-
ii
DAMPAK MEDIA SOSIAL TERHADAP PERILAKU KEAGAMAAN REMAJA DI DESA
BARAKKAE KEC. LAMURU KAB. BONE
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
PAISAL
NIM : 105270000415
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA
ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H / 2020 M
-
iii
-
vi
-
ABSTRAK
Nama : Paisal
Nim : 105270000415
Judul : Dampak Media Sosial Terhadap Perilaku Keagamaan
Remaja (Studi Kasus di Desa Barakkae Kec. Lamuru,
Kab. Bone)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) bagaimana bentuk
perilaku keagamaan remaja di desa Barakkae. Penelitian ini juga
bertujuan untuk mengungkapkan, 2) dampak penggunaan media sosial
terhadap perilaku keagamaan remaja di Desa Barakkae. dampak negatif
dan positif yang muncul dari penggunaan media sosial tersebut
kemudian akan dianalisa dengan akhlak keagamaan para remaja di desa
Barakkae.
Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan menggunakan
metode kualitatif. Subjek penelitian ini adalah remaja di Desa
Barakkae, Teknik Pengumpulan data yang digunakan adalah melalui
observasi, data dokumentasi, dan wawancara.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Bentuk perilaku
keagaaman remaja di Desa Barakkae masih kurang baik, dimana Angka
penggunaan media sosial remaja di Desa Barakkae adalah tinggi. Hal
ini dibuktikan dari jumlah akun yang dimiliki oleh masing-masing
remaja yang banyak dan juga intensitas penggunaan media sosial yang
terlalu sering dalam sehari. 2) Dampak dari penggunaan media sosial
yaitu munculnya beberapa sifat yang kurang baik dari remaja yang
timbul akibat terlalu sering berinteraksi di media sosial seperti
malas, boros, hilangnya rasa malu, dan tidak adanya batasan di
dalam penggunaan media sosial menjadikan remaja lebih sering
mengabaikan hal-hal yang positif, seperti sebagian remaja sibuk
mengakses media sosialnya saat adzan berkumandang di masjid dan
bahkan ada sebagian remaja yang menghiraukannya.
Kata Kunci : Media Sosial, Remaja, Perilaku Keagamaan dan
Dampak.
-
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT Rabb, Sang Pemilik
dunia
dan seisinya, tiada tuhan selain Allah dan hanya kepada-Nya lah
kita patut
memohon dan berserah diri. Hanya karena nikmat kesehatan dan
kesempatan dari Allah-lah penyusun dapat menyelesaikan skripsi
yang
berjudul : Dampak Sosial Media Terhadap Perilaku Keagamaan
Remaja di
Desa Barakkae, Kecamatan Lamuru, Kabupaten Bone. Shalawat
dan
salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW Sang kekasih
Allah,
dengan syafaat dari beliaulah kita dapat terbebas dari zaman
kejahiliyahan.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk
memenuhi
syarat dalam memperoleh gelar sarjana sosial, pada Prodi
Komunikasi da
Penyiaran Islam, Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah
Makassar, Penyusun mengucapkan terimakasih kepada orang tua
kami
Ayahanda Hasire dan Ibunda Sahida atas doa dan dukungannya,
berbagai
pihak lainnya yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.
Ucapan
terimakasih saya sampaikan kepada :
1. Ayahanda Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. selaku Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar
2. Ayahanda Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I Selaku Dekan
Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ayahanda Syekh Dr. (HC) Muhammed Muhammed Thoyib Khoory
selaku founder dan donatur Asia Muslim Charity Foundation
(AMCF)
4. Dr. Abbas Baco Miro, Lc.,MA Selaku ketua Prodi Komunikasi
Penyiaran
Islam, Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Ayahanda Dr.M.Ilham Muchtar, Lc.,MA dan Ayahanda M.Zakaria
Al-
Anshori, M.Sos selaku Pembimbing I dan II terima kasih banyak
atas
segala masukan, kritik dan saran yang bapak berikan kepada
kami.
-
6. Semua pihak yang telah ikut membantu kesuksesan skripsi yang
tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Semoga segala amal kebaikan dan kerelaannya membantu dalam
proses penyusunan skripsi ini mendapat balasan dari Allah SWT.
Penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu
segala kritik dan saran dari pembaca dan siapapun yang
sifatnya
membangun, diterima dengan senang hati,. penulis berharap semoga
skripsi
ini berguna bagi pembaca pada umumya. Amin
Makassar, 02 Rabi’ul Awwal 1442 H 20 Oktober 2020 M
Penulis
\
-
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
......................................................................................
i
HALAMAN JUDUL
.........................................................................................
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
..............................................................................
iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH
.................................................................
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
............................................... v
ABSTRAK
.....................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR
....................................................................................
vii
DAFTAR ISI
..................................................................................................
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
.......................................................................................
1
B. Rumusan Masalah
.................................................................................
8
C. Tujuan Penelitian
...................................................................................
8
D. Manfaat Penelitian
.................................................................................
8
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Media Sosial
........................................................................................
10
1. Sejarah Media Sosial
........................................................................
10
2. Pengertian Media Sosial
...................................................................
11
3. Jenis-Jenis Media Sosial
..................................................................
13
B. Perilaku Keagamaan Remaja
...............................................................
15
1. Pengertian Remaja
...........................................................................
15
2. Perkembangan Pemahaman Remaja Tentang Agama
..................... 18
-
3. Pengertian Perilaku Keagamaan
...................................................... 19
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Keagamaan
................. 25
C. Bentuk-Bentuk Perilaku Keagamaan
.................................................... 28
D. Teori Tentang Media Sosial dan Perilaku Keagamaan
......................... 31
E. Kerangka Konseptual
...........................................................................
35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
....................................................................................
36
B. Lokasi dan Objek Penelitian
.................................................................
36
C. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian
.................................................. 37
D. Sumber Data
........................................................................................
38
E. Instrumen
Penelitian.............................................................................
38
F. Teknik Pengumpulan Data
...................................................................
40
G. Teknik Analisis Data
.............................................................................
42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
.................................................... 45
B. Bentuk Perilaku Keagamaan Remaja di Desa Barakkae
..................... 55
C. Dampak Media Sosial Terhadap Perilaku Keagamaan Remaja di
Desa
Barakkae
.............................................................................................
62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
........................................................................................
71
B. Saran
.................................................................................................
72
-
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi di era modern ini semakin pesat
di
dalam kehidupan masyarakat. Internet adalah salah satu media
dari teknologi
informasi tersebut yang memiliki perkembangan tercepat dari
teknologi-
teknologi lainnya. Dalam buku Teknologi Informasi dan Komunikasi
karangan
Hendri Pondia disebutkan bahwa internet adalah sekumpulan
komputer yang
terhubung satu dengan yang lain dalam sebuah jaringan. Disebut
jaringan
yang saling terhubung karena internet menghubungkan
komputer-komputer
dan jaringan komputer yang ada di seluruh dunia menjadi sebuah
jaringan
komputer yang sangat besar.1
Perkembangan tersebut memberikan dampak positif dan negatif
yang
dapat mempengaruhi kehidupan manusia termasuk di dalamnya
kehidupan
beragama. Hal tersebut selaras dengan munculnya jejaring sosial
yang
banyak digunakan oleh masyarakat terutama remaja sebagai media
untuk
berkomunikasi yang memungkinkan setiap orang bisa berinteraksi
dengan
orang yang berada di tempat yang berbeda bahkan tempat yang jauh
tanpa
mengenal batas dan waktu. Selain untuk berinteraksi, setiap
orang dapat
memperoleh informasi dari manapun, kapanpun dalam bentuk apapun
baik
itu informasi yang positif maupun informasi yang negatif yang
tidak sesuai
dengan agama dan budayanya.2
Dengan adanya internet, segala informasi bisa
dikomunikasikan
secara instan dan global. Teknologi ini telah membuka mata dunia
akan
lahirnya interaksi yang baru dan dapat melahirkan sisi positif
maupun
negatif.3 Hasrat untuk berkomunikasi, dahaga akan informasi
dan
1 Hendri Pondia, Teknologi Informasi Dan Komunikasi, (Jakarta:
Erlangga, 2004) h.7
2 Asep Wahidin Dkk, Pengaruh Penggunaan Internet Terhadap
Religiusitas Mahasiswa
Universitas Islam Bandung, (Bandung : Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam, Faklutas Dakwah
Universitas Islam Bandung, 2014) Pdf Diakses Tgl 02 Oktober
2018
3 Dian Budiargo, Berkomunikasi Ala Net Generation, (Jakarta:
Eles Media
Komputindo,2015) h.9
-
pengetahuan secara bebas tanpa batasan ras, bangsa, geografi,
kelas, dan
batasan-batasan lainnya merupakan dasar filosofis kemunculan
internet
sebagai teknologi komunikasi dan informasi.4 Media internet
secara tidak
langsung juga dapat mengubah cara pandang seseorang terhadap
kehidupannya.5
Selaras dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
segala
bentuk aktivitas masyarakat khususnya remaja saat ini tidak bisa
lepas dari
media sosial. Dikutip dari McGraw Hill Dictionary media sosial
berarti sarana
yang digunakan oleh orang-orang untuk berinteraksi satu sama
lain dengan
menciptakan, berbagi serta bertukar informasi dan gagasan dalam
sebuah
jaringan dan komunikasi virtual. Media sosial sendiri juga ada
berbagai
macam jenisnya diantaranya facebook, line, Whatsapp, BBM,
Twitter,
instagram dll.6
Masa remaja merupakan masa dimana seseorang mengalami masa
transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup
perubahan biologis, kognitif dan sosial emosional. Senada dengan
itu, Sarlito
Wirawan Sarwono menyatakan bahwa masa remaja adalah masa
peralihan
dari anak-anak ke dewasa, bukan hanya dalam artian psikologis
tetapi juga
fisik.7
Media sosial tersebut sangat melekat pada remaja baik
digunakan
untuk menunjang pembelajaran, bersosialisasi, dan berkomunikasi
maupun
dalam rangka mencari identitas diri atau hanya sekedar hiburan
melepas
penat dari padatnya aktivitas-aktivitas di sekolah. Intensitas
penggunaan
media sosial di kalangan remaja di Desa Barakkae terlihat
semakin
meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini tercermin dari perilaku
remaja
tersebut, dimana setiap hari, jam bahkan menit tidak lepas dari
penggunaan
media sosial, baik yang diakses melalui laptop ataupun
smartphone tanpa
mengenal waktu dan tempat. Di dalam kelas, pada saat proses
pembelajaran
4 Muhammad E. Fuady, Surat Kabar Digital Sebagai Media
Konvergensi Di Era Digital
(Jakarta:Jurnal Komunikasi Mediator,2002) h.55
5 Tata Sutabri, Pengantar Teknologi Informasi, (Yogyakarta:
Penerbit Andi, 2014) h.22
6 Http://Www.Google.Oc.Id /Amp/S/PakarkomunikasiCom/
Pengertian-Media Sosial-
Menurut-Para-Ahli/Amp Diakses Tanggal 02 Oktober 2018
7 Wirawan, Sarlito Sarwono, Psikologi Remaja. (Jakarta: 2008 C.V
Rajawali) h.5
-
berlangsung sering kali siswa maupun siswi juga menggunakan
media
sosialnya. Entah itu untuk berkomunikasi atau mencari informasi
terkait
dengan mata pelajaran yang disampaikan ataupun yang lain. bahkan
di
dalam masjid sekalipun sering terlihat siswa sedang asyik
mengakses
internet dan bermain media sosial. Perilaku tersebut dapat
membuat dampak
positif maupun negatif. Akan tetapi, sejauh ini peneliti melihat
fenomena
tersebut banyak berdampak negatif. Hal tersebut bisa dilihat
dari sikap,
pergaulan, cara berpenampilan yang bebas dan semangat beribadah
remaja
di desa Barakkae ini yang mulai menurun. Secara umum adanya
media
internet khususnya media sosial berdampak terhadap perilaku
remaja bukan
hanya soal keagamaan saja melainkan juga tentang bagaimana
mereka
bergaul, bersikap serta dari cara berpenampilan yang
kadang-kadang tidak
sesuai dengan aturan Islam. Dalam hal keagamaan remaja juga
seringkali
mengulur-ulur waktu shalat bahkan ketika khotbah shalat jum’at
seringkali
kita melihat remaja berbicara dengan kerabatnya bahkan ada
remaja lebih
memilih untuk menggunakan media sosialnya dari pada
mendengarkan
khotbah. Hal ini tentu jelas dilarang oleh Islam, sebagaimana
sabda
Rasulullah SAW :
َماُم ََيُْطُب فَ َقْد لََغْوتَ َذا قُ ْلَت ِلَصاِحِبَك يَ ْوَم
اْلُُْمَعِة أَْنِصْت َواْْلِ
Terjemahannya :
Apabila kamu mengatakan kepada temanmu di hari Jum’at, “Diamlah
kamu!” dalam keadaan imam sedang berkhutbah maka kamu telah berkata
yang sia-sia.8
Selain itu, hal yang paling sering diabaikan dampaknya
adalah
kurangnya bersosialisasi dengan teman sekitarnya, mereka
cenderung lebih
memilih menggunakan media sosial dari pada bercengkrama dengan
teman
yang ada disekitarnya. Padahal sejatinya hal tersebut bisa
membuat remaja
8 HR. al-Bukhari dan Muslim. No. 394
-
bisa lebih mudah bersosialisasi langsung, sebagai ajang untuk
berkumpul,
bersilaturrahmi dan sebagainya. Dampak positif yang dirasakan
melalui
adanya media sosial mudahnya berkomunikasi serta mendapatkan
informasi
yang cepat dan bermanfaat bagi pelaksanaan shalat itu sendiri
seperti artikel-
artikel ilmu tentang tata cara shalat dan keajaiban shalat
dimanapun berada
tanpa ada hambatan. Hal ini sejalan dengan ungkapan John L.
Esposito
bahwa dengan adanya internet, umat Islam dapat mengakses
sejumlah
informasi tanpa hambatan.9
Mereka juga bisa dengan mudah mengikuti tren fashion dengan
mudah jika menggunakan media sosial. Sedangkan dampak negatif
tersebut
dapat terlihat dari munculnya sifat candu terhadap media sosial
yang bisa
mengakibatkan naik dan turunnya semangat untuk menjalankan
pelaksanaan
shalat. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Bambang Syamsul
Arifin
bahwa mahasiswa yang tergolong remaja memiliki jiwa agama yang
tidak
stabil.10
Selain itu, sering juga bermunculan konten-konten, foto
maupun
video-video negatif yang membuat remaja tersebut tidak
khusyuk
menjalankan shalatnya. Cara berpakaian mereka cenderung tidak
sesuai
dengan aturan agama. Perilaku bahkan budaya mereka juga
seringkali
meniru gaya kebarat-baratan atau gaya idola mereka seperti
artis-artis Barat,
Korea dll. Rasulullah Saw bersabda dalam ini :
Terjemahannya : Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia
termasuk golongan mereka.11
Dalam diri manusia sendiri terdapat dua unsur yaitu unsur
jasmani
dan unsur, rohani. Dimana unsur jasmani bisa didapatkan dari
makanan dan
minunan. Sedangkan unsur rohani berupa nilai-nilai spiritual
keagamaan.
9 John L. Espasito, The Future Of Islam, (New York: Oxford
University Press, 2010) h.8-9
10 Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung: Pustaka
Setia, 2008), h.67
11 HR. Abu Dawud, Al-Libas, 3512. Al-Albany dalam Shahih Abu
Dawud, Hasan Shahih
no. 3401
-
Sebagai seorang manusia, apalagi seorang anak yang jauh dari
tuanya yang
berada di luar negri menjadi TKI (tenaga kerja Indonesia)
membuat
kebanyakan orang tua khawatir akan nilai agama yang ada pada
anaknya.
Kemajuan dan perkembangan globalisasi dan ilmu pengetahuan
serta
teknologi sekarang ini membuat orang tua resah karena hal
tersebut
berdampak pada minimnya asupan rohani yang dibutuhkan oleh
anaknya.
Remaja sekarang ini akrab dengan media sosial ataupun
gadgetnya
sehingga membuat ia semakin jauh dari masjid dan nilai-nilai
agama mereka
berkurang. Masjid yang sepi dari anak-anak dan remaja, tapi
sebaliknya
warung-warung kopi atau semacamnya yang menyediakan jaringan
WIFI
justru semakin banyak dan semakin ramai.
Hal tersebut, yang menjadi perhatian peneliti pada dampak
media
sosial terhadap perilaku keagamaan para remaja di yang berada di
Desa
Barakkae Kec. Lamuru Kab. Bone. Peneliti ingin mengetahui
bagaimana
dampak media sosial terhadap perilaku keagamaan mereka yang
meliputi
bagaimana aktivitas keagamaannya, sikap (akhlak, tata krama)
serta cara
berpenampilan mereka. Fenomena-fenomena diatas membuat
peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Dampak Media
Sosial
Terhadap Perilaku Keagamaan di Desa Barakke Kec. Lamuru Kab
Bone.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka selanjutnya peneliti
merumuskan permasalahan :
1. Bagaimana bentuk perilaku keagamaan remaja di Desa
Barakkae
Kec.Lamuru Kab, Bone ?
2. Bagaimana dampak penggunaan media sosial di kalangan remaja
di
Desa Barakkae Kec. Lamuru Kab. Bone?
-
Yang akan dikembangkan dalam penulisan penelitian ini, yaitu
:
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini digunakan untuk mencapai tujuan berdasarkan
fakta-fakta empirik tertentu dimana fakta-fakta tersebut
dapat
menemukan dan mengembangkan sebuah ilmu pengetahuan, serta
menguji kebenaran dan pemecahan masalah yaitu:
1. Mengetahui bentuk perilaku keagamaan remaja di Desa Barakkae
kec.
Lamuru Kab. Bone.
2. Mendeskripsikan dampak penggunaan media sosial di
kalangan
remaja di Desa Barakkae Kec. Lamuru Kab. Bone.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu:
1. Secara Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberi gambaran realitas
sosial yang
ada di masyarakat khususnya dampak sosial media terhadap
perilaku
keagamaan remaja di desa Barakkae Kec. Lamuru Kab. Bone.
b. Penelitian ini bisa menjadi bahan kajian dan tambahan
pengetahuan di
bidang akademis dan menjadi sumber ilmu atau referensi di
dalam
mengkaji dampak sosial media terhadap perilaku keagamaan remaja
di
Desa Barakkae Kec. Lamuru Kab. Bone dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Secara Praktis
-
a. Bagi Peneliti, Peneliti dapat menambah pengetahuan serta
pemahaman
yang berubungan dengan keagamaan dan media sosial di Desa
Barakkae
dalam kesehariannya.
b. Bagi Masyarakat di Desa Barakkae Kec. Lamuru Kab. Bone
Khususnya
remaja. Menjadikan Masyarakat Desa Barakkae akan lebih
berhati-hati
dalam mengaplikasikan tekhnologi khususnya media sosial
dalam
kehidupan di Desa Barakkae agar terhindar dari pengaruh negatif
dari
adanya media sosial dan mengambil pengaruh positif dari adanya
media
sosial serta masyarakat khususnya remaja lebih mengutamakan
belajar
agama.
-
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Media Sosial
1. Sejarah Media Sosial
Media sosial mengalami perkembangan yang sangat signifikan
dari
tahun ke tahun, jika pada tahun 2002 Friendster merajai sosial
media karena
hanya Friendster yang mendominasi sosial media di era tersebut.
kini telah
banyak bermunculan sosial media dengan keunikan dan
karakteristik masing-
masing. Sejarah sosial media diawali pada era 70an yaitu
ditemukannya
sistem papan bulletin yang memungkinkan untuk dapat terhubung
dengan
orang lain menggunakan surat elektronik ataupun menggunggah
dan
mengunduh perangkat lunak, semua ini dilakukan masih dengan
menggunakan saluran telepon yang terhubung dengan modem.12
Pada tahun 1995 lahirlah situs GeoCities, GeoCities melayani
web
hosting (layanan penyewaan penyimpanan data-data website agar
website
dapat diakses dimanapun). GeoCities merupakan tonggak awal
berdirinya
website-website. Pada tahun 1997 sampai tahun 1999 muncullah
sosial
media pertama yaitu sixdegree.com dan classmates.com. Tak hanya
itu di
tahun tersebut muncul juga situs untuk membuat blog pribadi
yaitu blogger.
Situs ini menawarkan penggunanya untuk bisa membuat halaman
situsnya
sendiri. Sehingga pengguna dari blogger ini bisa memuat hal
tentang apapun.
Pada tahun 2002 Friendster menjadi sosial media yang sangat
booming dan
kehadirannya sempat menjadi fenomenal. Setelah itu pada tahun
2003
sampai saat ini bermunculan berbagai sosial media dengan
berbagai karakter
dan kelebihan masing-masing seperti Linkedln, MySpace, Facebook,
Twitter,
Wiser, Google+ dan lain sebagainya. Sosial media juga kini
menjadi sarana
atau aktivitas digital marketing seperti Social Media
Maintenance, Social
12
Asa Briggs dan Peter Burke. Sejarah Sosial Media,Dari Gutenburg
sampai Internet
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2000) h.23
-
Media Endorsement dan Social Media Activation. Oleh karena itu,
sosial
media kini menjadi salah satu servis yang ditawarkan oleh
Digital Agency.13
2. Pengertian Media Sosial
Internet merupakan sesuatu hak yang sudah tidak asing lagi
bagi
masyarakat modern di Indonesia. Tentu masyarakat masih ingat
bahwa
sebelumnya teknologi internet hanya digunakan untuk berkirim
pesan
elektronik melalui email dan chatting, untuk mencari informasi
melalui
browsing, dan googling. Seiring dengan perkembangannya, internet
mampu
melahirkan suatu jaringan baru yang biasa dikenal dengan sebutan
media
sosial.14
Sedangkan definisi media sosial menurut Andreas Kaplan dan
Michael Heinlein adalah sebuah kelompok aplikasi berbasis
internet yang
dibangun atas dasar ideologi dan tekhnologi Web 2.0 dan
memungkinkan
penciptaan serta pertukaran user-generated conten. Web 2.0
menjadi
platform dasar media sosial. Media sosial ada dalam berbagai
macam
bentuk, diantaranya termasuk social network, forum internet,
weblogs, social
blogs, micro blogging, wikis, podcasts, gambar, video, rating,
dan boomark
sosial.15
Sosial media adalah sebuah media untuk bersosialisasi satu
sama
lain dan dilakukan secara online yang memungkinkan manusia untuk
saling
berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu.16Kehadiran media
sosial telah
membawa pengaruh tersendiri terhadap kegiatan yang dilakukan
oleh
manusia saat ini Sosial media meghapus batasan-batasan manusia
untuk
bersosialisasi, batasan ruang maupun waktu, dengan media sosial
ini
manusia dimungkinkan untuk berkomunikasi satu sama lain
dimanapun
13
Anang Sugeng Cahyono, Pengaruh Media Sosial Terhadap Perubahan
Sosial
Masyarakat di Indonesia,
Www.Jurnal-Unita.Org/Index.Php/Publiciana/Article/View/79,
143-144.
DiaksesTanggal 02 Oktober 2018
14 Novia Ika Setyani, Pengguna Media Sosial sebagai sarana
komunikasi bagi komunitas,
(Surakarta: Jurnal, 2013), h.2
15 Muhammad E. Fuady, Surat Kabar Digital Sebagai Media
Konvergensi Di Era Digital,
(Jakarta:Jurnal Komunikasi Mediator, 2002) h.55
16 Ricky Nurdiana, Mengenal Social Media, dalam
http://www.unpas.ac.id, diakses pada 15
September 2018
-
mereka bereda dan kapanpun, tidak peduli seberapa jauh jarak
mereka, dan
tidak peduli siang atau pun malam.17
3. Jenis-Jenis Media Sosial
Dikutip dari jurnal yang berjudul Social Network Sites:
Definition,
History, and Scholarship. Media sosial adalah situs jaringan
sosial seperti
layanan berbasis web yang memungkinkan individu untuk membangun
profil
publik atau semi publik dalam sistem terbatasi, daftar pengguna
lain dengan
siapa mereka terhubung dan melihat serta menjelajahi daftar
koneksi mereka
yang dibuat oleh orang lain dengan suatu sistem. Kaplan dan
Haenlein
menciptakan skema klasifikasi untuk berbagai jenis media sosial
:
a. Proyek kolaborasi (collaborative projects)
Dalam proyek kolaborasi, website mengijinkan penggunanya
untuk
dapat mengubah, menambah, ataupun menghilangkan konten-konten
yang
ada di website ini. Contohnya Wikipedia.
b. Blog dan microblog
Blog merupakan singkatan dari web log adalah bentuk aplikasi
web
yang menyerupai tulisan-tulisan (yang dimuat sebagai posting)
pada sebuah
halaman web umum. Sedangkan microblog adalah suatu bentuk kecil
dari
blog, jika pada blog pengguna dapat memposting tulisan tanpa
batas
karakter, pada microblog pengguna hanya dapat memposting tulisan
kurang
dari 200 karakter. Contoh dari microblog yang terkenal adalah
twitter.
c. Konten (content communities)
Konten memungkinkan para penggunanya untuk saling meng-share
konten-konten media seperti video, e-book, gambar dan lain-lain.
Contohnya
youtube.
17
Novia Ika Setyani, Pengguna Media Sosial sebagai sarana
komunikasi bagi komunitas,
(Surakarta: Jurnal, 2013), hal.2
-
d. Situs jejaring sosial (social networking sites)
Merupakan sebuah web berbasis pelayanan yang memungkinkan
penggunanya untuk membuat profil, melihat daftar penggunan yang
tersedia,
serta mengundang atau menerima teman untuk bergabung dalam
situs
tersebut. tampilan dasar situs jejaring sosial ini menampilkan
halaman profil
pengguna yang didalamnya terdiri dari identitas diri dan foto
pengguna.
Contohnya facebook, path, my space serta instagram.
e. Dunia virtual (virtual game world)
Dunia virtual dimana mengreplikasikan lingkungan 3D, dimana
penggunanya
bisa muncul dalam bentuk avatar-avatar yang diinginkan serta
berinteraksi
dengan orang lain selayaknya di dunia nyata. Contohnya game
online.
Dunia virtual yang dimana penggunanya merasa hidup di dunia
virtual, sama seperti virtual game world, berinteraksi dengan
yang lain namun
Virtual Social World lebih bebas dan lebih kearah kehidupan
contohnya
second life.18
B. Perilaku Keagaaman Remaja
1. Pengertian Remaja
Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescene yang
berarti
to grow atau to grow matury yang artinya tumbuh untuk
mencapai
kematangan. Istilah ini mengalami perkembangan arti yang lebih
luas,
mencakup kematanganmental, emosional, sosial dan fisik.19
Banyak tokoh yang memberikan definisitentang remaja, seperti
Debrun mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara
masa
kanak-kanak dan dewasa. Papilia dan Olds tidak memberikan
pengertian
remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara inplisit
melalui
pengertian masa remaja (adolescence). Masa remaja disebut juga
dengan
18
Karjaluoto,E. A Prime In Social Media
.Http://Www.Smashlab.Com/Media/
WhitePapers/A-Primer-In-Social-Media.Diakses Pada 02 Oktober
2018
19 Muhammad Ali dan Muhammad Asrori, Psikologi Perkembangan
Peserta Didik
(Jakarta: Bumi Aksara, 2004 ) h.9
http://www.smashlab.com/Media/%20WhitePapers/A-Primer-In-Social-Mediahttp://www.smashlab.com/Media/%20WhitePapers/A-Primer-In-Social-Media
-
masa pubertas. A.W. Road mengemukakan seperti yang dikutip
oleh
Elizabeth. B. Herylock, bahwa masa pubertas adalah suatu tahap
didalam
perkembangan dimana terjadi kematangan alat-alat seksual dan
tercapai
kemampuan reproduksinya. Tahap ini disertai perubahan-perubahan
dalam
psikologi.20
Secara psikologi masa remaja adalah dimana individual
berintegrasi
dengan masyarakat dewasa, dimana anak tidak lagi di bawah
tingkatan
orang-orang yang lebih tua melainkan dalam tingkatan yang
sama.
Transformasi intelektual yang khas, secara berfikir remaja
ini
memungkinkannya untuk mencapai integritas dalam hubungan sosial
orang
dewasa yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari
periode
puber ini.21
Dalam pengertian Islam, istilah remaja atau kata yang berarti
remaja
tidak ada di dalam Islam. Di dalam al-Qur‟an ada kata (
al-fityatun, fityatun )
yang artinya orang muda. Firman Allah SAW dalam surah al-kahfi
ayat 13.
ُْم ُهًدىحْنُن نَ ُقصُّ ْم َوزِْدَنَه َعَلْيَك نَ َبَأُهم
بِٱْلَْقِّ إِن َُّهْم ِفتْ َيٌة ءَاَمُنوا بَِرِّبِِّ Terjemahannya
:
Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar.
Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan
mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.(QS.
Al-Kahfi:13).22
Fase remaja merupakan fase perkembangan individu yang sangat
penting yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik
(Seksual)
sehingga mampu bereproduksi. Menurut Konopka masa remaja ini
meliputi :
a. Remaja awal : 12-15 tahun,
20
Elizabeth. B. Herylock, psikologi perkembangan suatu pendekatan
penting kehidupan,
edisi IV (Jakarta: Erlangga,1991) h.184.
21 Elizabeth. B. Herylock, psikologi perkembangan suatu
pendekatan penting kehidupan,
edisi IV. h.184.
22 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah
Al-Muhaimin,Depok:Al-Huda, 2015)
h.295
-
b. Remaja madya : 15-18 tahun, dan
c. Remaja akhir : 19-22 tahun.
Remaja merupakan masa perkembangan sikap tertanggung
(dependence) terhadap orang tua kearah kemandirian
(independence),
minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatikan terhadap
nilai-nilai
estetika dan isu-isu moral. Masa remaja dikaitkan kepada
keseluruhan proses
pertumbuhan yang terjadi atau berlangsung relative lebih lama,
baik dalam
aspek fisik, psikologi, maupun aspek lainnya.23
Sedangkan menurut WHO definisi remaja dikemukakan ada tiga
kriteria, yaitu biologis, psikologis dan sosial ekonomi.
Sehingga secara
lengkap definisi remaja yaitu suatu masa dimana individu
berkembang
sampai saat ia mencapai kematangan seksual, kemudian individual
tersebut
juga mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi
dari kanak-
kanak menjadi dewasa dan terjadi peralihan dari ketergantungan
sosial-
ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
Menurut
para psikolog, masa remaja menjadi sangat penting, karena
merupakan fase
peralihan cepat dialami seseorang. Mengalihkannya dari masa
kanak - kanak
namun kadang tidak langsung memasuki masa dewasa. Remaja
menganggap dirinya bukan lagi anak-anak, dan menurutnya terlihat
jelas
berbeda dengan anak-anak. Sementara orang dewasa menilai remaja
sama
sekali belum dewasa. Orang-orang dewasa bahkan tidak
menerimanya.
Seperti itulah peralihan yang dilalui dari masa kanak-kanak
menuju masa
dewasa.24
2. Perkembangan Pemahaman Remaja Tentang Agama
Bagi remaja, agama memiliki arti yang sama pentingnya dengan
moral. Bahkan sebagaimana dijelaskan oleh Adam dan Gullota,
agama
memberikan sebuah kerangka moral sehingga membuat seseorang
mampu
membandingkan tingkah lakunya. Agama dapat menstabilkan tingkah
laku
dan bisa memberikan penjelasan mengapa rasa aman sangat
penting,
23
Dep. Agama R.I Pola Dakwah dikalangan Remaja, (Bandung: Badan
Litbang,1990) h.64
24 Departemen Agama RI, Pola Dakwah Dikalangan Remaja h.65
-
terutama bagi remaja yang tengah mencari eksistensi dirinya.
Apabila remaja
kurang mendapat bimbingan keagamaan dalam keluarga, kondisi
keluarga
yang kurang harmonis, orangtua yang kurang memberikan kasih
sayang dan
berteman dengan kelompok sebaya yang kurang menghargai
nilainilai
agama, maka kondisi diatas akan menjadi pemicu berkembangnya
sikap
danperilaku remaja yang kurang baik atau asusila, seperti
pergaulan bebas
(free sex), minum-minuman keras, mengisap ganja dan menjadi
trouble
maker (pengganggu ketertiban/pembuat keonaran) dalam
masyarakat.25
3. Pengertian Perilaku Keagamaan
Sebelum membahas tentang perilaku keagamaan, terlebih dahulu
penulis membahas apa itu yang dinamakan perilaku. Perilaku
adalah sifat
seseorang yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari yang mana
sifat
tersebut tumbuh dan berkembang di dalam kehidupan
masyarakat.26
Sedangkan keagamaan berasal darikata agama yang berarti suatu
sistem,
prinsip, kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan
kewajiban-
kewajiban yang berhubungan dengan kepercayaan itu. Istilah
keagamaan
sendiri dapat diartikan sebagai sifat-sifatyang terdapat dalam
agama atau
segala sesuatu mengenai agama. Sedangkan menurut beberapa
ahli,
menurut Departemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar
Bahasa
Indonesia. Perilaku adalah tanggapan reaksi individu yang
terwujud dalam
gerakan (sikap) tidak saja badan dan ucapan.27
Perilaku keagamaan merupakan setiap perbuatan yang
didasarkan
kehendak disebut kelakuan,seperti kata benar atau dusta,
perbuatan
dermawan atau kikir.28 Karena agama yang dimaksud dalam
pembahasan
penelitian ini adalah agama islam, maka secara sederhana
pengertian bahwa
perilaku keagamaan merupakan seluruh aktifitas anggota tubuh
manusia
yang berdasarkan syariat Islam atau ibadah dalam arti luas.
Dengan kata lain
25
Dr. Sarlito Sarwono, psikologi Remaja (Jakarta: Rajawali Pers
1991) h. 91-92
26 Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Arkola, 2002)
h.659
27 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1990) h.10
28 Ahmad Amin, Etika, Alih Bahasa K.H. Ahmad Ma’ruf, Cet. III,
(Bulan Bintang, Jakarta,
1983), h.12
-
perilaku keagamaan merupakan serangkaian tingkah laku seseorang
yang
dilandasi oleh ajaran-ajaran agama islam, baik berbentuk deviasi
vertikal
maupun yang berbentuk deviasi horizontal. Kelakuan religious
menurut
sepanjang ajaran agama berkisar dari perbuatan-perbuatan ibadah,
atau
amal shaleh dan akhlak, baik secara vertikal terhadap tuhan,
ataupun secara
horizontal sesama makhluk.29
Jadi kesimpulannya perilaku keagamaan adalah tindakan, cara
berbuat atau perbuatan dari seseorang yang kesehariannya tidak
lepas dari
aktivitas yang berhubungan dengan agama yang di yakininya agar
tidak
terjadi kekacauan di dalam kehidupan sehari-hari. Berbicara
mengenai
agama dan perilaku di dalamnya, maka akan ditemukan bahwa
agama
mempunyai ajaran-ajaran tentang norma-norma akhlak yang
tinggi,
kebersihan jiwa, tidak mementingkan diri sendiri dan sebagainya.
Itulah
norma-norma yang diajarkan agama-agama karena tanpa adanya
ajaran,
norma-norma tidak akan berarti karena nantinya manusia akan
bertindak
sesuka hatinya atau spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan
tanpa
pemikiran (baik buruknya tingkahlaku manusia).
Perilaku keagamaan bukan hanya terjadi ketika seseorang
melakukan perilaku ritual (beribadah), tapi juga ketika
melakukan aktivitas
lain yang didorong oleh kekuatan supranatural. Bukan hanya yang
berkaitan
dengan aktivitas yang tampak dan dapat dilihat mata, tapi juga
aktivitas yang
tidak tampak dan terjadi dalam hati seseorang.Misalnya dzikir
dan doa dan
lain sebagainya.30
Perilaku keagamaan terbentuk dan dipengaruhi oleh dua
faktor,
dimana kedua faktor ini bisa menciptakan kepribadian dan
perilaku
keagamaan seseorang. Kedua faktor tersebut yaitu faktor internal
dan faktor
eksternal. Faktor internal ini menyatakan bahwa manusia adalah
homo
religius (makhluk beragama), karena manusia sudah memiliki
potensi untuk
beragama, dimana tiap-tiap manusia yang lahir ke muka bumi
membawa
suatu tabiat dalam jiwanya, tabiat ingin beragama yaitu ingin
mengabdi dan
29
H.M. Hafi Ansyori, Dasar-Dasar Ilmu Jiwa Agama, (Surabaya,Usaha
Nasional, 1999)
h.48
30 Djamaluddin Ancok Fuat Nashori Suroso, Psikologi Agama:
Solusi Islam Atas Problem-
Problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004) h.77
-
menyembah kepada sesuatu yang dianggapnya maha kuasa.
Pembawaan
ingin beragama ini memang telah menjadi fitrah kejadian manusia
yang
diciptakan oleh Yang Maha Kuasa dalam diri manusia. Sedangkan
faktor
eksternal yaitu segala sesuatu yang ada diluar pribadi dan
mempunyai
pengaruh pada perkembangan kepribadian dan keagamaan
seseorang
seperti keluarga, teman sepergaulan, dan lingkungan sehari-hari
yang sering
banyak persinggungan. Jadi, selain dari pada insting dan
pembawaan jiwa
ada lagi hal yang mendorong manusia untuk beragama yaitu
suasana
kehidupan di muka bumi ini.31
Dari uraian di atas jelas, bahwa perilaku keagamaan pada
dasarnya
bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual
(beribadah)
saja, tetapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong
oleh kekuatan
lahir. Oleh karena itu, keberagaman seseorang akan meliputi
berbagai
macam sisi atau dimensi. Menurut Glock Stark seperti yang
dikutip Ancok
dan Suroso ada lima macam dimensi keberagaman yaitu dimensi
keyakinan
(ideologis), dimensi peribadatan atau praktek agama
(ritualistic), dimensi
penghayatan (experiensial), dimensi pengalaman (konsekuensial),
dimensi
pengetahuan agama (intelektual).32
Oleh karena itu, perilaku keagamann merupakan satu kesatuan
perbuatan manusia yang mencakup tingkah laku dan aktivitas
manusia :
Pertama, dimensi keyakinan. Dimensi ini berisi pengaharapan
di
mana orang religius berpegang teguh pada pandangan teologis
tertentu dan
mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut. jadi keyakinan itu
berpangkal di
dalam hati Dengan adanya tuhan yang wajib disembah yang
selanjutnya
keyakinan akan berpengaruh ke dalam segala aktivitas yang
dilakukan oleh
seorang manusia sehingga aktivitas tersebut bernilai ibadah.
Setiap agama
mempertahankan seperangkat kepercayan dimana para
penganutnya
diharapkan taat.33
31
Agus Hakim, Perbandingan Agama, Pandangan Islam Mengenai
Kepercayaan Majusi-
Shabiah-Yahudi, Kristen, Hindu Dan Budha, (Bandung:
Diponegoro,1979) h.11
32 Agus Hakim, Perbandingan Agama. H.11
33 Djamaludin Ancok Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islam: Solusi
Islam Atas Problem-
Problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004) h.77
-
Kedua, dimensi praktek agama. Dimensi ini mencakup perilaku
pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan untuk
menunjukkan
komitmen terhadap agama yang dianutnya. Praktek-praktek
keagamaan ini
terdiri atas 2 kelas, yaitu:
a. Ritual, mengacu kepada seperangkat ritus. Tindakan keagamaan
formal
dan praktek-praktek suci yang semua mengharapkan pemeluk
melaksanakannya. Sebagai contoh dalam menampakkan ritual
yaitu
dalam agama Islam yang diwujudkan dalam ibadah shalat setiap
hari,
pengajian, perkawinan dan lain sebagainya.34
b. Ketaatan merupakan tindakan persembahan dan kontemplasi
personal
yang relatif spontan informal dan khas pribadi. Jadi ketaatan
adalah wujud
dari suatu keyakinan, sebagai contoh di kalangan penganut agama
Islam
yang melaksanakan shalat, puasa atau haji.35
Ketiga, dimensi pengalaman. Dimensi ini berisikan dan
memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung
pengaharapan-
pengharapan tertentu. Jadi dalam dimensi ini agama merupakan
suatu
pengalaman yang awalnya tidak dirasa menjadi hal yang dapat
dirasakan.
Misalnya orang yang terkena musibah pasti orang tersebut
akan
membutuhkan suatu ketenangan sehingga kembali kepada Tuhan.
Keempat, dimensi pengetahuan agama. Dimensi ini mengacu
kepada
harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki
sejumlah
minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus,
kitab suci
tradisi-tradisi.
34
Roland Roberston, Dalam Analisa Dan Interpretasi Sosiologis,
(Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 1993) h.295-296.
35 Agus Hakim, Perbandingan Agama, (Bandung: Diponegoro, 1996)
h. 147-148.
-
Kelima, dimensi pengalaman atau konsekuensi komitmen.
Dimensi
ini mengacu pada identifikasi akibat keyakinan keagamaan,
praktek,
pengalaman, dan pengetahuan seorang dari hari ke hari. Jadi
dalam dimensi
pengalaman atau konsekuensi komitmen ini adanya
praktek-praktek
pengalaman diwujudkan dengan keyakinan agamanya, baik yang
berhubungan khusus maupun umum.36 Adapun pembagian konsep
lima
dimensi di atas mempunyai kesesuaian dengan bentuk agama. Dalam
satu
aliran kepercayaan dimensi keyakinan atau kepercayaan disebut
dengan
akidah sedangkan dimensi praktek agama pemujaan atau
penyembahan
disebut dengan ibadah dan dimensi peraturan-peraturan dalam
melaksanakan hubungan terhadap Tuhan dan sesama manusia
dengan
syariat.37
Dengan demikian, dimensi isoterik dari suatu agama atau
kepercayaan pada dasarnya tidak berdiri sendiri, tetapi
berkaitan dengan
dimensi luar dirinya. Selain dibentuk oleh substansi ajarannya,
dimensi ini
juga dipengaruhi oleh struktur sosial dimana suatu keyakinan
itu
dimanivestasikan oleh para pemeluknya. Sehingga dalam konteks
tertentu,
disatu sisi, agama juga dapat beradaptasi dan pada sisi yang
berbeda dapat
berfungsi sebagai alat legitimasi dari proses perubahan yang
terjadi disekitar
kehidupan para pemeluknya.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Keagamaan
Perilaku keagamaan terbentuk dan dipengaruhi oleh dua
faktor,
dimana keduafaktor ini bisa menciptakan kepribadian dan
perilaku
keagamaan seseorang.
Kedua faktor tersebut adalah faktor internal dan faktor
eksternal.
a. Faktor Internal
Faktor internal merupakan pengaruh emosi (perasaan) yang
mana
dari pengaruh emosi (perasaan) tersebut akan memunculkan
selektifitas.
36
Djamaludin Ancok Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islam: Solusi
Islam Atas Problem-
ProblemPsikologi, (Yogyakarta: Pustka Pelajar, 2004) h.77-78
37 Agus Hakim, Perbandingan Agama, (Bandung: Diponegoro, 1996)
h.15
-
Selektifitas disini merupakan adanya pilih atau minat perhatian
untuk
menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar
diri
manusia.38 Emosi mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam
pembentukan perilaku keagamaan. Emosi memegang peranan
penting
dalam sikap dan tindak agama seseorang yang dapat dipahami
tanpa
menghindari emosinya, pengaruh perasaan (emosi) jauh lebih besar
dari
pada rasio (logika).39
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yaitu segala sesuatu yang ada diluar pribadi
dan
mempunyai pengaruh pada perkembangan kepribadian dan juga
keagamaan
seseorang. Faktor eksternal diantaranya meliputi :
1. Lingkungan Keluarga
Pengaruh keluarga besar sekali terhadap tingkah laku
anggotanya
karena lingkungan merupakan pendidikan utama dan pertama
bagi
anggotanya. Situasi pendidikan dalam keluarga akan terwujud
dengan baik
berkat adanya pergaulan dan hubungan saling mempengaruhi cara
timbal
balik antara orang tua dan anak.
2. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat Indonesia bisa dibilang sebagai masyarakat yang
berjiwa
masyarakat sosialitas-relegious, sikap pribadinya berkembang
dalam ruang
lingkup (pola) sosialitas relegious. Dimana garis hidup yang
menghubungkan
khaliknya (garis vertikal) merupakan kerangka dasar sikap dan
pandangan
yang selalu berkembang secara harmonis. Dan untuk memperoleh
kerangka
dasar sikap dan pandangan, manusia mengalami perkembangan
yang
berada dalam proses belajar secara individual dan belajar secara
sosial.
3. Media Komunikasi yang Membawa Misi Agama
38
Zakiyah Drajat, Ilmu Jiwa Agama, (Cet I, Bulan Bintang, Jakarta,
1970) h.77
39 Zakiyah Drajat, Ilmu Jiwa Agama, h.77
-
Satu faktor yangmempengaruhi perubahan perilaku seseorang
adalah interaksi di luar kelompok. Yang dimaksud interaksi di
luar kelompok
adalah interaksi dengan buah kebudayaan manusia yang sampai
kepadanya
melalui alat-alat komunikasi seperti surat kabar, radio,
televisi, buku dan lain
sebagainya. Apabila yang disampaikan melalui alat komunikasi
tersebut
adalah hal-hal yang berkenaan dengan agama, maka secara
otomatis
perubahan perilaku yang muncul adalah perubahan perilaku
keagamaan.40
4. Kewibawaan seseorang yang mengemukakan sikap atau
perilaku.
Dalam hal ini adalah yang berotoritas dan berprestasi tinggi
dalam
masyarakat yaitu para pemimpin baik formil maupun non formil
(pejabat atau
ulama). Dari kewibawaan mereka akan memunculkan simpati, sugesti
dan
imitasi pada seseorang atau masyarakat. Oleh karena itu dakwah
atau
penerangan agama yang disampaikan oleh orang-orang yang
memiliki
otoritas dan prestise dalam bidangnya akan diterima masyarakat
dengan
cepat dan penuh keyakinan.41
5. Lingkungan Sekolah atau kampus
Sekolah atau kampus merupakan suatu lembaga resmi yang di
dalamnya terdapat pendidikan formal dengan program yang
sistematik
dengan melaksanakan bimbingan pengajaran dan latihan kepada
muridnya,
agar mereka bisa berkembang dengan optimal sesuai dengan
potensi
mereka, secara keseluruhan baik menyangkut tentang psikis
(intelektual dan
emosional), fisik, sosial maupun moral spiritual.
C. Bentuk-Bentuk Perilaku Keagamaan
Berdasarkan pengertian perilaku keagamaan seperti yang
dijelaskan
diatas yaitu seluruh aktifitas anggota tubuh manusia yang
berdasarkan
syari’at Islam atau ibadah dalam arti luas baik yang berbentuk
horizontal
antara sesama makhluk, maka bentuk-bentuk perilaku keagamaan di
sini
bermacam-macam dan luas. Di dalam skripsi ini secara umum hanya
akan
40
Wa. Gerungan, Psikologi Sosial (Bandung: Refika Aditama,1996)
h.155
41 H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi
Aksara,1991) h.139
-
dibahas tiga bentuk perilaku keagamaan yang dapat dirumuskan
sebagai
berikut :
1. Disiplin menjalankan perintah shalat
Shalat merupakan bentuk pengabdian manusia dengan tuhannya
yang harus dikerjakan oleh umat Islam dimanapun dan dalam
kondisi
apapun. Yang dimulai dari niat dengan takbiratul ihram dan
diakhiri dengan
salam. Orang Islam yang taat yaitu orang Islam yang mengerjakan
shalat
dengan hati gembira, senang, tidak merasa terpaksa, dan bukan
karena malu
pada sesama. Sebagai salah satu dari rukun islam, solat
merupakan tonggak
segala macam ibadah. Oleh karena itu shalat dilambangkan sebagai
tiang
agama artinya tegak dan tidaknya agama itu akan tercermin dari
ada
tidaknya orang yang melakukan shalat. Dalam hal ini shalat
merupakan ciri
penting dari orang yang bertaqwa.
Dalam kehidupan sehari-hari, apabila shalat dikerjakan dengan
rajin
dan penuh kekhusukan maka akan menuntun ke arah kebenaran
perilaku
dan sekaligus akan mampu menjauhkan diri dari hal-hal yang
buruk. Dengan
demikian, orang yang telah mampu mengerjakan shalat dengan
kontinyu
dengan baik dan benar serta penuh kekhusukan, maka merekalah
orang-
orang yang akan mendapatkan kebahagiaan.
Firman Allah SAW dalam Al-Quran :
َصالِِتِْم خاِشُعونَ ٱلَّذيَن ُهْم يف َقْد أَفْ َلَح
اْلُمْؤِمُنونَ
Terjemahan:
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu)
orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya, (QS. Al Mukminun
1-2)42
Jadi yang dimaksud dengan disiplin menjalan perintah shalat
adalah
ketaatan, kepatuhan, keteraturan seseorang di dalam menunaikan
ibadah
42
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah Al-Muhaimin,
(Depok:Al-Huda, 2015)
h.343
-
shalat wajib yang terdiri dari lima waktu sehari semalam lengkap
dengan
segala syarat serta rukun-rukunnya.43
2. Jujur dan benar
Jujur adalah “memberitahukan, memutuskan sesuatu dengan
sebenarnya”. Jujur termasuk golongan akhlak mahmudah atau akhlak
yang
terpuji. Sedangkan benar artinya sesuatu yang sesuai dengan
kenyataan
yang sesungguhnya dan tidak hanya perkataan tetapi juga
perbuatan.44
Kebenaran atau kejujuran sendiri merupakan sendi yang terpenting
bagi
berdiri tegaknya masyarakat. Tanpa kebenaran akan hancurlah
masyarakat
sebab hanya dengan kebenaran maka dapat tercipta adanya
saling
pengertian dan kepercayaan. Maka Islam menganjurkan bahkan
menekankan agar unsur kejujuran ditanamkan kepada anak-anak
sejak kecil
agar mereka terbiasa melakukan kejujuran. Kita tidak akan merasa
tentram
bila melakukan kebohongan dengan demikian kita akan selalu
dapat
mengendalikan diri dari ketidakjujuran sehingga orang lain akan
merasa
senang kepada kita. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran
:
ِدِقيَ يَهأَي َُّها ٱلَِّذيَن ءَاَمُنوا ٱت َُّقوا ٱللََّه
وَُكونُوا َمَع ٱلصَّه
Terjemahannya:
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan
hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. (Qs. At-Taubah ayat
119).45
3. Disiplin terhadap peraturan sekolah
Disiplin adalah kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui
proses
dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai
kepatuhan, ketaatan,
kesetian, keteraturan dan ketertiban.Yang dimaksud disiplin
dalam hal ini
adalah ketaatan, kepatuhuan serta sikap tanggung jawab
mahasiswa
43
Moh. Rifai’i, Akhlak Seorang Muslim, (Semarang: Wicaksana,1992),
h.74
44 Humaidi, Tata Pengarsa, Akhlak Yang Mulia, (Surabaya: Bina
Ilmu, 1980) h.149.
45 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah
Al-Muhaimin,(Depok:Al-Huda, 2015)
h.207
-
terhadap peraturan-peraturan yang berkenaan dengan sekolah
maupun
peraturan yang ditentukan diri sendiri yang dengan hal itu akan
dapat
menjadikan adanya perubahan pada seseorang (remaja).46
D. Teori Tentang Media Sosial dan Perilaku Keagamaan
Thorton menyatakan bahwa gagasan tentang budaya autentik
yang
terbentuk di luar media adalah sesuatu yang fleksibel, namun
salah arah
karena perbedaan subkultur pemuda. Dalam banyak kasus adalah
Fenomena media. Media katanya adalah bagian integral dari
pembentukan
subkultur dan bagian formulasi anak-anak muda atas aktivitas
mereka.47
Media massa biasanya dianggap sebagai sumber berita dan
hiburan.
Media massa juga membawa pesan persuasi kepada setiap orang
yang
menggunakannya.48 Media massa telah merasuk ke dalam
kehidupan
modern. Setiap pagi masyarakat bangun mendengarkan radio,
memainkan
gadget yang terhubung dalam jaringan internet, dan menonton
televisi karena
media masaa sangat sangat berpengaruh, kita perlu tahu sebanyak
mungkin
bagaimana media massa bekerja.
1. Melalui media massa kita mengetahui hampir segala sesuatu
yang kita
tahu tentang dunia di luar lingkungan kita. Apa yang anda
ketahui
tentang Baghdad dan badai Katrina jika tidak ada internet,
televisi dan
lain sebagainya.
2. Masyarakat yang berpengetahuan (informed) dan aktif sangat
mungkin
tewujud di dalam demokrasi modern hanya jika media massa
berjalan
dengan baik.
46 Ing Watdiman Djojonegoro (Dalam B Soemarno), Pedoman
Pelaksanaan Disiplin
Nasional dan Tata Tertib Sekolah, (Jakarta: Cv.Murni Daya,1998)
h.20.
47 Chris dan Barker, Cultural Studies Teori dan Praktek Terj.
Nurhadi (Yogyakarta: Kreasi
Wacana,2005) h.353
48 David Holmes, Komunikasi Media, Teknologi, dan Masyarakat
Terj.Teguh Wahyu
Utomo (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2012) h.87
-
3. Orang membutuhkan media massa untuk mengekspresikan
ide-ide
mereka ke khalayak luas. Tanpa media massa, gagasan mereka
hanya
akan sampai ke sekitar orang-orang anda dan orang-orang yang
anda
kirimi surat.
4. Negara-negara kuat menggunakan media massa untuk
menyebarkan
ideologinya dan untuk tujuan komersial. Media massa adalah alat
utama
para propagandis, pengiklanan, dan pada orang-orang semacam
itu.49
Sarjana komunikasi awal mengasumsikan bahwa media massa
sangat kuat sehingga ide-ide dan bahkan instruksi pemungutan
suara
sekalipun dapat disuntikan ke dalam lembaga politik. Keraguan
muncul pada
tahun 1940-an tentang apakah media benar-benar punya kekuatan
demikian
hebat, dan para sarjana mulai melakukan riset berdasarkan asumsi
bahwa
pengaruh media paling banter hanya bersifat moderat. Studi yang
baru
mengkaji tentang efek komulatif jangka panjang dari media.50
Bagi sebagian orang, gagasan bahwa media massa biasanya
tidak
mempunyai dampak apapun terhadap para penikmatnya, justru tidak
tampak
sangat beralasan. Para peneliti juga mulai mempertimbangkan
kemungkinan,
bahwa mereka mungkin mencari dampak di tempat yang salah.
Selama
bertahun-tahun, pendekatan yang digunakan dalam riset komunikasi
adalah
mencari Bagi sebagian orang, gagasan bahwa media massa biasanya
tidak
mempunyai dampak apapun terhadap para penikmatnya, justru tidak
tampak
sangat beralasan. Para peneliti juga mulai mempertimbangkan
kemungkinan,
bahwa mereka mungkin mencari dampak di tempat yang salah.
Selama
bertahun-tahun, pendekatan yang digunakan dalam riset komunikasi
adalah
mencari perubahan sikap dan sebagaian besar riset menemukan,
bahwa
media massa mempunyai dampak kecil dalam bidang ini, tetapi
mungkin para
49
John Vivian, Teori Komunikasi Massa, terj. Tri Wibowo
(Jakarta:Kencana Prenada Media
Group, 2008) h.5
50 William L. Rivers, Media Massa dan Masyarakat Modern
Terj.Haris Munandar Dan
DudyPriatna (Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2012) h.79.
-
peneliti melihat sasaran yang salah. Mungkin media massa
berdampak pada
persepsi orang atau pandangan mereka terhadap dunia daripada
mereka
sendiri.51
Hal diatas menandakan, bahwa media mempunyai peran dan
pengaruh yang sangat signifikan bagi individu atau kelompok
tertentu.
Gagasan bahwa pemerintah adalah pusat struktur kehidupan manusia
kini
mulai mengalami perubahan. Dengan media massa mengambil alih
peran
utama itu. Di seluruh dunia kekuasaan yang pernah dipegang
pemerintah
untuk mengontrol komunikasi massa kini telah jauh melemah.
51
Werner J. Severin dan James W. Tankard, Teori Komunikasi
Sejarah, Metode, & Terapan
DiDalam Media Massa Terj. Sugeng Hariyanto (Jakarta:Kencana
Prenada Media Group, 2011) h.265
-
E. Kerangka Konseptual
Perilaku keagamaan
1. Disiplin Menjalankan Perintah Shalat
2. Cara berpenampilan
3. Moral
Remaja
Dampak
1. Akhlak Mahmudah 2. Akhlak Madzmumah
Media Sosial
-
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu
peneliti
memaparkan atau menggambarkan objek penelitian secara objektif
sebagai
realita sosial. Serta memaparkan bagaimana pengaruh media social
terhadap
perilaku keagamaan remaja.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, di gunakan untuk
meneliti kondisi
objek yang alamiah. Filsafat postpositivisme juga di sebut
paradigma
interperatif dan konstruktif, yang memandang realita sosial
sebagai suatu
yang holistic/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna dan hubungan
gejalah
bersifat interaktif.52
B. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian adalah dimana tempat penelitian akan di
lakukan,
dan peneliti mengambil lokasi di Desa Barakkae Kec. Lamuru Kab.
Bone,
adapun objek penelitian ini yaitu masyarakat khususnya
remaja.
C. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian
Fokus penelitian menyatakan pokok permasalahan apa yang menjadi
pusat
perhatian atau tujuan dalam penelitian. Untuk memudahkan pembaca
dalam
memahami isi penelitian ini maka penulis memberi batasan
terhadap
penelitian yang akan dilakukan dengan memfokuskan penelitian
terhadap
hal-hal sebagai berikut:
52
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan,( Bandung: Alfabeta, 2012)
h.14-15
-
1. Remaja adalah dimana individual berintegrasi dengan
masyarakat
dewasa, dimana anak tidak lagi di bawah tingkatan orang-orang
yang
lebih tua melainkan dalam tingkatan yang sama.
2. Medi sosial adalah sebuah media untuk bersosialisasi satu
sama lain
dan dilakukan secara online yang memungkinkan manusia untuk
saling
berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu, adapun media sosial
yang
peneliti fokuskan dalam skripsi ini ialah WhatsApp.
3. Perilaku keagamaan adalah tindakan, cara berbuat atau
perbuatan dari
seseorang yang kesehariannya tidak lepas dari aktivitas yang
berhubungan dengan agama yang di yakininya agar tidak
terjadi
kekacauan di dalam kehidupan sehari-hari.
4. Dampak
a. Akhlak Mahmudah (Dampak Positif) ialah segala perbuatan
yang
baik atau terpuji.
b. Akhlak Madzmumah (Dampak Negatif) ialah kebalikan dari
akhlak
mahmudah, yang mana akhlak madzmumah ialah perbuatan tercela
atau buruk yang tidak.
D. Sumber data.
Sumber data terdiri dari dua sumber, yaitu sumber data primer
dan
sumber data sekunder :
Sumber data primer atau pokok yang di butuhkan yang di
peroleh
secara langsung dari tangan pertama atau di peroleh secara
langsung dari
informan yang erat kaitannya dengan masalah yang akan di teliti
yaitu
-
dampak media sosial terhadap perolaku keagamaan remaja.
Dalam
penelitian ini yang termasuk data primer adalah hasil wawancara
dengan
tokoh masyarakat dan remaja sebanyak 15 responden, mengenai
dampak
media sosial terhadap perilaku keagamaan remaja.
Sumber data sekunder adalah sumber data pelengkap yang di
butuhkan dalam penelitian dari sumber yang sudah ada. Sumber
data
sekunder yaitu pustaka-pustaka yang memiliki reverensi dan bisa
menunjang
penelitian ini. Yaitu, dapat berupa buku majalah, Koran,
internet, jurnal, serta
sumber data lainnya yang dapat di jadikan referensi.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitan dalam penelitian kualitatif yang dimkasud
adalah
alat yang dipakai oleh peneliti dalam mengumpulkan data termasuk
meneliti.
Dalam hal ini alat yang dipakai adalah perekam (tape recorder)
untuk
wawancara langsung dan kamera untuk mengabadikan moment pada
saat
melakukan penelitian di Desa Barakkae Kec. Lamuru Kab. Bone.
Penelitian merupakan pusat dan kunci data yang paling
menentukan
dalam penelitian kualitatif.53 Validasi terhadap peneliti
sebagai instrumen
meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian
kualitatif,
penguasaan wawancara terhadap bidang yang diteliti, kesiapan
peneliti untuk
memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun
logistiknya.
Peneliti kualitatif sebagai “human instrumen” yang berfungsi
menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber
data,
melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis
data,
53
Afifuddin,dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian
Kualitatif, (Bandung; Pustaka
Setia, 2012) h.125
-
menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.54
Dalam
penelitian kualitatif , tidak ada pilihan lain daripada
menjadikan manusia
sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa
segala
sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus
penelitian,
prosedur penelitian yang digunakan, bahkan hasil yang
diharapkan, itu
semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas
sebelumnya. Segala
sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam
keadaan
yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan
lain dan hanya
peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat
mencapainya’.55
Dalam metode penelitian kualitatif, peneliti bahkan sebagai
instrumen
sementara instrumen lainnya, yaitu buku catatan yang berfungsi
untuk
mencatat semua percakapan dengan informan/narasumber, tape
recorder
(vidio /audio) recorder yang berfungsi untuk merekam semua
percakapan
atau pembicaraan, kamera yang berfungsi untuk memotret apabila
peneliti
sedang melakukan pembicaraan dengan informan/narasumber, dan
sebagainya. Peneliti adalah key instrumen atau alat penelitian
utama. Dialah
yang mengadakan sendiri pengamatan atau wawancara tak
berstruktur,
sering hanya menggunakan buku catatan. Hanya manusia sebagai
instrumen
yang dapat memahami makna interaksi antar-manusia, membaca
gerak
54
Kamaluddin Tajibu,Metode Penelitian Komunikasi, (Makassar;
Alauddin University
Press, 2013), h. 152
55 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, h.306
-
muka, serta menyelami perasaan dan nilai yang terkandung dalam
ucapan
atau perbuatan responden. Walaupun digunakan alat rekam dan
kamera,
peneliti tetap memegang peranan utama sebagai alat
penelitian.56
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang di peroleh dalam penelitian
ini.
Maka, peneliti menggunakan beberapa teknik antara lain :
1. Interview
Metode interview adalah suatu percakapan, Tanya jawab lisan
antara
dua orang atau lebih yang sudah berhadapan secara fisik dan di
arahkan
pada masalah tertentu. Ada tiga peranyaan dalam metode ini yaitu
:
a. Pertanyaan berstruktur yaitu pertanyaan yang berstruktur pada
responden
dalam menjawabnya. pertanyaan ini di buat dengan sedemikian
rupa
sehingga responden di tuntut untuk menjawabnya sesuai dengan apa
yang
terkandung dalam pertanyaannya.
b. Pertanyaan tidak berstruktur terbuka pertanyaan yang
memberikan
kebebasan kepada responden untuk menjawab semua pertanyaan.
c. Campuran, Hal Ini di maksudkan untuk mempermudah responden
dalam
member keterangan, dan dalam wawancara ini kita dapat
mendapatkan
data yang berkenaan dengan tema atau masalah penelitian yang
di
gunakan dalam wawancara.
56
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif
Rancangan Penelitian,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media 2012) h. 43
-
2. Observasi atau pengamatan.
Observasi atau pengamatan yaitu kemampuan seseorang untuk
menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indera mata
serta di
bantu dengan indera lainnya. Observasi yang di lakukan adalah
observasi
langsung yaitu pengamatan yang di lakukan secara langsung pada
objek
yang di observasi.
G. Teknik analisis data
Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan
data
kedalam teori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan
tema dan
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
Sesuai dengan
jenis penelitiannya, maka penelitian ini menggunakan analisis
deskriptif,
dimana setelah data yang terkumpul tersebut diolah kemudian
dianalisa
dengan memberikan penafsiran berupa uraian diatas tersebut.
Adapun kegiatan dalam analisis data yang akan dilakukan peneliti
dalam
penelitian ini dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
Adapun analisis data kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan,
sebagai berikut:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Adalah proses pemulihan, pemberian focus, penyederhanaan,
abstraksi dan
transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di
lapangan.
2. Penyajian Data (Data Display)
Adalah susunan informasi yang terorganisir, yang
memungkinkan
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan
memeriksa
penyajian data akan memudahkan memakna siapa yang harus
dilakukan
(analisis lebih lanjut / tindakan) yang didasarkan pada
pemahaman tersebut.
Bentuk penyajian data yang paling umum digunakan adalah
teksuraian.
3. Penarikan Kesimpulan (verification)
-
Merupakan kegiatan pemikiran kembali yang melintas dalam
pemikiran menganalisis selama peneliti mencatat, atau suatu
tinjauan ulang
pada catatan-catatan lapangan atau peninjauan kembali serta
tukar pikiran
diantara teman sejawat untuk mengembangkan “kesempatan
intersubjektif”,
dengan kata lain makna yang muncul dari kata harus teruji
kebenarannya,
kekokohannya, kecocokannya (validitasnya).
Kesimpulan akhir baru ditarik setelah tidak ditemukan informasi
lagi
mengenai kasus yang diteliti. Kemudian kesimpulan yang telah
ditarik akan
diverifikasi baik dengan kerangka berfikir peneliti maupun
dengan catatan
lapangan yang ada hingga tercapai konsesus pada tingkat optimal
pada
peneliti dengan sumber-sumber informasi maupun dengan kolega
peneliti
sehingga diperoleh validitas dan akuratisasinya.
Kelima komponen itu saling mempengaruhi dan mempunyai
keterkaitan. Pertama-tama peneliti melakukan penelitian di
lapangan dengan
mengadakan wawancara, observasi dan sebagainya yang disebut
tahap
pengumpulan data. Karena data yang dikumpulkan banyak, maka
diadakan
reduksi data. Setelah direduksi kemudian disajikan data, selain
itu
pengumpulan data juga digunakan untuk penyajian data. Apabila
ketiga
tahapan tersebut selesai dilakukan, maka selanjutnya diambil
kesimpulan
dan verifikasi terhadap data yang ada sebelumnya yang
bertujuan
menghasilkan suatu kesimpulan akhir yang benar-benar baik.
-
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Barakkae Kecamatan Lamuru memiliki wilayah seluas yakni
15
km2 terjadi menjadi 3 (tiga) wilayah dusun. Masing masing Dusun
Malongka,
Dusun Enrekeng dan Dusun Botto sebagai ibu kota desa. 6 (enam)
rukun
warga (RW) dan 12 rukun tetangga (RT).
Desa Barakkae Berbatasan masing-masing dengan :
1) Sebelah Utara : Desa Mattampabulu
2) Sebelah Timur : Desa Poleonro
3) Sebelah Selatan : Desa Massenrengpulu
4) Sebelah Barat : Kec. T.Limpoe
Sedangkan dari sudut topografi, sekitar 80% wilayah desa
Barakkae
merupakan daerah berbukit dengan ketinggian sekitar 165 m dpl
(Diatas
Permukaan Laut) karakteristik tanah di Desa Barakkae tergolong
jenis latosol
yang terdiri atas lahan basah dan lahan kering, lahan basah
digunakan
sebagai persawahan (sawah irigasi dan tadah hujan) sementara
lahan kering
digunakan sebagai tegalan,pekarangan, perkebunan, padang
rumput
kawasan hutan dan hutang rakyat.
Berdasarkan tata ruang wilayah kabupaten bone tahun
2011-2012,
sebagian wilayah desa Barakkae masuk dalam zona rencana
pengembangan
kawasan pertanian lahan kering, dan zona rencangan
pengembangan
kawasan perkebunan kakao/mete’ dan komoditi kopi. Khusus
wilayah
pegunungan yang berbatasan dengan kecamatan Tellu Limpoe
merupakan
daerah kawasan hutan lindung.
-
Dari segi klimatologi, Desa Barakkae termasuk daerah
berikilim
dengan tipe iklim A1 (Menurut Oldemen). Curah hujan maksimum
3.120 mm
pertahun dan curah hujan minimum adalah 867 mm pertahun jumlah
curah
hujan yang terbanyak 260 hari pertahun dengan suhu maksimum 30
0C.
Bulan basah terjadi pada bulan Januari s/d Maret, bulan lembab
April s/d
Agustus dan bulan kering September s/d Desember.
Dari sisi orbitasi dan jarak tempuh, Desa Barakkae berjarak 6,5
km
dari Lalebata (ibu kota Kecamatan Lamuru) dengan jarak tempuh
sekitar 15
Menit. Dari Watampone, ibu kota kabupaten bone berjarak 65 Km (2
jam) dan
dari makassar (ibu kota provinsi Sul-Sel) berjarak 165 Km (5
jam).
Berdasarkan hasil pendataan melalui sistem database Desa
(SDD),
jumlah penduduk Desa Barakkae per 31 Desember 2018 tercatat
2.209 jiwa
dengan kepadatan penduduk sebanyak 132 jiwa/km2. Terdiri dari
penduduk
laki laki sebanyak 1,125 jiwa (51%) dan perempuan 1.084 jiwa
(49%).Data ini
menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki laki desa Barakkae lebih
banyak
dibanding dengan penduduk perempuan.
Adapun distribusi penduduk di masing-masing Dusun dapat
dilihat
pada table dibawah ini.
Distribusi Penduduk Desa Barakkae Tahun 2018
Dusun Jenis Kelamin
Total
Laki-laki Perempuan
1. Botto 335 337 672
2. Malongka 431 405 836
3. Enrekeng 359 342 701
Jumlah 1.125 1.084 2.209
Sumber : Desa Barakkae dalam angkatan angka 2018
Dari table diatas, persebaran penduduk Desa Barakkae hampir
merata di semua dusun. Dusun Malongka memiliki jumlah
penduduk
-
terbanyak yaitu 836 jiwa atau sekitar 37,8% dari jumlah penduduk
Desa
Barakkae, disusul desa Enrekeng sebanyak 701 jiwa(31,7%) dan
Dusun
Botto sebanyak 672 jiwa (30,4%)
Dari Segi distribusi penduduk perdesa dalam wilayah
Kecamatan
Lamuru jumlah penduduk Desa Barakkae menempati peringkat 6
(Enam) dari
total jumlah penduduk Kecamatan Lamuru mencapai 24.680 jiwa
(8,95%)
Seluruh Penduduk Desa Barakkae terhimpun dalam keluarga
(rumah
tangga) yang berjumlah 483 rumah tangga. Jumlah kepala rumah
tangga
masih di dominasi oleh penduduk laki-laki sebagaimana tergambar
pada
tabel di bawah ini :
Jumlah Kepala Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun
2018
Dusun
Jenis Kelamin
Total
Laki-laki Perempuan
Botto 125 27 152
Malongka 152 28 180
Enrekeng 122 29 151
Jumlah 399 84 483
Sumber : Desa Barakkae dalam angkatan angka 2018
Berdasarkan data pada tabel diatas, Dusun Malongka memiliki
jumlah rumah tangga terbesar yakni 180 Rumah tangga, atau
sekitar 37,3%
sedangkan rumah tangga Dusun Botto dan Dusun Enrekeng hampir
berimbang. yaitu masing-masing 152 rumah tangga (31,5%) dan 151
rumah
tangga (31,2%).
Seperti halnya kepala rumah tangga, kepala keluarga di desa
Barakkae menurut data tahun 2018 Juga didominasi laki-laki
dengan rincian
sebagaimana tersaji pada tabel berikut :
-
Jumlah Kepala Keluarga berdasarkan jenis kelamin tahun 2018
Dusun Jenis Kelamin
Total Laki-laki Perempuan
1. Botto 153 30 183
2. Malongka 204 33 237
3. Enrekeng 173 29 202
Jumlah 530 92 622
Sumber : Desa Barakkae dalam angkatan angka 2018
Jumlah Kepala terbesar menurut data diatas, juga terdapat di
Dusun
Malongka yaitu 237 KK atau sekitar (38,1%) disusul Dusun
Enrekeng 202 KK
(32,5%) dan dusun Botto Sebanyak 183 KK atau sekitar 29,4% Dari
total
kepala keluarga yang ada
Dari segi distribusi penduduk berdasarkan kelompok umur,
komposisi
penduduk Desa Barakkae masih didominasi oleh usia produktif
(15-54
Tahun) yaitu sebanyak 1.384 jiwa atau sekitar 62,7%. Ini
menunjukkan
bahwa potensi produktifitas Masyarakat Desa Barakkae sangat
besar.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2018
Kelompok Umur
Jenis Kelamin
Total Laki-laki Perempuan
0-4 70 56 126
5-9 104 94 198
-
10-14 129 124 253
15-19 104 110 214
20-24 102 77 179
25-29 104 75 179
30-34 86 84 170
35-39 78 80 158
40-44 102 101 203
45-49 65 87 152
50-54 62 67 129
55-59 47 44 91
60-64 32 25 57
65> 40 60 100
Jumlah 956 1.019 2.209
Sumber : Desa Barakkae dalam angkatan angka 2018
1. Keadaan Sosial
a. Pendidikan
Sarana Pendidikan yang ada di Desa Barakkae Kec. Lamuru Kab.
Bone
NO Jenis Sarana Pendidikan Jumlah Tenaga
1 Sekolah Dasar 2 Buah 15 Orang
-
2 Taman Pendidikan Qur’an 1 Buah 3 Orang
Harus diakui bahwa Tingkat pendidikan Masyarakat Desa
Barakkae
masih rendah. Data pada tahun 2003 menunjukkan, terdapat sekitar
1225
orang/sekitar 48% penduduk desa ini hanya tamat SD ( Sekolah
dasar).
Sedangkan kondisi pendidikan pada tahun 2018 dapat dilihat pada
tabel
dibawah ini :
Kondisi Pendidikan Menurut Kepemilikan Ijazah Terahir Tahun
2018
Jenjang
Pendidikan
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-Laki Perempuan
SD/Sederajat 450 425 875
SMP/Sederajar 113 140 253
SMU/Sederajat 91 47 138
Diploma 5 4 9
Strata Satu ( SI) 14 7 21
Pasca Sarjana 2 - 2
Sumber : Di olah dari buku desa Barakkae dalam angka 2018
Berdasarkan tabel diatas, jumlah penduduk Desa Barakkae yang
hanya Tamat SD/Sederajat tercatat sebanyak 875 orang atau
sekitar 39,6%
Tamat SMP/Sederajat 253 Orang
11,5%) Tamat SMA/Sederajat 138 orang (6,8), Tamat Diploma 9
orang (0,4%) Strata satu (SI) sebanyak 21 orang (0,95%) dan
Pasca Sarjana
0,1%.
-
Rendahnya tingkat pendidikan Masyarakat Desa Barakkae
Mengakibatkan potensi sumber daya alam yang begitu melimpah
belum
terkelola secara maksimal. Bila di kaitkan dengan tujuan
pembangunan Desa
yakni peningkatan peningkatan kesejahtraan masyarakat dengan
bertumpu
kepada sumber daya alam, maka kedepan pembangunan sektor
pendidikan
harus menjadi prioritas pemerintah Desa Barakkae.
b. Keadaan Ekonomi
Mestinya, untuk mengetahui perkembangan tingkat perekonomian
masyarakat suatu daerah, dapat diukur dari pendapat Domestik
Bruto (PBD)
dan pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Namun sejauh ini
di Desa
Barakkae belum pernah dilakukan perhitungan berkenaan dengan
kedua
indicator tersebut.
Elemen yang bisa menjadi barometer kondisi ekonomi
masyarakat
Desa Barakkae antara lain kepemilikan asset seperti kendaraan
bermotor,
kondisi rumah berikut perabotannya, jumlah masyarakat yang
memiliki
tabungan serta kepemilikan asset pertanian.
Elemen terakhir yang di sebutkan memegang peranan penting,
mengingat sektor pertanian merupakan sumber ulama
penghasilan
masyarakat, sekaligus menjadi lokomitif perekonomian penduduk
setempat
menurut data tahun 2013, jumlah penduduk Desa Barakkae yang
menggantungkan hidup pada sektor pertanian tercatat sebanyak 2.
098 jiwa
atau sekitar 95% dari total jumlah penduduk.
c. Agama
Pembangunan di bidang agama diupayakan dapat mengembangkan
pemahaman dan suasana kehidupan yang harmonis, baik secara
kualitas
maupun kuantitas. Oleh karena itu, pemahaman akan nilai-nilai
keagamaan
perlu ditingkatkan dalam rangka mengukuhkan penyiapan sumber
daya
manusia yang mempunyai landasan spiritual, moral dan etika yang
kuat. Di
Desa Barakkae dirasakan suasana beragama cukup harmonis,
namun
demikian masih ada beberapa kendala yang dihadapi antara lain
masih
adanya umat beragama yang kurang memahami nilai-nilai agama
masing-
masing secara utuh, masih rendahnya kesadaran sebagian umat
beragama
untuk beribadah dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya
dalam
kehidupannya.
-
Keadaan Fasilitas Sarana dan Prasarana Tempat Ibadah di Desa
Barakkae
2019
No. Dusun Jenis Tempat Ibadah Ket.
Mesjid Mushollah Gereja Wihara
1. Malongka 1 1 - - Baik
2. Botto 1 - - - Baik
3. Enrekang 1 1 - - Baik
Jumlah 3 2
Sumber : Kecamatan Lamuru
Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa jumlah mesjid dan
Mushollah di Desa Barakkae ada 3 dan Mushollah 2. Hal ini dapat
dipahami
bahwa penduduk Desa Barakkae 100% memeluk agama Islam.
B. Bentuk Perilaku Keagamaan Remaja di Desa Barakkae
Berdasarkan pengertian perilaku keagamaan seperti yang
dijelaskan
diatas yaitu seluruh aktifitas anggota tubuh manusia yang
berdasarkan
syari’at Islam atau ibadah dalam arti luas baik yang berbentuk
horizontal
antara sesama makhluk, maka bentuk-bentuk perilaku keagamaan di
sini
bermacam-macam dan luas. Di dalam skripsi ini secara umum hanya
akan
dibahas tiga bentuk perilaku keagamaan yang dapat dirumuskan
sebagai
berikut :
1. Disiplin Menjalankan Perintah Shalat
Dalam hal ini shalat merupakan ciri penting dari orang yang
bertaqwa. Allah swt berfirman :
ُقْون َذِلَك اْلِكَتاُب اَل َرْيَب ِفْيِه ُهًدى لِّْلُمتَِّقْي
الَِّذْيَن يُ ْؤِمنُ ْوَن بِاْلَغْيِب َويُِقْيُمْوَن الصَّاَلَة
َوِمَّ ُِ ا َرَزقْ َناُهْم يُن
Terjemahan :
-
Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang
ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki
yang Kami anugerahkan kepada mereka.(Qs.2 ayat 2-3).57
Jadi yang dimaksud dengan disiplin menjalan perintah shalat
adalah
Ketaatan, kepatuhan, keteraturan seseorang di dalam menunaikan
ibadah
shalat wajib yang terdiri dari lima waktu sehari semalam lengkap
dengan
segala syarat serta rukun-rukunnya.
Bapak Hambali selaku imam desa Barakkae mengatakan,
“Kepercayaan remaja di Desa Barakkae saat ini terhadap tuhan
menurut saya kadang-kadang sangat kuat, akan tetapi kadang pula
menjadi ragu dan berkurang karena pengaruh dari era globalisasi
misal gadget dan media sosial, hal ini nampak pada cara ibadahnya
yang kadang rajin dan kadang-kadang malas. Perasaannya kepada
tergantung pada perubahan emosi yang sedang dialaminya”.58
Dalam kondisi yang demikian peran guru amat penting untuk
penanaman agama apalagi keadaan anak yang sedang mengalami
kegoncangan perasaan akibat pengaruh teknologi yang berjalan
sangat
cepat.
Banyak faktor yang menyebabkan kegoncangan jiwa remaja, oleh
karenanya sebagai seorang pendidik/guru harus dapat memahami
kondisi
tersebut, melakukan pendekatan lalu membawa mereka kepada
ajaran
agama, karena agama mampu mengatur pola kehidupan yang lebih
baik.
Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah berusaha
mendekatkan mereka dengan pentingnya ibadah Sholat, sholat
memiliki
pengaruh penting terhadap kejiwaan manusia khususnya remaja
karena
apabila seseorang rajin melakukan sholat dan selalu berpegang
teguh pada
setiap hal kebaikan pasti akan memberikan sikap yang baik pula,
misalnya;
rasa puas, merasa dicintai, merasa aman, merasa bahagia dan
perasaan
57
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah Al-Muhaimin,
(Depok:Al-Huda, 2015)
58 Hambali, Hasil wawancara, Desa Barakkae.10 Februari 2019
-
positif lainnya sehingga secara tidak langsung akan menjauhkan
remaja pada
kegiatan yang kurang baik atau perbuatan buruk.
Tidak dapat dipungkiri bahwa, kemajuan teknologi saat ini
berdampak
secara langsung terhadap kemudahan dari berbagai unsur
kehidupan,
namun sebaliknya ternyata teknologi juga dapat berpengaruh buruk
bagi
remaja, hal ini akan terjadi ketika remaja tidak dapat
menggunakan teknologi
tersebut secara baik. karena terlalu asyik bermain internet
(jejaring sosial)
misalnya, mereka sampai lupa beribadah dan lupa pekerjaan
pekerjaan lain
yang lebih banyak manfaatnya, hal ini dapat diamati dari hasil
wawancara
beberapa remaja di Desa Barakkae sebagai berikut :
Berdasarkan wawancara penulis dengan Asir Yusran mengatakan
bahwa:
”Menggunakan media sosial sedikit mempengaruhi perilaku
keagamaan saya, khususnya kedisiplinan melakukan ibadah shalat.
Tidak bisa dipungkiri bahwasanya ketika saya menggunakan media
sosial meskipun tidak meninggalkan shalat tapi sering menunda-nunda
shalat. Meskipun tidak selalu tapi bisa dikatakan sering.59
Hal serupa juga dikemukakan oleh Amalia Ramadhani :
“Menggunakan media sosial membuat saya sering menunda-nunda
pelaksanaan ibadah. Ia mengaku sering telat shalat. Bahkan, ketika
malam hari ketika saya asyik bermain gadged dan chattingan di media
sosial terkadang sampai tertidur dan baru shalat menjelang waktu
subuh.60
Berdasarkan hasil wawancara langsung yang penulis lakukan
tersebut dapat disimpulkan bahwa teknologi media sosial
(jejaring sosial)
yang menjadi salah kesibukan remaja saat ini, memiliki pengaruh
buruk
terhadap tingkat kedisiplinan dalam hal beribadah khususnya
ibadah sholat,
walaupun tidak sepenuhnya namun cukup berdampak terhadapt
tradisi
keberagaman yang diwariskan oleh para pemuka agama/tokoh-tokoh
agama
59
Asir Yusran, Hasil wawancara, Desa Barakkae.14 Februari 2019
60 Amalia Ramadhani, Hasil wawancara, Desa Barakkae.14 Februari
2019
-
pendahulu kita, yang mestinya Ibadah mahdah tak ada tawar
menawar untuk
memenuhinya. Karena media sosial ini telah merebah di segala
umur
terkhusus pada kaum remaja yang rentang dengan
pengaruh-pengaruh
buruk, maka seyogyanya perlakuan terhadap media sosial ini
perlu
dikendalikan dengan perhitungan positif, diantaranya;
1. Remaja perlu melakukan aktivitas lain selain menggunakan
media
sosial, misalnya; olahraga, membaca buku, membantu orang tua
dan
aktivitas positif lainnya.
2. Remaja membuat komitmen dalam dirinya bahwa ibadah lebih
penting
daripada bermain gedget.
2. Cara berpenampilan
Pakaian bisa terlihat bagaimana kesadaran remaja beragama,
karena
pakaian adalah hiasan yang paling baik untuk pakaian orang
beriman.61
Walaupun media sosial menjajakan berbagai macam fashion
namun
remaja Desa Barakkae memiliki pandangan lain mengenai hal
tersebut, hal
ini bisa dilihat dari paparan hasil wawancara penulis sebagai
berikut:
Salah satu remaja yang bernama Mas’ud, mengatakan bahwa:
“Saya tidak terpengaruh oleh media sosial dalam hal penampilan
dibandingkan dengan teman-teman, saya tidak suka mengikuti
perkembangan fashion yang ada, dan juga merasa cara berpenampilanku
ini tidak melanggar aturan agama”.62
Selain Mas’ud, Amalia Ramadhani juga mengatakan bahwa:
61
Imam Ja’far Ash-Shadiq, Lentera Ilahi, (Bandung:Mizan,1997)
h.37
62 Mas’ud, Hasil wawancara, Desa Barakkae. 14 Februari 2019
-
“Saya juga tidak mengikuti tren fashion di media sosial. cara
berpenampilan saya juga biasa saja di banding dengan perempuan
lainnya. saya cenderung tidak peduli bahkan bisa dibilang apa
adanya. Meskipun jarang memakai rok tapi saya tidak pernah memakai
celana jeans, saya lebih suka memakai celana kain yang longgar
dengan kemeja yang panjang dan juga jilbab yang tebal seperti
rabbani”.63
Berdasarkankan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan
bahwa
konten yang dijajakan oleh media sosial dengan berbagai macam
gaya dan
tren ternyata tidak berpengaruh terhadap cara berpakaian remaja
di Desa
Barakkae, apalagi gaya dan tren masa kini, hal ini terjadi
karena beberapa
faktor :
1. Wilayah Desa Barakkae dan termasuk wilayah yang cukup jauh
dari
perkotaan sehingga cara berpenampilan merekapun tidak
terlalu
mengikuti tren fasion yang ada.
2. Masyarakat Desa Barakkae termasuk masyarakat menengah
kebawah
sehingga untuk mengikuti tren atau gaya masa kini harus
berfikir
panjang dengan dana yang mereka pun