DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN A Latar Belakang …………………………………………………………… 3 TIU …………………………………………………………………… 3 TIK …………………………………………………………………… 3 B Sinar X …………………………………………………………………… 4 BAB II. PEMANFAATAN BIDANG KESEHATAN A. DIAGNOSTIK ……………………………………………………………… 1. Pesawat Sinar X (Prinsip Kerja, Kegunaan, dan Aspek Keselamatan ) 7 a. Konvensional ……………………………………………………… 8 b. Fluoroscopy ………………………………………………………… 10 c. Mammography ………………………………………………………. 11 d. Gigi ………………………………………………………………… 16 e. Intervensional …………...……………….………………………… 18 f. CT-Scan (Computed Tomography)………………………………… 19 B. RADIOTERAPI…………………………………………………………… 22 1. Brachyteraphy ………………………………………………………… 23 a. Manual Loading (konvensional)…………………………………… 23 b. Remote Afterloading ……………………………………………… 26 2. Teleterapi ……………………………………………………………… 27 a. Pesawat Terapi Sinar X …………………………………………… 29 b. Gamma Teletherapi ………………………………………………… 29 c. Teleterapi Linac …………………………………………………… 32 C. KEDOKTERAN NUKLIR ………………………………………………… 36 1. Karakteristik Sumber Terbuka ………………………………………… 36 a. Pencitraan oleh Gamma Camera …………………………………… 37 b. Diagnostik …………………………………………………………… 38 c. Terapi ……………………………………………………………… 41 2. Aspek Keselamatan …………………………………………………… 42 a. Pemindahan Sumber ………………………………………………… 42 b. Cara Bekerja Dengan Sumber Terbuka …………………………… 42 c. Teknik Penanganan Sumber Radiasi ……………………………… 44 1
91
Embed
DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN A Latar Belakang ...ansn.bapeten.go.id/files/ins_Obyek_Inspeksi_FRZR.pdf · Teknik Gauging Dalam Industri ………………………………………
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A Latar Belakang …………………………………………………………… 3
TIU …………………………………………………………………… 3
TIK …………………………………………………………………… 3
B Sinar X …………………………………………………………………… 4
BAB II. PEMANFAATAN BIDANG KESEHATAN
A. DIAGNOSTIK ………………………………………………………………
1. Pesawat Sinar X (Prinsip Kerja, Kegunaan, dan Aspek Keselamatan ) 7
a. Konvensional ……………………………………………………… 8
b. Fluoroscopy ………………………………………………………… 10
c. Mammography ………………………………………………………. 11
d. Gigi ………………………………………………………………… 16
e. Intervensional …………...……………….………………………… 18
f. CT-Scan (Computed Tomography)………………………………… 19
B. RADIOTERAPI…………………………………………………………… 22
1. Brachyteraphy ………………………………………………………… 23
a. Manual Loading (konvensional)…………………………………… 23
b. Remote Afterloading ……………………………………………… 26
2. Teleterapi ……………………………………………………………… 27
a. Pesawat Terapi Sinar X …………………………………………… 29
b. Gamma Teletherapi ………………………………………………… 29
c. Teleterapi Linac …………………………………………………… 32
C. KEDOKTERAN NUKLIR ………………………………………………… 36
1. Karakteristik Sumber Terbuka ………………………………………… 36
a. Pencitraan oleh Gamma Camera …………………………………… 37
b. Diagnostik …………………………………………………………… 38
c. Terapi ……………………………………………………………… 41
2. Aspek Keselamatan …………………………………………………… 42
a. Pemindahan Sumber ………………………………………………… 42
b. Cara Bekerja Dengan Sumber Terbuka …………………………… 42
c. Teknik Penanganan Sumber Radiasi ……………………………… 44
1
BAB. III. PEMANFAATAN DALAM BIDANG INDUSTRI
A. RADIOGRAFI ……………………………………………………………… 45
1. Sumber Radiasi Radiografi …………………………………………… 45
a. Sinar –X …………………………………………………………… 45
b. Sinar Gamma ……………………………………………………… 45
2. Radiografi …………………………………. 46
3. Proses Penyinaran Radiografi ………………………………………… 48
a. Prinsip Kerja Alat …………………………………………………… 48
b. Sistem Keselamatan Alat …………………………………………… 51
B. GAUGING ………………………………………………………………… 54
1. Teknik Gauging Dalam Industri ……………………………………… 55
a. Thickness Gauging ………………………………………………… 55
b. Level Gauging …………………….………………………………… 55
c. Density Gauging …………………………………………………… 56
d. Neutron Moisture Gouging ………………………………………… 57
C. ANALISIS …………………………………………………………………… 64
1. Fluoresensi Sinar – X (XRF) ………………………………………… 64
2. Tangkapan Elektron …………………………………………………… 65
D. LOGGING ………………………………………………………………… 67
1. Dasar-Dasar Logging ………………………………………………… 70
2. Peralatan Logging dan Tekniknya …………………………………… 71
3. Operasi Well Logging ………………………………………………… 72
E. TEKNIK PERUNUT RADIOISOTOP …………………………………… 76
1. Prinsip Kerja …………………………………………………………… 76
2. Aspek Keselamatan …………………………………………………… 76
F. IRRADIATOR ……………………………………………………………… 81
1. Tipe-Tipe Irradiator …………………………………………………… 81
2. Irradiator di Indonesia. ………………………………………………… 86
a. Irradiator Gamma …………………………………………………… 86
b. Irradiator Berkas Elektron ………………………………………… 87
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Pemanfaatan radiasi yang sudah begitu meluas dalam berbagai bidang
pemanfaatan yaitu kesehatan, industri, penelitian dan pendidikan dan
bervariasinya aktivitas yang digunakan yang disesuaikan dengan tujuan
pemanfaatan. Resiko yang berhubungan dengan penggunaan sumber radiasi
yang terencana umumnya telah dapat diprediksi sehingga persyaratan
keselamatan telah dapat ditentukan. Walaupun begitu kecelakaan masih
juga terjadi dan bahkan terjadi juga kecelakaan yang serius dan mematikan.
Oleh karena itu perhatian dari masyarakat proteksi radiasi mengupayakan
pada usaha untuk pencegahan daripada melakukan penanggulangannya.
Salah satu cara yaitu dengan dilakukan pengenalan terhadap peralatan yang
menggunakan sumber radiasi dan zat radioaktif tersebut.
Obyek pengawasan dalam bidang FR-ZR dalam bidang kesehatan dan
industri dicoba disajikan dalam makalah ini yang meliputi jenis dan
gambaran fisik peralatan, kegunaan serta prinsip kerja/ prosedur
pengoperasian, aspek keselamatan dan potensi bahaya dalam
pengoperasiannya.
Tujuan Instruksional Umum
Peserta mengetahui tentang jenis peralatan sumber radiasi yang digunakan
dalam pemanfaatan bidang kesehatan dan industri, prinsip kerja dan sistem
serta aspek keselamatan peralatan dalam pengoperasiannya.
Tujuan Instruksional Khusus
3. Peserta mengetahui tentang jenis dan gambaran fisik peralatan yang
digunakan dalam pemanfaatan di bidang kesehatan dan industri
4. Peserta mengetahui tentang prinsip kerja dan sistem keselamatan
peralatan sumber
3
5. Peserta memahami potensi bahaya yang ada bagi pekerja, masyarakat
dan lingkungan
B. SINAR-X
Penggunaan pesawat sinar-X secara tepat yang meliputi perancangan dan
pemasangan, prosedur pengoperasian secara benar dengan memperhatikan
norma keselamatan radiasi dan penahan radiasi perlu mendapat perhatian
dengan seksama. Rumah tabung sinar-X harus mempunyai penahan radiasi
dan mekanisme pengontrol berkas yang bekerja dengan baik. Persyaratan
ruang dan keselamatan dari fasilitas radiasi harus diperhatikan sejak awal
sebelum instalasi pesawat didirikan.
1. Wadah tabung sinar-X
Setiap tabung sinar-X harus ditempatkan dalam wadah atau perisai
pelindung lain. Di dalam wadah juga terdapat alat pendingin seperti
minyak. Wadah tabung biasanya terdiri dari timbal atau uranium susut
kadar yang dilapisi logam. Celah atau lubang pada wadah tabung tidak
boleh lebih besar dari yang diperlukan untuk menghasilkan berkas sinar
dengan ukuran maksimum.
Gambar I.1. Bagian-bagian tabung pesawat sinar-X
4
Gambar I.2. Tabung sinar-X
2. Proses pembentukan sinar-X pada pesawat sinar-X adalah sebagai
berikut :
a. Arus listrik akan memanaskan filamen pada katoda sehingga akan
terjadi awan elektron disekitar filamen (proses emisi termionik).
b. Tegangan (kV) di antara katoda (negatif) dan anoda (positif) akan
menyebabkan elektron-elektron bergerak ke arah anoda.
c. Fokus (focusing cup) berfungsi untuk mengarahkan pergerakan
elektron-elektron (berkas elektron) menuju target.
d. Ketika berkas elektron menubruk target akan terjadi proses eksitasi
pada atom-atom target, sehingga akan dipancarkan sinar-X
karakteristik, dan proses pembelokan (pengereman) elektron
sehingga akan dipancarkan sinar-X bremstrahlung.
e. Berkas sinar-X yang dihasilkan, yaitu sinar-X karakteristik dan
bremstrahlung, dipancarkan keluar tabung melalui jendela.
f. Pendingin diperlukan untuk mendinginkan target karena sebagian
besar energi kinetik elektron pada saat menumbuk target akan
berubah menjadi panas.
Dari pembahasan di atas terlihat bahwa sinar-X yang dihasilkan oleh
pesawat sinar-X terdiri atas sinar-X karakteristik yang memiliki
spektrum energi ”diskrit” dan sinar-X bremstrahlung yang memiliki
spektrum energi kontinyu.
Terdapat dua pengaturan (adjustment) pada pesawat sinar-X yaitu
pengaturan arus berkas elektron (mA) yaitu dengan pengatur arus
5
filamen dan pengaturan tegangan di antara anoda dan katoda (kV).
Pengaturan arus filamen akan menyebabkan perubahan jumlah elektron
yang dihasilkan filamen dan intensitas berkas elektron (mA) sehingga
mempengaruhi intensitas sinar-X. Semakin besar mA akan
menghasilkan sinar-X yang semakin besar. Pengaturan tegangan kV
akan menyebabkan perubahan ”gaya tarik” anoda terhadap elektron
sehingga kecepatan elektron menuju (menumbuk) target akan berubah.
Hal ini menyebabkan energi sinar-X dan intensitas sinar-X yang
dihasilkan akan mengalami perubahan. Semakin besar kV akan
menghasilkan energi dan intensitas sinar-X yang semakin besar pula.
6
BAB II.
PEMANFAATAN DALAM BIDANG KESEHATAN
A. DIAGNOSTIK
Dalam pemberian paparan radiologi diagnostik harus dipastikan bahwa :
1 Para praktisi medik yang meminta atau melaksanakan diagnosis
radiologi :
a. Menggunakan peralatan yang sesuai
b. Mengusahakan paparan sekecil mungkin pada pasien dengan tetap
memperhitungkan norma kualitas citra yang ditetapkan oleh
organisasi profesi dan batas pengendalian paparan medik; dan
c. Memperhatikan informasi hasil pemeriksaan sebelumnya guna
menghindari pemeriksaan berulang yang tidak diperlukan;
2 Praktisi medik, teknisi dan staf pencitraan lainnya memilih parameter
sedemikian rupa sehingga kombinasinya memberikan paparan sekecil
mungkin pada pasien dengan kualitas citra dan tujuan pemeriksaan
tetap tercapai, untuk radiologi anak dan intervensional radiologi,
pemilihan parameter berikut harus lebih diperhatikan, yakni :
3. Area yang diperiksa, jumlah dan ukuran proyeksi penyinaran (misal
jumlah film atau potongan Tomografi) dan waktu pemeriksaan (misal
waktu fluoroskopi);
a. Jenis penerima citra (misal film kecepatan rendah atau tinggi);
b. Penggunaan grid anti hamburan;
c. Kolimasi berkas utama sinar-X untuk memperkecil volume jaringan
yang terirradiasi dan memperbesar kualitas bayangan;
d. Nilai-nilai parameter operasional (misal tegangan tabung; arus dan
waktu atau hasil kalinya);
e. Teknik-teknik penyimpanan citra dalam pencitraan dinamis (misal
jumlah citra per detik); dan
f. Faktor-faktor pengolah citra (misal suhu developer dan algoritma
rekonstruksi citra);
4. Peralatan mobile radiology digunakan hanya untuk pemeriksaan khusus
atau bilamana pasien tidak mungkin dibawa ke ruang pesawat sinar-X
7
stasioner dan ini dilakukan dengan memperhatikan nilai-nilai proteksi
radiasi.
5. Pemeriksaan radiologi yang mengakibatkan paparan pada perut atau
panggul wanita hamil atau yang diduga hamil harus dihindari, kecuali
adanya alasan klinis yang sangat kuat.
6. Setiap pemeriksaan radiologi pada daerah perut atau panggul wanita
usia subur harus direncanakan sehingga memberikan dosis minimal
pada janin yang mungkin ada.
7. Bilamana mungkin, disediakan pelindung organ yang peka terhadap
radiasi seperti gonad, lensa mata, payudara dan tiroid.
Adapun jenis pesawat yang digunakan adalah :
1. Pesawat sinar-X
a. konvensional
Pesawat sinar-X harus memiliki sistem diafragma atau kolimator
pengatur berkas radiasi, sehingga apabila diafragma tertutup rapat
maka laju kebocoran radiasinya tidak melebihi batas yang diizinkan.
Gambar II.1. Pesawat sinar-X yang tetap (fix)
Gambar II.2. Pesawat sinar-X mobile
8
Tabel II.1. Tingkat kebocoran radiasi pesawat sinar-X
Pemeriksaan Laju kebocoran yang diizinkan
Diagnostik ≤ 100 mR/jam pada jarak 1 m dari fokus dalam
kondisi maksimum
Filtrasi permanen minimal untuk diagnostik ditetapkan seperti dalam
tabel II.2. Nilai filter permanen tersebut harus dinyatakan secara tertulis
pada wadah tabung sinar-X. Ukuran titik focus (focal spot), tempat
terjadinya sinar-X, biasanya antara 0,22 mm s/d 2 mm.
Tabel II.2. Filtrasi Permanen
Total filtrasi minimal Tegangan tabung maksimum
1,5 mmAl s/d. 70 kV
2,0 mmAl 70 – 100 kV
2,5 mmAl Di atas 100 kV
Aspek keselamatan dalam Pengaturan dan pembatasan waktu
penyinaran
1. Harus ada penunjukan tegangan tabung, arus tabung dan waktu
penyinaran yang dipilih; penunjukan jumlah muatan listrik (mAs)
dapat dipakai sebagai pengganti penunjukan arus tabung dan waktu
penyinaran secara terpisah.
2. Untuk pengatur penyinaran otomatis cukup ada penunjukan
tegangan tabung; untuk tegangan tabung dan arus tabung dengan
nilai tetap perlu ada penunjukan pada panel pengatur dan dijelaskan
dalam dokumen penyerta.
3. Jika pembangkit sinar-X ini juga dapat digunakan untuk
fluoroskopi, harus ada suatu cara untuk menjaga agar arus tabung
berada dalam + 25 % dari nilai yang ditetapkan sebelumnya.
4. Rangkaian penyinaran yang ditetapkan sebelumnya harus
diperlihatkan dengan jelas dalam sebuah tabel dalam dokumen
9
penyerta; faktor-faktor penyinaran ini hendaknya tersedia dekat atau
pada panel pangatur.
5. Sakelar penyinaran harus terpasang sedemikian, sehingga dapat
dijalankan dari tempat yang aman (2m dari susunan tabung dan dari
pasien).
a. di belakang bangunan pelindung atau
b. di dalam ruangan dengan menggunakan apron pelindung dan
jika perlu sarung tangan (untuk pengaturan khusus seperti
memegang film pada pasien anak kecil).
6. Untuk memperkecil radiasi pada pasien dan radiasi hambur dalam
kamar sinar-X ukuran berkas radiasi harus dibuat sekecil mungkin
sesuai dengan kebutuhan diagnostik dari pemeriksaan tersebut.
7. Waktu penyinaran biasanya sangat pendek dengan maksud untuk
memperkecil kemungkinan kaburnya bayangan akibat gerakan
bagian yang difoto.
8. Pesawat harus dilengkapi dengan peralatan untuk membatasi berkas
Sinar Guna (misalnya dengan diafragma berkas cahaya yang dapat
diatur dan kerucut yang dapat diganti-ganti).
b. Fluoroskopi
Untuk keselamatan radiasi pada pesawat fluoroskopi untuk pekerja
radiasi, pesawat harus dilapisi kaca Pb dengan ketebalan setara dengan:
1) 1,5 mm Pb untuk tegangan s/d 70 kV;
2) 2,0 mm Pb untuk tegangan 70 – 100 kV; dan
3) tambahan 0,1 mm Pb / kV untuk tegangan di atas 100 kV
10
Error!
Detektor dan penerima gambar
Meja pasien
Ta
Pen
1)
2)
3)
4)
Prin
baw
CCTV
bung sinar-X
Gambar II.3. Pesawat Fluoroskopi
gaturan dan pembatasan waktu penyinaran :
Sakelar penyinaran dari jenis tekan terus (clep presroom)
Sakelar memberikan peringatan yang berbunyi sebelum akhir
selang waktu dan secara otomatik mematikan alat sesudah
beberapa menit.
Sakelar penyinaran harus terletak sedemikian rupa, sehingga :
c. dapat diatur oleh dokter ahli yang melakukan fluoroskopi
d. terlindung terhadap kemungkinan tertekan/terputar tanpa
sengaja
e. kedua tangan dan lengan bagian depan berada dalam daerah
yang terlindung terhadap radiasi hambur
Waktu kumulatif tidak boleh lebih dari 10 menit
sip kerja peralatan fluoroskopi adalah seperti pada gambar di
ah ini :
11
Gambar II.4. Prinsip kerja peralatan fluoroscopy
Pembatasan ukuran berkas radiasi
1) Usahakan ukuran berkas radiasi sekecil mungkin, ukuran berkas
mempengaruhi penerimaan radiasi pada pasien.
2) Berkas yang sempit juga memperbaiki kualitas bayangan,
karena mengurangi radiasi hamburan pada tabir fluoroskopi.
3) Untuk proteksi radiasi hamburan di bawah tabir fluoroskopi
ketebalan tabir setara dengan 0,5 – 1,0 mm Pb; ukurannya tidak
boleh kurang dari 45 x 45 cm.
4) Diafragma harus diatur sedemikian, sehingga tidak dapat dibuka
sampai luas tertentu yang dapat menyebabkan berkas langsung
melebihi batas tabir.
Prosedur Pengoperasian
1) Hanya petugas yang diperlukan boleh berada dalam kamar
penyinaran.
2) Mereka harus menggunakan apron pelindung dan jika perlu
sarung tangan pelindung, sebaik mungkin pemanfaatan penahan
radiasi tetap yang tersedia di tempat itu.
3) Untuk fluoroskopi konvensional penting dilakukan adaptasi
keadaan gelap selama 20 menit, arus listrik yang dipakai tidak
boleh melebihi 4 mA pada tegangan 100 kV.
12
4) Fluoroskopi dapat dianggap sebagai alat radiografi murni.
5) Untuk diingat pada tegangan (kVp) yang sama, penyinaran
radiografi dengan 60 mAs adalah sama dengan fluoroskopi pada
1 mA untuk jangka waktu 1 menit.
Alat Keselamatan
1) Tanda yang sederhana pada pintu (lampu merah menyala) dan
kunci untuk mencegah dibukanya pintu selama fluoroskopi.
2) Dosimeter untuk pasien yang dapat memberikan peringatan
dengan bunyi terhadap kombinasi waktu, ukuran berkas dan
output.
3) Penguat bayangan yang dipasang secara benar dan digunakan
hati-hati dapat memperkecil keluaran sinar-X yang dibutuhkan
sampai dengan faktor 10.
4) Penguat bayangan juga memungkinkan fluoroskopi dilakukan
dengan cahaya ruangan.
5) Dengan penguat bayangan arus listrik tidak boleh melebihi 1
mA pada 100kV.
Pemilihan Alat Fluoroskopi
1) Pesawat harus mempunyai jarak folus-kulit yang panjang
(minimum 40 cm).
2) Kesetaraan aluminium untuk filter total (filter inheren + filter
tambahan) yang secara permanen terdapat dalam berkas Sinar
Guna harus mempunyai nilai minimum seperti tertera dalam
Tabel II.2.
13
Detektor
Tabung sinar-X
Gambar II.5. Pesawat mobile fluoroskopi untuk bedah
c. Mamografi
Untuk sistem pesawat sinar-X yang didesain hanya untuk
mamografi, transmisi dari radiasi primer melalui alat penyangga
penerima bayangan harus dibatasi sedemikian rupa sehingga
penyinaran pada jarak 5 cm dari permukaan yang dapat dicapai
setelah melalui alat penyangga penerima bayangan tidak lebih besar
dari 0,1 Gy untuk tiap kali tabung diaktifkan. Pengukuran
penyinaran dilaksanakan dengan mengoperasikan sistim pada jarak
sumber-bayangan (SID) minimum sesuai desain. Kepatuhan
terhadap peraturan ditentukan dengan memasang beda tegangan
pada tabung dan perkalian antara arus tabung dan waktu pada nilai
maksimum dan merupakan hasil pengukuran rata-rata pada daerah
seluas 100 cm persegi dengan dimensi linier yang tidak lebih besar
dari 20 cm.
14
Gambar II.6. Susunan Pesawat Mamografi
Pesawat untuk mammografi yang beroperasi pada tegangan di
bawah 50 kV harus memiliki filter permanen minimal 0,5 mm Al.
d. Pesawat sinar-X untuk Gigi
Pada pesawat sinar-X untuk pemeriksaan mulut, gigi dan rahang,
berlaku semua ketentuan yang berhubungan dengan pesawat sinar-
X diagnostik, meskipun tegangan tabung lebih rendah. Karena jarak
fokus-kulit yang lebih pendek, dosis yang diterima pada kulit akan
lebih tinggi. Apron pelindung harus tersedia untuk menutupi pasien
dari bagian leher ke bawah selama penyinaran berlangsung.
Peralatan ini harus mempunyai kerucut pengaman yang baik. Ada 2
jenis kerucut : kerucut plastik runcing dan kerucut ujung terbuka.
Kerucut plastik runcing harus dilengkapi dengan kolimator yang
efektif dengan sebuah diafragma logam dan tabung logam yang
berada dalam kerucut. Untuk tegangan kurang dari 70 kV saringan
(filter) total pada pesawat setara 1,5 mm Al. Untuk tegangan di atas
70 kV saringan total pada pesawat setara dengan 2,5 mm Al.
15
Gambar II.7. Pesawat sinar-X untuk gigi dengan kerucut ujung terbuka
Gambar II.8. Pesawat sinar-X untuk gigi dengan kerucut plastik runcing
Ketentuan tambahan untuk keperluan radiografi dental
1) Untuk pemotretan gigi umum
a) Rangkaian listrik pengendalian khusus untuk pemotretan gigi,
harus dibuat sedemikian rupa, sehingga pesawat tidak dapat
dipakai untuk fluoroskopi.
b) Sakelar penyinaran sebaiknya jenis tekan terus; pemotretan
ulang tidak mungkin dilakukan tanpa melepaskan tekanan jari
pada sakelar dan mengembalikan pengatur waktu penyinaran ke
kedudukan semula.
c) Operator yang berada di kamar yang sama dengan pasien harus :
f. berdiri pada jarak lebih dari 2 m dari pasien
16
g. berdiri di belakang tabir Pb yang tebalnya tidak
kurang dari 0,5 mm (sebaiknya tabir dilengkapi kaca intip
kaca Pb setara dengan 0,5 mm Pb)
2) Untuk pemotretan gigi dengan film dalam mulut
a) Penyinaran harus dikendalikan dengan sakelar tekan terus
b) Pengatur waktu penyinaran harus dapat menghentikan
penyinaran secara otomatis setelah selang waktu dan
lamanya tidak boleh kurang dari 5 detik.
c) Harus dilengkapi dengan kerucut dental untuk menjamin
jarak minimum fokus-kulit seperti yang dikehendaki
diafragma permanen berukuran tetap :
h. untuk penggunaan kerucut dental yang dapat
ditukar harus dijamin diafragma selalu berada di
tempatnya dan membatasi ukuran berkas sinar guna,
sehingga tidak melampaui ukuran maksimum yang
diperkenankan.
i. di luar berkas sinar guna, diafragma harus memberikan
tingkat perlindungan yang sama seperti yang diharuskan
untuk susunan tabung Sinar-X
j. diameter berkas sinar guna pada ujung bawah
kerucut dental harus tidak lebih dari 7,5 cm dan
sebaiknya tidak lebih dari 6 cm.
k. untuk kerucut yang silindris dan divergen
dengan/tanpa ujung terbuka, ukuran maksimum berkas
sinar guna harus sesuai dengan luas kerucut dental pada
ujung kerucut.
l. tempat kedudukan fokus dan arah sumbu berkas
sinar guna harus diketahui dengan mudah.
m. jarak minimum fokus-kulit harus terjamin oleh
kerucut dental dengan ukuran diameter di atas seperti
ditentukan dalam tabel berikut :
17
Pesawat untuk tomografi dental panoramik lapangan
1) Pengaturan dan pembatasan penyinaran
a) Selama penyinaran jarak minimum fokus-kulit harus 15 cm;
dalam segala hal diusahakan agar jarak fokus-kulit minimal
20 cm.
b) Penyinaran harus dikendalikan dengan sakelar tekan-terus.
c) Di luar berkas sinar guna, diafragma celah yang dipasang
tetap pada susunan tabung sinar–X harus memberikan
pelindung yang sama tingkatnya seperti yang dikehendaki
untuk susunan tabung sinar-X.
Gambar II.9. Pesawat X-ray panoramic tomografi
e. Pesawat Sinar-X Intervensional
Peralatan sinar-X yang biasa digunakan dalam Intervensional
adalah peralatan fluoroskopi dan CT-Scan. Hasil foto sinar-X
digunakan untuk pedoman dalam penempatan kateter, stents, dll
dalam pembuluh darah dan organ tubuh untuk tujuan perbaikan
atau pengobatan pada kondisi khusus/tertentu.
Untuk melihat pembuluh darah digunakan media yang kontras,
teknik yang digunakan adalah digital subtraction angiography
(DSA). Fluoroskopi pada interventional radiology biasanya
18
membutuhkan waktu lebih lama dengan daerah paparan radiasi
yang lebih luas. Sehingga dosis radiasi yang diterima pasien, dokter
dan petugas proteksi radiasi menjadi tinggi.
Karena paparan radiasi yang diterima pasien cukup tinggi maka
peralatan fluoroskopi yang digunakan perlu ditambahkan alat yang
dapat mengukur dosis yang diterima pasien secara kontinyu (seperti
alat dose-area product meter), alat tersebut harus menunjukan
waktu selama fluoroskopi dilakukan dan dilengkapi dengan alarm
peringatan untuk dokter pada interval waktu tertentu, lebih baik jika
lama penyinaran tidak lebih dari 5 menit.
Dose-area product meter
r
Gambar II.10 DA
f. CT-Scan (Computed T
CT-Scan (computed t
diagnosa kedokteran p
dilakukan dengan mel
±2 mm) pada tubuh
ditangkap oleh suatu
detektor bergerak d
Berdasarkan perbedaa
penyinaran kemudian
Alat pembaca DAP mete
P (Dose Area Product meter)
omography)
omography) pertama kali digunakan untuk
ada awal tahun 1970-an. Teknik diagnosa ini
ewatkan seberkas sinar-X terkolimasi (lebar
pasien dan berkas radiasi yang diteruskan
sistem detektor. Sumber sinar-X berikut
i suatu bidang mengitari tubuh pasien.
n respon detektor pada berbagai posisi
dibuat suatu rekonstruksi ulang untuk
19
mendapatkan gambar bidang tomografi dari objek (pasien) yang
disinari.
Gambar II.11. Prinsip pencitraan akuisisi pada alat CT-Scan
Peralatan CT-Scan terdiri dari :
n. Meja tempat pasien
o. Gantry scanning yang berisi sumber sinar-X
terkolimasi dan susunan detektor
p. Perangkat elektronik untuk akuisisi data
q. Generator sinar-X
r. Komputer, TV-monitor berikut panel kontrol
20
Gambar II.12. Peralatan pesawat CT-Scan
Gantry Scanning
Meja pasien Peralatan untuk
akuisisi data
Meja pasien dan gantry scanning harus dapat menempatkan posisi
pasien pada posisi yang tepat, akurat dan nyaman, sehingga dari proses
rekonstruksi akan didapatkan hasil tomografi yang benar. Tegangan
sinar-X yang digunakan bervariasi dari 50-150 kV dengan kuat arus
antara 0-600 mA. Gambar bidang tomografi yang ditampilkan pada
layar monitor komputer selanjutnya dapat dibuatkan film fotografi
(seperti pada diagnostik konvensional), dicetak pada printer ataupun
disimpan dalam disket (floppy disk).
Penggunaan
CT-scan ini paling banyak digunakan untuk melihat potongan
penampang lintang dari susunan syaraf pusat (otak) manusia. Pasien
yang akan diperiksa harus tidur di meja pasien. Setelah didapatkan
posisi yang dikehendaki, kemudian dilakukan pengambilan data yang
diatur dari panel kontrol. Panel kontrol ini harus terletak di ruang
pemeriksaan. Pengambilan data ini bisa memakan waktu beberapa
menit, tergantung dari jenis pemeriksaan dan tipe pesawat CT-scan
yang digunakan.
Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan proses rekonstruksi untuk
mendapatkan gambar. Proses rekonstruksi ini merupakan suatu
21
pekerjaan yang sangat komplek dan hanya dilakukan dengan komputer,
sehingga teknik diagnosa ini dikenal computerized tomography atau
computed tomography.
Seperti halnya pada diagnostik sinar-X konvensional, CT-scan ini juga
kurang baik untuk pemeriksaan bagian/organ tubuh yang bergerak.
Sehingga sampai saat ini CT-scan lebih banyak digunakan untuk
pemeriksaan bagian kepala.
Aspek Proteksi Radiasi
Untuk setiap pemeriksaan, seorang bisa menerima dosis radiasi sampai
dengan 10 mSv (1 rem) pada bagian tubuh yang sangat sempit. Karena
dapat memberikan dosis cukup tinggi, maka pesawat CT-scan harus
ditempatkan pada ruang khusus yang berpenahan radiasi cukup. Selama
pengambilan data, operator/radiografer tidak diperkenankan berada di
dalam ruang pemeriksaan. Ruangan perlu diberikan tanda-tanda/lampu
ketika pemeriksaan sedang berlangsung. Disain dinding penahan radiasi
adalah seperti halnya pada pesawat sinar-X konvensional.
B. RADIOTERAPI
Radioterapi merupakan salah satu cara pengobatan penyakit dengan
menggunakan radiasi. Berdasarkan metode, radioterapi dapat digolongkan
menjadi :
1. Brachyterapi
2. Teleterapi
1 Brachyterapi
Brachyterapi merupakan radioterapi dimana sumber radiasi secara
langsung dikontakkan dengan tumor, baik secara internal maupun
eksternal.
22
Dalam terapi dengan brachyterapi dikenal dua teknik yaitu manual
loading (konvensional) dan Remote afterloading.
a. Manual loading (konvensional)
Cara ini pertama kali digunakan untuk iradiasi pasien kanker rahim
(uterus) pada tahun 1908. Di negara maju penggunaan metode ini telah
dikurangi dan digantikan dengan metode remote afterloading.
Ada 3 teknik dalam brachyterapi konvensinal yaitu:
o Interstisial, yaitu sumber dimasukkan atau ditanam langsung ke
dalam jaringan tumor dengan cara pembedahan.
o Intracavitary, yaitu sumber dimasukkan dengan menggunakan alat
bantu seperti kateter melalui lubang mulut dsb, disebut juga sebagai
aplikasi intraluminal.
o Surface, yaitu dengan menempelkan sumber di atas permukaan
tumor atau pada kulit, disebut juga terapi superficial.
Gambar II.13 (a) Berbagai Jenis Aplikator untuk Brachyterapi,
(b) Aplikator untuk terapi superficial
Sumber-sumber radioaktif yang digunakan pada brachyterapi antara
lain seperti pada :
(a) (b)
23
Tabel III.1 Jenis Radioisotop yang digunakan dalam brachyterapi
Sumber T1/2 γ (MeV) HVL (mmPb) 222Rn 3.83 d 0.047 - 2.45 (0.83 avg) 8.0 60Co 5.26 y 1.17, 1.33 11.0 137Cs 30 y 0.662 5.5 192Ir 74.2 d 0.136 - 1.06 (0.38 avg) 2.5
198Au 2.7 d 0.412 2.5 125I 60.2 d 0.028 avg 0.025
103Pd 17 d 0.021 avg 0.008 226Ra 1600 y 0.047 - 2.45 (0.83 avg) 8.0
Radium-226 saat ini sudah tidak digunakan lagi di negara maju, dan di
beberapa negara penggunaan sumber radium sudah berkurang.
Penggantian Ra-226 dilakukan dengan 2 pertimbangan pokok yaitu :
o Keselamatan (safety)
o Biaya (cost)
Problem utama penggunaan sumber radium adalah kebocoran sumber
dengan resiko kontaminasi sebab waktu paro sumber yang sedemikian
lama (1622 tahun) sehingga aktivitas sumber tetap hingga beberapa
generasi. Problem lain adalah radium mempunyai energi foton yang
sangat besar, sehingga membutuhkan penahan radiasi (shielding) yang
sangat tebal dengan biaya yang mahal. Aktivitas sumber untuk
brachyterapi perlu dikoreksi misalnya untuk sumber Cs-137 koreksi
aktivitas dilakukan tiap 6 bulan sekali dan sumber diganti tiap 10 – 15
tahun, sedangkan untuk Ir-192 koreksi dilakukan tiap hari dan
penggantian dilakukan tiap 6 bulan.
24
Proteksi radiasi dan penanganan sumber
Bekerja dengan brachyterapi secara manual harus sangat hati-hati
mengingat penanganan sumber dilakukan secara manual sehingga
menyebabkan penerimaan paparan radiasi yang tinggi bagi dokter
maupun perawat.
Pada saat melakukan sterilisasi dan disinfeksi, perlu dihindari adanya
paparan radiasi yang tidak perlu terhadap petugas (perawat) dan staf
lain dan juga kerusakan sumber khususnya sumber radium.
Prinsip dasar proteksi radiasi (waktu, jarak, dan perisai) harus menjadi
pedoman dalam bekerja dengan sumber radiasi eksterna.
Sumber perlu diuji secara reguler setiap enam bulan sekali. Uji sumber
meliputi uji bentuk fisik/kimia, uji kebocoran (uji usap), uji terhadap
distribusi dan uniformitas radionuklida. Sumber yang bocor harus
ditempatkan dalam kontainer yang terproteksi dengan baik.
Inventarisasi terhadap semua sumber radioaktif perlu dilakukan untuk
mencegah hilangnya sumber dengan cara pemeriksaan dan perhitungan
sumber secara periodik. Jika jarum radioaktif dimasukkan ke dalam
tubuh pasien maka tubuh pasien dimana jarum radioaktif dimasukkan
harus dijahit.
Setiap tindakan dengan brachyterapi harus diperiksa secara rutin,
misalnya 2 kali sehari untuk menjamin bahwa posisi jarum/tabung
radioaktif tidak berubah atau tetap. Setiap ada perubahan harus segera
diberitahukan pada dokter ahli radioterapi.
25
b. Remote afterloading
Remote afterloading merupakan teknik brachyterapi yang dilengkapi
dengan sistem remote untuk mendorong sumber keluar dari wadah
sumber hingga masuk ke aplikator melalui kateter atau kabel. Sumber
kemudian ditarik kembali ke wadahnya setelah waktu penyinaran
selesai secara elektromekanik dengan kendali komputer.
Remote afterloading merupakan brachyterapi mutakhir dan suatu sistem
terdiri dari 2 unit yaitu :
- Unit penyinaran (Treatmen unit)
- Unit kontrol (Control Unit) dan dilengkapi alat penunjang
Berdasarkan laju dosis (dose rate) sumber yang digunakan, remote
afterloading dapat dikelompokkan menjadi :
- Low dose rate (LDR) : Range dose rate 30-100 cGy/jam, dan waktu
penyinaran 20-50 jam.
- Medium dose rate (MDR) : Range dose rate 100-200 cGy/jam,
waktu penyinaran 1-20 jam
- High dose rate (HDR) : Range dose rate > 2000 cGy/jam atau > 33
cGy/menit, waktu penyinaran 1-60 menit secara bertahap misalnya
15 menit/penyinaran.
Gambar II.14 Unit HDR Brachyterapi
26
Sumber yang digunakan untuk remote afterloading adalah Cs-137
(waktu paro 30 th, waktu efektif sekitar 10-15 th), C0-60 (waktu paro
5,4 th, waktu efektif sekitar 5 th), dan Ir-192 (waktu paro 74 hari, waktu
efektif sekitar 3 bl).
2 Teleterapi
Teleterapi merupakan terapi menggunakan radiasi dimana sumber radiasi
tidak dikontakkan dengan obyek terapi (kanker) secara langsung atau
berjauhan dengan obyek terapi.
Berdasarkan sumber untuk terapi, teleterapi dapat dibedakan menjadi :
a) Sinar X
b) Sinar gamma (Gamma teleterapi)
c) Linac (Linear accelerator)
a. Pesawat terapi sinar X
Pesawat sinar X untuk terapi pada prinsipnya sama dengan pesawat
sinar X untuk diagnostik dengan beberapa perbedaan teknis. Pesawat
sinar X untuk terapi di bagi menjadi 2 bagian :
- Terapi tegangan rendah (Low voltage therapy), tegangan 40 – 120
kV untuk terapi kanker kulit atau tumor permukaan.