Dampak positif - meningkatnya hasil produksi - cara bertani semakin mudah - alat alat yang digunakan semakin maju - cara pembasmian hama menjadi mudah - cara menjual hasil pertanian semakin mudah - produksi bibit unggul semakin banyak - munculnya tanaman tanaman baru yang lebih berkualitas - tanaman berbuah tidak menunggu lama dari proses penanaman - buah yang dihasilkan lebih berkualitas Dampak negatif - musnahnya hewan yang menguntungkan akibat penggunaan obat obatan - hilangya keanekaragaman hayati - huilangnya jenis tumbuhan asli - hilangnya alat alat pembajak sawah tradisional - penggunaan peptisida dapat membuat pencemaran tanah dan berbahaya bagi manusia - semakin sedikitnya lapangan pekerjaan Dampak lingkungan dari pertanian Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Aliran permukaan dari lahan pertanian mengandung pupuk dan tanah yang mampu menyebabkan eutrofikasi dan pendangkalan sungai Dampak aktivitas pertanian terhadap lingkungan sifatnya sangat bervariasi dari pencemaran air , perubahan iklim , hingga pencemaran genetika . Solusi untuk menghindari dampak ini beragam
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Dampak positif- meningkatnya hasil produksi- cara bertani semakin mudah- alat alat yang digunakan semakin maju- cara pembasmian hama menjadi mudah- cara menjual hasil pertanian semakin mudah- produksi bibit unggul semakin banyak- munculnya tanaman tanaman baru yang lebih berkualitas- tanaman berbuah tidak menunggu lama dari proses penanaman- buah yang dihasilkan lebih berkualitas
Dampak negatif- musnahnya hewan yang menguntungkan akibat penggunaan obat obatan- hilangya keanekaragaman hayati- huilangnya jenis tumbuhan asli- hilangnya alat alat pembajak sawah tradisional- penggunaan peptisida dapat membuat pencemaran tanah dan berbahaya bagi manusia- semakin sedikitnya lapangan pekerjaan
Dampak lingkungan dari pertanianDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Aliran permukaan dari lahan pertanian mengandung pupuk dan tanah yang mampu menyebabkan eutrofikasi dan pendangkalan sungai
Dampak aktivitas pertanian terhadap lingkungan sifatnya sangat bervariasi dari pencemaran air, perubahan iklim, hingga pencemaran genetika. Solusi untuk menghindari dampak ini beragam muali dari penerapan pertanian berkelanjutan hingga kembali ke sistem pertanian subsisten.
3 Pencemaran genetik 4 Irigasi 5 Polutan 6 Lihat pula 7 Referensi 8 Pranala luar
Perubahan iklim
Artikel utama untuk bagian ini adalah: perubahan iklim dan pertanian
Perubahan iklim dan pertanian merupakan proses yang saling terkait di mana keduanya terjadi pada skala global. Pertanian mempengaruhi perubahan iklim, dan perubahan iklim mempengaruhi pertanian. Pemanasan global diketahui dapat mempengaruhi pertanian karena peningkatan temperatur, perubahan pola iklim dan presipitasi, dan pelelehan gletser. Hal ini mempengaruhi kapasitas biosfer dalam memproduksi bahan pangan untuk kebutuhan populasi manusia yang terus meningkat. Peningkatan level karbon dioksida akan memiliki efek baik maupun buruk terhadap hasil pertanian. Penilaian efek perubahan iklim pada pertanian akan membantu antisipasi dan adaptasi usaha pertanian.
Di saat yang sama pertanian diketahui memberikan pengaruh terhadap perubahan iklim karena menyumbang gas rumah kaca seperti karbon dioksida dari mesin pertanian dan pembakaran hutan, metan dari pelapukan sampah pertanian dan kotoran ternak, dan NO2. Selain itu, pertanian juga memberikan pengaruh dari aktivitas pengubahan fungsi lahan.[1]
Deforestasi
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Deforestasi
Salah satu penyebab deforestasi adalah sistem tebang habis untuk mengubah hutan menjadi lahan pertanian. Berdasarkan Norman Myers, diketahui bahwa 5% lahan hutan yang mengalami deforestasi digunakan sebagai lahan peternakan, 19% diakibatkan oleh penebangan hutan berlebih, 22% karena perluasan lahan perkebunan kelapa sawit, dan 54% karena parktek tebang dan bakar.[2]
Pada tahun 2000, PBB melalui FAO menemukan bahwa deforestasi mampu menyebabkan tekanan terhadap populasi dan stagnasi ekonomi, sosial, dan teknologi."[3]
Pencemaran genetik
Protes anti GMO di Washington
Kontroversi dari bahan pangan termodifikasi secara genetika (genetically modified, GM) melibatkan berbagai pihak dari konsumen, perusahaan bioteknologi, pembuat kebijakan, organisasi nirlaba, dan ilmuwan. Bidang yang diperdebatkan diantaranya apakah makanan GM harus diberikan label, peran pemerintah sebagai pembuat kebijakan, dampak makanan GM pada kesehatan dan lingkungan, efek resistansi pestisida, dampak tanaman pertanian GM terhadap petani, dan peran tanaman pertanian GM sebagai penghasil bahan pangan bagi populasi dunia.
Organisme termodifikasi secara genetik juga mengundang risiko terjadinya pencemaran genetika akibat penyerbukan antara tanaman GM dan tanaman non GM di lokasi pertanian. Selain itu, benih tanaman GM yang tersebar ke alam liar juga mengundang keresahan serupa. Fenomena ini disebut dengan kontaminasi benih. Sebagian besar proses penyerbukan terjadi oleh angin dan serangga yang tidak mampu dikendalikan secara penuh oleh manusia.
Irigasi
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Dampak lingkungan dari irigasi
Irigasi dapat memicu berbagai masalah, diantaranya:[4]
Berkurangnya akuifer air tanah secara drastis karena pengambilan air tanah berlebihan Subsiden tanah karena ruang di antara bebatuan di bawah tanah yang seharusnya diisi air
tanah, menjadi kosong sehingga berpotensi runtuh Tanah yang tidak diirigasi secara cukup dapat menyebabkan meningkatnya kadar garam
tanah yang mengakibatkan salinisasi tanah. Tanah dengan kadar garam yang tinggi sulit untuk ditanami kembali.
Irigasi dengan air asin akan menyebabkan tanah rusak Irigasi berlebihan menyebabkan polusi air karena tercucinya pupuk dan pestisida dari
tanah pertanian ke ekosistem sekitar Aliran permukaan yang tidak ditata dengan baik mampu menyebabkan pencemaran air
tanah dan air permukaan
Polutan
Lihat pula: Dampaklingkungan dari pestisida dan Residu pestisida
Sejumlah besar penggunaan bahan kimia pertanian mampu menjadi polutan bagi lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Pupuk dan pestisida mampu terbawa air hujan dan mengendap di sungai dan badan air lainnya hingga terserap menuju ke air tanah. Pestisida kimia juga mampu mengakibatkan gangguan kesehatan bagi manusia, terutama pestisida organoklorida. Kontaminasi tanah juga bisa terjadi akibat penggunaan bahan kimia pertanian yang berlebihan.
A. Dampak Pembangunan Terhadap Ekosistem
Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di segala
bidang yang menyangkut kehidupan manusia. Pembangunan dalam prosesnya tidak terlepas dari
penggunaan sumberdaya alam, baik sumberdaya alam yang terbarukan maupun sumberdaya
alam tak terbarukan. Seringkali di dalam pemanfaatan sumberdaya alam tidak memperhatikan
kelestanannya, bahkan cenderung memanfaatkan dengan sebanyak-banyaknya. Di sisi lain,
pembangunan itu sendiri dapat menimbulkan dampak terhadap sumberdaya alam.
PENGERTIAN LINGKUNGAN
Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang memengaruhi
perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Lingkungan bisa
dibedakan menjadi lingkungan biotik (benda hidup) misalnya manusia, hewan, dan tumbuhan
dan lingkungan abiotik (benda mati). Seringkali lingkungan yang terdiri dari sesama manusia
disebut juga sebagai lingkungan sosial. Lingkungan sosial inilah yang membentuk sistem
pergaulan yang besar peranannya dalam membentuk kepribadian seseorang.
LINGKUNGAN HIDUP
Secara khusus, kita sering menggunakan istilah lingkungan hidup untuk menyebutkan segala
sesuatu yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup segenap makhluk hidup di bumi.
Adapun berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang
melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Unsur-unsur lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Unsur hayati (biotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup, seperti
manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik.
2. Unsur Sosial Budaya, yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia yang merupakan
sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk sosial. Kehidupan
masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat adanya sistem nilai dan norma yang diakui dan
ditaati oleh segenap anggota masyarakat.
3. Unsur Fisik (Abiotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda tidak hidup,
seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain. Dampak dari hilangnya unsur fisik yang baik di
muka bumi adalah terjadinya bencana kekeringan, banyak hewan dan tumbuhan mati, perubahan
musim yang tidak teratur, munculnya berbagai penyakit, dan lain-lain.
KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP
Berdasarkan faktor penyebabnya, bentuk kerusakan lingkungan hidup dibedakan menjadi 2 jenis,
yaitu:
1. Kerusakan Lingkungan Hidup akibat Peristiwa Alam.
Berbagai bentuk bencana alam yang akhir-akhir ini banyak melanda Indonesia telah
menimbulkan dampak rusaknya lingkungan hidup. Dahsyatnya gelombang tsunami yang
memporak-porandakan bumi Serambi Mekah dan Nias, serta gempa 5 skala Ritcher yang
meratakan kawasan DIY dan sekitarnya, merupakan contoh fenomena alam yang dalam sekejap
mampu merubah bentuk muka bumi.
2. Kerusakan Lingkungan Hidup karena Faktor Manusia.
Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar dalam menentukan
kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi
mampu merubah wajah dunia dari pola kehidupan sederhana sampai ke bentuk kehidupan
modern seperti sekarang ini. Namun sayang, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak
diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Banyak kemajuan
yang diraih oleh manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan lingkungan hidup.
Contohnya:
a. Penebangan hutan secara liar (penggundulan hutan).
b. Perburuan liar.
c. Merusak hutan bakau.
d. Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman.
e. Pembuangan sampah di sembarang tempat.
f. Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS).
g. Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan di luar batas.
Dampak pembangunan
a. DAMPAK POSITIF
1. Menambah penghasilan penduduk sehingga meningkatkan kemakmuran
2. Perindustrian menghasilkan aneka barang yang dibutuhkan oeh masyarakat.
3. Perindustrian memperbesar kegunaan bahan mentah.
4. Usaha perindustrian dapat memperluas lapangan pekerjaan bagi penduduk.
5. Mengurangi ketergantungan Negara pada luar negeri.
6. Dapat merangsang masyarakat utuk meningkatkan pengetahuan tentang industri.
b. DAMPAK NEGATIF
1. Limbah industry akan menimbulkan pencemaran air, tanah dan udara
2. Asap-asap pabrik menimbulkan polusi udara.
3. Akibat dari pncemaran, banyak menimbulkan kematian bagi binatang-binatang,manusia dapat
terkena penyakit, hilangnya keindahan alam dan lain-lain.
4. Penurunan kualitas lingkungan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
pesat serta dorongan pertumbuhan ekonomi telah memacu kegiatan yang mengakibatkan
menurunnya kualitas lingkungan.
Dampak dari kegiatan manusia terhadap lingkungan hidup telah menimbulkan berbagai masalah
berikut :
1. Mutasi Gen.
Mutasi adalah peristiwa perubahan sifat gen (susunan kimia gen) atau kromosom sehingga
menyebabkan perubahan sifat yang baka (diturunkan) tetapi bukan sebagai akibat persilangan
atau perkawinan. Hal ini dapat diakibatkan oleh adanya sifat yang tidak tetap dan selalu
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor baik alamiah maupun buatan. Agar suatu species tidak
mengalami kepunahan diperlukan usaha untuk menyesuaikan diri terhadap timbulnya suatu
perubahan.
2. Dampak rumah kaca
Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang
terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas
manusia.
Akibat yang dialami adalah meningkatnya suhu permukaan bumi yang akan mengakibatkan
adanya perubahan iklim yang sangat ekstrim di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya
hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon
dioksida di atmosfer. Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah
kutub yang dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan
mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan
permukaan laut yang mengakibatkan negara kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat
besar.
3. Hujan asam
Istilah Hujan Asam pertama kali diperkenalkan oleh Angus Smith ketika ia menulis tentang
Polusi Industri di Inggris. Tetapi istilah hujan asam tidaklah tepat, yang benar adalah deposisi
asam. Terjadinya hujan asam harus diwaspadai karena dampak yang ditimbulkan bersifat global
dan dapat menggangu keseimbangan ekosistem. Hujan asam memiliki dampak tidak hanya pada
lingkungan biotik, namun juga pada lingkungan abiotik.
4. Pencemaran air
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau,
sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Danau, sungai, lautan dan air tanah adalah
bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian dari siklus
hidrologi. Selain mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan polutan. Manfaat terbesar
danau, sungi, lautan dan air tanah adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai
saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi sebagai objek
wisata. Akibat dari pencemaran air adalah terjadinya banjir, erosi, kekurangan sumber air, dapat
membuat sumber penyakit, tanah longsor, dapat merusak ekosistem sungai.
Solusi dari dampak Pembangunan Berkelanjutan
Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi dan bukan
hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin negara saja, melainkan tanggung
jawab setiap insan di bumi, dari balita sampai manula. Setiap orang harus melakukan usaha
untuk menyelamatkan lingkungan hidup di sekitar kita sesuai dengan kapasitasnya masing-
masing. Upaya pemerintah untuk mewujudkan kehidupan adil dan makmur bagi rakyatnya tanpa
harus menimbulkan kerusakan lingkungan ditindaklanjuti dengan menyusun program
pembangunan berkelanjutan yang sering disebut sebagai pembangunan berwawasan lingkungan.
Pembangunan berwawasan lingkungan adalah usaha meningkatkan kualitas manusia secara
bertahap dengan memerhatikan faktor lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan
dikenal dengan nama Pembangunan Berkelanjutan.
Adapun ciri-ciri Pembangunan Berwawasan Lingkungan adalah sebagai berikut:
1. Menjamin pemerataan dan keadilan.
2. Menghargai keanekaragaman hayati.
3. Menggunakan pendekatan integratif.
4. Menggunakan pandangan jangka panjang.
Beberapa upaya yang dapat dilakuklan masyarakat berkaitan dengan pelestarian lingkungan
hidup antara lain:
1. Pelestarian tanah (tanah datar, lahan miring/perbukitan).
2. Pelestarian udara
Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga agar udara tetap bersih dan sehat antara lain:
1). Menggalakkan penanaman pohon atau pun tanaman hias di sekitar kita.
2). Mengurangi atau bahkan menghindari pemakaian gas kimia yang dapat merusak lapisan ozon.
3. Pelestarian hutan
Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan hutan.
1). Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul.
2). Melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang.
3). Menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon.
4). Menerapkan sistem tebang–tanam dalam kegiatan penebangan hutan.
5). Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan mengenai pengelolaan
hutan.
4. Pelestarian laut dan pantai
Upaya untuk melestarikan laut dan pantai dapat dilakukan dengan cara:
1) Melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman bakau di areal sekitar pantai.
2) Melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai maupun di dasar laut, karena
karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut.
3) Melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya dalam mencari ikan.
4) Melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari ikan.
5. Pelestarian flora dan fauna
Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian flora dan fauna di antaranya adalah:
1) Mendirikan cagar alam dan suaka margasatwa.
2) Melarang kegiatan perburuan liar.
3) Menggalakkan kegiatan penghijauan
B. DAMPAK PEMBANGUNAN TERHADAP STRUKTUR TANAH
Aspek lingkungan adalah dimensi khusus yang sebenarnya berfungsi sebagai alat penjaga dan
penyelaras pola pembangunan, terutama dari peran lingkungan yang mensejahterakan dan
melindungi kehidupan manusia. Setidaknya pembangunan berkelanjutan mensyaratkan 3 aspek
pembangunan yang harus diperhatikan yaitu, ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan, yang
ketiganya harus terimplementasikan di dalam program pembangunan negara-negara di dunia.
Tanah secara umum merupakan suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-
komponen padat, cair, gas, dan mempunyai sifat serta perilaku yang dinamik. Tanah merupakan
akumulasi tubuh alam yang bebas yang menduduki sebagian besar permukaan bumi dan
mempunyai sifat-sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan organisme yang bekerja pada batuan
induk pada relief tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Dari berbagai unsur yang
terkandung, tanah merupakan unsur yang penting dalam Geografi.
4. Menorong pemanfaatan transportasi publik untuk mendukung kebutuhan pergerakan orang dan
barang/jasa/logistik yang dituangkan dalam produk-produk RTRW.
5. Langkah strategis yang harus dilakukan oleh bidang Pekerjaan Umum dalam melakukan
adaptasi bidang Penataan Ruang terhadap dampak perubahan iklim, antara lain:
6. Mengendalikan terjadinya urbanisasi masif (termasuk industrialisasi) dan migrasi dari kawasan
perdesaan ke kawasan perkotaan.
7. Mengendalikan pertumbuhan kota-kota besar yang berada pada kawasan rawan bencana iklim
(tsunami, kenaikan muka air laut, banjir repetitif, serangan angin topan/siklon, dsb).
8. Meningkatkan kapasitas adaptasi kota/kabupaten/kawasan dengan mengutamakan kearifan local.
D. DAMPAK PEMBANGUNAN TERHADAP TATA RUANG
Kebijakan nasional penataan ruang secara formal ditetapkan bersamaan dengan diundangkannya
undang-undang nomor 24 tahun 1992 tentang penataan ruang [uu 24/1992], yang kemudian
diperbaharui dengan undang-undang nomor 26 tahun 2007 [uu 26/2007]. Kebijakan tersebut
ditujukan untuk mewujudkan kualitas tata ruang nasional yang semakin baik, yang oleh undang-
undang dinyatakan dengan kriteria aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Namun, setelah
lebih dari 25 tahun diberlakukannya kebijakan tersebut, kualitas tata ruang masih belum
memenuhi harapan. Bahkan cenderung sebaliknya, justru yang belakangan ini sedang
berlangsung adalah indikasi dengan penurunan kualitas dan daya dukung lingkungan.
Pencemaran dan kerusakan lingkungan bahkan makin terlihat secara kasat mata baik di kawasan
perkotaan maupun di kawasan perdesaan.
Dengan diberlakukannya kebijakan nasional penataan ruang tersebut, maka tidak ada lagi tata
ruang wilayah yang tidak direncanakan. Tata ruang menjadi produk dari rangkaian proses
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Oleh karena
itu, penegasan sanksi atas pelanggaran tata ruang sebagaimana diatur dalam UU 26/2007
menuntut proses perencanaan tata ruang harus diselenggarakan dengan baik agar penyimpangan
pemanfaatan ruang bukan disebabkan oleh rendahnya kualitas rencana tata ruang wilayah.
Peningkatan aktivitas pembangunan membutuhkan ruang yang semakin besar dan dapat
berimplikasi pada perubahan fungsi lahan/kawasan secara signifikan. Euphoria otonomi daerah
yang lebih berorientasi pada peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) juga memotivasi
pertumbuhan penyediaan sarana dan prasarana di daerah, yang faktanya menyebabkan
peningkatan pengalihan fungsi ruang dan kawasan dalam jangka panjang. Di antara kenyataan
perubahan lahan dapat ditemui pada pembangunan kawasan perkotaan yang membutuhkan ruang
yang besar untuk menyediakan lahan untuk sarana dan prasarana permukiman, perkantoran,
perindustrian, pusat-pusat perdagangan (central business district, CBD) dan sebagainya.
Demikian halnya pada pola perubahan kawasan seperti kawasan hutan menjadi lahan pertanian
atau perkebunan, yang menyebabkan penurunan fungsi hutan sebagai kawasan penyangga,
pemelihara tata air, pengendali perubahan iklim mikro dan sebagainya. Perubahan fungsi ruang
kawasan meyebabkan menurunnya kualitas lingkungan, seperti terjadinya pencemaran,
kemacetan, hilangnya ruang publik dan ruang terbuka hijau, serta terjadinya berbagai bencana
alam seperti banjir, longsor, kekeringan dan sebagainya. Pemanfaatan sumberdaya ruang juga
dapat memicu perbedaan persepsi dan persengketaan tentang ruang, seperti munculnya kasus-
kasus persengketaan batas wilayah pada berbagai daerah dan juga internasional. Hal tersebut
seolah-olah menunjukkan adanya trede off antara perkembangan ekonomi dengan kelestarian
lingkungan.
Permasalahan konflik antara perkembangan ekonomi dengan kelestarian lingkungan semakin
jelas terlihat dewasa ini pada hal dalam penataan ruang kebijakan-kebijakan telah
mengakomodasi prinsip-prinsip utama menuju pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) seperti prinsip-prinsip keterpaduan, keseimbangan dan kelestarian lingkungan
hidup. Pada makalah ini akan dijelaskan mengenai permasalahan- permasalahan dalam penataan
ruang dan solusi-solusi yang dapat digunakan untuk melakukan harmonisasi pemanfaatan
sumber daya alam, lahan dan perkembangan aspek sosial-ekonomi dalam penataan ruang. Pada
dasarnya pengembangan wilayah adalah usaha pembangunan daerah yang memperhitungkan
keterpaduan program sektoral seperti pertanian, pertambangan, aspirasi masyarakat dan potensi
loin dengan memperhatikan kondisi lingkungan. Pembangunan industri dasar berorientasi pada
lokasi tersedianya sumber pembangunan lain. Pada umumnya lokasi industri dasar belum
tersentuh pembangunan, baik dalam arti kualitatif maupun kuantitatif bahkan masih bersifat
alami. Adanya pembangunan industri ini akan mengakibatkan perubahan lingkungan seperti
berkembangnya jaringan infra struktur dan akan menumbuhkan kegiatan lain untuk menunjang
kegiatan yang ada.
Pembangunan di satu pihak menunjukkan dampak positif terhadap lingkungan dan masyarakat
seperti tersedianya jaringan jalan, telekomunikasi, listrik, air, kesempatan kerja serta produknya
sendiri memberi manfaat bagi masyarakat luas dan juga meningkatkan pendapatan bagi langsung
dapat menikmati sebagian dari hasil pembangunannya. Di pihak lain apabila pembangunan ini
tidak diarahkan akan menimbulkan berbagai masalah seperti konflik kepentingan, pencemaran
lingkungan, kerusakan, pengurasan sumberdaya alam, masyarakat konsumtif serta dampak sosial
lainnya yang pada dasarnya merugikan masyarakat.
Pembangunan industri pada gilirannya membentuk suatu lingkungan kehidupan zona industri.
Dalam zona industri kehidupan masyarakat makin berkembang; zona industri secara bertahap
dilengkapi pembangunan sektor ekonomi lain seperti peternakan, perikanan, home industry, dan
pertanian sehingga diperlukan rencana pembangunan wilayah berdasarkan konsep tata ruang.
Tujuan rencana tata ruang ini untuk meningkatkan asas manfaat berbagai sumberdaya yang ada
dalam lingkungan seperti meningkatkan fungsi perlindungan terhadap tanah, hutan, air, flora,
fungsi industri, fungsi pertanian, fungsi pemukiman dan fungsi lain. Peningkatan fungsi setiap
unsur dalam lingkungan artinya meningkatkan dampak positif semaksimum mungkin sedangkan
dampak negatif harus ditekan sekecil mungkin. Konsepsi pembangunan wilayah dengan dasar
tata ruang sangat dibutuhkan dalam upaya pembangunan industri berwawasan lingkungan.
Secara umum, kegiatan eksploitasi dan pemakaian sumber energi dari alam untuk memenuhi
kebutuhan manusia akan selalu menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan (misalnya
udara dan iklim, air dan tanah). Berikut ini disajikan beberapa dampak negatif penggunaan
energi fosil terhadap manusia dan lingkungan:
Dampak Terhadap Udara dan Iklim
Selain menghasilkan energi, pembakaran sumber energi fosil (misalnya: minyak bumi, batu bara)
juga melepaskan gas-gas, antara lain karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx),dan sulfur
dioksida (SO2) yang menyebabkan pencemaran udara (hujan asam, smog dan pemanasan
global). Emisi NOx (Nitrogen oksida) adalah pelepasan gas NOx ke udara. Di udara, setengah
dari konsentrasi NOx berasal dari kegiatan manusia (misalnya pembakaran bahan bakar fosil
untuk pembangkit listrik dan transportasi), dan sisanya berasal dari proses alami (misalnya
kegiatan mikroorganisme yang mengurai zat organik). Emisi SO2 (Sulfur dioksida) adalah
pelepasan gas SO2 ke udara yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dan peleburan
logam.
Emisi CO2 adalah pemancaran atau pelepasan gas karbon dioksida (CO2) ke udara. Emisi CO2
tersebut menyebabkan kadar gas rumah kaca di atmosfer meningkat, sehingga terjadi
peningkatan efek rumah kaca dan pemanasan global. CO2 tersebut menyerap sinar matahari
(radiasi inframerah) yang dipantulkan oleh bumi sehingga suhu atmosfer menjadi naik. Hal
tersebut dapat mengakibatkan perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut. Emisi CH4
(metana) adalah pelepasan gas CH4 ke udara yang berasal, antara lain, dari gas bumi yang tidak
dibakar, karena unsur utama dari gas bumi adalah gas metana. Metana merupakan salah satu gas
rumah kaca yang menyebabkan pemasanan global.
Batu bara selain menghasilkan pencemaran (SO2) yang paling tinggi, juga menghasilkan karbon
dioksida terbanyak per satuan energi. Membakar 1 ton batu bara menghasilkan sekitar 2,5 ton
karbon dioksida. Untuk mendapatkan jumlah energi yang sama, jumlah karbon dioksida yang
dilepas oleh minyak akan mencapai 2 ton sedangkan dari gas bumi hanya 1,5 ton.
Dampak Terhadap Perairan
Eksploitasi minyak bumi, khususnya cara penampungan dan pengangkutan minyak bumi yang
tidak layak, misalnya: bocornya tangker minyak atau kecelakaan lain akan mengakibatkan
tumpahnya minyak (ke laut, sungai atau air tanah) dapat menyebabkan pencemaran perairan.
Pada dasarnya pencemaran tersebut disebabkan oleh kesalahan manusia.
Dampak Terhadap Tanah
Dampak penggunaan energi terhadap tanah dapat diketahui, misalnya dari pertambangan batu
bara. Masalah yang berkaitan dengan lapisan tanah muncul terutama dalam pertambangan
terbuka (Open Pit Mining). Pertambangan ini memerlukan lahan yang sangat luas. Perlu
diketahui bahwa lapisan batu bara terdapat di tanah yang subur, sehingga bila tanah tersebut
digunakan untuk pertambangan batu bara maka lahan tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk
pertanian atau hutan selama waktu tertentu.
Ada dua definisi KLHS yang lazim diterapkan, yaitu definisi yang menekankan pada pendekatan
telaah dampak lingkungan (EIA-driven) dan pendekatan keberlanjutan (sustainability-driven).
Pada definisi pertama, KLHS berfungsi untuk menelaah efek dan/atau dampak lingkungan dari
suatu kebijakan, rencana atau program pembangunan. Sedangkan definisi kedua, menekankan
pada keberlanjutan pembangunan dan pengelolaan sumberdaya.
Peran KLHS dalam Perencanaan Tata Ruang
KLHS adalah sebuah bentuk tindakan stratejik dalam menuntun, mengarahkan, dan menjamin
tidak terjadinya efek negatif terhadap lingkungan dan keberlanjutan dipertimbangkan secara
inheren dalam kebijakan, rencana dan program [KRP]. Posisinya berada pada relung
pengambilan keputusan. Oleh karena tidak ada mekanisme baku dalam siklus dan bentuk
pengambilan keputusan dalam perencanaan tata ruang, maka manfaat KLHS bersifat khusus bagi
masing-masing hirarki rencana tata ruang wilayah [RTRW]. KLHS bisa menentukan substansi
RTRW, bisa memperkaya proses penyusunan dan evaluasi keputusan, bisa dimanfaatkan sebagai
instrument metodologis pelengkap (komplementer) atau tambahan (suplementer) dari penjabaran
RTRW, atau kombinasi dari beberapa atau semua fungsi-fungsi diatas.
Penerapan KLHS dalam penataan ruang juga bermanfaat untuk meningkatkan efektivitas
pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) dan atau instrumen
pengelolaan lingkungan lainnya. menciptakan tata pengaturan yang lebih baik melalui
pembangunan keterlibatan para pemangku kepentingan.
Pendekatan KLHS
Pendekatan KLHS dalam penataan ruang didasarkan pada kerangka bekerja dan metodologi
berpikirnya. Berdasarkan literatur terkait, sampai saat ini ada 4 (empat) model pendekatan KLHS
untuk penataan ruang, yaitu :
1. KLHS dengan Kerangka Dasar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup/AMDAL (EIA-
Mainframe)
2. KLHS dilaksanakan menyerupai AMDAL yaitu mendasarkan telaah pada efek dan dampak
yang ditimbulkan RTRW terhadap lingkungan hidup. Perbedaannya adalah pada ruang lingkup
dan tekanan analisis telaahannya pada tiap hirarhi KRP RTRW.
3. KLHS sebagai Kajian Penilaian Keberlanjutan Lingkungan Hidup (Environmental Appraisal)
4. KLHS ditempatkan sebagai environmental appraisal untuk memastikan KRP RTRW menjamin
pelestarian fungsi lingkungan hidup, sehingga bisa diterapkan sebagai sebuah telaah khusus yang
berpijak dari sudut pandang aspek lingkungan hidup.
5. KLHS sebagai Kajian Terpadu/Penilaian Keberlanjutan (Integrated Assessment Sustainability
Appraisal)
Faktor Penyebab:
1. Lemahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya penataan ruang
2. Lemahnya kemampuan pengawasan dan pengendalian pembangunan baik oleh Pemerintah
maupun oleh masyarakat
3. Lemahnya penegakan hukum
4. Belum terciptanya semangat dan mekanisme kerjasama lintas wilayah dalam pembangunan yang
sinergis.
DAMPAK POSITIF :
a. Menambah penghasilan penduduk sehingga meningkatkan kemakmuran
b. Perindustrian menghasilkan aneka barang yang dibutuhkan oeh masyarakat.
c. Perindustrian memperbesar kegunaan bahan mentah
d. Usaha perindustrian dapat memperluas lapangan pekerjaan bagi penduduk.
e. Mengurangi ketergantungan Negara pada luar negeri.
f. Dapat merangsang masyarakat utuk meningkatkan pengetahuan tentang industi
DAMPAK NEGATIF :
a. Limbah industry akan menimbulkan pencemaran air, tanah dan udara
b. Asap-asap pabrik menimbulkan polusi udara.
c. Akibat dari pncemaran, banyak menimbulkan kematian bagi binatang-binatang, manusia dapat
terkena penyakit, hilangnya keindahan alam dan lain-lain.
Solusi :
1. Penyelarasan implementasi terhadap rencana pembangunan dengan rencana tata ruang
melalui mekanisme yang diatur didalam suatu kebijakan/peraturan.
2. Perlunya sinkronisasi kebijakan antar sektor dan instansi pemerintahan secara hirarki
untuk mewujudkan keselarasan program pembangunan.
3. Mewujudkan keterpaduan dan kerjasama pembangunan lintas provinsi dan lintas sektor
untuk optimasi dan sinergi struktur pemanfaatan ruang.
4. Perlunya penyusunan rencana tata ruang yang berkualitas dan menyeluruh.
5. Produk rencana tata ruang daerah harus dibuat sesuai dengan kebutuhan masing-masing
daerah yang selaras dengan visi dan misi daerah.
6. Ketegasan sanksi dan ketetapan hukum sebagai alat yang digunakan untuk
mengendalikan segala bentuk pemanfaatan ruang.
7. Penyelenggaraan sosialisasi dalam rangka memberikan informasi pentingnya peranan
penataan ruang didalam pelaksanaan program pembangunan kepada masyarakat.
8. Peningkatan manajemen kelembagaan penataan ruang baik di Pusat maupun di daerah.
9. Mendorong kemitraan secara vertikal dan horisontal yang bersifat kerjasama pengelolaan
(co-management) dan kerjasama produksi (co-production).
10. Mewujudkan konsistensi dalam penyerasian rencana tata ruang dengan rencana
pembangunan antar pemangku pemerintahan, baik pada tingkat legislatif maupun
eksekutif.
E. Dampak Pembangunan terhadap lingkungan social
Pemahaman terhadap pembangunan menghasilkan ide kemajuan, berkonotasi ke depan atau ke
tingkat yang lebih tinggi. Pembangunan harus dipahami sebagai suatu proses yang berdimensi
jamak yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap masyarakat, dan
kelembagaan nasional, seperti halnya percepatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan
ketidakmerataan, dan pemberantasan kemiskinan absolut.
Pembangunan juga telah didefinisikan sebagai pertumbuhan plus perubahan, yang merupakan
kombinasi berbagai proses ekonomi, sosial dan politik, untuk mencapai kehidupan yang lebih
baik (United Nations, 1972). Selain pengertian tersebut, Surna (1992) memberikan pengertian
tentang pembangunan sebagai kegiatan-kegiatan yang direncanakan dalam mengolah sumber
daya alam dan sumber daya manusia dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang digunakan untuk kelangsungan hidup manusia. Pembangunan pada dasarnya bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di segala bidang yang menyangkut kehidupan
manusia. Pembangunan dalam prosesnya tidak terlepas dari penggunaan sumberdaya alam, baik
sumberdaya alam yang terbarukan maupun sumberdaya alam tak terbarukan. Seringkali di dalam
pemanfaatan sumberdaya alam tidak memperhatikan kelestanannya, bahkan cenderung
memanfaatkan dengan sebanyak-banyaknya. Di sisi lain, pembangunan itu sendiri dapat
menimbulkan dampak terhadap sumberdaya alam.
Pada hakekatnya ada tiga domain dalam pembangunan, yaitu : domain ekonomi, domain sosial,
dan domain ekologi. Himpunan bagian yang saling beririsan antara domain tersebut
menghasilkan tiga paradigma pembangunan, yaitu:
(1) pembangunan sosial (social development);
(2) pembangunan berwawasan lingkungan (environmental development);
(3) pembangunan yang berpusatkan pada rakyat (people centered development).
Dampak pembangunan
Pembangunan merupakan proses perubahan yang terus menerus, yang merupakan kemajuan dan
perbaikan mengarah pada suatu tujuan yang ingin dicapai.
Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan oembangunan
seluruh masyarakat Indonesia, yang tujuan jangka panjangnya dititik beratkan pada
pembangunan di bidang ekonomi dengan sasaran utama mencapai keseimbangan antara bidang
pertanian dan industri, serta terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat. Dengan demikian sasaran
pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Focus dari kajian ini sebenarnya adalah pembangunan di bidang industri. Dimana pembangunan
di sector ini adalah suatu pembangunan yang sangat banyak memiliki dampak baik positif
maupun negative.
Perubahan yang pesat dalam pembangunan industri menimbulkan berkembangnya masyarakat
yang semakin kompleks. Perubahan sosial dirasakan di semua kegiatan kehidupan, baik sebagai
dampak positif maupun negatif. Dampak dari orientasi pembangunan pada pertumbuhan
ekonomi dengan mengembangkan industri sebagai basis pertumbuhan ekonomi, semakin
dirasakan dampak negatif terhadap lingkungan dan ketersediaan sumber daya alam.
Permasalahan lain yang dihadapi dalam menentukan ruang lingkup analisis dampak lingkungan
sosial, ialah bagaimana hubungan antara berbagai aspek yang terkait dalam kegiatan
pembangunan, baik dalam tingkat konseptual maupun operasional. Riga (1990 :10) telah
mengidentifikasi suatu kerangka pemikiran yang melihat hubungan antara aspek-aspek yang
terkait dalam pembangunan, yang berasal dari gerakan indikator sosial dan berdasarkan konsep
kualitas hidup (quality of life) dan kemaslahatan sosial (well being). Ada 6 aspek utama dalam
Andal Sosial, yaitu :
(1) Aspek Sosio Budaya;
(2) Aspek Demografi;
(3) Aspek Ekonomi;
(4) Aspek Lingkungan Binaan;
(5) Aspek Lingkungan Alam;
(6) Aspek Proyek.
Dari 6 aspek/ komponen yang berkaitan, dalam Andal sosial, komponen intinya adalah 3
komponen, yaitu sosio budaya, demografi, dan ekonomi. Untuk dampak sosial dilihat hubungan
intra-komponen inti dan hubungan inter komponen inti dengan komponen proyek, lingkungan
alam dan lingkungan binaan, Dengan demikian, suatu Andal Sosial baru dianggap lengkap, bila
dapat menyajikan informasi mengenai dampak yang diperkirakan yang menyangkut komponen
inti tersebut. Informasi mengenai subkomponen tidak hanya yang bersifat statistik. Analisis
kualitatif diperlukan dengan mengidentifikasi : pertama, kesempatan dan masalah sosial yang
mungkin terjadi sebagai akibat suatu kegiatan pembangunan, kebijakan, program ataupun
proyek, dan kedua, infomasi tentang masyarakat mana yang akan terkena dampak.
1. Komponen Sosio-Budaya :
a. Organisasi budaya dan cara hidup sehari-hari yang menyangkut jenis pranata yang ada dalam
suatu komunitas, adat-istiadat, norma dan tata-cara, dan pengelompokkan masyarakat. Dilihat
juga pola interaksi antar-subkomponen.
b. Nilai, sikap dan persepsi : baik antar-kelompok maupun mengenai kegiatan yang direncanakan.
c. Distribusi kekuasan dan kehidupan politik : pembagian kekuasaan yang berlaku dalam
masyarakat tertentu serta pergeseran kekuasaan dalam masyarakat.
d. Struktur stratifikasi : berbagai stratifikasi menurut berbagai pranata yang ada, misalnya struktur
stratifikasi sosial, ekonomi, politik, pendidikan, dan agama dalam suatu masyarakat.
e. Peranan dalam masyarakat, yang menyangkut juga masalah kesempatan peranan dan tingkat
spesialisasi yang ada dan diperlukan.
f. Integrasi atau keserasian : melihat proses sosial yang dapat memelihara, mencegah atau merusak
keserasian.
g. Hubungan dengan daerah, atau lokasi lainnya : keterkaitan yang ada antara masyarakat, dimana
kegiatan pembangunan akan diadakan, dengan masyarakat di luar lokasi tersebut, baik hubungan
yang bersifat sosial, politik maupun ekonomi.
h. Pranata dan fungsinya dalam masyarakat yang erat hubungannya dengan subkomponen
organisasi budaya dan cara hidup sehari-hari. Dilihat jenis dan jaringan hubungan dalam setiap
pranata.
i. Pengalaman dengan perubahan sosial : tingkat kesanggupan masyarakat menangani perubahan
yang datang dari luar serta cara-cara penanganan perubahan.
j. Masalah Sosial : jenis-jenis masalah sosial yang ada serta penanganannya di masyarakat.
k. Kesehatan lingkungan yang dipengaruhi oleh ciri kependudukan, cara hidup, penggunaan
sumber daya, keadaan biofisik serta risiko suatu proyek.
l. Penggunaan sumber daya (produksi-distribusi-pola konsumsi). Teknologi yang digunakan dalam
suatu kegiatan pembangunan dapat merubah pola konsumsi setempat yang selanjutnya merubah
cara hidup sehari-hari maupun penggunan lahan/tanah.
m. Lingkungan binaan : perubahan pada lingkungan binaan akan membawa dampak perubahan
persepsi, orientasi, rasa kenyamanan, dan interaksi sosial.
n. Demografi : peningkatan mobilitas penduduk yang dapat memberi dampak perubahan terhadap
struktur dan stratifkasi sosial dalam masyarakat dan terutama terhadap hubungan antara
pendatang dan penduduk asli.
2. Komponen Kependudukan
a. Jumlah Penduduk, dengan asumsi semakin besar jumlah penduduk dan semakin banyak
diferensiasi kerja yang ada di suatu lokasi kegiatan pembangunan, semakin kecil intensitas
dampak sosial yang diperkirakan, karena proyek dapat menggunakan tenaga kerja setempat.
b. Kepadatan penduduk dan komposisi penduduk di lokasi, untuk memperkirakan besaran dampak,
stress ataupun konflik, dari kegiatan pembangunan yang direncanakan.
c. Jarak lokasi dari pusat daerah atau kota metropolitan, dengan asumsi bahwa kota besar lebih
mudah dapat menyerap dampak sosial suatu kegiatan.
d. Keanekaragaman penduduk di lokasi, dengan asumsi bahwa semakin beraneka ragam penduduk
di suatu lokasi, semakin menjadi kurang menyolok kehadiran pendatang, karenanya perbedaan
pendatang dan penduduk asli berkurang. Dengan kata lain, diasumsikan bahwa semakin
beranekaragam semakin tinggi toleransi pada perubahan.
e. Pola perubahan penduduk, untuk memperkirakan tenaga kerja yang tersedia bagi kegiatan
pembangunan yang direncanakan.
3. Komponen Ekonomi
a. Perubahan Pendapatan, yang akan menyebabkan perubahan daya beli penduduk sehingga
merubah cara hidup sehari-hari.
b. Daya serap dan komposisi tenaga kerja diberbagai sektor ekonomi,
a. yang mempengaruhi struktur stratifikasi serta kehidupan masyarakat setempat.
b. Perpajakan, yang menentukan gaya hidup sehari-hari dari masyarakat dan perubahan karena
kegiatan pembangunan pada sistem atau pelaksanaan perpajakan akan membawa dampak sosial
c. Pola kegiatan di setiap sektor ekonomi, yang berkaitan erat dengan kehidupan masyarakat, dan
mempengaruhi keadaan sosial dari masyarakat tersebut.
Kualitas Lingkungan Hidup Sosial
Pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan, dan pemberantasan kemiskinan merupakan
masalah pokok yang dihadapi setiap usaha pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di suatu wilayah pembangunan
selayaknya diikuti dengan meningkatnya kualitas lingkungan hidup sosial dan berkurangnya
penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan, serta dapat teratasinya depresiasi sumber daya
alam dan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dari proses pembangunan. Karena itu
keseimbangan antara pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan pembangunan yang
berwawasan lingkungan perlu diketahui dan diperhitungkan secara empiris dan objektif.
Perlunya menganalisis hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan kualitas lingkungan hidup
sosial pada nasional maupun tingkat regional (analisis spasial), didasarkan atas pertanyaan yang
mendasar : “Apakah pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi, cenderung
memperbaiki, memperburuk atau tidak memberi pengaruh yang berarti atas kualitas sumber daya
manusia, masalah kemiskinan, dampak lingkungan sosial dan kualitas hidup sosial?”.
Pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan, dan pemberantasan kemiskinan merupakan
masalah pokok yang dihadapi setiap usaha pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di suatu wilayah pembangunan
selayaknya diikuti dengan meningkatnya kualitas hidup dan berkurangnya penduduk yang hidup
di bawah garis kemiskinan. Karena itu keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan
pembangunan sosial perlu diketahui dan diperhitungkan secara empiris dan objektif.
Gore (1984) mengemukakan bahwa ada tiga masalah kebijakan yang umum terjadi di
negara-negara berkembang, yaitu: (1) ketimpangan regional dalam pembangunan; (2)
pesatnya perkembangan ibukota negara; dan (3) kesenjangan kota dan desa. Karena itu,
tujuan pembangunan regional, diarahkan untuk mengatasi kesenjangan antar regional dan
antar desa dan kota, serta menahan pertumbuhan ibukota negara. Untuk itu, berbagai
indikator dapat digunakan untuk mengukur ketimpangan regional dan kesenjangan desa -
kota, seperti : pendapatan per kapita, kesempatan kerja, fasilitas sosial atau infrastruktur.
Asumsi yang digunakan yaitu pola spasial adalah fakta sosial dan masalah ekonomi.
Dengan demikian hubungan antara ketimpangan pertumbuhan ekonomi dan kualitas
lingkungan hidup sosial dalam konteks spasial di suatu wilayah, berkaitan dengan
pandangan tentang adanya hubungan antara permasalahan ekonomi dengan fakta sosial
yang dicerminkan melalui pola-pola spasial.
Dalam konteks pembangunan, indikator kemajuan pembangunan yang umum digunakan
yaitu indikator-indikator ekonomi, seperti : Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE), GNP/
PNB per kapita, inflasi, dan sebagainya. Penyempurnaan penggunaan indikator ekonomi,
seperti GNP/ PNB per kapita sebagai ukuran pembangunan, yaitu ditambahkan dengan
indikator yang menggambarkan pemerataan pembagian pendapatan dan tingkat
ketimpangan sebaran pendapatan. Jika didasarkan atas indikator-indikator ekonomi, dapat
diketahui seberapa jauh pertumbuhan ekonomi yang pesat di suatu wilayah pembangunan
diikuti semakin tingginya pemerataan pembangunan yang dilihat dari pemerataan
pembagian pendapatan maupun semakin rendahnya tingkat ketimpangan sebaran
pendapatan.
Dengan semakin berkembangnya indikator-indikator pembangunan sosial, yang lebih
menekankan kepada aspek kualitas hidup manusia, maka banyak kritik ditujukan kepada
indikator-indikator ekonomi tersebut diatas. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya penelitian
yang menunjukkan adanya inkonsistensi antara hasil pembangunan yang dicapai menurut
indikator ekonomi, seperti pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita; dengan penurunan
jumlah penduduk miskin atau peningkatan kualitas hidup penduduk.
DAMPAK POSITIF
1. Menambah penghasilan penduduk sehingga meningkatkan kemakmuran
2. Perindustrian menghasilkan aneka barang yang dibutuhkan oeh masyarakat.
3. Perindustrian memperbesar kegunaan bahan mentah
4. Usaha perindustrian dapat memperluas lapangan pekerjaan bagi penduduk.
5. Mengurangi ketergantungan Negara pada luar negeri.
6. Dapat merangsang masyarakat utuk meningkatkan pengetahuan tentang industi
DAMPAK NEGATIF
1. Limbah industry akan menimbulkan pencemaran air, tanah dan udara
2. Asap-asap pabrik menimbulkan polusi udara.
3. Akibat dari pncemaran, banyak menimbulkan kematian bagi binatang-binatang, manusia dapat
terkena penyakit, hilangnya keindahan alam dan lain-lain.
UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN
Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi dan bukan
hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin negara saja, melainkan tanggung
jawab setiap insan di bumi, dari balita sampai manula. Setiap orang harus melakukan usaha
untuk menyelamatkan lingkungan hidup di sekitar kita sesuai dengan kapasitasnya masing-
masing. Sekecil apa pun usaha yang kita lakukan sangat besar manfaatnya bagi terwujudnya
bumi yang layak huni bagi generasi anak cucu kita kelak
Upaya pemerintah untuk mewujudkan kehidupan adil dan makmur bagi rakyatnya tanpa harus
menimbulkan kerusakan lingkungan ditindaklanjuti dengan menyusun program pembangunan
berkelanjutan yang sering disebut sebagai pembangunan berwawasan lingkungan.
Pembangunan berwawasan lingkungan adalah usaha meningkatkan kualitas manusia secara
bertahap dengan memerhatikan faktor lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan
dikenal dengan nama Pembangunan Berkelanjutan. Konsep pembangunan berkelanjutan
merupakan kesepakatan hasil KTT Bumi di Rio de Jeniro tahun 1992. Di dalamnya terkandung
2 gagasan penting, yaitu:
a. Gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan pokok manusia untuk menopang hidup.
b. Gagasan keterbatasan, yaitu keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan
baik masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Adapun ciri-ciri Pembangunan Berwawasan Lingkungan adalah sebagai berikut:
a. Menjamin pemerataan dan keadilan
b. Menghargai keanekaragaman hayati.
c. Menggunakan pendekatan integratif.
d. Menggunakan pandangan jangka panjang.
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mempunyai tujuan di antaranya:
a. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan
berkelanjutan.
b. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat.
c. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan
pengawasan.
Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup oleh Masyarakat Bersama Pemerintah
Sebagai warga negara yang baik, masyarakat harus memiliki kepedulian yang tinggi terhadap
kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Beberapa upaya yang dapat dilakuklan masyarakat berkaitan dengan pelestarian
lingkungan hidup antara lain:
a. Pelestarian tanah (tanah datar, lahan miring/perbukitan)
Terjadinya bencana tanah longsor dan banjir menunjukkan peristiwa yang berkaitan dengan
masalah tanah. Banjir telah menyebabkan pengikisan lapisan tanah oleh aliran air yang disebut
erosi yang berdampak pada hilangnya kesuburan tanah serta terkikisnya lapisan tanah dari
permukaan bumi. Tanah longsor disebabkan karena tak ada lagi unsur yang menahan lapisan
tanah pada tempatnya sehingga menimbulkan kerusakan. Jika hal tersebut dibiarkan terus
berlangsung, maka bukan mustahil jika lingkungan berubah menjadi padang tandus. Upaya
pelestarian tanah dapat dilakukan dengan cara menggalakkan kegiatan menanam pohon atau
penghijauan kembali (reboisasi) terhadap tanah yang semula gundul. Untuk daerah perbukitan
atau pegunungan yang posisi tanahnya miring perlu dibangun terasering atau sengkedan,
sehingga mampu menghambat laju aliran air hujan.
b. Pelestarian udara
Udara merupakan unsur vital bagi kehidupan, karena setiap organisme bernapas
memerlukan udara. Kalian mengetahui bahwa dalam udara terkandung beranekaragam gas, salah
satunya oksigen.
Udara yang kotor karena debu atau pun asap sisa pembakaran menyebabkan kadar oksigen
berkurang. Keadaan ini sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup setiap organisme. Maka
perlu diupayakan kiat-kiat untuk menjaga kesegaran udara lingkungan agar tetap bersih, segar,
dan sehat. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga agar udara tetap bersih dan sehat antara
lain:
1. Menggalakkan penanaman pohon atau pun tanaman hias di sekitar kita
Tanaman dapat menyerap gas-gas yang membahayakan bagi manusia. Tanaman mampu
memproduksi oksigen melalui proses fotosintesis. Rusaknya hutan menyebabkan jutaan tanaman
lenyap sehingga produksi oksigen bagi atmosfer jauh berkurang, di samping itu tumbuhan juga
mengeluarkan uap air, sehingga kelembapan udara akan tetap terjaga.
2. 2) Mengupayakan pengurangan emisi atau pembuangan gas sisa pembakaran, baik pembakaran
hutan maupun pembakaran mesin Asap yang keluar dari knalpot kendaraan dan cerobong asap
merupakan penyumbang terbesar kotornya udara di perkotaan dan kawasan industri. Salah satu
upaya pengurangan emisi gas berbahaya ke udara adalah dengan menggunakan bahan industri
yang aman bagi lingkungan, serta pemasangan filter pada cerobong asap pabrik.
3. Mengurangi atau bahkan menghindari pemakaian gas kimia yang dapat merusak lapisan ozon di
atmosfer Gas freon yang digunakan untuk pendingin pada AC maupun kulkas serta dipergunakan
di berbagai produk kosmetika, adalah gas yang dapat bersenyawa dengan gas ozon, sehingga
mengakibatkan lapisan ozon menyusut. Lapisan ozon adalah lapisan di atmosfer yang berperan
sebagai filter bagi bumi, karena mampu memantulkan kembali sinar ultraviolet ke luar angkasa
yang dipancarkan oleh matahari. Sinar ultraviolet yang berlebihan akan merusakkan jaringan
kulit dan menyebabkan meningkatnya suhu udara. Pemanasan global terjadi di antaranya karena
makin menipisnya lapisan ozon di atmosfer.
c. Pelestarian hutan
Eksploitasi hutan yang terus menerus berlangsung sejak dahulu hingga kini tanpa diimbangi
dengan penanaman kembali, menyebabkan kawasan hutan menjadi rusak. Pembalakan liar yang
dilakukan manusia merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kerusakan hutan. Padahal
hutan merupakan penopang kelestarian kehidupan di bumi, sebab hutan bukan hanya
menyediakan bahan pangan maupun bahan produksi, melainkan juga penghasil oksigen, penahan
lapisan tanah, dan menyimpan cadangan air.
Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan hutan:
1) Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul.
2) Melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang.
3) Menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon.
4) Menerapkan sistem tebang–tanam dalam kegiatan penebangan hutan.
5) Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan mengenai pengelolaan
hutan.
d. Pelestarian laut dan pantai
Seperti halnya hutan, laut juga sebagai sumber daya alam potensial. Kerusakan biota laut dan
pantai banyak disebabkan karena ulah manusia. Pengambilan pasir pantai, karang di laut,
pengrusakan hutan bakau, merupakan kegatan-kegiatan manusia yang mengancam kelestarian
laut dan pantai. Terjadinya abrasi yang mengancam kelestarian pantai disebabkan telah
hilangnya hutan bakau di sekitar pantai yang merupakan pelindung alami terhadap gempuran
ombak.
Adapun upaya untuk melestarikan laut dan pantai dapat dilakukan dengan cara:
1) Melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman bakau di areal sekitar pantai.
2) Melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai maupun di dasar laut, karena
karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut.
3) Melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya dalam mencari ikan.
4) Melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari ikan.
e. Pelestarian flora dan fauna
Kehidupan di bumi merupakan sistem ketergantungan antara manusia, hewan, tumbuhan, dan
alam sekitarnya. Terputusnya salah satu mata rantai dari sistem tersebut akan mengakibatkan
gangguan dalam kehidupan.
Oleh karena itu, kelestarian flora dan fauna merupakan hal yang mutlak diperhatikan demi
kelangsungan hidup manusia.
Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian flora dan fauna di antaranya
adalah:
1. Mendirikan cagar alam dan suaka margasatwa.
2. Melarang kegiatan perburuan liar.
3. Menggalakkan kegiatan penghijauan.
F. Dampak Pembangunan terhadap Keadaan Ekonomi
1. Pengertian Pembangunan terhadap Ekonomi
Pembangunan terhadap ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan
pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai
dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan
bagi penduduk suatu negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi
pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan
ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. Yang dimaksud dengan pertumbuhan
ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam
bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi
apabila terjadi peningkatan GNP riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi
merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Pembangunan terhadap ekonomi bisa
diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan
kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya. Dengan adanya batasan di atas maka
pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan
kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai
oleh perbaikan sistem kelembagaan.
Dari definisi tersebut jelas bahwa pembangunan terhadap ekonomi mempunyai pengertian:
1. Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi secara terus-menerus.
2. Usaha untuk menaikkan pendapatan.
3. Kenaikan pendapatan per kapita harus terus berlangsung dalam jangka panjang.
4. Perbaikan sistem kelembagaan di segala bidang (misalnya ekonomi, politik, hukum, sosial, dan
budaya).
Jadi, pembangunan terhadap ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses agar saling
keterkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor yang menghasilkan pembanguna
ekonomi tersebut dapat dilihat dan dianalisis. Dengan cara tersebut bisa diketahui deretan
peristiwa yang timbul dan akan mewujudkan peningkatan kegiatan ekonomi dan taraf
kesejahteraan masyarakat dari satu tahap pembangunan ke tahap pembangunan berikutnya.
Pembangunan terhadap ekonomi bisa diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu
negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya. Jadi,
pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses agar saling keterkaitan dan saling
mempengaruhi antara faktor-faktor yang menghasilkan pembanguna ekonomi tersebut dapat
dilihat dan dianalisis.
Hubungan antara ekonomi dan pembangunan
Hubungan antara ekonomi dan pembangunan sangat lah erat kaitannya. Beberapa hal yang dapat
dikatakan berkaitan adalah:
1. Pembangunan sebagai suatu proses
Pembangunan sebagai suatu proses, artinya bahwapembangunan merupakan suatu tahap yang
harus dijalani olehsetiap masyarakat atau bangsa. Sebagai contoh, manusia mulai lahir, tidak
langsung menjadi dewasa, tetapi untuk menjadi dewasa harus melalui tahapan-tahapan
pertumbuhan. Demikian pula, setiap bangsa harus menjalani tahap-tahap perkembangan untuk
menuju kondisi yang adil, makmur, dan sejahtera.
2. Pembangunan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita.
Sebagai suatu usaha, pembangunan merupakan tindakan aktif yang harus dilakukan oleh suatu
negara dalam rangka meningkatkan pendapatan perkapita. Dengan demikian, sangat dibutuhkan
peran serta masyarakat, pemerintah, dan semua elemen yang terdapat dalam suatu negara untuk
berpartisipasiaktif dalam proses pembangunan. Hal ini dilakukan karena kenaikan pendapatan
perkapita mencerminkan perbaikan dalam kesejahteraan masyarakat.
3. Peningkatan pendapatan perkapita harus berlangsung dalam jangka panjang
Suatu perekonomian dapat dinyatakan dalam keadaan berkembang apabila pendapatan perkapita
dalam jangka panjang cenderung meningkat. Hal ini tidak berarti bahwa pendapatan perkapita
harus mengalami kenaikanterus menerus. Misalnya, suatu negara terjadi musibah bencana alam
ataupunkekacauan politik, maka mengakibatkan perekonomian negara tersebut mengalami
kemunduran. Namun, kondisi tersebut hanyalah bersifat sementara yang terpenting bagi negara
tersebut kegiatan ekonominya secara rata-rata meningkat dari tahun ke tahun. Hubungan antara
pembangunan dan ekonomi sangat erat dan bersifat timbal balik. pembangunan mempengaruhi
perkembangan ekonomi, sebaliknya ekonomi juga mempengaruhi perkembangan pembangunan.
Pembangunan memberikan pengaruh perkembangan ekonomi dengan cara memberikan kaidah
mengenai apa yang bisa di manfaatkan dan tidak boleh dimanfaatkan dalam proses-proses
ekonomi masyarakat. Peranan pembangunan dalam pembangunan ekonomi sangat strategis, dan
peranan ini tergantung pada model pembangunan ekonomi yang dianut oleh suatu negara. Secara
garis besar dikenal dua model pembangunan terhadap ekonomi yaitu pembangunan terhadap
ekonomi berenana dan pembangunan terhadap ekonomi pasar.
Begitu pula halnya dengan Sumber daya alam yang memengaruhi pembangunan ekonomi
hubungan antara SDA dengan SDM.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, namun pada
hakikatnya faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan
faktor nonekonomi.
1. Faktor ekonomi yang memengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi diantaranya
adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, dan keahlian atau
kewirausahaan. Sumber daya alam, yang meliputi tanah dan kekayaan alam seperti kesuburan
tanah, keadaan iklim/cuaca, hasil hutan, tambang, dan hasil laut, sangat memengaruhi
pertumbuhan industri suatu negara, terutama dalam hal penyediaan bahan baku produksi.
Sementara itu, keahlian dan kewirausahaan dibutuhkan untuk mengolah bahan mentah dari alam,
menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih tinggi (disebut juga sebagai proses produksi). Sumber
daya manusia juga menentukan keberhasilan pembangunan nasional melalui jumlah dan kualitas
penduduk. Jumlah penduduk yang besar merupakan pasar potensial untuk memasarkan hasil-
hasil produksi, sementara kualitas penduduk menentukan seberapa besar produktivitas yang ada.
Sementara itu, sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah bahan mentah tersebut.
Pembentukan modal dan investasi ditujukan untuk menggali dan mengolah kekayaan. Sumber
daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran
pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.
2. Faktor nonekonomi mencakup kondisi sosial kultur yang ada di masyarakat, keadaan politik,
kelembagaan, dan sistem yang berkembang dan berlaku.
Dampak Positif dan Negatif Pembangunan Ekonomi
1. Dampak Positif Pembangunan Ekonomi
a. Melalui pembangunan ekonomi, pelaksanaan kegiatan perekonomian akan berjalan lebih lancar
dan mampu mempercepat proses pertumbuhan ekonomi.
b. Adanya pembangunan ekonomi dimungkinkan terciptanya lapangan pekerjaan yang dibutuhkan
oleh masyarakat, dengan demikian akan mengurangi pengangguran.
c. Terciptanya lapangan pekerjaan akibat adanya pembangunan ekonomi secara langsung bisa
memperbaiki tingkat pendapatan nasional.
d. Melalui pembangunan ekonomi dimungkinkan adanya perubahan struktur perekonomian dari
struktur ekonomi agraris menjadi struktur ekonomi industri, sehingga kegiatan ekonomi yang
dilaksanakan oleh negara akan semakin beragam dan dinamis.
e. Pembangunan ekonomi menuntut peningkatan kualitas SDM sehingga dalam hal ini,
dimungkinkan ilmu pengetahuan dan teknologi akan berkembang dengan pesat. Dengan
demikian, akan makin meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2. Dampak Negatif Pembangunan Ekonomi
a. Adanya pembangunan ekonomi yang tidak terencana dengan baik mengakibatkan adanya
kerusakan lingkungan hidup.
b. Industrialisasi mengakibatkan berkurangnya lahan pertanian.
c. Hilangnya habitat alam baik hayati atau hewani.
Solusi dari dampak pembangunan terhadap keadaan ekonomi
Jika kita kaji lebih dalam, memang dalam setiap pembangunan sebuah wilayah tentunya akan
memiliki dampak-dampak sosial yang mengiringinya, baik itu dampak positif maupun dampak
negatif. Pilihannya adalah mana yang lebih dominan, jika nilai-nilai positifnya lebih banyak,
maka pembangunan tersebut layak untuk dilaksanakan, namun jika justru akan berdampak
negatif terhadap wilayah atau area sekitarnya ada baiknya untuk ditinjau ulang, bukan untuk
dihentikan tapi kembali dikaji lagi secara ilmiah agar dampak-dampak negatif tersebut bisa
diminimalisir.
Contoh-contoh dari Dampak pembangunan terhadap ekonomi
1. Menambah penghasilan penduduk sehingga meningkatkan kemakmuran.
2. Aktifitas ekonomi menghasilkan aneka barang yang dibutuhkan oleh masyarakat.
3. Perekonomian memperbesar kegunaan bahan mentah.
4. Usaha dibidang perekonomian dapat memperluas lapangan pekerjaan bagi penduduk.
5. Mengurangi ketergantungan Negara pada luar negeri.
6. Dapat merangsang masyarakat utuk meningkatkan pengetahuan tentang ekonomi lebih dalam.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu, masalah pembangunan di satu pihak
menunjukkan dampak positif terhadap lingkungan dan masyarakat seperti tersedianya jaringan
jalan, telekomunikasi, listrik, air, kesempatan kerja serta produknya sendiri memberi manfaat
bagi masyarakat luas dan juga meningkatkan pendapatan bagi daerah yang bersangkutan.
Masyarakat sekitar pabrik langsung atau tidak langsung dapat menikmati sebagian dari hasil
pembangunannya. Di pihak lain apabila pembangunan ini tidak diarahkan akan menimbulkan
berbagai masalah seperti konflik kepentingan, pencemaran lingkungan, kerusakan, pengurasan
sumberdaya alam, masyarakat konsumtif serta dampak sosial lainnya yang pada dasarnya
merugikan masyarakat.
B. SARAN
Pembangunan adalah salah satu usaha yang sebenarnya sangat membantu manusia. Tetapi bila
pembangunan tidak sesuai dengan tata aturan yang ada, dimana manusia tidak memperhitungkan
dampak-dampak yang terjadi dimasa mendatang maka dampak dari perubahan itu akan
ditanggung sendiri oleh manusia.
Pembangunan yang ada sekarang mempunyai hubungan dengan semuanya, baik itu,
iklim, sosial, struktur tanah dan sebagainya.
Pemerintah diharapkan mempertimbangkan dengan baik, pembangunan yang dilakukan dan
sebaiknya memilih wilayah yang akan dibanguni sesuai dan tidak akan merusak ekosistem.
Dampak negatif yang terungkap dari aktivitas perkebunan kelapa sawit diantaranyai:
1. Persoalan tata ruang, dimana monokultur, homogenitas dan overloads konversi. Hilangnya keaneka ragaman hayati ini akan memicu kerentanan kondisi alam berupa menurunnya kualitas lahan disertai erosi, hama dan penyakit.
2. Pembukaan lahan sering kali dilakukan dengan cara tebang habis dan land clearing dengan cara pembakaran demi efesiensi biaya dan waktu.
3. Kerakusan unsur hara dan air tanaman monokultur seperti sawit, dimana dalam satu hari satu batang pohon sawit bisa menyerap 12 liter (hasil peneliti lingkungan dari Universitas Riau) T. Ariful Amri MSc Pekanbaru/ Riau Online). Di samping itu pertumbuhan kelapa sawit mesti dirangsang oleh berbagai macam zat fertilizer sejenis pestisida dan bahan kimia lainnya.
4. Munculnya hama migran baru yang sangat ganas karena jenis hama baru ini akan mencari habitat baru akibat kompetisi yang keras dengan fauna lainnya. Ini disebabkan karena keterbatasan lahan dan jenis tanaman akibat monokulturasi.
5. Pencemaran yang diakibatkan oleh asap hasil dari pembukaan lahan dengan cara pembakaran dan pembuangan limbah, merupakan cara-cara perkebunan yang meracuni makhluk hidup dalam jangka waktu yang lama. Hal ini semakin merajalela karena sangat terbatasnya lembaga (ornop) kemanusiaan yang melakukan kegiatan tanggap darurat kebakaran hutan dan penanganan Limbah.
6. Terjadinya konflik horiziontal dan vertikal akibat masuknya perkebunan kelapa sawit. sebut saja konflik antar warga yang menolak dan menerima masuknya perkebunan sawit dan bentrokan yang terjadi antara masyarakat dengan aparat pemerintah akibat sistem perijinan perkebunan sawit.
7. Selanjutnya, praktek konversi hutan alam untuk pembangunan perkebunan kelapa sawit seringkali menjadi penyebab utama bencana alam seperti banjir dan tanah longsor
Dampak negatif terhadap lingkungan menjadi bertambah serius karena dalam prakteknya pembangunan perkebunan kelapa sawit tidak hanya terjadi pada kawasan hutan konversi, melainkan juga dibangun pada kawasan hutan produksi, hutan lindung, dan bahkan di kawasan konservasi yang memiliki ekosistem yang unik dan mempunyai nilai keanekaragaman hayati yang tinggi (Manurung, 2000; Potter and Lee, 1998).
Masihkan kita membutuhkan konversi hutan untuk menjadi kebun sawit mengingat dampak negatif yang munculkannya begitu banyak bahaya dan jelas-jelas mengancam keberlangsungan lingkungan hidup? Sebuah pertanyaan untuk kita permenungkan demi kelangsungan dan keseimbangan alam serta penghuninya. (cepot)
1. Perkebunan kelapa sawit mengurangi kemampuan hutan mengkonversi CO2 sehingga perkebunan kelapa sawit mendorong global warming lebih cepat.
2. Pembukaan kelapa sawit menimbulkan masalah sosial karena perkebunan kelapa sawit mempekerjakan pekerja secara tidak layak dan hampir mirip dengan perbudakan
3. Pembukaan kebun kelapa sawit di suatu wilayah menimbulkan konflik sosial karena kebutuhan pekerja di kelapa sawit sangat banyak sehingga perusahaan mendatangkan pekerja dari luar wilayah tersebut dengan sangat banyak, dan masuknya orang asing mengakibatkan konflik horisontal.
4. Janji bahwa pembukaan kelapa sawit akan meningkatkan taraf hidup masyarakat tidak tercapai.
Berdasarkan hal ini dihimbau negara-negara di Eropa untuk tidak membeli CPO dari Indonesia atau menerapkan tarif yang sangat tinggi untuk menekan perluasan kebun kelapa sawit di Indonesia yang sangat tidak ramah lingkungan.