DAMPAK MASYARAKAT BEROBAT KE LUAR NEGERI TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT DI KOTA MEDAN SKRIPSI Oleh IRDA YANTI NIM. 141000202 PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019 Universitas Sumatera Utara
118
Embed
DAMPAK MASYARAKAT BEROBAT KE LUAR NEGERI TERHADAP ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
DAMPAK MASYARAKAT BEROBAT KE LUAR NEGERI
TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN
RUMAH SAKIT DI KOTA MEDAN
SKRIPSI
Oleh
IRDA YANTI
NIM. 141000202
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
Universitas Sumatera Utara
DAMPAK MASYARAKAT BEROBAT KE LUAR NEGERI
TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN
RUMAH SAKIT DI KOTA MEDAN
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
IRDA YANTI
NIM. 141000202
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
Universitas Sumatera Utara
i
Universitas Sumatera Utara
ii
Telah diuji dan dipertahankan
Pada tanggal: 23 April 2019
TIM PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D.
Subjek penelitian adalah orang yang diwawancarai dan dimintai informasi
oleh pewawancara yang diperkirakan menguasai masalah penelitian dan
memahami data informasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian. Informasi
adalah data yang telah disusun sedemikian rupa sehingga bermakna dan
bermanfaat karena dapat dikomunikasikan kepada seseorang yang akan
menggunakannya untuk membuat keputusan (Kumorotomo dan Margono, 2011).
Sesuai dengan pendekatan penelitian yang dilakukan yaitu pendekatan
kualitatif, maka penentuan informan didasarkan pada kriteria sesuai dengan tujuan
penelitian. Informan ditetapkan secara purposive berdasarkan pertimbangan
bahwa mereka dianggap dapat memberikan data dan informasi dampak
Universitas Sumatera Utara
36
masyarakat berobat ke luar negeri terhadap pelayanan kesehatan rumah sakit di
Kota Medan .
Melalui pertimbangan faktor kebutuhan akan data dan informasi, faktor
dukungan sumber daya yang dimiliki peneliti dan informan. Menurut Creswell
(2012) bahwa subjek penelitian yang digunakan pada penelitian model
fenomenologi minimal 3 sampai 10 subjek dalam satu fenomena karena pernah
berobat atau membawa keluarganya ke rumah sakit luar negeri. Pada penelitian ini
jumlah informan sebanyak 5 orang pegawai rumah sakit di Kota Medan yang
lebih banyak memahami dan mengetahui tentang dampak masyarakat berobat ke
luar negeri terhadap pelayanan kesehatan rumah sakit di Kota Medan. Informan
penelitian terdiri dari kepala bidang keperawatan rumah sakit, kepala bidang
penunjang medik rumah sakit, sekretaris rumah sakit dan direktur rumah sakit.
Definisi Konsep
Untuk mempermudah dalam pengolahan data dan pembahasan, maka
dirumuskan definisi konsep penelitian yaitu:
1. Pelayanan kesehatan adalah upaya rumah sakit dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang terbaik kepada masyarakat yang datang berkunjung didukung
tenaga kesehatan yang profesional dan sarana dan prasarana.
2. Rumah sakit adalah suatu wadah pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat secara paripurna dengan pelayanan rawat
inap, rawat jalan dan rawat darurat.
3. Dampak positif pelayanan kesehatan rumah sakit adalah upaya rumah sakit
membenahi diri dalam menyediakan pelayanan kesehatan berkualitas agar
masyarakat tidak berobat ke luar negeri berdasarkan aspek wujud persaingan
Universitas Sumatera Utara
37
yang negatif dalam sistem pelayanan kesehatan, perbedaan pelayanan
kesehatan di masyarakat mampu dan tidak mampu, ketidakmampuan
pemerintah dalam menyediakan pelayanan kesehatan, ketergantungan kualitas
pelayanan kesehatan rumah sakit di luar negeri dan kegagalan pemerintah
dalam membina daya saing rumah sakit.
4. Dampak negatif pelayanan kesehatan rumah sakit adalah akibat yang dapat
terjadi karena masyarakat memilih berobat ke luar negeri berdasarkan aspek
aktivitas rumah sakit di Kota Medan dalam meningkatkan sistem pelayanan
kesehatan, menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan harga
murah dijangkau, peningkatkan teknologi bidang kedokteran, perhatian
terhadap rumah sakit dan pendidikan tenaga kesehatan.
Metode Pengumpulan Data
Standar khusus pengumpulan data yang perlu dipenuhi sesuai dengan
karakteristik penelitian kualitatif sesuai menurut Moleong (2011), yakni
melakukan setidak-tidaknya triangulasi metode dan triangulasi sumber data.
Triangulasi metode dilakukan dengan cara wawancara mendalam yang terstruktur
dan telaah dokumen sehingga kebenaran data yang diperoleh melalui suatu
metode dapat dicek dengan data yang diperoleh melalui metode lain. Selain itu,
penulis juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek
kebenaran informasi tersebut. Sedangkan triangulasi sumber data dilakukan
dengan cara wawancara beberapa informan sehingga didapat data yang relevan.
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data
primer dan data sekunder melalui teknik teknik pengumpulan data sebagai
berikut:
Universitas Sumatera Utara
38
1. Dokumentasi
Dapat dianggap sebagai materi yang tertulis atau sesuatu yang menjadikan
tentang sesuatu subjek dokumentasi dapat berisi deskripsi-deskripsi,
penjelasan-penjelasan, bagan alir, daftar-daftar, catatan hasil komputer, contoh-
contoh objek dari sistem informasi. Dokumentasi yang diambil di Pusat Biro
Statistik, dan Kantor Imigrasi Kelas I Sumatera Utara atau sesuai dengan judul
penelitian agar bermanfaat untuk mengetahui, menganalisis, menafsirkan
bahkan untuk meramalkan dampak sosial pelayanan kesehatan rumah sakit.
Dokumentasi juga dapat diperoleh dari buku-buku dan bahan referensi lainnya.
2. Wawancara
Wawancara mendalam (indepth-interview) merupakan cara untuk mendalami
hasil observasi. Wawancara mendalam awalnya dilakukan secara umum
kemudian secara khusus adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara
dengan informan atau orang yang diwawancarai dengan atau tanpa
menggunakan pedoman (guide) wawancara, pewawancara dan informan yang
terlibat dalam kehidupan sosial. Melalui wawancara mendalam akan
keterlibatannya dalam kehidupan informan. Wawancara mendalam peneliti
bertatap muka langsung dengan informan.
Metode Analisis Data
Bogdan dan Biklen seperti yang dikutip oleh Moleong (2011) mengatakan
bahwa analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan
data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
Universitas Sumatera Utara
39
penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain.
Secara umum, proses analisis data kualitatif didasarkan pada reduksi dan
interpretasi data. Sesuai teori dari Cresswell (2012) analisis data dilakukan dengan
rangkaian tahapan sebagai berikut:
1. Reduksi data
Mengumpulkan yang didapat dan menyederhanakan informasi tersebut,
memilih hal-hal pokok dan memfokuskannya pada hal-hal penting, mencari
tema atau pola dari laporan atau data yang didapat di lapangan. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberi gambaran yang lebih tajam
tentang hasil pengamatan, disamping mempermudah peneliti untuk mencari
data yang diperlukan.
2. Display (penyajian data)
Menyajikan berbagai informasi dari data setelah dianalisis sehingga
memberikan gambaran seluruhnya atau bagian-bagian tertentu dari penelitian
yang dilakukan.
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Kegiatan analisis data dimaksudkan untuk mencari makna dan membuat
kesimpulan dari data yang telah dikumpulkan dengan mencari pola, tema,
hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul dan hipotesis kerja. Pada
mulanya kesimpulan tersebut tentunya masih sangat tentatif, kabur dan
diragukan. Akan tetapi, dengan bertambahnya data dan melalui verifikasi yang
terus dilakukan selama penelitian berlangsung maka kesimpulan tersebut
Universitas Sumatera Utara
40
menjadi lebih mendalam dan akurat. Dengan teknik analisa kualitatif, peneliti
akan menjabarkan hasil penelitian dan melakukan pembahasan hanya dengan
menguraikannya dalam kalimat-kalimat.
Universitas Sumatera Utara
41
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Wilayah penelitian merupakan hal yang diperlukan untuk memberikan
pendalaman pemahaman mengenai permasalahan yang akan diteliti lebih lanjut.
Berikut gambaran mengenai rumah sakit di Kota Medan sebagai lokasi penelitian
yaitu Rumah Sakit Haji Medan, Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB,
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, dan Rumah Sakit St. Elisabeth.
Rumah Sakit Haji Medan. Rumah sakit berlokasi di RS
Haji Kompl Medan Estate Permai Tegalrejo didirikan dengan landasan hasrat
untuk menciptakan sarana pelayanan kesehatan bernuansa Islami yang
mengutamakan mutu dan memperhatikan dengan sungguh-sungguh kebutuhan
pelanggan. Rumah Sakit Umum Haji Medan Provinsi Sumatera Utara diresmikan
oleh Presiden Republik Indonesia tanggal 4 Juni 1992. Sejak tanggal 29 Desember
2011 Rumah Sakit Umum Haji Medan secara resmi telah dikelola oleh
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera
Utara Tahun 2011 tanggal 13 Desember 2011. Rumah Sakit Umum Haji Medan
Provinsi Sumatera Utara saat ini mempunyai 254 tempat tidur untuk rawat inap,
hampir dua kali lipat sewaktu. Visi rumah sakit adalah Rumah Sakit Unggulan
dan Pusat Rujukan dengan Pelayanan Bernuansa Islami, Ramah Lingkungan,
Berdaya Saing sesuai Standart Nasional, dan Internasional.
Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB. Rumah Sakit Tk II Putri
Hijau Kesdam I/BB Medan berlokasi di Jalan Putri Hijau No. 17 Medan
merupakan rumah sakit kebanggaan prajurit di wilayah Kodam I/BB dan
Universitas Sumatera Utara
42
sekaligus sebagai rumah sakit rujukan wilayah barat Indonesia (Medan sekitarnya)
dengan didukung sarana dan prasarana yang semakin memadai dan tenaga dokter
spesialis dan sub spesialis yang semakin lengkap. Hingga sekarang Rumah Sakit
Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB telah terakreditasi 5 pelayanan dasar sesuai dengan
sertifikat akreditasi Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :
HK.03.05/III/760/11 tanggal 17 Maret 2011 dengan Kelas B. Visi Rumah Sakit
Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan yaitu “Menjadi Rumah Sakit dambaan
warga TNI dan masyarakat di kawasan Barat Negara Kesatuan Republik
Indonesia.”
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik. Rumah sakit ini berlokasi
di Jl. Bunga Lau No. 17 Medan Tuntungan Kotamadya Medan Provinsi Sumatera
Utara. RSUP H. Adam Malik mempunyai 16 pelayanan medis spesialistik dan
subspesialistik yang luas, sehingga RSUP H. Adam Malik termasuk rumah sakit
Kelas A. Rumah sakit memprioritaskan Keselamatan Pasien dengan PATEN
(Pelayanan Cepat, Akurat, Terjangkau, Efisien, Nyaman). Visi rumah sakit adalah
menjadi Rumah Sakit Pendidikan dan Rujukan Nasional Terbaik dan Berkualitas
di Indonesia pada 2019. Visi rumah sakit adalah menjadi pusat rujukan pelayanan
kesehatan, pendidikan dan penelitian yang mandiri dan unggul di Sumatera tahun.
2019
Rumah Sakit St. Elisabeth. Rumah sakit swasta ini berlokasi di Jalan
Haji Misbah No. 7 Kecamatan Medan Maimun Provinsi Sumatera Utara dengan
Kelas B. Rumah Sakit ini adalah milik Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth
Medan dengan motto “Ketika Aku Sakit Kamu Melawat Aku”. Rumah Sakit ini
telah dilengkapi berbagai prasarana yang terdiri dari Poli Umum, Spesialis, Unit
Universitas Sumatera Utara
43
Gawat Darurat (UGD), Intensive Care Unit (ICU). Masing-masing unit dilengkapi
dengan fasilitas sesuai kebutuhan pelayanan. Visi rumah sakit adalah “menjadikan
kehadiran Allah di tengah dunia dengan membuka tangan dan hati untuk
memberikan pelayanan kasih yang menyembuhkan orang-orang sakit dan
menderita sesuai dengan tuntutan zaman”.
Karakteristik Informan
Informan dalam penelitian ini merupakan pegawai yang bekerja di empat
rumah sakit terdiri dari tiga rumah sakit pemerintah yaitu Rumah Sakit Haji
Medan, Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB, RSUP H. Adam Malik dan satu rumah
sakit swasta yaitu Rumah Sakit St Elisabeth Medan. Informan telah bekerja
minimal satu tahun dan memiliki pengalaman tentang pelayanan kesehatan rumah
sakit. Informan memiliki pemahaman yang baik terhadap dampak pelayanan
kesehtan rumah sakit terhadap masyarakat Kota Medan berobat ke luar negeri
karena pernah atau sedang menduduki jabatan penting di rumah sakit seperti
direktur, kepala bidang dan bidang promosi kesehatan rumah sakit.
Informan yang dijadikan sebagai narasumber dalam penelitian ini terdiri
dari empat orang terdiri dari tiga perempuan dan satu orang laki-laki dan berstatus
sebagai pegawai tetap pada rumah sakit swasta dan Pegawai Negeri Sipil (PNS)
pada rumah sakit pemerintah. Karakteristik informan berdasarkan umur dengan
interval 25 sampai 58 tahun, masa kerja 1 sampai dengan 28 tahun. Informan
mempunyai jabatan berkaitan sesuai dengan tema yang akan dikaji. Untuk
mempermudah dalam menganalisis masing-masing dikoding menjadi Informan J,
Informan R, Informan N dan Informan M.
Universitas Sumatera Utara
44
Tabel 1
Karakteristik Informan
Inisial/ Kode Umur
(Thn)
Jenis
Kelamin
Masa
Kerja (Thn) Jabatan Instansi
Informan J
58 Laki-laki 28 Kabid Pelayanan
Medik
RS Haji
Medan
Informan R
25
Perempuan
1 Pegawai Bidang
Humas
Tk II
Putri
Hijau
Kesdam
I/BB
Informan N
47
Perempuan
4 Ka. Bidang
Pelayanan Medik
RSUP H.
A. Malik
Informan M 52 P Perempuan 25 Direktur RS St
Elisabeth Medan
RS St
Elisabeth
Medan
Sumber: Data Hasil Penelitian, 2019
Dampak Masyarakat Berobat ke Luar Negeri terhadap Pelayanan
Kesehatan Rumah Sakit Kota Medan
Tema yang dikaji dalam penelitian adalah dampak masyarakat berobat ke
luar negeri terhadap pelayanan kesehatan rumah sakit Kota Medan berdasarkan
dampak rumah sakit dan dampak sistem pelayanan kesehatan.
Analisis Dampak Rumah Sakit
Dampak rumah sakit terdiri dari tidak adanya dampak negatif bagi rumah
sakit di Kota Medan terhadap pasien berobat ke luar negeri ditinjau dari aspek
kunjungan pasien, pendapatan rumah sakit, serta perpindahan tenaga kesehatan.
Dan dilihat dari adanya dampak positif bagi rumah sakit di Kota Medan terhadap
pasien berobat ke luar negeri di tinjau dari aspek peningkatan persaingan rumah
sakit, peningkatan teknologi kedokteran, kemudahan pelayanan rumah sakit serta
penyediaan pelayanan rumah sakit yang berkualitas.
Universitas Sumatera Utara
45
Tidak Adanya Dampak Negatif bagi RS di Kota Medan terhadap
Pariwisata Kesehatan. Hasil wawancara peneliti terhadap informan ditemukan
bahwa tidak adanya dampak negatif bagi rumah sakit di Kota Medan terhadap
masyarakat yang berobat ke luar negeri ditinjau dari aspek jumlah pasien, jumlah
pendapatan rumah sakit, penutupan rumah sakit, perbaikan pelayanan kesehatan,
perpindahan tenaga kesehatan.
Jumlah Kunjungan Pasien. Hasil wawancara terhadap informan
berdasarkan pertanyaan “Bagaimana dampak masyarakat berobat ke luar negeri
terhadap jumlah pasien di rumah sakit ini?”. Diperoleh respon informan seperti
jawaban berikut:
“…Gak ada pengaruhnya sama kami, gak ada, hanya berapa
persen sih itu kesana. Yang sangat berpengaruh sama kami ya
regulasi daripada system pelayanan kita JKN itu sangat berpengaruh, kalau yang ke luar negeri itu ya gak berpengaruh
berapa persen sih itu yang kesana gak berpengaruh” (Informan 1).
Didukung dengan respon dari :
“Kalau dampak nya sih sebenarnya ee tidak terlalu mempengaruhi
karna kan hanya sedikit sih. Tidak signifikan kali mempengaruhi
jumlah pasien yang ada di rumah sakit kalau misalkan ada pasien
yang ingin pergi berobat ke luar negeri karena bias kita lihat sih
dari perekonomian masyarakat Indonesia kan gak semua mampu
untuk berobat ke luar negeri. Nah jadi tidak terlalu mempengaruhi
untuk jumlah pasien tetapi yang sangat mempengaruhi ya mungkin
kita merasa rumah sakit kita ee kurang memadai fasilitasnya
dalam hal ee penyakit pasien yang ingin pergi ke luar negeri”.
(Informan 2).
Didukung dengan respon dari :
“Jadi kalau masalah kunjungan pasien ke luar negeri itu udah lama yaa.
Nah jadi sebelum era JKN juga pasiennya udah kesana. Nah itu kita juga
masih tidak ada masalah karena kan mungkin eee orang-orang tertentu
lah yang bisa berobat ke luar negeri kan gak semua level golongan
masyarakat. Menengah ke atas. Nah pasien kita cukup banyak karena dulu
sebelum era JKN ini tidak ada rujukan berjenjang jadi siapapun bisa
Universitas Sumatera Utara
46
langsung ke rumah sakit tipe A pusat rujukan tersier yang terakhir
sebelum era JKN kan tidak ada berjenjang jadi dari puskesmas pun bisa
langsung ke Adam Malik. Kalau sekarang justru itu terasanya itu sejak
era JKN jadi dampak dari pada masyarakat dulu yang pergi ke luar
negeri itu kita sih gak terasa” (Informan 3).
Didukung dengan respon dari :
“Kalau dari sisi ini sebenarnya gak terlalu signifikan juga lah ya
berkurang melulu” (Informan 4).
Dari matrik jawaban di atas diketahui bahwa para informan menyatakan
masyarakat Kota Medan berobat keluar negeri tidak memberikan dampak negaif
terhadap kunjungan pasien karena RS di Kota Medan pasiennya sebahagian besar
adalah pasien BPJS yang mempengaruhi jumlah kunjungan pasien ke rumah sakit
di Kota Medan, kalaupun ada tetapi tidak signifikan. Hal ini disebabkan sistem
pelayanan yang diselenggarakan rumah sakit yaitu sistem Jaminan Kesehatan
Sosial yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
melalui pembayaran iuran setiap bulan. Peserta BPJS dapat menikmati pelayanan
kesehatan mulai dari fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sampai rujukan
ke rumah sakit secara berjenjang mulai dari rumah sakit Kelas D, C, B dan A.
Masyarakat yang berobat ke luar negeri adalah orang-orang tertentu yang
memiliki penghasilan yang cukup besar untuk mendanai biaya keberangkatan
sampai pengobatan penyakitnya.
Pendapatan Rumah Sakit. Hasil wawancara terhadap informan
berdasarkan pertanyaan “Bagaimana dampak masyarakat berobat ke luar negeri
terhadap jumlah pendapatan rumah sakit ini ?”. Diperoleh respon informan seperti
jawaban berikut:
Universitas Sumatera Utara
47
“Kalau dampak sebenarnya tidak terlalu mempengaruhi pendapatan
rumah sakit karena pasien yang berasal dari Kota Medan adalah perserta
JKN mencapai 80 hampir 90%”. (Informan 1).
Didukung dengan respon dari :
“Tidak mempengaruhi juga, karena kan pasien yang tadi saya bilang
hanya sedikit. Nah karna kan banyak juga nih pasien ee di luar dari
pasien umum ya. Kita kan masi ada pemasukan misalnya dari pasien
BPJS, dari pasien ee KIS dan lainnya dan ada juga pasien umum yang gak
mesti kita rujuk atau kita sarankan ke luar negeri dan kita sanggup untuk
ee melayani masyarakat tersebut iyakan”. (Informan 2).
Didukung dengan respon dari :
“Jumlah pendapatan ya itu tadi mulai terasanya itu sejak era JKN ini
otomatiskan pasien yang tadinya kita layani di atas 1000/hari nah
sekarang itu paling banyak itu 800an. Itu jelas 20% berkurang pasiennya
dari poli rawat jalan itu paling jelas kita lihat ya. Nah seperti itu. Cuman
kalo mengenai rawat inapnya itu tidak terlalu bermakna sekali sih
pengurangannya malah kita ini sering apa namanya eee penuh tempat
tidur. Tapi kalau rawat jalan yang terasa karena mereka itu tidak boleh
langsung berjenjang ini sejak era JKN ya. Jadi tidak ada pengaruhnya
dari masalah berobat ke luar negeri” (Informan 3).
Didukung dengan respon dari :
“Tapi kami kek nya kami gak terlalu berdampak dan justru sekarang ini
nya dengan adanya BPJS ini yang kami lebih, lebih besar dampak nya iya
kan ketimbang medical tourism tapi kita prihatin artinya kenapa ya kok
perilaku orang Indonesia itu kok bukan nya gak bisa disini gitu ya kan.
Apakah memang mereka karena jalan-jalan nya makanya saya
sebenarnya perlu di ini kan bener-bener apakah mereka memang karena
mau jalan-jalan nya sebagai sambil sambil atau mereka merasa tidak
puas dengan pelayanan”. ( Informan 4).
Dari matrik jawaban di atas diketahui bahwa para informan menyatakan
masyarakat Kota Medan berobat keluar negeri tidak mempengaruhi dampak
negative terhadap pendapatan rumah sakit di Kota Medan. Rumah sakit di Kota
Medan memperoleh masukan dari pasien BPJS, asuransi kesehatan swasta
lainnya dan pasien umum yang membayar biaya perawatan tanpa mengunakan
Universitas Sumatera Utara
48
asuransi manapun. Mereka inilah yang menjadi sumber pendapatan rumah sakit
untuk membiayai biaya operasional rumah sakit. Berbeda dengan pendapat Aulia
(2016) mengatakan bahwa masyarakat yang berobat ke Malaysia dapat
mengurangi pendapatan rumah sakit di Sumatera Utara,
Perbaikan Pelayanan Kesehatan. Hasil wawancara terhadap informan
berdasarkan pertanyaan “Bagaimana dampak masyarakat berobat ke luar negeri
terhadap rumah sakit untuk memperbaiki pelayanan kesehatan?”. Diperoleh
respon informan seperti jawaban berikut:
“Termotivasi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Ditambahkan lagi rumah sakit kita memiliki sistem akreditas
rumah sakit sehingga rumah sakit meningkatkan mutu pelayanan
kesehatannya”.(Informan 1).
Didukung dengan respon dari :
“Pasti ada. Mungkin karena eee tidak memadai dan ee tidak lengkap nya
fasilitas dirumah sakit. Pasti ada keinginan rumah sakit baik itu swasta
maupun negeri untuk melengkapi fasilitas kita. Cuma ya itu tadi kita kan
ada rumah sakit negeri ya kita harus memohon bantuan, menunggu
bantuan dari pemerintah. Kalau seandainya juga pemerintah kurang
dalam memperhatikan dalam hal kelangkapan fasilitas pastinya rumah
sakit yaa akan tetap begitu-begitu saja tidak ada perkembangan”.
(Informan 2).
Didukung dengan respon dari :
“Yaa sebenarnya kita tentunya dengan peningkatan mutu ya. Nah jadi
salah satunya kita terjamin mutunya itu dengan dilakukannya akreditasi.
Nah jadi kita dari dulu kan sudah berapa kali eee akreditasi mulai dari
proses pertama akreditasi itu untuk yang 5 pelayanan kemudian tahun
2013 ya kalau gak salah itu yang 16 pelayanan kemudian tahun 2015 kita
terakreditasi KARS Nasional kemudian ini kita baru-baru ini di tahun
2018 baru kita terakreditasi JCI Internasional. Nah jadi masyarakat kita
kan taunya peningkatan mutu itu setelah rumah sakit itu terakreditasi.
Yang paling penting itu lah peningkatan mutu dan kita memenuhi sarana
prasarana fasilitas kesehatan” (Informan 3).
Universitas Sumatera Utara
49
Dari matrik jawaban di atas diketahui bahwa para informan menyatakan
masyarakat Kota Medan berobat ke luar negeri memberikan dampak terhadap
peningkatan kualitas pelayanan rumah sakit di Kota Medan harus membenahi diri
dalam memenuhi pelayanan yang berkualitas. Hal ini mungkin disebabkan sistem
pelayanan rumah sakit Kota Medan mengharuskan setiap rumah sakit yang
bekerjasama dengan BPJS harus diakreditasi untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan agar pasien merasa puas. Ditambahkan lagi, setiap rumah
sakit sangat tergantung terhadap kebijakan pemerintah untuk mengikuti regulasi
yang selalu direvisi untuk meningkatkan kualtias pelayanan kesehatan. Menurut
penelitian Aulia (2016) mengatakan dengan adanya pengobatan ke luar negeri
dapat diketahui bahwa masyarakat ingin mendapatkan pelayanan yang baik,
sehingga rumah-rumah sakit Sumatera utara harus memperbaiki diri terutama
dalam hal pelayanan kesehatan
Ungkapan informan lainnya mengatkan bahwa:
“Setiap dokter spesilias di rumah sakit dapat bekerja di tiga rumah sakit
kalau di luar negeri cuma satu rumah sakit sehingga full time memberikan
layanan kesehatan sehingga membuat mereka maju”. (Informan 4).
Pelayanan kesehatan kepada pasien terutama pasien rawat inap sangat
ditentukan kualitas dan ketersediaan dokter spesialis di rumah sakit. Jika
ketersediaan dokter tersebut tidak ada atau sudah dijumpai menyebabkan pasien
memilih rumah sakit lainnya yang memiliki dokter spesialis sesuai dengan
penyakit yang diderita. Pada rumah sakit di Kota Medan, tempat kerja dokter
spesialis dapat di tiga rumah sakit sehingga keberadaannya tidak selalu siap
melayani pasien di satu rumah sakit saja.
Universitas Sumatera Utara
50
Perpindahan dokter ke rumah sakit luar negeri. Hasil wawancara
terhadap informan berdasarkan pertanyaan “Bagaimana dampak masyarakat
berobat ke luar negeri terhadap perpindahan dokter ke rumah sakit luar negeri?”.
Diperoleh respon informan seperti jawaban berikut:
“Gak ada. Dari sini gak ada. Malah dokter kami ini menjadi konsultan
disana. Bukan pindah, dipanggil menjadi konsultan. Gak ada dokter kita
pindah ke luar negeri”. (Informan 1)
Didukung dengan respon dari :
“Dokter terbaik pasti inginnya pindah ke tempat yang lebih baik gitu kan.
Nah pastinya rumah sakit akan sulit meee apa namanya mencari dokter
yang lebih baik dari yang sebelumnya kan itu sih dampak negatifnya kalau
misalkan dokter pindah ke rumah sakit yang lain. Karena kita udah
merasa sekarang cari dokter yang bagus itu dan professional susah gitu.
Gak hanya dengan modal STR, SIP gitu tapi dengan skill dan
pengalaman gitu dia”. (Informan 2).
Didukung dengan respon dari :
“Iyaa..iyaa selama ini belum ada. Memang kan kalo apa namanya itu
surat izin praktek itu diberikan di 3 rumah sakit jadi mereka ini bebas
boleh melayani tetapi kita kan juga punya aturan ini kan rumah sakit kita
untuk pegawai yang kemenkes yang merupakan pegawai tetap kita itu
harus melaksanakan eee pelayanan di luar rumah sakit itu di atas jam
kerja seperti itu. Jadi mereka boleh praktek di luar atau mereka boleh
misalnya melakaukan pelayanan di rumah sakit swasta tetapi di atas jam
kerja”. (Informan 3).
Dari matrik jawaban di atas diketahui bahwa para Informan menyatakan
berobat ke luar negeri tidak menyebabkan dokter dan perawat berpindah untuk
bekerja ke luar negeri tidak adanya dampak negatif bagi rumah sakit di Kota
Medan berobat keluar negeri yang dapat memengaruhi kinerja rumah sakit di
Kota Medan apabila tenaga kesehatan pindah ke negera lain. Dokter yang
memiliki kemampuan dan keterampilan yang baik susah mencari gantinya pada
Universitas Sumatera Utara
51
masa sekarang ini mungkin jumlah dokter spesialis yang disenangi pasien
jumlahnya sedikit. Dokter yang ingin pindah tugas ke luar negeri prosesnya
panjang sehingga kasus perpindahan tersebut jarang terjadi. Sedangkan tenaga
kesehatan lainnya seperti perawat kemungkinan cukup tinggi karena difasilitasi
oleh pemerintah dengan gaji yang sangat besar dibandingkan gaji di rumah sakit
Kota Medan.
Namun berbeda respon dari :
“Kalau perawat sih ada yaa. Karena kan itu di fasilitasi oleh pemerintah.
Kan antara government to government dari pemerintah jepang kan
banyak di cari tenaga perawat itu kan ke luar ke Indonesia dari Amerika
ke mana. Jadi contoh aja dari tapi biasanya itu dari institusi pendidikan
nya ya kan. Dari rumah sakit ada kami ada beberapa perawat kami yang
kemudian mengambil kesempatan untuk di rekrut ke jepang. Ya kalau
perawat ada lah tapi kalau dokter saya lihat gak lah karena mungkin
dokter juga sulit kan untuk kerja di luar eee seperti Malaysia Singapur itu
kan kalau enggak ada aviliasi ke Inggris kan mereka gak ini dokter kita.
Jadi kalau perawat sih ada tapi ya sama aja sekarang malah persaingan
di dalam di Indonesia malah lebih besar untuk rekrut perawat karena
kesempatan untuk bekerja di luar negeri itu kan proses nya panjang”
(Informan 4).
Dari hasil wawancara terhadap 4 informan rumah sakit yaitu kabid Pelayanan
Medik rumah sakit Haji Medan, pegawai Bidang Humas rumah sakit Tk II Putri
Hijau Kesdam I/BB Medan, Ka. Bidang Pelayanan Medik RSUP H. Adam Malik
Medan dan juga Direktur RS St. Elisabeth Medan dapat di simpulkan bahwa
Masyarakat yang berobat ke luar negeri tidak memberikan dampak negatif bagi
rumah sakit Kota Medan terhadap pasien berobat ke luar negeri di lihat dari aspek
kunjungan pasien rumah sakit di Kota Medan karena sebahagian besar pasien
adalah peserta JKN. Dilihat dari aspek pendapatan rumah sakit berobat ke luar
negeri tidak memberikan dampak negatif terhadap pendapatan RS di Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
52
Dilihat dari aspek perpindahan tenaga kesehatan ditemukan bahwa berobat ke luar
negeri tidak menyebabkan dokter dan perawat berpindah untuk bekerja ke luar
negeri. Dan juga dilihat dari aspek perhatian pimpinan bahwa berobat ke luar
negeri tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap perhatian pimpinan
kepada tenaga kesehatan untuk meningkatkan pendidikan tenaga kesehatan.
Terdapat Dampak Positif bagi RS di Kota Medan terhadap
Pariwisata Kesehatan. Hasil wawancara peneliti terhadap informan ditemukan
adanya dampak positif bagi rumah sakit di Kota Medan terhadap masyarakat
berobat ke luar negeri ditinjau dari aspek peningkatan persaingan rumah sakit,
peningkatan teknologi kesehatan, peningkatan kemudahan rumah sakit, dan
penyediaan pelayanan berkualitas adanya dampak positif bagi RS di Kota Medan
terhadap pariwisata kesehatan diuraikan di bawah ini.
Peningkatan Persaingan Rumah Sakit. Hasil wawancara terhadap
informan berdasarkan pertanyaan “Bagaimana dampak positif masyarakat berobat
ke luar negeri dalam peningkatan persaingan di rumah sakit ini?”. Diperoleh
respon informan seperti jawaban berikut:
“Yaa kita intropeksi rumah sakit jadi motivasi. Ya kan kita kadang-kadang
kan selalu terlintas dugaan asumsi kita karena mutu pelayanan sini
kurang baik kita terangsang untuk memperbaiki mutu pelayanan salah
satunya kita akreditasi. Sekarang kita akreditasi versi 2012 mungkin kita
nanti bisa JCI macam Adam malik. Adam Malik itu udah JCI udah sama
standarnya macam di luar negeri. Sekarang kan pengaruh advertising
dari luar negeri padahal bukan nya jelek-jelek kali rumah sakit sini”
(Informan 1).
Universitas Sumatera Utara
53
Didukung dengan respon dari :
“Ya mungkin kita lebih termotivasi untuk lebih baik lagi meningkatkan
pelayanan. Kita harus lebih ee memotivasi dokter, perawat, serta
administrasinya agar lebih lagi untuk melayani pasien. Jadi pasien itu gak
mesti dia merasa harus berobat ke rumah sakit lain. Khususnya pelayanan
itu aja” (Informan 2).
Didukung dengan resspon dari :
“Kita lebih termotivasi untuk lebih baik lagi meningkatkan pelayanan
kesehatan terutama setelah adanya sistem akreditas rumah sakit bertujuan
menetapkan status kinerja rumah sakit yang berkualtias. Rumah sakit
dapat meningkatkan kualitas tenaga kesehatan dengan menyelenggarakan
pelatihan supaya citra rumah sakit lebih baik”. (Informan 3).
Ungkapan di atas tidak berbeda jauh dengan pernyataan informan dari
rumah sakit swasta sebagai berikut.
“Antar rumah sakit di Kota Medan juga saling bersaing karena memiliki
kebijakan yang berbeda-beda seperti persaingan perekrutan tenaga
kesehatan”. (Informan 4).
Dari matrik jawaban di atas diketahui bahwa para Informan menyatakan
bahwa adanya dampak positif bagi rumah sakit Kota Medan terhadap masyarakat
yang berobat keluar negeri menyebabkan peningkatan persaingan dalam
memberikan pelayanan kesehatan rumah sakit di Kota Medan menuju arah yang
lebih baik lagi. Setiap rumah sakit memiliki kebijakan seperti visi dan misi untuk
memberikan kepuasan terhadap pasien dan menjadi rumah sakit yang unggul
dalam memberikan pelayanan kesehatan. Keinginan bersaing antar rumah sakit
sudah menjadi kebijakan rumah sakit agar dikenali dan digemari masyarakat
untuk menarik minat sehingga bersedia memanfaatkan pelayanan di rumah sakit
tersebut. Rumah sakit di Kota Medan berusaha meningkatkan mutu pelayanan
seperti meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan dengan memberikan
pelatihan, memberikan komunikasi efektif kepada pasien dan merekrut SDM
Universitas Sumatera Utara
54
yang kompeten sehingga nantinya pasien merasa puas atas layanan rumah sakit.
Sejalan dengan penelitian Aulia (2016) bahwa pada awalnya terjadi persaingan
antara rumah sakit asal masyarakat berobat ke Malaysia, kemudian rumah sakit
juga berusaha mengimbangi fasilitas dan pelayanan kesehatan rumah sakit di
Malaysia.
Peningkatan Teknologi Kedokteran. Hasil wawancara terhadap informan
berdasarkan pertanyaan “Bagaimana dampak positif masyarakat berobat ke luar
negeri dalam meningkatkan teknologi kedokteran yang selalu berubah-ubah?”.
Diperoleh respon informan seperti jawaban berikut:
“Yaaa, sekarang kita di rumah sakit itu ya selalu harus mengikuti
perkembangan teknologi kedokteran, kita selalu memperbaharui
peralatan-peralatan pendukung untuk kesehatan. Semua itu kembali
kepada dana pemerintah. Kalau kita maunya itu ya canggih gitu loh. Kita
selain alatnya canggih. Dulu kita gak punya scan. Scan kita cuma 19 slice
di Penang sudah ada 36 slice. Kita beli 36 slice orang itu MRI kita juga
usahakan beli, cuma kembalikan lagi kepada kemampuan pemerintah
mendukung”. (Informan 1).
Didukung dengan respon dari :
“Ya itu tadi kita. Contoh nya kayak kami rumah sakit putri hijau ini kan
rumah sakit pemerintah di bawah naungan TNI-AD pastinya kami juga
tidak bisa semena-mena untuk misalnya membeli peralatan ini dan itu.
Kami harus semuanya sesuai dengan prosedur apa dikasi oleh
pemerintah apa yang bisa kami ajukan dan itu diberikan kepada kami ya
itu yang kami terima tapi kalau seandainya juga pemerintah kurang
memperhatikan yaa rumah sakit ini tidak akan maju-maju gitu”.
(Informan 2).
Didukung dengan respon dari :
“Sekarang ini, rumah sakit selalu harus mengikuti perkembangan
teknologi kedokteran karena peralatan tersebut sebagai penunjang
kemampuan dokter dan tenaga kesehatan lainnya”. (Informan 3).
Universitas Sumatera Utara
55
Ungkapan di atas tidak berbeda jauh dengan pernyataan informan dari
rumah sakit swasta sebagai berikut.
“Ya memang mau gak mau ya dampak positifnya kita coba lah untuk bisa
juga ee apa ya membeli alat yang mendekati sana lah. Luar negeri itu
banyak banget ini nya ee kelebihan nya dalam investasi alat mereka gak di
pajak in jadi gampang meng investasi kalau kita investasi ada kenak pajak
kan jadi berat kita kan dan tarif sana, ee jadi susah kita mau bersaing
dengan luar negeri kalau dalam hal investasi mereka membebaskan pajak
kalau untuk investasi investasi alat kedokteran.”. (Informan 4).
Dari matrik jawaban di atas diketahui bahwa para informan menyatakan
adanya dampak positif bagi rumah sakit Kota Medan berobat keluar negeri
menyebabkan keinginan rumah sakit untuk memiliki peralatan kesehatan sesuai
teknologi masa kini atau sesuai dengan fasilitas kesehatan di rumah sakit luar
negeri. Empat dari tiga rumah sakit yang yang menjadi kajian merupakan rumah
sakit pemerintah sehingga mereka mengharapkan dukungan dana dari
pemerintah supaya rumah sakit memiliki fasilitas kesehatan yang modern untuk
mendukung pelayanan kesehatan yang berkualtias. Jika ini diharapkan mungkin
memerlukan waktu yang cukup lama, upaya rumah sakit untuk memberikan
pelayanan kesehatan bermutu dengan meningkatkan kemampuan dan
keterampilan tenaga kesehatan agar supaya pasien dapat merasa puas dan nyaman
setelah mendapat perawatan atau pengobatan penyakitnya.
Kemudahan Pelayanan Rumah Sakit. Hasil wawancara terhadap
informan berdasarkan pertanyaan “Bagaimana dampak positif masyarakat berobat
ke luar negeri dalam meningkatkan kemudahan pelayanan rumah sakit ini?”.
Diperoleh respon informan seperti jawaban berikut:
Universitas Sumatera Utara
56
“kan pertama dari apanya dari human nya dari SDM, baik itu dari
dokternya dari sarana alatnya, perangkat-perangkat yang bergabunglah
didalam satu itu supaya pelayanan itu memang betul-betul prima karena
kan semua rumah sakit pelayanan nya kan harus prima. Tapi kalau gak di
dukung dengan sarana nya gimana dia mau prima SDM nya kurang. Itu
lah yang menyatakan SDM itu harus tinggi gitu”. (Informan 1).
Didukung dengan respon dari :
“Menurut saya yaa..supaya di era BPJS ini dengan jumlah pasien yang
cukup banyak perlu dukungan dengan fasilitas dan SDM yang memadai,
artinya berkualtias”. (Informan 2).
Didukung dengan respon dari :
“Iya….kemudahan pelayanan rumah sakit memang sudah
diberikan….tetapi terkadang pasien masih ada yang mengeluh tentang
kemudahan pelayanan…kita disini kan sesuai dengan kebijakan
pemerintah…jadi pemerintah sebagai pihak yang paling berwewenang
perlu mengkaji lebih dalam dalam menerapkan aturan main agar pasien
betul-betul merasa puas dengan layanan di rumah sakit..gitu” (Informan
3).
Didukung dengan respon dari :
“Kecepatan pelayanan yang mereka harap ya, hasilnya cepat, hasilnya
akurat, dokter selalu ada itu nya sebetulnya senyum, dokternya ramah, ee
bisa di tanya, kemudian ee apa ya kemudian di rawat inap ya saya
nangkep nya dia berharap itu ee dokter yang satu bisa ee ada tim lah gitu
luar negeri kan itu menang nya. Kalau kita kan dokter antar dokter kita
kan jarang mau duduk sama membicarakan pasien. Ya salah satu
kendalanya kenapa gak bisa begitu karena memang dokternya banyak
lari-lari kesana kemari”. (Informan 4).
Dari matrik jawaban di atas diketahui bahwa para Informan menyatakan
adanya dampak positif bagi rumah sakit Kota Medan berobat keluar negeri
menyebabkan rumah sakit dapat meningkatkan kemudahan pelayanan kesehatan
kepada pasien. Sesuai dengan kebijakan pemerintah bahwa setiap rumah sakit
terakreditasi supaya dapat memberikan pelayanan kesehatan yang memuaskan
kepada pasien dan rumah sakit tetap mencari berbagai upaya agar mengelola
Universitas Sumatera Utara
57
pelayanan kesehatan prima untuk mendukung program BPJS tahun 2019 seluruh
masyarakat Indonesia sudah menjadi peserta seperti kerjasama antara dokter
spesialis untuk saling berbagai pengalaman dan berdiskusi saling memberikan
masukan dalam pengelolaan penyakit pasien.
Penyediaan Pelayanan Berkualitas Rumah Sakit. Hasil wawancara
terhadap informan berdasarkan pertanyaan “Bagaimana dampak positif
masyarakat berobat ke luar negeri dalam menyediakan pelayanan kesehatan
berkualitas di rumah sakit ini?”. Diperoleh respon informan seperti jawaban
berikut:
“Kalau pelayanan kesehatan yang berkualitas ya harus di tunjang dengan
penunjang yang berkualitas juga. Itulah sarana tadi, sarana alat tadi itu
lah dia menunjang untuk ke situ. Karena kalau pun human nya sudah di
tempat kan kalau sarana nya gak ada juga cemana kita mau ngapain. Toh
kita juga gak bisa berjalan”. (Informan 1).
Didukung dengan respon dari :
“Perlunya rumah sakit dan pemerintah utamanya saling mendukung dan
bersama-sama berkomitmen memajukan rumah sakit”. (Informan 2).
Didukung dengan respon dari :
“kembali lagi pertama sekali kan kalau untuk menentukan kualitas itu kan
kita harus melihat apa yang di sebut dengan kualitas mungkinkan eee apa
namanya mulai dari penampilan rumah sakit bagaimana sih gedung
fisiknya kan itu yang paling di lihat orang oh ternyata dia ada perubahan
yang tadinya kotor sekarang udah bersih itu kan sudah menunjukkan
adanya peningkatan kualitas. Yang kedua mungkin dari segi skill ya kan
jadi yang tadinya belum bisa di layani disini sekarang kita sudah bisa”.
(Informan 3).
Didukung dengan respon dari :
Universitas Sumatera Utara
58
“Berupaya merubah tampilan fisik rumah sakit dan kualitas tenaga
kesehatan dan menyerupai peralatan rumah sakit luar negeri serta
kemampuan berkomunikasi efektif oleh tenaga kesehatan”. (Informan 4).
Dari matrik jawaban di atas diketahui bahwa para informan menyatakan
adanya dampak positif bagi rumah sakit Kota Medan berobat keluar negeri
menyebabkan rumah sakit membenahi diri agar pelayanan rumah sakit Kota
Medan dalam proses memajukan pelayanan kesehatan yang bermutu agar
masyarakat memiliki persepsi bahwa rumah sakit di Kota Medan dapat bersaling
dengan rumah sakit dari lainnya.
Dari hasil wawancara terhadap 4 informan rumah sakit yaitu kabid
Pelayanan Medik rumah sakit Haji Medan, pegawai Bidang Humas rumah sakit
Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan, Ka. Bidang Pelayanan Medik RSUP H.
Adam Malik Medan dan juga Direktur RS St. Elisabeth Medan dapat di
simpulkan bahwa Masyarakat yang berobat ke luar negeri terdapat dampak positif
bagi rumah sakit Kota Medan terhadap pasien berobat ke luar negeri di lihat dari
aspek dalam peningkatan persaingan rumah sakit di Kota Medan untuk lebih baik
lagi. Pasien yang berobat ke luar negeri memberikan dampak positif dalam aspek
peningkatan teknologi kesokteran rumah sakit Kota Medan guna untuk
menyetarakan fasilitas rumah sakit luar negeri perlu adanya dukungan penuh dari
pemerintahan. Jika dilihat dari aspek kemudahan pelayanan berobat ke luar negeri
memberikan dampak positif dalam meningkatkan kemudahan pelayanan rumah
sakit yang ada di Kota Medan dalam meningkatkan SDM yang prima dan
didukung dokter spesialis yang saling bekerja sama. Dan juga berobat ke luar
negeri memberikan dampak positif terhadap rumah sakit Kota Medan dalam
Universitas Sumatera Utara
59
proses menyediakan pelayanan berkualitas menuju peningkatan mutu pelayanan
rumah sakit.
Analisis Dampak Sistem Pelayanan Kesehatan
Dampak sistem pelayanan kesehatan terdiri dari adanya dampak negatif
terhadap sistem pelayanan kesehatan ditinjau dari aspek persaingan dalam sistem
pelayanan kesehatan, perbedaan pelayanan masyarakt mampu dan tidak mampu,
ketidakmampuan pemerintah dalam menyediakan pelayanan kesehatan,
ketergantungan kualitas pelayanan kesehatan serta kegagalan pemerintah dalam
membina daya saing rumah sakit dan di lihat dari adanya dampak positif terhadap
sistem pelayanan kesehatan ditinjau dari aspek peningkatan sistem pelayanan,
pelayanan berkualitas dengan harga mudah dijangkau, peningkatan teknologi
bidang kedokteran, serta perhatian pimpinan kepada tenaga kesehatan.
Terdapat adanya Dampak Negatif terhadap Sistem Pelayanan
Kesehatan. Hasil wawancara peneliti terhadap Informan di temukan adanya
dampak negatif terhadap sistem pelayanan kesehatan rumah sakit Kota Medan
berobat ke luar negeri ditinjau dari aspek persaingan sistem pelayanan kesehatan,
perbedaan pelayanan kesehatan di masyarakat mampu dan tidak mampu,
ketidakmampuan pemerintah dalam menyediakan pelayanan kesehatan rumah
sakit, ketergantungan kualitas pelayanan kesehatan rumah sakit di luar negeri,
dan kegagalan pemerintah dalam membina daya saing rumah sakit.
Universitas Sumatera Utara
60
Persaingan dalam Sistem Pelayanan Kesehatan. Hasil wawancara
terhadap informan berdasarkan pertanyaan “Bagaimana persaingan yang negatif
dalam sistem pelayanan kesehatan di Kota Medan?”. Diperoleh respon informan
seperti jawaban berikut:
“Persaingan negatif itu tidak di bolehkan. Kita ada kode etik rumah sakit
namanya tidak ada persaingan antara rumah sakit ini dengan yang lain,
tidak boleh. Rumah sakit ini menjelekkan ini tidak boleh cuma rumah sakit
hanya memberikan yang terbaik”. (Informan 1).
Didukung dengan respon dari :
“Yaa sebenarnya kami tidak di perbolehkan yang namanya memperoleh
pasien dengan cara yang ee dalam tanda kutip yang negative gitu kan.
Karena mau tidak mau data kita kan akan diminta oleh dinas kesehatan
mengenai jumlah pasien, penyakit pasien, dan itu akan terlihat gitukan.
Kalau kita juga asal-asalan membuat kan pasien dan kita memaksa orang
untuk jaadi pasien kita misalnya untuk mencari uang masuk yaa kan.
Income. Menurut saya sih itu gak bagus. Rumah sakit pasti tidak akan
melakukan hal itu”. (Informan 2).
Didukung dengan respon dari :
“Peluang kita itu kan kita melihat, persaingan dengan adanya persaingan
itu jadi memotivasi kita untuk bekerja lebih baik sebenarnya itu jadi
dengan banyak nya ee masyarakat yang ke luar negeri untuk mendapatkan
akses kesehatan yang lebih baik tentunya kan kita merasa kenapa mereka
bisa, apa yang di perlukan masyarakat. Nah itu lah menjadi motivasi kita
untuk perbaikan ke depan. Kita pernah eee cari tahu kenapa masyarakat
ini lebih suka keluar dari pada didalam.Ternyata kan hanya satu
jawabannya mereka tu apa ee respontime cepat, dokter nya ramah ee
mau di ajak ngobrol kemudian mereka merasa dihargai komunikasi yang
bagus nah itu kemaren itu kita sudah berbenah untuk itu. Jadi semoga lah
ke depan nya kita lebih baik lagi karena kan kita juga sudah JCI jadi yaaa
lebih baik lagi lah kedepannya”. (Informan 3).
Didukung dengan respon dari :
“Yaa kalau untuk persaingan yang negative sih gak ada lah ya
karena kan kita punya kode etik rumah sakit. Lagian juga masyarakat atau
pasien tau lah, sembari juga kita perbaiki pelayanan kita agar pasien juga
merasa puas gak jenuh di rumah sakit. Ya kita buat semaksimal mungkin
lah untuk menarik orang berobat di rumah sakit kita”. (Informan 4).
Universitas Sumatera Utara
61
Dari matrik jawaban di atas diketahui bahwa para Informan mengatakan
adanya dampak negatif terhadap sistem pelayanan kesehatan rumah sakit Kota
Medan. Berobat keluar negeri menyebabkan persaingan negatif antara pelayanan
kesehatan di rumah sakit Kota Medan dengan rumah sakit luar negeri terhadap
minat kunjungan pasien untuk memilih rumah sakit yang berkualitas. Rumah
sakit memberikan pelayanan kesehatan seperti apa adanya tanpa harus saling
memberikan penjelasan kepada pasien tentang rumah sakit lainnya dengan
berbagai kekurangannya dan keterbatasannya. Rumah sakit memiliki kode etik
bahwa setiap rumah sakit tidak saling menghina citra dan kinerjanya agar rumah
sakitnya lebih diminati masyarakat.
Perbedaan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Mampu dan Tidak
Mampu. Hasil wawancara terhadap informan berdasarkan pertanyaan
“Bagaimana perbedaan pelayanan kesehatan di masyarakat mampu dan tidak
mampu di Kota Medan?”. Diperoleh respon informan seperti jawaban berikut:
“Sama aja. Standard pemberian pelayanan kesehatan itu tidak
membedakan antara yang mampu dengan tidak mampu. Jadi standar
pelayanan itu sama antara orang miskin dengan orang kaya yang
membedakan itu hanya fasilitas ruangan nya saja. Kalau kelas III ya gak
ada tv gak ada ac cuma kipas angin aja. Nanti kalo VIP ada ac ada tv
fasilitas itu. Beda nya hanya di fasilitas jadi jangan punya persepsi”.
(Informan 1).
Didukung dengan respon dari :
“Semua yang mampu dan tidak mampu sama rata baik BPJS maupun
umum dia sama semua tetap kami layani sebagaimana dia seorang pasien.
Tidak ada perbedaan mau di orang kaya atau miskin atau menengah gitu
gak ada. Atau dia dari kalangan jenderal tidak ada semuanya sama”
(Informan 2).
Didukung dengan respon dari :
Universitas Sumatera Utara
62
“Enggak. Gak ada lah di bedakan. Semua nya sama baik itu umum
maupun yang kurang mampu itu istilahnya sama. Pelayanan nya tetap
sama di buat gak ada di beda-bedain karena itu hak pasien. Pasien itu
mempunyai hak tersendiri. Terkecuali fasilitas lah ya karena juga melihat
kondisi nya kan. Kalau dia opname kan ruangan nya yang membedakan.
Karena kan ada kelas-kelas nya dari kelas III sampai kelas VIP. Karena
juga dari BPJS kan sudah ada pembedaan nya kan kelas III, II, I. gak bisa
langsung kelas III naik ke kelas I kan gak mungkin. Gak boleh. Tapi untuk
pelayanan semua nya sama” (Informan 3).
Didukung dengan respon dari :
“Ya sebenarnya gak ada lah bedanya. Kecuali memang ada ruangan-
ruangan nya kan. Harga ruangan kan. Nah, harga ruangan itu kan
fasilitas ya, fasilitas itu ya jelas lah dia mau fasilitas yang mewah, enak,
Ac yang begini-begini dia bayar mahal. Uda pastilah yang kurang mampu
tidak akan mengambil itu. Kan begitu. Kalau dimana-mana di luar negeri
juga ada seperti itu ya akn. Mau yang private, mau yang semi private,
mau yang ee public ya kan misalnya yang loss gitu kan ada. Eeee itu kan
yang akhirnya membuat dokter juga punya tarif yang berbeda untuk di
setiap ruangan itu. Nah barangkali memang secara tidak langsung
berdampak kalau di sana senyum nya lebih lebar di sini senyum nya agak
kecut ya kan. Walau pun sebenarnya tidak boleh ya. Sehingga contoh kami
di sini kalau honor visit memang kami masih beda-beda kan kayak kelas I
kelas II. Tapi kalau untuk beberapa tindakan yang rawat jalan kami tidak
beda-beda kan lagi satu tariff aja semua jadi gak ada tarif kelas I kelas
II”. (Informan 4).
Dari matrik jawaban di atas diketahui bahwa para Informan mengatakan
adanya dampak negatif terhadap system pelayanan rumah sakit Kota Medan
berobat keluar negeri bahwa rumah sakit tidak membedakan pelayanan kesehatan
bagi masyarakat mampu dan tidak mampu. Rumah sakit tetap konsisten
menerapkan sistem pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan pelayanan
kesehatan yang berkualitas dan memuaskan pasien. Namun pasien yang mampu
secara financial akan cenderung kembali memilih berobat ke luar negeri di
banding rumah sakit di Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
63
Ketidakmampuan Pemerintah dalam Menyediakan Pelayanan
Kesehatan Rumah Sakit. Hasil wawancara terhadap informan berdasarkan
pertanyaan “Bagaimana ketidakmampuan pemerintah dalam menyediakan
pelayanan kesehatan rumah sakit di Kota Medan?”. Diperoleh respon informan
seperti jawaban berikut:
“Sebenarnya pemerintah bukan gak mampu untuk yang begitu. Pemerintah
udah menyiapkan sarana nya seperti ee sudah memberikan
kewewenangan yang luas. Apa mau kalian minta, itu lah kalau pemerintah
kan gitu model dia. Minta alat itu yang mau gimana, mau yang secanggih
mana, cuman sekarang masalahnya person nya sanggup gak bisa
memegang kendali yang itu. Di beli pun yang terlalu tinggi person nya
gak sanggup. Sama aja. Pemerintah sudah ngasi lepas. Pemerintah sudah
termasuk hebat sudah melepas itu. Pemerintah itu dengan sendirinya
sudah memberikan kewewenangan yang lebih tinggi gitu”. (Informan 1).
Didukung dengan respon dari :
“Pemeriintah perlu meninjau langsung ke rumah sakit tentang apa-apa
yang perlu diperbaharui dan dilengkapi untuk mendukung pelayanan
berkualitas”. (Informan 2).
Ungkapan informan lainnya hampir serupa mengenai belum maksimalnya
pemerintah penyediaan pelayanan di rumah sakit yaitu:
“Sistem kebijakan pemerintah perlu dikaji agar dokter tidak memiliki
praktek di 3 sip lainnya karena mengganggu pelayanan kesehatan di
rumah sakit lain. (Informan 3).
“Ya masi terkait dengan sistem itu tadi lah. Sepanjang masi, masi tidak
menerapkan suatu kebijakan satu tempat praktek itu lah salah satu ee itu
menurut saya ketidakmampuan ya kan. Dokter di rumah sakit pemerintah
tidak ee merasa tidak cukup gaji pemerintah buat mereka ya kan.
Sehingga mereka praktek di tempat lain tapi kalau misalkan pemerintah
bisa memberikan penghasilan yang cukup untuk mereka pasti kemudian di
terapkan lagi 1 rumah sakit pasti mereka tetap akan gak kemana mana
lagi”.(Informan 4).
Universitas Sumatera Utara
64
Dari matrik jawaban di atas diketahui bahwa para Informan mengatakan
adanya dampak negatif terhadap sistem pelayanan kesehatan di Kota Medan
terhadap masyarakat berobat keluar negeri bahwa pemerintah belum mendukung
dan memprioritas kelengkapan fasilitas kesehatan di rumah sakit. Pemerintah
juga belum mampu menyediakan tenaga kesehatan yang mahir dalam
mengoperasional fasilitas-fasilitas kesehatan modern saat ini. Keterbatasan ini
menyebabkan rumah sakit khususnya rumah sakit pemerintah belum memiliki
fasilitas yang memadai untuk mendukung pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Hal ini mungkin disebabkan keterbatasan anggaran karena pemerintah bukan
hanya ingin memajukan sektor kesehatan tetapi juga sektor lainnya.
Ketergantungan Kualitas Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit di Luar
Negeri. Hasil wawancara terhadap informan berdasarkan pertanyaan “Bagaimana
ketergantungan kualitas pelayanan kesehatan rumah sakit di luar negeri?”.
Diperoleh respon informan seperti jawaban berikut:
“sebetulnya kalau masyarakatnya cerdas gak tergantung itu kesana. Sama
dengan kita merantau pun kita kedaerah lain kita akan pulang ke
kampung kita sendiri. Cuma dia emang lagi euporia karna dia mendengar
kabar disana bagus karna informasi yang ada. Makanya di rumah sakit
ada namanya PKMS untuk memberikan penyuluh kesehatan kepada
masyarakat karena dirumah sakit itu ada kesehatan pribadi, ada
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Rumah sakit itu lah yang
memebrikan informasi tentang pelayanan-pelayanan yang tersedia di
rumah sakit itu” (Informan 1)
Didukung dengan respon dari :
“Seandainya ini masyarakat kota medan ini di atas rata-rata pastinya
lebih memilih untuk berobat di luar negeri karena apa tadi. Karena
fasilitsnya canggih, teknologi nya canggih, tapi karena keterbatasan
ekonomi dan ee apa makanya mereka lebih memilih berobat di rumah
sakit pemerintah. Kalau kita Tanya masyarakat tentang fasilitas di rumah
sakit kita ini atau rumah sakit lainnya pasti mereka menjawab masih
Universitas Sumatera Utara
65
cukup gitu gak ada yang di atas atau dibawah masih cukup lah masi
lumayan lah”. (Informan 2).
Didukung dengan respon dari :
“Mungkin tergantung kepuasan mereka kalau mereka merasa puas disana
pelayanan disana otomatis mereka balik kesana. Tetapi kan kita bisa lihat
juga ya itu tadi gak semua level masyarakat bisa kesana karena ini
menyangkut biaya transportasi juga lumayan kan gitu bukan hanya biaya
pelayanan kesehatannya sendiri”. (Informan 3).
Didukung dengan respon dari :
“Timbul rasa percaya bahwa pelayanan kesehatan rumah sakit luar
negeri lebih baik daripada rumah sakit di Kota Medan, Perlu di rumah
sakit Kota Medan menyediakan suati bidang penyuluhan untuk
memberikan penyuluh kesehatan kepada masyarakat tentang fasilitas di
rumah sakit yang bersangkutan”. (Informan 4).
Dari matrik jawaban di atas diketahui bahwa para Informan mengatakan
adanya dampak negatif terhadap sistem pelayanan kesehatan rumah sakit Kota
Medan berobat keluar negeri bahwa masyarakat yang memanfaatkan pelayanan
kesehatan di rumah sakit luar negeri dengan karakter berpendapatan di atas rata-
rata (tinggi). Masyarakat juga lebih percaya bahwa pelayanan kesehatan di luar
negeri lebih berkualitas daripada di negara sendiri sehingga mereka memilih
untuk berobat ke sana. Salah satunya lelebihan rumah sakit di luar negeri adalah
kemampuan dokter dapat berbaur dengan pasien cukup lama dengan saling
berkomunikasi sehingga pasien terkesan merasa dekat dengan dokter tersebut
yang dapat membuat mereka merasa senang dan nyaman.
Kegagalan Pemerintah dalam Membina Daya Saing Rumah Sakit. Hasil
wawancara terhadap informan berdasarkan pertanyaan “Bagaimana kegagalan
pemerintah dalam membina daya saing rumah sakit di Kota Medan sehingga
Universitas Sumatera Utara
66
masyarakat berobat ke luar negeri?”. Diperoleh respon informan seperti jawaban
berikut:
“Kalau kita menyalahkan pemerintah kayak nya gak cocok, gak pas
karena pemerintah itu sudah semaksimal mungkin mengarahkan itu.
Kalau untuk tingkat-tingkat daerah kayak masing-masing kan kalau kita
kan rujukan nya kalau kayak sumatera rujukan nya ke Jakarta untuk mau
lebih canggih nya lagi ke Jakarta. Jakarta itu alatnya uda canggih-
canggih itu udah imbang-imbang dengan yang mana di luar negeri gak
ada bedanya. Kalau itu sih. Kalau di Adam malik uda hampir, udah
setimpal gak salah cuma kalau kita tinggal, tinggal itu lah. Orang yang
kesana ini, sampe sana, kadang kan sarana itu dengan ada peraturan
kayak BPJS jadi minta ini dulu, massuk dulu kesini ya gak kayak biasanya
kan. Kalau biasanya kan kalau luar negeri begitu masuk kan langsung
begitu bisa di kerjain orang itu kan. Kalau ini kan enggak. Ini kan melalui
prosedur dulu, nah di situ orang malas menunggu, menunggu untuk di
kerjain itu lama. Itu aja sih sebenarnya”. (Informan 1)
Didukung dengan respon dari :
“Yaaa itu tadi kalo tanggapan kami terhadap pemerintah karena
kurangnya perhatian terhadap rumah sakit yang ada di kota Medan ini
yaa jadi banyak juga masyarakat yang tidak percaya untuk berobat di
kota kita ya kan. Gak usah lah ke luar negeri banyak sih yang percaya ke
pengobatan alternatif malahan. Alternatif daripada pelayanan yang ada
di rumah sakit kota medan karena itu kurang nya pelayanan, fasilitas dan
juga oknum-oknum yang ada di rumah sakit yang mungkin juga kurang
ramah atau kurang berbaur dengan pasien, kurang nya sosialisasi”.
(Informan 2)
Didukung dengan respon dari :
“Kalau dari saya dari pemerintah harusnya apa ya bersosialisasi lah ya
bahwa kita tu di, mungkin kami itu di bantu oleh pemerintah setempat ya
bahwa ada rumah sakit pusat rujukan tersier, rumah sakit vertical, rumah
sakit dari UPT Kemenkes gitu yang kita punya pelayanan unggulan,
punya SDM yang kompeten, punya fasilitas yang cukup memadai,
sebenarnya mungkin pemasaran nya aja ya seperti itu. Mungkin
pemerintah bisa bantu kita seperti itu”. (Informan 3).
“Eeem kegagalan pemerintah dalam membina daya saing yaaa. Yaa
menurut saya itu tadi pasien berobat ke luar negeri berarti kita pihak
rumah sakit kan gagal, apalagi pemerintah nya berarti kan kita gagal
kenapa pasien pergi kesana yaa karena kan kembali lagi dari segi
pelayanan kita yang mungkin jauh berbeda dengan luar sehingga kalau
Universitas Sumatera Utara
67
pergi ke sana itu pasien merasa puas di layani nya. Yaa gitu tadi lah”.
(Informan 4).
Dari matrik jawaban di atas diketahui bahwa para informan mengatakan
adanya dampak negatif terhadap sistem pelayanan kesehatan rumah sakit Kota
Medan karena pemerintah sendiri belum mampu memberikan daya saing rumah
sakit yang unggul. Rumah sakit Kota Medan memiliki sumber daya manusia yang
profesional belum merata, dan fasilitas kesehatan belum memadai sehingga
pelayanan kesehatan belum mampu bersaing dengan pelayanan rumah sakit lain.
Sesuai dengan kajian yang dilakukan Aulia (2016) mengatakan bahwa dampak
negatif masyarakat berobat ke Malaysia lama kelamaan masyarakat akan
tergantung kepada pengobatan ke luar negeri untuk kesembuhan penyakit dan
menunjukkan ketidakberhasilan pemerintah Sumatera Utara dalam membina daya
saing antara rumah sakit unggulan di Sumatare Utara.
Dari hasil wawancara terhadap 4 informan rumah sakit yaitu kabid
Pelayanan Medik rumah sakit Haji Medan, pegawai Bidang Humas rumah sakit
Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan, Ka. Bidang Pelayanan Medik RSUP H.
Adam Malik Medan dan juga Direktur RS St. Elisabeth Medan dapat di
simpulkan bahwa Masyarakat yang berobat ke luar negeri terdapat adanya
dampak negatif bagi rumah sakit Kota Medan terhadap sistem pelayanan
kesehatan pasien berobat ke luar negeri di lihat dari aspek dalam persaingan
dalam sistem pelayanan kesehatan rumah sakit Kota Medan dan luar negeri. Jika
dilihat dari aspek pasien mampu atau masyarakat menengah ke atas lebih
cenderung memilih berobat ke luar negeri dibanding rumah sakit yang ada di
Kota Medan karena pasien yang berobat ke luar negeri lebih menyenangi sistem
pelayanan rumah sakit di luar negeri pasien yang merasa puas dan ketergantungan
Universitas Sumatera Utara
68
dengan sistem pelayanan kesehatan luar negeri memberikan dampak negatif
terhadap rumah sakit Kota Medan. Berobat ke luar negeri memberikan dampak
negatif terhadap kegagalan pemerintah dalam membina daya saing rumah sakit di
Kota Medan.
Terdapat Dampak Positif terhadap Sistem Pelayanan Kesehatan.
Hasil wawancara penulis terhadap informan terdapat adanya dampak positif
terhadap system pelayanan kesehatan masyarakat berobat ke luar negeri ditinjau
dari aspek peningkatan terhadap sistem pelayanan kesehatan, menyediakan
pelayanan kesehatan rumah sakit yang berkualitas dengan harga mudah dijangkau
bagi masyarakat, peningkatkan teknologi bidang kedokteran untuk mendukung
pelayanan kesehatan rumah sakit, perhatian pemerintah terhadap rumah saki dan
perhatian pimpinan terhadap pendidikan tenaga kesehatan seperti ungkapan
informan di bawah ini.
Peningkatan terhadap Sistem Pelayanan Kesehatan. Hasil wawancara
terhadap informan berdasarkan pertanyaan “Bagaimana peningkatan terhadap
sistem pelayanan kesehatan rumah sakit di Kota Medan?”. Diperoleh respon
informan seperti jawaban berikut:
“Udah prima. Standard pelayanan nya sudah prima kalau untuk standard
pelayanannya ya. Karena kan di suruh menuju standard pelayanan yang
prima yang harus sudah terakreditasi”. (Informan 1).
Didukung dengan respon informan berikut :
“Sebetulnya kita mulai dari mahasiswa-mahasiswa kedokteran mereka
kan calon dokter eee seharusnya mereka tu belajar apa sih yang membuat
masyarakat kota medan kurang tertarik untuk berobat di dalam negeri
atau di rumah sakit umum. Ya itu tadi mungkin dokternya kurang
professional. Selain fasilitas kita gak boleh juga menyalahin fasilitas kita
juga melihat ee bagaimana sih pelayanan seorang perawat, seorang
dokter terhadap pasien. Jadi mulai dari generasi-generasi baru lah. Kita
harus lebih meningkatkan kemampuan skill. Bukan hanya tamat tapi tidak
Universitas Sumatera Utara
69
tahu apa-apa. Jadi siap untuk dipakai baik di dalam negeri kalau bisa di
luar negeri yaa kan. Di kota sendiri khususnya”. (Informan 2).
Didukung dengan respon informan berikut :
“Disini kita kan sesuai misi kita. Misi kita kan meningkatkan kompetensi
SDM secara berkesinambungan itu salah satunya. Nah dengan
meningkatkan kompetensi memberikan kebebasan ke mereka mungkin
untuk mengambil sekolah lanjutannya, atau pelatihan, dan lainnya itu
otomatiskan bisa meningkatkan sumber daya nya satu yang kedua
pemenuhan itu tadi fasilitas yang tadi saya bilang gitu kalau mislanya
sarana prasarana kita terpenuhi, fasilitas kita terpenuhi atau alat
kesehatan kita terpenuhi otomatiskan mutu nya bisa terjamin obat-obatan
juga ya” (Informan 3)
Ungkapan informan lainnya tidak berbeda jauh bahwa peningkatan sistem
pelayanan kesehatan rumah sakit sedang dalam proses menuju ke arah yang lebih
baik yaitu:
“Sistem pelayanan kesehatan menuju ke arah standard pelayanan yang
prima dengan menerapkan sistem akreditas rumah sakit kami tetap
berupaya lah ya artinya supaya bisa menyamai luar negeri ya kan. Sistem
pelayanan nya. Makanya kami oke lah akreditasi, oke akreditasi kita
ikutin ya kan” (Informan 4).
Dari matrik jawaban di atas diketahui bahwa para Informan mengatakan
adanya dampak positif peningkatan terhadap sistem pelayanan kesehatan karena
masyarakat Kota Medan berobat keluar negeri sehingga rumah sakit berupaya
untuk meningkatkan sistem pelayanan melalui akreditas rumah sakit. Rumah
sakit berupaya memaksimalkan kemampuan tenaga kesehatan, ketersediaan
fasilitas kesehatan dalam mendukung pelayanan kesehatan berkualitas.
Universitas Sumatera Utara
70
Penyediaan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Berkualitas dengan
Harga Mudah Dijangkau Masyarakat. Hasil wawancara terhadap informan
berdasarkan pertanyaan “Bagaimana menyediakan pelayanan kesehatan rumah
sakit yang berkualitas dengan harga murah dijangkau bagi masyarakat di Kota
Medan?”. Diperoleh respon informan seperti jawaban berikut:
“Sebenarnya rumah sakit kalau gak pakai BPJS ya tumpur, kalau dari
umum gak akan cukup itu pasien yang dari umum. Seberapa lah
kemampuan dari umum itu, mungkinkah dalam satu hari ada kita bilang
taksiran sampai 50 kan enggak. Jadi kalau BPJS itu ya gitu sistem nya
timbal balik. Harusnya timbal balik. Bukan merugikan nya BPJS itu
sebenarnya karena ada timbal balik nya itu lah yang diharapkan.
Biasanya gitu peranan nya”. (Informan 1)
Didukung dengan respon informan berikut :
“Di luar dari pasien umum ya. Kita kan masi ada sistem BPJS, pasien
dari KIS dan lainnya. Dengan adanya KIS itu kan jadi mempermudah
masyarakat untuk berobat juga”. (Informan 2)
Didukung dengan respon informan berikut :
“Yaa kita juga sekarang sudah ada JKN ya jadi ya dengan sistem yang
sekarang kan di harapkan dapat mempermudah pasien nya sebenarnya.
Ya walaupun tidak semua jenis penyakit atau hal tertentu di cover oleh
JKN kan sebenarnya dengan adanya sistem ini kan bagus tujuan nya kan
supaya tidak terlalu berlebihannya pemakaian sumber daya nya. Biar
tidak pemborosan dan alur pengobatan nya juga tepat sasaran. Walaupun
di Era yang sekarang sistem nya rujukan berjenjang jadi ya mungkin
berdampak juga ke masyarakatnya”. (Informan 3)
“Kita sekarang juga melihat begini ee BPJS ini kan sistem pembayaran
nya kan beda. Karena kan dia sistem perspektif. Nah kita mencoba
sekarang artinya pasien umum pun bisa kita ee tarik untuk tidak pakai
BPJS nya sebagai pasien umum dengan harga yang lebih murah.
Sekarang bagaimana kita dengan pola BPJS itu kita berlakukan untuk
pasien umum. Itu lah dia yang sekarang sedang kami upaya kan supaya
pasien umum itu menarik untuk ke sini. An termasuk juga barangkali
menarik daripada ke luar negeri. Itu lah salah satu cara nya membuat
paket-paket, menghitung benar-benar jadi tidak berlebihan. Evaluasi tarif
lah ya kan. Tapi lagi-lagi kenapa penang bisa lebih murah itu tadi mereka
tidak di kenakan pajak. Itu”. (Informan 4).
Universitas Sumatera Utara
71
Dari matrik jawaban di atas diketahui bahwa para Informan mengatakan
bahwa adanya dampak positif terhadap penyediaan pelayanan kesehatan rumah
sakit berkualitas dengan harga mudah dijangkau masyarakat karena masyarakat
Kota Medan berobat keluar negeri tidak memiliki dampak yang berarti karena
sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang mengharuskan peserta
membayar iuran setiap bulan dengan harga yang tidak terlalu memberatkan
masyarakat. Ditambahkan lagi masyarakat tidak mampu mendapatkan Kartu
Indonesia Sehat dengan tidak membayar iuran setiap bulan. Menurut pendapat
Aulia (2016) mengatakan bahwa kebanyakan masyarakat yang kunjungan untuk
berobat ke Malaysia diharapkan rumah sakit Sumatera Utara dapat meningkatkan
pelayanan berkualitas dan menawarkan pelayanan dengan harga rendah.
Peningkatkan Teknologi Bidang Kedokteran Untuk Mendukung
Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit. Hasil wawancara terhadap informan
berdasarkan pertanyaan “Bagaimana peningkatkan teknologi bidang kedokteran
untuk mendukung pelayanan kesehatan rumah sakit di Kota Medan?”. Diperoleh
respon informan seperti jawaban berikut:
“Ketersediaan teknologi bidan kedokteran canggih sudah ada kemajuan.
Bagi rumah sakit pemerintah perlu dukungan dari pihak pemerinah dalam
melengkapi fasilitas alat kedokteran ”. (Informan 1,2, 3).
Ungkapan informan lainnya mengakatan bahwa:
“Beruupaya menyediakan fasilitas alat kedokteran sesuai dengan
pendapatan rumah sakit”. (Informan 4).
Dari matrik jawaban di atas diketahui bahwa para Informan mengatakan
adanya dampak positif system pelayanan kesehatan terhadap peningkatkan
teknologi bidang kedokteran untuk mendukung pelayanan kesehatan rumah sakit
dimana rumah sakit Kota Medan berusaha menyediakan peralatan kesehatan
Universitas Sumatera Utara
72
canggih seperti yang ada di rumah sakit luar negeri untuk mempermudah dan
mendukung diagnosa penyakit pasien. Rumah sakit berstatus pemerintah sangat
mengharapkan agar sektor kesehatan lebih diprioritaskan dari pada sektor
lainnya. Sedangkan rumah sakit swasta tentunya harus menyediakan dana yang
cukup untuk membeli peralatan kedokteran yang canggih dengan harga yang
sangat mahal. Namun peningkatkan peralatan canggih sudah mulai dimiliki
rumah sakit dalam mendukung pelayanan kesehatan seperti CT Scan yang 132
slice, terapy cancer.
Perhatian Pemerintah terhadap Rumah Sakit. Hasil wawancara terhadap
informan berdasarkan pertanyaan “Bagaimana perhatian pemerintah terhadap
rumah sakit di Kota Medan?”. Diperoleh respon informan seperti jawaban
berikut:
“Pemerintah telah memberikan dukungan yang maksimal, tetapi
pemerintah juga belum mampu memfasilitasi kebutuhan rumah sakit untuk
memberikan pelayanan kesehatan berkualitas. Rumah sakit harus
berupaya optimalkan sumber ada yang ada”. (Informan 1,2, ).
Didukung dengan respon informan berikut :
“Peran pemerintah itu sangat penting ya. Central dalam infrastruktur.
Jadi kalau pemerintah kita pun gak peduli ya not, gimana rumah sakit
mau maju kalau pemerintah nya gak peduli. Tapi sejauh ini juga sudah
baik lah dalam mendukung rumah sakit tinggal kita aja menjalani nya
gimana, merawat nya gimana. Ya kembali lagi kepada kita”. (Informan 3).
Ungkapan informan lainnya sebagai berikut.
“Pemerintah telah mengawasi dalam standar pelayanan minimun agar
masyarakat merasa puas berobat di rumah sakit”. (Informan 4).
Universitas Sumatera Utara
73
Dari matrik jawaban di atas diketahui bahwa para informan mengatakan
bahwa adanya dampak negatif terhadap perhatian pemerintah rumah sakit Kota
Medan berobat keluar negeri karena perhatian pemerintah kepada rumah sakit
belum sepenuhnya dapat dikatakan berhasil dalam mendukung pelayanan
kesehatan berkualitas. Rumah sakit berupa meningkatkan kualitas pelayanan
rumah sakit berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) agar setiap rumah
sakit mengoptimalkan pelayanan berbasis masyarakat. Pemerintah juga
melakukan pengawasan mutu melalui akreditas rumah sakit dan memberikan
kesempatan bagi manajemen rumah sakit mengelola rumah sakit secara mandiri
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan agar dapat bersaing dengan rumah sakit
lainnya.
Perhatian pimpinan terhadap Pendidikan Tenaga Kesehatan. Hasil
wawancara terhadap informan berdasarkan pertanyaan “Bagaimana perhatian
pimpinan terhadap pendidikan tenaga kesehatan rumah di sakit Kota Medan?”.
Diperoleh respon informan seperti jawaban berikut:
“Karena pimpinan nya juga berganti-ganti sekarang itu yang kami belum
tau. Karena kan direktur nya ganti-ganti. Dan ini juga sampai sekarang
Plt belum ada ini. Masi ganti-ganti belum ada yang defenitif sbelum ini
pun Plt dan sebelum itu juga Plt juga jadi belum ada defenitif jadi
bingung mengarahkan nya kemana. Kalau untuk kesana sih arahan nya
setiap ada yang mau pelatihan sih di kasi. Tetap dijalankan. Pendidikan
berkala kayak nya sih belum ada lah untuk itu”.(Informan 1).
Didukung dengan respon informan berikut :
“Kalau di rumah sakit ini Ka.Rumkit nya selalu untuk mengingatkan
anggotanya dalam sosialisasi tentang fasilitas contohnya sama kami kan
humas sosialisasi keluar bahwasanya rumah sakit kami punya ini dan
segala macam dan dalam pelayanan untuk perawat misalkan mereka ee
pemimpin lebih menekankan untuk lebih murah senyum, lebih ramah dan
lebih mengganggap bahwasanya pasien itu adalah bagian dari keluarga
kita. Tetap ada turun tangan dari pimpinan kepada tenaga pelayanan
kesehatan”. (Informan 2).
Universitas Sumatera Utara
74
Didukung dengan respon informan berikut :
“Yang tadi saya bilang kita kan ada visi. Visi kita menjadi pusat rujukan
nasional menjadi ee rumah sakit pendidikan dan pusat rujukan nasional
yang bermutu di Sumatera pada tahun 2019 itu visi. Nah misinya kan
meningkatkan kompetensi SDM secara berkesinambungan nah jadi
bagaimana cara kita. Kita disini ada satu bidang bagian itu yang
mengurusi pendidikan pelatihan dan penelitian. Jadi dari Direktorat SDM
itu ada namanya bagian Diklit pendidikan dan penelitian. Pendidikan itu
disitu ada pendidikan pelatihan jadi kita memasukkan anggaran jadi
program pendidikan pelatihan ini kita masukkan dalam anggaran rumah
sakit. Misalnya dari ee sumber daya kita yang dokter 400 perawat yang
1000 sekian kita punya prioritas mana yang mau kita sekolahkan tahun
ini, tahun depan, tahun berikutnya”. (Informan 3).
Didukung dengan respon informan berikut :
“sebenarnya kami berharaap bisa memberikan perhatian lebih untuk
pendidikan bukan hanya pelatihan, pendidikan, baik pendidikan formal
untuk peningkatan strata mereka ya tetapi kami pun gak bisa eee
semuanya kan harus minta ke yayasan. Beberapa waktu yang lalu ada,
dari strata D3 kami bantu ke S1untuk biaya pendidikan ada tetapi ini
kemaren kami dapat dari yayasan „Aduh kayak nya kami agak kesulitan
dengan sistem BPJS sekarang, dana agak seret ya kan, perputaran dana
ini, jadinya untuk dana pendidikan jadinya kita harus tahan dulu gitu”.
(Informan 4).
Dari matrik jawaban di atas diketahui bahwa para informan mengatakan
bahwa adanya dampak positif terhadap masyarakat Kota Medan berobat keluar
negeri karena perhatian pimpinan terhadap pendidikan tenaga kesehatan pada
umumnya sudah baik sesuai dengan visi dan misi rumah sakit untuk mewujudkan
pelayanan kesehatan berkualtias kepada pasien. Rumah sakit memberikan
berbagai sosiliasi dan pelatihan secara berkala untuk meningkatkan kompetensi
tenaga kesehatan.
Dari hasil wawancara terhadap 4 informan rumah sakit yaitu kabid
Pelayanan Medik rumah sakit Haji Medan, pegawai Bidang Humas rumah sakit
Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan, Ka. Bidang Pelayanan Medik RSUP H.
Universitas Sumatera Utara
75
Adam Malik Medan dan juga Direktur RS St. Elisabeth Medan dapat di
simpulkan bahwa Masyarakat yang berobat ke luar negeri terdapat dampak positif
bagi rumah sakit Kota Medan terhadap sistem pelayanan kesehatan pasien
berobat ke luar negeri di lihat dari aspek dalam peningkatan sistem pelayanan
rumah sakit Kota Medan memebrikan dampak positif menuju standar pelayanan
prima serta meningkatkan skill SDM professional serta kompeten. Pemerintah
diharapkan mampu menyediakan pelayanan kesehatan rumah sakit yang
berkualitas dengan harga mudah dijangkau masyarakat dengan adanya sistem
JKN membawa dampak positif terhadap rumah sakit Kota Medan serta
memberikan dampak positif terhadap peningkatan teknologi bidang kedokteran
untuk mendukung pelayanan kesehatan rumah sakit di Kota Medan.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Kelas B di Kota Medan. Alasan
pemilihan lokasi penelitian, karena cukup banyak masyarakat Kota Medan
berobat ke luar negeri untuk penyembuhan dan perawatan penyakit. Alasan lain
pemilihan lokasi penelitian rumah sakit kelas B adalah jumlah rumah sakit kelas
A di Kota Medan hanya 1 saja yaitu RSUP H. Adam Malik Medan sehingga
digunakan lokus rumah sakit kelas B. Rumah sakit yang menjadi tempat
penelitian yaitu RSUP H. Adam Malik Medan, RSUD Dr. Pirngadi Medan, RSU
Haji Medan, dan RSU Tk. II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan, sedangkan RS
Coloumbia Asia tidak membalas surat izin penelitian sehingga tidak
dapatdilakukan penelitian di Rumah Sakit tersebut.
Universitas Sumatera Utara
76
Keterbatasan Penelitian berikutnya ialah kurangnya subjek dalam penelitian
melalui pertimbangan faktor kebutuhan akan data dan informasi, factor dukungan
sumber daya yang dimiliki peneliti dan informan bahwa subjek penelitian yang
digunakan pada penelitian model fenomenologi minimal 3 sampai 10 subjek
dalam satu fenomena karena pernah berobat atau membawa keluarganya ke rumah
sakit luar negeri. Pada penelitian ini jumlah informan sebanyak 5 orang pegawai
rumah sakit di Kota Medan yang lebih banyak memahami dan mengetahui tentang
dampak masyarakat berobat ke luar negeri terhadap pelayanan kesehatan rumah
sakit di Kota Medan. Informan penelitian terdiri dari kepala bidang keperawatan
rumah sakit, kepala bidang penunjang medik rumah sakit, sekretaris rumah sakit
dan direktur rumah sakit.
Universitas Sumatera Utara
77
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti dapat menyimpulkan:
1. Masyarakat Kota Medan yang berobat ke luar negeri pada umumnya tidak
menimbulkan dampak negatif bagi rumah sakit di Kota Medan terhadap
psriwisata kesehatan. Kunjungan masyarakat dan pendapat rumah sakit tidak
mengalami penurunan. Dampak terhadap perbaikan pelayanan kesehatan
tidak berarti dimana rumah sakit memiliki sistem akreditas, dimana minimal
setiap 2 tahun sekali rumah sakit diakreditasi apakah sudah menerapkan
indikator pelayanan kesehatan yang bermutu. Dampak negatifnya adanya
persepsi negatif bawah citra rumah sakit luar negeri lebih baik daripada
rumah sakit Kota Medan dalam hal keramahan dan komunikasi yang baik
dengan pasien.
2. Masyarakat Kota Medan yang berobat ke luar negeri menimbulkan dampak
positif terhadap rumah sakit di Kota Medan dengan berupaya meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan sesuai dengan kebjikan pemerintah. Aspek
kemudahan pelayanan rumah sakit sesuai dengan kebijakan pemerintah
dengan menerapkan sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan dukungan
teknologi kedokteran masih dalam tahap menuju ke arah yang baik karena
perlu dukungan dari pemerintah.
3. Masyarakat Kota Medan yang berobat ke luar negeri pada umum tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap persaingan pelayanan kesehatan
antara rumah sakit di Kota Medan. Rumah sakit menerapkan kode etik tidak
Universitas Sumatera Utara
78
saling mencari kekurangan rumah sakit lain. Aspek lainnya yang tidak
menimbulkan dampak negatif adalah perbedaan pelayanan kesehatan
masyarakat mampu dan tidak mampu, ketidakmampuan dan pemerintah
dalam membina daya saing rumah sakit dimana sistem pelayanan kesehatan
di Kota Medan sesuai dengan sistem JKN, pemerintah dominan menentukan
arah dan kebijakan rumah sakit. Namun timbul dampak negatif berupa
persepsi bahwa adanya medical tourism menimbulkan kepercayaan dan
keyakinan bahwa kualitas pelayanan kesehatan di luar negeri lebih baik dari
daripada di Kota Medan.
4. Masyarakat Kota Medan yang berobat ke luar negeri menimbulkan dampak
positif terhadap peningkatan sistem pelayanan kesehatan dimana sistem
akreditas rumah sakit dapat memajukan kualitas layanan kesehatan. Aspek
yang tidak menimbulkan dampak positif adalah penyediaan pelayanan
kesehatan berkualitas, peningkatkan teknologi bidang kedokteran, perhatian
pemerintah terhadap rumah sakit dan pendidikan belum didukung dengan
dana yang memadai.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disarankan kepada:
1. Rumah sakit milik Kementerian Kesehatan
Diharapkan manajemen rumah sakit mengoptimalkan kinerja tenaga
kesehatan dengan melakukan berbagai pelatihan di tempat kerja (whorkshop)
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas untuk merubah
persepsi masyarakat bahwa kualitas pelayanan kesehatan di luar negeri lebih
Universitas Sumatera Utara
79
baik dari daripada di Kota Medan.
2. Rumah sakit Pemerintah Kota Medan
Diharapkan pemerintah lebih memprioritas sektor kesehatan terutama
menyediakan fasilitas kesehatan modern untuk mendukung pelayanan
kesehatan untuk mengubah citra rumah sakit Kota Medan telah memiliki
peralatan yang tidak berbeda jauh dengan luar negeri.
3. Rumah sakit milik TNI
Manajemen rumah sakit meningkatkan komitmen tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan keseahtan kepada masyarakat Kota Medan.
4. Rumah sakit swasta
Manajemen rumah sakit memprioritas ketersediaan alat-alat kedokteran yang
canggih untuk dapat bersaing dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat Kota Medan.
3. Tenaga kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan dapat mengembangkan dirinya dengan
penambah wawasan dan pengetahuan untuk mendukung pelayanan prima di
rumah sakit.
Universitas Sumatera Utara
80
DaftarPustaka
Aulia, D. (2016). Pelancongan perobatan dari sumatera utara ke Semenanjung Malaysia: tren faktor penyumbang dan impact (Tesis, University Kebangsaan Malaysia) Diakses dari http://web.usm.my/km
Adisasmito, W. (2008). Kebijakan standar pelayanan medik dan diagnosis related group (DRG), kelayakan penerapannya di Indonesia. (Skripsi, Universitas Indonesia) Fakultas Kesehatan Masyaraka, Jakarta.
Benjamin Inge W. (2014). Menelusuri arus pemeriksaan kesehatan dan
pengobatan ke luar negeri. Jurnal Widya Medika Surabaya, 2(1),1-14
Bies, W., & Zacharia, L. (2007). Medical tourism: Outsourcing surgery.
Mathematical and Computer Modelling, 46(7-8), 1144-1159.
Bookman, M. (2007).Medical Tourism in Developing Countries. New York:
Palgrave Macmillan.
Connell, J. (2006). Medical tourism: Sea, sun, sand and surgery. Tourism