Ir. Muhammad Yusuf Firdaus
Ir. Muhammad Yusuf Firdaus
Limbah:
Sisa suatu hasil usaha dan/atau kegiatan.
Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3):
Sisa suatu hasil usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahanberbahaya dan/atau beracun, yang karena sifatnya dan/ataukonsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupuntidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkunganhidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.
PRODUKPROSESPRODUKSI
WWTP
AIR LIMBAH/
LIMBAH CAIR
SLUDGE
AIR BUANGAN
(PP-82/2001/KEPMENLH-51/95)
LIMBAH B3
(PP-18/99)LIMBAH B3
(PP-18/99)
LIMBAH B3
(PP-18/99)
LIMBAH GASLIMBAH CAIR
LIMBAH PADAT(PP-18/99)
BAHAN BAKU
Berpedoman pada PP 18/1999 jo. PP 85/1999
Berdasarkan asal/sumber limbah:
Lampiran 1: Tabel-1, Tabel-2 dan Tabel-3
Berdasarkan karakteristik
WASTE CODE POLLUTANT
Halogenated Solvents
D1001a Tetrachloroethylene
D1002a Trichloroethylene
D1003a Methylene Chloride
D1004a 1,1,2-Trichloro-1,2,2-Trifluoroethane
D1005a Trichlorofluoromethane
D1006a Ortho-dichlorobenzene
D1007a Chlorobenzene
D1008a Trichloroethane
D1009a Chlorinated fluorocarbon
D10010a Carbon tetrachloride
Non-Halogenated Solvents
D1001b Dimethylbenzene
D1002b Acetone
D1003b Ethyl Acetate
D1004b Ethyl Benzene
WASTE CODE
TYPE OF INDUSTRY/
ACTIVITY
ACTIVITY
CODE
POLLUTION SOURCE
ORIGIN/ WASTE DESCRIPTION
MAIN POLLUTION
D201 FERTILIZERS 2412 Process of ammonia, urea and/or
phosphide acid production
Waste water treatment plant that processes effluent from the above production
- Spent catalyst - Sludge from production process - Laboratory waste - Sludge of waste water treatment plant - Used activated carbon
- Heavy metals (Particularly As, Hg) - Sulfides/ammonium compound
D202
PESTICIDES Organic and inorganic materials used to remove or control pest or weeds (insectiside, herbiside , fungiside, algaside, rodenside, defoliant)
2421
- MFDP1 pesticides - Storage and packing of pesticides - Waste water treatment plant that
process effluent from production process of pesticides
- Sludge of waste water treatment plant - Packing and accessory equipment
- Off-spec2 product
- Residue from production and formulation process - Used solvent - Absorbent and used filter - Residue from distillation and evaporation process - Dust collection - Laboratory waste - Residue from incinerator
Pesticides active substances
Halogenated hydrocarbon
Combustible solvent
Metals and heavy metals (especially As, Pb, Hg, Cu, Zn and Th)
Sn-organic compound
WASTE CODE POLLUTANT
D3035 Butyl aldehyde
D3036 Cadmium and its compounds
D3037 Calcium chromate
D3038 Amoniacal copper arsenate
D3039 Carbonic dichloride
D3040 Carbon disulfide
D3041 Carbon tetrachloride
D3042 Chloroacetaldehyde
D3043 Chlorodane, alfa & betha isomers
D3044 Chlorethane (ethylchloride)
D3045 Chloroethene (vinyl chloride)
D3046 Chlorodibromomethane
D3047 Chloroform
D3048 p-Chloroaniline
D3049 2-Chloroethyl vinyl ether
D3050 Chloromethyl methyl ether
D3051 Chromic acid
D3052 Chromium and its compounds
D3053 Cyanide and its compounds
D3054 Creosote
• Adalah proses penentuan karakteristik (sifat)limbah B3.
• Harus dilakukan minimal 1 (satu) kali.
• Dilakukan melalui uji laboratorium.
• Pada limbah tertentu dapat dilakukan melaluiobservasi data pada MSDS (mis: bahan kimiakadaluarsa).
• Untuk menentukan metode pengolahan yang sesuai.
• Untuk menentukan simbol dan label yang akan digunakandalam pengemasan dan penyimpanan.
• Untuk menentukan kemasan yang sesuai.
• Sebagai panduan dalam segregasi di gudang penyimpanan.
• Untuk pengisian Manifest limbah B3.
• Untuk menentukan plackard di kendaraan pengangkut.
Mudah meledak (peroksida organik)
Mudah terbakar (titik nyala <60 oC)
Reaktif (sulfida, sianida, ammonia bearing)
Korosif (pH <2 atau pH>12,5)
Infeksius (limbah medis)
Beracun – uji TCLP (Lampiran 2)
Beracun – toksikologi akut (LD50<15g/kg BB)
Beracun – toksikologi kronis (Lampiran 3)
KODE LIMBAH PARAMETER
KONSENTRASI DALAM EKSTRAKSI
LIMBAH (mg/l)
(TCLP)
D 4001 Aldrin + Dieldrin 0.07
D 4002 Arsenic 5.0
D 4003 Barium 100
D 4004 Benzene 0.5
D 4005 Boron 500
D 4006 Cadmium 1
D 4007 Carbon tetrachloride 0.5
D 4008 Chlordane 0.03
D 4009 Cholorobenzene 100
D 4010 Chloroform 6
D 4011 Chromium 5
D 4012 Copper 10
D 4013 o-Cresol 200
D 4014 m-Cresol 200
D 4015 p-Cresol 200
D 4016 Total Cresol 200
D 4017 Cyanide (free) 20
KODE LIMBAH KODE UMUM
D 5001 Acethonitrile
D 5002 Acethophenone
D 5003 2-Acetylaminefluorene
D 5004 Acetyl chloride
D 5005 1-Acethyl-2-thiourea
D 5006 Acidic solutions or acid in solid form
D 5007 Acrolein
D 5008 Acrylamide
D 5009 Acrylonitrile
D 5010 Aflatoxins
D 5011 Aldicarb
D 5012 Aldicarb sulfone
D 5013 Aldrin
D 5014 Allyl alcohol
D 5015 Allyl chloride
BERACUN
AKUT
(LD50)
BERACUN
(TCLP)INFEKSIUS
MUDAH
MELEDAK
MUDAH
TERBAKARREAKTIFKOROSIF
LAMP. 1
PP-18/99 :
- TABEL-1
- TABEL-2
- TABEL-3
LIMBAH
B3
LIMBAH
NON-B3
LIMBAH
YA
YA
YA YA YA YA YA YA
TIDAK
BERACUN
KRONIS
(LAMP. 3)
YA
Tragedi Minamata, Jepang, 1950-an
Tragedi Love Canal, USA, 1970-an
Pintu air Banjir Kanal, Jakarta Pusat, Juni 2007
Waduk Sutami, Jawa Timur, 2007
Bantar Gebang Landfill Cipayung Depok
Bogor Leuwi Gajah
Undang-undang No.32/2009Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Peraturan Pemerintah No. 18/1999Pengelolaan Limbah B3
Peraturan Pemerintah No. 85/1999Perubahan / Revisi Beberapa Pasal PP-18/99
Keputusan Kepala BAPEDAL Kep-01/BAPEDAL/09/1995Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan danPengumpulan Limbah B3
Keputusan Kepala BAPEDAL Kep-02/BAPEDAL/09/1995Dokumen Limbah B3
Keputusan Kepala BAPEDAL Kep-03/BAPEDAL/09/1995Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah B3
Keputusan Kepala BAPEDAL Kep-04/BAPEDAL/09/1995Tata Cara dan Persyaratan Penimbunan Hasil Pengolahan,Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan dan PenimbunanLimbah B3
Keputusan Kepala BAPEDAL Kep-05/BAPEDAL/09/1995Simbol dan Label Limbah B3
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 14/2013Simbol dan Label Limbah B3, pengganti Kep-05/BAPEDAL/09/1995)
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 18/2009Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah B3
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 33/2009Tata Cara Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah B3
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 02/2008Pemanfaatan Limbah B3
Pelaku manajemen limbah B3 yang diatur dalamPP-18/1999 jo PP-85/1999:
Penghasil
Pengumpul
Pengangkut
Pemanfaat
Pengolah
Penimbun Akhir
Dilarang membuang limbah B3 secara langsung ke lingkungan – pasal 3.
Dilarang melakukan pengenceran untuk maksud menurunkan zat racun danbahaya limbah B3 – pasal 4.
Melakukan reduksi , mengolah dan/atau menimbun limbah B3 sesuai denganpersyaratan/teknologi yang ada – pasal 9(1).
Dapat mengekspor limbah B3, jika tidak mampu diolah di dalam negeri – pasal9(3).
Penyerahan limbah B3 ke pihak lain tidak mengurangi tanggung jawab penghasillimbah B3 untuk mengolah limbah B3 yang dihasilkannya – pasal 9(5).
Dapat menyimpan limbah B3 paling lama 90 hari sebelum diserahkan kepengumpul/pemanfaat/pengolah/penimbun (jika limbah B3> 50 kg per hari) – pasal10.
Mencatat waktu penyerahan dan identitas pengangkut/ pemanfaat / pengolah /penimbun – pasal 11(1).
Pelaporan minimal setiap 6 bulan kepada KLH, tembusan ke Bupati /Walikotamadya ybs – pasal 11(2).
Membuat catatan tentang: – pasal 13 (1).
Jenis, karakteristik, jumlah limbah B3 dan waktu diterimanya limbahB3 dari penghasil limbah B3.
Jenis, karakteristik, jumlah dan waktu penyerahan limbah B3 kepadapemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah B3.
Nama pengangkut limbah B3 yang melaksanakan pengiriman kepemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah B3.
Pelaporan minimal setiap 6 bulan kepada KLH, tembusan keBupati/Walikotamadya ybs – pasal 13 (2).
Dapat menyimpan limbah B3 paling lama 90 hari sebelumdiserahkan ke pemanfaat/pengolah/penimbun – pasal 14.
Penghasil dapat bertindak sebagai pengangkut, wajib memenuhiketentuan sebagai pengangkut – pasal 15.
Penangkutan limbah B3 wajib disertai dokumen limbah B3 – pasal16.
Dokumen limbah B3 mengacu pada Kep-02/BAPEDAL/09/1995.
Rekomendasi dari KLH, izin dari Departemen Perhubungan.
Dapat menyimpan limbah B3 sebelum dimanfaatkan maksimum 90hari – pasal 20.
Penghasil dapat bertindak sebagai pemanfaat.
Jika menghasilkan limbah B3, maka wajib memenuhi ketentuansebagai penghasil limbah B3.
Jika melakukan pengangkutan, wajib memenuhi ketentuan sebagaipengangkut limbah B3.
Wajib mencatat sumber limbah/jenis/karakteristik/jumlah limbahB3 yang dikumpulkan/dimanfaatkan dan produk yang dihasilkanserta identitas pengangkut .
Pelaporan minimal setiap 6 bulan ke KLH , tembusan keBupati/Walikotamadya ybs – pasal 22.
Memiliki izin Bapedal (PT PPLi: Kep-67/Bapedal/05/1994).
Dapat dilakukan oleh penghasil.
Menyimpan limbah B3 yang akan diolah / dihasilkan maksimum 90 hari– pasal 23.
Mencatat sumber, jenis, karakteristik, jumlah limbah yang diolah.
Melaporkan kegiatan pengolahan limbah B3 minimal setiap 6 bulan keKLH, tembusan ke Bupati / Walikotamadya dan Gubernur – pasal 24.
Melakukan pemantauan dan melaporkannya setiap 3 bulan ke MenLH,tembusan Bupati/Walikotamadya dan Gubernur.
Memiliki sistem tanggap darurat.
Memiliki izin operasi dari Bapedal.
Memenuhi persyaratan lokasi.
Memenuhi persyaratan Landfill.
Memenuhi tatacara & persyaratan penimbunan limbah B3.
Memenuhi persyaratan bagi lokasi bekas penimbunan limbah B3.
Memiliki sistem tanggap darurat.
Pollution prevention
Polluter pays
From cradle to grave
Treatment and disposal close to the generator
Non-discriminatory
Sustainable development
LIMBAH B3
MINIMISASI
PENGHENTIAN PRODUKSI(ABATEMENT)
PENGOLAHAN/KONVERSI
SECARA
FISIKA/KIMIA
PEMBUANGAN AKHIR
PENIMBUNAN DI
DALAM TANAH
PENGURANGAN SUMBER(SOURCE REDUCTION)
AMBIL ULANG(RECOVERY)
GUNA ULANG/DAUR ULANG(REUSE/RECYCLE)
SECARA
BIOLOGI
SECARA
TERMAL
PEMBUANGAN
KE BADAN AIR
PEMBUANGAN
KE UDARA
KEP BAPEDAL NO.04/BAPEDAL/09/95
KEP MEN NO.51/92 KEP MEN NO.13/95
Langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum menanganilimbah B3:
1. Lakukan karakterisasi limbah B3 dan pahami hasilanalisanya.
2. Siapkan APD yang sesuai dan perlengkapan penanganantumpahan.
3. Siapkan prosedur penanganan dan lokasi penyimpanan,meliputi:
Jumlah limbah yang dihasilkan per hari atau shift.
Jenis kemasan yang diperlukan.
Lokasi dan persyaratan penyimpanan.
4. Sosialisasikan ke semua pihak yang terkait.
Meliputi:
Pengemasan
Pemberian Simbol dan Label
Penyimpanan
Pengangkutan (termasuk Manifest)
Acuan: Kep-01/Bapedal/09/1995.
Jika limbah B3 tersebut belum dapat diolah dengan segera.
Untuk mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan sehingga
potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat
dihindarkan.
Sebelum dilakukan penyimpanan limbah B3 harus terlebih dahulu
dikemas.
Mengetahui karakteristik bahaya dari setiap limbah B3 yangdihasilkan.
Melakukan pengujian karakteristik limbah B3 sekurang-kurangnya1 (satu) kali.
Bentuk kemasan dan bahan kemasan dipilih berdasarkankecocokannya terhadap jenis dan karakteristik limbah yang akandikemasnya.
Kemasan untuk limbah B3 harus dalam kondisi baik, tidak rusak danbebas dari pengkaratan serta kebocoran.
Bentuk, ukuran dan bahan kemasan limbah B3 disesuaikan dengankarakteristik limbah B3 yang akan dikemasnya.
Kemasan dapat terbuat dari bahan plastik atau bahan logam dengansyarat bahan kemasan yang dipergunakan tersebut tidak bereaksidengan limbah B3 yang disimpannya.
Memiliki penutup yang kuat dan rapat untuk mencegah tumpahan.
Kecuali dalam bentuk curah, jika digulingkan tidak tumpah/bocor.
Bersih dari label dan simbol yang tidak perlu.
Bersih dari ceceran/tumpahan.
Limbah B3 yang tidak saling cocok, atau limbah dan bahan yang tidak salingcocok, tidak boleh disimpan secara bersama-sama dalam satu kemasan.
Pengisian limbah dalam kemasan harus mempertimbangkan kemungkinanterjadinya pengembangan volume limbah, pembentukan gas atau terjadinyakenaikan tekanan.
Lakukan pengemasan ulang jika kondisi kemasan limbah B3 sudah tidaklayak.
Berikan tanda (simbol dan label) pada kemasan sesuai dengan ketentuanyang berlaku.
Kemasan yang telah rusak (bocor atau berkarat) dan kemasan yang tidakdigunakan kembali sebagai kemasan limbah B3 harus diperlakukan sebagailimbah B3.
Kemasan yang telah diisi atau terisi penuh dengan limbah B3 harus:
Ditandai dengan simbol dan label yang sesuai.
Selalu dalam keadaan tertutup rapat dan hanya dapat dibuka jika akan dilakukanpenambahan atau pengambilan limbah dari dalamnya.
Disimpan di tempat yang memenuhi persyaratan untuk penyimpanan limbah B3 sertamematuhi tata cara penyimpanannya.
Lakukan pemeriksaan terhadap kemasan/kondisi limbah sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu:
Lakukan pengemasan ulang jika diperlukan.
Jika ada ceceran atau tumpahan, secara bersihkan dan simpan di kemasan terpisah.
Kemasan bekas mengemas limbah B3 dapat digunakan kembali untukmengemas limbah B3 dengan karakteristik:
Sama dengan limbah B3 sebelumnya, atau
Saling cocok dengan limbah B3 yang dikemas sebelumnya.
Drum Metal
Drum Plastik
Drum Karton
Kantung/Karung Plastik
Jerry can & Botol
Tanker
R/O Box
Peti Kayu
Peti Metal
Drum logam tutup kecil (kode 1A1)
• Daya tampung 25 – 200 liter.
• Untuk pengemasan cairan (tidakdisarankan untuk cairan yang korosifseperti asam).
• Dapat digunakan berulang kali.
Drum logam tutup lebar (kode 1A2)
• Daya tampung 25 – 250 kg.
• Untuk pengemasan padatan (sebaiknyamenggunakan plastic liner).
• Dapat digunakan berulang kali.
Drum plastik tutup kecil (kode 1H1)
• Daya tampung 25 – 200 liter.
• Untuk pengemasan cairan (bisa jugauntuk cairan yang korosif seperti asam).
• Tidak disarankan untuk digunakansetelah 5 tahun.
Drum plastik tutup besar (kode 1H2)
• Daya tampung 25 – 250 kg.
• Untuk pengemasan padatan (disarankanuntuk menggunakan plastic liner).
• Tidak disarankan untuk digunakan setelah5 tahun.
Jerrican plastik (kode 3H1)
• Daya tampung 5 – 60 liter.
• Untuk pengemasan cairan (bisa juga untuk cairanyang korosif seperti asam.
• Tidak disarankan untuk digunakan setelah 5tahun.
IBC Tank (Box)
• Daya tampung 500 – 1000 liter.
• Untuk pengemasan cairan.
Jumbo bag
• Daya tampung 500 – 1000 kg.
• Untuk pengemasan padatan.
Semua limbah infeksius hanya boleh dibuang menggunakan kemasan khusus berlogobiohazard.
Limbah infeksius tajam seperti jarum, pisau bedah, alat suntik (dengan atau tanpajarum) dan benda medis lainnya yang dapat menyayat dan menusuk kulit, serta limbahinfeksius seperti sisa preparat dan kultur bakteri harus dikemas menggunakan kemasanyang keras, tahan pecah, tahan tusuk, anti bocor dan kedap air.
Limbah infekisus seperti kapas, masker dan sarung tangan dapat dibuang menggunakanplastic bag.
Batas pengisian maksimal adalah ¾ penuh.
Acuan: PermenLH No. 14 Tahun 2013 (pengganti Kep-05/Bapedal/09/1995).
Simbol: gambar yang menunjukkan karakteristik limbahB3.
Label: setiap keterangan mengenai limbah B3 yangberbentuk tulisan yang berisi informasi penghasil, alamatpenghasil, waktu pengemasan, jumlah dan karakteristiklimbah B3.
Setiap orang yang melakukan pengelolaan limbah B3 wajibmelakukan pemberian simbol dan label limbah B3 yangdikelolanya.
Simbol berbentuk belah ketupat.
Diletakkan pada wadah dan/atau kemasan, alat angkut dan tempat penyimpananlimbah B3.
Pada kemasan limbah minimal berukuran 10 cm x 10 cm.
Pada kendaraan pengangkut minimal 25 cm x 25 cm.
Catatan:Redaksi untuk simbol CAIRAN MUDAH TERBAKAR dan PADATAN MUDAH TERBAKAR diganti menjadiCAIRAN MUDAH MENYALA dan PADATAN MUDAH MENYALA (PermenLH No. 14/2013) .
Label untuk penandaan kemasan kosong:
Label penunjuk posisi tutup kemasan (7 cm x 15 cm):
Berfungsi sebagai penanda kemasan kosong, dipasangpada kemasan bekas pengemasan limbah B3 yang telahdikosongkan atau akan dipakai kembali untukmengemas limbah B3.
Berfungsi sebagai penunjuk tutup kemasan.
Dipasang dekat tutup kemasan dengan posisi anakpanah menunjukkan posisi penutup kemasan.
Berisi 1 (satu) karakteristik: dilekati dengan simbol yang sesuai dengankarakteristik limbah yang dikemas.
Berisi lebih dari 1 (satu) karakteristik:
Dilekati dengan simbol yang sesuai dengan karakteristik limbah yang dominan(yang harus terlebih dahulu ditangani saat darurat), atau
Dilekati dengan simbol yang sejumlah dengan karakteristik limbah yang dikemas.
Tidak memiliki karakteristik mudah meledak, mudah menyala, reaktif,korosif, beracun atau infeksius: dilekati dengan simbol ‘BERBAHAYATERHADAP LINGKUNGAN’.
Dilekatkan pada sisi-sisi kemasan yang tidak terhalang oleh kemasan lain danmudah dilihat.
Tidak boleh terlepas atau dilepas dan diganti dengan simbol limbah B3 lainsebelum dikosongkan dan dibersihkan dari sisa limbah B3.
Berisi 1 (satu) karakteristik: dilekati dengan simbol yang sesuai dengankarakteristik limbah yang diangkut.
Berisi lebih dari 1 (satu) karakteristik:
Dilekati dengan simbol yang sesuai dengan karakteristik limbah yang dominan(yang harus terlebih dahulu ditangani saat darurat), atau
Dilekati dengan simbol yang sejumlah dengan karakteristik limbah yang diangkut.
Dilekati di setiap sisi boks dan di bagian muka kendaraan serta harus dapatterlihat dengan jelas dari jarak sekurang-kurangnya 30 meter.
Tidak boleh dilepas dan diganti dengan simbol limbah B3 lain sebelummuatan dikosongkan dan dibersihkan dari sisa limbah B3.
Berisi 1 (satu) karakteristik: dilekati dengan simbol yang sesuai dengankarakteristik limbah yang diangkut.
Berisi lebih dari 1 (satu) karakteristik: dilekati dengan simbol yang sesuaidengan karakteristik limbah yang dominan (yang harus terlebih dahuluditangani saat darurat).
Dilekati di setiap pintu dan bagian luar dinding yang tidak terhalang.
Tidak boleh terlepas atau dilepas dan diganti dengan simbol limbah B3 lainselama gudang penyimpanan masih difungsikan, kecuali jika akan digunakanuntuk menyimpan limbah B3 dengan karakteristik lain.
Berisi 1 (satu) karakteristik: dilekati dengan simbol yang sesuai dengankarakteristik limbah yang diangkut.
Berisi lebih dari 1 (satu) karakteristik: dilekati dengan label yangmenunjukkan karakteristik keseluruhan limbah B3 yang dikemas.
Dilekati di atas simbol pada wadah dan harus dapat terlihat jelas.
Juga harus dipasang pada kemasan yang akan dimasukkan ke dalam kemasanyang lebih besar.
CAMPURANCAMPURAN
CAMPURANCAMPURAN
clamp
LOKASI
DESAIN GUDANG
METODA MENYIMPAN
1. Harus merupakan daerah bebas banjir, ataudaerah yang diupayakan melalui pengurugansehingga aman dari kemungkinan terkena banjir.
2. Jarak minimal antara lokasi dengan fasilitasumum adalah 50 meter.
A. Bangunan tempat penyimpanan Limbah B3:
Sesuai dengan limbah B3 yang dihasilkan/akan disimpan.
Terlindung dari masuknya air hujan.
Dibuat tanpa plafon dan memiliki sistem ventilasi udara yang memadai.
Memiliki sistem penerangan (lampu/cahaya matahari) yang memadai.
Dilengkapi dengan sistem penangkal petir.
Pada bagian luar tempat penyimpanan diberi penandaan (simbol).
B. Lantai bangunan penyimpanan harus kedap air, tidak bergelombang,kuat dan tidak retak. Lantai bagian dalam dibuat melandai turun kearah bak penampungan dengan kemiringan 1%.
C. Tempat penyimpanan yang digunakan untuk menyimpan lebih dari 1 (satu) karakteristik limbah B3, maka ruang penyimpanan:
Harus dirancang terdiri dari beberapa bagian penyimpanan.
Antara bagian penyimpanan satu dengan lainnya harus dibuat tanggulatau tembok.
Setiap bagian penyimpanan masing-masing harus mempunyai bakpenampung tumpahan limbah.
Sistem dan ukuran saluran yang ada harus dibuat sebanding dengankapasitas maksimium limbah B3 yang tersimpan.
D. Sarana lain yang harus tersedia adalah:
Peralatan dan sistem pemadam kebakaran, pagar pengamanan, pembangkitlistrik cadangan, fasilitas P3K, peralatan komunikasi, gudang tempatpenyimpanan peralatan dan perlengkapan;, pintu darurat, alarm.
Vents in the lower walls only give poor ventilation
Roof and walls vents together give good general ventilation
WASTE STORAGE DAILY INSPECTION
Tanggal Pemeriksaan:Jam :
Diperiksa oleh :
Diketahui oleh:
No Kondisi yang diperiksaGudanglimbah
1
Gudanglimbah
2
Gudangwadahkosong
Staging area
Tempatpenuangan
drum
Gudanglimbahkhusus CATATAN TEMUAN
1 Parit bersih dan kering
2 Tidak ada kemasan limbah yang bocor
3 Jarak antar barisan kemasan 60 cm
4 Tidak ada kemasan limbah yang berpotensi jatuh
5 Semua kemasan limbah disimpan di dalam gudang n/a
6 Semua kemasan limbah berlabel dan bersimbol
7 Lorong jalan forklift bersih dari penghalang n/a
8 Alat-alat kerja disimpan ditempat yang sudah disediakan
9 Spill kit tersedia lengkap (sekop, sapu, penyerap, dll)
10 Limbah dengan kelas bahaya yang tidak cocok berjauhan
11 Tidak ada ceceran/tumpahan limbah
12 Pancuran pencuci mata dalam keadaan baik n/a
13 Alat pemadam api terpasang ditempatnya
14 Tidak ada ceceran/tumpahan limbah
CATATAN:
1. Semua kolom yang tersedia harus diisi (dilengkapi)
2. Setiap tumpahan harus segera dibersihkan
3. Setiap temuan harus segera diselesaikan dan/atau dilaporkan kepada supervisor/manager
WPS#Nama
LimbahJenis Jumlah Kemasan Asal Tanggal
LokasiPenyimpanan
KelasBahaya
KodeBapedal
KodeUN/NA
Semua kru yang akan menangani limbah asbestos HARUS sudah
mengikuti pelatihan penanganan asbestos dan tersertifikasi untuk
melakukan pekerjaan penanganan asbestos.
Limbah asbetos harus dikemas dengan kemasan tertutup rapat
seperti drum atau peti kayu.
Selain simbol dan logo limbah B3, kemasan limbah asbestos juga
harus dilengkapi dengan OSHA Standard Asbestos Warning Label.
Dasar Peraturan: Keputusan Menteri Perhubungan No. 69 Tahun 1993: Pasal 11,12,
13, 14 dan 15. SK DirJen. HubDar No. 725/AJ/DRJD/2004: Pengangkutan Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) di Jalan.
Tata-cara dan Persyaratan Teknis Pengangangkutan LIMBAH B3(darat dan laut) BELUM ADA peraturannya.
Untuk pengangkutan, US-EPA tidak membedakan antarapengangkutan B3 dan LIMBAH B3.
Syarat kendaraan: Layak jalan. Desain sesuai dengan karakteristik bahan yang diangkut. Dilengkapi alat tanggap darurat dan identifikasi/komunikasi. Memiliki izin dari Departemen Perhubungan.
Syarat pengemudi: Syarat umum, telah melalui pelatihan khusus,bersertifikat.
Syarat Perusahaan:
Memiliki sistem manajemen pengangkutan
Memiliki sarana tanggap darurat
Mendapat rekomendasi BAPEDAL/KLH
PEMISAHAN KELAS BAHAYA
3 4.1 4.3 5.1 6.1 8
CAIRAN MUDAH TERBAKAR 3 C C C T D C
PADATAN MUDAH TERBAKAR 4.1 C C C C D T
BAHAYA BILA BASAH 4.3 C C C C D T
OKSIDATOR 5.1 D C C C D T
BAHAN BERACUN 6.1 D D D D C D
CAIRAN KOROSIF 8 C T T T D C
D= DILARANG
T= TERBATAS (BOLEH DIANGKUT BERSAMA-SAMA DENGAN PERSYARATAN)
C= BOLEH DIANGKUT BERSAMA-SAMA
KELAS BAHAYA
PENGOLAH
PENGUMPUL
PEMANFAAT
PENGHASIL
PENGHASIL
PENIMBUN
AKHIR
Limbah B3 selalu diawasi mulai dari saat dihasilkansampai dengan tujuan akhir pengelolaannya.
Setiap limbah B3 harus memiliki tujuan akhirpengelolaan.
Setiap pelaku kegiatan pengelolaan limbah B3 harusmemenuhi ketentuan dan persyaratan yangditetapkan, termasuk memiliki izin sesuai kegiatanpengelolaan limbah B3 yang dihasilkan.
Secara khusus mekanisme pengawasanperpindahan limbah B3 dilakukan melalui sistemnotifikasi atau dokumen limbah B3.
Penyerahan limbah B3 ke pihak lain, tidakmengurangi tanggung jawab penghasillimbah B3.
Jika anda sebagai penghasil limbah B3 danakan menyerahkan pengelolaannya kepadapihak lain, pastikan apa perannya dalampengelolaan limbah B3.
PENGOLAH
PENGUMPUL
PEMANFAATPENGHASILPENGH
ASIL
PENIMBUN AKHIR
Setiap pengangkutan limbah B3 yang melewati fasilitas publik harusdilengkapi dengan dokumen resmi – Dokumen Limbah B3 atauManifest Limbah B3.
Acuan: Kep-02/BAPEDAL/09/1995.
Apabila pengangkutan antar moda, maka dokumen diserahkan kepadapengangkut berikutnya:
7 rangkap untuk satu moda.
11 rangkap untuk antar moda.
Penghasil akan menerima kembali Manifest dari pengumpul /pengolah paling lambat 120 hari sejak limbah diangkut.
Legalitas pengelolaan limbah B3.
Sarana pengawasan pemerintah.
Mengetahui mata rantai perpindahan limbah B3.
Komunikasi bahaya (hazard communication) karakteristik limbah B3.
Bentuk tanggung jawab penghasil untuk mengawasi pengelolaan limbah B3 ‘from cradle to grave’.
Keselamatan pengangkutan (melalui segregasi karakteristik).
Referensi bagi penerima limbah B3 – Nomor manifest unik.
Dokumen pendukung dalam hal komersial.
Manifest limbah B3 diterbitkan oleh pengangkut yang memiliki izinpengangkutan limbah B3.
Manifest limbah B3 terdiri dari 3 (tiga) bagian yang harus diisi:
Bagian 1: oleh penghasil/pengumpul.
Bagian 2: oleh pengangkut.
Bagian 3: oleh pengolah/pengumpul/pemanfaat.
Setiap bagian harus diisi lengkap dan ditandatangani oleh petugasyang menangani limbah tersebut.
Petunjuk pengisian dapat dilihat di bagian belakang Manifest limbahB3.
Halaman Depan Halaman Belakang
Lembar Warna Penerima Pengirim Ditandatangani
1 Putih Pengangkut 1 - Penghasil, Pengangkut 1
2 Kuning KLH/BAPEDAL Penghasil Penghasil, Pengangkut 1
3 Hijau Penghasil - Pengangkut, Pengangkut 1
4 Merah muda Pengolah Pengangkut 3* Penghasil, Pengangkut 1, 2 & 3**, Pengumpul/Pengolah
5 Biru KLH/BAPEDAL Pengolah Penghasil, Pengangkut 1 & 2, Pengumpul/Pengolah
6 Krem Bupati/Walikota Pengangkut 1 Penghasil, Pengangkut 1
7 Ungu Penghasil Pengangkut 1 Penghasil, Pengangkut 1, Pengumpul/Pengolah
8 Ungu Penghasil Pengangkut 2 Penghasil, Pengangkut 1 & 2, Pengumpul/Pengolah
9 Putih Pengangkut 2 - Penghasil, Pengangkut 1& 2
10 Ungu Penghasil Pengangkut 3 Penghasil, Pengangkut 1, 2 & 3, Pengumpul/Pengolah
11 Putih Pengangkut 3 - Penghasil, Pengangkut 1, 2, & 3*) Jika hanya menggunakan 2 moda dikirim oleh Pengangkut 2.**) Jika hanya menggunakan 2 moda ditandatangani oleh Pengangkut 1 dan 2.
PENGHASIL /
PENGUMPUL
Lembar 3 (hijau)
PENGANGKUT-1
Lembar 1 (putih)
PENGANGKUT-2
Lembar 9
PENGANGKUT-3
Lembar 11
PENGUMPUL /
PENGOLAH /
PEMANFAAT
Lembar 4
(merah muda)
Lembar 8 oleh Pengangkut-2
Lembar 10 oleh Pengangkut-3
KLH / BAPEDAL Lembar 2 (kuning)
KEPALA DAERAH
TINGKAT II
(BUPATI / WALIKOTA)
Lembar 6 (krem)
Lembar 5 (biru)
Lembar 7 (ungu)
oleh Pengangkut
Paling lama 120
hari sejak
penyerahan
limbah dari
Penghasil ke
Pengangkut
Acuan: PP 18 jo. 85 Tahun.
Manifest dan barcode hanya dapat dimiliki oleh badan usaha yang memilikirekomendasi pengangkutan limbah B3 dari Kementrian NegaraLingkungan Hidup dan izin pengangkutan limbah B3 dari KementrianPerhubungan.
Manfaat:
Memberikan jaminan terhadap keaslian manifest limbah B3 sehingga tidakada duplikasi pada manifest tersebut.
Membantu dalam pengawasan terhadap pengelolaan limbah B3.
Terkelolanya limbah B3 dan menurunnya potensi pencemaran akibatpembuangan limbah B3.
Barcode memuat kodeperusahaan pengangkutyang terdaftar di KLH(mis: AA untuk PPLI) dannomor seri identik untuk 1set barcode.
1 set barcode terdiri dari 8stiker barcode denganposisi 4 x 2 (bukan 1 x 8).
Tujuan: Memudahkan pengawasan
dalam pengelolaan limbah B3di Indonesia.
Meningkatkan penataan dalamrangka pengelolaan limbah B3.
Meningkatkan kualitasperizinan pengelolaan limbahB3.
Transparansi informasi danmetode pengolahan limbah B3.
Sasaran:
Terkelolanya limbah B3 danmenurunnya potensi pencemaranakibat pembuangan limbah B3.
Keluaran: Persentase jumlah limbah B3
yang terkelola.
Persentase jumlah pemohonrekomendasi.
KepKa BAPEDAL No. Kep-03/BAPEDAL/09/1995
KepKa BAPEDAL No. Kep-03/BAPEDAL/09/1995
KepKa BAPEDAL No. Kep-04/BAPEDAL/09/1995PerMen-LH No.02/2008
Pengolahan Secara Fisika/Kimia:Stabilisasi/solidifikasi, filtrasi dan separasi, presipitasi kimia,oksidasi-reduksi, evaporasi, dsb.
Pengolahan Secara Biologi:Aerobic/anaerobic digestion, composting, bioremediasi, dsb.
Pengolahan Secara Termal:Fuels blending, insinerasi tanur semen, gasifikasi, insinerasikatalitik, pirolisis, depolimerisasi termal, autoclaves, dsb.
Penimbunan:Landfill B3.
Adalah teknik yang menggabungkan proses fisika dankimia untuk mengurangi efek bahaya dari limbah kelingkungan melalui pencampuran limbah dengan bahanpengikat.
Tahapan proses fisika dan kimia yang kompleks namunoperasi sederhana.
Tujuan: Mengurangi kelarutan dan mobilitas kontaminan. Menurunkan luas permukaan limbah. Meningkatkan kemampuan penanganan dan
karakteristik fisik limbah.
LIMBAH(Hg, Cr)
SUMUR
HUJAN (ASAM)
SUNGAILAUT
DANAUHg, Cr
Hg, Cr
Hg, CrAIR TANAH
Pengendalian pH
Oksidasi-reduksi
Presipitasi (karbonat, sulfida, silika)
Adsorpsi
Penyerapan kimia
Pasivasi
Pertukaran ion
Enkapsulasi (mikro dan makro)
Amalgamasi
Konstruksi area Stabilisasi/Solidifikasi sesuai standar US-EPA.
Untuk mengolah limbah B3 sebelum ditimbun di landfill.
Pengujian wajib: uji TCLP, uji kuat tekan (min. 10 ton/m2), uji paint filter.
Adalah penghancuran limbah B3 dengan caradekomposisi termal.
Tujuan: Mengurangi volume limbah sehingga dapat mempertahankan area
landfill. Memungkinkan recovery energi dari limbah. Memungkinkan recovery mineral dan zat kimia dari limbah untuk
digunakan kembali dan didaur ulang. Menghancurkan sejumlah kontaminan yang terkandung dalam
limbah. Efisiensi waktu dalam penanganan limbah.
Bersifat organik (padat, cair, sludge).
Tidak bersifat oksidator.
Parameter utama: nilai kalor.
Parameter pendukung: titik nyala, viskositas,kandungan klorin, florin, sulfur dan logam berat.
Mampu mengurangi hingga 90% volume limbah dan75% massa limbah.
Hanya mengubah bentuk fisik limbah dari kasat matamenjadi tak kasat mata, di mana membentuk energi(panas).
Keuntungan: Mampu menghancurkan sebagian besar polutan yang
terkandung dalam limbah. Reduksi limbah secara cepat. Cocok untuk area yang kecil.
Prakonstruksi:Membuat laporan kepada Kepala Bapedal tentang: jadwalkonstruksi, data spesifikasi insinerator dan hasil permodelan emisigas (Gauss distribution).
Praoperasi:Melakukan Burning Test Trial untuk menentukan Destruction andRemoval Efficiency (DRE) dan Burning Efficiency (BE), sertamemprediksi kualitas residu (gas, padat dan cair).
Operasi: Memiliki pemutus umpan otomatis ketika terjadi kondisi
operasi off-set. Semua perlengkapan insinerator tersedia untuk operasi. Melakukan uji DRE secara berkala. Hanya mengolah limbah yang diizinkan. Residu/abu hasil proses dikategorikan sebagai limbah B3.
Pemantauan: Secara berkala mengukur dan mencatat kondisi operasi dan
kualitas gas buang. Secara berkala mengukur dan mencatat konsentrasi POHC,
PCDD, PCDF dan logam berat dalam aliran gas buang. Memantau kualitas udara ambien dan kondisi meteorologi
(sebulan dua kali). Mengukur dan mencatat baku mutu limbah cair. Menguji pemutus umpan otomatis (seminggu sekali).
Pelaporan: Setiap 3 bulan: pengukuran emisi gas buang. Setiap 3 tahun: hasil pengujian ulang DRE.
Win - Wout
DRE = ------------------- x 100%Win
DRE = Destruction and Removal Efficiency
Win = laju alir massa umpan masuk insinerator
Wout = laju alir massa produk keluar insinerator
Parameter Baku Mutu DRE------------------------------------------------------------------
POHC 99.99%PCB 99.9999%PCDF 99.9999%PCDD 99.9999%
Adalah metode pengolahan limbah dengan cara mencampur limbah cair organikyang masih memiliki nilai bakar (mis: pelarut bekas, oli bekas) untuk dibuatmenjadi bahan bakar sintetik, yang nantinya dapat digunakan untuk mengurangikonsumsi bahan bakar fosil (mis: pada tanur semen).
Viskositas < 300 cP
Diamater padatan < 3 mm
pH 5 – 10
Kadar abu < 10 % wt
Kandungan panas > 4,000 kcal/kg
Kandungan TOX < 2 % wt
Sulfur total < 1 % wt
Arsen (As) < 15 ppm
Cadmium (Cd) < 5 ppm
Krom total (Cr) < 250 ppm
Timbal (Pb) < 300 ppm
Raksa (Hg) < 1.2 ppm
Talium (TI) < 2 ppm
Tujuan:
1. Melindungi kesehatan masyarakat
2. Melindungi pasokan air untuk masyarakat
3. Melindungi kehidupan perairan
4. Mempertahankan fungsi air
Limbah dari manusia dan hewan Limbah rumah tangga Limbah industri Aliran air hujan Rembesan air tanah
1. Karakteristik fisika:Warna, bau, suhu, laju alir.
2. Karakteristik kimia:Alkalinitas, BOD, COD, gas terlarut, senyawa nitrogen, pH,fosfor, kandungan padatan, kandungan air.
3. Karakteristik biologi:Alga, bakteri, protozoa, rotifer, virus.
Warna Abu-abu Bau Tengik DO > 1.0 mg/L pH 6.5 – 9 TSS 100 – 350 mg/L BOD 100 – 300 mg/L COD 200 – 500 mg/L Laju alir 100 – 200 gal/hari/orang Nitrogen total 20 – 85 mg/L Fosfor total 6 – 20 mg/L Fecal coliform 500,000 – 3,000,000 MPN/100mL
1. Pengolahan pendahuluan – menghilangkan material yang dapat merusak ataumenimbulkan masalah pada sistem IPAL.Contoh: Screening, ekualisasi.
2. Pengolahan primer – Menghilangkan padatan yang dapat mengendap dan/ataumengapung.Contoh: Sedimentasi, koagulasi-flokulasi.
3. Pengolahan sekunder – menghilangkan BOD serta material organik terlarut dantersuspensi secara biologis.Contoh: Lumpur aktif.
4. Pengolahan tersier – pengolahan lanjutan untuk lebih menurunkan kadar BOD, COD,TDS.
Contoh: pertukaran ion, reverse osmosis.5. Disinfeksi - menghilangkan mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi.
Contoh: Ozonasi, klorinasi.
6. Pengolahan lumpur – mengolah lumpur yang dihasilkan selama proses pengolahanair limbah / limbah cair.Contoh: Drying, dewatering, thickening.
Beberapa metode pengolahan untuk air limbah dan limbah cair B3/non-B3
Netralisasi asam Separasi padatan Presipitasi logam pH Adjustment Koagulasi-flokulasi Pemisahan air/minyak Pengolahan biologi
Dissolved Air Flotation Filter Press
Biological Sequencing Batch Reactors Engineered Wetlands
Landfill (lahan timbus) adalah suatu area untuk pembuangan limbahpadat dengan prinsip penimbunan dan merupakan metode tertuadalam pengolahan limbah.
Komponen penting:1) Sistem pelapisan2) Fasilitas pengendalian dan pengumpulan air lindi3) Fasilitas pengendalian dan pengumpulan gas (untuk landfill skala besar)4) Sistem lapisan penutup akhir5) Sistem drainase air permukaan6) Sistem pemantauan lingkungan7) Rencana penutupan dan pasca-penutupan
Landfill tidak boleh dibangun di dan/atau dekat dengan lokasi berikut:
1. Danau atau situ: dalam radius 200 meter2. Sungai: dalam radius 200 meter3. Daerah banjir: dalam jangka waktu 100 tahun4. Jalan tol: dalam radius 200 meter5. Habitasi: sekurang-kurangnya 500 meter6. Taman publik: dalam radius 300 meter7. Area habitasi kritis (zona konservasi)8. Wetlands9. Sumber air tanah: kurang dari 2 meter di bawah10. Bandar udara11. Sumur pasokan air: dalam radius 500 meter12. Zona batas perairan antar negara/wilayah13. Daerah tidak stabil (rawan gempa)
1) Memenuhi kriteria TCLP.2) Telah melalui proses stabilisasi/solidifikasi, insinerasi atau
pengolahan pendahuluan lainnya.3) Tidak bersifat mudah terbakar, mudah meledak, reaktif dan infeksius.4) Tidak memiliki kandungan organik lebih dari 10%.5) Tidak mengandung PCB dan dioksin.6) Tidak bersifat radioaktif.7) Tidak dalam bentuk cair (termasuk lumpur).
Konstruksi Landfill sesuai standar US-EPA.
Jaminan penutupan dan pasca-penutupan atas limbah yang ditimbun ke dalam landfill selama 30 tahun.
Pemantauan wajib: air tanah, air permukaan, kualitas udara, air buangan.
Skema Landfill
Indonesia
Hongkong
Jepang
Acuan: PermenLH No. 02/2008.
Adalah kegiatan penggunaan kembali (reuse) dan/atau daurulang (recycle) dan/atau perolehan kembali (recovery) yangbertujuan untuk mengubah limbah B3 menjadi suatu produkyang dapat digunakan dan juga harus aman bagi lingkungandan kesehatan manusia.
Dilakukan oleh penghasil dan/atau badan usaha yangmelakukan pemanfaatan limbah B3: Pemanfaat limbah B3 sebagai kegiatan utama. Pemanfaat limbah B3 bukan sebagai kegiatan utama.
Pemanfaatan limbah B3 untuk penggunaan kembali (reuse)dalam satu kesatuan proses utama dapat dilakukan olehpenghasil pada lokasi kegiatannya dan tidak memerlukan izin.
Dapat menerima langsung dari penghasil dan/atau pengumpul.
Hanya dapat menerima dari penghasil limbah B3 yangkomponennya konsisten dengan kriteria pemanfaatan.
Limbah B3 di luar limbah B3 yang komponennya konsistendengan kriteria pemanfaatan wajib melalui pengumpul untukmemastikan pemenuhan persyaratan teknis.
1. Pemanfaatan limbah B3 sebagai substitusibahan.
2. Pemanfaatan limbah B3 sebagai substitusibahan bakar.
3. Pemanfaatan limbah B3 jenis lainnya setelahmelalui penelitian dan kajian yangmemperhatikan aspek-aspek lingkungan.
Wajib melakukan uji komponen limbah B3 di laboratoriumterakreditasi.
Kadar salah satu dan/atau total komponennya dapatberfungsi sebagai bahan dan memenuhi persyaratan teknisuntuk dilakukan recycle dan/atau recovery.
Jenis limbah B3 dan kadar pencemar dalam limbah B3 yangboleh dimanfaatkan ditentukan dalam persyaratan izin.
Produk pemanfaatan limbah B3 sebagai produk akhir harusmemenuhi SNI atau standar lain yang setara.
Produk pemanfaatan limbah B3 sebagai produk antara harusmemenuhi standar industri pengolah dan/atau pemanfaatberikutnya.
Wajib melakukan uji komponen limbah B3 di laboratoriumterakreditasi.
Kriteria: Kandungan kalori sama atau lebih besar dari 2500
kkal/kg. Kadar air sama atau lebih kecil dari 15%. Tidak mengandung senyawa terhalogenasi.
Jenis limbah B3 dan kadar pencemar dalam limbah B3 yangboleh dimanfaatkan ditentukan dalam persyaratan izin.
Emisi udara pemanfaatan limbah B3 sesuai dengan emisiudara pengolahan limbah B3.
Sebelum dilakukan pemanfaatan limbah B3 harus dilakukanuji coba pembakaran limbah B3.
Pemanfaatan sebagai bahan bakar dalam pembuatan semen:kandungan nilai kalori minimal 2500 kkal/kg.
Pemanfaatan sebagai bahan baku dalam pembuatan semen:kandungan total CaO, Fe2O3, Si2O3 dan Al2O3 minimal 50%.
Memenuhi baku mutu emisi gas yang dipantau setiap 3 bulansekali, kecuali dioksin/furan setahun sekali.
Kriteria yang harus dicapai pada saat uji coba pembakaran(Kep-03/BAPEDAL/09/1995): Destruction and Removal Efficiency (DRE) Efisiensi pembakaran Emisi gas
Name: Ir. Muhammad Yusuf Firdaus
Profession: Chemical Engineer
Occupation:
Technical Engineer, Laboratory and Technical Department, PT Prasadha Pamunah Limbah Industri,2013 – Present
Process Control Engineer, Laboratory and Technical Department, PT Prasadha Pamunah LimbahIndustri, 2008 – 2013
Interim Receipt Control Supervisor, Laboratory and Technical Department, PT Prasadha PamunahLimbah Industri, 2008 – 2009
Sr. Lecturer Assistant and Coordinator of Laboratory, Chemical Engineering Study Program – InstitutTeknologi Indonesia, 2005 – 2008
Education:
Solid Waste Management, UNESCO – IHE Institute for Water Education, 2014 – Present
Chemical Engineering Study Program, Institut Teknologi Indonesia, 2002 – 2007
Professional Qualifiication and Affiliation:
Board certified engineer (Ir), member of Persatuan Insinyur Indonesia, Vice Chairman of Water andSpecialities Community – Badan Kejuruan Kimia Persatuan Insinyur Indonesia, member of HimpunanPolimer Indonesia, member of Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia, member of Ikatan AhliLingkungan Hidup Indonesia,