A. PULAU PASARAN Gambar E.1. Pulau Pasaran E.I. Gambaran Umum Pulau Pasaran Pulau Pasaran secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar Lampung,Provinsi Lampung. Pulau Pasaran terletak di Teluk. Lampung (sekitar 500 m dari dermaga penyeberangan Cungkeng, Kota Karang. Pulau ini sekarang memiliki luas sekitar 11,73 Ha dan merupakan hasil dari reklamasi.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
A. PULAU PASARAN
Gambar E.1. Pulau Pasaran
E.I. Gambaran Umum Pulau Pasaran
Pulau Pasaran secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kelurahan Kota Karang,
Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar Lampung,Provinsi Lampung. Pulau
Pasaran terletak di Teluk. Lampung (sekitar 500 m dari dermaga penyeberangan
Cungkeng, Kota Karang. Pulau ini sekarang memiliki luas sekitar 11,73 Ha dan
merupakan hasil dari reklamasi.
Gambar E.2. Citra Satelit Pulau Pasaran, Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung
E.II Sarana dan Prasarana
a. Aksesibilitas
Aksesibilitas menuju Pulau Pasaran sangat mudah. Pulau ini dapat diakses
dengan menggunakan kapal penumpang selama sekitar 5 - 10 menit dari
Dermaga Cungkeng, Kota Karang. Angkutan penumpang yang terdapat di pulau
ini sebanyak 40 unit kapal. Tarif yang dikenakan sebesar Rp 4.000,00 pulang
pergi (pp). Jadwal keberangkatan dari jam 06.00 – 22.00 WIB. Akses yang
sangat mudah ini sangat membantu bagi penduduk untuk melakukan
aktivitasnya. Untuk lebih mempermudah akses ke dan dari Pulau Pasaran saat
ini sedang dibangun jembatan penyeberangan yang menghubungkan Dermaga
Cungkeng, Kota Karang dengan Pulau Pasaran.
b. Sarana dan Prasarana
Fasilitas perhubungan yang tersedia di pulau ini yaitu berupa dermaga yang
terbuat dari semen. Infrastruktur yang tersedia untuk menghubungkan rumah
yang satu dengan rumah yang lainnya yaitu berupa jalan setapak yang terbuat
dari paving blok dan sarana angkutan yang tersedia di dalam pulau adalah
sepeda motor.
Dermaga Cungkeng Dermaga Pulau Pasaran
Jalan Setapak Sepeda Motor
Gambar E.3. Fasilitas Perhubungan dan Alat Transportasi di Pulau Pasaran
Gambar E.4. Pembangunan Jembatan Penyeberangan Cungkeng-Pulau Pasaran
Sarana pendidikan yang tersedia di pulau ini yaitu pra taman kanak-kanak
(pendidikan anak usia dini, PAUD), sekolah dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah
(MI). Kegiatan belajar mengajar di MI ini menggunakan gedung milik PAUD,
dimana pada pagi hari digunakan untuk kegiatan belajar mengajar anak-anak
PAUD dan siang harinya digunakan untuk kegiatan belajar mengajar murid MI.
Penduduk pulau ini kalau ingin menyekolahkan anaknya ke tingkat yang lebih
tinggi harus ke ibukota kecamatan (Teluk Betung Barat) dan ibukota kabupaten
(Kota Bandar Lampung).
Gedung PAUD Gedung SD
Gambar E.5. Fasilitas Pendidikan di Pulau Pasaran
Kondisi rumah penduduk di Pulau Pasaran pada umumnya dapat digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu: (1) rumah semi permanen (dinding terbuat dari
papan/anyaman bambu, atap terbuat dari asbes dan lantai terbuat dari semen)
dan (2) rumah permanen (dinding terbuat dari tembok, atap terbuat dari genteng
dan lantai terbuat dari keramik).
Kondisi Rumah Semi Permanen Kondisi Rumah Permanen
Gambar E.6. Kondisi Rumah di Pulau Pasaran
Penduduk di pulau ini memiliki kebiasaan pola hidup yang kurang sehat, seperti
buang air besar ke pantai dan membuang sampah sembarangan. Kebiasaan
buang air besar ke pantai disebabkan oleh kondisi rumah yang tidak memiliki
fasilitas kakus (toilet), sehingga mereka memanfaatkan lahan di pinggir pantai
untuk membangun kakus (toilet). Kebiasaan penduduk yang membuang
sampah sembarangan menjadikan lingkungan permukiman menjadi kumuh dan
menyebarkan aroma yang tidak sedap.
Tumpukan Sampah Kakus/Toilet
Gambar E.7. Tumpukan Sampah dan Kakus di Pulau Pasaran
Kebutuhan air bersih untuk keperluan minum, mandi dan cuci bagi penduduk di
pulau ini diperoleh dari air ledeng (PDAM). Seluruh keluarga di pulau ini sudah
memanfaatkan air ledeng untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Sarana
kesehatan yang tersedia di pulau ini yaitu berupa pos kesehatan kelurahan.
Jenis penyakit dominan yang sering diderita penduduk di pulau ini adalah
demam (panas dingin).
Fasilitas penerangan penduduk di Pulau Pasaran berasal dari listrik Perusahaan
Listrik Negara (PLN). Listrik ini beroperasi selama 24 jam. Keberadaan listrik ini
sangat membantu penduduk dalam mendukung aktivitas sosial ekonominya.
Listrik pada umumnya digunakan untuk penerangan dan menghidupkan barang-
barang elektronik seperti radio/tape, televisi dan kulkas.
Pipa Ledeng (PAM) Pos Kesehatan
Gambar E.8. Fasilitas Air Bersih dan Kesehatan di Pulau Pasaran
E.III. Ekosistem
a. Vegetasi
Lahan di pulau ini ditumbuhi oleh berbagai macam tanaman, seperti kelapa,
mangga, jeruk, jambu air dan tanaman lainnya. Meskipun lahan di pulau ini
cocok ditanami berbagai jenis tanaman, tetapi jumlahnya sangat sedikit karena
lahan yang kosong pada umumnya dipakai untuk tempat penjemuran ikan asin.
Tanaman yang ada pada umumnya hanya ditanam di pekarangan rumah (bagi
yang rumahnya masih memiliki lahan pekarangan).
Pohon Kelapa Pohon Mangga
Pohon Jeruk Pohon Jambu Air
Gambar E.9. Potensi Sumberdaya Alam Terestrial di Pulau Pasaran
b. Terumbu Karang
Keberadaan karang ditemukan pada kedalaman 2 meter hingga 4 meter, dan
seterusnya hanyalah berupa hamparan pasir berlumpur hingga lumpur lembut.
Jenis terumbu karang yang ditemukan berjenis soft coral, karang yang
mendominasi yaitu Sinularia. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa
substrat dasar perairan di daerah ini adalah pasir berlumpur sehingga dapat
dipahami bahwa hanya soft coral yang dapat ditemukan karena soft coral
merupakan karang yang dapat tumbuh dalam kondisi ekstrim seperti pada
wilayah perairan pulau ini.
Kondisi pulau dari pinggir pantai ke arah jembatan penyeberangan Cungkeng
berupa lumpur sedangkan ke arah lautnya (sebelah Selatan) berupa pasir
dengan beberapa titik terdapat lamun. Dengan kondisi yang demikian
menyebabkan kekeruhan perairan yang sangat tinggi, sehingga hal tersebut
dapat menghambat pertumbuhan karang.
Sinularia Galaxea
Gambar E.10. Beberapa Jenis Karang di Pulau Pasaran
Neoglyphidodon melas Corythoichthys haemotopterus
Gambar E.11. Beberapa Jenis Ikan Karang di Pulau Pasaran
Pulau Pasaran memiliki kekayaan ikan yang tidak terlalu tinggi, terutama jenis
ikan karang. Hal ini disebabkan kondisi perairan yang kurang baik karena
pengaruh substrat dasar perairan dan kurang beragamnya jenis karang yang
ada. Beberapa jenis ikan ekonomis dapat ditemukan di ekosistem terumbu
karang. Selain ikan ekonomis, beberapa ikan hias juga terdapat di pulau ini.
Beberapa jenis ikan yang ditemukan selama pengamatan adalah Cheilianus,
Lutjanus, Chromis, Abudefduf, Neoglyphidodon, Corythoichthys dan lain
sebagainya.
E.IV. Kualitas Perairan
Hasil pengukuran suhu di perairan Pulau Pasaran untuk masing-masing stasiun
(stasiun 1 – 4) nilainya berada di atas baku mutu Kepmen LH No. 51 Tahun 2004, yaitu
tercatat berturut-turut sebesar 28,6oC, 29,2oC, 29,7oC dan 30,0oC. Nilai salinitas
perairan berkisar antara 24–30 ppm. Nilai pH perairan berada pada kisaran baku mutu,
yaitu berkisar antara 7,05 – 7,23. Nilai DO berkisar antara 4,87 – 7,10 mg/l.
Tabel E.1. Hasil Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia di Pulau Pasaran
E.V. Pemanfaatan Potensi Pulau Pasaran
a. Potensi Kelautan dan Perikanan
Pulau Pasaran memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat terbatas. Potensi
sumberdaya alam yang ada di ini berupa perikanan tangkap. Kegiatan
penangkapan ikan yang dilakukan oleh penduduk di Pulau Pasaran pada
umumnya dengan alat tangkap bubu. Jenis perahu yang digunakan pada
umumnya adalah perahu motor tempel (mesin 5,5 PK). Jenis-jenis ikan yang
menjadi target utama penangkapan adalah rajungan. Daerah penangkapannya
pada umumnya hanya di sekitar perairan pulau (sekitar 1,5 jam perjalanan).
Kegiatan penangkapan dilakukan setiap hari dan tidak ada hari libur. Bubu
dipasang pada jam 17.00 WIB dan diangkat pada jam 06.00 WIB. Dalam sehari
bisa memperoleh penghasilan sebesar Rp. 20.000,00 dan dalam sebulan bisa
memperoleh penghasilan sebesar Rp. 600.000,00.
Penduduk Pulau Pasaran juga melakukan kegiatan pengolahan hasil perikanan
berupa pembuatan ikan asin. Jenis ikan yang umumnya diasin dan menjadi
primadona pulau ini adalah dari jenis teri. Jumlah usaha pengolahan ikan asin
teri ini sebanyak 50 unit dan pulau ini dikenal sebagai sentra pengolahan ikan
asin di Kota Bandar Lampung. Produk yang dihasilkan berupa ikan teri nasi dan
teri jengki. Kegiatan pengolahan pada umumnya dilakukan di tempat pembelian
bahan baku (tempat operasi bagan) karena kalau diolah didarat mutu ikannya
sudah turun, sehingga produknya banyak yang hancur. Produk pengolahan ini
dijual ke pengumpul yang ada di Jakarta (daerah Kapuk) dengan harga Rp.
50.000,00 (ikan asin teri nasi) dan Rp. 20.000,00 (ikan asin teri jengki). Sistem
pembayaran yang dilakukan adalah para pengumpul di Jakarta memberikan
uang muka terlebih dahulu, setelah 20 hari dikalkulasi untuk pelunasan
pembayaran. Antara pengolah dengan pengumpul terdapat hubungan patron-
klien yang berupa pinjam-meminjam. Adanya hal tersebut menyebabkan posisi
tawar menawar pengolah menjadi lemah karena harga untuk setiap kilogramnya
dipotong sebesar Rp. 2.000,00 dari harga yang berlaku di pasaran.
Aktivitas usaha untuk 1 unit pengolahan dalam sebulan berproduksi selama 20
hari dan dalam sehari bisa mengolah sebanyak 2 ton ikan teri basah. Dalam
sebulan seorang pengolah ikan asin teri bisa memperoleh penghasilan sekitar
Rp. 23.600.000,00 dan dalam setahun (10 bulan operasional) sebesar Rp.
236.000.000,00.
Gambar E.12. Perahu Nelayan di Pulau Pasaran
Para-Para/Laha Pandaran/Jurusan
Penyortiran I Penjemuran
Penyortiran II Pengemasan
Gambar E.13. Aktivitas Pengolahan Ikan Asin di Pulau Pasaran
Selain usaha di bidang perikanan (penangkapan dan pengolahan ikan asin),
penduduk di Pulau Pasaran juga berusaha di bidang angkutan penyeberangan
(transportasi kapal). Kegiatan ini dilakukan oleh sekitar 40 orang. Dalam sehari
seorang penambang (sebutan untuk orang yang mengusahakan angkutan
penyeberangan) bisa memperoleh penghasilan sebesar Rp. 30.000,00 – Rp.
50.000,00.
Kapal Penyeberangan Penumpang ke Pulau Pasaran
Gambar E.14. Armada dan Aktivitas Penyeberangan ke Pulau Pasaran
Karang untuk Pondasi Rumah Karang untuk Reklamasi
Gambar E.15. Pemanfaatan Karang di Pulau Pasaran
b. Penggunaan Lahan
Luas daratan Pulau Pasaran berdasarkan hasil analisis citra yaitu sekitar atau
11,73 Ha. Daratan yang ada semuanya digunakan untuk permukiman dan
kondisinya kurang tertata rapi.
Gambar E.16. Peta Penutupan Lahan Pulau Pasaran
E.VI. Kehidupan Sosial Ekonomi dan Budaya
Penduduk di Pulau Pasaran terdiri atas 250 kepala keluarga dengan jumlah penduduk
sebanyak 600 jiwa. Penduduk yang mendiami pulau ini mayoritas berasal dari Suku
Jawa (Cirebon, Indramayu). Agama yang dianut oleh penduduk di Pulau Pasaran
adalah Islam. Untuk menunjang aktivitas keagamaan penduduk, di pulau ini sudah
terdapat fasilitas tempat peribadatan yang berupa masjid.
Penduduk Pulau Pasaran berdasarkan hasil wawancara sebagian besar (50%)
berpendidikan tamat Sekolah Dasar (SD). Rendahnya tingkat pendidikan ini akan
berpengaruh pada kehidupan sosial ekonomi mereka, seperti umumnya masyarakat
nelayan kurang dapat mengatur keuangan rumah tangga serta rendah dalam
melakukan inovasi teknologi. Latar belakang pendidikan yang kurang memadai juga
turut berpengaruh terhadap mereka dalam menanggapi kebijakan-kebijakan pemerintah
setempat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan melalui
peningkatan pendapatan mereka.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa secara umum tingkat pendidikan yang dimiliki
masyarakat pesisir (terutama nelayan) relatif masih rendah. Masalah rendahnya tingkat
pendidikan formal bagi nelayan menurut Pollnac (1988) diakibatkan oleh keterasingan
sosial masyarakat nelayan dari masyarakat lainnya. Dari sekian banyak penduduk,
hanya sedikit yang dapat melanjutkan atau menamatkan sekolah lanjutan atas. Hal ini
kemungkinan besar terjadi karena pekerjaan sebagai nelayan seperti diungkapkan oleh
Karnadji (1989) umumnya tidak memperhatikan faktor-faktor pendidikan. Sebagai
nelayan yang penting adalah fisik yang kuat untuk melakukan pekerjaan yang berat
saat melaut.
Mata pencaharian penduduk Pulau Pasaran seluruhnya (100%) bergerak di sektor
perikanan yaitu berprofesi sebagai nelayan dan pengolah hasil perikanan dengan
memanfaatkan hasil laut yang dapat ditemukan di sekitar wilayah pulau ini seperti
rajungan dan ikan teri. Peran ibu-ibu yaitu membantu pekerjaan suami, biasanya
mereka bekerja sebagai buruh harian di usaha pengolahan pengasinan ikan teri.
Gambar E.17. Masjid di Pulau Pasaran
E.VII. Permasalahan dan Pengembangan
Permasalahan yang dihadapi penduduk di Pulau Pasaran, antara lain:
Kurangnya permodalan.
Minimnya fasilitas penunjang (jembatan penyeberangan, jalan setapak yang sudah
rusak).
Adanya produk ikan asin teri dari Thailand dan Vietnam yang harganya lebih murah.
Sanitasi lingkungan (timbunan sampah dan buang air besar di pinggir pantai).
Tata ruang pulau yang semrawut.
Berdasarkan keragaan dan potensi yang dimiliki oleh Pulau Pasaran, maka peluang
pengembangan yang potensial adalah:
Usaha penangkapan.
Usaha pengolahan hasil perikanan (terutama ikan asin teri).
B. PULAU ENGGANO
Gambar F.1. Pulau Enggano
F.I. Gambaran Umum Pulau Enggano
Secara geografis, Pulau Enggano berada di wilayah Samudera Indonesia yang posisi
astronomisnya terletak pada 05°31'13'' LS dan 102°16'00'' BT. Secara administratif,
Pulau Enggano termasuk dalam wilayah Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu.
Enggano merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Bengkulu Utara dengan pusat
pemerintahan berada di Desa Apoho. Luas wilayah Pulau Enggano mencapai 400,6
km² yang terdiri dari enam desa yaitu Desa Banjarsari, Meok, Apoho, Malakoni, Kaana,
dan Kahyapu. Kawasan Enggano memiliki beberapa pulau-pulau kecil, yaitu Pulau Dua,
Merbau, Bangkai yang terletak di sebelah barat Pulau Enggano, dan Pulau Satu yang
berada di sebelah selatan Pulau Enggano. Jarak Pulau Enggano ke Ibukota Provinsi
Bengkulu sekitar 156 km atau 90 mil laut, sedangkan jarak terdekat adalah ke kota
Manna, Bengkulu Selatan sekitar 96 km atau 60 mil laut.
Pulau Enggano tersusun oleh perbukitan bergelombang lemah, perbukitan karst,
daratan dan rawa. Perbukitan bergelombang terdapat di daerah tenggara, ketinggian
antara 170-220 meter, sedangkan perbukitan karst yang mempunyai ketinggian antara
100-150 meter terdapat di bagian barat laut, menunjukkan morfologi yang khas dan
didominasi oleh batu gamping. Di bagian utara terutama daerah pantai merupakan
dataran rendah alluvial yang berawa-rawa dengan ketinggian 0-2 meter. Bentuk
permukaan tanah di Pulau Enggano secara umum dapat dikatakan cukup datar hingga
landai, dengan sedikit daerah yang agak curam. Pada bagian timur pulau lebih datar
dari pada bagian barat. Secara proporsional dapat dikatakan 63,39% dari pulau ini
mempunyai kemiringan landai (0-8%), 27,95% agak miring (8-15%) dan sisanya daerah
miring sampai terjal (15-40%). Berdasarkan klasifikasi tanah, kawasan daratan Pulau
Enggano didominasi oleh jenis tanah kambisol, litosol, dan alluvial. Selain itu, tanah di
Pulau Enggano memiliki tekstur lempeng berliat.
Gambar F.2. Peta Citra Pulau Enggano
Di wilayah Pulau Enggano mengalir beberapa sungai dimana secara umum airnya
dipengaruhi musim. Pada musim hujan debit air sungai tinggi, sebaliknya pada musim
kemarau debit air rendah. Sungai-sungai tersebut antara lain Sungai Kikuba, Sungai
Kuala Kecil, Sungai Kuala Besar, Sungai Kahabi, Sungai Kinono, dan Sungai Berhawe.
Beberapa sungai kecil lainnya antara lain Sungai Kaay, Sungai Kamamum, Sungai
Maona, dan Sungai Apiko.
Karakteristik pantai yang terdapat di Pulau Enggano dapat dikategorikan dalam 5 (lima)
tipe utama yaitu pasir berlumpur, pasir, pasir berkarang, pasir karang berlumpur, dan
pantai karang berbatu. Karakteristik pantai di Pulau Enggano erat kaitannya dengan
keberadaan ekosistem terumbu karang dan mangrove. Tipe pantai pasir berlumpur
ditemukan di Kahyupu, Tanjung Harapan, dan muara Sungai Banjarsari sampai Teluk
Berhau. Tipe pantai pasir berkarang terdapat di Kaana dan Meok, sedangkan tipe
pantai pasir karang berlumpur ditemui di Malakoni dan Banjarsari. Pantai karang
berbatu dijumpai di bagian timur Pulau Enggano.
Pulau Enggano beriklim tropis basah yang sangat dipengaruhi oleh laut. Curah hujan
pada bulan kering masih di atas 100mm. Bulan kering biasanya terjadi pada bulan Juni
dan Juli. Bulan basah kadang mencapai lebih dari 400mm per bulannya. Suhu udara
rata-rata setiap harinya berkisar antara 27,8ºC dengan suhu terendah 23,2ºC dan
tertinggi 34ºC. Kelembaban nisbi umumnya di atas 80% dengan variasi terendah 78%
dan tertinggi 96%. Hal tersebut menunjukkan bahwa di Pulau Enggano kelembaban
udara relatif tinggi sepanjang tahun. Angin dominan terbagi dalam dua musim, yaitu
angin musim barat (terjadi pada Bulan September sampai Januari) dan angin musim
tenggara (terjadi pada Bulan April sampai Agustus).
F.II. Sarana dan Prasarana
a. Aksesibilitas
Untuk mengunjungi Pulau Enggano dapat menggunakan transportasi Laut
dengan menggunakan kapal Raja Enggano dengan kapasitas 40 unit kendaraan
dan 400 orang penumpang menuju ke Pelabuhan Kahyapu yang mempunyai
luas dermaga 360 m2 dengan rute Bengkulu-Enggano-Bengkulu. Frekuensi
pelayaran dua kali seminggu yaitu sabtu dan rabu setiap jam 18.00 WIB dari
Pelabuhan Bengkulu dan sampai di Pulau Enggano pukul 04-05 WIB (sekitar 8
jam). Selain kapal Raja Enggano, transportasi ke Pulau Enggano dapat juga
menggunakan kapal perintis dari Pelabuhan Bengkulu menuju Pelabuhan
Malakoni yang mempunyai luas dermaga 560 m2 dan melayani rute Bengkulu-
Malakoni-Bengkulu.
Gambar F.3. Dermaga Gambar F.4. Kondisi Jalan
b. Sarana dan Prasarana
Transportasi antar desa menggunakan kendaraan angkot carteran dan ojek
motor. Disarankan transportasi yang paling mudah adalah mencarter motor
sebab sarana jalan masih sebagian saja yang bagus. Sarana transportasi yang
mendukung pergerakan internal penduduk dan perekonomian di Pulau Enggano
adalah jalan raya sepanjang 35,5 km dengan lebar 4 meter, sedangkan sisanya
18 km masih merupakan jalan tanah. Jalan raya ini menghubungkan Desa
Banjarsari, Malakoni, Kaana dan Kahyapu. Selain melalui jalan raya, pergerakan
penduduk antar desa atau pemukiman dilakukan dengan menggunakan perahu
motor atau sampan. Untuk mengantisipasi kebutuhan sarana perhubungan ke
depan, tersedia lahan untuk lapangan terbang seluas 310 Ha yang terletak di
Desa Banjarsari namun sampai saat ini belum dikembangkan.
Gambar F.5. Lahan untuk pembangunan bandara
Masyarakat di Pulau Enggano juga belum tersentuh oleh keberadaan sarana air
bersih seperti PAM. Untuk kepentingan sehari-hari, masyarakat mengandalkan
sumber air bersih dari sungai-sungai dan sumur galian. Sampai saat ini belum
tersedia sarana listrik di Pulau Enggano. Untuk kepentingan penerangan,
masyarakat biasanya menggunakan lampu petromaks dan lampu minyak.
Fasilitas penerangan listrik hanya ada di kantor Pelabuhan Kahyapu dengan
menggunakan generator yang berfungsi hanya pada saat tertentu saja. Fasilitas
pelayanan telekomunikasi juga belum tersedia, hanya Radio SSB yang berada di
kantor Kecamatan Enggano.
Tabel F.1. Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial di Kecamatan Enggano
No Nama Fasilitas Jumlah Keterangan1. Balai Desa 6 buah Masing-masing desa 1
Balai Desa2. Sekolah Dasar 6 buah Satu SD merupakan SD
Salah satu lokasi hutan mangrove yang terdapat di Pulau Enggano adalah
Suaka Alam Tanjung Laksaha yang terletak di sebelah barat pulau dengan lebar
hutan mangrove bervariasi mulai dari 50 m sampai 1000 m. Ekosistem mangrove
di Pulau Enggano relatif masih utuh, tingkat gangguan ulah manusia sangat
kecil. Hal ini dikarenakan adanya adat budaya masyarakat yang melarang
menebang pohon mangrove. Masyarakat yang menebang pohon mangrove akan
di denda dengan membayar sejumlah uang tertentu.
d. Terumbu Karang
Tanjung Kokonahdi dan Tanjung Kaana merupakan satu garis pantai bagian
timur Pulau Enggano dengan pasir putih dan reef flat kurang lebih 100-200 meter
dari pantai yang berarus tenang. Dasar perairan berupa batu karang yang
ditutupi terumbu karang. Jenis terumbu karang yang dijumpai adalah kelompok
Acropora tabulate dengan lebar mencapai 2 meter, Acropora hystrik, Pocillopora,
Seryatopora hystrik, Montipora sp. Biota lain yang ditemukan adalah jenis lili laut
dan soft coral. Pada kedalaman 15-20 meter ditemukan pasir dengan rubble
dengan sedikit jenis teripang. Di Teluk Enggano, kecerahan perairan kurang
bagus pada kedalaman lebih dari 5 meter dengan dasar perairan berpasir dan
bercampur lumpur. Pada kedalaman 4 meter ditemukan beberapa koloni karang
hidup yang didominasi jenis coral massif: Goniopora sp, Porites sp, Acropora
digitete. Biota lain yang ditemukan seperti kelompok soft coral sponge, kelompok
Anthipatria.
Gambar F.7. Kondisi Ekosistem Terumbu Karang yang Umumnya Didominasi Oleh Karang Biru (Blue Coral), Karang Api (Fire Coral), dan Karang Bercabang (Branching Coral) di P. Enggano
e. Lamun
Salah satu ekosistem di daerah pesisir pantai yang berperan penting adalah
padang lamun. Peranan ekosistem padang lamun kurang lebih identik dengan
peranan hutan mangrove. Tingginya kemampuan ekosistem padang lamun untuk
mensuplai nutrien dan oksigen memungkinkan ekosistem ini memiliki
produktivitas yang tinggi. Ekosistem lamun terdapat di pantai Kahyapu dan
Kaana yang didominasi spesies Cymodocea sp. Kerapatan jenis lamun berkisar
130-569 m2 dengan rata-rata kerapatan keseluruhan 362 m2.
Gambar F.8. Ekosistem Lamun
F.IV. Kualitas Perairan
Dari hasil pengamatan, suhu di perairan Pulau Enggano berkisar 29,3 – 30,0oC
(kedalaman 0-13,5 m). Sedangkan salinitas di perairan Pulau Enggano berkisar antara
33,0 – 34,0 o/oo dengan nilai pH berkisar 7,87 – 8,07. Oksigen terlarut yang terdapat di
perairan Pulau Enggano berkisar 4,14-4,42 ml/L. Kecerahan air rata-rata berkisar
antara 8-14m. Di perairan Pulau Enggano kecepatan arus berkisar antara 6,1 – 22,2
cm/det atau antara 0,21 – 0,80 km/jam. Dari hasil pengamatan kondisi perairan Pulau
Enggano sangat bagus bagi pertumbuhan biota laut dan terumbu karang.
F.V. Pemanfaatan Potensi Pulau Enggano
a. Potensi Kelautan dan Perikanan
Perairan laut Pulau Enggano merupakan bagian dari perairan Samudera Hindia
yang berada di sepanjang perairan Pantai Barat Sumatera. Potensi sumberdaya
kelautan dan perikanan yang dominan di Pulau Enggano adalah perikanan
tangkap. Jenis sumber daya ikan yang terdapat di wilayah perairan laut Pulau
Enggano dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok besar yaitu ikan pelagis
besar (ikan cakalang, tongkol, tenggiri, madidihang, tuna albakor, layaran dll),
ikan pelagis kecil (ikan kuwe, selar, belanak, kembung dll), udang (udang penaid,