Top Banner

of 12

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 5/14/2018 defibrilator

    1/12

    T IN JAUAN KEPU STAKAAN

    AUTOMATIC IMPLANTABLECARDIOVERTER*DEFIBRILIATOR

    Agua R. Loeldto, R. Moh. YogiartoIAb-UPF KardJologi

    FK. UnaJr RSUD Dr. Sutomo, Surabaya

    RINGKASANTelah dikemukakan mengenai A lCD . Dibabas mengenai sejarah, cara kerja, indikasi,p en ga lam an b erb ag ai k lin ik , s erta k omp lik asi- komplik as i yang terjadi. A ICD m erupakan satut er obo san a lt er na ti f yang masih baru d alam p en go ba ta n ta lc ia ritm ia v en trik ula r refrakter yangmempunyai risiko tinggi u ntuk m eng alam i SCD. B erbagai laparan m enunjukkan, bahwapem akaian AICn memberikan harapan, dengan dapat diturunkannya m ortalitas secara m e-ngesankan atas p end erita y an g diperkirakan alum m en galam i SeD a lc iba t ep isode VF atau vrd engan gan gg uan bem odin am ik. Kini, penelitian terus dilakukan untuk m eningkatkan dayaguna alat AICD & ehingga m .em punyai kem am puan pacu (pacing capability ). bertenaga lebihtin gg ilta ha n lam a, m empuny ai p ro gramab ilita s, balk fu np i ra te m au pu n m orp ho lo gy -se nsin g.efisien dalam m elakukan defibrilasi, berukuran keeil, dapat dip8$8llg secara m udah tanpapembedahan, serta m udab dijangkau karena jum lahnya banyak dan relatif m urah. Peny em -p um aan-peny em pumaan ini rnud ab-m udah an akan m en ingk atkan ak sep tabilitas aJat AICD,m em perb aiki keny am anan, m em udah kan penatalaksanaan , serta men in gk alk an su rv iv al pen-derita.

    PENDAHULUANSelama beberapa puluh tabun terakhir, penyakitjantungkoroner (PJK) mendu-duki tempat pertama sebagai penyebab kematian di negara-negara maju. Di USA,misalnya, PIK menyebabkan lebih dari 600.000kematian pertahun, yang lebih dariseparuhnya terjadi secara mendadak sebelum penderita tiba di rumah sakit (RS)(1,2,3). Kematian mendadak (Sudden Cardiac Death = SCD) ini sering dikaitkandengan takiaritmia ventrikular yang berkepanjangan 93,4). Penatalaksanaan pen-derita aritmia ventrikular malignan di RS sendiri h ingga k in i masih merupakantantangan yang berat (5). Harapan yangpada mulanya ditumpukan pada pemberianobat-obat antiaritmik secara profilaktik belumlah memuaskan, sehingga terapikejut listrik (D ire ct C usre nt >DC shock) tetap merupakan pilihan utama untukterminasi fibrilasi ventrikular (VF) dan takikardia ventrikular (VI') dengan bemo-dinamik terganggu (1,2,5). Karena tindakan DC shock amat tergantung padaterseelianya tenaga medis tedatih dan peralatannya dalam waktu cepat, penerap-annya eliIuar RS terbatas sekali basilnya (3). Untuk mengatasi kendala ini, timbulgagasan untuk mengembangkan suatu alat yang dapat dipasang pada penderita,

    Volume 19. Nomor 1.J_UQri-Maret 1993

    39

  • 5/14/2018 defibrilator

    2/12

    40 Aps R. Loeldlo, RMob. Yogiarlo

    yang dapat mengidentifikasi adanya aritmia ventrikular malignan dan sekaligussecara automatis dapat memberikan terapinya (1,2,3,5,6,7).

    Pad a kesempatan ini akan dikemukakan sebuah Tinjauan Kepustakaan menge-nai alat dimaksud, yang kini dikenal sebagai A utom atic Im plan ta ble C ardiove rte r-Defibrillator.DEFINISI

    A uto m atic Im p la nta ble C a rd io ve rte r-D e fib rilla to r (selanjutnya disingkat MCD)adalah suatu alat yang dipasang pada tubuh penderita, yang secara terus menerusdapat memantau aktivitas listrik jantung dan mendeteksi adanya takiaritmia ventri-kular (aritmia ventrikular malignan), serta secara automatis dapat mengeluarkankejut listrik ( e lec tr ica l coun te r shock) transkardiak untuk melakukan kardioversiatau defibrilasi, sehingga irama jantung kembali ke irama sinus (5,7,8).

    SEJARAHMirowski untuk pertama kalinya pada th 1970 memperkenalkan cikaI bakal

    AICD yang mereka sebut "S ta nd by A uto m atic D e fib rilla to r" dalam percobaannyapada anjing di RS Sinai, Baltimore, Mel, USA (1), yang secara hampir bersamaandiikuti oleh Schuder (dikutip : 3). Setelah mengalami perbaikan dalam banyak segiselama lebih dari 10 th (2,5,6), juga dipelopori oleh Mirowski, babak baru pe-makaian MCD pada manusia dimulai pada th 1980 di RS Johns Hopkins, Balti-more, Md, USA (3,5), yang mula-mula hanya sebagai AlD (Au tomat ic Imp lan tab leDefibrillator), hingga kemudian menjadi AlCD. Kini, pemakaian AlCn telah me-luas ke seluruh dunia sebagai salah satu alternatif pilihan terapi takiaritmia ventri-kular refrakter yang mempunyai risiko tinggi untuk mengalami SCD. Hingga akhirth 1989, telah lebih dari 10.000 AICD dipasang pada penderita (9). Data pemakaianAICD di Indonesia belum diketahui.DESKRIPSI ALAT

    AICD merupakan alat yang dapal bekerja secara automatis dengan kemampuanmemantau, mendiagnosis dan sekaligus memberikan terapi. Alat yang tersediasekarang sudah merupakan pengembangan dari model aslinya yang pertama kalidigunakan pada th. 1980, yang semula hanya mampu untuk mengatasi VF, namunkini juga mampu untuk mengatasi VT (3,7,8,10). Secara garis besar, AICD terdiridari tiga komponen, yaitu sebuah generator kejut yang digerakkan oleh batere(b atte ry o pe ra te d p uls e g en er ato r), elektroda-elektroda (dari titanium) untuk defi-brilasi ( de fib rilla ti ng leads ) serta untuk pemantau (r ate -se nsin g a nd m or ph olo gy-s en sin g le ad s) (3,8,11), seperti tampak pada gambar 1.

    Generator kejut ini berbentuk seperti kotak pipih, dibungkus oleh lapisantitanium tahan bocor, berukuran 10,8 em x 7,6 em x 2 em , berat 250 g, volume 148cm3, yang didaIamnya terdapat batere lithium khusus, kapasitor (capaci tor) danperalatan elektronik lain (3,8,11). Satu elektroda bipolar ( bi po la r e le c tr ode ) yangberbentuk batang ditempatkan pada apeks ventrike1 kanan, satu elektroda unipolar

    Majalab 11m" PenyaJtit nalam

  • 5/14/2018 defibrilator

    3/12

    41

    (dapat spring/spiral ataupun patch) ditempatkan pada tempat masuknya vena cavasuperior (SVC) Ir e atrium kanan, sedang satu elektroda unipolar lainnya yangberbentuk patch ditempatkan e l i daerah apeks kordis (3,7,9,11). Ada berbagaivariasi letak elektroda yang berfungsi sebagai defibrillating leads, maupun ukuranelektroda patchnya (3,9,11).

    Gambarl(Dikutip : 3)

    Fungsi rate-sensing serta sinkronisasi gelombang R (R wave synchronization)dilakukan oleh sandapan eJektroda bipolar yang ditempatkan di Rv (ventrikelkanan) secara transvenous (endokardial) atau di LV (ventrikel kici) secara epikar-dial ( in tramural screw-in) , sedang fungs i cardiac e lec tr ica l mDTphology sens ing sertauntuk mengeluarkan arus listrik kejut (e lectr ical pulse) dilakukan oleh pasanganelektroda unipolar, yaitu spring yang ditempatkan di SVC sebagai anoda dan patchVoIu_19. Nomor I.J_uari-Maret 1993

  • 5/14/2018 defibrilator

    4/12

    42 Ap.s R. LoeItito, R. .Moh. Yogiarto

    di daerah apeks kordis sebagai katoda (3,8). Variasi lain pasangan e1ektrodaanoda-katoda ini dapat berupa 2 patch yang diletakkan di RV dan LV atau di LVbagian anterior dan posterior dengan berbagai ukuran (3,8,9).CARA KERJA ALAT

    Seperti telah disebut di muka, AlCD merupakan alat yang dapat memantau,mendiagnosis dan sekaligus secara automatis memberi terapi terhadap takiaritmiaventrikular yang malignan. yang cara kerjanya dapat diterangkan sebagai berikut(3 ,7,1 1) :1. Pengeoa1aD aritmia ( tJTThythmia recogni tion)

    Aktivitas listrik jantung dipantau secara terus-menerus lewat elektroda sepertidi sebut di atas. Pengenalan aritmia yang terjadi dapat diketahui lewat 2 para-meter, yaitu bentuk signal dan kecepatan (sign al m orphology an d rate).a. Parameter bentuk signal

    Fungsi ini, yang dikenal sebagai PDF (probabi lit y dens ity func ti on ), didasar-kan pada turunan signal masukan (the derivative of in pu t sign al) yang meru-pakan fungsi aljabar atas jumlah waktu yang diperlukan untuk mendekatigaris isoelektrik.

    b. Parameter kecepatanFungsi ini didasarkan pada signal masukan gelombang R, yang memung-kinkan pengenalan adanya aritmia di atas tingkat kecepatan yang telahditentukan sebelumnya. Algoritma pengenalan aritmia pada penderita da-pat didasarkan pada kedua parameter di atas (rangkap, yaitu bentuk dankecepatan) maupun hanya kecepatan saja, yang untuk masing-masing modelalat sudah disete1 tertentu (f ixed, nonprogrammable) . Karenanya, dokteryang memasang alat AIen ini harus memilih model yang paling cocok bagisi penderita berdasarkan evaluasi pra pemasangan. Parameter rangkap akanmemberikan spesifisitas yang t inggi pada takiaritmia ventrikular yang si-nusoidal, akan tetapi takikardia ventrikular yang runcing (spiky) yang ber-bentuk nonsinusoidal, bisa-bisa 1 0 1 0 8 tak dikenali Sementara itu, alat yanghanya mempunyai parameter kecepatan, hanya menggunakan kriteria pe-ngenalan kecepatan, sehingga alat ini akan memberikan sensitivitas yanglebih tinggi. dengan waktu yang lebih cepat pada aritmia yang cepat, namundengan spesifisitas yang rendah.

    2. Terminasi aritmiaSekali parameter pengenalan aritmianya memuaskan (memerlukan waktu 5hingga 20 detik), rangkaian (sildus) untuk menghentikan aritmia mulai bekerja.Kapasitor akan terisi (chtuge) hingga mencapai tegangan kurang Iebih 72J) V(volt) dalam waktu 7-9 detik. Suatu kejutan listrik (discharge) searah yangberkelruatan 25-35 J (joule) selama 4-6 JUS dikeluarkan lewat pasangan elek-troda anoda-katoda. Karena ada selang waktu ~ maka AICD masih tetap

  • 5/14/2018 defibrilator

    5/12

    mengeluarkan dischmge'pada non-sustained vr yang memenuhi kriteria pe-ngenalan walau telah kembali ke irama sinus secara spontan, AICD yang adasekarang mampu memberikan discharge yang sama sebanyak 3 kali untuk VFat au VT persisten yang belum memenuhi kriteria pengenalan dengan masa antardischarge sekitar 35 IDS, dengan selang waktu + 35 detik untuk melakukandischarge ke 4 berikutnya, Secara keseluruhan, AIDC mampu memberikan 200kali discharge yang tersinkronisasi (synchronized) terhadap gelombang R padaawal mula (onset) depolarisasi, dan setelah melakukan discharge, AfCf) kern-bali ke posisi semula (3,8).

    CARA PEMASANGAN ALATUmumnya, AIcn dipasang dengan pembedahanltorakotomi (3,5,7,8,9,11,12,

    13,14), di samping juga dikembangkan cara pemasangan tanpa torakotomi (15),yang untuk pemasangan elektroda bipolar di RV serta e1ektroda unipolar di SVC,pada kedua cara di alas sama-sama dilakukan secara perkutan melalui vena subkla-via kiri, Pada cara pembedahan, approach yang dipakai dapat median sternotomy,left lateral thoracotomy, subcostal serta subxipboid, Pemilihan ini tergantung ber-bagai hal. misalnya kesukaan ahli bedahnya, adanya tindakan bedah jantung lainyang menyertai (m ed ia n ste rn oto my lebih' disukai), adanya riwayat pembedahanjantung sebelumnya ( la te ra l thoraco tomy lebih disukai), sementara subkostal dika-itkan dengan angka infeksi yang rendah (3).Umumnya generator kejut ditempatkan di daerah bawah dari regio kuadran kinatas dinding perut secara subkutan (5,8,11,15), seperti tampak pada gambar 2.

    Vol_19, NowtOr'1.J-..sri-Maret 1993

  • 5/14/2018 defibrilator

    6/12

    44 AgtIs R Loeidto, RMob. Yogiarlo

    Subclavian

    ~Pulse ~generator

    GambarlSpring-patch shocking electrode configuration withendocardial right venlfiab bipolar rate-counting9Jec1rode. T h i s was the original implant configurationemployed with the MedrodllnteclCPl AICD. Thepatch eledrOde Iocalion was usually ovet' the lettventriCular apex Of lateral waD and \NOS either intrap-ericardiol or extrapertcardial. The location of thespMg electrode IIOried with the tip lOCated in the _periOr vena COllO to !he I o I t o I right ofrium.. The intra-vascular spring and endocardial rate-counling elec-trodes were usually placed with ftucwoscopic guid-ance Itvough subClavian punctures. with the teedstunneled subcutoneouslV to the lett upper QUOdron tof the abdominal i N o I L Tunneling is CJCCOmpI i shedwith a tunneling device used f e w S L t I c u t o n e o u s I Vplaced voscuIot grotb 01with a chest tube pcmedsubcutaneouV(. The Pulse genemtor \NOS placed Ino subcutoneous pocket. lhIs pulse generator 1000-!Ion is necessitated bv the size of the pulse genera-tot.

    (Dikutip : 9)

    IND iICAS I DAN KONTRAIND IKAS IIndikasi pemasangan AICD el i berbagai institusi/RS tidaldah sama persis, Indi-kasi inicenderung mengalami perubahan dengan makin bertarnbah majunya tekno-logi pembuatan alat (3,7,8,9,11,13,14). namun demikian Troup (9 ) berusaha me-rangkum indikasi beserta kontraindikasi pemasangan AIcn seperti tampak padaTabel1 dan Tabe12.

  • 5/14/2018 defibrilator

    7/12

    45

    T A 1 1 3 .. . . 1Indlcaflons f o r Implantable D e f i b r a l a t o r Thetopy'Cardlac arrest ood inducible ventr ICuIor tochyor rhy t tvnI lVTAJ at E P S andresistant 10drug lheropv and not a stl'gicoI candidate

    'Hypotensive ventr lcuIor tochycofd1a ( V T J wHt t IndudbIe V T A r es is ta nt 1 0 drugtherapy at E P S and not a surgical condIdateCardiac arrest even without InduCible VTA or ambient arrhythmia bymonitoring or exercise

    Hypotensive v r even without In du cib le V TA o r ambient orrhyttvnIo bymonitoling Of exercise

    Long QT syndrome with VT 01 ventricular IIbriliclion l V F l or recurrent ~with o r without inducible VTA

    Cardiomyopafhy with VTM or recurrent syncope with or without inducible VTAHypertrophic -Congest ive with depressed e f e c t I o n r ract IonVentricular cnlitcchycordlo pocemoIcer

    Surgical oblation o f vrNF (at Ieost hordwore)"lndkoflons Pfeset '1lly approved by !he HeaI!h Care Anonc: ing AdrTi'isIroIIon {HCFAJ" rotMedlCOl8 reirrlb.nement. which hos ~ that !he ouIcmo I Ic Implantable corda-V8r1er-de~1or ( A l C D 1 1 s a IreaIment 01 last retOrt tor paIienb !hot ha\Ie hod 0 d0cu-mented lite-Ihreoterklg venIrIcuIcY ~ or cordoc crrest no t ossoc Ia Ied III!IhmyocordollntorctiorL Th e gOOe Ioes fldIer ~ that SUCh potIenI1have 'J1 inducibleven tr iCu l o t t achyont ly lhm io UIVesponsIve to medicaIton o r surgic;oI Ihefcpy (o r Ihot po- .f lenls be considered IRlJitable ctIddaIes lor ugicallheropy). the remainder o r the In -dicotiOl'lS relied 0t6 opInjonL

    (Dikutip : 9)

    TABEL 2Conlraindications to Implantable DefibrinatorTherapyArrhythmia due to reversible couse (electrolyteImbalance, drug toxicity, acute myocardial -infarction. hypoxemia. sepsis. etc.)

    Ufe expectancy < 6 mo unless a cardiac transplantconcIldate

    Frequent episodes of sus/ained or nonsustainedventricular tachycardia above rate cutoff of.implanted defibrillator which cannot becontrolled by drugs or surgery

    Unipolar pocemoker . (Dikutip : 9)

    Vol_19. N_,j-.ari-Mml 1993

  • 5/14/2018 defibrilator

    8/12

    46 Agus R. li.>eIdto, RMob. Yogiarto

    EVALUASI PENDER ITA PRAIMPLANTASIPenderita dengan s ustain ed v en tr ic utar ta ch ya rrh yth mia yang manifestasinya

    dapat berupa c ar diac a rre st ataupun h yp ote ns iv e s ym p to m s, harus menjalani eva-luasi yang ekstensif guna menyingkirkan penyebab aritmia yang secara potensialmasih dapat dikoreksi, menetapkan substratlkelainan secara elektrofisiologik,menjamin usaha pengendaIian aritmia dengan obat-obatan secara adekuat, sertauntuk mengidentifikasi kemungkinan dilakukannya tindakan bedah atau intervensitambahan lain, misalnya bedah pintas koroner, angioplasti, penggantian katup,reseksi subendokardial atau aneurismektomi (3,8). Evaluasi ini mencakup (3,8,9) :1. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik2. Pemeriksaan laboratorium, termasuk K + , Mg+ +, blood gas analysis dan kadar

    obat antiaritmik (klas I, termasuk digoksin).3. EKG4. Penilaian aritmia supraventrikular maupun ventrikular secara Holter selama 24hingga 72 jam (lebih disukai tanpa obat antiaritmik).5. Uji latih beban, baik tanpa atau dengan r ad io nu clid e im a gin g.6. Penilaian fungsi LV, baik secara ekokardiografik maupun radionuklida7. Angiografi koroner dan LV (ventrikel kiri)8. Pemeriksaan elektrofisiologi, baik baseline maupun dengan obat antiaritmik

    secara serial.Evaluasi di atas juga untuk menentukan kemungkinan pemakaian pacemakermaupun obat-obat antiaritmik secara bersama/konkomitan dengan AlCD sertapemilihan modelljenis generator AleD, mengingat sampai kinibelum tersedia alatyang bisa diprogram alas berbagai kemampuannya (3,8).

    PENGUJIAN ALAT SELAMA PEMASANGANSelama pemasangan aJat, perIu dilakukan beberapa pemeriksaan elektrofisi-ologi untuk mendapatkan fungsi AICD yang adekuat, yaitu penentuan nilai ambangdefibrilasi (DFT = de fi br illa ti on thre sho ld ) serta uji kemampuan alar untuk men-deteksi dan terminasi VF (3,8).

    DFf didefmisikan sebagai besamya energi listrik terkecil yang dibutuhkanuntuk defibrilasi jantung (3,8).

    Penentuan DFr dilakukan dengan cara memberikan aJiran listrik bolak-balik( alte rna ting cummt) kepada jantung, dan dengan alat yang disebut ECD (s tand byexternal cardioverter defibrillator) dilakukan defibrilasi dengan dosis yang dekre-mental setelah terjadi VF selama 10-16 detik. Umumnya, hasil dianggap cukup(acceptable) apabila DFr ~ 20 J, sehingga memberikan batas kese1amatan padakeluaran minimal (m in im al ou tpu t) AICD sebesar 10 J (3,7). Troup PJ (dikutip:3), mendapatkan bahwa pasangan elektroda patch-patch lebih baik dari padapasangan elektroda spring-patch, di mana energi yang diperlukan untuk defibrilasidapat diturunkan hingga 50% nya. Apabila DFf tetap tinggi, yang mungkin sekalidisebabkan oleh penyakit jantung yang mendasarinya atau oleh efek obat-obat

    Majalab 11m.. Penyallit Dal4m

  • 5/14/2018 defibrilator

    9/12

    Automatic Jmplantable CardiolJflf1er-DejibrilIalor

    antiaritmik, AlCD hendaknya tak dipasang hingga DFT' yang memuaskan diper-oleh (3). Setelah DFT yang memuaskan didapatkan, elektroda-elektroda dihu-bungkan d en ga np ulse g en era to r, alat diaktifkan, serta dilakukan induksi VF imtukmenguji penampilan alat (3,8).PEMANTAUAN BEKERJANYA ALAT

    Untuk memantau bekerjanya alat AlCD, dipakai suatu alat deteksi yang dapatdigunakan secara non-invasif, baik sebelum, seIama dan sesudah dilakukan pema-sangan AlCD. Alat ini disebut sebagaiAID C he ck (3 ,8 ,1 1).

    Dengan alat i n i dapat diketahui jumlah discharge yang sudah dilakukan olehAlCD, waktu pengisian kapasitor, serta kekuatan batere yang masih ada. Kinijugatelah dapat dilakukan pemantauan secara rawat jalan atas AICD (dikutip : 3).BASIL-BASIL KLIN IK

    Veltri (3) melaporkan bahwa selama jangka 7 th, secara kumu1asi telahdilakukan pemasangan AICD terhadap 198 penderita, 9 diantaranya meninggalsebelum meninggalkan RS atau sampai 30 hari pasca operasi, Hasilfollow-up jangkapanjang (rata-rata 22 bulan) menunjukkan bahwa 98 orang (52 %) sekurang-kurangnya AID/AlCDnya melakukan discharge dengan tepat. Tepat yang dimak-sudkan disini adalah dischmge terjadi pada penderita dengan gejala prasinkopeatau sinkope, atau seIama penderita tidur.Sedang discharge asimptomatik terjadi pada 23%, yang terjadi karenanonsustainedVT (20-50%), seperti tampak pada gambar 3, atau takiaritmia supraventrikular(SVT) di atas batas rate-sensing yang ditentukan. Selama follow-up ini, 142 pen-derita (75 %) masih hidup, sedang 47 penderita yang meninggal (25%) dise- babkanoleh karena VFNT 19 orang (10 %), gagal jantung refrakter orang 18 (9,5 %). AMI4 orang, bradikardia 1 orang dan 5 orang dengan sebab non-kardiak (3).

    M N V W V V v W V- :. ~

    Gamba~ 3 Asymptomatic automatic implantable cardioverter-defibrlllillC?, ~/5charge ~or nonsustained ventricular tachycardia(self-terminating approximately 7 second prior r o o automatic im-plantable cardioverter-defibrillator discharge).

    (Dikutip : 7)Volume 19, Nomor l,Ja,.uari-Mm-et 1993

  • 5/14/2018 defibrilator

    10/12

    48 Agus R. Loekito, R. Moh. Yogiarto

    Fogoros (14) melaporkan efektivitas pemakaian AlCD dibandingkan denganpemberian amiodaron untuk pencegahan SCD pada penderita-penderita yangpernah meogalami sinkope atau c ard iac a rre st yang diikuti 24 bulan, di manadidapatkannya bahwa ke 21 penderita denganAlCD tetap survive mcskipun terjaditakiaritmia ventrikel yang berulang-ulang pada 13 orang, sedang 29 penderitadengan amiodaron, 9 orang mengalami takiaritrnia ventrikular berulang pertamakali dengan akibat 7 orang meninggaL

    Platia (12) mc1aporkan pemasangan 28 AICD pada pendcrita yang secarabersama-sama rnenjalani rcseksi endokardial pasca infark serta pernah mengalami1-5 kali c ar dia c a rr es t, dengan hasil3 penderita meninggal periopersasi, 4 dari 25penderita yang tetap survive mengalami VT berulang disertai gangguan hemodi-namik yang kescmuanya dapat diatasi olch AICD, dan 1 orang yang tiba-tiba AICDnya tak bcrfungsi meninggal mendadak selamafollow up 8-50 bulan.

    Echt (13) melaporkan pcmasangan AICD pada 70 penderita yang 18 di anta-ranya menjalani tindakan lain (16 CABG yang salah satunya dengan aneuris-mektomi, 1 pcnggantian katup mitral, 1 tindakan komplek olch karena Marfan'ssyndrome) , 5 orang meninggal (1 orang pad a 10 hari pasca operasi), 37 orangmendapatkan 463 discharge oleh karena VF, VT, SVT, takikardia sinus dan atrial.

    POPULASI PENDERITAVeltri (3) selama 7 th melaporkan bahwa dari 198 penderita yang dipasang

    AICD, PJK menduduki tcmpat pertama penyebab penyakit yang rnendasari (74 %),diikuti kardiomiopati (17 %), prolaps katup mitral dan gangguan elektrik primer(masing rna sing 3,5%).KERUGIAN/KOMPLiKASI

    Pemakaian AICD bukannya tanpa masaJah (3,7,11,14). Penderita yang men-dapat AICD dapat mengalarni berbagai komplikasi, mulai yang paling ringan, yangberupa rasa terganggu karena tak enak, hingga terberat, yaitu meninggal (3,7,11,12,13).

    Veltri (3) mendapatkan kematian akibat operasi, yang didefinisikan sebagaikematian yang terjadi sebelum penderita dipulangkan/meninggalkan RS atau 30hari pasca operasi, sebesar 4,5 % atau 9 orang, dimana 6 orang akibat VT/VF yangtak bisa dihentikan, serta masing-masing 1 orang akibat infark miokard akuta, gagaljantung refrakter dan terjadinya robekan vaskular,

    Platia (12) melaporkan pemasangan 28 AlCD pada penderita yang secarabersama-sama menjalani reseksi endokardial yang diikuti selama 8-50 bulan, 3penderita meninggal perioperasi dan 1 orang meninggaJ mend adak karena tiba-tibaAlCD nya tak berfungsi.

    Echt (13) melaporkan 1 penderita meninggal pasca operasi, 6 penderita denganmasalah sandapan yang memerlukan reoperasi, 1 orang dengan infeksi digenerator

    Majalab omu Penyakit DaJam

  • 5/14/2018 defibrilator

    11/12

    49

    pocket , dan 5 orang dengan gangguan emosi yang berat walaupun transien dari 70penderitanya yang dilalrukan pemasangan AlCD.

    Marchlinski (11) melaporkan 2 orang meninggal pasca operasi, 1 orang denganDFf yang tinggi yang baru bisa diatasi dengan pemasangan 2 elektroda patch yangbesar, 2 orang dengan emboli arteri, dan 2 orang dengan infeksi digenerator pocketdari 77 penderita yang dilakukan pemasangan AleD.Secara umum komplikasi yang dapat terjadi adalah (5 ,7,11,13) :1. Komplikasi yang berkaitan dengan tindakan operasi, yaitu :

    a. VTNF yang tak dapat diatasib. Gagal jantungc. Hemopneumotoraksd. Gagal multisisteme. Edema pulmonumf. Perdaraban yang memerlukan transfusig. Pneumotraksh. Tamponade perikardiali. A du lt r es pir ator y d is tr es s s yn dr om e

    2. Komplikasi yang berkaitan dengan alatnya sendiri, yaitu :a. C om pon en t failu reb. Infeksi, baik mengenai pu lse ge ne rator poc ke t maupun leadc. Lead migration or fractured. P re ma tu re ba tte ry d eple tio ne. G en erator poc ke t e rosionf. Subclavian vein throm bosis secondary to spring lead

    PERAWATAN PENDERITA PASCA PEMASANGAN AIcnSecara umum berbagai pusat implantasi AICD merekomendasikan melakukan

    follow up untuk penderita setelah keluar dari RS sebagai berikut (7,8,11) :1. Selama tahun pertama, kunjungan ke RS minimum tiap 2 bulan, tahun-tahun

    berikutnya tiap bulan.2. Adanya hal-hal yang mengarah pada kelainan, kunjungan tidak perlu menurutijadwal.

    3. Setiap kunjungan dilakukan anamnesis mengenaidischarge alat, serta dilakukanpemeriksaan AICn dengan AID Check, baik diaktivasi atau dideaktivasi, sertapemeriksaan fungsi lainnya.

    4. Pemberian edukasi, baik kepada penderita serta keluarganya mengenai fungsinormal alat, termasuk menanggapi keluhan-keluhan sehingga dapat menghi-langkan rasa takutnya.

    USAHA UNTUK M ENINGKATKAN DAYA GUNA AlenBerbagai usaha telah dilakukao oleh para ahli untuk meningkatkan daya guna

    A1CD, sekaligus memperbaiki kekurangan-kekurangan yang masih ada, yang se-cara umum dapat disebutkan di sini, yaitu (7 ,8 ,9 ,1 0,1 1,1 5) :

    VoIu,,", 19. Nomor l,jalluari-Maret 1993

  • 5/14/2018 defibrilator

    12/12

    50 Agus R. Loehto, R. Mob. Yogiarla

    1. Seleksi penderita yang benar-benar memenuhi indikasi2. Penatalaksanaan penderita dengan cara-cara konvensional atau intervensi lainyang adekuat untuk mengatasi penyakit dasarnya terlebih dahulu.3. Dilibatkannya berbagai disiplin dalam penanganan penderita yang mendapatAICD, misalnya ahli psikologi.4. Dilakukannya riset terus-menerus untuk mencari teknologi yang lebih majusehingga alat mampu untuk mendeteksi takiaritmia ventrikular dengan lebihakurat, mempunyai kemampuan untuk mengatasi bradikardia J pacing capa-bi li ty , programmable , batere Iebih berumur panjang, elektrode dapat baik lagisehinggaDFf lebih rendah, mudah pemasangan dan penatalaksanaannya pascaoperasi, dll.

    DAFTAR KEPUSTAKAAN1. Mirowski M, Mower MM, Staewen WS, Tabatznik B, Mendeloff AI. Standby automaticdefibrillator. Arch Int Med 126;158,1970.2. Mirowski M, Mower MM, Staewen WS, Denniston RH, Mendeloff AI. The development ofthe transvenous automatic defibrillator. Arch Int Med 129;773,1972.3. Veltri EP, Mower MM, Mirowski M. The automatic implantable cardioverter-defibrillator

    CAICD) : Clinical experience. In : El- Sherif N, Samet P, eds. Cardiac pacing and electro-physiology. Third Ed. Philadephia : WB Saunders Company, 1991, p. 737.4. 01shausen KV, Witt T, Pop T, Treese N, Bethge KP, Meye J. Sudden cardiac death whilewearing a Holter monitor. Am 1 CardioI67;381,1991.5. Mirowski M. The automatic implantable cardioverter- defibrillator: An overview. J Am Coil

    Cardiol,6;461,1985.6. Mirowski M, Mower MM, Langer A, Heilman MS, Schreibman 1. A chronically implantedsystem for automatic defibrillation in active conscious dogs. Circulation, 58;90,1978.7. Cohen TJ, Reid PR, Mower MM, et al. The automatic implantable cardioverter-defibrillator.Long-term clinical experience and outcome at a hospital without an open-heart surgeryprogram. Arch Int Med, 152;65,1992.8. Winkle RA, Stinson EB, Echt DS, Mead RH, Schmidt P. Practical aspects of automaticcardioverter/defibrillator implantation. Am Heart J. 198;1335,1984.9. Troup Pl, Akhtar M, Tchou Pl, Jazayeri M, Avitall B. Automatic implantable cardiovertingand defibrillating devices in management of arrhythmias. In : Kulick DM, Rahimtoola SH,eds, Techniques and applications in interventional cardiology. St Louis: CV Mosby Company,1991, p. 437.

    10. Winkle RA, Bach SM, Echt DS, et al. The automatic implantable defibrillator : Localventricular bipolar sensing to detect ventricular tachycardia and fibrillation. Am 1 Cardiol.52;265,1983.

    11. Marchlinski FE, Buxton AE, Flores B. The automatic implantable cardioverter defibrillator(AICD) : Follow-up and complications. In : El-Sherif N, Samet P, eds. Cardiac pacing andelectrophysiology, Third Ed. Philadelphia: WB Saunders Company, 1991, p. 743.12. Platia BV, Griffith LSC, Watkins L, et a1.Treatment of malignant ventricular arrhythmiaswith endocardial resection and implantation of the automatic cardioverter-defibrillator. NEng! J Med. 314;213,1986.13. Echt DS, Armstrong K, Schmidt P, Oyer PE, Stinson EB, Winkel RA. Clinical experience,complications, and survival in 70 patients with the automatic implantable cardioverter/defi-brillator. Circulation, 71;289,1985.

    14. Fogoros RN, Fiedler SB, Elson 11. The automatic implantable cardioverter-defibrillator indrug-refractory ventricular tachyarrhythmias. Ann Int Med 107;635,1987.

    15. Saksena S, Parsonnet V. Implantation of a cardioverter/defibrillator without thoracotomyUSinga triple electrode system. JAMA 259;69,1988.

    Majalah II".u PenyaJdt Dalam