NASKAH PUBLIKASI SELF REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN YANG MENGGUNAKAN TIPE PEMBELAJARAN PBL (PROBLEM BASED LEARNING) DAN SKS (SATUAN KREDIT SEMESTER) Oleh: Arinta Dewi Komalasari Asmadi Alsa FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2005
21
Embed
DAN SKS (SATUAN KREDIT SEMESTER) - Psikologi …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · diterapkan dalam pendidikan dokter karena bidang ilmunya ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
NASKAH PUBLIKASI
SELF REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA
FAKULTAS KEDOKTERAN YANG MENGGUNAKAN
TIPE PEMBELAJARAN PBL (PROBLEM BASED LEARNING)
DAN SKS (SATUAN KREDIT SEMESTER)
Oleh:
Arinta Dewi Komalasari
Asmadi Alsa
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2005
NASKAH PUBLIKASI
SELF REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA
FAKULTAS KEDOKTERAN YANG MENGGUNAKAN
TIPE PEMBELAJARAN PBL (PROBLEM BASED LEARNING)
DAN SKS (SATUAN KREDIT SEMESTER)
Telah Disetujui Pada Tanggal
Dosen Pembimbing
Asmadi Alsa, Dr., SU
SELF REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA
FAKULTAS KEDOKTERAN YANG MENGGUNAKAN
TIPE PEMBELAJARAN PBL (PROBLEM BASED LEARNING)
DAN SKS (SATUAN KREDIT SEMESTER)
Arinta Dewi Komalasari
Asmadi Alsa
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empirik perbedaan self reguted learning pada mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menggunakan tipe pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dan SKS (Satuan Kredit Semester).
Hipotesis yang diajukan adalah ada perbedaaan kemampuan self regulated learning pada mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menggunakan tipe pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dan SKS (Satuan Kredit Semester), dimana mahasiswa dengan tipe pembelajaran PBL memiliki self regulated learning yang lebih baik dibandingkan dengan tipe pembelajaran SKS.
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran UII dan UMY angkatan 2003, yang terdiri dari 63 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran UMY dan 37 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran UII. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Self Regulated Learning yang mengacu pada aspek / komponen yang dikemukakan oleh Zimmerman (1989).
Data penelitian ini diolah dengan menggunakan program SPSS versi 10.0. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Uji-t. Hasil analisis data berdasarkan Uji-t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan self regulated learning pada mahasiswa yang menggunakan tipe pembelajaran PBL dan SKS (t = 1,073 ; p > 0,05). Kata kunci : self regulated learning (SRL), PBL, SKS
Latar Belakang Masalah
Proses menempuh pendidikan di perguruan tinggi tentu berbeda dengan
lembaga pendidikan sebelumnya, dimana materi belajar yang diberikan pada
mahasiswa lebih luas dan kompleks dibandingkan materi pelajaran yang
diberikan di sekolah menengah. Gie (1979) mengatakan bahwa cara belajar yang
baik sangat mendukung seseorang untuk berhasil dalam studi, namun terkadang
mahasiswa mengalami kesukaran dalam mengatur pemakaian waktu belajar,
selain itu kebanyakan mahasiswa melakukan aktifitas belajar secara santai.
Tidak jarang mahasiswa yang hanya tampak sibuk menjelang ujian dan belajar
secara “SKS” (sistem kebut semalam). Mereka juga sering terlambat kuliah
bahkan ada yang jarang masuk, ketika diberikan tugas oleh dosen dikerjakan
menjelang akhir masa pengumpulan, mencari catatan menjelang ujian,
Tipe pembelajaran SKS memberi peluang kepada mahasiswa yang cakap
dan giat belajar agar dapat menyelesaikan studi dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya (www.uad.ac.id).
Tipe pembelajaran SKS dalam pendidikan jenjang sarjana kedokteran
bersifat informatif dari masing-masing 24 bagian disiplin ilmu secara terpisah,
diberikan dengan kuliah yang cenderung monolog, klasikal, mahasiswa pasif dan
sebagian diperdalam dengan praktikum umum. Hal ini mengakibatkan
kedalaman materi dirasakan kurang dan masih berkutat pada kompetensi
kognitif, sehingga saat melanjutkan pendidikan profesi sebagai koasisten materi
yang didapatkan kurang menyatu dengan prakteknya (Soebroto, 2004).
Dinamika Psikologis Antara Self Regulated Learning Dengan Tipe Pembelajaran
PBL dan SKS
Self regulated learning terjadi ketika siswa secara sistematis mengatur
perilaku dan kognisinya dengan memproses dan mengintegrasi pengetahuan,
mengulang informasi yang harus diingat, membangun memelihara kepercayaan
yang positif mengenai kemampuan diri dalam belajar dan mengantisipasi segala
hasil atau akibat dari aktivitasnya (Schunk dalam Pudji Yogyanti, 1996). Self
regulated learning memiliki peranan penting dalam pencapaian hasil akademik
yang optimal. Sebagaimana disimpulkan oleh Gie (1995) bahwa terdapat
beberapa syarat bagi mahasiswa untuk mencapai kesuksesan akademik, salah
satunya adalah pengaturan diri yakni pengaturan sebaik-baiknya terhadap
pikiran, tenaga, waktu dan semua sumber daya lainnya dalam belajar. Self
regulated learner adalah siswa yang secara metakognitif, motivasional dan
behavioral merupakan peserta aktif dalam proses belajar mereka sendiri
(Zimmerman; 1986, 1989).
Keberhasilan studi atau pencapaian tujuan dan cita-cita pada masing-
masing mahasiswa berbeda tergantung pada kemampuannya mengatur dirinya
sendiri dalam belajar, pengorganisasian bahan pelajaran, kegiatan organisasi
dan lain-lain. Terkait dengan adanya penerapan model belajar PBL yang
dirasakan baru bagi bidang kedokteran dan memiliki beberapa perbedaan
dengan sistem SKS mengharapkan seorang mahasiswa untuk aktif mencari
informasi di luar kuliah.
Banyaknya muatan mata kuliah yang harus diterima mahasiswa
kedokteran sehingga diperlukan sebuah metode baru dalam belajar-mengajar.
Hal ini dikarenakan tipe pembelajaran SKS yang dirasakan belum efektif untuk
belajar siswa yang hanya menerima informasi dari dosen. Selain itu penggunaan
sistem SKS tidak terfokus pada satu bahasan, walaupun memungkinkan siswa
untuk menyelesaikan kuliah dengan cepat karena dibebaskan untuk memilih
mata kuliahnya sendiri.
Pelaksanaan dari pembelajaran PBL dapat mengembangkan
keterampilan problem solving, karena kemampuan ini diperlukan mahasiswa
kedokteran tingkat profesi saat mereka mengikuti kepaniteraan di rumah sakit.
Dengan adanya sistem integrasi dengan pendekatan problem based learning ini
dapat mengembangkan pengetahuan dan mempunyai keuntungan edukatif
secara umum, karena mahasiswa aktif, menerima umpan balik dan terdapat
relevansi isi sehingga memperbesar motivasi belajar. Selain itu sistem integrasi
ini dapat mengatasi kurikulum yang overcrowded.
Hmleo dan Lin (dalam Evensen, Salisburry-Glennon dan Glenn, 2001)
menemukan bahwa jika dibandingkan dengan siswa yang mengambil bagian
pada kurikulum tradisional, siswa PBL menunjukkan SRL yang lebih baik. Peneliti
lain Blumberg (dalam Evensen, Salisburry-Glennon dan Glenn, 2001)
menyimpulkan bahwa PBL membantu pengembangan SRL dengan memberi
dorongan pada pelajar untuk aktif mencari informasi dan mendorong pelajar
menggunakan deep-level dalam strategi berpikirnya.
Dari uraian di atas diharapkan dengan adanya sistem PBL pada Fakultas
Kedokteran dapat meningkatkan self regulated learning pada mahasiswa. Hal ini
dikarenakan tipe pembelajaran SKS yang dirasakan belum efektif untuk proses
belajar siswa khususnya mahasiswa Fakultas Kedokteran.
Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah ada perbedaan pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran yang menggunakan tipe pembelajaran PBL (Problem Based
Learning) dan SKS (Satuan Kredit Semester).
Metode Penelitian
Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel tergantung : Self Regulated Learning
2. Variabel bebas : Tipe Pembelajaran
a. PBL (Problem Based Learning)
b. SKS (Satuan Kredit Semester)
Subjek Penelitian
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UII dan UMY berjumlah 100 orang
masing-masing, yaitu: 63 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran UMY dan 37
orang mahasiswa Fakultas Kedokteran UII.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala. Skala yang
digunakan, yaitu Skala Self Regulated Learning yang mengacu pada pendapat
Zimmerman (1989) dan dibuat sendiri, mempunyai koefisien korelasi 0,2419
sampai 0,6697 dan koefisien reliabilitasnya a = 0,9075.
Metode Analisis Data
Pengujian validitas, reliabilitas alpha dan Uji-t dengan bantuan program
komputer SPSS versi 10.0. Selain itu pengujian validitas dilakukan dengan
menggunakan analisis faktor.
Hasil Penelitian
Deskripsi Data Penelitian
Berdasarkan deskripsi data penelitian dapat dilihat bahwa dari aitem yang
disebarkan terdapat 100 subjek yang menjawab aitem pada Skala Self
Regulated Learning. Jumlah respon tertinggi yaitu 149 dan respon terendah 69.
Pada skala ini mean empiriknya sebesar 116,63, sedangkan standar deviasinya
sebesar 12,50. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini:
Tabel 5 Deskripsi Data Penelitian (N = 100)
Empirik Variabel N Min Max Mean SD
SRL 100 69 149 116.63 12.50
Hasil Uji Asumsi
Uji Normalitas
Hasil uji normalitas terhadap 100 subjek dengan menggunakan One
Sample Kolmogorov Smirnov Test. Dari uji normalitas yang dilakukan, dihasilkan
variabel self regulated learning dengan koefisien K-SZ = 0,510; p = 0,985
(p > 0,05). Hasil uji normalitas pada semua variabel adalah normal karena sudah
memenuhi kaidah uji normalitas yaitu p > 0,05.
Uji Homogenitas
Hasil dari uji homogenitas untuk variabel self regulated learning diperoleh
nilai sebesar levene 0,071; p = 0,791 (p > 0,05), yang berarti sebarannya
homogen.
Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik uji-t
dari program SPSS 10.0 for windows dan diperoleh nilai beda sebesar t = 1,073
dengan p = 0,143 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa nilai beda yang
diperoleh tidak signifikan. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa
ada perbedaan antara self regulated learning antara mahasiswa Fakultas
Kedokteran yang menggunakan tipe pembelajaran PBL dan SKS tidak diterima.
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh bahwa tidak ada perbedaan
self regulated learning antara mahasiswa Fakultas Kedokteran yang
menggunakan tipe pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dan SKS
(Satuan Kredit Semester) dengan nilai beda sebesar t = 1,073 dengan p = 0,143
(p > 0,05).
Pada penelitian ini, penerapan tipe pembelajaran pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran tidak terlalu mempengaruhi siswa dalam belajar, karena
pada dasarnya dengan tipe pembelajaran atau program pendidikan apapun
mereka tetap dapat meregulasi dirinya dan memotivasi dirinya untuk belajar
dengan baik. Hal ini dikarenakan mereka dituntut untuk memiliki disiplin ilmu
yang tinggi dan siswa dituntut bertanggungjawab atas pendidikan yang mereka
jalani yang pada akhirnya mereka diharapkan mampu untuk menerapkan ilmu
yang diperolehnya dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan mampu
menyelesaikan masalah secara efektif dalam masyarakat, karena yang mereka
hadapi adalah jiwa manusia.
Penyesuaian atau adaptasi terhadap penerapan sistem belajar yang
sama sekali berbeda saat siswa tersebut berada di sekolah menengah juga
dapat mempengaruhi cara belajarnya. Mereka yang terbiasa memperoleh
bimbingan, harus mulai aktif mengelola sendiri belajarnya. Dalam sistem kredit
seorang mahasiswa diberikan kebebasan untuk menetukan sendiri mata kuliah
apa yang akan mereka ambil, disesuaikan dengan beban studi pada masing-
masing mahasiswa yang didasarkan pada indeks prestasi yang mereka peroleh
(http://www.uad.ac.id). Terkadang mereka merasa terbeban karena materi yang
begitu banyak dan tidak terfokus pada mata kuliah tertentu (tumpang tindih).
Penerapan program PBL menerapkan peserta didik untuk dihadapkan
pada masalah-masalah kedokteran / kesehatan, sebagai pemacu (trigger) bagi
mereka untuk belajar lebih lanjut. Dalam menghadapi masalah tersebut,
diharapkan mahasiswa mampu mengintegrasikan ilmu-ilmu kedokteran untuk
memperoleh pemahaman yang utuh terhadap masalah yang diberikan. Dengan
demikian, diharapkan mahasiswa mampu belajar mandiri dan sistematis, dalam
suatu kerangka pemahaman yang terintegrasi, dan berdasar pada masalah yang
umum timbul dalam masyarakat (http://www.fkuii.org/tiki-index.php?page=
motivasi+menggunakan=PBL).
Program baru dalam bidang kedokteran ini sangat membutuhkan waktu
yang lama dalam upaya penyesuaian dirinya. Simulasi masalah digunakan untuk
mengaktifkan keingintahuan siswa sebelum mulai mempelajari suatu subyek.
Mereka mencoba mengidentifikasi apa yang harus dipelajari untuk memahami
lebih baik permasalahan dan bagaimana cara memecahkannya, kemudian
mereka harus mencari informasi dari berbagai sumber seperti buku, jurnal,
laporan, informasi online atau bertanya pada pakar yang sesuai dengan
bidangnya, sehingga mereka mampu mengaplikasikan apa yang telah mereka
pelajari untuk lebih memahami dan menyelesaikan permasalahan tersebut.
Harapannya melalui cara ini, belajar dapat disesuaikan sesuai dengan kebutuhan
dan gaya individu. Dalam program PBL ini membentuk siswa mandiri yang dapat
melanjutkan proses belajar pada kehidupan dan karir yang akan mereka jalani.
Seorang dosen lebih berperan sebagai fasilitator atau tutor yang memandu siswa
menjalani proses pendidikan. Ketika siswa menjadi lebih cakap dalam menjalani
proses belajar PBL, tutor akan berkurang keaktifannya (http://wwwfkuii.org/tiki-
index.php?page=motivasi+menggunakan+PBL). Dari pendapat di atas peneliti
mengasumsikan bahwa kurikulum PBL dibuat untuk bisa membangun
pengaturan diri yang lebih baik dalam belajar mahasiswa. Namun seperti yang
dikemukakan di muka bahwa mahasiswa tidak terlalu terpengaruh dengan
adanya tipe pembelajaran tersebut. Hal ini didukung oleh pendapat Winne
(dalam Evensen, Salisburry-Glennon dan Glenn, 2001) yang mengatakan bahwa
bagaimanapun program pendidikan pada semua siswa adalah meregulasi diri
dan peninjauan lebih lanjut serta pengembangan bentuk dasar dari SRL adalah
untuk mengatur dan menyesuaikan paradigma personal tentang apa yang
dipelajari dan bagaimana melakukannya.
Selain faktor di atas, ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi seseorang
dalam cara belajar terutama untuk mengatur dirinya atau self regulated learning
diantaranya yaitu perhatian, motivasi dan minat mereka untuk belajar. Ketiga
unsur tersebut, yaitu perhatian, minat dan motivasi merupakan faktor yang ada
dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu disamping faktor-faktor
lainnya yang berpengaruh. Karena semakin tinggi minat seseorang, ia akan
termotivasi untuk memusatkan perhatian pada suatu kegiatan atau aktivitas yang
diminatinya itu (Surya, 2003).
Dari penjelasan di atas, motivasi dapat juga memunculkan suatu
kebiasaan belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Gie (1995) bahwa kebiasaan
belajar mula-mula terbentuk sendiri oleh mahasiswa secara sadar atau tidak.
Kebiasaan belajar atau cara belajar siswa juga sangat tergantung pada evaluasi
program pendidikan yang diterapkan. Sistem evaluasi mutlak diperlukan dalam
menilai keberhasilan proses pendidikan karena tanpa ada evaluasi yang baik
maka sebaik apapun proses pendidikan yang berjalan tidak dapat dikatakan
bahwa pendidikan telah berhasil mencapai tujuan akhir pembelajaran
Dari data di lapangan menunjukkan bahwa motivasi yang dimiliki
mahasiswa Kedokteran secara umum cukup baik, terutama pada motivasi
intrinsiknya dan self efikasi (keyakinan). Hal ini dikarenakan mereka tetap
memiliki kemauan untuk belajar dengan baik meskipun mereka dihadapkan pada
tipe pembelajaran yang berbeda dan dimungkinkan memiliki self regulated
learning yang baik pula. Ketika seseorang menciptakan minat pada suatu objek,
maka hal itu akan membawa kita pada minat baru di bidang lain. Dengan
mengembangkan bidang-bidang baru ini akan menimbulkan kepuasan tersendiri
dan akan tercipta minat baru lain sehingga terjadi reaksi berantai yang berjalan
terus-menerus. Begitu juga dengan mahasiswa kedokteran, di saat mereka diberi
suatu pengetahuan baru mereka akan memiliki ketertarikan sehingga mereka
akan menggali dan mempelajari, karena fenomena-fenomena yang terjadi dalam
masyarakat sangat kompleks dan selalu berkembang.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan hasil analisis
statistik dengan menggunakan Uji-t terhadap hipotesis yang diajukan, diperoleh
kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan antara mahasiswa Fakultas Kedokteran
yang menggunakan tipe pembelajaran PBL dan SKS.
Penerapan tipe pembelajaran yang berbeda pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran ternyata tidak terlalu berpengaruh terhadap cara belajar seseorang.
Hal ini dikarenakan mereka tetap termotivasi untuk belajar dan memiliki kemauan
untuk belajar dengan baik. Selain itu mereka juga didorong oleh minat atau
keinginan mereka untuk kuliah di Fakultas Kedokteran tersebut. Kebiasaan
belajar juga berpengaruh terhadap cara belajar seseorang, namun hal tersebut
tergantung pada masing-masing individunya. Faktor lain yang juga berpengaruh
adalah evaluasi hasil belajar yang digunakan pada masing-masing universitas
yang sedikit banyak mempengaruhi seorang siswa untuk mencapai tujuan
belajarnya.
Saran
1. Subjek Penelitian
Bagi subjek penelitian, self regulated learning yang sudah cukup baik
dapat dipertahankan dengan selalu belajar sungguh-sungguh untuk
mendapatkan hasil yang baik, memiliki perencanaan dan target dalam belajar,
lebih memotivasi diri dan memonitor belajar secara teratur, agar dapat melihat
kemajuan dan memperbaiki kegagalan dalam belajar. Langkah-langkah tersebut
sebaiknya dilakukan dengan penuh keyakinan dan sikap optimis dapat mencapai
keberhasilan. Selain itu perlu bagi seorang mahasiswa untuk membiasakan
belajar dengan teratur sehingga pada akhirnya dapat meraih sukses di perguruan
tinggi dan tercapainya tujuan belajar.
2. Peneliti Selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya yang berminat untuk meneliti self regulated
learning dapat menghubungkannya dengan faktor-faktor lain, diantaranya
inteligensi, minat, pendekatan / gaya belajar dan lingkungan (dukungan orang
tua, fasilitas dan lain-lain). Selain itu bisa juga ditekankan pada pengaturan
belajar seseorang terhadap mata kuliah/pelajaran tertentu. Dapat juga diteliti dari
pemahaman dosen atau guru tentang metode belajar yang diterapkan dilihat dari
proses belajar sampai evaluasi, dikarenakan hal ini dapat juga mempengaruhi
seorang siswa dalam cara belajarnya
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. 2003. Reliabilitas dan Validitas. Edisi ke 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. 2003. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Barnadib, S. I., Dr. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)–IKIP.
Cahyani, B. H. 2004. Hubungan Pengaturan Diri dan Motif Berprestasi Dengan Kebiasaan Belajar Pada Mahasiswa. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UII.
Chen, C. S. 2002. Self-Regulated Learning Strategies And Achievement In An Introduction To Information Systems Course. Information Technology, Learning And Performance Journal. Vol 20, No 1, 11-25.
Dalyono, M., Drs. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Emilia, O. 2004. KBK 2004 “Versus” PBL. Simposium, 3 Maret 2004. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Evensen, D.H., Salisburry-Glennon, J. D., dan Glenn, J. 2001. A Qualitative Study Of Six Medical Students In A Problem-Based Curriculum: Toward A Situated Model Of Self Regulation. Journal Of Educational Psychology. Vol 93, No 4, 659-676.
Gulo, W. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta:PT. Gramedia.
Hsiao, W. 2000. CSCL Theory. http://www.educ.msu.edu/homepage/roop/ dissertation/lit.review.htm. 13/06/05.
Martinez, M., Young, B. 1997. Development And Validation Of An Intentional Learning Orientation Questionnaire. http://www.mse.byu.edu. 05/3/05.
Narulita, M. F. 2005. Hubungan Antara Self Regulated Learning Dan Persepsi Dukungan Sosial Dengan Prestasi Akademik Mahasiswa. Tesis (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
Penyelenggaraan Pendidikan Fakultas Hukum UMY. www.umy.ac.id/hukum/