-
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Umum Tentang ISPA
2.1.1 Pengertian ISPA
ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernapasan akut,
istilah ini
diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory
Infections (ARI).
Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran
pernapasan dan akut, dengan
pengertian sebagai berikut :
1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikro organisme ke dalam
tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala
penyakit.
2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga
alveoli beserta
organ adneksanya seperti sinus sinus, rongga telinga tengah dan
pleura.
ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas,
saluran
pernafasan, bagian bawah (termaksud jaringan paru paru) dan
organ adneksa
saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termaksud
dalam
saluran pernafasan (respiratory tract).
3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14
hari. Batas 14
hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk
beberapa
penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat
berlangsung
lebih dari 14 hari (A. Suryana 2005).
-
2.1.2 Etiologi ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang
komplek
dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Etiologi
ISPA terdiri dari 300
lebih jenis virus, bakteri, riketsia dan jamur. Virus penyebab
ISPA antara lain
golongan mikrovirus (termasuk di dalamnya virus influenza, virus
pra-influensa dan
virus campak), dan adenovirus. Bakteri penyebab ISPA misalnya:
streptokokus
hemolitikus, stafilokokus, pneumokokus, hemofils influenza,
bordetella pertusis dan
karinebakterium diffteria (Achmadi, dkk., 2004 dalam Arifin,
2009). Bakteri tersebut
di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan
bagian atas yaitu
tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri tersebut menyerang
anak-anak yang
kekebalan tubuhnya lemah.
Golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus
(termasuk di
dalamnya virus para-influenza, virus influenza, dan virus
campak) dan adenovirus.
Virus para-influenza merupakan penyebab terbesar dari sindroma
batuk rejan,
bronkiolitis dan penyakit demam saluran nafas bagian atas. Untuk
virus influenza
bukan penyebab terbesar terjadinya sidroma saluran pernafasan
kecuali hanya
epidemi-epidemi saja. Pada bayi dan anak-anak, virus influenza
merupakan penyebab
terjadinya lebih banyak penyakit saluran nafas bagian atas dari
pada saluran nafas
bagian bawah (Siregar dan Maulany, 1995 dalam Arifin, 2009).
Jumlah penderita infeksi pernapasan akut sebagian besar terjadi
pada anak.
Infeksi pernapasan akut mempengaruhi umur anak, musim, kondisi
tempat tinggal,
dan masalah kesehatan yang ada ( R.Haryono-Dwi Rahmawati H,
2012).
-
2.1.3 Tanda Dan Gejala ISPA
Tanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernafasan dapat
berupa batuk,
kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit
kepala. Sebagian besar
dari gejala saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti
batuk, kesulitan bernapas,
sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala tidak
memerlukan pengobatan
dengan antibiotik. Namun sebagian anak yang menderita radang
paru (pneumonia),
bila infeksi paru ini tidak diobati dengan anti biotik akan
menyebabkan kematian
(Fuad, 2008).
2.1.4 Patofisiologi ISPA
Terjadinya infeksi antara bakteri dan flora normal di saluran
nafas. Infeksi
oleh bakteri, virus dan jamur dapat merubah pola kolonisasi
bakteri. Timbul
mekanisme pertahanan pada jalan nafas seperti filtrasi udara
inspirasi di rongga
hidung, refleksi batuk, refleksi epiglotis, pembersihan
mukosilier dan fagositosis.
Karena menurunnya daya tahan tubuh penderita maka bakteri
pathogen dapat
melewati mekanisme sistem pertahanan tersebut akibatnya terjadi
invasi di daerah-
daerah saluran pernafasan atas maupun bawah (Fuad, 2008).
2.1.5 Klasifikasi ISPA
mengklasifikasikan penyakit Infeksi saluran Pernapasan Akut
(ISPA) atas
infeksi saluran pernapasan akut bagian atas dan infeksi saluran
pernapasan akut
bagian bawah.
-
1. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Bagian Atas
Adalah infeksi-infeksi yang terutama mengenai struktur-struktur
saluran nafas
di sebelah atas laring. Kebanyakan penyakit saluran nafas
mengenai bagian atas dan
bawah secara bersama-sama atau berurutan, tetapi beberapa di
antaranya adalah
Nasofaringitis akut (salesma), Faringitis akut (termasuk
Tonsilitis dan
Faringotositilitis) dan rhinitis (Fuad, 2008).
2. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Bagian Bawah
Adalah infeksi-infeksi yang terutama mengenai struktur-struktur
saluran nafas
bagian bawah mulai dari laring sampai dengan alveoli.
Penyakit-penyakit yang
tergolong Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) bagian bawah :
Laringitis, Asma
Bronchial, Bronchitis akut maupun kronis, Broncho Pneumonia atau
Pneumonia
(Suatu peradangan tidak saja pada jaringan paru tetapi juga pada
brokioli (Fuad,
2008).
2.1.6 Berdasarkan Kelompok Umur
1. Kelompok Pada Anak Umur kurang dari 2 Bulan, Dibagi Atas
:
a. Pneumonia berat
Pada kelompok umur ini gambaran klinis pneumonia, sepsis dan
meningitis
dapat disertai gejala klinis pernapasan yang tidak spesifik
untuk masing-masing
infeksi, maka gejala klinis yang tampak dapat saja diduga salah
satu dari tiga infeksi
serius tersebut, yaitu berhenti menyusu, kejang, rasa kantuk
yang tidak wajar atau
rasa sulit bangun, stidor pada anak yang tenang, mengi
(wheezing), demam (38C)
-
atau suhu tubuh yang rendah (dibawah 35,5 C), pernapasan cepat,
penarikan dinding
dada, sianosis sentral, serangan apnea, distensi abdomen dan
abdomen tegang.
b. Bukan pneumonia
Jika bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali permenit dan
tidak terdapat
tanda pneumonia.
2. Kelompok Pada Anak Umur 2 Bulan Hingga 5 Tahun, Dibagi Atas
:
a. Pneumonia berat
Batuk atau kesulitan bernapas, tarikan dinding dada, tanpa
disertai sianosis
dan tidak dapat minum.
b. Pneumonia
Batuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa
disertai penarikan
dinding dada.
c. Bukan Pneumonia
Batuk atau kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat atau
penarikan dinding
dada (WHO, 2002).
2.1.7 Pencegahan ISPA
1. Berhati-hati dalam mencuci tangan dengan melakukannya ketika
merawat
anak yang terinfeksi pernapasan.
2. Anak dan keluarga diajarkan untuk menggunakan tisu atau
tangannya untuk
menutup hidung dan mulutnya ketika batuk/bersin.
-
3. Anak yang sudah terinfeksi pernafasan sebaiknya tidak berbagi
cangkir
minuman, baju cuci atau handuk.
4. Peringatan perawat : untuk mencegah kontaminasi oleh virus
pernapasan,
mencuci tangan dan jangan menyentuh mata atau hidungmu.
5. Mencegah anak berhubungan terlalu dekat dengan saudaranya
atau anggota
keluarga lainnya yang sedang sakit ISPA. Tindakan semi isolasi
mungkin
dapat dilakukan seperti anak yang sehat tidur terpisah dengan
dengan anggota
keluarga lainyang sedang sakit ISPA.
6. Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan / rumah.
7. Hindari anak dari paparan asap rokok
( R.Hartono-Dwi Rahmawati H, 2012).
2.1.8 Penatalaksanaan ISPA
Kriteria yang digunakan untuk pola tatalaksana panderita ISPA
pada anak
adalah anak dengan gejala batuk dan atau kesukaran bernapas
yaitu:
1. Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan untuk mengidentifikasi gejala yang ada
pada
penderita.
2. Penentuan ada tidaknya tanda bahaya
Tanda bahaya, pada bayi umur kurang dari 2 bulan adalah tidak
bisa minum,
kejang, kesadaran menurun, Stridor, Wheezing, Demam atau dingin.
Tanda bahaya
pada umur 2 bulan sampai < 5 tahun adalah tidak bisa minum,
kejang, kesadaran
menurun, Stridor dan gizi buruk.
-
3. Tindakan dan Pengobatan
Pada penderita umur < 2 bulan yang terdiagnosa pneumonia
berat, harus
segera dibawah ke sarana rujukan dan diberi antibiotik 1
dosis.
Pada penderita umur 2 bulan sampai < 5 tahun yang terdiagnosa
pneumonia
dapat dilakukan perawatan rumah, pemberian antibiotik selama 5
hari, pengontrolan
dalam 2 hari atau lebih cepat bila penderita memburuk, serta
pengobatan demam dan
yang ada.
Penderita di rumah untuk penderita Pneumonia umur 2 bulan sampai
kurang
dari 5 tahun, meliputi :
1. Pemberian makanan yang cukup selama sakit dan menambah
jumlahnya
setelah sembuh.
2. Pemberian cairan dengan minum lebih banyak dan
meningkatkan
pemberian Asi.
3. Pemberian obat pereda batuk dengan ramuan, yang aman dan
sederhana.
Penderita umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun yang
terdiagnosa
pneumonia berat segera dikirim ke rujukan, diberi antibiotik
1dosis serta analgetik
sebagai penurun demam dan wheezing yang ada.
Penderita yang diberi antibiotik, pemeriksaan harus kembali
dilakukan 2 hari.
Jika keadaan penderita membaik, pemberian antibiotik dapat
diteruskan. Jika keadaan
penderita tidak berubah, antibiotik harus diganti atau penderita
dikirim ke sarana
rujukan.
-
Obat yang digunakan untuk penderita pneumonia adalah tablet
kotrimoksasol
480 mg, kotrimoksasol 120 mg, tablet parasetamol 500 mg dan
sablet parasetamol
100 mg ( R.Hartono-Dwi Rahmawati H, 2012).
2.2 Tinjauan Umum Tentang Balita
Balita yaitu anak yang berusia di bawah 5 tahun merupakan
generasi yang
perlu mendapat perhatian, karena balita merupakan generasi
penerus dan modal dasar
untuk kelangsungan hidup bangsa, balita amat peka terhadap
penyakit, tingkat
kematian balita masih tinggi. Balita diharapkan tumbuh dan
berkembang dalam
keadaan sehat jasmani, sosial dan bukan hanya bebas dari
penyakit dan kelemahan.
Masalah kesehatan balita merupakan masalah nasional, mengingat
angka kesakitan
dan angka kematian pada balita masih cukup tinggi.
Salah satu faktor penyebab kematian maupun yang berperan dalam
proses
tumbuh kembang balita yaitu ISPA, penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi.
Untuk itu kegiatan yang dilakukan terhadap balita antara
pemeriksaan perkembangan
dan pertumbuhan fisiknya, pemeriksaan perkembangan kecerdasan,
pemeriksaan
penyakit infeksi, imunisasi, perbaikan gizi dan pendidikan
kesehatan pada orang tua
(Lamusa, 2006).
2.3 Tinjauan Umum Tentang Status Gizi
2.3.1 Pengertian Status Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi
secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan
-
kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ serta
menghasilkan
energi (Supriasa, 2001).
Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam
bentuk
variabel tertentu atau perwujudan dari natriture dalam bentuk
variabel tertentu
(Supriasa, 2001).
Dalam arifin (2009) dijelaskan bahwa keadaan gizi merupakan hal
yang
penting bagi pencegahan ISPA. Dimana kejadian ISPA dapat dicegah
bila anak
mempunyai gizi yang baik, mendapatkan ASI sampai usia dua tahun
karena ASI
adalah makanan yang paling baik untuk bayi, bayi mendapatkan
makanan padat
sesuai dengan umurnya serta bayi dan anak mendapatkan makanan
yang mengandung
gizi cukup yaitu mengandung protein, karbohidrat, lemak,
vitamin, dan mineral.
2.3.2 Sumber Status Gizi
1. Karbohidrat
Jenis karbohidrat dalam makanan dikelompokkan menjadi
monosakarida,
disakarida, dan polisakarida. Monosakarida dalam ilmu gizi
berarti glukosa, fruktosa,
dan galaktosa. Galaktosa adalah gula khusus yang terdapat pada
bahan hewani, yaitu
air susu. Selain itu, dijumpai monosakarida yang 3 atom karbon
(triosa), atau 5 atom
karbon (pentosa), 6 atom karbon (heksosa), dan 7 atom karbon
(pentosa). Disakarida
dalam bahan makanan yang penting ialah sukrosa, maltosa, dan
laktosa. Laktosa
hanya dijumpai pada susu hewan menyusui dan air susu ibu (ASI).
Dalam bahan
makanan nabati terdapat dua jenis polisakarida yang dapat
dicerna (yaitu amilum dan
dekstrin) dan tidak dapat dicerna (seperti selulosa, pentosan,
dan galaktan). Dalam
-
bahan makanan hewani terdapat polisakarida yang dapat dicerna
yang disebut
glikogen.
Fungsi karbohidrat dalam tubuh antara lain :
a. sebagai sumber energi yang paling murah dibandingkan lemak
maupun
protein, setiap 1 gram karbohidrat menghasilkan 4 kkal.
b. Memberi volume pada isi usus dan melancarkan gerak
paristaltik usus
sehingga memudahkan pembuangan feces.
c. Bagian struktur sel dalam bentuk glikoprotein yang merupakan
reseptor
hormon.
d. Simpanan energi dalam hati dan otot dalam bentuk glikogen
yang mudah
dimobilisasi.
e. Penghemat protein dan pengatur metabolisme lemak.
f. Memberi rasa manis pada makanan, dan
g. Memberi aroma serta bentuk khas makanan.
2. Lemak
Berdasarkan bentuknya lemak digolongkan kedalam lemak padat
(misalnya
mentega dan lemak hewan) dan lemak cair atau minyak (misalnya
minyak sawit dan
minyak kelapa). Sedangkan berdasarkan penampakan, lemak
digolongkan kedalam
lemak kentara (misalnya mentega dan lemak pada daging sapi) dan
lemak tak kentara
(misalnya lemak pada telur, lemak pada alvokat, dan lemak
susu).
-
Fungsi lemak dalam tubuh antara lain :
a. Sumber energi menghasilkan kalori 9 kkal setiap gram
lemak.
b. Sebagai sumber asam lemak esensial asam linoleat dan asam
linolenat.
c. Lemak sebagai pelarut vitamin juga membantu transportasi
absorpsi vitamin
A, D, E, dan K.
d. Lemak menghemat penggunaan protein untuk sintesa protein.
e. Lemak membantu sekresi asam lambung dan pengosongan
lambung.
f. Memberi tekstur khusus dan kelezatan makanan.
g. Sebagai pelumas dan membantu pengeluaran sisa pencernaan.
h. Memelihara suhu tubuh.
i. Melindungi organ jantung, hati, ginjal dari benturan dan
bahaya lainnya.
3. Protein
Nilai gizi protein di tentukan oleh kadar asam amino esensial.
Akan tetapi
dalam praktek sehari-hari umumnya dapat di tentukan dari
asalnya. Protein hewani
biasanya memiliki protein yang lebih tinggi di bandingkan dengan
protein nabati.
Protein telur dan protein susu biasanya di pakai sebagai standar
untuk nilai gizi
protein.
Nilai gizi protein nabati di tentukan oleh asam amino yang
kurang misalnya
protein kacang-kacangan kekurangan asam amino sulfur mentionin
dan sistin
sedangkan protein bahan makanan tepung kekurangan lisin. Nilai
protein dalam
makanan orang Indonesia sehari-hari umumnya di perkirakan 60%
dari pada nilai gizi
protein telur.
-
4. Vitamin
Ada dua golongan vitamin, yaitu vitamin yang larut dalam lemak
dan vitamin
yang larut dalam air. Vitamin yang larut dalam lemak adalah A,
D, E, K. Sedangkan
vitamin yang larut dalam air adalah thiamin, riboflavin, niacin,
piridoksin, asam
pantothenat, asam folat, biotin, vitamin B12, cholin, inositol
dan vitamin C. Kedua
golongan vitamin tersebut mempunyai sifat umum
sendiri-sendiri.
Fungsi umum vitamin berhubungan erat dengan fungsi enzim,
khususnya
kelompok vitamin B. Enzim merupakan katalisator organik yang
berperan mengatur
dan menjalankan reaksi biokimia dalam tubuh.
5. Mineral
Terdapat sekitar 19 macam mineral dalam tubuh. Dari jumlah
tersebut hanya
sekitar 13 yang esensial untuk kehidupan dan kesehatan. Jumlah
mineral di dalam
tubuh manusia terdiri dari kalsium, khlor, yodium, besi,
magnesium, phosphor,
kalium, fluor, mangan, nikel, selenium, silikon, dan seng.
Mineral digolongkan dalam makro mineral dan mikro mineral.
Mineral makro
adalah mineral yang dibutuhkan tubuh lebih dari 100 mg sehari,
sedangkan mineral
mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari.
Fungsi umum mineral di dalam tubuh sebagai berikut :
a. Sebagai bahan pembentuk bermacam-macam jaringan tubuh seperti
tulang
dan gigi (Ca dan P), rambut, kuku, dan kulit (S) serta sel darah
merah (Fe),
kalsium dan phosphor merupakan mineral yang terbanyak dalam
tubuh.
-
b. Memelihara keseimbangan asam dan basa di dalam tubuh melalui
penggunaan
CI, P, S sebagai pembentuk asam dan Ca, Fe, Mg, K, serta Na
sebagai
pembentuk basa.
c. Mengatalisis reaksi yang bertalian dengan pemecahan
karbohidrat, lemak,
protein maupun mengatalisis pembentukan lemak dan protein
tubuh.
d. Merupakan komponen hormon dan enzim, misalnya mineral Fe
merupakan
komponen cytochrom oksidase dan Cu merupakan komponen enzim
tyrosinase maupun pembentukan antibody.
e. Membantu dalam pengiriman isyarat saraf ke seluruh tubuh (Ca,
K, dan Na).
f. Merupakan bagian dari cairan usus (Ca, Mg, K, dan Na).
g. Mengatur kepekaan saraf dan kontraksi otot (Ca, K, dan
Na)
h. Mengatur proses pembekuan darah (Ca). (S. Teti, 2007).
Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-beda. Hal ini
dikarenakan berbagai
faktor antara lain umur, jenis kelamin, kondisi kesehatannya,
fisiologis
pencernaannya dan macam pekerjaannya. Masukan zat gizi yang
berasal dari
makanan yang dimakan setiap hari harus dapat memenuhi kebutuhan
tubuh, karena
konsumsi makanan sangat berpengaruh terhadap status gizi
seseorang. Status gizi
yang baik terjadi bila tubuh memperoleh asupan zat gizi yang
cukup sehingga dapat
digunakan oleh tubuh untuk pertumbuhan fisik, perkembangan otak
dan kecerdasan,
produktifitas kerja serta daya tahan tubuh terhadap infeksi
secara optimal.
-
Anak dengan gizi yang kurang akan lebih mudah terserang ISPA
dibandingkan dengan anak yang mempunyai gizi normal, karena
faktor daya
tubuhnya yang kurang.
2.3.3 Penilaian Status Gizi
Untuk mengetahui pertumbuhan anak, secara praktis dilakukan
berat badan
anak secara teratur. Secara umum antropometri artinya ukuran
tubuh manusia.
Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi
berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, 2001).
Berat badan menurut umur (BB/U) adalah salah satu parameter
yang
memberikan gambaran masa tubuh sangat sensitif terhadap
perubahan-perubahan
yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi,
menurunnya nafsu
makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat
badan adalah
parameter antropometri yang sangat labil.
Keadaan normal untuk keadaan kesehatan baik, keseimbangan
antara
konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan
berkembang mengikuti
pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal,
terdapat 2
kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang
cepat atau lebih
lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat
badan ini, maka indeks
berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara
pengukuran status gizi
(Supariasi, 2001).
-
Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat
yang
digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan
:
1. Mudah digunakan dan dibawah dari salah satu tempat ke tempat
lain.
2. Skalanya mudah dibaca.
3. Cukup aman menimbang anak balita (Supariasa, 2001).
Tabel 2.1
Penilaian Status Gizi Berdasarkan Indeks BB/U Standart Baku
Antropometri
WHO-NCHS 2005
No Keterangan Z_Score Status Gizi
1
2
3
4
> + 2 SD
> - 2 SD s/d + 2 SD
< - 2 SD s/d 3 SD
< - 3 SD
Gizi lebih
Gizi normal
Gizi kurang
Gizi buruk
Sumber : Depkes RI 2004.
2.3.4 Hubungan Status Gizi Pada Penderita ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Akut.
Kurangnya asupan makanan di dalam tubuh berdampak
mengakibatkan
kurang gizi yang dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga
dapat mempermudah
masuknya kuman dalam tubuh. Salah satu dampak negatif dari
kekurangan gizi yaitu
menurunnya daya tahan tubuh, sehingga mempermudah masuknya kuman
penyakit
ke tubuh. Anak yang keadaan gizinya kurang akan mudah mengalami
penyakit
infeksi, karena disebabkan kurangnya asupan energi dan protein
yang tidak
-
mencukupi kebutuhan, maka pembuatan zat antibody terganggu yang
dapat beresiko
tinggi menderita penyakit infeksi terutama ISPA (Almatsier,
2001).
2.4 Tinjauan Umum Tentang Status Imunisasi
2.4.1 Pengertian Status Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan
seseorang secara
aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpejan
pada antigen yang serupa
tidak akan terjadi penyakit (John, 2006).
Imunisasi adalah proses pembentukan sistem kekebalan tubuh.
Material
imunisasi disebut immonugen. Immonugen adalah molekul antigen
yang dapat
merangsang kekebalan tubuh. Imunisasi diberikan pada anak-anak,
dari masih bayi
sampai menjelang usia dewasa, atau sekitar usia 15 tahun.
Imunisasi sangat penting
sebagai penunjang kesehatan bayi dan anak-anak. Imunisasi ada
yang berbentuk
serum yang disuntikkan pada bagian tubuh (biasanya bagian lengan
atau bokong),
dan ada juga yang berbentuk cairan yang diteteskan ke dalam
mulut. Imunisasi
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
terhadap suatu
antigen untuk menangkal penyakit-penyakit berat yang terkadang
belum ada obat
untuk menyembuhkannya. Imunisasi umumnya diberikan kepada
anak-anak balita
(usia dibawah lima tahun). Imunisasi dilakukan dengan memberikan
vaksin yang
merupakan bibit penyakit yang telah dibuat lemah kepada
seseorang agar tubuh dapat
membuat antibodi sendiri. Tujuan dari imunisasi adalah
memberikan kekebalan
kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta
anak yang
disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. Imunisasi
pertama kali dilakukan
-
oleh Edward Jenner, seorang dokter dari Inggris. Pertama kali
dibuat dalam bentuk
suntikan yang digunakan untuk kekebalan tubuh. Saat itu Jenner
termotivasi adanya
penyebaran virus cacar yang mematikan di Inggris. (Abraham,
2008).
2.4.2 Manfaat Status Imunisasi
1. Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan
kemungkinan
cacat atau kematian.
2. Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak
sakit.
3. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa
anak-
anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
4. Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat
dan berakal
untuk melanjutkan Negara (RS. Mitra Keluarga Bekasi Timur,
2011).
2.4.3 Vaksin Status Imunisasi
Vaksin imunisasi mungkin dapat memberikan efek samping yang
membuat
anak jatuh sakit, namun dampak positif perlindungan yang
dihasilkan vaksin tersebut
amat sangat berguna.
ISPA adalah salah satu jenis penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi,
jenis imunisasi vaksin yang berhubungan dengan penyakit ISPA
yang diberikan pada
anak yaitu :
1. DPT/ DT
Imunisasi DPT diberikan untuk mencegah tiga macam penyakit
sekaligus,
yaitu Difteri, Tetanus dan Pertusis. Vaksin ini diberikan
pertama kali saat bayi
berumur lebih dari enam minggu. Lalu saat bayi berumur 4 sampai
6 bulan. Ulangan
-
DPT diberikan umur 18 bulan dan 5 tahun. Pada anak umur 12
tahun, imunisasi ini
diberikan lagi dalam program BIAS SD kelas VI ( Wayan Tulus,
2012).
a. Perlindungan penyakit : Difteri (infeksi tenggorokan),
pertusis (batuk rejan),
dan tetanus (kaku radang)
b. Penyebab : bakteri, difteri, pertusis, tetanus.
c. Waktu pemberian :
(1) Umur/ usia 3 bulan
(2) Umur/ usia 4 bulan
(3) Umur/ usia 5 bulan
(4) Umur/ usia 1 tahun 6 bulan
(5) Umur /usia 5 tahun
(6) Umur / usia 10 tahun.
2. Imunisasi Campak
Pemberian imunisasi campak adalah cara pencegahan peyakit campak
yang
paling efektif. Meskipun campak hanya menulari satu kali seumur
hidup. Namun
penyakit ini sangat berbahaya, karena dapat menimbulkan
kematian. Penyakit
campak yang menimbulkan kematian yaitu apabila telah terjadi
komplikasi, misalnya
radang paru-paru dan radang otak. Bagi anak yang daya tahan
tubuhnya sangat baik,
bisa tidak pernah tertular penyakit campak ( Wayan Tulus,
2012).
a. Perlindungan penyakit : Campak
b. Efek samping yang mungkin : Demam, ruam kulit.
-
c. Waktu pemberian :
(1) Umur/ usia 9 bulan atau lebih
(2) Umur/ usia 5-7 tahun (RS. Mitra Keluarga Bekasi Timur,
2011).
2.4.4 Hubungan Status Imunisasi Pada Penyakit ISPA (Infeksi
Saluran Pernapasan Akut)
Sebagian besar kematian ISPA berasal dari jenis ISPA yang
berkembang dari
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti difteri,
pertusi, campak, maka
peningkatan cakupan imunisasi akan berperan besar dalam upaya
pemberatasan
ISPA. Untuk mengurangi faktor yang meningkatkan mortalitas ISPA,
diupayakan
imunisasi lengkap. Bayi dan balita yang mempunyai status
imunisasi lengkap bila
menderita ISPA dapat diharapkan perkembangan penyakitnya tidak
akan menjadi
berat (Prabu, 2009).
-
2.5 Kerangka Teori Penelitian
Modifikasi : (Almatsier, 2001 dan Prabu, 2009).
Status Gizi Status
Imunisasi
Kurang asupan makanan
nan
Mempermudah masuknya
kuman penyakit penyakit ke
tubuh
Menurunnya daya tahan
tubuh
Mempermudah masuknya
kuman penyakit ke tubuh
Beresiko menderita
penyakit infeksi terutama
ISPA
Kurangnya cakupan
imunisasi lengkap
Meningkatnya cacat,
kematian atau beresiko
terserangnya penyakit
infeksi seperti ISPA
Terjadinya Penyakit
ISPA
-
2.6 Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan :
Variabel Independen hubungan antar variabel
Variabel Dependen
Status Gizi
Status Imunisasi
Kejadian ISPA
-
2.7 Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Penelitian
a. Ada hubungan status gizi dengan kejadian ISPA pada balita di
Wilayah
Kerja Puskesmas Bonepantai Kabupaten Bone Bolango
b. Ada hubungan status imunisasi dengan kejadian ISPA pada
balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Bonepantai Kabupaten Bone Bolango
2. Hipotesis Statistik
a. Ho: Ada hubungan antara status gizi dan status imunisasi
terhadap
kejadian ISPA
b. Ha : Tidak ada hubungan antara status gizi dan status
imunisasi terhadap
kejadian ISPA pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Bonepantai
Kabupaten Bone Bolango.