BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama. Penyakit demam berdarah dengue merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya semakin luas. 9 Demam Berdarah Dengue (selanjutnya disingkat DBD) umumnya ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. WHO memperkirakan bahwa hampir 50 juta infeksi DBD terjadi setiap tahun di dunia. 16 Di Indonesia, jumlah kasus DBD menunjukkan kecenderungan meningkat, baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit secara sporadik dan selalu terjadi kejadian luar biasa (KLB) pada setiap tahunnya. Dalam kurun waktu 4 tahun yaitu 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak
dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang
biasanya memburuk setelah dua hari pertama. Penyakit demam berdarah
dengue merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia
yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya
semakin luas.9 Demam Berdarah Dengue (selanjutnya disingkat DBD)
umumnya ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. WHO
memperkirakan bahwa hampir 50 juta infeksi DBD terjadi setiap tahun di
dunia. 16
Di Indonesia, jumlah kasus DBD menunjukkan kecenderungan
meningkat, baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit secara
sporadik dan selalu terjadi kejadian luar biasa (KLB) pada setiap tahunnya.
Dalam kurun waktu 4 tahun yaitu pada tahun 2007-2010, kasus DBD di
Indonesia meningkat tiap tahunnya. Terdapat dua puncak epidemik di
tahun 2007 terdapat 158.115 kasus dan 2009 terdapat sekitar 158.912
kasus. Pada tahun 2008 terdapat 137.469 kasus (Insiden Rate = 59,02 per
100.000 penduduk) dan tahun 2010 mencapai sekitar 140.000 kasus. 3
Provinsi Jawa Tengah dapat dikatakan sebagai provinsi yang
endemis untuk penyakit DBD. Berdasarkan data dari profil kesehatan 1
Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 sebesar 19,29/100.000 penduduk,
meningkat bila dibandingkan tahun 2011 (15,27/100.000 penduduk) dan
masih dalam target nasional yaitu <20/100.000 penduduk.4
Berdasarkan data rekapitulasi kasus DBD Kota Semarang pada
Tahun 2012 sebanyak 1.250 kasus. Jumlah tersebut mengalami penurunan
yang cukup signifikan dari Tahun 2011 yang mencapai 1.303 kasus.
Sedangkan berdasarkan data rekapitulasi bulan Januari-Agustus 2013
kasus DBD sebanyak 1844 kasus. Jumlah tersebut mengalami peningkatan
yang cukup signifikan. 5 , 6
Berdasarkan data rekapitulasi kasus DBD di Puskesmas Halmahera
pada tahun 2013 jumlah penduduk yang terjangkit DBD sejumlah 35 jiwa
(125%) dengan sasaran puskesmas yaitu sebesar 35 jiwa (80%). Dari data
di puskesmas Halmahera pada tahun 2014 menunjukkan jumlah penduduk
yang terjangkit DBD di tahun berjalan Januari hingga juni sejumlah 24
jiwa. Berdasarkan data kasus yang terjadi, maka penulis tertarik untuk
lebih mendalami dan mengidentifikasi mengenai kejadian DBD yang
mencakup distribusi dan determinan dengan pendekatan H.L Blum,
khususnya di wilayah kerja Puskesmas Halmahera.
2
1.2. Rumusan Masalah
Faktor apa saja yang dapat berpengaruh terhadap kejadian DBD di
lingkungan kerja Puskesmas Halmahera pada bulan Juli 2014 berdasarkan
pendekatan H.L Blum?
1.3. Tujuan Pengamatan
1.3.1. Tujuan Umum
1.3.1.1. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap DBD berdasarkan pendekatan
HL.Blum
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor
lingkungan yang mempengaruhi terjadinya penyakit DBD.
1.3.2.2. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor
perilaku yang mempengaruhi terjadinya penyakit DBD.
1.3.2.3. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor
pelayanan kesehatan yang mempengaruhi terjadinya
penyakit DBD.
1.3.2.4. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor
kependudukan yang mempengaruhi terjadinya penyakit
DBD.
1.3.2.5. Untuk dapat memberikan solusi terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya penyakit DBD.
3
1.3.2.6.
1.4. Manfaat
1.4.1. Manfaat bagi mahasiswa
1.4.1.1. Memberi masukan dan informasi ilmiah untuk
memperkaya keilmuan
1.4.1.2. Menjadi bahan rujukan untuk penelitian yang lebih
lanjut
1.4.2. Manfaat bagi masyarakat
1.4.2.1. Memberi rekomendasi langsung kepada masyarakat
untuk memperhatikan perilaku dan lingkungan tempat
tinggalnya.
1.4.2.2. Memberi rekomendasi kepada tenaga kesehatan untuk
lebih memberdayakan masyarakat dalam upaya kesehatan
promotif dan preventif
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi dan Etiologi
Dengue Haemoragic Fever (DHF) atau lebih sering dikenal sebagai
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut dengan ciri-
ciri demam, manifestasi perdarahan, dan bertendensi mngakibatkan renjatan
(syok) yang dapat menyebabkan kematian (Mansjoer, 2000).
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue yang termasuk golongan Abrovirus genus
Flavirus, keluarga Flafiviridae (Hidayat, 2006) dan ditularkan melalui
gigitan nyamuk betina Aedes Aegypti dan Aedes albopictus yang telah
terinfeksi oleh virus dengue dari penderita penyakit DBD sebelumnya.
Kedua nyamuk Aedes ini tersebar luas di rumah-rumah dan tempat umum di
seluruh wilayah Indonesia, kecuali di tempat-tempat yang ketinggiannya
lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut.
2.2. Epidemiologi
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue
(DBD) ditemukan pertama kali pada tahun 1968 yaitu di DKI Jakarta dan
tahun 1969 di Surabaya sampai dengan sekarang kepastian virologinya baru
diperoleh pada tahun 1970, seringkali menyebabkan kematian dan menyebar
5
hampir ke seluruh wilayah Indonesia. Di Indonesia, jumlah kasus
menunjukkan kecenderungan meningkat dalam kurun waktu 4 tahun yaitu
pada tahun 2007 – 2010, baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang
terjangkit secara sporadik dan selalu terjadi kejadian luar biasa (KLB) pada
setiap tahunnya. Terdapat dua puncak epidemik di tahun 2007 terdapat
158.115 kasus dan 2009 terdapat sekitar 158.912 kasus. Pada tahun 2008
terdapat 137.469 kasus (Incident Rate = 59,02 per 100.000 penduduk) dan
tahun 2010 mencapai sekitar 140.000 kasus.
Dalam 50 tahun terakhir, kasus DBD meningkat 30 kali lipat dengan
peningkatan ekspansi geografis ke negara-negara baru dan, dalam dekade
ini, dari kota ke lokasi pedesaan. Penderitanya banyak ditemukan di
sebagian besar wilayah tropis dan subtropis, terutama Asia Tenggara,
Amerika Tengah, Amerika dan Karibia. Virus dengue dilaporkan telah
menjangkiti lebih dari 100 negara, terutama di daerah perkotaan yang
berpenduduk padat dan pemukiman di Brazil dan bagian lain Amerika
Selatan, Karibia, Asia Tenggara, dan India. Jumlah orang yang terinfeksi
diperkirakan sekitar 50 sampai 100 juta orang, setengahnya dirawat di
rumah sakit dan mengakibatkan 22.000 kematian setiap tahun; diperkirakan
2,5 miliar orang atau hampir 40 persen populasi dunia, tinggal di daerah
endemis DBD yang memungkinkan terinfeksi virus dengue melalui gigitan
nyamuk setempat (Candra, 2010).
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Jawa Timur tahun 2000
dari bulan Januari s/d Desember jumlah penderita DHF sebanyak 3.634
6
jiwa. Dari jumlah tersebut terbanyak pada usia 1 – 14 tahun dengan jumlah
2079 jiwa. Angka kematian yang diperoleh dari seluruh penderita yaitu 33
jiwa. Data yang diperoleh dari unit perawatan anak RSUD Dr. Soetomo
Surabaya periode Januari sampai dengan Juni 2000 kasus DHF sebanyak
292 anak. Dari jumlah kasus tersebut terbanyak pada usia lebih dari 5 tahun
sebanyak 202 anak. Semua kasus yang dirawat tersebut tidak ada yang
meninggal di Rumah Sakit.
Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi
virus dengue yaitu :
a. Vektor : perkembangbiakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan
vektor di lingkungan, transportasi vektor dari satu tempat ke tempat
lain.
b. Penjamu : terdapatnya penderita di lingkungan / keluarga, mobilisasi
dan paparan terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin.
c. Lingkungan : curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.
2.2.1. Faktor Agent
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke
dalam Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat
tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue
tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang
lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus
flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak
7
dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal
dari sel-sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney)
maupun sel-sel Arthropoda misalnya sel Aedes albopictus.
(Soedarto, 1990).
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor
yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes
polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang
kurang berperan .Infeksi dengan salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan
tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya
(Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000).
Nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus merupakan vektor
penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui
gigitannya nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor penting di
daerah perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural)
kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes
berkembang biak pada genangan air bersih yang terdapat bejana-
bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes aegypti) maupun yang
terdapat di luar rumah di lubang-lubang pohon di dalam potongan
bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya (Aedes
albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah
korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja
hari (Soedarto, 1990).
8
2.2.2. Faktor Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka
ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna,
sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama
tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic
Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan
infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk
kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang
mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya jika ia telah
mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta.
(Soedarto, 1990).
2.2.3. Faktor Port Of Entery and Exit
Permukaan kulit tubuh.
2.2.4. Faktor Environment
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat tinggal nyamuk ini
adalah daerah tropis,dengan lingkungan yang kurang pencahayaan
dan sinar matahari, banyak genangan air, vas bunga yang jarang
diganti airnya, kaleng bekas tempat penampungan air, botol dan ban
bekas.
2.2.5. Transmisi
Cara Penularan adalah melalui prantara nyamuk Aedes aegpty dan
Aedes albopictus yang betina setiap 2 hari sekali
9
menggigit/mengisap darah manusia untuk memperoleh protein guna
mematangkan telurnya agar dapat membiakkan keturunannya.
Waktu menggigit orang yang darahnya mengandung virus dengue,
virus masuk dan berkembang biak dengan cara membelah diri dalam
tubuh nyamuk. Dalam waktu kurang dari 1 minggu virus sudah
berada di kelenjar liur dan siap untuk dipindahkan bersama air liur
nyamuk kepada orang sehat. Dalam waktu kurang dari 7 hari orang
itu dapat menderita penyakit demam berdarah.
Berbagai faktor kependudukan berpengaruh pada peningkatan dan
penyebaran kasus DBD, antara lain :
a. Tidak efektifnya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah
endemis.
b. Pertumbuhan penduduk yang tinggi.
c. Peningkatan sarana transportasi.
d. Urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali.
2.3. Cara Penularan
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak
ditemukan di sebagian besar wilayah tropis dan subtropics. Penularan virus
dengue terjadi melalui gigitan nyamuk yang termasuk subgenus Stegomya
yaitu nyamuk Aedes aegypti dan Ae. albopictus sebagai vektor primer dan
Ae. polynesiensis, Ae. scutellaris serta Ae (Finlaya) niveus sebagai vektor
sekunder, selain itu juga terjadi penularan transexsual dari nyamuk jantan
10
ke nyamuk betina melalui perkawinan serta penularan transovarial dari
induk nyamuk ke keturunannya. Ada juga penularan virus dengue melalui
transfusi darah seperti terjadi di Singapura pada tahun 2007 yang berasal
dari penderita asimptomatik. Masa inkubasi virus dengue dalam manusia
(inkubasi intrinsik) berkisar antara 3 sampai 14 hari sebelum gejala muncul,
gejala klinis rata-rata muncul pada hari keempat sampai hari ketujuh,
sedangkan masa inkubasi ekstrinsik (di dalam tubuh nyamuk) berlangsung
sekitar 8 – 10 hari. Manifestasi klinis mulai dari infeksi tanpa gejala demam,
demam dengue (DD) dan DBD, ditandai dengan demam tinggi terus
menerus selama 2 – 7 hari; pendarahan diatesis seperti uji tourniquet positif,
trombositopenia dengan jumlah trombosit ≤ 100 x 109/L dan kebocoran
plasma akibat peningkatan permeabilitas pembuluh.
Ciri fisik nyamuk yang menularkan penyakit DBD dengan nama Ae.
aegypty adalah sebagai berikut :
a. Berwarna hitam dengan loreng putih (belang-belang berwarna putih) di
sekujur tubuh nyamuk.
b. Nyamuk bisa hidup sampai 2-3 bulan dengan rata-rata 2 minggu.
c. Hidup di lingkungan rumah, bangunan dan gedung.
d. Nyamuk betina menghisap darah pada pagi hari dan sore hari
e. Nyamuk betina membutuhkan darah setiap dua hari sekali.
f. Bisa terbang hingga radius 100 meter dari tempat menetas.
g. Senang hinggap di tempat gelap dan benda tergantung di dalam rumah.
11
Tempat yang biasa dijadikan tempat bertelur (berkembang biak)
adalah di tempat yang tergenang air bersih dalam waktu lama seperti bak