Top Banner
DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR PUTIH (Micropechis ikaheka) DI PAPUA KELIOPAS KREY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
60

DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

Mar 09, 2019

Download

Documents

doanhanh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI

ULAR PUTIH (Micropechis ikaheka) DI PAPUA

KELIOPAS KREY

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2008

Page 2: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Daerah Penyebaran dan Variasi

Morfologi Ular Putih (Micropechis ikaheka) di Papua adalah karya saya sendiri dan

belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, 16 Mei 2008

Keliopas Krey G351050051

Page 3: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

ABSTRACT

KELIOPAS KREY. Area of Distribution and Morphological Variation of the

White Snake (Micropechis ikaheka) in Papua. Under direction of BAMBANG

SURYOBROTO and ACHMAD FARAJALLAH

The objectives of the research were to identify the area of distribution and the

specific habitat of the white snake (Micropechis ikaheka) in Papua (Western New

Guinea), and also to explain the morphological variation among the populations of

that snake. About eight months of field work were taken to conduct the survey

(April 2002; June 2006; and March to Augusts 2007) in several areas in the mainland

and off-shore islands of Papua. Observation were carried out in the field at night and

during the day to collect the snake. Also, studies were done on a collection of

specimens that were found in the Museum Zoologicum Bogoriense LIPI in Cibinong,

Conservation International in Jayapura and the Biology Laboratory of the Papua

State University in Manokwari.

The results showed that the white snake Micropechis ikaheka can be divided

into three separate groups based on the color of the scales, i.e. Black, Brown and

Yellow. The black one is the new group found in this research, and also there was

one individual snake with transitional coloration between the brown group and the

yellow group. However, M. ikaheka is common and has a relatively wide

distribution in New Guinea, but every group has a specific and limited area of

distribution. The group with black color is distributed in the islands of Waigeo and

Batanta and the group with yellow color is distributed starting from Manokwari,

Sorong, upto the islands of Salawati, Batanta and Waigeo. Meanwhile, the brown

colored sanke is distributed from the island of Yapen, mainland of waropen,

Mamberamo, Jayawijaya, Mindiptana upto Papua New Guinea.

Key words : the white snake, Micropechis ikaheka, area of distribution, morphological variation, Papua

Page 4: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

RINGKASAN

KELIOPAS KREY. Daerah Penyebaran dan Variasi Morfologi Ular Putih

(Micropechis ikaheka) di Papua. Dibimbing oleh BAMBANG SURYOBROTO dan

ACHMAD FARAJALLAH

Penelitian ini bertujuan untuk menjajaki daerah penyebaran dan habitat spesifik

ular Micropechis ikaheka di Papua (bagian Barat New Guinea), dan juga untuk

menjelaskan variasi morfologi antar populasi ular ini. Selama sekitar delapan bulan

(April 2002; Juni 2006 dan Maret hingga Agustus 2008) survey lapangan dilakukan

pada beberapa daerah di daratan utama Papua dan pulau-pulau satelit di sekitarnya.

Observasi lapangan dilakukan pada siang dan malam hari untuk mencari dan

menangkap ular M. ikaheka. Dilakukan juga kajian terhadap spesimen koleksi di

Museum Zoologicum Bogoriense LIPI Cibinong, Conservation International Papua

dan Laboratorium Biologi Universitas Papua.

Hasil menunjukkan terdapat tiga kelompok ular M. ikaheka yang

dikelompokkan berdasarkan warna sisik, yaitu hitam, coklat dan kuning. Warna

hitam merupakan kelompok yang baru ditemukan pada penelitian ini. Terdapat satu

individu dengan warna transisi antara kelompok coklat dan kuning. Walaupun M.

ikaheka memiliki penyebaran yang luas di New Guinea, tetapi setiap kelompok

warna ular ini memiliki daerah penyebaran yang spesifik dan terbatas. Kelompok

warna hitam menyebar di Pulau Waigeo dan Batanta, kelompok warna kuning

menyebar mulai dari Manokwari, Sorong hingga Pulau Salawati, Batanta dan Pulau

Waigeo, sedangkan kelompok warna coklat menyebar mulai dari Pulau Yapen,

daratan Waropen, Mamberamo, Jayawijaya, Mindiptana hingga Papua New Guinea.

Kata kunci : ular putih, Micropechis ikaheka, daerah penyebaran, variasi morfologi, Papua

Page 5: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

© Hak Cipta Milik IPB, tahun 2008 Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian karya

ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjaun suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

karya ini dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB

Page 6: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR PUTIH (Micropechis ikaheka) DI PAPUA

KELIOPAS KREY

Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada Program Studi Biologi

S E K O L A H P A S C A S A R J A N A INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2008

Page 7: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

Judul Tesis : Daerah Penyebaran dan Variasi Morfologi Ular Putih (Micropechis

ikaheka) di Papua

Nama : Keliopas Krey

NIM : G351050051

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Bambang Suryobroto Dr. Ir. Achmad Farajallah, M.Si Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Biologi Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

Tanggal Ujian : 16 Mei 2008 Tanggal Lulus :

Page 8: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas

penyertaan dan perlindunganNya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan

dengan baik.

Karya ilmiah ini terselesaikan karena bantuan dan masukkan saran dari

berbagai pihak. Untuk itu ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan

kepada Dr. Bambang Suryobroto dan Dr. Ir. Achmad Farajallah, M.Si, selaku

pembimbing yang telah membantu penulis dalam diskusi dan memberi saran guna

perbaikan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Mr. Stephen Richard

(Vertebrate Department South Australian Museum zoology), Mr. David Prais (SIL

Papua) dan Mr. Burhan Tjaturadi (Herpetologist Indonesia), yang telah membantu

memberikan informasi dan juga koleksi spesimen. Disamping itu, penghargaan

penulis sampaikan kepada Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen

Pendidikan Nasional Indonesia, Conservation International Indonesia-Papua

Program, Laboratorium Herpetologi-Puslit Biologi-LIPI Cibinong dan BP-LNG

Tangguh, yang telah membantu selama penelitian berlangsung. Ungkapan terima

kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, istri serta seluruh keluarga dan teman, atas

segala doa dan kasih sayangnya.

Kekurangan dan kelemahan dari karya ilmiah ini diharapkan dapat dilengkapi

dan disempurnakan oleh para pembaca. Akhirnya segala kritik dan saran dari para

pembaca sangat diharapkan penulis.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi masyarakat dan juga bagi

perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia.

Bogor, 16 Mei 2008

Keliopas Krey

Page 9: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Manokwari pada tanggal 14 April 1979 dari ayah Rudolf

Krey dan ibu Ledemina Padwa. Penulis merupakan putra ke delapan dari sembilan

bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan strata satu (1998-2002) pada Program Studi

Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan MIPA, FKIP Universitas Cenderawasih

Jayapura. Selama mengikuti perkuliahan penulis giat dalam berbagai kegiatan

pelatihan dan penelitian. Pada tahun 2000-2002 penulis ditunjuk sebagai koordinator

kelompok studi Herpetofauna pada organisasi Ikatan Mahasiswa Biologi Konservasi

dan menyelenggarakan beberapa kegiatan pelatihan lapangan. Penulis adalah salah

satu peserta Research Award for Student dalam kajian Herpetofauna yang

diselenggarakan oleh Conservation International Papua pada tahun 2002.

Pada tahun 2003 penulis bekerja sebagai staf pengajar pada Program Studi

Biologi FMIPA Universitas Negeri Papua Manokwari. Pada tahun 2005 penulis

melanjutkan pendidikannya pada sekolah pascasarjana (S2) Program Studi Biologi

IPB dengan sponsor BPPS.

Page 10: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL............................................................................................ DAFTAR GAMBAR………………………………………………...............

xi xi

PENDAHULUAN Latar Belakang…...………………………………………………….. Perumusan Masalah…………………………………………………. Tujuan………………………………………………………………... TINJAUAN PUSTAKA Pengenalan Ular berbisa Famili Elapidae………………………….... Deskripsi Morfologi Ular Micropechis ikaheka………….................. Habitat, Kebiasaan Hidup dan Penyebaran Ular M. ikaheka............... Umur dan Jenis Kelamin Reptil……………………………………... Kulit dan Sisik Ular.............................................................................. Manfaat Ular bagi Masyarakat Papua.……………………………..... BAHAN DAN METODE Lokasi Penelitian …………………………………………………..... Waktu Penelitian..………………..………………..………………… Alat dan Bahan.........................................…………………………… Metode Penelitian……………………………………………............ Variabel Pengamatan........................................................................... Analisa Data....………………………………………………………. HASIL Daerah Penyebaran Ular M. ikaheka.................................................... Habitat, Iklim dan Kebiasaan Hidup.................................................... Sisik : Pola Warna dan Jumlah............................................................ Ukuran Tubuh...................................................................................... PEMBAHASAN Taksonomi, Zoogeografi dan Habitat Ular M. ikaheka........................ Pola Warna........................................................................................... Sisik dan Ukuran Tubuh Ular M. ikaheka............................................ SIMPULAN DAN SARAN Simpulan.............................................................................................. Saran.................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA.………………………………………………………. LAMPIRAN...........………………………………………………….……….

1 3 4 5 6 7 8 10 11 12 13 13 13 14 15 16 19 22 24 28 29 32 34 34 36 39

Page 11: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Lokasi penemuan ular M. ikaheka berdasarkan kelompok warna.....................

2 Data meristik dan ukuran tubuh dari tiga kelompok ular M. ikaheka dewasa...

3 Data meristik dan ukuran tubuh dari ular M. ikaheka juvenil...........................

4 Perbedaan ukuran tubuh pada jenis kelamin......................................................

5 Perbandingan nilai rata-rata ukuran tubuh ketiga kelompok warna..................

19

25

26

27

27

Page 12: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Ular putih (Micropechis ikaheka) yang ditemukan di Pulau Waigeo dan

Batanta Papua, memiliki dua variasi pola warna sisik.....................................

2 Sketsa umum perbedaan jenis kelamin pada ular.............................................

3 Peta lokasi penelitian........................................................................................

4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik….

5 Penyebaran ular M. ikaheka di Pulau Waigeo (a), Batanta dan Pulau

Salawati (b).......................................................................................................

6 Ular M. ikaheka yang tertangkap di serasah dan semak pada kebun

campuran di Manokwari...…………………………………………………….

7 Kadal Sphenomorpus simus ditemukan dalam perut ular M. ikaheka………..

8 Individu dewasa M. ikaheka dengan variasi warna sisik..................................

9 Ular M. ikaheka asal Tanah Merah (Lokasi LNG-site).....................................

4

9

12

17

18

20

21

22

24

Page 13: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Papua merupakan salah satu pulau terbesar di Indonesia dengan luas

wilayah + 416.129 km2 (≈ 3,5 kali luas Pulau Jawa) atau 30% dari luas seluruh

wilayah daratan Indonesia. Papua memiliki topografi dan ekosistem yang sangat

bervariasi. Selain memiliki daratan yang luas, Papua juga memiliki sejumlah

daerah kepulauan dengan topografi yang beragam. Keberadaan kepulauan ini

dengan ukuran yang bervariasi merupakan salah satu faktor penunjang tingginya

biodiversitas dan endemisitas tumbuhan maupun hewan (Primack et al. 1998).

Sejarah geologi turut memberi kontribusi yang penting bagi penyebaran

hewan dan tumbuhan di Papua. Pulau New Guinea (Papua dan Papua New

Guinea) dapat dipandang dalam terminologi geologi yang sederhana sebagai

wilayah pegunungan, perubahan tektonik garis utara Australia (Polhemus 2007).

Garis pemisahan fauna oleh A.R. Walacea menginformasikan pola penyebaran

hewan di Indonesia. Pulau Jawa, Kalimantan dan Sumatera selama periode

pleistosen dihubungkan oleh daratan sampai ke Asia, oleh karena itu daerah-

daerah ini memiliki satwa-satwa yang sama. Pulau Papua dan Aru berhubungan

dengan Australia, sehingga satwa di daerah ini berbeda dengan satwa di daerah

tropik Asia (Primack et al. 1998).

Ular merupakan salah satu satwa liar yang dapat dijumpai pada daerah

perairan maupun daratan. Ular hidup di setiap benua kecuali Antartika (Taylor

dan O’Shea 2004). Ular terdapat di berbagai macam habitat mulai dari teresterial,

arboreal hingga akuatik dan beberapa jenis dapat hidup bahkan di habitat yang

telah terganggu. Walaupun ular dapat hidup pada berbagai macam habitat,

penyebaran tiap jenis ular akan berbeda. Berbagai faktor dapat mempengaruhi

penyebarannya seperti sejarah geografik, ketinggian tempat, iklim, dan kondisi

habitat (mikro maupun makro).

Jenis ular di New Guinea sangat beragam mulai dari jenis berbisa tinggi

hingga yang tidak berbisa. Di Papua New Guinea (PNG) terdapat sebanyak 93

jenis fauna ular (O’Shea 1996), sedangkan di Papua ada 82 jenis (Allison 2007).

Jenis ular yang ada dikelompokkan dalam famili Elapidae (front-fanged venomous

Page 14: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

2

terrestrial snakes), Boidae (boas and phyton), Typhlopidae (blindsnakes),

Acrochordidae (filesnakes), Colubridae (treesnakes, watersnakes and ground

snakes) dan famili Hydrophiidae (seasnakes). Famili elapidae tersebar luas di

wilayah Asia-Australia dan merupakan kelompok ular paling dominan di

Australia dan New Guinea (Muller 2005).

Berbeda dengan wilayah lainnya di Indonesia, distribusi dan ekologi ular

di Papua sampai saat ini kurang diketahui. Beberapa hasil publikasi yang telah ada

kebanyakan merupakan hasil penelitian yang berasal dari negara tetangga PNG.

Misalnya beberapa jenis ular dari Kawasan Cagar Alam Gunung Arfak dan

beberapa daerah disekitarnya antara lain Ramphotyphlops flaviventer, R. similis,

Leiopython albertisi, Tropidonophis doriae dan Micropechis ikaheka (O’Shea

1996). Informasi ini terbatas hanya pada penyebaran ular-ular sejenis yang

ditemukan di dalam dan di luar PNG. Hal ini menyebabkan sangat terbatasnya

informasi mengenai ekologi dan biologi ular di Papua. Kajian distribusi serta

adanya variasi morfologi populasi jenis ular di kawasan inipun belum banyak

dilakukan, seperti contoh variasi morfologi populasi jenis ular M. ikaheka.

Keterbatasan informasi tentang fauna ini selain disebabkan belum banyak

dilakukannya penelitian dan publikasi, terdapat kecenderungan ular tidak disukai

oleh manusia walaupun ular mempunyai peranan juga di alam.

Beberapa jenis ular mempunyai peranan penting di alam, misalnya dalam

suatu rantai makanan. Di Pulau Jawa, misalnya jasa ular yang terbesar sebagai

pengendali hama tikus-tikus yang sering menyerang tanaman padi. Walaupun

demikian manusia cenderung tidak menyukai ular sehingga peranannya tersebut

tidak sebesar yang dapat dilakukannya (Whitten et al. 1999). Karena tidak disukai

oleh manusia, ular sering dibunuh bila ditemukan. Hal inipun berlaku pada

masyarakat di Papua. Dari jenis ular berbisa hingga yang tidak berbisa, walaupun

tidak menyerang (jika tidak diganggu) mereka tetap saja dibunuh.

Terdapat kurang lebih 2.700 jenis ular di dunia, tetapi hanya 300 jenis dari

jumlah tersebut dapat membunuh manusia (Taylor dan O’Shea 2004). Ular

Micropechis ikaheka adalah salah satu jenis ular yang bisanya dapat membunuh

manusia. Ular M. ikaheka dengan nama lokal “ular putih” (nama dalam bahasa

Inggris “New Guinea Small-Eyed atau Ikaheka Snake”) merupakan salah satu

Page 15: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

3

jenis ular berbisa endemik New Guinea dan tersebar di daratan pulau New Guinea

termasuk pulau-pulau kecil yang mengelilinginya (O’Shea 1996).

Perumusan Masalah

Informasi mengenai penyebaran, habitat dan variasi morfologi ular M.

ikaheka dan juga jenis ular lainnya di Papua sampai saat ini masih kurang.

Informasi yang telah ada yaitu hasil publikasi Rooij (1917), O’Shea (1996) dan

Allison (2007).

Penelitian lainnya yang pernah dilakukan di Pulau Waigeo Kabupaten

Kepulauan Raja Ampat Papua, berhasil menemukan sebanyak tujuh jenis ular

yaitu Candoia aspera (Boidae), Boiga irregularis, Dendrelaphis punctulatus,

Tropidonophis picturatus, Tropidonophis elongatus (Colubridae), serta dua jenis

ular dari famili Elapidae yaitu Toxicocalamus sp. dan Micropechis ikaheka (Krey,

2003). Yang menarik dari tujuh jenis ular ini adalah jenis ular yang teridentifikasi

sebagai jenis Toxicocalamus sp. (Gambar 1a) sebenarnya hanya merupakan

variasi morfologi (warna) dari ular M. ikaheka (Gambar 1b). Walaupun

perhitungan sisik dilakukan, pengelompokan sebagai jenis ular Toxicocalamus sp.

lebih berdasarkan pada warna sisik yang mirip dengan ular dari genus ini, yaitu

warna sisik dorsal hitam mulai dari anterior kepala hingga ujung ekor dan sisik

bagian ventral berwarna putih dengan bercak coklat.

Pengelompokan ulang ular Toxicocalamus sp. menjadi jenis Micropechis

ikaheka merupakan hasil identifikasi yang dilakukan bersama ahli herpetofauna

dari Vertebrate Department South Australian Museum zoology (Mr. Stephen

Richards) dalam penelitian terpisah pada tahun 2005 di Pulau Batanta dan Pulau

Salawati (Kabupaten Raja Ampat). Selanjutnya Farid dan Burhan (2005)

melaporkan bahwa dari penelitian tersebut berhasil ditemukan ular yang sangat

beracun bermata kecil atau ular putih (M. ikaheka) yang penampakannya berbeda

dengan jenis yang sama di daratan utama Papua. Informasi ini sangat penting

untuk pengkajian lebih detail terhadap variasi morfologi M. ikaheka yang

ditemukan, sehingga data dasar dalam penelitian ini pada waktu mendatang dapat

menunjang bila dilakukan kajian pada aspek-aspek yang lain.

Page 16: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

4

(a) (b)

Keterangan : (a) - M. ikaheka yang teridentifikasi sebagai jenis Toxicocalamus sp. (b) - M. ikaheka yang umum ditemukan di daratan utama Papua Gambar 1 Ular putih (Micropechis ikaheka) yang ditemukan di Pulau Waigeo

dan Batanta Papua, memiliki dua variasi pola warna sisik

Berangkat dari perumusan masalah di atas, maka perlu dilakukan

penelitian tentang daerah penyebaran dan variasi morfologi antar populasi ular M.

ikaheka di wilayah Papua. Kajian ini diharapkan dapat menjelaskan daerah

penyebaran serta variasi morfologi yang ada, baik karakter sisik, pola warna serta

ukuran tubuh. Selain itu penelitian ini diharapkan menyediakan dan memberikan

informasi dasar yang baru dan penting bagi ilmuwan dan masyarakat di Papua

dalam upaya pelestarian ular.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menjajaki daerah penyebaran dan habitat spesifik jenis ular M. ikaheka

di wilayah Papua.

2. Untuk menjelaskan variasi morfologi antar populasi jenis ular M. ikaheka.

Page 17: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

TINJAUAN PUSTAKA

Pengenalan Ular berbisa Famili Elapidae

O'Shea (1996) menjelaskan bahwa di Papua terdapat enam famili ular

yaitu Acrochordidae (filesnakes), Boidae (jenis ular sanca), Colubridae (ular

pohon, ular air dan ular tanah), Elapidae (ular berbisa terestrial), Hydrophiidae

(ular laut), dan Typhlopidae (ular buta).

Micropechis ikaheka merupakan salah satu jenis ular dari famili Elapidae.

Famili ini merupakan kelompok ular berbisa yang sangat mematikan disamping

famili Viperidae dan Hydropidae. Ular dari famili Elapidae dan lainnya

mempunyai bahan racun saraf atau neurotoksin dan bahan racun darah atau

haematoksin (O’Shea 1996). Neurotoksin merupakan suatu toksin yang berperan

secara spesialisasi pada sel syaraf-neuron, sedangkan haematoksin bekerja pada

sel darah. Pada umumnya (neurotoxin) saling berinteraksi dengan protein

membran dan kanal ion. Banyak dari bisa (sengitan) dan toksin lain digunakan

organisma dalam pertahanan melawan hewan lain. Suatu efek umum adalah

kelumpuhan yang ekstrim dan sangat cepat. Contoh neurotoxin meliputi

tetrodotoxin (pada ikan buntal), batrachotoxin (pada ikan lele) dan komponen

dari venom (bisa atau sengitan) dalam lebah, laba-laba dan kalajengking (Schenk

1995).

Kedudukan ular M. ikaheka dalam taksonomi menurut O’Shea (1996)

adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Reptilia

Ordo : Squamata

Subordo : Serpentes

Famili : Elapidae

Micropechis diwakili hanya oleh satu jenis. Selain M. ikaheka, ular lain

yang termasuk famili Elapidae antara lain kobra, mamba, taipan, dan ular death

adders. Famili elapidae dilengkapi dengan taring yang pendek dan kokoh pada

Page 18: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

6

rahang atas bagian depan. Kajian taksonomi ular M. ikaheka dijelaskan dalam

O’Shea (1996). Ular M. ikaheka pernah diperkenalkan sebelumnya menjadi dua

subspesis yaitu M. ikaheka fasciatus dan M.i. ikaheka, tetapi cakupan distribusi

dari kedua subspesies ini terus diperdebatkan. M. i. fasciatus direkam sebagai

jenis endemik pulau Aru (Klemer, 1963 diacu dalam O’Shea 1996), tetapi

kemudian oleh Loveridge (1948) diacu dalam O’Shea (1996) dikemukakan

bahwa daerah asal M.i. fasciatus juga mencakup pulau Aru sampai Aitape (West

Sepik) dan Gusiko (Morobe) PNG sedangkan M. i. ikaheka dibatasi pada daerah

Irian Jaya (sekarang Papua) berdasarkan spesimen dari Fak Fak. Loveridge

mempertimbangkan spesimen Aitape dan Gusiko berdasarkan banyak sedikitnya

pita (band), jumlah sisik ventral 180-185 dan sisik subcaudal 37-39, tetapi jumlah

ini sangat tumpang tindih dengan jumlah sisik yang diperoleh dari spesimen

Fakfak. Jumlah sisik diperoleh dari sampel yang sangat sedikit, sehingga ketika

dibandingkan dengan jumlah sisik spesimen type dari Dore, dihubungkan dengan

karakteristik dari spesimen yang tidak memiliki pita (band), mereka dilengkapi

data yang tidak cukup untuk membedakan antara kedua subspesies di daratan

utama New Guinea. Jadi ular putih (small-eyed) yang diacu hingga sekarang

adalah M. ikaheka, tidak dengan petunjuk subspesies yang manapun. Selanjutnya,

Loveridge juga menyebutkan jenis yang ketiga yaitu M.i. elapoides dari

kepulauan Salomon yang saat ini diperkenalkan sebagai jenis yang terpisah yaitu

Loveridgelaps elpoides.

Deskripsi Morfologi Ular Micropechis ikaheka

M. ikaheka memiliki bentuk badan bulat, gemuk dengan ekor yang relatif

pendek. Batasan kepala dan leher hanya berbeda sedikit dan kepala lebih luas dari

leher, mata sangat kecil dengan pupil yang bulat, O’Shea (1996). Rooij (1917)

menjelaskan bahwa M. ikaheka memiliki warna dorsal hitam dan kuning, kadang

dengan pita-pita melintang yang tidak teratur. Dijelaskan pula bahwa sisik warna

hitam dikelilingi warna kuning, kepala dan ekor berwarna hitam. Permukaan sisik

ventral kuning, kadang beberapa sisik dilapisi warna hitam. Oleh masyarakat lokal

Papua, M. ikaheka diberi nama lokal ular putih. Mereka menyebutnya ular putih

oleh karena ular ini memiliki warna yang terang.

Page 19: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

7

Warna sisik merupakan variabel lokal. Populasi dengan warna yang

bervariasi menempati beberapa tempat yang terpisah. O’Shea (1996)

menyebutkan bahwa populasi bagian utara memiliki warna yang berbeda dengan

populasi di selatan. Populasi utara umumnya memiliki warna kepala abu-abu agak

terang hingga gelap (light to dark grey) dan berbeda dari leher yang kuning atau

krem, yang tidak bernoktah. Spesimen bagian selatan memiliki tipe sisik dengan

pigmen lebih gelap. Sisik gelap sepanjang badan lebih lanjut ke arah bawah tubuh

sampai setengah tubuh (midbody) adalah pigmen warna merah atau coklat.

Kadang-kadang dengan pita-pita hitam yang dikelilingi warna kuning. Jarak dan

frekuensi pita (crossband) bertambah banyak ke arah posterior hingga ekor yang

semuanya gelap. Pigmen sisik ventral adalah kuning krem dan dikelilingi warna

hitam atau coklat.

Maksimum panjang ular M. ikaheka adalah 1.0-1.5 m atau 2.0 m

(spesimen dari Kar Kar dan Sepik-PNG). Jumlah sisik dorsal hingga melingkar

setengah tubuh (DMB : dorsal at midbody) 15, semua sisik halus (tidak berlunas);

sisik ventral (VS : ventral scales) 178-223; sisik sub ekor (SC : subcaudals) 37-

55, semua berpasangan; sisik anal berpasangan (divided); sisik supralabial

sebanyak 6 dengan sisik ke 3 dan 4 kontak dengan mata dan temporolabial antar 5

dan 6; sisik loreal dan subocular tidak ada (Rooij 1917; O’Shea 1996).

Habitat, Kebiasaan Hidup dan Penyebaran Ular M. ikaheka

Famili Elapidae tersebar luas di wilayah Asia-Australia dan merupakan

kelompok ular paling dominan di Australia (Muller 2005). Ular famili Elapidae

merupakan elemen fauna ular yang dominan di New Guinea. Sekitar 36% ular

terestrial Papua New Guinea (PNG) adalah elapid, dan sekitar 59% terdapat di

daerah New Guinea (O’Shea 1996).

Micropechis diwakili hanya oleh satu jenis seperti dijelaskan sebelumnya.

Mereka tersebar luas mulai dari dataran rendah hingga pegunungan dengan

ketinggian 1500 m dpl (Rooij 1917; O’Shea 1996). Penyebaran M. ikaheka di

Papua meliputi Pegunungan Arfak, wilayah kepala burung (vogelkop) dan

termasuk sebagian dari pulau di bagian utara, tenggara dan barat. Beberapa

Page 20: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

8

tempat hidup ular ini juga disebutkan dalam Rooij (1917), antara lain Pulau

Batanta, Sorong, Fak Fak, Andai, Mansinam, Gunung Arfak, Mios Nom, Yapen,

Mimika dan beberapa daerah lainnya.

Berdasarkan Krey (2003), M. ikaheka juga ditemukan di Pulau Waigeo

Kepulauan Raja Ampat. Pada penelitian lainnya di Pulau Salawati dan Batanta

ditemukan juga ular M. ikaheka (Farid dan Burhan 2005).

Ular M. ikaheka beraktifitas pada malam hari (spesies nokturnal) pada

lantai hutan (Krey 2003). Ular ini menangkap mangsa dan melakukan aktifitas

lainnya pada malam hari dan pada siang hari mereka beristirahat. Menurut O’Shea

(1996), ular M. ikaheka pada umumnya adalah nokturnal tetapi kadang juga aktif

pada siang hari.

Reptil tersebar pada daerah-daerah padang rumput, padang gurun, daerah

basah/lembab, hutan beriklim sedang, hutan tropis, pulau, laut, gunung-gunung,

daerah pemukiman dan daerah pinggiran pemukiman (O'Shea dan Holliday 2001).

Setiap jenis reptil menggunakan secara spesifik setiap habitat yang ada, seperti

habitat ular M. ikaheka yang terbatas pada area hutan hujan (rainforest), rawa dan

habitat serupa mulai dari permukaan laut hingga ketinggian 1500 meter (O’Shea

1996). Ular ini juga tinggal atau menghuni gundukan atau tumpukan sekam

kelapa (Cocos nucifera) yang dibuang dalam perkebunan. Kebiasaan hidup M.

ikaheka adalah menghuni sampah dedaunan, bagian dalam tumbuhan-tumbuhan

yang membusuk pada lahan lepas.

Umur dan Jenis Kelamin Reptil

Abouheif dan Fairbairn (1997) menjelaskan bahwa diferensiasi seksual

dalam ukuran dan morfologi adalah luas pada Kingdom Animal. Pada hewan-

hewan seperti ikan, insekta, amphibi dan reptil yang berkelamin betina memiliki

ukuran tubuh lebih besar dari pada jantan. Umur reptil umumnya diketahui

berdasarkan pada ukuran SVL (snout to vent length) tetapi ini umumnya berlaku

bagi sejumlah reptil muda. Banyak reptil dapat diketahui jenis kelaminnya pada

saat musim kawin dengan meningkatnya aktifitas jantan, dan juga dapat melalui

determinasi warna atau perbedaan morfologi (Sutherland 2000). Kadal jantan

sering lebih terang warnanya daripada betina. Banyak jenis dapat juga diketahui

Page 21: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

9

kelaminnya melalui hemipenis jantan yang mungkin keluar dari bagian kloaka

(vent) bila ditekan. Banyak kadal jantan juga memiliki tonjolan penial (sisik pada

dasar ekor) dan juga femoral pores (pori-pori pada susunan sisik posterior vemur)

(Sutherland 2000).

Sama halnya dengan kadal, jenis kelamin ular dapat diketahui dengan

mengamati beberapa ciri morfologi selain dengan cara menekan bagian sekitar

kloaka (vent). Sutherland (2000) menjelaskan umur dan jenis kelamin ular pada

umumnya dapat diketahui dengan mengamati beberapa karakter morfologinya.

Ular betina cenderung memiliki batas tubuh yang jelas lebih luas hingga batas

ekor yang meruncing, sedangkan jantan cenderung memiliki ekor yang panjang

dan seperti terbagi dua dari total panjang ekor (Gambar 2).

Sumber : Sutherland (2000)

Gambar 2 Sketsa umum perbedaan jenis kelamin pada ular

Karakteristik seperti pada Gambar 2 di atas tentunya tidak berlaku pada

semua jenis ular. Banyak ular tidak dapat ditentukan jenis kelaminnya baik dari

bentuk dan ukuran tubuh maupun warna. Karateristik yang tidak umum ini juga

dijelaskan oleh Shine (1981), yaitu pada umumnya ular betina memiliki ukuran

panjang dari ujung mulut hingga kloaka (UMK) yang lebih panjang dari jantan,

tetapi pada berapa jenis ular karakter ini tidak ditemukan. Shine (1981) juga

menemukan tidak adanya dimorfisme seksual berdasarkan panjang SVL pada

kelompok ular berbisa (Drysdalia spp) di Australia dan menurutnya kondisi ini

merupakan karakteristik dari banyak jenis ular elapid.

Page 22: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

10

Kulit dan Sisik Ular

Sisik ular seperti reptil pada umumnya, bertumbuh dari lapisan atas (top

layer) atau epidermis kulit (Hildebrand 1974; Hikman et al. 2001; Tylor dan

O’Shea 2004). Ular seperti binatang melata lainnya, tubuh mereka ditutupi dalam

sisik yang melindungi mereka dari abrasi dan dehidrasi. Sisik bagian atas dan

samping ular lebih kecil dan halus dibanding sisik pada sisi perut yang tebal dan

besar. Sisik tebal dan besar pada perut ini disebut scutes, yang membantu

melindungi dan mendukung jaringan yang kontak langsung dengan dasar seperti

tanah, batu, batang pohon dan sebagainya (Tylor dan O’Shea 2004). Terdapat

beberapa jenis sisik yaitu sisik berlunas (keeled scales) dan sisik yang licin atau

tidak berlunas (smooth scales), dimana sisik berlunas membantu ular untuk

menahan permukaan, sedangkan sisik tak berlunas membuat kemudahan bagi ular

untuk melewati tekanan ruang atau celah yang sempit (Tylor dan O’Shea 2004).

Sisik reptil umumnya sangat berwarna-warni dan terorganisir dalam pola

yang menarik. Warna sisik muncul dari pigmen pada sisik dan juga dengan cara

sisik memantulkan cahaya (Tylor dan O’Shea 2004; Hildebrand 1974 ). Menurut

Withers dan O’Shea (1993), warna dari reptil teresterial beragam dan

pigmentasinya sangat kompleks, tetapi lebih sedikit pada kelompok fusorial.

Warna sering berhubungan dengan kamuflase, thermoregulasi, proteksi terhadap

sinar ultraviolet, interaksi tingkah laku dan dimorfisme seksual. Dijelaskan pula

bahwa warna berada dibawah kontrol fisiologi (neural atau endocrinal).

Warna gelap membantu ular untuk menyerap panas selama cuaca lebih

dingin. Tylor dan O’Shea (2004) dan Mattison (2005) menjelaskan teori umum

bahwa pada cuaca dingin (termasuk ketinggian tempat) menyebabkan warna

menjadi gelap karena pigmen hitam menyerab panas lebih efisien. Ular muda

kadang-kadang berbeda warna dari induknya, tetapi tidak diketahui mengapa.

Meskipun ular sering diuraikan sebagai sesuatu yang licin, kulit mereka

benar-benar sangat kering. Tidak seperti binatang lainnya, ular selalu kontinyu

untuk bertumbuh sampai hari mereka mati. Sebagai konsekuensi, ular secara

periodik pada waktu tertentu mengganti kulit (shedding scales) mereka, suatu

proses yang disebut ecdysis. Sebelum pergantian kulit, ular nampak berwarna

sedikit kebiru-biruan dan mata nampak keabuan seperti tertutup awan. Taylor dan

Page 23: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

11

O’Shea (2004), menjelaskan sekitar 6 kali setahun, seekor ular dewasa terlihat

menggeliat karena menuanya kulit sampai memunculkan sebuah kulit baru di

bawahnya yang berkilau. Ular hanya merontokan sisik dan kulitnya pada saat

sebuah lapisan baru dari sisik dan kulit tumbuh di bawah kulit tua.

Manfaat Ular bagi Masyarakat Papua

Sejak dahulu ular telah dikaitkan dengan kejahatan dan dosa, maka oleh

perasaan inilah kebanyakan orang akan merasa geli atau takut terhadap ular.

Reaksi spontan biasanya terjadi dan orang tidak segan-segan membunuh ular

tanpa memikirkan apakah itu ular dari jenis yang berbisa atau tidak. Walaupun

demikian, ular juga memiliki manfaat yang cukup penting, seperti di Papua,

beberapa suku memanfaatkan ular sebagai bahan makanan dan pengobatan.

Suku Arfak di daerah Mokwam Kabupaten Manokwari selain memakan

daging ular M. ikaheka, mereka juga memanfaatkan lemak ular ini sebagai bahan

pengobatan tradisional. Lemak tubuh ular ini diekstrak menjadi minyak dan

digunakan sebagai obat gosok untuk mengobati otot yang mengalami

pembengkakan (Sutarno 2005).

Page 24: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

BAHAN DAN METODE

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada beberapa tempat di Papua yaitu Manokwari,

Waropen, Sorong, Tanah Merah, Pulau Numfor dan Kepulauan Raja Ampat

(Pulau Waigeo, Salawati dan Pulau Batanta). Di daerah Manokwari terdapat

beberapa lokasi pengamatan yaitu Gunung Meja, Prafi, Minyambouw, Oransbari,

Nuni, Saukorem dan Kebar. Lokasi pengamatan di daerah Waropen dilakukan di

Noau, Kwaneha, dan Pitohui, sedangkan daerah Sorong observasi dilakukan di

hutan kampung Baengkete. Daerah lainnya seperti Jayawijaya, Jamursbamedi,

Mindiptana, Lembah Baliem dan Pulau Yapen bukan daerah pengamatan dalam

penelitian ini, tetapi merupakan daerah penyebaran ular M. ikaheka berdasarkan

studi spesimen yang dilakukan di laboratorium Herpetofauna Pusat Penelitian

Biologi - Bidang zoologi LIPI Cibinong dan Conservation International Papua

Program. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Peta lokasi penelitian

Page 25: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

13

Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 8 bulan secara terpisah yaitu

pada bulan April 2002, Juni 2006 dan Maret hingga Agustus 2007.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah mikroskop, headlamp, senter besar,

kantung spesimen (kain), termometer, rol meter (ukuran 500 cm)

termohygrometer, jangka sorong (kaliper), Global Position System (GPSmap

60cs), stik kayu, kamera, kertas tisu, kotak plastik, 1 set alat bedah, formalin 10

% dan alkohol 70 %.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif dengan

teknik observasi lapang dan kajian koleksi spesimen. Observasi lapang yang

dilakukan meliputi observasi nokturnal dan diurnal. Observasi dilakukan dengan

membuat jalur yang ditelusuri secara acak untuk mencari dan menangkap ular.

Pada setiap daerah observasi, dilakukan penangkapan ular dengan menggunakan

tongkat kayu.

Pencarian dan penangkapan ular Micropechis ikaheka yang dijumpai pada

siang dan malam hari dilakukan pada beberapa habitat seperti di sekitar sungai,

rawa, hutan, tepi hutan, areal perkebunan serta bekas kebun. Masing-masing ular

yang tertangkap dimasukan ke dalam kantung kain. Selanjutnya semua keterangan

dicatat, seperti dimana ular ditemukan, waktu, suhu, kelembaban udara, kondisi

cuaca (hujan, mendung atau cerah), kemiringan tempat, kanopi dan lain-lain.

Data lainnya dikumpulkan melalui kajian spesimen yang diperoleh dari

literatur dan pengkajian ulang spesimen pada Laboratorium Herpetofauna Pusat

Penelitian Biologi - Bidang Zoologi LIPI Cibinong, Conservation International

Papua Program dan Laboratorium Zoologi Universitas Negeri Papua Manokwari.

Page 26: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

14

Variabel Pengamatan

Ciri morfologi

Ciri morfologi yang diteliti meliputi karakter meristik dan morfometri

(Lampiran 1, 2 dan 3), bentuk umum tubuh, pola warna sisik seperti dijelaskan

dalam Rooij (1917) dan O’Shea (1996).

1) Karakter morfometri

Karakter morfometri ular yang diukur antara lain panjang dari ujung mulut

hingga kloaka (UMK), panjang ekor (PE), panjang total tubuh (PTT), panjang

kepala (PK), lebar kepala (LK), diameter tengah badan (DTB), diameter

pangkal ekor (DPE), jarak mata - hidung (JMH), jarak mata - mata (JMM),

jarak mata - ujung mulut (JMUM).

Pengukuran karakter morfometri tubuh ular dilakukan menggunakan rol meter

(ukuran 500 cm) dan jangka sorong dengan ketelitian 0,01 mm.

2) Karakter meristik

Pola dan jumlah sisik meliputi :

1. Sisik pada tubuh

- Jumlah sisik sisi punggung hingga melingkar setengah tubuh (Dorsal at

midbody/DMB) dan pola permukaan sisiknya berlunas (keeled) atau

halus (smooth)

- Jumlah sisik sisi perut (SV)

2. Sisik pada ekor

- Jumlah sisik dari pangkal kloaka hingga ujung ekor (Subcaudal/Sc)

dengan pola single atau divided

- Keping pada anal (anal plate) dengan pola single atau divided

3. Sisik pada kepala

- Jumlah sisik bibir bagian atas (supralabial) dan bawah (infralabial),

dihitung dari ujung mulut ke arah pangkal mulut. Pada bagian

supralabial diperhatikan sisik keberapa yang bersentuhan dengan mata.

- Jumlah sisik di depan mata (preocular) dan di belakang mata

(postocular) dan sisik kepala lainnya.

Page 27: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

15

- Ada tidaknya sisik loreal (tidak adanya sisik loreal pada ular merupakan

ciri kelompok ular berbisa). Sisik loreal merupakan sisik yang terletak

antara sisik nares (nares scales) dengan sisik di depan mata (pre ocular).

4. Warna sisik

Warna sisik dideskripsikan secara visual mulai dari bagian kepala hingga

ekor ular.

Karakteristik habitat

Variabel yang diamati dan dicatat baik makrohabitat maupun mikrohabitat,

meliputi tipe habitat, suhu dan kelembaban udara (siang dan malam hari)

menggunakan termohygrometer, ketinggian tempat menggunakan GPSmap 60

garmin, objek atau substrat yang digunakan ular untuk beraktifitas atau

beristirahat dideskripsikan berdasarkan visualisasi. Data vegetasi dikumpulkan

sebagai data penunjang untuk menggambarkan tipe hutan yang ada. Data vegetasi

diperoleh dari hasil identifikasi oleh Herbarium Bogor dan Manokwari.

Analisa Data

Data yang diperoleh dijadikan sebagai data perbandingan variasi morfologi

antara individu ular M. ikaheka. Seluruh karakter morfologi yang direkam

dianalisa secara deskriptif, ditabulasikan, dan divisualisasikan melalui gambar dan

foto. Selanjutnya untuk melengkapi informasi distribusi ular di Papua, maka hasil

yang diperoleh dalam penelitian ini diplotkan dalam peta penyebaran.

Untuk melihat ada tidaknya perbedaan ukuran tubuh antara jenis kelamin

ular M. ikaheka, digunakan uji-t (Venables dan Ripley 1999).

Page 28: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

HASIL

Daerah Penyebaran Ular M. ikaheka

Ular M. ikaheka berhasil ditangkap pada beberapa lokasi pengamatan

sebanyak 14 ekor. Selain itu, terdapat spesimen koleksi sebanyak 17 ekor yang

dikoleksi pada Laboratorium Zoologi Universitas Negeri Papua (UNIPA)

Manokwari, Laboratorium Herpetofauna Pusat Penelitian Biologi bidang Zoologi

LIPI Cibinong dan Conservation International Indonesia (CII) Papua Jayapura.

Analisis berikutnya berdasarkan total 31 ekor yang ada.

Penyebaran ular M. ikaheka di Papua menurut Rooij (1917) adalah tersebar

di Manokwari (Pulau Mansinan, Gunung Arfak, Andai), Pulau Yapen, Waropen,

Sorong, Fak Fak, Mimika dan Sungai Lorentz, Pulau Numfor (Pulau Mios Noom)

dan beberapa tempat lainnya (Lampiran 4). Selanjutnya O’Shea (1996)

menambahkan daerah penyebaran ular M. ikaheka meliputi beberapa wilayah di

daratan utama (mainland) dan beberapa pulau di utara dan tenggara Papua sampai

Papua New Guinea. Dalam penelitian ini, lokasi penemuan ular M. ikaheka

meliputi daerah Manokwari, Tanah Merah, Waropen, Mindiptana, Mamberamo,

Jayawijaya dan beberapa pulau yaitu Pulau Waigeo, Salawati, Batanta dan Pulau

Yapen (Gambar 4 dan 5).

Gambar 4 memperlihatkan bahwa kelompok ular M. ikaheka dengan warna

yang bervariasi menempati beberapa tempat yang terpisah dan menunjukkan

adanya daerah penyebaran yang spesifik. Ular M. ikaheka kelompok pertama

(warna sisik hitam), hanya ditemukan di Pulau Waigeo dan Batanta Kepulauan

Raja Ampat, sedangkan kelompok kedua (warna sisik kuning) ditemukan pada

daerah yang lebih luas mulai dari Sorong, Manokwari hingga Pulau Waigeo,

Batanta dan Pulau Salawati. Kelompok ketiga (warna pigmen sisik coklat)

tersebar lebih luas dari kelompok pertama dan kedua yakni mulai dari Pulau

Yapen, dataran rendah Waropen, Mamberamo, Mindiptana, dataran tinggi

Lembah Baliem sampai daerah Negara tetangga Papua New Guinea. Distribusi

ular M. ikaheka di PNG dapat dilihat pada lampiran 5.

Page 29: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

17

Gambar 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok

warna sisik

Penelitian ini juga menemukan satu individu ular M. ikaheka yang

menunjukkan warna transisi antara kelompok kuning dan coklat (deskripsi

mengenai pola warna sisik ditelaah dalam sub bab selanjutnya). Daerah LNG site

Tanah Merah merupakan lokasi penemuan individu dengan warna transisi ini.

Gambar 4 menunjukkan juga beberapa lokasi yang tidak ditemukan ular M.

ikaheka, tetapi masyarakat setempat (wawancara) sering menemukan ular ini

ketika mereka sedang berburu atau membuka dan membersihkan lahan pertanian.

Hasil wawancara ini juga diperkuat dengan nama bahasa daerah setempat yang

diberikan bagi ular ini, misalnya di daerah Kebar (ketinggian 585 m dpl) disebut

Keterangan : = Daerah sebaran ular M. ikaheka hitam = Daerah sebaran ular M. ikaheka kuning = Daerah sebaran ular M. ikaheka coklat Perpaduan garis kuning dan coklat adalah transisi antara ular M. ikaheka kuning dan coklat

Page 30: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

18

Kubik dan di Pulau Numfor (ketinggian 20 m dpl) disebut Ikak epyoper. Nama

lokal ini menunjukkan penyebaran ular M. ikaheka pada daerah-daerah tersebut.

(a)

(b)

Gambar 5 Penyebaran ular M. ikaheka di Pulau Waigeo (a), Batanta dan Pulau Salawati (b)

Di daerah Minyambow dan Pitohui tidak ditemukan ular M. ikaheka.

Minyambow adalah dataran tinggi (ketinggian 1700-2023 m dpl), sedangkan

daerah Pitohui adalah areal hutan mangrove dengan hutan transisi yang selalu

terendam air dan juga terdapat rawa yang ditumbuhi Nipa dan beberapa tumbuhan

lainnya. Masyarakat Minyambouw mengenal ular M. ikaheka dengan nama lokal

Page 31: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

19

Hinokofu. Mereka sering menggunakan minyak dari lemak ular ini sebagai obat

tradisional, tetapi untuk mendapatkan ular tersebut mereka harus mencari ke

tempat yang lebih rendah seperti di daerah Warmare (ketinggian 305 m dpl).

Habitat, Iklim dan Kebiasaan Hidup

Semua ular M. ikaheka dalam penelitian ini tersebar pada hutan dataran

rendah mulai dari ketinggian 5 - 305 meter di atas permukaan laut (Tabel 1).

Tabel 1 Lokasi penemuan ular M. ikaheka berdasarkan kelompok warna

Keterangan : * : Transisi antara ular M. ikaheka Kuning dan Coklat H : Hitam K : Kuning C : Coklat

Lokasi Pengamatan

Kelompok Warna Koordinat GPS Ketinggian

(m dpl) H K C Pulau Waigeo : - Waifoi (Sungai Kamtabai) - Lopintol (S. Bayon) - Urbinasopen ( S. Mamdifu)

√ - -

√ √ √

- - -

S 000 05,970’ E 1300 45,642’ S 000 18,999’ E 1300 51,542’ S 000 20,219’ E 1310 15,544’

50 5 15

Pulau Batanta : Wailebet (S. Yakut)

-

S 000 53,744’ E 1300 38,498’

13

Pulau Salawati (S. Webya) - √ - S 000 57,383’ E 1300 47,060’ 25 Manokwari : Oransbari (S. Muari) Saukorem (S. Wepay) Nuni (S. Nuni) Gunung Meja Andai (Perkebunan Kakao) Prafi (Perkebunan Sawit)

- - - - - -

√ √ √ √ √ √

- - - - - -

S 010 20’55.3”E 1340 11’19.8” S 000 44’45.3” E 1330 23’33.9” S 000 46’09.2” E 1330 58’57.0” S 000 50’51,5” E 1340 4’24,7” S 000 55’ 902” E 1340 0’ 557” S 010 00’ 03.0”E 134o 00’ 05.0”

276 34 24

155 36

305

LNG site Tanah Merah - * * S 020 28’ 31,4” E 1330 8’23.2” 49 Waropen (S. Noau) - - √ S 020 04’57.1” E 1370 27’32.1” 22 Spesimen Koleksi Pulau Yapen : - Warironi

-

-

S 010 51’ 456” E 1360 32’ 909”

5

Mindiptana (Ingembit) - - √ S 50 38’ 33” E 1410 - Mamberamo (Marina valen) - - √ - - Jayawijaya : - Kelila - Lembah Baliem

- -

- -

√ √

- -

- -

Sorong (Jamursbamedi) - √ - - -

Page 32: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

20

Pengamatan di hutan pegunungan menengah Minyambouw sekitar Kawasan

Cagar Alam Pegunungan Arfak Manokwari (ketinggian 1700-2023 m dpl), tidak

menemukan ular M. ikaheka. Suhu malam hari (sekitar 190C) dan siang hari

(240C) yang dingin menjadi faktor pembatas bagi kehidupan ular M. ikaheka dan

beberapa jenis reptil lainnya.

Selama penelitian berlangsung, ular M. ikaheka teramati hidup dan

menghuni lantai-lantai hutan. Mereka memanfaatkan berbagai mikrohabitat

sebagai tempat beraktifitas. Pada saat penelitian, beberapa ular M. ikaheka

teramati sedang berada di atas serasah dengan kepala yang dimasukkan ke bawah

serasah. Kondisi ular seperti ini mungkin menunjukkan bahwa mereka sedang

menangkap mangsa. Beberapa ekor juga teramati sedang berada di dalam

gundukan tanah, dalam batang pohon palem yang tumbang, pada celah batu, di

bawah banir dan di bawah batang pohon yang tumbang serta di antara semak.

Ular M. ikaheka yang menghuni areal perkebunan kakao, sawit, dan kebun

campuran, dijumpai pada semak dan di bawah tumpukan daun maupun ranting

yang dibuang oleh para petani. Areal perkebunan umumnya memiliki lantai datar

dan banyak semak yang sangat mendukung kehidupan ular M. ikaheka. Gambar 6

memperlihatkan ular M. ikaheka yang tertangkap pada serasah dan semak pada

kebun campuran di Manokwari.

Gambar 6 Ular M. ikaheka yang tertangkap di serasah dan semak pada

kebun campuran di Manokwari

Page 33: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

21

Pada areal ini hidup beberapa jenis kadal seperti Emoia caeruleucauda,

Sphenomorpus simus dan jenis kadal lainnya yang menjadi salah satu sumber

makanan ular M. ikaheka. Dalam perut salah satu individu ular M. ikaheka

ditemukan seekor kadal S. simus (Gambar 7).

Gambar 7 Kadal Sphenomorpus simus ditemukan dalam perut ular M. ikaheka

Lokasi penelitian di Pulau Waigeo (ketinggian 5 - 50 m dpl), Batanta (13 m

dpl) dan Salawati (25 m dpl) memiliki tipe vegetasi hutan hujan dataran rendah

dengan topografi yang datar hingga berbukit. Beberapa famili tumbuhan yang

umum dan sering dijumpai adalah Combreataceae, Cycadaceae, Sapindaceae,

Moracaeae, Dafisdaceae, Rutaceae dan Arecaceae (identifikasi vegetasi oleh

Herbarium Bogoriense). Suhu pada siang hari berkisar antara 27 – 320C dan suhu

pada malam hari berkisar antara 23 – 26 0C. Pada saat penelitian musim hujan

sedang berlangsung sehingga keadaan iklim mikro mempunyai suhu yang cukup

rendah. Suhu rata-rata/tahun menurut Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG)

Sorong dalam lima tahun terakhir (2001-2005) adalah 27,47-27,930C.

Daerah penelitian Manokwari, Tanah Merah dan Waropen juga memiliki

tipe vegetasi hutan dataran rendah dengan ketinggian tempat lokasi penelitian 22-

305 m dpl. Suhu siang hari antara 28-320C sedangkan malam hari 26-280C. Suhu

rata-rata/pertahun menurut BMG Manokwari dalam lima tahun terakhir (2001-

2006) adalah 26,88-27,560C. Vegetasi pada daerah ini umumnya dari famili

Fabaceae, Sapindaceae, Sapotaceae, Dipterocarpaceae, Dafisdaceae,

Convaevulaceae, Hernandiaceae, Moraceae, Araucariaceae dan beberapa famili

lainnya (identifikasi vegetasi oleh Herbarium Manokwarinse, Universitas Negeri

Papua).

Page 34: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

22

Sisik : Pola Warna dan Jumlah

Pengamatan spesimen ular M. ikaheka menunjukkan adanya beberapa

variasi warna sisik yang secara umum dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok

warna (Gambar 8). Pola warna pertama adalah hitam keabuan, pola warna kedua

kuning atau krem sedangkan pola warna ketiga adalah coklat kekuningan.

(a) (b)

(c)

Keterangan : a- Spesimen dari Pulau Waigeo dan Pulau Batanta b- Spesimen dari Manokwari, Sorong, Waigeo, Batanta,

Salawati dan Tanah Merah c- Spesimen dari Jaya Wijaya

Gambar 8 Individu dewasa M. ikaheka dengan variasi warna sisik

Kelompok pertama (Gambar 8a) meperlihatkan pigmen sisik yang hitam

keabu-abuan pada bagian dorsal hingga lateral tubuh. Pigmen warna ini tersebar

dari bagian kepala hingga ujung ekor. Pada bagian ekor, pigmentasi ini berlanjut

hingga sisik subcaudal. Pigmen sisik ventral lebih terang, dengan noktah-noktah

coklat keabuan yang tidak merata pada setiap sisik (kecuali pada sisik mulai dari

Page 35: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

23

batas leher hingga ujung sisik mental, seluruhnya tertutup oleh pigmen coklat

keabuan).

Kelompok kedua (Gambar 8b) memiliki warna pigmen sisik bagian kepala

dan ujung ekor sama dengan warna dorsal kelompok pertama. Namun, pada

kelompok kedua hampir setengah bagian dari tubuh (mulai dari leher hingga

pertengahan bagian tubuh) ditutupi pigmen kuning atau krem. Warna pigmen sisik

subcaudal lebih terang dengan noktah coklat keabuan seperti pada warna pigmen

sisik ventral kelompok pertama.

Kelompok ketiga (Gambar 8c) memiliki pola warna pigmen sisik dorsal

yang berwarna coklat kekuningan dengan pita-pita lebih gelap sepanjang tubuh.

Jarak antar pita-pita ini ke arah posterior semakin dekat hingga ujung ekor yang

lebih gelap.

Penelitian pada daerah Tanah Merah berhasil menemukan ular M. ikaheka

(Gambar 9) yang menunjukkan warna transisi antara kelompok kuning dan coklat.

Ular M. ikaheka ini memiliki warna sisik yang sangat sama dengan kelompok

kedua, tetapi terdapat pita yang lebih gelap pada pertengahan tubuh hingga ke

arah ekor seperti yang dimiliki ular M. ikaheka kelompok ketiga.

Semua kelompok ular M. ikaheka baik dewasa maupun juvenil memiliki

sisik melingkar tubuh (dorsal at midbody) sebanyak 15 sisik dengan pola

permukaan sisik halus atau tidak berlunas. Jumlah sisik ventral (SV) sebanyak

174-190 dan sisik subcaudal sebanyak 34-48. Semua individu memiliki sisik

labial atas (supralabial) sebanyak 6/6 di mana sisik ke 3 dan 4 kontak dengan

mata, sisik labial bawah (infralabial) sebanyak 6/6, sisik di belakang mata (post

ocular) 2/2 dan sisik di depan mata (preokular) 1/1. Keping anal (anal plate)

berpasangan. Sisik loreal (loreal scales) tidak ada (Lampiran 3).

Page 36: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

24

Gambar 9 Ular M. ikaheka asal Tanah Merah (Lokasi LNG-site)

Ukuran Tubuh

Ular M. ikaheka memiliki bentuk tubuh yang gemuk dan juga memiliki ekor

yang relatif pendek. Batasan kepala dan leher berbeda sedikit dengan kepala yang

lebih luas dari leher. Mata ular ini sangat kecil dengan pupil yang bulat. Deskripsi

ini sama seperti deskripsi dalam O’Shea (1996) dan Rooij (1917).

Data meristik dan beberapa ukuran bagian tubuh dari ketiga kelompok ular

M. ikaheka dewasa berdasarkan spesimen yang ditemukan dan spesimen koleksi

ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2 memperlihatkan ukuran tubuh (UMK dan PE)

tidak berhubungan dengan jumlah sisik (SC maupun SV).

Page 37: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

25

Tabel 2 Data meristik dan ukuran tubuh tiga kelompok ular M. ikaheka dewasa Kode

Spesimen [Sex] Lokasi

Pengamatan SC SV UMK (cm)

PE (cm)

PTT (cm)

Hitam 3011 [E] Waifoi 45 187 106 15 121 7721 [E] Wailebet 40 182 115 14,8 129,8 7748 [E] Wailebet 41 183 101,6 13,4 115

Mode - - Kuning TM* [E] Tanah Merah 46 188 113,6 17,6 131,2 7803 [E] Webya 46 180 119 16,4 135,4 7801 [E] Webya 48 181 87,9 13,1 101 7750 [C] Webya 46 183 83,5 12,1 95,6 7802 [C] Webya 45 174 74,5 11,7 86,2 6326 [C] Andai 45 177 69 12,5 81,5 6327 [C] Prafi 45 184 78,7 13,2 91,9 6343 [C] Nuni 44 184 101 15,5 116,5 6342 [C] Gunung Meja 42 179 75 13 88 GM2 [C] Gunung Meja 44 181 74 13,5 87,5 GM3 [C] Gunung Meja 47 182 131 20,2 151,2 OB [C] Oransbari 34 174 75 13,3 88,3 2371 [C] Jamursbamedi 48 186 112 16,7 128,7 453** Irian 35 180 102,5 12 114,5 351** Irian 45 174 92,2 11,5 103,7

Mode 45 174 Coklat 2197 [E] Kelila 38 189 122,2 12,8 135 9810 [C] Marina Valen 39 190 138 15,7 153,7 7948 [C] Noau 39 186 136 15,5 151,5 2039 [C] Lembah Baliem 47 176 65 10,3 75,3

Mode 39 -

Keterangan : * : Warna Transisi antara ular M. ikaheka Kuning dan Coklat ** : Tidak ada data jenis kelamin dan lokasi yang pasti SC : Sisik subcaudal; SV : Sisik ventral; UMK : Panjang ujung mulut-kloaka; PTT : Panjang total tubuh; PE : Panjang ekor

Terdapat sedikit perbedaan antar setiap individu dalam hal ukuran panjang

UMK dan PE terhadap jumlah sisik. Beberapa individu dengan ukuran tubuh yang

lebih panjang memiliki jumlah sisik lebih sedikit dari pada individu dengan

ukuran tubuh yang lebih pendek, dan juga sebaliknya bahkan terdapat individu

dengan ukuran tubuh yang lebih besar memiliki jumlah sisik yang sama dengan

Page 38: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

26

individu yang memiliki ukuran tubuh lebih kecil. Misalnya individu (GM3)

dengan PE terpanjang (20,2 cm) memiliki jumlah sisik subcaudal sama dengan

individu (2039) dengan PE terpendek (10,3 cm) yakni sebanyak 47. Pada bagian

ventral juga terlihat bahwa individu (6327) dengan panjang UMK 78,7 cm

memiliki sisik ventral sebanyak 184 sama dengan individu (6343) dengan panjang

UMK 101 cm. Data pada Tabel 2 juga menunjukkan bahwa jenis kelaminpun

tidak berhubungan dengan jumlah sisik.

Individu juvenil (Tabel 3) juga memiliki jumlah sisik ventral dan subcaudal

yang bervariasi dan sisik-sisik tersebut jumlahnya sama dengan beberapa individu

dewasa.

Tabel 3 Data meristik dan ukuran tubuh dari ular M. ikaheka juvenil

Kode

Spesimen Asal

Spesimen SC SV UMK PE PTT

Kuning

3226 Manokwari 46 179 53,8 8,2 62 3008 Lopintol 39 180 26,6 4 30,6 7724 Wailebet 42 181 29,2 5,7 34,9 6495 Saukorem 46 177 46 7 53 6498 Saukorem 45 182 47 8 55 7625 Urbinasopen 45 184 32,7 6,3 39 7723 Urbinasopen 43 183 31,8 4,9 36,7 Mode 45, 46 - Coklat 1453 Mindiptana 44 182 21,3 4,2 25,5 JP Pulau Yapen 40 183 27,1 3,8 30,9 Mode - - Keterangan : SC : Sisik subcaudal; SV : Sisik ventral; UMK : Panjang ujung mulut-kloaka; PTT : Panjang total tubuh; PE : Panjang ekor

Hasil analisis ukuran tubuh pada jenis kelamin ular M. ikaheka (Tabel 4)

menunjukkan bahwa ular jantan dan betina memiliki ukuran tubuh yang tidak

berbeda nyata (P>5%). Ukuran tubuh semua kelompok warna (Tabel 5) juga

menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>5%).

Page 39: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

27

Tabel 4. Perbedaan ukuran tubuh pada jenis kelamin. Probabilitas (P>5 %) menunjukkan perbedaan yang tidak nyata

No.

Ukuran Bagian Tubuh

Jenis Kelamin t

Probabilitas

(%) E

(n=7) C

(n=13) 1. PTT

(mean + Stdev) 124.06 + 12.62 107.38 + 29.17 1.353 19.3

2. UMK 109.33 + 11.83 93.28 + 27.00 1.483 15.5

3. PE 14.729 + 1.791 14.092 + 2.586 0.577 57.1

4. PK 4.0157 + 0.477 3.8500 + 0.981 0.417 68.1

5. LK 2.5300 + 0.398 2.2931 + 0.669 0.852 40.5

6. DTB 2.9680 + 0.255 2.4527 + 0.843 1.317 20.9

7. DPE 1.3560 + 0.175 1.1364 + 0.264 1.68 11.5

8. JMH 0.7000 + 0.044 0.5827 + 0.134 1.879 8.12

9. JMM 1.5680 + 0.141 1.2473 + 0.343 1.983 6.74

10. JMUM 1.2340 + 0.131 0.9818 + 0.286 1.853 8.5

Tabel 5 Perbandingan nilai rata-rata ukuran tubuh ketiga kelompok warna

No.

Ukuran

Bagian Tubuh

Warna

Hitam (n=3)

Kuning (n=13)

Coklat (n=4)

1. PTT (mean + Stdev) 121.93 + 7.44 106.38 + 23.22 128.88 + 36.68

2. UMK 107.53 + 6.83 91.86 + 20.82 115.30 + 34.26

3. PE 14.400 + 0.872 14.523 + 2.541 13.575 + 2.553

4. PK 3.8933 + 0.504 3.8092 + 0.787 4.2400 + 1.227

5. LK 2.3567 + 0.464 2.2938 + 0.560 2.6575 + 0.812

6. DTB 2.7650 + 0.077 2.6118 + 0.847 2.5200 + 0.717

7. DPE 1.2700 + 0.212 1.1982 + 0.272 1.1867 + 0.309

8. JMH 0.6750 + 0.021 0.5991 + 0.134 0.6567 + 0.138

9. JMM 1.4600 + 0.056 1.3145 + 0.357 1.3933 + 0.380

10. JMUM 1.1800 + 0.028 1.0173 + 0.283 1.1400 + 0.346

Page 40: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

PEMBAHASAN

Taksonomi, Zoogeografi dan Habitat Ular M. ikaheka

Ular M. ikaheka pernah diperkenalkan menjadi dua subjenis yaitu M.

ikaheka fasciatus dan M. ikaheka ikaheka oleh beberapa peneliti sebelumnya.

Pembagian ini didasarkan pada variasi warna sisik dan zoogeografi. Subjenis M.

ikaheka fasciatus diperkenalkan oleh Klemer (1963) diacu dalam O’Shea (1996)

sebagai jenis endemik pulau Aru. Kemudian Loveridge (1948) diacu dalam

O’Shea (1996) mengemukakan bahwa daerah asal M.i. fasciatus selain pulau Aru

juga sampai Aitape (West Sepik) dan Gusiko (Morobe) PNG, sedangkan subjenis

M. ikaheka ikaheka dibatasi pada daerah Irian Jaya (Papua) berdasarkan spesimen

type dari Fak Fak. Karena dilengkapi data yang tidak cukup untuk membedakan

antara kedua subjenis di daratan utama New Guinea, maka ular putih (small-eyed)

yang diacu hingga sekarang adalah M. ikaheka, tidak dengan petunjuk dari salah

satu subjenis (O’Shea 1996). Selanjutnya, Loveridge juga menyebutkan subjenis

yang ketiga yaitu M. ikaheka elapoides dari kepulauan Salomon yang saat ini

diperkenalkan sebagai jenis yang terpisah Loveridgelaps elapoides.

Penyebaran flora dan fauna pada suatu wilayah sangat berhubungan dengan

sejarah geologi wilayah tersebut. Pulau Yapen adalah sebuah pecahan kecil dari

Pegunungan Van Rees pada daratan utama New Guinea (Polhemus dan Allen

2007), yang menyebabkan fauna pada pulau ini bergabung dengan pantai utara

Papua. Penyebaran ular M. ikaheka hingga Pulau Yapen diduga juga mengikuti

pola biogeografi ini.

Zoogeografi ular M. ikaheka juga mencakup Kepulauan Aru (O’Shea 1996).

Kepulauan Aru secara politik adalah bagian wilayah Maluku, tetapi termasuk

biogeografi New Guinea yang pernah dihubungkan oleh daratan (Allison 2007).

Kepulauan Aru merupakan satu-satunya kepulauan daratan yang sesungguhnya di

kawasan ini, terletak kira-kira 125 km dari pesisir Papua (Monk et al. 2000).

Ular M. ikaheka tersebar hingga pulau Waigeo, Batanta dan Salawati

walaupun pada kenyataanya pantai utara Pulau Salawati terpisah dengan Batanta

oleh selat Sagawin. Selat Sagawin dengan jarak kurang lebih lima km, membuat

diskontinyu biogeografik lokal hingga menyebabkan suatu pecahan vicarian bagi

Page 41: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

29

spesies burung cenderawasih (Paradisaea minor dan Cicinnurus magnivicus)

dimana kedua spesies burung ini tidak ada di Waigeo dan Batanta. Namun

demikian, Polhemus dan Allen (2007) menyatakan bahwa selat Sagawin yang

memberikan batas biogeografik bagi burung, merupakan sebuah hipotesa

sementara yang perlu diverifikasi melalui survey lapangan pada masa mendatang.

Semua ular M. ikaheka tersebar pada hutan dataran rendah (22-305 m dpl),

menghuni bagian teresterial hutan serta aktif pada malam hari. Walaupun ular M.

ikaheka juga dapat hidup di sekitar rawa (O’Shea 1996), kondisi seperti di

Pitohui tidak memungkinkan bagi kehidupan ular M. ikaheka.

Ular M. ikaheka yang merupakan jenis ular semi-fossorial tersebar mulai

dari dataran rendah hingga ketinggian 1500 m dpl (O’Shea 1996). Pola

penyebaran ular M. ikaheka di New Guinea adalah melewati garis pantai dan tidak

melalui daerah pegunungan yang tinggi. Pada daerah Minyambouw (1700-2023 m

dpl) ular M. ikaheka tidak ditemukan. Hutan di daerah Minyambouw termasuk

hutan pegunungan menengah Johns (1997), yang mana faktor ketinggian tempat

menyebabkan suhu sangat rendah (190C) dan diduga menyebabkan ular M.

ikaheka tidak dapat hidup pada daerah ini. Sutarno (2005) menemukan

masyarakat suku Hattam di daerah ini memanfaatkan daging dan lemak ular M.

ikaheka untuk makanan tambahan dan obat tradisional, tetapi masyarakat harus

mencari ke daerah yang lebih rendah. Informasi ini turut mendukung tidak

tersebarnya ular M. ikaheka pada wilayah Minyambouw.

Kadal Shpenomorpus simus merupakan salah satu jenis pakan ular M.

ikaheka. Kadal jenis ini adalah teresterial dan sering dijumpai pada lokasi-lokasi

dimana ular M. ikaheka berada. Makanan ular M. ikaheka kurang diketahui, tetapi

katak, kadal dan beberapa mamalia kecil merupakan mangsa utama ular ini

(O’Shea 1996).

Pola Warna

Pola warna pada semua kelompok ular M. ikaheka yang ditelaah, sesuai

dengan pendeskripsian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Rooij (1917) dan

O’Shea (1996), kecuali ular kelompok pertama (warna sisik hitam). Kelompok

pertama merupakan kelompok ular M. ikaheka yang baru ditemukan dalam

penelitian ini, sedangkan M. ikaheka kelompok kedua (warna sisik kuning) adalah

Page 42: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

30

kelompok yang pernah diperkenalkan sebagai subjenis M. ikaheka ikaheka dan

kelompok ketiga (warna sisik coklat) diperkenalkan sebagai subjenis M. ikaheka

fasciatus. Warna sisik pada kelompok ketiga sama dengan kelompok M. ikaheka

(Lampiran 6) yang tersebar di daerah Papua New Guinea (O’Shea 1996; Williams

2006). Pola warna sisik ini adalah ciri utama yang menggambarkan variasi dari

setiap individu ular M. ikaheka. Perbedaan warna ini juga merupakan ciri utama

pembeda antar individu pada setiap tempat.

Populasi ular M. ikaheka di bagian utara PNG memiliki warna yang berbeda

dengan populasi di selatan (O’Shea 1996). Pada lampiran 6 dapat dilihat gambar

ular M. ikaheka dari bagian utara dan selatan PNG. Ular M. ikaheka bagian utara

memiliki warna yang lebih terang dengan pita yang lebih banyak dibanding

bagian selatan. Spesimen utara memiliki warna sisik yang sama dengan spesimen

dari daerah Mamberamo dan Pulau Yapen (pesisir utara Papua), sedangkan

spesimen dari daerah Mindiptana dan Jayawijaya (Kelila dan lembah Baliem)

memiliki warna sisik sama seperti M. ikaheka dari daerah selatan PNG. Pola

warna ini berlanjut hingga ke arah barat Papua dan berangsur-angsur pitanya

mulai memudar. Ular M. ikaheka asal Tanah Merah yang merupakan individu

dengan warna transisi mengindikasikan fenomena tersebut. Selanjutnya semakin

menjauh ke arah dataran Kepala Burung (vogelkop) hingga pulau-pulau di barat

laut Papua, pola pita menjadi hilang total dan membentuk kelompok ular dengan

pola warna yang berbeda. Proses evolusi sedang berlangsung dan diduga bahwa

variasi warna yang ada muncul dari satu populasi menjadi populasi lainnya mulai

dari arah timur ke barat New Guinea. Ketiga warna yang ada merupakan

kelompok warna melanin yang pada dasarnya adalah warna coklat dan kuning,

kemudian diikuti oleh warna hitam, yang oleh Vevers (1982) melanin sebagai

respon terhadap warna gelap (dark colours) dari hewan yang pada prinsipnya

adalah warna hitam dan coklat, tetapi kadang juga warna kuning.

Pola warna sisik M. ikaheka kelompok pertama berbeda sangat ekstrim dari

individu kelompok lainnya. Warna gelap pada kelompok ular ini diduga

dipengaruhi oleh kondisi lokal habitat, seperti dijelaskan oleh Rooij (1917) dan

O’Shea (1996) bahwa variasi pada M. ikaheka adalah variasi lokal. Gibson dan

Fals (1979) diacu dalam Heatwole dan Taylor (1987) menemukan warna melanin

Page 43: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

31

dari seekor ular pada wilayah beriklim sedang, dipelihara oleh suhu tubuh yang

tinggi pada saat terkena radiasi matahari dibanding dengan ular yang lebih terang.

Warna melanin ular M. ikaheka pada kelompok lainnya (warna sisik kuning dan

warna sisik coklat) diduga selain disebabkan faktor genetik juga dipengaruhi oleh

lingkungan. Karena semi fusorial, M. ikaheka ditemukan menghuni mikrohabitat

seperti lubang atau celah tumpukkan batuan, celah banir pohon dan juga dibawah

tumpukan kayu yang gelap. Kondisi ini diduga berpengaruh terhadap perubahan

pigmen warna sisik ular M. ikaheka. Selain nokturnal dan juga merupakan

kelompok hewan ektoterm, M. ikaheka membutuhkan energi panas yang cukup

untuk beraktifitas. Heatwole dan Taylor (1987) menjelaskan sebuah habitat yang

memanas dengan cepat pada siang hari juga cepat dingin pada malam hari dan

kondisi ini juga berlaku pada tubuh reptil, dimana suatu jenis yang mengasorbsi

radiasi energi dengan baik akan cepat hilang panas melalui radiasi balik nokturnal.

Variasi warna sisik pada ular Milksnake (Lampropeltis triangulum) yang

tersebar di utara hingga bagian tengah Amerika, selain memiliki pita-pita merah,

hitam dan putih juga ukuran tubuhnya bervariasi sehingga dikelompokkan dalam

beberapa subspesies (Mattison 2005). Salah satu milksnake mengalami perubahan

warna secara kontinyu dari kecil hingga dewasa menjadi hitam total dan fenomena

ini disebabkan pada daerah beriklim dingin sisik ular menjadi lebih gelap karena

pigmen hitam menyerap panas lebih efisien. Pola pita merah, hitam dan putih

merupakan suatu mimikri terhadap salah satu ular coral berbisa di daerah itu,

dimana pada saat Milksnake kecil mimikri lebih penting dari pada kemampuan

mengabsorbsi panas. Ketika mereka bertumbuh besar, mereka berukuran lebih

besar dari pada ular coral, jadi merubah warna tidak menyebabkan kerugian.

Dalam penelitian ini variasi warna sisik ular M. ikaheka tidak muncul dengan cara

mimikri, sebab selain merupakan ular sangat berbisa, saat penelitian tidak

dijumpai jenis ular berbisa teresterial lainnya yang serupa kecuali ular tidak

berbisa Stegonotus sp. (Colubridae).

Walaupun hanya satu ekor yang ditemukan, ular M. ikaheka asal LNG site

Tanah Merah menunjukkan bahwa ada sebuah transisi warna yang

menghubungkan ular M. ikaheka kelompok kuning dan coklat. Rooij (1917)

menjelaskan bahwa M. ikaheka memiliki warna dorsal hitam dan kuning, kadang

Page 44: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

32

dengan pita-pita melintang yang tidak teratur. Walaupun penelitian ini tidak dapat

menjelaskan secara pasti bagaimana proses munculnya variasi pola warna sisik

ini, tetapi Hildebrand (1974) menjelaskan bahwa warna pada epidermis muncul

melalui pigmen melanin (melanophores) dimana warna tersebut dapat konstant

atau dapat respon terhadap perubahan warna morfologi, sehubungan dengan umur,

musim dan sebagainya.

Variasi pola warna sisik ular M. ikaheka tidak ditentukan oleh jenis kelamin.

Dari 20 ekor ular M. ikaheka yang berhasil diidentifikasi jenis kelaminnya,

sebanyak 7 ekor (35%) berjenis kelamin jantan sedangkan sisanya sebanyak 13

ekor (65%) berjenis kelamin betina. Pengamatan ada tidaknya hemipenis yang

dilakukan pada semua spesimen dewasa M. ikaheka menunjukkan bahwa setiap

kelompok warna memiliki keduanya jenis kelamin jantan dan betina. Kelompok

pertama sebanyak tiga spesimen semuanya berjenis kelamin jantan. Setidaknya

dalam penelitian ini tidak bisa menerangkan dimorfisme seksual karena semua

spesimen pada kelompok pertama adalah jantan. Dalam deskripsi yang dibuat

sebelumnya, juga tidak terdapat pertelaahan mengenai dimorfisme seksual dalam

kaitannya dengan variasi warna sisik. Penentuan jenis kelamin ular M. ikaheka

tidak dapat dilakukan seperti pada beberapa jenis ular dari kelompok Python,

dengan mengacu pada karakteristik spur atau taji (struktur kecil seperti duri pada

sisi kloaka). Barker dan Barker (1994) menjelaskan pada kelompok Python kedua-

duanya jantan dan betina memiliki taji pada daerah sisi sekitar kloaka dan

karakteristik dari taji merupakan ciri pembeda dimorfisme seksual.

Sisik dan Ukuran Tubuh Ular M. ikaheka

Kisaran jumlah sisik ventral (SV) pada Tabel 2 adalah sebanyak 174-190,

sedangkan kisaran jumlah sisik ventral berdasarkan O’Shea (1996) dan Rooij

(1917) adalah 178-223. Data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa beberapa

individu memiliki jumlah sisik ventral minimal jauh lebih sedikit, bila

dibandingkan dengan jumlah yang disebutkan oleh kedua peneliti sebelumnya.

Individu ular M. ikaheka dengan kode spesimen 7802, OB dan 351 memiliki

jumlah SV sebanyak 174, sedangkan 6326 dan 2039 masing-masing memiliki SV

sebanyak 177 dan 176.

Page 45: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

33

Jumlah sisik subcaudal pada spesimen dengan kode OB dan 453 adalah

lebih rendah (34 dan 35) dari batasan yang diberikan oleh O’Shea (1996) dan

Rooij (1917) yakni 37 sisik. Lebih sedikitnya jumlah sisik ini akibat kondisi fisik

ujung ekor yang putus tanpa diketahui penyebabnya.

Data meristik pada Tabel 2 dan 3 menunjukkan bahwa bertambahnya ukuran

tubuh dan umur tidak mengakibatkan terjadinya penambahan jumlah sisik. Hal ini

disebabkan ular secara kontinyu bertumbuh dan secara periodik pada waktu

tertentu akan menggantikan kulitnya. Sisik ular bertumbuh dari lapisan atas (top

layer) atau epidermis kulit dan ular hanya merontokkan sisik dan kulitnya (sekitar

6 kali setahun) pada saat sebuah lapisan baru dari sisik dan kulit tumbuh di bawah

kulit tua (Hildebrand 1974; Taylor dan O’Shea 2004).

Semua kelompok warna ular M. ikaheka memiliki rata-rata ukuran tubuh

yang relatif sama dan kisaran panjang total tubuh (PTT) berada pada kisaran

panjang maksimum (1,0-1,5 meter) berdasarkan O’Shea (1996).

Analisis ukuran bagian tubuh semua kelompok warna menunjukkan tidak

terdapat perbedaan yang nyata (P>5%). Analisis ini juga menunjukkan bahwa

ukuran bagian tubuh antara jenis kelamin tidak berbeda nyata (P>5%). Seperti

dijelaskan oleh Shine (1981) bahwa pada umumnya ular betina memiliki ukuran

UMK atau SVL (snout vent length) lebih panjang dari jantan, tetapi pada beberapa

jenis ular karakter ini tidak ditemukan. Shine (1981) juga menemukan tidak

adanya dimorfisme seksual berdasarkan panjang UMK pada kelompok ular

berbisa (Drysdalia spp) di Australia dan kondisi ini merupakan karakteristik dari

banyak jenis ular elapid. How et al. (1996), juga menemukan tidak terdapat

perbedaan yang signifikan pada panjang UMK antara ular Lycodon aulicus jantan

dan betina.

Page 46: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ular putih (Micropechis ikaheka) tersebar luas di daratan utama Papua

termasuk pulau-pulau sekitarnya hingga Papua New Guinea. Semua ular M.

ikaheka dalam penelitian ini tersebar pada hutan dataran rendah mulai dari

ketinggian 5 - 305 meter di atas permukaan laut. Di hutan pegunungan menengah

sekitar Kawasan Cagar Alam Pegunungan Arfak Manokwari (ketinggian 1700-

2023 m dpl), tidak ditemukan ular M. ikaheka.

Selama penelitian berlangsung ular M. ikaheka teramati hidup dan menghuni

lantai-lantai hutan dengan memanfaatkan berbagai mikrohabitat sebagai tempat

beraktifitas, seperti di dalam gundukan tanah, pada celah batu, dalam batang

pohon palem yang tumbang, di bawah banir dan juga di antara semak. Ular M.

ikaheka juga ditemukan menghuni areal perkebunan kakao, sawit dan kebun

campuran.

Terdapat tiga kelompok variasi warna sisik pada ular M. ikaheka yaitu hitam

keabuan, kuning atau krem dan coklat kekuningan. Kelompok ular M. ikaheka

dengan warna yang bervariasi menempati beberapa tempat yang terpisah dan

menunjukkan adanya daerah penyebaran yang spesifik. Proses evolusi sedang

berlangsung dan diduga bahwa variasi warna yang ada muncul dari satu populasi

menjadi populasi lainnya mulai dari arah timur ke barat New Guinea. Pengamatan

ada tidaknya hemipenis yang dilakukan pada semua spesimen dewasa M. ikaheka

menunjukkan bahwa setiap kelompok warna memiliki kedua jenis kelamin jantan

dan betina sehingga variasi warna tidak menunjukkan adanya dimorfisme seksual.

Individu M. ikaheka dengan kode spesimen 7802, OB, 351, 6326 dan 209

memiliki jumlah sisik ventral jauh lebih sedikit dari jumlah minimal yang

disebutkan oleh peneliti sebelumnya.

Saran

Perlu adanya penelitian lanjutan pada hewan lainnya guna membuktikan

faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi munculnya variasi warna. Selain itu,

Page 47: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

35

disarankan pula penelitian lanjutan untuk menganalisa variasi genetik pada ular

M. ikaheka.

Page 48: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

DAFTAR PUSTAKA Abouheif E, Fairbairn DJ. (1997). A comparative analysis of allometry for sexual

zise dimorphism: assessing rensch’ rule. The American Naturalist 149: 540-562.

Allison A. 2007. Herpetofauna of Papua. Di dalam: Marshall AJ, Beehler BM,

editor. The Ecology of Papua (Part 1). Singapore: Periplus editions. hlm. 564-616.

Barker DG, Barker TT. 1994. Phytons of the World. Volume ke-1, Australia.

California: Advanced Vivarium Systems, Inc. Beehler BM. 2007. Papuan Terrestrial Biogeography, with Special Reference to

Birds. Di dalam: Marshall AJ, Beehler BM, editor. The Ecology of Papua (Part 1). Singapore: Periplus editions. hlm. 196-206.

Farid M, Tjaturadi B. 2005. Peneliti muda mengungkap kekayaan hayati

[editorial]. Jurnal Tropika Indonesia 9 : 42-45. Hikman CP, Roberts LS, Larson A. 2001. Integrated Principles of Zoology.

Volume ke-11. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc. Hildebrand M. 1974. Analysis of Vertebrate Structure. Canada: John Wiley &

Sons, Inc. Heatwole HF, Taylor J. 1987. Ecology of Reptiles. Australia: Surrey & Sons. Pty

Limeted. Johns RJ. 1997. Background Papers for the Study of the Flora and Vegetation of

the N.E. Kepala Burung Irian Jaya, Indonesia. Kew: Royal Botanic Gardens.

Klemer, K. 1963. Liste der rezenten Giftschlangen. In. Die Giftschlangen der

Erde. Marburg an der Lahn.N.G.Elwert Univ. und Verlag Buch. Krey K. 2003. Laporan Penelitian Inventarisasi Herpetofauna (Reptil dan Amfibi)

di Pulau Waigeo Kabupaten Kepulauan Raja Ampat Papua. Universitas Negeri Papua. Manokwari.

Loveridge A. 1948. New Guinean Reptiles and Amphibians in the Museum of

Comparative Zoology and United State National Museum. Bull. Mus. Comp. Zool Harvard 101: 307-430.

Monk AK, De Fretes Y, Lilley GR. (2000). Seri Ekologi Indonesia, Buku V.

Ekologi Nusa Tenggara dan Maluku. Jakarta: Prenhalindo.

Page 49: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

37

Mattison C. 2005. Encyclopedia of Reptiles and Amphibians, an Essential Guide to Reptiles and Amphibians of the World. Singapore: Grange Books Plc.

Muller K. 2005. Keragaman Hayati Tanah Papua. Tim, penerjemah; Wanggai F,

Sumule A, editor. Manokwari: Universitas Negeri Papua. Terjemahan dari : The biodiversity of New Guinea.

O’Shea M. 1996. A Guide to the Snakes of Papua New Guinea. Singapure:

Beaumont Publishing Pte Ltd, 9 Joo Koon Circle. O’Shea M, Halliday T. 2001. Reptiles and Amphibians. London: Dorling

Kindersley Limited. Polhemus DA. 2007. Tectonic Geology of Papua. Di dalam: Marshall AJ, Beehler

BM, editor. The Ecology of Papua (Part 1). Singapore: Periplus editions. hlm 137-164.

Polhemus DA, Allen GR. 2007. Freshwater Biogeography of Papua. Di dalam:

Marshall AJ, Beehler BM, editor. The Ecology of Papua (Part 1). Singapore: Periplus editions. hlm. 207-245.

Primack RB, Supriatna J, Indrawan M, Kramadibrata P. 1998. Biologi Konservasi.

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Rooij ND. 1917. The Reptiles of the Indo-Australian Archipelago. Volume ke-2,

Ophidia. Leiden: E. J. Brill Ltd. Sutarno S. 2005. Laporan Penelitian Pemanfaatan Hewan sebagai Obat

Tradisional dalam kehidupan Suku Hattam di Kampung Mokwam Manokwari. Manokwari: Universitas Negeri Papua.

Shine R. 1981. Venomous snakes in cold climates: ecology of the Australian

genus Drysdalia (serpentes : Elapidae). American Society of Ichthyologists and Herpetologists 14-25.

How RA, Schmitt LH, Suyanto A. 1996. Geographical variation in the

morphology of four snake species from the Lesser Sunda Islands, eastern Indonesia. Biological Journal of the Linnean Society 59:439-456.

Schenk G. 1995. The Book of Poisons. New York: Rinehort & Company, Inc. Sutherland JW. 2000. The Conservation Handbook Research, Management and

Policy. USA: Blackwell Science Ltd. Taylor B, O’Shea M. 2004. The Great Big Book of Snakes & Reptiles. London:

Anness Publishing Ltd Hermes House, 88-89 Blackfriars Road.

Page 50: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

38

Venables WN, Ripley BD. 1999. Modern Applied Statistics with S-Plus. Volume ke-3. New York: Springer-Verlag New York, Inc.

Vevers G. 1982. The Colours of Animals. Studies in Biology no. 146. London:

Edward Arnold (Publishers) Limited. Whitten T, Soeriaatmadja RE, Afiff SA. 1999. Ekologi Jawa dan Bali. Jakarta:

Prenhallindo. Whiters PC, O’Shea JE. 1993. Morphology and physiology of the squamata. Di

dalam : Glasby CG, Ross GJB, Beesley PL, editor. Fauna of Australia Series. Australian Government Publishing Service. hlm 1-53.

Williams D. 2006. Species Profile: New Guinean small-eyed snake (Micropechis

ikaheka). Australian Venom Research Unit PNG Snakebite Project. [terhubung berkala]. http://www.aussiereptilekeeper.com/Internet%20data/ Ikaheka. html. [9 Desember 2006]

Page 51: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

LAMPIRAN

Page 52: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

40

Lampiran 1 Karakterisik umum sisik ular (O’Shea 1996)

Page 53: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

41

Lampiran 2 Bagian tubuh ular M. ikaheka yang diukur

(a) Ukuran panjang: UMK= ujung mulut kloaka; PE = panjang ekor

(b) Ukuran kepala : PK=panjang kepala; LK=lebar kepala; JMH=jarak mata mata; JMUM=jarak mata ujung mulut; JMH=jarak mata hidung

UMK PE

LK PK

JMM

JMUM

JMH

Page 54: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

42

Lampiran 3 Pola dan jumlah sisik ular M. ikaheka

(a) Sisik kepala

(b) Sisik ekor

1 2 3 4 5 6

3

6

45

1 2

Pre okular

Post okular

subcauda

keping anal

sisik ventral

Page 55: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

43

Lampiran 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan data Rooij (1917)

Mimika

Kep. Aru

S. Lorentz

Fak Fak

P. Batanta Sorong Manokwari P. Numfor

P. Yapen

Kep. Tanimbar

Kep. Kei

Seram

P. Misol

P. Biak

P. Waigeo

Asmat

Page 56: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

44

Lampiran 5 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua New Guinea (O’Shea 1996)

Karkar Is

Page 57: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

45

Lampiran 6 Spesimen ular M. ikaheka asal Papua New Guinea (O’Shea1996;

Williams 2006)

a. Spesimen dari Pulau Karkar Provinsi Madang, bagian Utara PNG

b. Spesimen dari Popondetta, Provinsi Oro, bagian Selatan PNG.

Page 58: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

46

Lampiran 7 Spesimen ular M. ikaheka (kelompok coklat) asal Papua

a. Spesimen dari Warironi (Pulau Yapen) b. Spesimen dari Noau (Waropen)

c. Spesimen dari Lembah Baliem d. Spesimen dari Mindiptana (Ingembit)

Page 59: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

47

Lampiran 8 Data ukuran tubuh ular M. ikaheka berdasarkan jenis kelamin (sex), lokasi dan kelompok warna

Lokasi Pengamatan Kelompok Warna Sex

Ukuran Tubuh UMK PE PTT PK LK DTB DPE JMH JMM JMUM

Pulau Salawati Sungai Webya Kuning E 119 16,4 135,4 4,6 2,89 3,19 1,6 0,73 1,76 1,32 S. Webya Kuning C 74,5 11,7 86,2 3,63 2,08 2,14 1,01 0,54 1,2 0,9 S. Webya Kuning C 83,5 12,1 95,6 3,11 1,96 * * * * * S. Webya Kuning E 87,9 13,1 101 3,4 2,19 * * * * *

Pulau Waigeo Waifoi Hitam E 106 15 121 4,09 2,62 2,82 1,12 0,69 1,42 1,2 Waifoi Kuning Juv. 26,6 4 30,6 * * * * * * * S. Mamdifu Kuning Juv. 32,7 6,3 39 1,6 0,9 * * * * * S. Bayon Kuning Juv. 31,8 4,9 36,7 1,38 0,85 * * * * *

Pulau Batanta S. Yakut Kuning Juv. 29,2 5,7 34,9 * * * * * * * S. Yakut Hitam E 115 14,8 129,8 4,27 2,63 2,71 1,42 0,66 1,5 1,16 S. Yakut Hitam E 101,6 13,4 115 3,32 1,82 * * * * *

Pulau Yapen Warironi Coklat Juv. 27,1 3,8 30,9 * * * * * * * Manokwari Andai Kuning C 69 12,5 81,5 3,32 1,69 1,86 0,94 0,46 0,91 0,7

Prafi Kuning C 78,7 13,2 91,9 3,53 1,78 1,61 1,02 0,5 1,01 0,74 Nuni Kuning C 101 15,5 116,5 3,91 2,29 2,63 1,13 0,57 1,24 1,01 Gunugn meja Kuning C 75 13 88 3,35 1,95 2,13 1,09 0,45 1,05 0,79 Gunung meja Kuning C 74 13,5 87,5 2,85 1,89 2,55 1,16 0,48 0,93 0,84 Gunung meja Kuning C 131 20,2 151,2 5,27 3,45 4,19 1,65 0,73 1,83 1,47 Oransbari Kuning C 75 13,3 88,3 3,1 1,82 1,75 0,82 0,6 1,2 0,87 Manokwari Kuning Juv. 53,8 8,2 62 1,95 0,95 1,02 0,56 0,3 0,66 0,59 Saukorem Kuning Juv. 46 7 53 * * * * * * * Saukorem Kuning Juv. 47 8 55 * * * * * * *

Page 60: DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR … · 3 Peta lokasi penelitian..... 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik…. 5 Penyebaran ular M. ikaheka

48 Tanah Merah LNG site Transisi E 113,6 17,6 131,2 4,3 2,95 2,83 1,29 0,66 1,49 1,08 * Irian (Papua) Kuning * 102,5 12 114,5 3,45 1,75 1,74 1,19 0,49 1,21 0,93 * Irian (Papua) Kuning * 92,2 11,5 103,7 3,13 1,84 2,1 0,94 0,59 1,28 1,01 Sorong Jamursbamedi Kuning C 112 16,7 128,7 5,15 2,88 3,85 1,47 0,87 1,84 1,47 Mamberamo Marina Valen Coklat C 138 15,7 153,7 5,52 3,4 * * * * * Bouvendigul Ingembit Coklat Juv. 21,3 4,2 25,5 * * * * * * * Waropen atas Noau Coklat C 136 15,5 151,5 4,7 3,08 2,4 1,38 0,71 1,55 1,26 Jaya Wijaya Kelila Coklat E 122,2 12,8 135 4,13 2,61 3,29 1,35 0,76 1,67 1,41 Lembah Baliem Coklat C 65 10,3 75,3 2,61 1,54 1,87 0,83 0,5 0,96 0,75 Keterangan : * : Tidak diketahui Juv. : Juvenil UMK : panjang ujung mulut hingga kloaka DTM : diameter tengah badan PE : panjang ekor DPE : diameter pangkal ekor PTT : panjang total tubuh JMH : jarak mata hidung PK : panjang kepala JMM : jarak mata ke mata; LK : lebar kepala JMUM : jarak mata ujung mu lut.