1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran dan Pemetaan merupakan sebuah bagian dari ilmu geodesi rendah yang mempelajari tentang pengukuran-pengukuran pada sebagian permukaan bumi guna pembuatan peta serta pemasangan kembali titik-titik di lapangan. Pada suatu pengukuran tertentu, terkadang memerlukan waktu yang cukup lama bahkan hingga berhari-hari, sehingga perlu dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu: Satu Slag : Pekerjaan yang diselesaikan dalam sekal instrument berdiri. Satu Seksi : Pekerjaan yang diselesaikan dalam sekali pengukuran. Satu Trayek : Pekerjaan yang diselesaikan antara 2 BM (Bench Mark : titik ikat tinggi). Dalam Pengukuran dan Pemetaan, terdapat beberapa metode atau cara dalam menentukan beda tinggi salah satunya adalah waterpassing. Waterpassing adalah suatu cara pengukuran tinggi, di mana selisih-selisih tinggi antara titik-titik yang berdekatan ditentukan dengan garis-garis vizier horizontal yang ditujukan ke rambu-rambu yang vertikal. Peranan Pengukuran dan Pemetaan : a. Penentuan jalan-jalan pada skala yang telah ditentukan. b. Memperhitungkan dan memperhatikan penggalian dan penimbunan tanah dengan hasil dari perhitungan profil memanjang dan melintang. Hal itu sudah jelas bahwa hasil pengukuran tersebut dapat untuk memperkirakan dan menghitung penggalian tanah maupun penimbunan tanah.
Data Pengukuran dan Pemetaan profil melintang dan memanjang di selokan depan Gereja Assumpta Babarsari
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengukuran dan Pemetaan merupakan sebuah bagian dari ilmu geodesi
rendah yang mempelajari tentang pengukuran-pengukuran pada sebagian
permukaan bumi guna pembuatan peta serta pemasangan kembali titik-titik di
lapangan. Pada suatu pengukuran tertentu, terkadang memerlukan waktu yang
cukup lama bahkan hingga berhari-hari, sehingga perlu dibagi menjadi beberapa
tahap, yaitu:
Satu Slag : Pekerjaan yang diselesaikan dalam sekal instrument berdiri.
Satu Seksi : Pekerjaan yang diselesaikan dalam sekali pengukuran.
Satu Trayek : Pekerjaan yang diselesaikan antara 2 BM (Bench Mark : titik
ikat tinggi).
Dalam Pengukuran dan Pemetaan, terdapat beberapa metode atau cara
dalam menentukan beda tinggi salah satunya adalah waterpassing. Waterpassing
adalah suatu cara pengukuran tinggi, di mana selisih-selisih tinggi antara titik-titik
yang berdekatan ditentukan dengan garis-garis vizier horizontal yang ditujukan ke
rambu-rambu yang vertikal.
Peranan Pengukuran dan Pemetaan :
a. Penentuan jalan-jalan pada skala yang telah ditentukan.
b. Memperhitungkan dan memperhatikan penggalian dan penimbunan tanah
dengan hasil dari perhitungan profil memanjang dan melintang. Hal itu sudah
jelas bahwa hasil pengukuran tersebut dapat untuk memperkirakan dan
menghitung penggalian tanah maupun penimbunan tanah.
2
c. Batas daerah lapangan yang digunakan untuk jalan, yaitu batas jalan dapat
ditentukan dari perhitungan dan gambar yang telah dikerjakan. Sehingga batas
pada jalan dapat ditentukan.
Pada praktikum tahap kedua alat ukur yang pergunakan adalah Theodolit.
Alat ini mempunyai tipe yang banyak sekali. Hal ini disesuaikan dengan keadaan
lingkungan, maksud dan tujuan pengukuran, dan lain-lain. Tetapi pada prinsipnya,
penggunaannya hampir sama. Pada saat praktikum, selain menggunakan theodolit,
kita juga menggunakan alat bantu yang lain, seperti rambu, meteran, unting-unting,
kompas, patok dan sebagainya. Namun kita juga mengenal istilah-istilah seperti
kontur, titik azimuth, garis vizier, poligon, koordinat kutub, koordinat orthogonal
dan lain-lain. Praktikum ini bertujuan untuk membuat peta situasi dari suatu
daerah dengan skala dan interval kontur tertentu. Yang pada akhirnya peta
tersebut dapat dijadikan data, contoh, pedoman untuk pekerjaan permukaan tanah.
Alat ukur yang kita pergunakan dalam praktikum tahap ketiga adalah
Theodolit. Alat ini mempunyai tipe yang banyak sekali. Hal ini disesuaikan
dengan keadaan lingkungan, maksud dan tujuan pengukuran, dan lain-lain. Tetapi
pada prinsipnya, penggunaannya hampir sama. Pada saat praktikum, selain
menggunakan theodolit, kita juga menggunakan alat bantu yang lain, bouwplank,
meteran, benang nilon, paku, patok dan palu. Praktikum ini bertujuan untuk
mempermudah titik-titik ukuran suatu bangunan, serta mempermudah garis-garis
pondasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah tujuan dari waterpassing profil memanjang dan melintang?
2. Mengapa nivo kotak dan nivo tabung harus berada di tengah-
tengah atau vertikal ?
3. Faktor-faktor apa sajakah yang dapat menyebabkan kesalahan
dalam pengamatan ?
3
4. Mengapa statif harus berdiri tegak?
5. Apakah syarat-syarat pemasangan sebuah theodolit?
6. Apa arti dari peta situasi dan kontur ?
7. Apa kegunaan theodolit ?
8. Apa yang dimaksud uizet dan bouwplank ?
9. Apa saja kegunaan uizet dan bouwplank?
10. Apa yang diperlukan terlebih dahulu dalam pengerjaan penggunaan
bouwplank ?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendapatkan jarak dan beda tinggi antara dua titik atau lebih
di lapangan
2. Pembuatan peta situasi dari dari suatu daerah dengan skala dan
interval kontur tertentu.
3. Mencari bentuk permukaan tanah sesuai dengan ketinggian dan
bentuk permukaan areal.
4. Mampu memahami, menjelaskan, dan menggambarkan kerangka
peta polygon tertutup, detail atau objek di lapangan beserta
konturnya.
5. Mengetahui, memahami serta mampu menerapkan proses
pengukuran alat ukur theodolit.
6. Mampu menerapkan penggunaan bouwplank agar mempermudah
pekerjaan suatu bangunan
7. Mengetahui, memahami serta mampu menerapkan proses
penggunaan alat ukur theodolite
1.4. Landasan Teori
Pada tahap I terdapat dua jenis pengukuran, yaitu waterpassing profil
memanjang dan melintang. Cara mencari benang tengah tersebut Yaitu dengan
4
mencari benang atas, kemudian ditambah hasil dari benang bawah dibagi dua.
Cara menentukan beda tinggi atau biasa disebut “h” pada pengukuran tanah,
pertama-tama benang tengah di rambu A dikurangi dengan benang tengah di
rambu B. Cara menentukan jarak pada praktikum tahan I yaitu Dengan mencari
benang atas dan benang bawah. Setelah didapatkan, kemudian benang atas
dikurangi dengan benang bawah, kemudian hasilnya dikalikan dengan A yang
konstanta dengan besarnya 100.
Cara mencari bacaan benang tengah pada praktikum tahap II adalah
dengan mencari rata-rata bacaan benang atas dan benang bawah. Cara mencari
jarak antara dua titik adalah dengan mencari selisih antara benang atas dengan
benang bawah, kemudian dikalikan dengan konstanta, kemudian hasil yang ada
dikalikan dengan hasil cos kuadrat dari 90 – heling. Cara mencari beda tinggi
antara dua titik adalah dengan mengalikan jarak dengan tangen ( 90 – heling ),
kemudian hasil yang telah diperoleh ditambah dengan tinggi instrument dikurangi
bacaan benang tengah.
1. Mencari Koordinat X belum terkoreksi dengan rumus: D(jarak) dikali sin
.
2. Koreksi koordinat X dengan rumus : D(Jarak) di kali ( - f(x) ) di bagi
D .
3. Koordinat X terkoreksi di hitung dengan rumus X n-1 + D sin + ∆ X.
4. Mencari Koordinat Y belum terkoreksi dengan rumus D(jarak) dikali sin .
5. Koreksi koordinat Y dengan rumus D(Jarak) di kali ( - f(y) ) di bagi
D .
6. Koordinat Y terkoreksi di hitung dengan rumus Y n-1 + D sin + ∆ Y.
Mencari Koordinat Z belum terkoreksi dengan rumus D(jarak) dikali sin .
7. Koreksi koordinat Z dengan rumus D(Jarak) di kali ( - f(Z) ) di bagi
D .
8. Koordinat Z terkoreksi di hitung dengan rumus Zn-1 + D sin + ∆ Z.
5
Bouwplank adalah sebuah benda kerja yang terdiri dari pasangan papan-
papan. Pasangan ini dimaksudkan untuk menempatkan titik-titik pengukuran yang
diperlukan dalam mendirikan suatu bangunan untuk membentuk bidang datar.
Bouwplank (papan bangunan) berfungsi untuk mendapatkan titik-titik bangunan
yang diperlukan sesuai dengan hasil pengukuran.
Syarat-syarat memasang bouwplank :
1. Kedudukannya harus kuat dan tidak mudah goyah
2. Berjarak cukup dari rencana galian, diusahakan bouwplank tidak
goyang akibat pelaksanaan galian.
3. Terdapat titik atau dibuat tanda-tanda.
4. Sisi atas bouwplank harus terletak satu bidang (horizontal) dengan
papan bouwplank lainnya.
5. Letak kedudukan bouplank harus dengan seragam (menghadap
kedalam bangunan)
6. Garis benang bouwplank meripakan as (garis tengah) pada pondasi dan
dinding batu bata
Untuk bangunan besar dan banyak terdapat ruang, pemasang bouwplank
dilaksanakan mengelilingi seluruh calon bangunan dinding, sedangkan untuk
bangunan kecil, pemasangannya cukup pada lokasi sudut atau pertemuan
bangunan.
1.5. Alat dan Bahan
1.5.1. Waterpass
a. Fungsi
Alat untuk mengukur beda ketinggian dari satu titik acuan ke acuan
berikutnya. Waterpass ini dilengkapi dengan kaca dan gelembung kecil di
dalamnya
6
b. Penyetelan
1. Dirikan statif di atas titik yang dimaksud sehingga kaki statif
membentuk segitiga sama sisi.
2. Pasang instrumen dan kuncikan sekedarnya sehingga masih mudah
digeser-geser.
3. Pasang unting-unting kira-kira ½ cm di atas titik yang dimaksud.
4. Atur unting-unting dengan menggeser-geser instrumen di atas pelat
level hingga betul-betul centering, kemudian kencangkan pengunci
instrumen.
5. Sejajarkan teropong dengan dua sekrup penyetel sb. 1 (sekrup A dan
B) dan ketengahkan gelembung nivo dengan memutar sekrup A,B
dan C sekaligus sehingga gelembung nivo tepat berada di tengah-
tengah lingkaran nivo.
6. Putar teropong ke sembarang posisi, jika gelembung berubah-ubah,
setel kembali sekrup penyetel hingga gelembung ke tengah kembali.
7. Lakukan berulang-ulang hingga gelembung nivo tetap di tengah
kemanapun teropong diarahkan, maka sb. 1 vertikal instrumen telah
siap dipakai.
1.5.2 Theodolite
a. Fungsi
Theodolite berfungsi untuk mengukur arah horisontal, vertikal dan
jarak optis, misalnya pada poligon dan seterusnya dan mengukur detail
lapangan dengan metode ekstra polasi dengan sistem koordinat kutub, yang
diukur adalah azimuth helling dan jarak optis.
b. Penyetelan
1. Tempatkan tripod atau statip di atas titik ukur.
7
2. Injak sepatu statip agar melesak dalam tanah (jika di atas tanah),
tinggi statip disesuaikan dengan orang yang akan membidik dan
permukaan kepala (meja) statip diusahakan relatif datar.
3. Ambil pesawat dan letakkan pesawat pada landasan, kemudian
dikunci dengan pengunci pesawat.
4. Mengatur unting-unting agar posisi sumbu I tepat di atas patok (titik
ukur).
5. Tiga buah sekrup A,B,C, kita atur tingginya kira-kira setengah
panjang as.
6. Sejajarkan teropong dengan dua buah sekrup A dan B (kedudukan I),
kemudian sekrup diputar searah (jika masuk masuk semua; jika
keluar, keluar semua), sambil dilihat kedudukan gelembung nivo
tabung agar tepat di tengah-tengah skala nivo.
7. Putar teropong searah jarum jam, hingga kedudukan tegak lurus
terhadap dua sekrup A,B, atau diputar 90˚ (kedudukan II), kemudian
putar sekrup C (tanpa memutar sekrup A,B), masuk atau keluar
sambil dilihat kedudukan gelembung pada nivo kotak agar tepat di
tengah-tengah skala nivo.
8. Putar teropong searah jarum jam sehingga kedudukan sejajar sekrup
A,B, atau diputar kira-kira 90˚ dan letakkan berlawanan dengan
kedudukan I (kedudukan III), putar sekrup A,B, sehingga gelembung
nivo tepat di tengah-tengah skala nivo.
9. Putar teropong searah jarum jam sehingga kedudukannya tegak lurus
terhadap dua sekrup A,B, dan letakkan berlawanan dengan posisi II
atau putar 90˚ (kedudukan IV), kemudian putar sekrup C tanpa
merubah sekrup A,B masuk atau keluar agar gelembung nivo tabung
tepat di tengah-tengah skala nivo.
10. Cek gelembung nivo tabung, apakah sudutnya tepat di tengah-tengah
skala lingkaran nivo. Jika sudah, pesawat siap dioperasikan dan jika
belum maka ulangi kegiatan f – i.
8
1.5.3. Rambu
Rambu berfungsi untuk menunjukkan ketinggian dan
mengukur jarak pembacaan. Rambu di bidik sejajar sumbu vertical
Waterpass dan di tempatkan pada titik yang dapat mewakili kontur
tanah. Semakin daerah berkontur semakin rapat titik-titik
perletakannya juga untuk mengukur beda tinggi secara
trigonometric.serta mengukur jarak optis
1.5.4. Unting-unting
Unting-unting berfungsi untuk menentukan titik pusat
pendirian waterpass tepat di atas patok dan untuk menempatkan
theodolit tepat diatas patok yang dikehendaki.
1.5.5. Statif ( Tripot )
Statif digunakan untuk meletakkan Waterpass pada saat
pengamatan atau bias disebut sebagai kaki Waterpass Statif ada
yang terbuat dari kayu, ada juga yang terbuat dari bahan logam.
Selama pembacaan rambu, statif harus dipastikan tidak dapat
bergeser dari perletakan yang semula.
1.5.6. Patok
Patok berguna untuk menunjukkan titik yang di tinjau
selama dilapangan.
1.5.7. Meteran
Meteran digunakan untuk mengukur tinggi instrument ( TI ),
yaitu tinggi antara tanah hingga fokus teropong Waterpass,
kecuali saat cek alat.
9
1.5.8. Alat tulis ( Pensil, Penghapus, Papan tulis, Kalkulator )
Digunakan untuk mencatat dan menghitung hasil dari data
yang telah dibaca oleh si pengamat dan dicatat oleh si penulis.
1.5.9. Payung
Selama praktikum payung berfungsi untuk melindungi
praktikan dari panas dan hujan, dan yang lebih penting lagi
berfungsi untuk melindungi Waterpass dari panas matahari dan
hujan, karena nivo yang terdapat pada Waterpass sangat peka
terhadap panas matahari.
1.5.10. Jas Hujan
Jas hujan digunakan sebagai perlengkapan yang
memungkinkan pelaksanaan praktikum pada saat hujan atau
gerimis.
10
BAB II
Praktikum Pengukuran dan Pemetaan Tahap 1
2.1.Langkah-Langkah Cara Praktek di Lapangan
2.1.1.Pengukuran Waterpassing Profil Memanjang
A. Waterpassing pergi
Gambar 2.1 Waterpassing Pergi
Cara kerja :
1. Alat ukur ( waterpass ) diletakkan di titik seperti yang
tergambar diatas.
2. Rambu diletakkan diatas titik A, dan dibaca benangnya : ba, bt,
bb dan hasil pembacaan selalu di cek bt = ½ (ba + bb).
Pembacaan ini dilakukan sebanyak 3 kali.
3. Rambu dipindahkan diatas titik detail, yaitu ke d1, d2, d3, dan
d4, lakukan langkah yang sama.
4. Kemudian rambu ditempatkan diatas titik B, dan arahkan
teropong pada rambu tersebut, dibaca ba, bt, bb. Pembacaan
dilakukan sebayak 3 kali.
5. Rambu dipindahkan diatas titik detail d5, d6, d7, dan d8,
lakukan langkah yang sama. ( untuk titik d5, dilakukan
sebanyak 3 kali )
11
B. Waterpassing Pulang
Gambar 2.2 Waterpassing Pulang
Cara kerja :
1. Alat ukur dipindahkan tepat diatas titik d5.
2. Pengukuran dilakukan mulai dari titik A sampai titik B dimana
titik tersebut berubah menjadi A’ dan B’ tanpa melakukan
pengukuran detail. Pengukuran untuk titik A’ dan B’ dilakukan
sebanyak 3 kali.
3. Lalu dilakukan hal yang sama pada slag berikutnya setelah
melakukan pengukuran pergi terlebih dahulu.
4. Untuk pengecekan :
1. DA + DB = DA’ + DB’
2. Dd5 + DA = DA’
3. ∆HB’ - ∆HB = ± 5mm
Catatan :
Pembacaan titik A, B, dan d5 sebaiknya dibaca tiga kali agar pembacaan
bisa dipilih salah satu yang memenuhi syarat.
A. Pengukuran pergi dan pulang harus dilakukan pada hari
yang sama.
B. Untuk mengatasi hal ini, pekerjaan dapat dibagi menjadi 2
bagian (seksi) misalnya pengukuran hari pertama hanya 2
slag (patok satu sampai dengan patok 3), pergi dan pulang,
12
dan untuk slag-slag selanjutnya dapat dilakukan pada hari
berikutnya.
C. Letak titik detail harus berjarak sama tapi tergantung naik
turunnya muka tanah.
2.1.2 Pengukuran Waterpassing Profil Melintang
Dicari tiga titik diantara titik-titik pada profil memanjang sebagai
titik acuan dalam melakukan profil melintang. Diusahakan terdapat dua
selokan (minimal dua titik terdapat dua selokan). Waterpass diletakkan
diantara titik 3 dan 4.
Gambar 2.3 Tampang Melintang
Cara kerja :
Waterpass diletakkan, serta ukur tinggi instrument (TI) dari muka tanah.
Gambar lapangan dibuat sketsanya dan ditentukan titik-titik yang nantinya
akan diukur.
Rambu diletakkan diatas titik 1 dan dibaca ketiga benangnya.
Rambu dipindahkan ketitik berikutnya dan dibaca ketiga benangnya
sampai titik terakhir.
Pada saat pembacaan dari titik 1 hingga titik 28, harus memenuhi syarat
yang telah ditentukan.
13
2.2 Data-Data dan Cara Mengolah Data
2.2.1. Perhitungan Profil Memanjang
a. Perhitungan Beda Tinggi
Dalam mencari beda tinggi, perhitungan yang diperlukan adalah perhitungan
pergi, pulang, dan rata-rata.
STA PERGI PULANG RATA-RATA
I 133 130 131,5
II 11 16 13,5
III 9 14 11,5
IV -199 -194 -196,5
TOTAL ∑H Pergi= -46 ∑H Pulang= -34 ∑H Rata-Rata= -40
ΣH PERGI – ΣH PULANG = -12
b. Perhitungan Jarak
Perhitungan jarak, perlu dicari jarak antara suatu titik terhadap titik selanjutnya.
ΣH PERGI – ΣH PULANG = 44200 – 44200 = 0
STA PERGI PULANG RATA-RATA
I 10400 10400 10400
II 11800 11800 11800
III 11600 11600 11600
IV 10400 10400 10400
TOTAL ∑H Pergi= 44200 ∑H Pulang= 44200 ∑H Rata-rata=44200
14
c. Perhitungan Ketinggian Patok dan Detail
HI = 100.000 mm (menunjukkan ketinggian patok A dari muka air laut)
SLAG I
STA BEDA TINGGI KETINGGIAN
A 0 100000+ 0 = 100000
d1 -5 100000+ (-5) = 99995
d2 -20 100000+ (-20) = 99980
d3 -50 100000+ (-50) = 99950
d4 -65 100000+ (-65) = 99935
WP -5 100000+ (-5) = 99995
d5 70 100000+ 70 = 100070
d6 115 100000+ 115 = 100115
d7 90 100000+ 90 = 100090
d8 120 100000+ 120 = 100120
B 133 100000+ 133 = 100133
SLAG II
STA BEDA TINGGI KETINGGIAN
B 0 100133+ 0 = 100133
d1 15 100133+ 15 = 100148
d2 8 100133+ 8 = 100141
d3 7 100133+ 7 = 100141
d4 -3 100133+ (-3) = 100130
WP -20 100133+ (-20) = 100113
d5 -15 100133+ (-15) = 100118
d6 -29 100133+ (-29) = 100104
d7 1 100133+ 1 = 100134
d8 -12 100133+ (-12) = 100121
C 11 100133+ 11 = 100144
15
SLAG III
STA BEDA TINGGI KETINGGIAN
C 0 100144+ 0 = 100144
d1 72 100144+ 72 = 100216
d2 126 100144+ 126 = 100270
d3 130 100144+ 130 = 100274
d4 159 100144+ 159 = 100303
WP 154 100144+ 154 = 100298
d5 185 100144+ 185 = 100329
d6 160 100144+ 160 = 100304
d7 121 100144+ 121 = 100265
d8 71 100144+ 71 = 100215
D 9 100144+ 9 = 100153
SLAG IV
STA BEDA TINGGI KETINGGIAN
D 0 100153 + 0 = 100153
d1 -46 100153 + (-46) = 100107
d2 -86 100153 + (-86) = 100067
d3 -97 100153 + (-97) = 100056
d4 -88 100153 + (-88) = 100065
WP -121 100153 + (-121) = 100032
d5 -108 100153 + (-108) = 100045
d6 -164 100153 + (-164) = 99989
d7 -193 100153 + (-193) = 99960
d8 -202 100153 + (-202) = 99951
E -199 100153 + (-199) = 99954
16
d. Perhitungan Jarak Patok dan Detail terhadap Patok A
SLAG I
STA Jarak terhadap WP Jarak terhadap A
A 5000 0
d1 4000 1000
d2 3000 2000
d3 2000 3000
d4 1000 4000
WP 0 5000
d5 1000 6000
d6 2000 7000
d7 3000 8000
d8 5000 10000
B 5400 10400
SLAG II
STA Jarak terhadap WP Jarak terhadap B
B 6000 10400
d1 5000 11400
d2 3600 12800
d3 2400 14000
d4 1000 15400
WP 0 16400
d5 1000 17400
d6 2200 18600
d7 3400 19800
d8 4600 21000
C 5800 22200
17
SLAG III
STA Jarak terhadap WP Jarak terhadap C
C 5200 22200
d1 4400 23000
d2 3400 24000
d3 2200 25200
d4 1000 26400
WP 0 27400
d5 1200 28600
d6 2400 29800
d7 3600 31000
d8 5000 32400
D 6400 33800
SLAG IV
STA Jarak terhadap WP Jarak terhadap D
D 5400 33800
d1 4000 35200
d2 3000 36200
d3 2000 37200
d4 1000 38200
WP 0 39200
d5 1000 40200
d6 1800 41000
d7 3200 42400
d8 4200 43400
E 5000 44200
18
2.2.2. Perhitungan Profil Melintang
a. Perhitungan Beda Tinggi
Dalam mencari beda tinggi pada profil melintang yang digunakan adalah tinggi
instrument – benang tengah ditiap titik
H=TI-Bt
Ketingian = ketinggian pada STA WP + H
STA :1 / d5 slag 1
(ketinggian STA terhadap muka air laut= 100070 )
Titik H Ketinggian
1 -520 99550
2 -1165 98905
3 -1170 98900
4 -1695 98375
5 -1695 98375
6 -1175 98895
7 -1170 98900
8 -410 99660
9 -25 100045
WP 0 100070
10 -100 99070
11 -630 99440
12 -1290 98780
13 -1520 98550
14 -1525 98545
15 -1285 98785
16 495 100565
17 498 100568
19
18 575 100645
19 573 100643
20 577 100647
21 302 100372
22 265 100335
b. Perhitungan Detail Jarak Terhadap Titik I
STA : I / d5 slag 1
Titik Jarak dari waterpassing Jarak dari titik I
1 6000 0
2 5200 800
3 5000 1000
4 5000 1000
5 3400 2600
6 3400 2600
7 3000 3000
8 2000 4000
9 1000 5000
WP 0 6000
10 1000 7000
11 2000 8000
12 3000 9000
13 3000 9000
14 9000 15000
15 9000 15000
16 9000 15000
17 9400 15400
18 11000 17000
19 11400 17400
20 11600 17600
20
21 11800 17800
22 18600 24600
2.2.3. Pembahasan
A. Perhitungan Profil Memanjang
1. Perhitungan beda tinggi
STA PERGI PULANG RATA-RATA
I 133 130 131,5
II 11 16 13,5
Cara menghitung :
Perhitungan pergi : bt A – bt B
Perhitungan pulang : bt A’ – bt B’
Perhitungan beda tinggi rata-rata : (Pergi + Pulang) / 2
2. Perhitungan jarak
Perhitungan pergi DA + DB
Perhitungan pulang DA’ + DB’
Perhitungan jarak rata-rata {( Dpergi + Dpulang ) / 2}
STA PERGI PULANG RATA-RATA
I 10400 10400 10400
II 11800 11800 11800
3. Perhitungan ketinggian patok dan detail
HI = 100.000 mm ( menunjukan ketinggian patok A dari muka air laut)
Perhitungan beda tinggi : BtA – Btx
STA BEDA TINGGI KETINGGIAN
A 0 100000 + 0 = 100000
d1 -5 100000 + (-5) = 99995
21
Perhitungan ketinggian : HI + beda tinggi
4. Perhitungan jarak patok dan detail terhadap A
Perhitungan jarak terhadap WP: D = A ( ba – bb ); A = 100
Perhitungan jarak terhadap stasiun A : DA – D satsiun x
STA Jarak terhadap WP Jarak terhadap A
A 5000 5000 – 5000 = 0
WP 0 5000 + 0 = 5000
d5 1000 5000 + 1000 = 6000
B 5400 5000 + 5400= 10400
B.Perhitungan Profil Melintang
a. Perhitungan beda tinggi
Ketinggian detail 100070
Perhitungan ∆H = TI – bt
Ketinggian = ketinggian pada STA WP + ∆ H profil
melintang
Titik H Ketinggian
1 -520 100070 + (-520) = 99550
Wp 0 100070 + 0 = 100070
22 265 100095 + 265 = 100335
b. Perhitungan jarak terhadap titik 1
Jarak titik 1 dari wp = 6000
Perhitungan jarak dari WP : D =A ( ba – bb)
Perhitungan jarak dari titik 1 : D titik 1 dari WP ± D titik x
dari WP
WP -5 100000 + (-5) = 99995
d5 70 100000 + 70 = 100070
B 133 100000 + 133=100133
22
Titik Jarak dari waterpassing Jarak dari titik I
1 6000 6000 – 6000 = 0
Wp 0 6000 – 0 = 6000
22 18600 6000 + 18600 = 24600
23
BAB III
Praktikum Pengukuran dan Pemetaan Tahap II
3.1. Langkah-Langkah Cara Praktek di Lapangan
a. Siapkan alat berupa theodolit, statif, unting – unting, meteran, patok,
payung, jas hujan, kompas, serta formulir.
b. Pasang patok dan siapkan theodolit di lapangan sampai dapat digunakan
dengan baik.
c. Pasang patok I, kemudian dari patok I dipasang patok yang lain searah
jarum jam. Antara patok sebelum dan sesudahnya harus dapat dilihat
dengan alat.
d. Setelah selesai memasang patok , dirikan statif pada patok I, pastikan statif
tegak (pastikan dengan unting-unting) dan tidak bergeser dari tempatnya,
setelah itu letakkan theodolit di atasnya.
e. Aturlah nivo kotak agar gelembung benar-benar berada di tengah dengan
sekrup penyetel. Nivo aldehide juga diatur dengan cara yang sama.
Pastikan gelembung pada nivo selalu berada di tengah meski diputar ke
segala arah.
f. Buat azimuth = 0, yaitu dengan cara :
- Pertama perlu diingat bahwa theodolit jenis WILD TO menggunakan
kompas luar. Azimuth = 0 untuk patok I mengarah ke utara, sedang
untuk patok selanjutnya selalu diarahkan ke patok sebelumnya.
- Kompas dipasang pada tempat yang tersedia.
- Pastikan micrometer menunjukkan angka 0’00’.
- Lepaskan kedua kunci horizontal.
- Cari azimuth 00o00’00’’ dengan diputar ring horizontalnya.
- Pengunci horizontal atas dikunci
- Cari arah utara, untuk patok I sesuai kompas; untuk patok selanjutnya,
arah utara diarahkan pada patok sebelumnya.
24
- Pengunci horizontal bawah dikunci, kemudian pengunci horizontal
atas dilepas. Jangan memutar penggerak horizontal bawah sebelum
berpindah patok.
- Pengamatan azimuth dapat dilakukan.
g. Gunakan alat untuk melakukan pembacaan benang atas, benang tengah,
benang bawah. Pada patok I dilakukan pembacaan untuk patok II dan
patok IV. Dilakukan juga pembacaan azimuth dan heling. Perlu
diperhatikan untuk daerah yang relatif datar diusahakan heling = 90.
h. Buatlah batas sebanyak 15 titik. Batas diukur dari tengah antara patok I
dan II sampai patok I dan IV. Setelah itu carilah detail-detail yang berada
dalam batas-batas tersebut, masing – masing patok dicari detail sebayak 25
titik. Titik detail boleh ditentukan secara acak, untuk dapat mengetahui
perbedaan kontur.
i. Tembak sisi sudut – sudut bangunan-bangunan yang dapat terlihat dari
tempat berdirinya alat.
j. Pindahkan alat ke patok II, lakukan persiapan alat seperti pada patok I lalu
tembak patok I dan patok III. Ulangi langkah a-j untuk patok III dan IV
3.2. Data-Data dan Cara Mengolah Data
3.2.1. Tabel Data dan Hasil Pengamatan
3.2.1.1. Data Lapangan
Sta Arah TI Benang Α H D ∆H
Atas Tengah Bawah ⁰ ′ ″
I II 1400 1408 1235 1002 282 25 30 90 46600 165
IV 1782 1637 1492 045 32 00 90 29000 -237
II I 1340 1778 1545 1312 0 0 0 90 46600 -205
III 2110 1832 1554 311 29 0 94 55329,452 -4361,0122
III II 1450 1276 998 720 359 57 0 86 55329,452 4321,012707
IV 1711 1555 1399 262 16 30 89 30736,6133 3668,8912
IV III 1500 1948 1792 1636 0 0 0 97 30736,6133 -3722,6312
25
I 1445 1300 1155 269 24 30 90 29000 200
3.2.1.2. Data Sudut Dalam
Sudut Dalam Belum Terkoreksi
Sta Sudut dalam (β)
I 360⁰0′0″-282⁰25′30″+45⁰32′0″ 123⁰06′30″
II 360⁰0′0″-311⁰29′0″ 48⁰31′0″
III 360⁰0′0″-262⁰16′30″ 97⁰43′30″
IV 360⁰0′0″-269⁰24′30″ 90⁰35′30″
∑βn= 359⁰56′30″
Sudut Dalam
Sebenarnya
∑β=
(n-2)x180⁰ ∑β=(4-2)180⁰ ∑β= 360⁰
Koreksi (∑β-∑βn)/n (360⁰-
359⁰56′30″)/4 52,5″
Sudut Dalam Terkoreksi
Sta Sudut dalam (β)
I 123⁰06′30″+52″ 123⁰07′22″
II 48⁰31′0″+53″ 48⁰31′53″
III 97⁰43′30″+52″ 97⁰44′22″
IV 90⁰35′30″+53″ 90⁰36′23″
∑βn= 360⁰0′0″
3.2.1.3. Data azimuth Terkoreksi
Azimuth Terkoreksi
Sta Arah Azimuth(α)
I II 282⁰25′30″ 282⁰25′30″
II III 282⁰25′30″-(180-123⁰07′22″) 53⁰53′37″
III IV 53⁰53′37″+(180-97⁰44′22″) 136⁰09′15″
26
IV I 136⁰09′15″+(180-90⁰36′23″) 225⁰32′52″
I II 225⁰32′52″+(180-123⁰07′22″) 282⁰25′30″
3.2.1.4. Data Jarak Antar Titik
3.2.1.5. Perhitungan Koordinat
Koordinat X Belum Terkoreksi
Sta D Sin α
I 0 0
II 46600×sin 282⁰25′30″ -45508,55761
III 55329,452×sin 53⁰53′37″ 44702,0021
IV 30736,61333×sin 136⁰09′15″ 21291,87659
I 29000×sin 225⁰32′52″ -20701,20557
∑f(x)=∑D sin α -215,88449
Jarak Antar Titik
Sta Arah Pergi Pulang Rerata
I II 46600 46600 46600
II III 55329,452 55329,452 55329,452
III IV 30736,61333 30736,61333 30736,61333
IV I 29000 29000 29000
∑D 161666,0653 161666,0653 161666,0653
Selisih D Pergi dan Pulang 161666,0653-161666,0653 0