8/18/2019 dad-S.541102027
1/158
i
STUDI ANALISIS PROFESIONALITAS DOSEN
DI STIKES MUHAMMADIYAH SAMARINDA
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan
Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
Oleh:
Faried Rahman Hidayat NIM. S541102027
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA
2013
8/18/2019 dad-S.541102027
2/158
8/18/2019 dad-S.541102027
3/158
8/18/2019 dad-S.541102027
4/158
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa :
1. Tesis yang berjudul : “STUDI ANALISIS PROFESIONALITAS DOSEN
DI STIKES MUHAMMADIYAH SAMARINDA” ini adalah karya
penelitian saya sendiri dan bebas dari plagiat, serta tidak terdapat karya
ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar
akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuandalam naska ini dan disebutkan dalam sumber acuhan serta daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan perudang-undangan
(Permendiknas No. 17, tahun 2010).
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah
lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs-
UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu
semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan
publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Magister
Kedokteran Keluarga PPs UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal
ilmiah yang diterbitkan Prodi Magister Kedokteran Keluarga PPs-UNS.
Apabila saya melakukan pelanggaran dari Ketentuan publikasi ini, maka saya
bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta, Januari 2013
Materai Rp 6000
Faried Rahman Hidayat
S541102027
8/18/2019 dad-S.541102027
5/158
v
“ALLAH SWT tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya”
(QS: Al-Baqarah ayat 286)
“Maka sesungguhnya bersama kesukaran ada kemudahan”
(QS: Al-Insyirah ayat 5)
“Hidup penuh tantangan
Hidup harus terus berjalan
Hadapilah tantangan hidup
Dan jangan pernah menyesal”
“Semua jalan pasti ada hikmahnya
Hikmah tersebut kita ambilDengan hikmah tersebut kita melangkah ke depan yang lebih cerah
Kegagalan ataupun keberhasilan juga merupakan suatu hikmah
Jangan takut gagal”
(Penulis, 2003)
Tesis Ini Kupersembahkan UntukIbunda, Ayahanda Serta Kakakku Tercinta
Begitu Besar Dukungan, Cinta Dan Kasih SayangnyaSehingga Takkan Terbalaskan Sampai Ajal Menghampiri
Tidak Lupa Untuk Istri dan Calon AnakkuYang Setia Dan Sabar Menunggu
Terselesainya Pendidikan Ku
8/18/2019 dad-S.541102027
6/158
vi
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan ke hadirat ALLAH SWT, karena
atas rahmat dan karunia-Nya jualah peneliti dapat menyelesaikan tesis ini tepat
pada waktunya. Tesis mengenai Studi Analisis Profesionalitas Dosen di STIKES
Muhammadiyah Samarinda tidak semudah yang peneliti bayangkan. Hal ini
karena keterbatasan pengetahuan peneliti dan kurangnya pengalaman dalam
penelitian kualitatif. Namun berkat dukungan dan bantuan dari semua pihak,
semua hambatan dapat teratasi dan tesis ini dapat diselesaikan sebagaian syarat
untuk menempuh ujian akhir Program Studi Megister Kedokteran Keluarga Minat
Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Atas segala bimbingan dan bantuan yang diberikan dari berbagai pihak
tersebut, maka peneliti mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, Drs, MS. selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Prof. Dr. Ahmad Yunus, Ir, MS. selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Dr. Hari Wujoso, dr, Sp.F, MM selaku Ketua Program Studi Megister
Kedokteran Keluarga.
4. Ari Natalia Probandiri, dr, MPH, PhD selaku Sekretaris Program Studi
Magister Kedokteran Keluaraga.
5. Prof. Dr. Ambar Mugdigdo, dr, Sp.PA(K) selaku pembimbing I yang
memberikan bimbingan dan bantuan serta cara tesis yang baik.
8/18/2019 dad-S.541102027
7/158
vii
6. Prof. Dr. Sri Yutmini, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing II yang telah
banyak memberikan bimbingan,petunjuk maupun saran kepada peneliti.
7. Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr, MM, M.Kes, PAK selaku mantan Ketua
Program Studi Megister Kedokteran Keluarga yang telah menerima kami
sebagai mahasiswa pada minat utama Pendidikan Profesi Kesehatan.
8. Seluruh staf pengajar dan administratif Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberikan bantuan kepada
peneliti.
9. Ketua, Dosen dan seluruh Staf Stikes Muhammadiyah Samarinda yang
telah memberikan dukungan administrasi dan proses pengambilan data
demi kelancaran tesis yang sangat membantu peneliti dalam
menyelesaikan tesis.
10. Ayahanda Ir Muhazir, Ibunda Ida Era Salam BA dan kakak saya dr Fouzy
Hanifa Hijriah yang telah memberikan yang terbaik bagi kami baik moril,
materil dan spiritual yang tiada henti–hentinya serta kasih sayangnya yang
tak terhingga. Kami tidak dapat membalas semua itu yang terlalu besar,
maafkan segala kesalahan, baik yang kami sengaja maupun tidak.
11. Kepada istri ku Rini tersayang yang telah sabar menunggu kami dalam
menyelesaikan pendidikan dan dengan tulus memberikan dorongan moril
kepada kami.
12. Kepada semua rekan-rekanku PdPK Paraler 2 dan 3 2011 yang telah
memberikan bantuan dan dorongan semangat untuk penyelesaian tesis ini.
8/18/2019 dad-S.541102027
8/158
viii
13. Kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu yang
telah banyak memberikan bantuan baik material maupun spiritual demi
perampungan tesis ini.
Akhirnya peneliti menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna,
karenanya peneliti mengharapkan dengan senang hati menerima kritik maupun
saran yang sifatnya membangun yang diharapkan akan menyempurnakan tesis ini.
Namun demikian, semoga hasil-hasil yang dituangkan lewat tesis ini bermanfaat
bagi siapa saja yang memerlukannya.
Surakarta, Januari 2013
Peneliti
8/18/2019 dad-S.541102027
9/158
Daftar Isi
Halaman
JUDUL ..................................................................................................... i
PENGESAHAN PEMBIMBINGAN ........................................................ ii
PENGESAHAN TESIS.............................................................................. iii
PERNYATAAN ......................................................................................... iv
LEMBAR PERUNTUKAN ....................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................ vi
DAFTAR ISI .............................................................................................. ixDAFTAR TABEL ...................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv
ABSTRAK .................................................................................................. xv
ABSTRACT ................................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ................................................................... 3
C. Rumusan Masalah ................................................................ 3
D. Tujuan Penelitian .................................................................. 3
E. Manfaat Penelitian ................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori .......................................................................... 4
1. Profesionalitas Dosen ...................................................... 4
2. Proses Belajar Mengajar .................................................. 12
3. Standar Proses Pembelajaran ........................................... 26
B. Penelitian yang Relevan ....................................................... 40
C. Kerangka Berpikir ................................................................ 43
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 47
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................. 47
C. Sumber Data ......................................................................... 47
8/18/2019 dad-S.541102027
10/158
1. Informan .......................................................................... 47
2. Observasi ......................................................................... 48
3. Dokumen.......................................................................... 48
D. Teknik Sampling .................................................................. 48
E. Teknik Pengumpul Data ....................................................... 48
1. Observasi lapangan .......................................................... 48
2. Wawancara mendalam ..................................................... 48
3. Analisa dokumen ............................................................. 48
F. Validitas dan Reliabilitas ...................................................... 491. Triangulasi data ............................................................... 49
2. Bahan referensi ................................................................ 50
3. Member check ................................................................. 50
G. Analisa Data ......................................................................... 50
1. Pengumpulan data............................................................ 51
2. Reduksi data..................................................................... 51
3. Penyajian data .................................................................. 51
4. Kesimpulan ...................................................................... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................. 53
1. Sejarah Stikes Muhammadiyah Samarinda ..................... 53
2. Letak geografis Stikes Muhammadiyah Samarinda ........ 55
3. Kondisi dosen dan mahasiswa ......................................... 56
4. Struktur Organisasi .......................................................... 58
5. Visi, Misi dan Motto ........................................................ 59
B. Hasil Penelitian ..................................................................... 60
1. Kompetensi profesional dosen dalam proses belajar
mengajar ........................................................................... 60
2. Dosen memenuhi standar proses pembelajaran ............... 76
3. Kendala yang dihadapi oleh dosen dan cara mengatasi
sebagai tenaga pengajar profesional di Stikes
Muhammadiyah Samarinda ............................................. 100
8/18/2019 dad-S.541102027
11/158
C. Pembahasan Penelitian ......................................................... 112
1. Kompetensi profesional dosen dalam proses belajar
mengajar .......................................................................... 112
2. Dosen memenuhi standar proses pembelajaran ............... 122
3. Kendala yang dihadapi oleh dosen dan cara mengatasi
sebagai tenaga pengajar profesional di Stikes
Muhammadiyah Samarinda ............................................. 126
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 1301. Kompetensi profesional dosen dalam proses belajar
mengajar .......................................................................... 130
2. Dosen memenuhi standar proses pembelajaran ............... 131
3. Kendala yang dihadapi oleh dosen dan cara mengatasi
sebagai tenaga pengajar profesional di Stikes
Muhammadiyah Samarinda ............................................. 131
B. Implikasi ............................................................................... 134
C. Saran ..................................................................................... 135
1. Bagi institusi perguruan tinggi ........................................ 135
2. Bagi dosen ....................................................................... 135
3. Bagi peneliti ..................................................................... 136
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 138
Lapiran-lampiran
8/18/2019 dad-S.541102027
12/158
xv
Faried Rahman Hidayat. S541102027. 2012: Studi Analisis Profesionalitas
Dosen Di Stikes Muhammadiyah Samarinda. TESIS. Pembimbing I: Prof. Dr.Ambar Mudigdo, dr. Sp. PA(K). Pembimbing II: Prof. Dr. Sri Yutmini, S.Pd,
M.Pd. Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan
Profesi Kesehatan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
ABSTRAK
Bagi seorang dosen keberhasilan dalam proses belajar mengajar akan
dapat meningkatkan kepusaan, rasa percaya diri, serta semangat belajar yang
tinggi. Hal ini berarti telah menunjukkan sikap dosen profesional yang dibutuhkan
pada era globalisasi dengan berbagai kemajuannya, khususnya kemajuan ilmu dan
tehnologi yang berpengaruh terhadap pendidikan (Usman.2010: 5).Tujuan penelitian adalah menganalisa bagaimana kompetensi profesional
dosen dalam proses belajar mengajar, menganalisa bagaimana para dosen
memenuhi standar proses pembelajaran dan menganalisa kendala apa yang
dihadapi oleh para dosen dan bagaimana mengatasinya sebagai tenaga pengajar
profesional di Stikes Muhammadiyah Samarinda.
Bentuk penelitian yang sesuai dengan fokus masalah menggunakan
metode penelitian kualitatif deskriptif dengan strategi studi kasus terpancang
tunggal. Tehnik pengumpulan data wawancara, observasi dan analisa dokumen.
Keabsahan data dengan triangulasi (sumber, metode, teori, dan penelitian). Tehnik
analisis data mulai dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan
kesimpulan yang saling berinteraksi.
Hasil dan kesimpulan penelitian pada kompetensi profesional dosen dalam proses belajar mengajar telah sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang
guru dan dosen No. 14 Tahun 2005 pasal 7 tentang profesi guru dan dosen
merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan beberapa
prinsip kemudian dosen telah memenuhi standar proses pembelajaran di Stikes
Muhammadiyah Samarinda sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
No. 41 Tahun 2007 tentang standar proses dalam pelaksanaan pembelajaran
sedangkan kendala dalam melaksanakan kompetensi dosen dalam belajar
mengajar dan dosen memenuhi standar proses pembelajaran di Stikes
Muhammadiyah Samarinda antara lain jumlah kelas, kelengkapan laboratorium,
pengadaan literatur baru, dan kurikulum baru yang memerlukan pemahaman baru
tentang kurikulum tersebut. Cara mengatasinya dengan mendayagunakan ruangyang ada seperti ruang rapat dan laboratorium, sering mengikuti pelatihan,
mengusulkan pada pimpinan untuk penambahan literatur, alat dan bahan
laboratorium.
Kata kunci: Profesionalitas, Dosen, Stikes Muhammadiyah Samarinda
8/18/2019 dad-S.541102027
13/158
xvi
Faried Rahman Hidayat. S41102027. 2012: An Analytical Study on the Lecturer
Professionalism in Stikes Muhammadiyah Samarinda. THESIS. First consultant:Prof. Dr. Ambar Mudigdo, dr. Sp. PA(K). Second Consultant: Prof. Dr. Sri
Jutmini, S.Pd, M.Pd. Family Medical Magister Study Program of Health
Profession Education Main Interest of Postgraduate Program of Surakarta Sebelas
Maret University.
ABSTRACT
For a lecturer, the success of teaching-learning process would be able to
improve satisfaction, self-confidence, as well as high spirit. It means that the
lecturer’s professional attitude was needed in globalization age with various
progresses, particularly in the term of science and technology progresses thataffected education (Usman. 2010: 5).
The objective of research were to analyze how the professional
competency was in the teaching learning process, to analyze how the lecturers
fulfilled the standard learning process and to analyze the obstacles the lecturer
faced and how to solve them as the professional faculties in Stikes
Muhammadiyah Samarinda.
The form of research was corresponding to the focus of problem by using
descriptive qualitative research methods with a strategy case study single rooted.
Techniques of data collection interview, observation and document analysis. The
validity of the data by triangulation (sources, methods, theories, and research).
Technique of analyzing data was started from data collection, data reduction, data
display and conclusion, all of which were interacted each other.The results and conclusions of research on the professional competence of
teachers in the teaching-learning process in accordance with the provisions in the
Act of teachers and lecturers number 14 year 2005 article 7 of the profession of
teachers and lecturers are specific areas of work undertaken by several principles
then teachers has fulfilled learning standards in Stikes Muhammadiyah Samarinda
accordance with the Regulation of the Minister of National Education number 41
year 2007 on a standard process in the implementation of learning while the
obstacles in implementing teachers competency in teaching-learning and
standards lecturer at Stikes Muhammadiyah Samarinda include number of
classrooms, completeness laboratory, procurement of new literature and a new
curriculum requires a new understanding. How to cope with utilizing the existingspace such as meeting room and laboratory, often through the course, proposes to
the head to addition of the literature, equipment and materials laboratories.
Keywords: Professionalism, Lecturer, Stikes Muhammadiyah Samarinda
8/18/2019 dad-S.541102027
14/158
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Era globalisasi merupakan tantangan tersendiri bagi Perguruan Tinggi
dalam menyiapkan lulusannya agar mampu berkompetisi dalam memperebutkan
pasar kerja dan menghasilkan lulusan yang inovatif dan kreatif. Secara
internasional, mulai tahun 2003 AFTA ( Asean Free Trade Area) dan AFLA
( Asean Free Labour Area) akan dimulai. Hal ini berarti persaingan tenaga kerja
akan terbuka, konsekuensinya tenaga kerja kita harus mampu bersaing secara
terbuka dengan tenaga kerja asing dari berbagai negara. Jika tidak, maka tenaga
kerja Indonesia akan tersisihkan oleh tenaga kerja asing dari Malaysia, Philipina,
Bangladesh, India, dan sebagainya (Prasetyaningrum.2009: 8).
Perguruan tinggi merupakan lembaga utama dalam mencapai tujuan
program pendidikan. Dalam kenyataan keberhasilan pada tingkat ini justru yang
menentukan keberhasilan pelaksanaan Program Pendidikan Nasional, oleh karena
itu pemberdayaan perguruan tinggi sebagai unit pendidikan yang secara langsung
mengelola peserta didik, diharapkan akan lebih meningkat efisiensi dan
efektifitasnya dalam program pembangunan pendidikan dimasa datang
(Haryadi.2008: 2).
Bagi seorang dosen keberhasilan dalam proses belajar mengajar akan
dapat meningkatkan kepusaan, rasa percaya diri, serta semangat belajar yang
tinggi. Hal ini berarti telah menunjukkan sikap dosen profesional yang dibutuhkan
pada era globalisasi dengan berbagai kemajuannya, khususnya kemajuan ilmu dan
tehnologi yang berpengaruh terhadap pendidikan (Usman.2010: 5).
Mengantisipasi hal tersebut Stikes Muhammadiyah Samarinda baru berdiri
pada tahun 2009: SK MENDIKNAS RI No: 143/D/O/2009. Merupakan salah satu
dari perguruan tinggi swasta di indonesia dan juga merupakan salah satu diantara
ratusan Perguruan Tinggi Muhammadiyah di indonesia dibawah naungan di
bawah Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan (majelis
DIKTILITBANG) Pimpinan Pusat Muhammadiyah (Stikes Muhammadiyah
8/18/2019 dad-S.541102027
15/158
2
Samarinda.2011). Berupaya meningkatkan mutu proses belajar mengajar dari segi
kuantitas (jumlah) dan kualitas (kemampuan) dosen.
Kuantitas (jumlah) dosen tetap Stikes Muhammadiyah Samarinda sesuai
dengan hasil survey november 2011 didapatkan jumlah dosen tetap sebanyak 42
orang dengan latar belakang pendidikan DIII adalah 1 dosen, S1 adalah 32 dosen
dan S2 adalah 9 dosen. Terdapat 14 dosen yang masa kerjanya kurang dari 3
tahun dan 28 dosen yang masa kerjanya diatas 3 tahun.
Kualitas (kemampuan) dosen di Stikes Muhammadiyah Samarinda
memberi kesempatan pada para dosen untuk meningkatkan jenjang pendidikan
melalui ijin belajar maupun tugas belajar. Dari data didapat bahwa pada tahun
2011 terdapat 1 dosen yang sedang menjalani jenjang pendidikan S1, 6 dosen
sedang menjalani jenjang pendidikan S2, dan 1 dosen sedang menjalani jenjang
pendidikan S3. Selain itu dosen Stikes Muhammadiyah Samarinda juga diberi
kesempatan untuk mengikuti pelatihan guna meningkatkan kemampuan dalam
proses pembelajaran misal pekerti dan AA.
Data diatas menunjukan bahwa dosen dengan latar belakang pendidikan
DIII mengajar pada tingkat DIII dan latar belakang pendidikan S1 mengajar pada
tingkat S1. Bertentangan dengan keputusan DIKTI bahwa tenaga pendidik
haruslah diatas tingkatan peserta didik. Sejalan dengan Pelaksanaan
AKREDITASI oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT),
syarat tersebut merupakan suatu keharusan yang ditetapkan oleh BAN-PT
mengenai kompetensi seorang dosen. AKREDITASI oleh BAN-PT untuk Stikes
Muhammadiyah Samarinda rencananya akan dilaksanakan pada tahun 2012.
Berdasarkan pengalaman dilingkungan akademik yang dirasakan tentang
proses belajar mengajar dan berdasarken latar belakang diatas, peneliti tertarik
untuk mengetahui lebih mendalam tentang profesionalitas dosen di Stikes
Muhammadiyah Samarinda.
8/18/2019 dad-S.541102027
16/158
3
B.
Fokus Penelitian
Pada penelitian ini situasi sosial adalah profesionalitas dosen dalam
melaksanakan proses belajar mengajar di Stikes Muhammadiyah Samarinda.
Fokus penelitian diarahkan pada:
1. Kompetensi dosen dalam proses belajar mengajar.
2. Faktor yang mempengaruhi profesionalitas dosen dalam proses belajar
mengajar.
C.
Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian yang ditetapkan tersebut maka masalah
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana kompetensi profesional dosen dalam proses belajar mengajar?
2. Bagaimana para dosen memenuhi standar proses pembelajaran?
3. Kendala apa yang dihadapi oleh para dosen dan bagaimana mengatasi sebagai
tenaga pengajar profesional di St ikes Muhammadiyah Samarinda?
D.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Menganalisa bagaimana kompetensi profesional dosen dalam proses belajar
mengajar.
2. Menganalisa bagaimana para dosen memenuhi standar proses pembelajaran.
3. Menganalisa kendala apa yang dihadapi oleh para dosen dan bagaimana
mengatasinya sebagai tenaga pengajar profesional di Stikes Muhammadiyah
Samarinda.
E.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Diharapkan dapat memberikan masukan kepada institusi pendidikan Stikes
Muhammadiyah Samarinda sebagai masukan yang berguna untuk
meningkatkan kualitas pendidikan.
2. Manfaat Teoritis
Menambah bukti dan mendukung teori tentang profesionalitas dosen.
8/18/2019 dad-S.541102027
17/158
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kajian Teori
Dalam bab ini akan diuraikan konsep teori yang berkaitan dengan masalah
yang akan diteliti, terutama yang berhubungan dengan objek penelitian dan segala
sesuatu yang mendasarinya.
1. Profesionalitas dosen
Dosen mempunyai tanggung jawab tidak hanya menjadi pendidik tetapi juga
sebagai peneliti yang memperdalam, memperluas, dan mengembangkan IPTEK
dan seni. Kompetensi yang dibutuhkan bagi dosen bukan sekedar menguasai
IPTEK dan seni yang sudah mapan, melainkan juga menemukan IPTEK dan seni
baru melalui penelitian, serta melaksanakan pengabdian kepada masyarakat.
Kompetensi yang dikembangkan adalah kemampuan menguasai struktur dan
metode keilmuan sampai pada tahap mutahir, melaksanakan penelitian dasar dan
terapan, serta melaksanakan pengabdian kepada masyarakat dalam konteks
keilmuan. selain itu juga dosen mempunyai tanggung jawab untuk
mengembangkan potensi peserta didik usia dewasa melalui program akademik,
vokasi atau profesi, serta terikat oleh etika sivitas akademika. Dosen disiapkan di
perguruan tinggi pada jenjang pendidikan Magister dan atau Doktor (Danim.2010:
66-67).
a. Pengertian profesionalitas dosen
Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen
menyatakan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar
mutu tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (Kunandar.2010: 45).
Guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian
tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun
metode. Selain itu, juga menunjukan melalui tanggung jawabnya dalam
melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru yang profesional hendaknya
8/18/2019 dad-S.541102027
18/158
5
mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada
peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara dan agamanya
(Surya.2005 dalam Kunandar.2010: 46).
Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni melalui penelitian dan pengabdian
masyarakat (Peraturan Pemerintah.2009). Dosen profesional adalah orang
yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan atau
pendidikan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai dosen
dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain seorang dosen yang
profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta
memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya (Usman.2011: 15).
Dosen profesional dituntut memiliki kode etik, yaitu norma tertentu
sebagai pegangan yang diakui serta dihargai oleh masyarakat. kode etik
merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku yang dijunjung tinggi
oleh setiap anggotanya. Dosen memiliki otonomi khusus, dapat mengatur diri
sendiri, memiliki sikap mandiri dalam melaksanakan tugas. Dosen membuat
keputusan dan dapat mempertanggung jawabkan keputusan tersebut (Alma
dkk.2009: 132).
Istilah profesi, memang selalu menyangkut pekerjaan, tetapi tidak semua
pekerjaan dapat disebut profesi. Untuk mencegah kesimpang siuran tentang
arti profesi dan hal-hal yang bersangkutan dengan profesi, berikut ini
dikemukakan beberapa istilah profesi menurut Surya. H. M. (1999: 45)
sebagai berikut:
“Profesional” menunjukkan kepada dua hal. (1) orang yang menyandang
suatu profesi, misalnya sebutan dia seorang “profesional”. (2) penampilan
seseorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.
“Profesionalisme” menunjukan komitmen para anggota suatu profesi
untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus
mengembangkan strategi yang digunakan dalam melakukan pekerjaan yang
sesuai dengan profesinya.
8/18/2019 dad-S.541102027
19/158
6
“Profesionalitas” adalah suatu sebutan terhadap kualitas sikap para
anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan
keahlian yang mereka miliki untuk dapat melakukan tugasnya. Dengan
demikian sebutan profesionalitas lebih menggabarkan suatu keadaan derajat
keprofesionalan seseorang dilihat dari sikap, pengetahuan, dan keahlian yang
diperlukan untuk melaksanakan tugasnya.
“Profesionalisasi” menunjukan pada proses peningkatan kualitas
maupun kemampuan para anggota suatu profesi dalam mencapai kriteria yang
standar dalam penampilannya sebagai anggota suatu profesi.
b. Komponen profesionalitas
Ada dua hal yang menjadi dasar profesionalitas yaitu kemampuan atau
kewenangan formal dan keahlian praktik. Profesionalitas bidang pendidikan
memerlukan dipenuhinya syarat pendidikan, keilmuan, tehnologi dan art
sampai mencapai tingkat tertentu secara terintegrasi sehingga memenuhi
standar (Alma.2009: 141).
Guru profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, tanggung jawab
sosial, tanggung jawab intelektual, tangung jawab moral dan tanggung jawab
spiritual. Tanggung jawab pribadi yang mandiri yang mampu memahami
dirinya, mengelola dirinya, mengendalikan dirinya dan menghargai serta
mengembangkan dirinya. Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui
kompetesi guru dalam memahami dirinya sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan interaktif yang
efektif. Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui penugasan berbagai
perangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang
tugasnya. Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui
penampilan guru sebagai makhluk beragama yang perilakunya senantiasa
tidak menyimpang dari norma agama dan moral (Surya.2005 dalam
Kunandar.2010: 47-48).
Undang-undang guru dan dosen nomor 14 Tahun 2005 Pasal 7
menyatakan: profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus
yang dilaksanakan berdasar prinsip berikut (Kunandar.2010: 54-55):
8/18/2019 dad-S.541102027
20/158
7
1) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme.
2) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan dan akhlak mulia.
3) Memiliki kualifikasi akademi dan latar belakang pendidikan sesuai dengan
bidang tugas.
4) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas
5) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan kerja.
6) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai prestasi kerja.
7) Memiliki kesempatan untuk mengembangakan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.
8) Memiliki jaminan hukum dan melaksanakan tugas keprofesionalan.
9) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal
yang berkaitan dengan tugas keprofesionalannya.
Undang-undang nomor 14 Tahun 2005 pasal 10 ayat 1 tentang guru dan
dosen dan peraturan pemerintah nomor 19 Tahun 2005 pasal 28 ayat 3
tentang standar nasional, mengamanatkan pada guru dan dosen memahami,
menguasai, dan terampil menggunakan sumber belajar baru dan menguasai
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan
kompetensi sosial (Sagala.2011: 30). Kompetensi tersebut dapat dijabarkan
seperti dibawah ini:
1) Kompetensi pedagogik
Kemampuan pedagorgik adalah kemampuan mengelola pembelajaran.
Ini mencakup konsep kesiapan mengajar yang ditukukan oleh penguasa
pengetahuan dan keterampilan mengajar. Mengajar merupakan kegiatan
yang kompleks dan sifatnya multidimensional (Alma.2009: 141)
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan
peserta didik meliputi (Sagala.2011: 32):
a) Pemahaman wawasan guru akan landasan dan filsafat pendidikan.
b) Guru memahami potensi dan keberagaman peserta didik, sehingga
dapat didesain strategi pelayanan pembelajaran sesuai keunikan
masing-masing peserta didik.
8/18/2019 dad-S.541102027
21/158
8
c) Guru mampu mengembangkan kurikulum atau silabus baik dalam
bentuk dokumen maupun implikasi dalam bentuk pengalaman belajar.
d) Guru mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran berdasarkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar.
e) Mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan suasana
dialogis dan interaktif, sehingga pembelajaran menjadi aktif, inovatif,
kreatif dan menyenangkan.
f) Mampu melakukan evaluasi hasil belajar dengan memenuhi prosedur
dan standar yang dipersyaratkan.
g) Mampu mengembangkan bakat dan minat peserta didik melalui
kegiatan intrakurikuler dan ektrakurikuler untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.
Kemampuan pedagogik bagi seorang guru atau pendidik bukan hal
yang sederhana, karena kualitas guru haruslah diatas rata-rata. Kualitas ini
dapat dilihat dari aspek intelektual (Sagala.2011: 32-33) meliputi:
a) Logika pengembangan kognitif mencakup kemampuan intelektual
mengenai lingkungan terdiri atas enam macam yang disusun secara
hierarkis dari yang sederhana sampai yang kompleks. Hierarkis tersebut
meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analysis, sintesis dan
penilaian.
b) Etika sebagai pengembangan afektif mencakup kemampuan emosional
disusun secara hierarkis. Yaitu: kesadaran, partisipasi, penghayatan
nilai, pengorganisasian nilai dan karakterisasi diri.
c) Estetika sebagai pengembangan psikomotor yaitu kemampuan motorik
menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan. Yaitu terdiri dari: gerak
refleks, gerak dasar, kemampuan perseptual, kemampuan jasmani,
gerakan terlatih dan komunikasi nondiskursif.
2) Kompetensi kepribadian
Guru atau pengajar sering dianggap sebagai sosok yang memiliki
kepribadian ideal.oleh karena itu, pribadi guru sering dianggap sebagai
model atau panutan (yang di-gugu dan di-tiru) (sanjaya.2008: 145).
8/18/2019 dad-S.541102027
22/158
9
Kompetensi kepribadian dilihat dari aspek psikologis guru menunjukan
kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian (Sagala.2011: 33-
34) yaitu:
a) Mantap dan stabil yaitu memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai
norma hukun, norma sosial dan etika yang berlaku.
b) Dewasa yang berarti mempunyai kemandirian untuk bertindak sebagai
pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
c) Arif dan bijaksana yaitu tampilannya bermanfaat bagi peserta didik,
sekolah dan masyarakat dengan menunjukan keterbukaan dalam
berfikir dan bertindak.
d) Berwibawa yaitu prilaku guru yang disegani sehingga berpengaruh
positif terhadap peserta didik.
e) Memiliki ahlak mulia dan memiliki prilaku yang dapat diteladani oleh
peserta didik, bertindak sesuai norma religius, jujur, ikhlas dan suka
menolong.
Kompetensi pribadi menurut Usman (2011: 16-17) meliputi:
a) Mengembangkan kepribadian.
(1) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
(2) Berperan dalam masyarakat sebagai warga negara yang berjiwa
Pancasila.
(3) Mengembangkan sifat terpuji yang dipersyaratkan bagi seorang
guru.
b) Berinteraksi dan berkomunikasi.
(1) Berinteraksi dengan sejawat untuk meningkatkan kemampuan
profesional.
(2) Berinteraksi dengan masyarakat untuk menunaikan misi
pendidikan.
c) Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan.
(1) Membimbing siswa untuk memahami kesulitan belajar.
(2) Membimbing murid yang berkelainan dan berbakat khusus.
8/18/2019 dad-S.541102027
23/158
10
d) Melaksanakan Administrasi Sekolah.
(1) Mengenal pengadministrasian kegiatan sekolah.
(2) Melaksanakan kegiatan administrasi sekolah.
e) Melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran.
(1) Mengkaji konsep dasar penelitian ilmiah.
(2) Melaksanakan penelitian sederhana.
3) Kompetensi profesional
Kemampuan profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam, serta metode teknik mengajar
yang sesuai yang dipahami oleh murid, mudah ditangkap, tidak
menimbulkan kesulitan dan keraguan (Alma.2009: 142)
Kompetensi profesional mengacu pada perbuatan ( performance) yang
bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam melaksanakan
tugas kependidikan. Mengenai perangkat kompetensi profesional biasanya
dibedakan profil kompetensi yaitu mengacu kepada berbagai aspek
kompetensi yang dimiliki seseorang tenaga profesional pendidikan dan
spektrum kompetensi yaitu mengacu kepada variasi kualitatif dan
kuantitatif (Sagala.2011: 41). Kemampuan profesional seorang guru harus
meliputi hal berikut (Usman.2011: 17-19):
a) Menguasai landasan pendidikan
(1) Mengenai tujuan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional.
(2) Mengenal fungsi sekolah dan masyarakat
(3) Mengenal prinsip psikologi pendidikan yang dapat di manfaatkan
dalam proses belajar mengajar
b) Menguasai bahan pengajaran
(1) Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan
(2) Menguasai bahan pengayaan
c) Menyusun program pembelajaran
(1) Menetapkan tujuan pembelajaran.
(2) Memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran.
8/18/2019 dad-S.541102027
24/158
11
(3) Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar.
(4) Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai.
(5) Memilih dan memanfaatkan sumber belajar.
d) Melaksanakan program pembelajaran
(1) Menciptakan iklim belajar yang tepat.
(2) Mengatur ruang belajar.
(3) Mengelola interaksi belajar mengajar.
e) Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah di laksananakan
(1) Menilai prestasi mahasiswa untuk kepentingan pengajaran.
(2) Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
4) Kompetensi sosial
Kemampuan sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sekolah dan diluar
lingkungan sekolah. Guru profesional berusaha mengembangkan
komunikasi dengan orang tua siswa, sehingga terjalin komunikasi dua arah
yang berkelanjutan antara sekolah dan orang tua, serta masyarakat pada
umumnya (Alma.2009: 142).
Kompetensi sosial terkait dengan kemampuan guru sebagai makhluk
sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial guru
berprilaku santun, mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan
lingkungan secara efektif dan menarik mempunyai rasa empati terhadap
orang lain. Kemampuan guru berkomunikasi dan berinteraksi secara
efektif dan menarik dengan peserta didik, sesama pendidik dan tenaga
kependidikan, orang tua dan wali peserta didik, masyarakat sekitar sekolah
dan sekitar dimana pendidik itu tinggal, dan dengan pihak yang
berkepentingan dengan sekolah (Sagala.2011: 38).
Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan guru sebagai anggota
masyarakat dan sebagai mahluk sosial, meliputi (sanjaya.2008: 146):
a) Kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman
sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional.
8/18/2019 dad-S.541102027
25/158
12
b) Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungi setiap
lembaga kemasyarakatan.
c) Kemampuan untuk menjalin kerjasama baik secara individual maupun
secara kelompok.
Selain komponen diatas dosen juga harus mampu melaksanakan
penelitian dasar dan terapan guna menunjang penemuan IPTEK dan seni
(Danim.2010: 67). Dalam melakukan penelitian dosen dapat menggunakan
metode kualitatif, kuantitatif dan penelitian dan pengembangan ( Research
and Development atau R&D) yang dapat dilakukan secara langsung oleh
seorang dosen maupun tidak lansung dalam bentuk bimbingan penelitian
kepada mahasiswa.
Dosen juga melaksanakan pengabdian masyarakat dan peyuluhan dalam
konteks bidang keilmuan (Danim.2010: 67). Pengabdian masyarakat dapat
dilakukan secara langsung terjun kemasyarakat maupun tidak langsung yang
berupa bimbingan mahasiswa dalam kegiatan kuliah kerja nyata maupun
daerah binaan.
2. Proses belajar mengajar
Pembelajaran yang sering juga disebut dengan belajar mengajar, sebagai
terjemahan dari istilah “instruction” terdiri dari dua kata, belajar dan mengajar
(teaching and learning) bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan
adanya perubahan pada diri seseorang (Widoyoko.2007: 4). Hal ini sesuai dengan
pendapat Ormrod (2003: 188) mengatakan bahwa belajar adalah perubahan
prilaku yang relatif permanen sebagai akibat pengalaman.
Proses belajar adalah suatu proses psikis yang berlangsung dalam interaksi
aktif manusia dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan dalam
pengetahuan, keretampilan, nilai, sikap yang bersifat konstan atau tetap dengan
adanya suatu ciri khas dari hasil proses belajar, perubahan tersebut tampak dari
belum maupun menjadi mampu (Budiningsih.2008: 10).
Mengajar merupakan penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan
terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen yang sering
8/18/2019 dad-S.541102027
26/158
13
mempengaruhi yaitu tujuan instruksional yang ingin dicapai, materi yang
diajarkan, guru dan murid yang harus bermain peranan serta ada dalam hubungan
sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana dan prasarana belajar
mengajar yang tersedia (Hasibuan.2006: 10). Dapat diringkas sebagai pengelola
proses belajar mengajar, bertingkah laku sebagai fasilitator yang berusaha
menciptakan belajar mengajar yang efektif sehingga memungkinkan proses
belajar mengajar, mengembangkan bahan pembelajaran dengan baik dan
meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai
tujuan pendidikan yang harus mereka capai (Usman.2011: 21).
Peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar meliputi
banyak hal sebagaimana yang dikemukakan oleh Adams and Decey dalam Basic
Principles of Student Teaching, antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin
kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana,
supervisor, motivator dan konselor (Usman.2011: 9).
Pengertian dan penjelasan mengenai proses belajar mengajar secara
singkat telah dijelaskan. Proses belajar mengajar merupakan bagian dari suatu
proses pendidikan yang t idak akan lepas dari interaksi antar individu yang sangat
kompleks sehingga peran psikologi dalam pendidikan juga memegang peranan
penting. Adapun penjelasan mengenai psikologi pendidikan adalah sebagai
berikut:
a. Pengertian psikologi pendidikan
Para pendidik, terutama guru, dosen, widyaiswara, instruktur, pelatih, penatar
dan lain-lain. Sebagai individu membutuhkan pengetahuan tentang psikologi,
tetapi sebagai pendidik mereka membutuhkan pengetahuan tentang psikologi
dalam interaksi pendidikan. Interaksi pendidikan merupakan interaksi yang
sangat kompleks dan unik, berintikan interaksi antar individu, tetapi
berlangsung dalam konteks yang bersifat pedagogis. Banyak segi, aspek,
unsur dan hubungan yang membutuhkan pemahaman secara psikologis, juga
banyak perlakuan, tindakan, layanan yang memerlukan dasar-dasar atau
prinsip-prinsip psikologis, dan banyak masalah yang perlu dianalisis dan
diatasi dengan pendekatan-pendekatan psikologis. Studi atau ilmu yang
8/18/2019 dad-S.541102027
27/158
14
mempelajari penerapan dasar dan prinsip-prinsip, metode, tehnik dan
pendekatan psikologis, untuk memahami dan memecahkan masalah-masalah
dalam pendidikan ini disebut “landasan psikologis dalam pendidikan” yang
secara umum atau lebih populer disebut Psikologis Pendidikan (Sukmadinata.
2009: 28).
b. Tujuan psikologi pendidikan
Guru atau dosen adalah seorang dewasa yang telah mempersiapkan diri dan
menjalankan tugas sebagai pendidik, pembimbing, pengajar dan pelatih siswa
atau mahasiswa. Interaksi pendidikan berlangsung dalam lingkungan tertentu
yaitu lingkungan pendidikan. Ada tiga macam lingkungan pendidikan yaitu
lingkungan rumah, lingkungan sekolah atau kampus dan lingkungan
masyarakat. Ada dua tujuan utama psikologis pendidikan yaitu: (1) agar para
dosen, para pendidik atau calon dosen dan calon pendidik mempunyai
pemahaman yang lebih baik tentang situasi pendidikan; (2) agar para dosen,
para pendidik atau calon dosen dan calon pendidik mampu menyiapkan dan
melaksanakan pengajaran dan bimbingan terhadap siswa, peserta didik
dengan lebih baik (Sukmadinata.2009: 29-30).
c. Ruang lingkup psikologi pendidikan
Ketiga lingkungan pendidikan yaitu lingkungan rumah sebagai lingkungan
pertama, lingkungan sekolah atau kampus sebagai lingkungan kedua dan
lingkungan masyarakat sebagai lingkungan ketiga mempunyai pengaruh
penting terhadap perkembangan siswa atau peserta didik. Pada psikologi
pendidikan yaitu mempelajari tentang situasi pendidikan dengan fokus utama
interaksi pendidikan yaitu interaksi antara pendidik dan peserta didik yang
berlangsung dalam suatu lingkungan. Siswa atau peserta didik menduduki
tempat yang paling utama dalam interaksi ini. Seluruh kegiatan interaksi
pendidikan diciptakan bagi kepentingan siswa atau peserta didik sedangkan
guru atau para pendidik sebagai orang pertama yang terlibat langsung dalam
interaksi pendidikan dengan siswa atau peserta didik. Berbagai bentuk
aktivitas mendidik, mengajar, melatih, dan membimbing yang dilakukan oleh
guru atau para pendidik (Sukmadinata.2009: 31). Interaksi pendidikan dengan
8/18/2019 dad-S.541102027
28/158
15
siswa dan guru dapat diartikan juga dengan interaksi belajar mengajar karena
dilaksanakan dalam lingkungan sekolah.
d. Faktor-faktor psikologis belajar mengajar
Kehadiran faktor-faktor psikologis dalam belajar mengajar akan memberikan
andil yang cukup penting. Faktor-faktor psikologis akan senantiasa
memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya penyampaian tujuan
belajar yang optimal. Pentingnya faktor-faktor psikologis dapat dipandang
sebagai cara berfungsinya pikiran siswa dalam hubungannya dengan
pamahaman bahan pelajaran, sehingga penguasaan terhadap bahan yang
disajikan lebih mudah. Dengan demikian, proses belajar mengajar itu akan
berhasil baik, kalau didukung oleh faktor-faktor psikologis dari si pelajar
menurut Thomas F. Staton menguraikan enam macam faktor psikologis
(Sardiman.2011: 39) antara lain:
1) Motivasi
Menurut Hill (2012) perihal motivasi dapat dijelaskan dalam bentuk
sebagai (1) interpretasi penguatan dan dorongan, (2) sisbernetika dan (3)
teori proses-berlawanan.
a) Pada interpretasi penguatan dan dorongan ada tiga trend antara lain
(Hill W F.2012: 256-257):
(1) Trend yang pertama adalah deskripsi baru mengenai dorongan
adalah salah satu dorongan yang dipuaskan melalui pengalaman
baru. (1) Dorongan yang pertama ini lebih dikenal dengan dengan
berbagai nama seperti dorongan ingin tahu, dorongan eksplorasi,
dorongan manipulasi atau dorongan mencari hal baru sebagai mana
keberadaannya didukung oleh eksperimen Harlow, Butler (1953),
Montgomery, Berlyne 1960, dan Welker (1961). (2) Dorongan jenis
kedua yang orang dipuaskan melalui aktivitas. Aktifitas tidak harus
menghasilkan stimulasi baru. Aktivitas semacam itu terjadi ketika
seekor tikus memasuki jentera (sebuah lingkaran yang bergerak
memutar bebas pada porosnya). Menurut Kagan dan Bekun (1954)
telah membuktikan bahwa kesempatan untuk berlari didalam roda
8/18/2019 dad-S.541102027
29/158
16
seperti itu akan memperkuat penekanan tombol, dan Hill (1956)
menunjukkan bahwa tikus akan lebih banyak lagi berlari di dalam
roda ketika mereka kekurangan aktifitas dalam waktu yang cukup
lama. (3) Dorongan jenis ketiga disebut sebagai kenyamanan kontak
(contact comfort ). Kenyamanan kontak adalah dorongan yang
dipuaskan melalui kontak tertentu secara fisik. Menurut Harlow
(1958) temuan dalam eksperimennya ini menunjukan bahwa
kenyamanan kontak yang diperlihatkan oleh rasa ketertarikan bayi
kera kepada induk buatan dari kain merupakan faktor penting dalam
perkembangan kepribadian, bukan hanya dari segi kelekatan bayi
kepada induknya,namun juga dari segi-segi lain seperti kasih
sayang, perilaku seksual, dan perkembangan hubungan sosial.
Berbagai dorongan ini mengandung arti penting buhan karena
menyadarkan kita (Hill W F.2012: 257-259).
(2) Trend kedua berupa modifikasi atas teori dorongan yang disebut
gairah optimal (optimal orausal). Menurut Barlyne dan Madsen
(1973) mengemukakan teori gairah optimal berpandangan bahwa
penguatan tidah harus berupa reduksi dorongan melainkan berupa
perubahan dorongan ke arah level optimal tertentu. Pada interpretasi
dorongan konfensional tidak terlalu berhasil menjelaskan perilaku-
perilaku seperti naik roller coaster , membaca kisah horor atau
sekedar keluhan bosan dan harapan agar terjadi sesuatu agar tidak
merasa jenuh karena teori gairah optimal menyatakan bahwa
peningkatan dan juga penurunan gairah bisa berlaku menguatkan
sehingga menuntut kita untuk memastikan kapan saatnya yang satu
dan kapan yang lainnya menguatkan (Hill W F.2012: 259-262).
(3) Trend ketiga dalam interpretasi penguatan yaitu mengaitkan
penguatan dengan respon subjek sendiri kearah suatu tujuan. Pada
respon sebagai penguat ini diungkapkan oleh Fred Shiffield (1950)
dengan melaksanakan beberapa eksperimen untuk mendukung
pendirian tersebut. Salah satu rumusan yang lebih umum mengenai
8/18/2019 dad-S.541102027
30/158
17
gagasan bahwa respon berlaku menguatkan telah dikemukakan oleh
David Premack (1959). Ia mengemukakan bahwa dari dua respon
salah satu yang lebih sering terjadi jika keduanya tersedia bisa
menguatkan lainya yang jarang lebih terjadi namun tidak sebaliknya
dengan melakukan eksperimen terhadap anak-anak dengan memberi
dua aktifitas yaitu makan kembang gula dan bermain mesin bola
tuas ( pinball) dan juga dia melakukan eksperimen tentang hubungan
penguatan antara berlari dan minum pada tikus (Hill W F.2012:
262-267).
b) Studi mengenai mekanisme yang disebut teori kontrol (control theory)
atau sibernetika (cybernitics). Istilah sibernetika diperkenalkan oleh
Norbert Wiener (1948), arti kata dari sibernetika adalah ‘jurumudi’
berasal dari bahasa yunani. Jika memenginginkan suatu operasi tetap
berjalan pada jalurnya maka perlu ada kelonggaran untuk terjadinya
penyimpangan sehingga diperlukan sebuah kontrol mengarahkan suatu
operasi kembali kearah jalur yang benar. Ilustrasi ini menjelaskan
konsep umum yang disebut umpan balik negatif (negative feedback ).
Umpan balik negatif merupakan penyesuaian dalam sebuah sistem
untuk menjaga agar sistem tersebut dalam keadaan stabil dengan cara
memperbolehkan terjadinya penyimpangan tertentu (Hill W F.2012:
267-268).
c) Teori proses-berlawanan awalnya dilakukan eksperimen oleh Richard
L. Solomon pada tahun 1950an dan 1960an, beliau melakukan
eksperimen yang melibatkan pemberian sengatan listrik pada anjing dan
juga mempelajari sebuah studi mengenai para penerjun payung yang
baru pertama melakukan terjun payung. Solomon merenungkan
perubahan reaksi anjing dan manusia terhadap situasi-situasi yang
semula menakutkan dan menyimpulkan bahwa reaksi emosional diawal
pengalaman menjadi melemah sementara diakhir pengalaman terjadi
reaksi berlawanan yang menjadi menguat. Akhirnya Solomon dan J. D.
Corbit (1974) mengemukakan sebuah teori untuk menjelaskan yang
8/18/2019 dad-S.541102027
31/158
18
dikenal sebagai teori proses-berlawanan (oponent-process theory) yaitu:
pertama, teori ini adalah teori hedonis (hedonic); maksutnya adalah
teori ini menunjukkan pada kenikmatan dan ketidaknikmatan. Kedua,
bisa disimpulkan bahwa setiap rasa memiliki reaksi sebaliknya
(meskipun tidak selalu setara). Rasa awal dan reaksi sebaliknya terjadi
melalui proses berlawanan arah, itulah sebabnya teori ini dinamakan
demikian. Ketiga, reaksi kebalikan meningkat seiring berulangnya
pemaparan yang diberikan dan menghasilkan perubahan (Hill W
F.2012: 272-273).
Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada
keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan
pendidikan dan pengajaran. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah
yang disebut dengan motivasi. Motivasi dalam hal ini ada dua hal: (1)
mengetahui apa yang dipelajari dan (2) memahami mengapa hal tersebut
patut dipelajari. Dengan berpijak pada kedua unsur motivasi inikah sebagai
dasar permulaan yang baik untuk belajar (Sardiman.2011: 40).
2) Konsentrasi
Konsentrasi dimaksutkan memusatkan segenap kekuatan perhatian pada
suatu situasi belajar. Di dalam konsentrasi ini keterlibatan mental secara
detail sangat diperlukan, sehingga tidak “perhatian” sekadarnya. Di dalam
belajar, mungkin juga ada perhatian sekedarnya, tetapi tidak konsentrasi,
maka materi yang masuk perhatian dalam pikiran mempunyai
kecenderungan berkesan tetapi samar-samar di dalam kesadaran
(Sardiman.2011: 40-41).
3) Reaksi
Di dalam kegiatan belajar diperlukan keterlibatan unsur fisik maupun
mental, sebagai suatu wujud reaksi. Pikiran dan otot-ototnya harus dapat
bekerja secara harmonis sehingga subjek belajar itu bertindak atau
melakukannya. Belajar harus aktif, tidak sekedar apa adanya, menyerah
pada lingkungan tetapi semua itu harus dipandang sebagai tantangan yang
memerlukan reaksi. Jadi orang yang belajar harus aktif, bertindak dan
8/18/2019 dad-S.541102027
32/158
19
melakukannya dengan segala panca indranya secara optimal. Dalam hal
belajar membutuhkan reaksi yang melibatkan ketangkasan mental,
kewaspadaan, perhitungan, ketekunan dan kecermatan untuk menangkap
fakta dan ide sebagaimana disampaikan oleh pengajarnya (Sardiman.2011:
41-42).
4) Organisasi
Belajar dapat juga dikatakan sebagai kegiatan mengorganisasikan,
menata atau menempatkan bagian bahan pelajaran ke dalam satu kesatuan
pengertian. Untuk membantu siswa agar lebih cepat dapat
mengorganisasikan stimulus (fakta dan ide) dalam pikirannya, maka
diperluakan perumusan tujuan yang jelas dalam belajar. Dengan demikian
akan terjadi proses yang logis (Sardiman.2011: 42).
5) Pemahaman
Pemahaman atau comprehension dapat diartikan menguasai sesuatu
dengan pikiran. Karena itu belajar berarti harus mengerti secara mental
makna dan filosofinya, maksut dan implikasinya serta aplikasinya
sehingga menyebabkan siswa dapat memahami situasi. Tanpa itu skill
pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna. Unsur pemahaman itu tidak
dapat dipisahkan dari unsur psikologis lainnya. Dengan motivasi,
konsentrasi dan reaksi. Subjek belajar dapat mengembangkan fakta dan ide
atau skill. Kemudian dengan unsur organisasi, subjek belajar dapat menata
dan mematutkan hal tersebut secara bertautan bersama menjadi suatu pola
yang logis (Sardiman.2011: 43).
6) Ulangan
Lupa merupakan suatu yang tercela dalam belajar. Tetapi lupa adalah
sifat umum manusia. Sehubungan dengan kenyataan itu, untuk mengatasi
kelupaan, diperlukan kegiatan “ulangan”. Mengulang-ulang suatu
pekerjaan atau fakta yang sudah dipelajari membuat kemampuan para
siswa untuk mengingatnya akan semakin bertambah. Kegiatan mengulang
harus disertai dengan pemikiran dan bertujuan (Sardiman.2011: 44).
8/18/2019 dad-S.541102027
33/158
20
Usman (2011: 21) guru dituntut mampu mengelola proses belajar
mengajar yang memberi rangsangan kepada siswa sehingga ia mau belajar karena
memang siswalah subjek utama dalam belajar. Dalam menciptakan kondisi belajar
mengajar yang efektif sedikitnya ada lima jenis variabel yang menentukan
keberhasilan belajar siswa, sebagai berikut:
a. Melibatkan siswa secara aktif
Secara harfiah dapat diartikan sebagai sistem belajar mengajar yang
menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual dan emosi untuk
memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara kognitif, afektif dan
psikomotor (Usman.2011: 22). Mc Keachie berkenaan dengan prinsip
keaktifan mengemukakan bahwa individu merupakan “manusia belajar yang
aktif selalu ingin tahu, sosial” (Mc Keachie.1976: 230 dari Gredler MEB
terjemahan Munandir.1991: 105)
b. Menarik minat dan perhatian siswa
Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian
siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada
diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab
dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminati
(Usman.2011: 27).
Dalam proses belajar mengajar salah satu tugas seorang pendidik ialah
membangkitkan minat belajar. Penggunaan media pembelajaran, dosen harus
memahami tingkat perkembangan intelektual siswa. Dosen perlu
memperhatikan tahap eksplorasi, tahap pengenalan konsep maupun tahap
pengaplikasian konsep (Soemarsono.2007: 69).
c. Membangkitkan motivasi siswa
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan sesuatu atau keadaan seseorang atau organisme yang
menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau
perbuatan, sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk mengiatkan motif
menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan atau keadaan dan kesiapan diri individu yang mendorong
8/18/2019 dad-S.541102027
34/158
21
tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
Motivasi bisa bersifat intrinsik (dalam diri) dapat pula bersifat ektrinsik (dari
luar) (Usman.2011: 28-29).
Biggs dan Telfer (1987: 96-117) berpendapat siswa memiliki bermacam-
macam motivasi dalam belajar. Macam-macam motivasi tersebut dapat
dibedakan menjadi empat golongan yaitu: (1) motivasi instrumental (2)
motivasi social (3) motivasi berprestasi dan (4) motivasi intrinsik.
Penjalasan dari empat golongan motivasi tersebut diungkapkan Dimyati
dan Mudjiono (2009: 32) yaitu Motivasi instrumental berarti bahwa siswa
belajar karena didorong adanya hadiah atau menghindari dari hukuman.
Motivasi sosial berarti bahwa siswa belajar untuk penyelenggaraan tugas.
Motivasi prestasi dalam hal ini keterlibatan dalam menyelesaikan tugas lebih
menonjol. Motivasi intrinsik berarti belajar karena keinginan sendiri.
Motivasi instrument dan Motivasi sosial merupakan kondisi eksternal,
sedangkan motivasi prestasi dan motivasi intrinsik merupakan kondisi
internal.
Motivasi berkaitan erat dengan penghayatan suatu kebutuhan, dorongan
untuk memenuhi kebutuhan dan pencapaian tujuan yang memenuhi
kebutuhan itu. Kaitannya tersebut tertampung dalam istilah lingkaran
motivasi yang memiliki tiga rantai dasar yaitu (1) timbulnya suatu kebutuhan
yang dihayati dan dorongan untuk memenuhi kebutuhan itu, (2) bertingkah
laku tertentu sebagai usaha untuk mencapai tujuan yaitu terpenuhinya yang
dihayati, dan (3) tujuan tercapai sehingga orang merasa puas dan lega, karena
kebutuhan telah terpenuhi mengakibatkan seseorang kembali untuk memiliki
kebutuhan dihayati lagi (Soemarsono.2007: 12).
d. Prinsip individualitas
Peseta didik merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang
siswa yang sama persis, tetapi siswa memiliki perbedaan satu dengan yang
lain. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian dan sifat-
sifatnya (Dimyati dan Mudjiono.2009: 49).
8/18/2019 dad-S.541102027
35/158
22
Salah satu masalah utama dalam pendekatan belajar mengajar ialah
masalah pebedaan individual. Menurut Mursell dalam bukunya Successful
Teaching mengemukakan perbedaan individual secara vertikal dan kualitatif.
Yang dimaksutkan dengan perbedaan secara vertikal adalah intelegensi
umum dari siswa itu. Perbedaan kualitatif terletak pada bakat dan minatnya
(Usman.2011: 30).
Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa,
karenanya perbedaan individu perlu diperhatikan oleh pengajar dalam upaya
pembelajaran. Sistem pendidikan klasikal yang selama ini dilakukan kurang
memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan
pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan
kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula
dengan pengetahuannya (Dimyati dan Mudjiono.2009: 49).
e. Peragaan dalam pengajaran
Belajar yang efektif harus mulai dengan pengalaman langsung atau
pengalaman kongret dan menuju kepada pengalaman yang lebih abstrak.
Belajar akan lebih efektif jika dibantu dengan alat peraga pengajaran daripada
bila siswa belajar tanpa dibantu dengan alat pengajaran (Usman.2011: 31).
Kegiatan belajar mengajar tidak lepas dari peran seorang pengajar, seorang
pengajar hendaknya memiliki keterampilan dasar dalam mengajar sebagai bekal
utama dalam pelaksanaan tugas profesional (Alma.2009: 22). Adapun beberapa
konsep keterampilan belajar mengajar ialah konsep James Cooper et al.
(Alma.2009: 11-12) sebagai berikut:
a. Instructional Planning (keterampilan menyusun rencana penyajaran)
b. Writing Instructional Objective (keterampilan merumuskan tujuan
pengajaran)
c. Lesson Presentation Skills (keterampilan menyampaikan bahan
pembelajaran)
d. Quastioning Skills (keterampilan bertanya)
e. Teaching Consepts (keterampilan tentang menyusun konsep atau persiapan
mengajar)
8/18/2019 dad-S.541102027
36/158
23
f. Interpersonal Communication Skills (kemampuan mengadakan komunikasi
interpersonal)
g. Classroom Management (keterampilan mengelola kelas)
h. Observation Skills (keterampilan mengadakan observasi)
i. Evaluation (keterampilan mengadakan evaluasi).
Adapun konsep keterampilan belajar mengajar diambil dari pendapat
Turney et al. (Alma.2009: 12) sebagai berikut:
a. Questioning (keterampilan bertanya)
b. Classroom Managemant and Discipline (keterampilan mengelola kelas dan
menumbuhkan disiplin)
c. Variability / Varying the Stimulus (keterampilan memberikan stimulus secara
bervariasi)
d. Reinforcement (keterampilan memberikan penguatan)
e. Explaining / Exposition (keterampilan menjelaskan)
f. Sel Induction / Introductory Procedures (keterampilan membuka pertemuan)
g. Small Group Teaching (keterampilan mengajar sacara kelompok)
h. Developing Thingking (keterampilan untuk mengembangkan pola pikir)
i. Individualing Teaching (keterampilan mengajar secara individual)
Keterampilan belajar mengajar merupakan bentuk tingkah laku yang dapat
diamati, maka melihat konsep keterampilan dasar mengajar yang diungkapkan
oleh James Cooper dan Turney tersebut lebih cenderung dalam banyak hal untuk
dijadikan suatu paket saja dan dirasakan lebih bisa diterima ialah keterampilan
belajar mengajar yang menyangkut (Alma.2009: 12-13):
a. Set Induction (kemampuan membuka pertemuan)
b. Explaining (keterampilan menjelaskan)
c. Questioning (keterampilan bertanya)
d. Reinforcement (keterampilan memberikan penguatan)
e. Closing Procedures (keterampilan menutup pertemuan)
Pendapat lain tentang keterampilan dasar dalam proses pembelajaran
diungkapkan oleh para ahli dari Stanford University dan Sidney University
8/18/2019 dad-S.541102027
37/158
24
mengidentifikasi sekitar 23 jenis keterampilan mengajar yang dapat dilihat dalam
tabel berikut (Sanjaya.2008: 156):
Tabel 2.1. 23 jenis keterampilan mengajar
No Jenis ter ampilan mengajar No Jenis keretampilan mengajar
a. Establishing Set b. Asking Questions (Basic)
c. Establishing Appropriate Frame of
Reference
d. The Use of Divergent Questions
e. Achieving Closure f. The Use of Higher Order Questions
g. Recognizing and Obtaining Atte nding
Behavior
h. The Use of Probing Questions
i. Provinding Feedback j. Student – I nitiated Questions
k. Emlpoying Rewards and Punishment
(Reinforcement)
l. Completeness of Communication
m. Control of Participation n. Varying The Stimulus Situation
o. Redudancy and Repetition p. Lecturing
q. Illustrating and Use of Example r. Precuing
s. Classroom Managements and
Discipline
t. Guiding Small Group Discussion
u. Small Group Teaching and
Individualized Instruction
v. Guiding Discovery Learning and
Fostering Creativity
Tidak hanya keterampilan dasar mengajar, seorang pengajar juga harus
dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan tepat, pemilihan strategi
pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipi lih dan digunakan oleh seorang
pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan
peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang akhirnya
tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar (Uno.2011: 2).
Pemilihan strategi pembelajaran hendaknya ditentukan berdasarkan kriteria
berikut, yaitu (1) orientasi strategi pada tugas pembelajaran, (2) relevan dengan isi
atau materi pembelajaran, (3) metode dan tehnik yang digunakan difokuskan pada
tujuan yang ingin dicapai, dan (4) media pembelajaran yang digunakan dapatmerangsang indra peserta didik secara simultan (Uno.2011: 9).
Dick dan Carry (1978) menyebutkan bahwa terdapat 5 komponen strategi
pembelajaran, yaitu (1) kegiatan pembelajaran pendahuluan, (2) penyampaian
informasi, (3) partisipasi peserta didik, (4) tes dan (5) kegiatan lanjutan
(Uno.2011: 3).
8/18/2019 dad-S.541102027
38/158
25
Proses pembelajaran yang berpengaruh pada proses belajar dapat
ditentukan oleh guru. Kondisi ekternal yang berpengaruh pada belajar yang
penting (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 33) adalah (1) bahan belajar, (2) suasana
belajar, (3) media dan sumber belajar, dan (4) subjek pembelajar itu sendiri.
Bahan belajar dapat berwujud benda dan isi pendidikan. Isi pendidikan
tersebut dapat berupa pengetahuan, perilaku, nilai, sikap dan metode pemerolehan
(Dimyati dan Mudjiono.2009: 33)
Suasana belajar seperti kondisi gedung, tata ruang kelas, alat-alat belajar
mempunyai pengaruh pada kegiatan belajar. Disamping kondisi fisik tersebut,
suasana pergaulan juga memegang peranan pada kegiatan belajar. Guru memiliki
peranan penting dalam menciptakan suasana belajar yang menarik bagi siswa
(Dimyati dan Mudjiono.2009: 35).
Media dan sumber belajar dewasa ini dapat ditemukan dengan mudah.
Sawah percobaan, kebun bibit, kebun binatang, tempat wisata, museum,
perpustakaan umum, surat kabar, majalah, radio, sanggar seni, sanggar olah raga,
televisi dapat ditemukan didekat kampus. Di samping itu buku pembelajaran,
buku bacaan berperan penting dalam memanfaatkan media dan sumber belajar
tersebut (Dimyati dan Mudjiono.2009: 36). Media berasal dari bahasa latin yang
merupakan bentuk jamak dari kata medium yang berarti sesuatu yang terletak
ditengah (antara dua kutu pihak atau kutub) atau suatu alat. Media juga dapat
diartikan sebagai perantara suatu penghubung antara dua pihak yaitu antara
sumber pesan dengan penerima pesan atau informasi (Anitah.2011: 1). Secara
singkat dapat dikemukakan bahwa guru dapat membuat program pembelajaran
dengan memanfaatkan media dan sumber belajar diluar sekolah. Pemanfaatan
tersebut bermaksut meningkatkan kegiatan belajar, sehingga mutu hasil belajar
semakin meningkat (woolkfolk dkk.1984: 307-338).
Guru atau pengajar adalah sumber pembelajar siswa. Sebagai subjek
pembelajar guru berhubungan langsung dengan siswa dan dapat menggolong-
golongkan pada motivasi instrumental, motivasi sosial, motivasi berprestasi dan
motivasi intrinsik siswa (Dimyati dan Mudjiono.2009: 37).
8/18/2019 dad-S.541102027
39/158
26
Perilaku hasil belajar mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Para pengajar sangat diharapkan mampu mengantisipasi aspek-aspek perubahan
perilaku ini yang dimulai dengan perencanaan kegiatan belajar mengajar dan
mengembangkannya setelah kegiatan belajar berakhir. Dengan perilaku belajar
yang efektif disertai proses mengajar yang tepat, proses belajar mengajar
diharapkan mampu menghasilkan manusia-manusia yang mempunyai
karakteristik sebagai berikut: (1) pribadi yang mandiri (2) pelajar yang efektif (3)
pekerja yang produktif dan (4) anggota masyarakat yang baik. Untuk mewujudkan
kualitas manusia seperti itu, kualitas belajar yang harus dikembangkan dalam diri
siswa yaitu: (1) belajar untuk menjadi (2) belajar untuk belajar (3) belajar untuk
berbuat dan (4) belajar untuk hidup (Yudhawati dan Haryanto.2011: 22-23).
3. Standar Proses Pembelajaran
Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan salah satu standar yang harus dikembangkan adalah
standar proses. Maka di keluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor
41 tahun 2007 tentang standar proses. Standar proses adalah standar nasional
pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan
pendidikan un tuk mencapai kompetensi lulusan. Tujuannya dilaksanakan standar
proses adalah untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien
(Mendiknas.2007).
Standar proses sesuai dengan permendiknas nomor 41 tahun 2007 meliputi
(Mendiknas.2007):
a. Perencanaan proses pembelajaran
1) Silabus
Silabus sebagai acuan pengembangan RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK
(Standar Kompetensi), KD (Kompetensi Dasar), materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian,
alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan
pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan
8/18/2019 dad-S.541102027
40/158
27
(SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) (Mendiknas.2007).
Menurut para ahli pembuat kurikulum, terdapat banyak macam
komponen silabus yang tersusun dalam suatu matrik silabus. Hal inilah
yang harus dicermati dan dipilih oleh suatu institusi dalam
mengelompokkan komponen-komponen tersebut. Setiap institusi
berdasarkan kriteria atau standar yang diacu dapat menentukan sendiri
komponen apa yang dipilih dan disusun pada matrik dalam menyusun
silabus suatu mata kuliah. Pada prinsipnya semakin rinci silabus akan
semakin memudahkan pengajar dalam menjabarkannya ke dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Adapun komponen silabus suatu mata
kulian, tersebut di bawah ini (Tim PEKERTI-AA Pusat Pengembangan
Sistem Pembelajaran Lembaga Pengembangan Pendidikan Universitas
Sebelas Maret.2007a: 7-9):
a) Identitas Mata Kuliah
Identitas mata kuliah dapat meliputi: nama mata kuliah atau blok mata
kuliah, kode mata kuliah, bobot mata kuliah, semester , dan mata kuliah
prasyarat jika ada.
b) Standar Kompetensi (SK)
Standar Kompetensi adalah seperangkat kompetensi yang dibakukan
sebagai hasil belajar materi pokok tertentu dalam satuan Pendidikan,
merupakan kompetensi bidang pengembangan dan materi pokok per
satuan pendidikan per satu kelas yang harus dicapai peserta didik
selama satu semester.
c) Kompetensi Dasar (KD)
Kompetensi Dasar adalah rincian kompetensi dalam setiap aspek materi
pokok yang harus dilatihkan kepada peserta didik sehingga kompetensi
dapat diukur dan diamati. Kompetensi Dasar sebaiknya selalu dilakukan
perbaikan dan pengayaan guna memenuhi keinginan pasar.
8/18/2019 dad-S.541102027
41/158
28
d) Indikator
Indikator merupakan wujud dari KD yang lebih spesifik, yang
merupakan cerminan dari kemampuan peserta didik dalam suatu
tahapan pencapaian pengalaman belajar yang telah dilalui. Bila
serangkaian indikator dalam suatu kompetensi dasar sudah dapat
dicapai peserta didik, berarti target KD tersebut sudah terpenuhi.
e) Pengalaman belajar
Pengalaman belajar merupakan kegiatan fisik maupun mental yang
dilakukan oleh peserta didik dalam berinteraksi dengan bahan ajar.
Pengalaman belajar dikembangkan untuk mencapai KD melalui strategi
pembelajaran. Dengan melakukan pengalaman belajar yang tepat
mahasiswa diharapkan dapat mencapai dan mempunyai kemampuan
kognitif, psikomorik, dan afektif yang sekaligus telah mengintegrasikan
kecakapan hidup (life skill). Oleh karenanya yang membedakan antara
perguruan tinggi satu dengan yang lain tercermin pada perbedaan
pengalaman belajar yang diperoleh mahasiswa.
f) Materi pokok
Bagian struktur keilmuan suatu bahan kajian yang dapat berupa
pengertian, konsep, gugus isi atau konteks, proses, bidang ajar, dan
keterampilan.
g) Waktu
Merupakan lama waktu dalam menit yang dibutuhkan peserta didik
mampu menguasi KD yang telah ditetapkan.
h) Sumber pustaka
Sumber pustaka adalah kumpulan dari referensi yang dirujuk atau yang
dianjurkan, sebagai sumber informasi yang harus dikuasai oleh peserta
didik.
i) Penilaian
Penilaian ini berarti serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan informasi; dan kemudian menggunakan
informasi tersebut untuk pengambilan keputusan.
8/18/2019 dad-S.541102027
42/158
29
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar
peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan
pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis
agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan
dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP
untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan
pendidikan (Mendiknas.2007).
Komponen RPP adalah (Mendiknas.2007):
a) Identitas mata pelajaran
Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester,
program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah
pertemuan.
b) Standar kompetensi
Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta
didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan atau
semester pada suatu mata pelajaran.
c) Kompetensi dasar
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai
peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan
indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.
d) Indikator pencapaian kompetensi
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan atau
diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu
yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian
kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional
8/18/2019 dad-S.541102027
43/158
30
yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.
e) Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang
diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
f) Materi ajar
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan,
dan ditulis dalam bentuk butir sesuai dengan rumusan indikator
pencapaian kompetensi.
g) Alokasi waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian
KD dan beban belajar.
h) Metode pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai
kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan.
Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi
peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi
yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
i) Kegiatan pembelajaran
Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan
pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan
memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif
dalam proses pembelajaran.
Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD.
Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
8/18/2019 dad-S.541102027
44/158
31
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini
dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi.
Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri
aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk
rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik,
dan tindak lanjut.
j) Penilaian hasil belajar
Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan
dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar
Penilaian.
k) Sumber belajar
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan
kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi.
Prinsip-prinsip penyusunan RPP adalah (Mendiknas.2007):
a) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin,
kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat,
potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus,
kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan atau
lingkungan peserta didik.
b) Mendorong partisipasi aktif peserta didik
Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik
untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi,
kemandirian, dan semangat belajar.
c) Mengembangkan budaya membaca dan menulis
Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran
membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam
berbagai bentuk tulisan.
8/18/2019 dad-S.541102027
45/158
32
d) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif,
penguatan, pengayaan, dan remedi.
e) Keterkaitan dan keterpaduan
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara
SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator
pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu
keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan
pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek
belajar, dan keragaman budaya.
f) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi
informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif
sesuai dengan situasi dan kondisi.
RPP terdiri dari komponen program kegiatan belajar dan proses
pelaksanaan program. Komponen program mencakup KD, materi standar,
metode pembelajaran, media pembelajaran, sumber belajar, dan waktu
belajar. Dengan demikian, RPP pada hakekatnya merupakan suatu sistem
yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan serta
berinteraksi satu dengan lainnya, dan memuat langkah-langkah
pelaksanaannya untuk mencapai tujuan yaitu membentuk kompentensi
yang sudah ditetapkan sebelumnya, adapun komponen dalam RPP adalah
(Tim PEKERTI-AA Pusat Pengembangan Sistem Pembelajaran Lembaga
Pengembangan Pendidikan Universitas Sebelas Maret.2007a: 23-24):
a) Kompetensi Dasar (KD)
Kompetensi yang dirumuskan dalam RPP harus jelas. Semakin kongkrit
kompetensi akan semakin mudah diamati, dan akan semakin mudah
atau semakin tepat pula merencanakan kegiatan-kegiatan yang harus
dilakukan untuk mencapai kompetensi tersebut. Perlu diketahui bahwa
beberapa materi standar mungkin memiliki lebih dari satu KD.
8/18/2019 dad-S.541102027
46/158
33
Disamping itu, perlu ditetapkan pula fokus kompetensi yang diharapkan
dari peserta didik sebagai hasil akhir pembelajaran. Kompetensi ini juga
akan menjadi pedoman bagi pengajar dalam menentukan materi standar
yang akan digunakan dan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk
membentuk kompetensi peserta didik.
b) Materi standar
Materi standar yang dikembangkan dan dijadikan bahan kajian peserta
didik harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuannya,
mengandung nilai fungsional, praktis, serta disesuaikan dengan kondisi
dan kebutuhan lingkungan, institusi, dan daerah.
c) Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran merupakan tahap-tahap kegiatan yang dilakukan
oleh pengajar dan peserta didik untuk menyelesaikan suatu materi
standar yang telah direncanakan oleh pengajar. Urutan kegiatan
pembelajaran menggambarkan strategi pembelajaran yang telah
ditentukan. Tahap kegiatan tersebut terdiri dari tahap
PENDAHULUAN, tahap PENYAJIAN, dan tahap PENUTUP.
d) Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan cara dalam menyajikan
(menguraikan, memberi contoh, memberi latihan dan lain-lain) suatu
bahan kajian kepada peserta didik. Tidak semua metode pembelajaran
sesuai untuk digunakan dalam mencapai kompetensi tertentu. Oleh
karena itu harus dipilih metode pembelajaran yang paling tepat untuk
suatu kompetensi yang ingin dicapai. Berbagai contoh metode
pembelajaran yang sering digunakan antara lain ceramah, diskusi, tanya
jawab, simulasi, studi kasus, praktikum, seminar, demonstrasi, bermain
peran dan lain-lain.
e) Media Pembelajaran
Segala sesuatu yang dapat menyalurkan atau menyampaikan pesan atau
informasi dari sumber pesan atau informasi ke penerima pesan atau
informasi disebut media pembelajaran. Jadi dengan adanya media
8/18/2019 dad-S.541102027
47/158
34
peserta didik dapat melihat, membaca, mendengarkan atau ketiganya
sekaligus dalam menyerap berbagai informasi yang disampaikan oleh
pengajarnya. Media tersebut dapat berupa alat-alat elektronik, gambar,
buku dan sebagainya. Sedangkan alat pembelajaran adalah benda-benda
atau alat-alat yang digunakan dalam pembelajaran sehingga
memungkinkan terjadinya proses pembelajaran. Alat-alat itu tidak
disebut media pembelajaran karena tidak dimaksudkan untuk membawa
pesan.
f) Sumber Belajar
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk
penggalian informasi. Sumber belajar ini dapat berupa dosen (sebagai
narasumber), buku teks, jurnal ilmiah, laporan penelitian, internet, dan
lain-lain.
g) Alokasi Waktu
Jumlah waktu dalam menit yang dibutuhkan oleh pengajar dan peserta
didik untuk menyelesaikan setiap langkah pada urutan tahap Kegiatan
Pembelajaran.
b. Pelaksanaan proses pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP.
Pelaksanaan pemb