STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING DAN INQUIRY TERBIMBING TERHADAP PRESTASI BELAJAR KIMIA PADA MATERI MINYAK BUMI KELAS X SMA NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN AJARAN 2008/2009 SKRIPSI OLEH : Junarni K3304037 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
60
Embed
DAN INQUIRY TERBIMBING TERHADAP PRESTASI BELAJAR KIMIA .../Studi... · adanya keaktifan siswa. Apalagi ilmu kimia terus berbenah diri dengan segala potensi keilmiahannya. Ilmu kimia
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING
DAN INQUIRY TERBIMBING TERHADAP PRESTASI
BELAJAR KIMIA PADA MATERI MINYAK BUMI
KELAS X SMA NEGERI 1 MOJOLABAN
TAHUN AJARAN 2008/2009
SKRIPSI
OLEH :
Junarni
K3304037
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam
upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Salah satu hal penting yang
turut berperan dalam keberhasilan pendidikan adalah kegiatan pembelajaran di
sekolah. Siswa, guru, dan sarana prasarana merupakan komponen dalam
pembelajaran. Siswa merupakan subjek dan guru sebagai fasilitator. Oleh karena
itu pemahaman terhadap siswa sangat penting untuk mencapai keberhasilan
pendidikan. Dalam hal ini guru harus dapat menciptakan situasi yang nyaman
dalam kegiatan pembelajaran agar keberhasilan pendidikan dapat tercapai secara
optimal. Salah satu kelemahan proses pembelajaran, pada umumnya siswa kurang
didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Siswa cenderung dituntut
untuk menghafalkan informasi, tanpa dituntut untuk memahaminya.
Dalam dunia pendidikan, pembelajaran ilmu kimia juga menuntut
adanya keaktifan siswa. Apalagi ilmu kimia terus berbenah diri dengan segala
potensi keilmiahannya. Ilmu kimia yang merupakan salah satu bagian dari Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) dibangun melalui pengembangan keterampilan-
keterampilan sains, sehingga belajar kimia tidak hanya belajar informasi
mengenai teori, hukum, konsep maupun prinsip tetapi harus belajar cara
memperoleh informasi tersebut. Minyak bumi adalah salah satu materi yang
secara umum terdiri atas teori, prinsip, dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam mempelajari materi minyak bumi, siswa cenderung mengalami kesulitan
memahami prinsip pengolahan minyak bumi dan mengaitkan materi tersebut
dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga diperlukan metode pembelajaran yang
lebih memancing keaktifan siswa agar mereka lebih mudah memahami materi
minyak bumi tersebut.
Hal di atas juga terjadi di SMA Negeri 1 Mojolaban Kabupaten
Sukoharjo. Berdasarkan informasi dari guru kimia di SMA N 1 Mojolaban, nilai
rata-rata ulangan harian materi minyak bumi kelas X tahun 2008 hanya mencapai
62,5. Dan rata-rata nilai kimia kelas X semester 2 tahun 2008 adalah 62,15. Angka
tersebut menunjukkan bahwa prestasi belajar kimia khususnya minyak bumi di
SMA N 1 Mojolaban masih rendah. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya
variasi metode yang digunakan dalam pembelajaran. Sampai saat ini pembelajaran
di SMA tersebut sebagian besar masih menggunakan metode ceramah yang
dilengkapi dengan tanya jawab, latihan soal, dan diskusi secara terbatas. Metode
ini membuat siswa memiliki kecenderungan untuk berfikir pasif dikarenakan
keterbatasan dalam mengeksplor kemampuan mereka. Umumnya, siswa hanya
menerima informasi atau pengetahuan yang diberikan guru saja. Siswa dapat
mencapai prestasi belajar yang maksimal bila seorang guru tepat dalam
menerapkan metode mengajar. Untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan
tadi, maka sistem pembelajaran harus diubah menuju suatu kreativitas
pembelajaran yang lebih inovatif dan menarik serta mampu meningkatkan
pemahaman siswa secara maksimal. Beberapa asumsi yang diyakini sampai saat
ini tentang kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran kimia adalah karena kurang
tepatnya metode yang diterapkan oleh guru. Kebanyakan guru kimia hanya
memperhatikan dan mementingkan hasil akhir tanpa memperhatikan proses
pembelajaran. Akibat kurang dilibatkannya siswa secara aktif dalam
pembelajaran, cenderung membuat siswa kurang berfikir kritis, kreatif, dan
inovatif. Pembelajaran yang dapat dikatakan teacher centered (berpusat pada
guru) ini justru sering dipakai daripada pembelajaran yang berpusat pada aktivitas
siswa, termasuk di SMA Negeri 1 Mojolaban.
Bertolak dari permasalahan di atas, guru perlu melakukan perbaikan
dalam proses pembelajaran, yaitu dengan menerapkan metode yang lebih inovatif
dalam pembelajaran. Untuk meningkatkan perkembangan kemampuan siswa
dalam memahami dan menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk
memecahkan masalah yang muncul, salah satu metode yang sesuai adalah metode
problem solving (pemecahan masalah). Metode problem solving merupakan suatu
cara menyajikan bahan pelajaran dengan menghadapkan siswa pada persoalan
yang harus dipecahkan atau diselesaikan dalam rangka pencapaian tujuan
pengajaran. Dalam metode problem solving, siswa dituntut mengembangkan
keterampilan proses sains untuk melakukan analisis masalah serta generalisasi
untuk mencari hubungan antara data yang ada dengan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat menemukan pemecahan dari masalah yang dihadapi. Kemampuan
pemecahan masalah akan mencerminkan seberapa jauh siswa menguasai materi
pelajaran sebab siswa dituntut untuk mampu menganalisis penyebab suatu
masalah dan menemukan cara pemecahannya.
Selain pendekatan dengan metode problem solving, pembelajaran yang
dapat digunakan yaitu pendekatan dengan metode inquiry (penemuan).
Pendekatan ini didasarkan pada proses mental di mana siswa mengasimilasikan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Proses-proses mental tersebut, misalnya
mengamati, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, menarik
kesimpulan dan sebagainya. Salah satu jenis pendekatan inquiry adalah
pendekatan inquiry terbimbing. Pada pendekatan ini, guru menyediakan
bimbingan atau petunjuk kepada siswa, sebagian besar perencanaan dibuat guru,
siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Berdasarkan uraian di atas maka
akan dilakukan penelitian tentang studi komparasi penggunaan metode problem
solving dan metode inquiry terbimbing terhadap prestasi belajar kimia pada materi
minyak bumi. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Mojolaban pada kelas X
semester 2 tahun ajaran 2008/2009.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan pada pokok bahasan minyak bumi sebagai berikut :
1. Apakah pembelajaran kimia di SMA N 1 Mojolaban masih menggunakan
metode ceramah?
2. Apakah kesulitan siswa di SMA N 1 Mojolaban dalam mempelajari kimia
dikarenakan kurang aktifnya siswa?
3. Apakah siswa kelas X SMA N 1 Mojolaban mengalami kesulitan dalam
memahami pelajaran kimia terutama pada materi minyak bumi?
4. Apakah pembelajaran dengan metode problem solving dan inquiry terbimbing
sesuai untuk materi minyak bumi?
5. Apakah pembelajaran dengan metode problem solving dan inquiry terbimbing
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi minyak bumi?
6. Apakah terdapat perbedaan pengaruh penggunaan metode problem solving,
inquiry terbimbing, dan ceramah terhadap prestasi belajar siswa dalam
pembelajaran kimia pada materi minyak bumi?
C. Pembatasan Masalah
Berdasar latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka
pengkajian dan pembatasan masalah dititikberatkan pada :
1. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
problem solving, inquiry terbimbing, dan metode ceramah.
2. Prestasi belajar siswa diukur dari selisih antara nilai pretes dan nilai postes
pada materi minyak bumi yang dibatasi pada hasil tes kemampuan kognitif
dan afektif.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan
pembatasan masalah di atas, maka masalah tersebut dapat dirumuskan:
“Apakah terdapat perbedaan pengaruh penggunaan metode problem solving,
inquiry terbimbing, dan ceramah terhadap prestasi belajar siswa dalam
pembelajaran kimia pada materi minyak bumi?”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas maka tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh penggunaan metode problem
solving, inquiry terbimbing, dan ceramah terhadap prestasi belajar siswa dalam
pembelajaran kimia pada materi minyak bumi.
F. Manfaat Penelitian Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, manfaat yang bisa
diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang metode
pembelajaran yang sesuai dalam pembelajaran kimia
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan informasi tentang alternatif pemilihan metode pembelajaran
yang tepat dalam pembelajaran kimia
b. Memberikan gambaran tentang proses pembelajaran dengan menggunakan
metode problem solving.
c. Memberikan gambaran tentang proses pembelajaran dengan menggunakan
metode inquiry terbimbing.
d. Dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti lain.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Studi Komparasi
Winarno Surakhmad dalam bukunya Pengantar Pengetahuan Ilmiah
(1986:84) mengemukakan bahwa “Komparasi adalah penyelidikan diskriptif yang
berusaha mencari pemecahan melalui analisis tentang hubungan sebab akibat
yakni memilih faktor-faktor tertentu yang berhubungan dengan situasi atau
fenomena yang diselidiki dan membandingkan satu faktor dengan faktor lain.”
Dalam penelitian komparasi dapat ditemukan persamaan-persamaan dan
perbedaan-perbedaan. Seperti yang diungkapkan Arswani Sujud, ”Penelitian
komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-
perbedaan tentang benda-benda, tentang prosedur-prosedur kerja” (Suharsimi
Arikunto, 2003: 247).
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat diambil pengertian bahwa
yang dimaksud studi komparasi adalah suatu kegiatan untuk mempelajari atau
menyelidiki sesuatu hal atau masalah dengan membandingkan dua variabel atau
lebih dari suatu obyek penelitian berdasarkan persamaan dan perbedaan serta
faktor satu dengan faktor lain.
2. Metode Problem Solving
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses belajar mengajar
adalah pemilihan metode mengajar. Oleh karena itu guru dituntut untuk
menguasai berbagai metode mengajar sehingga siswa dapat belajar secara efektif.
Dalam materi pembelajaran kimia, khususnya pada materi minyak bumi ini
banyak mengembangkan kemampuan analisis dan sintesis, maka sesuai dengan
teori belajar kognitif yang dikembangkan oleh Piaget dan menunjang pendekatan
keterampilan proses, maka metode pembelajaran problem solving (pemecahan
masalah) termasuk salah satu metode yang sesuai dalam pembelajaran.
Teori Learning Trapeze yang dikemukakan oleh Dale menyebutkan
bahwa proses pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa seperti berpartisipasi
dalam diskusi, menceritakan, presentasi, mensimulasikan pengalaman mereka,
dan melakukan berbagai hal nyata cenderung menguatkan daya ingat akan materi
pembelajaran sebesar 70 – 90%. Sementara ketika siswa pasif, mereka hanya
mampu menyerap materi sebesar 50%. Penggunaan metode problem solving
membantu siswa menyadari dan mengontrol proses kognitif mereka dalam
mengerjakan tugas-tugas dan membantu mereka mengembangkan kemampuan
otak. (Munir Tanrere, 2008: 49)
Melalui pemecahan masalah (problem solving) siswa akan memiliki
daya ingat yang baik, sebab setiap peristiwa akan tersimpan secara teratur dalam
ingatannya dan ingatan semacam ini bersifat permanen, tahan lama dan tidak
mudah terlupakan. Sedangkan langkah-langkah pemecahan masalah adalah
sebagai berikut:
6
1) Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
2) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah.
3) Menetapkan jawaban sementara dari masalah, didasarkan pada data yang diperoleh.
4) Menguji kebenaran jawaban sementara. 5) Menarik kesimpulan.
(Syaiful Bahri dan Azwan Zain, 2002: 103-104)
Metode problem solving (pemecahan masalah) bukan hanya sekedar
metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir. Menurut Syaiful
Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002: 104-105), metode problem solving
mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan, yaitu:
1) Kelebihan a) Metode ini dapat membuat dunia pendidikan di sekolah lebih relevan
dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja. b) Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan
para siswa menghadapi secara terampil, apabila menghadapi permasalahan di dalam kehidupan dalam keluarga, masyarakat, dan bekerja kelak, suatu kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan manusia.
c) Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan proses mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya. 2) Kekurangan
b) Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berfikir siswa, tingkat sekolah, dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
c) Proses belajar mengajar dengan menggunkan metode ini sering memerlukan waktu yang banyak dan terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.
d) Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.
Prosedur yang ditempuh dalam pembelajaran problem solving berdasarkan
pendapat Nana Sudjana (2005:91-93) adalah sebagai berikut.
1) Berdasarkan tujuan dan bahan pengajaran, guru menjelaskan apa yang harus dicapai siswa dalam kegiatan belajar yang harus dilaksanakan (langkah-langkahnya).
2) Melalui ceramah dan alat bantu atau demonstrasi, guru menjelaskan konsep, prinsip, hukum, kaidah, dan sejenisnya bersumber dari bahan yang diajarkan.
3) Dari konsep, prinsip, kaidah yang telah dijelaskan, guru merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan.
4) Guru bersama siswa menentukan dugaan jawaban terhadap masalah berdasarkan pemahaman konsep, prinsip, hukum, dan kaidah yang telah dipelajari.
5) Siswa diminta mencari informasi, keterangan atau bahan, data yang diperlukan untuk membuktikan dugaan sementara.
6) Siswa dengan bantuan guru mencoba menarik kesimpulan. 7) Mengakhiri pelajaran dengan memberikan tugas atau PR.
3. Metode Inquiry Terbimbing
Metode inquiry adalah pendekatan pengajaran dimana siswa sendiri bebas
memilih atau mengatur objek belajarnya, mulai dari penentuan masalah, proses
pengumpulan data, analisis sampai eksperimentasi. Faktor yang penting adalah
bahwa proses belajarnya berada di dalam kontrolnya sendiri (Margono, 1998: 51).
Lembaga Penelitian New Jersey, USA (2000) dan Lowry (1998) mengemukakan
bahwa siswa akan menggunakan pengetahuan awal mereka untuk membangun
suatu pengetahuan baru saat mereka mampu menghubungkan pengetahuan lama
dengan pengetahuan baru yang mereka peroleh. Pembelajaran inquiry yang efektif
menempatkan siswa agar mereka mampu memegang kontrol dalam pembelajaran
mereka sendiri. Manfaat dari pembelajaran yang berpusat pada siswa itu akan
mampu memuaskan rasa penasaran mereka dengan mengeksplor secara alami
melalui proses inquiry dimana siswa membangun pengetahuan mereka
berdasarkan proses investigasi atau pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri. (Missy
Holzer, 2008:2)
Keunggulan-keunggulan metode inquiry adalah :
a) Dapat membentuk dan mengembangkan: sel-consept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
b) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
c) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.
d) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri.
e) Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik. f) Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang. g) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. h) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri. i) Siswa dapat menghindari dari cara-cara belajar yang tradisional. j) Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. (Roestiyah N.K, 2008 : 76)
Menurut Sumanto (1998: 48) pendekatan inquiry dibedakan :
a) Inquiry terbimbing, yaitu guru menyediakan petunjuk yang cukup luas kepada siswa dan sebagian besar perencanaannya dibuat guru dimana siswa melakukan kegiatan percobaan/penyelidikan untuk menemukan konsep-konsep/prinsip-prinsip yang telah ditetapkan guru.
b) Inquiry bebas, yaitu siswa diberi kebebasan untuk melakukan sendiri tetapi sangat sulit melakukan inquiry sebab siswa masih perlu bimbingan.
c) Inquiry termodifikasi, yaitu guru menyiapkan masalah untuk siswa dan menyediakan bahan/alat yang diperlukan untuk memecahkan masalah secara perseorangan/kelompok. Bantuan yang bisa diberikan ke siswa berupa pertanyaan-pertanyaan yangt memungkinkan siswa dapat berfikir dan menemukan cara penelitian yang tepat.
Proses pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry terbimbing adalah sebagai berikut:
a) Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari lima atau enam orang.
b) Guru membagi LKS yang berisi pernyataan problem kepada siswa, prinsip-prinsip atau konsep-konsep yang harus ditemukan, diskusi, proses berpikir kritis, pertanyaan yang bersifat open ended dan catatan guru.
c) Memberikan pengarahan kepada siswa tentang kegiatan praktikum atau diskusi sebelum kegiatan penemuan.
d) Siswa melakukan kegiatan penemuan dengan cara melaksanakan percobaan atau diskusi yang ada dalam LKS dengan bimbingan guru.
e) Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan dan tugas-tugas yang ada pada LKS.
f) Membuat laporan dari hasil percobaan atau diskusi dan menarik kesimpulan untuk mencocokkan hasil percobaan dengan teori yang ada.
(Mulyati Arifin, 1995: 131)
Pada metode inquiry terbimbing, siswa dibimbing untuk sampai pada
penemuan konsep sendiri, tetapi konsep itu tidak mesti telah diketahui oleh guru.
Dalam metode inquiry yang lebih dipentingkan adalah proses penemuannya atau
cara menemukan, sedangkan hasil itu nomor dua.
4. Prestasi Belajar
Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan belajar yang dilaksanakan telah
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka diperlukan kegiatan evaluasi.
Berkenaan dengan prestasi belajar, Zainal Arifin (1990: 3) menyatakan bahwa,
Prestasi belajar yang dimaksud tidak lain adalah kemampuan keterampilan dan
sikap seseorang dalam menyelesaikan hal. Jadi prestasi belajar adalah kegiatan
yang nampak dalam tingkah laku dan sikap siswa. Lazimnya ditunjukkan dengan
niali tes atau angka nilai.
Menurut Winkel W.S (1996: 52) prestasi belajar dapat dilihat dari
perubahan-perubahan dalam pengertian kognitif, pengalaman ketrampilan, nilai
sikap yang bersifat konstan. Perubahan ini dapat berupa sesuatu yang baru atau
penyempurnaan sesuatu hal yang pernah dimiliki atau dipelajari sebelumnya.
Hasil yang dicapai dalam perbuatan dinyatakan dalam bentuk angka. Prestasi
belajar merupakan fungsi yang penting dalam suatu pembelajaran. Kemampuan
hasil belajar merupakan puncak dari proses belajar, pada proses ini siswa
menunjukkan keberhasilan atau kegagalan dalam belajarnya.
Prestasi belajar dapat diketahui setelah diberi tes akhir kegiatan
pembelajaran. Prestasi belajar siswa meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif,
aspek afektif dan aspek psikomotor.
a. Aspek Kognitif
Mulyati Arifin (1995: 24) menyatakan bahwa aspek kognitif dapat berupa
pengetahuan keterampilan intelektual yang meliputi produk ilmiah dan proses
ilmiah. Produk ilmiah meliputi : fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip,
generalisasi, teori dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan
proses ilmiah meliputi: pengamatan, pemahaman, aplikasi, analisis dan evaluasi.
Evalusi aspek kognitif dilakukan dengan mengukur pemahaman konsep yang
terkait pada percobaan yang dilakukan.
b. Aspek Afektif
Menurut Nana Sudjana (2005: 29) ranah afektif berkenaan dengan sikap
dan nilai. Ada 5 aspek dalam ranah afektif, yaitu : receiving (penerimaan),
responding (jawaban), valuing (penilaian), organisasi, dan karakteristik nilai atau
internalisasi nilai.
c. Aspek Psikomotorik
Aspek psikomotorik adalah aspek yang menyangkut keterampilan motorik
atau manipulasi objek. Mulyati Arifin (1995: 197) menyatakan bahwa aspek
psikomotorik merupakan pengukuran keberhasilan pada aspek keterampilan
ditunjukkan pada keterampilan dalam merangkai alat, keterampilan kerja dan
ketelitian dalam mendapatkan hasil.
5. Materi Pelajaran
a. Pembentukan dan Pemisahan Minyak Bumi
1) Proses Pembentukan Minyak Bumi
Minyak bumi terbentuk dari sisa-sisa fosil hewan kecil (plankton) yang
hidup di laut jutaan tahun yang silam. Ketika hewan tersebut mati, bangkainya
akan jatuh ke dasar laut dan terperangkap di dalam lumpur dan pasir. Selama
jutaan tahun, bangkai hewan tersebut akan melapuk membentuk fosil dan
tertimbun di dasar laut. Fosil tersebut mengandung senyawa karbon.
2) Cara Mengolah Minyak Bumi
Minyak bumi terletak di dasar laut dan tertutupi oleh lapisan batuan dan
tanah. Berikut adalah tahapan kegiatan yang dilakukan untuk mengolah minyak
bumi dari dasar laut menjadi bahan-bahan yang bermanfaat.
Gambar 1. Bagan cara mengolah minyak bumi
a) Eksplorasi
Eksplorasi yaitu upaya mencari daerah yang mengandung minyak bumi
dan prakiraan cadangan minyaknya. Informasi tersebut dapat diperoleh dengan
cara membuat peta topografi hasil pemotretan dari udara.
b) Eksploitasi
Eksploitasi adalah pengeboran. Pengeboran dapat dilakukan di lepas pantai
dan di tengah laut, bergantung pada lokasi sumber cadangan minyak. Pengeboran
sumber minyak bumi akan menghasilkan minyak bumi dalam bentuk minyak
mentah, yaitu cairan kental yang berwarna hitam. Minyak mentah merupakan
Eksplorasi Eksploitasi Pemisahan Pengubahan
campuran yang mengandung ratusan senyawa hidrokarbon, misalnya senyawa
alkana, alkena, alkuna, aromatik, dan naftalena. Jumlah atom karbon dan titik
didih senyawa-senyawa hidrokarbon dalam minyak mentah berbeda-beda. Selain
minyak mentah, terdapat juga air, sulfur, nitrogen, oksigen, logam, dan garam.
Berikut adalah data tentang komposisi zat-zat yang terkandung dalam minyak
mentah.
Tabel 1. Komposisi Unsur dan Zat dalam Minyak Mentah
Zat Persentase (%)
Karbon
Hidrogen
Sulfur
Nitrogen
Oksigen
Logam
Garam
84
14
1 – 3
<1
<1
<1
<1
(Muchtaridi & Sandri Justiana, 2007: 307)
c) Pemisahan
Komponen-komponen minyak mentah harus dipisahkan berdasarkan titik
didihnya agar dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Metode yang digunakan
adalah distilasi bertingkat. Pemilihan metode tersebut berdasarkan pada
kandungan minyak mentah yang terdiri atas berbagai senyawa hidrokarbon,
misalnya senyawa alkana, aromatik, naftalena, alkena, dan alkuna. Senyawa-
senyawa tersebut mempunyai panjang rantai dan titik didih yang berbeda-beda.
Semakin panjang rantai karbon yang dimilikinya, semakin tinggi titik didihnya.
Tabel 2. Susunan Senyawa Hidrokarbon Utama dalam Berbagai Fraksi Distilasi
Minyak Bumi
Fraksi Distilasi Kisaran Jumlah Atom
Karbon
Titik Didih
(°C)
Gas
Bensin
1 – 4
5 – 10
< 40
70 – 200
Kerosin
Solar
Distilat minyak
ringan
Distilat Minyak
Pelumas
Residu
11 – 13
14 – 17
18 – 26
26 – 36
36 – 60
200 – 250
250 – 300
300 – 350
350 – 500
> 500
(R.P Koesoemadinata, 1980: 34)
d) Pengubahan
Fraksi minyak bumi yang paling banyak diminta pasar adalah fraksi
bensin. Namun, komposisi fraksi bensin dalam minyak mentah hanya sekitar
12%. Untuk meningkatkan kualitas fraksi minyak bumi sehingga komposisi
bensin meningkat, dapat dilakukan proses konversi atau pengubahan. Tujuan
proses tersebut adalah mengubah struktur suatu fraksi menjadi struktur fraksi yang
diinginkan. Jenis-jenis proses konversi tersebut antara lain perengkahan
(cracking), penyusunan ulang (reforming), alkilasi, dan cooking.
Tabel 3. Proses Pengubahan Minyak Bumi
Proses Konversi Penjelasan Contoh
Perengkahan
Penyusunan ulang
Alkilasi
Molekul besar dipecah
menjadi molekul-molekul
kecil.
Rantai lurus diubah
strukturnya menjadi rantai
bercabang.
Molekul-molekul kecil
Fraksi minyak pelumas dan
minyak berat diubah
menjadi fraksi bensin.
n-oktana diubah menjadi
isooktana.
Propena dan butena
Cooking
bergabung menjadi molekul
besar.
Residu padat diubah
menjadi fraksi gas.
bergabung membentuk
heptena.
b. Kegunaan Minyak Bumi dan Dampak yang Ditimbulkannya
1) Produk yang Dapat Dihasilkan dari Minyak Bumi
Produk-produk yang dihasilakan dari minyak bumi, diantaranya LPG,
bensin, kerosin, minyak solar, minyak pelumas, aspal, bahan baku pembuatan
plastik, dan bahan baku pembuatan pupuk.
a) LPG
LPG merupakan singkatan dari Liquefield Petroleum Gas (gas minyak
bumi yang dicairkan).LPG merupakan campuran dari berbagai unsur hidrokarbon
yang berasal dari fraksi gas hasil penyulingan minyak mentah. Komponen LPG
yang jumlahnya banyak adalah propana (C3H8) dan butana (C4H10). LPG juga
mengandung hidrokarbon lainnya, seperti etana (C2H6) dan pentana (C5H12).
Gambar 2. Kompor berbahan bakar LPG
LPG sering digunakan untuk bahan bakar kompor karena nyala api yang
dihasilkannya biru, dan nyala api berwarna biru akan lebih ramah lingkungan.
b) Bensin
Bensin merupakan fraksi minyak bumi yang paling banyak digunakan
masyarakat. Bensin mengandung senyawa hidrokarbon dengan jumlah atom
karbon antara 5 hingga 12 yang berasal dari fraksi nafta dan fraksi minyak gas
berat hasil penyulingan minyak bumi. Senyawa hidrokarbon yang terkandung
dalam bensin dapat berupa alkana rantai lurus, alkana rantai bercabang,
sikloalkana, aromatik, dan alkena. Bensin cocok digunakan sebagai bahan bakar
kendaraan yang tidak bermesin diesel, seperti sepeda motor dan sebagian
kendaraan bermotor roda empat.
Gambar 3. Beberapa kendaraan bermotor berbahan bakar bensin
c) Kerosin
Kerosin adalah cairan hidrokarbon yang tidak berwarna dan mudah
terbakar. Kerosin diperoleh dengan cara distilasi fraksional dari minyak mentah
pada 150°C dan 275°C (rantai karbon dari C12 sampai C15). Kerosin digunakan
sebagai bahan bakar kompor masak, bahan bakar alat penerang, dan bahan bakar
pesawat terbang. Kualitas kerosin untuk bahan bakar kompor masak dan alat
penerang lebih rendah dibandingkan kerosin untuk bahan bakar pesawat terbang.
Kerosin yang digunakan sebagai bahan bakar kompor masak dan alat penerang
dikenal dengan istilah minyak tanah, sedangkan untuk bahan bakar pesawat
disebut avtur.
Gambar 4. Kompor berbahan bakar kerosin
d) Minyak Solar
Solar adalah fraksi minyak bumi dengan titik didih antara 250-340°C
(fraksi minyak gas ringan). Minyak solar digunakan sebagai bahan bakar
kendaraan yang menggunakan mesin diesel. Umumnya, solar mengandung
belerang dengan kadar yang cukup tinggi. Kualitas minyak solar dinyatakan
dengan bilangan setana. Angka setana adalah tolok ukur kemudahan menyala atau
terbakar dari suatu bahan bakar di dalam mesin diesel.
Gambar 5. Kendaraan berbahan bakar solar
e) Minyak Pelumas dan Aspal
Minyak pelumas atau minyak oli berasal dari fraksi minyak gas berat.
Kegunaan dari minyak pelumas, diantaranya mencegah karat dan mengurangi
gesekan. Aspal berasal dari residu minyak bumi. Kandungan utama aspal adalah
senyawa karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik dan aromatik yang mempunyai atom
karbon sampai 150 per molekul. Atom-atom selain hidrogen dan karbon yang juga
menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen, belerang, dan beberapa atom lain.
Secara kuantitatif, biasanya 80% massa aspal adalah karbon, 10% nya hidrogen,
6% belerang, dan sisanya oksigen dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel,
dan vanadium. Aspal digunakan untuk melapisi permukaan jalan.
Gambar 6. Minyak pelumas dan aspal
f) Bahan Baku Pembuatan Plastik dan Bahan –Bahan Kimia
Plastik merupakan bahan yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-
hari. Ada beberapa jenis plastik, diantaranya polipropilena (PP) dan polietilena
(PE). Bahan baku kedua jenis plastik itu, propilena untuk PP dan etilena untuk PE
berasal dari hasil penyulingan minyak bumi. Etilena atau etena dihasilkan dari
hidrokarbon hasil penyulingan minyak bumi dengan cara steam craking dan
catalytic cracking. Melalui proses steam craking, hidrokarbon berwujud gas dan
cairan dipanaskan hingga 750-950º C sehingga hidrokarbon yang mempunyai
atom karbon banyak dipecah menjadi hidrokarbon dengan atom atom karbon yang
lebih sedikit. Hasil dari pemecahan rantai ini adalah campuran hidrokarbon yang
salah satunya adalah etana. Campuran kemudian dipisahkan dengan cara kompresi
dan distilasi.
Contoh bahan-bahan kimia yang lain, seperti etilena oksida dihasilkan dari
reaksi oksida etena. Lebih lanjut, etilena oksida direaksikan dengan air untuk
menghasilkan etilena glikol. Dalam kehidupan sehari-hari, etilena glikol
digunakan sebagai zat antibeku (anti freeze) dan pendingin mesin kendaraan.
Selain itu, etilena glikol merupakan bahan kimia yang digunakan dalam
pembuatan polimer, seperti poliester dan polietena tereftalat. Poliester dan
polietilena digunakan di bidang sandang untuk membuat kain, sedangkan
polietilena tereftalat dimanfaatkan untuk membuat botol kemasan minuman
ringan.
Etena dapat diubah menjadi etanol dengan cara mereaksikannya dengan air
dengan katalis asam. Reaksi ini dikenal dengan nama hidrasi alkena.
Etanol dimanfaatkan dalam bidang kesehatan sebagai pembersih luka. Etanol juga
dapat dimanfaatkan sebagai pelarut dan bahan bakar kendaraan. Minuman keras
juga mengandung etanol. Penggunaan etanol dalam minuman keras dapat
menyebabkan ketagihan (adiksi) karena etanol bersifat adiktif. Meminum
minuman beralkohol dapat mengakibatkan kerusakan liver.
g) Bahan Baku Pembuatan Pupuk
Untuk menyuburkan tanaman, petani biasanya menggunakan pupuk. Ada
beberapa jenis pupuk, diantaranya pupuk urea, pupuk ZA, pupuk SP, dan pupuk
Komparasi (Xi-Xj)2 1/ni + 1/nj RKG F Kritik Keputusan
µ1 vs µ2 55,130 0.05 53,334 20,67 6,14 Ditolak
µ2 vs µ3 39,062 0.05 53,334 14,65 6,14 Ditolak
µ1 vs µ3 187,006 0.05 53,334 70,12 6,14 Ditolak
Keterangan :
1 = Prestasi belajar siswa dengan metode problem solving.
2 = Prestasi belajar siswa dengan metode inquiry terbimbing.
3 = Prestasi belajar siswa dengan metode ceramah.
Dari Tabel 23 dan Tabel 24 dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
siswa dengan metode problem solving dan inquiry terbimbing lebih tinggi
daripada dengan metode ceramah, sedangkan prestasi belajar siswa dengan
metode problem solving lebih tinggi daripada dengan metode inquiry terbimbing
ditinjau dari aspek kognitif maupun aspek afektif.
D. Pembahasan Analisis Data
Pembelajaran yang dilakukan oleh guru kimia di SMA N 1 Mojolaban
sampai saat ini masih menggunakan metode pembelajaran yang cenderung
teacher centered (berpusat pada guru), diantaranya dengan ceramah yang
dilengkapi dengan tanya jawab, latihan soal, dan diskusi secara terbatas.
Pembelajaran seperti ini membuat siswa memiliki kecenderungan untuk berfikir
pasif dikarenakan keterbatasan dalam mengeksplor kemampuan mereka dan
umumnya hanya menerima informasi atau pengetahuan yang diberikan guru saja.
Bagi siswa dengan kemampuan awal rendah dan kemampuan bertanya rendah
merasa kesulitan dengan pengajaran tersebut. Siswa dengan kondisi seperti itu
memiliki prestasi belajar yang cenderung rendah karena kesulitan dalam
memahami materi belum bisa teratasi.
Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan dalam pembelajaran
dengan metode ceramah adalah kelas X.5 SMA N 1 Mojolaban tahun ajaran
2008/2009 yang terdiri dari 40 siswa. Dalam pembelajaran dengan cara ceramah,
siswa kebanyakan mendengarkan dan mencatat sehingga suasana kelas menjadi
pasif. Daya tahan siswa untuk mendengarkan pelajaran sangat terbatas, akibatnya
siswa yang memiliki ketrampilan mendengarkan rendah cepat merasa bosan dan
terpecah perhatiannya. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata prestasi belajar siswa
dengan metode ceramah untuk aspek kognitif 19,950 dan untuk aspek afektif
17,425. Keadaan ini tentu berbeda ketika siswa dikondisikan untuk saling
berdiskusi secara aktif, mengeksplor pengetahuan dan kemampuan siswa melalui
pemecahan terhadap masalah-masalah.
Materi minyak bumi merupakan materi yang tidak hanya bersifat teori
tetapi juga bersifat prinsip dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
mempelajari materi minyak bumi, pada umumnya siswa cenderung mengalami
kesulitan memahami prinsip pengolahan minyak bumi dan mengaitkan materi
tersebut dengan kehidupan sehari-hari. Materi minyak bumi ini akan lebih mudah
dipahami apabila siswa dapat mengeksplor pengetahuan mereka sendiri
berdasarkan pengalaman sebelumnya. Oleh karena itu diperlukan satu metode
yang memancing siswa lebih aktif dalam mengemukakan apa yang mereka tahu
dan mendiskusikannya bersama siswa yang lain.
Salah satu metode yang sesuai untuk diterapkan dalam menghadapi
masalah di atas adalah metode problem solving. Metode problem solving
merupakan suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan menghadapkan siswa
pada persoalan atau masalah yang harus dipecahkan atau diselesaikan dalam
rangka pencapaian tujuan pengajaran. Dalam metode problem solving, siswa
dituntut mengembangkan keterampilan proses sains untuk melakukan analisis
masalah serta generalisasi untuk mencari hubungan antara data yang ada dengan
pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menemukan pemecahan dari masalah
yang dihadapi. Kemampuan pemecahan masalah akan mencerminkan seberapa
jauh siswa menguasai materi pelajaran sebab siswa dituntut untuk mampu
menganalisis penyebab suatu masalah dan menemukan cara pemecahannya.
Keaktifan siswa merupakan kunci dalam pembelajaran problem solving.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan diskusi kelompok sebagai
cara untuk memancing keaktifan siswa. Sampel yang digunakan adalah kelas X.6
SMA N 1 Mojolaban tahun ajaran 2008/2009 sebanyak 40 siswa. Dalam proses
pembelajaran, siswa dibagi menjadi 8 kelompok yang masing-masing terdiri dari
5 orang dan ditugaskan untuk berdiskusi mengenai masalah yang berkaitan
dengan minyak bumi dalam kehidupan sehari-hari baik baik di lingkungan
sekitarnya maupun di seluruh dunia. Siswa juga diarahkan untuk berdiskusi
mengenai minyak bumi yang dibatasi pada beberapa topik berdasarkan
pengalaman mereka yang didapatkan dari berbagai sumber. Baik dari TV, koran,
pengalaman langsung, artikel di internet, maupun dari orang lain. Setelah
mendiskusikan beberapa masalah tersebut dalam kelompoknya, setiap kelompok
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas kepada kelompok-kelompok yang
lain kemudian dilanjutkan dengan diskusi. Di akhir diskusi kemudian guru
menyimpulkan semua masalah yang dikemukakan siswa serta hasil diskusi
berdasarkan teori. Inovasi pembelajaran dengan metode problem solving ini
ternyata mampu meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu rata-rata prestasi aspek
kognitif sebesar 38,4 dan prestasi aspek afektif sebesar 31,1.
Selain pendekatan dengan metode problem solving, pembelajaran yang
dapat digunakan dalam pembelajaran materi minyak bumi yaitu pendekatan
dengan metode inquiry (penemuan). Pendekatan ini didasarkan pada proses
mental di mana siswa mengasimilasikan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Salah
satu jenis pendekatan inquiry adalah pendekatan inquiry terbimbing. Pada
pendekatan ini, guru menyediakan bimbingan atau petunjuk kepada siswa,
sebagian besar perencanaan dibuat guru, dan siswa tidak merumuskan problem
atau masalah.
Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan diskusi kelompok
sebagai cara untuk memancing keaktifan siswa seperti pada metode problem
solving. Perbedaannya terletak pada bimbingan dan petunjuk guru yang diberikan
sebelum siswa melakukan diskusi. Sampel yang digunakan adalah kelas X.7 SMA
N 1 Mojolaban tahun ajaran 2008/2009 sebanyak 40 siswa. Dalam pembelajaran
inquiry terbimbing, guru memberikan petunjuk yang luas mengenai topik dan
materi sebagai bahan diskusi. Dalam pembelajaran inquiry terbimbing, siswa lebih
banyak mendapatkan petunjuk dari guru sehingga mereka tidak menggunakan
pengetahuan mereka sendiri secara murni dalam memecahkan masalah. Setelah
mendiskusikan beberapa masalah yang telah disebutkan guru dalam kelompoknya,
setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas kepada
kelompok-kelompok yang lain kemudian dilanjutkan dengan diskusi. Di akhir
diskusi kemudian guru menyimpulkan semua masalah yang dikemukakan siswa
serta hasil diskusi berdasarkan teori. Inovasi pembelajaran dengan metode inquiry
terbimbing ini ternyata juga mampu meningkatkan prestasi belajar siswa
dibandingkan dengan metode ceramah yaitu rata-rata prestasi aspek kognitif
sebesar 31,475 dan prestasi aspek afektif sebesar 23,675.
Untuk melihat perbedaan hasil prestasi belajar antara kelas eksperimen
problem solving, kelas eksperimen inquiry terbimbing, dan kelas kontrol
(ceramah), digunakan analisis variansi (anava) satu jalan dengan sel sama. Setelah
dilakukan analisis variansi satu jalan dengan sel sama diperoleh harga Fobs = 37,11
untuk aspek kognitif dan Fobs = 35,15 untuk aspek afektif. Harga ini melampaui
harga Ftabel = 3,07 dengan nk = 120 pada taraf signifikasi 5%. Hal ini berarti
terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar dengan metode problem
solving, inquiry terbimbing, dan ceramah pada materi minyak bumi. Setelah
dilanjutkan dengan Uji Scheffe terhadap prestasi belajar siswa pada materi minyak
bumi, antara kelas eksperimen problem solving dengan kelas kontrol (ceramah)
diperoleh harga Fobs = 72,72 untuk aspek kognitif dan Fobs = 70,12 untuk aspek
afektif, antara kelas eksperimen inquiry terbimbing dengan kelas kontrol
(ceramah) diperoleh harga Fobs = 28,38 untuk aspek kognitif dan Fobs = 14,65
untuk aspek afektif, dan antara kelas eksperimen problem solving dengan kelas
eksperimen inquiry terbimbing diperoleh harga Fobs = 10,24 untuk aspek kognitif
dan Fobs = 20,68 untuk aspek afektif. Harga Fobs tersebut melampaui harga Ftabel =
6,14 dengan nk = 80 pada taraf signifikasi 5%, maka baik untuk aspek kognitif
maupun aspek afektif, H0 ditolak dan H1 diterima.
Berdasarkan seluruh analisis di atas dapat diketahui bahwa terdapat
perbedaan pengaruh penggunaan metode problem solving, inquiry terbimbing, dan
ceramah terhadap prestasi belajar siswa dalam pembelajaran kimia pada materi
minyak bumi. Perbedaan ini terlihat dari pencapaian prestasi belajar siswa dalam
pembelajaran kimia pada materi minyak bumi yang menggunakan metode
problem solving dan inquiry terbimbing lebih tinggi daripada prestasi belajar
siswa yang menggunakan metode ceramah. Sedangkan prestasi belajar siswa
dalam pembelajaran kimia pada materi minyak bumi yang menggunakan metode
problem solving lebih tinggi daripada prestasi belajar siswa yang menggunakan
metode inquiry terbimbing.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terdapat perbedaan pengaruh penggunaan metode problem solving,
inquiry terbimbing, dan ceramah terhadap prestasi belajar siswa dalam
pembelajaran kimia pada materi minyak bumi. Perbedaan ini terlihat dari
pencapaian prestasi belajar siswa dalam pembelajaran kimia pada materi minyak
bumi yang menggunakan metode problem solving dan inquiry terbimbing lebih
tinggi daripada prestasi belajar siswa yang menggunakan metode ceramah.
Sedangkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran kimia pada materi minyak
bumi yang menggunakan metode problem solving lebih tinggi daripada prestasi
belajar siswa yang menggunakan metode inquiry terbimbing. Hasil uji lanjut
pasca anava satu jalan dengan sel sama (uji Scheffe) antara kelas eksperimen
problem solving dengan kelas kontrol (ceramah), untuk aspek kognitif (Fobs > Ftabel
= 72,72 > 6,14) dan untuk aspek afektif (Fobs > Ftabel = 70,12 > 6,14). Antara
kelas eksperimen inquiry terbimbing dengan kelas kontrol (ceramah), untuk aspek
kognitif (Fobs > Ftabel = 28,38 > 6,14) dan untuk aspek afektif (Fobs > Ftabel = 14,65
> 6,14). Antara kelas eksperimen problem solving dengan kelas eksperimen
inquiry terbimbing, untuk aspek kognitif (Fobs > Ftabel = 10,24 > 6,14) dan untuk
aspek afektif (Fobs > Ftabel = 20,68 > 6,14). Karena secara keseluruhan Fobs > Ftabel,
maka baik untuk aspek kognitif maupun aspek afektif H0 ditolak dan H1 diterima.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian bahwa terdapat perbedaan pengaruh
penggunaan metode problem solving, inquiry terbimbing, dan ceramah terhadap
prestasi belajar siswa, serta diketahui bahwa prestasi belajar siswa dengan
menggunakan metode problem solving dan inquiry terbimbing lebih tinggi
daripada dengan menggunakan metode ceramah, sedangkan prestasi belajar siswa
dengan menggunakan metode problem solving lebih tinggi daripada dengan
menggunakan metode inquiry terbimbing dalam pembelajaran kimia pada materi
minyak bumi, maka diharapkan dapat memberikan informasi kepada guru kimia
tentang :
1. Pengajaran dengan menggunakan metode problem solving dan inquiry
terbimbing dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dibandingkan
pengajaran dengan menggunakan metode ceramah.
2. Pengajaran dengan menggunakan metode problem solving dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa dibandingkan pengajaran dengan
menggunakan metode inquiry terbimbing
C. Saran
Sehubungan dengan adanya hasil penelitian dan implikasinya, maka saran-
saran yang dapat penulis kemukakan yaitu:
1. Dalam proses pembelajaran hendaknya guru mampu memilih metode
pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa,
58
diantaranya dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving dan
inquiry terbimbing pada materi minyak bumi.
2. Guru diharapkan menggunakan metode pembelajaran yang melibatkan
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sehingga kompetensi yang
diharapkan dapat tercapai.
3. Perlu diadakan penelitian sejenis terhadap metode pembelajaran lain yang
lebih efektif dan efisien yang sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran
terhadap materi yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Budiyono. 2004. Statistika untuk Penelitian. Surakarta : UNS Press. Margono. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: UNS Press. Missy Holzer. 2008. Application of Inquiry Methods in Student’s Original
Research Projects. New Jersey : Dept. of Geography. Muchtaridi & Sandri Justiana. 2007. Kimia SMA/MA Kelas X. Bogor : Yudhistira. Mulyati Arifin. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Surabaya: Airlangga University Press. Munir Tanrere. 2008. Environmental Problem Solving in Learning Chemistry for
High School Students. Surabaya : Department of Environmental Engineering Sepuluh Nopember Institute of Technology. Volume 3, Number 1 : 47-50.
Nana Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya. Roestiyah N.K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka Cipta. R.P Koesoemadinata. 1980. Geologi Minyak dan Gas Bumi. Bandung: ITB. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.