Top Banner
1.1 LATAR BELAKANG Pembuatan laporan Geologi Struktur dengan judul Lipatan Lengguru (Lengguru Fold Belt) di Irian Jaya bagian barat adalah sebag ian dari tugas presentasi pertama yang di berikan oleh dosen pengajar saya yang bernama Prima Alini ST. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Genesa / cara terbentuknya struktur geologi 2. Gaya yang menyebabkan terbentuknya struktur (jenis dan arah gaya) 3. Perkembangan struktur geologi saat ini 1.3 TUJUAN PENULISAN Untuk mengetahui truktur geologi dan penyebab terbentuknya daerah irian jaya bagian barat , serta perkembangan truktur geologinya sampai saat ini. Dan tak lupa dampak positif dan negative dari daerah tersebut . 1
17

cver makalah

Nov 05, 2015

Download

Documents

geologi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

1.1 LATAR BELAKANGPembuatan laporan Geologi Struktur dengan judul Lipatan Lengguru (Lengguru Fold Belt) di Irian Jaya bagian barat adalah sebag ian dari tugas presentasi pertama yang di berikan oleh dosen pengajar saya yang bernama Prima Alini ST.

1.2 RUMUSAN MASALAH1. Genesa / cara terbentuknya struktur geologi2. Gaya yang menyebabkan terbentuknya struktur (jenis dan arah gaya)3. Perkembangan struktur geologi saat ini

1.3 TUJUAN PENULISANUntuk mengetahui truktur geologi dan penyebab terbentuknya daerah irian jaya bagian barat , serta perkembangan truktur geologinya sampai saat ini. Dan tak lupa dampak positif dan negative dari daerah tersebut .

DASAR TEORIGeologi struktur adalah cabang ilmu geologi yang mempelajari bentuk arsitektur kerak bumi. Geologi struktur mengkajian mengenai batuan, termasuk asal-usulnya, geometri dan kinetiknya. Langsung saja kepada tugas yang diberikan oleh dosen kita yaitu membahas tentang bab Lipatan. Lipatan adalah suatu bentuk lengkungan (curve) dari suatu bidang lapisan batuan.

Lipatan sendiri banyak hal yang mempengaruhinya antara lain:

Macam-macam lipatan:

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Batas Administrasi dan GeografiProvinsi Papua Barat secara definitif dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 45Tahun 1999 yang secara administratif terdiri dari 8 (delapan) kabupaten, 1 (satu) kota,103 distrik, 48 kelurahan, dan 1.172 kampung (BP3D Provinsi Papua, 2007) dengan luaswilayah secara keseluruhan sebesar 115.363,50 km. Provinsi Papua Barat secarageografis terletak pada 124-132 Bujur Timur dan 0-4 Lintang Selatan, tepat berada dibawah garis khatulistiwa dengan ketinggian 0-100 meter dari permukaan laut.

Batas geografis Provinsi Papua Barat adalah:Sebelah Utara : Samudera Pasifik.Sebelah Selatan : Laut Banda (Provinsi Maluku).Sebelah Barat : Laut Seram (Provinsi Maluku).Sebelah Timur : Provinsi Papua.

Kelerengan Tinjauan atas morfologi wilayah didasarkan pada kondisi kelerengan atau kemiringan. Sebagian besar wilayah Provinsi Papua Barat memiliki kelas lereng > 40% dengan bentuk wilayah berupa perbukitan. Kondisi tersebut menjadi kendala utama bagi pemanfaatan lahan baik untuk pengembangan sarana dan prasarana fisik, sistem transportasi darat maupun bagi pengembangan budidaya pertanian terutama untuk tanaman pangan. Sehingga, dominasi pemanfaatan lahan diarahkan pada hutan konservasi disamping untuk mencegah terjadinya bahaya erosi dan longsor.

Kondisi Geologi

Evolusi Tektonik Pulau Papua Pembentukan Pulau Papua atau Pulau New Guinea telah didiskusikan oleh berbagai ahli dan diringkas oleh Petocz (1984). Konsep lempeng tektonik yang telah diterima umum menganggap, bahwa kerak bumi terbagi dalam tujuh lempeng sangat besar dan sejumlah lempeng lithosfer kecil lainnya. Setiap lempeng terdiri atas bagian kerak benua (kontinental) dan kerak samudera (oseanik), yang kesemuanya bergerak relatif terhadap sesamanya. Bagian Selatan Pulau Papua merupakan tepi Utara dari benua super kuno,

Gondwanaland, yang juga termasuk di dalamnya adalah Antartika, Australia, India, Amerika Selatan, Selandia Baru dan Kaledonia Baru. Awal terpisahkan benua ini dari posisi Selatannya terjadi pada masa Kretasius Tengah (kurang lebih 100 juta tahun lalu). Lempeng Benua India-Australia (atau biasa disebut Lempeng Australia) bergerak ke arah Utara keluar dari posisi kutubnya dan bertubrukkan dengan Lempeng Samudra Pasifik yang bergerak ke arah Barat. Pulau Papua merupakan produk pertumbuhan benua yang dihasilkan dari tubrukan kedua lempeng tersebut, di mana lempeng Pasifik mengalami subduksi atau tertindih di bawah lempeng Australia. Pada saat dimulainya gerakan ke Utara dan rotasi dari benua super ini, seluruh Papua dan Australia bagian Utara berada di bawah permukaan laut. Bagian daratan paling Utara pada Lempeng India-Australia antara 90-100 juta tahun lalu berada pada 480 Lintang Selatan yang merupakan titik pertemuan Lempeng India-Australia dan Pasifik. Ketika Lempeng India-Australia dan Lempeng Pasifik bertemu di sekitar 40 juta tahun lalu, Pulau Papua mulai muncul di permukaan laut pada sekitar 350 Lintang Selatan. Proses ini berlanjut selama masa Pleistosen hingga Pulau Papua terbentuk seperti di saat ini.

Dari evolusi tektonik menunjukkan, bahwa geologi Papua sangat kompleks karena melibatkan interaksi antara dua lempeng tektonik, yaitu Lempeng Australia dan Lempeng Pasifik. Menurut Sapiie (2000), pada umumnya geologi Papua dapat dibagi ke dalam tiga provinsi geologi besar, yaitu Provinsi Kontinental, Oseanik, dan Transisi. Setiap provinsi geologi memiliki karakteristiknya sendiri dalam sejarah stratigrafik, magmatik dan tektonik. Provinsi Kontinental terdiri atas sedimen yang terpisah dari kraton Australia.Provinsi Oseanik terdiri atas batuan ofiolit (ophiolite rock) dan kompleks volkanik busur-kepulauan (island-arc volcanics complex) sebagai bagian dari lempeng Pasifik. Provinsi Transisi adalah suatu zona yang terdiri atas deformasi tinggi dan batuan metamorfik regional sebagai produk dari interaksi antara kedua lempeng.

Menurut Dow et al. (2005), ciri dominan dari perkembangan geologi Papua merupakan dikotomi antara sejarah tektonik dari batuan mantap kraton Australia dan Lempeng Pasifik di satu sisi, dan periode tektonik intens dari zona deformasi di sisi lainnya (New Guinea Mobile Belt). Dari paparan di sepanjang tepi Utara dan dari eksplorasi permukaan bawah (sub-surface) di sebelah Selatan, serta pencatatan lengkap sejarah geologi hingga saat ini menunjukkan, bahwa batuan dari kraton Australia pada sebagian besar wilayah ini dicirikan oleh sedimentasi palung (shelf sedimentation). Hanya sebagian kecil yang dipengaruhi oleh proses tektonik dari zaman Paleozoik Awal hingga Tersier Akhir. Batuan Lempeng Pasifik yang terpaparkan di Papua berumur lebih muda. Terlepas dari batuan mantel sesar naik yang kemungkinan berumur Mesozoik dan beberapa kerak Samudera Jurasik, Lempeng Pasifik ini terdiri atas volkanik busur kepulauan dan sub-ordinat kerak samudera berumur Palaeogen. Batuan lempeng Pasifik pada umumnya letak datar terpatah hanya oleh beberapa patahan.

Setting Tektonik Papua. MTFB = Mamberamo Thrust & Fold BeltWO = Weyland OverthrustWT = Waipona TroughTAFZ = Tarera-Aiduna Fault ZoneRFZ = Ransiki Fault ZoneLFB = Lengguru Fault BeltSFZ = Sorong Fault ZoneYFZ = Yapen Fault ZoneMO = Misool-Onin High.Tanda panah menunjukkan gerakan relatif antara Lempeng Pasifik dan Australia.Zona deformasi yang berada di sebelah Timur adalah bagian dari New Guinea Mobile Belt (Sabuk Mobil New Guinea) dan merupakan campuran dari batuan kraton Australia dan Lempeng Pasifik. Walaupun pencatatannya terpisah-pisah, terdapat bukti bahwa batuannya berasal dari tektonik utama pada episode Paleozoik Pertengahan dan Oligosen maupun episode beku dalam Paleozoik Pertengahan, Triasik, Kretasius, dan Miosen Pertengahan. Akan tetapi, sebaran paling luas dari aktivitas tektonik dan volkanik dimulai pada Miosen Akhir dan berlanjut hingga sekarang; ini disebut Melanesian Orogeny (Dow and Sukamto, 1984).

Wilayah Papua Barat sangat berpotensi terhadap gempa tektonik dan kemungkinan diikuti oleh tsunami. Terdapat sejumlah lipatan dan sesar naik sebagai akibat dari interaksi (tubrukan) antara kedua lempeng tektonik, seperti Sesar Sorong (SFZ), Sesar Ransiki (RFZ), Sesar Lungguru (LFZ) dan Sesar Tarera-Aiduna (TAFZ). Kenyataan menunjukkan pula, bahwa pada tahun 2004 telah terjadi beberapa kali gempa.

Pengaruh LempengPegunungan Karst Lengguru terbentuk dari satuan-satuan batugamping yang dipetakan sebagai Formasi Lengguru oleh Tobing, dkk (1990). Formasi ini tersusun terutama oleh kalkarenit, biokalkarenit, biomikrit ganggang-foraminifera, kalsilutit, kalkarenit pasiran, biokalsirudit, batupasir gampingan glaukonitan, batulanau, serta beberapa mengandung fragmen rijang. Lapisan-lapisannya sangat tebal mencapai lebih dari 2000 m dan umurnya terrentang dari awal Eosen hingga akhir Miosen Tengah. Sebarannya sangat luas, dimulai dari Teluk Arguni di bagian barat daya hingga tiga perempat bagian dari pegunungan ke arah timur laut berbatasan dengan formasi-formasi Pra-Tersier kira-kira pada kelurusan Sungai Urema di selatan dan Kampung Toro di utara.Kondisi geologi struktur Pegunungan Lengguru sangat rumit. Jajaran-jajaran pegunungan itu merupakan ekspresi kondisi geologis yang sangat dipengaruhi oleh gejala-gejala perlipatan dan sesar naik yang mempunyai orientasi searah dengan morfologinya, yaitu barat laut tenggara. Di samping itu, sesar-sesar geser mendatar memotong secara hampir tegak lurus pegunungan mengarah barat daya timur laut. Dalam tektonik, pegunungan ini dikenal sebagai Sabuk Sesar Naik dan Lipatan Lengguru (Lengguru Fold-Thrust Belt).Sangatlah wajar jika orientasi jajaran pegunungan, danau-danau, dan sungai juga mengarah barat laut tenggara, atau barat daya timur laut. Misalnya, kelurusan morfologi Teluk Bitsyari yang berada di timur Kaimana menerus ke arah utara menyambung ke Teluk Arguni setelah melalui celah G. Lowai. Kelurusan ini sangat jelas dikontrol oleh adanya sesar naik. Begitu pula Teluk Triton, Kayumerah, Lakahia dan Etna, tampak jelas dikontrol oleh sesar naik dan sesar geser mendatar sehingga garis-garis pantainya membentuk garis-garis lurus saling berpotongan hampir tegak lurus. Danau-danau di tengah pegunungan yang pastinya sulit dicapai (Sewiki, Perenusu, Aiwasa, Laamora, dan Mbuta), dari peta atau citra satelit, tampak pula merupakan produk gejala tektonik kedua jenis sesar tersebut.Kondisi geologi dan tektonik itu rupanya merupakan hasil interaksi antara dua lempeng raksasa, yaitu Pasifik dan Australia, yang kemudian melibatkan pula lempeng kecil Kepala Burung. Dalam buku An Outline of the Geology of Indonesia (editor Darman dan Sidi, 2000), tabrakan oblik yang terjadi antara Lempeng Pasifik dan Australia yang terjadi selama evolusi tektonik Kenozoik telah menghasilkan pola-pola struktur geologi di bagian daratan utama Papua, termasuk Pegunungan Jayawijaya. Hasilnya secara umum adalah mandala geologi Papua yang terdiri dari tiga zona utama, yaitu: Zona Kontinental yang terdiri dari endapan-endapan sedimen dari kraton Australia, Zona Oseanik yang terdiri dari batuan ofiolit dan kompleks batuan volkanik busur kepulauan sebagai bagian dari Lempeng Pasifik, serta Zona Transisi yang terdiri dari batuan-batuan yang terdeformasi kuat dan batuan-batuan metamorfik regional yang merupakan produk interaksi antara kedua lempeng raksasa itu.

Namun, tiga zona di atas rupanya sedikit berbeda untuk Leher dan Kepala Burung. Pola-pola struktur utama di daratan utama Papua yang cenderung berarah barat timur, terputar barat laut tenggara di Pegunungan Lengguru. Beberapa peneliti, salah satunya Satyana (2006), menyebutnya sebagai produk escape tectonics, yaitu efek tektonik yang terjadi akibat interaksi lempeng-lempeng raksasa yang untuk Indonesia (termasuk Leher dan Kepala Burung Papua) adalah akibat pengaruh tabrakan antara India dengan Eurasia.Stratigrafi

Dari berbagai publikasi yang dikompilasi Sapiie (2000), menunjukkan bahwa stratigrafi wilayah Papua Barat terdiri atas: (1). Paleozoic Basement(2). Sedimentasi Mesozoik hingga Senosoik(3). Sedimentasi Senosoil Akhir(4). Stratigrafi Lempeng Pasifik(5). Stratigrafi Zone Transisi.

1. Paleozoic Basement Blok terluas dari strata Paleozoik berada di Timur Laut Papua Barat yang dikenal dengan Kemum High atau formasi Kemoem yang terdiri atas sabak, (slate), filitik (phylliic) dan sedikit kuartzit (quartzite). Formasi ini tercampur oleh granit-biotit karboniferus (Melaiurna Granite). Formasi Kemoem ditutupi oleh kelompok Aifam. Kelompok Aifam digunakan untuk mendeskripsikan batuan sedimen paparan air-dangkal. Formasi ini diketahui berada di tepi Utara Papua Barat dan terdiri atas tiga formasi, yaitu formasi Aimau, batu lumpur Aifat dan formasi Ainim. Di daerah Papua Barat, kelompok ini tidak mengalami metamofosa, namun di Leher Burung terjadi deformasi kuat dan termetamorfosa. Di daerah Teluk Bintuni, formasi Tipuma ditutupi oleh kelompok Aifam.

1. Sedimentasi Mesizoik hingga Senosoik

0. Formasi Tipuma Formasi Tipuma tersebar luas di Papua, mulai dari Papua Barat hingga dekat perbatasan di sebelah Timur. Formasi ini dicirikan oleh batuan berwarna merah terang dengan sedikit bercak hijau muda.

0. Formasi Kelompok Kembelangan Kelompok ini diketahui terbentang mulai dari Papua Barat hingga Arafura Platform. Bagian atas dari kelompok ini disebut formasi Jass. Kelompok Kembelangan terdiri atas antar lapis batu debu dan batu lumpur karboniferus pada lapisan bawah batu pasir kuarsa glaukonitik butiran-halus serta sedikit shale pada lapisan atas. Kelompok ini berhubungan dengan formasi Waripi dari kelompok Batuan Gamping New Guinea atau New Guinea Limestone Group (NGLG).

0. Formasi Batu Gamping New Guinea Selama masa Cenozoik, kurang lebih pada batas Cretaceous dan Cenozoik, Pulau New Guinea dicirikan oleh pengendapan (deposisi) karbonat yang dikenal sebagai Kelompok Batu Gamping New Guinea (NGLG). Kelompok ini berada di atas Kelompok Kembelangan dan terdiri atas empat formasi, yaitu (1). Formasi Waripi Paleosen hingga Eosen; (2). Formasi Fumai Eosen; (3) Formasi Sirga Eosin Awal; (3). Formasi Imskin; dan (4). Formasi Kais Miosen Pertengahan hingga Oligosen.

1. Sedimentasi Senosoik Akhir Sedimentasi Senosoik Akhir dalam basement kontinental Australia dicirikan oleh sekuensi silisiklastik yang tebalnya berkilometer, berada di atas strata karbonat Miosen Pertengahan. Di Papua dikenal 3 (tiga) formasi utama, dua di antaranya dijumpai di Papua Barat, yaitu formasi Klasaman dan Steenkool. Formasi Klasaman dan Steenkool berturut-turut dijumpai di Cekungan Salawati dan Bintuni.

1. Stratigrafi Lempeng Pasifik Pada umumnya batuan Lempeng Pasifik terdiri atas batuan asal penutup (mantle derived rock), volkanis pulau-arc (island-arc volcanis) dan sedimen laut-dangkal. Di Papua, batuan asal penutup banyak dijumpai luas sepanjang sabuk Ophiolite Papua, Pegunungan Cycloop, Pulau Waigeo, Utara Pegunungan Gauttier dan sepanjang zona sesar Sorong dan Yapen pada umumnya terbentuk oleh batuan ultramafik, plutonil basik, dan mutu-tinggi metamorfik. Sedimen dalam Lempeng Pasifik dicirikan pula oleh karbonat laut-dangkal yang berasal dari pulau-arc. Satuan ini disebut Formasi Hollandia dan tersebar luas di Waigeo, Biak, Pulau Yapen dan Pegunungan Cycloop. Umur kelompok ini berkisar dari Miosen Awal hingga Pliosen.

5.Stratigrafi Zone TransisiKonvergensi antara lempeng Australia dan Pasifik menghasilkan batuan dalam zona deformasi. Kelompok batuan ini diklasifikasikan sebagai zona transisi atau peralihan, yang terutama terdiri atas batuan metamorfik. Batuan metamorfik ini membentuk sabuk kontinyu (>1000 km) dari Papua hingga Papua New Guinea.

Wilayah Papua secara umum terdiri dari dua dataran yaitu Dataran Grime dan Dataran Sekoli. Kedua dataran ini menyatu sebagai suatu dataran luas yang membujur ke arah Barat Daya Danau Sentani. Dataran ini memanjang dari Timur ke arah Barat dengan lebar bentangan yang hampir sama. Di ujung sebelah Barat, dataran ini membentuk daerah rawa hingga ke arah pantai.

Wentholt (1939), membagi Dataran Grime ke dalam 6 teras utama. Teras pertama dimulai dari dataran terendah dan termuda. Daerah teras ini melandai ke arah Barat Laut dan kemudian ke arah Utara. Di sebelah Tenggara teras terendah ini berakhir dan berlanjut dengan teras ke-2 yang berada kurang lebih 10 m lebih tinggi. Juga di sini bentang lahannya tampak seluruhnya datar. Teras ke-3 dan ke-4 menempati sisa dataran di sebelah Barat Kampung Janim Besar. Teras-teras ini berumur tua dan berada lebih tinggi serta tampak datar, kedua teras ini melandai ke arah Utara hingga ke arah Barat Laut, berbatasan dengan teras ke-4, di sebelah Timur Sungai Grime terletak teras ke-5. Teras ke-5 ini mencakup dari arah Timur hingga arah garis Utara-Selatan melandai ke arah Utara, dan bergelombang lemah. Teras ke-6, merupakan daerah tertinggi dan tertua yang mengakhiri teras ke-4 dan ke-5 di sebelah Selatan.

Di batas Utara dari teras ke-5, terdapat Dataran Sekori yang besar. Di Dataran Sekori ini juga terbentuk teras, namun tidak jelas perkembangannya. Menurut Schroo (1963), Dataran Grime dan Dataran Sekori merupakan lembah sedimentasi peninggalan zaman tersier yang terdiri atas sedimen laut (marin) dan kemudian oleh bahan fluviatil. Wentholt (1939), menyatakan bahwa dataran ini terbentuk pada zaman kwarter. Lebih lanjut Schroo (1961), menyatakan bahwa adanya ketinggian (elevasi) yang berselang-seling di seluruh daerah tersebut menyebabkan sungai-sungai memotong sedimen ini. Selama periode ini dataran banjir terbentuk pada berbagai tingkat, dimana sisa-sisa daripadanya masih ditemukan sekarang dalam bentuk teras-teras yang luas sebagaimana dijelaskan sebelumnya.

Zwierzichi (1921) dalam Schroo (1963), menunjukkan bahwa tanah di Dataran Grime dan Dataran Sekori berasal dari hancuran batuan fluviatil sedimen kwarterner, terumbu koral terangkat pleistosin, dan sedimen marin neogen. Menurut Wentholt (1939), seluruh lahan yang berada di sebelah Barat Yanim Besar (Braso) dibentuk oleh Sungai Grime dan cabang-cabang sungainya, kecuali daerah yang paling Barat oleh Sungai Sarmoai. Kedua sungai tersebut membawa bahan-bahan yang sama. Sumbangan cabang-cabang sungai yang berasal dari pinggiran pegunungan Utara relatif kecil, namun setempat-setempat saja. Lahan yang berada di sebelah Timur Yanim Besar seluruhnya terbentuk dari material yang berasal dari pinggiran Utara daerah pegunungan Selatan.

Berdasarkan stratigrafi ini dapat disimpulkan bahwa wilayah Papua Barat terdiri dari empat ragam formasi batuan utama yaitu batu gamping atau dolomit, batuan beku atau malihan, batuan sedimen lepas (kerikil, pasir lanau), dan batuan sedimen padu (tak terbedakan). Hal ini dapat dipahami karena secara regional, wilayah Papua Barat terdiri dari dua lempeng, yaitu Lempeng Benua Australia di bagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik di bagian Utara. Sedangkan diantara kedua lempeng adalah Lajur Sesar Anjak dan Lipatan Pegunungan Tengah atau New Guinea Mobile Belt (Dow, 1977). Lempeng Benua Australia tersusun oleh batuan sedimen klastik, yang berumur Mesozoikum yang disebut sebagai Kelompok Kembelangan; Batu Gamping yang berumur eosin-Miosen Tengah, yang disebut sebagai Kelompok Batu Gamping New Guinea; dan Batuan Sedimen Klastik Plio-plistosen.

Lempeng Samudera Pasifik terdiri dari batuan ultramafik dan batuan busur gunung api Paleogen, sedangkan di Pegunungan Tengah terdiri dari beberapa batuan, yaitu: 1) di bagian Selatan terdiri dari batuan sedimen yang berumur Mesozoikum sampai tersier yang tersesarkan dan terlipatkan; dan 2) di bagian Utara terdiri dari Batuan Malihan Darewo yang berumur Oligosen (Dow, 1977), Batuan Ultrabasa disebut sebagai ofiolit, yang berumur Mesozoikum (Dow drr.,1984).

Tektonik Papua Barat diawali pada Permo-Trias, yang disebut sebagai Orogenesa Tasman. Pada saat itu Papua-Papua New Guinea mulai melepaskan diri dari Benua Australia, bergerak ke arah Utara, kemudian berbenturan dengan Lempeng Samudera Pasifik pada Orogenesa Melanisia yang mengakibatkan sesar anjak miring ke Utara dan terbentuknya Pegunungan Tengah, sedangkan pada Plistosin terjadi pensesaran anjak miring ke Selatan di bagian Utara.

Kesimpulan

Lempeng Benua India-Australia (atau biasa disebut Lempeng Australia) bergerak ke arah Utara keluar dari posisi kutubnya dan bertubrukkan dengan Lempeng Samudra Pasifik yang bergerak ke arah Barat. Pulau Papua merupakan produk pertumbuhan benua yang dihasilkan dari tubrukan kedua lempeng tersebut, di mana lempeng Pasifik mengalami subduksi atau tertindih di bawah lempeng Australia. Secara umum geologi Papua yang terdiri dari tiga zona utama, yaitu: Zona Kontinental yang terdiri dari endapan-endapan sedimen dari kraton Australia, Zona Oseanik yang terdiri dari batuan ofiolit dan kompleks batuan volkanik busur kepulauan sebagai bagian dari Lempeng Pasifik, serta Zona Transisi yang terdiri dari batuan-batuan yang terdeformasi kuat dan batuan-batuan metamorfik regional yang merupakan produk interaksi antara kedua lempeng raksasa itu.Dari hasil riset para pakar geologi, menunjukkan bahwa stratigrafi wilayah Papua Barat terdiri atas: (1). Paleozoic Basement(2). Sedimentasi Mesozoik hingga Senosoik(3). Sedimentasi Senosoil Akhir(4). Stratigrafi Lempeng Pasifik(5). Stratigrafi Zone Transisi.

1

22