Jurnal Komunikasi Islam | ISBN 2088-6314 | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel - Asosiasi Profesi Dakwah Islam Indonesia Dakwah Rah }matan li al-‘Alami>nJamaah Tabligh di Kota Jambi Edi Amin . Abstract: This paper discusses the proselytizing activities (da'wah) of the Tablighi Jamaat (people for spreading faith) in the town of Jambi. Tablighi Jamaat is a non-political missionary movement, which emphasizes the example of the Prophet Muhammad and his companions in the da'wah. The paper argues that this group of Muslims promotes a peaceful da’wah without any coercion, from which not only people may take its benefits but also all creatures (rahmatan li al-‘alami>n). This kind of da’wah contributes to the creation of a positive image of Islam, because the basic mission of the religion is an invitation rather than coercion. This peaceful impression, the paper further argues, can be clearly obtained from Tablighi Jamaat propaganda, especially in the city of Jambi. Keywords: tablighi Jamaat, proselytizing, ritual, peaceful da’wah. Abstrak: Tulisan ini membahas aktivitas dakwah rahmatan lil’alamin Jamaah Tabligh(JT) di kota Jambi. JT merupakan gerakan dakwah non politis yang menekankan keteladanan Nabi Muhammad dan para sahabat dalam berdakwah. Dakwah yang menyejukkan tanpa paksaan akan menjadikan citra Islam yang positif, karena dakwah adalah ajakan bukan paksaan. Kesan damai inilah yang didapat dari dakwah JT, khususnya di kota Jambi. Kata Kunci:jama’ah tabligh, dakwah, rahmatan lil’alamin …dimensi ekonomi -politik yang mewarnai pergeseran lanskap geopolitik global dan ketegangan hubungan agama-negara yang terjadi dalam ranah politik domestik . Edi Amin ([email protected]) adalah Dosen IAIN Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi, menyelesaikan S3 pada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Jurnal Komunikasi Islam | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012 | 33
a truthful tabligh carried out by khatibis
(orators/communicators)‖ (Mowlana 1996:119).
Ibn Khaldun menghendaki adanya sebuah tatanan etika dalam
konsep tabligh dalam masyarakat. Tentulah pencapaian hal tersebutmemerlukan pribadi unggul dan wadah atau kelompok gerakan
sosial. Dalam konteks sejarah, praktek gerakan sosial terkait dakwah
telah dilakukan Nabi Muhammad SAW. Awal dan puncak
keberhasilan Muhammad saat berada di Madinah, mulai dari
penggalangan antar suku, budaya, dan agama dalam sebuah ikatan
bersama yang dikenal dengan piagam madinah (mitsâq al madînah)
hingga membentuk komunitas bangsa yang kuat berdasarkan etika.Gerakan dakwah nabi banyak menginspirasi kelompok-kelompok
gerakan muslim dari rentang waktu yang panjang dengan corakgerakan yang beragam. Sebut misalnya dalam teologi, mazhab,
tasawuf, dan gerakan lainnya menjadikan sosok Muhammad sebagai
inspirasi dengan interpretasi yang beragam atas kehidupan, sifat, perlaku, ketetapan, sunnah dan al-Quran yang diwahyukan
kepadanya.
―Sebuah masyarakat tanpa etika adalah masyarakat yang
menjelang kehancuran‖, ucap S. Jack Odell yang dikutip Richard L.
Johannesen. Menurut odell, ―konsep dan teori dasar etika
memberikan kerangka yang dibutuhkan untuk melaksanakan kodeetik atau moral setiap orang‖. Odel yakin bahwa ―prinsip-prinsipetika adalah prasyarat wajib bagi keberadaan sebuah komunitas
sosial. Tanpa prinsip-prinsip etika, mustahil manusia bisa hidup
harmonis dan tanpa ketakutan, kecemasan, keputusasaan,
kekecewaan, pengertian, dan ketidakpastian‖ (Johannesen 1996:6),
Etika juga diperlukan oleh komunitas agama yang di satu sisi
menemukan dasar kemantapan mereka dalam iman kepercayaanmereka, dan disisi lain berpartisipasi tanpa rasa takut tidak menutup
diri dalam semua dimensi kehidupan masyarakat yang sedang danterus berubah (Suseno 1989:16).
Selanjutnya, apapun bentuk gerakannya, semangat tabligh dan
gerakan sosial adalah perubahan (taghyîr ) ke arah yang lebih baik
dengan menjadikan etika riligius sebagai pedomannya. Tentulah pemaknaan lebih baik juga beragam, hingga kearifan perbedaan
tafsiran juga tidak kalah pentingya. Gerakan JT menekankan adanya
kearifan dalam perbedaan, bahkan bisa dikatakan ekstrem dengan
34 | Jurnal Komunikasi Islam | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012
berusaha menghindarinya. Beberapa hal yang menjadi doktrin danhendakya dijauhi oleh JT adalah menghindari ikhtilaf 1 yang
terkadang menyebabkan perpecahan di tengah umat.
Lebih lanjut, Mario Diani sebagaimana dikutip Ahmad Suaedymenyebutkan bahwa ada empat karakteristik pokok dalam gerakan
social. Pertama, dibutuhkannya jaringan dan komunikasi yang kuatantara anggota kelompok dengan menjaga kontinuitas, bentuk
informal dan interaksi yang tidak terstruktur. Kedua, adanya bentuk
kepercayaan dan solidaritas antar anggota kelompok. Ketiga,
dibutuhkannya bentuk aksi kolektif untuk meredam terjadinya
konflik, dengan terus-menerus memerhatikan berbagai tuntutan dan
aksi yang cenderung tidak konstitusional. keempat , adanya
kecenderungan tidak mengikuti prosedur yang telah ada, namunmengikuti organisasi/kelompok keagamaan atau mengikuti struktur
yang telah ada (Suaedy 2010:8).
Keempat kecenderungan gerakan sosial di atas, jika dicermati,
sama dengan gerakan yang telah dilakukan JT. Jamaah Tabligh
memiliki jaringan dan pertemuan rutin, baik ditingkat provinsi,
nasional bahkan internasional untuk menyamakan persepsi,
mengevaluasi dan melaporkan berbagai perkembangan dakwah yangmereka laksanakan. Solidaritas antar kelompok juga tampak erat
diantara anggota JT, tidak hanya diikat berjamaah dalam shalat,namun juga dalam muamalah bahkan makan pun dilakukan dengan
berjamaah.
Metcalf sebagaimana dikutip Yusran menyatakan:
―Tradisionalisme merupakan sebutan atau istilah yang paling
tepat untuk menggambarkan JT. Hal ini karena, pertama,
mereka teramat menekankan pada aspek peribadatan dan
moral perilaku individual yang juga memiliki nilai ibadah,seperti berpakaian, serta berpegang teguh kepada syari‘ah.
Kedua, mereka merupakan seri kelanjutan madrasahDeoband dengan segala karakter dan sifatnya, terutaama
yang identik dengan kegiatan dakwah dan ulamanya secara
umum‖ (Metcalf 2004: 266; Razak 2008:13-14).
1 Ikhtilaf yang berarti perbedaan biasanya terkait hukum Islam, penafsiran dan
persoalan sosial lainnya. Toleransi adanya Ihktilaf biasa terjadi, diantaranya dalam bermazhab, namun dalam realitasnya, umat terkadang belum siap dengan perbedaan. Terlebih jika perbedaan diperuncing dan dipolitisir untuk kepentingan
Jurnal Komunikasi Islam | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012 | 35
Mengutip pendapat Metcafl, JT dikategorikan sebagai gerakanIslam tradisionalis, pendapat ini diikuti oleh Yusran dalam
disertasinya dan Nasrullah (2006:27-32) dalam tesisnya. Mumtaz
Ahmad dan Abdul Aziz menyebut gerakan JT sebagaifundamentalis. Mumtaz berargumentasi selain menggunakan
pendekatan literalis dalam menginterpretasi al Qur‘an dan Sunnah,JT juga melakukan penolakan terhadap pendekatan yang liberal.
Gerakan tersebut sebagai respon atas modernitas dan kenestapaan
manusia modern (Ahmad 1991:458).
Sejarah Dakwah Jamaah Tabligh
Sebagai gerakan dakwah, JT memiliki sejarah yang panjang. JT
didirikan oleh Mawlana Muhammad Ilyas bin Muhammad Ismail al-Hanafi ad-Diyubandi al- Jisti al-Kandahlawi (1885-1944) in 1927 diMewat, Delhi selatan, India. Mawlana Muhammad Ilyas memiliki
afiliasi dengan tarekat naqshabandiyah yang menekankan syariah
dalam praktek kesufiannya. Ia lahir pada tahun 1885 di sebuah kota
yang bernama Kadhla, wilayah Muzaffarnar, dan berasal dari
keluarga yang taat serta memiliki komitmen reformasi
keberagamaan, seperti telah dikobarkan oleh tokoh India abad ke-
19, Shah Waliullah (1703-62).2 Nama Jama'ah Tabligh hanyalah
merupakan sebutan bagi mereka yang sering menyampaikan — sebenarnya usaha ini tidak mempunyai nama, tetapi cukup Islam
saja tidak ada yang lain. Bahkan Muhammad Ilyas mengatakan,
―Seandainya aku harus memberikan nama pada usaha ini, maka
akan aku beri nama Gerakan Iman". Muhammad Ilyas mengabdikanhidupnya total hanya untuk Islam terjadi ketika ia melaksanakan
Ibadah Haji kedua-nya pada tahun1926. Maulana Ilyas menyerukan
slogannya, „Aye Musalmano! Musalman bano‟ (dalam bahasa
Urdu), yang artinya ‗Wahai umat Muslim! Jadilah muslim yang
kaffah!‖ JT mengklaim bukan merupakan kelompok atau ikatan,tapi gerakan muslim untuk menjadi Muslim yang menjalankanagamanya secara totalitas dan menghindari pertikaian mazhab.
Dalam waktu kurang dari dua dekade, Jamaah Tabligh cepat meluas
di Asia Selatan. Sifatnya yang cenderung menghindari politik
2 Lihat Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad (2008:359), yang mengutip Dietrich
38 | Jurnal Komunikasi Islam | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012
tahun berikutnya ijtima‘ dilaksanakan di Masjid Kebun Jerukdengan 10.000 anggota. Pada tahun 1982 ijtima‘ dilaksanakan di
Lampung, tahun berikutnya di Kebun Jeruk lagi, dan pada 1984
dilaksanakan di Ancol Jakarta.4 Dalam disertasinya, Yusran Razak menyebutkan:
―Jamaah Tabligh merupakan gerakan transnasional yang arah
gerakannya tidak linier, dengan langsung menyentuh Negara-
negara berpenduduk Muslim besar. JT menjadi gerakankeagamaan tradisionalis yang mengglonal….Asia tenggara
didatanggi belakangan sekitar tahun 1952, yang dimulai dari
Malaysia, Singapura dan berikutnya masuk Indonesia,
spesifiknya di Medan. Hal ini terlihat dari inskripsi pada
Masjid Al-Hidayah, masjid komunitas Jamaah tabligh diMedan‖ (Razak 2008:79).
Sedangkan JT Masuk Kota Jambi pada tahun 1988 yang
dipelopori oleh Ustad Sobri, Ustad Suardi, Ustad Kukuh, AbuMahmud, sedang ustad Nasir di daerah Kabupaten Sorolangaun. JT
masuk Jambi diantataranya melalui Malaysia seperti Ustad yang
dibawa oleh Ustad Nasir. Pada Tahun 1997 Masjid Raya pasar
Angso Duo dijadikan markaz provinsi, kemudia sempat berpindah
markaz ke beberapa tempat, dan Saat markaz provinsi Jambi di
Masjid Al-Azhar kec. Jelutung Kota Jambi. JT di kota Jambimengalami tekanan dari stake holder kurun waktu 1988-1989.Selebaran dan pamlet tersebar dalam rangka pelarangan gerakan JT
di kota Jambi dan sekitarnya. Saat itu JT masih beranggotakan
puluhan orang, baru setelah tahun 1990-an gerakan JT mulai
menunjukkan geliatnya. Saat ini anggota JT di provinsi Jambi
berjumlah seribu orang lebih.5
Pesatnya dakwah JT dari segi kuantitas pengikutnya karenamemiliki strategi yang netral, hingga membuatnya leluasa mamasuki
hati umat, bahkan non muslim sekalipun. Mumtaz Ahmadmelukiskan keberhasilan JT di seluruh dunia sebagai gerakan
4 Sumber tersebut diambil Yusran berdasarkan catatan Nur Iman Nasir (Naib Syura)JT, berjudul ‗Apa Itu Jama‘ah Tabligh: Sebuah Catatan‘, manuskrip tidak
diterbitkan. Lihat Razak (2008:78-79).5 Wawancara dengan M. Thabyan saat melakukan khurûj di Kec. Tangkitmendampingi dan sebagai penerjemah anggota JT dari India yang menggunakan
Jurnal Komunikasi Islam | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012 | 39
keagamaan paling berpengaruh pada abad ke-21. JT diikuti oleh berjuta-juta angotanya tidak hanya di Asia Selatan saja, kini telah
merambah ke berbagai dunia (Ahmad tt: 524). Apresiasi Metcalf
yang menyebutkan bahwa secara moralitas, kualitas perilaku JTsangat ketat mengamalkan hal-hal yang benar-benar Islami terutama
yang bersandarkan sunah, sehingga ia menyebutnya sebagai ―livinghadits‖ (Metcalf 1993: 584-608).
Orientasi Dakwah JT
Telah disebutkan bahwa orientasi utama gerakan JT adalah
semangat mengembalikan komunitas Muslim kembali kepada
ajarannya secara totalitas. Semangat ini diikuti berbagai doktrin,
diantarannya menghindari membicarakan dan mewacanakan politik,menghindari perbedaan dan perdebatan dalam mazhab, selain itu juga dilarang berbicara aib-aib masyarakat dan bicara status sosial
serta dana (Kambayang 2009: 177-183). Sebagai doktrin sebuah
gerakan, maka anggota JT berusaha mematuhinya sebagai rambu-
rambu yang menjadi acuannya. Bagi mereka yang mengkritik
gerakan ini, menjadikan doktrin mereka sebagai peluang kritik.
Konsep khurûj fî sabîlillah, misalnya, dianggap sebagai tindakan
bid‘ah.
Gerakan JT menjadikan masjid sebagai pusat dakwahnya. Halini bisa dianalogikan pula pada gerakan hijrah yang dilakukan Nabi
Muhammad saat memasuki kota Madinah. Dari masjidlah kegiatan
ibadah ritual, dakwah, konsolidasi dimulai. Bagi JT masjid juga bisa
diibaratkan sebuah kantor untuk pendataan nama-nama anggota,siapa yang melakukan khurûj fî sabîlillah, bahkan masjid juga
dijadikan penginapan, khususnya saat khurûj.
Untuk menjadi Muslim yang baik, maka terapi JT yang
ditekankan pada tazkiyatun nafs, metode terapi pembersihan hati
lewat berbagai ibadah diantaranta menjaga shalat lima waktu secara berjamaah, memperbanyak zikir, menjaga shakat malam (tahajud),membaca al-Quran, menjaga pandangan mata, serta amalan-amalan
sunnah harian lainnya (Kambayang 2009). Secara tidak langsung,
pengaruh praktek tasawuf masih kental, walaupun secara afiliasi
mereka tidak bertarekat.
Dari tazkiyatun nafs seorang Muslim diharapkan dapat menjadi
Muslim sebenarnya seperti yang diajarkan Nabi Muhammad SAW.
Oleh sebab itu, gerakan JT disebut juga dakwah islâhiyyah
Jurnal Komunikasi Islam | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012 | 41
beberapa pakar ahli dalam bidangnya. Seperti Fadhoil al-A‟mal adalah tergolong kitab yang ditulis dalam bidang hadits, walaupun
tidak secara utuh. Namun dalam kitab tersebut terdapat banyak
hadits palsu dan cenderung mengada-ada yang tidak mendapatkan penjelasan dan perhatian yang memadai. Bagi para pengkritik
gerakan JT, menyayangkan banyak kalangan mereka menelan danmempercayai mentah-mentah apa yang ada dalam kitab tersebut
tanpa adanya daya kritis (Hasanuddin 2009: online).
Adanya kritik, seyogyanya menjadikan JT bisa berbenah diri,
dan memantapkan langkah gerakannya, karena secara struktur JT
memiliki jaringan yang kuat dan lintas daerah bahkan negara
(transnasional). Keanggotaan JT bersifat terbuka, dalam artian
semua orang Islam bisa masuk anggotannya. Anggotanya disebutkarkun, yaitu setelah dibaiat melalui bayan hidâyah dan khurûj fî
sabîlillah. Para karkun memiliki latar belakang yang beragam, baik
dari segi ekonomi, pendidikan maupun pekerjaan.
Metode Dakwah JT di Kota Jambi
Secara umum sistem dakwah JT di semua daerah hampir sama,
pola ini tersistem karena adanya regulasi dan pertemuan intensif
yang mereka selenggerakan. Misal, pertemuan internasional dua
tahunan yang diwakili oleh setiap penanggung jawab di setiapnegara. Untuk sekup nasional pertemuan secara nasional diadakan
empat bulan sekali, dan dua bulan sekali di tingkat provinsi. Adapun
untuk tingkat kabupaten satu bulan sekali. Pertemuan tersebut berisi
laporan kegiatan dakwah di daerahnya masing-masing.7
Di markaz provinsi, JT memiliki bagian protokoler yang
disebut istiqbâl, yang berfungsi mengurus tamu-tamu luar daerah
yang sedang melakukan khurûj atau masyarakat yang berminat
mengikuti kegiatan markaz. Selain itu, adapula tasykîl , yang
berfungsi memantau perkembangan kelompok-kelompok dakwah dihalaqah-halaqah dan marhalah-marhalah, mendaftar anggota baru,menggurus pembagian wilayah sasaran dakwah. Ada pula khidmat,
yang berfungsi dalam penyiapan logistik, baik di markaz maupun
saat khurûj. Kemudian terdapat i‟lân, yakni bagian penerangan dan
ada pula mimbar wala yang berfungsi memandu acara dalam
7 Wawancara dengan anggota JT kota Jambi saudara Usman di Masjid Al-Azhar
Jelutung, 26 Oktober 2011. Bandingkan dengan Razak (2008: 139-140).
sunat, tentulah menyejukkan bagi mata yang melihatnya,
terlebih di tengah hiruk pikuk keramaian dunia yang semakin
menyilaukan.
3.
Silaturrahmi, Ta‟aruf dan TakrîmMetode dakwah ini diantaranya, nampak dalam ukhuwah
diantara anggota JT. Selain itu metode ini juga dipraktekkan
saat mereka Khuruj yaitu ketika mengajak masyarakat untuk
melaksanakan shalat serta mengikuti majlis taklim setelahnya.
Jika terdapat masyarakat yang enggan bahkan cenderung
menolak ajakan untuk melaksanakan shalat berjamaah di masjid,
maka mereka harus tetap membalasnya dalam bentuk senyuman.Silaturrahmi yang berarti jalinan kasih sayang, ta‘aruf yang
berarti perkenalan dan takrim yang berarti penghormatanmerupakan muara ajaran Islam. Dalam konteks ini, JT berusaha
mengamalkannya dengan baik. Kalaupun ada JT yang belum
bisa melaksanakannya, bukan berarti berlaku untuk JT padaumumnya.
4. Tazkiyatun Nafs
Tazkiyatun nafs9 yang berarti penyucian diri merupakan
tujuan penting dalam Gerakan JT. Praktek ini dilakukan dengan
pelaksanaan dan pengamalan tauhid, di mana hidup hanya
mengantungkan pada keesaan Allah semata. Kemudian
9 Pembersihan diri erat kaitannya dengan pendekatan diri. Allah tak bisa didekati
oleh yang tidak suci, karena Allah adalah yang Maha Suci. Nabi Muhammad SAW para sahabat dan hamba yang saleh, senantiasa melaksanakan pendekatan diri
kepada allah itu. Pensucian diri merupakan usaha mendapatkan Ridha Allah. Pada
zaman Nabi, orang-orang yang sentiasa mensucikan dirinya itu, belum diberi julukan. Baru kemudian orang-orang seperti itu disebut ―sufi‖, karena mereka biasannya berpakaian sangat sederhana terbuat dari wol ( suf ) yang sangat kasar.
46 | Jurnal Komunikasi Islam | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012
pelaksanaan shalat wajib secara berjamaah serta amalan-amalansunah lainnya seperti membaca Al-Quran, zikir, shalat dhuha
dan tidak ketinggalan shalat tahajud. Amalan-amalan tersebut
mengarah pada tazkiyatun nafs.5. Ceramah ( Bayân)
Metode ini juga menjadi kekhasan JT. Di Masjid Al-AzharJelutung kota Jambi yang merupakan markas provinsi,
pelaksanaan bayan dilakukan hari Minggu malam Senin setelah
shalat maghrib dan berhenti sebelum shalat isya‘. Bayan berisi
nasehat, ajakan dan ketaatan kepada Allah SWT. Bayan
mengajak umat Islam untuk menjalankan ajaran Islam dalam
kehidupan sehari-hari mereka, melaksanakan sholat,
bermuhasabah dan mendiskusikan isu-isu yang menitik beratkan pada dimensi spiritual Islam serta mencari jalan keluarnya
dengan cara berdakwah menyebarkan nilai-nilai Islam dan
mengkampanyekan perdamaian dunia tanpa membicarakan hal-
hal yang berbau politik (Wargajenggot 2011: online).
Kendala-kendala Dakwah JT di kota Jambi
Di kota Jambi setidaknya ada dua belas hingga enam belas titik
(halaqah) yang tersebar di berbagai kecamatan, hingga meluas
sampai daerah Muaro Jambi dan Kabupaten Batanghari. Dua belashingga enam belas titik tersebut adalah: 1. Masjid Muhajirin di
Jelutug; 2. Mushala Al-Munawwarah (belakang kuburan) di Sei
Kambang; 3. Masjid Nurul Hidayah di Umbari Broni; 4. Pal 10
(Inhutani) Kotabaru; 5. Jambi Selatan di Beringin; 6. Jambi Timur diMasjid Baitun Nur Tanjung Pinang; 7. Di Tangkit pondok Pesantren
Kasful Ulum; 8. di Mendalo Masjid Attaqwa (depan) Universitas
Jambi; 9. Di Menes Pondok Pesantren Sirajul Mukhlasin; 10. di
Sengeti Kilometer 26 Langgar/Mushalla Karya Putih; 11; 12; 13;
14; Di Kab. Batanghari yang terdiri dari empat halaqah yang bertitikdi Masjid Muhammadiyah Pasar Lama; 15. Di Sungai Gelam daerahSumber Agung; 16. di Tempino pal sepuluh. Total di provinsi Jambi
kurang lebih terdapat 52 halaqah saat ini.
Saat musyawarah atau pertemuan bulanan di tingkat Kabupaten
atau dua bulanan di tingkat provinsi, anggota JT memberikan
berbagai laporan kegiatan. Secara umum, masyarakat sudah bisa
menerima keberadaan JT di kota Jambi. Oleh sebab itu, kendala
utama adalah bagi umat yang belum menerima atau mengenal JT
Jurnal Komunikasi Islam | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012 | 47
lebih dekat. Sebagaimana telah disebutkan bahwa kendala terbesarJT di kota Jambi terjadi pada tahun 1998 hingga 1999, manakala
stake holders berusaha melarang pergerakannya. Kendala pada
tahun 1998 hingga 1999 tersebut juga disebabkan karena masihsedikitnya anggota JT yang berdampak pula pada minimnya ilmu
mereka untuk mensosialisasikan gerakan JT pada masyarakat. Biladibandingkan penerimaan masyarakat di daerah asalnya, India atau
Pakistan atau Banglades, maka di Indonesia tergolong masih kurang
respek ( Republika 2010).
Pada tahun 2010, Republikan co.id. memberitakan:
―Polisi di Ambon kembali mengawasi gerak-gerik seratusan
anggota Jamaah Tablig. Dalam keterangannya, polisi
mengaku mencurigai mereka menyelenggarakan latihan perang di Desa Kawa, Kabupaten Maluku Tengah dan Desa
Olas, Kabupaten Seram Bagian Barat, sehingga meresahkan
warga setempat. "Sesuai hasil pantauan kami, kegiatan
mereka masih didominasi syiar agama tapi sering dibarengi
kegiatan latihan perang-perangan," kata Kabid Humas Polda
Maluku, AKBP Johanes Huwae di Ambon, Senin. Awalnya,kata Huwae, 100 anggota Jamaah Tablig beraktivitas di
Kampung Baru, Masohi, Ibu Kota Maluku Tengah. Mereka
kemudian pindah ke tempat kegiatan baru di Desa Kawa.
Aktivitas serupa juga dilakukan ratusan jamaah di Desa Olasyang diduga telah berlangsung lebih dari enam bulan."Masyarakat diimbau untuk memberikan infaiormasi yang
akurat kepada polisi bila mendapati adanya kegiatan
mencurigakan yang dilakukan orang-orang tertentu di dalam
hutan secara tersembunyi," katanya. Ini bukan pertama kali
polisi memantau aktivitas Jamaah Tabligh. Hal serupa pernah
terjadi tahun lalu. Namun setelah mendapatkan reaksi,kecurigaan polisi terhadap Jamaah Tabligh melunak. Selama
ini, para aktivis Jamaah Tabligh dikenal menjalankan
pendekatan dakwah tanpa kekerasan dalam berinteraksidengan masyarakat‖ ( Republika 2010).
Kendala-kendala dakwah JT di lapangan tidak terlepas dari
konteks komunikasi. Jika di Ambon, selain kegiatan keagamaan, JT
juga melakukan perang-perangan (latihan perang), ini merupakanhal baru menurut penulis, dan perlu dilakukan penelitian dan
48 | Jurnal Komunikasi Islam | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012
Respon MasyarakatDi era keterbukaan, masyarakat memiliki kebebasan
berpendapat ataupun mengkritik. Ragam gerakan dakwah di
Indonesia dengan berbagai karakternya, juga tidak luput dari kritiksebagai respon atas eksistensinya. Tradisi kritik, di satu sisi
memiliki nilai positif, manakala dibarengi kepala ―dingin‖. Dalammedia on line (internet) kritik juga menghujani gerakan JT:
―1. Tidak setiap berita membutuhkan tabayun. Berita yang
membutuhkan tabayun adalah jika disampaikan oleh orangfasik dan masih meragukan. Kalau yang menyampaikan
kepada kita adalah orang yang terpercaya maka tidak
diharuskan tabayun, apalagi kalau berita tersebut terdapat
dalam kitab mereka (yakni Fadhail Al-A’mal ), maka beritatentang adanya ajaran tersebut berarti sudah memiliki buktiyang sangat kuat karena terdapat dalam kitab mereka sendiri,
bukan dari kitab orang lain; 2. Tidak ada dalil dari Al-Qur‘an
dan As-Sunnah yang mengharuskan kita tabayun dulu
kepada kelompok sesat sebelum mengkritik mereka, tapi
apabila telah jelas hal itu adalah kesesatan maka wajib bagi
kita untuk mengingatkan umat akan bahayanya. Dan tidaksedikit, orang yang berniat tabayun kepada kelompok sesat -
padahal sudah jelas ajaran-ajaran mereka sesat- malah pada
akhirnya terpengaruh dengan syubhat-syubhat mereka danmembenarkan kesesatan mereka. Oleh karena itu cukup bagi
kita dalil Al-Qur‘an dan As-Sunnah serta penjelasan ulama
Ahlus Sunnah wal Jama‘ah tanpa harus tabayun ke kelompoksesat tersebut; 3. Bahkan yang ana lakukan lebih dari
tabayun, yaitu ikut bergabung bersama mereka kurang lebih
3 tahun lamanya, dan ana lihat sendiri dengan mata kepala
kisah tersebut memang ada dalam kitab Fadhail Al- A‟mal
dan masih banyak penyimpangan lainnya…‖ Chalid 2011:online).
Respons masyarakat terhadap eksistensi JT beragam, namun
pada prinsipnya terbagi menjadi tiga, yaitu mereka yang simpati dan
sebaliknya yang tidak simpati, diantara keduanya ada yang bersifat
moderat dalam artian tidak simpati namun juga tidak antipati.
Artinya, terdapat pro dan kontra dengan dengan keberadaan JT ditengah-tengah masyarakat kota Jambi.
Mereka yang simpati disebabkan karena keteguhan JT dalam
beribadah, akhlak mereka dalam bermuamalah dan dakwah yang
Jurnal Komunikasi Islam | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012 | 49
mengedepankan nilai-nilai kesantunan dan kedamaian tanpa adanya paksaan. Gerakan JT juga dinilai positif karena tidak memiliki
afiliasi dan ―hening‖ dari politik. Gerakan JT dinilai sebagai gerakan
moral yang transnasional.Bagi mereka yang kontra atau tidak simpati dengan gerakan JT,
disebabkan karena mereka terkesan hanya mengejar akhirat danmelupakan dunia. Adapula yang mengkritisi sistem khuruj, yang
dianggap tidak relevan lagi di zaman sekarang. Secara spiritualitas,
anggota JT tampak mengalami peningkatan iman, namun secara
ekonomi mengalami stagnasi.
Sedangkan bagi mereka yang cenderung moderat, memandang
sistem khuruj sebagai ikon dakwah JT memiliki nilai positif dan
negatif. Nilai positifnya adalah penyebaran Islam ke berbagaiwilayah yang terkadang tidak bisa dijangkau oleh para da‘i, sedang
masyarakat tersebut membutuhkannya. Sistem Khuruj mengajarkan
banyak hal, diantaranya konsep tazkiyatun nafs bagi anggota JT.
Saat khuruj anggota JT semakin intensif dalam beribadah dan
sekaligus dalam berdakwah.
Dampak negatif khuruj adalah ketika keluarga yang
ditinggalkan sampai terlantar. Oleh sebab itu sebab, sistem perekrutan anggota JT yang khuruj harus dilaksanakan dengan jeli.
Pandangan kelompok yang moderat ini menyisakan kritik bahwa disatu sisi JT telah mengamalkan ajaran agama yang bersifat ritual-
transendental, namun di sisi lain masih ―pincang‖ dalam hal
keduniaan.
Penutup
Dari uraian di atas, metode dakwah JT di Kota Jambi meliputi:
a. Khuru> j fi> sabi>lilla>h, metode ini merupakan inti dari gerakan
JT. Etika dalam da„ wah wa tabli> gh ma„ a khuru> j fi> sabi>lilla>h
kerelaan berkurban bagi anggota JT. Kerelaan ini tidak dipaksakan,melainkan kerelaan dan keikhlasan. Etika ketika khuruj hendaklahsiap dalam perbekalan, khususnya bagi keluarga yang akan
ditinggalkan; b. Uswatun hasanah, JT bisa dijadikan teladan dari
aspek ibadah dan muamalah karena konsistensinnya menjalankan
praktek ritual dan etika religius; c. Silaturrahmi, Ta‟aruf dan
Takri>m, metode dakwah ini nampak dalam ukhuwah diantara
anggota JT. Selain itu, metode ini juga dipraktekkan saat khuru> j
yaitu ketika mengajak masyarakat untuk melaksanakan shalat serta