Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | i DAFTAR ISI Temu Ilmiah IPLBI 2017 Program Studi Arsitektur Universitas Malikussaleh Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia ARSITEKTUR LANSKAP Estetika Lingkungan Bantaran Sungai Banjir Kanal Barat Semarang Supriyono, MD Nestri Kiswari Pengaruh Tajuk Pohon dan Perdu Terhadap Keindahan Aritektural Pada Bangunan Tanoto Forestry Information Center Rahmat Rejoni, Bambang Perkasa Alam, Gerie Munggaran Ekomuseum di Kabupaten Minahasa Studi kasus Kampung Jawa-Tondano JATON Cynthia E.V Wuisang, Joseph Rengkung, Dwight M. Rondonuwu Pengaruh Kualitas Fisik Ruang Terbuka Publik Aktif Perkotaan Terhadap Kualitas Hidup Masyarakat Irfandi, Mirza, Irzaidi, Khairul Huda Identifikasi Daerah Teduhan pada Koridor Jalan Utama, Lhokseumawe Deni, Septi Ryani Sari, Cut Azmah Fithri, Bambang Karsono Perencanaan RTP Kawasan CBD Pendekatan Image of the CIty Molibagu Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Rieneke Lusia Evani Sela Logam Berat Timbal (Pb) Pada Beberapa Tambak Di Sekitar Kawasan Industri Kabupaten Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe: Keong Bakau (Telescopium Telescopium) Sebagai Bioindikator Riri Ezraneti, Muliani, Munawar Khalil SISTEM INFRASTRUKTUR WILAYAH & KOTA Identifikasi Prinsip Aerotropolis di Bandara Sam Ratulangi Kota Manado Indri Dizka Sapriyanti Soleman, M. Sani Roychansyah, Dwita Hadi Rahmi Hubungan Karakteristik Pejalan Kaki Dengan Peningkatan Fasilitas Trotoar di Sepanjang Jalan Dipatiukur Bandung Tri Widianti Natalia Kelayakan Shelter BRT Koridor VI Kota Semarang
16
Embed
DAFTAR ISIdosen.ar.itb.ac.id/ekomadyo/wp-content/uploads/2018/06/... · 2018. 6. 28. · Perencanaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pada Kawasan Kelurahan Pampang Kota Makassar Wisnu Saputra,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | i
DAFTAR ISI
Temu Ilmiah IPLBI 2017 Program Studi Arsitektur Universitas Malikussaleh
Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia
ARSITEKTUR LANSKAP
Estetika Lingkungan Bantaran Sungai Banjir Kanal Barat Semarang
Supriyono, MD Nestri Kiswari
Pengaruh Tajuk Pohon dan Perdu Terhadap Keindahan Aritektural Pada Bangunan Tanoto Forestry Information Center
Rahmat Rejoni, Bambang Perkasa Alam, Gerie Munggaran
Ekomuseum di Kabupaten Minahasa Studi kasus Kampung Jawa-Tondano JATON
Cynthia E.V Wuisang, Joseph Rengkung, Dwight M. Rondonuwu
Pengaruh Kualitas Fisik Ruang Terbuka Publik Aktif Perkotaan Terhadap Kualitas Hidup Masyarakat
Irfandi, Mirza, Irzaidi, Khairul Huda
Identifikasi Daerah Teduhan pada Koridor Jalan Utama, Lhokseumawe
Perencanaan RTP Kawasan CBD Pendekatan Image of the CIty Molibagu Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan
Rieneke Lusia Evani Sela
Logam Berat Timbal (Pb) Pada Beberapa Tambak Di Sekitar Kawasan Industri Kabupaten Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe: Keong Bakau (Telescopium Telescopium) Sebagai Bioindikator
Riri Ezraneti, Muliani, Munawar Khalil
SISTEM INFRASTRUKTUR WILAYAH & KOTA
Identifikasi Prinsip Aerotropolis di Bandara Sam Ratulangi Kota Manado
Indri Dizka Sapriyanti Soleman, M. Sani Roychansyah, Dwita Hadi Rahmi
Hubungan Karakteristik Pejalan Kaki Dengan Peningkatan Fasilitas Trotoar di Sepanjang Jalan Dipatiukur Bandung
Tri Widianti Natalia
Kelayakan Shelter BRT Koridor VI Kota Semarang
ii | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Andi Purnomo
Peran Vegetasi Sebagai Mitigasi Bencana Pada Permukiman Pantai Bahari Jenepento
Nurmaida Amri, Edward Syarif, Yahya Siradjuddin
Kajian Penanggulangan Sampah di Daerah Pesisir Kota Lhokseumawe (Studi Kasus : Lorong V Desa Pusong Lama)
Konsep Pemukiman Kembali Kawasan Kumuh Kampung Pangalangan Batang Arau, Kota Padang
Desy Aryanti
vi | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Wujud Pelaksanaan Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Melalui Optimalisasi Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan
Arief Saleh Sjamsu, I Made Krisna Adhi Dharma, Asri Andrias HB, Syafrianto Amsyar
Hunian yang Berkelanjutan (Sebuah Pemahaman Makna Berkelanjutan pada Masyarakat)
Hunus Sawab, Zainuddin, Azhar A Arief, nizarli
Revitalisasi Ruang Kota Tidak Termanfaatkan Studi Kasus: Kawasan Cunda Plaza - Lhokseumawe
Atthaillah, Shine Risty Eka Indriannisa, Nova Purnama Lisa, Bambang Karsono
KATEGORI PERENCANAAN WILAYAH & DESA
Pengaruh Pemekaran Kabupaten Terhadap Perkembangan Wilayah di Kabupaten Buru Selatan Provinsi Maluku 2008
Aris Solissa
Kelurahan Kemiri Boyolali Sabagai Desa Wisata
Didik Nopianto A Nugradi, Wiwit Setyowati
Konsep Pemasaran Sektor Unggulan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
Ghaziyah Ghandy Panessai, Yuniza Pridanti, Ahmad Aulia Bahrun Amieq
Reaksi Masyarakat Menghadapi Potensi Bencana Longsor Kecamatan Gunung pati
Indah Yuliasari
Analisis Trend Pengunjung Obyek Ekowisata di Kawasan Resor Gunung Salak II, Taman Nasional Gunung Halimun Salak
Siti Jubei, Andrianto Kusumoarto, dan Atie Ernawati
KATEGORI PERUMAHAN & PERMUKIMAN
Tipologi Rumah Tinggal dengan Harga Rp. 100-200 Juta di Yogyakarta
Aditiyanto Tri Prabowo, Muhammad Sani Roychansyah
Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang
Desti Rahmiati
Evaluasi Pembangunan Rusunawa Di Surakarta
Masturina Kusuma Hidayati, Agam Marsoyo
Konsep Community Based Development Dalam Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional Kerajinan Songkorecca
Syahriana Syam
Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | vii
Tipologi Ruang Berbasis Gender Rumah Etnis Keturunan Arab di “Permukiman Arab” Pasar Kliwon Surakarta
Adinda Putri, Atyanto Dharoko
Konfigurasi Ruang Perahu Suku Bajo
Lukman Hendra Septian, Feni Kurniati
Preferensi Tipe Hunian di Kalangan Mahasiswa
Imega Reski, Angela Christy
Peran Ruang Komunal terhadap Keberlanjutan Sosial Studi Komparasi Perumahan Terencana dan Perumahan Tidak Terencana (Perumahan Sukaluyu Dan Kampung Tubagus Ismail Bawah)
(1)Mahasiswa Program Sarjana Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi
Bandung. (2)Staf Pengajar Prodi Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung. (3)Mahasiswa Magister Rancang Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung.
Abstrak
Sebagai sebuah proyek kawasan kuliner yang dibangun di sebuah perumahan baru, kawasan kuliner
ini tentunya harus didesain dengan sebuah konsep dasar yang baru dan berbeda dengan proyek-
proyek kawasan kuliner yang telah ada di Medan. Konsep tersebut harus menjawab isu-isu
perancangan proyek yaitu isu sirkulasi dan suasana (ambience) yang saling berkaitan satu dengan
lainnya. Suasana yang terbentuk bergantung pada desain sirkulasi pengunjungnya. Pendekatan
Serial Vision menjadi pendekatan dalam merancang yang paling cocok dalam merespon kedua isu
perancangan tersebut. Penerapan pendekatan Serial Vision dalam desain kawasan kuliner ini terlihat
dari bentuk massa bangunan-bangunan yang organik, sirkulasi pengunjung yang tidak monoton,
serta adanya fasilitas sky bridge dan sky terrace yang akan menciptakan sirkulasi pengunjung
menjadi kaya akan pengalaman ruang dan pemandangan yang berbeda.
Kata-kunci : ambience, kawasan kuliner, permeabilitas, serial vision
Pendahuluan
Citraland Bagya City merupakan salah satu
proyek perumahan baru oleh Ciputra Group di
kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. De-
ngan konsep sebuah kota mandiri yang berke-
lanjutan, perumahan Citraland Bagya City harus
ditunjang oleh fasilitas-fasilitas pendukung se-
perti hotel, apartemen, sekolah, perkantoran
sampai dengan sebuah kawasan kuliner. Penye-
diaan kawasan kuliner bertujuan untuk meme-
nuhi kebutuhan kuliner penghuni perumahan
khususnya dan masyarakat sekitar perumahan
pada umumnya.
Sektor hotel dan restoran merupakan salah satu
sektor ekonomi yang mengalami peningkatan
daya saing (keunggulan) di kota Medan. Hal
tersebut terbukti dengan banyaknya tempat
kuliner dalam bentuk restoran, foodcourt, mau-
pun cafédi kota Medan dan sekitarnya (Welly,
2008). Banyak tempat kuliner di Medan yang
menawarkan konsep alfresco dining dimanapara
pengunjung dapat menikmati makanan pada
alam terbuka. Namun sayangnya pusat-pusat
kuliner di Medan yang mengangkat tema outdoor
tersebut hanya ramai pada malam hari saja.
Tempat kuliner tersebut cenderung sepi pada
siang hari karena iklim kota Medan yang cukup
panas dan terik.
Tempat-tempat kuliner di Medan kebanyakan
hanya mewadahi satu jenis kegiatan saja, yaitu
menyantap makanan. Pengunjung cenderung
langsung beranjak pergi setelah selesai menik-
mati hidangan. Penambahan fungsi-fungsi yang
bersifat rekreatif tentunya akan menjadi nilai
tambah sebuah tempat kuliner. Suasana rekre-
atif dapat tercipta dengan adanya pengalaman
ruang yang dapat dirasakan pengunjung ketika
datang ke tempat kuliner tersebut. Perancangan
kawasan kuliner dengan pendekatan Serial
Perancangan Kawasan Kuliner di Citraland Bagya City dengan Pendekatan Serial Vision
D 032 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017
Vision diharapkan dapat menghasilkan sebuah
kawasan kuliner yang menghadirkan suasana
yang berbeda dan rekreatif kepada pengunjung-
pengunjung yang datang.
Serial Vision dalam Arsitektur
Pada perancangan kota, ada nilai-nilai yang
harus ditambahkan sehingga masyarakat di kota
tersebut secara dapat menikmati lingkungan
perkotaan dari sisi psikologis maupun fisik. Ke-
empat hal tersebut adalah serial vision, place,
content dan functional tradition (Cullen, 1961).
Pada perancangan kawasan kuliner ini, peran-
cang melakukan pendekatan terhadap serial
vision.
Serial Vision adalah gambaran- gambaran visual
yang dapat ditangkap oleh seorang pengamat
ketika berjalan dari satu tempat ke tempat lain.
Rekaman gambaran-gambaran tersebut akan
membentuk sebuah kesatuan rekaman gambar
sebuah tempat bagi pengamat. Gambaran-
gambar visual tersebut biasanya terdapat ke-
miripan satu sama dengan lainnya untuk me-
nandakan bahwa pengamat masih berada pada
tempat yang sama (Cullen, 1961).
Kajian Preseden Tipologi Sejenis
Studi preseden dimulai dengan mempelajari
bangunan-bangunan yang memiliki tipologi
sejenis ataupun memiliki konsep desain yang
mirip dengan konsep desain kawasan kuliner
yang dirancang.
1. Beachwalk Shopping Center, Bali
Hal yang menarik dari preseden ini adalah isu
sirkulasi pengunjung dan suasana (ambience)
yang menjadi fokus perhatian desainnya.
Konsep massa yang dipilih adalah konsep
bentuk yang organik. Bentuk massa pusat per-
belanjaan ini memiliki konsep fluid yang mere-
presentasikan pergerakan. Bentuk massa
tersebut menghasilkan sistem sirkulasi pengun-
jung yang cukup menarik dan tidak monoton
(gambar 1).
Konsep sky terrace dan sky bridge yang
menghubungkan antar bangunan pada pusat
perbelanjaan ini selain memperkaya desain
sirkulasi pengunjung, juga menciptakan
ambience yang jarang dijumpai pada
shopping mall – shopping mall konvensional.
Pada pusat- pusat perbelanjaan konvensional,
aktivitas pengunjungnya lebih banyak berada
di dalam bangunan. Adanya konsep alfresco
dining membuat pengunjung dapat menikmati
kuliner dengan suasana berbeda yaitu di alam
terbuka.
2. The Breeze, BSD City
Gambar 1. Perspektif Suasana Beachwalk Shopping Center (Sumber: Google Images, 2016)
The Breeze merupakan sebuah lifestyle center
yang memiliki kualitas ambience atau suasana
yang sangat baik. Dikembangkan di atas lahan
yang cukup luas yaitu 13.5 ha, The Breeze
memiliki danau buatan seluas 2.5 ha. Adanya
danau buatan tersebut selain menurukan suhu
lingkungan yang cukup panas dan terik, juga
mendukung penciptaan suasana lifestyle center
tersebut.
Pengunjung selain dapat menikmati kuliner di
dalam ruangan, juga dapat menyantap maka-
nan di luar bangunan. Untuk memastikan agar
pengunjung tidak kehujanan atau tidak kepana-
san, pada area makan outdoor digunakan
struktur kanopi dengan ukuran besar yang
menutupi hampir keseluruhan bangunan. Bebe-
rapa restoran yang terletak di pinggir danau
menawarkan pengunjungnya untuk menikmati
kuliner di pinggir danau.
Taufik Tandiono
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017 | D 033
Pada bagian inner courtThe Breeze terdapat
kolam besar yang dipadukan dengan berbagai
elemen lansekap dan danau buatan. Danau
buatan dan kolam tersebut tidak terekspos dari
luar bangunan sehingga membuat pengunjung
merasakan suasana yang berbeda ketika me-
masuki lifestyle center ini (gambar 2).
Gambar 2. Perspektif Suasana The Breeze
(Sumber: Google Images, 2016)
Deskripsi Perancangan
Perancangan kawasan kuliner ini selain ber-
tujuan menjawab kebutuhan masyarakat peru-
mahan Citraland Bagya City, juga untuk me-
ngembangkan sebuah bisnis kuliner yang
memiliki sebuah konsep yang berbeda dari
tempat-tempat kuliner yang ada di Medan
sebelumnya.
Hal yang harus diperhatikan pada perancangan
kawasan kuliner ini adalah mengenai bagai-
mana cara untuk menjawab setiap isu yang
menjadi fokus utama dalam proyek ini. Kedua
isu utama tersebut adalah sirkulasi dan
ambience (suasana).
Sirkulasi merupakan suatu pola lalu lintas atau
pergerakan yang terdapat dalam suatu area
atau bangunan. Sistem sirkulasi yang baik
memberikan keluwesan pergerakan manusia,
pertimbangan ekonomis dan fungsional (Haris,
1975). Sedangkan ambience atau suasana
adalah sebuah keadaan dalam sebuah ling-
kungan tertentu.
Isu sirkulasi dan isu suasana merupakan dua
isu yang saling terkait satu dengan lainnya.
Suasana yang nyaman, menarik dan rekreatif
dapat diciptakan dari desain sirkulasi pengun-
jung yang tidak monoton.
Perancangan kawasan kuliner ini bertujuan
untuk menciptakan suasana yang berbeda dan
menarik kepada pengunjung dengan desain
sirkulasi pengunjung di luar dan dalam bangu-
nan.
Pendekatan serial vision diterapkan dalam pe-
rancangan dengan tujuan pengunjung dapat
mendapatkan pengalaman ruang dan peman-
dangan yang berbeda-beda ketika berjalan me-
ngelilingi keseluruhan kawasan.
Penerapan Serial Vision dalam Desain
Desain sirkulasi pengunjung sangat dipengaruhi
oleh bentuk massa bangunan yang didesain.
Untuk penciptaan sirkulasi pengunjung yang
kaya pengalaman ruang dan pemandangan,
konsep massa yang dipilih adalah konsep bentuk
yang organik.
Selain guna menunjukkan bentuk bangunan
yang lebih ikonik dan standout dari pada
bangunan-bangunan sekitar tapak, bentuk
massa tersebut merepresentasikan sebuah per-
gerakan.
Pergerakan tersebut berusaha untuk menjawab
isu sirkulasi yang menjadi fokus utama peran-
cangan ketika berjalan menelusuri keselurahan
kawasan. Sirkulasi yang terbentuk dari bentuk
massa bangunan organik diharapkan dapat
memberikan pemandangan yang berbeda-beda
ketika berjalan menelusuri keselurahan kawasan.
Perancangan Kawasan Kuliner di Citraland Bagya City dengan Pendekatan Serial Vision
D 034 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017
Untuk mendapatkan bentuk final, terdapat
beberapa proses gubahan. Pertama, lahan yang
relatif panjang tersebut dibagi menjadi massa-
massa yang lebih sederhana berdasarkan jalan
yang berhadapan langsung dengan tapak.
Tujuan dari pembagian tersebut guna mem-
bentuk jalur-jalur permeabilitas bagi pengunjung
yang hendak berpindah dari pusat komersial ke
pusat pertokoan pada sisi barat tapak. Setiap
pertemuan antara jalan dengan tapak merupa-
kan sebuah simpul atau node yang harus dires-
pon. Simpul-simpul tersebut harus memiliki
bentuk yang jelas dan memiliki tampilan serta
fungsi yang berbeda dari lingkungannya (Lynch,
1960).
Permeabilitas merupakan kualitas kemudahan
akses bagi orang-orang untuk berpindah dari
satu tempat ke tempat lain dengan melalui
sebuah bangunan atau lingkungan. Orang-
orang cenderung untuk memilih jalur singkat
yang menembus bangunan daripada harus
berjalan memutari bangunan tersebut ketika
berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain
(Hosseiny, 1998).
Kemudian, massa tersebut dibuat lebih dinamis
dan melengkung untuk membentuk sirkulasi
manusia yang lebih menarik dan tidak monoton.
Lalu, massa-massa bangunan yang masih
tertata masih tersebut dirusak keteraturannya
untuk menghasilkan pergerakan manusia yang
lebih bebas dan lebih alami lagi dibanding
sebelumnya. Pada tahap akhir dilakukan
penambahan unsur lansekap seperti sky bridge
dan sky terrace untuk memperkaya pengala-
man ruang yang dialami pengunjung (gambar
3). Dengan pendekatan serial vision, setiap
sudut bangunan dan kawasan sengaja didesain
berbeda ataupun memiliki fungsi yang berbeda
sehingga pengunjung dapat tertarik dan pena-
saran untuk mengunjungi keseluruhan kawasan
kuliner ini. Hal tersebut terlihat dari dibedakan-
nya area drop off penumpang dengan entrance
utama kawasan kuliner bertujuan agar kera-
maian tidak terpusat pada suatu titik (gambar
4).
Gambar 3. Tahapan Transformasi massa bangunan Kawasan Kuliner
Taufik Tandiono
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017 | D 035
Gambar 4. Hasil Perancangan Tapak
Area drop off pada bagian ujung utara tapak
selain merespon sebuah monumen yang
terletak pada arah timur laut tapak, juga
bertujuan agar retail-retail pada bagian ujung-
ujungtapak dapat tetap ramai dikunjungi oleh
pengunjung. Selain drop off pada sisi utara
tapak, pada sisi selatan tapak juga didesain
sebuah sunken court (gambar 5)yang dapat
dianggap sebagai anchor pada kawasan kuliner
ini.
Gambar. 5 Desaim Sunken Court
Salah satu penerapan serial vision dalam desain
sirkulasi kawasan kuliner ini terlihat dari sirkulasi
pengunjung yang berkelok-kelok dan lurus pada
beberapa tititk. Adanya alternatif bagi
pengunjung untuk berjalan di bawah selasar
atau di ruang terbuka telah menciptakan sebuah
pengalaman ruang yang berbeda (gambar 6).
Berjalan pada elevasi yang berbeda memberikan
sebuah suasana dan perspektif yang berbeda
ketika mengamati bangunan atau pemandangan
di kawasan kuliner ini.
Gambar 4. Desain Jalur Sirkulasi
Penggunaan sky terrace (gambar 7) dan sky
bridge (gambar 8) pada kawasan kuliner ini
memberikan sebuah nuansa yang baru kepada
pengunjung. Hal yang baru tersebut tentunya
akan mengundang pengunjung untuk datang
Perancangan Kawasan Kuliner di Citraland Bagya City dengan Pendekatan Serial Vision
D 036 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017
dan berfoto-foto. Sky bridge dan sky terrace
tersebut menghubungkan antar massa bangu-
nan. Skybridge memberikan alternatif kepada
pengunjung untuk berpindah dari satu bangu-
nan ke bangunan lain. Perbedaan cara pengun-
jung berpindah antar gedung secara tidak
langsung telah memberikan pengalaman ruang
yang berbeda.
Gambar 5 Desain Sky Terrace
Konsep alfresco dining diterapkan pada sunken
court dan pada beberapa area makan outdoor di
lantai 2. Pada area sunken court, pengunjung
dapat duduk dan makan dengan suasana
outdoor sambil menikmati acara. Untuk me-
mastikan agar para pengunjung tidak terkena
hujan ketika menikmati hidangan dan acara di
food court, maka dibuatlah penutup pada
bagian atasnya. Struktur dari penutup sunken ini
berbentuk seperti pohon untuk memberikesan
natural dan unik bagi pengunjung yang datang.
Menyantap makanan pada area makan outdoor
di lantai 2 tentunya memberikan pemandangan
yang berbeda.
Gambar 6. Desain Sky Bridge
Kesimpulan
Penerapan serial visionpada desain kawasan
kuliner Citraland Bagya City bertujuan agar
proyek kawasan kuliner ini dapat menghadirkan
suasana baru kepada para pengunjung. Kawa-
san kuliner tidak hanya berfungsi sebagai
tempat jualbeli makanan saja seperti foodcourt
ataupun pujasera, namun juga dapat menjadi
tempat rekreasi. Pendekatan serial vision dapat
diterapkan dalam proses mendesain sirkulasi
pengunjung dan menciptakan suasana yang
diinginkan pada sebuah proyek perancangan.
Bentuk massa bangunan yang organik, sirkulasi
pengunjung yang tidak monoton dan adanya
fasilitas skyterrace serta skybridge dapat men-
ciptakan sistem sirkulasi pengunjung yang
menarik dan kaya pengalaman ruang. Sistem
sirkulasi pengunjung yang baik tersebut men-
ciptakan suasana (ambience) yang rekreatif bagi
pengunjung yang datang.
Daftar Pustaka
Andriat, W. dkk. (2008). Jurnal: Perkembangan
Ekonomi Kota Medan dan Pengaruhnya terhadap
Perkembangan Ekonomi Kawasan Pesisir dan
Sekitarnya. Medan: Universitas Sumatera Utara
Cullen, G. (1961). The Concise Townscape. London:
Architectural Press.
Haris, C. M. (1975). Dictionary of Architecture and
Construction. New York: McGraw-Hill Company.
Hosseiny, O. (1998). A key measure for
Responsiveness in Urban Design. Singapore: First
International conference on quality of like in cikies.
Lynch, K. (1960). The Image of the City. Cambridge