Top Banner
DASAR-DASAR PENGUKURAN BEDA TINGGI DENGAN ALAT SIPAT DATAR BAG- TSP.002.A-33 90 JAM Penyusun : TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL EDISI 2001
34

Dasar Dasar Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Sipat Datar

Jan 19, 2016

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Dasar Dasar Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Sipat Datar

DASAR-DASAR

PENGUKURAN BEDA TINGGI DENGAN ALAT

SIPAT DATAR

BAG-TSP.002.A-33

90 JAM

Penyusun :

TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL EDISI 2001

Page 2: Dasar Dasar Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Sipat Datar

ii

KATA PENGANTAR

Modul dengan judul “Dasar-Dasar Pengukuran Beda Tinggi dengan

Alat Sipat Datar” merupakan alat yang digunakan sebagai panduan

praktikum peserta diklat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk

membentuk salah satu bagian dari kompetensi Melaksanakan

Pengukuran Posisi Vertikal.

Modul ini mengetengahkan materi cara pengecekan alat ukur sipat

datar, waterpasing slag, menghitung data sipat datar, mengukur beda

tinggi dengan mendirikan alat pada salah satu titik dan mendirikan alat di

belakang atau di muka salah satu titik (stasion). Modul ini terkait dengan

modul lain yang membahas Apikasi Pengukuran Beda Tinggi dengan Alat

Sipat Datar dan Mengukur Beda Tinggi dengan Cara Trigonometri dan

Barometri.

Dengan modul ini peserta diklat dapat melaksanakan praktik tanpa

harus banyak dibantu oleh instruktur.

Tim Penyusun

Page 3: Dasar Dasar Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Sipat Datar

iii

DESKRIPSI JUDUL

Modul ini terdiri dari lima kegiatan belajar, yang mencakup : dasar-

dasar penentuan beda tinggi dengan alat sipat datar meliputi pengecekan

alat, waterpasing slag, menghitung data ukur beda tinggi, mengukur beda

tinggi dengan mendirikan alat pada salah satu titik dan mendirikan alat di

belakang atau di muka salah satu titik (stasion).

Pada kegiatan belajar 1 membahas tentang pengecekan waterpass

yaitu garis bidik telah sejajar dengan garis arah nivo. Kegiatan belajar 2

membahas tentang mendirikan waterpass di antara dua titik target.

Kegiatan 3 membahas tentang pembacaan benang tengah belakang dan

muka dari beberapa slag. Kegiatan 4 membahas tentang menentukan

beda tinggi di mana kedua titik terletak pada ujung-ujung dari sungai atau

sesuatu yang menjorok ke dalam yang tidak mungkin ditempati/didirikan

alat sipat datar. Kegiatan 5 membahas tentang pengukuran waterpassing

profil di mana di lokasi telah ada titik stasion yang telah diketahui

ketinggiannya.

Page 4: Dasar Dasar Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Sipat Datar

iv

PETA KEDUDUKAN MODUL

Page 5: Dasar Dasar Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Sipat Datar

v

PRASYARAT

Untuk melaksanakan modul Dasar-dasar Pengukuran Beda Tinggi

dengan Alat Sipat Datar memerlukan kemampuan awal yang harus dimiliki

peserta diklat, yaitu :

? Peserta diklat telah menguasai Matematika dasar, terutama

trigonometri, satuan-satuan panjang.

? Peserta diklat telah menguasai Fisika cahaya, khususnya

hukum-hukum pembiasan pada lensa.

Page 6: Dasar Dasar Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Sipat Datar

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................. ii

DESKRIPSI JUDUL ................................................................................. iii

PETA KEDUDUKAN MODUL ................................................................ iv

PRASYARAT ............................................................................................ v

DAFTAR ISI ............................................................................................... vi

PERISTILAHAN ........................................................................................ viii

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL .................................................. x

TUJUAN ..................................................................................................... xi

KEGIATAN BELAJAR 1

PENGECEKAN ALAT UKUR SIPAT DATAR....................................... 1

A. Lembar Informasi ................................................................... 1

B. Lembar Kerja .......................................................................... 1

C. Lembar Latihan ....................................................................... 2

KEGIATAN BELAJAR 2

WATERPASING SLAG............................................................................ 3

A. Lembar Informasi ................................................................... 3

B. Lembar Kerja .......................................................................... 4

C. Lembar Latihan ....................................................................... 6

KEGIATAN BELAJAR 3

MENGHITUNG DATA SIPAT DATAR .................................................. 7

A. Lembar Informasi ................................................................... 7

B. Lembar Kerja .......................................................................... 8

C. Lembar Latihan ....................................................................... 8

KEGIATAN BELAJAR 4

MENGUKUR BEDA TINGGI DENGAN MENEMPATKAN WATERPAS

TIDAK DIANTARA ATAU PADA TITIK TARGET................................ 9

A. Lembar Informasi ................................................................... 9

Page 7: Dasar Dasar Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Sipat Datar

vii

Halaman

B. Lembar Kerja .......................................................................... 9

C. Lembar Latihan ....................................................................... 10

KEGIATAN BELAJAR 5

MENGUKUR BEDA TINGGI DENGAN MENEMPATKAN WATERPAS

PADA SALAH SATU TITIK ..................................................................... 11

A. Lembar Informasi ................................................................... 11

B. Lembar Kerja .......................................................................... 11

C. Lembar Latihan ....................................................................... 12

LEMBAR EVALUASI ............................................................................... 13

LEMBAR KUNCI JAWABAN .................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 22

Page 8: Dasar Dasar Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Sipat Datar

viii

PERISTILAHAN/GLOSSARY

Slag : Keadaan waterpas didirikan di antara dua rambu,

umumnya 1 slag jarak antara kedua rambu 30 – 60 m.

Seksi : Jumlah slag yang dapat diukur, umumnya dalam 1 hari.

Trayek : Jumlah beberapa seksi, umumnya panjang jalur

pengukuran beda tinggi dalam satu projek pekerjaan.

Waterpasing pp : Waterpasing pergi-pulang. Jalur waterpasing diukur 2

kali, yaitu pergi dan pulang. Perginya boleh di dalam

satu seksi atau dalam satu trayek.

WP 2 kedudkan : Umumnya disebut dengan WP double stand, artinya

pada setiap slag dilakukan dua kali pengukuran beda

tinggi, dengan 2 kedudukan alatnya. Dua kedudukan ini

dapat dibuat dengan memindah alat dengan posisi

yang baru atau dengan mengubah tinggi alatnya.

Umumnya pekerjaan ini digunakan sebagai pengganti

waterpasing pergi-pulang.

Garis bidik : Disebut juga garis visir atau garis bidik, adalah garis

khayal yang merupakan garis lurus dari perpotongan

benang silang yang tampak di teropong waterpas.

Garis arah nivo : Garis khayal yang ditarik pada saat gelembung nivo

tabung berada di tengah-tengah. Dengan demikian bila

alat waterpas dalam kondisi baik, garis arah nivo ini

harus sejajar dengan garis bidik.

Rambu ukur : Disebut juga bak ukur, adalah mistar yang umumnya

dibuat dari bahan kayu atau logam (aluminium) yang

panjangnya umumnya mencapai 3 meter, umumnya

dicat dengan warna merah, putih, hitam, kuning.

Waterpas : Alat ukur optis untuk mengukur beda tinggi.

Page 9: Dasar Dasar Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Sipat Datar

ix

Benang atas : Tanda garis horisontal berwarna hitam yang dapat

dilihat pada lensa okuler waterpas yang letaknya di atas

persilangan, dalam formulir ukur umumnya ditulis ba.

Benang tengah : Tanda garis berwarna hitam yang merupakan

perpotongan haris horisontal dan bertikalnya, bt.

Benang bawah : Seperti benang bawah, tetapi letaknya di bagian bawah

dari bt, ditulis bb.

Titik target : Merupakan titik yang ada di lapangan yang selalu

didirikan rambu ukur.

Page 10: Dasar Dasar Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Sipat Datar

x

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Setiap kegiatan belajar seorang peserta diklat pada prinsipnya

harus dapat melakukannya sendiri, sedangkan pemegang rambu ukur

bergantian, jadi bilamana seorang peserta diklat sedang melakukan

kegiatan belajar, maka peserta diklat yang lain berfungsi (untuk

sementara) sebagai pembantunya, demikian seterusnya bergantian.

Page 11: Dasar Dasar Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Sipat Datar

xi

TUJUAN

1. Tujuan Akhir

Peserta diklat dapat mengukur, menghitung dan mengkoreksi beda

tinggi dengan alat sipat datar.

2. Tujuan Antara

Peserta diklat mampu mengukur beda tinggi dengan alat sipat datar

sejauh 200 meter sampai 2 km dengan keakurasian < 12?L (km) mm

Page 12: Dasar Dasar Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Sipat Datar

1

KEGIATAN BELAJAR 1 PENGECEKAN ALAT UKUR SIPAT DATAR

A. Lembar Informasi

Pekerjaan pertama sebelum melakukan pengukuran beda tinggi

dengan waterpas adalah mengecek alat ini. Yang perlu dicek adalah

syarat utama dari waterpas, yaitu garis bidik telah sejajar dengan garis

arah nivo. Umumnya setelah beberapa kali pemakaian kondisi syarat

utama ini tidak terpenuhi, padahal syarat inilah yang dapat membantu

menghasilkan data ukuran yang akurat.

B. Lembar Kerja

Dengan dibekali rambu ukur dan waterpas, seorang peserta diklat

mampu melakukan pengecekan syarat utama, yaitu apakah garis bidik

atau garis visir atau garis kolimasi (waterpas) sejajar dengan garis arah

nivo.

1. Alat

a. Pita ukur

b. Waterpas

c. Rambu ukur

2. Bahan

Alat tulis

3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja

a. Lindungi gelembung nivo yang ada di waterpas dari terik matahari

dan hujan.

b. Dirikan waterpas di tempat yang stabil.

4. Langkah Kerja

a. Pasang dua rambu ukur di dua titik P dan Q yang berjarak 40 atau

50 atau 60 meter.

b. Dirikan waterpas ditengah-tengah PQ (lihat gambar)

c. Catat bacaan benang tengah (bt) di rambu P dan Q

Page 13: Dasar Dasar Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Sipat Datar

2

d. Selisihkan kedua bacaan bt tersebut pada no.3 (ini merupakan

beda tinggi antara titik P dan Q dari posisi waterpas di A)

e. Pindah waterpas, dan dirikan di titik B yang berjarak 30 m dari Q

(lihat gambar)

f. Baca lagi bt di P dan Q, selisihkan

g. Bilamana garis visir telah sejajar dengan garis arah nivo, maka

beda tinggi antara titik P dan Q dari dua kedudukan di A maupun di

B haruslah sama.

Gambar 1. Koreksi Garis Bidik

C. Lembar Latihan

1. Mengapa pembacaan benang atas (ba) dan benang bawah (bb) tidak

dicatat ? Jelaskan perlu/tidaknya data ba dan bb ini !

2. Bagaimana bila beda tinggi dari kedudukan WP di A dan B tidak

sama ? misalnya pada posisi WP di A bacaan bt (P) = 1926, di Q =

1462. Kemudian bacaan pada WP di B, bt (P) = 2445 dan di Q = 1945.

Page 14: Dasar Dasar Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Sipat Datar

3

KEGIATAN BELAJAR 2 WATERPASING SLAG

A. Lembar Informasi

Mendirikan waterpas di antara dua titik target merupakan pekerjaan

yang sering dijumpai di lapangan. Penempatan waterpas di antara dua

titik target ini tidak perlu segaris dengan kedua titik tersebut, yang penting

jarak di antara waterpas dan titik-titik tersebut diusahakan sama atau

hampir sama panjangnya. Dalam aplikasi sesungguhnya jarak-jarak

antara titik-titik tersebut panjangnya tidak diukur (secara optis) dengan alat

waterpas, tetapi diukur dengan alat ukur jarak langsung (misalnya pita

ukur, EDM dan lainnya). Pengukuran jarak secara optis dengan alat

waterpas ini digunakan untuk membandingkan dengan hasil yang

diperoleh dari pengukuran jarak langsung tersebut ataupun untuk

mengecek bacaan benang tengahnya, apakah telah memenuhi ketentuan

bahwa bt = ½ (ba + bb)

Satu kedudukan waterpas di antara dua titik target yang ditegakkan

rambu ukur disebut slag, pengukuran dalam satu hari terdiri dari beberapa

slag yang dikenal dengan istilah seksi, sedangkan trayek adalah panjang

pengukuran dari beberapa seksi, yang merupakan panjang dari satu

pekerjaan projek.

Gambar 2. Waterpasing Slag

Page 15: Dasar Dasar Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Sipat Datar

4

B. Lembar Kerja

1. Alat

a. Waterpas

b. 2 rambu ukur

2. Bahan

a. Lembar hitungan

b. Alat tulis

3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja

a. Lindungi gelembung nivo waterpas dari matahari dan hujan

b. Dirikan waterpas di tanah yang stabil

4. Langkah Kerja

Gambar 3. WP Memanjang

a. Tentukan dua titik P dan Q sejauh 200 sampai 500 m

b. Bagi panjang PQ dalam beberapa slag

c. Dirikan waterpas di tiap-tiap slag

d. Baca benang tengah di tiap slag, dengan menganggap bacaan bt

yang berlawanan dengan arah pengukuran menjadi arah belakang

(b), yang searah menjadi arah muka (m) dan catat pada lembar

kerja/formulir seperti di bawah ini

e. Hitung beda tinggi tiap-tiap slag

Page 16: Dasar Dasar Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Sipat Datar

5

f. Hitung koreksi beda tinggi dengan rumus :

Koreksi (C) = 1/n W (di mana n = jumlah slag, W = kesalahan

penutup). Untuk WP keliling W dihitung dengan menjumlahkan

hasil beda tinggi setiap slag sampai menutup, sedangkan untuk

WP memanjang W diperoleh dengan menghitung beda tinggi dari

dua titik ujung dan pangkal yang telah diketahui ketinggiannya

(dianggap benar), disebut titik Duga = Bench Mark (BM)

Posisi Waterpas

Posisi Rambu

Hasil Ukuran Bacaan bt Rambu

Jarak (J) Blkng Muka

Jb Jm

Perhitungan

Beda Tinggi ?H = b-muka

Tinggi (H) (meter)

Keterangan

P

WP1

Tp1

WP2

Tp2

WP3

Tp3

WP4

Tp4

WP5

Tp5

WP6 dan seterusnya

Q

Jumlah (? )

Page 17: Dasar Dasar Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Sipat Datar

6

C. Lembar Latihan

1. Apa faedah mendirikan waterpas berjarak sama, baik ke rambu

belakang maupun ke rambu depan di dalam setiap slag?

2. Di dalam satu seksi, apakah jumlah slag genap atau ganjil ada

pengaruhnya terhadap hasil pengukuran waterpasing?

Page 18: Dasar Dasar Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Sipat Datar

7

KEGIATAN BELAJAR 3 MENGHITUNG DATA SIPAT DATAR

A. Lembar Informasi

Tahap menghitung merupakan tahapan setelah diperolehnya data

pengukuran waterpasing, yaitu pembacaan benang tengah belakang dan

muka dari beberapa slag. Berikut ini akan diberikan data lapangan untuk

dicoba dihitung. Dua titik P dan Q dihitung beda tingginya. Titik P telah

diketahui tingginya, yaitu = 725.421 meter. Pengukuran beda tinggi ini

terdiri dari 6 slag (sketnya dapat dilihat pada gambar Kegiatan Belajar 2),

dengan data yang telah disusun dalam tabel seperti di bawah ini :

Posisi Waterpas

Posisi Rambu

Hasil Ukuran Bacaan bt Rambu

Jarak (J) Blkng muka

Jb Jm

Perhitungan Beda Tinggi ?H = b-m

Tinggi (H) (meter)

Keterangan

P 1426 0528 42.3

+725.421

Benar

WP1

tp1 0795 2828 49.3 50.4

WP2

tp2 1723 0389 50.4 48.4

WP3

tp3 2268 0864 47.5 60.0

WP4

tp4 1725 0430 50.0 47.5

WP5

tp5 1002 0978 60.2 50.0

WP6

Q 59.8

Page 19: Dasar Dasar Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Sipat Datar

8

B. Lembar Kerja

1. Alat

a. Data hasil pengukuran beda tinggi 6 slag

b. Calculator

2. Bahan

a. Formulir/lembar kerja hitungan waterpasing

b. Alat tulis

3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Usahakan kalkulator jangan sampai jatuh

4. Langkah Kerja

a. Siapkan formulir/lembar kerja, alat tulis dan kalkulator

b. Tepatkan dalam menaruh/menulis angka hasil hitungan dalam tabel

(pada baris dan kolom yang benar) agar mudah dipahami.

c. Hitung beda tinggi tiap slag, misalnya beda tinggi pada slag ke-1

berarti 1426 – 0528 = +0898. Letakkan hasil hitungan ini pada

kolom beda tinggi.

d. Tinggi dihitung dimulai dari tinggi titik P yang telah diketahui

ketinggiannya ditambah dengan beda tinggi hasil hitungan.

Contoh : tinggi titik pada tp1 = tinggi P (= 725.421 meter) + hasil

hitungan beda tinggi slag 1 (= +0898) = +726.319 meter.

e. Hitung sampai slag terakhir (slag ke-6) dan hitung tinggi titik Q.

C. Lembar Latihan

1. Untuk menghitung ketinggian titik Q saja, adakah cara lain selain dari

yang telah disebutkan dalam langkah kerja ?

2. Misalkan pada contoh di atas tinggi titik Q telah diketahui = +728.901

meter. Sedangkan tinggi titik Q dari hasil hitungannya berbeda,

bagaimana cara mengkoreksinya?

Page 20: Dasar Dasar Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Sipat Datar

9

KEGIATAN BELAJAR 4 MENGUKUR BEDA TINGGI DENGAN MENEMPATKAN

WATERPAS TIDAK DIANT ARA ATAU PADA TITIK TARGET

A. Lembar Informasi

Metode ini digunakan untuk menentukan beda tinggi di mana kedua

titik tersebut terletak pada ujung-ujung dari sungai atau sesuatu yang

menjorok ke dalam yang tidak mungkin ditempati/didirikan alat sipat datar.

B. Lembar Kerja

Dengan dibekali rambu ukur dan waterpas, seorang peserta diklat

mampu melakukan pengukuran beda tinggi antara dua titik yang

waterpasnya tidak dapat didirikan di antara kedua titik target.

1. Alat

a. Waterpas

b. Dua rambu ukur

2. Bahan

a. Formulir hitungan

b. Alat tulis

3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja

a. Lindungi gelembung nivo waterpas

b. Tempatkan waterpas pada tanah yang stabil

4. Langkah kerja

a. Dirikan rambu ukur di titik P dan Q (lihat gambar di bawah ini)

b. Dirikan waterpas di titik R

c. Baca bt rambu di P (= a) dan Q (= b)

d. Ukur tinggi waterpas (= ti)

e. Hitung beda tinggi PQ

f. Hitung beda tinggi QP

Page 21: Dasar Dasar Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Sipat Datar

10

Gambar 4. WP Alat di Luar Rambu

C. Lembar Latihan

1. Bila tinggi titik P diketahui, hitung tinggi Q

2. Bila tinggi titik Q diketahui, hitung tinggi P

3. Bila tinggi titik R diketahui, hitung tinggi P dan Q

Page 22: Dasar Dasar Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Sipat Datar

11

KEGIATAN BELAJAR 5 MENGUKUR BEDA TINGGI DENGAN MENEMPATKAN

WATERPAS PADA SALAH SATU TITIK

A. Lembar Informasi

Metode ini umumnya digunakan untuk pengukuran waterpasing

profil, di mana di lokasi telah ada titik stasion yang telah diketahui

ketinggiannya. Dengan demikian bilamana tinggi instrument waterpas (ti)

diukur (= tinggi garis bidik) dan dengan membaca rambu di titik-titik target

lainnya, maka tinggi titik-titik target ini dapat juga dihitung. Cara mengukur

beda tinggi ini disebut juga cara tinggi garis bidik.

B. Lembar Kerja

1. Alat

a. Waterpas

b. Satu atau beberapa rambu ukur

c. Meteran kecil

2. Bahan

Alat tulis

3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja

a. Lindungi gelembung nivo dari matahari dan hujan

b. Dirikan waterpas dengan kokoh

4. Langkah Kerja

a. Dirikan waterpas di salah satu titik yang telah diketahui

ketinggiannya (misalnya di P)

b. Dirikan rambu di titik-titik target, misalnya di Q

c. Baca benang tengah (bt) disetiap titik target, misalnya di Q = b

d. Ukur tinggi instrumen waterpas (ti)

e. Hitung beda tinggi PQ = ti – b

Page 23: Dasar Dasar Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Sipat Datar

12

Gambar 5. WP berdiri di salah satu titik

C. Lembar latihan

Apa perbedaan (?HPQ) = ti – b (?HQP) = b – ti?

Page 24: Dasar Dasar Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Sipat Datar

13

LEMBAR EVALUASI

Tes Kognitif (pengetahuan)

1. Perlukah ba (benang atas) dan bb (benang bawah) dalam pengukuran

beda tinggi ini dibaca (dicatat) ?

2. Perlukah tinggi alat waterpas diukur ?

3. Perlukah jarak diukur ?

4. Bagaimana mengetahui keakurasian pengukuran waterpasing

memanjang (tidak menutup) dari dua titik yang tidak diketahui

ketinggiannya ?

5. Apakah mengkoreksi hasil ukuran itu memperbaiki hasil ukuran ?

6. Bagaimana usahanya untuk memperoleh kualitas hasil ukuran yang

baik ?

7. Kualitas atau mutu hasil ukuran dipengaruhi oleh beberapa parameter,

antara lain, alat yang digunakan, metode yang dipakai dan juru ukur

atau pelaku yang mengerjakannya.

8. Diantara ketiga penempatan berdirinya waterpas, manakah yang

paling teliti hasil ukurannya, jelaskan !

Tes Psikhomotorik (tindakan)

1. Mengukur beda tinggi antara dua titik P dan Q, yang berjarak antara

1 km sampai 4 km, kemudian dibagi dalam beberapa slag. Titik P

dan Q merupakan titik tetap (telah diketahui dan dianggap benar

ketinggiannya), Hitung selisih beda tinggi hasil ukuran dengan beda

tinggi yang benar (dimisalkan = t).

2. Bilamana di sekolahan belum tersedia dua titik tetap seperti nomor 1

di atas, maka sebagai pengganti dapat dibuat route/jalurnya dari satu

titik P tidak ke titik Q, melainkan kembali lagi ke P, titik P dan Q

berimpit (waterpasing tertutup). Dalam hal ini, maka jumlah beda

tingginya (secara matematis) haruslah = nol, namun hasil pengukuran

Page 25: Dasar Dasar Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Sipat Datar

14

umumnya tidak sama dengan nol, besaran inilah yang merupakan

angka keakurasiannya (t) dan cara menentukan kriteria keberhasilan

sama dengan no. 1 di atas. Adapun jarak pengukuran (L) dalam kasus

ini adalah jumlah jarak tiap-tiap slag (dalam satuan km).

Page 26: Dasar Dasar Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Sipat Datar

15

LEMBAR KUNCI JAWABAN

Jawaban Lembar Latihan Kegiatan Belajar 1

1. Sebab hasil bacaan ba dan bb tidak diperlukan untuk pekerjaan ini,

kecuali sekadar untuk mengecek apakah bacaan bt-nya bagus/tidak,

yaitu dengan menggunakan rumus bt = ½ (ba + bb). Kelebihan data

yang tidak perlu dikenal dengan istilah duplikasi atau kelebihan data

(redudancy)

2. Dihitung ?H (PQ) dari WP di A = 1926 – 1462 = 0464. Kemudian

dihitung juga ?H (PQ) dari WP di B = 2445 – 1945 = 0500. Karena

kedua hasil beda tinggi tersebut tidak sama, maka perlu dikoreksi

dengan rumus : Corection = C = 3/2 (?H(PQ)B - ?H(PQ)A), sehingga

C = 3/2 (0500 – 0464) = 0054 mm. Koreksi ini diberikan pada

pembacaan di P dibetulkan menjadi 2445 – 0054 = 2391

Jawaban Lembar Latihan Kegiatan Belajar 2

1. Mendirikan waterpas di tengah-tengah antara kedua rambu di dalam

setiap slag dapatlah menghapus atau meminimalisir kesalahan alat

waterpas yang belum terpenuhinya syarat bahwa garis visir/bidik

/kolimasi telah sejajar garis arah nivo. Penjelasannya, lihat gambar di

bawah ini :

Keterangan : beda tinggi (?H) yang benar antara P dan Q = b – m,

tetapi karena ada kesalahan, maka ?H yang terbaca = b1 – m1,

Page 27: Dasar Dasar Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Sipat Datar

16

b1 – m1 = (b + b b1) – (m + m m1)

= (b – m) + (b b1 – m m1),

apabila (b b1 – m m1) = 0 atau b b1 = m m1, maka kesalahan ini

menjadi tidak ada, artinya beda tinggi yang benar sama dengan beda

tinggi dari hasil pengukuran (b1 – m1) = b – m. Keadaan ini terpenuhi

bilamana waterpass ada ditengah-tengah antara kedua rambu.

Karena berdasarkan rumus trigonometri, tangen e = b b1/TP atau

m m1/TQ, asalkan TP = TQ, maka masing-masing bacaan ke rambu

belakang dan muka memiliki kesalahan yang sama, karenanya dapat

saling meniadakan. Namun bilamana penempatan waterpas selalu

ditengah-tengah tersebut tidak selalu dapat dilakukan, maka usahakan

S jarak instrumen(WP) ke rambu belakang =

S jarak instrumen(WP) ke rambu muka, setiap seksinya.

2. Tidak. Dalam satu hari pengukuran (seksi) sebaiknya jumlah slag

diusahakan genap, hal ini untuk menghindari kesalahan yang

diakibatkan oleh kondisi rambu ukur, yaitu angka nol bagian bawah

telah aus.

Misal rambu ukur ke-1 memiliki kesalahan ?t1, rambu ke-2 memiliki

kesalahan (karena aus, atau dari pabrik) = ?t2

Pada slag ke-satu : ?H yang benar = t1 = a1 – b1, ?H yang terukur

t2 = a2 – b2, karena ada kesalahan pada rambu, maka :

t2 = (a1 + ?t1) – (b1 + ?t2)

= (a1 – b1) + (?t1 - ?t2) .......................... (1)

Page 28: Dasar Dasar Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Sipat Datar

17

Pada slag ke-dua :

?H yang benar (t1) = c1 – d1,

yang terukur (t2) = c2 – d2,

= (c1 + ?t2) – (d1 + ?t1)

= (c1 – d1) + (?t2 - ?t1) ..........................(2)

Dari dua persamaan di atas, dapat dihitung :

Slag ke-1 : t2 = (a1 – b1) + (?t1 - ?t2)

Slag ke-2 : t2 = (c1 – d1) + (?t2 - ?t1) ___ _______________________ +

= (a1 + c1) – (b1 +d1) ..........................(3)

Persamaan (3) jumlah slag ke-1 dan ke-2 sudah tidak ada unsur

?t1 maupun ?t2nya. Asalkan dalam satu seksi jumlah slag genap

dan menggunakan rambu ukur bergantian (bila pada slag ke-1

sebagai rambu belakang, maka pada slag ke-2 menjadi rambu

depan).

Jawaban Lembar Latihan Kegiatan Belajar 3

1. Bilamana yang ingin dihitung hanyalah tinggi titik Q saja, artinya

ketinggian titik-titik bantu lainnya tak perlu dihitung, yaitu dengan cara

sebagai berikut :

Jumlahkan seluruh beda tinggi kebelakang dan kemuka, kemudian

selisihkan :

?H (PQ) = S bt belakang – S bt muka = 8939 – 5471 = +3468

S bt belakang = 1426 + 0795 + 1723 + 2268 + 1725 + 1002 = 8939

S bt muka = 0528 + 2282 + 0389 + 0864 + 0430 + 0978 = 5471

Tinggi titik Q = Tinggi titik P + ?H (PQ) = 725.421 + 3468 = 728.889

Page 29: Dasar Dasar Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Sipat Datar

18

Posisi Waterpas

Posisi Rambu

Hasil Ukuran

Bacaan bt Rambu

Jarak (J) Blkng muka

Jb Jm

Perhitungan

Beda Tinggi ?H = b-muka

Tinggi (H) (meter)

Keterangan

P

1426 0528

42.3

+725.421

Benar

WP1 +0898

Tp1 0795 2828 49.3 50.4

+726.319

WP2 -1487

tp2 1723 0389 50.4 48.4

+724.832

WP3 +1334

tp3 2268 0864 47.5 60.0

+726.166

WP4 +1404

tp4 1725 0430 50.0 47.5

+727.570

WP5 +1295

tp5 1002 0978 60.2 50.0

+728.865

WP6 +0024

Q 59.8

+728.889

Jumlah (S) 8939 5471 2997 3161

+3468

Page 30: Dasar Dasar Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Sipat Datar

19

2. Bilamana dimisalkan tinggi titik Q = +728.901 meter, maka :

?H (PQ) yang benar = tinggi Q – tinggi P

= 728.901 – 725.421 = +3480

sedangkan beda tinggi hasil pengukuran diperoleh = +3468, sehingga

ada perbedaan, disebut kesalahan penutup tinggi. Kesalahan ini

dibagi dalam tiap slag, caranya sebagai berikut :

Koreksi = 1/n . W (Koreksi = - kesalahan), dalam hal ini :

n adalah jumlah slag,

W = ?H(PQ) ukuran - ?H(PQ) benar = 3468 – 3480 = - 0012.

Koreksi = 1/6 x (+0012) = +0002 meter ( = 2mm)

Posisi Waterpas

Posisi Rambu

Perhitungan

Beda Tinggi ?H = b-muka

Tinggi (H) (meter)

Keterangan

P

+725.421

Benar

WP1 +0900

tp1 +726.321

WP2 -1485

tp2 +724.836

WP3 +1336

tp3 +726.172

WP4 +1406

tp4 +727.578

WP5 +1297

tp5 +728.875

WP6 +0026

Q +728.901

Sama

Page 31: Dasar Dasar Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Sipat Datar

20

Jawaban Lembar Latihan Kegiatan Belajar 4

1. Bila tinggi P(tP) diketahui, maka tQ = tP + ?HPQ = tP + a-b

2. Bila tinggi Q(tQ) diketahui, maka tP = tQ + ?HQP = tQ + b-a

3. Bila tinggi R(tR) diketahui, maka tP = tR + ti – a

tQ = tR +ti – b

Jawaban Lembar Latihan Kegiatan Belajar 5

Tinggi instrumen waterpas (ti) anggaplah sebagai pembacaan ke

belakang, tetapi karena tinggi titik P diketahui, maka ?HPQ = ti – b. Dalam

contoh ini ti – b negatif (ti < b). Beda tinggi dari Q ke P, ?HQP = b – ti,

hasilnya positif. Jadi bilamana tQ = tP + ?HPQ hasilnya tidak sesuai,

sebab Q harus lebih rendah dari P. Dari dua keadaan ini dapat

disimpulkan bahwa ?HQP = - ?HPQ.

Jawaban Tes Kognitif (Pengetahuan)

1. Pada prinsipnya tidak ada keharusan, tetapi untuk mengecek baik

tidaknya bacaan benang tengah, tidak ada salahnya dicatat juga.

Pengecekan bacaan bt digunakan formulasi bahwa bt = ½ (ba +bb).

2. Sama sekali tidak perlu, kecuali bila waterpas didirikan disalah satu titik

yang akan diukur beda tingginya.

3. Perlu, tetapi dengan pita ukur atau sejenisnya dan tidak dengan alat

waterpas.

4. Lakukan pengukuran waterpasing pergi dan pulang (pergi maupun

pulangnya boleh dalam 1 seksi ataupun 1 trayek) atau pengukuran

dengan 2 kedudukan alat (dauble stand) pada setiap slagnya.

Keakurasian diketahui dengan perbedaan beda tinggi hasil ukuran

pergi dan pulang atau perbedaan hasil ukuran kedudukan 1 (stand 1)

dan kedudukan 2. Perbedaan inilah yang merupakan kesalahan,

sehingga keakurasian pengukuran dikategorisasi dengan 2 v L, atau

4 v L dan seterusnya.

Page 32: Dasar Dasar Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Sipat Datar

21

5. Tidak, koreksi merupakan pembagian kesalahan dan bukan mengubah

atau memperbaiki atau membuat mutu hasil ukuran menjadi baik.

6. Kualitas atau mutu hasil ukuran dipengaruhi oleh beberapa parameter,

antara lain, alat yang digunakan, metode yang dipakai, dan juru ukur

atau pelaku yang mengerjakannya.

7. Dari ketiga cara yang telah dijelaskan, maka cara pertama (dengan

menempatkan waterpas berdiri di antara dua rambu ukur) memberikan

ketelitian yang lebih baik dibanding kedua cara lainnya. Pada cara

kedua (kegiatan belajar ke 4) pembacaan benang tengah = a kurang

teliti dibanding dengan pembacaan b. Pada cara ke ketiga (kegiatan

belajar 5) pengukuran tinggi instrumen waterpas (ti) kurang teliti

dibanding pembacaan benang tengah (= b). Sedangkan pada cara

pertama (kegiatan belajar 2) pembacaan benang tengah a dan b dapat

diusahakan sama teliti, yaitu dengan cara menempatkan waterpas di

tengah-tengah antara titik target P dan Q.

Jawaban Tes Psikhomotorik (tindakan)

Untuk mengetahui kualitas hasil ukuran, dapat dibuat kategorisasi sebagai

berikut :

1. Untuk nilai A, t harus memenuhi 2vL (L dalam km) mm sampai 4vL

(L dalam km) mm

2. Untuk nilai B, t berada antara 5vL sampai 10vL mm

3. Untuk nilai C, t berada antara 11vL sampai 18vL mm

4. Untuk nilai D, t lebih besar dari 18vL mm

Page 33: Dasar Dasar Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Sipat Datar

22

DAFTAR PUSTAKA

Brinker, Russel C., Wolf, Paul R. 1987. Dasar-dasar Pengukuran Tanah

(Surveying). alih bahasa : Joko Walijatun. Edisi Ketujuh. Jakarta : Erlangga.

Dugdale, R.H. 1986. Ilmu Ukur Tanah. alih bahasa : Nur Hasan. Jakarta :

Erlangga. Irvine, William. 1995. Penyigian untuk Konstruksi. alih bahasa : Lien

Tumewu. Edisi Kedua. Bandung : Penerbit ITB. Umaryono U. Purworahardjo. 1986. Pengukuran Tinggi. Bandung :

Jurusan Teknik Geodesi, FTSP, Institut Teknologi Bandung.

Page 34: Dasar Dasar Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Sipat Datar

iv

PETA MODUL BIDANG KEAHLIAN TEKNIK BANGUNAN Program Keahlian : Teknik Survai dan Pemetaan

Tingkat I Tingkat II Tingkat III BAG-TGB.001.A BAG-TSP.002.A BAG-TSP.005.A BAG-TGB.001.A-01 BAG-TSP.002.A-33 BAG-TSP.005.A-41 BAG-TSP.005.A-42 BAG-TGB.001.A-02 BAG-TSP.002.A-34 BAG-TSP.005.A-43 BAG-TSP.005.A-44 BAG-TGB.001.A-03 BAG-TSP.002.A-35 BAG-TSP.005.A-45 BAG-TGB.001.A-04 BAG-TSP.003.A BAG-TGB.001.A-05 BAG-TSP.003.A-36 BAG-TSP.006.A BAG-TGB.001.A-06 BAG-TSP.006.A-46 BAG-TGB.001.A-07 BAG-TSP.003.A-37 BAG-TSP.006.A-47 BAG-TSP.001.A BAG-TSP.004.A BAG-TSP.001.A-32 BAG-TSP.004.A-38 BAG-TSP.006.A-48 BAG-TKB.001.A BAG-TSP.004.A-39 BAG-TSP.007.A BAG-TKB.001.A-71 BAG-TSP.007.A-49 BAG-TKB.001.A-72 BAG-TSP.004.A-40 BAG-TSP.007.A-50 BAG-TKB.001.A-73 BAG-TSP.007.A-51 BAG-TKB.001.A-74 BAG-TSP.007.A-52 BAG-TKB.001.A-75 BAG-TKB.001.A-76 BAG-TKB.002.A BAG-TKB.002.A-77 BAG-TKB.002.A-78 BAG-TKB.002.A-79 BAG-TKB.002.A-80

BAG-TKB.002.A-81

BAG-TKB.003.A BAG-TKB.003.A-82 BAG-TKB.003.A-83 BAG-TKB.003.A-84 Keterangan : BAG : Bidang Keahlian Teknik Bangunan TGB : Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan TSP : Program Keahlian Teknik Survai dan Pemetaan TKB : Program Keahlian Teknik Konstruksi Bangunan TPK : Program Teknik Perkayuan TPS : Program Teknik Plambing dan Sanitasi

: Modul yang dibuat