Top Banner
SEDIAAN APUS DARAH TEBAL 1) Tujuan Mengetahui jenis-jenis protozoa yang terdapat pada darah hewan, baik protozoa yang terapat dalam darah maupun yang terdapat dalam plasma darah. 2) Alat dan Bahan Alat: Objek gelas Cover gelas Spuit Pipet tetes Bahan: Darah hewan Alkohol Kapas Giemsa 10% 3) Hasil percobaan No Jenis hewan Asal hewan Simptom Hasil 1 Sapi Anaplasma sp 2 Anjing negatif 3 Merpati negatif 4 Kucing negatif 5 Kambing negatif
25

Darah Tebal

Aug 07, 2015

Download

Documents

Bennie Andista
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Darah Tebal

SEDIAAN APUS DARAH TEBAL

1) Tujuan

Mengetahui jenis-jenis protozoa yang terdapat pada darah hewan, baik protozoa yang

terapat dalam darah maupun yang terdapat dalam plasma darah.

2) Alat dan Bahan

Alat:

Objek gelas

Cover gelas

Spuit

Pipet tetes

Bahan:

Darah hewan

Alkohol

Kapas

Giemsa 10%

3) Hasil percobaan

No Jenis hewan

Asal hewan Simptom Hasil

1 Sapi Anaplasma sp

2 Anjing negatif

3 Merpati negatif

4 Kucing negatif

5 Kambing negatif

6 Kerbau negatif

7 Ikan jenara negatif

8 Ikan mujair negatif

9 Macaca fasicularis

negatif

Page 2: Darah Tebal

I. PEMBAHASAN

1. SAPI

Di Indonesia beberapa penyakit yang disebabkan oleh protozoa darah dapat

menirnbulkan wabah yang sangat merugikan usaha-usaha peternakan. Sarnpai saat ini

penyakit protozoa darah seperti Babesiosis , Theileriosis dan Trypanosomiasis serta parasit

darah dari golongan Rickettsia yang menyebabkan Anaplasmosis sudah menyebar hampir

seluruh wilayah Indonesia. Dalarn penularan dalam penularan penyakit-penyakit ini

kepadakepada sapi dan kerbau diperlukan vektor. Pengendalian Penyakit-penyakit tersebut

dapat dilaksanakan dengan usaha pencegahan dan penyembuhan penyakit.

Salah satu faktor yang dapat mengganggu usaha pengembangan peternakan ini adalah

penyakit. Parasit protozoa darah merupakan sekelompok agen penyebab infeksi yang terdapat

dalam darah hewan. Beberapa penyakit protozoa darah yang penting diantaranya adalah

Babesiosis, Theileriosis, Trypanosomiasis. Salah satu penyebab infeksi yang penting untuk

dibicarakan adalah Anaplasmosis. Agen penyebabnya bukan dari kelompok protozoa

melainkan adalah Rickettsia.

Parasit darah merupakan salah satu penyebab penyakit ternak yang cukup penting dan

bersifat endemik sehingga dapat menimbulkan kerugian ekonomi cukup besar antara lain

berupa penurunan berat badan, kehilangan tenaga kerja dan kematian ternak. Jenis-jenis

penyakit parasit darah yang penting di Indonesia antara lain trypanosomiasis, babesiosisd dan

anaplasmosis.

Penyakit trypanosomiasis atau SURRA di Indonesia disebabkan oleh parasit darah

Trypanosoma evansi merupakan salah satu penyakit ternak yang penting dan dapat menular

dari hewan satu ke hewan lainnya (Adiwinata & Dachlan, 1969). Penyakit SURRA

merupakan penyakit yang dapat bersifat akut ataupun kronis (Evans. 1880). Penyakit ini akan

bersifat endemik apabila ditemukan vektor yaitu lalat dari genus Tahanus spp. (Nieschultz .

1930). Penyakit jni ditandai dengan adanya anemia. odema dan demam. Hewan yang dapat

diserang antara lain : sapi, kerbau, kuda, unta, gajah, kambing, domba, anjing, kucing, babi

dan hewan liar lainnya. Kasus SURRA sudah sering dilaporkan di bebarapa daerah di

Indonesia dan wabah SURRA yang terbesar yang menyerang sapi dan kerbau terjadi pada

tahun 1968 - 1969 di Jawa Tengah yang menimbulkan banyak kematian (Adiwinata clan

Dachlan, 1969). Pada tahun 1988 terjadi lagi wabah di Madura yang mengakibatkan kematian

Page 3: Darah Tebal

pada sapi. kerbau dan kuda (Sukanto dkk., 1988). Dalam penelitian lain diketahui bahwa

kerbau-kerbau yang terinfeksi mempunyai level parasitaemia yang lebih lama dan tinggi

dibanding sapi (Partoutomo, 1995) .

Babesiosis atau disebut piroplasmosis adalah parasit yang terletak di dalam sel darah

merah dan penularannya melalui vektor caplak Boophilus. Kejadian babesiosis di Indonesia

pertama kali dilaporkan ketika ada wabah yang menyerupai Texas Fever pada tahun 1846

(De Does. 1905). JenisJenis babesiosis yang umum ditemukan di Indonesia adalah Babesia

bigemina dan Babesia bovis, yang biasa menyerang sapi (Ronohardjo dkk ., 1985 : Wilson

dan Ronohardjo. 1984). Parasit darah ini dapat menyerang hewan vetebrata baik domestik

maupun liar. Gejala klinis babesiosis pada umumnya ditandai dengan suhu rektum sampai

41 .5°C, kelemahan, urine berwarna merah (hemoglubinuria), anemia yang biasanya diikuti

dengan ikterus. Sedangkan pada kasus babesiosis yang disebabkan oleh B. bovis disamping

tanpa-tanda di atas, juga disertai ataxia, konvulsi dan paralisis kemudian diikuti dengan koma

dan kematian.

Anaplasmosis merupakan penyakit protozoa yang dapat bersifat akut dan kronis yang

ditandai dengan adanya demam, anemia, ikterus dan kekurusan tanpa hemoglobinuria .

Hewan yang diserang oleh parasit ini adalah sapi, kerbau, unta, babi, domba, kambing, anjing

dan hewan liar. Di Indonesia anaplasmosis disebabkan oleh Anaplasma mcirginale,

pertamakali ditemukan pada kerbau (Blieck & Kaligis, 1912). Penyakit ini ditularkan

melalui vektor caplak yaitu Boophilus microplus yang tersebar luas di Kepulauan Indonesia

(Zwart. 1959). Kejadian anaplasmosis yang menyerang sapi juga telah dilaporkan (Wilson

clan Ronohardjo, 1984: Ronohardjo dkk., 1985). Di daerah tropis dan sub-tropis pada

umumnya A. marginale bersifat endemik (Sukanto, 1992).

A. Babesia sp.

Klasifikasi

Phylum : Apicomplexa

Subclass : Piroplasmia

Ordo : Piroplasmida

Page 4: Darah Tebal

Family : Babesiidae

Genus : Babesia

Spesies : Babesia sp. (Levine 1970)

Babesia sp. adalah parasit darah yang dapat menyebabkan babesiosis. Klasifikasi

parasit ini menurut Levine (1970), termasuk dalam subfilum Apicomplexa, kelas piroplasma

dan famili babesiidae. Jenis Babesia sp. yang menginfeksi sapi adalah Babesia bigemina,

Babesia bovis, Babesia divergens, Babesia argentina, Babesia major. Babesia sp. dapat

menyebabkan penyakit yang serius pada sapi, yaitu penyakit Cattle Tick Fever, Texas Fever,

Red Water Fever, Piroplasmosis (Soulsby, 1982). Babesia sp. yang biasanya menginfeksi

sapi-sapi yang ada di Indonesia adalah Babesia bigemina dan Babesia bovis.

Morfologi

Morfologi  Babesia sp secara umum mirip,  Merozoit  didalam eritrosit berbentuk

bermacam-macam (bulat, oval, piriform atau tidak teratur), bentuk piriform secara khas

berpasangan dengan sudut lancip, dengan pewarnaan giemza, plasma parasit terlihat biru dan

intinya berwarna merah . Menurut Levine (1970), merozoit dalam eritrosit berbentuk bundar,

atau tidak teratur. Pada Babesia bovis ditemukan bentuk ”cincin - signet” bervakuol, yang

mempunyai merozoit-merozoit berukuran kira – kira 1,5 – 2,4 μm dan terletak di bagian

tengah eritrosit. Sedangakan Babesia bigemina dalam eritrosit berbentuk piriform, bulat, oval

atau tidak teratur. Merozoit yang piriform ditemukan secara khas berpasang – pasangan dan

berbentuk bulat dengan diameter 2 – 3 μm panjang 4 – 5 μm.

Page 5: Darah Tebal

Gambar 1. Bentuk-bentuk Babesia sp. (Soulsby, 1982)

Beberapa jenis Babesia (Levine, 1992):

a. Babesia bigemina

Merupakan penyebab demam Texas pada sapi. Merozoit yang berbeda di dalam sel

darah merah berbentuk seperti buah pir, bulat, seperti telur, atau bentuk tidak beraturan. Jenis

parasit ini mempunyai ukuran yang relatif besar, merozoit berbentuk buah pir panjangnya 4 –

5 μm dan ruang bulat seperti inti berdiameter 2 – 3 μm. Caplak yang bertindak sebagai vektor

parasit ini adalah Boophilus annulatus di wilayah Amerika Utara.

b. Babesia bovis

Merupakan parasit yang menyebabkan piroplasmosis atau babesiosis pada sapi di

Eropa,Uni Soviet, dan Afrika. B. bovis mempunyai ukuran lebih kecil dari B. bigemina,

merozoitnya panjang sekitar 2,4 μm. Jenis caplak yang menjadi vector dari parasit ini adalah

Ixodes persulcatus di Uni Soviet dan Boophilus calcaratus dan Rhipicephalus bursa di

Eropa.

c. Babesia barbera

Merupakan sinonim dari B. Bovis terdapat di daerah yang sama dengan B. bovis dan

mempunyai struktur dan vektor yang sama dengan B. bovis.

d. Babesia divergens

Merupakan penyebab babesiosis pada sapi di Eropa. Merozoitnya hanya mempunyai

panjang sekitar 1,5 μm, dan sudut diantara merozoitnya tumpul. Jenis caplak yang menjadi

vektor untuk parasit jenis ini adalah Ixodes ricinus.

e. Babesia argentina

Mempunyai morfologi yang hampir sama dengan B. bovis tetapi terdapat pada sapi di

Amerika Selatan, Tengah, dan Australia. Caplak yang menjadi vektornya adalah Boophilus

spp. Kemungkinan B. argentina lebih patogen daripada B.bigemina

f. Babesia motasi

Merupakan bentuk yang besar (panjang 4 - 2,5 μm) yang menyebabkan penyakit pada

domba dan kambing di Eropa, Timur Tengah, Uni soviet, Indocina, Afrika dan sebagainya.

Vektornya adalah caplak Rhipicephalus, Haemaphysalis, dan Dermacentor.

Page 6: Darah Tebal

g. Babesia ovis

Merupakan bentuk yang kecil, mempunyai panjang sekitar 1,0 – 2,5 μm yang

menyebabkan penyakit pada domba dan kambing di Eropa, Uni Soviet, Timur Tengah, dan

seluruh daerah tropis. Caplak yang menjadi vektornya adalah Rhipicephalus bursa dan ixodes

persulcatus.

A. Anaplasma sp.

Klasifikasi

Subclass : Riketsiaeia

Ordo : Riketsiaeida

Famili : Riketsiae

Genus : Anaplasma

Spesies : Anaplasma sp. (levine, 1970)

Anaplasmosis merupakan penyakit infeksius yang ditularkan pada hewan ternak yang

ditandai dengan anemia. Cara penularanya melalui vektor yaitu caplak Boophilus microplus.

Infeksi Anaplasma sp. biasanya dapat bersamaan dengan infeksi Babesia sp.. Anaplasma sp.

telah lama digolongkan kedalam protozoa, yang menyebabkan Tick-Borne Disease, tapi saat

ini secara taksonomi Anaplasma sp. telah digolongkan ke dalam Rickettsia (Seddon 1966).

Gejala klinis yang tidak jelas pada sapi , kurang dari 1 tahun, dan kejadian fatal, per akut

pada sapi lebih dari 3 tahun, gejala klinis yang dapat ditemukan antara lain pyrexia, anemia,

jaundice, anoreksia, nafas cepat, penurunan produksi susu, abortus. Anaplasma marginale

yang dapat menyebabkan penyakit-penyakit High fever, Anemia, Bilirubinemia, Bilirubinuria

lebih patogen dibandingkan dengan Anaplasma centrale, beberapa hewan yang dapat menjadi

induk semang dari Anaplasma sp. kerbau, antelops, Elk, bison, unta, biri-biri, kambing

(Astyawati, 2005).

Page 7: Darah Tebal

Morfologi

Anaplasma sp. berukuran kecil dan berbentuk bulat seperti bola mempunyai diameter

0,5 μm dan berukuran 1-2 μm terletak di pinggir atau di tengah eritrosit dalam satu eritrosit

biasanya terdapat satu Anaplasma sp., tetapi jika sudah dalam infeksi tingkat tinggi bisa

mencapai empat Anaplasma sp. Dalam satu eritrosit (Seddon, 1966).

Beberapa Jenis Anaplasma (Ashadi, 1992):

a. Anaplasma centrale, Jenis ini merupakan Anaplasma sp. yang berada di tengah

eritrosit.

b. Anaplasma marginale, jenis ini merupakan Anaplasma sp. yang berada di tepi atau

pinggir dinding eritrosit.

Gambar 2. Anplasma sp. dalam sel eritrosit.

A. Theileria sp.

Klasifikasi

Phylum : Apicomplexa

Subclass : Piroplasmia

Ordo : Piroplasmida

Family : Theileriidae

Genus : Theileria

Page 8: Darah Tebal

Spesies : Theileria sp. (Levine 1970)

Theileria sp. menurut derajat patogenitasnya dibagi atas Theileria sp. yang patogen

dan Theleria sp. yang non patogen. Jenis Theleria sp. yang patogen pada sapi adalah

Theileria annulata, Theileria bovis, Theileria laurenct dan Theileria parva, penyebab

penyakit east coast fever, mediterran theileriosis, corridor disease atau rhodensian red water

disease. Sedangakan jenis Theileria sp. Yang bersifat non patogen adalah Theileria mutan,

Theileria buffeli, Theileria sergenti dan Theileria orientalis (Levine, 1992).

Morfologi

Menurut Soulsby (1982) bentuk Theileria sp. dalam eritrosit yang paling menonjol

adalah bentuk batang yang memiliki ukuran kira-kira 1,5 – 2,0 X 0,5 – 1,0 μm. Bentuk lain

yang umumnya dijumpai pada eritrosit adalah bundar, oval dan dapat juga berbentuk koma.

Gambar 3. Bentuk-bentuk Theileria sp. (Soulsby, 1982).

Beberapa jenis Theileria (Levine, 1992),

a. Theileria parva

Merupakan penyebab demam pantai timur pada sapi di Afrika. Merozoit di dalam sel

darah merah lebih banyak berbentuk tongkat dan mempunyai panjang sekitar 1,5 – 2,0 μm.

Bentuk memperbanyak diri terdapat dalam limfosit dan terkadang pada sel endotel, terutama

pada bungkul – bungkul limfe dan limpa. Parasit ini mempunyai ukuran diameter kurang

lebih 8 μm. Karena warnanya biru dengan pewarnaan giemsa, mereka dikenal sebagai badan

biru dari Koch. Vektor yang paling penting adalah Rhipicephalus appendiculatus, tetapi

Rhipicephalus jenis lain dan Hyalomma dapat menularkan parasit ini.

b.Theileria annulata

Menyebabkan theileriosis tropis atau Demam Pantai Mediteranian pada sapi di Afrika

sebelah selatan, Uni Soviet sebelah selatan, dan Asia. Frekuensi kematian yang disebabkan

parasit ini lebih rendah jika dibandingkan dengan T. parva. Jenis parasit ini juga mempunyai

Page 9: Darah Tebal

meron (badan Koch) di dalam limfosit pada limpa dan bungkul limfe, mereka mirip dengan

meron T. parva. Siklus hidup T. annulata mirip dengan T. parva dan vektornya berbagai

caplak jenis Hyalomma.

c. Theleria mutans

Parasit ini terdapat pada sapi di seluruh wilayah Afrika, sebagian besar Asia dan

beberapa bagian Uni Soviet dan Eropa sebelah selatan. Parasit ini pernah ditemukan dua kali

di AS. Parasit ini mirip dengan T. parva tetapi tidak patogen. Parasit ini ditularkan oleh

caplak Rhipicephalus sp.

2. ANJING

Protozoa yang dapat ditemukan pada darah adalah Babesia sp.. Ditemukan juga

Anaplasma sp. yang saat ini sudah tidak lagi masuk ke dalam Protozoa demikian juga dengan

Haemobartonella sp. Kejadian infeksi protozoa parasit darah pada anjing ras impor lebih

banyak terjadi pada anjing yang memiliki tipe rambut panjang dan protozoa yang paling

banyak ditemukan adalah dari genus Babesia.

Terdapat sekitar 64.000 spesies protozoa telah diberi nama. Sebagian besar protozoa

ini hidup bebas, namun kurang lebih 7.000 spesies merupakan parasit pada bermacam-macam

hewan. Protozoa parasitik tidak hanya ditemukan pada hewan ternak dan hewan kesayangan,

tetapi dapat ditemukan juga pada hewan laboratorium dan satwa liar (Ashadi & Handayani

1992).

Menurut Levine (1990), anjing dapat terinfeksi berbagai jenis protozoa yang beredar

di dalam darah, antara lain Trypanosoma rangeli, Hepatozoon canis, dan Babesia canis.

Trypanosoma rangeli terdapat di dalam plasma darah, Hepatozoon canis di dalam sel darah

putih dan Babesia canis di dalam sel darah merah. Trypanosoma rangeli terdapat di dalam

darah anjing, kucing dan kera serta berbagai mamalia liar di Amerika Selatan bagian utara

dan Amerika Tengah. T. rangeli ditularkan dengan pencemaran tinja yang berasal dari

kumbang pencium, Trypanosoma ini tidak patogen, sedangkan Trypanosoma cruzi yang

kadang-kadang menginfeksi hewan yang sama, cukup patogen. Hepatozoon canis terdapat

pada anjing dan karnivora lain di Asia, Afrika dan Italia. Parasit ini ditularkan oleh caplak

coklat anjing, Rhipicephalus sanguineus. Infeksi terjadi bila caplak yang mengandung

Hepatozoon termakan oleh induk semang mamalia. Babesia canis terdapat pada anjing di

seluruh dunia, tetapi jarang di Amerika Serikat. Parasit ini ditularkan oleh gigitan caplak

sebagai vektor dan vektor yang terpenting adalah Rhipicephalus sanguineus. Karena vektor

Page 10: Darah Tebal

dari semua protozoa ini adalah artropoda subtropis dan tropis, maka protozoa itu terutama

terdapat di daerah subtropis dan tropis, epidemiologi mereka ditentukan oleh ekologi

vektornya (Levine 1990).

1. Hepatozoon canis

Hepatozoon canis adalah parasit bersel satu yang ditularkan oleh kutu, biasanya Tick

Dog Brown, sanguineus Rhipicephalus . Karena interval waktu yang lama antara menjadi

terinfeksi dan mengembangkan penyakit, penyakit ini tidak hanya terlihat selama musim

kutu, tetapi sepanjang tahun. Ini bukan penyakit yang sangat umum di Amerika Serikat, tetapi

ketika hal itu terjadi biasanya di Texas dan negara-negara sekitarnya. Parasit ini menginfeksi

anjing, anjing hutan, dan rubah.

Gambar 4. Hepatozoon canis pada darah anjing.

3. KERBAU

Surra adalah penyakit hewan menular yang disebabkan oleh parasit protozoa

Trypanosoma evansi, yang dapat bersifat akut atau kronis dan tersebar luas di daerah tropik

dan subtropik, kecuali Australia. Di Indonesia, penyakit Surra (Trypanosomiasis) merupakan

salah satu di antara penyakit hewan menular penting yang menyerang ruminansia besar dan

kuda. Penyakit ini bersifat akut pada kuda dan berakibat fatal, apabila tidak segera diobati,

sedang pada kerbau bersifat kronis dan kurang patogen (SUKANTO, 1994). Namun

demikian, Surra pada kerbau yang biasanya bersifat kronis-subklinis ini, adakalanya bersifat

akut (LEVINE, 1973). PARTOUTOMO et al. (1995) telah melakukan studi patogenesis T.

evansi pada sapi dan kerbau.

Page 11: Darah Tebal

Gambar 4. T. Evansi dalam plasma darah hewan.

SUKANTO (1994) juga menyebutkan bahwa, kerbau yang terinfeksi oleh T. evansi,

tidak memperlihatkan gejala klinis yang nyata. Pada infeksi kronis, hewan terlihat kurus,

lesu, anemia dan ada oedema pada bagian dada sampai bawah perut, suhu rektal tinggi (lebih

dari 40°C). Sedang DAMAYANTI (1993) mengemukakan bahwa, gejala kronis yang sering

ditemui pada kerbau impor maupun lokal yang terserang secara alami oleh T. evansi adalah:

demam intermiten, anemia, anoreksia, depresi dan gejala syaraf. Kelainan pascamati tidak

spesifik, sedang gambaran histopatologik berupa peradangan jantung, nekrosis limpa dan hati

serta peradangan paru-paru. Menurut SUKANTO (1994), wabah Surra dapat terjadi ketika T.

evansi dibawa oleh hewan “karier” yang memasuki daerah baru. Atau terjadi pada hewan

yang berasal dari daerah bebas Surra yang dipindahkan ke daerah endemik. Kerbau yang

mengalami infeksi kronis dapat merupakan sumber infeksi untuk ternak lain yang peka.

Kejadian Trypanosomiasis sangat bervariasi dan metode yang digunakan untuk mendeteksi

adanya parasit darah dengan pemeriksaan ulas darah dan atau mikrohematokrit test (MCHT).

Data tersebut diolah dari berbagai sumber yang kebanyakan berasal dari ruminansia (sapi dan

kerbau) secara umum.

Jenis-jenis protozoa darah yang terdapat pada kerbau sama dengan yang terdapat

pada sapi yang telah dibahas di bagian lain laporan pratikum ini.

4. KAMBING

Toksoplasmosis yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii merupakan salah satu

penyakit parasiter yang infeksius. Penyakit ini menyerang ternak kambing dan domba, dapat

menyebabkan turunnya tingkat produksi dan produktivitas ternak (WATSON dan

BEVERLEY, 1971; DUBEY, 1981). Disamping itu, toksoplasmosis dapat menular ke

manusia atau bersifat zoonosis (SASMITA, 1986). Infeksi T. gondii pada kambing dan

domba bunting bersifat patogenik menyebabkan abortus dan kematian setelah lahir, akan

Page 12: Darah Tebal

tetapi infeksi T. gondii yang kurang patogenik akan terjadi mumifikasi, endometritis, dan

menyebabkan infertilitas (BRODIE et al., 1983; BUXTON, 1989; DUBEY, 1990;

RESENDES et al., 2002).

Gambar 4. Toxoplasma gondii pada darah kambing.

Telah disebutkan di atas bahwa infeksi toksoplasmosis pada hewan domba, kambing

dan manusia tidak menunjukkan gejala klinis yang spesifik. Pengenalan toksoplasmosis

secara klinis sangat sukar karena infeksi positif tidak menunjukkan manifestasi gejala

klinisnya, atau bersifat subklinis. Dugaan adanya infeksi toksoplasmosis pada kasus abortus,

ditandai dengan kotiledon yang kecil, odema di antara kotiledon pada kambing dan domba

yang abortus (DUBEY et al. 1981). Pada anak domba yang baru lahir terkena

toksoplasmosis, dapat dikenali adanya kejang-kejang kaki depan atau belakang, dan sendi

lutut karena sendi lutut agak meregang. Pada anak domba tersebut terjadi pergerakan-

pergerakan secara periodik pada kaki depannya dan kepalanya sedikit naik disertai suhu

badan tinggi (41°C) (SOULSBY, 1982; THEDFORD, 1984).

1. Anaplasma

Etiologi :

Kutu - Boophilus microplus

Rhipicephalus spp.

Dermacentor spp.

Ixodes spp.

Epidimiologi :

Page 13: Darah Tebal

Adanya ektoparasit pada dermacenton sp yang merupakan vektor penyakit penyakit

anaplasmosis, mengakibatkan kambing tersebut terinfeksi anaplasmosis. Hal ini dibuktikan

dengan ditemukan keduanya pada tubuh kambing.

Anaplasma menyebabkan anaplasmosis pada hampir semua hewan berdarah panas seperti ,

sapi, kerbau, kambing, domba, rusa, unta, babi, kuda, keledai, anjing dan hewan liar lainnya.

Spesies anaplasma yang telah diidentifikasi di Indonesia antara lain : Anaplasma marginale,

Paranaplasma caudate dan Paranaplasma discoides yang bersifat pathogen, sedangkan

Anaplasma centrale kurang pathogen.

Anaplasmosis pertama kali dilaporkan menyerang sapi dan kerbau (1897), kemudian pada

tahu (1912) di daerah Cileungsi (Bogor) menyerang kerbau. Pada tahun 1918 menyerang sapi

di Sumatera Utara dan tahun 1934 juga menyerang sapi di daerah Bojonegoro dan Madiun,

sampai saat ini Anaplasma sp sudah teridentifikasi menginfeksi hampir semua ternak

berdarah panas seperti (1)

MORFOLOGI

Dengan mikroskop cahaya, Anaplasma sp berbentuk sperikal kecil dengan ukuran 0,2

– 0,5 mikron, dengan pewarnaan Romanowsky nampak berwarna merah gelap di dalam

eritrosit. Tidak mempunyai sitoplasma, tetapi secara samar-samar terlihat adanya halo (suatu

ruangan halus yang menge lilinginya).

Anaplasmosis ditularkan oleh caplak, lalat penghisap darah seperti Tabanus,

Stomoxys dan nyamuk. Selain itu penularan Anaplasma secara mekanik juga terjadi pada saat

pemotongan tanduk, kastrasi menggunakan alat yang sama tanpa pembersihan terlebih

dahulu. Juga penggunaan jarum suntik yang terus menerus pada saat vaksinasi dan

pengambilan darah dapat menularkan Anaplasma.

Anggota lainnya dari phylum Ciliophora antara lain : Ichthyophthirius, Chilodonella,

Trichodina, Epistylis, Ambiphyra, Eperythrozoon, Haemobartonella, Aegyptianella,

Grahamella, Ehrlichia (3) tidak parasitik sehingga tidak dibahas lebih lanjut.

Gejala :

- Anorexia

- Pucat

- Dehidrasi

- Ikhterus

- Abortus

- Suhu badan meningkat.

- dll

Page 14: Darah Tebal

Pengobatan :

Memberi suntikan Imizol (imidocarb) untuk pengawalan memberi suntikan Imizol

(imidocarb) untuk pengawalan .

Pencegahan dan Pengendalian

Membuat karatina dengan ternakan-ternakan yang baru membuat karantina dengan

ternak-ternak yang baru

di impot.

Gambar 5. Anaplasma centralis.

5. MERPATI

1) Plasmodium

Disebabkan oleh Plasmodium sp, yang terpenting Plasmodium gallinaceum, dan

Plasmodium juxtanucleare (P. japonicum).

Morfologi

Plasmodium gallinaceum, Gamon dan Meron bentuknya bulat atau tidak teratur, Inti

sel eritrosit hospes dipindahkan tetapi jarang sampai keluar. Butir pigmen gamon agak besar

dan tidak banyak. Plasmodium juxtanucleare, Merozoit berbentuk bulat, ovoid sampai tidak

teratur (1,2) agak kecil dan biasanya berhubungan dengan inti eritrosit. Gamet bentuknya

bulat, ovoid, tidak teratur atau piriform memanjang . Sel hospes seringkali menggeliat

(distarted = berubah bentuk).

Plasmodium gallinaceum, ayam hutan lebih tahan, pada ayam peliharaan

menimbulkan kematian. Mula-mula suhu badan berfluktuasi (demam intermiten), anemia

(ditandai dengan pucatnya selaput lendir), lemah, lesu, selain itu dapat mengalami

kelumpuhan dan mati karena penyumbatan kapiler-kapiler darah pada otak karena stadium

eksoeritrositik, gemetar, bulu kusam dan kekurusan. Plasmodium (Novyella) juxtanucleare,

Page 15: Darah Tebal

tidak teramati gejala penyakit yang nyata, sebelum mati, ayam lesu dan lemah, balungnya

pucat, suhu tubuhnya tidak naik.

2) Leucocytozoon

Leucocytozoonosis ialah suatu penyakit protozoa darah, di Indonesia disebabkan oleh

Leucocytozoon cauleryi (L. cauleryi) dan L. sabrazesi, keduanya menginfeksi Ayam, L.

Simondi menginfeksi Itik dan Angsa), sedangkan L. Smithi menginfeksi Kalkun, dilularkan

oleh lalat Culicoides dan atau Simulium, dengan gejala klinis yang jelas dan kadang-kadang

tidak teramati.

Morfologi

Leucocytozoon cauleryi Gamon dewasa berbentuk bulat berukuran(15,5 X 15,0) mikron, ditemukan didalam eritrosit, (2) atau lekosit yang telah membesar sedemikian rupa sehingga berukuran sekitar 20 mikron (4), inti sel hospes membentuk pita gelap memanjang kira-kira 1/3 keliling parasit

Leucocytozoon sabrazesi Gamon dewasa, memanjang dengan ukuran kira-kira 22 – 24 X 4 -7 mikron (2), Makrogamet dan Mikrogamet berbentuk seperti sosis berukuran 16,0 – 24,0 X 4,0 - 12,0 mikron, dan 13,5 - 24,0 X 4,0 – 11,5 mikron (3). Sel hospes berbentuk gelendong dengan ”tanduk-tanduk” sitoplasma panjang memanjang melebihi parasit dengan ukuran kira-kira 67 X 6 mikron. Inti sel hospes membentuk suatu jungta, sempit berwarna gelap pada pewarnaan, sepanjang suatu sisi parasit

Leucocytozoon simondi Gamet dewasa, bentuknya memanjang atau bulat, sel hospes biasanya memanjang dengan inti membentuk sebuah pita sangat panjang, tipis, gelap sepanjang satu sisi dan dengan “tanduk-tanduk” sitoplasmik menjulur keluar melebihi panjang parasit dan inti, ditemukan pada lekosit dan eritrosit

Page 16: Darah Tebal

Leucocytozoon. smiti

Gamon dewasa mula-mula bulat kemudian baru memanjang, sel hospes memanjang dengan “tanduk-tanduk” sitoplasmik pucat meluas keluar melewati parasit yang dikurungnya. Inti sel hospes memanjang, membentuk suatu pita panjang, tipis, gelap sepanjang salah satu sisi parasit, sering kali membelah dan membentuk sutu pita yang berada disetiap sisi parasit

Kadang-kadang menampakkan gejala klinis atau tanpa gejala klinis yang jelas.

Gejala klinis yang teramati antara lain : anemia (pial dan balung pucat), lesu, suka

bergerombol, hilang nafsu makan, (1,2) muntah darah, tinja berwarna hijau, paralisa dan

diikuti kematian akibat kolaps (1) Jika infeksi tanpa gejala klinis yang jelas, teramati

penurunan produksi telur dan daya tetas serta penurunan berat badan.

6. KUCING

Ada dua jenis protozoa yang biasa ditemukan pada kucing, dimana keduanya

menyebabkan diare yang mengarah pada dehidrasi dan turunnya berat badan pada kitten.

1. Giardia protozoa: iini adalah protozoa yang ada pada mucosa membran di usus halus

kucing.

2. Coccidia : ini bisa tertular dikarenakan mengkonsumsi material terinfeksi. coccidia ini

dapat menular ke manusia :toxoplasmosis, Toxoplasma gondii.

Gambar Protozoa darah pada kucing Toxoplasma gondii.

Toxoplasmosis adalah penyakit parasitik yang disebabkan oleh protozoa Toxoplasma

gondii. Parasit tersebut menginfeksi banyak binatang berdarah-hangat, termasuk manusia,

tetapi paling sering menginfeksi kucing pada famili felidae. Binatang terinfeksi dengan

Page 17: Darah Tebal

mengigit daging yang terinfeksi, dengan kontak terhadap kucing feces, atau dengan infeksi

dari ibu ke fetus. Sementara hal ini benar, kontak dengan daging terinfeksi yang belum

dimasak menjadi akibat lebih penting terhadap infeksi manusia pada banyak negara.

7. BIAWAK

1. Babesia bigemina

Babesiosis, yang menginfeksi ruminansia di Indonesia disebabkan oleh spesies :

Babesia (bigemina, argentina) menginfeksi sapi dan Babesia caballi menginfeksi Kuda (1)

dan yang menginfeksi anjing di Asia, Afrika, Eropa, Timur Tengah dan Amerika Utara jenis :

Babesia canis dan Babesia gibsoni (Cleveland et al).

Morfologi Babesia sp secara umum mirip, Merozoit didalam eritrosit berbentuk

bermacam-macam (bulat, oval, piriform atau tidak teratur), bentuk piriform secara khas

berpasangan dengan sudut lancip (1, 2), dengan pewarnaan giemza, plasma parasit terlihat

biru dan intinya berwarna merah. Babesia sp berkembang secara aseksual di dalam eritrosit

dengan pembelahan ganda atau skozogoni (pembelahan berlipat ganda), dan seksual didalam

tubuh caplak. Pada umumnya Babesia sp akan kehilangan patogenitasnya setelah melewati

induk semang yang tidak serasi (non spesifik), kenyataan inilah dimanfaatkan untuk

pembuatan vaksin.

Gambar Babesia bigemina pada darah mammalia (kiri) dan darah biawak normal (kanan)

Page 18: Darah Tebal

Referensi:

Oka,ibm.2010. Ilmu penyakit parasitic protozoa. Udayana press. Bali

Hiswanti 2003. Toxoplasmosis penyakit zoonosis yang perlu diwaspadai oleh ibu hamil.USU

press.medan .

http://devideposs.wordpress.com/2010/08/05/toxoplasma-gondii/

http://doktercare.com/penyebab-toxoplasmosis-toxoplasma-gondii.html

Yulka,aln 2007. Parasit darah pada sapid an kambing dilima kecamatan, kota jambi. IPb

press.bogor