Referensi
PRINSIP DASAR TEORI MENGHITUNG MIKROORGANISME PADA CAWAN
(bagian1)
Tujuan dari tulisan ini adalah untuk membumikan prinsip teori
menghitung mikroorganisme yang didalamnya meliputi cara sampling
dan memilih metode tes yang tepat sehingga didapatkan data yang
akurat dan meyakinkan. Artikel ini dipostingkan karena penulis
jarang menjumpai uraian tentang cara menghitung bakteri dalam cawan
yang berbahasa Indonesia.Banyak tersedia metode untuk menganalisa
jumlah mikroorganisme dalam suatu sampel, diantaranya adalah plate
count (spread plate, pour plate, spiral plate), membrane
filtration, MPN, menghitung langsung dengan Petroff Hausser ataupun
cara lainnya (misalnya aktivitas metabolik, turbidimetri, berat
kering dll.). Namun dalam ulasan ini lebih ditekankan pada metode
yang memerlukan penghitungan koloni pada cawan petri, seperti
membrane filtration, spread plate, pour plate dll.Pemahaman tentang
satuan dalam menghitung sel mikroba khususnya bakteri adalah sangat
penting. Pada hasil akhir penghitungan bakteri pada cawan digunakan
satuan CFUs/volume atau berat. CFUs adalah singkatan dari Coloni
Forming Units yang artinya unit-unit / satuan pembentuk koloni.
Yang dimaksud satuan pembentuk koloni adalah sel tunggal atau
sekumpulan sel yang jika ditumbuhkan dalam cawan akan membentuk
satu koloni tunggal. Pada dasarnya sel tersebar homogen pada
sampel, tetapi ada jenis bakteri yang memang pembelahan selnya
dapat terpisah baik sehingga tersebar merata tiap sel dan ada pula
bakteri yang setelah membelah sel anakan masih menempel pada
induknya, seperti halnya yang terjadi pada streptococcus,
diplococcus, sarcina dll. sehingga penyebarannya
berkelompok-kelompok. Pada jenis yang seperti ini jika tersebar
merata dalam kelompok-kelompok sel maka pertumbuhan menjadi koloni
tunggal bukan berasal dari satu sel saja melainkan dari beberapa
sel.
Hal-hal penting yang harus dipikirkan matang sebelum menganalisa
sampel untuk diketahui jumlah mikroorganismenya adalah:
1. Memperkirakan jumlah mikroorganisme yang ada dalam sampel per
satuan volum.
2. Memilih metode yang cocok sehingga dihasilkan data yang
akurat.
3. Mengetahui jenis/golongan mikroorganisme yang akan dihitung,
misalnya bermaksud akan menghitung yeast, bakteri, atau bakteri
genus tertentu saja.
4. Menentukan media pertumbuhan yang cocok.5. Benar-benar
mengetahui perbedaan morfologi koloni antara bakteri, yeast dan
molds.6. Mencari tahu standar/ batas ambang/ jumlah maksimum aman
jika sample yang dianalisa memerlukan referensi tersebut.
7. Memperkirakan jumlah sampel (volum/berat) yang perlu
ditampung pada saat pengambilan sampel yang disesuaikan dengan
sample size dari metode teretentu.
Seorang mikrobiologiwan sebaiknya mampu memprediksi jumlah sel
mikroba dalam suatu sampel tertentu atau yang disebut dengan cell
density sebelum menganalisanya. Densitas sel sangat tergantung dari
jenis sample. Kemampuan mengira-ira ini dapat diperoleh dari
pengalaman, membaca atau bahkan bagi yang expert didapat dari
perasaan. Fungsi utama memperkirakan densitas sel ini adalah untuk
menentukan perlu atau tidaknya dilakukan pengenceran atau untuk
menentukan jumlah sampel yang akan dianalisa. Keputusan ini adalah
sangat penting. Sebagai pijakan awal, harus diketahui bahwa hasil
yang paling baik adalah antara 30-300 koloni per cawan , ada juga
yang menyebutkan 25-250 koloni per cawan. Mengapa dipilih range
jumlah koloni seperti itu ?... Hal ini ditujukan untuk
meminimalisir kemungkinan-kemungkinan kesalahan dalam proses
analisa, terutama statistical error.Untuk lebih jelasnya:
Jika didapat jumlah koloni kurang dari 30 maka:
- Kesalahan statistik tinggi.
- Sangat sensitif terhadap kontaminan (jumlah bakteri kontaminan
yang tidak sengaja masuk, besar pengaruhnya terhadap jumlah akhir
koloni per cawan).
- Membutuhkan kerja aseptis yang lebih teliti.
solusi : memperbesar ukuran sampel.
Jika didapat jumlah koloni lebih besar dari 300 maka :
- Dimungkinkan ada sifat antagonisme antar spesies, misalnya
bakteri A menghambat bakteri B dengan mengeluarkan metabolit
tertentu (antibiotik) sehingga bakteri B tidak tumbuh sedangkan
keduanya berada diposisi yang berdekatan.
- Perebutan nutrisi/ kompetisi sangat tinggi yang lama-kelamaan
menimbulkan keterbatasan nutrisi.- Kemungkinan dua koloni bergabung
menjadi satu lebih besar sehingga mengaburkan jumlah sebenarnya
karena dua koloni yang bergabung tetap dihitung satu
koloni.Memperbesar kemungkinan kesalahan (human error) dalam
menghitung koloniSolusi : memperkecil ukuran sampel atau
diencerkan.
Kisaran 30-300 koloni ini dijadikan titik tumpu dalam menentukan
semua faktor yang mempengaruhi hasil akhir ini, seperti berapa
ukuran sampel yang harus dianalisa dan metode apakah yang cocok
untuk sampel tersebut.
Disarankan sebelum menghitung atau menganalisa yang sebenarnya,
dilakukan perkiraan (analisa pendahuluan) terlebih dahulu dengan
mencoba memplatingnya pada ukuran sampel atau pengenceran yang
berbeda-beda.
Misalnya:
1. Sampel X tidak dapat diperkirakan jumlah densitas selnya,
tetapi sepertinya jumlah ml/cawan adalah lebih dari 300. Perlu
dilakukan pemplatingan awal dahulu supaya diperoleh tingkat
pengenceran yang cocok sehingga menghasilkan 30-300 koloni per
cawan. Contohnya, didapatkan 10-4 yang menghasilkan koloni dengan
kisaran tersebut, maka selanjutnya dengan sampel yang sama kita
dapat mengulanginya dengan tingkat pengenceran yang sama (tanpa
sampai pengenceran yang lebih tinggi).
2. Sample X diperkirakan memiliki jumlah mikroba yang sangat
sedikit +/-30 koloni/100ml. Perlu dilakukan penentuan sample size
yang tepat terlebih dahulu supaya dihasilkan 30-300 koloni per
cawan atau paling tidak mendekati. Misal, jika dengan ukuran
sampel:
100 ml dihasilkan 10 koloni, 200 ml dihasilkan 22 koloni, 500 ml
dihasilkan 49 koloni,
maka sample size yang paling sesuai adalah 500 ml atau lebih.
Penentuan sample size ini juga dipengaruhi sifat sampel itu sendiri
dan keterbatasan metode yang dipakai. Selanjutnya dengan sampel
yang sama kita dapat menganalisa dengan sample size 500 ml atau
lebih. Yang dimaksud mendekati disini adalah jika misalnya
ditemukan data analisa pendahuluan seperti berikut:50 ml dihasilkan
0 koloni/cawan,100 ml dihasilkan 1 koloni/cawan,200 ml dihasilkan 5
koloni/cawan,400 ml dihasilkan 11 koloni/cawan,500 ml dihasilkan 16
koloni/cawan,
Sedangkan dengan keterbatasan metode (misalnya metode filtrasi
membran tidak sanggup untuk menyedot sampel seperti air teh hasil
pasteurisasi sampai lebih dari 500 ml karena akan menghambat pori
pada membran tersebut sehingga membran macet) maka digunakan ukuran
sampel yang paling mendekati batas bawah kisaran yaitu 30 koloni
per cawan.Pemilihan metode dengan benar.Berbagai metode umum untuk
uji enumerasi bakteri yang ditanamkan dalam cawan petri antara
lain:- Plate count dengan teknik penanaman spread plate dan pour
plate- Membrane filtrationPemilihan metode yang benar tergantung
kepada :- Jenis sampel- Densitas sel (perkiraan dari analisa
pendahuluan)- Spesifikasi standar baku / standar lolos ujiTelah
diuraikan didepan bahwa sebagai patokan sebaiknya didapatkan 30-300
koloni per cawan dengan alasan utama adalah kesalahan statistik.
Kita tidak perlu mengetahui secara dalam mengenai mengapa harus
dalam kisaran itu, atau mengapa tidak 100-500 koloni per cawan, dan
alasan-alasan berbau statistik lainnya. Namun sebagai
microbiologist yang baik, seharusnya mampu memilih metode yang
tepat berdasarkan acuan kisaran itu, karena kisaran 30-300 koloni
ini digunakan secara internasional.Berikut adalah penjelasan
singkat metode-metode beserta ukuran sampel yang disarankan:
Spread plate: teknik penanaman ini didasarkan pada penyebaran
sel pada permukaan agar. Volume sampel yang ditanamkan umumnya 0,1
ml pada cawan dengan diameter +/-9 cm.
Jika digunakan volume:
0,1 ml : volume yang lebih besar otomatis air di permukaan agar
lebih banyak sehingga sulit mengering dan dapat menyebabkan
pertumbuhannya memenuhi seluruh permukaan agar karena sel dapat
disebarkan oleh air (inilah kekurangan dari metode spread
plate).
Penggunaan teknik penanaman ini sebaiknya dari jenis sampel yang
memiliki densitas sel yang tinggi dan dengan pengenceran tertentu
yang sesuai. Lebih baik tidak menganalisa jenis sampel seperti air
mineral dalam kemasan dengan teknik ini karena dikhawatirkan jika
terdapat pertumbuhan maka pertumbuhan tersebut kemungkinan besar
adalah kontaminan. Hal ini disebabkan oleh sedikitnya jumlah sel
per satuan volum dalam air mineral tersebut, dan jika dari sekian
ratus ml sampel hanya diambil 0,1 ml-nya maka secara nalar peluang
untuk terambil sangat kecil. Permasalahan ini dapat dijelaskan
dalam kasus berikut:
Hasil perhitungan koloni dari ilustrasi di atas adalah sangat
tidak representatif dan jika tetap diambil 0,1 ml dan diplating
maka kemungkinan besar adalah tidak ada pertumbuhan. Misalnya saja
didapati ada pertumbuhan hanya satu koloni, maka dapat timbul
pertanyaan apakah koloni ini berasal dari sampel atau
kontaminan.Pour Plate : teknik pour plate adalah teknik penanaman
dengan cara mencampurkan sampel yang mengandung sel mikroba dengan
media pertumbuhan (agar) sehingga sel-sel tersebut tersebar merata
dan diam baik di permukaan agar atau di dalam agar. Konsekuensinya
adalah tidak semua jenis mikroorganisme dapat tumbuh di dalam agar
(bersifat mikroaerofilik). Volume yang dipakai pada umumnya adalah
1-2 ml pada cawan dengan diameter 9 cm dan dengan penambahan media
5-10 ml. Sebaiknya sampel yang dipakai untuk teknik ini memiliki
densitas sel > 30 sel/ml sehingga didapatkan kisaran 30-300
koloni/cawan.Jika digunakan volume:spread plate semakin kecil
volume berarti semakin sedikit yang terambil oleh pipet, yang
menunjukkan bahwa kesalahan teknis pemipetan semakin tinggi dan
kesempatan sel yang tersebar secara acak dalam pelarut untuk
terambil oleh pipet semakin tidak seragam. Selain itu juga adanya
sedikit volume yang masih menempel dan tersisa (tidak ikut tertekan
keluar) dapat berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh.1-2 ml :
volume sampel yang cocok tentunya dengan densitas sel
>30sel/ml.
> 2 ml : semakin besar ukuran sampel maka kekuatan agar
semakin berkurang dan lama memadat sehingga dapat mempertinggi
resiko kesalahan teknis seperti agar jatuh ke tutup cawan. Semakin
besar ukuran sampel berarti semakin kecil konsentrasi komposisi
media semakin encer) dengan penambahan media yang semakin berkurang
jika digunakan ukuran cawan yang sama. Selain itu, semakin besar
ukuran sampel dan jika ditambah dengan volume media yang sama maka
pada saat pencampuran (swirl) dapat beresiko tumpah dan membasahi
celah antara tutup dan dasar cawan petri yang akhirnya mempertinggi
kontaminasi karena bakteri kontaminan yang menempel pada tempat itu
dapat tumbuh. Ketiga alasan inilah yang menjadi keterbatasan metode
pour plate.
Teknik penanaman ini lebih tepat untuk jenis sampel yang tidak
dapat untuk difiltrasi dan sulit sulit untuk diratakan di permukaan
agar seperti jus buah.Lalu jika timbul pertanyaan bagaimana cara
yang tepat untuk menganalisa jenis sampel jus jeruk atau jus apel
hasil pasteurisasi yang diperkirakan memiliki densitas sel pour
plate. Hal ini akan dibahas pada bagian selanjutnya.Membrane
filtration : Prinsip teknik ini adalah dengan melewatkan sejumlah
volume sampel pada saringan dengan diameter pori lebih kecil dari
pada sel mikroba. Hal inilah yang menjadi keterbatasan teknik
filtrasi membran, dan dapat berpengaruh kepada jenis sampel dan
ukuran sampel yang akan dianalisa.Beberapa pengaruh tersebut
adalah:- Viskositas / kekentalan sampel : semakin kental cairan
maka semakin sulit difiltrasi sehingga volume yang dibutuhkan tidak
terlalu besar. Misalnya sirup, kecap, madu dll.- Bahan-bahan yang
terlarut dalam sampel : suatu bahan-bahan mikroskopis yang dapat
menghambat pori-pori sehingga semakin sedikit jumlah pori yang
dapat melewatkan larutan tersebut. Misalnya air teh, kopi dll.
Ciri-ciri dari jenis sampel yang seperti ini adalah terdapat bekas
pada membran filter setelah dilakukan penyaringan.Ukuran sampel
yang dipakai dalam teknik membran filtrasi tergantung kepada jenis
sampel, standar lolos uji / jumlah maksimum aman, ukuran pori-pori
membran filter dan acuan 30-300 koloni.-Jika akan menghitung
bakteri pada sampel yang mengandung jumlah bakteri sangat tinggi:
maka dapat diambil sampel dengan ukuran sampel yang kecil (misalnya
1 ml). Setelah difiltrasi maka ditambahkan air steril secukupnya
(20 ml) supaya sel tersebar merata pada membran filter. Jika tidak
ditambahkan air steril maka pertumbuhannya akan mengelompok di
pinggir yang disebabkan oleh adanya pengumpulan air sampel pada
pangkal filter funnel (corong) dan juga kemungkinan masih ada sel
yang menempel pada dinding filter funnel (fungsi membilas). Selain
cara tersebut sampel dapat terlebih dulu diencerkan sampai tingkat
yang sesuai.
-Jika akan menghitung bakteri pada sampel yang mengandung jumlah
bakteri sangat sedikit maka ukuran sampel sebaiknya
diperbesar.-Jika akan menghitung bakteri pada sampel yang memiliki
kekentalan yang tinggi, maka sampel dapat ditambah dengan air
steril. Tujuannya yaitu menurunkan kekentalan sampel tersebut
sehingga lebih mudah difiltrasi. Perhitungannya tetap mengacu pada
volume sampel yang dianalisa bukan volume total setelah ditambah
air steril karena air steril ini bukan bagian dari sampel.. Studi
kasus :
1. Bagaimana menghitung sel mikroba dalam sampel air sungai /
kali tercemar?Permasalahannya: air sungai memiliki perkiraan
densitas sel yang sangat tinggi misalnya dapat mencapai
108sel/ml.
Sampel air sungai dapat diencerkan secara bertingkat (1:9) atau
yang disebut teknik gradual dilution. Dari tingkat pengenceran yang
tepat dapat ditanam dengan metode spread plate, pour plate ataupun
dengan teknik membrane filtrasi. Perlu diingat bahwa tetap mengacu
pada kisaran 30-300 koloni per cawan sehingga misalnya pada tabung
(10ml) pengenceran yang menghasilkan kira-kira 103 sel/ml, maka
penanaman sebaiknya dilakukan dengan spread plate yaitu diambil 0,1
ml (didapatkan +/- 100 koloni) lalu pada tingkat pengenceran 102
sel/ml, maka penanaman sebaiknya dilakukan dengan pour plate yaitu
diambil 1 ml (+/- 100 koloni), sedangkan dari tingkat pengenceran
yang diperkirakan menghasilkan 10 sel/ml maka seluruh volume dalam
tabung dapat difiltrasi sehingga didapatkan +/- 100 koloni. Tiap
pengenceran yang tepat beserta teknik penanamannya tersebut
hanyalah opsi yang dapat disesuaikan dengan tujuan dan alat yang
tersedia.
Jika akan dianalisa dengan filtrasi membran dan transfer
cairannya hanya 1 ml atau lebih maka sebaiknya setelah disaring,
ditambahkan air steril secukupnya (+/- 20 ml) untuk menyebarkan
sel-sel pada kertas membran (dapat dilihat pada gambar).
2. Bagaimana menghitung sel mikroba dalam sampel air
mineral?Permasalahannya adalah bahwa sampel ini memiliki jumlah
bakteri yang sangat sedikit yang terlarut dalam air dengan volume
yang banyak.
Lalu bagaimana cara menghitungnya? Air mineral dalam kemasan
merk tertentu dibuat sedemikian rupa sehingga sebisa mungkin bebas
dari bakteri. Perkiraan jumlah per 500 ml air adalah memperbanyak
sel (koloni) untuk dihitung. Perhatikan ilustrasi berikut:
3. Bagaimana menghitung sel mikroba dalam sampel air teh dalam
botol hasil pasteurisasi?Permasalahnnya hamper sama dengan
menghitung mikroba pada air minum dalam kemasan yaitu jumlah
bakteri yang sedikit, tapi yang menjadi titik kelemahan disini
yaitu sifat dari sampel itu sendiri yang tidak dapat disaring
dengan teknik filtrasi membran dalam volume yang besar. Hal ini
disebabkan adanya zat-zat yang terkandung dalam teh yang dapat
menghambat pori membran sehingga jika lebih dari 100ml (pada
umumnya) proses filtrasi akan macet.
Volume sampel yang disarankan sebaiknya dengan volume yang besar
(misalnya 500ml).
Namun dalam volume 500 ml itu disaring pada beberapa membran
filter sehingga membran tidak terlalu mampat oleh zat-zat di dalam
teh. Kemudian penjumlahannya tetap dijumlahkan total dari beberapa
membran filter tersebut. Tidak dapat satu-satu.
4. Bagaimana menghitung sel mikroba dalam sampel jus buah yang
mengandung ampas buah hasil pasteurisasi?Permasalahan disini yaitu
jumlah bakteri yang sangat sedikit dalam volume yang banyak dan
juga adanya ampas buah yang dapat menghambat pori membran filter
ataupun ujung pipet ukur.
Jika dianalisa dengan teknik penanaman spread plate, maka ukuran
sampel yang diambil terlalu sedikit (0,1ml) sehingga kesalahan
statistiknya sangat tinggi.
Jika dianalisa dengan teknik filtrasi membran, maka ampas buah
dapat menghambat membran filter.Cara analisa yang tepat adalah
dengan teknik pour plate, tetapi kekurangannya adalah ukuran sampel
yang kecil (1 ml). Namun hal ini dapat disiasati dengan memperbesar
ukuran sampel (misalnya menjadi 5 ml) dan ditambah dengan media
pertumbuhan yang konsentrasinya lebih besar (misalnya 2 kali resep)
sehingga saat dicampur dengan sampel maka konsentrasi media dapat
menjadi 1X. Misal dalam botol 350 ml jus stroberi hasil
pasteurisasi merk tertentu diperkirakan terdapat pour plate
masing-masing 5 ml pada tiap cawan (d: 9 cm) dengan konsentrasi
media 2X (penambahan media +/-5 ml) . Hal ini jelas membutuhkan
cawan minimal 70 buah dan dengan konsumsi media yang lebih boros.
Mengapa media yang ditambahkan konsentrasinya lebih besar? Karena
dalam teknik yang tidak biasa ini membutuhkan sampel 5 ml,
sedangkan perbandingan antara sampel dan media adalah 1:1. Jadi hal
ini ditujukan untuk mengimbangi ukuran sampel yang besar sehingga
konsentrasi media setelah dicampur menjadi 1X. Jika hal ini
dilakukan maka akan membutuhkan teknik aseptis yang sangat
teliti.
Kesimpulan dari uraian di atas adalah :INTINYA ADALAH
MELIPATGANDAKAN ATAU MENYEDIKITKAN (MENGENCERKAN) SAMPEL DAN
MEMILIH CARA ANALISA YANG PALING TEPAT SUPAYA DIPEROLEH PERHITUNGAN
YANG MEMENUHI SYARAT SECARA STATISTIK DEMI KEAKURATAN HASIL ANALISA
DAN MEMINIMALISIR KESALAHAN-KESALAHAN.E. Indra Pradhika, 2009
PRINSIP DASAR TEORI MENGHITUNG MIKROORGANISME PADA CAWAN (bagian
2)
Kisaran hitung
Seperti yang sampai saat ini diketahui (dan telah dijelaskan di
depan) bahwa kisaran yang paling tepat dalam menghitung koloni pada
cawan adalah 30-300 koloni/cawan atau 25-250 koloni/cawan.
Permulaan penentuan kisaran ini berawal dari seorang
mikrobiologiwan bernama Nersser (1895) yang menyimpulkan bahwa
hitungan cawan yang paling baik adalah cawan yang memiliki 10.000
koloni/cawan yang perhitungannya dilakukan dengan mikroskop pada
perbesaran rendah. Tiga tahun kemudian muncul pernyataan bahwa
cawan yang mempunyai koloni lebih dari 100 koloni/cawan sebaiknya
diabaikan. Selanjutnya pada tahun 1897, Hill menyarankan untuk
tidak menghitung cawan yang terlalu banyak jumlah koloninya
(overcrowded) karena tidak memberikan hasil yang sesuai dengan
kenyataan. Kemudian tahun 1908, orang yang sama menyimpulkan
tentang kisaran hitung 40-200 koloni/cawan yang digunakan sebagai
landasan pelaporan. Kisaran ini diterima pada Comitee Standard
Method of Bacteriology Water Analysis (1915) dan diubah menjadi
30-200 koloni/cawan.
Pencetus kisaran hitung 25-250 koloni/cawan dikemukakan oleh
Breed dan Dotterrer pada tahun 1916 yang mempublikasikan dalam
seminarnya mengenai topik ini. Mereka menentukan kisaran ini
berdasarkan alasan supaya hasil perhitungannya tidak menimbulkan
kesalahan statistik yang serius. Mereka juga mencatat bahwa jenis
bakteri dapat mempengaruhi ukuran koloni dan jumlah koloni yang
tumbuh pada cawan. Selain itu komposisi nutrisi dan jarak antar
koloni juga mempengaruhi jumlah koloni per cawan karena koloni
tetangga mungkin dapat menghambat pertumbuhan atau menstimulus
koloni didekatnya (seperti B. bulgaricus yang distimulus oleh
adanya molds). Breed dan Dotterrer memakai tiga kali plating tiap
pengenceran (triplicate plating) dalam percobaanya dan memilih
cawan yang masuk kisaran dari tiap pengenceran. Pada analisa ini
cawan yang memiliki jumlah koloni 400 dianggap tidak memenuhi
syarat, sedangkan cawan yang memenuhi syarat itu sendiri berjumlah
antara 50 dan 200 koloni/cawan. Pencetus lainnya adalah Tomasiewicz
(1980) yang menyimpulkan bahwa kisaran hitung untuk plate count
dengan ulangan 3 kali (triplicate) yaitu 25-250 koloni/cawan.
Kesimpulan ini didapat dari data analisa susu (raw milk) pada tiga
eksperimen yang berbeda.
USP (United States Pharmacopoeial) merekomendasikan untuk
menggunakan kisaran hitung antara 25 dan 250 koloni/cawan untuk
bakteri pada umumnya dan Candida albicans. Sedangkan kisaran yang
disarankan jika menganalisa jumlah Aspergillus niger adalah 8-80
koloni/cawan. ASTM (American Standard Testing and Methods)
menyarankan untuk menggunakan ksiaran hitung 20-80 koloni/membran
jika menggunakan teknik filtrasi membran, 20-200 koloni/cawan untuk
spread plate dan 30-300 koloni/cawan untuk pour plate. FDA BAM
(Food and Drug Administration, Bacteriological Analytical Manual)
merekomendasikan 25-250 koloni/cawan sebagai kisaran hitung secara
keseluruhan.
Batas atas kisaran hitung.
Istilah untuk menggambarkan jumlah koloni yang melebihi batas
atas kisaran hitung adalah TNTC (Too Numerous To Count). ASTM
menyarankan untuk melaporkan TNTC sebagai lebih besar dari batas
atas, misalnya >200 CFU pada cawan dari pengenceran 1/10, maka
pelaporannya adalah >2000 CFU/ml(g). Penjelasan logika mengenai
alasan adanya batas atas kisaran hitung dapat diperhatikan pada
gambar berikut.
Kenapa pada pengenceran 1/10 jumlah koloni yang diamati lebih
kecil dari pada jumlah koloni yang sebenarnya dalam satuan volum
yang sama?. Hal ini karena pertumbuhan koloni yang terlalu
penuh/banyak dalam cawan dengan diameter yang sama. Seperti yang
telah dikemukakan bahwa semakin banyak koloni yang tumbuh pada
permukaan agar, maka antar koloni dapat saling mempengaruhi baik
menekan atau menstimulus pertumbuhan koloni tetangganya dan juga
perebutan nutrisi dan tempat yang semakin ketat. Oleh karena itulah
banyak koloni yang hilang sehingga menampakkan pengurangan koloni
yang muncul pada cawan. Alasan inilah yang membatasi kisaran hitung
pada 250 atau 300 koloni
Batas bawah kisaran hitung
Titik konsentrasi pada batas bawah kisaran hitung ini berada
pada pelaporan Limit of detection / LOD (1 CFU) dan Limit of
Quantification / LOQ (LOD.
Hal ini sangat penting jika kita menganalisa sampel dengan
spesifikasi pada kisaran yang kurang dari batas bawah kisaran
hitung. ASTM menyarankan supaya analis melaporkan
FDA BAM menyarankan jika menghitung di bawah batas bawah kisaran
hitung maka dilaporkan sebagai
Jika kita melaporkan perhitungan cawan yang memiliki jumlah
koloni