkan dari kandang dan dibuang ke tempat khusus berupa lubang b. Dibersihkan dari kandang dan dibuang ke sungai c. Tidak dibersihkan d. Lainnya….
30
39. Bagaimana lalu lintas yang terjadi di kandang ternak? a. Hanya orang yang mengurus kandang yang dapat keluar masuk kandang b. Hanya keluarga atau pemilik dan pekerja yang bebas keluar masuk kandang c. Kandang bebas dikunjungi siapapun d. Kandang bebas dikunjungi siapapun, bahkan kendaraan dapat bebas keluar
masuk kandang
40. Apakah setiap orang yang ke kandang harus mencuci tangan, kaki atau alas kaki sebelum dan sesudah mengunjungi kandang?
a. Ya b. Tidak
41. Apakah dilakukan disinfeksi secara teratur pada tiap kandang? a. Ya b. Tidak
42. Jika Ya, kapan anda melakukan program disinfeksi tersebut? a. Setiap ada ternak baru yang akan masuk kedalam kandang b. Baru dilakukan jika terjadi penyakit dan mengakibatkan ternak mati c. Dilakukan secara teratur setiap 2 minggu sekali d. Lain-lain, sebutkan…..
31
Lampiran 3
ANGGARAN BIAYA SURVEI PENGENDALIAN HOG CHOLERA
32
Jenis Pengeluaran
Jumlah Satuan Total SatuanHarga Satuan
(Rp)Sub Total
(Rp)TOTAL
(Rp)
Tenaga Kerja
Supervisor 3 orang 11 hari 200.000 6.600.000Dokter Hewan 6 orang 11 hari 150.000 9.900.000
Paramedis 6 orang 11 hari 100.000 9.900.000
Enumerator 3 orang 4 hari 75.000 900.000Pengolah Data 1 orang 8 hari 75.000 600.000
Administrasi 1 orang 20 hari 50.000 1.000.000
Bendahara 1 orang 20 hari 50.000 1.000.000Logistik transportasi 3 orang 20 hari 40.000 2.400.000
Konsumsi 1 orang 20 hari 40.000 800.000
33.100.000
Operasional
ATK 1 paket 1 paket 750.000 750.000
Komunikasi 21 paket 20 hari 10.000 4.200.000
Transportasi 15 orang 10 hari 50.000 7.500.000
Sewa Mobil 2 buah 10 hari 250.000 5.000.000
Sewa Motor 10 buah 10 hari 50.000 5.000.000
Konsumsi 21 buah 20 hari 15.000 6.300.000
Instruktur 2 orang 2 hari 350.000 1.400.000
30.150.000
Peralatan Penunjang
Kuesioner 790 eksemplar 1 kegiatan 1.500 1.185.000
cool box 2 buah 1 kegiatan 100.000 200.000
ice pack 20 paket 1 kegiatan 10.000 200.000
Tissue 10 buah 1 kegiatan 7.500 75.000
tabung EDTA 790 tube 1 kegiatan 3.000 2.370.000
Gloves 5 box 1 kegiatan 50.000 250.000
Masker 5 box 1 kegiatan 50.000 250.000
sepatu boots 10 buah 1 kegiatan 75.000 750.000
Wearpack 10 buah 1 kegiatan 80.000 800.000
Syringe 790 buah 1 kegiatan 2.500 1.975.000
alkohol 70% 10 liter 1 kegiatan 7.000 70.000
kertas label 3 paket 1 kegiatan 3.000 9.000
tinta printer 2 paket 1 kegiatan 30.000 60.000buku administrasi 2 buah 1 kegiatan 15.000 30.000
ballpoint 10 paket 1 kegiatan 12.500 125.000
8.349.000
Uji Diagnostik
ELISA kit 1200 paket 1 100.000 120.000.000
120.000.000
191.599.000
33
Lampiran 4
BIAYA PENGENDALIAN PENYAKIT HOG CHOLERA DI PROVINSI PAPUA BARAT (5 TAHUN)
JENIS PENGELUARAN TAHUN 1 TAHUN 2 TAHUN 3 TAHUN 4 TAHUN 5
Asumsi-asumsi yang digunakan sebagai berikut : 1. Populasi ternak babi di wilayah kota Kupang sebesar 53 440 ekor 2. Prevalensi CSF 50%, setelah pengendalian prevalensi turun setiap tahunya menjadi 45%, 40%, 35%, dan 32%. 3. Tingkat kelahiran babi 2%, setelah dilakukan pengendalian meningkat menjadi 5%, 7%, dan 8%, 4. Mortalitas akibat CSF 100%, setelah dilakukan pengendalian mortalitas menurun menjadi 90%, 80%, dan 70%. 5. Harga babi dewasa Rp 3 000 000,- dan babi anak Rp 400 000,-
37
Lampiran 5
ANALISIS COST:BENEFIT PENGENDALIAN PENYAKIT HOG CHOLERA DI PROVINSI PAPUA BARAT (5 TAHUN)