Top Banner
JURNAL TINJAUAN PERENCANAAN PONDASI PEMBANGUNAN RUANG KULIAH BERLANTAI 3 STAIN SYECH M.DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI OLEH : DODI SAPUTRA 10.10.002.22201.167 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT 2014
12

dayaadadadadada

Sep 06, 2015

Download

Documents

Soedirman

DFHETRERERTGDD CFHFDSDFGEESSDD CHSFTHHGFHGFD
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • JURNAL

    TINJAUAN PERENCANAAN PONDASI PEMBANGUNAN

    RUANG KULIAH BERLANTAI 3 STAIN SYECH M.DJAMIL DJAMBEK

    BUKITTINGGI

    OLEH :

    DODI SAPUTRA 10.10.002.22201.167

    PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT

    2014

  • TINJAUAN PERENCANAAN PONDASI PEMBANGUNAN

    RUANG KULIAH BERLANTAI 3 STAIN SYECH M.DJAMIL DJAMBEK

    BUKITTINGGI

    DODI SAPUTRA, YULIADRA, ELFANIA BASTIAN

    ABSTRAK

    Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan

    pondasi tiang. Daya dukung pondasi sumuran diperoleh dari daya dukung ujung

    (end bearing capacity) yang diperoleh dari tekanan ujung tiang dan daya dukung

    geser atau selimut (friction bearing capacity) yang diperoleh dari daya dukung

    gesek atau gaya adhesi antara pondasi sumuran dan tanah di sekelilingnya.Dari

    kondisi lapisan tanah yang ada dan berdasarkan daya dukung tanahnya didapat

    jika dengan keadaan tanah yang ada cukup aman untuk mendukung pondasi

    sumuran ini. Dari perhitungan dengan mengunakan analisa teori Mayerhof

    didapatkan hasilnya sudah memenuhi syarat yang sesuai dengan analisa tersebut.

    Analisa yang didapatkan dengan daya dukung ujung didapatkan dimensi pondasi

    ( D = 4m ) dan ( B = 2m ) , menggunakan tulangan utama / stek 28 D 19, dan

    sengkang spiral D10 - 100, dengan dimensi tersebut menurut analisa pondasi

    sumuran aman digunakan.

    Kata kunci : Pondasi, Mayerhof, Daya Dukung, Sumuran (Caisson)

    ABSTRACT

    Pitting foundation is a transitional form between shallow foundation and pile

    foundation. Foundation bearing capacity sinks derived from the carrying capacity

    of the tip (end bearing capacity) were obtained from the pressure carrying

    capacity of the pile and slide or blanket (friction bearing capacity) were obtained

    from the carrying capacity of friction or adhesion force between the foundation

    and the soil surrounding wells. Of the existing condition of the soil layer and is

    based on soil bearing capacity obtained if the existing soil conditions safe enough

    to support the foundation of this pitting. From the analysis of the theory of

    computation by using the results obtained Mayerhof already qualified in

    accordance with the analysis. Analysis obtained with the carrying capacity of the

    foundation dimensions obtained (D = 4m) and (B = 2m), using the main

    reinforcement / cuttings 28 D 19, and D10 spiral stirrup - 100, according to an

    analysis by the dimensions of the foundation pitting safe to use.

    Keywords: foundation, Mayerhof, Capability, The wells (Caisson)

  • I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pondasi adalah struktur bagian bawah

    bangunan yang berhubungan langsung

    dengan tanah dan suatu bagian dari

    konstruksi yang berfungsi menahan gaya

    beban yang berada diatasnya. Pondasi

    dibuat menjadi satu kesatuan dasar

    bangunan yang kuat yang terdapat dibawah

    konstruksi. Pondasi dapat didefinisikan

    sebagai bagian bawah dari suatu konstruksi

    yang kuat dan stabil (solid).

    Pondasi sumuran adalah pondasi yang

    dibangun dengan menggali cerobong tanah

    berpenampang lingkaran dan di cor dengan

    beton atau campuran batu dan mortar

    (cycloplen). Pondasi sumuran di

    klasifikasikan sebagai bentuk peralihan

    antara pondasi dangkal dan pondasi dalam,

    dan digunakan apabila tanah dasar terletak

    pada kedalaman yang relatif dalam dengan

    persyaratan perbandingan kedalam

    tertanam terhadap diameter lebih kecil.

    1.2 Latar Belakang Masalah

    Semua konstruksi yang direncanakan,

    keberadaan pondasi sangat penting

    mengingat pondasi merupakan bagian

    terbawah dari bangunan yang berfungsi

    mendukung bangunan serta seluruh beban

    bangunan tersebut dan meneruskan beban

    bangunan itu, baik beban mati, beban

    hidup dan beban gempa ketanah atau

    batuan yang berada dibawahnya.

    Dalam hal ini pemilihan type pondasi

    sumuran akan lebih efektif dibandingkan

    dengan type pondasi yang lain, dan telah

    sesuai berdasarkan karakteristik dan daya

    dukung untuk bangunan ruang kuliah

    kampus II STAIN Syech M.Djamil

    Djambek yang telah di uji. Di karenakan

    jika seandainya menggunakan pondasi

    tiang pancang tidak akan cocok karena

    karakteristik tanah disana, sedangkan jika

    menggunakan pondasi setempat

    kedalamannya harus dilobang cukup jauh

    jadi hal tersebut tidak memungkinkan.

    1.3 Maksud dan Tujuan

    Adapun maksud dan tujuan penulis yang

    bingin dicapai adalah:

    - Untuk mengetahui sejauh mana daya dukung tanah pada

    konstruksi bangunan ini

    - Untuk menentukan bahwa type pondasi sumuran cocok digunakan

    pada konstruksi bangunan ini

    - Untuk menentukan ketahanan dan teganggan dalam tanah pada type

    pondasi sumuran ini

    Dengan diketahuinya hal tersebut diatas

    maka penulis dapat lebih memahami

    sejauh mana penggunaan type pondasi

    khususnya type pondasi sumuran pada

    konstruksi pembangunan ruang kuliah

    kampus II STAIN Syech M.Djamil

    Djambek Bukittinggi.

    1.4 Batasan Masalah

    Mengingat pentingnya tahap dalam

    pemilihan jenis pondasi dalam

    perencanaan suatu bangunan, perencana

    seringkali mengalami kesulitan untuk

    menentukan jenis pondasi seperti apa yang

    cocok di gunakan pada daerah atau pada

    bangunan yang akan dibangun.

    Karena dalam pembangunan ruang kuliah

    kampus II STAIN Syech M.Djamil

    Djambek Bukittinggi ini juga

    menggunakan pondasi sumuran, oleh sebab

    itu pembahasan hanya dibatasi pada topik

    perhitungan mekanika tanah dan

    perhitungan pondasi type pondasi sumuran

    yang ada agar pembahasan yang ada lebih

    terarah.

    II. DASAR-DASAR PERENCANAAN

    2.1 Uraian Umum

    Pada prinsipnya perencanaan suatu

    bangunan meliputi perencanaan bangunan

    atas dan perencanaan bangunan bawah,

    perencanaan bangunan atas (upper

    structure) meliputi bagian struktur dari

    bangunan yang ada diatas permukaan tanah

    seperti kerangka pemikul bangunan

    tersebut.

  • Sedangkan untuk bangunan bawah

    bangunan (sub structure) adalah bagian

    bangunan yang ada dibawah permukaan

    tanah, dalam hal ini bangunan yang di

    maksud adalah pondasi. Pondasi

    merupakan bagian dari suatu sistem

    rekayasa yang meneruskan beban yang

    ditopang oleh pondasi dan beratnya sendiri

    kepada dan kedalam tanah atau bebatuan

    yang terletak dibawahnya ( Bowles,1997).

    Ada dua kriteria yang harus dipenuhi oleh

    pondasi yang baik, yaitu :

    - Mampu menahan beban bangunan di atasnya tanpa menimbulkan kegagalan

    konstruksi.

    - Beban yang dteruskan oleh pondasi ke tanah tidak boleh melampaui kekuatan

    tanah yang bersangkutan.

    Bentuk pondasi tergantung dari jenis

    bangunan yang akan dibangun dan keadaan

    tanah tempat pondasi tersebut akan

    diletakkan, biasanya pondasi diletakkan

    pada tanah yang keras.

    2.2 Kegiatan Penyelidikan Tanah

    Hal yang juga sangat penting sebelum

    menentukan lokasi pembangunan suatu

    konstruksi adalah apa yang disebut dengan

    soil investigation atau dalam bahasa sehari-

    harinya adalah penyelidikan tanah.

    Karenaar bangunan dapat berdiri kokoh

    pondasi harus diletakkan pada lapisan

    tanah yang cukup keras dan padat.

    2.3 Penyelidikan Tanah Di Lapangan

    Dalam dunia teknik sipil, penyelidikan

    tanah bertujuan untuk memperoleh data-

    data tanah yang diperlukan dalam

    perencanaan pondasi. Selain itu tujuan dari

    penyelidikan tanah adalah untuk

    menentukan kapasitas daya dukung tanah,

    menentukan tipe kedalaman pondasi,

    mengetahui kedalaman muka air tanah,

    memprediksi besarnya penurunan yang

    terjadi, dan lain sebagainya.

    Jenis-jenis tanah tertentu sangat mudah

    sekali terganggu konsentrasinya oleh

    pengaruh pengambilan beberapa

    sampelnya dari dalam tanah. Untuk

    mengulangi hal tersebut tidak terjadi maka

    dilakukan beberapa pengujian dilapangan

    secara lansung. Pengujian-pengujian

    tersebut antara lain :

    1. Pengujian penetrasi standar atau SPT ( Standar Penetration Test )

    2. Pengujian penetrasi kerucut statis ( Static Cone Penetration Test )

    3. Pengujian beban plat (Plate Load Test)

    4. Pengujian geser baling-baling ( Vane Shear Test )

    2.4 Pengujian Penetrasi Standar ( Standar

    Penetration Test )

    Metode Standar Penetration Test adalah

    pemancangan batang (yang memiliki ujung

    pemancangan) ke dalam tanah dengan

    menggunakan pukulan palu dan mengukur

    jumlah pukulan perkedalaman penetrasi.

    Cara ini telah dibakukan sebagai ASTMD

    1586 sejak tahun 1958 dengan revisi-revisi

    secara berkala sampai sekarang.

    Pemancangan biasanya dilakukan dengan

    beban 140 lbs ( 63,5 kg ) yang dijatuhkan

    dari ketinggian 30 ( inchi ) atau 75 cm.

    Pengamatan dan perhitungan dilakukan

    sebagai berikut :

    a. Mula-mula tabung SPT dipukul kedalam tanah sedalam 45 cm yaitu

    kedalaman yang diperkirakan akan

    terganggu oleh pengeboran.

    b. Kemudian untuk setiap kedalaman 15 cm di catat jumlah pukulan yang

    dibutuhkan untuk memasukkannya.

    Jumlah pukulan untuk memasukkan

    split spoon 15 cm pertama dicatat

    sebagai N1. Jumlah pukulan untuk

    memasukkan 15 cm kedua adalah N2

    dan jumlah pukulan untuk

    memasukkan 15 cm ketiga adalah N3,

    jadi total kedalaman setelah pengujian

    SPT adalah 45 cm dan menghasilkan

    N1, N2 dan N3.

    c. Angka SPT ditetapkan dengan menjumlahkan 2 angka pukulan

    terakhir

    (N2+N3) pada setiap interval

    pengujian dan di catat pada lembaran

    Drilling Log.

  • d. Setelah selesai pengujian, tabung SPT diangkat dari lubang bor kepermukaan

    tanah untuk diambil contoh tanahnya

    dan dimasukkan kedalam kantong

    plastik untuk di amati di laboratorium.

    Hasil dari pekerjaan Bor dan SPT

    kemudian dituangkan dalam lembaran

    drilling log yang berisi :

    - Deskripsi tanah meliputi : jenis tanah, warna tanah, tingkat plastisitas dan

    ketebalan lapisan masing-masing.

    - Pengambilan contoh tanah asli / Undisturbed Sample ( UDS).

    - Pengujian Standart Penetration Test ( SPT).

    - Muka air tanah. - Tanggal pekerjaan dan berakhirnya

    pekerjaan.

    Jumlah N pukulan memberikan petunjuk

    tentang kerapatan relatif dilapangan

    Khususnya tanah pasir atau kerikil dan

    hambatan jenis tanah terhadap penetrasi.

    Uji ini biasanya digunakan untuk tanah

    yang keras.

    Tujuan percobaan SPT

    1. Untuk menentukan kepadatan relatif lapisan tanah tersebut dari

    pengambilan contoh tanah dengan

    tabung, dapat diketahui jenis tanah

    dan ketebalan tiap-tiap lapisan

    kedalaman tanah tersebut.

    2. Memperoleh data yang kuantitatif pada perlawanan penetrasi tanah dan

    menetapkan kepadatan dari tanah yang

    tidak berkohesi yang biasanya sulit

    diambil sampelnya.

    Kegunaan hasil penyelidikan SPT

    1. Menentukan kedalaman dan tebal masing-masing lapisan tanah tersebut.

    2. Alat dan cara operasinya relatif sederhana.

    3. Contoh tanah terganggu dapat diperoleh untuk identifikasi jenis

    tanah

    2.5 Pegujian Penetrasi Kerucut Statis

    ( Static Cone Penetration Test )

    Pengujian penetrasi kerucut statis atau

    pengujian sondir banyak digunakan di

    Indonesia disamping pengujian SPT.

    Pengujian ini sangat berguna untuk

    memperoleh nilai variasi kepadatan

    tanah pasir yang tidak padat. Pada tanah

    pasir yang padat dan tanah-tanah

    berkerikil dan berbatu, penggunaan alat

    sondir menjadi tidak efektif, karena

    akan banyak mengalami kesulitan dalam

    menembus tanah. Nilai-nilai tahanan

    kerucut statis (qc) yang diperoleh dari

    pengujiannya dapat dikorelasikan secara

    langsung dengan kapasitas daya dukung

    tanah dan penurunan pada pondasi-

    pondasi dangkal dan pondasi tiang.

    Ujung alat ini terdiri dari kerucut baja

    yang mempunyai sudut kemiringan 60

    dan berdiameter 35,7 mm atau

    mempunyai luas penampang 1000 mm2.

    Bentuk skematis dan cara kerja alat ini

    dapat dilihat pada gambar. Alat sondir

    dibuat sedemikian rupa sehingga dapat

    mengukur tahanan ujung dan tahanan

    terhadap gesek.

    Cara penggunaan alat ini, adalah dengan

    menekan pipa penekanan dan mata

    sondir secara terpisah, melalui alat

    penekanan mekanis atau dengan tangan

    yang memberikan gerakan kebawah.

    Kecepatan penekanan kira-kira 10

    mm/detik.

    Pembacaan tahanan kerucut statis

    dilakukan dengan melihat arloji

    pengukur. Nilai qc adalah besarnya

    tahanan kerucut dibagi dengan luas

    penampangnya. Pembacaan arloji

    pengukur, dilakukan pada tiap-tiap

    penetrasi sedalam 20 cm. Tahanan ujung

  • serta tahanan gesek selimut alat sondir

    dicatat. Dari sini diperoleh grafik

    tahanan kerucut statis atau tahanan

    konus yang menyajikan nilai keduanya.

    2.6 Pengujian Tanah di Laboratorium

    Untuk mengetahui sifat-sifat fisik tanah

    dapat dipelajari dari hasil uji laboratorium

    pada contoh-contoh tanah yang di ambil

    dari penyelidikan lapangan di daerah

    pembangunan konstruksi tersebut. Hasil-

    hasil pengujian yang diperoleh dapat

    digunakan untuk menghitung kapasitas

    dukung dan penurunan. Kecuali itu, data

    laboratorium dapat pula memberikan

    informasi mengenai:

    - besarnya debit air yang mengalir ke lobang galian pondasi

    - perilaku tanah dalam mengalami tekanan,serta

    - penanggulangan air pada penggalian tanah pondasi

    perlu diingat bahwa kondisi lapisan tanah

    di lapangan bervariasi. Karena itu, jumlah

    contoh tanah yang terlalu sedikit akan

    memberikan analisa data yang hasilnya

    kurang tepat atau meragukan. Secara

    umum pengujian dilaboratorium yang

    sering digunakan untuk perancangan

    pondasi adalah

    1. pengujian dari pengamatan lansung pengujian ini dilakukan untuk

    mencatat warna, bau, konsistensi dari

    tanah terganggu dan tidak terganggu

    yang diperoleh dari lapangan.

    2. Kadar air Pemeriksaan kadar air di lapangan

    dilakukan pada contoh tanah tak

    terganggu yang dikirim ke

    laboratorium.Dengan membandingkan

    hasil-hasilnya dengan hasil yang

    diperoleh dari uji batas plastis dan

    batas cair, dapat disusun program uji

    kuat geser tanah. Selain itu, karena

    umumnya tanah lunak berkadar air

    tinggi, pemeriksaan kadar air berguna

    untuk meyakinkan kondisi tanah lunak

    tersebut. Pemeriksaan kadar air

    biasanya merupakan bagian uji kuat

    geser tanah.

    3. Analisis butiran Uji analisis ukuran butir tanah

    dilakukan untuk keperluan klasifikasi.

    Pengujian dilakukan melalui analisis

    saringan dan sidimentasi atau analisis

    hidrometer, untuk memperoleh kurva

    gradasinya.

    4. Batas plastis dan batas cair Pengujian ini dilakukan pada tanah

    kohesif untuk maksud klasifikasi dan

    untuk estimasi sifat-sifat teknisnya.

    Grafik plastisitas dari casagrande

    dapat digunakan untuk

    memperkirakan kompresibilitas tanah-

    tanah lempung dan lanau. Dalam

    menggunakan grafik plastisitas, perlu

    diketahui apakah tanah berupa organik

    atau an organik, yang biasanya dapat

    diketahui dari warnanya yang gelap

    dan baunya seperti tanaman yang

    busuk bila tanahnya organik. Bila

    terdapat keragu-raguan mengenai

    tanah organik ini, uji batas cair

    dilakukan pada contoh tanah yang

    telah dipanaskan dalam oven. Jika

    setelah pengeringan, nilai batas cair

    tereduksi sampai 30% atau lebih,

    maka tanah adalah tanah organik.

    Prosedur yang umum dipakai adalah

    dengan melakukan uji batas plastis

    dan batas cair pada contoh tanah yang

    dipilih yang jumlahnya tidak begitu

    banyak, dari tiap-tiap macam tanah

    yang mewakili dan yang diperoleh

    dari lubang bor. Dengan

    membandingkan hasil-hasilnya dan

    mengeplotasikan hasil-hasil tersebut

    kedalam grafik plastisitas, variasi

    macam tanah dapat diklasifikasikan.

    Dan dapat diketahui secara kasar sifat

    kimpresibilitasnya, dan contoh-contoh

  • tanah yang dipilih dapat dilakukan

    konsolidasi jika dibutuhkan.

    5. Uji triaksial Dalam perancangan pondasi, uji

    triaksial terbatas hanya dilakukan pada

    tanah-tanah lempung, lanau, dan

    batuan lunak. Umumnya, pengujian

    ini tidak dilakukan pada tanah pasir

    dan kerikil, karena sulitnya

    memperoleh contoh tanah tak

    terganggu. Walaupun pengambilan

    contoh tanah pasir sudah diusahakan

    sangat hati-hati, namun pada

    pelepasan contoh tanah dari dalam

    tabung tanah akan berubah atau

    terganggu dari kondisi aslinya.

    Hal terbaik yang dapat dilakukan

    hanyalah dengan mengukur berat

    volumenya, yaitu dengan cara

    menimbang contoh pasir dalam tabung

    lalu diukur berat volumenya.

    Kemudian penggujian geser dilakukan

    pada contoh tanah yang dibuat

    mempunyai berat volume yang sama.

    Pada tanah pasir, lebih baik jika sudut

    gesek dalam ( secara empiris diukur

    dari uji lapangan, seperti uji SPT atau

    uji penetrasi kerucut statis ( sondir ).

    Kuat geser tanah lempung yang

    digunakan untuk hitungan kapasitas

    dukung tanah dapat diperoleh dari

    pengujian triaksial tak terdrainasi

    (undrained).

    6. Uji tekan bebas Pengujian ini berguna untuk

    menentukan kuat geser tak terdrainasi

    pada tanah lempung jenuh yang tidak

    mengandung butiran kasar, yang akan

    digunakan dalam hitungan kapasitas

    dukung.

    7. Uji geser kipas Uji geser kipas lebih banyak dilakukan

    dilapangan daripada di laboratorium.

    Namun uji geser kipas di laboratorium

    sangat berguna bila tanah sangat

    sensitif dan lunak yang menyulitkan

    dalam pemasangan contoh tanah pada

    waktu dilakukan uji tekan-bebas.

    8. Uji konsolidasi Pengujian ini hanya dilakukan untuk

    jenis tanah berbutir halus seperti

    lempung dan lanau dan digunakan

    untuk mengukur besarnya penurunan

    konsolidasi dan kecepatan penurunan.

    Pengujian dilakukan pada alat

    oedometer atau konsolidometer. Dari

    nilai koefisien konsolidasi (Cv) yang

    dihasilkan, dapat ditentukan kecepatan

    penurunan bangunannya. Data

    hubungan beban dan penurunan

    diperoleh dari penggambaran grafik

    tekanan terhadap angka pori. Dari sini,

    dapat diperoleh koefisien perubahan

    volume (mv) atau indeks pemampatan

    (Cc), yang selanjutnya digunakan

    untuk menghitung estimasi penurunan

    akibat beban bangunan.

    Uji konsolidasi tidak bisa dilakukan

    bila tanahnya berupa lempung

    terkonsolidasi sangat berlebihan

    (heavily over consolidated).

    Karena pada jenis tanah lempung

    tersebut, sepanjang beban yang

    diterapkan tidak sangat berlebhan,

    penurunan yang terjadi sangat kecil

    sehingga dapat diabaikan.

    9. Uji permeabilitas Uji permeabilitas dilakukan pada

    contoh tanah tak terganggu. Hal ini

    dilakukan untuk mengetahui

    banyaknya air yang harus dipompa

    pada penggalian tanah pondasi.

    10. Analisa bahan kimia Analisa bahan kimia dilakukan untuk

    mengetahui kemungkinan kandungan

    bahan kimia dari air tanah yang dapat

    merusak pondasi beton, turap baja,

    ataupun tiang pancang baja. Bila

    pondasi berupa bahan baja, biasanya

    cukup dengan menentukan pH dan

    kandungan klorida pada tanah dan air

    tanahnya. Untuk pondasi beton,

    umumnya perlu ditentukan kandungan

    sulfatnya dan bila tanah mengandung

    banyak bahan organik, disarankan

    untuk menambahkan uji pH dan

    penentuan presentase kandungan

    bahan organiknya.

  • III. GAMBARAN UMUM LOKASI

    STUDI

    3.1 Latar Belakang

    Dalam perencanaan suatu bangunan

    pertama kali yang harus diketahui dan

    harus disesuaikan adalah kondisi dan

    keadaan tanah yang berada disekitar

    bangunan yang akan di bangun tersebut.

    Sebagaimana telah dibahas pada bab

    sebelumnya, bahwa dalam perencanaan

    dan pembangunan pondasi harus

    disesuaikan dengan kondisi tanahnya.

    Sebelum dilaksanakan sebaiknya

    diadakan terlebih dahulu pekerjaan

    persiapan dan menetapkan pondasi

    terhadap analisa yang akan

    dipergunakan tersebut.

    3.2 Lokasi pembangunan

    Lokasi dari pembangunan ruang kuliah

    kampus II STAIN Syech M.Djamil

    Djambek terletak di JL. Raya Gurun Aur

    Kubang Putih, Kabupaten Agam,

    Sumatera Barat.

    3.3 Teknik Pondasi

    Sebelum dibahas lebih jauh lagi

    mengenai pelaksanaan pekerjaan

    pondasi dan langkah-langkahnya, ada

    baiknya diketahui terlebih dahulu teknik

    dari pondasi tersebut.

    Kita ketahui suatu bangunan terdiri dari

    bangunan atas dan bangunan bawah.

    Dimana bangunan bawah lazimnya

    disebut pondasi bangunan. Pondasi

    bangunan itu bertugas memikul seluruh

    beban (berat) bangunan itu sendiri dan

    beban-beban lainnya yang turut

    diperhitungkan, untuk kemudian

    melimpahkan beban bangunan tersebut,

    kepada tanah sampai lapisan atau

    sampai kedalaman tertentu.

    Lapisan tanah dimana pondasi suatu

    bangunan diletakkan harus mampu

    mendukung beban-beban tanpa terjadi

    suatu penurunan tanah (deformasi) yang

    tertentu, dengan kata lain tanah harus

    mempunyai capasity (kemampuan

    memikul beban) diwaktu tanah itu

    kehilangan keseimbangan disaat

    menerima beban.

    Jadi pondasi suatu bangunan merupakan

    salah satu bagian bangunan yang sangat

    penting. Untuk lebih jelasnya mengenai

    teknik pelaksanaan pekerjaan pondasi,

    ada beberapa faktor yang mempengaruhi

    pondasi suatu bangunan diantaranya :

    Susunan tebal serta sifat lapisan tanah

    setempat.

    Besar, macam klasifikasi sifat

    kontruksi

    Keadaan/sifat-sifat khusus daerah

    setempat misalnya sifat sungai,

    keadaan bangunan serta kondisi daya

    dukung tanahnya dan lain-lain.

    Peralatan dan bahan bangunan yang

    tersedia

    Pertimbangan biaya.

    Susunan, tebal dan sifat lapisan tanah

    dapat diketahui berdasarkan hasil

    penyelidikan geoteknik yang harus

    dilakukan pada tanah setempat.

    Sehingga dari hasil penyelidikan ini

    dapat ditentukan type pondasi, sampai

    berapa dalam dasar pondasi harus

    diletakkan serta berapa besar daya

    dukung tanahnya.

    Macam dan jumlah penyelidikan

    geoteknik yang harus dilakukan

    tergantung pada besar atau kecilnya

    bangunan, situasi dan macam tanah yang

    bisa dilakukan ialah :

    1. Mengetahui tegangan tanah (dengan cara Instrument)

    2. Mengadakan pengeboran tanah dan mengambil contoh-tanah pada

    kedalaman yang berlainan. Kemudian

    contoh-contoh tanah tersebut dibawa

    ke laboraturium.

  • 2.50

    4.00

    4.00

    4.00

    4.00

    4.00

    4.00

    8.004.004.004.00

    A A' B C D

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    SLOOF S1 40/50

    MT -0.80

    POER 125x125x40

    D16-125

    16 - D16

    Sengkang Spiral 8-125

    Beton Cor 1:2:3

    Cyclopen Beton 1:3:5

    + 40% batu kali

    Beton Cor 1:2:3

    ML 0.00

    0.50

    3.75

    0.75

    0.40

    5.00

    5.40

    0.50

    0.45

    1.30 0.100.10

    1.50

    IV ANALISA PERENCANAAN

    PONDASI

    4.1 Perhitungan mekanika tanah

    Penyelidikan tanah dilapangan dibutuhkan

    untuk perancangan pondasi bangunan.

    Penyelidikan tanah dilakukan dengan cara

    lubang uji (test pit) atau pengujian dilapangan

    (pengujian insitu test), dari data yang diperoleh

    maka sifat-sifat teknis tanah bisa dipelajari

    kemudian dijadikan pertimbangan dalam

    menganalisa penurunan dan kapasitas dukung.

    Dimana untuk menghitung mekanika tanah

    terlebih dahulu harus di klasifikasikan tanah-

    tanah dilokasi pondasi atau bangunan akan

    didrikan, secara umum penulis akan coba

    membahas langkah-langkah dalam

    perencanaan pembangunan suatu pondasi.

    4.2 Pemeriksaan berat jenis tanah

    Berat jenis tanah sering juga disebut

    specific gravity, dapat dinyatakan sebagai

    perbandingan antara berat isi butir tanah

    dengan berat isi air. Nilai daripada berat isi

    butir tanah adalah perbandingan antara

    berat butir tanah dengan volumenya.

    Sedangkan berat isi air adalah

    perbandingan antara berat air dengan

    volume airnya, biasanya mendekati nilai 1

    g/cm3.

    Data-data tersebut di perjelas dalam rumus.

    - =wt

    w5w3

    - wt = w2 w1 - w3 = Berat piknometer + air

    Tanah

    - w5 = w2 w1 + w4 - w4 = Berat piknometer + n air

    tc

    Dimana :

    - = Berat jenis tanah - wt = Berat tanah - w1 =Berat piknometer - w2 =Berat piknometer +

    Contoh

    - w3 = Berat piknometer + air + contoh

    4.3 Pekerjaan Pondasi Sumuran

    Rencana Denah Pondasi

  • 4.4 Perhitungan pembebanan

    a. Pembebanan lantai 3

    Beban mati ( wdl ) - Pelat dak = 400 m2 x 0,10 m x 2400

    = 96.000 kg

    - Balok 40/30 = panjang keseluruhan 192 m

    192 m x 0,4 m x 0,3 m x 2400 = 55.296 kg

    - Kolom 40/40 jumlah ( 24 btg ) 24 x 4m x 0,4 m x 0,4 m x 2400

    = 36.864 kg

    - Dinding 960 m2 x 250 =240.000 kg

    - Plafond 400 m2 x 18 = 7.200 kg

    Total wdl = 96.000 + 55.296 + 36.864 +

    240.000 + 7.200

    = 435.360 kg

    Beban hidup ( wll ) - Beban hidup untuk atap

    ketentuannya 100 kg/ cm2

    - Koefisien reduksi 0,3 Wll = 100 x 0,3 x 400 m2

    = 12.000 kg

    Beban nominal lantai 3 - Beban nominal = beban mati +

    beban hidup

    = 435.360 kg + 12.000 kg = 447.360 kg

    Beban ultimate lantai 3 - Beban ultimate dengan ketentuan 1,2 wl

    + 1,6 wl

    = ( 1,2 x 435.360 ) + ( 1,6 x 12.000 )

    = 522.432 kg + 19.200 kg

    = 541.632 kg

    b. Pembebanan lantai 2

    Beban mati ( wdl ) - Pelat lantai 2 = 400 m2 x 0,12 m x

    2400 =115.200 kg

    - Balok 40/30 = panjang keseluruhan 192 m

    192 m x 0,4 m x 0,3 m x 2400 = 55.296 kg

    - Kolom 40/40 jumlah ( 24 btg ) 24 x 4m x 0,4 m x 0,4 m x 2400

    = 36.864 kg

    - Dinding 960 m2 x 250 = 240.000 kg

    - Plafond 400 m2 x 18 = 7.200 kg

    - Penutup lantai 400 m2 x 24 =9.600 kg

    Total wdl = 115.200 + 55.296 + 36.864 +

    240.000 + 7.200 + 9.600

    = 464.160 kg

    4.5 Perencanaan Pondasi

    4.5.1 Perhitungan Daya Dukung Pondasi

    Daya dukung ujung dianalisa dengan

    menggunakan rumus Mayerhof

    yaitu :

    B

    DBqcqu 1

    40

    .

    Pu total= 75148,8 kg = 75,14 t

    Dimensi sumuran yang mau direncanakan

    menurut analisa adalah diameter sumuran

    yang digunakan (B) = 2 m

    Kedalaman pondasi (D) = 4 m

    qc = 150 kg/cm2 = 1500 t/m

    2 ( dari data

    penyelidikan tanah/sondir)

    Daya dukung ujung (qu)

    2

    41

    40

    21500uq = 225 t/m

    2

    Daya dukung ujung (qa) dengan faktor keamanan ( fk = 2 )

    2

    225

    fk

    qqa u = 112,5 t/m

    2

    Berat sumuran (Ws) Ws = x B

    2 x D x bs

    = 3,14 x 22 x 4 x 2,2

    = 27,632 t

    Pa = qa x x B2

    = x 112,5 x 3,14 x 22

    = 353,25 t

    Pnetto = Pa Wsumuran

    = 253,4292 27,632

    = 325,618 t

  • Pnetto> Putotal

    325,618 t > 75,1488 t OK

    4.5.2 Penulangan Pondasi

    Kedalaman Pondasi (H) = 4 m

    Diameter Pondasi (D) = 2 m

    Syarat :

    H > 4 D

    4 > 4 2

    4 > 8 m

    ( Memerlukan tulangan )

    Dipakai tulangan minimum

    A = 0,25% D2

    = 0,25% 3,14 22

    = 78,510 cm2

    = 7851,0 mm2

    Dipakai 28 D 19 Luas A = 7950 mm2

    > 7851 mm2, aman

    Sedangkan untuk sengkang dipakai

    tulangan D10 100 mm.

    Hasil Analisa Pondasi

    4.5.3 Penurunan Pondasi

    Tinjauan penurunan pondasi pada

    pembebanan sementara :

    Putot = 75148,8 kg

    B = 2 m = 200 cm

    q = 2

    41 .

    totPu'

    B

    q = 2

    41 200..

    75148,8

    = 2,393 kg/cm2

    Dari buku Josep E. Bowles Jilid 1,

    diperoleh :

    Tabel 2 - 6 (hal 78) Es = 450

    kg/cm2 : lanau berpasir

    Tabel 2 - 7 (hal 79) = 3,14 : lanau

    Tabel 5 - 4 (hal 214) Iw = 1,57

    : lingkaran / sumuran

    Digunakan mutu beton fc = 25 Mpa dan Iw = 1,57

    Eb = 4700 25

    = 23500 Mpa

    = 235000 kg/cm2

    St = IwEs

    qxB

    21

    = 57,1450

    3,01200393,2

    2

    = 1,519 cm

    Sb = Eb

    L

    2

    41

    maxPu'

    = 235000200

    4008,751482

    41

    = 0,0127 cm

    Stot = St + Sb

    = 1,519 + 0,0127

    = 1,519 cm

    Stot < 10 cm

    1,519 < 10 cm OK

  • V PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Dalam pembahasan tugas akhir ini maka

    dapat disimpulkan sebagai berikut :

    Berdasarkan gambar perencanaan dengan

    hasil analisa terdapat perbedaan antara

    pemakain kolom, balok serta sloof juga

    dengan kedalaman pondasi beserta

    diameternya.

    Gambar rencana

    Gambar hasil analisa

    1. Dari perhitungan berdasarkan stabilitas dan perencanaan daya

    dukung terhadap pondasi sumuran

    telah memenuhi syarat.

    2. Dalam analisa perencanaan pondasi sumuran Untuk bangunan STAIN

    Syech M.Djamil Djambek Bukittinggi

    Sumatera Barat, setelah penulis

    melakukan perhitungan maka pondasi

    sumuran sangat cocok digunakan ,

    Maka selanjutnya di analisa pondasi

    bangunan dengan teori mayerhof.

    5.2 Saran - Saran

    Dalam perencanaan struktur pondasi

    pada bangunan ini ada baiknya mengunakan

    teori mayerhof

    1. Sebagaimana yang telah di hitung oleh penulis, karena dengan mengunakan

    berbagai metoda atau teori yag lain

    kita dapat memperbandingkan hasil

    yang diperoleh dari masing-masing

    metoda.

    2. Setelah di lakukan penganalisaan maka terhadap penulisan, jenis

    pondasi pembangunan gedung

    perkuliahan ini lebih tepat

    mengunakan jenis pondasi sumuran.

    Daftar Pustaka

    Bowles, J,E. 1992, Analisis dan Desain

    Fondasi, Jilid I, Edisi Keempat,

    Erlangga.Jakarta

    Craig, R, F, 1991, Mekanika Tanah, Edisi

    Keempat, Erlangga. Jakarta

    Das, B, M, 1995, Principles Of

    Geotechnical Engineering, Third Edition.

    PWS Publishing Company. Boston

    Das, B, M, 1997, Principles Of Foundation

    Engineering, Third Edition. PWS

    Publishing Company. Boston

    Gunawan, R, 1985, Pengantar Teknik

    Fondasi, Kanisius. Yogyakarta

    Hardiyatmo, H, C, 2002a, Teknik Fondasi

    I, Edisi Kedua. PT. Gramedia. Jakarta

    Hardiyatmo, H, C, 2002b,Mekanika Tanah

    II , Edisi Kedua. PT. Gramedia.Jakarta