1
DAFTAR ISI
Hal.
DELINEASI WILAYAH 2
ISU DAN PERMASALAHAN 6
KEUNGGULAN WILAYAH 24
KONSEP AWAL PENGEMBANGAN 26
KETERANGAN COVER:
Asia Afrika dan Gedung Merdeka – indonesia .travel
Auditorium Sasana Budaya Ganesha – www.sabugacenter.com
Tari Merak – www.aerowisatahotels.com
Factory Outlet di Bandung – www.kamarbaca.com
2
DELINEASI WILAYAH
Perkembangan metropolitan yang pesat harus diantisipasi dengan perencanaan
dan pengelolaan pembangunan. Dalam lingkup metropolitan, terlebih dahulu
dilakukan delineasi wilayah yang mempunyai ciri metropolitan sebagai basis
perencanaan dan pengelolaan pembangunan metropolitan. Delineasi dilakukan
berdasarkan jumlah penduduk, luas kawasan terbangun, serta karakteristik
ekonomi.
Berdasarkan analisis delineasi, pada tahun 2010, terdapat 56 kecamatan yang
telah mempunyai ciri perkotaan di Kota Bandung, Kota Cimahi, sebagian
Kabupaten Bandung, sebagian Kabupaten Bandung Barat, dan sebagian Kabupaten
Sumedang. 56 kecamatan tersebut termasuk ke dalam delineasi Metropolitan
Bandung Raya dengan jumlah penduduk sebesar 5.813.269 jiwa dan luas wilayah
sebesar 106.015 Ha. Sementara itu, pada tahun 2010 luas kawasan terbangun
mencapai 26.142 Ha atau sekitar 25 persen dari luas wilayah keseluruhan.
Delineasi Metropolitan Bandung Raya pada tahun 2010 dapat dilihat pada Gambar
1.
GAMBAR 1 METROPOLITAN BANDUNG RAYA 2010
Sumber: Analisis Tim WJP-MDM, 2011, Data: SP 2010, GIS Bappeda Jabar 2010
3
Analisis delineasi juga dilakukan dengan menggunakan proyeksi jumlah penduduk
pada tahun 2015, 2020, dan 2025.
Wilayah Metropolitan Bandung Raya berdasarkan proyeksi tahun 2015 mencakup
61 kecamatan di Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten
Bandung Barat, dan Kabupaten Sumedang dengan jumlah penduduk sebesar 9,9
juta jiwa. Delineasi kawasan Metropolitan Bandung Raya tahun 2015 digambarkan
pada gambar berikut.
GAMBAR 2 METROPOLITAN BANDUNG RAYA 2015
Sumber: Analisis Tim WJP-MDM, 2011, Data: SP 2010, GIS Bappeda Jabar 2010
Wilayah Metropolitan Bandung Raya berdasarkan proyeksi tahun 2020 mencakup
68 kecamatan di Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten
Bandung Barat, dan Kabupaten Sumedang dengan jumlah penduduk sebesar 11,4
juta jiwa. Delineasi kawasan Metropolitan Bandung Raya tahun 2020 digambarkan
pada Gambar 3.
4
GAMBAR 3 METROPOLITAN BANDUNG RAYA 2020
Sumber: Analisis Tim WJP-MDM, 2011, Data: SP 2010, GIS Bappeda Jabar 2010
Wilayah Metropolitan Bandung Raya berdasarkan proyeksi tahun 2025 mencakup
71 kecamatan di Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten
Bandung Barat, dan Kabupaten Sumedang dengan jumlah penduduk sebesar 12,8
juta jiwa. Delineasi kawasan Metropolitan Bandung Raya tahun 2025 digambarkan
pada Gambar 4.
5
GAMBAR 4 METROPOLITAN BANDUNG RAYA 2025
Sumber: Analisis Tim WJP-MDM, 2011, Data: SP 2010, GIS Bappeda Jabar 2010
Perkembangan karakteristik metropolitan ini diharapkan dapat tumbuh dengan
terkendali. Delineasi ini menjadi acuan untuk penyusunan konsep pengembangan
Metropolitan Bandung Raya, yaitu untuk memenuhi kebutuhan 12,8 juta
penduduk di 71 kecamatan. Implementasi konsep pengembangan diupayakan
untuk menyelesaikan isu dan permasalahan di wilayah ini serta mengoptimalan
berbagai keunggulan dan potensi metropolitan.
6
ISU DAN PERMASALAHAN
Perkembangan penduduk di Metropolitan Bandung Raya diikuti dengan munculnya
isu dan permasalahan dari berbagai aspek, terutama dalam hal ketersediaan
infrastruktur. Isu dan permasalahan infrastruktur transportasi, perumahan,
jaringan air bersih, fasilitas pengelolaan persampahan akan menjadi pertimbangan
dalam penyusunan konsep pengembangan Metropolitan Bandung Raya.
TRANSPORTASI
Sistem transportasi merupakan hal yang penting dalam pengembangan
metropolitan yang mempunyai intensitas pergerakan penduduk yang tinggi.
Transportasi berperan sebagai penghubung pusat kegiatan penduduk. Isu dan
permasalahan transportasi akan muncul ketika ketersediaan infrastruktur
transportasi tidak seimbang dengan tingginya permintaan perjalanan.
Salah satu permasalahan transportasi yang kerap muncul adalah kemacetan lalu
lintas. Setidaknya terdapat 32 titik kemacetan di Kota Bandung yang disebabkan
oleh kegiatan ekonomi (pasar, pedagang kaki lima, pusat perbelanjaan, dan lain-
lain), ruas jalan yang sempit, dan persimpangan (Masterplan Transportasi Kota
Bandung, 2009). Titik-titik kemacetan tersebut akan bertambah pada waktu
puncak dan pada hari libur. Kemacetan juga terjadi di wilayah sekitar Kota
Bandung, terutama di wilayah yang berbatasan langsung dengan Kota Bandung.
Prediksi Permintaan Perjalanan dan Kinerja Jaringan Jalan
Berdasarkan studi Penyusunan Rencana Induk Angkutan Umum di PKN Bandung
(Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat, 2012), total produksi perjalanan di
Metropolitan Bandung Raya pada tahun 2012 mencapai 1,53 juta smp per hari
(keterangan: smp = satuan mobil penumpang). Dengan asumsi okupansi setiap
kendaraan adalah 2,34 orang per kendaraan, diperkirakan total pergerakan
penumpang di Metropolitan Bandung pada tahun adalah 2012 sebesar 3,57 juta
orang/hari.
Diperkirakan dalam waktu 20 tahun ke depan (tahun 2032), akan terdapat 2,46
juta smp/hari kendaraan yang akan beroperasi atau sebanyak 5,75 juta orang/hari
yang akan melakukan perjalanan di Metropolitan Bandung Raya. Dengan kata lain,
tingkat perjalanan dalam kurun waktu 20 tahun ke depan akan meningkat 1,61 kali
lipat dibandingkan dengan kondisi tahun 2012.
7
Sementara itu, rata-rata jarak perjalanan di Metropolitan Bandung Raya adalah
13,85 km. Pada tahun 2012, kecepatan perjalanan rata-rata di Metropolitan
Bandung Raya mencapai 12,5 km/jam (waktu perjalanan rata-rata sekitar 1,1
jam/trip). Berdasarkan prediksi tahun 2032, kecepatan perjalanan rata-rata akan
turun hingga sekitar 4,5 km/jam (waktu perjalanan rata-rata 3,2 jam/trip).
Kondisi Infrastruktur Transportasi
Metropolitan Bandung Raya memiliki infrastruktur transportasi yang lengkap yaitu
transportasi darat dan transportasi udara. Metropolitan Bandung Raya dilalui oleh
jalan arteri primer, rel kereta api, dan beberapa ruas jalan tol. Selain itu, terdapat
pula terminal tipe A yaitu Terminal Cicaheum dan Terminal Leuwipanjang di Kota
Bandung. Untuk transportasi udara, terdapat Bandara Husein Sastranegara.
GAMBAR 5 INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI METROPOLITAN BANDUNG RAYA 2010
Sumber: Analisis Tim WJP-MDM, 2011, Data: SP 2010, GIS Bappeda Jabar 2010
Walaupun demikian, kapasitas jaringan jalan di Metropolitan Bandung Raya saat
ini sudah hampir mencapai titik jenuh, ditandai dengan nilai perbandingan volume
dan kapasitas yang hampir mendekati 1. Hal inilah yang mengakibatkan kemacetan
di beberapa ruas di waktu puncak. Jika hal ini dibiarkan, maka transportasi
Metropolitan Bandung Raya akan lumpuh dalam waktu yang singkat.
8
Kondisi tersebut juga dialami oleh simpul-simpul transportasi seperti terminal.
Volume pergerakan di terminal dan bandara juga sudah melebihi kapasitasnya
sehingga sering terjadi penumpahan kendaraan ke jalan di sekitarnya yang
mengakibatkan kemacetan.
Saat ini Metropolitan Bandung Raya masih mengandalkan transportasi publik
utama berupa minibus (dikenal dengan angkutan kota atau angkot) yang
mempunyai kapasitas kecil dan bus dengan jumlah moda dan jalur yang terbatas.
Sementara itu, angkutan umum berbasis rel hanya melayani pergerakan dengan
jalur barat-timur dan tidak berperan secara signifikan dalam melayani kebutuhan
pergerakan masyarakat. Terlebih lagi, kualitas angkutan umum yang terus
menurun mengakibatkan banyaknya masyarakat yang beralih ke kendaraan
pribadi. Sementara itu, jumlah dan kualitas jalan eksisting tidak memadai untuk
menampuny besarnya peningkatan jumlah kendaraan pribadi pada beberapa
tahun terakhir. Akibatnya, terjadi kemacetan lalu lintas, terutama di waktu puncak.
Oleh karena itu, dibutuhkan sistem transportasi publik yang dapat melayani
pergerakan penduduk di Metropolitan Bandung Raya.
PERUMAHAN
Kondisi Perumahan
Kondisi perumahan di Metropolitan Bandung Raya dapat digambarkan melalui luas
lantai tempat tinggal yang ditempati oleh rumah tangga. Hasil Sensus Penduduk
2010 menunjukkan bahwa masih banyak rumah tangga di wilayah perkotaan
dengan luas lantai tempat tinggal di bawah standard kelayakan.
Kriteria wilayah perkotaan ini merupakan klasifikasi yang digunakan oleh BPS RI
berdasarkan skor yang dihitung dari kepadatan penduduk, presentase rumah
tangga yang bekerja di bidang pertanian, dan tersedianya fasilitas kota seperti
sekolah, pasar, rumah sakit, jalan aspal, dan listrik. Berikut merupakan jumlah
rumah tangga yang tersebar di wilayah perkotaan di Kota Bandung, Kota Cimahi,
Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Sumedang.
9
TABEL 1
JUMLAH RUMAH TANGGA DI WILAYAH PERKOTAAN BANDUNG RAYA TAHUN 2010
Kabupaten/ Kota Jumlah Rumah Tangga di Wilayah Perkotaan
Kota Bandung 684.812
Kota Cimahi 135.884
Kabupaten Bandung 242.010
Kabupaten Bandung Barat 639.366
Kabupaten Sumedang 145.555
Sumber: Sensus Penduduk, 2010; Analisis WJPMDM, 2013
Kondisi perumahan dapat digambarkan melalui luas lantai tempat tinggal yang
ditempati rumah tangga. Luas lantai adalah jumlah luas lantai dari setiap bagian
bangunan (sebatas atap) yang dihuni dan digunakan untuk keperluan sehari-hari,
termasuk teras, garasi, tempat mencuci, WC, dan gudang. Luas lantai tempat
tinggal rumah tangga tidak termasuk ruangan khusus untuk usaha.
Berikut jumlah rumah tangga berdasarkan luas tempat tinggal di Wilayah
Perkotaan Bandung Raya tahun 2010.
TABEL 2
JUMLAH RUMAH TANGGA BERDASARKAN LUAS TEMPAT TINGGAL
DI WILAYAH PERKOTAAN BANDUNG RAYA TAHUN 2010
Kab/Kota Luas Tempat Tinggal (m2)
<20 20-29 30-39 40-49 50-99 100-199 200-299 300+ Jumlah
Kota Bandung 175.703 83.419 48.277 52.690 152.833 88.576 23.476 14.392 639.366
Kota Cimahi 38.617 16.273 10.590 13.772 42.408 19.157 3.418 1.320 145.555
Bandung 77.167 110.877 104.344 94.568 218.152 67.212 9.324 3.168 684.812
Bandung Barat 18.757 35.340 41.131 37.600 80.651 23.518 3.501 1.512 242.010
Sumedang 24.114 17.342 22.426 19.083 38.907 11.754 1.642 616 135.884
Jumlah 334.358 263.251 226.768 217.713 532.951 210.217 41.361 21.008 1.847.627
Sumber: Sensus Penduduk, 2010; Analisis WJPMDM, 2013
Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa sebagian besar rumah tangga di Jawa
Barat menempati rumah dengan luas lantai di bawah 100 m2. Selain itu, masih
terdapat pula 597.609 rumah tangga atau sekitar 32 % yang menempati luas lantai
di bawah 30 m2.
10
Untuk mengetahui tingkat kelayakan luas rumah, digunakan dasar perhitungan
berupa standard minimum luas tempat tinggal sebesar 9 m2 untuk setiap orang
berdasarkan Undang-Undang nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman. Hal tersebut dapat diketahui melalui jumlah rumah tangga
berdasarkan luas tempat tinggal per kapita pada tabel berikut
TABEL 3
JUMLAH RUMAH TANGGA BERDASARKAN LUAS TEMPAT TINGGAL PER KAPITA DI
WILAYAH PERKOTAAN BANDUNG RAYA TAHUN 2010
Kab/Kota Luas Lantai Tempat Tinggal per Kapita (m2)
< 2 2-3 4-5 6-7 8-9 10-12 13+ Jumlah
Kota Bandung 3.957 59.803 76.569 70.428 61.902 81.462 285.245 639.366
Kota Cimahi 1.470 13.015 15.591 16.393 13.480 18.608 66.998 145.555
Bandung 1.956 30.577 65.605 83.356 77.211 110.671 315.436 684.812
Bandung Barat 44 7.928 20.374 27.420 26.604 41.620 118.020 242.010
Sumedang 141 4.275 10.040 14.322 18.171 25.219 63.716 135.884
Jumlah 720.632 1.126.995 1.847.627
Sumber: Sensus Penduduk, 2010; Analisis WJPMDM, 2013
Terlihat bahwa terdapat 720.632 rumah tangga atau 39% dari jumlah rumah
tangga di Wilayah Perkotaan Metropolitan Bandung Raya yang setiap anggota
rumah tangganya menempati luas tempat tinggal perkapita di bawah standard
minimum, yaitu di bawah 9 m2.
Kebutuhan Perumahan
Perhitungan kebutuhan perumahan di Metropolitan Bandung Raya dilakukan
dengan mempertimbangkan asumsi-asumsi dasar, antara lain:
Jumlah rumah tangga
Jumlah penduduk
Jumlah rata-rata anggota keluarga, yaitu 4 orang
Jumlah rumah yang sudah tersedia
Berdasarkan hal tersebut, formula yang digunakan adalah:
Jumlah rumah yang dibutuhkan =
(Jumlah penduduk/4) – Jumlah rumah yang sudah tersedia
11
Pada tahun 2010, jumlah rumah tangga di Metropolitan Bandung Raya mencapai
1.453.317 rumah tangga, dengan rincian pada tabel sebagai berikut.
TABEL 4
JUMLAH RUMAH TANGGA DI METROPOLITAN BANDUNG RAYA TAHUN 2010
Kabupaten/Kota Jumlah Rumah Tangga
Kota Bandung 598.408
Kota Cimahi 135.285
Kabupaten Bandung 492.414
Kabupaten Bandung Barat 200.217
Kabupaten Sumedang 26.994
JUMLAH 1.453.317
Sumber: Hasil Analisis WJPMDM, 2012
Sementara itu, jumlah rumah yang tersedia di Metropolitan Bandung Raya dihitung
berdasarkan persentase jumlah rumah di Jawa Barat. Jumlah rumah di Jawa Barat
yaitu sebesar 75,67% dari jumlah rumah tangga di di Jawa Barat sehingga
didapatkan angka sebesar 8.133.251 rumah. Selanjutnya jumlah rumah di masing-
masing kota dan kabupaten dihitung berdasarkan persentase jumlah penduduk,
sehingga jumlah rumah di Metropolitan Bandung Raya yaitu 1.099.725 rumah
dengan rincian sebagai berikut.
TABEL 5
JUMLAH RUMAH YANG TERSEDIA DI METROPOLITAN BANDUNG RAYA TAHUN 2010
Kabupaten/Kota Jumlah Rumah di
Jawa Barat Persentase
Jumlah Rumah
yang Tersedia
Kota Bandung
8.133.251
5,57 452.816
Kota Cimahi 1,26 102.370
Kab. Bandung 4,58 372.609
Kab.Bandung Barat 1,86 151.504
Kab. Sumedang 0,25 20.426
JUMLAH 1.099.725
Sumber: Hasil Analisis WJPMDM, 2012
Berdasarkan hal tersebut, dengan membandingkan jumlah kebutuhan rumah
dengan jumlah rumah yang tersedia, maka terdapat backlog perumahan sebesar
353.593 rumah dengan rincian sebagai berikut.
12
TABEL 6
BACKLOG PERUMAHAN DI METROPOLITAN BANDUNG RAYA TAHUN 2010
Kabupaten/Kota
Jumlah
Kebutuhan
Rumah
Jumlah Rumah
yang Tersedia Backlog
Kota Bandung 598.408 452.816 145.592
Kota Cimahi 133.285 102.370 32.915
Kabupaten Bandung 492.414 372.609 119.805
Kabupaten Bandung Barat 200.217 151.504 48.713
Kabupaten Sumedang 26.994 20.426 6.568
JUMLAH 353.593
Sumber: Hasil Analisis WJPMDM, 2012
Dengan jumlah backlog tersebut, maka terdapat kebutuhan lahan untuk menutupi
backlog perumahan tersebut. Diasumsikan bahwa satu orang membutuhkan
minimum 9 m2, maka satu rumah membutuhkan lahan sebesar 36 m2. Dengan
demikian, di Metropolitan Bandung Raya dibutuhkan lahan sebesar 1.272,93 Ha
untuk menutupi backlog perumahan.
Perhitungan juga dilakukan dengan menggunakan prediksi jumlah rumah tangga
tahun 2025 untuk mengetahui kebutuhan perumahan tahun 2025.
TABEL 7
PREDIKSI JUMLAH RUMAH TANGGA DI METROPOLITAN BANDUNG RAYA TAHUN 2025
Kabupaten/Kota Prediksi Jumlah Rumah Tangga
Kota Bandung 1.089.645
Kota Cimahi 246.341
Kabupaten Bandung 1.160.325
Kabupaten Bandung Barat 569.296
Kabupaten Sumedang 134.393
JUMLAH 3.200.000
Sumber: Hasil Analisis WJPMDM, 2012
Dengan asumsi ketersediaan perumahan tidak bertambah hingga tahun 2025
(skenario do nothing), maka didapatkan backlog jumlah perumahan pada tahun
2025.
13
TABEL 8
BACKLOG PERUMAHAN DI METROPOLITAN BANDUNG RAYA TAHUN 2025
Kabupaten/Kota
Jumlah
Kebutuhan
Rumah tahun
2025
Jumlah Rumah
yang Tersedia
tahun 2010
Backlog
Kota Bandung 1.089.645 452.816 636.829
Kota Cimahi 246.341 102.370 143.971
Kabupaten Bandung 1.160.325 372.609 787.716
Kabupaten Bandung
Barat 569.296
151.504
417.792
Kabupaten Sumedang 134.393 20.426 113.967
JUMLAH 2.100.275
Sumber: Hasil Analisis WJPMDM, 2013
Berdasarkan perhitungan tersebut, backlog perumahan pada tahun 2025 adalah
sebesar 2.100.275 rumah. Dengan asumsi bahwa satu orang membutuhkan
minimum 9 m2, maka satu rumah membutuhkan lahan sebesar 36 m2, maka
didapatkan kebutuhan lahan perumahan sebesar 7.560,99 Ha.
Seiring dengan perkembangan jumlah penduduk, jumlah backlog perumahan akan
terus bertambah pula. Sementara itu, lahan untuk pengembangan perumahan
semakin terbatas. Dengan demikian, perumahan baru harus dikembangkan secara
vertikal untuk meminimalisasi penggunaan lahan. Selain itu, dapat dilakukan pula
redevelopment pada beberapa kawasan perumahan yang tidak tertata dengan
baik, misalnya permukiman kumuh dan padat. Dengan penataan kembali menjadi
perumahan vertikal, maka akan tersedia lahan untuk perumahan yang lebih
banyak sehingga dapat mengatasi backlog perumahan.
PENYEDIAAN AIR BERSIH
Kebutuhan Air Bersih
Perhitungan kebutuhan air bersih di Metropolitan Bandung Raya didasarkan pada
standar kebutuhan minimum air bersih di Wilayah Metropolitan. Terdapat tiga
standar yang digunakan, antara lain:
14
1. Berdasarkan kesepakatan Konferensi Air PBB di Mal del Plata Argentina
tahun 1977, kebutuhan dasar air bersih disarankan bagi setiap orang
adalah sebanyak 50 liter/hari
2. Berdasarkan Permendagri no. 23 tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan
Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Air Minum,
kebutuhan dasar air bersih disarankan bagi setiap orang adalah sebanyak
60 liter/hari
3. Berdasarkan standar kebutuhan air bersih menurut Ditjen Cipta Karya
Kementerian Pekerjaan Umum, kebutuhan dasar air bersih disarankan bagi
setiap orang adalah sebanyak 160 liter/hari
Dengan memperhatikan jumlah penduduk di Metropolitan Bandung Raya pada
tahun 2010, maka kebutuhan air bersih adalah sebagai berikut.
TABEL 9
KEBUTUHAN AIR BERSIH METROPOLITAN BANDUNG RAYA TAHUN 2010
Kabupaten/Kota
Kebutuhan Air Bersih (l/hari)
Konferensi Air
PBB
Permendagri
23/2006 PU Cipta Karya
Kota Bandung 119.681.650 143.617.980 382.981.280
Kota Cimahi 27.056.950 32.468.340 86.582.240
Kab. Bandung 98.482.700 118.179.240 315.144.640
Kab. Bandung
Barat
40.043.400 48.052.080 128.138.880
Kab. Sumedang 5.398.750 6.478.500 17.276.000
JUMLAH 290.663.450 348.796.140 930.123.040
Sumber: Hasil Analisis WJPMDM, 2012
Perhitungan kebutuhan air bersih juga dilakukan untuk memprediksi kebutuhan air
bersih pada tahun 2015, 2020, dan 2025, baik kebutuhan air bersih untuk kegiatan
domestik maupun non-domestik. Untuk perhitungan selanjutnya, kebutuhan air
bersih dilakukan dengan menggunakan standar menurut Ditjen Cipta Karya
Kementerian Pekerjaan Umum, yaitu sebanyak 160 liter/hari.
Prediksi kebutuhan air bersih domestik pada tahun 2010, 2015, 2020, dan 2025
dapat dilihat pada Tabel 10.
15
TABEL 10
KEBUTUHAN AIR BERSIH DOMESTIK DI WILAYAH METROPOLITAN BANDUNG RAYA
BERDASARKAN DPU CIPTA KARYA (160 LITER/ ORANG/ HARI)
Kabupaten/
Kota
Kebutuhan Air Bersih Domestik Berdasarkan DPU Cipta Karya
(liter/ orang/ hari)
2010 2015 2020 2025
Kota Cimahi 86.582.240 138.617.858 145.950.909 157.658.070
Kota Bandung 382.981.280 613.151.664 645.588.124 697.372.687
Kab. Bandung 315.144.640 546.532.793 667.894.267 742.608.057
Kab. Bandung
Barat 128.138.880 250.084.352 284.941.936 364.349.481
Kab. Sumedang 17.276.000 35.613.333 79.624.764 86.011.706
TOTAL 930.123.040 1.584.000.00
0
1.824.000.00
0
2.048.000.00
0
Sumber: Hasil Analisis WJPMDM, 2012
Untuk kebutuhan air bersih non domestik, perhitungan dilakukan berdasarkan
asumsi kebutuhan air untuk kegiatan non domestik adalah sebesar 20 persen dari
ebutuhan air domestik. Perhitungan kebutuhan air non domestik di Metropolitan
Bandung Raya dapat dilihat pada Tabel 11.
TABEL 11
KEBUTUHAN AIR BERSIH NON DOMESTIK DI WILAYAH METROPOLITAN BANDUNG RAYA
Kabupaten/ Kota
Kebutuhan Air Bersih Non Domestik Proxy 20 Persen
(liter/ orang/ hari)
2010 2015 2020 2025
Kota Cimahi 17.316.448 27.723.572 29.190.182 31.531.614
Kota Bandung 76.596.256 122.630.333 129.117.625 139.474.537
Kab. Bandung 63.028.928 109.306.559 133.578.853 148.521.611
Kab. Bandung Barat 25.627.776 50.016.870 56.988.387 72.869.896
Kab. Sumedang 3.455.200 7.122.667 15.924.953 17.202.341
TOTAL 186.024.608 316.800.000 364.800.000 409.600.000
Sumber: Hasil Analisis WJPMDM, 2012
Dengan demikian, dapat diketahui perhitungan kebutuhan air bersih di
Metropolitan Bandung Raya, seperti yang dapat dilihat pada Tabel berikut:
16
TABEL 12
TOTAL KEBUTUHAN AIR BERSIH DOMESTIK DAN NON DOMESTIK
DI WILAYAH METROPOLITAN BANDUNG RAYA
Kabupaten/ Kota
Total kebutuhan air bersih domestik dan non domestik
Proxy 20 Persen (liter/ orang/ hari)
2010 2015 2020 2025
Kota Cimahi 103.898.688 166.341.429 175.141.091 189.189.684
Kota Bandung 459.577.536 735.781.996 774.705.749 836.847.225
Kab. Bandung 378.173.568 655.839.352 801.473.120 891.129.668
Kab. Bandung Barat 153.766.656 300.101.223 341.930.324 437.219.377
Kab. Sumedang 20.731.200 42.736.000 95.549.717 103.214.047
TOTAL 1.116.147.648 1.900.800.000 2.188.800.000 2.457.600.000
Sumber: Hasil Analisis WJPMDM, 2012
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa kebutuhan air
bersih di Metropolitan Bandung Raya tergolong sangat besar sehingga perlu
berbagai inovasi dalam mengembangkan ketersediaan sumber daya air serta
dalam pelayanan pendistribusian air untuk melayani kebutuhan penduduk.
Kondisi Eksisting Sistem Penyediaan Air Bersih
Sistem penyediaan air bersih yang ada saat ini belum mampu memenuhi seluruh
kebutuhan air bersih masyarakat di Metropolitan Bandung Raya. Masalah utama
yang dihadapi antara lain:
1. Keterbatasan pasokan air baku, yang disebabkan oleh:
Tingginya ketergantungan pada sumber air baku yang berasal dari air
permukaan (sungai, danau, waduk)
Fluktuasi debit air permukaan (khususnya sungai) menyebabkan
kapasitas produksi berfluktuasi dan saat ini lebih banyak beroperasi
dibawah kapasitas desain
Tingginya pencemaran sumber air
Besarnya biaya investasi yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas
air (dari sumber air yang tercemar)
Debit mata air cenderung menurun, akibat adanya perubahan fungsi
lahan
17
2. Sistem penyediaan air bersih yang belum terpadu
3. Tingkat kebocoran yang tinggi
4. Keterbatasan kapasitas dan kompetensi SDM penyedia layanan air bersih
Berdasarkan data tahun 2009, cakupan pelayanan air bersih di Metropolitan
Bandung Raya adalah sebagai berikut.
TABEL 13
CAKUPAN PELAYANAN AIR BERSIH METROPOLITAN BANDUNG RAYA
Kab/Kota Penyedia
Layanan
Kapasitas Produksi*)
(liter/detik) Jumlah
Sambungan*)
Persentase
Layanan*) Terpasang Terpakai
Kota Bandung PDAM
Tirtawening 2.953 2.707 144.114 64,10 %
Kab. Bandung
PDAM Tirta
Raharja
394 321 30.130
Kab. Bandung
Barat 160 109 8.508 12,54 %
Kota Cimahi 208 154 14.408
Kab.
Sumedang
(Jatinangor,
Cimanggu,
Cikeruh,
Tanjungsari)
PDAM Tirta
Medal 97 83 5.739 11,53 %
Total 3.812 3.374 202.899
*) data tahun 2009
Sumber: materi workshop I SPAM Bandung Raya, Dirjen Ciptakarya, Kementerian PU, 2010
Idle Capacity : 438 liter/detik
Potensi Air Baku
Sumber air baku berasal dari sungai dan waduk di sekitar Metropolitan Bandung
Raya.
18
TABEL 14
SUMBER AIR BAKU DI METROPOLITAN BANDUNG RAYA
Sungai/Waduk Debit andalan untuk air bersih (l/s)
Sungai Citarik/ Waduk Citarik 100
Sungai Cimahi/ Waduk Sukawana 791
Sungai Cikapundung/ Waduk
Cikapundung-Cicukang
323
Sungai Ciwidey 1.148
Sungai Cimeta 594
Sungai Cisangkuy/ Situ Cipanunjang dan
Situ Cileunca
1600 (untuk PDAM Kota Bandung)
500 (untuk PDAM Kab. Bandung)
Sungai Cisangkuy-Cikalong 2380
Sungai Cisangkuy-Kamasan 440
Sungai Citarum 821 (Tentakel Selatan)
562 (Tentakel Utara)
Waduk Santosa 2300
Sumber: Laporan Akhir Penyusunan Rencana Induk
Sistem Penyediaan Air Minum Regional Metropolitan Bandung
Potensi Air Tanah
Air tanah merupakan sumber daya alam yang ketersediaannya baik kuantitas
(jumlah) maupun kualitas (mutu) air tanahnya sangat tergantung pada kondisi
lingkungan dimana proses pengimbuhan pengaliran, dan pelepasan air tanah
tersebut berlangsung pada suatu wadah yang disebut cekungan air tanah
(groundwater basin).
Di Wilayah Metropolitan Bandung, terdapat 7 cekungan air tanah sebagai berikut :
1. Cekungan Air Tanah (CAT) yang berada dalam wilayah kabupaten :
a. CAT Lembang: Kabupaten Bandung
b. CAT Sumedang: Kabupaten Sumedang
2. CAT terlampar lintas batas kabupaten/kota, yaitu :
a. CAT Ciater: Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang dan Kabupaten
Sukabumi
b. CAT Bandung-Soreang: Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kota
Cimahi, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut
c. CAT Cibuni: Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bandung
19
d. CAT Banjarsari: Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut
e. CAT Malangbong: Kabupaten Garut, Kabupaten Majalengka dan
Kabupaten Sumedang
TABEL 15
CEKUNGAN AIR TANAH DI METROPOLITAN BANDUNG RAYA
CEKUNGAN AIR TANAH (CAT)
Kabupaten/Kota
Jumlah Air Tanah (juta
m3/thn)
No. Nama Luas
(km2)
Bebas
(Q1)
Tertekan
(Q2)
1. Ciater 566 Kab. Purwakarta
Kab. Subang
Kab. Bandung
413 30
2. Lembang 169 Kab. Bandung 164 16
3. Bandung -
Soreang
1.716 Kota Bandung
Kab. Bandung
Kota Cimahi
Kab. Sumedang
Kab. Garut
795 117
4. Cibuni 621 Kab. Cianjur
Kab. Bandung
595 28
5. Banjarsari 605 Kab. Bandung
Kab. Garut
550 30
6. Malangbong 514 Kab. Garut
Kab. Majalengka
Kab. Sumedang
415 30
7. Sumedang 483 Kab. Sumedang 519 28
Sumber: Laporan Akhir Penyusunan Rencana Induk
Sistem Penyediaan Air Minum Regional Metropolitan Bandung
Akibat keidakseimbangan antara recharge dan discharge, terjadi penurunan muka
air tanah. Selain itu, penurunan muka air tanah disebabkan oeh eksploitasi air
tanah yang tidak terkendali. Berdasarkan data yang diperoleh dari Litbang ESDM &
Distamben Provinsi Jawa Barat, terjadi di beberapa daerah seperti yang terlihat
pada kedua tabel di bawah ini.
20
TABEL 16
PENURUNAN MUKA AIR TANAH DI METROPOLITAN BANDUNG RAYA
No. Daerah Kondisi Awal
Kondisi MAT (m) Tahun MAT (m)
1. Batujajar 1910 + 25 -8 s/d -58 (thn
2004)
2. Cimahi Selatan
Margaasih
1904 + 19,5 -18 s/d -86 (thn
2004)
3. Margahayu
Katapang
Soreang
1953 + 4,84 -1 s/d -29 (thn
2004)
4. Bandung Kulon
Andir
1953 + 13,4 -38 s/d -57 (thn
2004)
5. Dayeuhkolot 1919 + 3,0 -20 s/d -80 (thn
2004)
6. Batununggal
Kiaracondong
1919 + 17,5 -39 s/d -47 (thn
2004)
7. Kantor PJKA (viaduct) 1977 + 4,0 -65,14 (thn 2006)
8. Stasiun 1991 + 11 -55,50 (thn 2006)
Sumber : Litbang ESDM & Distamben Provinsi Jawa Barat
TABEL 17
TOTAL DAN RATA-RATA PENURUNAN MUKA AIR TANAH
DI METROPOLITAN BANDUNG RAYA
No. Daerah Total Penurunan (cm) Rata-rata Penurunan
Per Tahun (cm)
1. Cimahi - Leuwigajah 84,5 21,1
2. Bojongsoang 83,9 20,9
3. Kopo 18,9 4,7
4. Banjaran 63,9 15,9
5. Dayeuhkolot 20,8 5,2
6. Gedebage 24,3 6,1
7. Ujung Berung 20,6 5,2
8. Majalaya 8,4 2,1
9. Rancaekek 11,8 2,9
10. Cicalengka 44,5 11,1
Sumber : Land Subsidence (1996 – 2000), Source : Abidin (2000)
21
FASILITAS PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
Prediksi Volume Sampah
Berdasarkan standard Kementerian Negara Lingkungan Hidup, setiap orang rata-
rata menghasilkan 0,8 kg sampah domestik per hari. Dengan demikian, dapat
dihitung jumlah sampah per hari yang dihasilkan di Metropolitan Bandung Raya.
TABEL 18
PREDIKSI VOLUME SAMPAH PER HARI DI METROPOLITAN BANDUNG RAYA
BERDASARKAN STANDAR 0,8 KG/HARI
Kabupaten Kota Volume Sampah per Hari (kg)
2010 2015 2020 2025
Kota Cimahi 1352,85 2165,90 2280,48 2463,41
Kota Bandung 5984,08 9580,49 10087,31 10896,45
Kabupaten Bandung
4.924,14
8.539,57
10.435,85
11.603,25
Kabupaten Bandung
Barat 2002,17 3907,57 4452,22 5692,96
Kabupaten Sumedang
269,94
556,46
1.244,14
1.343,93
Jumlah 14533,18 24750,00 28500,00 32000,00
Sumber: Hasil Analisis WJPMDM, 2013
Perhitungan volume sampah juga dilakukan dengan menggunakan standar lain
yaitu 2,5 L sampah perhari untuk setiap orangnya.
TABEL 19
PREDIKSI VOLUME SAMPAH PER HARI DI METROPOLITAN BANDUNG RAYA
BERDASARKAN STANDAR 2,5 L/HARI
Kabupaten/Kota Volume Sampah per Hari (L)
2010 2015 2020 2025
Kota Cimahi 1352850 2165900 2280480 2463410
Kota Bandung 5984083 9580495 10087314 10896448
Kabupaten Bandung 4924135 8539575 10435848 11603251
Kabupaten Bandung Barat 2002170 3907568 4452218 5692961
Kabupaten Sumedang 269938 556458 1244137 1343933
14533175 24749996 28499997 32000003
Sumber: Hasil Analisis WJPMDM, 2013
22
Dengan tingginya volume sampah tersebut, dibutuhkan penanganan masalah
sampah baik secara lokal maupun regional. Penanganan sampah secara lokal yaitu
dengan membangun TPS di setiap lingkungan perumahan, sedangkan TPA
direncanakan dibangun di Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung. Selain itu,
diperlukan pula upaya edukasi masyarakat untuk mengurangi produksi sampah
dari sumbernya.
Kebutuhan Tempat Pembuangan Sementara (TPS)
Berdasarkan prediksi volume sampah tersebut, dapat diketahui jumlah fasilitas
penampungan sampah sementara yang dibutuhkan. Dengan standar kapasitas TPS
sebesar 1.000 m3, maka diketahui jumlah TPS yang dibutuhkan sampai tahun 2025.
TABEL 20
PREDIKSI JUMLAH KEBUTUHAN TPS DI METROPOLITAN BANDUNG RAYA
Kabupaten/Kota 2010 2015 2020 2025
Kota Cimahi 1,35 2,17 2,28 2,46
Kota Bandung 5,98 9,58 10,09 10,90
Kabupaten Bandung 4,92 8,54 10,44 11,60
Kabupaten Bandung Barat 2,00 3,91 4,45 5,69
Kabupaten Sumedang 0,27 0,56 1,24 1,34
Jumlah 14,53 24,75 28,50 32,00
Jumlah (pembulatan) 15 25 28 32
Sumber: Hasil Analisis WJPMDM, 2013
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa Metropolitan Bandung Raya
membutuhkan 32 TPS dengan masing-masing TPS berkapasitas 1.000 m3 pada
tahun 2025 untuk menampung produksi sampah.
Ketersediaan Fasilitas Pengolahan Sampah
TPA Regional yang beroperasi di Metropolitan Bandung Raya saat ini adalah TPA
Sarimukti di Kabupaten Bandung Barat. Selain itu, terdapat pula TPA lainnya tetapi
masih menggunakan sistem pengolahan Open Dumping. Sementara itu, TPA
Leuwigajah di Kota Cimahi sudah dinyatakan tidak aktif dan memerlukan
revitalisasi.
23
Kondisi TPA ini tidak cukup untuk menampung seluruh sampah di Metropolitan
Bandung Raya. Dengan demikian, dibutuhkan TPA regional untuk menampung
sampah dalam jangka panjang.
GAMBAR 6 FASILITAS PENGELOLAAN SAMPAH DI METROPOLITAN BANDUNG RAYA
Sumber: Analisis Tim WJP-MDM, 2011, Data: SP 2010, GIS Bappeda Jabar 2010.
24
KEUNGGULAN WILAYAH
METROPOLITAN BANDUNG RAYA Metropolitan Bandung Raya memiliki keunggulan-keunggulan yang dapat
memaksimalkan potensi wilayah, baik keunggulan masing-masing kabupaten/kota
maupun keunggulan regional. Keunggulan tersebut diklasifikasikan menjadi
absolut advantage, comparative advantage, dan competitive advantage.
Absolut advantage atau keunggulan absolut adalah keunggulan yang dimiliki suatu
wilayah dari keberadaan sumber daya alam dan sejarah yang dimilikinya
dibandingkan dengan yang dimiliki wilayah lain. Metropolitan Bandung Raya
memiliki keunggulan absolut dari Kota Bandung yang merupakan Ibukota Provinsi
Jawa Barat. Keunggulan absolut lainnya yaitu dari segi geografis, peninggalan
sejarah, dan budaya.
Comparative advantage atau keunggulan komparatif yaitu keunggulan yang
dimiliki suatu wilayah karena memiliki sumber daya produksi yang lebih banyak/
unggul dibandingkan dengan yang dimiliki wilayah lain. Aksesibilitas menjadi salah
satu keunggulan komparatif Metropolitan Bandung Raya yang menyebabkan
wilayah ini menjadi mudah dijangkau dengan menggunakan berbagai moda
transportasi. Keunggulan komparatif lainnya yaitu ketersediaan fasilitas
perdagangan dan industri, serta tenaga kerja industri tekstil dan pengolahan
makanan.
Competitive advantage adalah keunggulan yang dimiliki suatu wilayah karena
sudah berpengalaman atau karena penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi
sehingga menciptakan keunggulan dalam persaingan antar wilayah. Metropolitan
Bandung Raya memiliki keunggulan kompetitif dalam hal sumber daya manusia
dan komunitas yang kreatif dan inovatif. Selain itu, wilayah ini juga merupakan
rumah bagi perguruan tinggi yang berkelas dunia dari berbagai bidang ilmu serta
fasilitas riset dan pengembangan.
25
TABEL 21
KEUNGGULAN METROPOLITAN BANDUNG RAYA
Keunggulan Absolut Keunggulan Komparatif Keunggulan Kompetitif
• Secara geografis
berbentuk cekungan
sehingga dikelilingi
pegunungan
• Terdapat berbagai
objek wisata alam
• Mempunyai
peninggalan sejarah
berupa bangunan
bersejarah dan
warisan budaya
• Aksesibilitas
• Jalur transportasi
darat melalui Jalan Tol
Cipularang, Nagreg,
Jalan Raya Lembang,
dll.
• Simpul transportasi:
Terminal, Bandara
Husein Sastranegara,
Stasiun Bandung
• Infrastruktur
perdagangan
• Infrastruktur industri
• Tenaga kerja industri
(tekstil dan makanan)
• Komunitas yang kreatif
• Sumber daya manusia
yang inovatif
• Perguruan tinggi
berkelas dunia
• Fasilitas riset dan
pengembangan
Sumber: Hasil Analisis WJPMDM, 2012
26
KONSEP AWAL PENGEMBANGAN
METROPOLITAN BANDUNG RAYA Dengan merespon berbagai isu dan permasalahan serta mengoptimalkan
keunggulan-keunggulan di Metropolitan Bandung Raya, maka disusunlah konsep
pengembangan Metropolitan Bandung Raya sebagai penghela percepatan
pembangunan di Jawa Barat. Berdasarkan keunggulan yang paling potensial,
konsep pengembangan yang diusung yaitu “Metropolitan Bandung Raya sebagai
metropolitan modern dengan sektor unggulan wisata perkotaan, industri kreatif,
serta pengembangan IPTEKS (Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni)”.
PENGEMBANGAN METROPOLITAN BANDUNG RAYA SEBAGAI
METROPOLITAN MODERN
Sebagai metropolitan modern, di Metropolitan Bandung Raya akan dikembangkan
berbagai infrastruktur modern yang memadai dan dapat mengakomodasi kegiatan
perekonomian serta aktivitas penduduk. Infrastruktur modern yang akan
dikembangkan antara lain:
Perumahan vertikal skala besar
Dengan tingginya pertumbuhan Metropolitan Bandung Raya, pengembangan
perumahan horizontal tidak memungkinkan lagi sehingga perumahan
diutamakan untuk dikembangkan secara vertikal, terutama di pusat-pusat
kegiatan di wilayah urban.
Sistem angkutan umum massal
Tingginya pergerakan penduduk di Metropolitan Bandung Raya membutuhkan
transportasi publik yang dapat diandalkan. Oleh karena itu, dibutuhkan
angkutan umum massal yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan.
Peningkatan kualitas pelayanan infrastruktur publik
Kualitas pelayanan infrastruktur publik akan ditingkatkan seiring dengan
pertumbuhan Metropolitan Bandung Raya sesuai dengan standard
metropolitan, meliputi penyediaan air bersih, pengelolaan persampahan,
jaringan drainase, air kotor, telekomunikasi, energi, dll.
27
Ruang terbuka publik multifungsi
Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan membebaskan lahan-lahan masing-masing
seluas 5 Ha yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan, antara lain untuk
kegiatan sektor informal, keagamaan, festival, dan komunitas. Ruang publik
multifungsi ini akan berlokasi di pusat-pusat kegiatan dan terintegrasi dengan
simpul transportasi publik.
Pelayanan fasilitas kegiatan sesuai standar metropolitan, meliputi:
- pendidikan
Kegiatan pendidikan di Wilayah Metropolitan Bandung Raya dilakukan
dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan menyiapkan
masyarakat untuk menghadapi pembangunan Metropolitan Bandung Raya.
Kegiatan pendidikan meliputi kegiatan pendidikan usia dini, usia remaja, dan
usia dewasa. Kegiatan pendidikan diarahkan untuk berlokasi secara merata
sesuai dengan hirarki skala pelayanan yang melayani pusat-pusat kegiatan
perumahan skala besar.
- pelayanan kesehatan
Kegiatan pelayanan kesehatan meliputi kegiatan-kegiatan yang dilakukan di
Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit, Puskesmas, dan Fasilitas Rehabilitasi.
Kegiatan pelayanan kesehatan diarahkan untuk berlokasi secara merata
sesuai dengan hirarki skala pelayanan yang melayani pusat-pusat kegiatan
perumahan skala besar.
- peribadatan
Kegiatan peribadatan meliputi kegiatan-kegiatan yang dilakukan di tempat
peribadatan di masjid, gereja, pura, wihara, dan sarana peribadatan lainnya
sesuai kebutuhan. Kegiatan peribadatan diarahkan untuk berlokasi secara
merata sesuai dengan hirarki skala pelayanan yang melayani pusat-pusat
kegiatan perumahan skala besar. Selain itu, terdapat pula fasilitas
peribadatan sebagai pusat kegiatan peribadatan seluruh penduduk
metropolitan, misalnya di Masjid Agung Kota Bandung.
- komersil dan ritel
Kegiatan komersil dan ritel skala besar, diarahkan untuk berlokasi di pusat-
pusat kegiatan metropolitan dengan harga lahan tinggi, berlokasi dekat
dengan kegiatan lain, seperti perkantoran, simpul transportasi dan kegiatan
28
jasa keuangan. Sementara itu, kegiatan komersil dan ritel skala menengah
dan skala kecil diarahkan untuk berlokasi mendekati pusat-pusat kegiatan
perumahan
- hotel dan restoran
Kegiatan hotel berlantai lebih dari 10 (sepuluh), diarahkan untuk berlokasi di
pusat-pusat kegiatan metropolitan dengan harga lahan tinggi, berlokasi
dekat dengan kegiatan lain seperti pusat perbelanjaan, perkantoran, simpul
transportasi dan kegiatan jasa keuangan. Sementara itu, kegiatan hotel
berlantai kurang dari 10 (sepuluh), diarahkan untuk berlokasi di kawasan
dengan daya tarik alam dengan penekanan pada unsur pariwisata. Kegiatan
restoran terwaralaba diarahkan untuk berlokasi di pusat perbelanjaan skala
besar dan pusat-pusat kegiatan metropolitan dengan harga lahan tinggi,
berlokasi dekat dengan kegiatan lain seperti perkantoran, lokasi seluas 5 Ha
pada simpul transportasi dan kegiatan jasa keuangan. Kegiatan restoran
yang disediakan oleh masyarakat diarahkan untuk berlokasi di pusat-pusat
kegiatan perumahan dengan penekanan lebih kepada fungsi pelayanan
sehari-hari.
- industri
Dalam rangka menjamin keberlangsungan dan kelancaran kegiatan industri
di Wilayah Metropolitan Bandung Raya, Pemerintah Provinsi Jawa Barat
akan mengarahkan perkembangan kegiatan industri yang ramah lingkungan,
berteknologi tinggi dan mampu membangkitkan kegiatan ekonomi wilayah,
mendorong pertumbuhan dan perkembangan industri mikro, kecil dan
menengah yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar,
mengembangkan kawasan industri yang terintegrasi, serta meningkatkan
ketersediaan infrastruktur pendukung kegiatan industri. Khusus industri
tekstil di Kabupaten Bandung akan dikendalikan dan diarahkan ke Kawasan
Industri Aerocity di Kabupaten Majalengka.
- perkantoran
Kegiatan perkantoran meliputi kegiatan di bidang jasa keuangan dan
perbankan, meliputi kegiatan di bidang perbankan, asuransi, keuangan non-
bank, dan pasar modal; jasa profesi, meliputi jasa pengacara, dokter, dan
psikologi, jasa pelayanan, meliputi kegiatan di bidang komunikasi, konsultan,
dan kontraktor.
29
- wisata dan rekreasi.
Kegiatan wisata dan rekreasi diarahkan untuk berkembang di wilayah yang
memiliki potensi khusus untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata dan
rekreasi, serta wilayah yang terjangkau dari perumahan skala besar,
sehingga dapat dijangkau masyarakat dengan mudah. Untuk mendukung
keberlangsungan kegiatan wisata dan rekreasi pemerintah daerah akan
mempertahankan objek wisata dan rekreasi yang sudah ada sebelumnya,
mengembangkan kegiatan pariwisata dan rekreasi berdasarkan dengan asas
konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya di Metropolitan
Bandung Raya, melengkapi objek wisata dan rekreasi dengan sarana dan
prasarana minimum untuk menunjang aktivitas di dalam objek tersebut,
serta menyediakan pusat informasi wisata dan rekreasi di tiap pintu masuk
Metropolitan Bandung Raya
- pelestarian lingkungan
Kegiatan pelestarian lingkungan dilakukan dalam upaya menjaga dan
meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang sehat, nyaman dan
berkelanjutan. Kegiatan pelestarian lingkungan meliputi kegiatan
pelestarianruang terbuka hijau, taman kota, kuburan, serta lingkungan
sepanjang sungai
- sektor informal
Kegiatan sektor informal diarahkan untuk dilakukan di lokasi seluas minimal
5 Ha di sekitar tiap simpul transportasi yang dimiliki dan dikelola oleh
pemerintah daerah
- kesenian dan kebudayaan
Kegiatan pengembangan seni dan budaya dilakukan dengan menyediakan
gedung, padepokan, sanggar, convention hall dan tempat sejenisnya untuk
menampung aktivitas seni dan budaya
- festival
Untuk mewujudkan keberlangsungan kegiatan festival, Pemerintah Provinsi
Jawa Barat akan mengatur perizinan dan ketentuan lokasi, membuka
kesempatan bagi pihak swasta dan masyarakat untuk mengorganisir
kegiatan festival, dan meningkatkan keamanan. Kegiatan festival diarahkan
30
di lokasi seluas minimal 5 Ha di sekitar tiap simpul transportasi yang dimiliki
dan dikelola oleh pemerintah daerah, sesuai dengan lokasi kegiatan sektor
informal.
- apresiasi sejarah, seni, dan budaya
Untuk mewujudkan keberlangsungan dan kelancaran aktivitas apresiasi
sejarah, seni dan budaya, pemerintah daerah akan menyediakan museum
dan galeri seni. Penyediaan Musem dan Galeri Seni dilakukan secara
terintegrasi dengan penyediaan gedung, sanggar dan padepokan di Wilayah
Metropolitan Bandung Raya
- penitipan anak balita dan pra usia sekolah
Untuk menjamin kelancaran aktivitas orang tua tunggal dan ibu bekerja di
Wilayah Metropolitan Bandung Raya, pemerintah daerah akan menyediakan
tempat-tempat penitipan anak balita dan usia pra sekolah. Tempat-tempat
penitipan anak balita dan usia pra sekolah diarahkan untuk berlokasi di
sekitar perumahan vertikal skala besar dan sekitar pusat aktivitas
perkantoran masyarakat.
- perawatan masyarakat lanjut usia
Untuk mewujudkan kesejahteraan masyakarakat lanjut usia, akan disediakan
fasilitas nursing home di Wilayah Metropolitan Bandung Raya.
- pengembangan literasi
Untuk mewujudkan keberlangsungan dan kelancaran aktivitas literasi, akan
disediakan perpustakaan serta ruang baca publik
- penyampaian aspirasi
Untuk mewujudkan keberlangsungan aktivitas menyampaikan aspirasi
publik, akan disediakan ruang-ruang penyampaian aspirasi publik. Ruang-
ruang penyampaian aspirasi publik diarahkan untuk berlokasi di tempat
tertentu yaitu di sekitar tiap simpul transportasi seluas 5 Ha.
- olahraga
Kegiatan olahraga professional fungsi tunggal, diarahkan untuk berlokasi
dalam pusat-pusat olahraga di pusat-pusat kegiatan metropolitan bernilai
lahan tinggi dengan akses transportasi masal yang memadai. Kegiatan
31
olahraga professional multi fungsi, diarahkan untuk berlokasi dalam pusat-
pusat olahraga di pusat-pusat suburban dengan akses transportasi masal
yang memadai. Kegiatan olahraga amatir, diarahkan untuk berlokasi di
pusat-pusat perumahan skala besar dengan penekanan pada fungsi
pelayanan olahraga sehari-hari. Kegiatan olahraga massal, diarahkan untuk
dapat diadakan di metropolitan dengan perencanaan dan izin khusus.
- pelestarian bangunan dan kawasan bersejarah
Untuk mempertahankan keberadaan bangunan dan kawasan cagar budaya,
maka akan diadakan kegiatan pelestarian bangunan dan kawasan cagar
budaya.
- perparkiran
Pusat kegiatan-kegiatan yang berpotensi menarik jumlah kendaraan
bermotor dalam jumlah besar dan rutin diwajibkan untuk menyediakan
sarana perparkiran mandiri yang memadai. Kegiatan pelayanan perparkiran
vertikal berskala besar diarahkan untuk berlokasi di pusat-pusat kegiatan
metropolitan bernilai lahan tinggi dekat dengan pusat-pusat perbelanjaan,
perkantoran, pusat kegiatan olahraga profesional, lokasi seluas 5 Ha pada
simpul transportasi dan pusat jasa keuangan. Kegiatan perparkiran di atas
bahu jalan di jalan-jalan sibuk pusat-pusat kegiatan metropolitan yang
dibatasi dengan pemberlakuan tarif parkir tinggi dan pembatasan waktu
parkir menggunakan meteran parkir.
- kegiatan komunitas
Kegiatan komunitas meliputi komunitas skateboard, komunitas bersepeda,
komunitas sepatu roda, kegiatan sosial, kelompok hobi, dan sejenisnya.
Kegiatan kelompok komunitas hobi yang membutuhkan ruang seperti
komunitas skateboard, sepatu roda, dll diarahkan di lokasi seluas minimal 5
Ha di sekitar tiap simpul transportasi yang dimiliki dan dikelola oleh
pemerintah daerah, sesuai dengan lokasi kegiatan sektor informal. Kegiatan
komunitas lainnya diarahkan sesuai kebutuhan dengan memperhatikan
ketentuan yang berlaku.
32
- kegiatan malam perkotaan
Kegiatan malam mencakup kegiatan di bidang kuliner, seni dan budaya,
hiburan rakyat, hiburan malam, informasi dan telekomunikasi, serta
kegiatan lainnya dengan tetap melarang kegiatan perjudian dan pelacuran.
PENGEMBANGAN METROPOLITAN BANDUNG RAYA DENGAN SEKTOR
UNGGULAN WISATA PERKOTAAN
Sektor unggulan yang akan dikembangkan di Metropolitan Bandung Raya adalah
sektor perdagangan dan jasa untuk pengembangan wisata perkotaan, industri
kreatif, serta pendidikan tinggi sebagai pusat perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni. Pengembangan sektor-sektor tersebut merupakan upaya
dalam mewujudkan Metropolitan Bandung Raya sebagai penghela percepatan
pembangunan di Jawa Barat.
Sektor unggulan wisata perkotaan yang diunggulkan antara lain yaitu perpaduan
wisata belanja, kuliner, budaya, pendidikan. Pengembangan wisata juga termasuk
wisata alam di sekitar Metropolitan Bandung Raya. Hal ini dimaksudkan agar
Metropolitan Bandung Raya dapat menjadi show window untuk memasarkan
produk Jawa Barat ke masyarakat luas dan wisatawan. Selain itu, Metropolitan
Bandung Raya juga berperan sebagai zona destinasi wisatawan yang kemudian
menyebar ke objek wisata di sekitar Bandung Raya melalui akses transportasi.
Untuk dapat mengembangkan wisata perkotaan dengan optimal, infrastruktur
yang akan dikembangkan antara lain:
Fasilitas transportasi regional untuk akses wisatawan: akses jalan raya, jalan tol,
pengembangan bandara, pengembangan jalur kereta api regional,
pengembangan stasiun dan terminal.
Fasilitas perdagangan, meliputi mall, trade center, dan kawasan pertokoan
Restoran, rumah makan, hotel
Pusat informasi pariwisata
Fasilitas wisata dan budaya, meliputi gedung kesenian, museum, theater
33
PENGEMBANGAN METROPOLITAN BANDUNG RAYA DENGAN SEKTOR
UNGGULAN INDUSTRI KREATIF
Industri kreatif akan dikembangkan sebagai sektor ekonomi basis untuk
menghasilkan produk-produk kreatif bernilai ekonomi tinggi. Kegiatan industri
kreatif yang dimaksud meliputi periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan,
desain, fesyen, film, video dan fotografi, permainan interaktif, musik, seni
pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan komputer dan piranti lunak,
radio dan televisi, riset dan pengembangan.
Untuk mendukung pengembangan industri kreatif, Pemerintah Provinsi Jawa Barat
akan mengembangkan ruang-ruang publik untuk aktivitas komunitas dan
pengembangan industri kreatif. Kegiatan industri kreatif dapat dilakukan di ruang
publik multifungsi yang terdapat di tiap simpul transportasi. Selain itu, akan
dibangun pula sentra industri kreatif yang terdiri dari galeri seni, gedung
pertunjukan, convention hall, pusat penjualan produk industri kreatif, dan fasilitas
publik untuk kegiatan komunitas. Kegiatan yang akan dilakukan di sentra industri
kreatif tersebut meliputi kegiatan pertunjukan, workshop, pameran, pemutaran
film indie, kegiatan perdagangan industri kreatif, dan kegiatan komunitas kreatif
lainnya.
PENGEMBANGAN METROPOLITAN BANDUNG RAYA DENGAN SEKTOR
UNGGULAN ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN SENI (IPTEKS)
Sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, di
Metropolitan Bandung Raya akan dikembangkan perguruan tinggi dengan bidang
keilmuan yang kompetitif. Selain itu, infrastruktur riset dan pengembangan juga
akan dioptimalkan. Untuk itu, infrastruktur yang perlu dikembangkan diantaranya:
Cluster-cluster pendidikan tinggi
Infrastruktur yang terintegrasi dengan kampus, yaitu perumahan/asrama, akses
transportasi, dan sebagainya.
34
KONSEP PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR DAN PRASARANA WILAYAH
1. Konsep Pengembangan Infrastruktur Transportasi
Pengembangan transportasi di Metropolitan Bandung Raya akan mengadaptasi
konsep Integrated Transport System untuk melayani pergerakan antar pusat
kegiatan, baik di wilayah urban maupun di wilayah suburban.
GAMBAR 7 KONSEP INTEGRATED TRANSPORT SYSTEM
Sumber: Analisis Tim WJP-MDM, 2011
Pusat-pusat kegiatan di wilayah urban akan dilayani oleh transportasi umum,
sedangkanpergerakan penumpang dan barang dari suburban ke urban dan
sebaliknya dilayani dengan prasarana berkapasitas besar. Pergerakan penumpang
dan barang antar suburban dilayani dengan Suburban Ring Road (R1). Sementara
itu, pergerakan penumpang dan barang eksternal ke eksternal pada jalur Timur-
Barat atau Utara-Selatan diarahkan melalui Regional Ring Road (R2).
Angkutan umum di Metropolitan Bandung Raya akan dikembangkan sesuai dengan
hirarki pusat-pusat kegiatan di Metropolitan Bandung Raya. Berikut merupakan
konsep hirarki pusat kegiatan sesuai dengan rencana tata ruang kota dan
kabupaten di wilayah Metropolitan Bandung Raya.
35
GAMBAR 8 KONSEP HIRARKI PUSAT KEGIATAN DI METROPOLITAN BANDUNG RAYA
Sumber: Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat, 2012.
Berdasarkan hirarki pusat kegiatan tersebut, didapatkan koridor-koridor yang
menghubungkan pusat-pusat kegiatan sesuai dengan jaringan jalan eksisting.
GAMBAR 9 KONSEP JARINGAN ANGKUTAN UMUM DI METROPOLITAN BANDUNG RAYA
Sumber: Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat, 2012.
36
Konsep hirarki jaringan tersebut kemudian disederhanakan menjadi 8 koridor
angkutan umum.
GAMBAR 10 KORIDOR ANGKUTAN UMUM UTAMA DI METROPOLITAN BANDUNG RAYA
Sumber: Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat, 2012.
Berdasarkan prediksi kebutuhan kapasitas di masing-masing koridor, maka dapat
diketahui moda angkutan yang sesuai untuk tiap koridor.
37
TABEL 22
ALTERNATIF MODA ANGKUTAN UMUM DI METROPOLITAN BANDUNG RAYA
No Koridor Asal – tujuan
Kebutuhan
kapasitas
(penumpang/jam)
Alternatif teknologi
angkutan massal yang
memenuhi
1 Koridor Ujung
Berung
• Ujung Berung-
Cicaheum-CBD
• Arcamanik-Jalan
Jakarta-CBD
• 12.284
• 4.095
• BRT,LRT,LRRT, AGT,
Tram
• Bus
2 Koridor Gede
Bage
• Gedebage-Kordon-
Buahbatu-CBD
• Derwati-Kiara
Condong-CBD
• Cicalengka-
Jatinangor-
Gedebage-CBD
• Dayeoukolot-
Kordon-CBD
• 7.359
• 8.298
• 8.298
• 7.359
• BRT, AGT
• BRT, AGT
• BRT, AGT
• BRT, AGT
3 Koridor
Dayehkolot
• Banjaran-M Toha-
CBD
• 12.335 • BRT,LRT,LRRT, AGT,
Tram
4 Koridor
Soreang
• Soreang-Kopo-CBD • 16.086 • BRT,LRT,LRRT, AGT,
Tram
5 Koridor Cimahi
Selatan
• Cijerah-Terusan
Pasir Koja-CBD
• Padalarang-Cimahi-
CBD (via Cibeureum)
• 3.902 • Bus
6 Koridor Cimahi
Utara
• Padalarang-Cimahi-
CBD (via Djunjunan)
• 7.191 • BRT, AGT
7 Koridor
Lembang
• Lembang- Ledeng-
Cihampelas-CBD
• Setrasari-Pasteur-
CBD
• 2.148
• 1.432
• Bus, Car Cable
• Bus, Car Cable
8 Koridor Dago • Dago-Merdeka-CBD
• Sadang Serang-
Pahlawan-CBD
• 1.057
• 865
• Bus, Car Cable
• Bus, Car Cable
Sumber: Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat, 2012.
Sementara itu, angkutan massal berbasis rel juga akan dikembangkan sebagai
alternatif dari angkutan massal berbasis jalan, baik jaringan eksisting maupun
38
pembangunan jaringan baru. Jaringan rel kereta api eksisting di Metropolitan
Bandung Raya (Padalarang-Cicalengka) akan dikembangkan sebagai jaringan
commuter dengan elektrifikasi dan double-track.
Jalur baru untuk angkutan massal berbasis rel juga akan dibangun. Konsep awal
angkutan massal tersebut diinisiasikan oleh Panghegar Group yang akan
mengembangkan monorail. Pembangunan monorail tersebut terdiri dari 3 rute.
Rute pertama yaitu Taman Hutan Raya hingga Terminal Leuwi Panjang yang
sebagian besar dibangun di sepanjang bantaran Sungai Cikapundung. Rute kedua
menggunakan jalur jalan raya eksisting, yaitu Jalan Soekarno-Hatta, tepatnya dari
Kota Baru Parahyangan di Padalarang hingga ke Jatinangor. Rute ketiga yaitu dari
Soekarno-Hatta hingga Alun-alun Soreang.
GAMBAR 11 PENGEMBANGAN MONORAIL DI METROPOLITAN BANDUNG RAYA
Sumber: Panghegar Group dan Analisis WJPMDM, 2013.
Jalan tol juga akan dikembangkan, baik yang bersifat internal maupun eksternal.
Dalam lingkup internal, akan dikembangkan jalan tol dalam kota atau lebih dikenal
dengan Bandung Intra Urban Toll Road (BIUTR) serta Tol Soreang-Pasirkoja.
Sementara itu, konektivitas antara Metropolitan Bandung Raya dengan wilayah
lain di Jawa Barat juga terus ditingkatkan melalui pembangunan jalan tol an
reaktivasi rel kereta api. Jalan Tol Cileungi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) dan
pembangunan jalur KA Rancaekek-Jatinangor-Tanjungsari akan menghubungkan
39
Metropolitan Bandung Raya dengan Metropolitan Cirebon Raya. Selain itu
terdapat pula pembangunan jalan tol Ciranjang Padalarang yang menghubungkan
Metropolitan Bandung Raya dengan bagian barat dan reaktivasi jalur kereta api
Cikudapateuh-Ciwidey yang akan membuka akses ke bagian selatan Jawa Barat.
GAMBAR 12 RENCANA PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI
DI METROPOLITAN BANDUNG RAYA
Sumber: RTRW Provinsi Jawa Barat 2009-2029
2. Konsep Pengembangan Perumahan
Pengembangan Perumahan Vertikal Skala Besar
Pengembangan perumahan merupakan tantangan karena berhadapan pada lahan
yang semakin terbatas. Dalam mengatasi hal ini, pengembangan perumahan
vertikal merupakan solusi untuk meminimalkan penggunaan lahan. Dengan
demikian, terdapat lebih banyak ruang untuk pengembangan hal lain, terutama
peningkatan ruang terbuka hijau dan ruang publik untuk memfasilitasi berbagai
kegiatan penduduk.
Mengingat perkembangan penduduk Metropolitan Bandung Raya yang sangat
pesat dan akan bsangat besar pada tahun 2025, maka perumahan vertikal yang
akan dikembangan merupakan perumahan skala besar. Setiap perumahan vertikal
terdiri dari minimal 10 tower dengan masing-masing tower terdiri dari 10 lantai.
40
Lokasi perumahan vertikal skala besar tersebut diutamakan di wilayah urban.
Sementara itu, pengembangan perumahan di wilayah suburban akan disesuaikan
dengan jumlah penduduk dan kondisi lingkungan, sehingga skala perumahan akan
bervariasi dari skala menengah hingga rendah.
Berikut konsep lokasi perumahan di Metropolitan Bandung Raya tahun 2025.
GAMBAR 13 KONSEP LOKASI PERUMAHAN DI METROPOLITAN BANDUNG RAYA
Sumber: Analisis WJPMDM, 2013
Penataan Kawasan
Pengembangan perumahan di Metropolitan Bandung Raya akan dilakukan melalui
penataan kawasan/ redevelopment. Wilayah Metropolitan Bandung Raya dibagi
menjadi blok-blok kawasan yang potensial untuk redevelopment. Pengembangan
kawasan dapat dilakuan oleh BUMD, swasta, koperasi, atau masyarakat sesuai
dengan ketentuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengambil inisiatif membebaskan lahan-lahan
yang tersebar di wilayah metropolitan Bandung Raya masing-masing seluas 5 Ha
yang berfungsi sebagai awal kegiatan penataan kawasan di Metropolitan Bandung
41
Raya. Lahan 5 Ha tersebut digunakan pertama kali untuk relokasi penduduk yang
kawasannya akan dikembangkan kembali (redevelopment).
Berikut ilustrasi pengembangan kawasan di Metropolitan Bandung Raya.
GAMBAR 14 ILUSTRASI PENATAAN KAWASAN METROPOLITAN BANDUNG RAYA
Sumber: Hasil Kajian WJPMDM, 2012
3. Konsep Penyediaan Air Bersih
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Bandung Raya
Permasalahan penyediaan air minum di Metropolitan Bandung Raya perlu
diselesaikan secara sistemik, mulai dari strategi peningkatan ketersediaan air baku,
pengelolaan, finansial, kelembagaan, hingga sumber daya manusia.
Dari segi teknis, penyediaan air bersih perlu memperhatikan ketersediaan jaringan,
baik jaringan perpipaan maupun dengan jaringan lainnya. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam jaringan perpipaan meliputi unit air baku, unit produksi, unit
distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan. Sementara itu, selain melalui
jaringan perpipaan, penyediaan air bersih dapat dilakukan melalui sumur dangkal,
sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air,
instalasi air kemasan, atau bangunan perlindungan mata air.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah mengupayakan penyediaan air bersih dengan
menyusun rencana induk Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Bandung Raya
sebagai perencanaan jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan air minum di
42
Metropolitan Bandung Raya. SPAM Bandung Raya dibagi menjadi dua bagian, yaitu
SPAM Regional Bandung Barat-Timur dan SPAM Regional Bandung Selatan
GAMBAR 15 SPAM REGIONAL BANDUNG RAYA
Sumber: Dinas Permukiman dan Perumahan Provinsi Jawa Barat, 2011.
SPAM Regional Bandung Selatan meliputi sebagian wilayah Kota Bandung
(Kecamatan Kiaracondong, Bandung Kidul dan Bojongloa Kidul) dan Kabupaten
Bandung (Kecamatan Katapang, Soreang, Margahayu, dan Margaasih). Tahap
pertama akan dilakukan pada tahun 2011 hingga tahun 2015 dengan debit air
sebesar 1400 liter/detik. Sumber yang akan dikembangkan adalah:
a. Alternatif 1 : Pemanfaatan Idle SIPA S. Cisangkuy sebesar 350 l/det, dan
ditambah dari supplesi Waduk Santosa ke Sungai Cisangkuy sebesar 800 l/det
dan kekeurangannya akan diambil dari Tentakel Saguling Selatan sebesar 250
l/det.
43
b. Alternatif 2 : Pemanfaatan Idle SIPA Sungai Cisangkuy sebesar 350 l/det, dan
kekurangannya akan diambil dari Tentakel Saguling Selatan sebesar 1.050 l/det.
Sementara itu, tahap kedua akan dilaksanakan pada tahun 2016 hingga 2030
dengan penambahan debit kebutuhan air sebesar 1150 l/det. Sumber air baku
yang akan dikembangkan adalah DAS Sungai Cisangkuy dengan pengembangan
waduk Santosa dan Codetan S. Cibatarua yang keduanya akan disambungkan ke
Situ Panunjang dan Situ Cileunca. Semuanya akan mengalir ke Intake Cikalong
Sungai Cisangkuy, yang memiliki debit andalan sebesar > 2300 l/det.
SPAM Regional Bandung Barat-Timur meliputi sebagian wilayah Kota Bandung
(Kecamatan Andir, Bandung Kulon, Bojongloa Kaler, Babakan Ciparay, Rancasari,
Cibiru, dan Ujungberung), sebagian Kabupaten Bandung (Kecamatan Cileunyi,
Rancaekek, dan Cicalengka), serta Kota Cimahi. Pada tahap (2011-2015), sesuai
penambahan kebutuhan sebesar 3600 l/det, sumber yang akan dikembangkan
adalah:
a. Alternatif 1: Sungai Citarum (Stasiun PDA Nanjung)
b. Alternatif 2 : Memanfaatkan rencana waduk Citarik dan waduk Cikukang, untuk
pelayanan wilayah Bandung Timur. Waduk Sukawana, Waduk Cimeta dan
Waduk Cipanengah 1,2,3 untuk wilayah pelayanan Bandung Barat dan sebagian
ke wilayah Bandung Timur.
Untak tahap kedua (2016-2030), sesuai penambahan debit kebutuhan air sebesar
3900 l/det sumber yang akan dikembangkan adalah waduk-waduk kecil yang ada
di Cekungan Bandung seperti Waduk Citarik, Cikukang, Ciawiruka, Cipanengah
1,2,3 untuk Bandung Timur, serta Waduk Sukawana, Waduk Cimeta dan waduk
Ciwidey untuk Bandung Barat. Waduk-waduk tersebut memiliki debit andalan
sebesar > 4000 l/det hingga diperkirakan mencukupi kebutuhan hingga tahun 2030
jika waduk waduk tersebut dibangun sejak dari sekarang. Jika pembangunan
waduk-waduk yang direncanakan belum ada kepastian untuk dibangun, maka
digunkanan alternatif pemanfaatan Sungai Citarum hilir (PDA Nanjung) yang
memiliki debit andalan 8.000 l/detik. Kapasitas ini diperkirakan mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan air minum wilayah Perkotaan Bandung Raya sistem
Bandung Barat-Timur sampai dengan tahun 2030.
44
4. Konsep Pengelolaan Persampahan
Pengelolaan sampah di Metropolitan Bandung Raya dilakukan dengan dua
pendekatan, yaitu pengurangan produksi sampah dari sumbernya (domestik dan
non domestik) serta pemerosesan sampah melalui penyediaan fasilitas
pengumpulan dan pengolahan sampah.
Pengurangan produksi sampah, pemilahan sampah, dan daur ulang sampah
merupakan langkah jangka panjang dalam penanganan masalah persampahan. Hal
ini dapat meminimalisasi jumlah sampah yang menumpuk di TPA. Untuk itu,
diperlukan strategi edukasi dan sosialisasi masyarakat untuk menanamkan
kesadaran tentang pentingnya mengurangi jumlah sampah dan mengolah sampah
sendiri sebelum dibuang ke TPA.
GAMBAR 16 PENGOLAHAN DAN PEMROSESAN SAMPAH
Sumber: Dinas Permukiman dan Perumahan Provinsi Jawa Barat, 2013.
Pemrosesan sampah dilakukan di Tempat Pengumpulan Sementara (TPS) dan
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). TPS berlokasi di pusat kegiatan untuk skala
komunal, sedangkan TPA berskala regional. Berdasarkan Undang-Undang nomor
18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, TPA dengan menggunakan sistem
open dumping sudah tidak diperkenankan lagi mulai tahun 2011. Dengan demikian
45
sistem yang dianjurkan adalah controlled landfill untuk kota kecil dan sanitary
landfill untuk kota besar. Sementara itu, penggunaan insinerator untuk limbah
medis dan pengelolaan limbah B3 merupakan pilihan terbuka.
TPA akan dibangun secara berjenjang mulai dari TPA kabupaten/kota hingga TPA
regional yang berskala metropolitan.
GAMBAR 17 TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA)
Sumber: Dinas Permukiman dan Perumahan Provinsi Jawa Barat, 2013.
Pemrosesan akhir sampah yang dianjurkan adalah dengan menggunakan sistem
sanitary landfill. Sanitary landfill adalah sistem pembuangan akhir sampah yang
dilakukan dengan cara sampah ditimbun di TPA sampah yang sudah disiapkan
sebelumnya dan telah memenuhi syarat teknis. Setelah ditimbun, sampah lalu
dipadatkan dengan menggunakan alat berat seperti buldozer maupun track loader,
kemudian ditutup dengan tanah sebagai lapisan penutup setiap hari pada setiap
akhir kegiatan. Hal ini dilakukan terus menerus secara berlapis-lapis sesuai rencana
yang telah ditetapkan.
46
GAMBAR 18 ALUR PENGOLAHAN AKHIR SAMPAH
Sumber: Dinas Permukiman dan Perumahan Provinsi Jawa Barat, 2013.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengembangkan TPA Regional Legoknangka yang
berlokasi di Desa Ciherang, Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung sebagai TPA
Regional Wilayah Metropolitan Bandung Raya.
47
GAMBAR 19 SITEPLAN DAN ALUR PENGOLAHAN SAMPAH DI TPA LEGOKNANGKA
Sumber: Dinas Permukiman dan Perumahan Provinsi Jawa Barat, 2013.
TPA Legoknangka mempunyai kapasitas sebesar 1000 ton per hari. Fasilitas yang
terdapat di TPA Legoknangka meliputi infrastruktur jalan operasi, drainase, IPAL,
bufferzone, jembatan timbang, hanggar dan alat pemilahan, mesin pemilahan, ITF
(sarana pengomposan, sarana daur ulang, pengolahan sampah menjadi bahan
bakar/RDF (Refuse Derived Fuel), serta pemrosesan akhir. TPA ini direncanakan
untuk mulai beroperasi pada tahun 2016.