This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Jenjang Pendidikan SD (Sekolah Dasar :
No. Kabupaten/KotaTh. 2010/2011 Th. 2011/2012
Siswa % Siswa %
1 Lombok Barat 866 1,26 212 0,31
2 Lombok Tengah 925 0,95 186 0,19
3 Lombok Timur 1.067 0,80 252 0,19
4 Sumbawa 726 1,43 144 0,29
5 Dompu 286 0,84 201 0,59
6 Bima 240 0,39 313 0,50
7 Sumbawa Barat 129 0,95 69 0,48
8 Lombok Utara 390 1,54 205 0,80
9 Kota Mataram 304 0,70 156 0,36
10 Kota Bima 36 0,23 84 0,51
Jumlah 4.969 0,91 1.822 0,33
Jenjang Pendidikan SMP (Sekolah Menengah Pertama) :
No. Kabupaten/KotaTh. 2010/2011 Th. 2011/2012
Siswa % Siswa %
1 Lombok Barat 211 1,09 174 0,90
2 Lombok Tengah 145 0,58 173 0,66
3 Lombok Timur 494 1,57 196 0,60
4 Sumbawa 162 0,83 132 0,68
5 Dompu 39 0,29 102 0,74
6 Bima 446 1,81 91 0,36
7 Sumbawa Barat 10 0,17 45 0,74
8 Lombok Utara 113 1,77 54 0,81
9 Kota Mataram 59 0,33 113 0,64
10 Kota Bima 1 0,02 34 0,53
Jumlah 1.680 0,98 1.114 0,65
Jenjang Pendidikan SMA (Sekolah Menengah Atas) :
No. Kabupaten/KotaTh. 2010/2011 Th. 2011/2012
Siswa % Siswa %
1 Lombok Barat 171 2,30 178 2,26
2 Lombok Tengah 304 2,01 290 1,93
3 Lombok Timur 336 2,06 323 1,99
4 Sumbawa 160 1,96 142 1,74
5 Dompu 157 2,11 75 0,98
6 Bima 294 1,81 245 1,47
7 Sumbawa Barat 54 2,19 42 1,72
8 Lombok Utara 64 1,93 65 1,87
9 Kota Mataram 111 1,15 122 1,22
10 Kota Bima 101 1,60 85 1,40
Jumlah 1.752 1,89 1.567 1,68
Jenjang Pendidikan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) :
No. Kabupaten/KotaTh. 2010/2011 Th. 2011/2012
Siswa % Siswa %
1 Lombok Barat 136 2,24 132 2,03
2 Lombok Tengah 117 2,28 115 2,06
3 Lombok Timur 166 2,35 191 2,29
4 Sumbawa 74 1,59 97 1,88
5 Dompu 52 1,68 59 1,75
6 Bima 76 2,45 84 2,46
7 Sumbawa Barat 8 0,57 30 1,72
8 Lombok Utara 75 5,24 37 2,26
9 Kota Mataram 128 1,55 145 1,77
10 Kota Bima 58 1,55 46 1,26
Jumlah 890 2,04 936 1,97
Sumber Data : Sub Bagian Program dan Pelaporan Dinas Dikpora Provinsi NTB
ABSANO dan ADONO Butuh Komitmen Semua Pihak (Program3A)
Oleh : Media Center
ABSANO dan ADONO (serta AKINO atau 3A) merupakan program proritas pasangan BARU (TGH. DR. M. Zainul Majdi – H. Ir. Badrul Munir ,MM . Program ini merupakan salah satu upaya untuk mengentaskan buta aksara dan menekan angka putus sekolah yang masih cukup tinggi di daerah ini.
Dalam indikator RPJMD 2009-2013 Dikpora Provinsi NTB, target tahun 2010/2011 angka melek huruf ditargetkan 92,10, tahun 2011/2012 ditargetkan 96,70, sedangkan tahun 2012/2013 ditergetkan 100. Sementara itu penduduk buta aksara yang akan dibelajarkan tahun 2009 sebanyak 417.277, yang telah dibelajarkan tahun 2009 sejumlah 108.901 dan sisa tahun 2009 sejumlah 308.376.
Sedangkan tahun 2010 jumlah penduduk buta aksara 340.344 orang dan telah dibelajarkan sebanyak 83.558 orang, sisanya sejumlah 224.818 orang. Penduduk buta aksara yang dibelajarkan tahun 2011 sejumlah 162.265 orang dan sisanya sebanyak 62.553 orang untuk dibelajarkan tahun 2012.
Sebagian penduduk buta aksara di seluruh kabupaten di NTB saat ini telah tuntas dibelajarkan kecuali kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur. Lombok tengah sejumlah 34.906 dan Lombok Timur sejumlah 27.647 dengan total yang belum dibelajarkan sebanyak 62.553 penduduk buta aksara. “Mudah-mudahan akan tuntas dibelajarkan tahun 2012, ” terang Sekretaris Dikpora provinsi NTB, Drs. H. Imhal saat ditemuiSuara NTB.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) NTB, H.L Syafi’i Sabtu (24/9) mengungkapkan, sudah cukup besar dana yang dikeluarkan untuk menekan angka putus sekolah. Pada tahun 2011 jumlah dana yang disiapkan pemerintah daerah sekitar Rp 161 miliar lebih, tahun ini disiapkan sekitar Rp 55 miliar . Tambahan dana APBN 32 miliar dan dana dari APBN Diknas sebesar Rp 44 miliar. Sementara untuk ABSANO sekitar Rp 100 miliar.
“Untuk angka drop out (ADONO) dari data 31 Agustus 2010, mencapai menjadi 12 ribu atau 1,7 persen mampu ditekan dari 1,3 persen angka DO tahun lalu. Sedangkan buta aksara akan dituntaskan sekitar 125 ribu orang,” Syafi’i,
Syafi’i memaparkan, tahun ini angka putus sekolah memang berkurang sejak diberlakukannya program beasiswa miskin untuk ribuan siswa yang tidak mampu. Namun, angka yang tersisa terbukti masih cukup tinggi. Karena, angka putus sekolah hanya berhasil ditekan sebanyak 1 persen saja.
Saat ini, tercatat jumlah siswa dari tingkat TK, SD, SMP dan SMA/SMK sekitar 1.000.061.216. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) NTB mencatat, sepanjang tahun 2009-2010 jumlah siswa SD yang mengalami DO sekitar 6 ribu lebih siswa dari 600 ribu siswa. Angka ini dapat ditekan menjadi 4.689 atau sekitar 0,91 persen pada tahun 2010. Sedangkan untuk MI, terdapat sekitar 1500 lebih siswa atau sekitar 2 persen siswa alami DO dari 73 ribu siswa.
Untuk siswa SMP, pada tahun 2009 tercatat sekitar 3 ribu lebih siswa alami DO dan pada tahun 2010 dapat ditekan menjadi 1,98 persen atau sekitar 1.680 siswa dari sekitar 170 ribu lebih siswa. Sedangkan, untuk MTS, terdapat sekitar 696 orang siswa alami DO atau sekitar 0,80 persennya, dari 87.281 siswa. Tahun 2009 sekitar 2 ribu lebih siswa SMA mengalami DO dari sekitar 92 ribu lebih siswa. Angka itu dapat ditekan pada tahun 2010 menjadi 1.752 orang siswa dari 92 ribu lebih siswa. Sedangkan untuk MA, terdapat sekitar 1,71 persen atau sekitar 859 orang siswa alami DO dari 50 ribu lebih siswa. Sementara untuk SMK, tercatat sekitar 890 lebih siswa mengalami DO dari jumlah siswa 43 ribu lebih siswa. “Angka DO masih tinggi pada MI dan SMK, penyebabnya banyak MI itu berada di daerah terpencil dan anggaran dukungan di SMK itu minim,” ujarnya.
Lebih jauh dijelaskan, masih tingginya angka putus sekolah (DO) di NTB, disebabkan oleh sebaran sekolah yang sangat variatif. Di sekolah-sekolah yang berada di wilayah perkotaan (memusat) cederung mempunyai angka DO lebih rendah dibanding daerah yang tersebar. “Lebih-lebih daerah terpencil,” ujarnya. Hal itu, berdampak terhadap sulitnya masyarakat mendapatkan pelayanan akses pendidikan. Dalam upaya menekan angka DO, selain menggelontorkan Beasiswa bagi siswa miskin. Pihaknya juga akan mengusulkan agar ada bantuan BOS daerah bagi siswa dan siswi SMK dan SMK tak mampu. Selain itu, pemerintah juga telah mengadakan program penyetaraan pendidikan bagi SD, SMP dan SMA. Bagi masyarakat atau siswa yang tidak tamat SD dapat menempuh program paket A, paket B bagi SMP dan paket C bagi siswa yang tidak lulus SMA. “Ada juga TBM atau taman bacaan masyarakat,” ucapnya.
Sementara untuk program ABSANO, seluruh penyandang buta aksara sekitar 125 ribu orang akan dituntaskan tahun ini. Pada 2012, sisa 5 Kabupaten yang masih menyandang ABSANO ditargtetkan tuntas. Pendanaan untuk ABSANO, katanya berasal dari APBD sekitar Rp 15 miliar dan tambahan sekitar Rp 30 miliar dari APBN. Pelaksanaan ABSANO ini katanya, lebih kepada diserahkan kepda pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) yang berjumlah sekitar 140 lebih yang tersebar di seluruh NTB. “Kalau ABSANO tinggal menunggu waktu untuk penuntasannya,” tukasnya. Kendala yang dihadapi dalam penanganan program ini, lebih kepada keberlanjutannya. Karena saat ini warga mendapatkan pembelajaran aksara dasar perlu melanjutkan ke tingkat selanjutknya. Karena itu, perlu ada dukungan anggaran yang lebih besar lagi.
“Kelemahan yang terjadi selama ini saya lihat dalam program tersebut masih lemahnya koordinasi antara kabupaten/kota yang masih belum begitu ketat. Nah ini yang perlu ditingkatkan. Menurut saya, rasa komitmen bersama terhadap peningkatan IPM ini yang harus sejiwa atau satu semangat,” ujar Ketua Komisi IV (Bidang Pendidikan) DPRD NTB, H. Patompo Adnan, Lc,MH.
Ia mengungkapkan, jika Pemprov saja yang semangat, tentu program tersebut tidak bisa berhasil. ”Jadi semua pihak yaitu pemerintah kabupaten/kota harus juga memiliki semangat yang sama karena merekalah yang menjadi penentu keberhasilan untuk meningkatnya IPM NTB,” tandasnya.
Menurutnya, dalam tiga tahun kepemimpinan pasangan BARU (Dr. TGH. Zainul Majdi, MA- Ir. Badrul Munir, MM) diperlukan kerja keras dan langkah-langkah besar. ”Perlu ada protect yang serius terhadap pendidikan itu supaya angka-angka drop out itu bisa turun. Patompo menambahkan, supaya program ADONO dan ABSANO tersebut bisa cepat berhasil, metode pengajarannya yang perlu diubah yaitu dengan memanfaatkan guru-guru PNS yang berada di kampung-kampung tempat berlangsungnya program tersebut terutama untuk menurunkan angka buta aksara. ”Metode-metode pengajaran yang lebih cepat dan efektif misalnya guru yang berada di kampung-kampung yang menjadi PNS dipekerjakan karena mereka sudah berpengalaman dalam mengajar dan mungkin teknik mengajar mereka juga lebih cepat dan lebih menguasai cara mengajar,” cetusnya
Disinggung mengenai anggaran yang dikucurkan untuk program tersebut, Patompo mengatakan sudah terpenuhi baik dari APBN maupun dari APBD provinsi NTB. “Kalau masalah anggaran saya kira sudah terpenuhi semua,” ungkapnya.
Untuk itu ia berharap pada tahun keempat kepemimpinan BARU ini supaya ada peningkatan yang signifikan terhadap komponen-komponen yang menjadi indikator peningkatan IPM. ”Kita berharap IPM di tahun keempat ini ada pergerakan-pergerakan yang cukup signifikan minimal komponen-komponen IPM nya itu. Misalnya angka harapan hidup, derajat kesehatan, lama sekolah , drop out dan buta aksara itu bisa cepat tertangani,” harapnya.
Koordinator Gerakan 3A, H. Sudariyanto mengklaim, program ADONO mampu menekan angka drop out (putus sekolah) dari 5 persen pada lima tahun terakhir menjadi 1 persen saja pada tahun 2011. Menurutnya, program pemerintah melalui bantuan siswa miskin (BSM) dinilai cukup berperan besar terhadap penurunan angka putus sekolah. Kontribusi cukup signifikan berasal dari sekolah swasta, seperti Ponpes, karena dengan adanya pendidikan swasta itu dapat menekan angka putus sekolah menjadi 1 persen. “Pendidikan non formal cukup berkontribusi besar,”ujarnya.
Sementara untuk program ABSANO juga cukup memuaskan. Sejak adanya program ini telah mampu menekan angka buta aksara di tingkat sekolah dasar menjadi 1,09 persen dan 1,83 persen di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Untuk lebih memaksimalkan lagi program 3A tersebut, khususnya program ADONO, pemerintah akan lebih mendorong agar pemberian BSM lebih tepat sasaran. Sementara, untuk mendukung program AKINO dan ABSANO, pemerintah mengharapkan agar masyarakat lebih berperan. “Kita harapkan agar semangat kegotongroyogan di kabupaten/kota lebih digenjot,” ujarnya.
Bantuan Siswa Miskin (BSM) Yang Papa yang Mengecap BahagiaPortal Info