JURNAL TINJAUAN PERENCANAAN PONDASI PEMBANGUNAN RUANG KULIAH BERLANTAI 3 STAIN SYECH M.DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI OLEH : DODI SAPUTRA 10.10.002.22201.167 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT 2014
JURNAL
TINJAUAN PERENCANAAN PONDASI PEMBANGUNAN
RUANG KULIAH BERLANTAI 3 STAIN SYECH M.DJAMIL DJAMBEK
BUKITTINGGI
OLEH :
DODI SAPUTRA 10.10.002.22201.167
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT
2014
TINJAUAN PERENCANAAN PONDASI PEMBANGUNAN
RUANG KULIAH BERLANTAI 3 STAIN SYECH M.DJAMIL DJAMBEK
BUKITTINGGI
DODI SAPUTRA, YULIADRA, ELFANIA BASTIAN
ABSTRAK
Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan
pondasi tiang. Daya dukung pondasi sumuran diperoleh dari daya dukung ujung
(end bearing capacity) yang diperoleh dari tekanan ujung tiang dan daya dukung
geser atau selimut (friction bearing capacity) yang diperoleh dari daya dukung
gesek atau gaya adhesi antara pondasi sumuran dan tanah di sekelilingnya.Dari
kondisi lapisan tanah yang ada dan berdasarkan daya dukung tanahnya didapat
jika dengan keadaan tanah yang ada cukup aman untuk mendukung pondasi
sumuran ini. Dari perhitungan dengan mengunakan analisa teori Mayerhof
didapatkan hasilnya sudah memenuhi syarat yang sesuai dengan analisa tersebut.
Analisa yang didapatkan dengan daya dukung ujung didapatkan dimensi pondasi
( D = 4m ) dan ( B = 2m ) , menggunakan tulangan utama / stek 28 D 19, dan
sengkang spiral D10 - 100, dengan dimensi tersebut menurut analisa pondasi
sumuran aman digunakan.
Kata kunci : Pondasi, Mayerhof, Daya Dukung, Sumuran (Caisson)
ABSTRACT
Pitting foundation is a transitional form between shallow foundation and pile
foundation. Foundation bearing capacity sinks derived from the carrying capacity
of the tip (end bearing capacity) were obtained from the pressure carrying
capacity of the pile and slide or blanket (friction bearing capacity) were obtained
from the carrying capacity of friction or adhesion force between the foundation
and the soil surrounding wells. Of the existing condition of the soil layer and is
based on soil bearing capacity obtained if the existing soil conditions safe enough
to support the foundation of this pitting. From the analysis of the theory of
computation by using the results obtained Mayerhof already qualified in
accordance with the analysis. Analysis obtained with the carrying capacity of the
foundation dimensions obtained (D = 4m) and (B = 2m), using the main
reinforcement / cuttings 28 D 19, and D10 spiral stirrup - 100, according to an
analysis by the dimensions of the foundation pitting safe to use.
Keywords: foundation, Mayerhof, Capability, The wells (Caisson)
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pondasi adalah struktur bagian bawah
bangunan yang berhubungan langsung
dengan tanah dan suatu bagian dari
konstruksi yang berfungsi menahan gaya
beban yang berada diatasnya. Pondasi
dibuat menjadi satu kesatuan dasar
bangunan yang kuat yang terdapat dibawah
konstruksi. Pondasi dapat didefinisikan
sebagai bagian bawah dari suatu konstruksi
yang kuat dan stabil (solid).
Pondasi sumuran adalah pondasi yang
dibangun dengan menggali cerobong tanah
berpenampang lingkaran dan di cor dengan
beton atau campuran batu dan mortar
(cycloplen). Pondasi sumuran di
klasifikasikan sebagai bentuk peralihan
antara pondasi dangkal dan pondasi dalam,
dan digunakan apabila tanah dasar terletak
pada kedalaman yang relatif dalam dengan
persyaratan perbandingan kedalam
tertanam terhadap diameter lebih kecil.
1.2 Latar Belakang Masalah
Semua konstruksi yang direncanakan,
keberadaan pondasi sangat penting
mengingat pondasi merupakan bagian
terbawah dari bangunan yang berfungsi
mendukung bangunan serta seluruh beban
bangunan tersebut dan meneruskan beban
bangunan itu, baik beban mati, beban
hidup dan beban gempa ketanah atau
batuan yang berada dibawahnya.
Dalam hal ini pemilihan type pondasi
sumuran akan lebih efektif dibandingkan
dengan type pondasi yang lain, dan telah
sesuai berdasarkan karakteristik dan daya
dukung untuk bangunan ruang kuliah
kampus II STAIN Syech M.Djamil
Djambek yang telah di uji. Di karenakan
jika seandainya menggunakan pondasi
tiang pancang tidak akan cocok karena
karakteristik tanah disana, sedangkan jika
menggunakan pondasi setempat
kedalamannya harus dilobang cukup jauh
jadi hal tersebut tidak memungkinkan.
1.3 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan penulis yang
bingin dicapai adalah:
- Untuk mengetahui sejauh mana daya dukung tanah pada
konstruksi bangunan ini
- Untuk menentukan bahwa type pondasi sumuran cocok digunakan
pada konstruksi bangunan ini
- Untuk menentukan ketahanan dan teganggan dalam tanah pada type
pondasi sumuran ini
Dengan diketahuinya hal tersebut diatas
maka penulis dapat lebih memahami
sejauh mana penggunaan type pondasi
khususnya type pondasi sumuran pada
konstruksi pembangunan ruang kuliah
kampus II STAIN Syech M.Djamil
Djambek Bukittinggi.
1.4 Batasan Masalah
Mengingat pentingnya tahap dalam
pemilihan jenis pondasi dalam
perencanaan suatu bangunan, perencana
seringkali mengalami kesulitan untuk
menentukan jenis pondasi seperti apa yang
cocok di gunakan pada daerah atau pada
bangunan yang akan dibangun.
Karena dalam pembangunan ruang kuliah
kampus II STAIN Syech M.Djamil
Djambek Bukittinggi ini juga
menggunakan pondasi sumuran, oleh sebab
itu pembahasan hanya dibatasi pada topik
perhitungan mekanika tanah dan
perhitungan pondasi type pondasi sumuran
yang ada agar pembahasan yang ada lebih
terarah.
II. DASAR-DASAR PERENCANAAN
2.1 Uraian Umum
Pada prinsipnya perencanaan suatu
bangunan meliputi perencanaan bangunan
atas dan perencanaan bangunan bawah,
perencanaan bangunan atas (upper
structure) meliputi bagian struktur dari
bangunan yang ada diatas permukaan tanah
seperti kerangka pemikul bangunan
tersebut.
Sedangkan untuk bangunan bawah
bangunan (sub structure) adalah bagian
bangunan yang ada dibawah permukaan
tanah, dalam hal ini bangunan yang di
maksud adalah pondasi. Pondasi
merupakan bagian dari suatu sistem
rekayasa yang meneruskan beban yang
ditopang oleh pondasi dan beratnya sendiri
kepada dan kedalam tanah atau bebatuan
yang terletak dibawahnya ( Bowles,1997).
Ada dua kriteria yang harus dipenuhi oleh
pondasi yang baik, yaitu :
- Mampu menahan beban bangunan di atasnya tanpa menimbulkan kegagalan
konstruksi.
- Beban yang dteruskan oleh pondasi ke tanah tidak boleh melampaui kekuatan
tanah yang bersangkutan.
Bentuk pondasi tergantung dari jenis
bangunan yang akan dibangun dan keadaan
tanah tempat pondasi tersebut akan
diletakkan, biasanya pondasi diletakkan
pada tanah yang keras.
2.2 Kegiatan Penyelidikan Tanah
Hal yang juga sangat penting sebelum
menentukan lokasi pembangunan suatu
konstruksi adalah apa yang disebut dengan
soil investigation atau dalam bahasa sehari-
harinya adalah penyelidikan tanah.
Karenaar bangunan dapat berdiri kokoh
pondasi harus diletakkan pada lapisan
tanah yang cukup keras dan padat.
2.3 Penyelidikan Tanah Di Lapangan
Dalam dunia teknik sipil, penyelidikan
tanah bertujuan untuk memperoleh data-
data tanah yang diperlukan dalam
perencanaan pondasi. Selain itu tujuan dari
penyelidikan tanah adalah untuk
menentukan kapasitas daya dukung tanah,
menentukan tipe kedalaman pondasi,
mengetahui kedalaman muka air tanah,
memprediksi besarnya penurunan yang
terjadi, dan lain sebagainya.
Jenis-jenis tanah tertentu sangat mudah
sekali terganggu konsentrasinya oleh
pengaruh pengambilan beberapa
sampelnya dari dalam tanah. Untuk
mengulangi hal tersebut tidak terjadi maka
dilakukan beberapa pengujian dilapangan
secara lansung. Pengujian-pengujian
tersebut antara lain :
1. Pengujian penetrasi standar atau SPT ( Standar Penetration Test )
2. Pengujian penetrasi kerucut statis ( Static Cone Penetration Test )
3. Pengujian beban plat (Plate Load Test)
4. Pengujian geser baling-baling ( Vane Shear Test )
2.4 Pengujian Penetrasi Standar ( Standar
Penetration Test )
Metode Standar Penetration Test adalah
pemancangan batang (yang memiliki ujung
pemancangan) ke dalam tanah dengan
menggunakan pukulan palu dan mengukur
jumlah pukulan perkedalaman penetrasi.
Cara ini telah dibakukan sebagai ASTMD
1586 sejak tahun 1958 dengan revisi-revisi
secara berkala sampai sekarang.
Pemancangan biasanya dilakukan dengan
beban 140 lbs ( 63,5 kg ) yang dijatuhkan
dari ketinggian 30 ( inchi ) atau 75 cm.
Pengamatan dan perhitungan dilakukan
sebagai berikut :
a. Mula-mula tabung SPT dipukul kedalam tanah sedalam 45 cm yaitu
kedalaman yang diperkirakan akan
terganggu oleh pengeboran.
b. Kemudian untuk setiap kedalaman 15 cm di catat jumlah pukulan yang
dibutuhkan untuk memasukkannya.
Jumlah pukulan untuk memasukkan
split spoon 15 cm pertama dicatat
sebagai N1. Jumlah pukulan untuk
memasukkan 15 cm kedua adalah N2
dan jumlah pukulan untuk
memasukkan 15 cm ketiga adalah N3,
jadi total kedalaman setelah pengujian
SPT adalah 45 cm dan menghasilkan
N1, N2 dan N3.
c. Angka SPT ditetapkan dengan menjumlahkan 2 angka pukulan
terakhir
(N2+N3) pada setiap interval
pengujian dan di catat pada lembaran
Drilling Log.
d. Setelah selesai pengujian, tabung SPT diangkat dari lubang bor kepermukaan
tanah untuk diambil contoh tanahnya
dan dimasukkan kedalam kantong
plastik untuk di amati di laboratorium.
Hasil dari pekerjaan Bor dan SPT
kemudian dituangkan dalam lembaran
drilling log yang berisi :
- Deskripsi tanah meliputi : jenis tanah, warna tanah, tingkat plastisitas dan
ketebalan lapisan masing-masing.
- Pengambilan contoh tanah asli / Undisturbed Sample ( UDS).
- Pengujian Standart Penetration Test ( SPT).
- Muka air tanah. - Tanggal pekerjaan dan berakhirnya
pekerjaan.
Jumlah N pukulan memberikan petunjuk
tentang kerapatan relatif dilapangan
Khususnya tanah pasir atau kerikil dan
hambatan jenis tanah terhadap penetrasi.
Uji ini biasanya digunakan untuk tanah
yang keras.
Tujuan percobaan SPT
1. Untuk menentukan kepadatan relatif lapisan tanah tersebut dari
pengambilan contoh tanah dengan
tabung, dapat diketahui jenis tanah
dan ketebalan tiap-tiap lapisan
kedalaman tanah tersebut.
2. Memperoleh data yang kuantitatif pada perlawanan penetrasi tanah dan
menetapkan kepadatan dari tanah yang
tidak berkohesi yang biasanya sulit
diambil sampelnya.
Kegunaan hasil penyelidikan SPT
1. Menentukan kedalaman dan tebal masing-masing lapisan tanah tersebut.
2. Alat dan cara operasinya relatif sederhana.
3. Contoh tanah terganggu dapat diperoleh untuk identifikasi jenis
tanah
2.5 Pegujian Penetrasi Kerucut Statis
( Static Cone Penetration Test )
Pengujian penetrasi kerucut statis atau
pengujian sondir banyak digunakan di
Indonesia disamping pengujian SPT.
Pengujian ini sangat berguna untuk
memperoleh nilai variasi kepadatan
tanah pasir yang tidak padat. Pada tanah
pasir yang padat dan tanah-tanah
berkerikil dan berbatu, penggunaan alat
sondir menjadi tidak efektif, karena
akan banyak mengalami kesulitan dalam
menembus tanah. Nilai-nilai tahanan
kerucut statis (qc) yang diperoleh dari
pengujiannya dapat dikorelasikan secara
langsung dengan kapasitas daya dukung
tanah dan penurunan pada pondasi-
pondasi dangkal dan pondasi tiang.
Ujung alat ini terdiri dari kerucut baja
yang mempunyai sudut kemiringan 60
dan berdiameter 35,7 mm atau
mempunyai luas penampang 1000 mm2.
Bentuk skematis dan cara kerja alat ini
dapat dilihat pada gambar. Alat sondir
dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
mengukur tahanan ujung dan tahanan
terhadap gesek.
Cara penggunaan alat ini, adalah dengan
menekan pipa penekanan dan mata
sondir secara terpisah, melalui alat
penekanan mekanis atau dengan tangan
yang memberikan gerakan kebawah.
Kecepatan penekanan kira-kira 10
mm/detik.
Pembacaan tahanan kerucut statis
dilakukan dengan melihat arloji
pengukur. Nilai qc adalah besarnya
tahanan kerucut dibagi dengan luas
penampangnya. Pembacaan arloji
pengukur, dilakukan pada tiap-tiap
penetrasi sedalam 20 cm. Tahanan ujung
serta tahanan gesek selimut alat sondir
dicatat. Dari sini diperoleh grafik
tahanan kerucut statis atau tahanan
konus yang menyajikan nilai keduanya.
2.6 Pengujian Tanah di Laboratorium
Untuk mengetahui sifat-sifat fisik tanah
dapat dipelajari dari hasil uji laboratorium
pada contoh-contoh tanah yang di ambil
dari penyelidikan lapangan di daerah
pembangunan konstruksi tersebut. Hasil-
hasil pengujian yang diperoleh dapat
digunakan untuk menghitung kapasitas
dukung dan penurunan. Kecuali itu, data
laboratorium dapat pula memberikan
informasi mengenai:
- besarnya debit air yang mengalir ke lobang galian pondasi
- perilaku tanah dalam mengalami tekanan,serta
- penanggulangan air pada penggalian tanah pondasi
perlu diingat bahwa kondisi lapisan tanah
di lapangan bervariasi. Karena itu, jumlah
contoh tanah yang terlalu sedikit akan
memberikan analisa data yang hasilnya
kurang tepat atau meragukan. Secara
umum pengujian dilaboratorium yang
sering digunakan untuk perancangan
pondasi adalah
1. pengujian dari pengamatan lansung pengujian ini dilakukan untuk
mencatat warna, bau, konsistensi dari
tanah terganggu dan tidak terganggu
yang diperoleh dari lapangan.
2. Kadar air Pemeriksaan kadar air di lapangan
dilakukan pada contoh tanah tak
terganggu yang dikirim ke
laboratorium.Dengan membandingkan
hasil-hasilnya dengan hasil yang
diperoleh dari uji batas plastis dan
batas cair, dapat disusun program uji
kuat geser tanah. Selain itu, karena
umumnya tanah lunak berkadar air
tinggi, pemeriksaan kadar air berguna
untuk meyakinkan kondisi tanah lunak
tersebut. Pemeriksaan kadar air
biasanya merupakan bagian uji kuat
geser tanah.
3. Analisis butiran Uji analisis ukuran butir tanah
dilakukan untuk keperluan klasifikasi.
Pengujian dilakukan melalui analisis
saringan dan sidimentasi atau analisis
hidrometer, untuk memperoleh kurva
gradasinya.
4. Batas plastis dan batas cair Pengujian ini dilakukan pada tanah
kohesif untuk maksud klasifikasi dan
untuk estimasi sifat-sifat teknisnya.
Grafik plastisitas dari casagrande
dapat digunakan untuk
memperkirakan kompresibilitas tanah-
tanah lempung dan lanau. Dalam
menggunakan grafik plastisitas, perlu
diketahui apakah tanah berupa organik
atau an organik, yang biasanya dapat
diketahui dari warnanya yang gelap
dan baunya seperti tanaman yang
busuk bila tanahnya organik. Bila
terdapat keragu-raguan mengenai
tanah organik ini, uji batas cair
dilakukan pada contoh tanah yang
telah dipanaskan dalam oven. Jika
setelah pengeringan, nilai batas cair
tereduksi sampai 30% atau lebih,
maka tanah adalah tanah organik.
Prosedur yang umum dipakai adalah
dengan melakukan uji batas plastis
dan batas cair pada contoh tanah yang
dipilih yang jumlahnya tidak begitu
banyak, dari tiap-tiap macam tanah
yang mewakili dan yang diperoleh
dari lubang bor. Dengan
membandingkan hasil-hasilnya dan
mengeplotasikan hasil-hasil tersebut
kedalam grafik plastisitas, variasi
macam tanah dapat diklasifikasikan.
Dan dapat diketahui secara kasar sifat
kimpresibilitasnya, dan contoh-contoh
tanah yang dipilih dapat dilakukan
konsolidasi jika dibutuhkan.
5. Uji triaksial Dalam perancangan pondasi, uji
triaksial terbatas hanya dilakukan pada
tanah-tanah lempung, lanau, dan
batuan lunak. Umumnya, pengujian
ini tidak dilakukan pada tanah pasir
dan kerikil, karena sulitnya
memperoleh contoh tanah tak
terganggu. Walaupun pengambilan
contoh tanah pasir sudah diusahakan
sangat hati-hati, namun pada
pelepasan contoh tanah dari dalam
tabung tanah akan berubah atau
terganggu dari kondisi aslinya.
Hal terbaik yang dapat dilakukan
hanyalah dengan mengukur berat
volumenya, yaitu dengan cara
menimbang contoh pasir dalam tabung
lalu diukur berat volumenya.
Kemudian penggujian geser dilakukan
pada contoh tanah yang dibuat
mempunyai berat volume yang sama.
Pada tanah pasir, lebih baik jika sudut
gesek dalam ( secara empiris diukur
dari uji lapangan, seperti uji SPT atau
uji penetrasi kerucut statis ( sondir ).
Kuat geser tanah lempung yang
digunakan untuk hitungan kapasitas
dukung tanah dapat diperoleh dari
pengujian triaksial tak terdrainasi
(undrained).
6. Uji tekan bebas Pengujian ini berguna untuk
menentukan kuat geser tak terdrainasi
pada tanah lempung jenuh yang tidak
mengandung butiran kasar, yang akan
digunakan dalam hitungan kapasitas
dukung.
7. Uji geser kipas Uji geser kipas lebih banyak dilakukan
dilapangan daripada di laboratorium.
Namun uji geser kipas di laboratorium
sangat berguna bila tanah sangat
sensitif dan lunak yang menyulitkan
dalam pemasangan contoh tanah pada
waktu dilakukan uji tekan-bebas.
8. Uji konsolidasi Pengujian ini hanya dilakukan untuk
jenis tanah berbutir halus seperti
lempung dan lanau dan digunakan
untuk mengukur besarnya penurunan
konsolidasi dan kecepatan penurunan.
Pengujian dilakukan pada alat
oedometer atau konsolidometer. Dari
nilai koefisien konsolidasi (Cv) yang
dihasilkan, dapat ditentukan kecepatan
penurunan bangunannya. Data
hubungan beban dan penurunan
diperoleh dari penggambaran grafik
tekanan terhadap angka pori. Dari sini,
dapat diperoleh koefisien perubahan
volume (mv) atau indeks pemampatan
(Cc), yang selanjutnya digunakan
untuk menghitung estimasi penurunan
akibat beban bangunan.
Uji konsolidasi tidak bisa dilakukan
bila tanahnya berupa lempung
terkonsolidasi sangat berlebihan
(heavily over consolidated).
Karena pada jenis tanah lempung
tersebut, sepanjang beban yang
diterapkan tidak sangat berlebhan,
penurunan yang terjadi sangat kecil
sehingga dapat diabaikan.
9. Uji permeabilitas Uji permeabilitas dilakukan pada
contoh tanah tak terganggu. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui
banyaknya air yang harus dipompa
pada penggalian tanah pondasi.
10. Analisa bahan kimia Analisa bahan kimia dilakukan untuk
mengetahui kemungkinan kandungan
bahan kimia dari air tanah yang dapat
merusak pondasi beton, turap baja,
ataupun tiang pancang baja. Bila
pondasi berupa bahan baja, biasanya
cukup dengan menentukan pH dan
kandungan klorida pada tanah dan air
tanahnya. Untuk pondasi beton,
umumnya perlu ditentukan kandungan
sulfatnya dan bila tanah mengandung
banyak bahan organik, disarankan
untuk menambahkan uji pH dan
penentuan presentase kandungan
bahan organiknya.
III. GAMBARAN UMUM LOKASI
STUDI
3.1 Latar Belakang
Dalam perencanaan suatu bangunan
pertama kali yang harus diketahui dan
harus disesuaikan adalah kondisi dan
keadaan tanah yang berada disekitar
bangunan yang akan di bangun tersebut.
Sebagaimana telah dibahas pada bab
sebelumnya, bahwa dalam perencanaan
dan pembangunan pondasi harus
disesuaikan dengan kondisi tanahnya.
Sebelum dilaksanakan sebaiknya
diadakan terlebih dahulu pekerjaan
persiapan dan menetapkan pondasi
terhadap analisa yang akan
dipergunakan tersebut.
3.2 Lokasi pembangunan
Lokasi dari pembangunan ruang kuliah
kampus II STAIN Syech M.Djamil
Djambek terletak di JL. Raya Gurun Aur
Kubang Putih, Kabupaten Agam,
Sumatera Barat.
3.3 Teknik Pondasi
Sebelum dibahas lebih jauh lagi
mengenai pelaksanaan pekerjaan
pondasi dan langkah-langkahnya, ada
baiknya diketahui terlebih dahulu teknik
dari pondasi tersebut.
Kita ketahui suatu bangunan terdiri dari
bangunan atas dan bangunan bawah.
Dimana bangunan bawah lazimnya
disebut pondasi bangunan. Pondasi
bangunan itu bertugas memikul seluruh
beban (berat) bangunan itu sendiri dan
beban-beban lainnya yang turut
diperhitungkan, untuk kemudian
melimpahkan beban bangunan tersebut,
kepada tanah sampai lapisan atau
sampai kedalaman tertentu.
Lapisan tanah dimana pondasi suatu
bangunan diletakkan harus mampu
mendukung beban-beban tanpa terjadi
suatu penurunan tanah (deformasi) yang
tertentu, dengan kata lain tanah harus
mempunyai capasity (kemampuan
memikul beban) diwaktu tanah itu
kehilangan keseimbangan disaat
menerima beban.
Jadi pondasi suatu bangunan merupakan
salah satu bagian bangunan yang sangat
penting. Untuk lebih jelasnya mengenai
teknik pelaksanaan pekerjaan pondasi,
ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pondasi suatu bangunan diantaranya :
Susunan tebal serta sifat lapisan tanah
setempat.
Besar, macam klasifikasi sifat
kontruksi
Keadaan/sifat-sifat khusus daerah
setempat misalnya sifat sungai,
keadaan bangunan serta kondisi daya
dukung tanahnya dan lain-lain.
Peralatan dan bahan bangunan yang
tersedia
Pertimbangan biaya.
Susunan, tebal dan sifat lapisan tanah
dapat diketahui berdasarkan hasil
penyelidikan geoteknik yang harus
dilakukan pada tanah setempat.
Sehingga dari hasil penyelidikan ini
dapat ditentukan type pondasi, sampai
berapa dalam dasar pondasi harus
diletakkan serta berapa besar daya
dukung tanahnya.
Macam dan jumlah penyelidikan
geoteknik yang harus dilakukan
tergantung pada besar atau kecilnya
bangunan, situasi dan macam tanah yang
bisa dilakukan ialah :
1. Mengetahui tegangan tanah (dengan cara Instrument)
2. Mengadakan pengeboran tanah dan mengambil contoh-tanah pada
kedalaman yang berlainan. Kemudian
contoh-contoh tanah tersebut dibawa
ke laboraturium.
2.50
4.00
4.00
4.00
4.00
4.00
4.00
8.004.004.004.00
A A' B C D
1
2
3
4
5
6
7
8
SLOOF S1 40/50
MT -0.80
POER 125x125x40
D16-125
16 - D16
Sengkang Spiral 8-125
Beton Cor 1:2:3
Cyclopen Beton 1:3:5
+ 40% batu kali
Beton Cor 1:2:3
ML 0.00
0.50
3.75
0.75
0.40
5.00
5.40
0.50
0.45
1.30 0.100.10
1.50
IV ANALISA PERENCANAAN
PONDASI
4.1 Perhitungan mekanika tanah
Penyelidikan tanah dilapangan dibutuhkan
untuk perancangan pondasi bangunan.
Penyelidikan tanah dilakukan dengan cara
lubang uji (test pit) atau pengujian dilapangan
(pengujian insitu test), dari data yang diperoleh
maka sifat-sifat teknis tanah bisa dipelajari
kemudian dijadikan pertimbangan dalam
menganalisa penurunan dan kapasitas dukung.
Dimana untuk menghitung mekanika tanah
terlebih dahulu harus di klasifikasikan tanah-
tanah dilokasi pondasi atau bangunan akan
didrikan, secara umum penulis akan coba
membahas langkah-langkah dalam
perencanaan pembangunan suatu pondasi.
4.2 Pemeriksaan berat jenis tanah
Berat jenis tanah sering juga disebut
specific gravity, dapat dinyatakan sebagai
perbandingan antara berat isi butir tanah
dengan berat isi air. Nilai daripada berat isi
butir tanah adalah perbandingan antara
berat butir tanah dengan volumenya.
Sedangkan berat isi air adalah
perbandingan antara berat air dengan
volume airnya, biasanya mendekati nilai 1
g/cm3.
Data-data tersebut di perjelas dalam rumus.
- =wt
w5w3
- wt = w2 w1 - w3 = Berat piknometer + air
Tanah
- w5 = w2 w1 + w4 - w4 = Berat piknometer + n air
tc
Dimana :
- = Berat jenis tanah - wt = Berat tanah - w1 =Berat piknometer - w2 =Berat piknometer +
Contoh
- w3 = Berat piknometer + air + contoh
4.3 Pekerjaan Pondasi Sumuran
Rencana Denah Pondasi
4.4 Perhitungan pembebanan
a. Pembebanan lantai 3
Beban mati ( wdl ) - Pelat dak = 400 m2 x 0,10 m x 2400
= 96.000 kg
- Balok 40/30 = panjang keseluruhan 192 m
192 m x 0,4 m x 0,3 m x 2400 = 55.296 kg
- Kolom 40/40 jumlah ( 24 btg ) 24 x 4m x 0,4 m x 0,4 m x 2400
= 36.864 kg
- Dinding 960 m2 x 250 =240.000 kg
- Plafond 400 m2 x 18 = 7.200 kg
Total wdl = 96.000 + 55.296 + 36.864 +
240.000 + 7.200
= 435.360 kg
Beban hidup ( wll ) - Beban hidup untuk atap
ketentuannya 100 kg/ cm2
- Koefisien reduksi 0,3 Wll = 100 x 0,3 x 400 m2
= 12.000 kg
Beban nominal lantai 3 - Beban nominal = beban mati +
beban hidup
= 435.360 kg + 12.000 kg = 447.360 kg
Beban ultimate lantai 3 - Beban ultimate dengan ketentuan 1,2 wl
+ 1,6 wl
= ( 1,2 x 435.360 ) + ( 1,6 x 12.000 )
= 522.432 kg + 19.200 kg
= 541.632 kg
b. Pembebanan lantai 2
Beban mati ( wdl ) - Pelat lantai 2 = 400 m2 x 0,12 m x
2400 =115.200 kg
- Balok 40/30 = panjang keseluruhan 192 m
192 m x 0,4 m x 0,3 m x 2400 = 55.296 kg
- Kolom 40/40 jumlah ( 24 btg ) 24 x 4m x 0,4 m x 0,4 m x 2400
= 36.864 kg
- Dinding 960 m2 x 250 = 240.000 kg
- Plafond 400 m2 x 18 = 7.200 kg
- Penutup lantai 400 m2 x 24 =9.600 kg
Total wdl = 115.200 + 55.296 + 36.864 +
240.000 + 7.200 + 9.600
= 464.160 kg
4.5 Perencanaan Pondasi
4.5.1 Perhitungan Daya Dukung Pondasi
Daya dukung ujung dianalisa dengan
menggunakan rumus Mayerhof
yaitu :
B
DBqcqu 1
40
.
Pu total= 75148,8 kg = 75,14 t
Dimensi sumuran yang mau direncanakan
menurut analisa adalah diameter sumuran
yang digunakan (B) = 2 m
Kedalaman pondasi (D) = 4 m
qc = 150 kg/cm2 = 1500 t/m
2 ( dari data
penyelidikan tanah/sondir)
Daya dukung ujung (qu)
2
41
40
21500uq = 225 t/m
2
Daya dukung ujung (qa) dengan faktor keamanan ( fk = 2 )
2
225
fk
qqa u = 112,5 t/m
2
Berat sumuran (Ws) Ws = x B
2 x D x bs
= 3,14 x 22 x 4 x 2,2
= 27,632 t
Pa = qa x x B2
= x 112,5 x 3,14 x 22
= 353,25 t
Pnetto = Pa Wsumuran
= 253,4292 27,632
= 325,618 t
Pnetto> Putotal
325,618 t > 75,1488 t OK
4.5.2 Penulangan Pondasi
Kedalaman Pondasi (H) = 4 m
Diameter Pondasi (D) = 2 m
Syarat :
H > 4 D
4 > 4 2
4 > 8 m
( Memerlukan tulangan )
Dipakai tulangan minimum
A = 0,25% D2
= 0,25% 3,14 22
= 78,510 cm2
= 7851,0 mm2
Dipakai 28 D 19 Luas A = 7950 mm2
> 7851 mm2, aman
Sedangkan untuk sengkang dipakai
tulangan D10 100 mm.
Hasil Analisa Pondasi
4.5.3 Penurunan Pondasi
Tinjauan penurunan pondasi pada
pembebanan sementara :
Putot = 75148,8 kg
B = 2 m = 200 cm
q = 2
41 .
totPu'
B
q = 2
41 200..
75148,8
= 2,393 kg/cm2
Dari buku Josep E. Bowles Jilid 1,
diperoleh :
Tabel 2 - 6 (hal 78) Es = 450
kg/cm2 : lanau berpasir
Tabel 2 - 7 (hal 79) = 3,14 : lanau
Tabel 5 - 4 (hal 214) Iw = 1,57
: lingkaran / sumuran
Digunakan mutu beton fc = 25 Mpa dan Iw = 1,57
Eb = 4700 25
= 23500 Mpa
= 235000 kg/cm2
St = IwEs
qxB
21
= 57,1450
3,01200393,2
2
= 1,519 cm
Sb = Eb
L
2
41
maxPu'
= 235000200
4008,751482
41
= 0,0127 cm
Stot = St + Sb
= 1,519 + 0,0127
= 1,519 cm
Stot < 10 cm
1,519 < 10 cm OK
V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam pembahasan tugas akhir ini maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
Berdasarkan gambar perencanaan dengan
hasil analisa terdapat perbedaan antara
pemakain kolom, balok serta sloof juga
dengan kedalaman pondasi beserta
diameternya.
Gambar rencana
Gambar hasil analisa
1. Dari perhitungan berdasarkan stabilitas dan perencanaan daya
dukung terhadap pondasi sumuran
telah memenuhi syarat.
2. Dalam analisa perencanaan pondasi sumuran Untuk bangunan STAIN
Syech M.Djamil Djambek Bukittinggi
Sumatera Barat, setelah penulis
melakukan perhitungan maka pondasi
sumuran sangat cocok digunakan ,
Maka selanjutnya di analisa pondasi
bangunan dengan teori mayerhof.
5.2 Saran - Saran
Dalam perencanaan struktur pondasi
pada bangunan ini ada baiknya mengunakan
teori mayerhof
1. Sebagaimana yang telah di hitung oleh penulis, karena dengan mengunakan
berbagai metoda atau teori yag lain
kita dapat memperbandingkan hasil
yang diperoleh dari masing-masing
metoda.
2. Setelah di lakukan penganalisaan maka terhadap penulisan, jenis
pondasi pembangunan gedung
perkuliahan ini lebih tepat
mengunakan jenis pondasi sumuran.
Daftar Pustaka
Bowles, J,E. 1992, Analisis dan Desain
Fondasi, Jilid I, Edisi Keempat,
Erlangga.Jakarta
Craig, R, F, 1991, Mekanika Tanah, Edisi
Keempat, Erlangga. Jakarta
Das, B, M, 1995, Principles Of
Geotechnical Engineering, Third Edition.
PWS Publishing Company. Boston
Das, B, M, 1997, Principles Of Foundation
Engineering, Third Edition. PWS
Publishing Company. Boston
Gunawan, R, 1985, Pengantar Teknik
Fondasi, Kanisius. Yogyakarta
Hardiyatmo, H, C, 2002a, Teknik Fondasi
I, Edisi Kedua. PT. Gramedia. Jakarta
Hardiyatmo, H, C, 2002b,Mekanika Tanah
II , Edisi Kedua. PT. Gramedia.Jakarta