Top Banner
BAMBANG RIYANTO | DEICING-ANTI ICING PESAWAT TERBANG DENGAN CHITOSAN Copyright Bambang Riyanto [email protected] http://bambangriyanto.staff.ipb.ac.id/2010/07/17/deicing-anti-icing-pesawat-terbang-dengan-chitos an/ DEICING-ANTI ICING PESAWAT TERBANG DENGAN CHITOSAN Pesawat terbang telah menjadi pilihan masyarakat atas tingginya mobilitas saat ini. Transportasi udara sejak awal abad 20 sudah menjadi pilihan utama dalam bertransportasi, karena selain waktu tempuh yang singkat, juga dianggap lebih baik dalam segi kenyamanan. Penerbangan di Indonesia pada awalnya bertujuan untuk mengangkut pos dan dilakukan oleh dinas penerbangan militer. Sejak tanggal 26 Januari 1949, Indonesian Airways diresmikan sebagai maskapai penerbangan resmi di Indonesia, kemudian berganti nama menjadi “Garuda Indonesia Airways” pada tanggal 31 Maret 1950 . Kehadiran Garuda Indonesia memiliki peran penting terhadap kemajuan perekonomian Indonesia, baik nasional maupun secara internasional. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya jumlah penerbangan yang terus meningkat hingga saat ini. Berdasarkan data Sekretariat Jenderal Pusat Data dan Informasi 2007, secara nasional jumlah pesawat terbang yang berangkat selama tahun 2003 adalah 264.906 untuk penerbangan dalam negeri dan 18.030 untuk penerbangan luar negeri. Pada tahun 2007 jumlah pesawat terbang yang berangkat sebanyak 483.179 untuk penerbangan dalam negeri atau meningkat sebesar 82,39 % dan 27.391 untuk penerbangan luar negeri atau meningkat 51,91 %. Tahun 2007 merupakan potret hitam bagi industri transportasi di Indonesia, khususnya untuk pesawat terbang, setidaknya terjadi 4 kecelakaan pesawat dalam rentang waktu tiga bulan. Tahun 2009 tragedi tersebut kembali terulang, 5 kecelakaan pesawat terjadi selama bulan April hingga Juni. Banyaknya kecelakaan pesawat yang terjadi telah menimbulkan kekhawatiran dan perhatian yang besar dalam masyarakat. Hal tersebut mendorong pemerintah untuk mencegah kecelakaan terulang kembali. Usaha pemerintah dalam mengurangi jumlah kecelakaan pesawat terbang adalah dengan mengklasifikasikan maskapai penerbangan menjadi tiga tingkatan. Selain itu, terdapat beberapa faktor yang berpotensi sebagai penyebab kecelakaan dalam pesawat terbang, seperti kasus gagal lepas landas (take off) yang bisa disebabkan kurangnya daya mesin, kesalahan manusia (human error) ataupun gangguan pada sistem kontrol pesawat. page 1 / 4
4

DEICING-ANTI ICING PESAWAT TERBANG DENGAN CHITOSANachamad.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf...menyebabkan adanya akumulasi salju, es dan kotoran pada bagian pesawat yang dapat

Jul 23, 2019

Download

Documents

vantuyen
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: DEICING-ANTI ICING PESAWAT TERBANG DENGAN CHITOSANachamad.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf...menyebabkan adanya akumulasi salju, es dan kotoran pada bagian pesawat yang dapat

BAMBANG RIYANTO | DEICING-ANTI ICING PESAWAT TERBANG DENGAN CHITOSANCopyright Bambang Riyanto [email protected]://bambangriyanto.staff.ipb.ac.id/2010/07/17/deicing-anti-icing-pesawat-terbang-dengan-chitosan/

DEICING-ANTI ICING PESAWAT TERBANG DENGANCHITOSAN

Pesawat terbang telah menjadi pilihan masyarakat atas tingginya mobilitas saat ini.Transportasi udara sejak awal abad 20 sudah menjadi pilihan utama dalambertransportasi, karena selain waktu tempuh yang singkat, juga dianggap lebih baikdalam segi kenyamanan. Penerbangan di Indonesia pada awalnya bertujuan untukmengangkut pos dan dilakukan oleh dinas penerbangan militer. Sejak tanggal 26Januari 1949, Indonesian Airways diresmikan sebagai maskapai penerbangan resmidi Indonesia, kemudian berganti nama menjadi “Garuda Indonesia Airways” padatanggal 31 Maret 1950. Kehadiran Garuda Indonesia memiliki peran pentingterhadap kemajuan perekonomian Indonesia, baik nasional maupun secarainternasional. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya jumlah penerbanganyang terus meningkat hingga saat ini. Berdasarkan data Sekretariat Jenderal PusatData dan Informasi 2007, secara nasional jumlah pesawat terbang yang berangkatselama tahun 2003 adalah 264.906 untuk penerbangan dalam negeri dan 18.030untuk penerbangan luar negeri. Pada tahun 2007 jumlah pesawat terbang yangberangkat sebanyak 483.179 untuk penerbangan dalam negeri atau meningkatsebesar 82,39 % dan 27.391 untuk penerbangan luar negeri atau meningkat 51,91%.

Tahun 2007 merupakan potret hitam bagi industri transportasi di Indonesia,khususnya untuk pesawat terbang, setidaknya terjadi 4 kecelakaan pesawat dalamrentang waktu tiga bulan. Tahun 2009 tragedi tersebut kembali terulang, 5kecelakaan pesawat terjadi selama bulan April hingga Juni. Banyaknya kecelakaanpesawat yang terjadi telah menimbulkan kekhawatiran dan perhatian yang besardalam masyarakat. Hal tersebut mendorong pemerintah untuk mencegahkecelakaan terulang kembali. Usaha pemerintah dalam mengurangi jumlahkecelakaan pesawat terbang adalah dengan mengklasifikasikan maskapaipenerbangan menjadi tiga tingkatan. Selain itu, terdapat beberapa faktor yangberpotensi sebagai penyebab kecelakaan dalam pesawat terbang, seperti kasusgagal lepas landas (take off) yang bisa disebabkan kurangnya daya mesin,kesalahan manusia (human error) ataupun gangguan pada sistem kontrol pesawat.

page 1 / 4

Page 2: DEICING-ANTI ICING PESAWAT TERBANG DENGAN CHITOSANachamad.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf...menyebabkan adanya akumulasi salju, es dan kotoran pada bagian pesawat yang dapat

BAMBANG RIYANTO | DEICING-ANTI ICING PESAWAT TERBANG DENGAN CHITOSANCopyright Bambang Riyanto [email protected]://bambangriyanto.staff.ipb.ac.id/2010/07/17/deicing-anti-icing-pesawat-terbang-dengan-chitosan/

Kasus-kasus penyebab kecelakaan pesawat untuk penerbangan internasionalbanyak disebabkan oleh sistem kontrol pesawat yang kurang berfungsi denganbaik. Lee et al. (2001) menyatakan bahwa pesawat dengan rute perjalanan kedaerah subtropis memiliki potensi yang menyebabkan terganggunya kinerjapesawat. Intensitas cahaya matahari yang rendah dibandingkan daerah tropismenyebabkan adanya akumulasi salju, es dan kotoran pada bagian pesawat yangdapat menghambat kinerja dari pesawat dan mengganggu sistem aerodinamika.

Umumnya maskapai penerbangan dan industri pesawat terbang sudahmenggunakan beberapa bahan kimia yang berfungsi sebagai penghilang sekaliguspencegah timbulnya es dan kotoran (deicing anti icing) seperti etilen glikol danpropilen glikol (Wijk dan Karlberg 1993). Etilen glikol dan propilen glikol merupakangolongan alkohol yang mempunyai 2 gugus –OH (diol) yang biasa digunakansebagai anti freezing di bidang automotif. Etilen glikol lebih dulu digunakan sebagai deicing dan anti- icing, karena memiliki titik beku yang rendah sehingga dapatmencegah timbulnya timbunan es pada badan pesawat (Ritter 2001). Selain itubahan ini mudah larut dalam air, meningkatkan nilai BOD (biological oxygendemand) dan sangat toksik terhadap makhluk hidup, oleh karena itu penggunannyadibatasi dan diganti dengan propilen glikol. Jika dilihat dari tingkat toksisitasnya,propilen glikol jauh lebih rendah dari pada etilen glikol (Lee et al. 2001).

Penelitian terbaru dari larutan deicing anti-icing saat ini adalah adanya penggunaanbahan yang berfungsi sebagai pengental pada proses pembuatannya (Lee et al.2001). Jia et al. (2007) memaparkan bahwa karaginan adalah salah satu material deicing anti-icing yang berfungsi sebagai pengental serta memiliki sifat tidak toksik.Propilen mengubah struktur dan ukuran dari kumpulan monomer yang resistenterhadap air, mengubah struktur dan konsentrasi monomer asam pada polimer danberat molekul dari polimer (Jenkins 1995). Penggunaan propilen glikol bukan tanpakekurangan, propilen glikol dapat meningkatkan kadar BOD dalam perairan danbertahan dalam jangka waktu yang lama (Keyes et al. 2005). Oleh karena itu,dibutuhkan bahan lain yang memiliki kemampuan pengental yang baik sertamemiliki  kemampuan untuk mengurangi kadar BOD. Salah satu bahan lain yangmampu mengurangi kadar BOD sekaligus memiliki fungsi sebagai pengental adalahchitosan.

Chitosan merupakan biopolimer yang berasal dari alam dan diperoleh setelahmelalui proses deasetilasi chitin. Chitosan mempunyai dua kutub, yaitu muatannegatif pada gugus karboksilat dan muatan positif pada gugus NH (Prashanth danTharanathan 2007). Karakterisasi chitosan dapat ditentukan dari kelarutannyadalam asam lemah, seperti asam asetat. Chitosan lebih mudah larut dalam asam

page 2 / 4

Page 3: DEICING-ANTI ICING PESAWAT TERBANG DENGAN CHITOSANachamad.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf...menyebabkan adanya akumulasi salju, es dan kotoran pada bagian pesawat yang dapat

BAMBANG RIYANTO | DEICING-ANTI ICING PESAWAT TERBANG DENGAN CHITOSANCopyright Bambang Riyanto [email protected]://bambangriyanto.staff.ipb.ac.id/2010/07/17/deicing-anti-icing-pesawat-terbang-dengan-chitosan/

asetat 1-2% dan akan membentuk suatu garam ammonium asetat (Tang et al. 2007).  Kemampuan chitosan untuk membentuk gel lebih baik dari karaginankarena chitosan memiliki  gugus karboksilat dan NH sehingga gel yang terbentuklebih stabil (Rinaudo 2006). Chitosan juga memiliki kemampuan menurunkan nilaiBOD pada wilayah perairan dengan proses penguraian ion-ion logam (Ohkawa et al.2000). Dengan adanya dua gugus tersebut, chitosan diduga dapat menjadi bahantambahan deicing anti-icing yang lebih baik dibandingkan karaginan.

Penggunaan chitosan merupakan terobosan baru untuk industri yang menggunakanbahan deicing anti-icing sebagai pencegah terbentuknya bunga es. Aplikasichitosan diharapkan akan memberikan kontribusi yang besar dalam industripenerbangan Indonesia, terutama untuk penerbangan internasional.

 

Terima Kasih Atas Kerjasamanya : Ibu Ir. Winarti Zahiruddin, MS. dan M. UbitMitarsyah Adam

 

Silahkan Unduh dalam Bentuk pdf.

2009 Prosiding Anti Icing

 

 

page 3 / 4

Page 4: DEICING-ANTI ICING PESAWAT TERBANG DENGAN CHITOSANachamad.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf...menyebabkan adanya akumulasi salju, es dan kotoran pada bagian pesawat yang dapat

BAMBANG RIYANTO | DEICING-ANTI ICING PESAWAT TERBANG DENGAN CHITOSANCopyright Bambang Riyanto [email protected]://bambangriyanto.staff.ipb.ac.id/2010/07/17/deicing-anti-icing-pesawat-terbang-dengan-chitosan/

 

page 4 / 4