DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.......................................................................................... i DAFTAR ISI..................................................................................................... ii DAFTAR TABEL.............................................................................................. iii DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1 1.1. Latar Belakang.........................................................................................1 1.2. Dasar Hukum........................................................................................... 5 1.3. Maksud danTujuan..................................................................................8 1.4. Sasaran.................................................................................................... 9 1.5. Ruang Lingkup Kegiatan...........................................................................9 1.6. Sistematika Penulisan.............................................................................10 BAB II ASAS DAN TUJUAN............................................................................13 2.1. Asas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Sintang................................................................................ 13 2.2. Tujuan Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Sintang................................................................................ 14 BAB III VISI DAN MISI............................................................................. 16 3.1. Visi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Sintang Tahun 2016 – 2021..................................... 16 3.2. Misi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Sintang Tahun 2016 – 2021....................................... 20 BAB IV PROFIL KABUPATEN SINTANG ............................................... 24 4.1. Aspek Geografi dan Demografi............................................................ 24 4.1.1. Letak Wilayah dan Luas Wilayah.............................................. 24 4.1.2. Topografidan Sungai ............................................................... 27 4.1.3. Klimatologi.............................................................................. 29 4.1.4. Demografi.................................................................................. 33 4.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat........................................................... 36
58
Embed
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ... - … filelampiran peraturan bupati sintang nomor ..... tahun 2018 tentang rencana umum penanaman modal kabupaten sintang rencana umum penanaman
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..............................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1. Latar Belakang.........................................................................................1
1.2. Dasar Hukum...........................................................................................5
Nasional-RUPM Provinsi Kalimantan Barat-RUPM Kabupaten Sintang, Renstra
Kementerian/Lembaga dan Renstra SKPD Pemerintah Daerah Provinsi-SKPD
Pemerintah Daerah Kabupaten Sintang).
3. Digunakannya RUPM Kabupaten Sintang dalam menyusun Rencana Strategis
(Renstra) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Penanaman Modal dan
PTSP Kabupaten Sintang
1.5. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup penyusunan dalam RUPM Kabupaten Sintang ini mengikuti
kaidah-kaidah yang berpedoman pada Peraturan Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) Nomor 9 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi dan RUPM Kabupaten/Kota.
Pembuatan Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Sintang terdiri
atas lingkup wilayah administrasi Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat.
Adapun wilayah yang menjadi lingkup pekerjaan Rencana Umum Penanaman
Modal di Kabupaten Sintang adalah seluruh wilayah Kecamatan yakni 14 (empat
belas) Kecamatan, yang meliputi Kecamatan Serawai, Ambalau, Kayan Hulu,
Sepauk, Tempunak, Dedai, Kayan Hilir, Sintang Raya, Sungai Tebelian, Kelam
Permai, Binjai Hulu, Ketungau Hilir, Ketungau Tengah dan Ketungau Hulu.
1.6. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk mempermudah pemahaman naskah rancangan Rencana Umum
Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Sintang ini, maka dapat dilihat pada
sistematika pembahasan berikut ini.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenali latar belakang, dasar hukum, maksud dan
tujuan, sasaran dan ruang lingkup, dalam penulisan Rencana Umum Penanaman
Modal (RUPM) Kabupaten Sintang.
BAB II ASAS DAN TUJUAN
Bab ini berisi tentang uraian terkait konsepsi dasar penyusunan RUPM
Kabupaten Sintang
BAB III VISI DAN MISI
Bab ini berisi tentang Visi dan Misi RUPM Kabupaten Sintang.
BAB IV PROFIL KABUPATEN SINTANG
Bab ini berisi tentang Profil Kabupaten Sintang.
BAB V ARAH KEBIJAKAN PENENAMAN MODAL KABUPATEN SINTANG
Bab ini berisi hasil analisis kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman (terkait
proses transformasi potensi manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan sumber
daya menjadi barang dan jasa dalam mendukung hidup dan kehidupan
kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Sintang) dan sintesisi hasil analisa.
BAB VI PETA PANDUAN (ROAD MAP) IMPLEMETASI RUPMK SINTANG
Bab ini berisi Roadmap Investasi Kabupaten Sintang berupa arahan tahap-tahap
(fase) pencapaian bidang penanaman modal dalam jangka pendek, jangak
menengah, dan jangka panjang.
BAB VII PELAKSANAAN
Bab ini berisikan langkah-langkah apa yang harus dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten Sintang dalam hal ini Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (DPMPTSP) agar Penanaman modal di Kabupaten Sintang dapat
berjalan sesuai arah kebijakan yang ditentukan
BAB VIII RENCANA FASILITASI REALISASI PROYEK PENANAMAN MODAL
YANG STRATEGIS DAN YANG CEPAT MENGHASILKAN
Bab ini berisi Rencana fasilitasi atas proyek PLTU Sintang 3 x 7 MW
LAMPIRAN
1. Peta panduan (road map) Implementasi RUPM Kabupaten Sintang.
2. Rencana fasilitasi realisasi proyek penanaman modal yang strategis dan
yang cepat menghasilkan.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Konsepsi dasar dari penyusunan RUPM Kabupaten Sintang ini memiliki
beberapa tahapan sesuai dengan Peraturan Kepada Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM) Republik Indonesia nomor 9 tahun 2012 tentang Pedoman
Pengesahan Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi dan RUPM
Kabupaten/Kota. Terdiri atas penyusunan naskah akademik, pembahasan, dan
penyusunan rancangan peraturan Bupati tentang RUPM Kabupaten Sintang, dan
kemudian ditetapkan melalui Peraturan Bupati Sintang.
Gambar 2.1
Konsepsi Dasar Penyusunan RUPM Kabupaten Sintang
2.1. ASAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
KABUPATEN SINTANG
Asas Penanaman Modal di Kabupaten Sintang dalam upaya
mengembangkan arah kebijakan penanaman modal adalah sebagai berikut :
1. Asas kepastian hukum
2. Asas keterbukaan
3. Asas akuntabilitas
4. Asas perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal Negara
5. Asas kebersamaan
6. Asas efisiensi berkeadilan
7. Asas berkelanjutan
Naskah
Akademis RUPM
Kabupaten
Sintang
Pembahasan
Rumusan
Naskah
Akademis RUPM
Kabupaten
Sintang
Penyusunan
Rancangan
RUPM
Kabupaten
Sintang
Penetapan
RUPM
Kabupaten
Sintang Melalui
Perbup
Kabupaten
Sintang
8. Asas berwawasan lingkungan
9. Asas kemandirian
10. Asas keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi daerah
2.2. TUJUAN PENANAMAN MODAL PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
KABUPATEN SINTANG
Berdasarkan aturan Pemerintah Kabupaten Sintang berkomitmen untuk
mengembangkan arah kebijakan penanaman modal di Kabupaten Sintang
berdasarkan asas kepastian hukum, asas keterbukaan, asas akuntabilitas, asas
perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal Negara, asas kebersamaan,
asas efisiensi berkeadilan, asas berkelanjutan, asas berwawasan lingkungan, asas
kemandirian dan asas keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi daerah.
Asas tersebut menjadi prinsip dan nilai-nilai dasar dalam mewujudkan
tujuan penanaman modal di daerah yaitu:
1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah yang merupakan bagian dari
ekonomi nasional
2. Menciptakan lapangan kerja
3. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan
4. Meningkatkan daya saing dunia usaha di daerah
5. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi yang ada di daerah
6. Mendorong ekonomi kerakyatan
7. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan
menggunakan dana dari dalam negeri maupun luar negeri
8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
BAB III
VISI DAN MISI
3.1. VISI DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU
PINTU KABUPATEN SINTANG TAHUN 2016 – 2021
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)
Kabupaten Sintang menjabarkan tujuan dan sasaran kebijakan kegiatan
penanaman modal di Kabupaten Sintang melalui suatu visi dan misi. Visi adalah
suatu pedoman dan pendorong organisasi untuk mencapai tujuan dalam rangka
melaksanakan pembangunan, dan Visi secara umum merupakan pernyataan
dalam menjawab permasalahan yang dirasakan oleh Satuan Kerja Perangkat
Daerah. Pemerintah Kabupaten Sintang untuk menjangkau keberhasilan dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya dalam rangka pelaksanaan pembangunan
bidang penanaman modal daerah menentukan visi sebagai berikut :
“Terwujudnya Penanaman Modal Yang Kondusif, Dan Pelayanan Perizinan
Yang Cepat, Mudah, Ramah, Transparan Dan Akuntabel”
Adapun Pokok-pokok Visi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Sintang tahun 2016-2021 adalah :
1. Terwujudnya Penanaman Modal yang Kondusif;
2. Terwujudnya Pelayanan Perizinan yang Cepat;
3. Terwujudnya Pelayanan Perizinan yang Mudah;
4. Terwujudnya Pelayanan Perizinan yang Ramah;
5. Terwujudnya Pelayanan Perizinan yang Transparan;
6. Terwujudnya Pelayanan Perizinan yang Akuntabel;
Untuk merealisasikan keinginan, harapan serta tujuan yang tertuang dalam
visi yang telah menjadi kesepakatan bersama, maka seluruh sumber daya
aparatur Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)
Kabupaten Sintang harus dapat memahami secara utuh dan mempublikasikan
kepada seluruh masyarakat dan swasta yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dalam pencapaian Visi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Sintang Tahun 2016-2021.
Adapun pemahaman Visi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Sintang Tahun 2016-2021 adalah sebagai
berikut :
1. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)
Kabupaten Sintang Kabupaten Sintang pada tahun 2016-2021 diharapkan
dapat menjadi pusat pelayanan perizinan terpadu yang dapat dipercaya oleh
masyarakat, cepat, mudah, ramah transparan dan akuntabel.
2. Secara terperinci, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(DPMPTSP) Kabupaten Sintang yang terpercaya dan unggul dalam pelayanan
perizinan dan investasi dapat diukur melalui :
a. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan;
b. Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang
diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya
yang tidak berbelit, jelas atau transparan;
c. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang
memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan tanggung
jawabnya);
d. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam
memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai
ketentuan yang berlaku;
e. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggung
jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan;
f. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan keterampilan
yang dimiliki petugas dalam memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada
masyarakat;
g. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam
waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan;
h. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak
membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani;
i. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta
saling menghargai dan menghormati;
j. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap
besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan;
k. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan
dengan biaya yang telah ditetapkan;
l. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan;
m. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan
gedung yang representatif, bersih, rapi dan teratur sehingga dapat
memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan;
n. Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit
penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga
masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-
resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan;
o. Proses pengaduan masyarakat, untuk memperoleh umpan balik dari
masyarakat atas pelayanan yang diberikan aparatur, disediakan akses
kepada masyarakat untuk memberikan informasi saran/pendapat/tanggapan
dan pengaduan.
3.2. MISI DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU
PINTU KABUPATEN SINTANG TAHUN 2016 – 2021
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Misi menjelaskan mengapa organisasi itu
ada, apa yang dilakukannya, dan bagaimana melakukannya. Misi adalah tindakan
nyata yang harus dilaksanakan oleh organisasi agar tujuan organisasi dapat
terlaksana dan berhasil dengan baik. Dengan pernyataan misi, diharapkan
seluruh pegawai dan pihak yang berkepentingan dapat mengenal organisasi dan
mengetahui peran dan program-programnya serta hasil yang akan diperoleh
dimasa mendatang.
Sejalan dengan hal tersebut, maka Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Sintang merumuskan pernyataan misi
sebagai berikut :
1. Meningkatkan kerjasama investasi yang kondusif dan
menarik;
2. Meningkatkan potensi sumber daya daerah melalui koordinasi, perencanaan,
kerjasama, dan promosi investasi;
3. Meningkatkan kualitas pelayanan investasi perizinan;
4. Mempercepat proses perizinan;
5. Meningkatkan sistem perencanaan informasi data penanaman modal dan
perizinan;
6. Meningkatkan sumber daya aparatur yang profesional dan akuntabel.
Pokok-pokok Misi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Sintang Tahun 2016-2021 adalah :
1. Pengembangan sistem pelayanan perizinan yang terpadu.
2. Pengembangan SDM aparatur yang didukung oleh sarana dan prasarana yang
memadai.
3. Mengembangkan mekanisme dan prosedur pelayanan perizinan yang jelas,
tidak berbelit-belit dan terpadu.
4. Mengembangkan SDM yang profesional, ramah, dan jujur didukung oleh sarana
dan prasarana yang memadai.
Keterkaitan Visi dan Misi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Sintang dengan Visi dan Misi Kabupaten
Sintang dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1.
Keterkaitan Visi dan Misi DPMPTSP Kabupaten Sintang
dengan Visi dan Misi Kabupaten Sintang Tahun 2016-2021
Visi Kabupaten Sintang 2016-2021 Visi DPMPTSP Kabupaten Sintang
2016-2021
Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Sintang Yang Cerdas, Sehat, Maju, Religius Dan Sejahtera Didukung Penerapan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik Dan Bersih Pada Tahun 2021
Terwujudnya Penanaman Modal Yang Kondusif, Dan Pelayanan Perizinan
Yang Cepat, Mudah, Ramah, Transparan Dan Akuntabel
Misi Kabupaten Sintang 2016-2021 Misi DPMPTSP Kabupaten Sintang
2016-2021
1. Melaksanakan pembangunan pendidikan berkualitas dan berakar pada budaya local
1. Meningkatkan kerjasama investasi yang kondusif dan menarik
2. Melaksanakan pembangunan kesehatan yang menyeluruh, adil dan terjangkau bagi masyarakat
2.
Meningkatkan potensi sumber daya daerah melalui koordinasi, perencanaan, kerjasama, dan promosi investasi
3.
Mengoptimalkan penyediaan infrastruktur dasar guna pengembangan potensi ekonomi dan sumber daya daerah
3. Meningkatkan kualitas pelayanan investasi perizinan
4. Meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan agama dalam kehidupan sosial
4. Mempercepat proses perizinan
5.
Mengembangkan ekonomi kerakyatan berbasis pedesaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
5. Meningkatkan sistem perencanaan informasi data penanaman modal dan perizinan
6.
Menata dan mengembangkan
manajemen pemerintah daerah yang sesuai dengan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih
6.
Meningkatkan sumber daya aparatur yang profesional dan akuntabel
BAB IV PROFIL KABUPATEN SINTANG
4.1. ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI
4.1.1. LETAK WILAYAH DAN LUAS WILAYAH
Kabupaten Sintang terletak di bagian timur Provinsi Kalimantan Barat atau
di antara 1°05' Lintang Utara serta 0°46' Lintang Selatan dan 110°50' Bujur Timur
serta 113°20' Bujur Timur. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa wilayah
Kabupaten Sintang dilalui oleh garis Khatulistiwa.
Batas wilayah administratif wilayah Kabupaten Sintang yakni :
Utara : Kab Kapuas Hulu dan Malaysia Timur (Serawak).
Selatan : Prov Kalteng, Kab Melawi, dan Kab Ketapang
Timur : Prov Kalteng, Kab Melawi dan Kab Kapuas Hulu.
Barat : Kab. Sanggau, Kab Melawi dan Kab Sekadau.
Kabupaten Sintang merupakan salah satu Kabupaten yang berbatasan
langsung dengan negara tetangga yaitu Malaysia, khususnya negara bagian
Serawak. Wilayah Kabupaten Sintang yang berbatasan langsung dengan Negara
Malaysia adalah Kecamatan Ketungau Tengah dan Kecamatan Ketungau Hulu.
Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2018
Gambar 4.1 Peta Wilayah Administratif Kabupaten Sintang
Kabupaten Sintang merupakan Kabupaten yang memiliki luas wilayah
ketiga terbesar di Provinsi Kalimantan Barat setelah Kabupaten Ketapang dan
Kabupaten Kapuas Hulu. Luas Wilayah Kabupaten Sintang yaitu 21.635 km2
dengan luas wilayah terluas terdapat di Kecamatan Ambalau yaitu 6.386,40 km2
atau sebesar 29,52 persen, sedangkan Kecamatan Sintang merupakan Kecamatan
yang terkecil luas wilayahnya yaitu 277,05 km2 atau hanya sebesar 1,28 persen.
Dari luas tersebut, sebagian besar merupakan wilayah perbukitan dengan luas
sekitar 13.573,75 km2 atau 62,74 persen. Berikut secara administratif, wilayah
Kabupaten Sintang terbagi ke dalam 14 Kecamatan yang dapat di lihat pada tabel
4.1.
Tabel 4.1 Luas Wilayah Administrasi Kecamatan Se-Kabupaten Sintang
NO KECAMATAN IBU KOTA LUAS
WILAYAH (KM²)
DESA
KELURAHAN PERSENTASE
LUAS (%)
1 Serawai Nanga Serawai 2.127,50 38 0 9,83
2 Ambalu Nanga Kemangai
6.386,40 33 0
29,52
3 Kayan Hulu Nanga Tebidah 937,50 31 0 4,33
4 Sepauk Nanga Sepauk 1.825,70 40 0 8,44
5 Tempunak Nanga Tempunak
1.027,00 26 0
4,75
6 Sungai Tebelian Sungai Ukoi 526,50 26 0 2,43
7 Sintang Sintang 277,05 13 16 1,28
8 Dedai Nanga Dedai 694,10 31 0 3,21
9 Kayan Hilir Nanga Mau 1.136,70 43 0 5,25
10 Kelam Permai Kebong 523,80 17 0 2,42
11 Binjai Hulu Binjai 307,65 11 0 1,42
12 Ketungau Hilir Nanga Ketungau
1.544,50 24 0
7,15
13 Ketungau Tengah Nanga Merekai 2.182,40 29 0 10,09
14 Ketungau Hulu Senaning 2.138,20 29 0 9,88
KABUPATEN SINTANG 21.635,00 391 16 100,00
Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2018
Sejak dikeluarkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 tahun
2003 tanggal 18 Desember 2003 tentang “Pembentukan Kabupaten Melawi dan
Kabupaten Sekadau di Provinsi Kalimantan Barat,” kecamatan yang telah masuk
ke dalam Kabupaten Melawi, mulai tahun 2005 tidak masuk lagi dalam
administrasi Kabupaten Sintang. Selanjutnya secara Administratif Pemerintahan
Kabupaten Sintang sampai dengan tahun 2017 terdiri dari 14 Kecamatan yang
terbagi menjadi 391 desa dan 16 kelurahan.
4.1.2. TOPOGRAFI DAN SUNGAI
Dilihat dari topografinya, sebagian besar wilayah di Sintang merupakan wilayah
perbukitan dengan luas 13.573,75 km2, dimana wilayah dataran seluas 8.061,25 km2
adalah tempat pemukiman penduduk terpencar. Informasi tentang wilayah
topografi di Kabupaten Sintang dapat di lihat pada tabel berikut.
Tabel 4.2 Luas Wilayah Topografi di Kabupaten Sintang
NO KECAMATAN LUAS
WILAYAH (KM²)
WILAYAH DATARAN
(KM²)
WILAYAH BUKIT DAN GUNUNG
(KM²)
1 Serawai 2.127,50 - 2.127,50
2 Ambalu 6.386,40 - 6.386,40
3 Kayan Hulu 937,50 295,73 641,77
4 Sepauk 1.825,70 719,36 1.106,34
5 Tempunak 1.027,00 586,32 440,68
6 Sungai Tebelian 526,50 498,50 28,00
7 Sintang 277,05 277,05 -
8 Dedai 694,10 577,92 116,18
9 Kayan Hilir 1.136,70 888,38 248,32
10 Kelam Permai 523,80 497,80 26,00
11 Binjai Hulu 307,65 300,21 7,44
12 Ketungau Hilir 1.544,50 1.279,54 264,96
13 Ketungau Tengah 2.182,40 1.211,16 971,24
14 Ketungau Hulu 2.138,20 929,28 1.208,92
KABUPATEN SINTANG 21.635,00 8.061,25 13.573,75
Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2018
Dilihat dari tekstur tanahnya, sebagian besar daerah Kabupaten Sintang
terdiri dari tanah latasol meliputi areal seluas 1,02 juta hektar atau sekitar 46,99
persen dari luas daerah yaitu 2,16 juta, selanjutnya tanah podsolit sekitar 0,93
juta hektar atau 42,89 persen yang terhampar hampir di seluruh kecamatan
sedangkan jenis tanah yang paling sedikit ditemui di Kabupaten Sintang yaitu
jenis tanah organosol hanya sekitar 0,05 juta hektar atau sebesar 2,08 persen.
Tabel 4.3 Luas Are Per Jenis
NO KECAMATAN LUAS
WILAYAH (KM²)
LUAS AREA PER JENIS (KM²)
ORGANOSOL ALUVIAL PODSOLIK LATOSOL
1 Serawai 2.127,50 - - - 2.127,50
2 Ambalu 6.386,40 - - 975,10 5.411,30
3 Kayan Hulu 937,50 - - 225,00 711,5
4 Sepauk 1.825,70 240,64 - 1.585,06 -
5 Tempunak 1.027,00 23,04 - 1.003,96 -
6 Sungai Tebelian 526,50 - 127,48 375,52 23,50
7 Sintang 277,05 - 277,05 - -
8 Dedai 694,10 - - 694,10 -
9 Kayan Hilir 1.136,70 - - 1.008,70 128,00
10 Kelam Permai 523,80 - 377,80 129,25 16,75
11 Binjai Hulu 307,65 - 200,71 103,67 3,27
12 Ketungau Hilir 1.544,50 179,20 670,72 694,58 -
13 Ketungau Tengah 2.182,40 7,68 84,48 1.253,12 837,12
14 Ketungau Hulu 2.138,20 - - 1.232,08 906,12
KABUPATEN SINTANG 21.635,00 450,58 1.738,24 9.280,14 10.166,06
Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2018
Kabupaten Sintang dilalui oleh 2 sungai besar yaitu Sungai Kapuas dan
Sungai Melawi, serta dua sungai kecil yaitu Sungai Ketungau yang merupakan
anak dari Sungai Kapuas dan Sungai Kayan yang merupakan anak dari Sungai
Melawi. Sungai Kapuas melalui Kecamatan Ketungau Hilir, Kelam Permai, Binjai
Hulu, Sintang, Tempunak sampai ke Sepauk. Sedangkan Sungai Melawi melalui
Kecamatan Ambalau, Serawai, Dedai sampai ke Sintang. Sungai Kayan melalui
Kecamatan Kayan Hulu sampai ke Kayan Hilir, sedangkan Sungai Ketungau
melalui Kecamatan Ketungau Hulu, Ketungau Tengah sampai ke Ketungau Hilir.
Kabupaten Sintang memiliki potensi alam yang dapat dijadikan objek
wisata, namun hingga saat ini potensi tersebut belum dimanfaatkan secara
maksimal. Bahkan masyarakat di luar wilayah Kabupaten Sintang dan warga
Sintang sendiri masih banyak yang belum mengetahui potensi alam tersebut.
Kabupaten Sintang memiliki potensi alam yang dapat dijadikan objek wisata,
namun hingga saat ini potensi tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal.
Bahkan masyarakat di luar wilayah Kabupaten Sintang dan warga Sintangsendiri
masih banyak yang belum mengetahui potensi alam tersebut.
4.1.3. KLIMATOLOGI
Kabupaten Sintang dikenal sebagai daerah penghujan dengan intensitas
yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan Kabupaten Sintang sebagian besar
wilayahnya merupakan daerah perbukitan yaitu sebesar 53,50 persen.
Tabel 4.4 Data Curah Hujan Kabupaten Sintang
Bulan Bandar Udara Supadio
CH (mm) HH (hr)
Januari 291,1 15
Februari 263,4 20
Maret 138,1 21
April 226,6 20
Mei 295,8 17
Juni 54,6 14
Juli 268,5 14
Agustus 256,9 21
September 404,1 19
Oktober 306,3 22
Nopember 336,9 26
Desember 259,7 24
Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2018
Sepanjang tahun 2017, rata-rata jumlah curah hujan di Kabupaten Sintang
sebesar 258,5 mm3 dengan jumlah curah hujan terbesar terjadi pada bulan
September yaitu 404,1 mm3 dengan jumlah hari hujan sebanyak 19 hari dalam
satu bulan, sedangkan curah hujan terendah pada bulan Juni yaitu 54,6 mm3,
dengan jumlah hari hujan sebanyak 14 hari. Menurut Stasiun Meteorologi Susilo
Sintang, intensitas curah hujan yang cukup tinggi ini, terutama dipengaruhi oleh
keadaan daerah yang berhutan tropis dan disertai dengan kelembaban udara yang
cukup tinggi.
Intensitas hujan yang tinggi biasanya mempengaruhi kecepatan angin.
Faktor angin ini sangat mempengaruhi kegiatan penerbangan serta kegiatan-
kegiatan lainnya. Kecepatan angin maksimum terbesar sepanjang tahun 2017
terjadi pada bulan Maret yaitu 9,2 Knot dan terendah pada bulan Februari yaitu
5,9 Knot. Sedangkan rata-rata kecepatan angina sepanjang tahun 2017 berkisar
antara 5,9 hingga 9,2 Knot.
Tabel 4.5 Data Kecepatan Angin Kabupaten Sintang
Bulan
Kecepatan Arah Angin
Knot/Jam (Rata-Rata)
Januari 7,4
Februari 5,9
Maret 9,2
April 8,2
Mei 6,7
Juni 6,7
Juli 5,9
Agustus 6,9
September 6,0
Oktober 6,7
Nopember 7,0
Desember 7,8
Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2018
Pada tahun 2017 rata-rata temperature udara di Kabupaten Sintang setiap
bulan nya berkisar antara 26,6°C sampai dengan 27,8°C di mana temperatur
udara terendah sebesar 20°C pada bulan April dan temperatur udara tertinggi
sebesar 38,8°C, yaitu pada bulan September.
Tabel 4.6 Data Temperatur Udara Kabupaten Sintang
Bulan
Temperatur Udara
(°C)
Januari 27,1
Februari 26,7
Maret 26,9
April 27,1
Mei 27,8
Juni 27,8
Juli 27,4
Agustus 27,2
September 27,4
Oktober 27,1
Nopember 27,0
Desember 26,6
Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2018
Penyinaran matahari yang dicatat dari Stasiun Meteorologi Sintang berkisar
antara 48,5 persen sampai dengan 69 persen.
Tabel 4.7 Data Penyinaran Matahari dan Kelembaban Nisbi Kabupaten Sintang
Bulan Kelembaban
Nisbi (%) Penyinaran Matahari (%)
Januari 86,0 60,6
Februari 88,4 49,1
Maret 87,8 54,9
April 88,5 69,0
Mei 87,9 68,5
Juni 86,4 66,4
Juli 86,7 57,8
Agustus 87,8 62,7
September 86,5 56,0
Oktober 87,4 69,7
Nopember 89,3 51,4
Desember 89,3 48,5
Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2018
Jika dilihat dari rata-rata lembab nisbi, sepanjang tahun 2017, bulan
November dan Desember merupakan bulan yang mempunyai lembab nisbi tebesar
yaitu 89,3, sedangkan bulan dengan lembab nisbi terkecil adalah bulan Januari
dengan lembab nisbi sebesar 86. Beralih ke rata-rata tekanan udara sepanjang
tahun 2017 setiap bulannya besarnya hampir sama yaitu berkisar antara 1010,1
hingga 1012,8 milibar.
4.1.4. DEMOGRAFI
Berdasarkan hasil proyeksi Penduduk, penduduk Kabupaten Sintang pada
tahun 2017 berjumlah 407.903 dengan rata-rata jumlah penduduk per
desa/kelurahan sebanyak 1.002 jiwa. Jika dibandingkan dengan hasil proyeksi
tahun sebelumnya maka rata-rata jumlah penduduk per desa/kelurahan
mengalami peningkatan. Kepadatan penduduk Kabupaten Sintang adalah 19
penduduk per km2, kepadatan seperti tersebut maka daerah Kabupaten Sintang
dikatakan mempunyai penduduk.
Tabel 4.8 Jumlah Penduduk Kabupaten Sintang
Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin Tahun 2017
No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Jenis
Kelamin
1 Serawai 12 056 11 517 23 573 105
2 Amabalu 6 940 6 593 13 533 105
3 Kayan Hulu 11 744 11 655 23 399 101
4 Sepauk 26 804 24 982 51 786 107
5 Tempunak 15 303 14 025 29 328 109
6 Sungai Tebelian 16 437 15 208 31 645 108
7 Sintang 37 866 36 912 74 778 103
8 Dedai 15 338 14 460 29 798 106
9 Kayan Hilir 13 592 12 567 26 159 108
10 Kelam Permai 8 418 7 983 16 401 105
11 Binjai hulu 6 599 6 165 12 764 107
12 Ketungau Hilir 11 530 10 799 22 329 107
13 Ketungau Tengah 15 707 14 727 30 434 107
14 Ketungau Hulu 11 454 10 522 21 976 109
KABUPATEN SINTANG 209 788 198 115 407 903 106
Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2018
Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Sintang selama kurun waktu
2010-2017 tercatat rata-rata 1,61 persen. Penyebaran penduduk Kabupaten
Sintang tidak merata antar kecamatan yang satu dengan kecamatan lainnya.
Kecamatan Sintang memiliki jumlah penduduk tertinggi yaitu 74.778 jiwa,
sedangkan yang menjadi posisi kedua yaitu Kecamatan Sepauk dengan penduduk
sebanyak 51.786 jiwa, yang menjadi urutan ketiga adalah kecamatan Sungai
Tebelian dengan jumlah penduduk 31.645 jiwa.
Tabel 4.9 Jumlah Penduduk Kabupaten Sintang
Menurut Jenis Kelamin dan Golongan Umur Tahun 2017
No Golongan
Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 0 – 4 21,904 21,119 43,023
2 5 – 9 21,446 20,539 41,985
3 10 – 14 19,337 18,098 37,435
4 15 – 19 18,351 17,518 35,869
5 20 – 24 18,871 18,295 37,166
6 25 – 29 18,441 18,145 36,586
7 30 – 34 17,717 17,321 35,038
8 35 – 39 15,888 15,141 31,029
9 40 – 44 14,282 12,941 27,223
10 45 – 49 11,875 10,613 22,488
11 50 – 54 9,613 8,945 18,558
12 55 – 59 7,854 7,316 15,170
13 60 – 64 5,932 5,112 11,044
14 65 – 69 3,825 3,315 7,140
15 70 – 74 2,327 1,862 4,189
16 75 + 2,123 1,835 3,958
Jumlah 209,786 198,115 407,901
Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2018
Berdasarkan produktivitasnya, penduduk dapat dibagi menjadi penduduk
usia non produktif meliputi penduduk usia muda (0-15 tahun) dan penduduk tua
(65 tahun ke atas) dan penduduk usia produktif (15-65 tahun). Umur 15-65
disebut sebagai usia produktif karena pendapatan yang diproduksi cenderung
lebih tinggi dibanding konsumsinya, sedangkan dikatakan non produktif karena
kecenderungan biaya konsumsi yang lebih tinggi dibanding pendapatannya.
Meningkatnya penduduk produktif dapat meningkatkan jumlah tenaga kerja
yang mampu berkontribusi dalam peningkatan produktivitas penduduk di
Kabupaten Sintang. Hal tersebut diiringi dengan berkurangnya biaya untuk
memenuhi kebutuhan penduduk usia non produktif yang terus menurun.
Perkembangan penduduk yang cukup pesat merupakan satu fenomena yang
menjadi perhatian serius Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah,
permasalahan yang paling esensial adalah yang berkaitan dengan penyediaan
lapangan kerja/usaha serta penyediaan bahan pangan.
4.2. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
4.2.1. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
(IPM) menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil
pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan dan
sebagainya. IPM diperkenalkan oleh UNDP pada tahun 1990 dan dipublikasikan
secara berkala dalam laporan tahunan Human Development Report (HDR). IPM
dibentuk oleh 3 (tiga) dimensi dasar: Umur panjang dan hidup sehat;
pengetahuan; dan standar hidup layak.
Gambar 4.2 IPM Kabupaten Sintang
Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2018
Berdasarkan pada gambar di atas terlihat bahwa dalam kurun waktu 2013
sampai dengan 2017 nilai IPM Kabupaten Sintang terus mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013 nilai IPM Kabupaten Sintang sebesar 62,72
dan mengalami peningkatan di tahun 2017 sebesar 64,93 atau meningkat sebesar
2,21. Namun bilamana dibandingkan dengan Provinsi Kalimantan Barat, IPM
Kabupaten Sintang masih jauh dari IPM Provinsi Kalimantan Barat selama kurun
waktu lima tahun. IPM merupakan indikator penting untuk mengukur
keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup masyarakat dan dapat juga
menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah. Oleh sebab itu
peningkatan IPM di Kabupaten Sintang harus menjadi perhatian utama, karena
IPM tersebut merupakan ukuran keberhasilan pembangunan wilayah khususnya
di Kabupaten Sintang.
4.2.2. ANGKA KEMISKINAN
Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk
memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. Kondisi
ketidakmampuan ini ditandai dengan rendahnya kemampuan pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan pokok baik berupa pangan, sandang, maupun papan.
Kemampuan pendapatan yang rendah ini juga akan berdampak berkurangnya
kemampuan untuk memenuhi standar hidup rata-rata seperti standar kesehatan
masyarakat dan standar pendidikan.
Tabel 4.10 Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase di Kabupaten Sintang
Tahun
Penduduk Miskin
(Ribu Jiwa)
Penduduk Miskin
(Persentase)
2014 45,55 13,71
2015 48,46 13,51
2016 44,55 12,32
2017 44,82 12,23
Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2018
Pada tabel 4.10 menerangkan data tentang jumlah penduduk miskin dan
persentase penduduk miskin yang ada di Kabupaten Sintang pada kurun waktu
empat tahun. Dimana terlihat jumlah penduduk miskin cenderung berfluktuatif,
pada tahun 2014 jumlah penduduk miskin 44,55 ribu dengan persentase sebesar
13,71 lalu di tahun 2015 mengalami peningkatan dengan persentase sebesar
13,51 atau 48,46 jiwa. Kemudian menurun kembali pada tahun 2016 dan di
tahun 2017 mengalami peningkatan kembali sebesar 44,82 ribu. Hal itu
mengindikasikan bahwa ketidakmampuan masyarakat di Kabupaten Sintang
dalam memenuhi kebutuhuan pokoknya disebabkan keterbatasan pendapatan
serta minimnya lapangan pekerjaan merupakan faktor utama dalam memicu
angka kemiskinan.
4.3. ASPEK DAYA SAING DAERAH
Daya saing daerah merupakan salah satu tujuan penyelenggaraan
pemerintah daerah yang didasarkan pada potensi, kekhasan dan keunggulan
suatu daerah. Suatu daya saing (competitiveness) merupakan merupakan salah
satu faktor kunci keberhasilan pembangunan ekonomi dalam mencapai tingkat
kesejahteraan dan keberlanjutan. Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan
aspek daya saing daerah dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya
kemampuan ekonomi daerah, fasilitas wilayah/infrastruktur, iklim berinvestsai
dan sumber daya manusia.
4.3.1. KEMAMPUAN EKONOMI DAERAH
Kemampuan ekonomi daerah atau kapasitas ekonomi daerah harus
memiliki daya tarik (attractiveness) bagi pelaku ekonomi yang akan masuk dan
telah berada pada suatu daerah untuk menciptakan multiflier effect bagi
peningkatan daya saiang daerah. Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan
kemampuan ekonomi daerah di antaranya dapat dilihat dari Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) dan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)
a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Perekonomian daerah Kabupaten Sintang tahun 2016 sampai dengan 2017
dapat dilihat pada perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB
Kabupaten Sintang merupakan cerminan perolehan nilai tambah atas proses
produksi atau jasa di wilayah Kabupaten Sintang.
Tabel 4.11 PDRB Atas Harga Berlaku (Juta Rupiah) di Kabupaten Sintang
Lapangan Usaha 2016 2017
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,630,814.5 2,730,458.0
Pertambangan dan Penggalian 961,812.5 1,101,784.0
Industri Pengolahan 1,036,189.6 1,118,663.4
Pengadaan Listrik dan Gas 2,212.5 2,609.9
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
5,735.7 6,278.8
Konstruksi 1,556,932.2 1,848,865.6
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
1,979,400.9 2,142,816.3
Transportasi dan Pergudangan 235,226.5 254,698.3
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 270,311.0 297,588.8
Informasi dan Komunikasi 533,388.8 616,535.1
Jasa Keuangan dan Asuransi 275,150.6 316,383.3
Real Estat 320,178.0 350,217.5
Jasa Perusahaan 49,248.6 53,407.7
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
448,527.5 512,106.5
Jasa Pendidikan 551,235.3 577,533.0
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 262,717.1 277,017.4
Jasa lainnya 81,965.3 88,935.2
PDRB 11,201,046.8 12,295,898.8
Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2018
Memasuki tahun 2017, PDRB Kabupaten Sintang atas dasar harga berlaku
mencapai 12,29 triliun rupiah atau mengalami peningkatan sebesar 9,77 persen.
Terlihat bahwa sektor yang paling menonjol pada tahun 2017meliputi (1)
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 2,730,458.0, (2) Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 2,142,816.3, (3) Konstruksi
sebesar 1,848,865.6, (4) Industri Pengolahan sebesar 1,118,663.4 dan (5)
Pertambangan dan Penggalian sebesar 1,101,784.0. Dari ke lima sektor tersebut,
merupakan sektor dominan yang memberikan andil dalam perkembangan nilai
PDRB Kabupaten Sintang Tahun 2017.
b. Laju Pertumbuhan Ekonomi
Perkembangan nilai PDRB atas harga konstan menunjukan laju
pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah khususnya di Kabupaten Sintang.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sintang dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 4.3 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sintang
Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2018
Untuk lebih meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi di tahun berikut nya
dan sekaligus mewujudkan pemerataan pendapatan, perlu adanya peningkatan
mutu sumber daya manusia yang diikuti pengendalian jumlah penduduk serta
peningkatan infrastruktur. Keterpadu-an antara program pemerintah dengan
peran swasta dan masyarakat perlu diperhatikan guna menyelaraskan langkah
dalam menggali sektor-sektor potensial yang sekaligus memiliki potensi besar
dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.
Kabupaten Sintang memiliki banyak komoditas unggulan, baik dari sektor
perkebunan, kehutanan, pertanian, perikanan, peternakan, dan pertambangan di
antaranya yang menonjol adalah sektor perkebunan (kelapa sawit, karet, dan
kelapa dalam), sektor kehutanan (gaharu buaya, rotan, kayu bulat atau kayu
belian), sektor pertanian (Padi, palawija, sayur-sayuran, dan buah-buahan), sektor
perikanan (Usaha Perikanan Keramba dan Budi daya Kolam Serta Perikanan
Umum dengan jenis ikan Jelawat, Tengadak/Lampan, Gurami, Semah dan
Paten/Juara), sektor peternakan (babi, sapi, kerbau, kambing, unggas yang terdiri
dari itik dan ayam), dan sektor pertambangan (Batu Bara, Tembaga, Zikon,Emas,
Batu Pecah dan lain-lain).
4.3.2. FASILITAS WILAYAH/INFRASTRUKTUR
Fasilitas wilayah/Infrastruktur merupakan penunjang daya saing daerah
dalam ketersediaan (availability) fasilitas untuk mendukung aktivitas ekonomi di b
erbagai sektor pada suatu daerah atau antar-daerah (wilayah). Semakin lengkap
ketersediaan fasilitas wilayah/infrastruktur, maka semakin kuat daya saing
daerah.
a. Fasilitas Perhubungan Darat
Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk
memperlancar kegiatan perekonomian. Tersedianya jalan yang berkualitas akan
memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar arus lalu lintas barang dan
jasa dari satu daerah ke daerah lain, terutama komoditas hasil pertanian dari
pedesaaan. Pada tahun 2017 panjang jalan di wilayah Kabupaten Sintang
sepanjang 2.289,62 kilometer, di mana permukaan jalan 39,5 persen jalan
beraspal, 8,73 persen jalan kerikil, 49,39 persen jalan tanah dan 2,38 persen
lainnya. Ditinjau dari kondisinya 34,6 persen baik, 17,6 persen sedang, 9,29
persen rusak dan 38,51 persen rusak berat.
Sesuai perkembangan teknologi dan pembangunan perekonomian yang
semakin mantap, peranan jasa angkutan darat yang ditunjang dengan kondisi dan
jenis permukaan jalan yang baik perlu lebih ditingkatkan sehingga mobilitas
penduduk dan perdagangan antar daerah dapat berjalan dengan lancar.
Pada akhir tahun 2017, jumlah penambahan kendaraan bermotor yang
tercatat pada Polres Sintang sebanyak 4.308 unit dengan jumlah terbesar sepeda
motor sebanyak 3.926 atau 91,13 persen. Hal ini cukup beralasan mengingat
masih kurangnya sarana transportasi umum, di samping itu juga sepeda motor
banyak digunakan oleh sebagian warga untuk berbagaikeperluan.
b. Fasilitas Perhubungan Udara
Fasilitas pendukung yang sedang di upayakan adalah pembangunan
lapangan atau pelabuhan udara baru dengan panjang landasan pacu terbang 3
km, ini merupakan pelabuhan udara termaju dikawasan timur provinsi
Kalimantan Barat. Fasilitas ini tentu memegang peran yang sangat penting
terutama bagi arus barang dan jasa. Adapun rute terbang adalah Sintang-
Pontianak dan terus diperluas menjadi salah satu bandara internasional yang ada
di Provinsi Kalimantan Barat yang berkedudukan di sekitar kawasan Sungai
Tebelian.
Jumlah pesawat dan penumpang angkutan udara pada tahun 2017 baik
yang berangkat maupun yang datang melalui Bandar Udara Susilo Sintang
mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, Hal ini
disebabkan adanya trayek angkutan penumpang komersil dari Sintang ke
Pontianak dan ke Kabupaten Lainnya.
c. Fasilitas Air Bersih
Pemanfaatan sumber air bersih di Kabupaten Sintang sangat beragam
jenisnya yang bersumber dari air kemasan, pompa, sumur terlindung, sumur tak
terlindung, mata air terlindung, mata air tak terlindung, air sungai, air hujan dan
lainnya. Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi penduduk baik
untuk memasak/minum maupun mencuci/mandi. Bagi daerah Kabupaten
Sintang, khususnya di daerah pedalaman secara tradisional penggunaan air
bersih masih bersumber dari sungai/danau dan air hujan. Akan tetapi di sebagian
kecamatan air bersih dikelola sebagai komoditas industri oleh PDAM di sebagian
kecamatan air bersih dikelola sebagai komoditas industri oleh PDAM.
Jumlah konsumen yang menggunakan air bersih yang diproduksi oleh
PDAM Kabupaten Sintang pada tahun 2017 adalah sebesar 6.420 pelanggan yang
terdiri dari 5.768 pelanggan rumah tangga, 93 pelanggan badan sosial, 127
pelanggan kantor pemerintah, dan 432 pelanggan niaga dengan jumlah air minum
yang terjual di tahun 2017 adalah sebesar 1.305.740 M3.
d. Fasilitas Listrik
Upaya yang dilakukan pemerintah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat
akan tenaga listrik di kabupaten Sintang cukup serius. hal tersebut sangat nyata
setelah adanya program listrik masuk desa. Energi listrik mempunyai peran yang
sangat vital dalam pembangunan nasional. Persebaran aliran listrik dari PLN
sebagai satu-satu perusahaan milik negara yang menyediakan listrik ke rumah
tangga, industri dan pemerintah memang masih belum merata di Kabupaten
Sintang. Masih banyak desa-desa yang belum dialiri listrik tentunya masyarakat
disana mengusahakan sendiri kebutuhan listriknya. Pada tahun 2017, jumlah
pelanggan listrik rumah tangga adalah sebanyak 62.564 rumah tangga, 3.848
industri, 1.510 badan sosial, dan 460 instansi pemerintah.
BAB V ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL
KABUPATEN SINTANG
5.1. ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL
Visi penanaman modal Indonesia sampai tahun 2025 adalah Penanaman
Modal yang Berkelanjutan Dalam Rangka Terwujudnya Indonesia yang Mandiri,
Maju dan Sejahtera. Untuk mencapai visi tersebut ditetapkan 3 (tiga) misi, yaitu :
1. Membangun iklim penanaman modal yang berdaya saing;
2. Mendorong diversifikasi dan peningkatan kegiatan ekonomi yang bernilai
tambah; dan
3. Mendorong pemerataan kegiatan perekonomian nasional. Berdasarkan visi dan
misi di atas, dirumuskan arah kebijakan penanaman modal yang meliputi tujuh
elemen utama sebagaimana terdapat pada Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun
2012 tentang Rencana Umum Penanaman Modal, yaitu :
1) Perbaikan iklim penanaman modal;
2) Pesebaran Penanaman Modal;
3) Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur dan Energi;
4) Penanaman Modal yang berwawasan lingkungan (green investment)
5) Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil Menengah dan Koperasi (UMKMK);
6) Pemberian fasilitas, Kemudahan dan Insentif Penanaman Modal;
7) Promosi Penanaman Modal.
Iklim investasi yang kondusif dan berdaya saing merupakan faktor daya
tarik utama bagi para investor untuk menanamkan modalnya di Kabupaten
Sintang. Iklim investasi yang kondusif diperlukan untuk kenyamanan dan
keamanan dalam berinvestasi, sedangkan daya saing daerah dibutuhkan agar
para investor lebih tertarik berinvestasi di Kabupaten Sintang dibandingkan
daerah-daerah lain yang memiliki potensi serupa.
5.2. ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN SINTANG
Penyusunan RUPM Kabupaten Sintang untuk mendukung RUPM Nasional
dan RUPMP Provinsi Kalimantan Barat, dan juga harus mendukung pelaksanaan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Sintang
tahun 2006-2025 dengan visi misi sebagai berikut :
Visi :
“Kabupaten Sintang Yang Maju, Mandiri Dan Sejahtera”
Misi :
1. Mewujudkan perekonomian yang maju dengan mempercepat
pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kegiatan investasi swasta
dan masyarakat, yang diorientasikan pada peningkatan kemampuan
sektor ekonomi serta peningkatan kemampuan produksi pertanian dan
perkebunan, sekaligus peningkatan kemampuan pengolahan hasil
akhirnya.
2. Mewujudkan masyarakat yang sehat, cerdas, produktif dan inovatif
untuk meningkatkan daya saing serta penguasaan dan pemanfaatan
IPTEK.
3. Mewujudkan infrastruktur dasar yang memadai guna membuka kawasan
terisolir dan tertinggal guna meningkatkan investasi di kawasan tersebut.
4. Mewujudkan kemampuan pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup secara berkelanjutan dengan memanfaatkan seoptimal
mungkin sumberdaya alam dan memberikan perlindungan fungsi
lingkungan hidup secara berkelanjutan, berkeadilan, dan
berkeseimbangan; untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat Kabupaten
Sintang.
5. Mewujudkan pembangunan wilayah yang merata dan berkeadilan dalam
rangka mempercepat terwujudnnya kesejahteraan masyarakat melalui
penataan kebijakan pembangunan pengurangan kesenjangan antar
wilayah, penataan ruang wilayah dan pertanahan, percepatan
pengembangan wilayah cepat tumbuh dan strategis, percepatan
pembangunan wilayah tertinggal/miskin dan pembangunan wilayah
perbatasan antar negara (Serawak-Malaysia Timur).
6. Mewujudkan masyarakat yang bermoral, berbudaya, dan religius, serta
memiliki kultur produktif-inovatif dan mandiri berlandaskan kepada
nilai-nilai luhur Pancasila, budaya bangsa, dan agama/kepercayaan.
7. Mewujudkan keamanan, ketertiban dalam masyarakat berbasis
supremasi hukum dan tata pemerintahan yang baik
8. Mewujudkan budaya politik yang demokratis dan menghargai
heterogenitas sosial dan politik dalam masyarakat.
RUPM Kabupaten Sintang yang disusun ini harus dapat mendukung
pelaksanaan semua misi pembangunan daerah sebagaimana tertuang dalan
RPJPD Kabupaten Sintang. Adapun arah kebijakan penanaman modal Kabupaten
Sintang, meliputi 7 (elemen) utama, yaitu :
a. Perbaikan iklim penanaman modal;
b. Persebaran Penanaman Modal;
c. Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur, Energi dan Perdagangan;
d. Penanaman Modal yang berwawasan lingkungan (green investment)
e. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil Menengah dan Koperasi (UMKMK);
f. Pemberian fasilitas, Kemudahan dan Insentif Penanaman Modal; dan
g. Promosi, Kerjasama, dan Kemitraan dalam Penyelenggaraan Penanaman Modal
Perbaikan Iklim Penanaman Modal
Arah kebijakan perbaikan iklim penanaman modal, berupa :
a) Penguatan Kelembagaan Penanaman Modal, penguatan kelembagaan
penanaman modal akan menciptakan iklim usaha yang kondusif. Hal ini
dilakukan dengan :
1. Pembangunan Sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di bidang
penanaman modal yang lebih efektif dan akomodatif terhadap penanaman
modal;
2. Penyelenggaraan PTSP dengan mendapat pendelegasian atau pelimpahan
wewenang dari lembaga/instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan
non perizinan di pusat, Propinsi, Kabupaten;
3. Peningkatan koordinasi antar lembaga/instansi di daerah dalam rangka
pelayanan penanaman modal kepada para penanam modal;
4. Menjadi inisiator penanaman modal serta berorientasi pada pemecahan
masalah (problem-solving) baik kepada para penanam modal yang akan
maupun yang sudah menjalankan usahanya di Kabupaten Sintang.
b) Penciptaan Kepastian Hukum, Perlindungan dan Persaingan Usaha. Mengingat
persaingan usaha merupakan faktor penting dari iklim penanaman modal
untuk mendorong kemajuan ekonomi, maka :
1. Memastikan hukum dan aturan berinvestasi berjalan sebagaimana mestinya
sehingga pelaku usaha dapat beroperasi secara aman dan mengikuti
peraturan.
2. Memberikan perlindungan hukum dan keamanan kepada pelaku usaha dalam
menjalankan usahanya. Dengan adanyanya perlindungan hukum maka pelaku
usaha dapat mengoperasikan usahanya secara maksimal dengan
meminimalisir resiko kemanan dalam berusaha.
3. Perlu menetapkan pengaturan persaingan usaha yang sehat (Level Playing
Field), sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama
di masing-masing level pelaku usaha. Dengan demikian, dunia usaha dapat
tumbuh dan berkembang secara sehat, serta dapat menghindari pemusatan
kekuatan ekonomi pada perorangan atau kelompok tertentu.
4. Perlu meningkatkan pengawasan dan penindakan terhadap kegiatan-kegiatan
yang bersifat anti-persaingan, seperti penetapan syarat perdagangan yang
merugikan, pembagian wilayah dagang, dan strategi penetapan harga barang
yang mematikan pesaing.
5. Lembaga pengawas persaingan usaha yang telah dibentuk Pemerintah perlu
terus mengikuti perkembangan terakhir praktek-praktek persaingan usaha,
termasuk kompleksitas praktek dan aturan persaingan usaha di negara lain.
c) Hubungan Industrial. Hubungan industrial yang sehat dalam penanaman modal
dimaksudkan untuk mendukung pengembangan sumber daya manusia di
Kabupaten Sintang, oleh karena itu diperlukan :
1. Penetapan kebijakan yang mendorong perusahaan untuk memberikan
program pelatihan dan peningkatan keterampilan dan keahlian bagi para
pekerja.
2. Aturan hukum yang mendorong terlaksananya perundingan kolektif yang
harmonis antara buruh/pekerja dan pengusaha, yang dilandasi prinsip itikad
baik (code of good faith).
Persebaran Penanaman Modal
Arah kebijakan untuk mendorong persebaran penanaman modal diarahkan
kepada persebaran penanaman modal yang sesuai peraturan kawasan dan
zonasi, persebarannya adalah :
a) Pengembangan sentra-sentra ekonomi baru melalui pengembangan sektor-
sektor strategis sesuai daya dukung lingkungan dan potensi unggulan tiap
kecamatan yang dimiliki.
b) Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan strategis, antara lain dengan
mendorong persebaran penanaman modal berdasarkan kawasan dan zonasi.
c) Pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal yang
mendorong pertumbuhan penanaman modal.
d) Percepatan pembangunan infrastruktur dengan mengembangkan pola
kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur
yang diintegrasikan dengan rencana penanaman modal untuk sektor tertentu
yang strategis.
Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur, Energi dan Perdagangan
a) Pangan
Sasaran penanaman modal bidang pangan pada masing-masing komoditi
dilakukan untuk mewujudkan: (i) mengembangkan industri turunan komoditi
pertanian dan perkebunan melalui kluster industri; dan (ii) mengubah produk
primer menjadi produk olahan untuk ekspor. Arah kebijakan pengembangan
penanaman modal bidang pangan adalah sebagai berikut :
1) Pengembangan industri pengolahan produk pertanian dan perkebunan yang
didasarkan pada produk pertanian dan perkebunan yang berada di sekitara
Kabupaten Sintang.
2) Penguatan kemampuan daya saing, efisiensi;
3) Modernisasi agribisnis;
4) Pemberian fasilitas, kemudahan dan/atau insentif penanaman modal yang
promotif untuk ekstensifikasi dan intensifikasi lahan usaha, dan ketersediaan
infrastruktur.
5) Pemberian pembiayaan, pemberian kejelasan status lahan, dan mendorong
pengembangan klaster industri agribisnis.
6) Peningkatan kegiatan penelitian, promosi, dan membangun citra positif
produk pangan Kabupaten Sintang.
7) Pengembangan sektor strategis pendukung ketahanan pangan nasional,
antara lain sektor industri pengolahan pangan.
b) Infrastruktur
Arah kebijakan pengembangan penanaman modal di bidang infrastruktur
adalah sebagai berikut :
1) Optimalisasi kapasitas dan kualitas infrastruktur yang saat ini sudah tersedia.
2) Pengembangan infrastruktur baru dan perluasan layanan infrastruktur sesuai
strategi peningkatan potensi ekonomi.
3) Pengintegrasian pembangunan infrastruktur Nasional, Provinsi dan
Kabupaten sesuai dengan peran masing-masing wilayah dan jangkauan
pelayanan infrastruktur.
4) Percepatan pembangunan infrastruktur
5) Percepatan pemenuhan kebutuhan infrastruktur melalui mekanisme skema
Kerjasama Pemerintah-Swasta (KPS) atau nonKPS.
6) Pengembangan sektor strategis pendukung pembangunan infrastruktur.
7) Pembangunan media komunikasi dan informatika.
8) Peningkatan sistem pengelolaan dan penyelenggaraan telematika yang
tanggap terhadap kebutuhan pasar dan industri.
c) Energi
Arah kebijakan pengembangan penanaman modal bidang energi adalah :
1) Optimalisasi potensi sumber energi baru dan terbarukan serta mendorong
investasi infrastruktur energi untuk memenuhi kebutuhan listrik di
Kabupaten Sintang.
2) Peningkatan pangsa sumberdaya energi baru dan terbarukan untuk
mendukung efisiensi, konservasi, dan pelestarian lingkungan hidup dalam
pengelolaan energi.
3) Pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal serta
dukungan akses pembiayaan domestik dan infrastruktur energi, khususnya
bagi sumber energi baru dan terbarukan.
4) Pengembangan sektor strategis pendukung sektor energi
d) Perdagangan
Arah kebijakan pengembangan penanaman modal bidang perdagangan adalah :
1) Pengembangan dan peningkatan transaksi perdagangan produk-produk lokal.
2) Stabilisasi distribusi dan ketersediaan barang barang kebutuhan pokok di
seluruh wilayah Kabupaten dengan harga yang terjangkau, sehingga dapat
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat,
3) Peningkatan sarana dan prasarana pembangunan ekonomi sektor
perdagangan menuju terciptanya keunggulan produk lokal yang mampu
bersaing di tingkat global.
Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan (green investment)
Arah kebijakan Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan (Green
Investment) adalah sebagai berikut :
1) Perlunya bersinergi dengan kebijakan dan program pembangunan
lingkungan hidup serta program pencegahan kerusakan keanekaragaman
hayati.
2) Pengembangan sektor-sektor prioritas dan teknologi yang ramah lingkungan,
serta pemanfaatan potensi sumber energi baru dan terbarukan.