DASAR-DASAR PERENCANAAN
DASAR-DASAR PERENCANAANKRITERIA HIDROLOGIDidalam perencanaan Normalisasi perlu ditinjau besarnya banjir yang dapat terjadi pada periode ulang tertentu. Data yang diperlukan untuk perhitungan besarnya banjir rencana untuk perencanaan drainase kota yaitu berupa data curah hujan harian maksimum yang diperoleh dari stasiun penakar curah hujan yang terdapat di lokasi daerah perencanaan.
Untuk menentukan besarnya debit rencana yang akan dipakai sebagai dasar perencanaan teknis drainase, perlu ditetapkan terlebih dahulu besarnya hujan rencana yang mengakibatkan banjir yang dimaksud. Berdasarkan analisa frekuensi akan diperoleh besarnya hujan harian maksimum yang mungkin akan terjadi pada periode ulang tertentu. Dengan ditetapkannya periode ulang maka hujan rencana yang diinginkan dapat ditetapkan untuk perhitungan selanjutnya.
Perhitungan selanjutnya adalah perhitungan intensitas hujan yang dihitung berdasarkan rumus empiris yang ada. Dalam perhitungan intensitas curah hujan untuk perencanaan saluran drainase kota ini dipakai cara perhitungan dengan rumus Mononobe.Besarnya intensitas hujan ini tergantung dari besarnya time of concentration, jadi tergantung dari karakteristik fisik daerah alirannya.Dengan diketahuinya intensitas hujan maka debit rencana yang dibutuhkan untuk perencanaan saluran dan bangunan drainase dapat dihitung dengan rumus Rasional. Dari debit rencana yang sudah diperoleh maka dimensi saluran atau bangunan air lainnya dapat direncanakan sedemikian sehingga kapasitas bangunan sesuai dengan debit rencana yang telah ditetapkan.
A. Analisa Frekuensi Analisa frekuensi curah hujan bertujuan untuk memproses data curah hujan mentah, diolah menjadi data yang siap dipakai untuk perhitungan debit rencana.
Beberapa parameter yang berkaitan dengan analisis data yang meliputi rata-rata, simpangan baku, koefisien variasi dan koefisien skewness (kecondongan atau kemencengan).
Rumus untuk menganalisa frekuensi hujan rencana adalah :
Rt = Ra + ( yt yn ) SR =
Ra =
Dimana :
Rt = Besarnya curah hujan dengan periode ulang t tahun
SR = Standar deviasi
Ra = Rata rata hujan komulatif
Sn = Standar deviasi fungsi dari n ( Tabel )
yn = Nilai Fungsi dari n ( Tabel )
yt = Fungsi periode ulang ( Tabel )
n = Jumlah data
B. Intensitas Curah Hujan Intensitas curah hujan rencana atau probabilitas intensitas hujan maksimum yang terjadi pada periode ulang tertentu dihitung dengan menggunakan rumus Mononobe, karena data hujan jangka pendek tidak tersedia yang ada hanya data hujan harian.
I =
Dimana :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
T = Lamanya hujan (jam)
R24 = Curah hujan maksimum harian selama 24 jam.C. Perhitungan Debit RencanaPerhitungan debit rencana menggunakan rumus Rasional adalah sebagai berikut :
Q = 0,278 . C . I . ADimana :
Q= Debit Rencana (m/det)C= Koefisien Pengaliran/Limpasan
I= Intensitas hujan (mm/jam)
A= Luas Daerah Pengaliran (Km)
Untuk menghitung harga koefisien pengaliran (C), dipakai pedoman pada Tabel 2.1 dibawah ini.
Tabel 2.1. Harga Koefisien Pengaliran (C) Pada Berbagai Kondisi Tanah dan
Type Daerah AliranNoType Daerah
PengaliranKondisiC
1RerumputanTanah pasir datar, 2 %0,05 0,10
Tanah pasir rata-rata, 2 %0,10 0,15
Tanah pasir curam, 7 %0,15 0,20
Tanah gemuk datar, 2 %0,13 0,17
Tanah gemuk rata-rata, 2-7 %0,18 0, 22
Tanah gemuk curam, 7 %0,25 0,35
2BusinessDaerah kota lama0,75 0,95
Daerah pinggiran0,50 0,70
3PerumahanDaerah Single Family0,30 0,50
Multi unit terpisah-pisah0,40 0,60
Multi unit tertutup0,60 0,75
Sub urban0,25 0, 45
Daerah rumah apartemen0,20 0,70
4Daerah industriDaerah ringan0,60 0,80
Daerah berat0,60 0,90
5PertamananKuburan0,10 0,25
6Tempat bermain0,20 0,35
7Halaman kereta api0,20 0,40
8Daerah yang tidak dikerjakan0,10 0,30
9JalanBeraspal0,70 0,95
Beton0,80 0,95
Batu0,70 0,95
10Untuk berjalan dan naik kuda0,75 0,85
11Atap0,75 0,95
KRITERIA HIDROLIKAAnalisa hidrolika dimaksudkan untuk mencari dimensi hidrolis dari saluran drainase maupun bangunan-bangunan pelengkapnya. Didalam analisa hidrolika ini sudah pula termasuk perencanaan kemiringan saluran, perhitungan tinggi kehilangan tenaga (head losses) dari bangunan-bangunan pelengkap dengan mempertimbangkan potensi beda tinggi (potential head) keseluruhan antara muka air di hilir outlet (down stream control) sampai dengan permukaan tanah terjauh atau terendah yang harus dibuang. Perhitungan hodrolis tersebut dipergunakan selanjutnya sebagai bahan masukan analisa struktur dan perencanaan teknis bangunan dalam system jaringan drainase.
A. Perencanaan Saluran
1. Kapasitas SaluranUntuk menghitung kapasitas saluran dihitung berdasarkan rumus Manning, yaitu :
Q = 1/n AR S
R = A/O
Dimana :
Q= Debit saluran (m/det)
A= Luas penampang basah saluran (m)
O= Keliling basah saluran (m)
R= Jari-jari hidrolis (m)
N= Koefisien kekasaran saluran (kekerasan Manning)
S= Kemiringan dasar saluran
Besarnya koefisien kekasaran menurut Manning seperti pada Tabel 2.2
Kecepatan Pengaliran
Kecepatan pengaliran harus memenuhi persyaratan tidak kurang dari kecepatan minimum dan tidak melebihi kecepatan maksimum yang diijinkan sesuai dengan type dan bahan material saluran yang ditinjau, untuk mencegah terjadinya sedimentasi atau erosi di saluran. Kecepatan Minimum
Kecepatan minimum yang diijinkan adalah kecepatan terendah yang tidak akan menyebabkan pengendapan partikel (sedimentasi) maupun tumbuhnya tumbuhan air. Kecepatan Maksimum
Kecepatan aliran dalam saluran harus dibatasi untuk mencegah terjadinya erosi akibat kecepatan aliran yang besar.
Untuk pekerjaan ini kecepatan maksimum ditentukan sebagai berikut :
Saluran tanah alam V = 2,00 m/det
Saluran pasangan batu V = 2,50 m/det
Saluran pasangan beton V = 3,50 m/det
Tabel 2.2 Harga Koefisien Kekasaran Saluran (n) untuk beberapa jenis dinding
menurut Manning
NoDinding
SaluranKondisiN
1KayuPapan-papan rata dipasang rapi
Papan-papan rata kurang rapi
Papan-papan kasar dipasang rapi
Papan-papan kasar kurang rapi0,010
0,012
0,012
0,014
2MetalHalus
Dikeling
Sedikit kurang rata0,010
0,015
0,020
3Pasangan
BatuPlesteran semen halus
Plesteran semen dan pasir
Beton dilapis baja
Beton dilapis kayu
Batu beton kosongan kasar
Pasangan batu keadaan jelek0,010
0,012
0,012
0,013
0,015
0,020
4Batu kosonganHalus dipasang rata
Batu bongkaran, batu pecah, batu belah
Batu guling dipasang dalam semen kerikil halus padat0,013
0,017
0,020
5TanahRata dan dalam keadaan baik
Dalam keadaan biasa
Dengan batu-batu dan tumbuh-tumbuhan
Dalam keadaan jelek
Sebagian terganggu oleh batu dan tumbuhan0,020
0,225
0,025
0,035
0,050
2. Kemiringan Talud
Kemiringan Talud Saluran Tanah
Harga kemiringan talud disesuaikan dengan sifat bahan tanah setempat yang umumnya berkisar antar 1:1,5 sampai dengan 1:3
Tabel 2.3 Kemiringan Talud Bahan dari TanahBahan TanahKemiringan Talud
(m=H/V)
Batu0,25
Lempung Kenyal1 2
Lempung Pasiran, tanah kohesif1,5 2
Pasir lanauan2 5
Gambut kenyal1 2
Gambut lunak3 4
Tanah dipadatkan dengan baik1 1,5
Kemiringan Talud Saluran Pasangan
Tabel 2.4 Kemiringan Talud Bahan Pasangan
Tinggi Air (m)m
H < 0,40
0,40 < h < 0,75
0,75 < h < 1,000 *)
1 1,25
1,25 1,50
3. Tinggi jagaan (F)
Tinggi jagaan minimum untuk saluran dengan pasangan adalah :
Tabel 2.5 Tinggi Jagaan (F)
Debit (QF (m)
Saluran dengan pasangan :
Q < 1,50
1,50 < Q < 5,00
5,00 < Q < 10,00
10,00 < Q < 15,00
Q = 0,15
Saluran Tanpa Pasangan :
Q < 5,00
5,00 Q < 10,00
Q < 10,000,20
0,25
0,30
0,40
0,50
0,50
0,75
1,00
B. Perencanaan Bangunan PelengkapBangunan-bangunan dimaksud adalah bangunan yang ikut mengatur dan mengontrol sistem aliran air hujan yang ada dalam perjalanannya menuju outfall agar aman dan mudah melewati daerah curam atau melintasi jalan-jalan raya.
Bangunan-bangunan dimaksud dapat berupa :
Gorong-gorong (culvert)
Street inlet
Bangunan pertemuan saluran
Bangunan transisi/got miring
Bangunan terjun
Jembatan, siphon, dll.
1. Terjun Tegak
Bangunan terjun dipakai di tempat-tempat dimana kemiringan medan lebih besar daripada kemiringan saluran. Disamping itu bangunan ini juga berfungsi untuk menurunkan muka air. Kehilangan tinggi energi dibangunan terjun dihitung sebagai berikut :
Z = H hulu H hilir I . L
Tipe yang biasa dipakai di saluran tersier adalah bangunan terjun tipe tegak, dengan syarat z < 1 meter dan debitnya kecil.
Perencanaan hidrolis didasarkan rumus Etcheverry :
L = 0,35 + C1 hc x z
Dimana :
C1
= 2,5 + 1,1 hc/z + 0,7 (hc/z)
Hc
= (q/g)
q
= Q/(0,8 b1)
adapun :
Q
= Debit rencana (m/det)
L
= Panjang kolam olak hilir (m)
B
= Lebar bukaan = 0,8 x lebar dasar saluran (m)
Z
= Tinggi terjunan
Q
= Debit persatuan lebar (m/det/m)
B1
= Lebar dasar saluran (m)
Hc
= Kedalaman kritis (m)2. Gorong-gorong / culvert
Bangunan ini diperlukan untuk mengalirkan air di saluran yang harus melintasi jalan (merupakan bangunan perlintasan).
Kecepatan pengaliran harus diperhatikan kepada pertimbangan kemampuan self cleaning-nya, karena biasanya gorong-gorong terletak dibawah tanah dan sulit untuk pemeliharaannya.
Bentuk gorong-gorong dapat berupa buis beton (lingkaran) atau box culvert. Box culvert merupakan saluran empat persegi panjang dengan plat beton diatasnya sebagai penutup dan penahan beban dari jalan raya.
Perhitungan hidrolis dilakukan untuk menghitung dimensi bangunan beserta kehilangan tekanan (head losses).
Untuk gorong-gorong pendek, L < 20 m seperti yang direncanakan dalam jaringan irigasi, dimana harga-harga yang diberikan dapat dianggap benar untuk rumus :
Q = A V
V = (2gZ)
Dimana :
Q
= Debit (m/det)
= Koefisien debit
A
= Luas penampang gorong-gorong (m)
V
= Kecepatan aliran didalam gorong-gorong (m)
Z
= Kehilangan tinggi energi pada gorong-gorong (m)
G
= Percepatan gravitasi (g = 9,8 m/det)
Harga untuk untuk beberapa jenis gorong-gorong dapat dilihat pada tabel 2.6
Tabel 2.6 Harga Dalam Gorong-gorong PendekTinggi Dasar
Sama DenganBangunan
SaluranTinggi
LebihDasar
TinggiBangunan
Saluran
SisiAmbangSisi
Segi Empat
Bulat0,8
0,9Segi Empat
Segi Empat BulatSegi Empat
Bulat
Bulat0,72
0,72
0,85
DAERAH TANGKAPAN (CATCHMENT AREA)Daerah tangkapan air (Catchment area) adalah tempat terjadinya sistem aliran sungai (ilmu hidrologi dan geologi); yaitu daerah diantara pegunungan yang menampung dan mengalirkan curahan hujan ke sungai termasuk anak sungainya (menurut Kamus Tata Ruang, Dirjen Cipta Karya, Dep. Pekerjaan Umum, 1998). Luas daerah tangkapan hujan merupakan salah satu elemen dalam perhitungan besarnya limpasan air permukaan dengan metode sebagai berikut :
kontur tanah daerah yang akan dilayani;
kemampuan Daerah Aliran Sungai (DAS) menerima beban pengaliran dan
penggunaan lahan yang akan mempengaruhi besarnya limpasan.
Istilah lain yang merujuk pada fungsi tangkapan air atau DAS pada skala kawasan adalah kawasan resapan air dimana daerah tersebut mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang berguna sebagai sumber air.
Kriteria terhadap kawasan resapan air adalah :
a. Kawasan dengan curah hujan rata-rata lebih dari 1.000 mm/tahun
b. Lapisan tanahnya berupa pasir halus berukuran minimal 1/16 mm
c. Mempunyai kemampuan meluluskan air dengan kecepatan > 1 mm/hari
d. Kedalaman muka air tanah > 10 m terhadap muka tanah setempat
e. Kemiringan lereng < 15 %
f. Kedudukan muka air tanah dangkal lebih tinggi dari kedudukan muka air tanah dalam.
ANALISIS DEBIT BANJIR RENCANAUntuk menghitung debit banjir rencana dengan berbagai periode ulang ditentukan dengan metoda hidrografi satuan Sintetik Nakayasu. Hidrograf banjir rencana dengan periode ulang 5,10,20, 50 sampai dengan 100 tahun dianalisis dengan menggunakan kurva hidrograf banjir rencana. Persamaan metoda hidrograf satuan sintesis tersebut adalah :
Qp=
Dimana :Qp
= Debit puncak banjir (m/det)
Ro
= Hujan satuan (mm)
C
= Koefisien daerah pengaliran
A
= Luas daerah pengaliran (Km)
Tp
= Tenggang waktu dari permukaan hujan sampai dengan puncak banjir (jam)
T0,3 = Waktu yang diperlukan oleh penerima debit dari debit puncak sampai
menjadi 30 % debit puncak
Tp
= Tg + 0,8 Tr
Tg
= 0,21 x L, L < 15 Km dan Tg = 0,40 + 0,058 L untuk L > 15 Km
T0,3= Tg dengan L = panjang alur sungai (Km), Tg = Waktu konsentrasi (jam)
Tr
= Satuan waktu hujan (0,15 1 Tg) dengan = 1,5 3,0
Sedangkan persamaan hidrografi satuannya adalah :
Pada kurva naik 0 t Tp ; Qt = (t/Tp) Q
Pada kurva turun Tp t Tp + To ; Qt = Qp (0,3)
Pada saat ( Tp + T0,3 ) ( Tp + T0,3 + 1,5 x T0,3 ) ;
Qt = Qp x (0,3)
Pada saat t > ( Tp + T0,3 + 1,5 x T0,3 ) ; Qt = Qp x (0,3)
PENGARUH RETENSI BANJIRPada saat musim hujan dengan jangka waktu jam tertentu pengaruh dari adanya rawa yang berubah menjadi kolam-kolam / tambak ikan dapat mengurangi debit yang melewati sungai yang berada dibawah jembatan. Pada kondisi ini air hujan akan mengendap terlebih dahulu ke tambak-tambak tersebut selama beberapa saat sebelum masuk ke dalam sungai (jembatan). Analisa penelusuran banjir (flood routing) dapat diterapkan menggunakan rumus :
Dimana :
I1
= Inflow permulaan waktu t
I2
= Inflow pada akhir waktu t
O1
= Outflow pada permulaan waktu t
O2
= Outflow pada akhir waktu t
Dengan formulasi di atas dapat diketahui hidrografi banjir yang melewati jembatan dan debitnya teredusir akibat adanya retensi pada kolom-kolom perikanan.
ANALISIS HIDROLOGISUMBER DATA DAN DATA YANG TERSEDIA
A. Daerah Tangkapan ( Catchment Area )
Daerah tangkapan air (catchment area) adalah cakupan pengaturan suatu system aliran sungai, daerah diantara pegunungan yang menampung dan mengalirkan curah hujan ke sungai termasuk anak sungainya. Luas daerah tangkapan untuk perencanaan sheet pile beton di masing-masing STA disajikan dalam table 3.1. Sedangkan gambar catchment area disajikan dalam lampiran.
Tabel 3.1 Luas Daerah Tangkapan (Catchment Area)NoSTAZone
PelayanLuas Area A
(m)
10+000 0+800Pemukiman4,000
20+800 1+500Pemukiman3,500
31+500 1+900Pemukiman2,000
41+900 2+400Pelabuhan2,500
52+400 2+900Pemukiman2,500
62+900 3+900Pemukiman5,000
73+900 4+500Pemukiman3,000
84+500 5+000Pemukiman2,500
95+000 5+700Kawasan Wisata3,500
105+700 6+200Kawasan Wisata2,500
116+200 6+737Kawasan Wisata2,500
B. Data Curah Hujan
Stasiun-stasiun curah hujan yang ditetapkan sebagai dasar perhitungan untuk debit banjir rencana (design flood) yang mewakili daerah tangkapan (catchment area) dari turap sheet pile beton yang akan direncanakan ini adalah Stasiun Sepinggan, karena stasiun yang paling dekat dengan wilayah perencanaan adalah stasiun Sepinggan. Selain itu pula berdasarkan informasi dari BMG Balikpapan bahwa pengamatan curah hujan di Kabupaten Penajam tidak dilakukan secara rutin.Dari kompilasi data hujan harian maksimum mulai tahun 1997 sampai dengan tahun 2006 diperoleh besarnya hujan harian maksimum seperti pada tabel 3.2 berikut ini.
Tabel 3.2 Hujan Harian Maksimum Stasiun SepingganNoTahunHujan Harian Maksimum (mm)Keterangan
1199767Desember
21998102Agustus
31999115Mei
42000106November
52001194.9Januari
62002223Agustus
72003181.6Agustus
82004100.4November
92005107.5November
102006133.4Juni
Hujan harian maksimum terkecil adalah 67 mm yang terjadi pada bulan Desember tahun 1997. Sedangkan tahun basah terjadi pada tahun 2002, dimana hujan pada bulan Agustus hujan harian maksimum mencapai 223 mm.C. Data Pasang Surut
Pasang surut mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap sistem drainase di wilayah perkotaan yang terletak di kawasan pantai, khususnya untuk daerah yang datar dengan elevasi muka tanah yang tidak cukup tinggi.
Permasalahan yang dihadapi antara lain :
1. Terjadinya genangan pada kawasan-kawasan yang elevasinya berada di bawah muka air pasang.
2. Terhambatnya aliran air/banjir pada saluran yang langsung berhubungan dengan laut atau sungai (yang terpengaruh pasang surut) akibat naiknya permukaan air pada saat terjadinya pasang.
3. Drainase sistem gravitasi tidak dapat bekerja dengan penuh, sehingga perlu bantuan pompa dan perlu dilengkapi pintu otomatis pada outlet-outlet yang berfungsi untuk mencegah masuknya air laut pada saat pasang, sehingga biaya konstruksi maupun operasi dan pemeliharaan sistem menjadi mahal.
4. Bangunan-bangunan air, khususnya yang tebuat dari metal, mudah berkarat dan rusak akibat terkena air laut. Hal ini akan meningkatkan biaya pemeliharaan.
Berdasarkan hasil pengukuran dan pemantauan konsultan pada proyek sebelumnya, bahwa nilai kedudukan air tinggi (HWS) pasang surut di Kabupaten Penajam Paser Utara adalah 3,33 meter LWS atau 2,94 meter MSL, dan pasang surut yang dialami sepanjang pantai Penajam merupakan pasang surut gabungan, yakni pasang surut pertengahan antara yang bersifat semi-harian dan yang bersifat seharian penuh. Saluran-saluran drainase dan daerah-daerah rendah di pantai Penajam secara berkala akan terkena banjir yang berasal dari fluktuasi pasang surut ini.
Oleh karena itu statistik-statistik pasang surut (Permukaan Laut Rata-rata MSL, Permukaan Laut Tertinggi HWS) perlu diteliti lebih lanjut.
Angka-angka statistik lain dimana permukaan air pasang lebih tinggi dari permukaan tanah, merupakan salah satu dasar hitungan bagi pola drainase.
Dalam perencanaan teknis sheet pile beton ini pasang surut tidak diperhitungkan, karena posisi rencana saluran setelah dipasang turap hanya menerima debit dari air hujan.ANALISA FREKUENSI CURAH HUJANSeperti telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa analisa frekuensi curah hujan bertujuan untuk memproses data curah hujan mentah, diolah menjadi data yang siap dipakai untuk perhitungan debit rencana.
Beberapa parameter yang berkaitan dengan analisis data yang meliputi rata-rata, simpangan baku, koefisien variasi dan koefisien skewness (kecondongan atau kemencengan) disajikan dalam Tabel 3.3 berikut ini.
Tabel 3.3 Tabel Parameter Statistik
NoTahunRi(Ri Ra)(Ri Ra)
1200222389.928085.6064
22001194.961.823821.7124
32003181.648.522354.1904
42006133.40.320.1024
51999115-18.08326.8864
62005107.5-25.58654.3364
72000106-27.08733.3264
81998102-31.08965.9664
92004100.4-32.681067.9824
10199767-66.084366.5664
Ri1330.822376.676
Ra = 133.08SR = 47.3040
Dari tabel diperoleh :
Curah hujan Rata-rata, R = 133,08, Xr = R
Standar Deviasi, Sx =
= 47,3040
Koefisien variasi, CV = = 0,3747
Skewness, G =
= 6,8720
HUJAN RENCANA BEBERAPA KALA ULANGDari data hujan harian maksimum selama 10 tahun dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2006 sudah mencukupi untuk menghitung hujan maksimum rencana dengan kala ulang 2, 5, 10, 25, 50, dan 100 tahunan. Metoda yang dipakai untuk menghitung hujan rencana ini adalah metoda statistik dari Distribusi Gumbel, Distribusi Normal, Distribusi Log Normal dan Distribusi Log Person III. Masing-masing metoda berdasarkan teori probabilitas yang memprediksi hujan dengan kala ulang tertentu diuji dengan Chi Square dan Kolmogorov Sminmov, seperti terlihat dalam lampiran.
Dari kedua uji tersebut diambil peringkat tertinggi dengan nilai total test terendah. Hasilnya adalah metoda Log Person III memberikan kesesuaian yang paling baik sebagai parameter untuk hujan rencana yang akan dating. Pada table 3.4 disajikan data hujan rencana untuk berbagai kala ulang (mm).
Tabel 3.4 Hujan Rencana Beberapa Kala Ulang (mm)
T (Tahun)zXT
2-0,0009125,1644
50,8417170,5019
101,2826200,4295
251,7528238,1675
502,0568266,2677
1002,3309294,4290
PERHITUNGAN INTENSITAS CURAH HUJANUntuk mendapatkan perhitungan Intensitas Curah Hujan Rencana dapat dilakukan dengan menggunakan Metoda Mononobe dengan pertimbangan bahwa metode ini praktis dan cukup mudah digunakan selain itu pula data hujan jangka pendek tidak tersedia yang ada hanya data hujan harian.
Rumus Empiris Intensitas Curah Hujan dari Mononobe ini adalah sebagai berikut :
I = (24/t)
Dimana:
I
= Intensitas hujan (mm/jam)
t
= lamanya hujan (jam)
t = (0,87 . L/1000 . S)
R24= Curah hujan maksimum harian (selama 24 jam) (mm).
Berdasarkan persamaan tersebut dapat dibuat kurva durasi intensitas hujan (IDF = Intensity-Duration-Frequency Curve) untuk periode ulang : 2, 5, 10, 25, 50, dan 100 tahun. Selanjutnya hasil perhitungan Intensitas Hujan untuk daerah perencanaan dapat dilihat dalam table 3.5 dan Tabel 3.6
Kala
Ulang
(Tahun)Durasi (menit)
510153045601201803607201 hari2 hari
2
5
10
25
50
10014.85
20.23
23.78
28.25
31.59
34.939.351
12.74
14.97
17.79
19.89
22
7.135
9.72
11.43
13.58
15.18
16.784.494
6.122
7.196
8.551
9.56
10.573.429
4.671
5.491
6.525
7.295
8.0662.83
3.856
4.532
5.386
6.021
6.6581.783
2.428
2.855
3.392
3.792
4.1931.36
1.853
2.178
2.588
2.894
3.20.857
1.167
1.372
1.63
1.822
2.0150.54
0.735
0.864
1.027
1.148
102690.34
0.463
0.544
0.647
0.723
0.7990.025
0.034
0.04
0.047
0.053
0.058
Tabel 3.5 Perhitungan Intensitas Hujan Untuk Beberapa Kala Ulang
Gambar 3.2. Grafik Kurva IDF Jembatan Coastal Road
Tabel 3.6 Perhitungan Intensitas Hujan
NoSTAZone PelayanPanjang Keniringan WaktuIntensitas Hujan (mm/jam)
SaluranRata-rataKonsentrasi
(m)(jam)25102550
10+000 - 0+800Pemukiman8000.0020124.795131.73662.36572.78093.304563.9475
20+800 - 1+500Pemukiman7000.0020112.601421.862.53362.97833.539161.0883
31+500 - 1+900Pemukiman4000.001095.601422.0752.82663.32273.948356.7888
41+900 - 2+400Pelabuhan5000.0010113.480651.85032.52052.96293.520861.3
52+400 - 2+900Pemukiman5000.0010113.480651.85032.52052.96293.520861.3
62+900 - 3+900Pemukiman10000.0020148.189821.54862.10952.47982.946769.0274
73+900 - 4+500Pemukiman6000.0010130.584421.68492.29522.69813.206165.2507
84+500 - 5+000Pemukiman5000.0010113.480651.85032.52052.96293.520861.3
95+000 - 5+700Kaw. Wisata7000.0015125.789751.72752.35322.76623.287164.1738
105+700 - 6+200Kaw. Wisata5000.0010113.480651.85032.52052.96293.520861.3
116+200 - 6+737Kaw. Wisata5000.0010113.480651.85032.52052.96293.520861.3
PERHITUNGAN DEBIT RENCANABanyak metoda yang dikenal untuk menghitung debit rencana, misalnya Metoda Rasional, Unit Hidrograf (Nakayashu, Snyder). Tetapi dalam perencanaan ini akan digunakan Metoda Rasional yang mempunyai rumus empiris sebgai berikut :
Q = 0,00278 . C . I . A
Dimana :
Q= Debit rencana (m/det)
C= Koefisien Pengaliran
I= Intensitas Hujan (mm/jam)
A= Luas Daerah Pengaliran (Ha)
Untuk mendapatkan koefisien pengaliran C di daerah perencanaan, dilakukan pendekatan terhadap nilai koefisien yang telah ada, kemudian menentukan koefisien di daerah perencanaan dengan peruntukan lahan.Untuk lebih jelasnya perhitungan debit rencana ini dapat dilihat dalam Tabel 3.7
NoSTAZone PelayanPUHLuas AreaKoefisienIntensitasDebit
RencanaASaluranHujanRencana
(Tahun)(m)Cmm/jamQ
m/det
10+000 - 0+800Pemukiman504,0000.6263.94750.4619
20+800 - 1+500Pemukiman503,5000.6561.08830.3861
31+500 - 1+900Pemukiman502,0000.6556.78880.2051
41+900 - 2+400Pelabuhan502,5000.6561.30000.2767
52+400 - 2+900Pemukiman502,5000.6561.30000.2767
62+900 - 3+900Pemukiman505,0000.6569.02740.6232
73+900 - 4+500Pemukiman503,0000.6565.25070.3535
84+500 - 5+000Pemukiman502,5000.6561.30000.2767
95+000 - 5+700Kaw. Wisata503,5000.6564.17380.4056
105+700 - 6+200Kaw. Wisata502,5000.6561.30000.2767
116+200 - 6+737Kaw. Wisata502,5000.6561.30000.2767
SR
Sn
(Ri Ra)
n
SR
n
R24
24
(24/t) /
Sumber : McGuen, 1989
Sumber : Imam Subarkah, Ir. Hidrologi Untuk Perencanaan Bangunan Air
Sumber : Imam Subarkah, Ir. Hidrologi Untuk Perencanaan Bangunan Air
* dinding tegak vertikal
Sumber : Standar Perencanaan Irigasi, KP.03 Bagian Perencanaan
Sumber : Standar Perencanaan Irigasi, KP.04 Bagian Bangunan
C . A . Ro
3,6 . (0,3 Tp + T0,3)
0,7
2,4
T Tp/0,3
(t-Tp + 0,5 x T0,3) / (1,5 x T0,3)
(t-Tp + 1,5 x T0,3) / 2 T0,3
I1 + I2
2
+
S1
t
-
O1
2
=
2
O2
+
t
S2
Sumber : Hasil Analisa Konsultan, 2008
Sumber : BMG Sepinggan, 2007
Sumber : Hasil Analisa Konsultan, 2008
Keterangan : Rata-rata hujan harian maksimum (Ra) = 133,08
(x xi)
N 1
Sx
X
(R1 Ra)
(n-1)(n-2)S
Sumber : Hasil Analisa Konsultan, 2008
24
R24
2/3
0,385
Sumber : Hasil Analisa Konsultan, 2008
Sumber : Hasil Analisa Konsultan, 2008
Sumber : Hasil Analisa Konsultan, 2008