Top Banner
26

Daftar Isi - karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/11/BIMABI-Volume-2... · Selai Kulit Manggis (Garcinia Mangostana) Sebagai Alternatif Pencegahan Diare

Feb 05, 2018

Download

Documents

hoangthuan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Daftar Isi - karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/11/BIMABI-Volume-2... · Selai Kulit Manggis (Garcinia Mangostana) Sebagai Alternatif Pencegahan Diare
Page 2: Daftar Isi - karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/11/BIMABI-Volume-2... · Selai Kulit Manggis (Garcinia Mangostana) Sebagai Alternatif Pencegahan Diare

Susunan Pengurus

Board of TrusteeBambang Purwanto, dr. M.KesIvon Diah W., S.Keb., BdTri Novi Kurnia, SST, M.Kes.

Board of DirectorsOktaviany Ismiarika,S.Keb.,Bd

Pimpinan Umum Khoiriyah Noviastuti

Sekretaris Lila Ranaya Widyadari

Bendahara Harrizky Prima An-nisa

Pimpinan Redaksi Denny Koesumarini

Dewan Redaksi Risya Secha Primindari Fatimah Nuril Alifah Santi Anggraeni Debrina Candra Mardy Q. Layouter Ade Septiari Rahman Romadhinniar Febriana Bintang Dwita Dewantari

Humas Diana Pratiwi Himmatul Inayah Winda Rinawan Syefi Barirotul Muna

Salam dari Pimpinan UmumSalam Hangat,

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang atas ridhonya Bimabi dapat ter-

bit kembali. Ucapan terima kasih saya sam-paikan peada semua jajaran pengurus dan pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penerbitan. Berkala Ilmiah Maha-siswa Kebidanan Indonesia (BIMABI) yang tergabung dalam Berkala Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Indonesia (BIMKES) merupakan satu-satunya berkala resmi mahasiswa kebi-danan Indonesia yang khusus memuat hasil karya tulis dan penelitian mahasiswa kebi-danan se-Indonesia. Dengan adanya berkala ini diharapkan dengan adanya berkala ini dapat menumbuhkan budaya menulis dan publikasi ilmiah dikalangan mahasiswa ke-bidanan.

Tidak semua tulisan dapat diterima oleh BIMABI. Tulisan yang diterima merupakan hasil dari serangkaian seleksi dari peerre-

viewer yang terdiri dari dewan redaksi dan mitra bebestari. Besar harapan kami un-tuk dapat membantu peningkatan budaya menulis dan publikasi ilmiah mahasiswa kesehatan khususnya mahasiswa kebidanan. Semoga dengan adanya BIMABI dapat men-jadi simbol kompetensi sekaligus kontribusi mahasiswa kebidanan Indonesia bagi pen-ingkatan ilmu pengetahuan dalam dunia ke-bidanan dan kesehatan. terakhir dari saya bahwa sebuah tulisan dapat bermanfaat saat dipublikasikan.

Khoiriyah Noviastuti

Daftar IsiSusunan Pengurus

Salam Pimpinan Umum

Daftar Isi

Petunjuk Penulisan

1. Pengaruh Pemberian Bimbingan Klinik Oleh Pembimbing Lapangan Terhadap Ke-mampuan Kognitif Mahasiswa Praktik di RSKIA Kota Bandung

Andina Rostaviani

2. Hubungan Antara Pola Asuh Terhadap Status Gizi Balita Usia 12 – 59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kalirungkut, Kelurahan Kalirungkut Kota Surabaya

Ayunda Septi Virdani

3. Eclipse (Ferulic Acid-Epilepsy Therapy): Efek Antiepileptogenik Ekstrak Bekatul (Rice Bran) Sebagai Inhibitor N-Methyl D-Aspartate Receptor (Nmdar) Pada Tikus Putih Jantan Model Epilepsi

Debby Amalia Briliansari, Devi Arine, Defi Emilia, Lita Andriani

4. Ibross (Iron - Brown Seaweed): Pengaruh Suplementasi Rumput Laut Coklat (Sar-gassum Crassifolium) Terhadap Kadar Hemoglobin, Serum Feritin, Dan Volume Rata-Rata Eritrosit Pada Tikus Wistar Hamil Model Anemia Defisiensi Besi (Adb)

Amalia, Debby B., Novia, Vinda R., M., Alwiyah K.

5. Selai Kulit Manggis (Garcinia Mangostana) Sebagai Alternatif Pencegahan Diare

Ni Kadeknensi D. P. , Siti Halimatusnurullaila

6. Bahasa Untuk Anak Kita

Diana Pratiwi

7. Pengaruh Tumbang Anak Terhadap Orangtua Perokok

Harrizky Prima An-Nisa

ii

ii

iii

iv

1

11

18

23

29

36

37

[ii]B I M A B I Vol.II No.1 Desember 2013 [iii]B I M A B I Vol.II No.1 Desember 2013

ISSN 2338-6460

Page 3: Daftar Isi - karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/11/BIMABI-Volume-2... · Selai Kulit Manggis (Garcinia Mangostana) Sebagai Alternatif Pencegahan Diare

[iv]B I M A B I Vol.II No.1 Desember 2013

Pedoman Penulisan Artikel

Berkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia (BIMABI)

Indonesian Midwifery Student Journal

Berkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia (BIMABI) adalah publikasi tiap enam bulanan yang menggunakan sistem seleksi peer-review dan redaktur. Naskah diterima oleh redaksi, mendapat seleksi validitas oleh peer-reviewer, serta seleksi dan pengeditan oleh redaktur. BIMABI menerima ar-tikel penelitian asli yang berhubungan dengan bidang ilmu kebidanan, artikel tinjauan pustaka, laporan kasus, artikel penyegar ilmu kedokteran dan kesehatan, advertorial, petunjuk praktis, serta editorial. Tulisan merupakan tulisan asli (bukan plagiat) dan sesuai dengan kompetensi mahasiswa kebidanan.

Kriteria Artikel

1. Penelitian asli: hasil penelitian asli dalam ilmu kebidanan. Format terdiri dari judul penelitian, nama dan lembaga pengarang, abstrak, dan teks (pendahuluan, metode, hasil, pembahasan/diskusi, kesimpulan, dan saran).

2. Tinjauan pustaka: tulisan artikel review/sebuah tinjauan terhadap suatu fenomena atau ilmu dalam dunia kebidanan, ditulis dengan memerhatikan aspek aktual dan bermanfaat bagi pembaca.

3. Laporan kasus: artikel tentang kasus yang menarik dan bermanfaat bagi pembaca. Artikel ini ditulis sesuai pemeriksaan, analisis, dan penatalaksanaan sesuai kompetensi kebidanan. Format terdiri dari pendahuluan, laporan, pembahasan, dan kesimpulan.

4. Artikel penyegar ilmu kebidanan: artikel yang bersifat bebas ilmiah, mengangkat topik-topik yang sangat menarik dalam dunia kebidanan atau kesehatan, memberikan human interest karena sifat keilmiahannya, serta ditulis secara baik. Artikel bersifat tinjauan serta mengingatkan pada hal-hal dasar atau farmasi yang perlu diketahui oleh pembaca.

5. Editorial: artikel yang membahas berbagai hal dalam dunia kebidanan dan kesehatan, mulai dari ilmu dasar kebidanan, berbagai metode terbaru, organisasi, penelitian, penulisan di bidang ke-bidanan, lapangan kerja sampai karir dalam dunia kebidanan. Artikel ditulis sesuai kompetensi mahasiswa kebidanan.

6. Petunjuk praktis: artikel berisi panduan analisis atau tatalaksana yang ditulis secara tajam, bersi-fat langsung (to the point) dan penting diketahui oleh pembaca (mahasiswa kebidanan).

7. Advertorial: Penulisan berdasarkan metode studi pustaka.

Petunjuk Bagi Penulis

• BIMABI hanya akan memuat tulisan asli yang belum pernah diterbitkan pada jurnal lain.

• Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris yang baik dan benar, jelas, lugas, serta ringkas. Naskah diketik di atas kertas A4 dengan dua (2) spasi, kecuali untuk abstrak satu (1) spasi. Ketikan tidak dibenarkan dibuat timbal balik. Ketikan diberi nomor halaman mulai dari halaman judul. Batas atas, bawah, kiri dan kanan setiap halaman adalah 2.5 cm. Naskah terdiri dari maksi-mal 15 halaman.

• Naskah harus diketik dengan komputer dan harus memakai program Microsoft Word. Naskah dikirim melalui email ke alamat [email protected] dengan menyertakan identitas pen-ulis beserta alamat dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

[v]B I M A B I Vol.II No.1 Desember 2013

• Untuk keseragaman penulisan, khusus naskah Penelitian asli harus mengikuti sistematika sebagai berikut:

1. Judul karangan (Title)

2. Nama dan Lembaga Pengarang (Authors and Institution)

3. Abstrak (Abstract)

4. Naskah (Text), yang terdiri atas:

- Pendahuluan (Introduction)

- Metode (Methods)

- Hasil (Results)

- Pembahasan (Discussion)

- Kesimpulan

- Saran

5. Daftar Rujukan (Reference)

• Untuk keseragaman penulisan, khusus naskah Tinjauan pustaka harus mengikuti sistematika seb-agai berikut:

1. Judul

2. Nama penulis dan lembaga pengarang

3. Abstrak

4. Naskah (Text), yang terdiri atas:

- Pendahuluan (termasuk masalah yang akan dibahas)

- Pembahasan

- Kesimpulan

- Saran

5. Daftar Rujukan (Reference)

• Judul ditulis dengan huruf besar, dan bila perlu dapat dilengkapi dengan anak judul. Naskah yang telah disajikan dalam pertemuan ilmiah nasional dibuat keterangan berupa catatan kaki.

• Nama penulis yang dicantumkan paling banyak enam orang, dan bila lebih cukup diikuti dengan kata-kata: dkk atau et al. Nama penulis harus disertai dengan asal fakultas penulis. Alamat kore-spondensi ditulis lengkap dengan nomor telepon dan email.

• Abstrak harus dibuat dalam bahasa Inggris serta bahasa Indonesia. Panjang abstrak tidak melebihi 200 kata dan diletakkan setelah judul makalah dan nama penulis.

• Kata kunci (key words) yang menyertai abstrak ditulis dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Kata kunci diletakkan di bawah judul setelah abstrak. Tidak lebih dari 5 kata, dan sebaiknya bukan merupakan pengulangan kata-kata dalam judul.

• Kata asing yang belum diubah ke dalam bahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring (italic).

• Tabel

• Gambar

• Metode statistik

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

Page 4: Daftar Isi - karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/11/BIMABI-Volume-2... · Selai Kulit Manggis (Garcinia Mangostana) Sebagai Alternatif Pencegahan Diare

[vii]B I M A B I Vol.II No.1 Desember 2013

xi.Nomor halaman dalam angka Romawi Fischer GA, Sikic BI. Drug resistance in clinical oncology and hematology. Introduction. Hematol Oncol Clin North Am 1995 Apr;9(2):xi-xii.

2. Buku dan monograf lain i.Penulis perseorangan

Ringsven MK, Bond D. Gerontology and leadership skills for nurses. 2nd ed. Albany (NY): Delmar Publishers; 1996.

ii.Editor, sebagai penulis Norman IJ, Redfern SJ, editors. Mental health care for elderly people. New York: Churchill Livingstone; 1996.

iii.Organisasi dengan penulis Institute of Medicine (US). Looking at the future of the Medicaid program. Washington: The Institute; 1992.

iv.Bab dalam buku Philips SJ, Whisnant JP. Hypertension and stroke. In: Laragh JH, Brenner BM, editors. Hy-pertension: patophysiology, diagnosis, and management. 2nd ed. New York: raven Press; 1995.p.465-78.

v.Prosiding konferensi Kimura J, Shibasaki H, editors. Recent advances in clinical neurophysiology. Proceedings of the 10th International Congress of EMG and Clinical Neurophysiology; 1995 Oct 15-19; Kyoto, Japan. Amsterdam: Elsevier; 1996.

vi.Makalah dalam konferensi Bengstsson S, Solheim BG. Enforcement of data protection, privacy and security in medi-cal information. In: Lun KC, Degoulet P, Piemme TE, Rienhoff O, editors. MEDINFO 92. Proceedings of the 7th World Congress on Medical Informatics; 1992 Sep 6-10; Geneva, Switzerland. Amsterdam: North-Hollan; 1992.p.1561-5.

vii.Laporan ilmiah atau laporan teknis 1.Diterbitkan oleh badan penyandang dana/sponsor : Smith P, Golladay K. Payment for durable medical equipment billed during skilled nurs-ing facility stays. Final report. Dallas (TX): Dept. of Health and Human Services (US), Office of Evaluation and Inspection; 1994 Oct. Report No.: HHSIGOEI69200860. 2.Diterbitkan oleh unit pelaksana :Field MJ, Tranquada RE, Feasley JC, editors. Helath services research: work force and education issues. Washington: National Academy Press; 1995. Contract no.:AHCPR282942008. Sponsored by the Agency for Health Care Policy and research.

viii.Disertasi Kaplan SJ. Post-hospital home health care: the elderly/access and utilization [dissertation]. St. Louis (MO): Washington univ.; 1995.

ix.Artikel dalam Koran Lee G. Hospitalizations tied to ozone pollution: study estimates 50,000 admissions annually. The Washington Post 1996 Jun 21;Sect A:3 (col. 5).

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

[vi]B I M A B I Vol.II No.1 Desember 2013

• Ucapan terima kasih

• Daftar rujukan disusun menurut sistem Vancouver, diberi nomor sesuai dengan pemunculan dalam keseluruhan teks, bukan menurut abjad. Contoh cara penulisan dapat dilihat

1. Artikel dalam berkala

i. Artikel standar Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996 Jun 1;124(11):980-3. atau Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996;124:980-3. Penulis lebih dari enam orangParkin Dm, Clayton D, Black RJ, Masuyer E, Freidl HP, Ivanov E, et al. Childhood leukaemia in Europe after Chernobyl: 5 year follow-up. Br j Cancer 1996;73:1006-12.

ii. Suatu organisasi sebagai penulis The Cardiac Society of Australia and New Zealand. Clinical exercise stress testing. Safety and performance guidelines. Med J Aust 1996;164:282-4.

iii.Tanpa nama penulis Cancer in South Africa [editorial]. S Afr Med J 1994;84:15.

iv.Artikel tidak dalam bahasa Inggris Ryder TE, Haukeland EA, Solhaug JH. Bilateral infrapatellar seneruptur hos tidligere frisk kvinne. Tidsskr Nor Laegeforen 1996;116:41-2.

v. Volum dengan suplemen Shen HM, Zhang QF. Risk assessment of nickel carcinogenicity and occupational lung can-cer. Environ Health Perspect 1994;102 Suppl 1:275-82.

vi.Edisi dengan suplemen Payne DK, Sullivan MD, Massie MJ. Women`s psychological reactions to breast cancer. Se-min Oncol 1996;23(1 Suppl 2):89-97.

vii.Volum dengan bagian Ozben T, Nacitarhan S, Tuncer N. Plasma and urine sialic acid in non-insulin dependent dia-betes mellitus. Ann Clin Biochem 1995;32(Pt 3):303-6.

viii.Edisi dengan bagian Poole GH, Mills SM. One hundred consecutive cases of flap laceration of the leg in ageing patients. N Z Med J 1990;107(986 Pt 1):377-8.

ix.Edisi tanpa volum Turan I, Wredmark T, Fellander-Tsai L. Arthroscopic ankle arthrodesis in rheumatoid arthri-tis. Clin Orthop 1995;(320):110-4.

x.Tanpa edisi atau volum

Browell DA, Lennard TW. Immunologic status of cancer patient and the effects of blood transfusion on antitumor responses. Curr Opin Gen Surg 1993;325-33.

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

Page 5: Daftar Isi - karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/11/BIMABI-Volume-2... · Selai Kulit Manggis (Garcinia Mangostana) Sebagai Alternatif Pencegahan Diare

[viii]B I M A B I Vol.II No.1 Desember 2013

x.Materi audiovisual HIV + AIDS: the facts and the future [videocassette]. St. Louis (MO): Mosby-Year book; 1995.

3. Materi elektronik i.Artikel journal dalam format elektronik Morse SS. Factors in the emergence of infectious disease. Emerg Infect Dis [serial online] 1995 Jan-Mar [cited 1996 Jun 5]:1(1):[24 screens]. Available from: URL: HYPERLINK http://www.cdc.gov/ncidod/EID/eid.htm ii.Monograf dalam format elektronik CDI, clinical dermatology illustrated [monograph on CD-ROM]. Reeves JRT, Maibach H. CMEA Multimedia Group, producers. 2nd ed. Version 2.0. San Diego: CMEA; 1995. iii.Arsip computer Hemodynamics III: the ups and downs of hemodynamics [computer program]. Version 2.2. Orlando (FL): Computerized Educational Systems; 1993.

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

Page 6: Daftar Isi - karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/11/BIMABI-Volume-2... · Selai Kulit Manggis (Garcinia Mangostana) Sebagai Alternatif Pencegahan Diare

[1]B I M A B I Vol.II No.1 Desember 2013

PENGARUH PEMBERIAN BIMBINGAN KLINIKOLEH PEMBIMBING LAPANGAN TERHADAP KEMAMPUAN

KOGNITIF MAHASISWA PRAKTIK DI RSKIA KOTA BANDUNGAndina Rostaviani

D4 Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Jawa Barat – Indonesia

ABSTRAKInformasi: Cara belajar praktikal masih banyak menghadapi masalah diantaranya karena jumlah dan kualitas instruktur yang tidak memadai. Ini akan mempengaruhi proses belajar dan keterjangkauan standar kompetensi dari praktek klinik.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bimbingan klinik yang diberikan oleh instruktur lapangan akan mempengaruhi kompetensi dari keterampilan kognitif siswa di RSKIA Bandung.

Metode: Penelitian ini menggunakan metode cross sectional analysis. Populasi mencakup seluruh mahasiswa kebidanan yang magang di RSKIA Bandung dari Desember 2012 yaitu sebanyak 70 responden. Data yang digu-nakan adalah data primer, dengan menggunakan kuesioner yang tervalidasi.

Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bimbingan klinis telah cukup (77,1%) dan 2,9% tidak cukup memadai. Ada 37,1% siswa mendapat nilai B, sementara 8,6% mendapat nilai D dalam tes kognitif. Pengaruh bimbingan klinis dengan keterampilan kognitif dianalisis dengan menggunakan Somers’d yang menunjukkan korelasi r=-0.077 dan signifikansi p=0.417.

Kesimpulan: Kesimpulan menunjukkan tidak ada korelasi antara bimbingan klinis dari instruktur lapngan den-gan keterampilan kognitif siswa yang praktek di RSKIA Bandung

Kata Kunci: bimbingan klinik, kemampuan, kognitif

ABSTRACT

Information: Practical learning still faces problems because of the inadequate number and quality of the in-structors. These will affect learning process and achievability of clinical practice standards competency.Purpose: This study aimed to know how clinical guidance provided by field instructor would affect the compe-tency of student’s cognitive skills at RSKIA Bandung.Method: This study used cross sectional analysis method. This study used total population covered all midwifery students that were interns at RSKIA Bandung from December 2012 that were 70 respondents. Data used were primary data, using validated questionnaire.Result: The result of this study showed that clinical guidance had been sufficient (77,1%) and 2,9% not sufficient enough. There were 37,1% of students got B while 8,6% got D in cognitive test. The influence of clinical guid-ance to cognitive skill were analyzed using Somers’d showed correlation r=-0,077 and significance p=0,417.Conclusion: The conclusion showed there were no correlation between clinical guidance from field instructor with cognitive skill of student trained at RSKIA Bandung.

Keywords: clinical guidance, skills, cognitive

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

Page 7: Daftar Isi - karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/11/BIMABI-Volume-2... · Selai Kulit Manggis (Garcinia Mangostana) Sebagai Alternatif Pencegahan Diare

[2]B I M A B I Vol.II No. 1 Desember 2013

LATAR BELAKANG

Praktik klinik kebidanan merupakan salah satu mata kuliah keahlian berkarya (MKB) mengandung arti bahwa ilmu peng-etahuan yang dimiliki oleh mahasiswa harus dapat diterapkan dalam bentuk keahlian dan keterampilan yang berbasis pada penyelesa-ian permasalahan sesuai dengan dunia kerja.1

Pembelajaran praktik sebagai sarana keg-iatan belajar mengajar utama mewujudkan profesionalitas. Mahasiswa kebidanan ditun-tut agar memiliki kemampuan profesional dalam memberikan asuhan kebidanan baik di rumah sakit maupun di masyarakat sebagai upaya dalam memberikan pengalaman bela-jar klinik yang optimal kepada peserta didik, khususnya dalam mengembangkan kemam-puan profesional menyangkut keterampilan dan kemampuan pemecahan masalah.2

Mahasiswa dapat menerapkan secara langsung keterampilan yang sudah diper-oleh sesuai dengan teori dalam pembelajaran praktik. Lahan praktik sebagai tatanan nyata, diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempraktikkan keterampilan yang dipersyaratkan. Oleh ka-rena itu, lahan praktik harus memberikan kesempatan seluas-luasnya dan memberikan bimbingan seoptimal mungkin dengan tena-ga instruktur yang profesional, sehingga ket-erampilan yang diharapkan terpenuhi. Pembelajaran praktik dalam pengelo-laannya masih menemukan kendala yaitu perbedaan persepsi tentang praktik, jumlah pembimbing belum memadai baik kuanti-tas maupun kualitas, perubahan status lahan praktik serta bertambahnya jumlah institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan (Diknakes) yang mempengaruhi ketersediaan lahan. Hal ini akan mempengaruhi proses pembelajaran praktik yang kurang optimal dan akhirnya kompetensi mahasiswa tidak tercapai.3

Menurut Laura Gurenti terdapat be-berapa masalah pendidikan bidan di Indo-nesia, salah satunya adalah kurang baiknya pengawasan klinik kepada mahasiswa. Ber-

dasarkan hasil penelitian di salah satu Aka-demi Keperawatan (Akper) di Palembang pada tahun 2008 terhadap kedua rumah sakit yang dijadikan sebagai lahan praktik klinik bagi mahasiswa menunjukkan adanya suatu fenomena ketidakpuasan dari maha-siswa terhadap pembimbing praktik klinik. Sebesar 65% mahasiswa menyatakan pem-bimbing tidak pernah memberikan silabus pembelajaran klinik, 79% menyatakan pem-bimbing tidak memberikan bimbingan khu-sus bagi mahasiswa yang bermasalah dan nilainya tidak mencukupi, 60% menyatakan pembimbing lapangan tidak memonitor dan mengadakan supervisi pelaksanaan praktik, dan 65% menyatakan apa yang didapatkan oleh mahasiswa pada saat melaksanakan praktik laboratorium tidak sama dengan yang dijelaskan oleh pembimbing lapan-gan.2, 4

Idealnya, pembimbing lapangan mendamp-ingi mahasiswa selama melaksanakan ket-erampilan, melaksanakan langkah-langkah pembelajaran klinik yang sesuai yakni pelaksanaan pre dan post conference, serta mengevaluasi keterampilan mahasiswa den-gan menggunakan penilaian yang ada serta menilai sikap mahasiswa selama praktik. Namun, kenyataannya pendampingan di lapangan ini menjadi sesuatu yang tidak sepenuhnya terpenuhi.

TINJAUAN PUSTAKAKompetensi Kompetensi adalah seperangkat tin-dakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki oleh seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat untuk melaksanakan tugas-tugas pekerjaan.5

Kompetensi Bidan adalah seper-angkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki oleh seorang bidan se-bagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat untuk melaksanakan tugas se-bagai bidan.5

Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang men-

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

[3]B I M A B I Vol.II No. 1 Desember 2013

cakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Berdasarkan PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab V pasal 27 (2) yaitu standar kompetensi lulusan pendididkan tinggi ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi. Namun demikian, dalam menetapkan standar kompetensi lulu-san harus mengacu pada Standar Kompetensi Bidan Indonesia (SKBI). Penyetaraan capaian pembelajaran yang dihasilkan melalui pengalaman kerja dengan jenjang kualifikasi pada KKNI mem-pertimbangkan bidang dan lama pengalaman kerja, tingkat pendidikan serta pelatihan ker-ja yang telah diperoleh.6

Berdasarkan Standar Global Pendidi-kan Kebidanan (WHO, 2009) lulusan bidan harus dapat mendemonstrasikan kompetensi praktik kebidanan, lulusan mampu menun-jukkan pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, lulusan mampu memenuhi ketentuan untuk registrasi dan lisensi, lulusan mendapatkan gelar profe-sional tergantung dari level pendidikan, lulu-san harus memenuhi syarat untuk mengikuti program pendidikan lanjut dan diperlukan monitoring lulusan secara berkelanjutan baik yang terkait dengan pengembangan profesi dan pendidikan lanjut.5

Penilaian pencapaian kompetensi pembelajaran dilakukan untuk menilai aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap dengan menggunakan standar kelulusan yang akurat dan konsisten. Strategi penilaian untuk masing-mas-ing aspek adalah: (1)Penilaian pencapaian kompetensi untuk aspek pengetahuan. (2)Pe-nilaian untuk aspek sikap ditekankan terha-dap sikap dalam pelaksanaan langkah-lang-kah kegiatan sesuai dengan standar meliputi perilaku yang berhubungan dengan pelaksan-aan tindakan tertentu. (3)Penilaian pencapa-ian kompetensi untuk aspek keterampilan menggunakan standar kelulusan berdasar-kan kompeten atau tidak kompeten. Apabila ada salah salah satu komponen yang dinilai dalam sub kompetensi yang tidak dikuasai/

tidak kompeten, mahasiswa diberi umpan balik segera setelah penilaian selesai, selan-jutnya mahasiswa diberikan kesempatan un-tuk mengikuti penilaian ulang. Metode penilaian pencapaian kom-petensi untuk aspek pengetahuan dapat berupa ujian tertulis atau ujian lisan. Metode penilaian untuk aspek sikap dapat dilakukan melalui observasi dan atau pertanyaan lisan maupun tertulis. Metode penilaian pencapa-ian kompetensi untuk aspek keterampilan, penilaiannya dilakukan terhadap proses dan hasil tindakan.

Bimbingan Klinik Bimbingan merupakan upaya pem-bimbing untuk membantu mengoptimalkan individu. Donald G. Mortensen dan Alan M. Schmuller (1976) menyatakan, Guid-ance may be defined as that part of the to-tal educational program that helps provide the personal opportunities and specialized staff service by which each individual can develop to the fullest of his abilities and capacities in term of the democratic idea.7

Bimbingan klinik adalah segala bentuk tindakan edukatif yang dilaksana-kan oleh pembimbing klinik untuk mem-berikan pengetahuan nyata secara optimal dan membantu peserta didik agar mencapai kompetensi yang diharapkan.3

Beberapa metode pembelajaran yang termasuk ke dalam bimbingan klinik diantaranya:7

(1) Coaching. Dilakukan oleh seorang Coach atau pelatih yakni seorang praktisi terampil yang memberikan pemahaman ten-tang sifat praktik profesional, melalui pe-nyediaan kesempatan belajar dan intervensi yang mendukung. Coaching melibatkan pemantauan konstruktif dan umpan balik kinerja untuk membantu pembelajaran dan pengembangan pribadi, yang memungkin-kan siswa untuk berlatih secara efektif.7

(2) Preceptoring. Dilakukan oleh seorang preceptor atau guru yakni praktisi berpen-galaman yang diidentifikasi untuk memberi-

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

Page 8: Daftar Isi - karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/11/BIMABI-Volume-2... · Selai Kulit Manggis (Garcinia Mangostana) Sebagai Alternatif Pencegahan Diare

[4]B I M A B I Vol.II No. 1 Desember 2013

kan dukungan peran transisi dalam hubungan kolegial.7

(3) Supervisi klinik. Supervisi klinik dilaku-kan oleh seorang supervisor klinik yaitu se-orang praktisi profesional yang menyediakan kemitraan profesional yang interaktif, dima-na ada tanggung jawab bersama untuk mer-angsang refleksi secara kritis, mengkaji dan menilai kinerja pribadi, serta memberikan dukungan emosional dan penyegaran.7

Tahap pelaksanaan pembelajaran praktik terdiri dari tiga fase:3

a. Pertemuan pra praktik (pre-conference)Menurut definisi, pre-conference adalah kombinasi diskusi kelompok dan sesi peren-canaan segera sebelum ditugaskan pengala-man belajar klinis.8

Tugas pembimbing: mengidentifikasi target pencapaian kompetensi, memberikan info-masi tentang kasus terpilih, mengorientasi mahasiswa, menempatkan mahasiswa sesuai dengan kesepakatan di lahan praktik.3

Tugas mahasiswa: mendiskusikan kontrak belajar dengan pembimbing, hadir pada jam praktik sesuai jadwal yang ditetapkan. mengikuti kegiatan orientasi klinik. mem-baca laporan klien.3

b.Pelaksanaan praktik Tugas pembimbing: memberikan bimbingan langsung kepada mahasiswa dalam proses pencapaian kompetensi yang ditetapkan, me-nerapkan metode bimbingan bervariasi sesuai dengan tujuan belajar dan berorientasi pada mahasiswa, mendampingi mahasiswa sesuai dengan tingkat kemandiriannya, mengob-servasi mahasiswa dalam proses pembelaja-ran praktik, melaksanakan kegiatan pra dan pasca praktik dengan memberi umpan balik. 3

Tugas mahasiswa: memperkenalkan diri ke-pada klien, melakukan kontrak dengan klien, melaksanakan praktik sesuai dengan kom-petensi yang ditetapkan. Mengikuti pra dan pasca praktik, membuat laporan pelaksanaan praktik.3

c. Pertemuan pasca praktik (post-conference)Menurut definisi, post-conference adalah kombinasi diskusi kelompok dan sesi evalu-

asi segera setelah pengalaman belajar klinis didapatkan.8

Tugas pembimbing: menganalisa lapo-ran pelaksanaan praktik klinik mahasiswa, memberikan nilai terhadap target pencapa-ian kompetensi yang telah ditetapkan, mem-berikan umpan balik kepada mahasiswa.3

Tugas mahasiswa: membuat laporan leng-kap hasil kegiatan, menyajikan laporan pelaksanaan pembelajaran praktik, mener-ima hasil penilaian dan umpan balik pem-bimbing.3

Peran dan tugas yang harus dilaku-kan oleh Clinical Instructors adalah menu-gaskan mahasiswa untuk mengambil pen-galaman pada pasien, menemukan tujuan khusus dalam belajar, mengawasi maha-siswa untuk memastikan mahasiswa mem-berikan asuhan yang aman, mengevaluasi kinerja mahasiswa, memberikan umpan ba-lik, menetapkan nilai, menjadi role model pemberi asuhan yang aman dan efektif, memberikan tambahan penugasan atau lati-han dan studi kasus pada mahasiswa yang belum mencapai kompetensi standar.3,12

Kemampuan Kognitif Domain kognitif merupakan proses pengetahuan yang lebih banyak didasarkan perkembangannya dari persepsi, introspek-si, atau memori siswa. Tujuan pembelajaran kognitif dikembangkan oleh Bloom, dkk. dalam taksonomi Bloom. Tujuan kognitif ini, dibedakan menjadi enam tingkatan: knowledge, comprehension, application, analysis, synthesis, evaluation. Keenam jenis perilaku ini bersifat hierarkis, artinya perilaku pengetahuan ter-golong terendah dan perilaku evaluasi ter-golong tertinggi. Perilaku yang terendah merupakan perilaku yang harus dimiliki ter-lebih dahulu sebelum mempelajari perilaku yang lebih tinggi. Untuk dapat menganalisis misalnya, mahasiswa harus memiliki peng-etahuan, pemahaman, dan penerapan tert-entu.5

Berikut kata kerja yang berorientasi per-

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

[5]B I M A B I Vol.II No. 1 Desember 2013

ilaku pada setiap domain.

Dalam konteks evaluasi pembela-jaran, penggunaan kata kerja juga dapat di-gunakan sebagai acuan dalam membuat item-item pertanyaan sesuai dengan tingkat pengetahuan para siswa.15

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan de-sain penelitian analisis cross sectional. Data yang digunakan adalah data prim-er, dengan instrumen penelitian meng-gunakan kuesioner. Populasi padapenelitian ini adalah semua mahasiswa ke-bidanan yang sedang praktik di RSKIA Kota Bandung pada Bulan Desember 2012

sebesar 70 responden. Sampel yang diguna-kan adalah mahasiswa kebidanan yang se-dang praktik di RSKIA Kota Bandung pada Bulan Desember 2012. Teknik pengambilan sampel yaitu menggunakan total sampling. Ditetapkan pula kriteria inklusi, antara lain: (1) Mahasiswa kebidanan ting-kat III yang sedang praktik di RSKIA Kota Bandung pada Bulan Desember 2012. (2) Mahasiswa kebidanan jalur umum yang se-dang praktik di RSKIA Kota Bandung pada Bulan Desember 2012. (3) Mahasiswa ke-bidanan yang melakukan praktik di ruang bersalin RSKIA Kota Bandung pada Bulan Desember 2012. Untuk kriteria eksklusi dipilih ma-hasiswa yang tidak hadir pada saat pengam-bilan data dan mahasiswa yang melakukan cuti akademik. Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah bimbingan klinik. Vari-abel terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif mahasiswa praktik.

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

Tabel 1. Definisi operasional penelitian

Page 9: Daftar Isi - karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/11/BIMABI-Volume-2... · Selai Kulit Manggis (Garcinia Mangostana) Sebagai Alternatif Pencegahan Diare

[6]B I M A B I Vol.II No. 1 Desember 2013

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

Teknik analisis data variabel yang diguna-kan penulis adalah dengan menggunakan skor kriterium dengan rumus:

SK=ST×JB×JR

Keterangan: SK= Skor kriteriumJB= Jumlah Butir Pertanyaan

JR= Jumlah Responden ST= Skor tertinggi dari alternatif jawabanSR= Skor terendah dari alternatif jawabanKriteria kurang = antara 20 - 33Kriteria cukup= antara 34 - 47Kriteria baik= antara 48 – 60

[7]B I M A B I Vol.II No. 1 Desember 2013

HASIL

Tabel 2. Distribusi Nilai Mata Kuliah Asu-han Kebidanan II (Persalinan) mahasiswa praktik di RSKIA Kota Bandung

Berdasarkan tabel 2 tampak bahwa nilai mata kuliah Asuhan Kebidanan II (Per-salinan) sebagian besar mendapatkan nilai B (88,6%). Berdasarkan hasil penelitian, bimb-ingan klinik terbagi menjadi pre conference, selama praktik, dan post conference.

Tabel 3. Distribusi Bimbingan Klinik saat pre conference yang dilakukan di RSKIA Kota Bandung

Dari tabel 3 terlihat bahwa aktivitas bimbingan klinik pre conference yang diberi-kan di RSKIA Kota Bandung sebagian besar sudah dirasakan cukup (77,1%). Walaupun masih terdapat bimbingan klinik yang dira-sakan kurang sebesar 17,2%.

Tabel 4. Distribusi Bimbingan Klinik saat post conference yang dilakukan di RSKIA Kota Bandung

Dari tabel 4 juga terlihat bahwa aktivitas

bimbingan klinik post conference yang di-berikan di RSKIA Kota Bandung sebagian besar sudah dirasakan cukup (70%). Tetapi masih terdapat bimbingan klinik post con-ference yang dirasakan kurang yaitu sebesar 12,9%.

Tabel 5. Distribusi Bimbingan Klinik yang di-lakukan di RSKIA Kota Bandung

Sedangkan secara keseluruhan ak-tivitas bimbingan klinik baik pre, selama praktik, maupun post conference di RSKIA Kota Bandung, menurut tabel 4.5 sebagian besar sudah dirasakan cukup (77,1%). Han-ya masih ada sebagian kecil (2,9%) dirasa-kan bimbingan klinik kurang.

Tabel 6 Distribusi Nilai kognitif mahasiswa praktik di RSKIA Kota Bandung selama men-dapatkan bimbingan klinik

Berdasarkan tabel 6 dapat terlihat kemampuan kognitif mahasiswa praktik menurut nilai abjad dengan nilai paling ban-yak yaitu nilai B (Baik) sebesar 37,1%. Pada tabel 4.6 ini pun terlihat bahwa masih terda-pat nilai D pada mahasiswa praktik sebesar 8,6%.

Tabel 7. Distribusi silang Bimbingan klinik dengan Nilai kognitif mahasiswa praktik di RSKIA Kota Bandung

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

Page 10: Daftar Isi - karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/11/BIMABI-Volume-2... · Selai Kulit Manggis (Garcinia Mangostana) Sebagai Alternatif Pencegahan Diare

[8]B I M A B I Vol.II No. 1 Desember 2013

Berdasarkan tabel 7 menunjukkan hasil bahwa dengan bimbingan klinik yang cukup, nilai terbanyak yang diperoleh ma-hasiswa praktik adalah nilai B. Tabel silang antara bimbingan klinik dengan kemamp-uan kognitif kemudian dilakukan uji korelasi kategorik dengan kategorik. Hasil uji meng-gunakan Somers’d dengan bimbingan klinik sebagai variabel bebas dan nilai kemampuan kognitif sebagai variabel terikat, angka Sig-nificancy menunjukkan nilai p=0,417. Maka, dapat diambil kesimpulan bahwa secara statistik tidak terdapat pengaruh antara pem-berian bimbingan klinik terhadap kemamp-uan kognitif mahasiswa praktik. Namun, arah korelasi pada penelitian ini negatif (berlawa-nan arah) yaitu r = -0,077 yang berarti jika semakin besar nilai satu variabel, semakin kecil nilai variabel lainnya.

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan bimbingan klinik yang cukup, nilai terbanyak yang diperoleh mahasiswa praktik adalah nilai B. Tabel silang antara bimbingan klinik dengan kemampuan kog-nitif kemudian dilakukan uji korelasi katego-rik dengan kategorik. Hasil uji menggunakan Somers’d dengan bimbingan klinik sebagai variabel bebas dan nilai kemampuan kognitif sebagai variabel terikat, angka Significancy menunjukkan angka 0,417 (p>0,05). Maka, dapat diambil kesimpulan bahwa secara statistik tidak terdapat pengaruh antara pem-berian bimbingan klinik terhadap kemamp-uan kognitif mahasiswa praktik, korelasinya

tidak bermakna antara kedua variabel yang diuji. Namun, arah korelasi pada peneli-tian ini negatif (berlawanan arah) yaitu r = -0,077 yang berarti jika semakin besar nilai satu variabel, semakin kecil nilai variabel lainnya.Walaupun bimbingan klinik yang cukup se-cara statistik tidak mempengaruhi nilai ke-mampuan kognitif menjadi lebih baik. Akan tetapi, berdasarkan teori yang ada bahwa proses bimbingan klinik dapat mempen-garuhi pencapaian kompetensi mahasiswa praktik yang dapat ditinjau dari aspek kog-nitif, afektif, maupun psikomotor. Hasil penelitian ini mungkin saja terjadi dikarenakan karakteristik maha-siswa yang berbeda dari setiap institusi pendidikan. Karakteristik inilah yang dapat membentuk pemahaman awal mahasiswa terhadap suatu teori sehingga kemampuan kognitif yang dimiliki sangat beragam. Sep-erti yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya bahwa kemampuan kognitif di sini sangat dipengaruhi oleh beberapa fak-tor keterbatasan seperti waktu dan tempat saat melakukan ujian tertulis. Selain itu, lamanya praktik juga menjadi faktor yang mungkin mempengaruhi terbentuknya suatu pemahaman pada kemampuan kognitif ma-hasiswa. Selain kemampuan dan pemaha-man dasar yang berbeda, faktor lain yang juga mempengaruhi kemampuan kognitif mahasiswa praktik adalah kemungkinan terjadinya inkonsistensi pelaksanaan bimb-ingan klinik oleh pembimbing lapangan yaitu inkonsistensi pelaksanaan pre dan post conference. Berdasarkan penelitian, tidak semua pembimbing lapangan dapat mem-berikan bimbingan dengan baik dan sesuai dengan teori yang ada. Adapun pembimb-ing lapangan ini seharusnya ditekankan pada beberapa kemampuan yang harus di-miliki seperti memiliki pengetahuan yang relevan dan keterampilan klinis yang cukup baik (bisa berdasarkan pengalaman kerja di rumah sakit), mampu membentuk hubun-

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

[9]B I M A B I Vol.II No. 1 Desember 2013

an yang santai dan mendukung, mampu mel-akukan umpan balik, mampu merangsang mahasiswa berpikir kritis serta dapat menilai berpikir kritis serta dapat menilai kebutuhan belajar, mengawasi dan mengevaluasi pemb-elajaran dan kinerja mahasiswa.12,13

Faktor lainnya adalah tempat praktik, yakni tempat yang digunakan mahasiswa un-tuk melatih keterampilan klinik dalam rangka mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Dalam hal ini lahan praktik harus memenuhi kualifikasi tertentu seperti: jumlah dan va-riasi kasus-kasus sesuai dengan target kom-petensi, serta yang paling penting adalah tersedianya sarana dan prasarana bimbingan antara lain ruang diskusi dan ruang semi-nar serta memiliki pembimbing klinik yang sesuai dengan profesi dan kualifikasi.3,8

Seperti yang dikatakan dalam teori bahwa domain kognitif merupakan proses pengetahuan yang lebih banyak didasarkan perkembangannya dari persepsi, introspeksi, atau memori siswa. Persepsi dapat terbentuk dari pembelajaran di kelas, maupun pembela-jaran di tempat praktik. Sehubungan dengan pembelajaran di tempat praktik merupakan pembelajaran nyata, biasanya persepsi ini terbentuk dan melekat lebih lama diband-ingkan hanya sekedar menghafal dari teori saja. Biasanya persepsi yang terbentuk se-makin lama akan membentuk pemahaman seseorang akan teori tertentu.5,15Pada proses bimbingan idealnya pembimbing membantu individu agar mereka dapat membantu di-rinya sendiri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya, serta bimbingan bertitik tolak (berfokus) pada individu yang dibimb-ing. Rasio pembimbing lapangan (bidan di ruangan) dengan mahasiswa praktik yang ada RSKIA Kota Bandung secara proporsi mungkin belum sesuai sehingga fokus yang ditujukan pada mahasiswa berkurang karena jumlah mahasiswa yang cukup banyak. Ada-pun dalam memenuhi kualifikasi menjadi pembimbing lapangan harus memenuhi per-syaratan bidan yang telah lulus dari pendidi-kan kebidanan DIII/DIV dan sudah bekerja

di rumah sakit minimal 2 tahun. Bimbingan diarahkan pada individu dan setiap individu memiliki karakteris-tik tersendiri. Oleh karena itu, pemahaman keragaman dan kemampuan individu yang dibimbing sangat diperlukan dalam pelak-sanaan bimbingan. Bimbingan dimulai den-gan mengidentifikasi kebutuhan yang dira-sakan oleh individu yang akan dibimbing, bimbingan harus luwes dan fleksibel sesuai dengan kebutuhan.11

KESIMPULAN

Setelah dilakukan penelitian secara analitik cross sectional mengenai pengaruh pemberian bimbingan klinik oleh pembimb-ing lapangan terhadap kemampuan kognitif mahasiswa praktik disimpulkan bahwa :1. Langkah bimbingan klinik yang dilaku-kan oleh pembimbing lapangan pada saat pre conference cukup baik.2. Langkah bimbingan klinik yang dilaku-kan oleh pembimbing lapangan pada saat post conference cukup baik.3. Kemampuan kognitif mahasiswa praktik klinik kebidanan pasca bimbingan klinik kategori baik.4. Tidak terdapat pengaruh antara pembe-rian bimbingan klinik oleh pembimbing lapangan terhadap kemampuan kognitif ma-hasiswa praktik di RSKIA Kota Bandung, secara statistik korelasi antara kedua vari-abel tidak bermakna dengan arah korelasi negatif (berlawanan arah).

DAFTAR PUSTAKA

1. Kurikulum program studi D3 kebidan-an.Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidi-kan dan Perguruan Tinggi. 2002

2. Limistran. Faktor-faktor yang mempen-garuhi kinerja pembimbing klinik AK-PER Sapta Karya di Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin dan Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang Tahun 2009. Diakses melalui http://isjd.pdii.

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

Page 11: Daftar Isi - karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/11/BIMABI-Volume-2... · Selai Kulit Manggis (Garcinia Mangostana) Sebagai Alternatif Pencegahan Diare

[10]B I M A B I Vol.II No. 1 Desember 2013

lipi.go.id/admin/jurnal. 20093. Departemen Kesehatan. Pedoman standar

pembelajaran praktik kebidanan. Jakarta: Pusdiknakes. 2005

4. Sutisna M. Pengembangan kurikulum inti nasional dan institusional berbasis kompetensi. Bandung: Program Kebidanan Fakultas Kedokteran Unpad. 2011

5. Wahyuningsih HP. Etika Profesi Ke-bidanan. Yogyakarta: Fitramaya. 2006

6. Peraturan presiden Republik Indone-sia No. 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. Jakarta: RI. 2012

7. Morton A, Palmer A. Mentoring, precep-toring and clinical supervision: A guide to professional support roles in clinical practice 2nd edition. Victoria: Blackwell Science. 2000: 189

8. Matheney Ruth V. Pre and post confer-ence for students. The American Journal Of Nursing Volume 69 No. 2. 1997

9. Physical Therapy. Consensus conference proceedings on standards in clinical edu-cation “Clinical instructor performance expectation”. University of Minnesota. 2007

10. Hood N, Monahan M. Conducting pre-clinical and post-clinical conferences. The Health Alliance of MidAmerika. 2007

11. Achmad JN. Bimbingan dan konseling dalam berbagai latar kehidupan. Band-ung: Refika Aditama. 2007: 7, 9-10

12. Aldridge M. Becoming a clinical instruc-tor: Pearls of Wisdom and Pitfalls. Di-akses melalui http://www.aacn.org/wd/nti2009

13. Winstanley J, White E. Clinical supervi-sion: models, measures and best practice. Journal nurse researcher volume 10 num-ber 4. Australian and New Zealand Col-lege of Mental Health Nurses. 2010

14. White R and Christine E. Clinical teach-ing in nursing. UK: Stanley Thornes. 1997

15. Sukardi. Evaluasi pendidikan: prinsip dan operasionalnya. Bandung: Bumi Aksara. 2008

16. Suharsimi A. Dasar-dasar evaluasi pen-didikan. Bandung: Bumi Aksara. 2008

17. Notoadmojo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2010.

18. Nirwan SK. Analisis regresi dan korela-si. Bandung: Unit Pelayanan Statistika: FMIPA UNPAD. 2008: 107-108

19. Saefuddin A. Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007:158

20. Dahlan MS. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan edisi 3. Jakarta: Salemba Medika. 2008: 157, 168-70

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

[11]B I M A B I Vol.II No. 1 Desember 2013

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI BALITA USIA 12 – 59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

KALIRUNGKUT, KELURAHAN KALIRUNGKUT KOTA SURABAYA

Oleh : Ayunda Septi Virdani

Program Studi Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

ABSTRAK

Seorang anak adalah harapan orang tua yang berharga . Dalam rangka untuk mendapatkan anak yang sehat dan cerdas dan cocok dengan Periode anak-anak usia 1-5 tahun ( balita ) adalah periode ketika anak sangat membutuhkan makan-an dan gizi dalam jumlah yang cukup dan memadai . Malnutrisi selama periode ini dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan . Sebuah metode pengasuhan anak yang buruk menyebabkan gangguan gizi bisa .

Metode penelitian yang digunakan studi cross sectional dengan balita di Puskesmas Kalirungkut , Kelura-han Kalirungkut , Surabaya . Sebagai penduduk selama bulan Juni 2012. Sampel penelitian ini adalah anak usia 12-59 bulan dan ibu mereka , yang diambil menggunakan teknik random sampling proporsional se-banyak 150 responden . Pengumpulan data meliputi karakteristik anak usia 12-59 bulan , karakteristik ke-luarga , metode pengasuhan dilakukan dengan menggunakan checklist , sedangkan status gizi anak diukur dengan menggunakan indeks berat badan / umur, tinggi / umur dan berat badan / tinggi dibandingkan den-gan Z - nilai standar WHO NCHS - . Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spearman .

Hasil penelitian menunjukkan bahwa korelasi antara praktik pemberian makan dengan status gizi balita dalam kate-gori berat badan / umur ( r = 0.894 , P < 0,05 ) , tinggi / umur ( r = 0.403 , P < 0,05 ) , dan berat / tinggi ( r = 0.594 , P < 0,05 )

Kata kunci: metode pengasuhan, status nutrisi, anak usia 12-59 bulan.

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

Page 12: Daftar Isi - karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/11/BIMABI-Volume-2... · Selai Kulit Manggis (Garcinia Mangostana) Sebagai Alternatif Pencegahan Diare

[12]B I M A B I Vol.II No. 1 Desember 2013

ABSTRACT

A child is a valuable expectation of parents. In order to obtain a healthy and smart children and suitable with theiPeriod of the children aged 1-5 years (toddlers) are the period when the child are in desperate need of food and nutrition in sufficient quantities and adequate. Malnutrition during this period may cause disruption growth and development. A bad parenting method leads to a nutrition could disorder.

The methods of study is used cross sectional study with toddlers at the Puskesmas Kalirungkut, Kelurahan Kalirungkut, Surabaya. As the population during June 2012. The sample of this study is children aged 12-59 months and their mothers, drawn using proportional random sampling technique as much as 150 respondents. Data collection included the characteristics of children aged 12-59 months, family characteristics, parenting method is done by using a checklist, while the nutritional status of children was measured using an index weight/age, height/age and weight/height compared with Z-score WHO-NCHS standard. The statistical test used in this study is the Spearman’s.

The result showed the correlation between feeding practices with the nutritional status of children in category weight/age (r= 0,894; P < 0,05), height/age (r= 0,403; P <0,05), and weight/height (r= 0,594; P <0,05). The correlation between psychosocial stimulation on the category weight/age (r= 0,674; P <0,05), height/age (r= -0,038; P > 0,05), and weight/height (r = 0,884; P < 0,05). The correlation between hygiene and environmental sanitation on the category weight/age (r = 0,323; P < 0,05), height/age (r = 0,280; P < 0,05), and weight/height (r = 0,055; P > 0,05).

The mother who expected to have applied good mothers parenting still defend it. The mothers to have children under five years old are underweight nutritional status, should be given counseling by health professionals about feeding practices, psychosocial stimulation and health practices in order to improv the nutritional status of chil-dren under five.

Key words: parenting method, nutritional status, children aged 12 – 59 months

[13]B I M A B I Vol.II No. 1 Desember 2013

PENDAHULUAN

Prevalensi balita gizi buruk meru-pakan indikator Millenium Development Goals (MDGs) yang harus dicapai disuatu daerah (kabupaten/kota) pada tahun 2015, yaitu terjadinya penurunan prevalensi balita gizi buruk menjadi 3,60% dan prevalensi balita gizi kurang menjadi 11,90%.1 An-gka kematian balita di provinsi Jawa Timur pada tahun 2008 sebanyak 714 balita, ter-diri dari balita bawah garis merah (BGM) terdapat 3,37% dan balita gizi buruk se-banyak 0,62%.2 Hasil studi pendahuluan di wilayah kerja Puskesmas Kalirungkut, Kelurahan Kalirungkut Kota Surabaya pada tahun 2011, menunjukkan jumlah balita terdapat sebanyak 4.125, balita yang ditim-bang sebanyak 2.710 (65,70%), gizi normal sebanyak 2.142 balita (79,04%), balita gizi kurang sebanyak 446 (16,46%), dan balita gizi buruk sebanyak 122 (4,50%).3 Sta-tus gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi. Status gizi dibedakan atas status gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, dan gizi lebih.4 Pola asuh adalah kemampuan ke-luarga dan masyarakat untuk menyediakan waktu, perhatian dan dukungan dalam me-menuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial dari anak yang sedang tumbuh kembang.5 Pola asuh dapat dimanifestasikan dalam bentuk pemberian makanan pengganti ASI pada balita, rangsangan psikososial ter-hadap anak, sanitasi lingkungan, dan per-awatan kesehatan dasar anak.6 Penelitian Perangin-angin (2006) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara praktek pemberi-an makan dengan status gizi anak. Dimana dari 36 orang yang mempunyai status gizi baik terdapat 26 orang (83,87%) dengan praktek pemberian makan yang baik dan 10 orang (58,82%) dengan praktek pemberian makan yang tidak baik. Sedangkan dari 8 orang responden yang mempunyai status

gizi kurang terdapat 2 orang (6,45%) dengan praktek pemberian makan yang baik dan 6 orang (35,29%) dengan praktek pemberian makan yang tidak baik. Rangsangan psikososial yang baik berkaitan erat dengan asuhan gizi dan kes-ehatan yang baik pula sehingga secara tidak langsung berpengaruh positif terhadap sta-tus gizi, pertumbuhan dan perkembangan. Kondisi psikososial yang buruk dapat ber-pengaruh negatif terhadap penggunaan zat gizi di dalam tubuh, sebaliknya kondisi psikososial yang baik akan merangsang hor-mon pertumbuhan sekaligus merangsang anak untuk melatih organ – organ perkem-bangannya.5 Keadaan rumah yang baik misalnya, ventilasi dan pencahayaan yang cukup, tidak penuh sesak, cukup leluasa un-tuk anak bermain, bebas polusi, maka akan menjamin tumbuh kembang anak.7 Masa balita adalah masa dimana anak masih san-gat membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang cukup memadai. Pada masa ini sering terjadi kekurangan gizi yang diakibatkan oleh pemberian makanan yang kurang bergizi. Selain itu pada masa ini anak sering kali sulit makan karena anak su-dah tahu rasa atau mempunyai selera sendiri terhadap makanan tertentu, sering bosan ter-hadap makanan yang diberikan, anak ban-yak bermain, atau bisa dikarenakan faktor kejiwaan misalnya makan terlalu dipaksa.8 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mengetahui hubungan antara pola asuh terhadap status gizi balita usia 12 – 59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kalirungkut, Kelurahan Kalirungkut, Kota Surabaya.

METODE PENELITIAN

Rancang bangun penelitian ini ada-lah penelitian analitik observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional.Populasi target dalam penelitian ini

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

Page 13: Daftar Isi - karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/11/BIMABI-Volume-2... · Selai Kulit Manggis (Garcinia Mangostana) Sebagai Alternatif Pencegahan Diare

[14]B I M A B I Vol.II No. 1 Desember 2013

adalah seluruh ibu yang mempunyai balita usia 12 – 59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kalirungkut, Ke-lurahan Kalirungkut, Kota Surabaya sebanyak 2.000 balita tahun 2012. Pengambilan sampel menggunakan proportional random sampling dengan besar sampel adalah 150 responden.Data dikumpulkan menggunakan pen-gukuran dan checklist untuk kedua vari-abel penelitian yaitu Pola asuh (pembe-rian makanan, rangsangan psikososial, dan sanitasi lingkungan) dan status gizi. Data kemudian dianalisis mengguna-kan Spearman dengan level signifikansi <0,05.HASIL Penelitian dilakukan di 15 RW Wilayah kerja Puskesmas Kalirungkut, Kelurahan Kalirungkut, Kecamatan Ka-lirungkut, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur, terletak di wilayah Surabaya Timur. Jenis pelayanan kesehatan yang tersedia yaitu pelayanan umum, gigi, KIA, KB dan imunisasi, laboratorium, gizi, sanitasi dan posyandu.

Karakteristik responden berdasarkan umur menunjukkan sebagian besar berumur 20-35 tahun sebanyak 113 responden (75.3%) Karakteristik berdasarkan pendidikan menun-jukkan separuh memiliki tingkat pendidikan SMA sebanyak 75 responden (50%). Karak-teristik berdasarkan pekerjaan menunjukkan sebagian besar tidak bekerja sebanyak 89 re-sponden (59.3%). Karakteristik berdasarkan pendapatan sebagian besar memiliki penda-patan diatas UMR sebanyak 80 responden (53,3%). Responden berdasarkan paritas se-bagian besar memiliki >3 anak sebanyak 85 responden (56,7%). Tabel 2 menyatakan hasil uji statistik menggunakan uji spearman’s rho didapatkan r = 0,894 dengan nilai p value 0,000 (p value < 0,05) ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif, kuat dan bermakna antara pola asuh menurut praktek pemberian makan den-gan status gizi menurut indikator BB/U. Kondisi ini bermakna bahwa semakin baik praktek pemberian makan maka semak-in baik pula status gizi balita menurut indeks BB/U.

[15]B I M A B I Vol.II No. 1 Desember 2013

PEMBAHASAN

Praktek pemberian makan pada balita di wilayah kerja Puskesmas Ka-lirungkut, Kelurahan Kalirungkut Sura-baya, sebagian besar sudah memenuhi gizi seimbang. Mengkonsumsi makanan yang berprotein tinggi tidak hanya berasal dari hewani, banyak juga bahan makanan har-ganya terjangkau dan mengandung protein tinggi seperti tahu, tempe dan lain – lain. Disinilah ibu harus mempunyai kreatif un-tuk mengolah makanan yang bernilai tinggi protein dari harga yang relatif murah. Kun-ci keberhasilan seorang ibu menanamkan kebiasaan makan anak yang baik sangat tergantung kepada pengetahuan dan keter-ampilan ibu akan cara dan faedah menyu-sun makanan yang memenuhi syarat zat gizi. 9

Pola asuh ibu berdasarkan rangsan-gan psikososial sebagian besar berada pada kategori baik sebesar 71,3%, sedangkan pada kategori kurang yaitu sebesar 28,7%. Kebanyakan anak merasa tidak nyaman dan membosankan saat makan. Hal ini me-nyebabkan anak sering sekali tidak selera makan. Namun, sebagian besar ibu akan membujuk anaknya apabila anak tidak mau makan dan sebagian lagi, ibu memaksa anaknya bahkan memberi ganjaran apabila anak tidak mau makan. Ganjaran dan huku-man yang wajar merupakan salah satu

faktor psikososial. Suasana pada waktu makan dapat mempengaruhi nafsu makan anak. Harapan orangtua yang berlebihan terhadap kebiasaan makan anak, dengan disertai teguran dan paksaan untuk meng-habiskan porsi makanan yang disedia-kan, menjadikan acara makan sebagai hal yang tidak menyenangkan dan berakibat menurunkan nafsu makan anak. 7

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Perangin-angin (2006) pada balita di Kelurahan Gundaling I Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo menunjuk-kan bahwa status gizi baik ditemukan sebagian besar 68,75% dengan rangsan-gan psikososial baik dan kategori tidak baik sebesar 31,25%.11 Kondisi sanitasi rumah pada penelitian ini diukur dari konstruksi rumah, ventilasi, sumber air bersih, sanitasi/ tempat buang air besar dan tempat pembuangan sampah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sanitasi lingkungan baik di wilayah kerja Puskes-mas Kalirungkut, Kelurahan Kalirungkut, Surabaya sebagian besar berada pada kat-egori baik yaitu 80%. Hal ini menunjuk-kan bahwa praktek sanitasi lingkungan di wilayah tersebut sudah memenuhi target yang di harapkan. Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan sebagian besar lingkungan tempat tinggal responden umumnya

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

Page 14: Daftar Isi - karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/11/BIMABI-Volume-2... · Selai Kulit Manggis (Garcinia Mangostana) Sebagai Alternatif Pencegahan Diare

[16]B I M A B I Vol.II No. 1 Desember 2103

dalam keadaan bersih, bangunan rumah re-sponden sebagian besar tembok, terdapat ventilasi, jamban, penampungan air masak, sebagian besar responden juga menutup tempat penampungan air, dan sudah terda-pat tempat pembuangan sampah. West (2007) mengemukakan bah-wa apabila balita terkena infeksi, maka akan terjadi katabolisme dan keseimban-gan protein yang negatif, terjadinya pen-ingkatan metabolisme energi, peningkatan glukoneogenesis, resistensi insulin periph-eral, terjadinya perubahan metabolisme lemak, serta meningkatnya penggunaan dan pengeluaran beberapa vitamin. Chan-dra dan Newberne (1979) mengemukakan bahwa selama infeksi berlangsung, akan terjadi malabsorpsi protein dalam usus, tidak mempunyai selera makan, muntah, dan terjadinya peningkatan katabolisme dan peningkatan pengeluaran nitrogen. Hal ini akan menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi akibatnya terjadi penurunan sin-tesis protein dan penurunan regenerasi sel yang pada akhirnya dapat mempengaruhi sistem imunitas tubuh sehingga apabila im-unitas tubuh menurun akan cepat terkena infeksi.11

Pada hasil penelitian Mariani (2008) menyatakan bahwa status sanitasi rumah sebagian besar terkategori baik (96,5%) pada status gizi baik (BB/U). Hal ini meli-puti sarana pembuangan kotoran manusia atau toilet, hampir 96,5% mempergunakan toilet untuk buang air besar. Feces (human excreta) adalah sisa-sisa hasil pencernaan makanan yang didalamnya banyak terkand-ung bakteri-bakteri patogen, salah satunya bakteri E.Coli yang dapat menyebabkan penyakit diare. Kesadaran contoh untuk buang air besar di toilet dapat memperke-cil terjadinya penyebaran penyakit lewat air. Entjang (2000) mengemukakan bahwa pembuangan kotoran yang tidak menurut aturan, memudahkan terjadinya penye-baran water borne diseases.12

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan sebel-umnya dapat ditarik kesimpulan bahwa ada ada hubungan yang kuat dan bermakna antara pola asuh menurut praktek pem-berian makan dengan status gizi menurut indikator BB/U, ada hubungan yang kuat dan bermakna antara pola asuh menurut rangsangan psikososial dengan status gizi menurut indikator BB/TB, dan ada hubun-gan yang rendah dan bermakna antara pola asuh menurut sanitasi lingkungan dengan status gizi menurut indikator BB/U.` Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi petugas kes-ehatan terutama bidan dalam menurunkan risiko terjadinya malnutrisi pada balita dengan diharapkan lebih memfokuskan pe-nyuluhan terutama bagi ibu yang memiliki anak balita dalam upaya peningkatan gizi khususnya tentang penyediaan makanan dalam tingkat rumah tangga yang sangat penting untuk mendukung perbaikan gizi anak balita. Saran bagi institusi kesehatan di-harapkan lebih meningkatkan pembela-jaran dalam bidang penelitian dan mem-berikan tambahan referensi mengenai ilmu kebidanan terutama gizi balita. Kedepan-nya peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan sampel yang lebih banyak agar lebih valid, mengkaji lebih dalam mengenai faktor lain yang mempengaruhi status gizi balita.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bappenas, 2010, Laporan pencapa-ian tujuan pembangunan Millenium In-donesia 2010, Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional.

2. Riskesdas, 2010, Hasil laporan ri-set kesehatan dasar tahun 2010, Ja-karta: Departemen Kesehatan RI.

3. Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2009, Profil kesehatan Kota Surabaya, Sura-baya: Dinas Kesehatan Kota Surabaya.

[17]B I M A B I Vol.II No. 1 Desember 2013

4. Almatsier, 2009, Prinsip dasar ilmu gizi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

5. Engle, P.L, Menon, P., and Haddad, L, 1997, Care and nutrition concept and measurement, International Food Policy Research Institute.

6. Lindtjon, BMD, 1993, Nutritional sta-tus and risk of infection among Ethiopi-an children, Journal of Tropical Pediatrics.

7. Soetjiningsih, 2008, Tumbuh kembang anak dan remaja, Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.

8. Santrock, JW, 1998, Child development, 8th ed, New York San Fransisco: Mc Graw Hill.

9. Suhardjo, 2005, Pangan gizi dan pertanian, Jakarta: IUP.

10. Perangin – angin, A, 2006, Hubungan pola asuh dan status gizi anak 0 – 24 bulan pada ke-luarga miskin di Kelurahan Gundaling-I Ke-camatan Brastagi Kabupaten Karo Tahun 2006, skripsi FKM, Universitas Sumatera Utara.

11. West, K.P, 2007, Interaction between nutri-tion and infection in the developing world, The Johns Hopkins University, http://ocw.jhsph.edu/.

12. Mariani, 2002, Hubungan pola asuh makan, kon-sumsi pangan dan status kesehatan dengan status gizi anak balita, Tesis, Institut Pertanian Bogor..

13. Nti, Christina A, Anna Lartey, 2006, Ef-fect of caregiver feeding behaviorus on child nutritional status in rural Ghana, In-ternational Journal of Consumers Studies.

14. Kroller, K, Warschburger, P, 2009, “Maternal feed-ing strategies and child’s food intake considering weight and demographic influences using structural equation modeling”, International Journal of Be-havioral Nutrition and Physical Activity, Germany

15. Fahmida, U, 2003, Multi-micronutrient Sup-plementation for infant growth and develop-ment and the contributing role of psychoso-cial care, Jakarta: Universitas Indonesia.

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

Page 15: Daftar Isi - karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/11/BIMABI-Volume-2... · Selai Kulit Manggis (Garcinia Mangostana) Sebagai Alternatif Pencegahan Diare

[18]B I M A B I Vol.II No. 1 Desember 2013

ECLIPSE (ferulic acid-epilepsy therapy): EFEK ANTIEPILEPTOGENIK EKSTRAK BEKATUL (Rice Bran) SEBAGAI INHIBITOR N-methyl D-aspartate Receptor (NMDAR) PADA TIKUS

PUTIH JANTAN MODEL EPILEPSIDebby Amalia Briliansari, Devi Arine

Defi Emilia, Lita Andriani

Kebidanan, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang

ABSTRAKLatar Belakang: Epilepsi dapat menyerang anak-anak, orang dewasa, para orang tua bahkan bayi yang baru lahir. Sekitar 50 juta penduduk di seluruh dunia mengidap epilepsi. Patofisiologi epilepsi dikaitkan dengan overstimulasi NMDAR dalam otak. Beberapa penelitian membuktikan bahwa asam ferulat dapat menghambat overstimulasi NMDAR. Bekatul diketahui mengandung asam ferulat cukup tinggi. Pemanfaatan untuk konsumsi manusia yang masih terbatas dan ketersediaan yang melimpah di Indonesia menjadikan bekatul berpotensi sebagai salah satu modalitas terapi preventif berbasis alam untuk penderita epilepsi. Untuk membuktikannya, dilakukan penelitian praklinis pada tikus wistar jantan.

Metode Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak bekatul dalam penghambatan ekspresi NMDAR pada tikus putih jantan model epilepsi. Luaran yang diharapkan dari kegiatan penelitian ini adalah berupa artikel ilmiah dan paten. Penelitian menggunakan desain desain true experimental in vivo den-gan metode eksplorasi laboratorium dan metode penelitian eksperimental. Diawali dengan penginjeksian kainic acid untuk menginduksi epilepsi, tikus dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan. Ekstrak bekatul diberikan dengan dosis 50, 100, dan 200 mg/kgBB selama 6 minggu. Dilanjutkan dengan pembedahan otak tikus dan pembuatan preparat. Ekspresi NMDAR diamati dengan metode imunohistokimia. Hasil Pada penelitian ini, hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan pada ekspresi NMDAR dengan p=0 (p<0,05).

Kesimpulan: Pemberian ekstrak bekatul mampu menurunkan ekspresi NMDAR pada tikus model epilepsi. Dosis efektif ekstrak bekatul untuk menurunkan ekspresi NMDAR dalam penelitian ini ditunjukkan pada kelompok perlakuan 2 yaitu 100 mg/kgBB.

Kata Kunci: Bekatul, NMDAR, Epilepsi

ABSTRACTInformation: The postpartum haemorrhage is the main cause of mother’s mortality around the world. In many countries, at least one fourth of mother’s mortality were caused by bleeding.

Purpose: To recognize the factors that relating to postpartum haemorrhage

Method: This research was accomplished with descriptive method, with the population of all mothers who birth and sectio caesaria at Majene District General Hospital period of January 1st 2003 until December 31st 2005.

Result: In the period of January 1st 2003 until December 31st 2005, the case of postpartum haemorrhage was obtained as high as 71 cases (11.2%) from 635 vaginally and sectio caessarea. The highest postpartum haemor-rhage event according to childbirth type was prolonged labor 46%, childbirth with vacuum extraction 38.1%. Multiple pregnancy 56.3%, Birth’s distance of < 2 years 24%, parity ≥ 4 14%, mother’s age ≥ 35 years 14.3%. Education < 6 years 12.5%, ages of pregnancy 26 – 37 weeks 25.0%. Refered patient 34.0% and childbirth as-sistance outside hospital by traditional birth attendant 36.1%.

Conclusion: The high of postpartum haemorrhage was caused by a very complex factors, the most common factor is the delivery assisted by the traditional birth attendant.

Keywords: Rice Bran, NMDAR, Epilepsy

[19]B I M A B I Vol.II No. 1 Desember 2013

PENDAHULUAN

Sekitar 50 juta penduduk di seluruh dunia mengidap epilepsi (WHO, 2004). Di Indonesia dapat diperkirakan bahwa bila pen-duduk Indonesia saat ini sekitar 220 juta akan ditemukan antara 1,1 sampai 4,4 juta pend-erita penyandang epilepsi (Ramson, 2002). Beberapa studi membuktikan bahwa obat antiepilepsi selain mempunyai efek samp-ing antara lain sakit kepala, anemia, pingsan, kantuk, dan gangguan pada daya ingat (Halc-zuk, 2005). Sehingga diperlukan pengemban-gan terapi epilepsi ke arah terapi alternatif. Bekatul dapat ditemukan dengan mudah di Indonesia. Meskipun bekatul tersedia me-limpah di Indonesia, namun pemanfaatan-nya untuk konsumsi manusia masih terbatas. Padahal nilai gizi bekatul sangat baik, kaya akan vitamin B, vitamin E, asam lemak es-ensial, serat pangan, protein, oryzanol, dan asam ferulat. (Ardhiansyah, 2005). Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Yan et al (2001), asam ferulat memiliki efek per-lindungan terhadap neurotoksisitas, dan stres oksidatif pada otak. Hasil penelitian Yan et al lainnya (2007) menunjukkan bahwa asam ferulat dapat menghambat ekspresi NM-DAR. Keterlibatan NMDAR disebut-sebut sebagai penyebab terjadinya kejang epilepsi (Sanchez, 2000). Oleh karena itu, penelitian ini dirancang sebagai tahap awal pembuktian mengenai efek antiepileptogenik dari ekstrak bekatul (Rice Bran) untuk menghambat NM-DAR pada tikus putih jantan model epilepsi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain true experimental in vivo dengan metode ek-splorasi laboratorium dan metode penelitian eksperimental. Induksi Kainic acid (10 mg/kg) mengacu pada dosis berdasar pada pe-nelitian Aker et al (2008).

Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini dilakukan di di Laboratorium

Biomedik, Laboratorium Patologi Anatomi, dan Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan

Pembuatan dan Pemberian Ekstrak Bekatul Bekatul (Rice bran) dicuci sampai bersih, kemudian dioven dengan suhu 100-120 0C. Timbang sebanyak 2 kg bekatul ditempat-kan dalam satu wadah dan direndam dengan etanol 2 x 5 L, diamkan 1 malam sampai mengendap. Lapisan atas/bagian pelarut diambil, disaring menggunakan corong Buchner. Filtrat dipekatkan dengan rotary evaporator dalam keadaan vakum. Larutan etanol dibiarkan memisah dengan zat aktif yang sudah ada dalam labu. Tunggu sam-pai aliran etanol berhenti menetes pada labu penampung.

Induksi Epilepsi Kainic acid (10 mg/kg) secara intraperi-toneal setelah 6 jam pemberian ekstrak bekatul. Pengamatan tikus dilakukan setelah induksi kainic acid.

Pengamatan ekspresi NMDAR dengan me-tode imunohistokimia Prosedur pengamatan imunohistokimia dengan pewarnaan jaringan menggunakan antibodi anti-NMDAR1 pada mikroskop cahaya pembesaran 400 kali. Dipilih lapang pandang yang paling banyak sel positifnya dengan pembesaran 400X, selanjutnya di-hitung jumlah sel positif pada lima lapang pandang searah jarum jam

Pengolahan dan Analisa Data Langkah-langkah uji hipotesis komparatif dan korelatif adalah uji normalitas data, uji homogenitas varian, uji one-way ANOVA, dan Post Hoc Test (uji Least Significant Dif-ference) Penelitian ini dinilai bermakna bila p<0,05. Uji statistik di atas dicek dengan menggunakan progam statistik SPSS (Andi-ka, 2009).

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

Page 16: Daftar Isi - karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/11/BIMABI-Volume-2... · Selai Kulit Manggis (Garcinia Mangostana) Sebagai Alternatif Pencegahan Diare

[20]B I M A B I Vol.II No. 1 Desember 2013

Hasil Penelitian

PEMBAHASAN

Pada hewan model epilepsi terjadi stimulus listrik subkonvulsi yang menyebab-kan kejang tonik-klonik. Peningkatan fung-si sinapsis oleh subtipe reseptor glutamat NMDA berkontribusi terhadap ekspresi hi-pereksitasi. Baik antagonis kompetitif mau-pun antagonis yang tidak kompetitif dari NMDAR menghambat terjadinya kejang. Analisis elektrofisiologi membuktikan bahwa respon sinaptik NMDAR lebih tampak pada hewan model epilepsi dibanding hewan kon-trol. Studi biokimia membuktikan peningka-tan sensitifitas terhadap depolarisasi pening-katan NMDA tampak pada irisan hipokampus hewan coba mengindikasikan perubahan in-trinsik pada neuron NMDAR. Peningkatan sensitifitas NMDAR terdapat pada sel-sel piramid hipokampus region CA3. Penelitian saat ini menunjukkan bahwa kanal NMDAR merupakan heteromerik kompleks yang me-lengkapi protein subunit. Jurnal Neurosains melaporkan peningkatan jumlah NMDAR pada membran telah diisolasi dari hipokam-pus (Goddard et al., 2009; McNamara et al.,

2002; Morrisett et al., 2009; Yeh et al., 2009). Pada penelitian ini, hasil uji One-way ANO-VA dari ekspresi NMDAR diperoleh signifi-kansi p=0 (p<0,05) yang berarti paling tidak ada dua kelompok yang memiliki perbedaan yang bermakna. Dari analisa Post Hoc di-dapatkan perbedaan yang bermakna antara KN dengan KP dan K3, antara KP dengan K1, K2, dan K3, antara K1 dengan K3, dan antara K2 dengan K3. Namun tidak didapat-kan perbedaan yang bermakna antara KN dengan K1 dan K2, dan antara K1 dengan K2. Dengan demikian maka dapat disimpul-kan bahwa pada dosis K1 dan K2 mampu menurunkan ekspresi NMDAR pada ti-kus epilepsi secara bermakna jika diband-ingkan KP dan K3, namun hanya pada K2 yang mampu menunjukkan kemampuan menurunkan ekspresi NMDAR seperti pada kondisi normal. Maka pada pemberian ek-strak bekatul terbukti mampu menghambat ekspresi NMDAR yang merupakan prinsip kerja dari obat antiepilepsi, sehingga mam-pu mencegah terjadinya bangkitan epilepsi (Chapman, 2008). Hasil Pemeriksaan Imunohistokimia Pada proses penyakit epilepsi, terjadi peru-bahan intrinsik neuron NMDAR pada mem-bran sel-sel piramid hipokampus region CA3. Peningkatan sensitifitas dan respon sinaptik NMDAR pada epilepsi mening-katkan jumlah ekspresi NMDAR (Morrisett et al., 2009). Pada penelitian kami, kelom-pok kontrol negatif menunjukkan arsitek-tur hipokampus yang normal pada semua area. Pada kelompok kontrol positif yang diinduksi epilepsi saja, nampak adanya akumulasi warna coklat yang sangat padat menunjukkan peningkatan ekspresi NM-DAR dibandingkan dengan kelompok kon-trol negatif. Dari kelompok perlakuan 1, 2, dan 3, penurunan ekspresi NMDAR sangat tampak pada kelompok perlakuan 2 yang diberi dosis ekstrak bekatul 100 mg/kgBB. Dari penampang histopatologi di atas, da-

[21]B I M A B I Vol.II No. 1 Desember 2013

pat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak bekatul mampu memberikan gambaran yang mendekati kondisi pada hipokampus tikus wistar normal. .

KESIMPULAN

1. Pemberian ekstrak bekatul mampu menu-runkan ekspresi NMDAR pada tikus model epilepsi. 2. Dosis efektif untuk menurunkan ekspresi NMDAR pada tikus model epilepsi ditunjuk-kan pada kelompok perlakuan 2 yaitu 100 mg/kgBB.

SARAN

1. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mencari dosis optimal ekstrak bekatul pada manusia 2. Diperlukan penelitian lebih lanjut menge-nai efek ekstrak bekatul terhadap parameter epilepsi untuk mengetahui efek spesifik yang belum diungkap pada penelitian ini seperti EEG, GBP, GABA dll.

DAFTAR PUSTAKA

1. A., Bragin dkk. 2009. Electrophysiologic analysis of a chronic seizure model after unilateral hip-pocampal KA injection.. Department of Neurology, UCLA School of Medicine, Los Angeles, Califor-nia 90095-1769, USA, Epilepsia.;40(9):1210-21.

2. A., Simonyi dkk. 2005. Kainic acid-mediated excitotoxicity as a model for neurodegeneratio. Department of Medical Pharmacology, Univer-sity of Missouri School of Medicine, Colum-bia, MO, USA, Mol Neurobiol. 31(1-3):3-16.

3. Aker, Rezzan Gu¨lhan. 2008. Neurobiol-ogy of Disease Intra-Amygdaloid Injection of Kainic Acid in Rats with Genetic Absence Epi-lepsy: The Relationship of Typical Absence Epilepsy and Temporal Lobe Epilepsy. The Journal of Neuroscience 28(31):7828 –7836.

4. Aronica, Eleonora. 2006. Potential New Antiepi-leptogenic Targets Indicated by Microarray Analy-sis in a Rat Model for Temporal Lobe Epilepsyi.

5. The Journal of Neuroscience, 25 Oc-tober 2006, 26(43): 11083-11110; doi:

10.1523/ JNEUROSCI.2766-06.2006. 6. Bush, Paul C. et al. 2009. Increased Pyramidal Ex-

citability and NMDA Conductance Can Explain Posttraumatic Epileptogenesis Without Disinhi-bition: A Model. J Neurophysiol 82:1748-1758.

7. Cole, Andrew J., Sookyong Koh dan Yi Zheng. 2002. Are seizures harmful: what can we learn from animal models?. Epilepsy Research Lab-oratory, Massachusetts General Hospital and Department of Neurology, Harvard Medical School, Progress in Brain Research, Vol. 135.

8. D. Jarell A., Temkin N.R dan Anderson G.D. 2001. Antiepileptogenic Agents: How Close Are We?. Volume 61, Number 8, 2001 , pp. 1045-1055(11). D., Kong dkk. 2010. Protec-tive Effect of Resveratrol Against Kainate-Induced Temporal Lobe Epilepsy in Rats. Neurochem Res2009;34(8):1393–1400.

9. Danglot, Lydia, Caroline Le Duigou, Lu-ciaWittner dan Richard Miles. 2005. Ef-fects of focal injection of kainic acid into the mouse hippocampus in vitro and ex vivo. J Physiol 569.3 (2005) pp 833–847 833.

10. Goodman, Jeffrey H. 2005. Chapter 05: Experi-mental Models of Status Epilepticus. Neurop-harmacology Methods in Epilepsy Research.

11. Gradl, T. 2008. Inhibition of NMDA-Receptor By Food Additives. Germany.

12. Gunawan, Billy Indra. 2008. Epilep-si Dalam Kehamilan. Diakses pada 31 Desember 2012. Pukul 12.35.

13. Gupta, Yogendra dkk. 2009. Protective Ef-fect of Curcumin Against Kainic Acid In-duced Seizures and Oxidative Stress In Rats. Indian J Physiol Pharmacol; 53 (1) : 39–46.

14. J., Zhu, Zheng XY, Zhang HL, dan Luo Q,. 2010. Kainic acid-induced neurodegen-erative model: potentials and limitations.

15. Department of Neurosurgery, The First Hos-pital of Jilin University, Changchun, China J Biomed Biotechnol. 2011;2011:457079.

16. Kigata, Numata. 2009. Oryza sativa. ORYZA OIL & FAT CHEMICAL CO., LTD. Striving For The Development Of The New Functional Food Mate-rials To Promote Health And General Well-Being.

17. Kraus, John E. et al. 2004. Kindling Induces the Long-lasting Expression of a of NMDA Receptors in Hippocampal Region CA3 Novel Population. J Neuroscience 14(7): 4196-4205.

18. Medicinus. 2008. Permasalahan di Re-septor atau Neurotransmitter Epilep-si: Permasalahan di Reseptor. Vol. 21, nov- des, no 4. 2008. ISSN 1979-391x.

19. Michwan, Ardiansyah. 2005. Rice Bran (Bekatul). Bogor: IPB. Rizki. 2011. Mengenal Manfaat Bekatul. http://naturalorganik. multiply. com/

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

Page 17: Daftar Isi - karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/11/BIMABI-Volume-2... · Selai Kulit Manggis (Garcinia Mangostana) Sebagai Alternatif Pencegahan Diare

[22]B I M A B I Vol.II No. 1 Desember 2013

journal/item /5?&show_ interstitial =1&u=%2Fjournal %2Fitem. Diakses pada 1 januari 2011. Pukul 12.37 WIB.

20. Wang, Zang et al. 2010. N-Methyl-D-Aspartate Recep-tor Subunit 1 Protein Expression In The Hippocampus And Temporal Cortex Of Kainic Acid-Induced Epi-lepsy Rats. Neural Regen Res. 2010;5(14):1045-1049.

21. Yanuarti, Lita. 2011. Penegakan Diagnosis Ke-jang Parsial Epilepsi padaAnak.http://www.fkumy-ecase.net/wiki/index.php?page=Penegakan+Diagnosis+Epilepsi+Kejang+Parsial+Kompleks+Pada+Anak+++. Diakses pada 24 Oktober 2012. Pukul 15:18.

22. Zhang, Yongping et al. 2006. Potent Protection Of Ferulic Acid Against Excitotoxic Effects Of Ma-ternal Intragastric Administration Of Monosodium Glutamate At A Late Stage Of Pregnancy On De-veloping Mouse Fetal Brain. European Neuropsy-chopharmacology Volume 16, Issue 3, 170-177.

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

[23]B I M A B I Vol.II No.1 Desember 2013

iBROSS (iron - Brown seaweed): Pengaruh Suplementasi RumputLaut Coklat (Sargassum crassifolium) Terhadap Kadar

Hemoglobin, Serum Feritin, dan Volume Rata-Rata Eritrosit padaTikus Wistar Hamil Model Anemia Defisiensi Besi (ADB)

Amalia, Debby B.1, Novia, Vinda R.1, M., Alwiyah K.2

1Jurusan Kebidanan, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

2Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

ABSTRAKLatar Belakang : Anemia adalah salah satu dari empat masalah gizi utama di Indonesia yang dialami oleh ibu hamil. Ibu hamil dengan anemia sebagian besar sekitar 62,3 % berupa anemia defisiensi besi (ADB). Kekuran-gan asupan zat besi merupakan faktor utama terjadinya ADB pada ibu hamil. Sehingga diperlukan asupan zat besi yang adekuat sebagai upaya preventif ADB, salah satunya dengan memanfaatkan rumput laut. Rumput laut coklat jenis Sargassum crassifolium diketahui mengandung zat besi yang tinggi, namun belum banyak di-manfaatkan. Penyebaran yang luas dan jumlah yang melimpah di Indonesia menjadikan rumput laut jenis ini berpotensi sebagai salah satu modalitas terapi preventif berbasis alam untuk ibu hamil penderita ADB. Untuk membuktikannya, dilakukan penelitian praklinis pada tikus wistar hamil.

Metode Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi rumput laut coklat Sar-gassum crassifolium terhadap kadar hemoglobin, serum feritin, dan volume rata-rata eritrosit tikus wistar hamil model ADB. Luaran yang diharapkan dari kegiatan penelitian ini adalah berupa artikel ilmiah dan paten. Pene-litian menggunakan desain eksperimen laboratorium murni, dengan rancangan Pretest-Posttest With Control Group Design, yang diulang sebanyak 3 kali. Diawali dengan pemberian diet isokalorik rendah zat besi pada tikus wistar hamil selama 4 minggu, tikus dibagi menjadi 8 kelompok perlakuan. Ekstrak rumput laut diberikan dengan dosis 18, 36, 72 mg/kgBB dilakukan selama 2 minggu. Penambahan asam askorbat 200 mg diberikan pada 3 kelompok perlakuan. Kadar hemoglobin, serum feritin, dan volume rata-rata eritrosit dievaluasi sebelum dan sesudah perlakuan.

Hasil : Tidak terdapat perbedaan secara signifikan pada kadar hemoglobin dengan p=0,509 (p>0,05), serum feritin dengan p=1 (p>0,05), dan volume rata-rata eritrosit dengan p=0,864 (p>0,05).

Kesimpulan : Pemberian ekstrak rumput laut coklat Sargassum crassifolium selama 2 minggu tidak berpenga-ruh terhadap hemoglobin, serum feritin, dan volume rata-rata eritrosit pada tikus wistar hamil model anemia defisiensi besi.

Kata Kunci: Sargassum crassifolium, Anemia Defisiensi Besi, Hb, Serum Ferritin, MCV

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

Page 18: Daftar Isi - karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/11/BIMABI-Volume-2... · Selai Kulit Manggis (Garcinia Mangostana) Sebagai Alternatif Pencegahan Diare

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

[24]B I M A B I Vol.II No. 1 Desember 2013

ABSTRACT

Background: Anemia is one of the four major nutrition problems in Indonesia experienced by pregnant women. Pregnant women with anemia mostly around 62.3 % in the form of iron deficiency anemia (IDA). Shortage of iron intake is a major factor in the occurrence of IDA in pregnant women. So, we need an adequate iron intake as a preventive effort IDA, one of them by utilizing seaweed. Brown seaweed Sargassum crassifolium known to contain high iron , but has not been used. Widespread distribution and a large amount in Indonesia make this type of seaweed as a potential nature-based preventive therapeutic for pregnant women with IDA. To prove this, preclinical studies conducted on pregnant Wistar rats .

Methods: This study aimed to determine the effect of supplementation brown seaweed Sargassum crassifolium to hemoglobin concentration, ferritin serum, and the average volume of erythrocytes of pregnant Wistar rat IDA model. Expected outcomes of this research activity is the form of scientific articles and patents. Research design using pure laboratory experiments, with the pretest-posttest With Control Group Design, which was repeated 3 times. Begin with the administration of a iron-low isokalorik diet on pregnant Wistar rats for 4 weeks, the rats were divided into 8 treatment groups. Seaweed extract administered at a dose of 18, 36, 72 mg/kgWeight per-formed for 2 weeks. The addition of 200mg ascorbic acid administered at 3 treatment groups. Levels of hemoglo-bin, ferritin serum, and the average volume of erythrocytes was evaluated before and after treatment.

Results: There were no significant differences in hemoglobin levels with p=0.509 (p>0.05), serum ferritin with p=1 (p>0.05), and the average volume of erythrocytes with p=0.864 (p>0,05).

Conclusions: Provision of brown seaweed sargassum crassifolium extract for 2 weeks had no effect on hemoglo-bin, ferritin serum, and the average volume of erythrocytes in pregnant Wistar rat IDA model.

Keywords: Sargassum crassifolium , Iron Deficiency Anemia , hemoglobin , serum Ferritin , MCV

[25]B I M A B I Vol.II No. 1 Desember 2013

LATAR BELAKANG

Anemia adalah salah satu dari em-pat masalah gizi utama di Indonesia yang dialami oleh ibu hamil. Prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah 35-75%. Ibu hamil dengan anemia sebagian besar sekitar 62,3 % berupa anemia defisiensi besi (ADB) (Kusumah, 2009; WHO, 2002). Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah terjadinya anemia defisiensi besi pada ibu hamil seperti perbaikan asupan gizi, dan suplementasi tablet zat besi. Namun, sampai saat ini tujuan suplementasi tablet zat besi belum tercapai sepenuhnya. Tablet zat besi dapat menimbulkan gejala-gejala seperti mual, nyeri di daerah lambung, kadang ter-jadi diare dan sulit buang air besar serta pus-ing karena bau logam. Untuk itulah diperlu-kan upaya alternatif penanggulangan resiko anemia defisiensi besi pada ibu hamil (De-partemen Kesehatan, 2009; Hartono, 2000). Indonesia merupakan penghasil rumput laut nomor satu di dunia. Salah satu rumput laut yang dapat dimakan adalah Sargassum cras-sifolium, yang merupakan golongan gang-gang coklat terbesar di laut tropis. Rumput laut jenis Sargassum crassifolium ini sangat melimpah dan tersebar luas hampir di seluruh wilayah laut Indonesia (Atmadja, 2006; Su-marsih, 2001). Dari semua jenis rumput laut coklat, Sargassum crassifolium merupakan jenis rumput laut yang mengandung kadar besi paling tinggi, yaitu 132,65 mg/100 g be-rat kering. Berdasarkan rata-rata kadar besin-ya, Sargassum crassifolium dapat digunakan sebagai bahan makanan sumber besi (Mursy-idin, 2002; Setyawan, 2004; Garcia, 2007). Oleh karena itu, penelitian ini dirancang sebagai tahap awal pembuktian penulis mengenai pengaruh suplementasi rumput laut coklat Sargassum crassifolium terha-dap kadar hemoglobin, serum feritin, dan volume rata-rata eritrosit pada tikus putih hamil model anemia defisiensi besi (ADB)..

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain eksperimen laboratorium murni, dengan rancangan Pretest-Posttest With Control Group Design. Diet susu semisintetik ren-dah besi sebanyak 4 mg/kg untuk induksi ADB. Diet dilakukan selama 4 minggu se-belum penelitian (Kumara et al, 2012).Pe-nelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisi-ologi, Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang, dan Laboratorium Klinik RSSA Malang. Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan.

Pemberian diet defisiensi besi Pemberian diet dilakukan menggu-nakan sonde lambung

Pembuatan dan Pemberian Ekstrak Rumput laut Rumput laut kering 200 g dilarutkan dalam etanol selama 24 jam, hingga terdapat endapan, kemudian didinginkan. Ekstrak rumput laut diberikan selama 2 minggu.

Pembuatan dan pemberian asam askorbat Asam askorbat diencerkan dengan akuades sampai 100 ml. Pemberian asam askorbat dilakukan melalui sonde setelah pemberian ekstrak rumput laut.

Pengambilan sampel darah tikus Darah diambil menggunakan spuit melalui jantung sebanyak 5 ml. Masing-masing 2,5 ml untuk pemeriksaan Hb dan 2,5 ml untuk pemeriksaan serum feritin.

Pengecekan kadar hemoglobin dan MCV Tabung RB diberi 5000 μl (5 cc) Reagen Hemoglobin. Tabung RTD diberi 20 μl sampel darah ditambah dengan 5000μl Reagen Hemoglobin dicampur hingga ho-mogen. Tabung RPL diberi 20 μl sampel

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

Page 19: Daftar Isi - karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/11/BIMABI-Volume-2... · Selai Kulit Manggis (Garcinia Mangostana) Sebagai Alternatif Pencegahan Diare

[26]B I M A B I Vol.II No. 1 Desember 2013

darah dan ditambah dengan 5000 μl Reagen Hemoglobin didiamkan selama 3 menit pada suhu kamar. Diukur dengan spektrofotome-ter, absorbansi RTD dan abs ( RPL ) terhadap reagen blanko pada panjang gelombang 578 nm.

Pengecekan kadar serum feritin Memindahkan reagen yang diper-lukan dari lemari es ke temperatur ruangan paling tidak 30 menit. Pilih “FER” pada alat untuk meng’enter’ kode test. Kalibrator harus diidentifikasi oleh “S1” dan dites pada dup-likat. Jika kontrol akan dites, sebelumnya

diidentifikasi oleh “C1”. Campur kalibrator, kontrol dan sampel menggunakan Vortex tipe mixer. Masukkan 100μl pipet kalibrator, sampel, atau kontrol untuk setiap sampel.

Pengolahan dan Analisa Data Langkah-langkah uji hipotesis kom-paratif dan korelatif adalah uji normalitas data, uji homogenitas varian, uji one-way ANOVA, dan Post Hoc Test. Penelitian ini dinilai bermakna bila p<0,05. Uji statistik di atas dicek dengan menggunakan progam statistik SPSS (Isniyanti, 2012).

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

[27]B I M A B I Vol.II No. 1 Desember 2013

PEMBAHASAN

Kombinasi antara diet strategis untuk meningkatkan zat besi dan konsumsi vitamin C efektif memperbaiki ADB dengan mening-katkan kadar hemoglobin dan mengganti ca-dangan zat besi. ADB biasanya membaik sete-lah pengobatan 6 sampai 8 minggu. (Irene, 2005). Pada penelitian kami, intervensi ADB pada tikus dilakukan hanya selama 2 minggu dari waktu total penelitian 2 bulan, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu penelitian dan keterbatasan bahan penelitian sehingga hasil yang kami peroleh belum maksimal. Hb(Hemoglobin) Kosongnya cadangan besi tubuh (de-pleted iron store) sehingga penyediaan besi un-tuk eritropoesis berkurang, yang pada akhirn-ya pembentukan hemoglobin (Hb) berkurang. Hal ini berakibat pada menurunnya kadar hemoglobin pada penderita ADB (Tangkahan, 2012). Menurut WHO, pada wanita hamil di-katakan anemia apabila kadar Hb < 11 g/dl. Pada penelitian ini, hasil uji One-way ANOVA dari kadar Hb diperoleh signifikansi p=0,509 (p>0,05) yang berarti tidak ada kelompok yang memiliki perbedaan secara bermakna. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa kadar Hb belum mengalami peruba-han yang bermakna walaupun terjadi sedikit peningkatan pada P1 dan P3. Sedangkan pada kelompok lain mengalami penurunan.

Serum feritin Serum ferritin merupakan petunjuk kadar cadangan besi dalam tubuh. Pemerik-saan kadar serum ferritin sudah rutin dik-erjakan untuk menentukan diagnosis de-fisiensi besi, karena terbukti bahwa kadar serum ferritin sebagai indikator paling dini menurun pada keadaan bila cadangan besi menurun. Pemeriksaan kadar serum feritin terbukti sebagai indikator paling dini, yaitu menurun pada keadaan cadangan besi tubuh menurun. International Nutritional Anemia Consultative Group (INACG) menetapkan cut off serum feritin untuk ADB sebesar <12 μg/L (Muhammad, 2005). Pada peneli-tian ini, hasil uji One-way ANOVA dari ka-dar serum feritin diperoleh signifikansi p=1 (p>0,05) yang berarti tidak ada kelompok yang memiliki perbedaan secara bermakna. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa kadar serum feritin belum mengala-mi perubahan yang bermakna. Hal ini dis-ebabkan untuk meningkatkan serum feritin hingga mendekati normal membutuhkan konsumsi zat besi lebih dari 400 mg per hari. Semakin banyak zat besi yang diabsorpsi, semakin banyak feritin yang dilepaskan oleh sel mukosa usus halus (Munsey, 2009).

MCV (volume rata-rata eritrosit) MCV merupakan volume rata-rata eritrosit. MCV akan menurun apa-bila kekurangan zat besi semakin parah,

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

Page 20: Daftar Isi - karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/11/BIMABI-Volume-2... · Selai Kulit Manggis (Garcinia Mangostana) Sebagai Alternatif Pencegahan Diare

[28]B I M A B I Vol.II No. 1 Desember 2013

dan pada saat anemia mulai berkembang. MCV merupakan indikator kekurangan zat besi yang spesifik. Pada ADB jumlah sel darah merah menurun sejajar dengan pe-nurunan kadar Hb dan MCV. Kadar MCV pada ADB adalah < 70 fl (Threesa, 2011). Pada penelitian ini, hasil uji One-way ANOVA dari kadar MCV diperoleh signifi-kansi p=0,864 (p>0,05) yang berarti tidak ada kelompok yang memiliki perbedaan secara bermakna. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa kadar MCV be-lum mengalami perubahan yang bermakna walaupun terjadi sedikit peningkatan pada K(-), K(+), P1 dan P2. Sedangkan pada kelompok lain mengalami penurunan.

KESIMPULAN

1. Pemberian ekstrak rumput laut coklat Sargassum crassifolium tidak ber-pengaruh terhadap kadar hemoglobin, se-rum feritin, dan volume rata-rata eritrosit pada tikus wistar hamil model anemia de-fisiensi besi. 2. Pemberian ekstrak rumput laut coklat Sargassum crassifolium ditambah vitamin C tidak berpengaruh terhadap ka-dar hemoglobin, serum feritin, dan volume rata-rata eritrosit pada tikus wistar hamil model anemia defisiensi besi.

SARAN

1. Diperlukan penelitian lebih lan-jut dengan waktu intervensi minimal 6 bulan untuk membuktikan efek perbai-kan anemia defisiensi besi pada tikus. 2. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai efek ekstrak rumput laut coklat terhadap parameter anemia defisiensi besi lain untuk mengetahui efek spesi-fik yang belum diungkap pada penelitian ini seperti TIBC, RDW, serum iron dll.

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

1. Alton, Irene. 2005. Iron Deficiency Anemia: Chapter 9 (Online). http://www.epi.umn.edu/let/pubs/adol_book.shtm. Diakses pada tanggal 17 Juli 2013. Pukul 18.03.

2. Andersen, Henriette S. dkk. 2007. Effect of dietary copper deficiency on iron metabolism in the pregnant rat.British Journal of Nutrition. Volume 97,239-246.

3. Chasanah, Isniyanti. 2012. Pengaruh Pembe-rian Angkak terhadap Kadar Hb dan Jumlah Eritrosit pada Tikus Wistar yang Mengalami Anemia Perdarahan.Under Graduates thesis, Yogyakarta: Universitas Muhamadiyah Yogya-karta.

4. Garcia-Casal, MN., dkk. 2007. High Iron Con-tent And Bioavailability In Humans From Four Species Of Marine Algae. The Journal of Nutri-tion.;137:2691-2695.

5. Khusun, Helda dkk. 2012. World Health Or-ganization Hemoglobin Cut-Off Points for the Detection of Anemia Are Valid for an Indone-sian Population. American Society for Nutri-tional Sciences 0022-3166/99.

6. Kumara, Ruvin, dkk. 2012. Influence of Iron Deficiency on Olfactory Behavior in Weanling Rats. Journal of Behavioral and Brain Science, 2012, 2, 167-175.

7. Muhammad, Adang, Osman Sianipar. 2005. Penentuan Defisiensi Besi Anemia Penyakit Kronis Menggunakan Peran Indeks sTfR-F. J. Pathology Vol 1 No 1-new.indd.

8. Notopoero. 2007. Eritropoitin Fisiologi, As-pek Klinik dan Laboratorik.. Erythropoietin Physiology, Clinical, and Laboratory Aspect). Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, Vol. 14, No. 1, November 2007: 28-36

9. Setyawan dkk. 2004. Analisis Komposisi Nu-trisi Rumput Laut Sargassum crassifolium J. Agardh. Solo: Universitas Sebelas Maret.

10. Tangkahan. 2012. Kadar Ceruloplasmin Pada Sirosis Hati (Online). Diakses pada 29 Juli 2013. Pukul 15.14.

[29]B I M A B I Vol.II No.1 Desember 2013

SELAI KULIT MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA) SEBAGAIALTERNATIF PENCEGAHAN DIARE

Ni Kadek Nensi D. P. , Siti Halimatus Nurullaila

Universitas Brawijaya

ABSTRAK Penyakit diare adalah penyebab utama morbiditas, kematian anak di negara berkembang, dan pe-nyebab kekurangan gizi. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan enam besar yaitu karena infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immuno defisiensi, dan lain-lain. Tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan.

Penelitian mengemukakan bahwa dalam kulit manggis terkandung suatu zat yang mempunyai efek anti dan mencegah diare. Zat tersebut adalah xhantone yang tidak hanya terkandung dalam kulitnya saja tetapi juga pada buahnya. Di indonesia persebaran tanaman manggis peluang pengembangannya sangat besar, baik ditin-jau dari potensi lahan, keragaman jenis, maupun dari aspek petani dan teknologi.

Namun bagi masyarakat awam, kulit manggis tidak mempunyai manfaat sehingga biasanya di buang. Padahal kulit manggis dapat dijadikan sebagai alternatif pencegahan diare karena kandungan zat xanthone yang terdapat pada kulit manggis.

Salah satu alternatif gagasan yang kami ajukan adalah pengolahan kulit manggis menjadi sebuah makanan yang mempunyai kandungan gizi yang baik yaitu selai serta mampu memberikan alternatif pencegahan diare. Cara pembuatan selai itu sendiri cukup mudah. Untuk mengimplementasikan gagasan, maka diperlukan suatu langkah-langkah strategis agar gagasan yang telah dibuat dapat dijadikan sebagai suatu solusi nyata terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui bidang kesehatan serta adanya pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam mengimplementasikan gagasan.

Kata kunci : diare, kulit manggis,

ABSTRACT

Diarrhea is a major cause of morbidity, child mortality in developing countries, and cause of malnutrition. Clinically cause of diarrhea can be grouped into six major categories, infection, malabsorption, poisoning ,toxicity, immuno-deficiency, and others. But we often found in clinical that diarrhea caused by infection and poisoning. Research suggests that the mangosteen peel contained a substance which has the effect of anti and prevent diarrhea. The substance is xhantone which not only contained in the skin but also on the fruit. In Indonesia, the development opportunity of spread of mangosteen are very great, both in terms of the potential of the land, the diversity of species, as well as from growers and technology aspects .But for ordinary people, mangosteen peel that is usually thrown away is useless. Though mangosteen peel can be used as an alternative for the prevention of diarrhea by xanthone substance that found in the mangosteen skin. One alternative idea that we provide is processing the mangosteen skin into a food that has a good nutrient content that is jam, and be able to prevent diarrhea. Ways of making jam itself is quite easy. To implement the idea, we need a strategies so that the idea can be used as a real solution to improving quality of life through health and the presence of the parties that will be involved in implementing the idea .

Keywords: diarrhea, skin mangosteen

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

Page 21: Daftar Isi - karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/11/BIMABI-Volume-2... · Selai Kulit Manggis (Garcinia Mangostana) Sebagai Alternatif Pencegahan Diare

[30]B I M A B I Vol.II No. 1 Desember 2013

PENDAHULUAN

Penyakit diare adalah penyebab utama morbiditas, kematian anak di negara berkem-bang, dan penyebab penting kekurangan gizi. Menurut catatan WHO, diare membunuh dua juta anak di dunia setiap tahun, sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas (2001) di-are merupakan salah satu penyebab kematian kedua terbesar pada balita (Jangan Anggap Remeh Diare; Available from : www.medi-castore.com). Pada tahun 2003 diperkirakan 1,87 juta anak-anak di bawah 5 tahun men-inggal karena diare. Delapan dari 10 kema-tian ini terjadi dalam dua tahun pertama ke-hidupan. Rata-rata, anak-anak di bawah usia 3 tahun pada negara-negara berkembang mengalami tiga episode diare setiap tahun. Pada tahun 2004 di Indonesia, diare merupa-kan penyakit dengan frekuensi KLB kelima terbanyak setelah DBD, Campak, Tetanus Neonatorum, dan keracunan makanan. An-gka kesakitan diare di Kalimantan Tengah dari tahun 2000-2004 fluktuatif dari 15,87% sampai 23,45%. Pada tahun 2005 kasus diare sebanyak 38.979. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu karena Infeksi, malabsorbsi, alergi, keracu-nan, immuno defisiensi, dan lail-lain.Tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan (Depkes RI, Kepmenkes RI Tentang Pedoman P2D , Jkt , 2002). Adapun penyebab-penyebab tersebut sangat dipen-garuhi oleh berbagai faktor misalnya kead-aan gizi, kebiasaan atau perilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya. Karena itu perlu adanya pencegahan terhadap diare sehingga penyakit ini dapat diminimalisir. Pencega-han harus diusahakan sedapat mungkin dengan cara pengendalian faktor penyebab diare. Namun kesadaran masyarakat untuk mencegah penyakit ini masih rendah mis-alnya masyarakat tidak menjaga kebersihan lingkungan sekitar dengan baik.

Namun pencegahan juga dapat dilakukan melalui penemuan ide baru untuk menjadi-kan suatu limbah kulit manggis menjadi suatu produk yang menguntungkan. Man-ggis merupakan salah satu jenis buah-bua-han yang memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Buahnya yang mengandung man-faat tinggi baik dari biji, daging hingga ku-litnya memberikan daya tarik tersendiri bagi penikmat buah ini. Namun bagi masyarakat awam, kulit manggis tidak mempunyai manfaat sehingga biasanya di buang. Pada-hal kulit manggis dapat dijadikan sebagai alternatif anti diare karena kandungan zat Xanthone yang terdapat pada kulit manggis. Di Indonesia persebaran tanaman manggis peluang pengembangannya san-gat besar, baik ditinjau dari potensi lahan, keragaman jenis, maupun dari aspek petani dan teknologi. Terdapat sekitar 100 jenis tanaman manggis yang tumbuh di Indone-sia dari sekitar 400 jenis yang dijumpai di dunia. Wilayah pertumbuhan tanaman man-ggis di Indonesia sangat luas mulai dari da-taran rendah hingga dataran tinggi. Hingga saat ini sekitar 25 kabupaten tercatat seba-gai penghasil dan penyumbang buah mang-gis untuk ekspor dan pemenuhan kebutuhan dalam negeri, dan ada beberapa daerah telah mengembangkan manggis meskipun belum tercatat sebagai penghasil buah manggis. Hal ini menggambarkan bahwa potensi la-han dan area masih sangat besar dan dapat dikembangkan sebagai wilayah atau pusat pengembangan manggis di Indonesia ( Bu-didaya Manggis, 2010 ).

BAHASAN

Kondisi kekinian pencetus gagasanPenyakit diareDefinisi. Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertam-bahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Sedangkan

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

[31]B I M A B I Vol.II No. 1 Desember 2013

Depkes RI (2005), diare adalah suatu pen-yakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja yang me-lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari. Apabila diare ber-langsung antara satu sampai dua minggu maka dikatakan diare yang berkepanjangan (Soegijanto, 2002).Penyebab. Secara klinis penyebab diare da-pat dikelompokkan dalam golongan enam besar, tetapi yang sering ditemukan di lapan-gan adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan. Penyebab diare secara lengkap adalah sebagai berikut: a. Infeksi yang dapat disebabkan bakteri

(Shigella, Salmonela, E. Coli, golongan vibrio, bacillus cereus, Clostridium per-fringens, Staphyiccoccus aureus, Campy-lobacter dan aeromonas), virus (Rotavi-rus, Norwalk dan norwalk like agen dan adenovirus) dan parasit, (cacing perut, Ascaris, Trichiuris, Strongyloides, Blast-sistis huminis, protozoa, Entamoeba his-tolitica, Giardia labila, Belantudium coli dan Crypto)

b. Alergi, c. Malabsorbsi, d. Keracunan yang dapat disebabkan bahan

kimiawi dan bahan yang dikandung dan diproduksi

e. Imunodefisiensi, dan sebab-sebab lain (Widaya, 2004).

Patofisiologi.Diare osmotikBahan yang tidak dapat diserap meningkat, osmolaritas dalam rongga usus menarik air dan elektrolit dari plasma ke rongga usus se-hingga akan meningkatkan diare.Contoh: Intoleransi makanan, waktu pengo-songan lambung yang cepat, defisiensi enzim laktase.Diare sekretorikDiare Sekretorik ditandai oleh volume feses yang besar oleh karena abnormalitas cairan dan transport elektrolit yang tidak selalu ber-hubungan dengan makanan yang dimakan.

Diare ini biasanya menetap dengan puasa. Pada keadaan ini tidak ada malabsorbsi larutan. Osmolaritas feses dapat diukur den-gan unsur ion normal tanpa adanya osmotic gap pada feses.Diare eksudatifKerusakan mukosa usus halus atau usus be-sar akibat inflamasi. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat adanya infeksi bakteri, non infeksi, atau akibat radiasi.Diare karena gangguan motilitasGangguan pada kontrol otonomik me-nyebabkan waktu transit usus menjadi lebih cepat. Misalnya pada diabetes neuropati.

Pengobatan penyakit diare. Pengobatan diare mempunyai be-berapa tujuan, yaitu memperbaiki atau mencegah kehilangan cairan dan elektrolit serta gangguan asam dan basa, meng-hilangkan gejala-gejala yang timbul pada saat diare, mengidentifikasi dan mengobati penyebab diare, dan mengontrol penyakit lain yang juga diderita oleh penderita diare, misalnya diabetes mellitus. Agar pengob-atan diare dapat berhasil dengan baik, maka pengobatannya harus tepat pada sasaran. Sasaran yang dituju dalam pengobatan diare yaitu dehidrasi, kehilangan cairan elektrolit, dan hilangnya gejala yang menyertai diare.Pengobatan diare dapat melalui 2 cara, yaitu pengobatan/terapi non farmakologis dan terapi farmakologis. ( Theresia, 2007).Pengobatan non farmakologisPada dasarnya untuk mengobati diare, lebih diutamakan terapi non farmakologis sep-erti dietary management (mengatur pola makan) dan mengatur cairan dan elektrolit dalam tubuh. Yang dimaksud dengan peng-aturan pola makan di sini adalah menghen-tikan sementara (selama 24 jam) konsumsi makanan yang sulit dicerna oleh usus dan produk yang diolah dari susu. Tetapi dari penelitian didapatkan bahwa jika diare yang diderita adalah diare osmotik (karena ada makanan yang tidak dapat terabsorbsi, mis-alnya susu) maka cara ini dapat mengontrol

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

Page 22: Daftar Isi - karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/11/BIMABI-Volume-2... · Selai Kulit Manggis (Garcinia Mangostana) Sebagai Alternatif Pencegahan Diare

[32]B I M A B I Vol.II No. 1 Desember 2013

masalah diare tetapi jika yang diderita ada-lahdiare sekretorik (misalnya karena infeksi bakteri sehingga terjadi peningkatan sekresi/pengeluaran air dan elektrolit) maka cara ini dikatakan tidak dapat mengurangi diare. Untuk pengaturan cairan dan elektrolit dapat dilakukan dengan membuat larutan oralit, ca-ranya adalah dengan mencampurkan 4 pucuk sendok gula dan 1 pucuk sendok garam ke dalam air matang 250 cc. Terapi ini biasa disebut dengan Oral Rehydration Therapy yang sangat dianjurkan sebagai terapi per-tama untuk diare terutama bila diare terjadi selama kurang dari 3 hari dan tidak ada tanda demam.Pengobatan farmakologisAdsorben Adsorben digunakan untuk mengoba-ti gejala yang timbul pada diare (terapi simp-tomatik). Obat-obat ini tidak membutuhkan resep dokter dan tidak menimbulkan toksik, tetapi keefektifannya masih belum dapat dibuktikan. Aksi kerja dari adsorben sendiri tidak spesifik. Obat ini mengadsobsi nutrien, toxin (racun), obat-obat, dan sari-sari buah yang tercerna. Bila penderita meminum obat ini bersama dengan obat lain maka jumlah obat adsorben dalam darah dapat berkurang. FDA (Food and Drug Administration) mere-komendasikan penggunaan polycarbophil atau karboadsorben sebagai adsorben yang efektif. Polycarbophil dapat mengadsobsi 60 kali dibanding beratnya dalam air.Di Indo-nesia terdapat beberapa adsorben antara lain karboadsorben, attapulgit, kombinasi kaolin dan pektin, kombinasi attapulgit dan pektin. Sediaan generik tidak tersedia ( Theresia, 2007).Antimotilitas Salah satu golongan antimotilitas adalah Loperamide. Loperamide merupakan derivat difenoksilat (dan haloperidol, suatu anti psikotikum) dengan khasiat obstipasi yang 2-3 kali lebih kuat tetapi tanpa efek ter-hadap sistem saraf pusat (SSP) karena tidak bisa menyeberangi sawar-darah otak oleh ka-rena itu kurang menyebabkan efek sedasi dan

efek ketergantungan dibanding golongan opiat lainnya seperti difenoksilatdan kodein HCl. Loperamide dapat dikombinasikan dengan antibiotika (amoksisilin, fluoroqui-nolon, kotrimoksazol) untuk semua diare akibat infeksi bakteri atau virus kecuali in-feksi Shigella, Salmonella, dan kolitis pseu-domembrankarena akan memperburuk diare yang diakibatkan bakteri enteroinvasif aki-bat perpanjangan waktu kontak antara bak-teri dan epitel usus (Nugraha, 2007).

Seberapa jauh kondisi kekinian pencetus gagasan dapat diperbaiki melalui gagasan yang diajukanKlasifikasi dan persebaran manggis Manggis merupakan tanaman budi-daya di daerah tropis. Tumbuhan ini tumbuh subur pada kondisi dengan banyak menda-pat sinar matahari, kelembapan tinggi, dan musim kering yang pendek (untuk men-stimulasi perbungaan). Pada kondisi kering, diperlukan irigasi untuk menjaga kelemba-pan tanah. Tumbuhan ini ditanam hingga ketinggian 1000 m di daerah tropis, namun pertumbuhan maksimal berlangsung di dae-rah dataran rendah. Di Indonesia persebaran tanaman manggis peluang pengembangannya san-gat besar, baik ditinjau dari potensi lahan, keragaman jenis, maupun dari aspek petani dan teknologi. Terdapat sekitar 100 jenis tanaman manggis yang tumbuh di Indonesia dari sekitar 400 jenis yang dijumpai di dun-ia. Wilayah pertumbuhan tanaman manggis di Indonesia sangat luas mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi. KlasifikasiKingdom: Plantae (Tumbuhan)Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasil-kan biji)Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbun-ga)Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

[33]B I M A B I Vol.II No. 1 Desember 2013

Sub Kelas: Dilleniidae Ordo: ThealesFamili: ClusiaceaeGenus: GarciniaSpesies: Garcinia mangostana

Kandungan kulit manggis sebagai pencega-han Gastroentritis Buah manggis (Garcinia mangostana ), merupakan buah yang eksotik karena me-miliki warna yang menarik dan kandungan gizi yang tinggi, karena itu buah manggis memiliki prospek yang cukup baik untuk dikembangkan (Wijaya, 2004). Potensi man-ggis tidak hanya terbatas pada buahnya saja, tetapi juga hampir seluruh bagian tumbuhan manggis menyimpan potensi yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Peng-gunaan tumbuhan manggis diyakini dapat menyembuhkan penyakit, beberapa diantara-nya yaitu sebagai antidiare.(Heyne,1987). Kandungan kimia kulit manggis ada-lah xanthone, mangostin, garsinon, flavonoid dan tanin (Heyne, 1997; Soedibyo, 1998). Antioksidan yang sangat tinggi yaitu Xan-thone. Xanthone pertama kali ditemukan dan diteliti oleh ilmuwan Jerman pada tahun 1855 saat mempelajari penyakit disentri, karena berwarna kuning dan mengkristal dinamakan “Xanthos” yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti kuning. Sering disebut Ramuan obat Herbal yang sangat berkhasiat. Xan-thone memiliki sifat antioksidan yang sangat kuat bahkan melebihi kekuatan vitamin C dan vitamin E. dan ini berita luar biasa. Be-berapa laboratorium penelitian telah meng-garisbawahi kemampuan Xanthone menga-tasi beberapa bakteri seperti: Staphylococcus aureus (bakteri penyebab intoksisasi), intero-cocci, salmonela, helicobacter pylori (bakteri pencernaan) dan enterococci.

Cara pengolahan kulit manggis sebagai pencegahan diare Pada masyarakat tradisional, kulit buah manggis dimanfaatkan sebagai pencega-han diare dalam bentuk ramuan. Pembuatan ramuannya adalah dengan kulit dua buah

manggis dicuci, dipotong - potong dan dire-bus dengan tiga gelas air sampai volumenya tinggal setengahnya. Hasil rebusan yang telah dingin dan disaring dapat ditambahkan madu. Diminum dua kali sehari. Selain dalam bentuk ramuan, kulit manggis juga dapat diolah menjadi selai. Selai dari kulit manggis dengan kandungan zat Xanthone dan Tanin yang mampu mem-berikan efek pencegahan diare. Cara pem-buatan selai itu sendiri cukup mudah. Ku-lit manggis dicuci hingga bersih lalu rebus dalam air panas ± 30-45 menit. Kemudian diamkan selama 12 jam. Setelah itu disar-ing. Diamkan hasil saringan selama 1 jam. Ambil sari buahnya (bagian yang jernih). Tambahkan gula dan natrium benzoat. Bila rasa asam masih kurang, tambahkan asam sitrat sampai rasa asam seimbang lalu pa-naskan hingga agak mengental. Masukkan segera dalam botol.

Strategi untuk mengimplementasikan ga-gasan pada masyarakatLangkah-langkah strategis dalam mengim-plementasikan gagasan Untuk mengimplementasikan ga-gasan, maka diperlukan suatu langkah-langkah strategis agar gagasan yang telah dibuat dapat dijadikan sebagai suatu solusi nyata terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui bidang kesehatan.1. Pengenalan Teknik Pengolahan kulit manggis ( Garcinia Mangostana) sebagai alternatif anti diareBeberapa macam obat-obatan untuk menga-tasi penyakit diare telah banyak beredar di lingkungan masyarakat. Namun disini kami hanya menekankan pada pencegahan diare itu sendiri agar penyakit tersebut tidak men-jadi kronis. Kami mencoba untuk menjadi-kan kulit manggis yang dikategorikan seba-gai limbah menjadi sesuatu yang bermanfaat dan tentunya menyehatkan. Selai dari kulit manggis dengan kandungan zat Xanthone dan Tanin yang mampu memberikan efek pencegahan diare. Cara pembuatan selai itu

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

Page 23: Daftar Isi - karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/11/BIMABI-Volume-2... · Selai Kulit Manggis (Garcinia Mangostana) Sebagai Alternatif Pencegahan Diare

[34]B I M A B I Vol.II No. 1 Desember 2013

sendiri cukup mudah. Kulit manggis dicuci hingga bersih lalu rebus dalam air panas ± 30-45 menit. Kemudian diamkan selama 12 jam. Setelah itu disaring. Diamkan hasil saringan selama 1 jam. Ambil sari buahnya (bagian yang jernih). Tambahkan gula dan natrium benzoat. Bila rasa asam masih kurang, tam-bahkan asam sitrat sampai rasa asam seim-bang lalu panaskan hingga agak mengental. Masukkan segera dalam botol.2. Peningkatan kualitas Manggis khususn-ya kulit manggis (Garcinia Mangostana L) terapi pencegahan diare.Potensi buah manggis khususnya kulit mang-gis dapat ditingkatkan dengan cara menjaga kualitas panen manggis (Garcinia Mango-stana) dan melakukan tahapan proses pem-buatan selai kulit manggis sebagai pencega-han diare sesuai prosedur.

KESIMPULAN

1. Diare adalah bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan enam besar, tetapi yang sering ditemukan di lapangan adalah di-are yang disebabkan infeksi dan keracu-nan.

2. Penyakit diare bisa dicegah dengan mengkonsumsi buah manggis. Manggis merupakan salah satu jenis buah-buahan yang memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Buahnya yang mengandung man-faat tinggi baik dari biji, daging hingga kulitnya memberikan daya tarik tersendi-ri bagi penikmat buah ini. Namun bagi masyarakat awam, kulit manggis tidak mempunyai manfaat sehingga biasanya di buang. Padahal kulit manggis dapat di-jadikan sebagai alternatif pencegaha di-are karena kandungan zat Xanthone yang terdapat pada kulit manggis.

3. Untuk lebih mudah dikonsumsi oleh

masyarakat umum, buah manggis khu-susnya kulitnya dapat di olah menjadi selai yang dewasa ini banyak diminati oleh masyarakat.

4. Untuk dapat merealisasikan hal terse-but agar yaitu selai kulit manggis agar dapat diterima dan dikonsumsi oleh masyarakat, perlu adanya kerjasama yang baik dari berbagai pihak seperti petani, LIPI, Badan POM, Pemerintah Republik Indonesia (DIKTI) dan dinas pertanian.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bruneton, J., 1999, Pharmacognosy Phytochemistry Medicinal Plants, Translated by Caroline K Hatton, 2nd edition, Lavoiser, France, pp 303-304

2. Chen, X. S., 1966, Active Constituent Against HIV-I Protease from Garcinia Mangostana L., Planta Med. 62 (3), pp 381-382

3. Harborne, J. B., 1987, Metode Fitokimi, Penerjemah : Kosasih Padmawinata, edisi kedua, ITB, Bandung, pp 94-95

4. Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia III, Penerjemah: Badan Pe-nelitian dan Pengembangan Kehutanan, Yayasan Sarana Wahajaya, Jakarta, pp 1385 –1386

5. Pramudita S.Farm., Theresia Dian. 2007. Penggunaan Adsorben pada Pen-gobatan Diare.http://yosefw.wordpress.com/2007/12/28/penggunaan-adsorben-pada-pengobatan-diare/. Diaksestanggal 29 September 2011. Jam 15.08 WIB.

6. Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Penerjemah: Kosasih Padmawinata, Edisi VI, ITB, Bandung, pp 191-193

7. Sluis, W.G., 1985, Secoiridoids and Xanthones in The Genus Centaurium Hill (Gentianaceae), Drukkerij Elink-wijk bv, Utrecht, pp 109–114

8. Soedibyo, M., 1998, Alam Sumber Kes-ehatan, Balai Pustaka, Jakarta, pp 257–

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

[35]B I M A B I Vol.II No. 1 Desember 2013

2589. Solo. 2011. Berbagai Khasiat Kulit Buah

Manggis. http://www.koranjitu.com/life-style/kuliner/rahasia%20dapur/detail_berita.php?ID=4252. Diakses tanggal 29 September 2011. Jam 15.28 WIB.

10. Sukarna, Y Nugraha. 2007. Penggunaan Antimotilitas (Lopiramide) pada Di-are Akut Akibat Infeksi. http://yosefw.wordpress.com/2007/12/28/penggunaan-antimotilitas(lopiramide)-pada-diare-akut-akibat-infeksi/. Diakses tanggal 29 September 2011. Jam 13.45 WIB.

11. Tambunan, R. M., 1998. Telaah Kand-ungan dan Aktivitas Antimikroba Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) [Thesis Magister Farmasi], Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, ITB, Bandung, pp 1 dan 40

12. Wijaya, A., et al., 2004. Development of Simple Harvesting Pole and Natural Beet Dying for Mangosteen, Denpasar, pp 1 –11

13. 2011. Cara Kerja Tanin. http://www.baitulherbal.com/search/cara-kerja-tanin-menyembuhkan-diare/. Diakses tanggal 2 november 2011. Jam 12.35 WIB.

>>> Artikel original B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

Page 24: Daftar Isi - karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/11/BIMABI-Volume-2... · Selai Kulit Manggis (Garcinia Mangostana) Sebagai Alternatif Pencegahan Diare

[36]B I M A B I Vol. II No.1 Desember 2013

Bahasa untuk Anak Kita

Oleh : Diana Pratiwi

Program Studi Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Bayi sejak dini, setelah mampu melakukan adaptasi fisiologis pernafasan dan sirkulasi, ternyata juga mampu merespon berbagai hal di sekitar. Misalnya merespon suara ibu dengan menggerakkan ekstremitas secara teratur1 (Myles, page 697). Respon-respon kecil itulah yang kemudian membangun kemampuan berbahasa pada anak. Namun faktanya, terdapat masalah anak terlambat bicara yang dialami 5-10 persen anak-anak usia prasekolah dan cenderung lebih sering dialami anak laki-laki ketimbang perempuan2 (detikhealth.com).

Penyebab language impairments pada anak sangat beragam. Donaldson dalam bukunya Children with Language Impairments (An Introduction) menyebutkan bahwa penyebab tersebut dapat berasal dari Medis seperti defek dari alat berbicara dan Linguistik seperti masalah semantik kata (page 10-13). Bayi yang mengalami language impairments dari segi Medis biasanya dapat lebih dini dideteksi karena jelas terlihat mata. Sedangkan dari segi Linguistik seringkali sangat terlambat disadari (Strominger and Bashir 1977; Aram and Nation 1980; Menyuk 1980).

Anak yang menderita language impairments akan beresiko tinggi mengalami kesulitan membaca, IQ rendah, dan masalah perilaku setelah memasuki tingkat prasekolah (Donaldson, 1955). Itulah mengapa sangat ditekankan mengenai pentingnya deteksi dini language impairments pada anak. Salah satu alat ukur bahasa pada anak yang juga dapat dilakukan oleh orang tua adalah Bus Story Test (Renfrew, 1969). Tes tersebut menampilkan serangkaian gambar yang harus diceritakan kembali oleh sang anak. Semakin baik penampilan cerita mereka, maka kemungkinan recovery dari permasalahan bahasa akan semakin tinggi.

Terdapat beragam deteksi dan rencana penyembuhan untuk anak-anak yang mengalami language impairments. Tujuan dan kegigihan orang tua menjadi salah satu kunci keberhasilan pemeriksaan dan upaya penyembuhan. Komunikasi yang baik dengan praktisi profesional juga menjadi aspek percepatan. Maka, kenali lebih dini language impairments pada anak anda untuk masa depannya.

>>> Artikel penyegar B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

Page 25: Daftar Isi - karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/11/BIMABI-Volume-2... · Selai Kulit Manggis (Garcinia Mangostana) Sebagai Alternatif Pencegahan Diare

[38]B I M A B I Vol. II No.1 Desember 2013

Dilihat dari aspek psikologis, merokok dapat menimbulkan relaksasi, mengu-rangi ketegangan, dan melupakan sejenak masalah yang sedang dihadapi. Hal ini kemu-dian disadari oleh perokok bahwa ada kondisi yang menyenangkan yang ditimbulkan den-gan merokok. Pada kondisi inilah timbul hasrat atau keinginan untuk mengulangi perilaku tersebut (conditioning). Namun hal ini akan berbeda jika ternyata sang perokok itu adalah anak-anak. Masa anak-anak adalah masa dimana individu memulai dan mencapai pertumbuhan yang hampir optimal, dan sangat tidak pantas sekali jika anak-anak bahkan anak di usia dini sudah mel-akukan rutinitas negatif tersebut, yaitu merokok. Padahal pertumbuhan dan perkembangan pada masa anak-anak adalah masa yang paling penting dalam rentang kehidupan, karena pertumbuhan dan perkembanggan pada masa anak-anak akan sangat berpengaruh dan pasti berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada masa-masa selanjutnya. Bahaya merokok dilihat dari aspek psikologis anak :1. Mengganggu perkembangan kecerdasan; suatu penelitian di Italia, menunjukkan, anak-anak yang merokok kemampuan untuk belajar membacanya lebih lambat dibandingkan anak-anak yang ibunya tidak merokok. Penelitian lain di Amerika, menunjukkan, anak-anak berumur 11 tahun yang merokok, kemampuan belajarnya terlambat 6 bulan.2. Hiperaktif dan cepat lelah; anak-anak yang merokok akan cenderung lebih aktif diband-ingkan anak-anak lain, disebabkan pengaruh rokok yang memberikan rasa percaya diri yang berlebihan namun keaktifan tersebut tidak akan bertahan lama karena kapasitas paru-paru dari anak tersebut akan berkurang seiring kebiasanya merokok sehingga mengakibat-kan dirinya menjadi cepat lelah. Maka dari itu, dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa orang tua yang perokok berisiko tinggi membuat buah hatinya menjadi generasi yang tidak memiliki masa depan. Mari kita jaga anak kita untuk tidak terpapar asap rokok.

>>> Artikel penyegar B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

[37]B I M A B I Vol. II No.1 Desember 2013

Pengaruh Tumbang Anak terhadap Orangtua Perokok

Oleh : Harrizky Prima An-Nisa

Akbid Mitra Husada Karanganyar

Salam BIMABI ! Kali ini, saya ingin mengulas sedikit tentang bagaimana tumbuh kembang seorang anak yang orang tuanya perokok. Apa saja pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak itu sendiri baik dilihat dari segi fisik maupun mental seorang anak dengan orang tuanya yang perokok? Kondisi seperti ini sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, di lingkun-gan kita, bahkan kita sendiri pun mengalaminya. Seorang anak yang memiliki orang tua yang perokok jelas dia tergolong perokok pasif. Selama ini, orang hanya melar-ang seorang wanita yang merokok karena dapat membahayakan janin maupun bayinya yang sudah lahir. Padahal, tidak hanya si ibu yang sedang menyusui saja yang perlu menghentikan merokok. Ayah maupun orang di sekitar ibu dan bayinya, juga harus menghentikan kegiatan merokok itu. WHO, badan kesehatan dunia, bahkan memperkirakan hampir sekitar 700 juta anak atau sekitar setengah dari seluruh anak di dunia ini, termasuk bayi yang masih menyusu pada ibunya, terpaksa menghirup udara yang terpolusi asap rokok. Dan setiap tahunnya sekitar kurang lebih 600.000 anak meninggal dunia akibat menjadi perokok pasif.Penelitian membuktikan:• Penelitian di Santiago, Chili, menunjukkan bahwa asap rokok yang terhirup oleh ibu menyusui dapat menghambat produksi ASI. Dalam waktu tiga bulan, terlihat berat badan bayi dari ibu yang perokok atau menghirup asap rokok, juga tidak menunjukkan pertumbuhan yang optimal.• Asap rokok yang terpaksa dihirup perokok pasif, ternyata mempunyai kandungan bahan kimia yang lebih tinggi dibandingkan dengan asap rokok yang dihirup oleh si perokok. Hal ini karena ketika rokok sedang dihirup, tembakau terbakar pada tem-peratur lebih rendah. Kondisi ini membuat pembakaran menjadi kurang lengkap dan mengeluarkan banyak bahan kimia.• Asap rokok itu sendiri mengandung sekitar 3.000-an bahan kimia beracun, 43 di anta-ranya bersifat karsinogen (penyebab kanker). Tak heran jika pengaruh asap rokok pada perokok pasif itu tiga kali lebih buruk daripada debu batu bara.• Berbagai penelitian membuktikan asap rokok yang ditebarkan orang lain, imbas-nya bisa menyebabkan berbagai penyakit, bukan saja pada orang dewasa, tapi teru-tama pada bayi dan anak-anak. Mulai dari aneka gangguan pernapasan pada bayi, in-feksi paru dan telinga, gangguan pertumbuhan, sampai kolik (gangguan pada saluran

>>> Artikel penyegar B I M A B IBerkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia

Page 26: Daftar Isi - karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/11/BIMABI-Volume-2... · Selai Kulit Manggis (Garcinia Mangostana) Sebagai Alternatif Pencegahan Diare