1.1 LATAR BELAKANGPembuatan laporan Geologi Struktur dengan
judul Lipatan Lengguru (Lengguru Fold Belt) di Irian Jaya bagian
barat adalah sebag ian dari tugas presentasi pertama yang di
berikan oleh dosen pengajar saya yang bernama Prima Alini ST.
1.2 RUMUSAN MASALAH1. Genesa / cara terbentuknya struktur
geologi2. Gaya yang menyebabkan terbentuknya struktur (jenis dan
arah gaya)3. Perkembangan struktur geologi saat ini
1.3 TUJUAN PENULISANUntuk mengetahui truktur geologi dan
penyebab terbentuknya daerah irian jaya bagian barat , serta
perkembangan truktur geologinya sampai saat ini. Dan tak lupa
dampak positif dan negative dari daerah tersebut .
DASAR TEORIGeologi struktur adalah cabang ilmu geologi yang
mempelajari bentuk arsitektur kerak bumi. Geologi struktur
mengkajian mengenai batuan, termasuk asal-usulnya, geometri dan
kinetiknya. Langsung saja kepada tugas yang diberikan oleh dosen
kita yaitu membahas tentang bab Lipatan. Lipatan adalah suatu
bentuk lengkungan (curve) dari suatu bidang lapisan batuan.
Lipatan sendiri banyak hal yang mempengaruhinya antara lain:
Macam-macam lipatan:
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Batas Administrasi dan GeografiProvinsi Papua Barat secara
definitif dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 45Tahun 1999
yang secara administratif terdiri dari 8 (delapan) kabupaten, 1
(satu) kota,103 distrik, 48 kelurahan, dan 1.172 kampung (BP3D
Provinsi Papua, 2007) dengan luaswilayah secara keseluruhan sebesar
115.363,50 km. Provinsi Papua Barat secarageografis terletak pada
124-132 Bujur Timur dan 0-4 Lintang Selatan, tepat berada dibawah
garis khatulistiwa dengan ketinggian 0-100 meter dari permukaan
laut.
Batas geografis Provinsi Papua Barat adalah:Sebelah Utara :
Samudera Pasifik.Sebelah Selatan : Laut Banda (Provinsi
Maluku).Sebelah Barat : Laut Seram (Provinsi Maluku).Sebelah Timur
: Provinsi Papua.
Kelerengan Tinjauan atas morfologi wilayah didasarkan pada
kondisi kelerengan atau kemiringan. Sebagian besar wilayah Provinsi
Papua Barat memiliki kelas lereng > 40% dengan bentuk wilayah
berupa perbukitan. Kondisi tersebut menjadi kendala utama bagi
pemanfaatan lahan baik untuk pengembangan sarana dan prasarana
fisik, sistem transportasi darat maupun bagi pengembangan budidaya
pertanian terutama untuk tanaman pangan. Sehingga, dominasi
pemanfaatan lahan diarahkan pada hutan konservasi disamping untuk
mencegah terjadinya bahaya erosi dan longsor.
Kondisi Geologi
Evolusi Tektonik Pulau Papua Pembentukan Pulau Papua atau Pulau
New Guinea telah didiskusikan oleh berbagai ahli dan diringkas oleh
Petocz (1984). Konsep lempeng tektonik yang telah diterima umum
menganggap, bahwa kerak bumi terbagi dalam tujuh lempeng sangat
besar dan sejumlah lempeng lithosfer kecil lainnya. Setiap lempeng
terdiri atas bagian kerak benua (kontinental) dan kerak samudera
(oseanik), yang kesemuanya bergerak relatif terhadap sesamanya.
Bagian Selatan Pulau Papua merupakan tepi Utara dari benua super
kuno,
Gondwanaland, yang juga termasuk di dalamnya adalah Antartika,
Australia, India, Amerika Selatan, Selandia Baru dan Kaledonia
Baru. Awal terpisahkan benua ini dari posisi Selatannya terjadi
pada masa Kretasius Tengah (kurang lebih 100 juta tahun lalu).
Lempeng Benua India-Australia (atau biasa disebut Lempeng
Australia) bergerak ke arah Utara keluar dari posisi kutubnya dan
bertubrukkan dengan Lempeng Samudra Pasifik yang bergerak ke arah
Barat. Pulau Papua merupakan produk pertumbuhan benua yang
dihasilkan dari tubrukan kedua lempeng tersebut, di mana lempeng
Pasifik mengalami subduksi atau tertindih di bawah lempeng
Australia. Pada saat dimulainya gerakan ke Utara dan rotasi dari
benua super ini, seluruh Papua dan Australia bagian Utara berada di
bawah permukaan laut. Bagian daratan paling Utara pada Lempeng
India-Australia antara 90-100 juta tahun lalu berada pada 480
Lintang Selatan yang merupakan titik pertemuan Lempeng
India-Australia dan Pasifik. Ketika Lempeng India-Australia dan
Lempeng Pasifik bertemu di sekitar 40 juta tahun lalu, Pulau Papua
mulai muncul di permukaan laut pada sekitar 350 Lintang Selatan.
Proses ini berlanjut selama masa Pleistosen hingga Pulau Papua
terbentuk seperti di saat ini.
Dari evolusi tektonik menunjukkan, bahwa geologi Papua sangat
kompleks karena melibatkan interaksi antara dua lempeng tektonik,
yaitu Lempeng Australia dan Lempeng Pasifik. Menurut Sapiie (2000),
pada umumnya geologi Papua dapat dibagi ke dalam tiga provinsi
geologi besar, yaitu Provinsi Kontinental, Oseanik, dan Transisi.
Setiap provinsi geologi memiliki karakteristiknya sendiri dalam
sejarah stratigrafik, magmatik dan tektonik. Provinsi Kontinental
terdiri atas sedimen yang terpisah dari kraton Australia.Provinsi
Oseanik terdiri atas batuan ofiolit (ophiolite rock) dan kompleks
volkanik busur-kepulauan (island-arc volcanics complex) sebagai
bagian dari lempeng Pasifik. Provinsi Transisi adalah suatu zona
yang terdiri atas deformasi tinggi dan batuan metamorfik regional
sebagai produk dari interaksi antara kedua lempeng.
Menurut Dow et al. (2005), ciri dominan dari perkembangan
geologi Papua merupakan dikotomi antara sejarah tektonik dari
batuan mantap kraton Australia dan Lempeng Pasifik di satu sisi,
dan periode tektonik intens dari zona deformasi di sisi lainnya
(New Guinea Mobile Belt). Dari paparan di sepanjang tepi Utara dan
dari eksplorasi permukaan bawah (sub-surface) di sebelah Selatan,
serta pencatatan lengkap sejarah geologi hingga saat ini
menunjukkan, bahwa batuan dari kraton Australia pada sebagian besar
wilayah ini dicirikan oleh sedimentasi palung (shelf
sedimentation). Hanya sebagian kecil yang dipengaruhi oleh proses
tektonik dari zaman Paleozoik Awal hingga Tersier Akhir. Batuan
Lempeng Pasifik yang terpaparkan di Papua berumur lebih muda.
Terlepas dari batuan mantel sesar naik yang kemungkinan berumur
Mesozoik dan beberapa kerak Samudera Jurasik, Lempeng Pasifik ini
terdiri atas volkanik busur kepulauan dan sub-ordinat kerak
samudera berumur Palaeogen. Batuan lempeng Pasifik pada umumnya
letak datar terpatah hanya oleh beberapa patahan.
Setting Tektonik Papua. MTFB = Mamberamo Thrust & Fold
BeltWO = Weyland OverthrustWT = Waipona TroughTAFZ = Tarera-Aiduna
Fault ZoneRFZ = Ransiki Fault ZoneLFB = Lengguru Fault BeltSFZ =
Sorong Fault ZoneYFZ = Yapen Fault ZoneMO = Misool-Onin High.Tanda
panah menunjukkan gerakan relatif antara Lempeng Pasifik dan
Australia.Zona deformasi yang berada di sebelah Timur adalah bagian
dari New Guinea Mobile Belt (Sabuk Mobil New Guinea) dan merupakan
campuran dari batuan kraton Australia dan Lempeng Pasifik. Walaupun
pencatatannya terpisah-pisah, terdapat bukti bahwa batuannya
berasal dari tektonik utama pada episode Paleozoik Pertengahan dan
Oligosen maupun episode beku dalam Paleozoik Pertengahan, Triasik,
Kretasius, dan Miosen Pertengahan. Akan tetapi, sebaran paling luas
dari aktivitas tektonik dan volkanik dimulai pada Miosen Akhir dan
berlanjut hingga sekarang; ini disebut Melanesian Orogeny (Dow and
Sukamto, 1984).
Wilayah Papua Barat sangat berpotensi terhadap gempa tektonik
dan kemungkinan diikuti oleh tsunami. Terdapat sejumlah lipatan dan
sesar naik sebagai akibat dari interaksi (tubrukan) antara kedua
lempeng tektonik, seperti Sesar Sorong (SFZ), Sesar Ransiki (RFZ),
Sesar Lungguru (LFZ) dan Sesar Tarera-Aiduna (TAFZ). Kenyataan
menunjukkan pula, bahwa pada tahun 2004 telah terjadi beberapa kali
gempa.
Pengaruh LempengPegunungan Karst Lengguru terbentuk dari
satuan-satuan batugamping yang dipetakan sebagai Formasi Lengguru
oleh Tobing, dkk (1990). Formasi ini tersusun terutama oleh
kalkarenit, biokalkarenit, biomikrit ganggang-foraminifera,
kalsilutit, kalkarenit pasiran, biokalsirudit, batupasir gampingan
glaukonitan, batulanau, serta beberapa mengandung fragmen rijang.
Lapisan-lapisannya sangat tebal mencapai lebih dari 2000 m dan
umurnya terrentang dari awal Eosen hingga akhir Miosen Tengah.
Sebarannya sangat luas, dimulai dari Teluk Arguni di bagian barat
daya hingga tiga perempat bagian dari pegunungan ke arah timur laut
berbatasan dengan formasi-formasi Pra-Tersier kira-kira pada
kelurusan Sungai Urema di selatan dan Kampung Toro di utara.Kondisi
geologi struktur Pegunungan Lengguru sangat rumit. Jajaran-jajaran
pegunungan itu merupakan ekspresi kondisi geologis yang sangat
dipengaruhi oleh gejala-gejala perlipatan dan sesar naik yang
mempunyai orientasi searah dengan morfologinya, yaitu barat laut
tenggara. Di samping itu, sesar-sesar geser mendatar memotong
secara hampir tegak lurus pegunungan mengarah barat daya timur
laut. Dalam tektonik, pegunungan ini dikenal sebagai Sabuk Sesar
Naik dan Lipatan Lengguru (Lengguru Fold-Thrust Belt).Sangatlah
wajar jika orientasi jajaran pegunungan, danau-danau, dan sungai
juga mengarah barat laut tenggara, atau barat daya timur laut.
Misalnya, kelurusan morfologi Teluk Bitsyari yang berada di timur
Kaimana menerus ke arah utara menyambung ke Teluk Arguni setelah
melalui celah G. Lowai. Kelurusan ini sangat jelas dikontrol oleh
adanya sesar naik. Begitu pula Teluk Triton, Kayumerah, Lakahia dan
Etna, tampak jelas dikontrol oleh sesar naik dan sesar geser
mendatar sehingga garis-garis pantainya membentuk garis-garis lurus
saling berpotongan hampir tegak lurus. Danau-danau di tengah
pegunungan yang pastinya sulit dicapai (Sewiki, Perenusu, Aiwasa,
Laamora, dan Mbuta), dari peta atau citra satelit, tampak pula
merupakan produk gejala tektonik kedua jenis sesar tersebut.Kondisi
geologi dan tektonik itu rupanya merupakan hasil interaksi antara
dua lempeng raksasa, yaitu Pasifik dan Australia, yang kemudian
melibatkan pula lempeng kecil Kepala Burung. Dalam buku An Outline
of the Geology of Indonesia (editor Darman dan Sidi, 2000),
tabrakan oblik yang terjadi antara Lempeng Pasifik dan Australia
yang terjadi selama evolusi tektonik Kenozoik telah menghasilkan
pola-pola struktur geologi di bagian daratan utama Papua, termasuk
Pegunungan Jayawijaya. Hasilnya secara umum adalah mandala geologi
Papua yang terdiri dari tiga zona utama, yaitu: Zona Kontinental
yang terdiri dari endapan-endapan sedimen dari kraton Australia,
Zona Oseanik yang terdiri dari batuan ofiolit dan kompleks batuan
volkanik busur kepulauan sebagai bagian dari Lempeng Pasifik, serta
Zona Transisi yang terdiri dari batuan-batuan yang terdeformasi
kuat dan batuan-batuan metamorfik regional yang merupakan produk
interaksi antara kedua lempeng raksasa itu.
Namun, tiga zona di atas rupanya sedikit berbeda untuk Leher dan
Kepala Burung. Pola-pola struktur utama di daratan utama Papua yang
cenderung berarah barat timur, terputar barat laut tenggara di
Pegunungan Lengguru. Beberapa peneliti, salah satunya Satyana
(2006), menyebutnya sebagai produk escape tectonics, yaitu efek
tektonik yang terjadi akibat interaksi lempeng-lempeng raksasa yang
untuk Indonesia (termasuk Leher dan Kepala Burung Papua) adalah
akibat pengaruh tabrakan antara India dengan
Eurasia.Stratigrafi
Dari berbagai publikasi yang dikompilasi Sapiie (2000),
menunjukkan bahwa stratigrafi wilayah Papua Barat terdiri atas:
(1). Paleozoic Basement(2). Sedimentasi Mesozoik hingga
Senosoik(3). Sedimentasi Senosoil Akhir(4). Stratigrafi Lempeng
Pasifik(5). Stratigrafi Zone Transisi.
1. Paleozoic Basement Blok terluas dari strata Paleozoik berada
di Timur Laut Papua Barat yang dikenal dengan Kemum High atau
formasi Kemoem yang terdiri atas sabak, (slate), filitik (phylliic)
dan sedikit kuartzit (quartzite). Formasi ini tercampur oleh
granit-biotit karboniferus (Melaiurna Granite). Formasi Kemoem
ditutupi oleh kelompok Aifam. Kelompok Aifam digunakan untuk
mendeskripsikan batuan sedimen paparan air-dangkal. Formasi ini
diketahui berada di tepi Utara Papua Barat dan terdiri atas tiga
formasi, yaitu formasi Aimau, batu lumpur Aifat dan formasi Ainim.
Di daerah Papua Barat, kelompok ini tidak mengalami metamofosa,
namun di Leher Burung terjadi deformasi kuat dan termetamorfosa. Di
daerah Teluk Bintuni, formasi Tipuma ditutupi oleh kelompok
Aifam.
1. Sedimentasi Mesizoik hingga Senosoik
0. Formasi Tipuma Formasi Tipuma tersebar luas di Papua, mulai
dari Papua Barat hingga dekat perbatasan di sebelah Timur. Formasi
ini dicirikan oleh batuan berwarna merah terang dengan sedikit
bercak hijau muda.
0. Formasi Kelompok Kembelangan Kelompok ini diketahui
terbentang mulai dari Papua Barat hingga Arafura Platform. Bagian
atas dari kelompok ini disebut formasi Jass. Kelompok Kembelangan
terdiri atas antar lapis batu debu dan batu lumpur karboniferus
pada lapisan bawah batu pasir kuarsa glaukonitik butiran-halus
serta sedikit shale pada lapisan atas. Kelompok ini berhubungan
dengan formasi Waripi dari kelompok Batuan Gamping New Guinea atau
New Guinea Limestone Group (NGLG).
0. Formasi Batu Gamping New Guinea Selama masa Cenozoik, kurang
lebih pada batas Cretaceous dan Cenozoik, Pulau New Guinea
dicirikan oleh pengendapan (deposisi) karbonat yang dikenal sebagai
Kelompok Batu Gamping New Guinea (NGLG). Kelompok ini berada di
atas Kelompok Kembelangan dan terdiri atas empat formasi, yaitu
(1). Formasi Waripi Paleosen hingga Eosen; (2). Formasi Fumai
Eosen; (3) Formasi Sirga Eosin Awal; (3). Formasi Imskin; dan (4).
Formasi Kais Miosen Pertengahan hingga Oligosen.
1. Sedimentasi Senosoik Akhir Sedimentasi Senosoik Akhir dalam
basement kontinental Australia dicirikan oleh sekuensi
silisiklastik yang tebalnya berkilometer, berada di atas strata
karbonat Miosen Pertengahan. Di Papua dikenal 3 (tiga) formasi
utama, dua di antaranya dijumpai di Papua Barat, yaitu formasi
Klasaman dan Steenkool. Formasi Klasaman dan Steenkool
berturut-turut dijumpai di Cekungan Salawati dan Bintuni.
1. Stratigrafi Lempeng Pasifik Pada umumnya batuan Lempeng
Pasifik terdiri atas batuan asal penutup (mantle derived rock),
volkanis pulau-arc (island-arc volcanis) dan sedimen laut-dangkal.
Di Papua, batuan asal penutup banyak dijumpai luas sepanjang sabuk
Ophiolite Papua, Pegunungan Cycloop, Pulau Waigeo, Utara Pegunungan
Gauttier dan sepanjang zona sesar Sorong dan Yapen pada umumnya
terbentuk oleh batuan ultramafik, plutonil basik, dan mutu-tinggi
metamorfik. Sedimen dalam Lempeng Pasifik dicirikan pula oleh
karbonat laut-dangkal yang berasal dari pulau-arc. Satuan ini
disebut Formasi Hollandia dan tersebar luas di Waigeo, Biak, Pulau
Yapen dan Pegunungan Cycloop. Umur kelompok ini berkisar dari
Miosen Awal hingga Pliosen.
5.Stratigrafi Zone TransisiKonvergensi antara lempeng Australia
dan Pasifik menghasilkan batuan dalam zona deformasi. Kelompok
batuan ini diklasifikasikan sebagai zona transisi atau peralihan,
yang terutama terdiri atas batuan metamorfik. Batuan metamorfik ini
membentuk sabuk kontinyu (>1000 km) dari Papua hingga Papua New
Guinea.
Wilayah Papua secara umum terdiri dari dua dataran yaitu Dataran
Grime dan Dataran Sekoli. Kedua dataran ini menyatu sebagai suatu
dataran luas yang membujur ke arah Barat Daya Danau Sentani.
Dataran ini memanjang dari Timur ke arah Barat dengan lebar
bentangan yang hampir sama. Di ujung sebelah Barat, dataran ini
membentuk daerah rawa hingga ke arah pantai.
Wentholt (1939), membagi Dataran Grime ke dalam 6 teras utama.
Teras pertama dimulai dari dataran terendah dan termuda. Daerah
teras ini melandai ke arah Barat Laut dan kemudian ke arah Utara.
Di sebelah Tenggara teras terendah ini berakhir dan berlanjut
dengan teras ke-2 yang berada kurang lebih 10 m lebih tinggi. Juga
di sini bentang lahannya tampak seluruhnya datar. Teras ke-3 dan
ke-4 menempati sisa dataran di sebelah Barat Kampung Janim Besar.
Teras-teras ini berumur tua dan berada lebih tinggi serta tampak
datar, kedua teras ini melandai ke arah Utara hingga ke arah Barat
Laut, berbatasan dengan teras ke-4, di sebelah Timur Sungai Grime
terletak teras ke-5. Teras ke-5 ini mencakup dari arah Timur hingga
arah garis Utara-Selatan melandai ke arah Utara, dan bergelombang
lemah. Teras ke-6, merupakan daerah tertinggi dan tertua yang
mengakhiri teras ke-4 dan ke-5 di sebelah Selatan.
Di batas Utara dari teras ke-5, terdapat Dataran Sekori yang
besar. Di Dataran Sekori ini juga terbentuk teras, namun tidak
jelas perkembangannya. Menurut Schroo (1963), Dataran Grime dan
Dataran Sekori merupakan lembah sedimentasi peninggalan zaman
tersier yang terdiri atas sedimen laut (marin) dan kemudian oleh
bahan fluviatil. Wentholt (1939), menyatakan bahwa dataran ini
terbentuk pada zaman kwarter. Lebih lanjut Schroo (1961),
menyatakan bahwa adanya ketinggian (elevasi) yang berselang-seling
di seluruh daerah tersebut menyebabkan sungai-sungai memotong
sedimen ini. Selama periode ini dataran banjir terbentuk pada
berbagai tingkat, dimana sisa-sisa daripadanya masih ditemukan
sekarang dalam bentuk teras-teras yang luas sebagaimana dijelaskan
sebelumnya.
Zwierzichi (1921) dalam Schroo (1963), menunjukkan bahwa tanah
di Dataran Grime dan Dataran Sekori berasal dari hancuran batuan
fluviatil sedimen kwarterner, terumbu koral terangkat pleistosin,
dan sedimen marin neogen. Menurut Wentholt (1939), seluruh lahan
yang berada di sebelah Barat Yanim Besar (Braso) dibentuk oleh
Sungai Grime dan cabang-cabang sungainya, kecuali daerah yang
paling Barat oleh Sungai Sarmoai. Kedua sungai tersebut membawa
bahan-bahan yang sama. Sumbangan cabang-cabang sungai yang berasal
dari pinggiran pegunungan Utara relatif kecil, namun
setempat-setempat saja. Lahan yang berada di sebelah Timur Yanim
Besar seluruhnya terbentuk dari material yang berasal dari
pinggiran Utara daerah pegunungan Selatan.
Berdasarkan stratigrafi ini dapat disimpulkan bahwa wilayah
Papua Barat terdiri dari empat ragam formasi batuan utama yaitu
batu gamping atau dolomit, batuan beku atau malihan, batuan sedimen
lepas (kerikil, pasir lanau), dan batuan sedimen padu (tak
terbedakan). Hal ini dapat dipahami karena secara regional, wilayah
Papua Barat terdiri dari dua lempeng, yaitu Lempeng Benua Australia
di bagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik di bagian Utara.
Sedangkan diantara kedua lempeng adalah Lajur Sesar Anjak dan
Lipatan Pegunungan Tengah atau New Guinea Mobile Belt (Dow, 1977).
Lempeng Benua Australia tersusun oleh batuan sedimen klastik, yang
berumur Mesozoikum yang disebut sebagai Kelompok Kembelangan; Batu
Gamping yang berumur eosin-Miosen Tengah, yang disebut sebagai
Kelompok Batu Gamping New Guinea; dan Batuan Sedimen Klastik
Plio-plistosen.
Lempeng Samudera Pasifik terdiri dari batuan ultramafik dan
batuan busur gunung api Paleogen, sedangkan di Pegunungan Tengah
terdiri dari beberapa batuan, yaitu: 1) di bagian Selatan terdiri
dari batuan sedimen yang berumur Mesozoikum sampai tersier yang
tersesarkan dan terlipatkan; dan 2) di bagian Utara terdiri dari
Batuan Malihan Darewo yang berumur Oligosen (Dow, 1977), Batuan
Ultrabasa disebut sebagai ofiolit, yang berumur Mesozoikum (Dow
drr.,1984).
Tektonik Papua Barat diawali pada Permo-Trias, yang disebut
sebagai Orogenesa Tasman. Pada saat itu Papua-Papua New Guinea
mulai melepaskan diri dari Benua Australia, bergerak ke arah Utara,
kemudian berbenturan dengan Lempeng Samudera Pasifik pada Orogenesa
Melanisia yang mengakibatkan sesar anjak miring ke Utara dan
terbentuknya Pegunungan Tengah, sedangkan pada Plistosin terjadi
pensesaran anjak miring ke Selatan di bagian Utara.
Kesimpulan
Lempeng Benua India-Australia (atau biasa disebut Lempeng
Australia) bergerak ke arah Utara keluar dari posisi kutubnya dan
bertubrukkan dengan Lempeng Samudra Pasifik yang bergerak ke arah
Barat. Pulau Papua merupakan produk pertumbuhan benua yang
dihasilkan dari tubrukan kedua lempeng tersebut, di mana lempeng
Pasifik mengalami subduksi atau tertindih di bawah lempeng
Australia. Secara umum geologi Papua yang terdiri dari tiga zona
utama, yaitu: Zona Kontinental yang terdiri dari endapan-endapan
sedimen dari kraton Australia, Zona Oseanik yang terdiri dari
batuan ofiolit dan kompleks batuan volkanik busur kepulauan sebagai
bagian dari Lempeng Pasifik, serta Zona Transisi yang terdiri dari
batuan-batuan yang terdeformasi kuat dan batuan-batuan metamorfik
regional yang merupakan produk interaksi antara kedua lempeng
raksasa itu.Dari hasil riset para pakar geologi, menunjukkan bahwa
stratigrafi wilayah Papua Barat terdiri atas: (1). Paleozoic
Basement(2). Sedimentasi Mesozoik hingga Senosoik(3). Sedimentasi
Senosoil Akhir(4). Stratigrafi Lempeng Pasifik(5). Stratigrafi Zone
Transisi.
1
22