DASAR-DASAR PENGUKURAN BEDA TINGGI DENGAN ALAT SIPAT DATAR BAG- TSP.002.A-33 90 JAM Penyusun : TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL EDISI 2001
34
Embed
Dasar Dasar Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Sipat Datar
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
DASAR-DASAR
PENGUKURAN BEDA TINGGI DENGAN ALAT
SIPAT DATAR
BAG-TSP.002.A-33
90 JAM
Penyusun :
TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL EDISI 2001
ii
KATA PENGANTAR
Modul dengan judul “Dasar-Dasar Pengukuran Beda Tinggi dengan
Alat Sipat Datar” merupakan alat yang digunakan sebagai panduan
praktikum peserta diklat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk
membentuk salah satu bagian dari kompetensi Melaksanakan
Pengukuran Posisi Vertikal.
Modul ini mengetengahkan materi cara pengecekan alat ukur sipat
datar, waterpasing slag, menghitung data sipat datar, mengukur beda
tinggi dengan mendirikan alat pada salah satu titik dan mendirikan alat di
belakang atau di muka salah satu titik (stasion). Modul ini terkait dengan
modul lain yang membahas Apikasi Pengukuran Beda Tinggi dengan Alat
Sipat Datar dan Mengukur Beda Tinggi dengan Cara Trigonometri dan
Barometri.
Dengan modul ini peserta diklat dapat melaksanakan praktik tanpa
harus banyak dibantu oleh instruktur.
Tim Penyusun
iii
DESKRIPSI JUDUL
Modul ini terdiri dari lima kegiatan belajar, yang mencakup : dasar-
dasar penentuan beda tinggi dengan alat sipat datar meliputi pengecekan
alat, waterpasing slag, menghitung data ukur beda tinggi, mengukur beda
tinggi dengan mendirikan alat pada salah satu titik dan mendirikan alat di
belakang atau di muka salah satu titik (stasion).
Pada kegiatan belajar 1 membahas tentang pengecekan waterpass
yaitu garis bidik telah sejajar dengan garis arah nivo. Kegiatan belajar 2
membahas tentang mendirikan waterpass di antara dua titik target.
Kegiatan 3 membahas tentang pembacaan benang tengah belakang dan
muka dari beberapa slag. Kegiatan 4 membahas tentang menentukan
beda tinggi di mana kedua titik terletak pada ujung-ujung dari sungai atau
sesuatu yang menjorok ke dalam yang tidak mungkin ditempati/didirikan
alat sipat datar. Kegiatan 5 membahas tentang pengukuran waterpassing
profil di mana di lokasi telah ada titik stasion yang telah diketahui
ketinggiannya.
iv
PETA KEDUDUKAN MODUL
v
PRASYARAT
Untuk melaksanakan modul Dasar-dasar Pengukuran Beda Tinggi
dengan Alat Sipat Datar memerlukan kemampuan awal yang harus dimiliki
peserta diklat, yaitu :
? Peserta diklat telah menguasai Matematika dasar, terutama
trigonometri, satuan-satuan panjang.
? Peserta diklat telah menguasai Fisika cahaya, khususnya
hukum-hukum pembiasan pada lensa.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DESKRIPSI JUDUL ................................................................................. iii
PETA KEDUDUKAN MODUL ................................................................ iv
PRASYARAT ............................................................................................ v
DAFTAR ISI ............................................................................................... vi
PERISTILAHAN ........................................................................................ viii
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL .................................................. x
TUJUAN ..................................................................................................... xi
KEGIATAN BELAJAR 1
PENGECEKAN ALAT UKUR SIPAT DATAR....................................... 1
A. Lembar Informasi ................................................................... 1
B. Lembar Kerja .......................................................................... 1
C. Lembar Latihan ....................................................................... 2
Tinggi titik Q = Tinggi titik P + ?H (PQ) = 725.421 + 3468 = 728.889
18
Posisi Waterpas
Posisi Rambu
Hasil Ukuran
Bacaan bt Rambu
Jarak (J) Blkng muka
Jb Jm
Perhitungan
Beda Tinggi ?H = b-muka
Tinggi (H) (meter)
Keterangan
P
1426 0528
42.3
+725.421
Benar
WP1 +0898
Tp1 0795 2828 49.3 50.4
+726.319
WP2 -1487
tp2 1723 0389 50.4 48.4
+724.832
WP3 +1334
tp3 2268 0864 47.5 60.0
+726.166
WP4 +1404
tp4 1725 0430 50.0 47.5
+727.570
WP5 +1295
tp5 1002 0978 60.2 50.0
+728.865
WP6 +0024
Q 59.8
+728.889
Jumlah (S) 8939 5471 2997 3161
+3468
19
2. Bilamana dimisalkan tinggi titik Q = +728.901 meter, maka :
?H (PQ) yang benar = tinggi Q – tinggi P
= 728.901 – 725.421 = +3480
sedangkan beda tinggi hasil pengukuran diperoleh = +3468, sehingga
ada perbedaan, disebut kesalahan penutup tinggi. Kesalahan ini
dibagi dalam tiap slag, caranya sebagai berikut :
Koreksi = 1/n . W (Koreksi = - kesalahan), dalam hal ini :
n adalah jumlah slag,
W = ?H(PQ) ukuran - ?H(PQ) benar = 3468 – 3480 = - 0012.
Koreksi = 1/6 x (+0012) = +0002 meter ( = 2mm)
Posisi Waterpas
Posisi Rambu
Perhitungan
Beda Tinggi ?H = b-muka
Tinggi (H) (meter)
Keterangan
P
+725.421
Benar
WP1 +0900
tp1 +726.321
WP2 -1485
tp2 +724.836
WP3 +1336
tp3 +726.172
WP4 +1406
tp4 +727.578
WP5 +1297
tp5 +728.875
WP6 +0026
Q +728.901
Sama
20
Jawaban Lembar Latihan Kegiatan Belajar 4
1. Bila tinggi P(tP) diketahui, maka tQ = tP + ?HPQ = tP + a-b
2. Bila tinggi Q(tQ) diketahui, maka tP = tQ + ?HQP = tQ + b-a
3. Bila tinggi R(tR) diketahui, maka tP = tR + ti – a
tQ = tR +ti – b
Jawaban Lembar Latihan Kegiatan Belajar 5
Tinggi instrumen waterpas (ti) anggaplah sebagai pembacaan ke
belakang, tetapi karena tinggi titik P diketahui, maka ?HPQ = ti – b. Dalam
contoh ini ti – b negatif (ti < b). Beda tinggi dari Q ke P, ?HQP = b – ti,
hasilnya positif. Jadi bilamana tQ = tP + ?HPQ hasilnya tidak sesuai,
sebab Q harus lebih rendah dari P. Dari dua keadaan ini dapat
disimpulkan bahwa ?HQP = - ?HPQ.
Jawaban Tes Kognitif (Pengetahuan)
1. Pada prinsipnya tidak ada keharusan, tetapi untuk mengecek baik
tidaknya bacaan benang tengah, tidak ada salahnya dicatat juga.
Pengecekan bacaan bt digunakan formulasi bahwa bt = ½ (ba +bb).
2. Sama sekali tidak perlu, kecuali bila waterpas didirikan disalah satu titik
yang akan diukur beda tingginya.
3. Perlu, tetapi dengan pita ukur atau sejenisnya dan tidak dengan alat
waterpas.
4. Lakukan pengukuran waterpasing pergi dan pulang (pergi maupun
pulangnya boleh dalam 1 seksi ataupun 1 trayek) atau pengukuran
dengan 2 kedudukan alat (dauble stand) pada setiap slagnya.
Keakurasian diketahui dengan perbedaan beda tinggi hasil ukuran
pergi dan pulang atau perbedaan hasil ukuran kedudukan 1 (stand 1)
dan kedudukan 2. Perbedaan inilah yang merupakan kesalahan,
sehingga keakurasian pengukuran dikategorisasi dengan 2 v L, atau
4 v L dan seterusnya.
21
5. Tidak, koreksi merupakan pembagian kesalahan dan bukan mengubah
atau memperbaiki atau membuat mutu hasil ukuran menjadi baik.
6. Kualitas atau mutu hasil ukuran dipengaruhi oleh beberapa parameter,
antara lain, alat yang digunakan, metode yang dipakai, dan juru ukur
atau pelaku yang mengerjakannya.
7. Dari ketiga cara yang telah dijelaskan, maka cara pertama (dengan
menempatkan waterpas berdiri di antara dua rambu ukur) memberikan
ketelitian yang lebih baik dibanding kedua cara lainnya. Pada cara
kedua (kegiatan belajar ke 4) pembacaan benang tengah = a kurang
teliti dibanding dengan pembacaan b. Pada cara ke ketiga (kegiatan
belajar 5) pengukuran tinggi instrumen waterpas (ti) kurang teliti
dibanding pembacaan benang tengah (= b). Sedangkan pada cara
pertama (kegiatan belajar 2) pembacaan benang tengah a dan b dapat
diusahakan sama teliti, yaitu dengan cara menempatkan waterpas di
tengah-tengah antara titik target P dan Q.
Jawaban Tes Psikhomotorik (tindakan)
Untuk mengetahui kualitas hasil ukuran, dapat dibuat kategorisasi sebagai
berikut :
1. Untuk nilai A, t harus memenuhi 2vL (L dalam km) mm sampai 4vL
(L dalam km) mm
2. Untuk nilai B, t berada antara 5vL sampai 10vL mm
3. Untuk nilai C, t berada antara 11vL sampai 18vL mm
4. Untuk nilai D, t lebih besar dari 18vL mm
22
DAFTAR PUSTAKA
Brinker, Russel C., Wolf, Paul R. 1987. Dasar-dasar Pengukuran Tanah
(Surveying). alih bahasa : Joko Walijatun. Edisi Ketujuh. Jakarta : Erlangga.
Dugdale, R.H. 1986. Ilmu Ukur Tanah. alih bahasa : Nur Hasan. Jakarta :
Erlangga. Irvine, William. 1995. Penyigian untuk Konstruksi. alih bahasa : Lien
Tumewu. Edisi Kedua. Bandung : Penerbit ITB. Umaryono U. Purworahardjo. 1986. Pengukuran Tinggi. Bandung :
Jurusan Teknik Geodesi, FTSP, Institut Teknologi Bandung.
iv
PETA MODUL BIDANG KEAHLIAN TEKNIK BANGUNAN Program Keahlian : Teknik Survai dan Pemetaan
Tingkat I Tingkat II Tingkat III BAG-TGB.001.A BAG-TSP.002.A BAG-TSP.005.A BAG-TGB.001.A-01 BAG-TSP.002.A-33 BAG-TSP.005.A-41 BAG-TSP.005.A-42 BAG-TGB.001.A-02 BAG-TSP.002.A-34 BAG-TSP.005.A-43 BAG-TSP.005.A-44 BAG-TGB.001.A-03 BAG-TSP.002.A-35 BAG-TSP.005.A-45 BAG-TGB.001.A-04 BAG-TSP.003.A BAG-TGB.001.A-05 BAG-TSP.003.A-36 BAG-TSP.006.A BAG-TGB.001.A-06 BAG-TSP.006.A-46 BAG-TGB.001.A-07 BAG-TSP.003.A-37 BAG-TSP.006.A-47 BAG-TSP.001.A BAG-TSP.004.A BAG-TSP.001.A-32 BAG-TSP.004.A-38 BAG-TSP.006.A-48 BAG-TKB.001.A BAG-TSP.004.A-39 BAG-TSP.007.A BAG-TKB.001.A-71 BAG-TSP.007.A-49 BAG-TKB.001.A-72 BAG-TSP.004.A-40 BAG-TSP.007.A-50 BAG-TKB.001.A-73 BAG-TSP.007.A-51 BAG-TKB.001.A-74 BAG-TSP.007.A-52 BAG-TKB.001.A-75 BAG-TKB.001.A-76 BAG-TKB.002.A BAG-TKB.002.A-77 BAG-TKB.002.A-78 BAG-TKB.002.A-79 BAG-TKB.002.A-80
BAG-TKB.002.A-81
BAG-TKB.003.A BAG-TKB.003.A-82 BAG-TKB.003.A-83 BAG-TKB.003.A-84 Keterangan : BAG : Bidang Keahlian Teknik Bangunan TGB : Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan TSP : Program Keahlian Teknik Survai dan Pemetaan TKB : Program Keahlian Teknik Konstruksi Bangunan TPK : Program Teknik Perkayuan TPS : Program Teknik Plambing dan Sanitasi