Definisi Reumatoid ArtritisReumatoid artritis adalah reaksi
inflamasi autoimun kronik sitemik dengan penyebab yang belum
diketahui yang mepengaruhi sendi. Gejala umum yang timbul pada
penderita reumatoid artritis antaralain adalah fatigue, malaise,
dan kaku pada pagi hari. RA dapat menyebabkan kerusakan sendi dan
kerusakan ini dapat menyebabkan kecacatan. Kararakteristik dari
penyakit ini adalah synovitis dan serositis (inflamasi dari lapisan
permukaan sendi, perikardium, dan pleura), nodul reumatoid, dan
vaskulitis. Synovitis terjadi secara simetris dan polyarticular
pada sendi-sendi kecil di tangan (MCP&PIP), dan kaki (MTP dan
IP), lalu diikuti oleh pergelangan tangan, pergelangan kaki, siku,
dan lutut.
7 kriteria penegakan diagnosis RA1. Morning stiffness2.
Arthritis pada 3 atau lebih sendi3. Arthritis pada sendi tangan4.
Simetris5. Nodul rheumatoid6. Serum rheumatoid factor7. Perubahan
pada rontgen yang khasJika ditemukan minimal 4 dari 7 kriteria di
atas maka diagnosis sudah bisa ditegakan.Etiologi Reumatoid
ArtritisEtiologi dari reumatoid artritis tidak diketahui secara
pasti. Terdapat interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan
lingkungan. Faktor genetik berperan penting terhadap kejadian
reumatoid artritis, dengan angka kepekaan dan ekspresi penyakit
sebesar 60%. Hubungan gen HLA-DRBI dengan kejadian reumatoid
artritis telah diketahui dengan baik, walaupun beberapa lokus
non-HLA juga berhubungan dengan reumatoid artritis seperti daerah
18q21 dari gen TNFRSR11A yang mengkode aktivator reseptor nuclear
factor kappa B. Gen ini berperan penting dalam resorpsi tulang pada
reumatoid artritis. Faktor genetik juga berperan penting dalam
terapi reumatoid artritis karena aktifitas enzim seperti
methylenetetrahydrofolate reductase dan thiopurine
methyltransferase untuk metabolisme methotrexate dan azathioprine
ditentukan oleh faktor genetik. Pada kembar monozigot mempunyai
angka kesesuaian untuk berkembangnya reumatoid artritis lebih dari
30% dan pada orang kulit putih dengan reumatoid artritis yang
mengekspresikan HLA-DRI atau HLA-DR4 mempunyai angka kesesuaian
sebesar 80%Prevalensi reumatoid artritis lebih besar pada perempuan
dibandingkan dengan laki laki, sehingga diduga hormon sex berperan
dalam perkembangan penyakit ini. Pada observasi ditemukan bahwa
terjadi perbaikan gejala selama kehamilan. Perbaikann ini diduga
karena :1. aloantibodi dalam sirkulasi maternal yang menyerang
HLA-DR sehingga terjadi hambatan fungsi epitop HLA-DR yang
mengakibatkan perbaikan penyakit2. perubahan profil hormon,
placental corticotropin realising hormon secra langsung
menstimulasi sekresi dehidroepiandrosteron (DHEA) yang merupakan
androgen utama pada perempuan yang dikeluarkan oleh sel sel adrenal
fetus. Androgen bersifat imunosupresan terhadap respon imun selular
dan hormonal. DHEA merupakan substrat penting dalam sintesis
estrogen plasma. Estrogen dan progesteron menstimulasi respon imun
humoral (TH2) dan menghambat respon imun selular (TH1). Olehkarena
pada reumatoid artritis TH1 lebih dominan sehingga estrogen dan
progesteron mempunyai efek yang berlawanan terhadap perkembangan
reumatoid artritis. Beberpa virus dan bakteri diduga sebagai agen
penyebab penyakit ini. Organisme ini diduga menginfeksi sel host
dan merubah reaktivasi atau respon sel T, sehingga mencetuskan
timbulnya penyakit. Walaupun belum ditemukan agen infeksi yang
secara nyata terbukti sebagai penyebab penyakit. Patofisiologi
reumatoid artritisketika antigen yang bisa merupakan agen dari
lingkungan maupun agen infeksi masuk maka akan dikenali oleh APC
sehingga CD4 T helper dan sel lain yang ada di cairan sinovial
teraktivasi yang mencetuskan pengeluaran dari cytokin dan
mengaktifkan limfosit B. Pengeluaran mediator inflamasi termask
cytokines akan menimbulkan kerusakan pada sendi. Sel T akan
menstimulasi makrofag di dalm cairan synovial dan fibroblast untuk
memproduksi cytokines yang merupakan mediator kunci yang menyebakan
kerusakan pada synovial. Dalam proses ini imun kompleks juga ikut
memainkan peran. Tumor necroting factor (TNF) dan interleukin 1
(IL-1) sama seperti cytokin yang lainnya dia akan menstimulasi sel
di sinovial untuk berploriferasi dan meproduksi mediator inflamasi
seeperti prostaglandin (PGE2) matrix metalloproteinase, dan enzim
yang semuanya berkontribusi untuk merusak kartilago. Diaktifkannya
sel T dan fibroblas dalm sinovial juga meproduksi RANKL yang
mengaktifkan osteoklas yang mempromosikan proses dekstrusi
tulang.Inflamasi menyebabakn hemoragik, koagulasi dan deposisi
fibrinn dalam sinovial membran, pada matriks intraselular , dan
cairan sinovial. Fibrin akan berkembang menjadi jaringan granulasi
yang disebut dengan pannus. Pannus ini bersifat destruktif dan lama
kelamaan bisa menyebankan kekakuan pada sendi.