oy's Pengikut Arsip Blog ▼ 2010 (3) o ▼ Mei (2) EKONOMI ISLAM DAN PROBLEMATIKA EKONOMI KONTEMPORER... LAPORAN STUDI PRAKTEK LAPANGAN PADA BANK BNI SYARI... o ► Januari (1) ► 2009 (6) Mengenai Saya SYAUQI ABDURRAHMAN Lihat profil lengkapku KAMIS, 13 MEI 2010 EKONOMI ISLAM DAN PROBLEMATIKA EKONOMI KONTEMPORER Pendahuluan Latar Belakang Islam adalah cara hidup yang imbang dan koheren, dirancang untuk kebahagiaan manusia dengan cara menciptakan keharmonisan antara kebutuhan moral dan material manusia dan aktualisasi keadilan sosio-ekonomi serta persaudaraan antar umat manusia. Islam sebagai agama akhir jaman juga membawa penuntun lengkap bagi pemeluknya. Berbagai aspek kehidupan dalam kesehariannya termaktub dalam syari’ah dan mu’amalah , mengikutinya merupakan perjalanan yang harus ditempuh untuk menjadi Muslim sejati. Dualisme antara kehidupan duniawi dan kehidupan akhirat yang menjadi pertanyaan beberapa agama bukan masalah lagi. Permasalah itu telah terjawab oleh hadits Nabi Muhammad SAW yang menyatakan, “Berusahalah untuk duniamu seakan engkau hidup untuk selamanya, tapi persiapkanlah akhiratmu seeakan engkau akan mati besok. A. Ilmu Ekonomi Dan Keulitan Ekonomi Ilmu Ekonomi merupakan bagian ilmu sosial yang berfungsi untuk meneliti, mempelajari, dan menganalisis pelbagai kesulitan yang muncul disaat manusia berkeinginan memenuhi kebutuhan hidup dengan sumber-sumber eknomi (resources) yang relatif terbatas. Dari definisi tersebut dapat dipahami, bahwa relatifitas kelangkaan dan keterbatasn sumber daya merupakan sebab munculya ekonomi. Dengan kata lain, kelangkaan tersebut merupakan langkah awal terciptanya kesulitan dalam ekonomi.Seandainya masyarakat sudah mampu memenuhi kebutuhan dan keinginannya secara
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
oy'sPengikutArsip Blog
▼ 2010 (3)
o ▼ Mei (2)
EKONOMI ISLAM DAN PROBLEMATIKA EKONOMI KONTEMPORER...
LAPORAN STUDI PRAKTEK LAPANGAN PADA BANK BNI SYARI...
o ► Januari (1)
► 2009 (6)
Mengenai Saya
S Y A U Q I A B D U R R A H M A N
Lihat profil lengkapkuKAMIS, 13 MEI 2010
EKONOMI ISLAM DAN PROBLEMATIKA EKONOMI KONTEMPORERPendahuluanLatar Belakang Islam adalah cara hidup yang imbang dan koheren, dirancang untuk kebahagiaan manusia dengan cara menciptakan keharmonisan antara kebutuhan moral dan material manusia dan aktualisasi keadilan sosio-ekonomi serta persaudaraan antar umat manusia. Islam sebagai agama akhir jaman juga membawa penuntun lengkap bagi pemeluknya. Berbagai aspek kehidupan dalam kesehariannya termaktub dalam syari’ah dan mu’amalah , mengikutinya merupakan perjalanan yang harus ditempuh untuk menjadi Muslim sejati. Dualisme antara kehidupan duniawi dan kehidupan akhirat yang menjadi pertanyaan beberapa agama bukan masalah lagi. Permasalah itu telah terjawab oleh hadits Nabi Muhammad SAW yang menyatakan, “Berusahalah untuk duniamu seakan engkau hidup untuk selamanya, tapi persiapkanlah akhiratmu seeakan engkau akan mati besok.
A. Ilmu Ekonomi Dan Keulitan EkonomiIlmu Ekonomi merupakan bagian ilmu sosial yang berfungsi untuk meneliti, mempelajari, dan menganalisis pelbagai kesulitan yang muncul disaat manusia berkeinginan memenuhi kebutuhan hidup dengan sumber-sumber eknomi (resources) yang relatif terbatas. Dari definisi tersebut dapat dipahami, bahwa relatifitas kelangkaan dan keterbatasn sumber daya merupakan sebab munculya ekonomi. Dengan kata lain, kelangkaan tersebut merupakan langkah awal terciptanya kesulitan dalam ekonomi.Seandainya masyarakat sudah mampu memenuhi kebutuhan dan keinginannya secara muthlak, baik ketika terjadi perubahan waktu, tempat, dan bentuk, maka masyarakat tidak akan membutuhkan ilmu ekonomi secara muthak.
Dalam waktu yang relative singkat, kadang inividu dan masyarakat tisak mampu memenuhi kebutuhan barang dan jasa (kuantitatif dan kualitatif) walaupun sudah tersedia raw material (bahan baku), pekerja, dan modal. Proses produksi barang dan jasa membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pengaturan manjemen operasi, distribusi, maupun proses penentuan kuaitas produk. Relativitas kelangkaan barang merupakan factor pendorong bagi manusia untuk memakmurkan bumi, sekaligus merupakan wahana coaan dan ujian rasa keimanan.
B. Relativitas Kelangkaan Barang (Scarcity) Dalam keseharian , kehidupan ekonomi manusia senantiasa akan berhadapan dengan kesulitan-kesulitan yang dapat menghalangi manusia untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya. Dan pemenuhan kebutuhan tersebut sangat dipengaruhi oleh factor income usaha, dan waktu.
Mengakui adanya relativitas kelangkaan bukan berarti menyatakan bahwa resources yang asa tidak mampu mencukupi kebutuhn indiviu msyarakat. Akan tetapi, resources tersebut terkadang dapat mencukupi terkadang tidak. Hal tersebut mungkin hanya terjadi pada waktu-waktu tertentu. Dengan adanya kelangkaan barang membuat hidup ebih bermakana dan berarti. Fenomena tersebut merupakan hikmah Ilahiah yang mendorong manusia untuk memakmurkan bumi dan menciptakan kesejahteraan bagi kehidupan manusia. Kondisi kelangkaan barang juga dapat dijadikan momen untuk menguji keimanan dan keabaran kita.
Allah Swt berfirman,
• “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqoroh ; 155)
Ujian dan cobaan yang diberikan alah sangt beragam. Tujuan pemberian cobaan tersebut untuk menguji kekuatan iman dan kesabaran seorang hamba Salah satu bentuk ujian alah adalah adanya rasa lapar dan kekurangan atas bahan makanan pokok. Sesungguhnya kehadiran manusia di mukabumi ini hanyalah sekedar merealisasikan kehendak tuhan (Masyiah Rabbaniyah).
Sayyid Quthub menjelaskan;“Masyiah Robbaniyah adalah totalitas keinginan seorang hamba untuk pasrah dan menyerahkanseluruh jiwa dan raga terhadap keinginan dan ketentuan tuhan dalam segalaaspek kehidupan ; baik dalam proses pembuatan barang, peneitian dan analisis kehidupan social, proses untuk memberdayakan hasil bumi, dan wewenang untuk mengolah serta memakmurkan bumi yang telah dititipkan Allah kepada manusia.” Relativitas kelagkaan barang menurut seorang hamba untuk kreatif dalam menghasilkan barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan hidup. Seorang manusia akan lebih terdorong untuk memakmurkan kehidupan masyarakat jika menemukan kesulitan dalam kehidupan ekonomi. Hal ini dapa diamai pada persoalan-persoalan berikut ini.
1. Sumber Ekonomi (Economic Resources)Seperti yang telah dijlaskan, kesulitan ekonomi muncul sebagai akibat dari perbedaan relatif anara sumber-sumber ekonomi yang ada dengan keinginan manusia untuk memenuhi keinginan dan kebuuhan hidupnya Adapun sumber-sumber ekonomi adalah sebagai berikut :
a. BekerjaBekerja adalah manifestasi usaha seseorang untuk mencurahkan segala upaya, pikiran, dan tenaga untuk menghasilkan barang dan jasa. Kemampuan yang dimiiki oleh manusia sanga beragam, sehingga manusia tidak mampu menghadirkan dan menghasilkan barang dalam waktu yang relatif singkat. Akan etapi perlu ada yang namanya proses yang menurut persiapan yang cukup lama.
b ModalModal adalah semua elemen yang berfungsi unuk memudahkan proses produksi. Diantaranya adalah uang yang diinvesasikan untuk membeli peralatan produksi, bangunan, dan fasilias perusahan lainnya.
c Sumber Daya Alam (Natural Resources)Segala sesuatu yang diciptakan tuhan merupakan sumber ekonomi yang dapat didaygunakan unuk menyejahterakan kehidupan manusia. Dengan adanya imu dan teknologi dari waku ke waktu dapat diemukan sumber ekonomi baru bagi kemakmuran kehidupan manusia .2. Kebutuhan ManusiaKebutuhan yang dimiliki manusia terkadang bersifat komsumtif atau produktif. Kebutuhan yang ada tidak hanya memenuhi kebutuhan saat ini, melainkan kebutuhan di masa mendatang, baik kebutuhan yang bersifat primer, maupun sekunder.Dalam konsep ekonomi islam, kebutuhan yang ada tidak hanya tertumpu pada kebutuhan mtrerialistik, melainkan juga pemenuhan terhadap nilai-nilai ruhiyah. Selain itu kebutuhan yang diinginkan manusia harus sesuai dengan aturan syariah dan tidak boleh bertentangan, seperti minuman keras, narkoba, dan lain sebagainya.
3. Mekanisme ProduksiDr. Muhammad Rawwas Qalahji memberikan padanan kata “produksi” dalam bahasa Arab dengan kata al-intaj yang secara harfiyah dimaknai dengan ijadu sil’atin (mewujudkan atau mengadakan sesuatu) atau khidmatu mu’ayyanatin bi istikhdami muzayyajin min ‘anashir al-intaj dhamina itharu zamanin muhaddadin (pelayanan jasa yang jelas dengan menuntut adanya bantuan pengabungan unsur-unsur produksi yang terbingkai dalam waktu yang terbatas). Pandangan Rawwas di atas mewakili beberapa definisi yang ditawarkan oleh pemikir ekonomi lainnya.Dalam proses produksi suatu barang dan jasa, perusahaan mempunyai beberapa kombinasi faktor-faktor produksi untuk mendapatkan produk yang optimal. Aturan dalam sistem ekonomi islam adalah, komoditas dan jasa yang diproduksi haruslah merupakan kebutuhan yang esensial dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat.Perusahaan dalam memproduksi barang tidak boleh hanya berdasarkan kekuatan modal ataupun faktor produksi yang dimiliki. Selain itu, investasi pemerintah merupakan faktor penting untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar individu dan masyarakat.
C. Sumber Daya Ekonomi (Economic Resources Recovery)Adanya relativitas kelangkaan barang bukan berarti sumber-sumber ekonomi yang
ada tidak mampu memenuhi kebutuhan manusia saat ini ataupun generasi berikutnya. Hal tersebut merupakan pemahaman yang berbeda. Sederhananya dapat dikatakan bahwa relativitas kelangkaan barang berbicara secara mikro, sedang kecukupan sumber-sumber ekonomi masuk dalam konteks ekonomi makro. Ketika kuantitas minyak bumi dunia jumlahnya terbatas, maka akan dapat kita temukan sumber-sumber kekuatan lainnya yang dapat kita gunakan sebagai pengganti. Luas lahan yang dapat digunakan untuk pengembangan sector pertanian mungkin sangat terbatas, tetapi dapat kita temukan cara-cara lain seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mungkin tidak akan terbatas. Karena perlu dicatat bahwa kesempatan untuk melakukan penelitian dan penemuan teknologi terbaru tidaklah terbatas.
Alloh Swt berfirman ; • •
“Allah-lah yang Telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, Kemudian dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan dia Telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan dia Telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.Dan dia Telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan Telah menundukkan bagimu malam dan siang.Dan dia Telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim : 32-34)Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa nikmat Alloh yang diturunkan kepada hamba-Nya sangat beragam dan tidak mungkin kita dapat menghitungnya secara pasti. Secara tidak langsung, kita akan menemukan sumber ekonomi dan rezeki baru ketika keutuhan itu muncul dalam kehiduan manusia.
KesimpulanIslam adalah satu-satunya agama yang mengemukakan prinsip-prinsip yang meliputi semua segi kehidupan manusia, tidak hanya membicarakan tentang nilainilai ekonomi. Islam telah menanamkan kerangka kerja yang luas berdasarkan kesempatan berekonomi yang sama dan adil bagi penganutnya untuk mengarahkan mereka ke arah kehidupan ekonomi yang seimbang.Kesulitan ekonomi merupakan sebuah kelaziman dalam kehidupan ekonomi, apa pun system ekonomi yang diaplikasikan. Perbedaan itu muncul ketika masing-masing system yang ada beruaha untuk megatasi persoalan dengan konsep dasar dan etika ekonomi yang ada pada system tersebut. Hal inilah yang menentukan perbedaan dalam mengambl langkah dan kebijakan demi meraih kemaslahatan dan ksejahteraan hidup.
Daftar Pusaka1. Al- Quran2. Drs. Muhammad, M.ag, Metodologi Penelitian Pemikiran Islam, Ekoisia, Yogyakarta, 20033. Heri Sudarsono SE, Konsep Ekonomi Islam, Ekonisia. Yogyakarta, 20002-20034. DR. Sai Sa’ad Marthon, Terjemahan Ekonomi Islam Di Tengah Krisis Ekonomi Global, Maktabah ar- Riyadh, 20075. M. Faruq an-Nababan, Sistem Ekonomi Islam, UII Pres, Yogyakarta, 2000-20026. Ir. H. Adiwarman A. Karim, S.E., MBA, MAEP, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Gema Insani, Jakarta, 2001 & 20077. Ali, Mohammad Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998.8. Anto, Hendrie M. B., Pengantar Ekonomika Mikro Islami, Yogyakarta: Ekonisia FE UII, 2003.9. Ghazali, Aidit, Islamic Thinkers on Economics, Administration and Transactions, Kuala Lumpur: Quill Publishers, 1991.10. Karim, Adiwarman, Ekonomi Mikro Islami, Jakarta: IIIT, 2002.11. Mannan, M. A., Ekonomi Islam: Teori dan Praktek, terjemahan Potan Arif Harahap, Jakarta: Intermasa, 1992.12. Pindyck, Robert S., and Daniel Rubinfeld, Microeconomics, sixth edition, New Jersey: Prentice Hall, 2005.13. Shihab, M. Quraish, Secercah Cahaya Ilahi: Hidup Bersama Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 2002.Diposkan oleh SyauQi Abdurrahman ShiddiQ di 07:12
EKONOMI ISLAM DAN PROBLEMATIKA EKONOMI KONTEMPORERREP | 25 April 2011 | 09:08 79 4 Nihil
Pendahuluan
Latar Belakang Islam adalah cara hidup yang imbang dan koheren, dirancang untuk kebahagiaan manusia dengan cara menciptakan keharmonisan antara kebutuhan moral dan material manusia dan aktualisasi keadilan sosio-ekonomi serta persaudaraan antar umat manusia. Islam sebagai agama akhir jaman juga membawa penuntun lengkap bagi pemeluknya. Berbagai aspek kehidupan dalam kesehariannya termaktub dalam syari’ah[1] dan mu’amalah[2], mengikutinya merupakan perjalanan yang harus ditempuh untuk menjadi Muslim sejati. Dualisme antara kehidupan duniawi dan kehidupan akhirat yang menjadi pertanyaan beberapa agama bukan masalah lagi. Permasalah itu telah terjawab oleh hadits Nabi Muhammad SAW yang menyatakan, “Berusahalah untuk duniamu seakan engkau hidup untuk selamanya, tapi persiapkanlah akhiratmu seeakan engkau akan mati besok.
A. Ilmu Ekonomi Dan Keulitan Ekonomi
Ilmu Ekonomi merupakan bagian ilmu sosial yang berfungsi untuk meneliti, mempelajari, dan menganalisis pelbagai kesulitan yang muncul disaat manusia berkeinginan memenuhi kebutuhan hidup dengan sumber-sumber eknomi (resources) yang relatif terbatas. Dari definisi tersebut dapat dipahami, bahwa relatifitas kelangkaan dan keterbatasn sumber daya merupakan sebab munculya ekonomi. Dengan kata lain, kelangkaan tersebut merupakan langkah awal terciptanya kesulitan dalam ekonomi.Seandainya masyarakat sudah mampu memenuhi kebutuhan dan keinginannya secara muthlak, baik ketika terjadi perubahan waktu, tempat, dan bentuk, maka masyarakat tidak akan membutuhkan ilmu ekonomi secara muthak.[3]
Dalam waktu yang relative singkat, kadang inividu dan masyarakat tisak mampu memenuhi kebutuhan barang dan jasa (kuantitatif dan kualitatif) walaupun sudah tersedia raw material (bahan baku), pekerja, dan modal. Proses produksi barang dan jasa membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pengaturan manjemen operasi, distribusi, maupun proses penentuan kuaitas produk. Relativitas kelangkaan barang merupakan factor pendorong bagi manusia untuk memakmurkan bumi, sekaligus merupakan wahana coaan dan ujian rasa keimanan.[4]
Dalam keseharian , kehidupan ekonomi manusia senantiasa akan berhadapan dengan kesulitan-kesulitan yang dapat menghalangi manusia untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya. Dan pemenuhan kebutuhan tersebut sangat dipengaruhi oleh factor income usaha, dan waktu.
Mengakui adanya relativitas kelangkaan[5] bukan berarti menyatakan bahwa resources yang asa tidak mampu mencukupi kebutuhn indiviu msyarakat. Akan tetapi, resources tersebut terkadang dapat mencukupi terkadang tidak. Hal tersebut mungkin hanya terjadi pada waktu-waktu tertentu. Dengan adanya kelangkaan barang membuat hidup ebih bermakana dan berarti. Fenomena tersebut merupakan hikmah Ilahiah yang mendorong manusia untuk memakmurkan bumi dan menciptakan kesejahteraan bagi kehidupan manusia. Kondisi kelangkaan barang juga dapat dijadikan momen untuk menguji keimanan dan keabaran kita.
Allah Swt berfirman,
“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqoroh ; 155)
Ujian dan cobaan yang diberikan alah sangt beragam. Tujuan pemberian cobaan tersebut untuk menguji kekuatan iman dan kesabaran seorang hamba Salah satu bentuk ujian alah adalah adanya rasa lapar dan kekurangan atas bahan makanan pokok. Sesungguhnya kehadiran manusia di mukabumi ini hanyalah sekedar merealisasikan kehendak tuhan (Masyiah Rabbaniyah).
Sayyid Quthub menjelaskan;
“Masyiah Robbaniyah adalah totalitas keinginan seorang hamba untuk pasrah dan menyerahkanseluruh jiwa dan raga terhadap keinginan dan ketentuan tuhan dalam segalaaspek kehidupan ; baik dalam proses pembuatan barang, peneitian dan analisis kehidupan social, proses untuk memberdayakan hasil bumi, dan wewenang untuk mengolah serta memakmurkan bumi yang telah dititipkan Allah kepada manusia.”[6]
Relativitas kelagkaan barang menurut seorang hamba untuk kreatif dalam menghasilkan barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan hidup. Seorang manusia akan lebih terdorong untuk memakmurkan kehidupan masyarakat jika menemukan kesulitan dalam kehidupan ekonomi. Hal ini dapa diamai pada persoalan-persoalan berikut ini.[7]
Seperti yang telah dijlaskan, kesulitan ekonomi muncul sebagai akibat dari perbedaan relatif anara sumber-sumber ekonomi yang ada dengan keinginan manusia untuk memenuhi keinginan dan kebuuhan hidupnya Adapun sumber-sumber ekonomi adalah sebagai berikut :[8]
a. Bekerja
Bekerja adalah manifestasi usaha seseorang untuk mencurahkan segala upaya, pikiran, dan tenaga untuk menghasilkan barang dan jasa. Kemampuan yang dimiiki oleh manusia sanga beragam, sehingga manusia tidak mampu menghadirkan dan menghasilkan barang dalam waktu yang relatif singkat. Akan etapi perlu ada yang namanya proses yang menurut persiapan yang cukup lama.
b Modal
Modal adalah semua elemen yang berfungsi unuk memudahkan proses produksi. Diantaranya adalah uang yang diinvesasikan untuk membeli peralatan produksi, bangunan, dan fasilias perusahan lainnya.
c Sumber Daya Alam (Natural Resources)
Segala sesuatu yang diciptakan tuhan merupakan sumber ekonomi yang dapat didaygunakan unuk menyejahterakan kehidupan manusia. Dengan adanya imu dan teknologi dari waku ke waktu dapat diemukan sumber ekonomi baru bagi kemakmuran kehidupan manusia[9]
.
2. Kebutuhan Manusia
Kebutuhan yang dimiliki manusia terkadang bersifat komsumtif atau produktif. Kebutuhan yang ada tidak hanya memenuhi kebutuhan saat ini, melainkan kebutuhan di masa mendatang, baik kebutuhan yang bersifat primer, maupun sekunder.
Dalam konsep ekonomi islam, kebutuhan yang ada tidak hanya tertumpu pada kebutuhan mtrerialistik, melainkan juga pemenuhan terhadap nilai-nilai ruhiyah. Selain itu kebutuhan yang diinginkan manusia harus sesuai dengan aturan syariah dan tidak boleh bertentangan, seperti minuman keras, narkoba, dan lain sebagainya.
Dr. Muhammad Rawwas Qalahji memberikan padanan kata “produksi” dalam bahasa Arab dengan kata al-intaj yang secara harfiyah dimaknai dengan ijadu sil’atin (mewujudkan atau mengadakan sesuatu) atau khidmatu mu’ayyanatin bi istikhdami muzayyajin min ‘anashir al-intaj dhamina itharu zamanin muhaddadin (pelayanan jasa yang jelas dengan menuntut adanya bantuan pengabungan unsur-unsur produksi yang terbingkai dalam waktu yang terbatas).[10]Pandangan Rawwas di atas mewakili beberapa definisi yang ditawarkan oleh pemikir ekonomi lainnya.
Dalam proses produksi suatu barang dan jasa, perusahaan mempunyai beberapa kombinasi faktor-faktor produksi untuk mendapatkan produk yang optimal. Aturan dalam sistem ekonomi islam adalah, komoditas dan jasa yang diproduksi haruslah merupakan kebutuhan yang esensial dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
Perusahaan dalam memproduksi barang tidak boleh hanya berdasarkan kekuatan modal ataupun faktor produksi yang dimiliki. Selain itu, investasi pemerintah merupakan faktor penting untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar individu dan masyarakat.
C. Sumber Daya Ekonomi (Economic Resources Recovery)
Adanya relativitas kelangkaan barang bukan berarti sumber-sumber ekonomi yang ada tidak mampu memenuhi kebutuhan manusia saat ini ataupun generasi berikutnya. Hal tersebut merupakan pemahaman yang berbeda. Sederhananya dapat dikatakan bahwa relativitas kelangkaan barang berbicara secara mikro, sedang kecukupan sumber-sumber ekonomi masuk dalam konteks ekonomi makro.[11]
Ketika kuantitas minyak bumi dunia jumlahnya terbatas, maka akan dapat kita temukan sumber-sumber kekuatan lainnya yang dapat kita gunakan sebagai pengganti. Luas lahan yang dapat digunakan untuk pengembangan sector pertanian mungkin sangat terbatas, tetapi dapat kita temukan cara-cara lain seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mungkin tidak akan terbatas. Karena perlu dicatat bahwa kesempatan untuk melakukan penelitian dan penemuan teknologi terbaru tidaklah terbatas.[12]
“Allah-lah yang Telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, Kemudian dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan dia Telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan dia Telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.
Dan dia Telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan Telah menundukkan bagimu malam dan siang.
Dan dia Telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim : 32-34)
Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa nikmat Alloh yang diturunkan kepada hamba-Nya sangat beragam dan tidak mungkin kita dapat menghitungnya secara pasti. Secara tidak langsung, kita akan menemukan sumber ekonomi dan rezeki baru ketika keutuhan itu muncul dalam kehiduan manusia.
Kesimpulan
Islam adalah satu-satunya agama yang mengemukakan prinsip-prinsip yang meliputi semua segi kehidupan manusia, tidak hanya membicarakan tentang nilainilai ekonomi. Islam telah menanamkan kerangka kerja yang luas berdasarkan kesempatan berekonomi yang sama dan adil bagi penganutnya untuk mengarahkan mereka ke arah kehidupan ekonomi yang seimbang.
Kesulitan ekonomi merupakan sebuah kelaziman dalam kehidupan ekonomi, apa pun system ekonomi yang diaplikasikan. Perbedaan itu muncul ketika masing-masing system yang ada beruaha untuk megatasi persoalan dengan konsep dasar dan etika ekonomi yang ada pada system tersebut. Hal inilah yang menentukan perbedaan dalam mengambl langkah dan kebijakan demi meraih kemaslahatan dan ksejahteraan hidup.
3. Heri Sudarsono SE, Konsep Ekonomi Islam, Ekonisia. Yogyakarta, 20002-2003
4. DR. Sai Sa’ad Marthon, Terjemahan Ekonomi Islam Di Tengah Krisis Ekonomi Global, Maktabah ar- Riyadh, 2007
5. M. Faruq an-Nababan, Sistem Ekonomi Islam, UII Pres, Yogyakarta, 2000-2002
6. Ir. H. Adiwarman A. Karim, S.E., MBA, MAEP, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Gema Insani, Jakarta, 2001 & 2007
7. Ali, Mohammad Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998.
8. Anto, Hendrie M. B., Pengantar Ekonomika Mikro Islami, Yogyakarta: Ekonisia FE UII, 2003.
9. Ghazali, Aidit, Islamic Thinkers on Economics, Administration and Transactions, Kuala Lumpur: Quill Publishers, 1991.
10. Karim, Adiwarman, Ekonomi Mikro Islami, Jakarta: IIIT, 2002.11. Mannan, M. A., Ekonomi Islam: Teori dan Praktek, terjemahan Potan Arif
Harahap, Jakarta: Intermasa, 1992.12. Pindyck, Robert S., and Daniel Rubinfeld, Microeconomics, sixth edition, New
Jersey: Prentice Hall, 2005.
Shihab, M. Quraish, Secercah Cahaya Ilahi: Hidup Bersama Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 2002.
[1] Dapat diartikan sebagai jalan hidup, syari’ah adalah salah satu kerangka dasar agama Islam selain akidah (pegangan hidup) dan akhlak (sikap hidup). Lihat Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), p. 235.
[2] Mengandung makna pengaturan hubungan (antar manusia)
[3] DR. Sai Sa’ad Marthon, Terjemahan Ekonomi Islam Di Tengah Krisis Ekonomi Global, Maktabah ar- Riyadh, 2007,
hal 37
[4] M. Faruq an-Nababan, Sistem Ekonomi Islam, UII Pres, Yogyakarta, 2000-2002, hal 21
[5] Kelangkaan juga bisa disebabka karena adanya pasar monopoli yang menguasai harga pasar tersebut, dan dalam satu daerah itu hanya terdapat satu jenis pasar
[6] Sayyid Qutub, Fi Zhilal al – Quran, Beirut, Dar asy-Syuruq, 1399 jilid V
[7] Heri Sudarsono SE, Konsep Ekonomi Islam, Ekonisia. Yogyakarta, 20002-2003, hal 105
[8] Drs. Muhammad, M.ag, Metodologi Penelitian Pemikiran Islam, Ekoisia, Yogyakarta, 2003, hal 45
[9] Anto, Hendrie M. B., Pengantar Ekonomika Mikro Islami, Yogyakarta: Ekonisia FE UII, 2003. Hal 89
[10] Muhammad Rawwas Qalahji, Mabahis fi al-Iqtishad al-Islamiy min Ushulihi al-Fiqhiyyah, (Beirut: Dar an-Nafes, 2000), Cet. ke-4, h. 62.
[11] DR. Sai Sa’ad Marthon, Terjemahan Ekonomi Islam Di Tengah Krisis Ekonomi Global, Maktabah ar- Riyadh, 2007,
hal 170
[12] Anto, Hendrie M. B., Pengantar Ekonomika Mikro Islami, Yogyakarta: Ekonisia FE UII, 2003. Hal 76
[13] QS. Ibrahim : 32-34
Problematika Umat Kontemporer
Umat Islam… Antara Hambatan dan Kewajibansaat ini belum lepas melewatu perjalanan sejarahnya yg panjang yg penuh dg ujian; ujian yg dihadapinya pd fase yg mengerikan sepanjang sejarah manusia; mengikuti proyek penjajahan yg keji & kejam, & demi kemaslahatan para serigala-srigala jahat & antek-anteknya, terutama penjajah zionis Yahudi.
Al-Quran Menurut Hasan Al-Banna (11) Surat Paling Lengkap Mencakup Makna dan Tujuan Al-Qur’an Setara Dengan Sepertiga Al-Qur’anngga hari kiamat. Ikhwan yg mulia… Saya sampaikan salam penghormatan Islam, salam penghormatan dari Allah, yg baik & diberkahi: Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuh. 2 Bagus sekali bila seseorang berada di tengah-tengah kelompok pilihan & istimewa yg
Gaza Menangis;raj nabi saw sedang dinistakan… Bumi yg disucikan sedang dikotori. Bumi kota suci ketiga setelah Makkah & Madinah sedang diinjak-injak… Siapakah yg akan menolong… siapakah yg akan membela. siapakah yg akan mengembalikan kesuciannya… itulah negeri
Positiveness dan Akibat Melubangi Kapalaan indah kepada kita yg menggambarkan adanya tanazu’ (tarik menarik, kontradiksi) antara positiveness perseorangan & positiveness jamaah. Beliau juga menyuguhkan ‘ilaj nabawi yg mujarab yg meleburkan egoisme perseorangan ke dalam kemanfaatan organisasional, yg bertolak dari munthalaq ta
Sikap Salafus Shalih dalam Mengelola Perbedaan Pendapat, Keragaman dan Madzhab-madzhab (Bag II)�ك ; �ك&تاب علي �ه* ال م*ح�كمات آيات. م&ن Problematika Umat Kontemporer
Islamiyyah Pada Masa Nabi SAW Menjelang Mihwar-Daulah Hak Angket Menyatakan Bahwa Pemerintah dan Menteri Luar Negeri
Berusaha Mengabaikan Qodhiyah Palestina Menjaga Keamanan Mesir itu Cita-cita Utama HAMAS Risalah Wirid Al-Qur’an Introspeksi Dirimu Dan Hargailah Mereka!, Syaikh Dr. Ibrahim bin ‘Amir ar
Ruhaili -hafizhahullah- Keamanan Mesir Hancurkan 6 Terowongan di Perbatasan Gaza – Mesir Kriteria Bidah, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Macam-Macam Puasa: Puasa Sunnah Dan Pengaruhnya Dalam Taqarrub
Seorang Hamba Kepada Rabb-Nya, Dr. Abdullah bin Muhammad bin Ahmad Ath-Thayyar
I. Pendahuluan
Proses globalisasi sejak tahun 90-an sampai sekarang maupun mendatang
diperkirakan semakin bertambah cepat sehingga oleh John Naisbitt disebut sebagai
era baru globalisasi. Benar juga apa yang dikemukakan oleh Colin Rose bahwa dunia
sedang berubah dengan kecepatan langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Kehidupan masyarakat termasuk kehidupan hukum dan ekonominya menjadi semakin
kompleks.[2]
Persoalan-persoalan hukum dalam berbagai aspeknya yang dulunya tidak pernah
terbayangkan muncul, pada era globalisasi muncul dan berkembang dengan cepat.
Persoalan-persoalan dalam bidang hukum Islam yang belakangan muncul misalnya
cloning, bayi tabung, dan lain-lain. Persoalan-persoalan dalam bidang ekonomi
misalnya zakat profesi, asuransi, pasar modal, bursa efek, dan lain-lain. Padahal
wahyu yang turun pada Rasulullah telah berhenti, Al-Qur’an telah tamat, tidak ada
dan memberikan catatan penting. Di antara ulama yang memberikan komentar
(mensyarah) al-Mustasfa yaitu:
1. Abu Ali Husain bin ‘Abd al-Aziz al-Fihri al-Balansi (w. 679 H.)
2. Ahmad bin Muhammad bin Abdurrahman bin Mas’ud al-’Amiri al-Garnati
(w. 699 H.)
3. Zain al-Din Suraija bin Muhammad al-Malti dengan nama Mustaqsa al-Wusul
ila Mustasfa al-Usul ( االصول مستصفى الى الوصول (مستقصى
Sedangkan di antara ulama yang meringkas al-Mustasfa dalam suatu karya ilmiah
kemudian memberikan catatan-catatan antara lain:
1. Muhammad bin Ahmad bin Abi al-Walid bin Rusyd
2. Fakhr ad-Din ar-Razi Muhammad bin Umar bin al-Husain bin al-Hasan bin Ali
at-Taimi al-Bakri dalam kitabnya al-Mahsul (المحصول)
3. Saifuddin Ali bin Abi Ali bin Muhammad dalam kitabnya al-Ihkam fi usul al-
Ahkam ( االحكام اصول فى [ 10 ](االحكام
Di kalangan pesantren-pesantren di Indonesia, kitab al-Mustasfa merupakan kitab
Usul al-fiqh yang sangat mendapat banyak sambutan. Hampir semua pesantren salaf
di Indonesia mengajarkan kitab al-Mustasfa pada para santrinya. Kitab tersebut
dianggap sebagai kitab mu’tabarah dalam bidang usul al-fiqh.
Beberapa karya al-Ghazali dalam bidang ilmu usul al-fiqh tersebut di atas
membuktikan pada kita bahwa al-Ghazali, sebagaimana kehebatannya dalam ilmu-
ilmu yang lain, diakui pula kehebatannya dalam ilmu usul al-fiqh. Bahkan oleh para
ulama, al-Ghazali dipandang sebagai tokoh usuliyyin mazhab Syafi’i. Dalam mazhab
Syafi’i ada tiga serangkai buku induk usul al-fiqh yaitu:1. Al-Mu’tamad (المعتمد), karya Abu Husain Muhammad bin Ali al-Basri2. Al-Burhan (البرهان), karya Abu al-Ma’ali Abd al-Malik bin Abdullah al-Juwaini
Asy-Syafi’i, yang dikenal Imam al-Haramain, salah seorang guru al-Ghazali.[11]3. Al-Mustasfa (المستصفى), karya Muhammad bin Muhammad bin Muhammad
al-Ghazali.
Pemikiran-pemikiran al-Ghazali yang sangat menonjol dalam bidang usul al-fiqh
antara lain tentang maqasid asy-syari’ah, ijma’, taswibah dan takhthi’ah,
danmaslahah mursalah. Tulisan ini memfokuskan pada pembahasan maslahah
lain untuk mengikuti bid’ahnya, sebab hal itu (kalau dibiarkan) akan melenyapkan
agama umat.[24] Kedua, tingkatan hajat (kebutuhan sekunder). Misalnya, pemberian
kekuasaan wali pada mengawinkan anaknya yang masih kecil, dalam rangka
mendapat kemaslahatan yang berupa kafa’ah (kesetaraan).
[25] Ketiga,tahsinat dan tazyinat (pelengkap-penyempurna), yang sifatnya untuk
mendapatkan beberapa nilai tambah. Tingkatan yang terakhir, berada di bawahhajat.
[26]
Al-Ghazali memandang bahwa maslahat hajiyat dan tahsiniyat tidak dapat
dijadikan hujjah (dalil) dalam menetapkan hukum Islam, kecuali hajiyat yang
menempati level daruriyat.[27] Bahkan al-Ghazali menyebutkan secara gamblang
syarat-syarat maslahah mursalah bisa dijadikan hujjah (dalil) dalam penetapan
hukum, yaitu:1. Maslahat itu sejalan dengan jenis tindakan-tindakan syara’/penetepan hukum
Islam (yang dimaksudkan nuntuk memlihara agama, akal, jiwa, harta, dan keturunan/kehormatan). Inilah persyaratan inti bagi diterimanya maslahah mursalah. Maslahah mulgah (yang bertentangan dengan nas atau ijma’) harus ditolak. Demikian pula maslahah gharibah (yang sama sekali tidak ada dalilnya, baik yang membenarkan maupun yang membatalkan). Bahkan al-Ghazali menyatakan maslahat semacam itu hakikatnya tidak ada.[28]
2. Maslahat itu harus berupa maslahat daruriyat atau hajiyah yang menempati kedudukan daruriyah. Maslahat tahsiniah tidak dapat dijadikan hujjah/pertimbangan penetapan hukum Islam, kecuali ada dalil khusus yang menunjukkannya, yang berarti penetapan hukumnya itu lewat qiyas, bukan atas nama maslahah mursalah.[29]
V. Maslahah Mursalah sebagai Salah Satu Strategi Hukum Islam Menjawab
Problematika Kontemporer
Maslahah mursalah merupakan salah satu metode ijtihad yang menjadikan hukum
Islam dapat lebih dinamis dan bersifat kontekstual, serta tidak ketinggalan zaman,
karena perkara-perkara yang baru dan belum ada ketentuan hukumnya dalam al-
Qur’an dan as-Sunnah dapat ditentukan hukumnya dengan jalan ijtihad yang salah
satunya menggunakan metode maslahah mursalah. Masalah-masalah lama yang
ditentukan hukumnya dengan jalan ijtihad tetapi tidak relevan/berlaku lagi secara
efektif dalam masyarakat, karena perkembangan zaman sudah berlainan, maka
terhadap masalah-masalah lama tersebut dapat ditentukan atau diubah ketentuan
PP IKAHA, “Kata Pengantar” dalam Dimensi Hukum Islam dalam Sistem Hukum
Nasional, Jakarta: Gema Insani Press, 1996
Qardawi, Yusuf, al-Ijtihad al-Mu,asir, Dar at-Tauzi’ wa an-Nasy al-Islamiyah, 1994
_____________, Madkhal lidirasah asy Syari’ah al Islamiyah,Kairo: Maktabah
Wahbah, tt.
Rose, Collin dan Malcolm J. Nicholl, Accelerated Learning for the 21 st Century, New
York: Delacorte Press, 1997
Suratmaputra, Ahmad Munif, Filsafat Hukum Islam al-Ghazali,Jakarta: Pustaka
Firdaus, 2002
Yusdani, Peranan Kepentingan Umum dalam Reaktualisasi Hukum: Kajian Konsep
Hukum Islam Najamuddin at-Tufi,Yogyakarta: UII Press, 2000
BEBERAPA PROBLEM KONTEMPORER DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM Posted on October 30, 2007 by pembina
Judul Asli : Hukmu Asy Syar’i fi Al Istinsakh, Naqlul A’dlaa’, Al Ijhadl, Athfaalul Anabib, Ajhizatul In’asy Ath Thibbiyah, Al Hayah wal MautPenerbit : Darul Ummah, Beirut, Libanon, Cetakan I, 1418/1997, 48 hal.Penulis : Abdul Qadim ZallumPenerjemah : Sigit Purnawan Jati, S.Si.Penyunting : Muhammad Shiddiq Al JawiPENDAHULUANPerkembangan sains yang luar biasa yang dicapai para ilmuwan biologi, embriologi, genetika, biologi sel, biologi kedokteran, rekayasa genetika, dan terakhir kloning hewan sebagai rintisan kloning manusia, telah melampaui seluruh ramalan masa depan manusia dan membuat banyak orang terkagum-kagum.Perkembangan dan pemanfaatan sains yang luar biasa berkat kemajuan teknologi yang pesat tersebut, tiada lain meru- pakan bukti yang menunjukkan keagungan dan kekuasaan Allah SWT serta kebijaksanaan dan kesempurnaan ciptaan-Nya. Selain itu, perkembangan ilmiah tersebut juga membukti- kan bahwa Allah SWT adalah benar-benar Sang Pencipta yang telah menciptakan alam semesta ini.
Perkembangan dan pemanfaatan sains juga membuktikan bahwa alam semesta tidaklah tercipta secara kebetulan, karena di dalamnya terdapat peraturan yang sangat teliti dan hukum yang sangat rapi untuk mengendalikan dan menjalankan alam semesta. Di samping itu dalam alam semesta terdapat sifat-sifat khas yang sudah disiapkan sedemikian rupa, sehingga dapat sesuai untuk segala benda dan makhluk yang ada di dalamnya. Semua ini menafikan kemungkinan bahwa alam semesta ter- cipta secara kebetulan, sebab suatu peristiwa kebetulan tidak akan mampu melahirkan peraturan yang teliti dan hukum yang rapi. Adanya peraturan dan hukum alam yang sangat akurat ini, tentu saja mengharuskan adanya Sang Pengatur dan Sang Pencipta yang Maha Berkuasa dan Maha Bijaksana. Allah SWT telah berfirman :
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”(QS. Al Qamar : 49)