SEDIAAN APUS DARAH TEBAL 1) Tujuan Mengetahui jenis-jenis protozoa yang terdapat pada darah hewan, baik protozoa yang terapat dalam darah maupun yang terdapat dalam plasma darah. 2) Alat dan Bahan Alat: Objek gelas Cover gelas Spuit Pipet tetes Bahan: Darah hewan Alkohol Kapas Giemsa 10% 3) Hasil percobaan No Jenis hewan Asal hewan Simptom Hasil 1 Sapi Anaplasma sp 2 Anjing negatif 3 Merpati negatif 4 Kucing negatif 5 Kambing negatif
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
SEDIAAN APUS DARAH TEBAL
1) Tujuan
Mengetahui jenis-jenis protozoa yang terdapat pada darah hewan, baik protozoa yang
terapat dalam darah maupun yang terdapat dalam plasma darah.
2) Alat dan Bahan
Alat:
Objek gelas
Cover gelas
Spuit
Pipet tetes
Bahan:
Darah hewan
Alkohol
Kapas
Giemsa 10%
3) Hasil percobaan
No Jenis hewan
Asal hewan Simptom Hasil
1 Sapi Anaplasma sp
2 Anjing negatif
3 Merpati negatif
4 Kucing negatif
5 Kambing negatif
6 Kerbau negatif
7 Ikan jenara negatif
8 Ikan mujair negatif
9 Macaca fasicularis
negatif
I. PEMBAHASAN
1. SAPI
Di Indonesia beberapa penyakit yang disebabkan oleh protozoa darah dapat
menirnbulkan wabah yang sangat merugikan usaha-usaha peternakan. Sarnpai saat ini
penyakit protozoa darah seperti Babesiosis , Theileriosis dan Trypanosomiasis serta parasit
darah dari golongan Rickettsia yang menyebabkan Anaplasmosis sudah menyebar hampir
seluruh wilayah Indonesia. Dalarn penularan dalam penularan penyakit-penyakit ini
kepadakepada sapi dan kerbau diperlukan vektor. Pengendalian Penyakit-penyakit tersebut
dapat dilaksanakan dengan usaha pencegahan dan penyembuhan penyakit.
Salah satu faktor yang dapat mengganggu usaha pengembangan peternakan ini adalah
penyakit. Parasit protozoa darah merupakan sekelompok agen penyebab infeksi yang terdapat
dalam darah hewan. Beberapa penyakit protozoa darah yang penting diantaranya adalah
Babesiosis, Theileriosis, Trypanosomiasis. Salah satu penyebab infeksi yang penting untuk
dibicarakan adalah Anaplasmosis. Agen penyebabnya bukan dari kelompok protozoa
melainkan adalah Rickettsia.
Parasit darah merupakan salah satu penyebab penyakit ternak yang cukup penting dan
bersifat endemik sehingga dapat menimbulkan kerugian ekonomi cukup besar antara lain
berupa penurunan berat badan, kehilangan tenaga kerja dan kematian ternak. Jenis-jenis
penyakit parasit darah yang penting di Indonesia antara lain trypanosomiasis, babesiosisd dan
anaplasmosis.
Penyakit trypanosomiasis atau SURRA di Indonesia disebabkan oleh parasit darah
Trypanosoma evansi merupakan salah satu penyakit ternak yang penting dan dapat menular
dari hewan satu ke hewan lainnya (Adiwinata & Dachlan, 1969). Penyakit SURRA
merupakan penyakit yang dapat bersifat akut ataupun kronis (Evans. 1880). Penyakit ini akan
bersifat endemik apabila ditemukan vektor yaitu lalat dari genus Tahanus spp. (Nieschultz .
1930). Penyakit jni ditandai dengan adanya anemia. odema dan demam. Hewan yang dapat
diserang antara lain : sapi, kerbau, kuda, unta, gajah, kambing, domba, anjing, kucing, babi
dan hewan liar lainnya. Kasus SURRA sudah sering dilaporkan di bebarapa daerah di
Indonesia dan wabah SURRA yang terbesar yang menyerang sapi dan kerbau terjadi pada
tahun 1968 - 1969 di Jawa Tengah yang menimbulkan banyak kematian (Adiwinata clan
Dachlan, 1969). Pada tahun 1988 terjadi lagi wabah di Madura yang mengakibatkan kematian
pada sapi. kerbau dan kuda (Sukanto dkk., 1988). Dalam penelitian lain diketahui bahwa
kerbau-kerbau yang terinfeksi mempunyai level parasitaemia yang lebih lama dan tinggi
dibanding sapi (Partoutomo, 1995) .
Babesiosis atau disebut piroplasmosis adalah parasit yang terletak di dalam sel darah
merah dan penularannya melalui vektor caplak Boophilus. Kejadian babesiosis di Indonesia
pertama kali dilaporkan ketika ada wabah yang menyerupai Texas Fever pada tahun 1846
(De Does. 1905). JenisJenis babesiosis yang umum ditemukan di Indonesia adalah Babesia
bigemina dan Babesia bovis, yang biasa menyerang sapi (Ronohardjo dkk ., 1985 : Wilson
dan Ronohardjo. 1984). Parasit darah ini dapat menyerang hewan vetebrata baik domestik
maupun liar. Gejala klinis babesiosis pada umumnya ditandai dengan suhu rektum sampai
41 .5°C, kelemahan, urine berwarna merah (hemoglubinuria), anemia yang biasanya diikuti
dengan ikterus. Sedangkan pada kasus babesiosis yang disebabkan oleh B. bovis disamping
tanpa-tanda di atas, juga disertai ataxia, konvulsi dan paralisis kemudian diikuti dengan koma
dan kematian.
Anaplasmosis merupakan penyakit protozoa yang dapat bersifat akut dan kronis yang
ditandai dengan adanya demam, anemia, ikterus dan kekurusan tanpa hemoglobinuria .
Hewan yang diserang oleh parasit ini adalah sapi, kerbau, unta, babi, domba, kambing, anjing
dan hewan liar. Di Indonesia anaplasmosis disebabkan oleh Anaplasma mcirginale,
pertamakali ditemukan pada kerbau (Blieck & Kaligis, 1912). Penyakit ini ditularkan
melalui vektor caplak yaitu Boophilus microplus yang tersebar luas di Kepulauan Indonesia
(Zwart. 1959). Kejadian anaplasmosis yang menyerang sapi juga telah dilaporkan (Wilson
clan Ronohardjo, 1984: Ronohardjo dkk., 1985). Di daerah tropis dan sub-tropis pada
umumnya A. marginale bersifat endemik (Sukanto, 1992).
A. Babesia sp.
Klasifikasi
Phylum : Apicomplexa
Subclass : Piroplasmia
Ordo : Piroplasmida
Family : Babesiidae
Genus : Babesia
Spesies : Babesia sp. (Levine 1970)
Babesia sp. adalah parasit darah yang dapat menyebabkan babesiosis. Klasifikasi
parasit ini menurut Levine (1970), termasuk dalam subfilum Apicomplexa, kelas piroplasma
dan famili babesiidae. Jenis Babesia sp. yang menginfeksi sapi adalah Babesia bigemina,
Grahamella, Ehrlichia (3) tidak parasitik sehingga tidak dibahas lebih lanjut.
Gejala :
- Anorexia
- Pucat
- Dehidrasi
- Ikhterus
- Abortus
- Suhu badan meningkat.
- dll
Pengobatan :
Memberi suntikan Imizol (imidocarb) untuk pengawalan memberi suntikan Imizol
(imidocarb) untuk pengawalan .
Pencegahan dan Pengendalian
Membuat karatina dengan ternakan-ternakan yang baru membuat karantina dengan
ternak-ternak yang baru
di impot.
Gambar 5. Anaplasma centralis.
5. MERPATI
1) Plasmodium
Disebabkan oleh Plasmodium sp, yang terpenting Plasmodium gallinaceum, dan
Plasmodium juxtanucleare (P. japonicum).
Morfologi
Plasmodium gallinaceum, Gamon dan Meron bentuknya bulat atau tidak teratur, Inti
sel eritrosit hospes dipindahkan tetapi jarang sampai keluar. Butir pigmen gamon agak besar
dan tidak banyak. Plasmodium juxtanucleare, Merozoit berbentuk bulat, ovoid sampai tidak
teratur (1,2) agak kecil dan biasanya berhubungan dengan inti eritrosit. Gamet bentuknya
bulat, ovoid, tidak teratur atau piriform memanjang . Sel hospes seringkali menggeliat
(distarted = berubah bentuk).
Plasmodium gallinaceum, ayam hutan lebih tahan, pada ayam peliharaan
menimbulkan kematian. Mula-mula suhu badan berfluktuasi (demam intermiten), anemia
(ditandai dengan pucatnya selaput lendir), lemah, lesu, selain itu dapat mengalami
kelumpuhan dan mati karena penyumbatan kapiler-kapiler darah pada otak karena stadium
eksoeritrositik, gemetar, bulu kusam dan kekurusan. Plasmodium (Novyella) juxtanucleare,
tidak teramati gejala penyakit yang nyata, sebelum mati, ayam lesu dan lemah, balungnya
pucat, suhu tubuhnya tidak naik.
2) Leucocytozoon
Leucocytozoonosis ialah suatu penyakit protozoa darah, di Indonesia disebabkan oleh
Leucocytozoon cauleryi (L. cauleryi) dan L. sabrazesi, keduanya menginfeksi Ayam, L.
Simondi menginfeksi Itik dan Angsa), sedangkan L. Smithi menginfeksi Kalkun, dilularkan
oleh lalat Culicoides dan atau Simulium, dengan gejala klinis yang jelas dan kadang-kadang
tidak teramati.
Morfologi
Leucocytozoon cauleryi Gamon dewasa berbentuk bulat berukuran(15,5 X 15,0) mikron, ditemukan didalam eritrosit, (2) atau lekosit yang telah membesar sedemikian rupa sehingga berukuran sekitar 20 mikron (4), inti sel hospes membentuk pita gelap memanjang kira-kira 1/3 keliling parasit
Leucocytozoon sabrazesi Gamon dewasa, memanjang dengan ukuran kira-kira 22 – 24 X 4 -7 mikron (2), Makrogamet dan Mikrogamet berbentuk seperti sosis berukuran 16,0 – 24,0 X 4,0 - 12,0 mikron, dan 13,5 - 24,0 X 4,0 – 11,5 mikron (3). Sel hospes berbentuk gelendong dengan ”tanduk-tanduk” sitoplasma panjang memanjang melebihi parasit dengan ukuran kira-kira 67 X 6 mikron. Inti sel hospes membentuk suatu jungta, sempit berwarna gelap pada pewarnaan, sepanjang suatu sisi parasit
Leucocytozoon simondi Gamet dewasa, bentuknya memanjang atau bulat, sel hospes biasanya memanjang dengan inti membentuk sebuah pita sangat panjang, tipis, gelap sepanjang satu sisi dan dengan “tanduk-tanduk” sitoplasmik menjulur keluar melebihi panjang parasit dan inti, ditemukan pada lekosit dan eritrosit
Leucocytozoon. smiti
Gamon dewasa mula-mula bulat kemudian baru memanjang, sel hospes memanjang dengan “tanduk-tanduk” sitoplasmik pucat meluas keluar melewati parasit yang dikurungnya. Inti sel hospes memanjang, membentuk suatu pita panjang, tipis, gelap sepanjang salah satu sisi parasit, sering kali membelah dan membentuk sutu pita yang berada disetiap sisi parasit
Kadang-kadang menampakkan gejala klinis atau tanpa gejala klinis yang jelas.
Gejala klinis yang teramati antara lain : anemia (pial dan balung pucat), lesu, suka
bergerombol, hilang nafsu makan, (1,2) muntah darah, tinja berwarna hijau, paralisa dan
diikuti kematian akibat kolaps (1) Jika infeksi tanpa gejala klinis yang jelas, teramati
penurunan produksi telur dan daya tetas serta penurunan berat badan.
6. KUCING
Ada dua jenis protozoa yang biasa ditemukan pada kucing, dimana keduanya
menyebabkan diare yang mengarah pada dehidrasi dan turunnya berat badan pada kitten.
1. Giardia protozoa: iini adalah protozoa yang ada pada mucosa membran di usus halus
kucing.
2. Coccidia : ini bisa tertular dikarenakan mengkonsumsi material terinfeksi. coccidia ini
dapat menular ke manusia :toxoplasmosis, Toxoplasma gondii.
Gambar Protozoa darah pada kucing Toxoplasma gondii.
Toxoplasmosis adalah penyakit parasitik yang disebabkan oleh protozoa Toxoplasma
gondii. Parasit tersebut menginfeksi banyak binatang berdarah-hangat, termasuk manusia,
tetapi paling sering menginfeksi kucing pada famili felidae. Binatang terinfeksi dengan
mengigit daging yang terinfeksi, dengan kontak terhadap kucing feces, atau dengan infeksi
dari ibu ke fetus. Sementara hal ini benar, kontak dengan daging terinfeksi yang belum
dimasak menjadi akibat lebih penting terhadap infeksi manusia pada banyak negara.
7. BIAWAK
1. Babesia bigemina
Babesiosis, yang menginfeksi ruminansia di Indonesia disebabkan oleh spesies :