BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tumbuhan merupakan salah satu penopang hidup manusia yang sangat penting. Di samping itu, tumbuhan juga memiliki peranan yang sangat penting untuk perkembangan mahluk hidup. Untuk itu mahasiswa yang mempelajari ilmu sains diharapkan bisa meneliti morfologi dari pada berbagai jenis tumbuhan. Dari latar belakang tersebut, mahasiswa diharapkan bisa membahas tentang morfologi dari berbagai macam daun tumbuhan yang telah diamati pada saat melakukan praktikum di dalam laboratorium. Daun (Folium) merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Alat ini hanya terdapat hanya pada batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian lain pada tumbuhan. Daun mempunyai helaian daun (lamina) yaitu bagian yang melebar yang bertaut pada batang oleh sebuah tangkai daun (petiolus). Buku-buku (nodus) adalah bagian batang tempat duduk atau melekatnya daun. Tempat diatas daun yang merupakan sudut antara batang dan daun dinamakan ketiak daun (axilla). Daun merupakan tempat proses fotosintesis sehingga pada umumnya pipih dan melebar. Daun lengkap terdiri dari bagian pelepah daun, tangkai daun dan helai daun.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tumbuhan merupakan salah satu penopang hidup manusia yang sangat
penting. Di samping itu, tumbuhan juga memiliki peranan yang sangat
penting untuk perkembangan mahluk hidup. Untuk itu mahasiswa yang
mempelajari ilmu sains diharapkan bisa meneliti morfologi dari pada berbagai
jenis tumbuhan. Dari latar belakang tersebut, mahasiswa diharapkan bisa
membahas tentang morfologi dari berbagai macam daun tumbuhan yang telah
diamati pada saat melakukan praktikum di dalam laboratorium. Daun
(Folium) merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting dan pada
umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Alat ini hanya
terdapat hanya pada batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian lain
pada tumbuhan. Daun mempunyai helaian daun (lamina) yaitu bagian yang
melebar yang bertaut pada batang oleh sebuah tangkai daun (petiolus). Buku-
buku (nodus) adalah bagian batang tempat duduk atau melekatnya daun.
Tempat diatas daun yang merupakan sudut antara batang dan daun dinamakan
ketiak daun (axilla). Daun merupakan tempat proses fotosintesis sehingga
pada umumnya pipih dan melebar. Daun lengkap terdiri dari bagian pelepah
daun, tangkai daun dan helai daun. Jika tidak mempunyai salah satu atau
kedua bagiantersebut maka di sebut daun tidak lengkap. Umumnya tumbuhan
berdaun tidak lengkap, dapat berupih, bertangkai atau duduk langsung pada
batang.
Bentuk daun beraneka ragam sehingga sering digunakan untuk
mengenali jenis tumbuhan. Bentuk umum daun ditentukan berdasarkan letak
bagian daun yang terlebar, perbandingan lebar dengan panjang helai daun,
dan pertemuan antara helai daun dengan tangkai daun, bentuk pangkal, ujung
dan tepi daun. Keragaman daun juga dapat dilihat pada susunan pertulangan
daun, ketebalan helai daun, dan warna serta bagian permuaannya.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui dan mengenal bagian-
bagian daun serta membedakan daun lengkap dan tidak lengkap
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Jagung (Zea mays L.)
a. Morfologi
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang,
merupakan bangun pita (ligalatus), ujung daun runcing (acutus), tepi daun
rata (integer), antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun
sejajar dengan ibu tulang daun, permukaan daun licin dan ada yang
berambut (anonym, 2010).
b. Klasifikasi
Menurut Rukmana ( 2007 ) sistematika tanaman jagung adalah :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Graminae
Famili : Graminaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
c. Ekologi
Jagung merupakan tanaman daerah beriklim hangat dengan
kelembaban mencukupi. Daerah penyebaran di daerah tropis dan
subtropis. Jagung kurang cocok ditanam pada iklim agak kering atau di
ekuator. Pertumbuhan terbaik jagung yaitu tumbuh di daerah dengan suhu
khusus antara 21-30°C pada saat perbungaan jantan. Suhu minimum
untuk perkecambahan adalah 10°C. Tanaman ini memerlukan temperatur
harian rata-rata sekurang-kurangnya 20°C untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Tanaman ini pada umumnya tumbuh di daerah antara
50°LU hingga 40°LS dan pada ketinggian hingga 3000 m di daerah
equator. Pada garis lintang yang lebih tinggi, diatas 58°LU. Jagung akan
sangat sensitif pada tekanan kelembaban pada saat pertumbuhan bunga
jantan dan penyerbukan. Pada waktu penanaman juga memerlukan
kondisi kelembaban optimum. Di daerah tropis, pertumbuhan terbaik
dengan curah hujan 600-900 mm pada saat musim pertumbuhan. Jagung
dapat tumbuh pada beragam jenis tanah, tetapi suks pada yang memiliki
drainasi baik, peredaran udara baik, di dalam tanah memiliki senyawa
organik yang cukup dan aliran nutrisi yang cukup. Jagung dapat ditanam
pada tanah ber pH antara 5-8, tapi optimal pada 5.5-7. Jagung termasuk ke
dalam kelompok tanaman yang tidak tahan pada kadar garam
d. Nilai medis
Penelitian Sukensri Hardianto, 1989. Fakultas Farmasi, UGM.
Pembimbing: Dr. Ediati S., Apt. dan DR. Sasmito. telah melakukan
penelitian pengaruh infus tongkol Jagung muda terhadap daya larut batu
ginjal kalsium secara in vitro. Dari hasil penelitian tersebut, ternyata: 1.
Adanya pengaruh antara kadar infus dan kadar kalium vang teriarut dalam
larutan. 2. Adanva pengaruh antara kadar infus dan kadar Y{alsium vang
terlarut dalam larutan. 3. Batu ginjal kalsium mempunyai daya larut
paling besar dalam infus tongkol Jagung muda dengan kadar 5%. Pada
kadar infus yang lebih tinggi daya larutnya mengalami penurunan,
sehingga rambut jagung dapat menyembuhkan batu ginjal, batu empedu
dan busung perut, (hardianto 1989)
e. Nilai komersial
Selain sebagai bahan pangan dan bahan baku pakan, saat ini jagung
juga dijadikan sebagai sumber energi alternatif. Lebih dari itu, saripati
jagung dapat diubah menjadi polimer sebagai bahan campuran pengganti
fungsi utama plastik. Salah satu perusahaan di Jepang telah mencampur
polimer jagung dan plastik menjadi bahan baku casing komputer yang
siap dipasarkan.
B. Jarak merah ( Jatropha gossypifolia)
a. Morfologi
Jarak merah (Jatropha gossypifolia) tergolong kedalam kelompok
tanaman berdaun tidak lengkap. Hal ini karena pada bagian daunnya
hanya memiliki petiolus (tangkai daun) dan lamina (helaian daun), tanpa
memiliki vagina (pelepah daun).
Circumscriptio atau bangun daunnya berbentuk orbicularis (bulat).
Dikatakan memiliki bangun daun berbentuk orbicularis karena pada
perbandingan panjang dan lebar, jarak merah yaitu 1 : 1.
Memiliki intervenium (daging daun) yaitu tipis lunak (herbaceus).
Pada bagian margo folii, daunnya bergerigi (serratus). Pada bagian apex
folii, daunnya meruncing (acuminatus). Karena pada titik pertemuan
kedua tepi daunnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ujung daun
yang berbentuk runcing (acutus), dan ujung daun nampak sempit
memanjang dan runcing.
Bagian basis foliinya berlekuk (emarginatus), hal ini ditemukan
pada daun-daun bangun jantung, ginjal, dan anak panah. Permukaan
daunnya yaitu gundul (gleber). Susunan tulang-tulang daun (nervatio)
dari jarak merah adalah menjari (palminervis). Dikatakan menjari,
karena dari ujung tangkai daun keluar beberapa tulang yang memencar,
memperlihatkan susunan jari-jari seperti tangan, (anonim2, 2011).
b. Klasifikasi
Klasifikasi jarak merah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Devisi : Magnoliophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Euphobiales
Family : Euphorbiaceae
Genus : Jatropha
Spesies : Jatropha gossypifolia L.
c. Ekologi
Tumbuhan jarak merah merupakan tanaman semak berkayu yang
ditemukan di daerah tropis dan dikenal sangat tahan dengan kekeringan,
serta mudah dikembangbiakkan dengan cara stek. Tumbuhan ini mudah
beradaptasi dengan lingkungan tumbuhnya. Dapat tumbuh pada tanah
yang subur tetapi memiliki drainase atau penyaluran air yang baik, tidak
tergenang, dan memiliki pH tanah 5,0 sampai 6,5. Tumbuhan jarak dapat
tumbuh pada ketinggian sekitar 20 m dari permukaan laut dan merupakan
tanaman tahunan, dapat ditemukan pada daerah curah hujan 750-2000
mm curah tahunan, tumbuh pada kelembaban kejenuhan basah tinggi dan
hidup pada temperatur 20º-30ºC sepanjang hidupnya,
d. Nilai medis
Beberapa kajian farmakologi telah dilakukan terhadap jathropa
gossypifolia diantaranya ialah pengujian ekstrak daun terhadap 10 jenis
mikroorganisme (diantaranya adalah Candida albicans, Staphylococcus
aureus, Bacillus subtillis. Ekstrak etanol dari jarak merah dapat
mengakibatkan efekvaksorelaksan terhadap tikus dalam kedaan normal.
Penelitian yang dilakukan oleh Ravinadrath et. al terhadap jatrofenon
yaitu senyawa yang berhasil diisolasi dari akar jarak merah menunjukkan
aktivitas anti mikroba terhadap Staphylococcus aureus yang daya
kerjanya sebanding dengan Penicilin G. Beberapa senyawa telah berhasil
di isolasi dari jarak merah yaitu alkoloi jatroiden, isogadin, cleomiscosin,
runcing karena daunnya memanjang, permukaan daun berbulu halus dan
rapat karena pada saat diraba terasa seperti laken atau beludru, pertulangan
daun (nervatio) sejajar (rectinervis), pertulangan ini umumnya dapat di
lihat pada bangun daun pita dan juga daun jagung mempunyai satu tulang
ditengah yang besar membusur ke daun, sedang tulang-tulang lainnya
tampak lebih kecil dan tampak terlihat semua mempunyai arah yang sejajar
dengan satu tulang yang di tengah tadi.
Berdasarkan literatur sebagai pembanding dalam hasil pengamatan
mulai dari bangun daun (lamina), daging daun (intervenium), tepi daun
(margo), ujung daun (apex), pangkal daun (basis), permukaan daun dan
sussunan tulang daun memiliki ciri-ciri yang sama
b. Jarak merah (Jathropa gossififolia)
Jarak merah merupakan daun yang tidak lengkap karena hanya
terdiri dari helaian daun (lamina) dan tangkai daun (petiolus), jarak merah
memiliki ciri-ciri bangun daunnya (circumscription) bulat (orbicularis)
karena bangun daun jarak memilik ciri yaitu panjang : lebar 1:1 selain itu
dalam menentukan bangun daun kita tidak boleh terpengaruh oleh adanya
torehan atau lekukan pada tepi daun,melainkan harus di bayangkan seakan-
akan torehan tadi tidak ada, daging daun (intervenium) tipis seperti seperti
selaput, tepi daun (margo) bergerigi karena sesuai dengan tepi daun tersebut
pada saat diamati sinus dan angulus sama lancipnya, ujung daun (apex)
meruncing (acuminatus) karena sesuai dengan pengamatan kita ujungnya
runcing tetapi titik pertemuan kedua tepi daunnya jauh lebih tinggi dari
dugaan, hingga ujung daun nampak sempit, panjang dan runcing, pangkal
daun (basis) berlekuk, permukaan daun licin suram, susunan tulang daunnya
(nervatio) menjari (palminervis) karenatangkai daun keluar beberapa
tangkai memencar memperlihatkan susunan seperti jari-jari pada tangan.
Berdasarkan literatur yang digunakan untuk sebagai pembanding
dalam hasil pengamatan ciri-ciri daun jarak merah mulai dari bangun daun
(circumscription), daging daun (intervenium), tepi daun (margo), ujung
daun (apex), basis (pangkal daun), permukaan daun dan susunan tulang
daun (nervatio) sama dengan literatur sebagai pembanding.
c. Kamboja (Plumeria acuminate)
Kamboja merupakan daun yang tidak lengkap karena tidak
memiliki salah satu dari helaian daun, tangkai daun, dan upih daun, tetapi
daun kamboja hanya memiliki helaian daun (lamina), tangkai daun
(petiolus). Berdasarkan hasil pengamatan di laboratoriun lingkungan, ciri-
ciri kamboja yaitu bangun daun (circumscriptio) sudip (spathulatus)
karena seperti bangun bulat telur terbalik, tetapi bagian bawahnya
memanjang, tepi daun (margo) rata (integer) karena pada saat di raba pada
tepi daunnya tidak bergerigi. Ujung daunnya (apex) tumpul (obtutus)
karena tepi daun semula masih agak jauh dari ibu tulang, cepat menuju ke
suatu titik pertemuan, hingga terbentuk sudut yang tumpul (lebih besar dari
900 ), daging daun (intervenium) seperti kulit (coraceus) karena helaian
daun kaku dan tebal, pangkal daun (basis) runcing (acutus), permukaan
daun licin suram. pertulangan daun (nervatio) karena mempunyai satu ibu
tulang yang berjalan dari pangkal keujung, dan merupakan terusan tangkai
daun. Dari ibu tulang ke samping keluar tulang-tulang cabang, sehingga
susunannya seperti sirip-sirip pada ikan.
Berdasarkan literatur yang digunakan untuk sebagai pembanding
dalam hasil pengamatan ciri-ciri daun kamboja mulai dari bangun daun
(circumscription), daging daun (intervenium), tepi daun (margo), ujung
daun (apex), basis (pangkal daun), permukaan daun dan susunan tulang
daun (nervatio) sama dengan literatur sebagai pembanding
d. Biduri (Calotropis gigantea)
Biduri merupakan daun yang tidak lengkap karena hanya terdiri dari
helai daun dan tangkai daun. Ciri-ciri biduri yaitu helaian daun
(circumscriptio) sudip (spathalatus) karena seperti bangun bulat telur
terbalik, tetapi bagian bawahnya memanjang, daging daun ( intervenium)
tipis lunak (herbaceus), tepi daun (margo) rata (integer) karena pada saat
diraba pada pinggirnya tidak rata, ujung daun (apex) tumpul (obtusus)
karena tepi daun yang semula masih agak jauh dari ibu tulang, cepat
menuju ke suatu titik pertemuan, hingga membentuk sudut yang tumpul
(lebih besar dari 900). Pangkal daun (basis) berlekuk (emarginatus) karena
bentuknya berlekuk keatas seperti hati, permukaan daun licin berselaput
lilin (laevis pruinosus), susunan pertulangan (nervatio) karena ujung
tangkai daun keluar beberapa tulang yang memencar, memperlihatkan
susunan seperti jari-jari pada tangan.
Berdasarkan literatur yang digunakan untuk sebagai pembanding
dalam hasil pengamatan ciri-ciri biduri mulai dari bangun daun
(circumscription), daging daun (intervenium), tepi daun (margo), ujung
daun (apex), basis (pangkal daun), permukaan daun dan susunan tulang
daun (nervatio) sama dengan literatur sebagai pembanding
e. Sirih (Piper bettle)
Sirih merupakan daun yang tidak lengkap karena hanya terdiri dari
helai daun dan tangkai daun. Ciri-ciri daun biduri yaitu bangun daun
(circumscriptio) bulat telur (ovatus) karena dibagian yang terlebar dibawah
helaian daun, daging daun (intervenium) tipis lunak, tepi daun (margo)
integer (rata) karena pada tepinya pada saat diraba tidak kasar, ujung daun
(apex) meruncing (acuminatus) karena pada ung yang runcing tetapi titik
pertemuan kedua tepi daunnya jauh lebih tinggi dari dugaan, hingga ujung
daun nampak sempit panjang dan runcing, pangkal daun (basis) runcing
(acutus), permukaan daun licin mengkilat, susunan tulang daun (nervatio)
karena mempunyai beberapa tulang yang besar, satu ditengah, yaitu paling
besar sedangkan yang lainnya mengikuti jalannya tepi daun. Jadi semula
memncar kemudian kembali menuju kesatu arah yaitu keujung daun,
hingga selain tulang yang ditengah semua tulang-tulangnya kelihatan
melengkung.
Berdasarkan literatur yang digunakan untuk sebagai pembanding
dalam hasil pengamatan ciri-ciri daun sirih mulai dari bangun daun
(circumscription), daging daun (intervenium), tepi daun (margo), ujung
daun (apex), basis (pangkal daun), permukaan daun dan susunan tulang
daun (nervatio) sama dengan literatur sebagai pembanding
BAB VPENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum serta pembahasan diatas dapat di simpulkan :
1. Klasifikasi tumbuhan dapat dilakukan dengan melihat ciri dan sifat pada
daun contohnya, bentuknya, ujungnya, pangkalnya, susunan tulang-
tulangnya, tepinya ,daging daunnya, permukaan daunnya, arah anak
tulang, bentuk tulang daun dan warna permukaan daun.
2. Berdasarkan bagiannya daun dibedakan atas daun lengkap dan daun tidak
lengkap.
3. Setiap jenis memiliki tanaman memiliki struktur daun yang berbeda,
sesuai kebutuhan.
B. Saran
Agar praktikum selanjutnya menjadi lebih baik, dibutuhkan kerja sama
antara praktikan dengan asisten, serta praktikan fokus pada pratikumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang, 2008, Piper bettle, http://bambang.blogspot.com/2008/11/tumbuhan;piper-bettle-l.htm.l Diakses pada Tanggal 28 Maret 2011 Pukul 20.00
Plantamor, 2010, Plumeria acuminate, (online) http://www.plantamor.com/index.php?plumeriaacuminate=345.Diakses pada Tanggal 27 Maret 2011. 19.00
Plantamor, 2010, Jatropha gossyfifolia, (online) http://www.plantamor.com/index.php?jatrophagossyfifolia=343. Diakses pada Tanggal 27 Maret 2011. 21.00
http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/01/uji-toksit-getah-tanaman-biduri.html Diakses pada tanggal 27 Maret 2011 Pukuk 18.00