Page 1
DAMPAK PEMBANGUNAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(KEK) TERHADAP PERTUMBUHAN USAHA MIKRO KECIL
DAN MENENGAH (UMKM) DI TANJUNG LESUNG
KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN
(Studi pada Pertumbuhan UMKM di Daerah Penyangga KEK)
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh
Tatu Maftuhah
NIM.6661131399
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, 2017
Page 5
ABSTRAK
Tatu Maftuhah.6661131399. Skripsi Tahun 2017. Dampak Pembangunan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) terhadap Pertumbuhan Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) di Tanjung Lesung Kabupaten Pandeglang
Provinsi Banten. Program Studi. Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I: Drs. Hasuri Waseh, M.Si.
Dosen Pembimbing II: Ima Maisaroh, S.Ag., M.Si.
Tanjung Lesung memiliki kekayaan bahari yang berlimpah sehingga menjadi
salah satu atraksi wisata bagi para wisatawan, oleh sebab itu Tanjung Lesung
ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Zona Pariwisata. KEK
Tanjung Lesung memberikan dampak terhadap pertumbuhan Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM). Namun ternyata masih terjadi permasalahan seperti
tidak sesuainya rencana aksi pengembangan KEK dengan pelaksanaannya, belum
dibangunnya fasilitas pendukung untuk UMKM, dan kurangnya perhatian dari
pemerintah terhadap UMKM. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
dampak dari pembangunan KEK terhadap pertumbuhan UMKM di Tanjung
Lesung. Penelitian ini menggunakan teori pertumbuhan usaha menurut Kim dan
Choi (Soleh, 2008). Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Analisis data yang digunakan menurut Miles & Huberman.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa KEK memberikan dampak yang positif
terhadap pertumbuhan UMKM di Tanjung Lesung, karena UMKM mengalami
peningkatan omzet penjualan dan pertumbuhan pelanggan karena disebabkan oleh
meningkatnya jumlah wisatawan ke Tanjung Lesung. Namun untuk UMKM
sektor industri pengolahan masih mengalami kesulitan dalam memasarkan
produknya dikarenakan belum adanya gerai khusus UMKM. Rekomendasi yang
diberikan yaitu dibuatnya gerai khusus UMKM, dan pembangunan fasilitas sarana
dan prasarana.
Kata Kunci: Dampak, Pembangunan, Kawasan Ekonomi Khusus,
Pertumbuhan UMKM
Page 6
ABSTRACT
Tatu Maftuhah. 6661131399. Research Paper. Year 2017. Impact of Special
Economics Zone (SEZ) towards The Growth of Micro Small and Middle
Enterprises (UMKM) in Tanjung Lesung Pandeglang Regency Banten
Province. Departement of Public Administration. Faculty of Social and Political
Studies. University of Sultan Ageng Tirtayasa . 1st Advisor: Drs. Hasuri Waseh,
M.Si. 2nd Advisor: Ima Maisaroh, S.Ag., M.Si
Tanjung Lesung has abundant marine wealth to be one of the attractions for
tourist, therefore, Tanjung Lesung is stated as a Special Economic Zone (SEZ)
tourism zone. SEZ Tanjung Lesung gave an impact on the growth of Micro, Small,
and Medium Enterprises (UMKM). But there are still problems such as the
incompatibility of SEZ development action plans with the implementation, support
facilities that have not been built for UMKM, and the lack of government attention
to UMKM. The purpose of this research is to find out the impact of Special
Economic Zones towards the growth of Micro Small and Middle Enterprises in
Tanjung Lesung. This research used the theory of business growth according to
Kim and Choi (Soleh, 2008). Descriptive method and qualitative approach are
used in this research. Data analyzing technique used in this research refers to
Miles and Huberman. The research shows that SEZ has a positive impact on the
growth of UMKM in Tanjung Lesung, UMKM to increase sales and customer
growth that are caused by the high amount of tourist in Tanjung Lesung. But to
UMKM manufacturing sector still has difficulties in marketing their products
because there is no special booth for UMKM. Recommendations are given to
make special booth for UMKM, and the development of infrastucture facilities.
Keywords: Impact, Development, Special Economic Zones, UMKM Growth
Page 7
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur hanya kepada Allah SWT dan Sholawat serta
salam semoga terlimpah dan tercurah hanya kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya kepada penulis sehingga mampu
menyelesaikan proposal penelitian skripsi ini yang berjudul “Dampak
Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) terhadap Pertumbuhan UMKM
di Tanjung Lesung”. Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung ditetapkan
melalui Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2012 Tentang Kawasan Ekonomi
Khusus Tanjung Lesung, dengan harapan mampu meningkatkan pertumbuhan
Ekonomi dan UMKM. Skripsi ini dibuat sebagai persyaratan untuk memperoleh
Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada konsentrasi
Manajemen Publik program studi Ilmu Administrasi Negara. Walaupun dalam
proses penelitian penulis menemukan hambatan dan kesulitan dalam memperoleh
informasi, namun hal tersebut tidak menjadi penghalang untuk penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini. Untuk terwujudnya penulisan proposal penelitian
ini, banyak pihak yang telah menjadi motivasi dan membantu penulis baik itu
waktu, tenaga, dan ilmu pengetahuannya.
Pada kesempatan ini, merupakan suatu kebanggaan bagi penulis untuk
mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang
telah membantu dan mendukung penulis. Penulis ingin menyampaikan rasa
terimakasih kepada:
Page 8
1. Kepada sumber kehidupanku dan semangatku yaitu orangtua tercinta,
Bapak Milhudin dan Ibu Maswiyati yang telah memberikan cintanya,
perhatiannya, waktunya, dan tenaganya untukku sedari kecil. Terimakasih
untuk semuanya Mah-Pak.
2. Bapak Prof Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd. Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
3. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Ibu Rahmawati, S.Sos, M.Si, Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Bapak Iman Mukhroman, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Bapak Kandung Sapto Mugroho, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan III Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Ibu Listyaningsih, M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
8. Bapak Riswanda, Ph.D. Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
9. Bapak Drs. Hasuri Waseh., M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang selalu
mengarahkan, memberi masukan, serta memberikan semangat dan
motivasi.
Page 9
10. Ibu Ima Maisaroh, S.Ag., M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang selalu
mengarahkan, memberi masukan, serta memberikan semangat dan
motivasi.
11. Ibu Rini Handayani., M.Si., selaku Dosen Penguji Proposal Skripsi dan
selaku Dosen Ketua Penguji Sidang Skripsi yang sudah memberikan saran
dan ilmu.
12. Ibu Yeni Widyastuti., M.Si., selaku Dosen Penguji Sidang Skripsi yang
sudah memberikan saran dan ilmu.
13. Kepada seluruh Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang
membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
14. Para Staff Tata Usaha (TU) Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
atas segala bantuan informasi selama perkuliahan.
15. Ibu Joyce Irmawati selaku Kepala Administrator KEK Tanjung Lesung,
yang telah memberikan data dan informasi penelitian ini.
16. Bapak Wisnu Suryadi Niagara selaku pengelola Administrasi
Pembangunan Kecamatan Tanjung Lesung, yang telah memberikan data
dan informasi ini.
17. Bapak Drs. Suaedi Kurdiatna M.Si selaku Camat Panimbang, yang telah
memberikan data dan informasi ini.
18. Bapak Abdul Azis selaku pihak dari Bappeda Kabupaten Pandeglang,
yang telah memberikan data dan informasi penelitian ini.
Page 10
19. Bapak Asep selaku pihak dari Desa Tanjung Jaya.
20. Bapak Cecep selaku penggerak Pariwisata, yang telah memberikan data
dan informasi penelitian ini.
21. Ce Dini, Aarif, Aari, Imam, dan Keluarga Cumae yang telah memberikan
motivasi kepada peneliti.
22. Bapak Mahmud Ali selaku Sekretaris Badan Pemberdayaan Masyarakat
dan Pemerintah Desa Kabupaten Pandeglang, yang telah membimbing
dan memberi pengetahuannya kepada peneliti.
23. Adi Ichsan Ali selaku anak dari Pak Mahmud Ali, partner terbaik yang
selalu bersedia menemani peneliti observasi.
24. Neneng Annisa Rahmah, sahabat tersuper yang siap mendengarkan keluh
kesah peneliti.
25. Tasya dan Alm. Amal yang selalu menemani peneliti dari masuk kuliah
hingga kini berjuang demi meraih toga, walaupun amal telah tiada.
26. Kawan-kawan Administrasi 2013 yang juga saling menyemangati satu
sama lain.
Page 11
Dengan ini skripsi yang telah selesai disusun. Penulis menyadari bahwa penelitian
ini masih banyak kekurangan, baik materi maupun dalam bentuk penyajiannya.
Penulis meminta maaf apabila terdapat kesalahan-kesalahan dalam membuat
proposal ini. Maka dari itu kritik dan saran saya harapkan guna memperbaiki dan
menyempurnakan skripsi yang akan dibuat.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.
Serang, Juni 2017
Penulis
Page 12
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix
DAFTAR GRAFIK ...................................................................................... x
DAFTAR TABEL........................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah .............................................................................. 19
1.3 Batasan Masalah .................................................................................... 20
1.4 Rumusan Masalah ................................................................................. 20
1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................... 20
1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................. 20
Page 13
1.7 Sistematika Penulisan............................................................................. 21
BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN ASUMSI
DASAR PENELITIAN
2.1 Deskripsi Teori ..................................................................................... 27
2.1.1 Pengertian Pembangunan ........................................................... 27
2.1.2 Indikator Keberhasilan Pembangunan ........................................ 31
2.1.3 Analisis Dampak Lingkungan .................................................... 33
2.1.4 Prinsip Analisis Dampak ............................................................. 35
2.1.5 Kawasan Ekonomi Khusus ......................................................... 36
2.1.5.1 Dasar Hukum KEK Tanjung Lesung .............................. 38
2.1.5.2 Fasilitas atau Insentif di KEK ......................................... 39
2.1.5.3 Pengusulan Pembentukan KEK ...................................... 41
2.1.5.4 Prosedur Pembentukan KEK .......................................... 42
2.1.5.5 Penetapan KEK............................................................... 44
2.1.5.6 Pembangunan dan Pengoperasian KEK ......................... 45
2.1.6 Usaha Mikro Kecil dan Menengah ............................................ 46
2.1.6.1 Peraturan Terkait UMKM Analisis ............................... 47
2.1.6.2 Kriteria UMKM............................................................. 48
Page 14
2.1.6.3 Tujuan dan Peranan UMKM ......................................... 48
2.1.6.4 Karakteristik UMKM .................................................... 49
2.1.7 Teori Pertumbuhan .................................................................. 50
2.1.8 Indikator Pertumbuhan Usaha ................................................. 53
2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 54
2.3 Kerangka Berfikir ................................................................................. 57
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metodologi penelitian ............................................................................ 62
3.2 Fokus Penelitian ..................................................................................... 62
3.3 Lokasi Penelitian .................................................................................... 63
3.4 Fenomena yang Diamati ........................................................................ 63
3.4.1 Definisi Konsep ........................................................................... 63
3.4.2 Definisi Operasional .................................................................... 64
3.5 Instrumen Penelitian .............................................................................. 65
3.6 Informan Penelitian ................................................................................ 66
3.7 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 68
3.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ........................................................ 71
3.9 Teknik Uji Keabsahan Data ....................................................................... 73
Page 15
3.10 Jadwal Penelitian .................................................................................... 75
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ........................................................................
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................
4.1.1.1 Letak Geografis Kabupaten Pandeglang .............................
4.1.1.2 Wilayah Administrasi Pemerintahan ...................................
4.1.1.3 Keadaan Penduduk ..............................................................
4.1.2 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung .......................
4.1.2.1 Kelembagaan KEK ..............................................................
4.1.3 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ..................................
4.2 Deskripsi dan Analisis Data .......................................................................
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian .................................................................
4.2.2 Data Informan Peneliti .....................................................................
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian ..........................................................................
4.3.1 Pertumbuhan UMKM ......................................................................
4.3.1.1 Omzet Penjualan ..................................................................
4.3.1.2 Pertumbuhan Tenaga Kerja .................................................
4.3.1.3 Pertumbuhan Pelanggan ......................................................
Page 16
4.3.2 Dampak Ekonomi ............................................................................
4.3.2.1 Penerimaan Devisa ..............................................................
4.3.2.2 Pendapatan Masyarakat .......................................................
4.3.2.3 Kesempatan Kerja................................................................
4.3.2.4 Pendapatan Pemerintah........................................................
4.4 Pembahasan ................................................................................................
4.4.1 Pertumbuhan UMKM ......................................................................
4.4.2 Dampak Ekonomi ............................................................................
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................................
5.2 Saran ...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Page 17
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ......................................................... 60
Gambar 3.1 Siklus Teknik Analisis Data ......................................... 72
Gambar 4.1 Lokasi KEK Tanjung Lesung ...........................................
Gambar 4.2 Fasilitas di KEK Tanjung Lesung ....................................
Gambar 4.3 Struktur Dewan Organisasi...............................................
Gambar 4.4 Struktur Organisasi Administrator KEK ..........................
Page 18
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Banten ..................... 7
Grafik 1.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten di Banten ...................... 8
Grafik 1.3 Jumlah Wisatawan ke KEK Tanjung Lesung ............................. 12
Grafik 1.4 Pertumbuhan UMKM di Tanjung Lesung .................................. 16
Page 19
DAFTAR TABEL
1.1 Data UMKM di Tanjung Lesung ........................................................... 15
3.1 Informan Penelitian ................................................................................ 67
3.2 Pedoman Wawancara ............................................................................. 70
3.3 Waktu Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 75
4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Pandeglang .................................................
4.2 Data Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Pandeglang ............................
4.3 Informasi KEK Tanjung Lesung ................................................................
4.4 Data UMKM Kabupaten Pandeglang ........................................................
4.5 Data UMKM Sektor Jasa di Tanjung Lesung ............................................
4.6 Data UMKM Sektor Industri Pengolahan di Tanjung Lesung...................
4.7 Data UMKM Sektor Perdagangan di Tanjung Lesung ..............................
4.8 Informan Penelitian ....................................................................................
4.9 Prakiraan Jumlah Penerimaan Devisa ........................................................
4.10 PDRB Kabupaten Pandeglang .................................................................
Page 20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan adalah semua proses perubahan yang dilakukan melalui
upaya-upaya secara sadar dan terencana (Riyadi dan Deddy Supriyadi , 2005).
Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang
mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap
masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi
pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan
kemiskinan. Jadi, pada hakekatnya pembangunan itu harus mencerminkan
perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara
keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan
individual maupun kelompok-kelompok sosial yang ada didalamnya, untuk
bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik, secara
material maupun spiritual. (Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith, 2004:21)
Sesuai dengan visi Pembangunan Nasional sebagaimana tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025, maka visi percepatan dan perluasan
pembangunan ekonomi Indonesia adalah “Mewujudkan Masyarakat Indonesia
yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur”. Untuk mewujudkan visi Indonesia
Tahun 2025, diperlukan adanya suatu Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia yang memiliki arah yang jelas, strategi yang
Page 21
tepat, fokus, dan terukur, maka pemerintah menetapkan Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia Tahun 2011-2025, yang kemudian
dirubah menjadi Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2014 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Masterplan Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia Tahun 2011-2025.
Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) merupakan salah satu
strategi Indonesia dalam mewujudkan visi pembangunan Nasional. Menurut
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK), Kawasan Ekonomi Khusus adalah kawasan tertentu dimana diberlakukan
ketentuan khusus di bidang kepabeanan, perpajakan, perijinan, keimigrasian dan
ketenagakerjaan. Maksud pengembangan KEK adalah untuk memberi peluang
bagi peningkatan investasi melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan
dan siap menampung kegiatan industri, ekspor-impor serta kegiatan ekonomi yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi. Indonesia akan berupaya menarik minat para
investor untuk menanamkan modalnya di KEK dengan pemberian berbagai
fasilitas khusus, seperti pemberian kemudahan perizinan usaha, kelonggaran izin
lingkungan, aturan kepabeanan, perpajakan dan pelayanan perdagangan.
Keseriusan pemerintah membangun dan mengembangkan KEK di
Indonesia adalah telah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009
tentang Kawasan Ekonomi Khusus, yang mengatur sejumlah hal terkait dengan
pembangunan KEK. Niat pemerintah menggarap KEK telah terlihat beberapa
Page 22
tahun sebelumnya dimana dalam satu pasal dalam Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2007 telah diatur mengenai Kawasan Ekonomi Khusus.
Pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) merupakan program yang
diinisiasi oleh pemerintah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dengan
mempertimbangkan aspek ruang atau wilayah. Titik tekannya terletak pada
pemberian prioritas berupa perlakuan khusus pada kawasan tertentu untuk
menjadi pusat pertumbuhan. Pembentukan KEK sesungguhnya bukan hal baru di
Indonesia. Program pembangunan serupa sudah pernah diterapkan di Indonesia, di
antaranya Tempat Penimbunan Berikat (PP Nomor 33 Tahun 1996), Kawasan
Industri (Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1996), Kawasan Pengembangan
Ekonomi Terpadu/KAPET (Keputusan Presiden No. 150 Tahun 2000), serta
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (UU Nomor 36 Tahun 2000
sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 1 Tahun 2007).
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dapat dijadikan sebagai salahsatu solusi
pendorong perekonomian nasional, tidak hanya sekedar program proyek
mercusuar bagi pemerintahan yang sedang berkuasa. Tapi, dapat dijadikan
program untuk kebutuhan pembangunan nasional. Sehingga, program KEK tetap
dilanjutkan dan dikembangkan oleh rezim pemerintahan yang akan datang, serta
menciptakan multiflier effect bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat
Indonesia.
Daerah terlihat sangat antusias untuk membentuk Kawasan Ekonomi
Khusus. Berdasarkan RPJMN 2015-2019, sampai tahun 2014 sudah ada 8 KEK
yang ditetapkan, diantaranya adalah KEK Sei Mangkei, Tanjung Lesung, Palu,
Page 23
Bitung, Morotai, Tanjung Api, Mandalika, dan KEK Maloy Batuta Trans
Kalimantan. Sedangkan target penetapan pada 2015-2019 ada 17 KEK,
diantaranya adalah Merauke, Sorong, Maluku, Sulawesi Selatan, NTT,
Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, dan sisanya 10 KEK Pariwisata. KEK
diyakini mampu memacu laju pertumbuhan ekonomi daerah yang didorong oleh
kegiatan liberalisasi perdagangan dan investasi, terciptanya kesempatan kerja baru
sehingga dapat mengurangi pengangguran, meningkatnya daya beli dan pada
akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mewujudkan tujuan
KEK tersebut, maka pendekatan kawasan untuk pengembangan investasi harus
bercirikan pada: 1) “Reasonable”: Layak secara ekonomi, sosial dan politik, 2)
“Sustainable”: Berorientasi jangka panjang, dan 3) “Measurable”: Jelas dalam
instrumen dan target.
Untuk itu diperlukan suatu kebijakan yang mencakup penetapan kriteria
pokok pemilihan lokasi suatu daerah yang memenuhi persyaratan pembangunan
KEK; menyetujui kebijakan-kebijakan yang diperlukan oleh kawasan-kawasan
itu; dan yang paling penting adalah untuk menyediakan pelayanan investasi dan
kelembagaan yang memiliki standar internasional. Adapun kriteria pokok
pemilihan lokasi KEK yang ditentukan oleh Tim Nasional KEK adalah:
Komitmen Pemerintah Daerah ; Rencana Tata Ruang; Aksesibilitas; Infrastruktur;
Lahan; Tenaga kerja; Industri Pendukung; Geoposisi; Dampak Lingkungan; dan
Batas Wilayah.
KEK akan bekerja dengan baik bilamana ditopang oleh kestabilan
ekonomi makro, lokasi geografis yang strategis, terutama terkait dengan pasar
Page 24
ekspor, skema insentif yang kompetitif, manajemen kawasan yang efektif dan
efisien, jaringan infrastruktur yang berkualitas, keterkaitan yang erat dengan
perekonomian domestik dan peningkatan kemampuan teknologi.
Grafik 1.1
Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Banten
Tahun 2011 – 2015
Sumber: BPS RI dan Provinsi Banten, 2016
Provinsi Banten sebagai bagian dari sirkulasi perdagangan Asia dan
Internasional karena berbatasan langsung dengan DKI Jakarta, Jawa Barat, Laut
Jawa, Samudera Hindia dan Selat Sunda memiliki pertumbuhan ekonomi yang
belum mencapai tingkat pertumbuhan yang tinggi bila dibandingkan dengan rata-
rata pertumbuhan nasional. Sementara itu, perekonomian Provinsi Banten selama
periode 2011-2015 memiliki kinerja yang hampir sama dengan perekonomian
nasional. Dalam grafik 1.1 terlihat pertumbuhan ekonomi rata-rata periode
tersebut sebesar 5,86 persen per tahun, sedangkan tren Laju Pertumbuhan
Ekonomi (LPE) selama tiga tahun terakhir, yakni 2011-2013 terus mengalami
Page 25
penurunan. LPE tahun 2011 sebesar 6,38 persen, tahun 2012 sebesar 6,15 persen,
dan tahun 2013 sebesar 5,86 persen.
Provinsi Banten merupakan salah satu daerah yang mengajukan untuk
membentuk Kawasan Ekonomi Khusus. Provinsi Banten merupakan provinsi
yang berdiri berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000. Secara
administratif terbagi atas 4 kabupaten dan 4 kota yaitu, Kabupaten Pandeglang,
Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang, Kota Serang, Kota
Tangerang Selatan, Kota Tangerang, dan Kota Cilegon.
Pada kenyataannya terdapat berbagai daerah yang mendominasi kegiatan
ekonomi Banten karena menjadi pusat kegiatan ekonomi. Namun di Provinsi
Banten terdapat disparitas ekonomi antar Kabupaten.
Page 26
Grafik 1.2
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten di Provinsi Banten
Tahun 2012 – 2015
Sumber: BPS Provinsi Banten, 2016
Terlihat dalam grafik 1.2 masih didominasi oleh Kabupaten Tanggerang
rata-ratanya sebesar 5,93 persen, dan Kabupaten Serang sebesar 5.65 persen,
dengan industri pengolahan. Sedangkan Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten
Lebak laju pertumbuhan ekonominya rendah karena didominasi oleh sektor
pertanian (sektor bahan mentah) yang merupakan tahap pertama dalam
pembangunan. Kabupaten Pandeglang memiliki rata-rata laju pertumbuhannya
sebesar 5,38 persen dan Kabupaten Lebak sebesar 5,60 persen.
Untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan laju perekonomian
Banten, maka setiap kabupaten harus mampu mengoptimalkan potensi
sumberdaya yang dimiliki sebagai sektor unggulan daerah yang menjadi prioritas
kekuatan ekonomi ke depan dalam pembangunan ekonomi.
Page 27
Kabupaten Pandeglang sebagai bagian dari Provinsi Banten memiliki
struktur perekonomian yang didominasi oleh sektor pertanian dan sektor
pariwisata. Pembangunan sektor pariwisata merupakan salah satu prioritas yang
sudah selayaknya dilakukan secara berkesinambungan dalam konteks
pembangunan perekonomian nasional. Oleh karenanya, berbagai upaya harus
diwujudkan sehingga dapat menciptakan kondisi perekonomian yang lebih baik,
dalam konteks : (a) pertumbuhan ekonomi wilayah, (b) penyerapan tenaga kerja
dan peningkatan kualitas SDM , (c) peningkatan keragaman atraksi wisata, daerah
tujuan wisata dan pelayanan berstandar internasional serta kuantitas kunjungan
wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, (d) peningkatan daya saing
industri pariwisata nasional dan daerah serta (e) peningkatan dampak berganda
yang positif terhadap sektor penunjang lainnya sehingga mampu memberikan
nilai tambah secara signifikan, baik dalam hal kualitas maupun kuantitasnya.
(Studi Kelayakan Kawasan Ekonomi Khusus Bidang Pariwisata Tanjug Lesung di
Wilayah Banten Selatan Kec.Panimbang Kab.Pandeglang-Banten, 2011)
Dalam era otonomi daerah saat ini, maka pemerintah kabupaten/kota
memiliki kewenangan yang lebih luas dalam membangun wilayahnya sehingga
pembentukan KEK di wilayah tertentu haruslah mendapatkan persetujuan dari
pemerintah kabupaten/kota setempat. Hal ini ditegaskan dalam Bab III Pasal 5
dalam UU No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus yang intinya
bahwa pembentukan KEK dapat diusulkan kepada Dewan Nasional oleh Badan
Usaha, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota. Pengusulan
pembentukan KEK oleh Badan Usaha atau pemerintah provinsi harus
Page 28
mendapatkan persetujuan dari pemerintah kabupaten/kota. Dengan demikian,
dalam pembentukan KEK persetujuan dari pemerintah kabupaten/kota menjadi
persyaratan mutlak sehingga pengusulan pembentukan KEK memang harus
dilakukan secara bottom up. Apabila suatu kabupaten/kota telah disetujui oleh
Dewan Nasional sebagai lokasi KEK, maka segala aturan main yang telah
digariskan oleh Dewan Nasional menjadi pedoman dalam pelaksanaan KEK
sehingga kebijakan pengembangan KEK bersifat top down.
Di bidang pariwisata, sektor unggulan pariwisata yang dimiliki Kabupaten
Pandeglang adalah kawasan Tanjung Lesung, yang terletak di Desa Tanjung Jaya
Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang. Kawasan Tanjung Lesung mulai
dibangun pada tahun 1994. Keberadaan kawasan wisata Tanjung Lesung di
wilayah Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten selama ini sudah dapat sangat
dikenal baik dan kontribusinya terhadap perekonomian daerah cukup baik pula.
Kawasan yang dikelola oleh PT. Banten West Java (PT. BWJ) ini tampaknya
menjadi salah satu daerah tujuan wisata yang dipilih sebagai alternatif, baik oleh
wisatawan domestik maupun mancanegera.
Karena kontribusi dan keberadaannya, baik secara geografis maupun
keragamana atraksinya, kawasan ini memiliki potensi yang cukup besar untuk
dikembangkan sebagai salah satu kawasan ekonomi khusus bidang pariwisata.
Oleh sebab itu, pada tahun 2011 PT Banten West Java membuka seluruh kawasan
seluas 1500 Ha, dari dasar itulah dimulai proses pengajuan Kawasan Ekonomi
Khusus. Pembentukan kawasan pariwisata Tanjung Lesung diajukan oleh Badan
Usaha swasta dalam hal ini yaitu PT Banten West Java Tourism Development
Page 29
Corporation, telah mendapat persetujuan dari Pemerintah Kabupaten Pandeglang
dan diajukan oleh Pemerintah Provinsi Banten kepada Dewan Kawasan Nasional
Kawasan Ekonomi Khusus. Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung
Lesung di Kabupaten Pandeglang ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) melalui Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2012 Tentang Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung. Tanjung Lesung dengan luas wilayah
mencapai 1.500 Ha ini masuk pada kawasan ekonomi khusus zona pariwisata. Hal
ini menjadi salah satu pertimbangan karena pariwisata merupakan salah satu
sektor yang memberikan sumbangan terbesar dalam devisa dan kontribusi sosial
secara signifikan. Hal ini dibuktikan melalui berbagai kajian dan pengalaman
empiris yang menunjukkan bahwa sektor pariwisata merupakan basis sektor
sumber devisa dan pendapatan daerah.
KEK Tanjung Lesung merupakan satu-satunya KEK yang diajukan oleh
swasta atau badan usaha. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung telah
diresmikan pengoperasiannya pada tanggal 23 Februari 2015 oleh Presiden
Republik Indonesia yaitu Joko Widodo. Pengembangan KEK Tanjung Lesung
difokuskan untuk kegiatan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif..
KEK yang berlokasi di Desa Tanjung Jaya Kecamatan Panimbang
Kabupaten Pandeglang, Banten ini, saat ini dalam tahap pembangunan II. Adapun
atraksi pariwisata yang sudah terbangun maupun dalam proses penyelesaian
konstruksi antara lain adalah Proyek Terminal Cruise dan Marina oleh Pelindo II,
Hunting Lodge dan Shooting Range oleh Pigeon Barrels Ltd.UK, dan Tanjung
Page 30
Lesung Digital World oleh PT Telekomunikasi. Terdapat pula beberapa
akomodasi pariwisata yang terbangun seperti villa dan hotel di Tanjung Lesung.
Grafik 1.3
Jumlah Wisatawan KEK Tanjung Lesung Tahun 2014-2015
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang, 2016
Berdasarkan grafik 1.3, jumlah wisatawan KEK Tanjung Lesung pada
tahun 2014 sebanyak 1.496.565 wisatawan, dan pada tahun 2015 sebanyak
2.011.946 wisatawan. Selisih jumlah kunjungan wisatawan tahun 2014 dan 2015
terjadi peningkatan 34%. Peningkatan ini dikarenakan banyaknya berbagai liputan
media terkait dengan penetapan Tanjung Lesung sebagai Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) Pariwisata. Meningkatnya kunjungan wisatawan ke Tanjung
Page 31
Lesung antara lain meningkatnya tingkat hunian kamar, meningkatnya penjualan
makanan dan minuman, serta meningkatnya jumlah penjualan produk-produk
wisata disekitar kawasan.
Pembangunan kawasan dinilai dapat memberikan dampak yang cukup
besar terhadap struktur ekonomi wilayah yang akan dikembangkan. Dalam
konteks pembangunan dan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Bidang
Pariwisata Tanjung Lesung, dampak yang ditimbulkan merupakan dampak
berganda terhadap berbagai sektor dan berbagai kalangan (pihak yang
berkepentingan) termasuk masyarakat sekitarnya.
Dampak tersebut berupa dampak terhadap output, dampak terhadap nilai
tambah bruto, dampak terhadap kesempatan kerja, dampak terhadap upah atua
gaji dan dampak terhadap penciptaan pajak yang semuanya bernilai ekonomis
yang sangat besar. Seperti contoh, pada tahun 2008, Provinsi Banten memperoleh
nilai tambah bruto sebesar Rp. 3,72 triliun, kemudian nilai tambah gaji atau upah
sebesar Rp. 1,26 Triliun, kesempatan kerja sebanyak 147 ribu orang dan
penciptaan pajak sebesar Rp. 0,17 triliun, ditambah lagi dampak terhadap output
sebesar Rp. 7,91 Triliun. Kondisi ini belum termasuk dampak akibat investasi
yang masuk serta pengeluaran pemerintah di sektor pariwisata. Dalam konteks
pemerintah daerah Pandeglang, telah dijelaskan pula bahwa sektor pariwisata
memberikan dmapak terhadap laju pertumbuhan ekonomi yang cukup besar dan
pariwisata menjadi salah satu kontributor yang signifikan dalam peningkatan laju
pertumbuhan ekonomi daerah. Pada tahun 2008 saja, kontribusi subsektor hotel
terhadap PDRB mencapai Rp. 10,324 milyar, restoran mencapai Rp. 265,758
Page 32
milyar, dan jasa hiburan-rekreasi mencapai Rp. 4,587 Milyar. Ini belum termasuk
subsektor lainnya yang menunjang jasa pariwisata. (Studi Kelayakan Kawasan
Ekonomi Khusus Bidang Pariwisata Tanjug Lesung di Wilayah Banten Selatan
Kec.Panimbang Kab.Pandeglang-Banten, 2011).
Pembangunan KEK memang akan memiliki implikasi bagi sejumlah
pihak, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, investor asing, investor
domestik, para pekerja, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) lokal, dan
masyarakat setempat yang daerahnya menjadi lokasi KEK. Kabupaten
Pandeglang memiliki ekspektasi besar bahwa pembangunan KEK dapat menyerap
tenaga kerja lokal dan mendorong pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) yang ada di daerah.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008
tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Usaha mikro adalah kegiatan
ekonomi rakyat berskala kecil dan bersifat tradisional dan informal, belum tercatat
dan belum berbadan hukum. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah). Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memenuhi
kriteria memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua ratus
juta) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, memiliki penjualan
tahunan paling banyak Rp. 1 milyar, dan Usaha Menengah adalah usaha produktif
yang berdiri sendiri, yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,-
(lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,-
Page 33
(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan
memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000 (lima puluh
milyar rupiah).
Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) juga memiliki peran
yang penting dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 UMKM memiliki
proporsi sebesar 99,99% dari total keseluruhan pelaku usaha di Indonesia atau
sebanyak 56,54 juta unit usaha UMKM. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah telah
mampu membuktikan eksistensinya dalam perekonomian di Indonesia. Ketika
badai krisis moneter melanda Indonesia di tahun 1998 usaha berskala kecil dan
menengah yang relatif mampu bertahan dibandingkan perusahaan besar. Hal ini
menunjukan bahwa sektor UMKM adalah sektor utama dalam penyerapan tenaga
kerja di Indonesia yang apabila dikembangkan berpotensi mengurangi
pengangguran karena jumlah unit usaha UMKM mencapai 52.764.603 unit atau
99 persen dari total usaha.
Dunia mengakui bahwa usaha kecil, mikro dan menengah (UMKM)
memainkan peran yang sangat vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi, tidak hanya di negara-negara sedang berkembang tetapi juga di negara
maju. Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Prancis, dan Belanda
telah menjadikan sektor UMKM sebagai motor penggerak perekonomian
negaranya, yaitu sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan progres
teknologi (Tambunan, 2009).
Page 34
Kontribusi sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap
produk domestik bruto (PDB) semakin menggeliat dalam lima tahun terakhir.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) mencata kontribusi
sektor UMKM meningkat dari 57,84 persen menjadi 60,34 persen. Tak hanya itu,
sektor UMKM juga telah membantu penyerapan tenaga kerja di dalam negeri.
Serapan tenaga kerja pada sektor UMKM tumbuh dari 96,99 persen menjadi
97,22 persen dalam periode lima tahun terakhir.
(http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20161121122525-92-174080/kontribusi-
umkm-terhadap-pdb-tembus-lebih-dari-60-persen/, diakses pada tanggal 27 Maret
2017 Pukul 15.49 WIB).
Ada 7 (tujuh) sektor profil bisnis Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM), yaitu: 1. Sektor Perdagangan; 2. Sektor Industri Pengolahan; 3. Sektor
Pertanian; 4. Sektor Perkebunan; 5. Sektor Peternakan; 6. Sektor Perikanan; dan
7. Sektor Jasa (Profil Bisnis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Bank Indonesia
2015).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan
Ekonomi Khusus Pasal 3 menjelaskan bahwa didalam Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) harus disediakan lokasi untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM), baik sebagai pelaku usaha maupun sebagai pendukung kegiatan yang
berada didalam KEK.
Dengan diberikannya ruang untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) di Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung, maka banyak
bermunculan UMKM – UMKM di Kawasan Ekonomi Khusus, dan UMKM yang
Page 35
berkembang dengan pesat ialah di sektor perdagangan, sektor industri pengolahan,
dan sektor jasa. Yang termasuk kedalam sector perdagangan ialah Rumah Makan,
sektor industri pengolahan ialah kerajinan, dan sector jasa berupa homestay,
penyewaan alat pancing, snorkeling, dan trip ke pulau-pulau yang berada disekitar
Tanjung Lesung. Dengan data sebagai berikut:
Tabel 1.1
Data Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Tanjung Lesung
sebelum ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus
SEKTOR 2009 2010 2011
Perdagangan 1. Sari Jaya
2. RM Padang
1. Sari Jaya
2. RM Padang
1. Sari Jaya
Industri
Pengolahan - - -
Jasa 1. Faris Homestay
2. Bunar Tunggal
1. Faris Homestay
2. Bunar Tunggal
3. Dua Putra
1. Faris Homestay
2. Bunar Tunggal
3. Dua Putra
4. Adam
Homestay
Total 4 5 5
Sumber: Kecamatan Panimbang dan Kantor Desa Tanjung Jaya, 2016
Tabel 1.1 menunjukkan data Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
di Tanjung Lesung sebelum ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus, dilihat
dari sektor perdagangan, industri pengolahan, dan jasa pada tahun 2009 berjumlah
4, tahun 2010 berjumlah 5, dan tahun 2011 juga berjumlah 5 UMKM. Di sektor
perdagangan ada rumah makan yang tidak mampu mempertahankan usahanya
sehingga harus tutup, hal ini dikarenakan masih sepinya wisatawan.
Page 36
Tabel 1.2
Data Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Tanjung Lesung setelah
ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus
SEKTOR 2012 2013 2014 2015 2016
Perdagangan 1. Pondok
Makan
Nelayan
2. Sari Jaya
3. Bunar
Tunggal
1. Pondok
Makan
Nelayan
2. Sari Jaya
3. Bunar
Tunggal
4. Rumah
Makan
Barokah.
1. Pondok
Mutiara
Ibu
(Rumah
Makan).
2. Pondok
Makan
Nelayan
(Rumah
Makan).
3. Sari Jaya
4. Entin
Rumah
Makan
1. Pondok
Mutiara
Ibu
(Rumah
Makan).
2. Pondok
Makan
Nelayan
(Rumah
Makan).
3. Sari Jaya
4. Entin
Rumah
Makan
1. Pondok Mutiara
Ibu (Rumah
Makan).
2. Pondok Makan
Nelayan
(Rumah
Makan).
3. Sari Jaya
4. Entin Rumah
Makan
5. Badak Pondok
Makan
Industri
Pengolahan
-- Souvenir -- 1. Batik
Cikadu
2. Kerajinan
Batik
Badak,
Mancung
Kelapa
1. Batik Cikadu
2. Kerajinan
Batik Badak
Kerajinan
Mancung
Kelapa
3. Keripik Pisang,
Sukun,
Singkong
4. Kerajinan Tas,
Hateup
Jasa 1. Dua
Putra
(Penyew
aan alat
pancing
&
snorkelin
g)
2. Pondok
Mutiara
Ibu
(Pengina
pan)
3. Bunar
Tunggal
4. Adam
1. Dua Putra
(Penyewa
an alat
pancing
&
snorkelin
g)
2. Pondok
Mutiara
Ibu
(Penginap
an
3. Ci’
Bolang
4. Bunar
Tunggal
1. Dua Putra
(Penyewa
an alat
pancing
&
snorkelin
g)
2. Pondok
Mutiara
Ibu
(Penginap
an)
3. Ci’
Bolang
4. Bunar
Tunggal
1. Dua Putra
2. Pondok
Mutiara
Ibu
(Penginap
an)
3. Ci’
Bolang
4. Bunar
Tunggal
5. Adam
Homestay
6. Faris
Homestay
7. Garuda
Homestay
1. Dua Putra
2. Pondok Mutiara
Ibu
(Penginapan)
3. Ci’ Bolang
4. Bunar Tunggal
5. Adam
Homestay
6. Faris Homestay
7. Garuda
Homestay
8. Al Fino
Homestay
9. AS Homestay
10. Kampung
Nelayan
Page 37
Homesta
y
5. Faris
Homesta
y
(Penginap
an).
5. Bunar
Jaya
(Penginap
an
6. Adam
Homestay
7. Faris
Homestay
8. Melati
Homestay
9. Bachtiar
Homestay
5. Adam
Homestay
6. Faris
Homestay
7. Garuda
Homestay
8. Al Fino
Homestay
9. AS
Homestay
10. Kampung
Nelayan
Cottage.
11. Griyeu
Nyimas
Wisata
Keluarga.
12. Blue
Ocean
Villa.
13. Bachtiar
Homestay
14. Melati
Homestay
8. Al Fino
Homestay
9. AS
Homestay
10. Kampung
Nelayan
Cottage.
11. Griyeu
Nyimas
Wisata
Keluarga.
12. Blue
Ocean
Villa.
13. Cibiuk
Villa
14. Wahana
Anak
Pantai
15. Kuntili
16. Putri
Kembar
Homestay
17. Khatulisti
wa Villa
18. Bachtiar
Homestay
19. Melati
Homestay
Cottage.
11. Griyeu Nyimas
Wisata
Keluarga.
12. Blue Ocean
Villa.
13. Putri Kembar
Homestay
14. Cibiuk Villa
15. Wahana Anak
Pantai
16. Kuntili
17. Doni Homestay
18. Setya Villa
19. Bambu Kuning
Villa
20. Gerhana
Cipakis
Homestay
21. Bachtiar
Homestay
22. Melati
Homestay
Total 8 14 18 26 30
Sumber: Kecamatan Panimbang dan Kantor Desa Tanjung Jaya, 2016
Tabel 1.1 merupakan data pertumbuhan jumlah UMKM dari sektor
perdagangan, industri pengolahan dan jasa di Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung
Lesung. Saat Tanjung Lesung ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus pada
tahun 2012 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2012 Tentang
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung. Semenjak KEK Tanjung
Lesung ditetapkan, mulai bermunculan UMKM-UMKM di Kawasan tersebut.
Page 38
Berdasarkan data yang dihimpun, pada tahun 2012 UMKM berjumlah 8,
tahun 2013 berjumlah 14, tahun 2014 berjumlah 18, tahun 2015 berjumlah 26, dan
tahun 2016 berjumlah 30 UMKM. Data tersebut bukan hanya menunjukkan data
secara kuantitas saja, melainkan menunjukkan data secara kualitas juga. Dari data
tersebut dapat dilihat bahwa UMKM yang ada disekitar Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) mampu mempertahankan usahanya dari tahun ke tahun.
Berdasarkan tabel 1.1 dan tabel 1.2 dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan jumlah UMKM di Tanjung Lesung saat sebelum ditetapkan sebagai
KEK dan setelah ditetapkan sebagai KEK terjadi peningkatan yang sangat
signifikan. Saat sebelum ditetapkan sebagai KEK belum bermunculan UMKM –
UMKM, namun setelah ditetapkan sebagai KEK mulai bermunculan UMKM hal
ini dikarenakan terjadinya peningkatan wisatawan yang datang ke Tanjung
Lesung.
Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) penting dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi, namun kenyataannya berdasarkan observasi
awal terdapat permasalahan-permasalahan yang ditemukan oleh peneliti pada saat
melakukan pengamatan dan wawancara secara tidak terstruktur untuk mencari
data awal pada pihak terkait UMKM khusunya yang berada di Desa Tanjung Jaya
yakni daerah penyangga KEK.
Pertama, tidak sesuainya antara rencana aksi pengembangan KEK yang
sudah dibuat dengan pelaksanaannya, terlihat belum dibangunnya infrastruktur
wilayah KEK Tanjung Lesung seperti jalan tol Serang-Panimbang, Penanganan
Jalan Nasional, Bandara Banten Selatan, dan Reaktivasi Kereta Api. Jalan menuju
Page 39
kawasan Tanjung Lesung masih rusak dan berlubang. Padahal hal yang paling
krusial untuk pariwisata adalah aksesibilitas. Didalam rencana aksi seharusnya
jalan dibangun pada masa penetapan 2012 hingga peresmian 2015 atau 3 tahun
dari penetapan KEK Tanjung Lesung. Karena belum terbangunnya infrastruktur,
fasilitas di wilayah KEK Tanjung Lesung, dan aksesibilitas yang masih sulit maka
kurang menarik wisatawan sehingga daya dukung terhadap pertumbuhan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah masih lemah. (Hasil wawancara dengan Ibu Joyce
Irmawati selaku Kepala Administrator KEK Tanjung Lesung, pada tanggal 11
November 2016, pukul 09.29 di Kantor Pendopo Kabupaten Pandeglang
Kedua, belum dibangunnya fasilitas pendukung Kawasan Ekonomi
Khusus sesuai Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus Pasal 3 menjelaskan bahwa didalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
harus disediakan lokasi untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), baik
sebagai pelaku usaha maupun sebagai pendukung kegiatan yang berada didalam
KEK. Mengingat banyaknya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Tanjung
Lesung, menurut Kepala Bappeda Provinsi Banten selama tahun 2015 jumlah
wisatawan asing yang datang mencapai 180 ribu pengunjung dan wisatawan
domestik mencapai 2 juta pengunjung (Sumber: Kementerian PUPR dan World
Bank Koordinasikan Pengembangan Kawasan Tanjung Lesung dengan Bappeda
Provinsi Banten, bpiw.pu.go.id, diakses pada 11 November 2016). Hal tersebut
merupakan peluang yang sangat besar untuk masyarakat mengembangkan
UMKM. Namun karena belum adanya lokasi untuk masyarakat mengembangkan
usahanya. Hal ini terbukti dari belum adanya spot-spot khusus atau pusat jajanan
Page 40
oleh-oleh khas daerah Tanjung Lesung atau Pandeglang. Sehingga para pelaku
UMKM masih sulit dalam memasarkan produknya. (Hasil wawancara dengan Pak
Abdul Aziz selaku Kasie Perekonomian Provinsi Banten, pada tanggal 28 Oktober
2016, pukul 10.06 di Kantor Bappeda Kabupaten Pandeglang). Sehingga kawasan
tidak maksimal dalam menumbuhkan sentra UMKM.
Ketiga, kurangnya perhatian pemerintah terhadap perkembangan ekonomi
masyarakat sekitar. Kawasan Ekonomi Khusus merupakan proyek pemerintah
pusat yang struktur kelembagaannya dipimpin oleh Presiden, di tingkat Nasional
ada Tim Pelaksana, Dewan Nasional, dan Sekretariat Dewan Nasional KEK, di
tingkat Provinsi ada Dewan Kawasan, dan Sekteratiat Dewan Kawasan KEK, dan
ditingkat Kabupaten ada Administrator KEK dan Badan Usaha. Karena KEK
merupakan proyek yang besar, maka SKPD di daerah pun memiliki peran yang
penting dalam kelancaran pembangunan KEK. Dintaranya adalah Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Dinas
Koperasi Perindustrian dan Perdagangan, dan Dinas Pekerjaan Umum. Salah satu
tujuan dari KEK adalah memberi ruang untuk pengembangan UMKM dan
pemberdayaan ekonomi masyarakat. Namun pada kenyataan dilapangan,
jangankan untuk melakukan pengembangan UMKM di daerah penyangga KEK,
Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang tidak
memiliki data UMKM Kabupaten dan Kecamatan di Pandeglang tiga tahun
terakhir. Mereka hanya memiliki rekapan data UMKM tahun 2015, dengan alasan
pegawai dan para pejabat di Diskoperindag Kabupaten Pandeglang adalah
pegawai-pegawai baru, sehingga mereka kehilangan data tahun-tahun
Page 41
sebelumnya. (Hasil Observasi di Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Pandeglang pada 20 Oktober 2016).
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas, harapan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) lokal yang selama ini berkutat dalam skala
lokal atau mungkin paling luas nasional, dengan adanya Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) memperoleh peluang untuk dapat terlibat dalam aktivitas
perindustrian yang berskala internasional.
Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang
berjudul “DAMPAK PEMBANGUNAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(KEK) TERHADAP PERTUMBUHAN USAHA MIKRO KECIL DAN
MENENGAH (UMKM) DI TANJUNG LESUNG”.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari pemaparan yang dijelaskan dalam latar belakang diatas, maka peneliti
dapat mengidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu:
a. Tidak sesuainya rencana aksi pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) dengan pelaksanaannya, yakni infrastruktur.
b. Belum dibangunnya fasilitas pendukung seperti gerai khusus untuk Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di sekitar Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK).
c. Kurangnya perhatian dari pemerintah terhadap Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) di sekitar Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Page 42
1.3 Batasan Masalah
Dari uraian yang ada dalam latar belakang dan diidentifikasi masalah,
peneliti membatasi masalah pada dampak pembangunan Kawasan Ekonomi
Khusus terhadap pertumbuhan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di
Tanjung Lesung.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana dampak pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus
terhadap pertumbuhan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) di Tanjung Lesung?
2. Bagaimana dampak ekonomi secara makro pembangunan Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dampak pembangunan Kawasan Ekonomi
Khusus terhadap pertumbuhan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) di Tanjung Lesung.
2. Untuk mengetahui dampak ekonomi secara makro pembangunan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung.
Page 43
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua stakeholder
yang berkontribusi dalam pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) Tanjung Lesung dan Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten
Pandeglang dalam melakukan pemberdayaan UMKM. Sehingga UMKM
yang ada di sekitar Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dapat terus
bertumbuh secara signifikan.
b. Manfaat Teoritis
1. Penelitian ini diharapkan bisa penulis jadikan sebagai wahana untuk
mengaplikasikan teori-teori yang didapatkan dari perkuliahan
sehingga meningkatkan pemahaman terhadap teori dan realita yang
ada pada kehidupan sesungguhnya, serta untuk memperluas wawasan
dalam bidang pembangunan dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM)
2. Bagi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, diharapkan dapat
memberikan tambahan referensi penelitian tentang pembangunan
ekonomi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Serta
sebagai acuan pihak-pihak lain yang ingin melakukan penelitian
dibidang yang sama.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penelitian ini dibagi dalam lima bab yang diuraikan sebagai
Page 44
berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah menjelaskan mengapa peneliti
mengambil judul penelitian tersebut, juga menggambarkan ruang
lingkup dan kedudukan masalah yang akan diteliti yang tentunya
relevan dengan judul yang diambil. Materi dari uraian ini, dapat
bersumber dari hasil peneltian yang sudah ada sebelumnya, hasil
seminar ilmiah, hasil pengamatan, pengalaman pribadi, dan intuisi
logik. Latar belakang timbulnya masalah perlu diuraikan secara
jelas, faktual, dan logik.
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah berisi tentang klasifikasi masalah-
masalah yang sesuai dengan fokus penelitian, massalah-masalah
tersebut dapat diperoleh peneliti ketika peneliti melakukan
penelitian.
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah penyusunan masalah-masalah
yang ada dengan fokus penelitian.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini disusun berdasarkan perumusan
masalah, dimana tujuan penelitian sangat berkaitan dengan
perumusan masalah.
Page 45
1.5 Manfaat penelitian
Manfaat penelitian menjelaskan mengenai manfaat peneliti,
baik secara teoritis maupun secara praktis.
1.6 Sistematika Penulisan
Pada bagian ini menjelaskan secara singkat bagian-bagian
yang terdapat dalam setiap Bab.
BAB II : DESKIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR
2.1 Deskripsi Teori
Deskripsi Teori memuat hasil kajian terhadap sejumlah
teori relevan dengan permasalahan yang ada dalam variabel
penelitian, kemudian menyusunnya secara teratur dan rapi. Dengan
mengkaji berbagai teori, maka akan dimiliki konsep penelitian
yang jelas, dapat menyusun pertanyaan yamg rinci untuk
penelitian.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah kajian penelitian yang pernah
dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang dapat diambil dari
berbagai sumber ilmiah, seperti skripsi, jurnal, tesis, ataupun
desertasi.
2.3 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran menggambarkan alur pikiran peneliti
sebagai kelanjutan dari skripsi dengan sebuah bagan yang
Page 46
menunjukkan alur pikiran peneliti serta kaitan antar teori yang
diteliti.
2.4 Asumsi Dasar
Asumsi dasar menjelaskan tentang perkiraan awal peneliti
terhadap sesuatu masalah atau kajian yang diteliti. Biasanya untuk
memperjelas maksud peneliti.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian menjelaskan mengenai metode apa yang
digunakan dalam penelitian ini.
3.2 Fokus Penelitian
Fokus Penelitian merupakan substansi materi kajian
penelitian yang akan dilakukan dalam penelian ini.
3.3 Lokasi Penelitian
Menjelaskan tentang lokasi yang diambil dalam penelitian
ini.
3.4 Fenomena yang diamati
Menjelaskan mengenai konsep yang dilakukan oleh peneliti
serta definisi operasional yang peneliti gunakan.
3.5 Instrumen Penelitian
Menjelaskan tentang instrument untuk mengumpulkan data
dalam penelitian ini.
Page 47
3.6 Informan Penelitian
Sub bab ini menjelaskan tentang orang yang dijadikan
sumber untuk mendapatkan data dan sumber yang diperlukan
dalam penelitian. Dapat diperoleh dari kunjungan lapangan yang
dilakukan di lokasi, dipilih secara purposive dan snowball.
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Subbab ini menggambarkan tentang proses penyederhanaan
data ke dalam formula yang sederhana dan mudah dibaca serta
mudah diinterpretasi, sehingga mampu memberikan kejelasan
makna dari setiap fenomena yang diamati, dan dapat dijadikan
sebagai bahan simpulan akhir penelitian.
3.8 Jadwal Penelitian
Menjelaskan tentang tempat dan waktu penelitian diadakan
mulai dari pelaksanaan penelitian sampai penelitian tersebut
berakhir.
BAB IV : HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
Menjelaskan tentang obyek penelitian yang meliputi lokasi
penelitian secara jelas, struktur organisasi dan populasi atau sampel
yang telah ditentukan serta hal lain yang berhubungan dengan
obyek penelitian.
Page 48
4.2 Informan Penelitian
Menjelaskan mengenai data yang menjadi sumber untuk
mendapatkan data lapangan dalam penelitian.
4.3 Deskripsi dan Analisis Data
Menjelaskan data yang sudah didapat dalam observasi lalu
menganalisis data tersebut agar mudah untuk dipahami.
4.4 Pembahasan dan Hasil Penelitian
Membahas hasil penelitian dengan membentuk atau
membuat sebuah hasil akhir yang nantinya menghasilkan sebuah
teori atau pernyataan baru mengenai penelitian yang dilakukan.
BAB V : PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara
singkat, jelas dan mudah dipahami. Selain itu kesimpulan
penelitian juga harus sejalan dan sesuai dengan permasalahan dan
rumusan masalah penelitian.
5.2 Saran
Berisi rekomendasi dari peneliti terhadap tindak lanjut dari
sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti baik secara
teoritis maupun praktis.
DAFTAR PUSTAKA
Memuat daftar referensi (literatur lainnya) yang digunakan dalam
penyusunan skipsi.
Page 49
LAMPIRAN
Memuat tentang hal-hal yang perlu dilampirkan untuk menunjang
laporan penelitian maupun penyusunan skripsi.
Page 50
BAB II
DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ASUMSI
DASAR PENELITIAN
2.1 Deskripsi Teori
Teori dapat didefinisikan sebagai seperangkat konsep atau asumsi dan
generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan
efektivitas, dan pengawasan. Pada bagian kerangka teori ini dimaksudkan untuk
memberikan jawaban atas pertanyaan dalam rumusan masalah sebelumnya perlu
membedah kembali tentang konsep analisis dampak ekonomi, pembangunan, dan
indikator pertumbuhan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
2.1.1 Pengertian Pembangunan
Menurut Sondang P. Siagian (2008:45) mendefinisikan
pembangunan sebagai suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan
perubahan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa,
negara dan pemerintah menuju moderenitas dalam rangka pembinaan
bangsa (Nation-building).
Lebih lanjut menurut Sondang P. Siagian (2008:42)
mengemukakan bahwa dalam hal ini terdapat beberapa ide pokok yang
menjadi dasar pembangunan, yaitu:
Page 51
1. Pembangunan sebagai suatu perubahan yang mewujudkan suatu
kondisi kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari
kondisi sekarang. Pengertian perubahan ke arah kondisi yang lebih
baik tidak hanya dalam arti yang sempit seperti peningkatan taraf
hidup, tetapi juga dalam hal segala aspek kehidupan lainnya.
2. Pembangunan diartikan sebagai suatu pertumbuhan. Hal ini
menunjukkan kemampuan sekelompok masyarakat untuk terus
berkembang baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Pertumbuhan
ini diartikan sebagai suatu yang mutlak harus terjadi dalam
pembangunan. Yang meliputi semua aspek kehidupan seperti aspek
ekonomi, sosial, politik yang berjalan seirama dengan keadaan yang
saling menunjang.
3. Pembangunan sebagai suatu rangkaian tindakan atau usaha yang
dilakukan secara sadar oleh masyarakat yang bernaung dalam suatu
sistem kemasyarakatan guna mencapai hasil akhir yang diinginkan.
Dalam hal ini diharapkan suatu kesadaran yang tidak hanya terbatas
pada suatu kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat, melainkan
seluruh warga pada semua lapisan dan tindakan serta tumbuh dari
dalam diri sendiri, sehingga tercapai keadaan ayng lebih baik dengan
pertumbuhan yang berlangsung terus menerus.
4. Pembangunan harus didasarkan suatu rencana. Artinya pembangunan
itu harus dengan sengaja dan ditentukan secara jelas, tujuan, arah dan
bagaimana pelaksanaannya.
5. Pembangunan diharapkan bermuara pada suatu titik ahir tertentu
seperti masalah keadilan sosial, kemakmuran yang merata,
kesejahteraan material, mental spiritual, dan sebagainya. Namun
demikian titik akhir ini mempunyai sifat relatif dan sukar untuk
dibayangkan pencapaian titik akhir yang jernih dan absolut sehingga
tidak mungkin ditingkatkan lagi. Kenyataannya adalah, selama masih
terdapat suatu masyarakat, selama itu pulalah kegiatan-kegiatan
pembangunan akan terus dilaksanakan.
Menurut Nugroho dan Dahuri (2004:9) pembangunan dapat
diartikan sebagai “suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif
yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi
dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi.
Menurut tinjauan Ensiklopedik, dari sudut ini, pembangunan
diartikan sebagai pertumbuhan (growth), rekonstruksi (reconstruction).
Page 52
Dari pengertian pembangunan tersebut, setiap pembangunan setidaknya
mengandung tiga hal, yaitu:
1. Pembangunan yaitu proses kegiatan yang dilaksanakan pemerintah
dengan memperoleh dukungan/partisipasi seluruh masyarakat.
2. Pembangunan adalah proses penerapan atau penggunaan teknologi yang
terpilih.
3. Pembangunan adalah proses pemecahan masalah yang dihadapi
pemerintah atau pun masyarakat.
Pembangunan biasanya didefinisikan sebagai “rangkaian usaha
mewujudkan dan perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh
oleh suatu negara bangsa menuju modernitas dalam rangka pembinaan
bangsa (nation-building)”.
Pembangunan mempunyai beberapa pengertian, yang didasarkan
pada sudut pandang yang berbeda-beda. Beberapa pengertian tersebut
ialah (Afifuddin 2012:42) :
1. Pembangunan adalah Perubahan
Perubahan dalam arti mewujudkan suatu kondisi kehidupan
bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang.
Kondisi yang lebih baik itu harus dilihat dalam cakupan keseluruhan segi
kehidupan bernegara dan bermasyarakat, oleh karenanya tidak hanya baik
dalam arti peningkatan taraf hidup saja, akan tetapi juga dalam segi-segi
kehidupan yang lainnya. Karena dapat dipastikan bahwa satu segi
kehidupan bertalian erat dengan segi-segi kehidupan yang lainnya.
Manusia bukan hanya makhluk ekonomi, akan tetapi juga makhluk sosial
dan makhluk politik.
2. Pembangunan adalah Pertumbuhan
Yang dimaksud pertumbuhan ialah kemampuan suatu negara untuk
terus selalu berkembang baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.
Cakupannya adalah seluruh segi kehidupan. Sebagai wujud
Page 53
implementasinya tidak ada satupun segi kehidupan yang luput dari usaha
pembangunan.
3. Pembangunan adalah rangkaian usaha yang secara sadar dilakukan
Suatu kondisi ideal yang merupakan salahsatu sasaran
pembangunan ialah apabila kesadaran itu terdapat dalam diri seluruh
warga masyarakat pada semua lapisan dalam tingkatan dan tidak terbatas
hanya pada kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat.
4. Pembangunan adalah suatu rencana yang tersusun secara rapi
Perencanaan mutlak dilakukan oleh dan dalam setiap organisasi, apapun
tujuannya, apapun kegiatannya tanpa melihat apakah organisasi
bersangkutan besar atau kecil.
5. Pembangunan adalah cita-cita akhir dari perjuangan Negara atau
Bangsa
Pada umumnya, komponen-komponen dari cita-cita akhir dari
negara- negara modern di dunia, baik yang sudah maju maupun yang
sedang berkembang, adalah hal-hal yang pada hakikatnya bersifat relatif
dan sukar membayangkan tercapainya “titik jenuh yang absolut”, yang
setelah tercapai tidak mungkin ditingkatkan lagi seperti keadaan sosial,
kemakmuran yang merata, mental dan spiritual, kebahagiaan untuk semua,
ketentraman dan keamanan. Kenyataan bahwa titik jenuh yang absolut
tidak akan pernah tercapai, berarti bahwa selama suatu negara bangsa
ada, selama itu pulalah ia harus melakukan kegiatan-kegiatan
pembangunan.
Pada hakikatnya pembangunan adalah membangun masyarakat
atau bangsa secara menyeluruh, demi mencapai kesejahteraan rakyat.
Untuk bisa membangun lebih baik, masyarakat harus beroendidikan dan
bermoral lebih baik.
Menurut Siagian, setidaknya ada 10 prinsip dalam
penyelenggaraan pembangunan masyarakat, yaitu:
1. Kesemestaan atau komprehensif, artinya cakupan bidang-bidang
pembangunan masyarakat harus meliputi seluruh segi kehidupan dan
penghidupan masyarakat luas.
2. Partisipasi masyarakat, maksudnya betapapun dominannya peranan
pemerintah dalam menyelenggarakan pembangunan tidak mungkun
seluruh beban menyelenggarakan pembangunan itu dipikul oleh
Page 54
pemerintah besera aparaturnya, berapapun tingginya disiplin dan
dedikasi aparatur tersebut.
3. Keseimbangan, artinya sesuatu dibidang pembangunan tidak dapat
dipandang lebih penting dari bidang yang lain. Bahwa sesuatu bidang
tertentu didahulukan pelaksanaannya, kiranya tidak merupakan
masalah, karena secara logis akan menuntut pelaksanaan yang
didasarkan atau sesuatu skala prioritas yang jelas.
4. Kontinuitas, maksudnya diperlukan kesinambungan pelaksaan berbagai
kegiatan pembangunan itu, dan satu tahap pembangunan hanyalah satu
rantai dari sesuatu mata rantai yang amat panjang.
5. Pendekatan kesisteman, yaitu suatu cara yang tepat untuk dipergunakan
dalam memecahkan masalah-masalah yang rumit. Pendekatan sistem
ini tidak melihat komponen sesuatu bergerak dalam keadaan isolasi,
melainkan melihat dan menganalisa ketergantungan dan interaksi
diantara komponen-komponen sehingga keseluruhan komponen
bergerak sebagai suatu kesatuan yang bulat.
6. Mengandalkan kekuatan sendiri, namun bukan berarti bahwa
penyelenggaraan pembangunan itu dilakukan dalam suasana terisolasi.
7. Kejelasan strategi dasar, maksudnya harus mengandung pedoman
pokok sebagai pegangan utama yang dalam proses selanjutnya perlu
dan memang dijabarkan dalam rencana dan program kerja yang dalam
banyak hal dituangkan dalam proyek-proyek pembangunan.
8. Skala prioritas yang jelas dan bersifat luwes, artinya skala prioritas
yang telah ditetapkan sebelumnya harus dimungkinkan untuk ditinjau
secara berkala dan apabil memang perlu dilakukan penyesuaian-
penyesuaian tertentu sehingga menjadi realistik.
9. Kelestarian ekologi, maksudnya pembangunan harus pula sekaligus
menjamin kelestarian ekologis dan keseimbangan ekosistem di bumi.
10. Pemerataan disertai pertumbuhan, maksudnya hasil-hasil pembanguna
yang telah dicapau (seperti dibidang ekonomi) harus sudah dapat
dinikmati oleh masyarakat, terutama yang berpenghasilan rendah, tetapi
tidak dibagi habis sehingga tetap tersedia kemampuan yang semakin
meningkat untuk mencapai hasil yang lebih besar dimasa yang akan
datang.
2.1.2 Indikator Keberhasilan Pembangunan
Penggunaan indikator dan variabel pembangunan bisa berbeda
untuk setiap Negara. Di Negara-Negara yang masih miskin, ukuran
kemajuan dan pembangunan mungkin masih sekitar kebutuhan-kebutuhan
dasar seperti listrik masuk desa, layanan kesehatan pedesaan, dan harga
makanan pokok yang rendah. Sebaliknya, di Negara-Negara yang telah
Page 55
dapat memenuhi kebutuhan tersebut, indikator pembangunan akan bergeser
kepada faktor-faktor sekunder dan tersier (Tikson 2005:93).
Sejumlah indikator ekonomi yang dapat digunakan oleh lembaga-
lembaga internasional antara lain pendapatan perkapita (GNP atau PDB),
struktur perekonomian, urbanisasi, dan jumlah tabungan. Disamping itu
terdapat pula dua indikator lainnya yang menunjukkan kemajuan
pembangunan sosial ekonomi suatu bangsa atau daerah yaitu Indeks
Kualitas Hidup (IKH atau PQLI) dan Indeks Pembangunan Manusia (HDI).
Berikut ini, akan disajikan ringkasan Tikson (2005:98) terhadap keenam
indikator tersebut:
1. Pendapatan Perkapita
Pendapatan per kapita, baik dalam ukuran GNP maupun PDB merupakan
salah satu infikator makro-ekonomi yang telah lama digunakan untuk
mengukur pertumbuhan ekonomi. Dalam perspektif makro ekonomi,
indikator ini merupakan bagian kesejahteraan manusia yang dapat diukur,
sehingga dapat menggambarkan kesejahteraab dan kemakmuran
masyarakat. Tampaknya pendapatan per kapita telah menjadi indikator
makroekonomi yang tidak bisa diabaikan, walaupun memeiliki beberapa
kelemahan. Sehingga pertumbuhan pendapatan nasional, selama ini telah
dijadikan tujuan pembangunan di negara-negara dunia ketiga. Seolah-olah
ada asumsi bahwa kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat secara
otomatis ditunjukkan oleh adanya peningkatan pendapatan nasional
(pertumbuhan ekonomi). Walaupun demikian, beberapa ahli menganggap
penggunaan indikator ini mengabaikan pola distribusi pendapatan nasional.
Indikator ini tidak mengukur distribusi pendapatan dan pemerataan
kesejahteraan, termasuk pemerataan akses terhadap sumber daya ekonomi.
2. Struktur Ekonomi
Telah menjadi asumsi bahwa peningkatan pendapatan per kapita akan
mencerminkan transformasi struktural dalam bidang ekonomi dan kelas-
kelas sosial. Dengan adanya perkembangan ekonomi dan peningkatan
perkapita, kontribusi sektor manufaktur/industri dan jasa terhadap
perndapatan nasional akan meningkat terus. Perkembangan sektor industri
dan perbaikan tingkat upah akan meningkatkan permintaan atas barang-
Page 56
barang industri, yang akan diikuti oleh perkembangan investasi dan
perluasan tenaga kerja. Dilain pihak, kontribusi sektor pertanian terhadap
pendapatan nasional akan semakin menurun.
3. Urbanisasi
Urbanisasi dapat diartikan sebagai meningkatnya proporsi penduduk yang
bermukim diwilayah perkotaan dibandingkan dengan di penduduk di
pedesaan. Urbanisasi dikatakan tidak terjadi apabila pertumbuhan penduduk
di wilayah urban sama dengan nol. Sesuai dengan pengalaman industrialisasi
di negara-negara Eropa Barat dan Amerika Utara, proporsi penduduk di
wilayah urban berbanding lurus dengan proporsi industrialisasi. Ini berarti
bahwa kecepatan urbanisasi akan semakin tinggi sesuai dengan cepatnya
proses industrialisasi. Di Negara-Negara industri, sebagian besar penduduk
tinggal di wilayah perkotaan, sedangkan di Negara-Negara yang sedang
berkembang proporsi terbesar tinggal di wilayah perdesaan. Berdasarkan
fenomena ini, urbanisasi digunakan sebagai salah satu indikator
pembangunan.
4. Angka Tabungan
Perkembangan sektor manufaktur/industri selama tahap industrialisasi
memerlukan investasi dan modal. Finansial kapital merupan faktor utama
dalam proses industrialisasi dalam sebuah masyarakat, sebagaimana terjadi di
Inggris pada umumnya Eropa pada awal pertumbuhan kapitalisme yang
disusul oleh revolusi industri. Dalam masyarakat yang memiliki produktivitas
tinggi, modal usaha ini dapat dihimpun melalui tabungan, baik swasta
maupun pemerintah.
5. Indeks Kualitas Hidup
IKH atau Physical Quality of Life Index (PQLI) digunakan untuk
mengukur kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Indeks ini dibuat
indikator makroekonomi tidak dapat memberikan gambaran tentang
kesejahteraan masyarakat dalam mengukur keberhasilan ekonomi. Misalnya,
pendapatan nasional sebuah bangsa dapat tumbuh terus, tetatpi tanpa diikuti
oleh peningkatan kesejahteraan sosial. Indeks ini dihitung berdasarkan kepada
(1) angka rata-rata harapan hidup pada umur satu tahun, (2) angka kematian
bayi, dan (3) angka melek huruf. Dalam indeks ini, angka rata-rata harapan
hidup dan kematian bayi akan dapat menggambarkan status gizi anak dan ibu,
derajat kesehatan, dan lingkungan keluarga yang langsung berasosiasi dengan
kesejahteraan keluarga. Pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf,
dapat menggambarkan jumlah orang yang memperoleh akses pendidikan
sebagai hasil pembangunan. Variabel ini menggambarkan kesejahteraan
masyarakat, karena tingginya status ekonomi keluarga akan mempengaruhi
status pendidikan para anggotanya. Oleh apara pembuatnya, indeks ini
dianggap sebagai yang paling baik untuk mengukur kualitas manusia sebagai
hasil dari pembangunan, disamping pendapatan per kapita sebagai ukuran
kuantitas manusia.
Page 57
6. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index)
The United Nations Development Program (UNDP) telah membuat
indikator pembangunan yang lain, sebagai tambahan untuk beberapa indikator
yang telah ada. Ide dasar yang melandasi dibuatnya indeks ini adalah
pentingnya memperhatikan kualitas sumber daya manusia. Menurut UNDP,
pembangunan hendaknya ditujukan kepada pengembangan sumber daya
manusia
2.1.3 Analisis Dampak
Dalam pembangunan, analisis dampak sangat dibutuhkan
diberbagai lapisan pembangunan. Baik pembangunan yang dilakukan oleh
masyarakat, ataupun pemerintah diberbagai aspek kehidupan dalam
perencanaan, implementasi hingga evaluasi pembangunan.
Pembangunan terbagi dalam pembangunan aspek fisik dan
pembangunan aspek non fisik. Pembangunan aspek fisik meliputi perangkat
keras yang mencakup pemukiman-perumahan, pembangunan wilayah
perkotaan-pedesaan, sarana-prasarana transportasi (darat,laut, udara),
pengadaan rumah sakit-puskesmas, pendidikan, kawasan industri, serta
berbagai kelengkapan lainnya. Sedangkan aspek non fisik mencakup
pembangunan mental, pembentukan karakter dan moral, pembangunan
kecerdasan hidup, sosial, budaya, dan ilmu pengetahuan.
Analisis dampak biasanya dilakukan dalam fase perencanaan,
implementasi, dan evaluasi pembangunan. Dalam fase perencanaan
biasanya dilakukan studi kelayakan pembangunan, saat impelementasi
artinya analisis dapat terlihat saat pembangunan itu dilaksanakan, sedangkan
evaluasi pembangunan dilakukan setelah selesainya pembangunan tersebut
dilaksanakan.
Page 58
Jika analisis dampak pembangunan dilakukan sebelum
dilaksanakannya pembangunan, dapat dikatakan bahwa tujuan analisis
pembangunan tersebut berorientasi pada pencegahan dampak negatif
daripada penanggulangan. Namun jika analisis dampak dilakukan setelah
pembangunan dilaksanakan maka dimaksudkan agar dapat mengetahui
dampak pembangunan secara positif dan negatif, dan dapat menindaklanjuti
dampak positifnya dan mencari solusi untuk mencegah dampak negatif
dengan tepat.
Analisis dampak pembangunan mengadaptasi pada analisis
kebijakan yang dikemukakan Dunn (1991:51-54) yaitu sebagai berikut:
1) Model analisis prospektif
Merupakan bentuk analisis pembangunan yang mengarahkan kajiannya
pada konsekuensi-konsekuensi pembangunan sebelum suatu
pembangunan tersebut diterapkan. Model ini bersifat prediktif, sering
melibatkan teknik-teknik peramalan untuk memprediksi kemungkinan
yang akan muncul akibat dari adanya pembangunan.
2) Model retrospektif
Merupakan bentuk analisis pembangunan yang dilakukan terhadap
akibat-akibat pembangunan setelah pembangunan tersebut dilakukan.
Model ini disebut evaluatif, karena banyak menggunakan pendekatan
terhadap dampak-dampak pembangunan yang sedang atau telah
dilaksanakan.
3) Model interaktif
Merupakan bentuk perpaduan analisis dampak pembangunan dari kedua
model diatas. Model ini disebut analisis komprehensif atau holistic,
karena analisis dilakukan terhadap konsekuensi-konsekuensi
pembangunan yang mungkin muncul, naik sebelum maupun sesudah
suatu pembangunan diimplementasikan.
Page 59
2.1.4 Prinsip Analisis Dampak
Gibson dalam Brucemitchell (2003) dalam Kiki (2012:26)
menyarankan bahwa analisis dampak dapat dilakukan dengan menerapkan
prinsip-prinsip berikut secara bersama-sama.
1. Prinsip pendekatan terpadu. Pembangunan harus dilihat dampaknya
pada skala lokal, nasional dan internasional. Implikasi penggunaan
sumber daya alam secara besar-besaran harus terkendali sehingga tetap
memiliki daya dukung yang kokoh terhadap kehidupan manusia.
Mengkaji pula implikasi sosial budaya, ekonomi dan moral jangka
pendek, menengah, dan jangka panjang.
2. Semua bentuk pembangunan harus ramah lingkungan. Baik
pembanguna yang dilakukan pemerintah, masyarakat maupun swasta.
Prinsip ini berarti bahwa kebijakan, program dan proyek pembangunan
harus melalui analisis dampak.
3. Analisis dampak harus menekankan pada identifikasi kemungkinan
terbaik. Artinya tujuan dan keunggulan relatif dan alternatif
pembangunan yang dipilih harus dikaji secara kritis dan mendalam.
4. Analisis dampak harus berdasarkan hukum, spesifik dan wajib dapat
diterapkan. Artinya analisis dampak harus dapat membawa perubahan
positif.
5. Proses analisis dan pengambilan keputusan terkait harus terbuka.
Partisipatif dan adil. Prinsip ini merefleksikan konsep persamaan,
pemberdayaan dan keadilan yang merupakan hakekat pembangunan.
6. Harus ada petunjuk pelaksanaan. Kondisi dan syarat penerimaan harus
dapat dijalankan, kepastian juga harus ada untuk memantau efek dan
penataan terhadap peraturan pelaksanaan. Artinya harus tetap
komitmen.
7. Analisis dampak juga harus menekankan prinsip efisiensi.
8. Berbagai cara harus disusun secara simetris untuk menghubungkan
analisis dampak dengan pengambilan keputusan yang lebih tinggi.
2.1.5 Dampak terhadap Ekonomi
Dampak pariwisata terhadap kondisi ekonomi masyarakat lokal
dapat dikategorikan menjadi empat kelompok besar Cohen (1984), yaitu:
1. Dampak terhadap penerimaan devisa,
2. Dapat terhadap pendapata masyarakat,
3. Dampak terhadap kesempatan kerja, dan
Page 60
4. Dampak terhadap pendapatan pemerintah.
2.1.6 Kawasan Ekonomi Khusus
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun
2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus bahwa kawasan ekonomi khusus
merupakan kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan dan menyelenggarakan fungsi
perekonomian dengan fasilitas tertentu. Dimana ketentuan khusus di bidang
kepabeanan, perizinan, perpajakan, ke imigrasian dan ketenagakerjaan.
KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki
keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung
kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki
nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional. Dimana Kawasan
ekonomi khusus terdiri dari beberapa zona; yakni Pengelolahan ekspor;
Logistik, Industri, Pengembangan teknologi, Pariwisata, Energi, dan
Ekonomi lain. Di dalam KEK dapat dibangun fasilitas pendukung dan
perumahan bagi pekerja, dalam setiap KEK juga disediakan lokasi untuk
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), dan koperasi, baik sebagai pelaku
usaha maupun sebagai pendukung kegiatan perusahaan yang berada di
dalam KEK.
Dalam pasal 13 UU No 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus, pembiayaan untuk pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur di
dalam kawasan ekonomi khusus dapat berasal dari pembiayaan pemerintah
Page 61
daerah, swasta, kerja sama antara pemerintah dan pemerintah daerah dan
swasta bahkan sumber lain yang sah sesuai ketentuan perundang-undangan.
Secara umum, Tujuan pengembangan KEK menurut UU No 39
Tahun 2009 adalah:
1) Peningkatan investasi;
2) Penyerapan tenaga kerja;
3) Penerimaan devisa sebagai hasil dari peningkatan ekspor;
4) Meningkatkan keunggulan kompetitif produk ekspor;
5) Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya lokal, pelayanan, dan modal
bagi peningkatan ekspor;
6) Mendorong terjadinya peningkatan kualitas SDM melalui transfer
teknologi.
Maksud pengembangan KEK adalah untuk memberikan peluang
bagi peningkatan investasi melalui penyiapan kawasan yang memiliki
keunggulan dan siap menampung kegiatan industri, eskpor, impor, serta
kegiatan ekonomi yang memiliki nilai ekonomi tinggi, meningkatkan
pendapatan devisa bagi Negara melalui perdagangan internasional, dan
meningkatkan kesempatan kerja, kepariwisataan, dan investasi.
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, pasal 2, penyelenggaraan
KEK memiliki 5 (lima) tahap dalam penyelenggaraan KEK yaitu:
1. Pengusulan KEK,
2. Penetapan KEK,
Page 62
3. Pembangunan KEK,
4. Pengelolaan KEK, dan
5. Evaluasi pengelolaan KEK.
Pengusulan KEK menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009
tentang Kawasan Ekonomi Khusus pasal 5, dan Peraturan Pemerintah
Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus
pasal 4 dapat dilakukan oleh 4 (empat) pihak yaitu:
1. Badan Usaha;
2. Pemerintah Kabupaten/Kota;
3. Pemerintah Provinsi;
4. Kementerian Maupun Lembaga Pemerintah Non Kementrian.
2.1.6.1 Dasar Hukum Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 27 ayat (2), dan Pasal 33 Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang;
4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Kawasan
Industri;
Page 63
7. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan
KEK;
8. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Kebijakan Industri
Nasional;
9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2010 Tentang
Dewan Nasional Dan Dewan Kawasan Kawasan Ekonomi Khusus;
10. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010 Tentang
Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus;
11. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua
Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus, No PER-
06/M.EKON/08/2010 tentang tata tertib persidangan dan tata cara
pengembilan keputusan dewan Nasional kawasan Ekonomi Khusus;
12. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua
Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus, NOMOR : PER-
07/M.EKON/08/2010 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja
Sekretariatdewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus;
13. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua
Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus Nomor: Kep-
10/M.Ekon/03/2011 Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Dewan Nasional
Kawasan Ekonomi Khusus Nomor: Kep-40/M.Ekon/Os/2010 Tentang
Tim Pelaksana Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus.
Page 64
2.1.6.2 Fasilitas atau Insentif di KEK
Fasilitas atau insentif yang diberikan bagi perusahaan dalam
wilayah KEK adalah :
1. Fasilitas Pajak Penghasilan (PPh) dan tambahan fasilitas PPh sesuai
dengan karakteristik Zona (UU 39/2009, pasal 30)
2. Fasilitas perpajakan dalam waktu tertentu kepada penanam modal
berupa pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan (UU 39/2009, pasal 31)
3. Impor barang ke KEK dapat diberikan fasilitas berupa:
a. Penangguhan bea masuk;
b. Pembebasan cukai, sepanjang barang tersebut merupakan bahan
baku atau bahan penolong produksi;
c. Tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM) untuk barang kena pajak; dan
d. Tidak dipungut PPh impor. (UU 39/2009, pasal 32)
4. Penyerahan barang kena pajak dari tempat lain di dalam daerah pabean
ke KEK dapat diberikan fasilitas tidak dipungut PPN dan PPnBM
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penyerahan
barang kena pajak dari KEK ke tempat lain di dalam daerah pabean
sepanjang tidak ditujukan kepada pihak yang mendapatkan fasilitas
PPN dikenakan PPN atau PPN dan PPnBM sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. (UU 39/2009, pasal 31).
Page 65
5. Setiap wajib pajak yang melakukan usaha di KEK diberikan insentif
berupa pembebasan atau keringanan pajak daerah dan retribusi daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain insentif
pajak daerah dan retribusi daerah, pemerintah daerah dapat memberikan
kemudahan lain.(UU 39/2009, pasal 35)
6. Di KEK diberikan kemudahan untuk memperoleh hak atas tanah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang undangan (UU 39/2009, pasal
36)
7. Di KEK diberikan kemudahan dan keringanan di bidang perizinan
usaha, kegiatan usaha, perindustrian, perdagangan, kepelabuhan, dan
keimigrasian bagi orang asing pelaku bisnis, serta diberikan fasilitas
keamanan (UU 39/2009, pasal 38)
2.1.6.3 Pengusulan Pembentukan KEK
Untuk melakukan pengusulan pembentukan KEK, maka ada
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, menurut UU 39/2009, pasal 6,
usulan pembentukan KEK harus dilengkapi persyaratan paling sedikit :
1. Peta lokasi pengembangan serta luas area yang diusulkan yang terpisah
dari permukiman penduduk;
2. Rencana tata ruang KEK yang diusulkan dilengkapi dengan peraturan
zonasi;
3. Rencana dan sumber pembiayaan;
4. Analisis mengenai dampak lingkungan yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
Page 66
5. Hasil studi kelayakan ekonomi dan finansial; dan
6. Jangka waktu suatu KEK dan rencana strategis.
Adapun syarat sebagai kelengkapan persetujuan oleh Dewan
nasional kawasan ekonomi khusus bagi pendirian kawasan ekonomi khusus
adalah sebagai berikut ini :
a. Sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan tidak berpotensi
mengganggu kawasan lindung.
b. Pemerintah provinsi, kabupaten/kota yang bersangkutan medukung
keberadaan kawasan ekonomi khusus didaerah tersebut.
c. Terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional
atau dekat dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau
terletak pada wilayah potensi sumber daya unggulan; dan
d. Mempunyai batas yang jelas.
2.1.6.4 Prosedur Pembentukan KEK
Menurut PP Nomor 2 tahun 2011, pasal 12 dan 13 prosedur
pembentukan KEK harus melengkapi persyaratan dokumen sebagai berikut:
1. Surat kuasa otorisasi, jika pengusul merupakan konsorsiu
2. Akta pendirian badan usaha
3. Profil keuangan 3 (tiga) tahun terakhir yang sudah diaudit atau jika
perusahaan baru, maka profil keuangan 3 (tiga) tahun terakhir dari
pemegang saham yangsudah diaudit, kcuali untuk BUMN dan BUMD
4. Persetujuan dari pemerintah kabupaten / kota terkait dengan lokasi
KEK yang diusulkan
Page 67
5. Surat pernyataan mengenai kepemilikan nilai equitas paling sedikit 30
% dari nilai investasi KEK yang diusulkan
6. Deskripsi rencana pengembangan KEK yang diusulkan, paling sedikit
memuat rencana dan sumber pembiayaan serta jadwal pembangunan
KEK
7. Peta deail lokasi pengembangan serta luas area KEK yang diusulkan
8. Rencana peruntukan ruang pada lokasi KEK yang dilengkapi dengan
peraturan Zonasi
9. Studi kelayakan ekonomi dan financial
10. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
11. Usulan jangka waktu beroperasi KEK dan rencana strategis (renstra)
pengembangan KEK
12. Izin lokasi
13. Rekomendai dari otoritas pengelola infrastruktur pendukung ddalam hal
untuk pengoperasian KEK memerlukan dukungan infrastruktur lainnya
14. Pernyataan kesanggupan melaksanakan pembangunan dan pengelolaan
KEK
Apabila lokasi KEK berada dalam satu wilayah kabupaten / kota,
maka badan usaha pengusul KEK harus mengajukan permohonan
persetujuan kepada Bupati / walikota disertai dengan ke-14 persyaratan
diatas (kecuali persyaratan nomor 4 : Persetujuan dari pemerintah kabupaten
/ kota terkait dengan lokasi KEK yang diusulkan) (PP 2/2011, pasal13).
Page 68
Setelah itu pemerintah kota/kabupaten akan melakukan verifikasi
dan evaluasi terhadap dokumen usulan dalam jangka waktu paling lama 20
(dua puluh) hari kerja sejak diterimanya dokumen usulan secara lengkap.
Jika pemerintah kabupaten / kota menolak permohonan yang disampaikan
secara tertulis kepada Badan Usaha tersebut disertai alasannya.
Namun apabila pemerintah kota/kabupaten menerima usulan
tersebut, maka pemerintah kota/kabupaten akan meneruskan usulan badan
usaha tersebut kepada pemerintah provinsi dengan menyertakan komitmen
pemerintah provinsi dengan menyertakan komitmen pemerintah
kota/kabupaten mengenai rencana pemberian insentif berupa pembebasan
atau keringanan pajak daerah dan retribusi daerah serta kemudahan lainnya.
Selanjutnya, pemerintah provinsi melakukan verifikasi dan
evaluasi terhadap kelengkapan dokumen usulan pembentukan KEK yang
disampaikan oleh pemerintah kota/kabupaten ddalam waktu paling lama 20
(dua puluh) hari kerja. Jika usulan tersebut disetujui maka pemerintah
provinsi akan menyampaikan usulan pembentukan KEK kepada Dewan
Nasional KEK disertai seluruh dokumen usulan pembentukan KEK.
2.1.6.5 Penetapan Kawasan Ekonomi Khusus
Menurut UU 39/2009, pasal 7 dan 8, penyetujuan atau penolakan
usulan KEK ditentukan oleh Dewan Nasional KEK (Dewan Nasional adalah
dewan yang dibentuk di tingkat nasional untuk menyelenggarakan KEK)
setelah melakukan pengkajian atas usulan KEK yang ada. Usulan KEK yang
telah disetujui oleh Dewan Nasional KEK akan direkomendasikan kepada
Page 69
Presiden. Setelah itu pemerintah akan menetapkan KEK yang diusulkan
melalui penerbitan Peraturan pemerintah. Namun dalam hal tertentu,
pemerintah pusat dapat menetapkan suatu wilayah sebagai KEK tanpa
melalui proses pengusulan.
Menurut PP 2/2011, pasal 27-29, proses kajian atas usulan
pembentukan KEK oleh dewan Nasional KEK,dilakukan paling lama 45
(empat puluh lima) hari kerja sejak diterimanya dokumen usulan secara
lengkap. Kajian yang dimaksud adalah kajian terhadap : (a) pemenuhan
criteria lokasi KEK (b) kebenaran dan kelayakan isi dokumen yang
dipersyaratkan. Berdasarkan hasil kajian tersebut, maka dewan nasional
KEK akan memutuskan untuk menyetujui atau menolak usulan
pembentukan KEK.
Kemudian Dewan Nasional KEK akan mengajukan rekomendasi
pembentukan KEK kepada presiden disertai dengan rancangan peraturan
pemerintah tentang penempatan suatu lokasi sebagai KEK untuk ditetapkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Namun jika usulan
ditolak,maka dewan nasionalKEK akan menyampaikan secara tertulis
kepada pengusul disertai dengan alasan. Dan KEK yang telah ditetapkan
harus siap beroperasi paling lambat 3 (tiga) tahun sejak tanggal ditetapkan.
2.1.6.6 Pembangunan dan Pengoperasian KEK
Undang-Undang Nomor 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus, pasal 10, setelah usulan KEK diterima dan setelah adanya
penetapan Lokasi KEK melalui Peraturan Pemerintah, maka langkah
Page 70
selanjutnya adalah membentuk Badan Usaha untuk membangun KEK.
Badan usaha untuk membangun KEK ini ditetapkan oleh pemerintah
provimsi jika lokasi KEK berada pada lintas kabupaten/kota, dan oleh
pemerintah kabupaten/kota jika lokasi KEK berada pada satu
kabupaten/kota. Untuk pembangunan KEK oleh suatu badan usaha,
pemerintah provinsi atau kabupaten/kota dapat melakukan penunjukan
langsung (pasal 11).
2.1.6.7 Pembiayaan Pembangunan dan Pemeliharaan KEK
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan
Ekonomi Khusus, Pasal 13, pembiayaan untuk pembangunan dan
pemeliharaan KEK dapat berasal dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah;
b. Badan Usaha;
c. Kerjasama pemerintah, pemerintah provinsi dan/atau pemerintah
kabupaten/kota dengan Badan Usaha; dan/atau
d. Sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2.1.7 Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan kegiatan
usaha yang mampu memperluas lapangan kerja, memberikan pelayanan
ekonomi secara luas kepada masyarakat, berperan dalam proses pemerataan
dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan
Page 71
ekonomi, dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional (Iman dan
Adi, 2009).
Usaha Mikro Kecil dan Menengah adalah usaha ekonomi produktif
yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha, yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar, yang
memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang
perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha
mikro sebagaimana diatur dalam,. Kriteria UMKM adalah sebagai berikut :
a. Usaha mikro adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan bersifat
tradisional dan informal, dalam arti belum terdaftar, belum tercatat dan
belum berbadan hukum. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha. Memiliki hasil penjualan tahunan paling
banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
b. Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memenuhi kriteria
antara lain:
1. Usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.
200.000.000,- (dua ratus juta) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha.
2. Usaha yang memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp. 1 milyar.
3. Usaha yang berdiri sendiri, bukan perusahaan atau cabang
perusahaan yangdimiliki, dikuasai atau terafiliasi baik langsung
maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau skala besar.
4. Berbentuk usaha yang dimiliki orang perorangan, badan usaha yang
tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum,
termasuk koperasi.
c. Usaha Menengah adalah usaha produktif yang berdiri sendiri, yang
memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta
Page 72
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh
milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan
memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,- (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.
50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah)
2.1.7.1 Peraturan Terkait UMKM
Berikut ini adalah peraturan-peraturan yang terkait dengan
UMKM:
1. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia Nomor: 23/PER/M.KUKM/XI/2005 Tentang
Perubahan Atas Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah Nomor: 32/Kep/M.KUKM/IV/2003 Tentang
Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Sentra Usaha Kecil dan
Menengah di Sentra.
2. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indoesia Nomor: /Per/M.KUKM/VIII/2006 Tentang Pedoman
Teknis Bantuan Untuk Teknologi Tepat Guna Kepada Usaha Kecil dan
Menengah di Sentra.
3. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia Nomor: 19/Per/M.KUKM/VIII/2006 Tentang
Pedoman Teknis Perkuatan Permodalan Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah di Kawasan Industri.
4. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha kecil Menengah
Republik Indonesia Nomor: 02/Per/M.KUKM/I/2008 Tentang Pedoman
Pemberdayaan Business Development Services-Provider (BDS-P)
Page 73
Untuk Pengembangan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(KUMKM) Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Republik Indonesia.
2.1.7.2 Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Menurut World Bank dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu :
1. Micro Enterprise, dengan kriteria jumlah karyawan kurang dari 10
orang, pendapatan setahun tidak melebihi $100 ribu, jumlah aset tidak
melebihi $100 ribu.
2. Small Enterprise, dengan kriteria jumlah karyawan kurang dari 30
orang, pendapatan setahun tidak melebihi $3 juta, jumlah aset tidak
melebihi $3 juta.
3. Medium Enterprise, dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 300
orang, pendapatan setahu hingga $15 juta, dan jumlah aset hingga $15
juta.
2.1.7.3 Tujuan dan Peranan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Tujuan usaha mikro menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yaitu bertujuan
menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun
perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.
Usaha mikro mempunyai peran yang penting dalam pembangunan
ekonomi, karena intensitas tenaga kerja yang relatif lebih tinggi dan
investasiyang lebih kecil, sehingga usaha mikro lebih fleksibel dalam
menghadapi danberadaptasi dengan perubahan pasar. Hal ini menyebabkan
Page 74
usaha mikro tidakterlalu terpengaruh oleh tekanan eksternal, karena dapat
mengurang impor danmemiliki kandungan lokal yang tinggi. Oleh karena
itu pengembangan usaha mikro dapat memberikan kontribusi pada
diversifikasi ekonomi dan perubahanstruktur sebagai prakondisi
pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang stabil dan berkesinambungan.
Disamping itu tingkat penciptaan lapangan kerja lebih tinggi pada usaha
mikro dari pada yang terjadi di perusahaan besar (Sutrisno dan Sri, 2006).
Peran usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam perekonomian
Indonesia paling tidak dapat dilihat dari (Kementerian Koperasi dan UKM,
2005 dalam Neddy, 2006 ) :
1. Kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di
berbagai sektor penyedia lapangan kerja yang terbesar
2. Pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan
pemberdayaan masyarakat
3. Pencipta pasar baru dan sumber inovasi
4. Sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan
ekspor.
Peran UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) selama ini
diakui berbagai pihak cukup besar dalam perekonomian nasional. Beberapa
peran strategis UMKM menurut Bank Indonesia antara lain: jumlahnya
yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi; menyerap banyak
tenaga kerja dan setiap investasi menciptakan lebih banyak kesempatan
kerja; memiliki kemampuan untuk memanfaatkan bahan baku lokal dan
menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat luas dengan
harga terjangkau.
Page 75
2.1.7.4 Karakteristik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Menurut Ahmad dalam Afifah (2012) penelitian yang dilakukan
LM-FEUI (Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia)
pada tahun 1994 menemukan karakteristik usaha kecil (mikro) di Indonesia
sebagai berikut:
1. Hampir setengah perusahaan mikro kecil dan menengah hanya
menggunakan kapasitas terpasang 60% atau kurang. Hal ini disebabkan
karena kesalahan dalam perencanaan dan ketidak mampuan
memperbesar pasar, dan lebih dari setengah perusahaan kecil didirikan
sebagai pengembangan usaha kecil-kecilan.
2. Masalah utama yang dihadapi berbeda menurut tahap pengembangan
usaha. Pada masa pengembangan (sebelum investasi) terdapat dua
masalah yaitu, permodalan dan kemudahan berusaha (lokasi dan
perijinan). Pada tahap selanjutnya sektor usaha UMKM menghadapi
kendala permodalan dan pengadaan bahan baku. Selain hal itu juga
karena kurangnya keterampilan teknis dan administrasi.
3. Tingkat ketergantungan terhadap bantuan pemerintah berupa
permodalan, pemasaran dan pengadaan bahan baku relatif masih tinggi.
4. Hampir 60% masih menggunakan teknologi tradisional.
5. Hampir 70% usaha kecil melakukan pemasaran langsung terhadap
konsumen
6. Sebagian besar pengusaha UMKM dalam memperoleh bantuan
perbankan merasa rumit dan dokumen yang harus disiapkan sukar
dipenuhi.
2.1.8 Teori Pertumbuhan
Tingkat pertumbuhan (growth) pada dasarnya mencerminkan
produktivitas perusahaan dan merupakan suatu harapan yang diinginkan
oleh pihak internal (manajemen) maupun pihak eksternal (investor dan
kreditor) perusahaan. Menurut Indrawati dan Suhendro (2006:90),
pertumbuhan usaha adalah perubahan total penjualan perusahaan.
Pertumbuhan usaha merupakan salah satu indikator dalam
perkembangan UKM (Susilo, 2007). Menurut Susilo, Pertumbuhan UMKM
Page 76
dipengaruhi oleh variabel atau faktor yang bersumber dari dalam usaha
UMKM maupun yang berasal dari luar (Susilo, 2007). Yang dimaksud
faktor-faktor dari dalam yang mempengaruhi pertumbuhan UMKM antara
lain:
1. Kemampuan manajerial;
2. Pengalaman pemilik atau pengelola;
3. Kemampuan untuk mengakses pasar input dan output, teknologi
produksi, dan sumber-sumber permodalan;
4. Jumlah modal yang dimiliki
Sedangkan beberapa faktor dari luar yang mempengaruhi
pertumbuhan UMKM ialah:
1. Dukungan pemerintah atau swasta;
2. Kondisi perekonomian yang dicerminkan dari permintaan pasar
domestik maupun dunia; dan
3. Kemajuan teknologi dalam produksi. (Tambunan, 2009)
Davidsson et al. (2002) dalam (Susilo, 2007) melakukan studi
terhadap industri manufaktur di Swedia. Tujuan dari studi tersebut untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan usaha dari unit
usaha industri tersebut. Model ekonometrika yang disusun diselesaikan
dengan regresi berganda ordinary least square (OLS). Temuan dari riset
tersebut antara lain besarnya unit usaha (firm size), lamanya usaha (age),
dan legalitas dari unit usaha (legal form) mempengaruhi pertumbuhan usaha
dengan signifikan. Temuan yang lain adalah pertumbuhan usaha juga
dipengaruhi secara signifikan oleh lokasi unit usaha dan internasionalisasi
dari kegiatan unit usaha.
Shanmugam dan Bhaduri (2002) juga menemukan bahwa
pertumbuhan usaha juga dipengaruhi secara signifikan oleh umur unit usaha
Page 77
(age) dan ukuran perusahaan (firm size). Riset yang dilakukan mencakup
sampel 392 perusahaan manufaktur di India untuk periode tahun 1989 –
1993, khususnya untuk industri makanan dan industri bukan barang logam.
Dalam studi ini juga ditemukan kecenderungan untuk unit usaha yang besar
dan unit usaha yang baru berdiri lambat pertumbuhan usahanya. Di samping
itu, dampak ukuran perusahaan terhadap pertumbuhan usaha pada industri
makanan lebih besar daripada industri bukan barang logam.
Becchetti dan Trovato (2002) dalam (Susilo, 2007) melakukan
studi mengenai faktor penentu pertumbuhan usaha industri kecil –menengah
(IKM) di Italia. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif dan
analisis multivariat (regresi berganda linier). Dari riset tersebut ditemukan
bahwa yang mempengaruhi pertumbuhan usaha antara lain ukuran unit
usaha (size) dan umur perusahaan (age), tetapi juga dipengaruhi oleh
kemampuan perusahaan untuk melakukan eskpor dan pengambilan kredit
perbankan yang dilakukan secara rasional oleh pemilik atau pengelola IKM.
Hasil temuan dari riset ini adalah ternyata subsidi atau bantuan yang
diberikan pemerintah berpengaruh terhadap pertumbuhan usaha IKM.
Roperti (1999) dalam (Susilo, 2007) melakukan studi terhadap
1853 perusahaan skala kecil di Irlandia dalam kurun waktu 1993 – 1994.
Tujuan dari riset untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
usaha, dalam hal ini pertumbuhan penjualan dan profitabilitas, dari
perusahaan yang menjadi sampel. Kajian ini menggunakan data sekunder.
Temuan dari studi tersebut diantaranya adalah kemampuan perusahaan
Page 78
dalam mengekspor produk berpengaruh terhadap kemampuan memperoleh
peningkatan laba. Di samping itu, riset ini juga menyimpulkan bahwa
ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan usaha, sedangkan umur perusahaan (firm age)
berpengaruh secara negatif dan signifikan.
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan usaha dari industri kecil di Skotlandia dilakukan oleh Glancey
(1998) dalam (Susilo, 2007). Riset ini menggunakan model ekonometrika
yang diselesaikan dengan metode OLS. Model ekonometri yang
dikembangkan dalam kajian ini juga menggunakan 2SLS (two stages least
square). Hasil riset ini antara lain adalah pertumbuhan usaha industri kecil
dipengaruhi secara signifikan oleh variabel ukuran usaha (size) dan umur
perusahaan (age). Temuan lain dari riset ini adalah lokasi dari unit usaha
industri juga berpengaruh terhadap pertumbuhan usaha.
Lantai (1994) memberikan ikhtisar dari banyak faktor yang
dipertimbangkan oleh peneliti sebelum tahun 1994 dan menyimpulkan
bahwa di antara perusahaan-perusahaan kecil, ada enam faktor penting:
perusahaan usia, ukuran, sektor/bidang industri, bentuk hukum, lokasi, dan
kepemilikan.
2.1.9 Indikator Pertumbuhan Usaha
Pertumbuhan usaha diukur dari pertumbuhan penjualan,
pertambahan tenaga kerja, peningkatan laba, peningkatan nilai aset.
Menurut Jeaning Beaver dalam Muhammad Sholeh (2008:25), tolok ukur
Page 79
tingkat keberhasilan dan pertumbuhan perusahaan kecil dapat dilihat dari
peningkatan omset penjualan.
Menurut Davidson et al (2002) dalam (Susilo, 2007) ; Shanmugam
dan Bhaduri (2002) pertumbuhan usaha dapat dilihat dari:
1. Pertumbuhan Produksi;
Produksi merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan atau
menghasilkan atau menambah nilai guna terhadap suatu barang atau jasa
untuk memenuhi kebutuhan produsen.
2. Pertumbuhan Penjualan;
Pendapatan adalah pendapatan lazim dalam usaha dan merupakan
jumlah kotor yang dibebankan kepada pelanggan atas barang dan jasa.
3. Pertumbuhan Pendapatan;
Pendapatan merupakan suatu pertambahan aset yang
mengakibatkan bertambahnya modal pemilik usaha.
4. Pertumbuhan Laba.
Laba merupakan tujuan utama dari bisnis. Laba usaha adalah
selisih antara pendapatan dengan biaya.
Hal ini selaras dengan Kim dan Choi (1994) dalam Mohammad
Soleh (2008:26) bahwa ukuran pertumbuhan usaha dilihat dari peningkatan
omset penjualan, pertumbuhan tenaga kerja, dan pertumbuhan pelanggan.
2.2 Penelitian Terdahulu
Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan melalui hasil
berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat
Page 80
disajikan sebagai data pendukung. Penelitian terdahulu ini bermanfaat dalam
mengelola atau memecahkan masalah yang timbul dalam penelitian dampak
pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) terhadap pertumbuhan Usaha
Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Tanjung Lesung. Salah satu data pendukung
yang menurut peneliti perlu dijadikan bagian tersendiri adalah penelitian
terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini,
walaupun fokus dan masalahnya tidak sama persis tapi sangat membantu peneliti
menemukan sumber-sumber pemecahan masalah penelitian ini. Berikut ini hasil
penelitian yang peneliti baca.
Pertama, yaitu skripsi oleh Diah Novianti, Universitas Indonesia, dengan
judul Analisis Faktor Motivasi Wirausahawan Wanita dan Hubungannya dengan
Pertumbuhan Usaha pada UMKM Batik di Solo. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui faktor-faktor yang memotivasi wirausahawan wanita dalam
memulai dan menjalani UMKM pada industri batik, dan mengetahui pengaruh
motivasi wirausahawan manita terhadap pertumbuhan usaha yang dimiliki pada
industri batik. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori dari Lei
Zhun dan Hung M. Chu mengenai faktor-faktor motivasi, dan teori pertumbuhan
usaha menurut Davidson et al. Sedangkan metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kuantitatif. Fokus
dalam penelitian ini adalah pengaruh Faktor Motivasi terhadap Pertumbuhan
Usaha pada UMKM Batik Solo, sementara yang menjadi lokus dalam penelitian
ini adalah UMKM yang berada di daerah Solo, Jawa Tengah.
Page 81
Hasil dari penelitian mengenai Analisis Faktor Motivasi Wirausahawan
Wanita dan Hubungannya dengan Pertumbuhan Usaha pada UMKM Batik di Solo
mempunyai korelasi sangat rendah dan tidak signifikan antara faktor motivasi
dengan pertumbuhan usaha , karena ada faktor lain yang lebih berpengaruh
terhadap pertumbuhan usaha, salahsatunya yaitu kemampuan manajerial.
Persamaan peneliti dengan penelitian mengenai Analisis Faktor Motivasi
Wirausahawan Wanita dan Hubungannya dengan Pertumbuhan Usaha pada
UMKM Batik di Solo adalah sama-sama meneliti tentang pertumbuhan usaha
UMKM. Selain itu metode yang digunakan juga sama menggunakan kualitatif.
Perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian mengenai
Analisis Faktor Motivasi Wirausahawan Wanita dan Hubungannya dengan
Pertumbuhan Usaha pada UMKM Batik di Solo adalah dari fokus dan lokus
penelitiannya, fokus penelitian peneliti yaitu pada dampak pembangunan
Kawasan Ekonomi Khusus terhadap pertumbuhan UMKM di Tanjung Lesung dan
lokusnya di Desa Tanjung Jaya Kecamatan Panimbang. Selain itu teori
pertumbuhan usaha yang digunakan yaitu menurut Davidson et al, sedangkan
dalam penelitian peneliti menggunakan teori pertumbuhan usaha menurut Kim
dan Choi dalam Mohammad Soleh.
Kedua, yaitu jurnal oleh Hanny Aryunda, Institut Teknologi Bandung,
Tahun 2011, dengan judul Dampak Ekonomi Pengembangan Kawasan Ekowisata
Kepulauan Seribu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
dampak ekowisata yang terjadi diwilayah tujuan wisata Kepulauan Seribu,
terutama dampak ekonomi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori
Page 82
dampak ekonomi pariwisata menurut Cohen (1984). Serta metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode penelitian kualitatif.
Sementara fokus dalam penelitian ini adalah dampak ekonomi pengembangan
kawasan ekowisata, dan lokusnya yaitu Kepulauan Seribu.
Hasil dari penelitian Dampak Ekonomi Pengembangan Kawasan
Ekowisata Kepulauan Seribu. Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini
disimpulkan bahwa dampak ekonomi dari pengembangan kawasan ekowisata
sangat baik terhadap perekonomian masyarakat, serta menimgkatnya pendapatan
usaha masyarakat diwilayah tersebut. Selain itu, kegiatan ekowisata menyrdiakan
lapangan pekerjaan yang cukup besar bagi masyarakat lokal maupun masyarakat
diluar wilayah Kepulauan Seribu. Peningkatan pendapatan juga terjadi di sektor
penerimaan daerah, terutama dari sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Persamaan peneliti dengan penelitian mengenai Dampak Ekonomi
Pengembangan Kawasan Ekowisata Kepulauan Seribu, yaitu sama-sama meneliti
mengenai dampak ekonomi dari pengembangan pembangunan. Selain itu
menggunakan teori yang sama, yaitu teori dampak ekonomi menurut Cohen
(1984). Dan menggunakan metode yang sama yaitu kualitatif.
Perbedaan peneliti dengan penelitian ini yaitu dari lokus penelitian, lokus
peneliti ialah di Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung Desa Tanjung Jaya
Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang-Banten.
2.3 Kerangka Pemikiran
Sugiyono (2005:66), menjelaskan kerangka berpikir adalah sintesa
hubungan antara variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah
Page 83
dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan, selanjutnya
dianalisis secara kritis dan sistematis sehingga menghasilkan sintesa tentang
hubungan antar-variabel yang diteliti. Uma Sakaran dalam bukunya bussiness
research (1991) dalam Sugiyono (2005:65) mengemukakan bahwa kerangka
berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan
dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah yang penting.
Penelitian mengenai dampak pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus
terhadap pertumbuhan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Tanjung
Lesung. Pembangunan adalah proses perubahan yang disengaja dan direncanakan
dengan tujuan untuk mengubah keadaan yang tidak dikehendaki ke arah yang
dikehendaki atau ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Kawasan Ekonomi
Khusus merupakan kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk penyelenggaraan fungsi
perekonomian memperoleh fasilitas tertentu, yang salahsatu tujuannya adalah
untuk meningkatkan investasi dan menyerap tenaga kerja. Penetapan Tanjung
Lesung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata ditetapkan melalui
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2012 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Tanjung Lesung.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori Pertumbuhan Usaha
menurut Kim dan Choi (1994) dalam Mohammad Soleh (2008:25) sebagai grand
theory dan teori Dampak Ekonomi menurut Cohen (1984) sebagai teori
pendukung.
Page 84
Teori Pertumbuhan Usaha menurut Kim dan Choi (1994) dalam Mohammad
Soleh (2008:25) adalah:
1. Omset Penjualan
Adalah jumlah total hasil produksi yang dapat dijual dalam sekali bakulan
atau penjualan yang dihasilkan oleh pelaku UMKM. Omset penjualan
dapat dihitung dengan mengalikan total jumlah yang terjual dengan harga.
2. Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah orang atau pekerja yang bekerja pada UMKM tersebut.
3. Jumlah Pelanggan
Pelanggan atau konsumen yang membeli barang atau menggunakan jasa
dari UMKM tersebut.
Sedangkan teori Dampak Ekonomi menurut Cohen (1984) dibagi menjadi
empat (4) kelompok besar, yaitu:
1. Dampak terhadap penerimaan devisa,
2. Dapat terhadap pendapatan masyarakat,
3. Dampak terhadap kesempatan kerja,
4. Dampak terhadap pendapatan pemerintah.
Kerangka berpikir menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan
dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca mengapa ia
mempunyai anggapan seperti yang dinyatakan dalam hipotesis. Biasanya untuk
memperjelas maksud peneliti, kerangka berpikir dapat dilengkapi dengan sebuah
bagan yang menunjukkan alur pikir peneliti serta kaitan antar variabel yang
Page 85
diteliti. Bagan tersebut disebut juga dengan nama paradigma atau model
penelitian.
Berdasarkan uraian yang penulis kemukakan pada latar belakang
masalah dan juga tinjauan pustaka, maka penulis menjabarkan kerangka
pemikiran yang kemudian akan dijadikan pegangan dalam penelitian ini
dalam gambar berikut:
Page 86
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Sumber: Peneliti, 2017
Identifikasi Masalah:
a. Tidak sesuainya rencana aksi pengembangan KEK dengan pelaksanaannya.
b. Belum dibangunnya fasilitas pendukung untuk UMKM di sekitar kawasan
KEK.
c. Kurangnya perhatian dari pemerintah terhadap UMKM di sekitar kawasan
KEK.
Output:
Terwujudnya Pertumbuhan UMKM dan Ekonomi di sekitar
Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung
Dampak Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
terhadap Pertumbuhan UMKM di Tanjung Lesung
Pertumbuhan Usaha menurut Kim dan Choi (1994) dalam
Mohammad Soleh (2008:25)
1. Omset Penjualan
2. Jumlah Tenaga Kerja
3. Jumlah Pelanggan
Dampak Ekonomi menurut Cohen (1984):
1. Dampak terhadap penerimaan devisa,
2. Dapat terhadap pendapatan masyarakat,
3. Dampak terhadap kesempatan kerja,
4. Dampak terhadap pendapatan pemerintah
Page 87
2.4 Asumsi Dasar
Asumsi dasar dalam penelitian kuantitatif disebut sebagai hipotesis.
Sedangkan dalam penelitian kualitatif adalah kesimpulan sementara berdasarkan
atas temuan pada saat pra penelitian dengan kajian teoritis pada bab 2. Asumsi ini
ditulis dengan tujuan tidak untuk diuji kebenarannya, maka peneliti berasumsi
bahwa Dampak Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) terhadap
Pertumbuhan UMKM di Tanjung Lesung belum berjalan optimal.
Page 88
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2011:2), metode penelitian pada dasarnya merupakan
cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam
penelitian ini, peneliti akan menggunakan pendekatan kualitatif metode analisis
deskriptif. Arti dari pendekatan kualitatif menurut Moleong (2006:6)
mendefinisikan penelitian kualitatif yaitu:
“Penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan, dan lain-lain secara holistik, dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah.”
Selanjutnya Usman (2009:78) mendefinisikan kualitatif sebagai:
“Pendekatan kualitatif lebih berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang
mengutamakan penghayatan (verstehen). Pendekatan kualitatif berusaha
memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku
manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri.”
Selanjutnya metode analisis deskriptif yaitu metode analisis yang
sederhana dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi suatu observasi dengan
menyajikan dalam bentuk tabel, grafik maupun narasi dengan tujuan untuk
memudahkan pembaca dalam menafsirkan hasil observasi. Objek penelitian
dalam hal ini adalah Dampak Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus terhadap
Pertumbuhan UMKM di Tanjung Lesung.
Page 89
3.2 Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan substansi materi kajian penelitian yang akan
dilakukan. Tujuannya yakni untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang
semakin meluas dan biasanya akan mengaburkan peneliti. Penelitian ini mengenai
Dampak Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus terhadap Pertumbuhan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Tanjung Lesung Kabupaten Pandeglang
Provinsi Banten.
Sehingga penelitian ini nantinya hanya menyajikan fokus masalah
mengenai sejauhmana dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan Kawasan
Ekonomi Khusus terhadap pertumbuhan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM).
3.3 Lokasi Penelitian
Dengan melihat tema/judul penelitian ini tentang dampak pembangunan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) terhadap pertumbuhan UMKM di Tanjung
Lesung, maka peneliti menunjuk tempat penelitian atau yang menjadi lokus
penelitian ini adalah UMKM di Tanjung Lesung Desa Tanjung Jaya Kecamatan
Panimbang Kabupaten Pandeglang-Banten, dan termasuk didalamya beberapa
pihak yang dapat dijadikan informan penunjang penelitian baik secara langsung
maupun tidak langsung berkontribusi dalam pembangunan Kawasan Ekonomi
Khusus maupun pengembangan UMKM, seperti BAPPEDA (Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah) Kabupaten Pandeglang, Dinas Koperasi, Perindustrian dan
Perdagangan (Diskoperindag), Dewan Administrator KEK, dan Kecamatan
Panimbang.
Page 90
3.4 Fenomena yang Diamati
3.4.1 Definisi Konsep
Definisi konseptual berfungsi untuk memberikan penjelasan tentang
konsep dari variabel yang akan diteliti menurut pendapat peneliti berdasarkan
kerangka teori yang akan digunakan. Dalam penelitian ini peneliti akan
melakukan penelitian berkaitan dengan Dampak Pembangunan Kawasan
Ekonomi Khusus terhadap Pertumbuhan UMKM di Tanjung Lesung.
Dampak (impact) adalah akibat dari suatu kegiatan misalnya kegiatan
pembangunan. Dampak kegiatan pembangunan ini muncul karena adanya pihak
yang diuntungkan dan pihak yang dirugikan, namun penilaian dampak pada
pertumbuhan UMKM hanya mengacu pada mereka yang diuntungkan.
3.4.2 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjabaran dari konsep atau variabel
penelitian dalam rincian yang terukur atau disebut juga indikator penelitian.
Biasanya menggunakan tabel matriks, indikator dan nomor pertanyaan sebagai
lampiran. Definisi operasional ini disusun dengan fokus penelitian berdasarkan
apa yang akan peneliti kaji dan temukan saat di lapangan, kemudian akan diolah
dan dikembangkan sesuai dengan data yang diperoleh menjadi satu rangkaian
informasi yang dijabarkan dalam bentuk deskriptif sehingga menjadi suatu hasil
penelitian yang paten dan dapat dipertanggung jawabkan keabsahan datanya.
Page 91
Indikator Pertumbuhan Usaha menurut Kim dan Choi (1994) dalam
Mohammad Soleh (2008:26) :
1. Peningkatan Omset Penjualan
Adalah jumlah total hasil produksi yang dapat dijual dalam sekali
bakulan atau penjualan yang dihasilkan oleh pengusaha UMKM.
Adapun omset penjualan ini dapat dihitung dengan mengalikan total
jumlah yang terjual dengan harga.
2. Pertumbuhan Tenaga Kerja
Menurut BPS, tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja 15-64
tahun yang siap melakukan pekerjaan, antara lain mereka yang sudah
bekerja, mereka yang sedang mencari pekerjaan, yang diukur dalam
satuan orang. Jumlah tenaga kerja disini adalah jumlah orang atau
pekerja yang bekerja pada UMKM tersebut.
3. Pertumbuhan Pelanggan
Pelanggan bisa disebut juga dengan konsumen. Sehingga, jumlah
pelanggan atau jumlah konsumen yang membeli produk atau
menggunakan jasa layanan dari UMKM tersebut.
Sedangkan teori Dampak Ekonomi menurut Cohen (2006) adalah:
1. Penerimaan Devisa
Devisa adalah semua barang yang dapat digunakan sebagai alat
pembayaran internasional.
2. Pendapatan Masyarakat
Pendapatan masyarakat adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh
masyarakat atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik
harian, mingguan, bulanan, ataupun tahunan.
3. Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja adalah suatu keadaan yang menggambarkan
ketersediaan pekerjaan untuk diisi oleh para pencari kerja.
4. Pendapatan Pemerintah
Pendapatan pemerintah adalah penerimaan yang bersumber dari
perpajakan, penerimaan negara bukan pajak, serta penerimaan hibah
dari dalam dan luar negeri.
3.5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data. Irawan
mengemukakan bahwa satu-satunya instrumen terpenting dalam penelitian
kualitatif adalah peneliti itu sendiri (2006:15). Hanya manusia sebagai alat sajalah
yang dapat berhubungan dengan informan atau objek lainnya, dan hanya
Page 92
manusialah yang mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan
(Moleong, 2006:9). Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus
divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang
selanjutnya terjun ke lapangan.
Berkaitan dengan hal tersebut, data-data sangat dibutuhkan oleh peneliti
yang berperan sebagai instrumen. Data dalam penelitian adalah informasi yang
harus dikumpulkan yang berkaitan dengan judul penelitian. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan
angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan penelitian kualitatif.
Peneliti kualitatif harus bersifat perspective emic artinya memperoleh data bukan
sebagaimana seharusnya, bukan berdasarkan apa yang dipikirkan oleh peneliti,
tetapi berdasarkan sebagaimana adanya di lapangan, yang dialami, dirasakan, dan
dipikirkan oleh partisipan atau sumber data.
Berikutnya data yang ingin peneliti gunakan, yakni terdiri dari data primer
dan data sekunder. Irawan (2006:5.5) menjelaskan pengertian dari kedua jenis
data tersebut sebagai berikut:
1) Data primer adalah data yang diambil langsung, tanpa perantara dari
sumbernya. Sumber ini dapat berupa benda-benda, situs, atau manusia.
2) Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari
sumbernya. Data sekunder biasanya berupa dokumen-dokumen (laporan,
karya tulis orang lain, koran, majalah).
Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari informan melalui
observasi dan wawancara. Sedangkan data sekunder, peneliti
Page 93
memperolehnya dengan menggunakan studi pustaka dan studi
dokumentasi.
3.6 Informan Penelitian
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi, ia harus mempunyai banyak
pengalaman tentang latar penelitian (Moleong, 2006:132). Penelitian kualitatif
tidak menggunakan istilah populasi, karena berangkat dari kasus tertentu yang
pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke
populasi. Namun Spridley menamakannya sebagai “social situation” atau situasi
sosial yang terdiri dari tiga elemen: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas
(activity) yang berinteraksi secara sinergis (Sugiyono, 2011:215).
Mengingat penelitian ini menggunakan metode kualitatif, maka pemilihan
informan sebagai sumber data dilakukan dengan cara purposive dan snowball.
Purposive yakni teknik penentuan informan yang dipilih dengan pertimbangan
dan tujuan tertentu. Pertimbangan tertentu ini digunakan untuk informan yang
dianggap paling tahu mengenai fokus permasalahan penelitian (key informan),
sehingga dapat memudahkan peneliti memahami situasi sosial yang diteliti.
Sementara teknik snowball merupakan teknik penentuan informan yang tadinya
berjumlah sedikit lama-lama menjadi besar, dan teknik ini dipergunakan untuk
menentukan kategori secondary informan.
Adapun key informan dalam penelitian ini adalah: Para pelaku UMKM di
Tanjung Lesung, Sedangkan yang menjadi Secondary Informan adalah Kepala
Bidang UMKM Diskoperindag Kabupaten Pandeglang, Kepala Bidang Ekonomi
Page 94
Bappeda Kabupaten Pandeglang, pihak Kecamatan Panimbang serta informan
lain yang dianggap perlu sampai dengan jenuhnya informasi (redundancy) yang
diberikan oleh informan. Dari penjelasan tersebut, peneliti mencoba
mendeskripsikannya melalui tabel berikut ini:
Tabel 3.1
Informan Penelitian
No Informan Keterangan Kode Informan
1 Pelaku UMKM
Key Informan
I1
2 Desa Tanjung Jaya
Secondary
Informan
I2
3 Kecamatan Panimbang Secondary
Informan
I3
4 Working Group UMKM
Kabupaten Pandeglang
Secondary
Informan
I4
5 Dinas Koperasi dan
UMKM Kab. Pandeglang
Secondary
Informan
I5
6 Dinas Pariwisata
Kabupaten Pandeglang
Secondary
Informan
I6
7 BAPPEDA Kabupaten
Pandeglang
Secondary
Informa
I7
8 Dewan Administrator
KEK
Secondary
Informan
I8
9 PT BWJ
Secondary
Informan
I9
10 Masyarakat Secondary
Informan
I10
11 Wisatawan Secondary
Informan
I11
(Sumber : Peneliti, 2016)
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Sebuah penelitian ilmiah dimaksudkan untuk menjawab rumusan masalah
penelitian dan perlu dibuktikan kebenarannya dengan data-data yang ada di
lapangan. Data-data tersebut dikumpulkan dengan teknik tertentu yang disebut
sebagai teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan
Page 95
dalam penelitian mengenai Dampak Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus
terhadap Pertumbuhan UMKM di Tanjung Lesung adalah dengan beberapa
teknik, di antaranya yakni:
1. Observasi
Menurut Usman (2009:52), observasi ialah pengamatan dan pencatatan
yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi
salah satu teknik pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan
penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat
dikontrol keandalan (reliabilitas) dan kesahihannya (validitasnya). Peneliti
sebagai instrumen akan menggunakan cara observasi partisipasi pasif
(passive participant observervation). Menurut Sugiyono observasi
partisipasi pasif yaitu peneliti datang ke kancah penelitian namun tidak
ikut terlibat dalam kegiatan narasumber yang diamati (Fuad, 2012:19).
2. Wawancara
Mulyana (2006:180) mengemukakan bahwa wawancara adalah:
“Bentuk komunikasi antara dua orang atau lebih, melibatkan
seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan
tertentu.”
Dalam penelitian kualitatif, wawancara yang dilakukan bersifat
tidak terstruktur mirip dengan percakapan informal.
“Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di
mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis
garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.” (Sugiyono,
2011:140).
Page 96
Wawancara tidak terstruktur juga masuk ke dalam kategori
wawancara mendalam (indepth interview) yaitu bersifat luwes, susunan
pertanyaan dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah
pada saat wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat
wawancara.
Adapun kisi-kisi wawancara tidak terstruktur pada penelitian ini
bukan berupa daftar pertanyaan, akan tetapi hanya berupa poin-poin pokok
yang akan ditanyakan pada informan dan dikembangkan pada saat
wawancara berlangsung. Hal ini dimaksudkan agar proses wawancara
berlangsung secara alami dan mendalam seperti yang diharapkan dalam
penelitian kualitatif. Poin-poin pokok tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 3.2
Pedoman Wawancara
Dimensi Subdimensi Uraian Pertanyaan Informan
Pertumbuhan
Usaha
menurut Kim
dan Choi
1994 dalam
Mohammad
Soleh
(2008:26)
1. Peningkatan Omset
Penjualan
1. Apakah jumlah
produksi UMKM
meningkat setelah ada
KEK TL?
2. Apakah semenjak ada
KEK dapat
memudahkan
pemasaran produk
UMKM?
3. Apakah volume
penjualan UMKM
meningkat setelah ada
pembangunan KEK
TL?
I1
2. Pertumbuhan Tenaga
Kerja
4. Apakah tingkat
pengangguran
berkurang setelah ada
I1
Page 97
pembangunan KEK
TL?
5. Apakah lapangan
pekerjaan tersedia
setelah ada
pembangunan KEK
TL?
6. Apakah jumlah
pegawai UMKM
meningkat setelah ada
pembangunan KEK
TL?
3. Pertumbuhan
Pelanggan
7. Apakah terjadi
peningkatan
permintaan produk
pada UMKM setelah
ada pembangunan
KEK TL?
8. Apakah jumlah
wisatawan meningkat
setelah ada
pembangunan KEK
TL?
I1
Dampak
Ekonomi
menurut
Cohen
(1984)
1. Penerimaan Devisa 9. Apakah penerimaan
devisa pemerintah
meningkat semenjak
ada KEK TL?
I6I7I8I9
2. Pendapatan
Masyarakat
10. Apakah pendapatan
masyarakat
meningkat setelah ada
KEK TL?
11. Apakah daya beli
masyarakat
meningkat setelah ada
KEK TL?
I2I3I7I8I10
3. Kesempatan Kerja 12. Apakah kesempatan
kerja terbuka setelah
ada KEK TL?
13. Apakah KEK TL
mampu mengurangi
pengangguran?
I2I3I7I8 I9I10
4. Pendapatan
Pemerintah
14. Apakah pendapatan
pajak meningkat
setelah ada KEK TL?
15. Apakah pendapatan
pemerintah dari
I7I8
Page 98
sektor pajak
meningkat setelah
ada KEK?
Sumber: Peneliti, 2017
3. Studi Pustaka
Studi pustaka yaitu teknik pengumpulan data dengan cara
memperoleh data dari karya ilmiah, media massa, buku teks, dan masih
banyak lagi untuk menambah atau mendukung informasi atau data yang
diperlukan dalam penelitian ini untuk memperkuat aspek validitas data
yang dihasilkan (Fuad, 2012:89).
4. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi yakni setiap bahan tertulis, ataupun film,
gambar, dan foto-foto yang dipersiapkan karena adanya permintaan
seorang peneliti. Kemudian studi dokumentasi dapat diartikan sebagai
teknik pengumpulan data melalui bahan-bahan tertulis yang diterbitkan
oleh lembaga-lembaga yang menjadi objek penelitian (Fuad, 2012:89).
Selanjutnya alat-alat tambahan yang digunakan dalam pengumpulan data
di penelitian ini, terdiri dari: pedoman wawancara, kamera, alat perekam,
dan buku catatan.
1. Pedoman wawancara
Berisi kisi-kisi pertanyaan yang berfungsi untuk membantu peneliti
dalam melakukan percakapan kepada sumber data.
2. Kamera
Berfungsi untuk memotret pembicaraan dengan sumber data atau
memotret hal yang berkaitan dengan kegiatan penelitian.
Page 99
3. Alat perekam
Berfungsi untuk merekam semua percakapan.
4. Buku catatan
Berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan sumber data.
3.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Menurut Mulyana (2006:84) analisis data ialah kegiatan analisis
mengkategorikan data untuk mendapatkan pola hubungan, tema, menaksirkan apa
yang bermakna, serta menyampaikan atau melaporkannya kepada orang lain yang
berminat. Analisis yang dipergunakan untuk mengolah data dalam penelitian ini
adalah analisis data kualitatif.
Menurut Bogdan & Biklen, analisis data kualitatif (1982) dalam Irawan
(2006:5.24) adalah:
“Proses mencari dan mengatur secara sistematis transkrip wawancara,
catatan di lapangan, dan bahan-bahan lain yang peneliti dapatkan, yang
kesemuanya itu peneliti kumpulkan untuk meningkatkan pemahaman
peneliti (terhadap suatu fenomena) dan membantu peneliti untuk
mempresentasikan penemuan peneliti kepada orang lain.”
Sedangkan Irawan mendefinisikan teknik analisis data kualitatif sebagai
analisis yang dilakukan terhadap data-data non angka, seperti wawancara atau
catatan laporan, buku-buku, artikel, juga termasuk non tulisan seperti foto, gambar
atau film (2006:5.19).
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Ada
berbagai macam analisis data kualitatif, salah satunya yang akan peneliti gunakan
dalam penelitian ini yakni analisis data kualitatif yang dikemukakan oleh Prasetya
Page 100
Irawan. Seperti yang terlihat digambar berikut ini:
Gambar 3.1
Siklus Teknik Analisis Data menurut Irawan
Sumber: Irawan (2006:76)
Adapun penjelasan dari proses analisis data di atas adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data mentah
Tahap perrtama yang dilakukan oleh peneliti adalah mengumpulkan data
mentah. Hal ini diperoleh melalui wawancara, observasi ke lapangan,
kajian pustaka.
2. Transkrip data
Pada tahap ini peneliti mulai merubah data yang diperoleh (baik dari hasil
rekaman saat wawancara, hasil observasi maupun cacatan lapangan yang
sebelumnya belum tersusun rapih) ke dalam bentuk tertulis.
3. Pembuatan koding
Pada tahap ketiga, peneliti membaca secara teliti transkrip data yang telah
dibuat sebelumnya, kemudian memahami secara seksama sehingga
menemukan kata kunci yang akan diberi kode. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah peneliti pada saat akan mengkategorisasikan data.
Pengumpulan
data mentah Transkip
data
Pembuatan
koding Kategorisasi
data
Penyimpulan
sementara Triangulasi data Penyimpulan
akhir
Page 101
4. Kategorisasi data
Pada tahap keempat peneliti mulai menyederhanakan data dengan
membuat kategori – kategori tertentu. Hasil koding atau temuan-temuan
fenomena yang ada dilapangan divisualisasikan ke dalam bentuk tabel
atau gambar untuk mengamati pertumbuhan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM). Hasil tabel atau gambar kemudian akan dianalisis
secara deskriptif untuk menggambarkan situasi setelah adanya
pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus.
5. Penyimpulan sementara
Pada tahap ini peneliti mengambil kesimpulan sementara dari data yang
telah dikategorikan sebelumnya.
6. Triangulasi
Triangulasi adalah proses check and recheck antara satu sumber data
dengan sumber data lainnya.
7. Penyimpulan akhir
Pada tahap terakhir, peneliti melakukan penyimpulan akhir atas hasil
penelitian. Dimana pada tahap ini peneliti dapat mengembangkan teori
baru, maupun mengembangkan teori yang sudah ada.
3.9 Teknik Uji Keabsahan Data
Data hasil penelitian kualitatif dapat dipercaya dan dapat
dipertanggungjawabkan jika menggunakan uji keabsahan data. Ada berbagai
macam kriteria untuk menguji keabsahan data, salah satunya melalui uji
kredibilitas data yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini. Namun peneliti
Page 102
hanya menggunakan uji kredibilitas yang dilakukan melalui dua teknik
pemeriksaan, yaitu triangulasi serta member check.
1. Triangulasi
Triangulasi merupakan proses check and recheck antara satu
sumber data dengan sumber data lainnya (Irawan, 2006:5.34). Sedangkan
menurut Sugiyono (2011:273) triangulasi dalam pengujian kredibilitas
diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber, dengan berbagai
cara, dan berbagai waktu, seperti yang dijelaskan berikut:
a) Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data, dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber.
b) Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data, dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda.
c) Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu untuk menguji kredibilitas data, dilakukan
melalui pengecekan data dengan waktu atau situasi yang berbeda.
Dalam penelitian ini, untuk menguji keabsahan data peneliti
akan menggunakan dua triangulasi, yakni triangulasi sumber
maupun triangulasi teknik.
Page 103
2. Member check
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh
peneliti kepada pemberi data (Sugiyono, 2011:276). Tujuannya adalah
untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa
yang diberikan oleh pemberi data.
Page 104
3.10. Jadwal Penelitian
Jadwal Penelitian berisi aktivitas yang dilakukan dan kapan akan dilakukan
(Sugiyono, 2005:148). Berikut ini merupakan jadwal penelitian Dampak
Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) terhadap Pertumbuhan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Tanjung Lesung Kabupaten
Pandeglang Provinsi Banten.
Tabel 3.2
Waktu Pelaksanaan Penelitian
No Kegiatan
Tahun 2016 Tahun 2017
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni
1. Pengajuan
Judul
2. Penyusunan
Bab 1,2,3
3. Pengumpula
n data
4. Seminar
Proposal
5. Pengolahan
Data dan
Analisis Data
6. Penyusunan
Bab 4
7. Penyusunan
Bab 5
8. Sidang
Skripsi
Sumber: Peneliti, 2017
Page 105
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1.1 Letak Geografis Kabupaten Pandeglang
Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu kabupaten di
Provinsi Banten. Secara geografis terletak antara 6º21’-7
º10’ Lintang Selatan
dan 104º48
’- 106
º11
’ Bujur Timur, memiliki luas wilayah 2.747 Km
2
(274.689,91 ha), atau sebesar 29,98 persen dari luas Provinsi Banten dengan
panjang pantai mencapai 307 km.
Batas Administrasi Kabupaten Pandeglang adalah sebelah utara
berbatasan dengan Kabupaten Serang, sebelah barat berbatasan dengan Selat
sunda, sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia dan sebelah
timur berbatasan dengan Kabupaten Lebak. Kota Pandeglang sebagai
ibukota Kabupaten terletak pada jarak 23 km dari ibukota provinsi (Serang)
dan 111 km dari Ibukota Negara (Jakarta).
4.1.1.2 Wilayah Administrasi Pemerintahan
Kabupaten Pandeglang terdiri dari 35 kecamatan dari 335
desa/kelurahan (13 kelurahan dan 322 Desa) dengan luas wilayah daerah
sebesar 2.747 kilometer persegi (km2). Kecamatan Cikeusik merupakan
kecamatan terluas di Kabupaten Pandeglang dengan luas sekitar 322.76 km2
Page 106
sedangkan kecamatan Labuan merupakan kecamatan terkecil dengan luas
sekitar 15,66 km2.
4.1.1.3 Keadaan Penduduk
Penduduk Kabupaten Pandeglang setiap tahunnnya mengalami
peningkatan. Tahun 2013, penduduk Kabupaten Pandeglang 1.181.430 jiwa.
Tahun 2015 mencapai 1.188.405 jiwa. Laju pertumbuhan 2014 sekitar 0,13
persen dan tahun 2015 mencapai 0,46 persen.
Rasio jenis kelamin tiap tahunnya selalu lebih dari 100, artinya
masih banyak penduduk laki-laki daripada perempuan. Tahun 2015
penduduk laki-laki sejumlah 607.304 jiwa dan perempuan sejumlah 581.101
jiwa. Dengan demikian rasio jenis kelamin sebesar 104,51, artinya ada
sekitar 104 jiwa penduduk laki-laki berbanding 100 jiwa penduduk
perempuan.
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Kabupaten Pandeglang
S
S
Sumber: BPS Kabupaten Pandeglang, 2016
Rata-rata jumlah anggota rumah tangga di Kabupaten Pandeglang
sekitar 4,21 jiwa per rumah tangga. Artinya ada sekitar 4 hingga 5 jiwa per
rumah tangga. Kecamatan yang memiliki rata-rata jumlah anggota rumah
tangga tertinggi ada-lah Kecamatan Majasari dengan nilai sekitar 5,1 jiwa
per rumah tangga. Berikutnya (5 terbesar) adalah Kecamatan Cimanuk (4.94
2013 2014 2015
Jumlah 1181430 1183006 1188405
Laki-laki 604040 604603 607304
Perempuan 577390 578403 581101
Page 107
jiwa), Kecamatan Kaduhejo (4,93 jiwa), Kecamatan Koroncong (4,91 jiwa),
dan Kecamatan Cadasari (4,85 jiwa). Sedangkan terendah adalah
Kecamatan Sobang dengan 3,44 jiwa per rumah tangga. Terendah
berikutnya (5 terendah) adalah Kecamatan Cimanggu (3,56 jiwa),
Kecamatan Angsana (3,61 jiwa), Kecamatan Sindangresmi (3,69 jiwa), dan
Kecamatan Cikeusik (3,7 jiwa).
Kabupaten Pandeglang merupakan wilayah yang kaya akan tempat
wisata, seperti pantai, gunung, air terjun, pulau, hingga wisata sejarah dan
religi. Potensi Pariwisata di Kabupaten Pandeglang cukup potensial untuk
menunjang pembangunan daerah melalui peningkatan PAD. Perkembangan
sektor pariwisata diantaranya dapat dilihat dari jumlah kunjungan
wisatawan ke objek wisata dan jumlah tamu yang menginap pada tempat
penyedia jasa akomodasi yang ada di Kabupaten Pandeglang.
Tabel 4.2
Data Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Pandeglang
Tahun 2010 – 2016
Tahun Wisman Wisnus Jumlah
2010 15.408 1.647.549 1.755.795
2011 13.437 2.017.223 2.030.660
2012 11.837 2.410.584 2.422.421
2013 2.625 3.001.177 3.003.802
2014 4.139 3.146.761 3.150.900
2015 4.452 3.357.779 3.362.231
Page 108
2016 126.769 5.790.587 5.903.963
Sumber: Database Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten
Pandeglang, Tahun 2017
Berdasarkan tabel 4.2 diatas bahwa terjadi peningkatan wisatawan
dari tahun 2010 hingga 2016. Untuk wisatawan mancanegara dari tahun
2010 hingga 2015 terjadi penurunan yang sangat drastis dari 15.408
menurun hingga 4.452, namun terjadi peningkatan yang sangat signifikan
pada tahun 2016 mencapai 126.769. Sedangkan untuk wisatawan nusantara
setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan walaupun tidak terlalu tinggi.
4.1.2 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) merupakan kawasan dengan batas
tertentu yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan
memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan pada kawasan yang memiliki
keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung
kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai
ekonomi tinggi dan daya saing internasional. Pembentukan KEK diharapkan akan
mampu meningkatkan investasi atau usaha yang mendorong pertumbuhan
ekonomi, yang berdampak pada peningkatan lapangan pekerjaan dan penurunan
tingkat kemiskinan. Secara nasional, tujuan yang ingin dicapai meliputi
pemerataan ekonomi, terutama dari sudut pandang pendapatan, dan daya saing
produk nasional.
Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung adalah salah satu diantara
delapan KEK yang telah ditetapkan. KEK Tanjung Lesung berlokasi di Desa
Page 109
Tanjung Jaya, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
Dengan luas kawasan 1.500 hektar, ditetapkan pada tahun 2012 melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 26 Tahun 2012 dan dinyatakan siap beroperasi pada tanggal
23 Februari 2015 oleh Presiden Republik Indonesia Bapak Jokowi Widodo.
Penunjukan Badan Pengelola oleh Bupati Pandeglang kepada PT BWJ
berdasarkan Keputusan Bupati Pandeglang No. 556/Kep.173-Huk/2012 tentang
Penetapan Badan Usaha Pembangunan dan Pengelola Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) Pariwisata Tanjung Lesung, tanggal 29 Mei 2012.
Gambar 4.1
Lokasi Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung
(Sumber : Studi Kelayakan Kawasan Ekonomi Khusus, 2011)
Luas Desa Tanjung Jaya yaitu 33,0 km2
(1 km2
= 100 Ha) yang dihuni
oleh 1.870 kepala keluarga pada tahun 2016. Penduduknya tersebar dibeberapa
kampung dengan tingkat kepadatan 133 jiwa/km2. Tingkat pertumbuhan
penduduknya adalah 2,65% per tahun. Untuk menuju Tanjung Lesung (Desa
Tanjung Jaya), ada dua rute alternatif yang dapat ditempuh dari Jakarta, yaitu,
alternatif pertama, rute jalan tol Jakarta-Merak. Lalu keluar pintu gerbang tol
Page 110
Serang Timur. Lalu mengambil arah ke Kabupaten Pandeglang-Labuan dan
berakhir di Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung. Adapun alternatif kedua,
dapat menggunakan rute tol Jakarta-Merak, lalu keluar gerbang tol Cilegon
langsung mengarah ke Anyer-Carita-Labuan dan akan tida di KEK Tanjung
Lesung. Adapun jarak tempuh menuju KEK Tanjung Lesung sepanjang ± 160 km
yang dapat ditempuh antara 3 sampai 5 jam dengan menggunakan kendaraan
pribadi.
Tabel 4.3
Informasi Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung
Akses Lokasi 170Km dari Bandara Soekarno Hatta
(Tangerang, Banten)
Zona Pengembangan Pariwisata
Rencana Investasi
Pengelola
Rp. 4,24 T
Proyeksi Investigasi
hingga 2025
Rp. 53,28 T
Dampak Ekonomi Menyerap Tenaga Kerja: 200 ribu tenaga
kerja langsung dan tidak langsung, 0,5%
terhadap PDRB Pandeglang
Kelembagaan yang telah
terbentuk
1. Dewan Kawasan
2. Sekretariat Dewan Kawasan
3. Badan Usaha Pembangun dan Pengelola
4. Kantor Administrator KEK Tanjung
Lesung
Kewenangan 1. Pelimpahan kewenangan 8 perijinan dari
Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM); Peraturan Kepala BKPM No.1
dan No.2 Tahun 2015
2. Pendelegasian kewenangan 6
perijinan/non-perijinan dari Kementerian
Perdagangan; Permendag 17/M-
DAG/PER/2/2015
3. Pendelegasian Kewenangan 20
perijinan/non-perijinan dari Pemerintah
Page 111
Provinsi Banten; Peraturan Gubernur
Banten No. 9 Tahun 2015
4. Pendelegasian Kewenangan 19
perijinan/non-perijinan dari Pemerintah
Kabupaten Pandeglang; Peraturan Bupati
No. 3 Pandeglang 2015
Dukungan Infrastruktur
Wilayah
1. Penanganan Jalan Nasional Serang –
Citeureup.
2. Peningkatan Ruas Jalan Citeureup –
Tanjung Lesung.
3. Rencana Pembangunan Bandara Umum
Banten Selatan.
4. Rencana Pembangunan Jalan Tol Serang
– Panimbang.
5. Rencana Reaktivasi Jalan Rel Kereta Api
Rangkasbitung – Labuan.
Investasi yang sudah ada 1. Tanjung Lesung Beach Hotel
2. Kalicaa Village
3. Sailing Club
4. Legon Dadap Village
5. Blue Fish
6. Beach Club
7. Aktivitas Olahraga Pantai
Sumber: Studi Kelayakan Kawasan Ekonomi Khusus, 2011
Berdasarkan tabel 4.3 informasi kawasan Ekonomi Khusus Tanjung
Lesung, KEK Tanjung Lesung merupakan zona pengembangan pariwisata dengan
rencana investasi sebesar Rp. 4,24 Triliun, dan proyeksi investigasi hingga tahun
2025 mencapai Rp. 53,28 Triliun. Dampak ekonomi KEK Tanjung Lesung ialah
mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 200.000 lebih. Untuk mempermudah
aksesibilitas ke Tanjung Lesung, maka akan dibangun infrastruktur seperti Jalan
Nasional Serang-Citeureup, peningkatan ruas jalan Citereup-Tanjung Lesung,
Bandara umum Banten Selatan, Jalan tol Serang-Panimbang, dan Reaktivasi Jalan
Rel Kereta Api Rangkasbitung-Labuan. Sampai saat ini, investasi yang sudah ada
ialah Tanjung Lesung Beach Hotel, Kalicaa Village, Sailing Club, Legon Dadap
Village, Bue Fish, Brach Club, dan aktivitas olahraga pantai.
Page 112
Berikut ini merupakan gambar mengenai fasilitas atau investasi yang telah
ada saat ini di Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung:
Gambar 4.2
Fasilitas yang Sudah Tersedia di Kawasan Tanjung Lesung
(Sumber: Studi Kelayakan Kawasan Ekonomi Khusus, 2011)
4.1.2.1 Kelembagaan KEK
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan
Ekonomi Khusus, Pasal 14 menyebutkan ada 3 (tiga) lembaga utama yang
berkaitan dengan pengembangan dan pengelolaan KEK yaitu:
1) Dewan Nasional KEK;
2) Dewan Kawasan dan Administrator; dan
3) Badan Usaha Pengelola Kawasan.
Dewan Nasional KEK terdiri atas Menteri dan LPNK, dibentuk dan
bertanggung jawab kepada Presiden. Dewan Nasional diketuai oleh
menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang perekonomian.
Page 113
Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Nasional membentuk Sekretariat
Dewan Nasional.
1. Kelembagaan KEK: Dewan Nasional
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus, pasal 17 Dewan Nasional KEK bertugas:
1) Menyusun rencana induk nasionan KEK;
2) Menetapkan kebijakan umum serta langkah strategis untuk
mempercepat pembentukan dan pengembangan KEK;
3) Menetapkan standar infrastruktur dan pelayanan minimal dalam KEK;
4) Melakukan pengkajian atas usulan suatu wilayah untuk dijadikan KEK;
5) Memberikan rekomendasi pembentukan KEK;
6) Mengkaji dan merekomendasikan langkah pengembangan diwilayah
yang potensinya belum berkembang;
7) Menyelesaikan permasalahan strategis dalam pelaksanaan, pengelolaan,
dan pengembangan KEK; dan
8) Memantau dan mengevaluasi keberlangsungan KEK serta
merekomendasikan langkah tidak lanjut hasil evaluasi kepada presiden,
termasuk mengusulkan pencabutan status KEK.
Page 114
Gambar 4.3
Struktur Dewan Organisasi Dewan Nasional Kawasan KEK
Sumber: Dewan Administrator KEK, 2016
2. Kelembagaan KEK: Dewan Kawasan
Dewan Kawasan dibentuk pada setiap provinsi yang sebagian
wilayahnya ditetapkan sebagai KEK. Dewan Kawasan diusulkan oleh
Dewan Nasional kepada Presiden untuk ditetapkan dengan Keputusan
Presiden.Dewan Kawasan bertanggung jawab kepada Dewan Nasional.
Dewan Kawasan terdiri atas ketua, yaitu gubernur, wakil ketua, yaitu
PRESIDEN
DEWAN NASIONAL
Ketua: Menko perekonomian
Anggota: Menteri-menteri dan
kepala LPNK
SEKRETARIS
DEWAN KAWASAN
Ketua: Gubernur
Wakil: Bupati/walikota
Anggota: Aparat Pemerintah
ADMINISTRATOR
BADAN USAHA
Page 115
bupati/walikota, dan anggota, yaitu unsur Pemerintah di provinsi, unsur
pemerintah provinsi, dan unsur pemerintah kabupaten/kota.
Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 Tentang
Kawasan Ekonomi Khusus Pasal 21, tugas yang dijalankan oleh Dewan
Kawasan ialah:
a. Melaksanakan kebijakan umum yang telah ditetapkan oleh Dewan
Nasional untuk mengelola dan mengembangkan KEK di wilayah
kerjanya;
b. Membentuk Administrator KEK di setiap KEK;
c. Mengawasi, mengendalikan, mengevaluasi, dan mengkoordinasikan
pelaksanaan tugas Administrator KEK dalam penyelenggaraan sistem
pelayanan terpadu satu pintu dan operasionalisasi KEK;
d. Menetapkan langkah strategis penyelesaian permasalahan dalam
pelaksanaan kegiatan KEK di wilayah kerjanya;
e. Menyampaikan laporan pengelolaan KEK kepada Dewan Nasional
setiap akhir tahun; dan
f. Menyampaikan laporan insidental dalam hal terdapat permasalahan
strategis kepada Dewan Nasional.
3. Kelembagaan KEK: Administrator
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus Pasal 42, Administrator dan
Badan Usaha pengelola adalah pengelola KEK. Administrator adalah
bagian dari Dewan Kawasan yang dibentuk untuk setiap KEK guna
membantu Dewan Kawasan dalam penyelenggaraan KEK. Menurut
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi
Khusus, pasal 23 Administrator KEK bertugas:
a. Melaksanakan pemberian izin usaha dan izin lain yang diperlukan
bagi Pelaku Usaha yang mendirikan, menjalankan, dan
mengembangkan usaha di KEK;
b. Melakukan pengawasan dan pengendalian operasionalisasi KEK; dan
c. Menyampaikan laporan operasionalisasi KEK secara berkala dan
insidental kepada Dewan Kawasan.
Page 116
Untuk pelaksanaan pemberian izin dilakukan melalui pelayanan
terpadu satu pintu. Dalam melaksanakan tugas, Administrator KEK, akan
memperoleh pendelegasian atau peleimpahan wewenang di bidang
perizinan dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan dapat
meminta penjelasan kepada Badan Usaha dan/atau Pelaku Usaha di KEK
mengenai kegiatan usahanya. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 2
Tahun 2011 Pasal 43 Administrator berwenang memberikan:
a. Arahan kepada badan pengelola KEK untuk perbaikan
operasionalisasi KEK; dan
b. Teguran kepada badan usaha pengelola KEK dalam hal terjadi
penyimpangan dalam pengoperasian KEK.
Menurut Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2010 Tentang
Dewan Kawasan Ekonomi Khusus Pasal 18-27, Administrator memiliki
karakteristik:
1) Dewan Kawasan membentuk Administrator;
2) Administrator bertanggung jawab kepada ketua Dewan Kawasan;
3) Administrator ditetapkan sebagai perangkat daerah oleh gubernur (jika
lokasi KEK lintas kabupaten/kota) dan oleh bupati/walikota (jika
lokasi Administrator KEK berada di kabupaten/kota);
4) Dipimpin oleh kepala administrator yang berasal dari PNS (dengan
eselon setara IIb) dan
5) Administrator terdiri atas:
1. Sekretariat;
2. Bidang perizinan; dan
3. Bidang pemonitoran dan pengendalian.
Page 117
Adapun struktur organisasi Kantor Administrator KEK Pariwisata
Tanjung Lesung adalah sebagai berikut:
Gambar 4.4
Struktur Organisasi Administrator KEK
Sumber: Administrator KEK Tanjung Lesung, Tahun 2016
Sementara visi dan misi Kantor Administrator Kawasan Ekonomi
Khusus Tanjung Lesung adalah sebagai berikut:
Visi:
“Terpercaya sebagai Regulator di Kawasan Ekonomi Khusus
Tanjung Lesung”
Misi:
1. Menyediakan pelayanan terpadu satu pintu di Kawasan Ekonomi
Khusus Tanjung Lesung;
2. Memantau mengendalikan, pelaporan operasionalisasi Kawasan
Ekonomi Khusus Tanjung Lesung;
Administrator
Joyce Irmawati
Sub bidang Tata Usaha
Seksi pemanfaatan dan pengendalian
Seksi perijinan
Tim Teknis Tim Teknis
Page 118
3. Mempromosikan potensi pariwisata Pandeglang.
4. Kelembagaan KEK: Badan Usaha Pengelola
Badan Usaha adalah perusahaan berbadan hukum yang berupa
Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Koperasi, Swasta,
dan usaha patungan untuk menyelenggarakan kegiatan usaha di Kawasan
Ekonomi Khusus. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 Tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, pasal 47-49, Badan Usaha
pengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) harus ditetapkan pada masa
pelaksanaan pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sebelum
dinyatakan siap beroperasi oleh Dewan Nasional. Apabila Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) adalah hasil dari usulan badan usaha, maka badan
usaha pengusul ditetapkan sebagai badan usaha pengelola Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) oleh pemerintah provinsi (jika lokasi Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) berada pada lintas wilayah Kabupaten/Kota) atau
oleh pemerintah Kabupaten/Kota (jika lokasi Kawasan Ekonomi Khusus
berada dalam satu wilayah Kabupaten/Kota).
Adapun Badan Usaha dalam Implementasi Kawasan Ekonomi
Khusus Tanjung Lesung adalah Badan Usaha Swasta yaitu PT Banten
West Java Tdc. PT Banten West Java Tourism Development merupakan
anak dari PT Jababeka Tbk yang fokus dalam pengembangan kawasan
destinasi pariwisata eksklusif Tanjung Lesung. PT Jababeka Tbk didirikan
pada tahun 1989 dan merupakan perusahaan pengembangan kawasan
Page 119
industri terbuka pertama di Indonesia, yang tercatat di Bursa Efek Jakarta
dan Surabaya sejak tahun 1994.
Visi:
“Menciptakan kota modern yang mendiri disetiap Provinsi di Indonesia dan
menyediakan Lapangan pekerjaan untuk kehidupan yang lebih baik”
Misi:
1. Berkolaborasi dengan pemerintah setempat dan mitra strategis guna
mengembangkan dan menginovasi konsep-konsep investasi yang
sejalan dengan perkembangan teknologi terkini.
2. Menyediakan sumber daya manusia dan sarana fisik infrastruktur
untuk mendukung pembangunan kota.
3. Aktif mempromosikan ekspansi grup kepada perusahaan
multinasional.
PT Jababeka saat ini mempunyai 22 anak perusahaan yang
dibentuk untuk mengelola dan menjalankan proyek estate, infrastruktur
dan sarana bisnis lainnya.
4.1.3 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Pengembangan sektor pariwista tentunya tidak akan berkembang
jika tidak didukung oleh unsur-unsur lainnya, salah satunya yaitu Usaha
Mikro Kecil Menengah (UMKM). UMKM mampu memberikan kontribusi
yang baik terhadap pengembangan sektor pariwisata.
Page 120
Tabel 4.4
Data UMKM Kabupaten Pandeglang
Tahun 2015
Sektor Jumlah Unit
Usaha
Jumlah
Tenaga Kerja
Jumlah Asset
Usaha Mikro 12.562 15.740
99.874.230.543
Usaha Kecil 701 1.346
42.890.900.900
Usaha
menengah
28 48
5.044.327.000
Jumlah 13.291
17.132
153.585.748.443
Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM, 2016
Dari tabel 4.4 di atas, bahwa potensi usaha mikro lebih banyak
jumlah unit usaha yakni sejumlah 12.562 unit usaha dengan penyerapan
tenaga kerja 15.740, sedangkan usaha kecil berjumlah 701 unit usaha
dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 1.346, dan yang terakhir usaha
menengah hanya berjumlah 28 unit usaha dengan menyerap tenaga kerja
hanya 48 tenaga kerja. Hal ini menandai masyarakat Kabupaten Pandeglang
mampu menciptakan usaha sendiri dan mandiri. Banyaknya unit usaha yang
bergerak di usaha kecil mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal
serta pemberdayaan ekonomi kerakyatan cukup stabil.
Page 121
Berikut ini merupakan data Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung, Desa
Tanjung Jaya:
Tabel 4.5
Data Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Sektor Jasa di Tanjung Lesung
No Nama Homestay
Pemilik Kelas Jumlah
Kamar
Jumlah
Tempat
Tidur
Jumlah
Pegawai
1 Fahad H.
Hamzah Non
Bintang 5 5 3
2 Kurnia Ricky Non
Bintang 5 5 3
3 Dua Putri Maesaroh Non
Bintang 4 4 2
4 Bunar Tungal
Eri Muha dyiaksa
Non Bintang
13 13 5
5 Bunar Jaya Ida Non
Bintang 4 4 4
6 Fajar Eneng Non
Bintang 4 4 3
7 Devi Putri Sarkati Non
Bintang 2 2 2
8 Khatulistiwa H.
Rahman Non
Bintang 5 5 2
9 Bachtiar Asmah Non
Bintang 3 6 2
10 Melati Janati Non
Bintang 7 7 2
11 Erlita Encun Non
Bintang 2 2 2
Page 122
12 Rendi Tini Non
Bintang 2 2 3
13 Marsel Nana Non
Bintang 2 2 1
14 Gina Anton Non
Bintang 4 4 2
15 Tasyha Umar Non
Bintang 1 2 2
16 Moviee Yanah Non
Bintang 3 3 3
17 Dewi Karate Non
Bintang 2 2 1
18 Ulfah Suhandi Non
Bintang 3 3 1
19 Evi Evi Non
Bintang 1 1 1
20 Lia Lia Non
Bintang 2 2 2
21 Amir Adel Non
Bintang 3 3 1
22 Setta Dicky Non
Bintang 4 4 3
23 Darisah Burhan Non
Bintang 2 2 2
24 Ahmad Reva Non
Bintang 2 2 2
25 Burni Reno Non
Bintang 2 2 1
26 Yanti Buma Non
Bintang 3 3 1
27 Agustina Agustina Non
Bintang 3 3 2
28 Putri Kembar
Ita Saimah
Non Bintang
5 5 2
Page 123
Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Pandeglang, 2017
Berdasarkan tabel 4.5 diatas, jumlah homestay di Tanjung Lesung
sudah berjumlah 40, peningkatan ini terjadi sejak Tanjung Lesung
dijadikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), puncak tumbuhnya homestay
ialah pada tahun 2016 (menurut Direktur Operasional PT BWJ). Semua
29 Garuda Lisna Non
Bintang 6 6 2
30 Paras Bandu Non
Bintang 6 6 3
31 Doni Mading Non
Bintang 4 4 2
32 Alfino Ambo Non
Bintang
4 4 2
33 Asse Asse Non
Bintang
5 5
2
34 Cibolang Risno Non
Bintang
5 5 1
35 Savira Saryono Non
Bintang
2 2
2
36 Irna H. Rahe Non
Bintang
5 5
2
37 Titin Titin Non
Bintang
4 4
2
38 Faris Rika
Chandara
Non
Bintang
4 4
2
39 Patir Ubeng Non
Bintang
2 2
2
40 Adam Sariah Non
Bintang
3 3
2
Page 124
Homestay di Tanjung Lesung berada pada kelas Non Bintang, karena
homestay memang ditujukan untuk wisatawan yang ingin merasakan
kedekatan dengan masyarakat.
Tabel 4.6
Data Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
di Sektor Industri Pengolahan di Tanjung Lesung
No Jenis Usaha Lokasi
1. Batik Tulis dan Cap Cikadu Kp.Cikadu, Ds. Tanjungjaya
2. Miniatur Patung Badak,
Kerajinan Mancung, Kerajinan
Bingkai Bambu
Kp. Cikadu. Kp. Muncang
Ds. Tanjungjaya
3. Keripik Pisang, Sukun, dan
Singkong
Kp.Cikadu, Ds. Tanjungjaya
4. Kerajinan Tas Daun Gobang,
Injuk, Hateup, Dinding Bilik
Kp.Cikadu. Ds. Tanjungjaya
Sumber: PT BWJ, 2017
Tabel 4.6 menunjukkan data UMKM di sektor industri pengolahan.
Jumlahnya memang tidak sebanyak jumlah UMKM disektor jasa, namun
sudah cukup untuk persediaan oleh-oleh asli Tanjung Lesung. Lokasi
semua UMKM tersebut berada di Kp. Cikadu. Desa Tanjung Jaya atau
lebih dikenal dengan sebutan Cikadu Culture Park.
Page 125
Tabel 4.7
Data Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Sektor Perdagangan di Tanjung Lesung
No Jenis Usaha Kapasitas Tamu
1. Rumah Makan Pondok Mutiara
Ibu
100 tamu
2. Rumah Makan Pondok Makan
Nelayan
150 tamu
3. Rumah Makan Sari Jaya 100 tamu
4. Rumah Makan Entin 200 tamu
5. Badak Pondok Makan 50 tamu
Sumber: Desa Tanjung Jaya, 2016
Tabel 4.7 merupakan data UMKM disektor perdagangan yaitu
Rumah Makan yang berjumlah 5 (lima). Berdasarkan data tersebut,
kapasitas tamu dirumah makan tersebut mampu menampung berkisar
antara 100-200 tamu. Walaupun kapasitasnya belum terlalu besar, namun
sejauh ini sudah mampu melayani para wisatawan di bidang perdagangan.
4.2 Deskripsi Data
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data penelitian merupakan penjelasan mengenai hasil penelitian
yang telah diolah dari data mentah, dengan menggunakan teknik analisis data
yang relevan. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif yang menghasilkan data baik berupa kata-kata maupun
tindakan. Data kualitatif diperoleh melalui observasi, wawancara mendalam,
kajian pustaka serta studi dokumentasi yang sesuai dengan fokus penelitian. Data-
Page 126
data kualitatif tersebut dianalisis saat sebelum memasuki lapangan, selama di
lapangan dan setelah selesai di lapangan.
Berikutnya untuk mempertajam analisis data, peneliti menggunakan
dimensi penilaian yang mengacu pada teori pertumbuhan usaha dan dampak
ekonomi. Pertumbuhan usaha mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Kim
dan Choi (1994), diantaranya yaitu: Peningkatan Omset Penjualan, Pertumbuhan
Tenaga Kerja, dan Pertumbuhan Pelanggan. Sedangkan dampak ekonomi
mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Cohen (2006), diantaranya yaitu:
Penerimaan Devisa, Pendapatan Masyarakat, Kesempatan Kerja, dan Pendapatan
Pemerintah.
Dalam menganalisis data kualitatif, peneliti menggunakan teknik analisa
yang dikemukakan oleh Prasetya Irawan. Tujuannya untuk meningkatkan
pemahaman peneliti serta membantu mempresentasikannya kepada orang lain.
Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya yaitu pada bab 3 (metodologi
penelitian), Irawan menjelaskan ada beberapa langkah penting yang perlu
dilakukan dalam menganalisis data, di antaranya pengumpulan data mentah,
transkrip data, pembuatan koding, katagorisasi data, penyimpulan sementara,
triangulasi dan penyimpulan akhir.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan data mentah baik
melalui wawancara, observasi lapangan, kajian pustaka serta studi dokumentasi,
tanpa adanya intervensi dari pikiran peneliti atau dengan kata lain data yang
bersifat apa adanya (verbatim). Langkah ke dua yaitu transkrip data dengan cara
Page 127
merubah catatan penelitian ke bentuk tertulis. Kemudian pembuatan koding yaitu
membaca ulang seluruh data yang sudah ditranskrip, yang bertujuan untuk
menemukan hal-hal penting atau kata kunci dan selanjutnya diberikan kode.
Adapun dalam menyusun jawaban penelitian, peneliti memberikan
beberapa kode sebagai berikut:
1. Kode Q menunjukkan item pertanyaan
2. Kode A menunjukkan item jawaban
3. Kode I1.1 - I1.4 menunjukkan informan dari pihak pelaku usaha di Tanjung
Lesung Desa Tanjung Jaya.
4. Kode I2 menunjukkan informan dari pihak Working Group UMKM
Kabupaten Pandeglang.
5. Kode I3 menunjukkan informan dari pihak Kantor Desa Tanjung Jaya.
6. Kode I4 menunjukkan informan dari pihak Kantor Kecamatan Panimbang.
7. Kode I5 menunjukkan informan dari pihak Dewan Administrator KEK.
8. Kode I6 menunjukkan informan dari pihak PT BWJ.
9. Kode I7 menunjukkan informan dari pihak Bidang UMKM Dinas Koperasi
dan UMKM Kabupatem Pandeglang.
10. Kode I8 menunjukkan informan dari pihak Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Pandeglang.
11. Kode I9 menunjukan informan dari pihak Dinas Pariwisata, Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Pandeglang.
12. Kode I10-1 – I10-2 menunjukkan informan dari pihak masyarakat sekitar
Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung
Page 128
13. Kode I11.1 – I11.2 menunjukkan informan dari pihak wisatawan yang datang
ke KEK Tanjung Lesung.
Setelah itu adalah kategorisasi data, peneliti mulai menyederhanakan data
dan mengikat kata-kata kunci dalam satu besaran yang disebut kategori.
Kemudian peneliti dapat mengambil kesimpulan walaupun masih bersifat
sementara, sampai pada langkah berikutnya peneliti melakukan proses check and
recheck (triangulasi) antara sumber data yang satu dengan sumber data lainnya.
Langkah terakhir adalah penyimpulan akhir, dengan catatan bahwa data penelitian
tersebut sudah jenuh (saturated) dan setiap penambahan data baru hanya akan
memunculkan ketumpangtindihan (redundant).
Penelitian ini mengacu pada metode penelitian kualitatif yang sangat
identik dengan wawancara mendalam. Implikasi dari wawancara mendalam yaitu
banyaknya informasi yang diperoleh, karena wawancara yang berkembang selama
proses observasi. Dengan banyaknya informasi yang didapat, maka peneliti
mengambil garis besar permasalahan yang relevan dengan kajian teori
implementasi menurut Metter dan Horn (1975).
4.2.2 Data Informan Peneliti
Dalam penelitian ini yang berjudul “Dampak Pembangunan Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) terhadap Pertumbuhan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) di Tanjung Lesung Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten”,
peneliti melibatkan informan-informan yang dipilih terkait dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti. Peneliti mengklasifikasikan informan kedalam dua jenis
yaitu key informan dan secondary informan, dimana key informan atau informan
Page 129
kunci peneliti pilih dari semua pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) yang ada di sekitar Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung.
Dalam penelitian ini key informan diharapkan dapat menjawab indikator
mengenai pertumbuhan usaha. Sedangkan secondary informan atau informan
pembantu peneliti melibatkan Pihak Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Panimbang,
Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Pandeglang, Dinas Pariwisata Pemuda
dan Olahraga Kabupaten Pandeglang, Badan Perencanaan dan Pembangunan
Daerah Kabupaten Pandeglang, Dewan Administrator KEK, dan Working Group
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Kabupaten Pandeglang, dan PT BWJ.
Adapun informan-informan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.8
Informan Penelitian
No Informan Kode
Informan
Status Informan
1 Nama I1.1 Pengurus Penginapan
Kampoeng Nelayan
2 Syarif Gunawan I1.2 Pemilik Setya Homestay
4 Agus Ni’am Milah I1.3 Pengurus Batik Cikadu
5 Cecep I1.5 Pemilik Rumah Makan
6 Asep I2.1 Sekretaris Desa Tanjung
Jaya
7 Drs. Suaedi Kurdiatna M.Si I3.1 Camat Panimbang
8 H. Aang Ansori I4.1 Wakil Ketua Working
Group UMKM
Page 130
Kabupaten Pandeglang
9 Kusaeri I5.1 Kabid UMKM Dinas
Koperasi dan UMKM
Kabupaten Pandeglang
10 Enik Rahmawati S.Ip I6.1 Kasi Pengelolaan Data
Pariwisata Kabupaten
Pandeglang
11 Abdul Azis S.Ip I7.1 Kepala Sub Bidang
Pengembangan Sumber
Daya Buatan Bappeda
Kabupaten Pandeglang
12 Joice Irmawati I8.1 Administrator KEK
13 Kunto I9.1 Direktur Operasional PT
BWJ
14 Hendra I10.1 Masyarakat
15 Kusniah I10.2 Masyarakat
16 Faiz I11.1 Wisatawan
17 Neni I11.2 Wisatawan
Sumber: Peneliti, 2017
4.3 Penyajian Data
Penyajian data ini merupakan hasil deskriptif dan fakta yang peneliti
temukan dilapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti gunakan yaitu
menggunakan teori Pertumbuhan Usaha menurut Kim dan Choi (1994) dalam
Mohammad Soleh (2008:25) dan teori Dampak Ekonomi menurut Cohen (2006).
Dimana dalam teori ini memberikan tolak ukur atas komponen-komponen penting
yang harus dipertimbangkan dalam mengukur pertumbuhan usaha dan dampak
ekonomi secara makro dari ditetapkannya Tanjung Lesung sebagai Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK).
Page 131
Kawasan Ekonomi Khusus dikembangkan melalui penyiapan kawasan
yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk
menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang
memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional. Dimana Kawasan
ekonomi khusus terdiri dari beberapa zona; yakni Pengelolahan ekspor; Logistik,
Industri, Pengembangan teknologi, Pariwisata, Energi, dan Ekonomi lain. Di
dalam KEK dapat dibangun fasilitas pendukung dan perumahan bagi pekerja,
dalam setiap KEK juga disediakan lokasi untuk Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM), dan koperasi, baik sebagai pelaku usaha maupun sebagai pendukung
kegiatan perusahaan yang berada di dalam KEK.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa gambaran
umum UMKM yang ada diKabupaten Pandeglang khususnya di Tanjung Lesung,
saat ini masih belum berkembang. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang
disampaikan oleh I4.1 adalah sebagai berikut:
“Masih jauh, jauh daripada pantas. Tapi kami tidak pesimis yah. Artinya
untuk kita mensejajarkan dengan wilayah lain itu masih jauh, tetapi kami
berusaha maksimal, akan mencurahkan kemampuan kami. Artinya kami
mau meyetarakan dengan daerah-daerah lain, tapi itu pun jika para pihak
kepentingan mau bersinergi dengan kami, pasti itu akan lebih cepat
prosesnya. Kaya dinas terkait gitu, lembaga akademisi juga ayo kita
bareng-bareng agar lebih mudah. Tapi kalau boleh jujur pandeglang saat
ini jauh tertinggal.” (Wawancara, di Gerai WG UMKM Kabupaten
Pandeglang, tanggal 5 Mei 2017 pukul 13.49)
Pernyataan tersebut dilengkapi oleh I5.1 sebagai berikut:
“Kalau gambarannya sebenarnya sudah jalan sudah ada tapi masih belum
digarap secara profesional. Kalau profesionalkan artinya manajemen
pengelolaannya, manajemen keuangannya, manajemen pemasarannya
Page 132
sudah profesional. Yang saya datangi ke KEK itu masih belum dijadikan
profesi, jadi masih sampingan. Nah kalo masih sampingan kan gimana mau
berkembangnya kan, jadi masih belum bicara “saya ini profesinya
pekerjaan ini”. Yang namanya profesi kan harusnya menghasilkan
keuntungan kan. Tapi kemarin saya datangi ibu-ibu katanya “ya daripada
nganggur lah”, jadi intinya masih belum profesional, masih belum
dijadikan suatu profesi.” (Wawancara di Kantor Dinas Koperasi dan
UMKM, 10 Mei 2017 pukul 11.31)
Berdasarkan pernyataan yang telah disampaikan oleh I4.1 dan I5.1 keadaan
UMKM di Kabupaten Pandeglang khususnya di Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) Tanjung Lesung masih jauh tertinggal. Saat ini pelaku UMKM masih
belum menjadikan usahanya sebagai pekerjaan tetap, menurut mereka menjadi
pelaku usaha hanya sebagai sampingan dikala waktu kosong mereka. Mereka
belum fokus terhadap usahanya, sehingga menjadikan usaha mereka tidak diatur
secara profesional atau manajemen yang baik. Selain itu, tidak berkembangnya
UMKM juga dikarenakan kurang bersinerginya antara para pelaku UMKM
dengan birokrasi, sehingga para pelaku UMKM merasa kurang diberikan
perhatian oleh instansi terkait. Hal ini seusai dengan pernyataan yang disampaikan
oleh I4.1 adalah sebagai berikut:
“Ya sebenarnya kita hanya butuh dorongan dari birokrasi, tapi itu ga ada.
Kenapa saya selama 8 tahun selalu berbenturan dengan pihak birokrasi,
ya semua orang di Dinas pasti tau lah sama saya kalu saya itu orang yang
rese, orang tukang protes, saya sadar, tapi dibalik itu kan saya punya
tujuan, membangun. Intinya bukan membangun tapi mau bersinergi
antara pelaku usaha dengan birokrasi. Itu intinya. Tapi kenapa birokrasi
di kita itu selalu ada aja alasan, paling sering adalah alasan tentang
anggaran. Padahal kan bukan itu. Pada dasarnya kami pelaku usaha tidak
hanya membutuhkan modal, modal itu nomor sekian, yang paling kami
butuhkan adalah motivasi. Dorongan, ayo mau gimana nih masyarakat
nih dengan potensi lokal yang sangat luar biasa. Mestinya kaya gitu, tapi
alhamdulillah beberapa minggu ini birokrasi mulai terasa. Kalau dibilang
180˚. Sebelumnya kan selama ini kita selalu dijadikan obyek gitu, sekali-
Page 133
sekali dong jadikan kami subyek.” (Wawancara, di Gerai WG UMKM
Kabupaten Pandeglang, tanggal 5 Mei 2017 pukul 13.49)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 tahun 2009 tentang Kawasan
Ekonomi Khusus Pasal 3 menjelaskan bahwa didalam Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) harus disediaan lokasi untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM),
baik sebagai pelaku usaha maupun sebagai pendukung kegiatan yang berada
didalam KEK. Namun berdasarkan obeservasi peneliti, sampai saat ini belum ada
ruang khusus yang bisa digunakan untuk para UMKM. Hal ini sesuai dengan
pernyataan yang disampaikan oleh I4.1, yakni sebagai berikut:
“Oh gini jadi itu kan hanya sebatas wacana sementara, jadi ke depan
tujuan pemerintah kabupaten Pandeglang akan menjadikan wilayah selatan
itu jadi Kawasan Ekonomi Khusus. Yang saya katakan tadi, tidak akan
pernah terwujud suatu kawasan jika tidak ditopang oleh unsur-unsur lain,
termasuk dari pelaku usaha. Selama ini belum jalan, apa yang beda? Gerai
aja belum ada. Jadi hanya wacana. Tapi kita harus siap, dan kita harus
mendukung program itu. Dan yang namanya pemerintah sudah membuat
program, ya tentunya kan harus dijalankan. Dan kalaupun tidak, kan
kasihan para pelaku usaha. Jadi itu hanya konsep, hanya wacana. Kalau
boleh jujur yah, untuk saat ini itu belum. Tapi dalam hal ini Bupati
menekankan pada semua dinas untuk berpacu dan bersinergi
mengembangkan program Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung.”
(Wawancara, di Gerai WG UMKM Kabupaten Pandeglang, tanggal 5 Mei
2017 pukul 13.49)
Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan yang disampaikan oleh
I5.1, yakni sebagai berikut:
“Nah kan yang kita harapkan begini seharusnya ada PLUT yah,
dipandeglang itu belum ada. PLUT itu Pelayanan Usaha Terpadu disana
itu ada pelatihannya, pemasarannya, kemasannya untuk pertemuan
dengan para pelaku usaha. Tapi sementara ini kan gerai gitu belum ada
kan, tapi untuk solusi pemasaran saya sih kepinginnya terobosannya
setiap hotel memiliki gerai gitu. Ya ruangan sekitar 2x2 meter nah itu diisi
Page 134
dari kerajinan dari tempat itu ya kalau bisa mah gratis tempatnya tapi
hotel juga bisa menikmati keuntungannya gitu kan. Itu terobosan
pemasaran.” (Wawancara, di kantor Dinas Koperasi dan UMKM
Kabupaten Pandeglang, tanggal 10 Mei 2017 pukul 11.31)
Pernyataan tersebut juga didukung dengan pernyataan yang disampaikan
oleh I8.1, yakni sebagai berikut:
“Iya betul, berdasarkan masterplan yang lama itu akan diposisikan di
Public Beach. Public beach itu didekat pintu utama yang memang dibuka
untuk umum. Disana juga akan ada macam-macam kuliner, handycraft, ya
pokonya UMKM. Namun kemarin sesuai dengan perkembangan investasi
yah, dinamika investasi, kalau berbicara tentang investasi ya itu berarti
terserah investornya yah, kita boleh punya masterplan tapi kemudian
investor maunya ada perubahan di masterplan.” (Wawancara, di Kantor
Administrator KEK, 15 Mei 2017 pukul 11.04)
Berdasarkan pernyataan yang telah disampaikan oleh I4.1, I5.1, dan I8.1
bahwa didalam masterplan KEK memang memberikan ruang khusus untuk
UMKM, namun sampai saat ini belum tersedia, sehingga para UMKM masih sulit
untuk memasarkan produknya. Belum dibentuknya ruang khusus untuk UMKM
disinyalir karena adanya perubahan masterplan atas keinginan para investor.
4.3.1 Pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Pertumbuhan pada dasarnya mencerminkan produktivitas usaha dan
merupakan suatu harapan yang diinginkan oleh pemilik usaha dan pemilik modal.
Pertumbuhan usaha menjadi orientasi dalam melakukan kegiatan wirausaha.
Karena pertumbuhan usaha merupakan salah satu indikator dalam perkembangan
UMKM (Susilo, 2007). Tolak ukur pertumbuhan usaha menurut Kim dan Choi
(1994) dalam Mohammad Soleh (2008:26) dilihat dari peningkatan omzet
penjualan, pertumbuhan tenaga kerja, dan pertumbuhan pelanggan.
Page 135
4.3.1.1 Omzet Penjualan
Kata Omzet penjualan adalah jumlah penghasilan atau laba yang diperoleh
dari hasil menjual barang atau jasa. Jadi omzet Penjualan merupakan jumlah total
hasil produksi yang dapat dijual dalam sekali bakulan atau penjualan yang
dihasilkan oleh pengusaha UMKM. Adapun omset penjualan ini dapat dihitung
dengan mengalikan total jumlah yang terjual dengan harga. Dengan dijadikannya
Tanjung Lesung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) maka diharapkan
dapat meningkatkan omzet penjualan bagi para pelaku Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) di Tanjung Lesung. Peningkatan omzet penjualan para
pelaku UMKM di Tanjung Lesung sebagaimana telah disampaikan oleh I1.1 adalah
sebagai berikut:
“Peningkatan laba atau omzet yah, hmm ibaratnya gini dulu itu cuma
20% sekarang sampai 90%, luar biasa. Karena mungkin kalau mau
peningkatannya lebih bagus lagi itu harus dibenarkan dulu akses
jalannya. Soalnya tamu-tamu saya suka pada ngeluh kalau jalannya itu
rusak, apalagi kalau malem-malem dateng duh katanya gelap sekali”
(Wawancara, di Hotel Kharisma saat acara Bimtek Homestay, tanggal 11
April 2017 pukul 12.27)
Berdasarkan wawancara dengan informan I1.1 maka dapat disimpulkan
bahwa semenjak ada Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung tamu yang
datang untuk menginap dihomestay itu terjadi peningkatan. Bahkan tidak
tanggung-tanggung peningkatan omzet penjualannya mencapai 70%. Karena
sebelum ada KEK omzet yang didapatkan hanya sekitar 20%, namun setelah ada
KEK omzet penjualannya menjadi 90%. Hal serupa juga senada dengan apa yang
disampaikan oleh I1.2, yakni sebagai berikut:
Page 136
“Laba meningkat lah, ya sekitar 30% lah, pokonya setiap tahun meningkat
lah. Nanti tamu saya aja tuh 80 orang tuh akhir bulan ini dia udah
booking. Peningkatan mah ada setiap tahun setiap bulan juga ada.”
(Wawancara, di Hotel Kharisma saat acara Bimtek Homestay, tanggal 11
April 2017 pukul 13.13)
Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan yang disampaikan oleh
I.4, yakni sebagai berikut:
“Omzet penjualan itu pasti meningkatlah, kan sekarang yang dateng
bukan cuma wisatawan lokal, tapi asing juga udah banyak. (Wawancara,
di Pondok Makan Nelayan, tanggal 18 Mei 12.23)
Dari hasil wawancara dengan I1.1, I1.2. dan I1.4 bahwa para pemilik
Homestay dan Rumah Makan merasakan semenjak adanya Kawasan Ekonomi
Khusus Tanjung Lesung tamu yang datang untuk menginap dihomestay dan
makan di Rumah Makan mereka itu terjadi peningkatan setiap tahun bahkan
setiap bulannya. Hal ini tentunya membuat omzet penjualan mereka pun
meningkat. Namun hal tersebut tidak berbanding lurus dengan apa yang dirasakan
oleh pelaku UMKM Batik Cikadu Tanjung Lesung, seperti hasil wawancara
dengan I1.3 sebagai berikut:
“Bahkan sekarang pemesanan itu waiting list, jadi jumlah pesanan lebih
banyak dari jumlah produksi. Karena tenaga, jadi kan dampaknya kan
ketika pesanan banyak kapasitas produksi nya kurang, maksudnya tenaga
kerjanya kurang, jadi kan harus nunggu pesanan gitu. Karena
karyawannya dikit, karena kita mempertahankan tradisional, kalau pakai
printing kan lebih cepat, karena kita dikerjakannya manual tradisional
jadinya makan waktu. Namun kalau boleh jujur sebenarnya penjualan
lebih banyak itu diluar bukan dari KEKnya, jadi kalau penjualan itu lebih
banyak keluar kalau di Tanjung Lesungnya itu kurang.” (Wawancara di
Gallery Batik Cikadu Tanjung Lesung, tanggal 23 Maret pukul 13.49)
Berdasarkan wawancara dengan I1.3 bahwa penjualan mereka memang
meningkat, namun peningkatan tersebut bukan karena adanya KEK Tanjung
Lesung. Karena penjualan di KEK Tanjung Lesung itu masih kurang, karena
Page 137
sulitnya pemasaran. Peningkatan penjuala tersebut meningkat justru lebih banyak
keluar, karena penjualan juga dilakukan diluar KEK Tanjung Lesung.
4.3.1.2 Pertumbuhan Tenaga Kerja
Menurut BPS, tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja 15-64 tahun
yang siap melakukan pekerjaan, antara lain mereka yang sudah bekerja, mereka
yang sedang mencari pekerjaan, yang diukur dalam satuan orang. Jumlah tenaga
kerja disini adalah jumlah orang atau pekerja yang bekerja pada UMKM tersebut.
Mengenai peningkatan tenaga kerja para pelaku UMKM di Tanjung Lesung
sebagaimana telah disampaikan oleh I1.2 adalah sebagai berikut:
“Tenaga kerja saya ada 2, asli orang sini gampang orang lain lah. Paling
nyapu, tukang ganti sprei, ya tukang suruh-suruh lah. Kalau misalkan lagi
ramai tamu ya pokonya mereka standbye, pemuda-pemuda disini. Kan
tamu suka minta dibakarin ikan, atau dianterin kemana gitu kan
tamunya.”(Wawancara, di Hotel Kharisma saat acara Bimtek Homestay,
tanggal 11 April 2017 pukul 13.13)
Pernyataan tersebut tidak jauh berbeda dengan apa yang disampaikan oleh
I1.3 adalah sebagai berikut:
Kalau disini gak tetap, soalnya freelance sih. Kalau pegawai tetapnya
cuma 5 orang, pegawai sekaligus instruktur. Kalau yang freelancenya bisa
mencapai lebih dari 25 orang. (Wawancara di Gallery Batik Cikadu
Tanjung Lesung, tanggal 23 Maret pukul 13.49)
Berdasarkan kedua wawancara dengan I1.2 dan I1.3 tersebut bahwa jumlah
pegawai tetap mereka tidak ada penambahan atau peningkatan jumlah karyawan,
dikarenakan karyawan mereka masih mampu menangani pelanggan yang datang,
hanya saja jika pelanggan sedang meningkat seperti di hari libur maka mereka
memakai jasa warga sekitar yang sedang tidak bekerja, dan dijadikan pegawai
freelance. Seperti misalnya pelanggan yang datang membutuhkan tour guide,
Page 138
maka masyarakat sekitar lah yang mengantar. Selain itu jika permintaan batik
sedang meningkat, maka ibu-ibu disekitar Batik Cikadu lah yang menjadi pegawai
freelance.
Namun pendapat berbeda justru diungkapkan oleh I1.4 yakni sebagai
berikut:
“Kalau dulu bahkan kita ga pakai karyawan, kalau sekarang kita udah
mulai tambah-tambah yah seperti itu. Sekarang karyawan udah ada 7,
kalau dulu Cuma kita-kita aja keluarga. Nah sekarang memang butuh
karyawan, karena memang penanganannya harus lebih baik gitu.”
(Wawancara, di Pondok Makan Nelayan, tanggal 18 Mei 12.23)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1.2, I1.3, dan I1.4 dapat diambil
kesimpulan bahwa peningkatan jumlah tenaga kerja hanya dirasakan oleh pelaku
UMKM di bidang Rumah Makan, karena karyawan di rumah makan selalu
bertambah. Sedangkan untuk bidang Homestay belum ada peningkatan pegawai,
Hal ini karena banyaknya wisatawan domestik yang datang ke Tanjung Lesung
tapi tidak menginap, namun mereka sebagian besar pasti makan di Rumah Makan
sekitar Tanjung Lesung. Jika untuk pelaku usaha Batik Cikadu, walaupun pegawai
tetapnya hanya 5 orang, namun banyak ibu-ibu yang dijadikan pegawai paruh
waktu, dan saat ini sudah mencapai 25 orang.
4.3.1.3 Pertumbuhan Pelanggan
Pelanggan bisa disebut juga dengan konsumen. Pelanggan atau konsumen
adalah orang yang menjadi pembeli atau pengguna produk yang telah dibuat oleh
pelaku usaha. Pertumbuhan pelanggan dimaksudkan untuk peningkatan jumlah
pelanggan atau jumlah konsumen yang membeli produk atau menggunakan jasa
Page 139
layanan dari UMKM tersebut. Pertumbuhan pelanggan para pelaku UMKM di
Tanjung Lesung telah disampaikan oleh I1.1 adalah sebagai berikut:
“Sekarang luar biasa, weekend penuh, kalau hari biasa homestay 5 atau 7
kamar, sedangkan cottage bisa 2 atau 3 rumah. Sekarang aja cottage ada
yang ngisi 4 rumah, ngambilnya 3 malem itu dari Bandung mereka sedang
ada kegiatan. Bahkan ada tamu saya yang sudah sering sekali menginap
di homestay saya, katanya kalau ke Tanjung Lesung ya harus meningap
disini”(Wawancara, di Hotel Kharisma saat acara Bimtek Homestay,
tanggal 11 April 2017 pukul 12.27)
Hal serupa juga disampaikan oleh I1.2 sebagai berikut:
“Tidak bisa diperdiksi, karena kadang-kadang tengah malem datang
tamu. Jadi tidak bisa diduga gitu. Kalau weekend mah waduuhh full,
semua full mbak. Ya pokonya semenjak ada KEK sewa kamar meningkat
lah.” (Wawancara, di Hotel Kharisma saat acara Bimtek Homestay,
tanggal 11 April 2017 pukul 13.13)
Berdasarkan wawancara dengan I1.1 dan I1.2 bahwa pelanggan atau
konsumen yang menggunakan jasa homestay saat ini meningkat. Hal ini
dikarenakan dijadikannya Tanjung Lesung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus.
Bahkan yang datang bukan hanya sekali, melainkan sudah menjadi pelanggan
setia mereka.
Pernyataan kedua informan tersebut juga didukung oleh I1.4 yaitu sebagai
berikut:
“Yaa dampaknya lumayan lah, kalau dulu kan kebanyakan lokal yah dari
jakarta gitu. Kalau sekarang alhamdulillah banyak dari luar kaya dari
Korea gitu yah. Orang asing juga udah mulai masuk kesini.”(
(Wawancara, di Pondok Makan Nelayan, tanggal 18 Mei 12.23)
Berdasarkan pernyataan I1.4 bahwa saat ini yang menjadi pelanggannya
bukan lagi hanya wisatawan domestik, seperti sekitar Jakarta dan Jawa Barat.
Page 140
Melainkan saat ini pelanggannya sudah mulai dari wisatawan mancanegara, salah
satunya ialah wisatawan dari Korea.
Hal berbeda diungkapkan oleh I1.3 yang merasa bahwa pemasaran di
Tanjung Lesung masih sulit, sehingga pelanggan meningkat bukan karena
Tanjung Lesung yaitu sebagai berikut:
“Meningkat sekarang, peningkatannya drastis. Apalagi semenjak ada SK
dari Bupati, SK tentang para pegawai itu kan diwajibkan mengenakan
batik Cikadu. Jadi otomatis itu pesanan dari Dinas banyak banget. Sampe
ada waiting listnya.” (Wawancara di Gallery Batik Cikadu Tanjung
Lesung, tanggal 23 Maret pukul 13.49)
Berdasarkan pernyataan dari I1.3 bahwa KEK Tanjung Lesung belum
memberikan dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan pelanggan, karena
masih sulitnya memasarkan barang jualan, dikarenakannya belum ada ruang
khusus di KEK Tanjung Lesung untuk para pelaku UMKM di bidang barang atau
kerajinan. Pelanggan batik cikadu memang meningkat, namun peningkatan
tersebut dikarenakan keluarnya SK Bupati yang mewajibkan para pegawai di
instansi pemerintahan Kabupaten Pandeglang setiap hari rabu dan kamis untuk
memakai batik cikadu. Sehingga yang menjadi pelanggan batik cikadu ialah para
pegawai instansi pemerintah Kabupaten Pandeglang.
4.3.2 Dampak Ekonomi
Adanya kegiatan Kawasan Ekonomi Khusus zona pariwisata Tanjung
Lesung akan menimbulkan dampak terhadap masyarakat sekitar. Dampak yang
muncul dari Kawasan Ekonomi Khusus zona pariwisata mempunyai keterkaitan
ekonomi yang sangat erat dengan banyak sektor atau yang dikenal dengan istilah
Page 141
multiplier effect. Dampak ekonomi yang ditimbulkan dari Kawasan Ekonomi
Khusus Tanjung Lesung pada dasarnya dilihat dari penerimaan devisa,
pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, dan pendapatan pemerintah.
4.3.2.1 Penerimaan Devisa
Devisa adalah semua benda yang bisa digunakan untuk transaksi
pembayaran dengan luar negeri yang diterima dan dan diakui luas oleh dunia
Internasional. Yang biasanya banyak dijadikan devisa saat ini adalah dollar
Amerika (USD). Ada 2 jenis devisa yaitu yang pertama, Devisa Umum yang
berarti devisa yang didapat dari kegiatan ekspor penjualan jasa serta bunga modal.
Yang kedua devisa kredit, yakni devisa yang diperoleh dari kredit pinjaman luar
negeri.
Sumber-sumber devisa ialah pinjaman luar negeri, hadiah atau bantuan
dari luar negeri, penerimaan deviden serta bunga dari luar negeri, hasil eskpor
barang dan jasa, kiriman valuta asing dari luar negeri, dan wisatawan yang belanja
didalam negeri. Karena KEK Tanjung Lesung merupakan zona pariwisata, maka
peningkatan jumlah wisatawan asing mampu meningkatkan penerimaan devisa
seperti wawancara dengan I7.1 adalah sebagai berikut:
“Mancanegara ada peningkatan, tapi tidak terlalu dominan, yang
dominasi lebih besar masih wisatawan nusantara.” (Wawancara di
Kantor Bappeda Kabupaten Pandeglang, tanggal 5 Mei 2017 pukul
09.23)
Hal serupa dengan yang disampaikan oleh I7.1 hal tersebut juga
dipaparkan oleh I8.1 sebagai berikut :
Page 142
“Kalau wisatawan mancanegara itu yang kedeteksi oleh kami itu adalah
yang didalem kawasan. Dalem kawasan itu jumlah wisatawan sudah
terjadi peningkatan. Ini akumulasi yah sudah ada 800.000-an di dalem
kawasan, jadi yang ga bisa kedeteksi sama kita itu yang diluar kawasan,
karena itu bukan wewenang kita. Kalau presentasinya itu sekitar 3-5%.
Itu ekspatriat yah, wisatawan asing dalam definisi yang lebih luas.”
(Wawancara, di Kantor Administrator KEK, tanggal 15 Mei 2017 pukul
11.04)
Berdasarkan wawancara dengan I7.1 dan I8.1 bahwa wisatawan
mancanegara yang ke Tanjung Lesung sudah mulai berdatangan, hanya saja
belum banyak dan masih di dominasi oleh wisatawan domestik. Berdasarkan data
jika di presentasikan peningkatannya hanya sekitar 3-5%. Dan saat ini wisatawan
mancanegara hanya menginap sekitar satu atau dua malam.
Hal serupa juga disampaikan oleh I1.5 adalah sebagai berikut:
“Kalau dulu kan kebanyakan lokal yah dari jakarta gitu. Kalau sekarang
alhamdulillah banyak dari luar kaya dari Korea gitu yah. Orang asing
juga udah mulai masuk kesini.” (Wawancara, di Pondok Makan
Nelayan, tanggal 18 Mei pukul 12.23)
Berdasarkan wawancara dengan I1.5 selaku pemilik rumah makan, bahwa
pelaku UMKM juga mulai merasakan ada peningkatan dari tamu mancaegara,
walaupun masih relatif kecil kunjungannya. Namun sudah terlihat
pertumbuhannya. Dengan meningkatnya wisatawan mancanegara diharapkan
mampu meningkatkan penerimaan devisa bagi pemerinath seperti yang
disampaikan oleh I8.1 adalah sebagai berikut:
“Oh iya pasti kan mereka pasti spending money kan, kita berharap juga
devisa negara itu kan baik dari uang yang mereka belanja kan di
Indonesia, sama ada investasi, jadi ada dua sisi. Dari sisi investasi
pariwisata yang berasal dari WNA, kemudian dari sisi pembelanjaan
wisatawan. Cumakan itu ada di dokumen fisibility study ya, nah
sekarang tuh belum optimal devisa negaranya karena innvestasinya juga
belum tembus secara signifikan. Wisatawannya juga masih
Page 143
mengandalkan wisatawan domestik, dari 600.000 di tahun 2016 aja itu
hanya 3-5% yang wisman, wismannya juga kebanyakan ekspatriat, terus
apa namanya nginepnya juga hanya satu malam, jadi memang belum
terlalu banyak, tapi kita sedang dalam proses dalam mencapai itu.”
(Wawancara, di Kantor Administrator KEK, tanggal 15 Mei 2017 pukul
11.04)
Hal senada juga diungkapkan oleh I7.1 tentang penerimaan devisa
pemerintah sebagai berikut :
“Ya jelas berpengaruh, tapi tidak secara langsung untuk kabupaten
pandeglang, jadi bagi pusat berpengaruh. Kalau semua kewenangan
sudah dilimpahkan dalam administrator KEK itu pasti ada
kontribusinya. Karena kan keimigrasian rencana disana, terus bea cukai
semua disana, pasti dampaknya langsung ke kita. Saat ini administrator
KEK itu hanya mengurusi pelayanan perijinan, penanaman modal, dan
rencana investasi. Sebenarnya kewenangan-kewenangan dari BKPM
sudah dilimpahkan, dari provinsi juga sudah dilimpahkan, tapi kan
progressnya sekarang tanjung lesung masih belum terlihat.”
(Wawancara di Kantor Bappeda Kabupaten Pandeglang, tanggal 5 Mei
2017 pukul 09.23)
Berdasarkan wawancara dengan I7.1 dan I8.1 bahwa dengan datangnya
wisatawan mancenagara ke Tanjung Lesung mampu meningkatkan penerimaan
devisa. Hal ini dikarenakan uang yang dibelanjakan oleh para wisatawan
mancanegara di Tanjung Lesung. Namun penerimaan devisa ini masih
kewenangan pemerintah pusat belum dilimpahkan kepada Administrator KEK
Tanjung Lesung, sehingga untuk tidak langsung berpengaruh terhadap pendapatan
pemerintah Kabupaten Pandeglang.
4.3.2.2 Pendapatan Masyarakat
Model pembangunan yang berpusat kepada rakyat sebagai subjek dan
objek pembangunan memandang inisiatif dan kreatifitas rakyat sebagai sumber
utama pembangunan dan memandang kesejahteraan masyarakat sebagai tujuan
yang harus dicapai dalam proses pembangunan. Desa Tanjung Jaya merupakan
Page 144
bagian tak terpisahkan dari pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung
Lesung. Kesejahteraan masyarakat dapat dikatakan meningkat jika pendapatannya
pun meningkat. Pendapatan masyarakat adalah jumlah penghasilan yang diterima
oleh masyarakat atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian,
mingguan, bulanan, ataupun tahunan. Dengan adanya pembangunan Kawasan
Ekonomi Khusus Tanjung Lesung diharapkan mampu meningkatkan pendapatan
masyarakat sekitar. Seperti yang disampaikan oleh I7.1 sebagai berikut:
“Sebelum ada KEK dan setelah ada KEK ada berapa jumlah homestay?
Homestay tumbuh ga disana? Tumbuh. Homestay tumbuh, wisata kuliner
tumbuh. Kan banyak tuh di kanan-kiri jalan. Itukan dampak secara
langsung terhadap pendapatan masyarakat.” (Wawancara di Kantor
Bappeda Kabupaten Pandeglang, tanggal 5 Mei 2017 pukul 09.23)
Pernyataan serupa disampaikan oleh I8.1 sebagai berikut:
“Harusnya sih meningkat, karena kan hampir 95% tenaga kerja di
Tanjung Lesung itu orang lokal. Top manajemennya aja yang pegang dari
luar, itu karena kompetensinya yang ga ada dikita kan. Nah itu, bukan
karena tidak mau panggil orang lokal, tapi karena tidak tersedia untuk
menempati yang top manajerial. Selain itu dari outsourcing ya yang low
skill itu support dari orang lokal semua. Kemudian dari penyedia
makanan, paket-paket wisata, itu kan sangat dinikmati oleh temen-temen
di buffer zone. Tumbuhnya homestay, jadi 80 homestay yang ada di
pandeglang itu 40nya tumbuh di Tanjung Lesung hanya dalam waktu 2
tahun, walaupun misalnya si pemilik dari luar tapi kan orang lokalnya
jadi operator. Industri kreatif juga tumbuh.” (Wawancara, di Kantor
Administrator KEK, tanggal 15 Mei 2017 pukul 11.04)
Berdasarakan wawancara dengan I7.1 dan I8.1 dapat disimpulkan bahwa
semenjak Tanjung Lesung dijadikan KEK di daerah sekitar masyarakat mulai
sadar dan bergantung pada KEK, hal ini dapat dilihat mulai tumbuhnya usaha-
usaha yang dilakukan oleh masyarakat sekitar. Seperti homestay, rumah makan,
kerajinan atau cinderamata, pemandu wisata, penyawaan alat snorkeling. Selain
itu karyawan di Tanjung Lesung 95% nya adalah masyarakat sekitar, seperti
Page 145
menjadi pelayan, OB, dan pekerjaan low skill lainnya. Sehingga hal ini kan
meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar.
Hal yang tidak jauh berbeda juga disampaikan oleh I10.1 yaitu sebagai
berikut:
“Kalau pendapat masyarakat ya meningkat tapi tidak signifikan juga,
soalnya tergantung profesi. Kalau profesi yang ada kaitannya dengan
pariwisata pasti meningkat. Tapi kalau pertanian, perkebunan, perikanan
itu belum terdampak yah. Soalnya bahan-bahan makanan yang dipasok ke
hotel juga masih dari luar, paling ikan dari nelayan lokal.” (Wawancara
di Rumah Informan, tanggal 23 Maret pukul 15.17).
Hal senada juga disampaikan oleh I6.1 yaitu sebagai berikut:
“Ya tidak absolut lah tidak mutlak langsung berubahlah, tapi suatu saat
pasti berubah.” (Wawancara di Kantor Dinas Pariwisata Kabupaten
Pandeglang, tanggal 7 April 2017 pukul 13.46)
Berdasarkan wawancara dengan I10.1 dan I6.1 bahwa sampai saat ini setelah
5 tahun penetapan KEK Tanjung Lesung, peningkatan pendapatan masyarakat
sampai saat ini belum signifikan. Masyarakat yang mengalami peningkatan itupun
hanya profesi yang di bidang kepariwisataan, seperti nelayan, pemandu wisata,
homestay, rumah makan, kerajinan, itu pasti meningkat walaupun belum mutlak
dan jelas peningkatannya.
Namun pernyataan yang berbeda disampaikan oleh I10.2 karena mulai
merasakan dampak negatif dari KEK yaitu sebagai berikut:
“Kalau pendapatan masyarakat itu mungkin sebagian ada yang naik,
kalau saya kan petani sekarang semenjak ada KEK lahan jadi sedikit,
semuanya dibangun. Makanya pendapatan juga jadi sangat berkurang .”
Berdasarkan wawancara dengan I10.2 tersebut makadapat disimpulkan
bahwa pendapatan masyarakat belum sepenuhnya meningkat. Karena memang
Page 146
peningkatan pendapatan hanya dirasakan oleh masyarakat yang memiliki usaha.
Sedangkan untuk masyarakat yang berprofesi sebagai petani mengalami
penurunan pendapatan dikarenakan berkurangnya lahan pertanian.
4.3.2.3 Kesempatan Kerja
Semakin meningkatnya pembangunan, semakin besar pula kesempatan
kerja yang tersedia. Hal itu semakin besar pula permintaan akan tenaga kerja.
Sebaliknya semakin besar jumlah penduduk, semakin besar pula kebutuhan akan
kesempatan kerja. Kesempatan kerja secara umum diartikan sebagai suatu
keadaan yang mencerminkan jumlah dari total angkatan kerja yang dapat diserap
atau ikut serta aktif dalam kegiatan perekonomian.
Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung memberikan kesempatan
kerja yang cukup besar bagi masyarakat setempat. Seperti yang disampaikan oleh
I7.1 sebagai berikut:
“Sangat terbuka, makanya ada SMK karyawisata di Cikadu.
Pramuwisatanya dan pramuwismanya itu kan semuanya hampir rata-
ratanya keluaran SMK Karyawisata dari sana. Sebelum KEK ditetapkan
sudah ada itu SMK Karyawisata.” (Wawancara di Kantor Bappeda
Kabupaten Pandeglang, tanggal 5 Mei 2017 pukul 09.23)
Pernyataan tersebut juga didukung oleh I1.3 yakni sebagai berikut:
“Warga sekitar banyak yang bekerja karyawan ya staf-staf di hotel itu yah
sudah banyak warga lokal, memang prioritas sih. Cuma kelas manager
atau direksi belum, masih orang luar.” (Wawancara di Gallery Batik
Cikadu Tanjung Lesung, tanggal 23 Maret pukul 13.49)
Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh I7.1 dan I1.3 maka dapat
disimpulkan bahwa masyarakat setempat memang dibentuk agar mampu bekerja
Page 147
di KEK Tanjung Lesung, seperti dibuatnya SMK Karyawisata yang tujuannya
agar masyarakat setempat memiliki keahlian di bidang karyawisata. Sampai saat
ini sudah banyak masyarakat setempat yang bekerja di KEK Tanjung Lesung,
walaupun hanya menjadi karyawan yang bersifat low skill. Hal ini dikarenakan
SDM masyarakat sekitar belum mampu untuk mengisi jajaran manager dan
direksi.
Selain kesempatan menjadi karyawan di KEK Tanjung Lesung yang besar,
masyarakat setempat juga memiliki peluang usaha yang besar, seperti yang
dikatakan oleh I8.1 sebagai berikut:
“Mungkin lebih tepatnya kesempatan membuka usaha gitu yah, soalnya
UMKM sudah mulai tumbuh, misalnya bikin souvenir-souvenir, terus
bikin batik, kerajinan-kerajinan dari batok kelapa, dan terutama
makanan lokal dan oleh-oleh.” (Wawancara, di Kantor Administrator
KEK, tanggal 15 Mei 2017 pukul 11.04)
Karena dengan adanya KEK Tanjung Lesung banyak wiatawasan
domestik maupun mancanegara yang datang, dan tentunya hal ini harus
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk memiliki usaha. Mayoritas
wisatawan KEK Tanjung Lesung berada di kelas menengah ke bawah, tentunya
mereka akan lebih memilih menginap dan makan di luar kawasan. Karena di
dalam kawasan hanya tersedia hotel dan restoran yang terhitung mahal. Oleh
sebab itu, masyarakat setempat harus menyediakan tempat menginap, rumah
makan, dan pusat oleh-oleh yang harganya relatif murah.
Sesuai dengan salah satu tujuan dari KEK Tanjung Lesung yaitu
mengurangi pengangguran Kabupaten Pandeglang khususnya masyarakat
setempat menurut I9.1 sebagai berikut:
Page 148
“Kalau kita boleh jujur yah, jika KEK ini sudah rampung itu bisa
dipastikan akan menyerap 200.000 lebih tenaga kerja. Saat ini ya kantor
saya kebetulan di Jakarta di Batavia, saya tidak setiap hari ada disini.
Disini ada 300 lebih karyawan, sedangkan di Batavia ada sekitar 150.
Pernah mempunyai gambaran ga, kawasan ini seperti kawasan yang ada
di Bali. Value effect nya itu dirasakan oleh masyarakat lain. Contoh nih
hotel, ikan berapa banyak yang dibutuhkan, ikan berapa banyak, atau
cabai berapa banyak. Mereka beli dimana? Diluar kan, tapi tidak ke
Jakarta, mereka beli ke masyarakat setempat. Kami disini, setiap
perusahaan harus mempekerjakan minimal 40% warga lokal atau potensi
daerah yah. Tapi kalau kita bukan 40% lagi, tapi sudah 95% adalah orang
sini.”(Wawancara di Kantor PT Banten West Java (BWJ), tanggal 23 Mei
pukul 10.50)
Berdasarkan pernyataan I9.1 bahwa dengan adanya KEK Tanjung Lesung
itu mampu menyerap tenaga kerja lebih dari 200.000 tenaga kerja. Untuk saat ini,
tenaga kerja yang di Tanjung Lesung itu 95% nya adalah masyarakat setempat,
namun jumlahnya belum banyak baru sekitar 300 lebih karyawan. Namun,
multiplier effect dari KEK tidak hanya pada orang yang bekerja di Tanjung
Lesung saja, tapi pemilik usaha yang ada disekitar KEK juga merasakan. Seperti
pasokan ikan, cabai, dan bahan-bahan yang diperlukan di hotel itu dapat dari
buffer zone. Tidak hanya sebatas itu, tapi usaha-usaha lain seperti matrial juga
tumbuh karena perusahaan selalu membeli bahan bangunan dari masyarakat
sekitar.
Pernyataan mengenai harapan pengurangan pengangguran juga
disampikan oleh I7.1 sebagai berikut:
“Harapannya begitu, pengangguran saat ini ekuivalen dengan
pertumbuhan jumlah penduduk. Usia rata” tenaga kerja itu kan fluktuatif
sifatnya. Jadi tahun sekarang bisa keserap sekian, tahun depan kan sudah
ada lagi usia produktif untuk tenaga kerja.” (Wawancara di Kantor
Bappeda Kabupaten Pandeglang, tanggal 5 Mei 2017 pukul 09.23)
Page 149
Berdasarkan pernyataan tersebut, mengurangi pengangguran memang
merupakan harapan dari adanya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung
Lesung, namun sampai saat ini tidak bisa dipastikan jumlahnya berapa karena
jumlah pengangguran selalu berbanding lurus dengan pertumbuhan jumlah
penduduk. Jumlah usia produktif untuk tenaga kerja setiap tahunnya pasti
berubah.
Menurut I3.1 pengangguran yang ada di sekitar KEK Tanjung Lesung kini
telah berkurang, yaitu sebagai berikut:
“Ya tentu lah, kaya pemuda-pemuda sini kan jadi banyak yang jaga
homestay, ya jelas akan mengurangi jumlah pengangguran. Yang tadinya
kerjanya ga jelas, sekarang jadi jelas.” (Wawancara di Kantor
Kecamatan Panimbang, 23 Mei 2017 pukul 14.15)
Namun menurut I8.1 dampak terhadap mengurangi pengangguran itu belum
signifikan:
“Kalau secara signifikan mengurangi pengangguran di Pandeglang itu ya
belum lah yah, tapi untuk sekitar kawasan ya bayangin aja sekarang
sudah 500 orang terserap, kurang lebih segitu. Karena kan investasinya
masih belum besar-besaran. 500 itu yang directly bekerja, tapikan yang
indirectnya itu terjadi tapi itu ga bisa kita hitung. Tapi saya yakin
multiplier effectnya besar, industri di buffer zonenya tumbuh, seperti tadi
homestay, kuliner, kreatif, kemudian warung-warung, SPBU, dan pusat
oleh-oleh.” (Wawancara, di Kantor Administrator KEK, tanggal 15 Mei
2017 pukul 11.04)
Pertanyaan tersebut juga didukung oleh I1.4 yaitu sebagai berikut:
“Secara langsung belum, tapi dampak secara tidak langsungnya iya.
Karena usaha-usaha disekitar kawasan juga meningkat. Itu secara tidak
langsung menambah peningkatan ekonomi juga mengurangi
pengangguran juga sih. Tapi ga secara langsung.” (Wawancara di
Gallery Batik Cikadu Tanjung Lesung, tanggal 23 Maret pukul 13.49)
Page 150
Berdasarkan dengan wawancara I8.1 dan I1.4 dapat disimpulkan bahwa
dampak KEK Tanjung Lesung terhadap pengurangan pengangguran itu ada dua,
dampak secara langsung dan tidak langsung. Dampak secara langsung yaitu
terserapnya sekitar 500 orang terserap yang bekerja didalam KEK Tanjung
Lesung. Dan dampak secara tidak langsungnya yaitu tumbuhnya usaha-usaha
yang berada diluar kawasan, sehingga masyarakat setempat memiliki usaha.
Kedua dampak tersebut sudah terasa oleh masyarakat setempat, walaupun belum
signifikan.
4.3.2.4 Pendapatan Pemerintah
Pendapatan pemerintah merupakan pemasukan yang diperoleh untuk
membiayai dan menjalankan setiap program-program pemerintahan. Sedangkan
sumber-sumber pendapatan pemerintah berasal dari berbagai sektor, dimana hasil
pendapatan tersebut akan digunakan untuk membiayai pembangunan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sumber pendapatan pemerintahh ialah
bersumber dari perpajakan, penerimaan negara bukan pajak, retribusi, pinjaman,
serta penerimaan hibah dari dalam dan luar negeri.
Pendapatan pemerintah dalam hal sektor pariwisata ialah hasil dari pajak
yaitu salah satunya penyedia akomodasi, seperti hotel dan restoran. Dan retribusi
dari Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Seperti yang disampaikan oleh I8.1 sebagai
berikut:
“Dari perijinan, dari retribusi Izin Mendirikan Bangunan. Satu-satunya
perizinan yang beretribusi di Kawasan Ekonomi Khusus itu hanya itu.
Yang sudah dilimpahkan yah.” (Wawancara, di Kantor Administrator
KEK, tanggal 15 Mei 2017 pukul 11.04)
Page 151
Pernyataan tersebut juga senada dengan wawancara I7.1 sebagai berikut:
“Yang jelas kalau pertumbuhan hotel bangunan disana tinggi lumayan
kan kontribusi pajaknya. IMB nya terus ijin HO gratis. Ya paling makanya
yang kita harapkan itu pemerintah daerah tidak terfokus didalam KEK
tapi diluarnya. Makanya tahun sekarang sudah dibuat masterplannya
kampung cikadu jadi kampung wisata. Jadi sebenarnya harapan kita
wisatawan itu ga masuk ke KEK, jadi ke KEK itu dia hanya singgah saja,
meninap, kemudian destinasi wisatanya itu diluar.” (Wawancara di
Kantor Bappeda Kabupaten Pandeglang, tanggal 5 Mei 2017 pukul 09.23)
Kesimpulan hasil wawancara dengan I7.1 dan I8.1 bahwa pendapatan untuk
pemerintah daerah didapatkan dari sektor pajak hotel, dan restoran. Serta retribusi
yang didapatkan dari Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Terkait pendapatan untuk
kecamatan dan desa itu dibuatkan masterplan Kampung Wisata di Cikadu agar
dapat dikelola oleh pihak kecamatan dan desa.
Namun sampai saat ini pihak kecamatan dan desa belum merasakan
adanya pendapatan yang masuk ke kas mereka. Seperti yang disampaikan oleh I3.1
sebagai berikut:
“Kalo ke kecamatan ga ada, kalo ke kabupaten ada yah di sektor pajak
paling. Sama sekali ga ada kalau ke kecamatan.” (Wawancara di Kantor
Kecamatan Panimbang, 23 Mei 2017 pukul 14.15)
Pernyataan yang senada juga disampaikan oleh I2.1 sebagai berikut:
“Setau saya sih belum ada, cuma ya paling harga tanah disiini berlipat
ganda gitu, paling kalo ngurus IMB ya baru masuk ke Desa.”
(Wawancara di Kantor Desa Tanjung Jaya, tanggal 18 Mei 2017 pukul
11.59)
Berdasarkan wawancara dengan I2.1 dan I3.1 bahwa sampai saat ini pihak
kecamatan dan desa belum ada pendapatan yang memasuki kas mereka. Yang
menjadi pemasukan mereka hanya pengurusan Izin Mendirikan Bangunan, namun
Page 152
sayangnya masyarakat yang akan membangun belum menyadari pentingnya
memiliki IMB. Sehingga banyak yang tidak mengurus IMB.
4.4 Pembahasan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) bidang pariwisata di wilayah Banten
Selatan (Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang) Provinsi Banten secara
konseptual merupakan kawasan yang dipisahkan dari kawasan lainnya, seperti
kawasan perumahan dan sebagainya. Tujuan spesifik pembentukan kawasan
ekonomi khusus (KEK) bidang pariwisata ini adalah untuk menciptakan
keunggulan kawasan (spatial competitiveness) terhadap kawasan-kawasan lain
baik didalam negeri maupun diluar negeri. Kawasan ekonomi khusus (KEK)
bidang pariwisata ini sebagai sebuah kawasan ekonomi yang diharapkan dapat
menarik minat bagi para investor.
KEK Tanjung Lesung diinisiasi pada tahun 2009 oleh Badan Usaha yaitu
PT Banten West Java Tourism Development Corporation, dan ditetapkan melalui
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2012 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Tanjung Lesung, dan peresmian siap beroperasinya Tanjung Lesung sebagai
Kawasan Ekonomi Khusus diresmikan pada 23 Februari 2015 oleh Presiden RI
Joko Widodo. Dengan dijadikannya Tanjung Lesung sebagai Kawasan Ekonomi
Khusus Pariwisata, diharapkan mampu memberikan multiplier effect bagi pelaku
usaha, masyarakat sekitar, pemerintah daerah, bahkan pemerintah pusat.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan
Ekonomi Khusus Pasal 3 menjelaskan bahwa didalam Kawasan Ekonomi Khusus
Page 153
(KEK) harus disediakan lokasi untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM), baik sebagai pelaku usaha maupun sebagai pendukung kegiatan yang
berada didalam KEK. Dengan diberikannya ruang untuk Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) di Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung, diharapkan
mampu menumbuhkan UMKM di sekitar KEK Tanjung Lesung.
Pembahasan merupakan isi dari hasil analisis data dan fakta yang peneliti
dapatkan di lapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti gunakan. Teori
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Pertumbuhan Usaha menurut
Kim dan Choi (1994) dalam Mohammad Soleh (2008:25) dan teori Dampak
Ekonomi menurut Cohen (2006). Teori tersebut digunakan untuk mengukur
sejauhmana pertumbuhan UMKM dan dampak ekonomi yang tercipta karena
dijadikannya Tanjung Lesung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus zona
Pariwisata.
4.4.1 Pertumbuhan UMKM
Dalam pembahasan ini peneliti menggunakan teori pertumbuhan usaha
menurut Kim dan Choi (1994) dalam Mohammad Soleh (2008:25), yang meliputi:
1) Peningkatan Omzet Penjualan; 2) Pertumbuhan Tenaga Kerja; dan 3)
Pertumbuhan Pelanggan.
1. Omzet Penjualan
Harapan adanya KEK Tanjung Lesung tidak hanya sebatas pada
peningkatan UMKM secara kuantitas saja, melainkan harus tumbuh secara
kualitas pula. Pertumbuhan UMKM secara kualitas dapat dilihat dari
Page 154
peningkatan omzet penjualan usaha tersebut. Setiap usaha didirikan untuk
mencapai tujuan, salah satu tujuan utama dibuatnya usaha adalah mencapai
omzet sebesar-besarnya. Sebuah usaha dikatakan produktifitasnya baik
jika omzet penjualannya meningkat, karena tentunya ini akan berpengaruh
terhadap laba atau keuntungan dari usaha tersebut.
Sejak Tanjung Lesung dijadikan Kawasan Ekonomi Khusus mulai
tumbuh UMKM-UMKM di sekitar KEK, seperti homestay, rumah makan,
penyewaan alat snorkeling, batik, dan kerajinan lainnya. Hal ini
dikarenakan peningkatan wisatawan baik itu domestik maupun
mancanegara yang datang ke Tanjung Lesung. Seorang wisatawan
tentunya membawa uang untuk mereka gunakan di tempat wisata, tentunya
hal ini berkaitan erat dengan peningkatan omzet penjualan para UMKM.
Berdasarkan hasil wawaancara, saat ini peningkatan omzet
penjualan para pelaku UMKM cukup signifikan, bisa mencapai 30-90%
terutama di hari libur. Untuk di sektor jasa yaitu homestay, kamar-kamar
yang ada di homestay setiap weekend selalu penuh, bahkan di weekdays
pun selalu ada yang menginap. Sama halnya dengan sektor jasa, di sektor
perdagangan seperti Rumah Makan juga mengalami peningkatan yang
cukup drastis, karena bukan hanya wisatawan domestik yang datang untuk
makan, melainkan wisatawan mancanegara pun mulai banyak
berdatangan. Namun sepertinya hal yang agak berbeda terjadi pada sektor
industri pengolahan, salah satunya adalah Batik Cikadu. Omzet penjulan
mereka memang sangat meningkat, bahkan sampai dibuat waiting list
Page 155
karena tidak bisa memenuhi permintaan, namun hal ini lebih dikarenakan
dikeluarkannya SK Bupati yang mewajibkan seluruh pegawai intansi
Pemerintah Kabupaten Pandeglang harus menggunakan batik tersebut.
Sedangkan penjualan di KEK Tanjung Lesung cenderung kurang,
dikarenakan belum adanya gerai khusus untuk UMKM di sektor industri
pengolahan.
2. Pertumbuhan Tenaga Kerja
Keberhasilan suatu usaha salah satunya dipengaruhi oleh faktor
produksi. Faktor-faktor produksi tersebut salah satunya adalah Sumber
Daya Manusia (man). Yang dimaksud sumber daya manusia disini ialah
tenaga kerja yang bekerja di usaha tersebut, yang tentunya merupakan usia
produktif untuk bekerja. Pertumbuhan tenaga kerja berkaitan dengan
jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh UMKM tersebut. Pertumbuhan
tenaga kerja ini disebabkan oleh banyaknya permintaan barang dan jasa
oleh pelanggan.
Seperti halnya Tanjung Lesung ketika mulai dijadikan Kawasan
Ekonomi Khusus Zona Pariwisata, tentu saja banyak wisatawan yang
datang untuk berlibur, sehingga meningkatkan permintaan produk barang
dan jasa pada UMKM di Tanjung Lesung. Dengan meningkatnya
permintaan tersebut, maka membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak
lagi.
Karena wisatawan Tanjung Lesung masih didominasi oleh
wisatawan domestik, maka masih banyak wisatawan yang tidak menginap,
Page 156
namun pastinya mereka mampir ke rumah makan. Berdasarkan hasil
wawancara, pertumbuhan tenaga kerja yang paling drastis ialah pada usaha
Rumah Makan. Rumah makan yang dulunya saat dibuat belum memiliki
tenaga kerja, kini sudah memiliki tujuh tenaga kerja. Hal ini dikarenakan
meningkatnya konsumen rumah makan mereka.
Jika pada sektor jasa dan industri pengolahan seperti Homestay,
dan Batik Cikadu, tenaga kerja mereka cenderung tidak meningkat.
Namun jika dikala ramai permintaan atau konsumen, mereka biasanya
mempekerjakan para ibu-ibu atau pemuda di sekitar kawasan untuk
menjadi tenaga kerja freelance.
3. Pertumbuhan Pelanggan
Pertumbuhan pelanggan atau konsumen tentunya merupakan
dambaan dari setiap para pelaku usaha. Dengan dijadikannya Tanjung
Lesung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata, dengan
tujuan meningkatkan wisatawan yang datang. Setiap wisatawan berlibur
pastinya mereka membutuhkan tempat untuk menginap, makan, dan
membeli oleh-oleh.
Wisatawan yang datang ke Tanjung Lesung tidak hanya datang
satu kali, biasanya mereka ke Tanjung Lesung untuk yang kesekian
kalinya. Dan biasanya mereka sudah memiliki tempat biasa mereka
menginap, makan, menyewa alat snorkeling, dan membeli oleh-oleh.
Tentunya hal ini akan berdampak langsung pada pertumbuhan pelanggan
UMKM yang ada di Tanjung Lesung.
Page 157
Pada intinya adalah peningkatan jumlah wisatawan akan
berbanding lurus dengan pertumbuhan pelanggan para UMKM. Seperti
hasil wawancara dengan informan, salah staunya dengan pemilik dan
pengurus homestay, mereka mengatakan bahwa tamunya sekarang
meningkat drastis, bahkan sering tamu datang dimalam hari. Selain itu,
sudah banyak tamu mereka yang menjadi langgangan. Tamunya tidak
hanya berasal dari Jakarta, melainkan wisatawan dari Bandung dan kota-
kota lainnya sering mengadakan acara di Tanjung Lesung dan mereka
menginap di homestay untuk waktu yang lumayan lama seperti 4-7 hari.
Hal tersebut juga terjadi pada pelaku usaha Rumah Makan, konsumen
mereka selalu meningkat, sehingga mereka melakukan pembangunan
kembali untuk membesarkan tempat makannya.
Seperti yang dijelaskan pada bagian Pertumbuhan Omzet
Penjualan, UMKM pada sektor industri pengolahan juga mengalami,
karena setiap wisatawan pasti tujuannya ialah untuk membeli oleh-oleh
asli daerah Tanjung Lesung. Namun dikarenakan belum adanya gerai
khusus untuk UMKM sektor industri pengolahan, maka wisatawan pun
kesulitan untuk mencari oleh-oleh. Dan peningkatan pelanggan yang
dirasakan oleh UMKM sektor industri pengolahan itu biasanya karena
mereka menjual barangnya ke luar wilayah Tanjung Lesung, seperti di
pusat kota Kabupaten Pandeglang.
Berdasarkan hasil wawancara pula, pertumbuhan pelanggan juga
biasanya terjadi karena promosi yang dilakukan oleh tamu yang sudah
Page 158
pernah datang ke Tanjung Lesung, dan memberi tahukan kepada
kerabatnya yang lain.
4.4.2 Dampak Ekonomi
Dalam penelitian ini teori yang digunakan untuk menganalisis dampak
ekonomi dijadikannya Tanjung Lesung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus ialah
teori dampak ekonomi menurut Cohen (2006), yang meliputi: 1) Penerimaan
Devisa; 2) Pendapatan Masyarakat; 3) Kesempatan Kerja; 4) Pendapatan
Pemerintah.
1. Penerimaan Devisa
KEK Tanjung Lesung zona pariwisata merupakan salah satu
sumber penerimaan devisa. Sektor pariwisata memberikan kontribusi yang
cukup besar bagi perolehan devisa negara. Apabila dibandingkan dengan
sepuluh komoditi utama penghasil devisa negara, kontribusi pariwisata
dalam devisa negara berada pada urutan keempat, setelah minyak dan gas
bumi, batubara, minyak kelapa sawit pada tahun 2014 dan 2015.
Sumber Devisa pada suatu negara dari sektor pariwisata yang
didapatkan dari turis mancanegara maupun turis domestik. Semakin
banyak turis yang datang untuk pariwisata khususnya turis asing, maka
devisa negara akan semakin meningkat. Karena wisatawan asing akan
menukarkan mata uang negaranya dengan mata uang negara Indonesia.
Page 159
Tabel 4.9
Prakiraan Jumlah Penerimaan Devisa (dalam USD Dollar)
Tahun 2010 – 2017
Tahun Prakiraan Jumlah Penerimaan Devisa
(dalam USD Dollar)
2010 7.002.944 7603446448
2011 7.213.032 7831549841
2012 7.429.923 8066496337
2013 7.652.306 8308491227
2014 7.881.875 8557745964
2015 8.118.331 8814478342
2016 8.361.881 9078912693
2017 8.612.738 9351280074
Sumber: FS KEK Pariwisata Tanjung Lesung, 2014
Tabel 4.9 menunjukkan prakiraan penerimaan Devisa setelah
Tanjung Lesung ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Namun untuk data rill mengenai penerimaan devisa saat ini tidak bisa
menunjukkan datanya, dikarenakan sampai saat ini penerimaan devisa
masih menjadi wewenang pemerintah pusat. Karena belum adanya
pelimpahan wewenang kepada Administrator Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK).
2. Pendapatan Masyarakat
Peningkatan pendapatan masyarakat merupakan suatu kemampuan
yang dimiliki oleh masyarakat melalui adanya peningkatan daya beli
keluarga untuk membiayai kebutuhan sehari-hari baik kebutuhan dasar,
kebutuhan sosial, maupun kebutuhan lainnya yang terlihat dari
Page 160
penghasilan keluarga. Meningkatnya jumlah wisatawan yang datang setiap
tahunnya, mendorong masyarakat sekitar KEK Tanjung Lesung untuk
terkait dalam kegiatan wisata.
Wisatawan yang datang akan berpengaruh terhadap pendapatan
masyarakat sekitar lokasi KEK. Sebelum Tanjung Lesung dijadikan KEK,
masyarakatnya bermata pencaharian nelayan, dan petani. Namun setelah
dijadikan KEK mata pencaharian masyarakat sekitar mulai berubah, saat
ini masyarakat sekitar mulai memiliki usaha yang berkaitan dengan
kegiatan pariwisata, seperti homestay, souvenir, oleh-oleh, rumah makan,
serta pelayanan jasa lainnya. Mayoritas informan yang memiliki usaha
tersebut, menyatakan terjadinya peningkatan pendapatan mereka,
walaupun belum signifikan. Sedangkan untuk masyarakat yang mata
pencahariannya tidak ada kaitannya dengan kegiatan pariwisata, tidak
mengalami peningkatan pendapatan, dan belum merasakan dampak dari
adanya Kawasan Ekonomi Khusus. Pada intinya adalah peningkatan
pendapatan masyarakat hanya pada mata pencaharian di sektor yang
berkaitan dengan pariwisata. Sedangkan untuk masyarakat yang berprofesi
diluar sektor pariwisata mengalami penurunan pendapatan. Salah satunya
ialah petani yang merasakan dampak negatifnya. Saat ini lahan pertanian
sudah berkurang sehingga para petani sekarang menjadi buruh serabutan
yang penghasilannya lebih rendah.
3. Kesempatan Kerja
Page 161
Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung memberikan
kesempatan kerja yang cukup besar bagi masyarakat setempat. Jika KEK
Tanjung Lesung sudah rampung atau selesai dalam pembangunan, investor
sudah datang, maka KEK Tanjung Lesung mampu menyerap 200.000
lebih tenaga kerja. Untuk saat ini, dikarenakan proyek KEK Tanjung
Lesung ini belum selesai, maka kesempatan kerja pun belum terbuka luas.
Kesempatan kerja saat ini lebih bersifat tidak langsung dan/atau
tidak tetap. Karena yang secara langsung hanya sekitar 350 orang yang
terserap menjadi karyawan di Kawasan, warga lokal yang bekerja di
kawasan biasanya menjadi pramusaji, pramuwisata, bagian staf di Hotel,
OB, dan pekerjaan low skill lainnya. Karena untuk jajaran direksi SDM
masyarakat sekitar belum mumpuni. Namun untuk dampak tidak
langsungnya itu tidak terhitung, karena usaha-usaha UMKM di buffer zone
nya tumbuh, seperti homestay, rumah makan, souvenir, dan pelayanan jasa
pariwisata lainnya.
Berdasarkan hasil wawancara, sejauh KEK berlangsung,
pengangguran yang ada di sekitar KEK Tanjung Lesung, sedikit demi
sedikit sudah berkurang walaupun tidak signifikan. Seperti para pemuda
yang dulunya tidak memiliki pekerjaan yang jelas, sekarang sudah menjadi
para pegawai di Homestay, Rumah Makan, dan Industri Pengolahan.
Karena memang jumlah yang bekerja di dalam KEK Tanjung Lesung
masih sedikit, tapi karena tumbuhnya usaha-usaha juga mengakibatkan
kesempatan kerja terbuka, dan penggangguran sedikit bisa diatasi.
Page 162
4. Pendapatan Pemerintah
Dampak Ekonomi secara makro dengan dijadikannya Tanjung
Lesung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) ialah pada pendapatan
pemerintah. Sumber pendapatan pemerintah ialah bersumber dari
perpajakan, penerimaan negara bukan pajak, retribusi, pinjaman, serta
penerimaan hibah dari dalam dan luar negeri.
Tabel 4.10
PDRB Kabupaten Pandeglang Atas Dasar Harga Konstan (2010)
Tahun 2013-2015
No Lapangan Usaha 2013 2014 2015
1 Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan
4.770.539,33 4.703.522,35 5.068.620,30
2 Pertambangan dan Penggalian 1.370.534,41 1.448.233,67 1.494.333,01
3 Industri Pengolahan 964.402,44 1.004.829,57 1.048.398,07
4 Pengadaan Listrik dan Gas 99.471,83 99.693,17 102.514,48
5 Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah, dan Daur
Ulang
9.462,53 10.336,86 10.883,68
6 Konstruksi 706.120,28 780.145,98 835.302,30
7 Perdagangan Besar dan
Eceran, Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
1.803.091,65 1.941.864,65 2.020.283,30
8 Transportasi dan Pergudangan 843.045,76 942.494,50 981.789,83
9 Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum
711.606,18 800.752,23 874.266,37
10 Informasi dan Komunikasi 57.225,36 67.085,00 69.714,73
11 Jasa Keuangan Asuransi 370.380,58 384.540,68 402.940,30
12 Real Estate 1.178.350,17 1.260.515,65 1.333.121,36
13 Jasa Perusahaan 34.113,53 35.572,60 37.858,69
14 Administrasi Pemerintahan, 743.697,96 833.588,73 893.440,40
Page 163
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 443.569,36 489.674,92 522.238,31
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial
137.743,13 150.054,62 159.478,05
17 Jasa Lainnya 144.528,91 155.926,15 164.997,73
PDRB 14.387.883,39 15.108.831,33 16.010.180,90
Sumber: BPS Kabupaten Pandeglang, 2016
Berdasarkan tabel 4.10 pendapatan Pemerintah dari sektor
penyediaan akomodasi dan makan minum mengalami peningkatan, dapat
dilihat dari tahun 2013 sebesar Rp.711.606,18 meningkat sebesar
89.146,05 pada tahun 2014 atau pertumbuhannya sekitar 12.53%, dan
terjadi peningkatan lagi pada tahun 2016 yaitu sebesar 73.514,14 atau
sekitar 9.2%. hal ini mengindikasikan terjadi peningkatan yang cukup
tinggi bagi pendapatan pemerintah dari sektor penyediaan akomodasi dan
makan minum, yang termasuk didalamnya ialah pendapatan dari hotel, dan
restoran.
Peningkatan tersebut dikarenakan banyaknya peningkatan jumlah
wisatawan yang berkunjung ke Pandeglang khususnya Kawasan Ekonomi
Khusus Tanjung Lesung, sehingga penyediaan akomodasi ke kawasan
tersebut meningkat, dan hotel-hotel dan restoran juga tumbuh di KEK
Tanjung lesung, hal ini tentunya meningkatnya pajak dan retribusi Izin
Mendirikan Pembangunan (IMB) Kabupaten Pandeglang.
Selain itu, sektor transportasi juga meningkat pada tahun 2013
sebesar Rp. 843.045,76, dan pada tahun 2014 sebesar Rp. 942.494,50, itu
Page 164
berarti terjadi peningkatan sebesar Rp. 99.448,74 atau 11,79%. Sedangkan
dari tahun 2014 ke tahun 2015 terjadi peningkatan sebesar Rp.39.295,33
atau 4%. Dari perbandingan 3tahun terakhir tersebut, peningkatan
pendapatan pemerintah dari sektor transportasi cukup tinggi.
Namun sepertinya dengan adanya KEK Tanjung Lesung hanya
berdampak signifikan pada pendapatan pemerintah daerah atau dalam hal
ini ialah Kabupaten Pandeglang. Berdasarkan wawancara dengan
informan, sampai saat ini pihak Kecamatan Panimbang dan Desa Tanjung
Jaya tidak ada pendapatan secara langsung dari adanya KEK Tanjung
Lesung ini, melainkan secara tidak langsung.
Secara tidak langsungnya yaitu, PT BWJ mengeluarkan dana
untuk mengembangkan Desa dan Kecamatan yaitu dana Corporate Social
Responsibility (CSR), dan itu pun tidak berbentuk uang. Melainkan
mereka membuat sekolah pariwisata, perkebunan salak yang tujuannya
adalah agar masyarakat sekitar mampu berkembang.
Page 165
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian mengenai dampak pembangunan Kawasan
Ekonomi Khusus terhadap pertumbuhan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) di Tanjung Lesung Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten yang
didalamnya menggunakan teori pertumbuhan usaha menurut Kim dan Choi
(1994) dalam Mohammad Soleh (2008:25) yang terdiri dari tiga dimensi yaitu
Pertumbuhan Omzet Penjualan, Jumlah Tenaga Kerja, dan Jumlah Pelanggan.
Selain itu penelitian ini juga menggunakan teori dampak ekonomi menurut Cohen
(1994) yaitu Penerimaan Devisa, Pendapatan Masyarakat, Kesempatan Kerja, dan
Pendapatan Pemerintah.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penelitian serta
penjabaran dari masing-masing dari teori yang digunakan, maka kesimpulan dari
penelitian ini bahwa dampak pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus terhadap
pertumbuhan UMKM di Tanjung Lesung sudah memberikan dampak yang cukup
positif. Hal ini terlihat dari tumbuhnya UMKM baik secara jumlah maupun
kualitas. Kualitas UMKM dilihat menggunakan teori pertumbuhan usaha, maka
pada dimensi pertumbuhan omzet penjualan memang dirasakan oleh para pelaku
usaha yang bidangnya mendorong pariwisata. Seperti homestay, Rumah Makan,
Jasa penyewaan alat snorkeling, dan kerajinan-kerajinan. Pertumbuhan omzet
penjualan dirasakan oleh usaha-usaha yang mendukung sektor pariwisata. Hal ini
Page 166
terlihat dari peningkatan permintaan barang dan jasa dari para wisatawan.
Sedangkan untuk dimensi peningkatan jumlah tenaga kerja itu belum terjadi pada
seluruh UMKM di Tanjung Lesung, peningkatan tenaga kerja hanya terjadi pada
usaha Rumah Makan. Dan untuk dimensi peningkatan pelanggan, dikarenakan
wisatawan domestik maupun mancanegara yang datang ke Tanjung Lesung
meningkat, maka tentulah hal ini meningkatkan pertumbuhan pelanggan atau
konsumen bagi para UMKM. Namun yang terjadi dilapangan, usaha Batik Cikadu
merasakan peningkatan pelanggan di luar kawasan Tanjung Lesung, sedangkan
dampak dari pembangunan KEK Tanjung Lesung terhadap pertumbuhan
pelanggan masih kurang hal ini dikarenakan belum adanya gerai khusus UMKM
di Tanjung Lesung
Sedangkan untuk dampak ekonomi dari adanya pembangunan Kawasan
Ekonomi Khusus dilihat dari dimensi Penerimaan Devisa, Pendapatan
Masyarakat, Kesempatan Kerja, dan Pendapatan Pemerintah. Dimensi Penerimaan
Devisa, peningkatan wisatawan mancanegara tentu akan berpengaruh terhadap
penerimaan devisa Negara. Namun sangat disayangkan sampai saat ini
pengurusan devisa masih oleh pemerintah pusat, jadi belum dilimpahkan kepada
Administrator KEK. Selain itu, peningkatan wisatawan mancanegara belum
signifikan dikarenakannya belum tersedia fasilitas-fasilitas pendukung yang ada di
KEK, terutama aksesibilitas seperti bandara Banten Selatan. Dimensi Pendapatan
Masyarakat, setelah ada KEK Tanjung Lesung pendapatan masyarakat terjadi
peningkatan. namun peningkatan tersebut belum dirasakan oleh semua lapisan
masyarakat, jadi yang merasakan peningkatan pendapatan hanyalah para pelaku
Page 167
usaha di sektor pariwisata yang ada di Tanjung Lesung, sedangkan untuk
masyarakat yang berprofesi sebagai petani merasakan dampak negatif dari adanya
KEK dikarenakan berkurangnya lahan pertanian, sehingga mereka beralih menjadi
buruh atau serabutan yang penghasilannya lebih kecil. Dimensi Kesempatan
Kerja, pada dasarnya tujuan dari KEK Tanjung Lesung ialah mampu menyerap
200.000 tenaga kerja. Dikarenakan KEK Tanjung Lesung belum terselesaikan,
maka kesempatan kerja belum terbuka lebar. Namun saat ini sudah banyak warga
sekitar yang bekerja di Tanjung Lesung yaitu 95% adalah warga lokal. Biasanya
mereka bekerja sebagai pegawai di Hotel. Walaupun yang terserap baru 350 lebih,
namun setelah Tanjung Lesung dijadikan KEK kesempatan warga sekitar
membuka usaha sangat terbuka lebar, terbukti dari tumbuhnya usaha-usaha di
sekitar KEK Tanjung Lesung, tentunya hal ini sedikit mengurangi pengangguran.
Dimensi terakhir yaitu pendapatan pemerintah, PDRB Kabupaten Pandeglang dari
tahun 2013-2015 mengalami peningkatan dari sektor Penyediaan akomodasi dan
makan minum. Hal ini dikarenakan tumbuhnya hotel-hotel dan restoran yang ada
di Tanjung Lesung sehingga meningkatkan pendapatan retribusi dan pajak
pemerintah daerah.
Page 168
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka saran yang menjadi rekomendasi
peneliti sebagai berikut:
1. Dilihat dari Dampak terhadap Pertumbuhan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah, maka:
a. Diharapkan adanya pengembangan untuk Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) yang ada di sekitar Kawasan Ekonomi
Khusus Tanjung Lesung.
b. Diharapkan pembangunan gerai khusus UMKM segera dibuat, agar
para UMKM mudah dalam memasarkan produknya.
c. Diharapkan instansi pemerintah yang terkait dalam hal ini ialah
Dinas Koperasi dan UMKM, serta Dinas Pariwisata Kabupaten
Pandeglang memiliki data mengenai potensi UMKM di Kabupaten
Pandeglang secara update dan jelas.
2. Dilihat dari Dampak terhadap Ekonomi, maka:
a. Diharapkan pemerintah Kabupaten Pandeglang dan PT BWJ
bekerja sama dalam hal pembiayaan KEK Tanjung Lesung, agar
pembangunan fasilitas, sarana dan prasarana bisa lebih cepat
rampung.
b. Diharapkan pemerintah Kabupaten Pandeglang membuat program
untuk mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) di sekitar
KEK Tanjung Lesung, agar mampu bekerja menjadi pimpinan di
KEK Tanjung Lesung.
Page 169
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Afifuddin. 2012. Pengantar administrasi pembangunan (Konsep, Teori, dan
Implikasinya di Era Reformasi). Bandung: Alfabeta, cv.
Darmawan. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Deddy, T. Tikson. 2005. Administrasi Pembangunan. Bandung: Alfabeta.
Fuad, Anis dan Nugroho Kandung . 2012. Panduan Praktis Peneliti Kualitatif.
Serang: FISIP Untirta Press.
Hidayat, Syarif, dan Agus Syarif Hidayat. 2010. Qua Vadis Kawasan Ekonomi
Khusus. Jakarta: Rajawali Pers
Moleong, L.J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Nugroho, I & Rochimin Dahuri. 2004. Pembangunan Wilayah: Perspektif
Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan. Jakarta: LP3ES
Siagian, Sondang P. 2008. Administrasi Pembangunan: konsep, dimensi, dan
strateginya. Jakarta: Bumi Aksara
Soehartono, Irawan. 2006. Metode Penelitian Social: Suatu Teknik Penelitian
Bidang Ilmu Kesejahteraan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Page 170
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suratmo, Gunarwan. 2004. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Susilo. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE
Todaro, Michael P, dan Smith, Stephen C.2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia
Ketiga Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Tulus T.H Tambunan. 2009. UMKM di Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia.
Peraturan:
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional 2005-2025
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK)
Peraturan Pemerintah No 2 Tahun 201 Tentang Penyelenggaraan KEK
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2012 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Tanjung Lesung
Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Masterplan Percepatan Dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025
Page 171
Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Presiden Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Masterplan Percepatan Dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025
Sumber Lain:
Cohen, E. 1984. The Impact of Tourism on the Physical Environment. Annals of
Tourism Research 5(2), 215-237.
Dinas Pariwisata. 2015. Database Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten
Pandeglang tahun 2015.
Hanny Aryunda. 2011. Dampak Ekonomi Pengembangan Kawasan Ekowisata
Kepulauan Seribu. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 22. 1-16.
http://bpiw.pu.go.id/article/detail/kementerian-pupr-dan-world-bank-
koordinasikan-pengembangan-kawasan-tanjung-lesung-dengan-bappeda-provinsi-
banten diakses pada tanggal 11 November 2016 pukul 20:52.
Indrawati, Titik, dan Suhendro. 2006. Determinasi Capital Structure Pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Periode 2000-2004, Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol.3, No. 1, Januari-Juni, hlm. 77-105
Kajian Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten. 2013. Dampak Sosial
Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung tahun 2013.
Kim, Youngbae., Y.Choi. 1994. Strategy Types and Performances of Small Firms
in Korea, Internationall Small Bussiness Journal, 13,1,PP, hlm. 13-25.
Page 172
Shanmugam, K.R., dan Bhaduri, S.N. 2002. Size, Age, and Firm Growth in the
Indian Manufactoring Sector, Applied Economics Letters.
Skripsi oleh Diah Novianti, Universitas Indonesia, Analisis Faktor Motivasi
Wirausahawan Wanita dan Hubungannya dengan Pertumbuhan Usaha pada
UMKM Batik di Solo, Tahun 2012.
Thesis oleh Mohammad Soleh, Universitas Diponegoro, Analisis Strategi Inovasi
dan Dampaknya terhadap Kinerja Perusahaan pada UKM Manufaktur di Kota
Semarang, Tahun 2008.
Page 174
PERTANYAAN WAWANCARA
PELAKU UMKM DI TANJUNG LESUNG
1. Apakah jumlah produksi usaha Bapak/Ibu setiap tahunnya meningkat?
Apakah peningkatan itu ada hubungannya dengan KEK TL yang mulai
beroperasi?
2. Apakah semenjak ada KEK dapat memudahkan pemasaran produk usaha
Bapak/Ibu?
3. Apakah volume penjualan usaha Bapak/Ibu setiap tahunnya meningkat?
Apakah peningkatan itu ada hubungannya dengan KEK TL yang mulai
beroperasi?
4. Apakah jumlah pegawai usaha Bapak/Ibu meningkat setelah ada
pembangunan KEK TL?
5. Apakah terjadi peningkatan permintaan produk pada usaha Bapak/Ibu setelah
ada pembangunan KEK TL?
6. Apakah jumlah pelanggan meningkat setelah ada pembangunan KEK TL?
Page 175
PERTANYAAN WAWANCARA
KEPALA BIDANG UMKM DINAS KOPERASI DAN UMKM KABUPATEN
PANDEGLANG
1. Bagaimana kondisi UMKM Pandeglang saat ini?
2. Apakah jumlah UMKM meningkat?
3. Apakah UMKM diberikan ruang khusus di Kawasan Ekonomi Khusus
Tanjung Lesung?
4. Pemberdayaan apa saja yang sudah dilakukan untuk UMKM di KEK
Tanjung Lesung?
5. Pemberdayaan apa saja yang sudah dilakukan untuk UMKM?
Page 176
PERTANYAAN WAWANCARA
Working Group (WG) UMKM Kabupaten Pandeglang
1. Bagaimana kondisi UMKM Pandeglang saat ini?
2. Apakah jumlah UMKM meningkat?
3. Sebenarnya apa yang paling dibutuhkan oleh para pelaku UMKM?
4. Apakah para pelaku UMKM sudah merasakan diberi ruang khusus di
kawasan KEK sesuai dengan UU Nomor 39 tahun 2009?
Page 177
PERTANYAAN WAWANCARA
Kepala Sub Bidang Pengembangan Sumber Daya Buatan Bappeda
Kabupaten Pandeglang
1. Apakah ada peningkatan wisatawan mancanegara setelah KEK ditetapkan?
2. Apakah jika wisatawan mancanegara meningkat akan mempengaruhi
penerimaan devisa pemerintah?
3. Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK pendapatan masyarakat
disekitar KEK meningkat?
4. Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK daya beli masyarakat
disekitar KEK meningkat?
5. Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK tingkat pendidikan
masyarakat disekitar KEK meningkat?
6. Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK kesempatan kerja terbuka
untuk masyarakat sekitar KEK?
7. Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK pengangguran di sekitar
KEK berkurang?
8. Setelah ada KEK sektor apa saja yang menjadi pendapatan pemerintah
daerah Kabupaten Pandeglang?
9. Selain dari pajak, apa sektor bukan pajak memberikan masukan
pendapatan untuk pemerintah?
10. Apakah Kecamatan dan Desa juga mendapatakan pendapatan dari adanya
KEK Pak?
Page 178
PERTANYAAN WAWANCARA
KEPALA ADMINISTRATOR KEK TANJUNG LESUNG
1. Apakah ada peningkatan wisatawan mancanegara setelah KEK ditetapkan?
2. Apakah jika wisatawan mancanegara meningkat akan mempengaruhi
penerimaan devisa pemerintah?
3. Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK pendapatan masyarakat
disekitar KEK meningkat?
4. Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK kesempatan kerja terbuka
untuk masyarakat sekitar KEK?
5. Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK pengangguran di sekitar
KEK berkurang?
6. Setelah ada KEK sektor apa saja yang menjadi pendapatan pemerintah
daerah Kabupaten Pandeglang?
7. Selain dari pajak, apa sektor bukan pajak memberikan masukan
pendapatan untuk pemerintah?
8. Apakah Kecamatan dan Desa juga mendapatakan pendapatan dari adanya
KEK Pak?
Page 179
PERTANYAAN WAWANCARA
DINAS PARIWISATA KABUPATEN PANDEGLANG
1. Apakah ada peningkatan wisatawan mancanegara setelah KEK ditetapkan?
2. Apakah jika wisatawan mancanegara meningkat akan mempengaruhi
penerimaan devisa pemerintah?
Page 180
PERTANYAAN WAWANCARA
KEPALA CAMAT PANIMBANG
1. Apakah ada peningkatan wisatawan mancanegara setelah KEK ditetapkan?
2. Apakah jika wisatawan mancanegara meningkat akan mempengaruhi
penerimaan devisa pemerintah?
3. Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK pendapatan masyarakat
disekitar KEK meningkat?
4. Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK kesempatan kerja terbuka
untuk masyarakat sekitar KEK?
5. Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK pengangguran di sekitar
KEK berkurang?
6. Apakah Kecamatan juga mendapatakan pendapatan dari adanya KEK?
Page 181
PERTANYAAN WAWANCARA
SEKRETARIS DESA TANJUNG JAYA
1. Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK pendapatan masyarakat
disekitar KEK meningkat?
2. Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK tingkat pendidikan
masyarakat disekitar KEK meningkat?
3. Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK kesempatan kerja terbuka
untuk masyarakat sekitar KEK?
4. Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK pengangguran di sekitar
KEK berkurang?
5. Apakah Desa juga mendapatakan pendapatan dari adanya KEK?
Page 182
PERTANYAAN WAWANCARA
PT BANTEN WEST JAVA (BWJ)
1. Apakah ada peningkatan wisatawan mancanegara setelah KEK ditetapkan?
2. Apakah jika wisatawan mancanegara meningkat akan mempengaruhi
penerimaan devisa pemerintah?
3. Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK pengangguran di sekitar
KEK berkurang?
Page 183
PERTANYAAN WAWANCARA
MASYARAKAT
1. Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK pendapatan masyarakat
disekitar KEK meningkat?
2. Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK kesempatan kerja terbuka
untuk masyarakat sekitar KEK?
3. Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK pengangguran di sekitar
KEK berkurang?
Page 184
MEMBER CHECK
Kode Informan I5.1
Nama : Kusaeri
Jabatan : Kepala Bidang UMKM Kabupaten Pandeglang
Tempat : Kantor Dinas Koperasi dan UMKM di Kabupaten Pandeglang
Tanggal : 10 Mei 2017
Waktu : 11.31WIB
1. Bagaimana kondisi UMKM di Kabupaten Pandeglang saat ini?
Kalau gambarannya sebenarnya sudah jalan sudah ada tapi masih belum
digarap secara profesional. Kalau profesionalkan artinya manajemen
pengelolaannya, manajemen keuangannya, manajemen pemasarannya sudah
profesional. Yang saya datangi ke KEK itu masih belum dijadikan profesi, jadi
masih sampingan. Nah kalo masih sampingan kan gimana mau berkembangnya
kan, jadi masih belum bicara “saya ini profesinya pekerjaan ini”. Yang
namanya profesi kan harusnya menghasilkan keuntungan kan. Tapi kemarin
saya datangi ibu-ibu katanya “ya daripada nganggur lah”, jadi intinya masih
belum profesional, masih belum dijadikan suatu profesi.
2. Apakah jumlah UMKM meningkat?
Nah justru itu kalau jumlah kuantitas tahun 2016 itu kan 14.078, tapi itu data
termasuk warung-warung klontong, karena masih bingung batasannya datanya
apa. Sementara ini kan setiap orang yang punya usaha didata, kan ada yang
mengatakan yang namanya usaha mikro itu ya setiap orang yang punya usaha
itu didata. Tapi menurut saya harusnya UMKM itu jenis usahanya bagaimana.
Seperti kalau pembuat opak boleh dikatakan UMKM karena dia dari proses
potensi yang ada. Tapi kalo tukang rokok, tukang klontongan itu mah belum
UMKM.
Page 185
3. Apakah UMKM diberikan ruang khusus di Kawasan Ekonomi Khusus
Tanjung Lesung?
Nah kan yang kita harapkan begini seharusnya ada PLUT yah, dipandeglang
itu belum ada. PLUT itu Pelayanan Usaha Terpadu disana itu ada pelatihannya,
pemasarannya, kemasannya untuk pertemuan dengan para pelaku usaha. Tapi
sementara ini kan gerai gitu kan, tapi untuk solusi pemasaran saya sih
kepinginnya terobosannya setiap hotel memiliki gerai gitu. Ya ruangan sekitar
2x2 meter nah itu dar kerajinan dari tempat itu ya kalau bisa mah gratis
tempatnya tapi hotel juga bisa menikmati keuntungannya gitu kan. Itu
terobosan pemasaran.
4. Jadi pemberdayaan untuk para UMKM di KEK itu sudah dilakukan
Pak?
Udah, sudah dilaksanakan, memang program pemerintah kabupaten
Pandeglang itu kan memberdayakan UMKM di penyangga KEK itu.
5. Pemberdayaan apa saja yang dilakukan untuk UMKM Pak?
Itu masih sebatas pelatihan-pelatihan. Pembinaan dan pelatihan kita turun
adakan Pembinaan door to door lah yah. Terus pelatihan ya kaya gini lah , yang
sudah punya dasar kerajinan kalau tidak dilatih dan pelatihan dan magang. Ini
kan magang ke katakan ke industri yang sudah punya kualitas. Seperti kemarin
kita pelatihan ke Garut, kita kirimkan orang-orangnya kesana. Karena kalau
dilatih disini kan teori saja kan tapi kalau ditempat dia membuat jadi dia tahu
harus seperti ini kan gitu. Jadi tidak monoton, ada yang dilihat. Kalau teori
kadang-kadang susah. Tapi kalau dimelihat “ohh saya harus seperti itu”. Bisa
punya nilai jual tinggi gitu. Memang konsentrasinya di daerah penyangga
KEK. Nanti juga akan ada anyaman pandan, kita latih lagi.
6. Apakah UMKM sudah merasakan dampak dari adanya KEK Pak?
Kayanya belum, karena kan KEKnya belum jalan, dan wisatawan juga belum
banyak yang datang.
Page 186
MEMBER CHECK
Kode Informan I7.1
Nama : Abdul Azis S.Ip
Jabatan : Kepala Sub Bidang Pengembangan Sumber Daya Buatan
Bappeda Kabupaten Pandeglang
Tempat : Kantor Bappeda Kabupaten Pandeglang
Tanggal : 05 Mei 2017
Pukul : 09.23
1. Apakah ada peningkatan wisatawan mancanegara setelah KEK
ditetapkan?
Mancanegara ada peningkatan, tapi tidak terlalu dominan, yang dominasi
lebih besar masih wisatawan nusantara.
2. Jika wisatawan mancanegara meningkat akan mempengaruhi
penerimaan devisa pemerintah ga pak?
Ya jelas berpengaruh, tapi tidak secara langsung untuk kabupaten
pandeglang, jadi bagi pusat berpengaruh. Kalau semua kewenangan sudah
dilimpahkan dalam administrator KEK itu pasti ada kontribusinya. Karena
kan keimigrasian rencana disana, terus bea cukai semua disana, pasti
dampaknya langsung ke kita. Saat ini administrator KEK itu hanya mengurusi
pelayanan perijinan, penanaman modal, dan rencana investasi. Sebenarnya
kewenangan-kewenangan dari BKPM sudah dilimpahkan, dari provinsi juga
Page 187
sudah dilimpahkan, tapi kan progressnya sekarang tanjung lesung masih
belum terlihat.
3. Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK pendapatan
masyarakat di sekitar KEK meningkat Pak?
Sebelum ada KEK dan setelah ada KEK ada berapa jumlah homestay?
Homestay tumbuh ga disana? Tumbuh. Homestay tumbuh, wisata kuliner
tumbuh. Kan banyak tuh di kanan-kiri jalan. Itukan dampak secara langsung.
4. Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK daya beli masyarakat
di sekitar KEK meningkat Pak?
Ya tidak absolut lah tidak mutlak langsung berubahlah, tapi suatu saat pasti
berubah.
5. Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK tingkat pendidikan
masyarakat meningkat Pak?
Pola perubahan pembangunan itu pasti akan merubah pola pembangunan
sosial budaya. Semakin bisa kita lihat ketika orang selatan atau utara berpikir
bahwa saya cukup hanya sekolah sampai SD atau SMP dengan adanya
pertumbuhan ekonomi atau KEK itu, orang akan berpikir wah saya minimal
harus menyelesaikan sampai SMA, karena kebutuhan rekrutmen tenaga kerja
kan banyaknya sampai SMA. Ini nih pola paradiga berpikir pasti akan
berubah.
Page 188
6. Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK kesempatan kerja
terbuka untuk masyarakat sekitar KEK Pak?
Sangat terbuka, makanya ada SMK karyawisata di Cikadu. Pramuwisatanya
dan pramuwismanya itu kan semuanya hampir rata-ratanya keluaran SMK
Karyawisata dari sana. Sebelum KEK ditetapkan sudah ada itu SMK
Karyawisata.
7. Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK pengangguran di
sekitar KEK berkurang Pak?
Harapannya begitu, pengangguran saat ini ekuivalen dengan pertumbuhan
jumlah penduduk. Usia rata” tenaga kerja itu kan fluktuatif sifatnya. Jadi
tahun sekarang bisa keserap sekian, tahun depan kan sudah ada lagi usia
produktif untuk tenaga kerja.
8. Setelah ada KEK sektor apa saja yang menjadi pendapatan pemerintah
daerah?
Yang jelas kalau pertumbuhan hotel bangunan disana tinggi lumayan kan
kontribusi pajaknya. IMB nya terus ijin HO gratis. Ya paling makaanya yang
kita harapkan itu pemerintah daerah tidak terfokus didalam KEK tapi
diluarnya. Makanya tahun sekarang sudah dibuat masterplannya kampung
cikadu jadi kampung wisata. Jadi sebenarnya harapan kita wisatawan itu ga
masuk ke KEK, jadi ke KEK itu dia hanya singgah saja, meninap, kemudian
destinasi wisatanya itu diluar.
Page 189
9. Apakah Kecamatan dan Desa juga mendapatakan pendapatan dari
adanya KEK Pak?
Jelas dapat, karena itu makanya kita bikin destinasi wisata diluar KEK,
pengelolaannya bisa sama desa dan pendanaanya bisa sama dinas, itu jadi
tergantung seberapa besar daerah-daerah di buffer zone memanfaatkan itu.
Kaya misal, harapannya getaran KEK ini bisa sampai ke sumur.
10. Selain pendapatan dari pajak, sektor bukan pajak memberikan
masukan pendapatan untuk pemerintah tidak pak?
Itu dari retribusi, jadi rencananya tahun sekarang kita akan bangun TPA
Cigeulis jadi bagian dari pendukung KEK, kenapa karena kan pasti produksi
sampah didalam kawasan banyak, ini peluang pemerintah buat kita menarik
retribusi, retribusi persampahan. Jadi didalam KEK ada pembuangan sampah
sementara dari situ dibawa ke TPA Cigeulis, berapa kubikasi yang diproduksi
sampah dalam KEK itu yang akan mendapatkan retribusi. Termasuk progres
yang belum jalan itu, kita pemerintah daerah menyiapkan air baku air bersih
untuk didalam kawasan. Jadi rencananya sudah ada, amdalnya sudah ada,
tinggal implemetasinya aja. Nanti ngambil dari sungai ciliman akan dialirkan
ke KEK. Nah itu dari kubikasi air yang keluar dari situ kontribusi bagi
pemerintah daerah. Jadi banyak peluangnya, tapi karena investor masih
menunggu infrastruktur ya akhirnya belum.
Page 190
MEMBER CHECK
Kode Informan I1.1
Nama : Muhammad Nama
Jabatan : Pelaku Usaha Homestay
Tempat : Hotel Kharisma
Tanggal : 11 April 2017
Pukul : 12.27 WIB
1. Apakah setelah tanjung Lesung dijadikan KEK jumlah Produksi
meningkat?
Meningkat, sekarang luar biasa, weekend penuh, kalau hari biasa
homestay 5 atau 7 kamar, sedangkan cottage bisa 2 atau 3 rumah.
Sekarang aja cottage ada yang ngisi 4 rumah, ngambilnya 3 malem itu dari
Bandung mereka sedang ada kegiatan.
2. Apakah setelah tanjung Lesung dijadikan KEK volume usaha
meningkat?
Ya tentunya, dulu cuma punya berapa kamar sekarang udah nambah lagi
kamarnya.
3. Apakah setelah Tanjung Lesung dijadikan KEK omzet penjualan
meningkat?
Page 191
Peningkatan omzet, hmm dulu cuma 20% sekarang sampai 90%, luar
biasa. Karena mungkin kalau mau peningkatannya lebih bagus itu harus
dibenarkan dulu akses jalannya.
4. Apakah usaha Bapak mengalami peningkatan jumlah pegawai?
Kalau pegawai yaa ada sih nambah 1 atau 2 gitu, apalagi kalo lagi ramai
kan suka ga ke cover gitu.
5. Apakah jumlah wisatawan yang datang ke homestay Bapak
meningkat?
Kan tadi sudah saya jelaskan kalau sekarang hari biasa saja banyak tamu
yang datang.
6. Apakah setelah Tanjung Lesung dijadikan KEK jumlah pelanggan
meningkat?
Jadi kalau saya tuh memang sudah lumayan banyak lah tamu yang dateng
bukan cuma sekali, tapi ada yang dua atau tiga kali. Karena saya selalu
kasih kartu nama saya.
Page 192
MEMBER CHECK
Kode Informan I1.4
Nama : Agus Ni’am Milah
Jabatan : Pelaku Usaha Batik Cikadu
Tempat : Gallery Batik Cikadu
Tanggal : 23 Maret 2017
Pukul : 13.49 WIB
1. Apakah setelah tanjung Lesung dijadikan KEK jumlah Produksi
meningkat?
Meningkat sekarang, peningkatannya drastis. Apalagi semenjak ada SK dari
Bupati, SK tentang para pegawai itu kan diwajibkan mengenakan batik
Cikadu. Jadi otomatis itu pesanan dari Dinas banyak banget. Sampe ada
waiting listnya.
2. Apakah semenjak ada KEK dapat memudahkan pemasaran produk?
Sebenarnya lebih banyak penjualan itu diluar bukan dari KEKnya, jadi kalau
penjualan itu lebih banyak keluar kalau di Tanjung Lesungnya itu kurang.
Karena memang kan didalam KEK tidak ada gerainya.
3. Apakah setelah tanjung Lesung dijadikan KEK volume usaha
meningkat?
Bahkan sekarang waiting list, jadi jumlah pesanan lebih banyak dari jumlah
produksi. Karena tenaga, jadi kan dampaknya kan ketika pesanan banyak
Page 193
kapasitas produksi nya kurang, maksudnya tenaga kerjanya kurang, jadi kan
harus nunggu pesanan gitu. Karena karyawannya dikit, karena kita
mempertahankan tradisional, kalau pakai printing kan lebih cepat, karena kita
dikerjakannya manual tradisional jadinya makan waktu.
4. Apakah usaha Bapak mengalami peningkatan jumlah pegawai?
Kalau disini gak tetap, soalnya freelance sih. Kalau pegawai tetapnya cuma 5
orang, pegawai sekaligus instruktur. Kalau yang freelancenya bisa mencapai
lebih dari 25 orang.
5. Apakah jumlah wisatawan yang datang ke tempat usaha Bapak
meningkat?
Kalau itu fluktuatif yah, jadi kadang rame ya rame banget sampe kadang
weekdays juga full gitu yah. Tapi kadang juga sepi. Yang datang ke batik
cikadu itu banyak hampir tiap minggu volumenya ada, baik itu tamu hotel
ataupun memang yang sengaja ke batik cikadu.
6. Apakah setelah Tanjung Lesung dijadikan KEK jumlah pelanggan
meningkat?
Kalau meningkat memang iya sangat meningkat, sampai ada waiting listnya.
Tapi sepertinya bukan karena KEK juga gitu, soalnya kan kalo di KEK belum
ada gerainya.
Page 194
MEMBER CHECK
Kode Informan I2.1
Nama : Asep
Jabatan : Sekretaris Desa Tanjung Jaya
Tempat : Kantor Desa Tanjung Jaya
Tanggal : 18 Mei 2017
Pukul : 11.59 WIB
1. Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK pendapatan
masyarakat di sekitar KEK meningkat Pak?
Kalau yang punya usaha pasti meningkat lah, usaha di bidang pariwisata
seperti homestay, Rumah Makan gitu pasti meningkat.
2. Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK tingkat pendidikan
masyarakat meningkat Pak?
Jadi alhamdulillah untuk pendidikan memang sudah lumayan pada sadar gitu.
Karena memang kan disini sudah ada sekolah pariwisata.
3. Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK kesempatan kerja
terbuka untuk masyarakat sekitar KEK Pak?
Belum sepenuhnya untuk lapangan pekerjaan, masih gitu-gitu aja.
Pekerjaannya masih itu-itu aja. Ya ada juga sih yang kerja ada yang jadi
mekanik, OB, chef, macem-macem sih.
Page 195
4. Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK pengangguran di
sekitar KEK berkurang Pak?
Kalau mengurangi pengangguran ya gimana yah, ya ada mah ada gitu yang
kerja, tapi masih sedikit gitu belum banyak
5. Apakah Kecamatan dan Desa juga mendapatakan pendapatan dari
adanya KEK Pak?
Setau saya sih belum ada, Cuma ya paling harga tanah disiini berlipat ganda
gitu, paling kalo ngurus IMB ya baru masuk ke Desa. Tapi masalahnya
karena belum sadarnya masyakat sekitar gitu yah, jadi pada belum ngurus
IMB, jadi ya ga da pemasukan juga gitu ke desa. Masih sedikit lah gitu.
Page 196
MEMBER CHECK
Kode Informan I3.1
Nama : Drs. Suaedi Kurdiatna M.Si
Jabatan : Camat Panimbang
Tempat : Kantor Kecamatan Panimbang
Tanggal : 23 Mei 2017
Pukul : 14.15
1. Apakah ada peningkatan wisatawan mancanegara setelah KEK
ditetapkan?
Oh ya jelas, ya pasti meningkatlah terutama hari-hari libur lah, khususnya
domestik. Kalau mancanegara, bapak kan tidak punya datanya karena mereka
kan ga ijin ke kecamatan dulu jadi bapak juga tidak tahu, tapi yang pasti
sudah mulai ada.
2. Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK pendapatan
masyarakat di sekitar KEK meningkat?
Ohh kan sekarang banyak bangunan-bangunan, banyak homestay, warung
makan, jadi dibukanya kawasan ekonomi khusus ya tentu kena imbas. Yang
tadinya tidak memiliki usaha, sekarang memiliki usaha. Cipanon, atau di desa
tanjung jaya lah itu kan banyak warung makan, homestay, tempat-tempat
penginapan, jadi yang jelas meningkatkan pendapatan masyarakat lokal.
Page 197
3. Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK kesempatan kerja
terbuka untuk masyarakat sekitar KEK?
Nah tanjung lesung itu kan juga memberdayakan orang sini, salah satunya
pelayannya, waitersnya, ya hanya sampai level situ sih. Kalau managernya
kan itu butuh sekolah yang lebih tinggi.
4. Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK pengangguran di
sekitar KEK berkurang?
Ya tentu lah, kaya pemuda-pemuda sini kan jadi banyak yang jaga homestay,
ya jelas akan mengurangi jumlah pengangguran. Yang tadinya kerjanya ga
jelas, sekarang jadi jelas.
5. Apakah Kecamatan dan Desa juga mendapatakan pendapatan dari
adanya KEK?
Kalo ke kecamatan ga ada, kalo ke kabupaten ada yah di sektor pajak paling.
Kalau secara langsung ya tidak ada ama sekali kalau ke kecamatan.
Page 198
MEMBER CHECK
Kode Informan I1.4
1. Apakah setelah tanjung Lesung dijadikan KEK jumlah Produksi
meningkat?
Ya tentu pasti meningkat yah.
2. Apakah setelah Tanjung Lesung dijadikan KEK omzet penjualan
meningkat?
Alhamdulillah sejauh ini selalu meningkat. Sampai bisa beli tanah in, terus
bangun rumah makan yang seperti sekarang, kalau dulu hanya gubug kecil-
kecil gitu.
3. Apakah usaha Bapak mengalami peningkatan jumlah pegawai?
Kalau dulu bahkan kita ga pakai karyawan, kalau sekarang kita udah mulai tambah-
tambah yah seperti itu. Sekarang karyawan udah ada 7, kalau dulu cuma kita-kita aja
keluarga. Nah sekarang memang butuh karyawan, karena memang penanganannya
harus lebih baik gitu.
4. Apakah setelah Tanjung Lesung dijadikan KEK jumlah pelanggan
meningkat?
Yaa dampaknya lumayan lah, kalau dulu kan kebanyakan lokal yah dari
jakarta gitu. Kalau sekarang alhamdulillah banyak dari luar kaya dari korea
gitu yah. Orang asing juga udah mulai masuk kesini.
Page 199
5. Apakah jumlah wisatawan yang datang ke Rumah Makan Bapak
meningkat?
Iya iya sekarang tiap hari juga ada aja yang dateng. Namanya rumah makan
yah pasti kan wisatawan yang cuma main sebentar juga pasti makan kan.
Page 200
MEMBER CHECK
Kode Infoman I9
Nama : Kunto
Jabatan : Direktur Operasional PT BWJ
Tempat : Kantor PT BWJ
Tanggal : 23 Mei 2017
Pukul : 10.50 WIB
11. Apakah ada peningkatan wisatawan mancanegara setelah KEK
ditetapkan?
Wisatawan mancanegara itu pasti ada, tapi belum banyak. Karena mungkin
memang bandaranya belum jadi, jadi agak repot gitu yah.
12. Jika wisatawan mancanegara meningkat akan mempengaruhi
penerimaan devisa pemerintah ga pak?
Sudah pasti lah itu, cuma kan karena KEK nya juga masih proses
pembangunan, jadinya masih belum signifikan. Tapi nanti pasti
peningkatannya akan drastis.
13. Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK kesempatan kerja
terbuka untuk masyarakat sekitar KEK Pak?
Kalau kita boleh jujur yah, jika KEK ini sudah rampung itu bisa dipastikan
akan menyerap 200.000 lebih tenaga kerja. Saat ini ya kantor saya kebetulan
di Jakarta di Batavia, saya tidak setiap hari ada disini. Disini ada 300 lebih
karyawan, sedangkan di Batavia ada sekitar 150. Pernah mempunyai
Page 201
gambaran ga, kawasan ini seperti kawasan yang ada di Bali. Value effect nya
itu dirasakan oleh masyarakat lain. Contoh nih hotel, ikan berapa banyak
yang dibutuhkan, ikan berapa banyak, atau cabai berapa banyak. Mereka beli
dimana? Diluar kan, tapi tidak ke Jakarta, mereka beli ke masyarakat
setempat. Kami disini, setiap perusahaan harus mempekerjakan minimal 40%
warga lokal atau potensi daerah yah. Tapi kalau kita bukan 40% lagi, tapi
sudah 95% adalah orang sini.
Page 202
MATRIKS HASIL WAWANCARA
Q
I
I1.1
Q1 Apakah setelah tanjung Lesung dijadikan KEK jumlah Produksi
meningkat?
“Meningkat, sekarang luar biasa, weekend penuh, kalau hari biasa
homestay 5 atau 7 kamar, sedangkan cottage bisa 2 atau 3 rumah.
Sekarang aja cottage ada yang ngisi 4 rumah, ngambilnya 3 malem
itu dari Bandung mereka sedang ada kegiatan.”
Q2 Apakah setelah tanjung Lesung dijadikan KEK volume usaha
meningkat?
“Ya tentunya, dulu cuma punya berapa kamar sekarang udah nambah
lagi kamarnya.”
Q3 Apakah setelah tanjung Lesung dijadikan KEK omzet penjualan
meningkat?
“Peningkatan omzet, hmm dulu cuma 20% sekarang sampai 90%,
luar biasa. Karena mungkin kalau mau peningkatannya lebih bagus
itu harus dibenarkan dulu akses jalannya.”
Q5 Apakah setelah tanjung Lesung dijadikan KEK jumlah pegawai
meningkat?
“Kalau pegawai yaa ada sih nambah 1 atau 2 gitu, apalagi kalo lagi
ramai kan suka ga ke cover gitu.”
Q6 Apakah jumlah wisatawan yang datang ke homestay Bapak
meningkat?
“Kan tadi sudah saya jelaskan kalau sekarang hari biasa saja banyak
tamu yang datang.”
Q7 Apakah jumlah pelanggan datang ke homestay Bapak meningkat?
“Jadi kalau saya tuh memang sudah lumayan banyak lah tamu yang
dateng bukan cuma sekali, tapi ada yang dua atau tiga kali. Karena
saya selalu kasih kartu nama saya.”
Q
I
I1.2
Q3 Apakah setelah tanjung Lesung dijadikan KEK omzet penjualan
meningkat?
Laba meningkat lah, ya sekitar 30% lah, pokonya setiap tahun
meningkat lah. Nanti tamu saya aja tuh 80 orang tuh akhir bulan ini
dia udah booking. Peningkatan mah ada setiap tahun setiap bulan
Page 203
juga ada.
Q5 Apakah setelah tanjung Lesung dijadikan KEK jumlah pegawai
meningkat?
Tenaga kerja saya ada 2, asli orang sini gampang orang lain lah.
Paling nyapu, tukang ganti sprei, ya tukang suruh-suruh lah. Kalau
misalkan lagi ramai tamu ya pokonya mereka standbye, pemuda-
pemuda disini. Kan tamu suka minta dibakarin ikan, atau dianterin
kemana gitu kan tamunya.
Q7 Apakah jumlah pelanggan datang ke homestay Bapak meningkat?
Tidak bisa diperdiksi, karena kadang-kadang tengah malem datang
tamu. Jadi tidak bisa diduga gitu. Kalau weekend mah waduuhh full,
semua full mbak. Ya pokonya semenjak ada KEK sewa kamar
meningkat lah.
Q
I
I1.3
Q1 Apakah setelah tanjung Lesung dijadikan KEK jumlah Produksi
meningkat?
“Meningkat sekarang, peningkatannya drastis. Apalagi semenjak ada
SK dari Bupati, SK tentang para pegawai itu kan diwajibkan
mengenakan batik Cikadu. Jadi otomatis itu pesanan dari Dinas
banyak banget. Sampe ada waiting listnya.”
Q2 Apakah setelah tanjung Lesung dijadikan KEK volume usaha
meningkat?
“Bahkan sekarang waiting list, jadi jumlah pesanan lebih banyak dari
jumlah produksi. Karena tenaga, jadi kan dampaknya kan ketika
pesanan banyak kapasitas produksi nya kurang, maksudnya tenaga
kerjanya kurang, jadi kan harus nunggu pesanan gitu. Karena
karyawannya dikit, karena kita mempertahankan tradisional, kalau
pakai printing kan lebih cepat, karena kita dikerjakannya manual
tradisional jadinya makan waktu.”
Q4 Apakah semenjak ada KEK dapat memudahkan pemasaran produk?
“Sebenarnya lebih banyak penjualan itu diluar bukan dari KEKnya,
jadi kalau penjualan itu lebih banyak keluar kalau di Tanjung
Lesungnya itu kurang. Karena memang kan didalam KEK tidak ada
gerainya.”
Q5 Apakah setelah tanjung Lesung dijadikan KEK jumlah pegawai
meningkat?
“Kalau disini gak tetap, soalnya freelance sih. Kalau pegawai
tetapnya cuma 5 orang, pegawai sekaligus instruktur. Kalau yang
Page 204
freelancenya bisa mencapai lebih dari 25 orang.”
Q6 Apakah jumlah wisatawan yang datang ke homestay Bapak
meningkat?
“Kalau itu fluktuatif yah, jadi kadang rame ya rame banget sampe
kadang weekdays juga full gitu yah. Tapi kadang juga sepi. Yang
datang ke batik cikadu itu banyak hampir tiap minggu volumenya
ada, baik itu tamu hotel ataupun memang yang sengaja ke batik
cikadu.”
Q7 Apakah jumlah pelanggan yang datang meningkat?
“Kalau meningkat memang iya sangat meningkat, sampai ada
waiting listnya. Tapi sepertinya bukan karena KEK juga gitu, soalnya
kan kalo di KEK belum ada gerainya.”
Q
I
I1.4
Q1 Apakah setelah tanjung Lesung dijadikan KEK jumlah Produksi
meningkat?
Ya tentu pasti meningkat yah.
Q3 Apakah setelah tanjung Lesung dijadikan KEK omzet penjualan
meningkat?
Alhamdulillah sejauh ini selalu meningkat. Sampai bisa beli tanah in,
terus bangun rumah makan yang seperti sekarang, kalau dulu hanya
gubug kecil-kecil gitu.
Q5 Apakah setelah tanjung Lesung dijadikan KEK jumlah pegawai
meningkat?
“Kalau dulu bahkan kita ga pakai karyawan, kalau sekarang kita udah
mulai tambah-tambah yah seperti itu. Sekarang karyawan udah ada 7, kalau
dulu cuma kita-kita aja keluarga. Nah sekarang memang butuh karyawan,
karena memang penanganannya harus lebih baik gitu.”
Q6 Apakah jumlah wisatawan yang datang ke homestay Bapak
meningkat?
“Yaa dampaknya lumayan lah, kalau dulu kan kebanyakan lokal yah
dari jakarta gitu. Kalau sekarang alhamdulillah banyak dari luar kaya
dari korea gitu yah. Orang asing juga udah mulai masuk kesini.”
Q7 Apakah jumlah pelanggan Bapak meningkat?
“Iya iya sekarang tiap hari juga ada aja yang dateng. Namanya rumah
makan yah pasti kan wisatawan yang cuma main sebentar juga pasti
makan kan.”
Page 205
Q
I
I2.1
Q3 Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK pendapatan
masyarakat disekitar KEK meningkat?
Kalau yang punya usaha pasti meningkat lah, usaha di bidang
pariwisata seperti homestay, Rumah Makan gitu pasti meningkat.
Q5 Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK tingkat pendidikan
masyarakat disekitar KEK meningkat?
Jadi alhamdulillah untuk pendidikan memang sudah lumayan pada
sadar gitu. Karena memang kan disini sudah ada sekolah pariwisata.
Q6 Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK kesempatan kerja
terbuka untuk masyarakat sekitar KEK?
Belum sepenuhnya untuk lapangan pekerjaan, masih gitu-gitu aja.
Pekerjaannya masih itu-itu aja. Ya ada juga sih yang kerja ada yang
jadi mekanik, OB, chef, macem-macem sih.
Q7 Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK pengangguran di
sekitar KEK berkurang?
Kalau mengurangi pengangguran ya gimana yah, ya ada mah ada gitu
yang kerja, tapi masih sedikit gitu belum banyak.
Q10 Apakah Kecamatan dan Desa juga mendapatakan pendapatan dari
adanya KEK Pak?
Setau saya sih belum ada, Cuma ya paling harga tanah disiini berlipat
ganda gitu, paling kalo ngurus IMB ya baru masuk ke Desa. Tapi
masalahnya karena belum sadarnya masyakat sekitar gitu yah, jadi
pada belum ngurus IMB, jadi ya ga da pemasukan juga gitu ke desa.
Masih sedikit lah gitu
Q
I
I3.1
Q1 Apakah ada peningkatan wisatawan mancanegara setelah KEK
ditetapkan?
Oh ya jelas, ya pasti meningkatlah terutama hari-hari libur lah,
khususnya domestik. Kalau mancanegara, bapak kan tidak punya
datanya karena mereka kan ga ijin ke kecamatan dulu jadi bapak juga
tidak tahu, tapi yang pasti sudah mulai ada.
Page 206
Q3 Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK pendapatan
masyarakat disekitar KEK meningkat?
Ohh kan sekarang banyak bangunan-bangunan, banyak homestay,
warung makan, jadi dibukanya kawasan ekonomi khusus ya tentu
kena imbas. Yang tadinya tidak memiliki usaha, sekarang memiliki
usaha. Cipanon, atau di desa tanjung jaya lah itu kan banyak warung
makan, homestay, tempat-tempat penginapan, jadi yang jelas
meningkatkan pendapatan masyarakat lokal.
Q5 Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK tingkat pendidikan
masyarakat disekitar KEK meningkat?
Jadi alhamdulillah untuk pendidikan memang sudah lumayan pada
sadar gitu. Karena memang kan disini sudah ada sekolah pariwisata.
Q6 Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK kesempatan kerja
terbuka untuk masyarakat sekitar KEK?
Nah tanjung lesung itu kan juga memberdayakan orang sini, salah
satunya pelayannya, waitersnya, ya hanya sampai level situ sih.
Kalau managernya kan itu butuh sekolah yang lebih tinggi.
Q7 Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK pengangguran di
sekitar KEK berkurang?
Ya tentu lah, kaya pemuda-pemuda sini kan jadi banyak yang jaga
homestay, ya jelas akan mengurangi jumlah pengangguran. Yang
tadinya kerjanya ga jelas, sekarang jadi jelas.
Q10 Apakah Kecamatan dan Desa juga mendapatakan pendapatan dari
adanya KEK Pak?
Kalo ke kecamatan ga ada, kalo ke kabupaten ada yah di sektor pajak
paling. Kalau secara langsung ya tidak ada ama sekali kalau ke
kecamatan.
Q
I
I4.1
Q11 Bagaimana gambaran umum UMKM di Kabupaten Pandeglang
khususnya sekitar KEK Tanjung Lesung saat ini?
Masih jauh, jauh daripada pantas. Tapi kami tidak pesimis yah.
Artinya untuk kita mensejajarkan dengan wilayah lain itu masih jauh,
tetapi kami berusaha maksimal, akan mencurahkan kemampuan
kami. Artinya kami mau meyetarakan dengan daerah-daerah lain, tapi
itu pun jika para pihak kepentingan mau bersinergi dengan kami,
pasti itu akan lebih cepat prosesnya. Kaya dinas terkait gitu, lembaga
Page 207
akademisi juga ayo kita bareng-bareng agar lebih mudah. Tapi kalau
boleh jujur pandeglang saat ini jauh tertinggal
Q12 Apakah jumlah UMKM meningkat?
Kalau jumlah UMKM setiap tahun itukan fluktuasi. Makanya orang
dinas mengklaim bahwa kami kabupaten pandeglang memiliki pelaku
usaha 16.000, ah masaa ya kan. Mana coba datanya. Tapi kalau
nanya ke kita, kita akan jawab dengan juju, secara umum barang kali
dalam tanda kutip itu iya ada. Mungkin dari pedangang baso, tukang
rokok itu iya. Tetapi kan bukan itu yang kita butuhkan. Yang kita
butuhkan itu pelaku usaha yang riil, artinya pelaku usaha yang
bertahan. Bertahan disitu kan berarti mereka dalam kondisi apapun
dalam mempertahankan usahanya gitu.
Q13 Sebenarnya apa hal yang paling dibutuhkan oleh para pelaku
UMKM?
Ya sebenarnya kita hanya butuh dorongan dari birokrasi, tapi itu ga
ada. Kenapa saya selama 8 tahun selalu berbenturan dengan pihak
birokrasi, ya semua orang di dinas pasti tau lah sama saya kalu saya
itu orang yang rese, orang tukang protes, saya sadar, tapi dibalik itu
kan saya punya tujuan, membangun. Intinya bukan membangun tapi
mau bersinergi antara pelaku usaha dengan birokrasi. Itu intinya.
Tapi kenapa birokrasi di kita itu selalu ada aja alasan, paling sering
adalah alasan tentang anggaran. Padahal kan bukan itu. Pada
dasarnya kami pelaku usaha tidak hanya membutuhkan modal, modal
itu nomor sekian, yang paling kami butuhkan adalah motivasi.
Dorongan, ayo mau gimana nih masyarakat nih dengan potensi lokal
yang sangat luar biasa. Mestinya kaya gitu, tapi alhamdulillah
beberapa minggu ini birokrasi mulai terasa. Kalau dibilang 180˚.
Sebelumnya kan selama ini kita selalu dijadikan obyek gitu, sekali-
sekali dong jadikan kami subyek
Q14 Apakah UMKM diberikan ruang khusus di Kawasan Ekonomi
Khusus Tanjung Lesung?
Oh gini jadi itu kan hanya sebatas wacana sementara, jadi ke depan
tujuan pemerintah kabupaten Pandeglang akan menjadikan wilayah
selatan itu jadi Kawasan Ekonomi Khusus. Yang saya katakan tadi,
tidak akan pernah terwujud suatu kawasan jika tidak ditopang oleh
unsur-unsur lain, termasuk dari pelaku usaha. Selama ini belum jalan,
apa yang beda? Gerai aja belum ada. Jadi hanya wacana. Tapi kita
harus siap, dan kita harus mendukung program itu. Dan yang
namanya pemerintah sudah membuat program, ya tentunya kan harus
dijalankan. Dan kalaupun tidak, kan kasihan para pelaku usaha. Jadi
itu hanya konsep, hanya wacana. Kalau boleh jujur yah, untuk saat
ini itu belum. Tapi dalam hal ini Bupati menekankan pada semua
Page 208
dinas untuk berpacu dan bersinergi mengembangkan program
Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung.
Q
I
I5.1
Q11 Bagaimana gambaran umum UMKM di Kabupaten Pandeglang
khususnya sekitar KEK Tanjung Lesung saat ini?
Kalau gambarannya sebenarnya sudah jalan sudah ada tapi masih
belum digarap secara profesional. Kalau profesionalkan artinya
manajemen pengelolaannya, manajemen keuangannya, manajemen
pemasarannya sudah profesional. Yang saya datangi ke KEK itu
masih belum dijadikan profesi, jadi masih sampingan. Nah kalo
masih sampingan kan gimana mau berkembangnya kan, jadi masih
belum bicara “saya ini profesinya pekerjaan ini”. Yang namanya
profesi kan harusnya menghasilkan keuntungan kan. Tapi kemarin
saya datangi ibu-ibu katanya “ya daripada nganggur lah”, jadi intinya
masih belum profesional, masih belum dijadikan suatu profesi.
Q12 Apakah jumlah UMKM meningkat?
Nah justru itu kalau jumlah kuantitas tahun 2016 itu kan 14.078, tapi
itu data termasuk warung-warung klontong, karena masih bingung
batasannya datanya apa. Sementara ini kan setiap orang yang punya
usaha didata, kan ada yang mengatakan yang namanya usaha mikro
itu ya setiap orang yang punya usaha itu didata. Tapi menurut saya
harusnya UMKM itu jenis usahanya bagaimana. Seperti kalau
pembuat opak boleh dikatakan UMKM karena dia dari proses potensi
yang ada. Tapi kalo tukang rokok, tukang klontongan itu mah belum
UMKM.
Q14 Apakah UMKM diberikan ruang khusus di Kawasan Ekonomi
Khusus Tanjung Lesung?
Nah kan yang kita harapkan begini seharusnya ada PLUT yah,
dipandeglang itu belum ada. PLUT itu Pelayanan Usaha Terpadu
disana itu ada pelatihannya, pemasarannya, kemasannya untuk
pertemuan dengan para pelaku usaha. Tapi sementara ini kan gerai
gitu kan, tapi untuk solusi pemasaran saya sih kepinginnya
terobosannya setiap hotel memiliki gerai gitu. Ya ruangan sekitar 2x2
meter nah itu dar kerajinan dari tempat itu ya kalau bisa mah gratis
tempatnya tapi hotel juga bisa menikmati keuntungannya gitu kan.
Itu terobosan pemasaran.
Page 209
Q
I
I6.1
Q3 Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK pendapatan masyarakat
disekitar KEK meningkat?
Ya tidak absolut lah tidak mutlak langsung berubahlah, tapi suatu saat
pasti berubah
Q
I
I7.1
Q1 Apakah ada peningkatan wisatawan mancanegara setelah KEK
ditetapkan?
Mancanegara ada peningkatan, tapi tidak terlalu dominan, yang
dominasi lebih besar masih wisatawan nusantara.
Q2 Apakah jika wisatawan mancanegara meningkat akan mempengaruhi
penerimaan devisa pemerintah?
Ya jelas berpengaruh, tapi tidak secara langsung untuk kabupaten
pandeglang, jadi bagi pusat berpengaruh. Kalau semua kewenangan
sudah dilimpahkan dalam administrator KEK itu pasti ada
kontribusinya. Karena kan keimigrasian rencana disana, terus bea
cukai semua disana, pasti dampaknya langsung ke kita. Saat ini
administrator KEK itu hanya mengurusi pelayanan perijinan,
penanaman modal, dan rencana investasi. Sebenarnya kewenangan-
kewenangan dari BKPM sudah dilimpahkan, dari provinsi juga sudah
dilimpahkan, tapi kan progressnya sekarang tanjung lesung masih
belum terlihat.
Q3 Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK pendapatan
masyarakat disekitar KEK meningkat?
Sebelum ada KEK dan setelah ada KEK ada berapa jumlah
homestay? Homestay tumbuh ga disana? Tumbuh. Homestay
tumbuh, wisata kuliner tumbuh. Kan banyak tuh di kanan-kiri jalan.
Itukan dampak secara langsung.
Q5 Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK tingkat pendidikan
masyarakat disekitar KEK meningkat?
Pola perubahan pembangunan itu pasti akan merubah pola
pembangunan sosial budaya. Semakin bisa kita lihat ketika orang
selatan atau utara berpikir bahwa saya cukup hanya sekolah sampai
SD atau SMP dengan adanya pertumbuhan ekonomi atau KEK itu,
orang akan berpikir wah saya minimal harus menyelesaikan sampai
SMA, karena kebutuhan rekrutmen tenaga kerja kan banyaknya
sampai SMA. Ini nih pola paradiga berpikir pasti akan berubah.
Page 210
Q6 Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK kesempatan kerja
terbuka untuk masyarakat sekitar KEK?
Sangat terbuka, makanya ada SMK karyawisata di Cikadu.
Pramuwisatanya dan pramuwismanya itu kan semuanya hampir rata-
ratanya keluaran SMK Karyawisata dari sana. Sebelum KEK
ditetapkan sudah ada itu SMK Karyawisata.
Q7 Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK pengangguran di
sekitar KEK berkurang?
Harapannya begitu, pengangguran saat ini ekuivalen dengan
pertumbuhan jumlah penduduk. Usia rata” tenaga kerja itu kan
fluktuatif sifatnya. Jadi tahun sekarang bisa keserap sekian, tahun
depan kan sudah ada lagi usia produktif untuk tenaga kerja.
Q8 Setelah ada KEK sektor apa saja yang menjadi pendapatan
pemerintah daerah Kabupaten Pandeglang?
Yang jelas kalau pertumbuhan hotel bangunan disana tinggi lumayan
kan kontribusi pajaknya. IMB nya terus ijin HO gratis. Ya paling
makaanya yang kita harapkan itu pemerintah daerah tidak terfokus
didalam KEK tapi diluarnya. Makanya tahun sekarang sudah dibuat
masterplannya kampung cikadu jadi kampung wisata. Jadi
sebenarnya harapan kita wisatawan itu ga masuk ke KEK, jadi ke
KEK itu dia hanya singgah saja, meninap, kemudian destinasi
wisatanya itu diluar.
Q9 Apakah Kecamatan dan Desa juga mendapatakan pendapatan dari
adanya KEK Pak?
Jelas dapat, karena itu makanya kita bikin destinasi wisata diluar
KEK, pengelolaannya bisa sama desa dan pendanaanya bisa sama
dinas, itu jadi tergantung seberapa besar daerah-daerah di buffer zone
memanfaatkan itu. Kaya misal, harapannya getaran KEK ini bisa
sampai ke sumur.
Q10 Selain dari pajak, apa sektor bukan pajak memberikan masukan
pendapatan untuk pemerintah?
Itu dari retribusi, jadi rencananya tahun sekarang kita akan bangun
TPA Cigeulis jadi bagian dari pendukung KEK, kenapa karena kan
pasti produksi sampah didalam kawasan banyak, ini peluang
pemerintah buat kita menarik retribusi, retribusi persampahan. Jadi
didalam KEK ada pembuangan sampah sementara dari situ dibawa ke
TPA Cigeulis, berapa kubikasi yang diproduksi sampah dalam KEK
itu yang akan mendapatkan retribusi. Termasuk progres yang belum
jalan itu, kita pemerintah daerah menyiapkan air baku air bersih
untuk didalam kawasan. Jadi rencananya sudah ada, amdalnya sudah
ada, tinggal implemetasinya aja. Nanti ngambil dari sungai ciliman
Page 211
akan dialirkan ke KEK. Nah itu dari kubikasi air yang keluar dari situ
kontribusi bagi pemerintah daerah. Jadi banyak peluangnya, tapi
karena investor masih menunggu infrastruktur ya akhirnya belum.
Q
I
I8.1
Q1 Apakah ada peningkatan wisatawan mancanegara setelah KEK
ditetapkan?
Kalau wisatawan mancanegara itu yang kedeteksi oleh kami itu
adalah yang didalem kawasan. Dalem kawasan itu jumlah wisatawan
sudah terjadi peningkatan. Ini akumulasi yah sudah ada 800.000-an di
dalem kawasan, jadi yang ga bisa kedeteksi sama kita itu yang diluar
kawasan, karena itu bukan wewenang kita. Kalau presentasinya itu
sekitar 3-5%. Itu ekspatriat yah, wisatawan asing dalam definisi yang
lebih luas.
Q2 Apakah jika wisatawan mancanegara meningkat akan mempengaruhi
penerimaan devisa pemerintah?
Oh iya pasti kan mereka pasti spending money kan, kita berharap
juga devisa negara itu kan baik dari uang yang mereka belanja kan di
Indonesia, sama ada investasi, jadi ada dua sisi. Dari sisi investasi
pariwisata yang berasal dari WNA, kemudian dari sisi pembelanjaan
wisatawan. Cumakan itu ada di dokumen fisibility study ya, nah
sekarang tuh belum optimal devisa negaranya karena innvestasinya
juga belum tembus secara signifikan. Wisatawannya juga masih
mengandalkan wisatawan domestik, dari 600.000 di tahun 2016 aja
itu hanya 3-5% yang wisman, wismannya juga kebanyakan
ekspatriat, apa namanya nginepnya hanya satu malam, jadi memang
belum terlalu banyak, tapi kita sedang dalam proses dalam mencapai
itu.
Q3 Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK pendapatan
masyarakat disekitar KEK meningkat?
Harusnya sih meningkat. Karena hampir 95% tenaga kerja di Tanjung
Lesung itu orang lokal. Top manajemennya aja yang pegang dari
luar, itu karena kompetensinya yang ga ada dikita kan. Nah itu, bukan
karena tidak mau panggil orang lokal, tapi karena tidak tersedia untuk
menempati yang top manajerial. Selain itu dari outsourcing ya yang
low skill itu support dari orang lokal semua. Kemudian dari penyedia
makanan, paket-paket wisata, itu kan sangat dinikmati oleh temen-
temen di buffer zone. Tumbuhnya homestay, jadi 80 homestay yang
ada di pandeglang itu 40nya tumbuh di Tanjung Lesung hanya dalam
waktu 2 tahun, walaupun misalnya si pemilik dari luar tapi kan orang
Page 212
lokalnya jadi operator. Industri kreatif juga tumbuh.
Q7 Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK pengangguran di
sekitar KEK berkurang?
Kalau secara signifikan mengurangi pengangguran di Pandeglang itu
ya belum lah yah, tapi untuk sekitar kawasan ya bayangin aja
sekarang sudah 500 orang terserap, kurang lebih segitu. Karena kan
investasinya masih belum besar-besaran. 500 itu yang directly
bekerja, tapikan yang indirectnya itu terjadi tapi itu ga bisa kita
hitung. Tapi saya yakin multiplier effectnya besar, industri di buffer
zonenya tumbuh, seperti tadi homestay, kuliner, kreatif, kemudian
warung-warung, SPBU, dan pusat oleh-oleh.
Q8 Setelah ada KEK sektor apa saja yang menjadi pendapatan
pemerintah daerah Kabupaten Pandeglang?
Dari perijinan, dari retribusi Izin Mendirikan Bangunan. Satu-satunya
perizinan yang beretribusi di Kawasan Ekonomi Khusus itu hanya
itu. Yang sudah dilimpahkan yah. Kalau untuk pajak Tergantung
nanti dari pajak apa saja yang bisa keliatan kan. Nanti bisa ditelusuri
lonjakan-lonjakan pajak. Misalnya karena ada KEK nilai tanahnya
jadi meningkatkan, terus demand untuk investor-investor untuk
membeli tanah kan terjadi. Harga tanah meningkat, pasti pajaknya
juga akan meningkat.
Q9 Apakah Kecamatan dan Desa juga mendapatakan pendapatan dari
adanya KEK Pak?
Pasti, karena baik itu dari dalam kawasan maupun luar kawasan.
Karena kita berbicaranya kan KEK itu bukan hanya 1.500 Ha yah,
tapi buffer zonenya, multiplier effectnya ke sektor lain. Dan itu pasti
ada penerimaan-penerimaan negara yang dicollect oleh kecamatan
atau desa. Baik dalam misalnya PBB, atau dari transaksi jual beli
tanah yang terjadi, kemudian perizinan-perizinan yang beretribusi
yang ada di buffer zone.
Q10 Selain dari pajak, apa sektor bukan pajak memberikan masukan
pendapatan untuk pemerintah?
Itu dari retribusi, jadi rencananya tahun sekarang kita akan bangun
TPA Cigeulis jadi bagian dari pendukung KEK, kenapa karena kan
pasti produksi sampah didalam kawasan banyak, ini peluang
pemerintah buat kita menarik retribusi, retribusi persampahan. Jadi
didalam KEK ada pembuangan sampah sementara dari situ dibawa ke
TPA Cigeulis, berapa kubikasi yang diproduksi sampah dalam KEK
itu yang akan mendapatkan retribusi. Termasuk progres yang belum
jalan itu, kita pemerintah daerah menyiapkan air baku air bersih
untuk didalam kawasan. Jadi rencananya sudah ada, amdalnya sudah
Page 213
ada, tinggal implemetasinya aja. Nanti ngambil dari sungai ciliman
akan dialirkan ke KEK. Nah itu dari kubikasi air yang keluar dari situ
kontribusi bagi pemerintah daerah. Jadi banyak peluangnya, tapi
karena investor masih menunggu infrastruktur ya akhirnya belum.
Q12 Apakah jumlah UMKM meningkat?
Yang pasti sekarang UMKM sudah mulai tumbuh, misalnya
homestay, bikin souvenir-souvenir, terus bikin batik, kerajinan-
kerajinan dari batok kelapa, dan terutama makanan lokal dan oleh-
oleh.
Q14 Apakah UMKM diberikan ruang khusus di Kawasan Ekonomi
Khusus Tanjung Lesung?
Iya betul, berdasarkan masterplan yang lama itu akan diposisikan di
Public Beach. Public beach itu didekat pintu utama yang memang
dibuka untuk umum. Disana juga akan ada macam-macam kuliner,
handycraft, ya pokonya UMKM. Namun kemarin sesuai dengan
perkembangan investasi yah, dinamika investasi, kalau berbicara
tentang investasi ya itu berarti terserah investornya yah, kita boleh
punya masterplan tapi kemudian investor maunya ada perubahan di
masterplan.
Q
I
I9.1
Q1 Apakah ada peningkatan wisatawan mancanegara setelah KEK
ditetapkan?
Wisatawan mancanegara itu pasti ada, tapi belum banyak. Karena
mungkin memang bandaranya belum jadi, jadi agak repot gitu yah.
Q2 Apakah jika wisatawan mancanegara meningkat akan mempengaruhi
penerimaan devisa pemerintah?
Sudah pasti lah itu, cuma kan karena KEK nya juga masih proses
pembangunan, jadinya masih belum signifikan. Tapi nanti pasti
peningkatannya akan drastis.
Q6 Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK kesempatan kerja
terbuka untuk masyarakat sekitar KEK?
Kalau kita boleh jujur yah, jika KEK ini sudah rampung itu bisa
dipastikan akan menyerap 200.000 lebih tenaga kerja. Saat ini ya
kantor saya kebetulan di Jakarta di Batavia, saya tidak setiap hari ada
disini. Disini ada 300 lebih karyawan, sedangkan di Batavia ada
sekitar 150. Pernah mempunyai gambaran ga, kawasan ini seperti
kawasan yang ada di Bali. Value effect nya itu dirasakan oleh
Page 214
masyarakat lain. Contoh nih hotel, ikan berapa banyak yang
dibutuhkan, ikan berapa banyak, atau cabai berapa banyak. Mereka
beli dimana? Diluar kan, tapi tidak ke Jakarta, mereka beli ke
masyarakat setempat. Kami disini, setiap perusahaan harus
mempekerjakan minimal 40% warga lokal atau potensi daerah yah.
Tapi kalau kita bukan 40% lagi, tapi sudah 95% adalah orang sini.
Q
I
I10.1
Q3 Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK pendapatan
masyarakat disekitar KEK meningkat?
Kalau pendapat masyarakat ya meningkat tapi tidak signifikan juga,
soalnya tergantung profesi. Kalau profesi yang ada kaitannya dengan
pariwisata pasti meningkat. Tapi kalau pertanian, perkebunan,
perikanan itu belum terdampak yah. Soalnya bahan-bahan makanan
yang dipasok ke hotel juga masih dari luar, paling ikan dari nelayan
lokal.
Q6 Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK kesempatan kerja
terbuka untuk masyarakat sekitar KEK?
Warga sekitar banyak yang bekerja karyawan ya staf-staf di hotel itu
yah sudah banyak warga lokal, memang prioritas sih. Cuma kelas
manager atau direksi belum, masih orang luar.
Q7 Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK pengangguran di
sekitar KEK berkurang?
Secara langsung belum, tapi dampak secara tidak langsungnya iya.
Karena usaha-usaha disekitar kawasan juga meningkat. Itu secara
tidak langsung menambah peningkatan ekonomi juga mengurangi
pengangguran juga sih. Tapi ga secara langsung
Q
I
I10.2
Q3 Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK pendapatan
masyarakat disekitar KEK meningkat?
Kalau pendapatan masyarakat itu mungkin sebagian ada yang naik,
kalau saya kan petani sekarang semenjak ada KEK lahan jadi sedikit,
semuanya dibangun. Makanya pendapatan juga jadi sangat
berkurang.
Q6 Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK kesempatan kerja
terbuka untuk masyarakat sekitar KEK?
Orang sini juga ada yang kerja jadi pelayan-pelayan gitu, tapi belum
Page 215
terlalu banyak juga.
Q7 Apakah dengan Tanjung Lesung dijadikan KEK pengangguran di
sekitar KEK berkurang?
Sampe saat ini sih kayanya belum ya, masih banyak juga gitu yang
pada ga kerja.
Page 217
Keterangan: Wawancara dengan Pelaku UMKM pada tanggal 4 Januari 2017
Page 218
Keterangan: Wawancara dengan Pak Asep dari Pihak Balai Desa Tanjung Jaya pada tanggal
18 Mei 2017
Keterangan: Batik Cikadu pada tanggal 4 Januari 2017
Page 219
Keterangan: Wawancara dengan pegawai di Batik Cikadu pada tanggal 4 Januari 2017
Keterangan: Diambil pada acara Festival Tanjung Lesung pada tanggal 20 November 2016
Page 220
Keterangan: Foto diambil pada acara Festival Pesona Bahari Tanjung Lesung pada 20
November 2016
Keterangan: Foto diambil pada acara Festival Pesona Bahari Tanjung Lesung pada 20
November 2016
Page 221
Keterangan: Wawancara dengan Kepala Camat Panimbang, Sekretaris Camat, dan Staf
Pengelola Administrasi Pembangunan pada tanggal 23 Mei 2017
Keterangan: Kondisi Jalan menuju KEK Tanjung Lesung
Page 222
Keterangan: Wawancara dengan pelaku UMKM di Tanjung Lesung
Wawancara dengan Ketua dan Wakil Ketua Working Group UMKM Kabupaten Pandeglang