Top Banner
i KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, critical review dari jurnal yang berjudul “PENENTUAN LOKASI TEMPAT PENGOLAHAN AKHIR (TPA) SAMPAH KOTA BANJARBARU MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)” dalam penyelesaian tugas mata kuliah Perancangan Kota ini telah diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih tidak lupa penulis ucapkan kepada dosen mata kuliah Perancangan Kota.Terima kasih juga penulis tujukan kepada keluarga dan seluruh pihak yang senanantiasa membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah ini. Critical review ini bertujuan untuk membantu pembaca supaya lebih memahami dan mempelajari materi dalam kuliah Perancangan Kota.Makalah ini penulis persembahkan khusus kepada para mahasiswa perencanaan wilayah dan kota ITS serta para dosen perencanaan wilayah dan kota ITS, namun tidak menutup kemungkinan bagi para pembaca umum lainnya. Penulis juga menyadari atas segala kekurangan dalam critical review ini.sehingga penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki critical review penulis selanjutnya. Akhir kata penulis berharap semoga critical review dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan pembaca umumnya. Surabaya, 18 Maret 2015 Penulis
10

Critical Review Penentuan Lokasi Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Sampah Kota Banjarbaru Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG)

Mar 25, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Critical Review Penentuan Lokasi Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Sampah Kota Banjarbaru Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG)

i

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, critical

review dari jurnal yang berjudul “PENENTUAN LOKASI TEMPAT PENGOLAHAN AKHIR

(TPA) SAMPAH KOTA BANJARBARU MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI

GEOGRAFIS (SIG)” dalam penyelesaian tugas mata kuliah Perancangan Kota ini telah

diselesaikan dengan baik.

Ucapan terima kasih tidak lupa penulis ucapkan kepada dosen mata kuliah

Perancangan Kota.Terima kasih juga penulis tujukan kepada keluarga dan seluruh pihak

yang senanantiasa membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah ini.

Critical review ini bertujuan untuk membantu pembaca supaya lebih memahami dan

mempelajari materi dalam kuliah Perancangan Kota.Makalah ini penulis persembahkan

khusus kepada para mahasiswa perencanaan wilayah dan kota ITS serta para dosen

perencanaan wilayah dan kota ITS, namun tidak menutup kemungkinan bagi para

pembaca umum lainnya.

Penulis juga menyadari atas segala kekurangan dalam critical review ini.sehingga

penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki critical

review penulis selanjutnya. Akhir kata penulis berharap semoga critical review dapat

bermanfaat bagi penulis khususnya, dan pembaca umumnya.

Surabaya, 18 Maret 2015

Penulis

Page 2: Critical Review Penentuan Lokasi Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Sampah Kota Banjarbaru Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUHAN ................................................................................................. 1

BAB II KONSEP DASAR TEORI LOKASI ....................................................................... 2

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................... 3

3.1 FAKTOR-FAKTOR LOKASI .................................................................................. 3

3.2 ALASAN PEMILIHAN LOKASI ............................................................................. 4

3.3 IMPLIKASI TERHADAP LOKASI YANG DIPILIH ................................................. 7

BAB IV PENUTUP ........................................................................................................... 8

4.1 LESSON LEARNED .............................................................................................. 8

Page 3: Critical Review Penentuan Lokasi Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Sampah Kota Banjarbaru Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG)

1

BAB I

PENDAHULUHAN

Analisis keruangan adalah analisis lokasi yang menitik beratkan pada tiga unsur

yaitu jarak (distance), kaitan (interaction) dan gerakan (movement). Tujuan dari analisis

keruangan adalah untukmengukur kondisi yang ada dan kesesuaiannya dengan struktur

keruangan dan menganalisa interaksi antar unit keruangan yaitu hubungan antara

ekonomi dan hambatan interaksi. Hal ini didasarkan karena adanya tempat-tempat yang

menjadi pusat kegiatan bagi tempat-tempat lain, serta adanya hierarki antara tempat-

tempat tersebut.

Sampah merupakan salah satu masalah sebuah kota seperti yang terjadi di Kota

Banjarbaru. Peningkatan jumlah penduduk Kota Banjarbaru berdampak langsung pada

peningkatan jumlah timbulan sampah yang harus dikelola. Berdasarkan data dari Dinas

Kebersihan dan Tata Kota Banjarbaru, pada tahun 2008 jumlah timbulan sampah di Kota

Banjarbaru sebesar ± 2.000 m3/hari. Hingga saat ini, seluruh sampah yang dihasilkan

kemudian diolah di Tempat Pengolahan Akhir (TPA) sampah Gunung Kupang di

Kecamatan Cempaka dengan sistem pembuangan terbuka (open dumping). Dengan

terbitnya UU Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengolahan Sampah yang menegaskan

bahwa penanganan sampah di tempat pengolahan akhir dengan sistem open dumping

tidak diperbolehkan lagi, maka sejak tahun 2009 Pemerintah Kota Banjarbaru

merencananakan pembangunan TPA baru dengan sistem lahan urug saniter (sanitary

landfill). Berdasarkan masalah tersebut, perlunya langkah awal pembangunan TPA

sistem sanitary landfill adalah penentuan lokasi TPA yang harus mengikuti persyaratan

dan ketentuan mengenai pengelolaan lingkungan hidup, ketertiban umum, kebersihan

kota/lingkungan, peraturan daerah tentang pengelolaan sampah dan perencanaan tata

ruang kota serta peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya yang telah ditetapkan oleh

pemerintah.

Menurut Setiawan (2010), apabila analisis tersebut dilakukan dengan metode

konvensional berupa survey dan pemetaan secara terestris, maka akan memerlukan

waktu, tenaga dan biaya yang besar. Menganalisis keruangan suatu wilayah dalam

perencanaan wilayah dan kota dapat dibantu dengan aplikasi Sistem Infromasi Geografis

(SIG) dengan kemampuannya dalam memasukkan, menyimpan, mengintegrasikan,

memanipulasi, menganalisa dan menampilkan data bereferensi geografis dapat

digunakan sebagai alat bantu dalam penentuan lokasi TPA (Lunkapis, 2004).

Penggunaan SIG akan mempersingkat waktu analisis berbagai parameter penilaian

kesesuaian lahan untuk lokasi TPA secara umum maupun secara detail dengan tingkat

akurasi data yang tinggi (Rahman dkk., 2008).

Page 4: Critical Review Penentuan Lokasi Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Sampah Kota Banjarbaru Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG)

2

BAB II

KONSEP DASAR TEORI LOKASI

Beberapa teori yang berkaitan tentang penentuan lokasi diungkapkan beberapa

tokoh ahli perencanaan. Menurut Rahman dkk. (2008), penentuan lokasi TPA harus

memperhatikan karakteristik lokasi, kondisi sosial ekonomi masyarakat, ekologi dan faktor

penggunaan lahan. Rahmatiyah (2002) menjelaskan lebih rinci bahwa proses pemilihan

lokasi TPA perlu mempertimbangkan tiga hal penting, yaitu :

a. pertimbangan operasional; secara operasional TPA memerlukan lahan yang cukup

untuk menampung segala jenis sampah dan zonesi ketersediaan lahan harus

memperhatikan rencana regional serta aspek aksesibilitas (keterjangkauan);

b. pertimbangan ekologi; yang perlu diperhatikan adalah keberlanjutan lokasi TPA

setelah tidak dipergunakan lagi;

c. pertimbangan topografi, geologi dan hidrologi; lebih mengarah pada aspek

persyaratan

d. fisik lahan, misalnya berdasarkan relief atau topografi dapat dipilih lokasi-lokasi

yang bebas dari bahaya banjir ataupun erosi dan berdasarkan aspek hidrologi,

lokasi TPA harus berada di wilayah dengan muka air tanah yang dalam, sehingga

lindi sampah tidak mencemari air tanah.

Selain para tokoh, penentuan lokasi TPA dilakukan berdasarkan Standar Nasional

Indonesia (SNI) 03-3241-1994 yang membagi pemilihan lokasi TPA menjadi tiga, yaitu :

(a) kelayakan regional untuk menentukan zone layak atau zone tidak layak, (b) kelayakan

penyisih untuk menentukan tingkat kesesuaian dari beberapa alternatif lokasi yang

telah diperoleh pada penilaian tahap pertama, dan (c) kelayakan rekomendasi untuk

menetapkan lokasi terbaik dari beberapa alternatif lokasi yang telah diperoleh pada

penilaian sebelumnya.

SIG sebagai sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk

memasukkan, menyimpan, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa dan

menampilkan data bereferensi geografis, sebagai alat bantu pengambilan keputusan

dalam perencanaan dan pengolahan penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan,

transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya Lunkapis (2004). Analisis

penentuan lokasi TPA dapat dilakukan dengan menggunakan SIG dan telah banyak

diaplikasikan (Azizi, 2008). Aplikasi SIG untuk penentuan lokasi TPA dilakukan dengan

memanfaatkan beberapa fasilitas yang dimiliki oleh SIG, yaitu perhitungan (calculating),

pengharkatan (scorring), tumpang susun (overlay), distance modelling (buffer),

transformasi, penyederhanaan (dissolve) dan generalisasi.

Page 5: Critical Review Penentuan Lokasi Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Sampah Kota Banjarbaru Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG)

3

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 FAKTOR-FAKTOR LOKASI

Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 03-3241-1994 yang diterbitkan oleh

Badan Standardisasi Nasional (BSN), tempat pembuangan akhir (TPA) sampah ialah

sarana fisik untuk menyingkirkan atau mengarantina sampah kota sehingga aman.

Persyaratan didirikannya suatu TPA ialah bahwa pemilihan lokasi TPA sampah harus

mengikuti persyaratan hukum, ketentuan perundang-undangan mengenai pengelolahan

lingkungan hidup, analisis mengenai dampak lingkungan, ketertiban umum, kebersihan

kota/lingkungan, peraturan daerah tentang pengelolahan sampah dan perencanaan tata

ruang kota serta peraturan-peraturan pelaksanaannya.

Ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi untuk menentukan lokasi TPA (SNI

nomor 03-3241-1994). Secara tidak langsung faktor-faktor lokasi penentuan TPA ada di

dalam SNI nomor 03-3241-1994, yaitu :

1. Kemiringan Lereng

Kemiringan lereng berkaitan erat dengan kemudahan pekerjaan kontruksi dan

operasional TPA sampah. Semakin terjal suatu daerah semakin sulit pekerjaan

kontruksi dan pengoperasiannya. Daerah dengan kemiringan lereng >15%

dianggap tidak layak untuk menjadi TPA

2. Kondisi Geologi

Kondisi geologi dalam penentuan lokasi TPA sampah berkaitan dengan patahan

(sesar). Lokasi yang berada di zona sesar aktif dikatakan tidak layak sebagai

lokasi TPA. Jarak terhadap patahan (sesar) ditetapkan 100 meter sebagai buffer

tidak layak. Buffer TPA sampah berfungsi untuk mencegah terjadinya pengaruh

patahan terhadap kontruksi TPA sampah karena zona lemah sehingga tidak stabil

jika terimbas rombakan gelombang gempa.

3. Kedalaman Muka Air Tanah

Kedudukan muka air tanah merupakan parameter penting. Semakin dangkal muka

air tanah, semakin mudah pencemaran terjadi. Daerah dengan kedalaman muka

air tanah kurang dan 10 meter dianggap tidak layak untuk menjadi TPA.

4. Kawasan Lindung

Kawasan lindung seperti hutan lindung, cagar alam, cagar budaya dan

sebagainya yang ditetapkan sebagai kawasan lindung oleh peraturan perundang-

undangan dinyatakan sebagai daerah yang tidak layak untuk menjadi TPA

sampah.

5. Bahaya Banjir

Page 6: Critical Review Penentuan Lokasi Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Sampah Kota Banjarbaru Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG)

4

Daerah berpotensi banjir atau rawan banjir dianggap tidak layak menjadi TPA

sampah karena banjir dapat merusak sarana dan prasarana TPA sampah serta

dapat menyebabkan pencemaran. Daerah yang layak untuk TPA sampah harus

terbebas dari banjir 25 tahunan.

6. Jarak terhadap Badan Air

Jarak terhadap badan air berkaitan tentang garis pantai. Jarak TPA sampah

terhadap garis pantai ditetapkan 300 meter sebagai buffer tidak layak. Buffer ini

berfungsi sebagai sempadan untuk pengolahan pantai.

3.2 ALASAN PEMILIHAN LOKASI

Pemilihan lokasi diawali dengan penentuan kriteria pemilihan lokasi TPA

berdasarkan SNI 03-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat

Pembuangan Akhir Sampah. Dalam penentuan lokasi TPA ini, ditetapkan 15 kriteria

pemilihan lokasi TPA, yang dikelompokkan dua kategori kelayakan, yaitu:

1. Kelayakan regional, meliputi kemiringan lereng, kondisi geologi, jarak terhadap

badan air, jarak terhadap kawasan lindung, jarak terhadap lapangan terbang dan

jarak terhadap perbatasan daerah.

2. Kelayakan penyisih, meliputi luas lahan, zona penyangga, permeabilitas tanah,

kedalaman muka air tanah, intensitas hujan, bahaya banjir dan transportasi

Kemudian dilakukan pengumpulan dan olah data spasial masing-masing kriteria

tersebut dengan memanfaatkan peta tematik, Citra Landsat ETM komposit 457 tahun

perekam 2008 dan foto udara.

Penentuan lokasi TPA dilakukan melalui tiga tahap penilaian. Penilaian tahap

pertama dilakukan dengan metode binary untuk menentukan zone layak atau tidak layak

sebagai lokasi TPA berdasarkan delapan kriteria penilaian kelayakan regional. Pada

lahan yang memenuhi kriteria penilaian diberi nilai 1 dan lahan yang tidak memenuhi

kriteria penilaian diberi nilai 0. Sehingga zone layak TPA ditetapkan apabila nilai lahan

mencapai jumlah maksimal (delapan). Penilaian tahap kedua dilakukan dengan metode

Analytical Hierarchy Process) (AHP) dan Weighted Linear Combination (WLC) untuk

menentukan tingkat kesesuaian lahan dari beberapa alternatif lokasi yang telah diperoleh

pada penilaian pertama tahap pertama berdasarkan tujuh kriteria penilaian kelayakan

penyisih. AHP digunakan untuk menentukan bobot dan nilai dari masing-masing kriteria

penilaian, sedangkan WLC digunakan untuk operasi perhitungan nilai kesesuaian

sebagai lokasi TPA. Hasil penilaian tingkat kesesuaian lahan masing-masing lokasi

dikelompokkan dalam 5 tingkat kesesuaian, yaitu : sangat rendah (30-41), rendah (42-

53), sedang (54-65), tinggi (66-67) dan sangat tinggi (78-90). Penilaian tahap ketiga

(kelayakan rekomendasi dilakukan dengan metode overlay peta hasil penilaian tahap

Page 7: Critical Review Penentuan Lokasi Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Sampah Kota Banjarbaru Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG)

5

sebelumnya dengan Peta Rencana Umum Tata Ruang Kota Banjarbaru 2000-2010 untuk

menetapkan lokasi terbaik dari beberapa alternative lokasi yang telah diperoleh pada

penilaian sebelumnya.

Tabel Kriteria Kelayakan Regional Tabel Kriteria Kelayakan Penyisish

Sumber : SNI 03-3241-1994

No. Parameter Nilai

1.

Kemiringan lereng

a. 0-15%

b. >15%

1

0

2.

Kondisi Geologi

a. Tidak berada di zona sesar aktif

b. Berada di zona sesar aktif

1

0

3.

Jarak terhadap badan air

a. >300 m

b. <300 m

1

0

4.

Jarak terhadap permukiman

a. >1500 m

b. <1500 m

1

0

5.

Kawasan budidaya pertanian

a. >150 m dari kawasan budidaya

b. <150 m dari kawasan budidaya

1

0

6.

Kawasan lindung

a. Di luar kawasan lindung

b. Di dalam kawasan lindung

1

0

7.

Jarak terhadap lapangan terbang

a. >3000 m

b. <3000 m

1

0

8.

Jarak terhadap perbatasan daerah

a. >1000 m

b. <1000 m

1

0

No. Parameter Bobot Nilai

1.

Luas Lahan

a. Untuk operasional > 10 tahun

b. Untuk operasional 5-10 tahun

c. Untuk operasional <5 tahun

5

3

2

1

2.

Kebisingan dan bau

a. Ada zona peyangga

b. Ada zona penyangga yang terbatas

c. Tidak ada zona penyangga

2

3

2

1

3.

Permeabilitas tanah

a. < 10-9

b. 10-9

- 10-6

cm/dt

c. > 10-6

cm/dt

5

3

2

1

4.

Kedalaman muka air tanah

c. ≥ 10 m, permeabilitas < 10-9

cm/dt

d. < 10 m, permeabilitas < 10-9

cm/dt

atau ≥10 m, permeabilitas 10-9

- 10-6

cm/dt

e. < 10 m,permeabilitas 10-9

- 10-6

cm/dt

5

3

2

1

5.

Intensitas hujan

c. < 500 mm/tahun

d. 500-1000 mm/tahun

e. > 1000 mm/tahun

3

3

2

1

6.

Bahaya banjir

c. Tidak ada bahaya banjir

d. Kemungkinan banjir > 25 tahun

e. Kemungkinan banjir < 25 tahun

5

3

2

1

7.

Transport Sampah

c. < 15 menit dari pusat ke sumber

sampah

d. 16-50 menit dari pusat ke sumber

sampah

e. > 60 menit dari pusat ke sumber

sampah

5

3

2

1

Page 8: Critical Review Penentuan Lokasi Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Sampah Kota Banjarbaru Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG)

6

Analisis GIS dilakukan untuk mengevaluasi kriteria-kriteria secara spasial. Proses

buffering dilakukan pada kriteria yang berkaitan dengan jarak atau berkaitan dengan

jangkauan. Sedangkan proses calculating dilakukan terhadap peta luasa lahan, peta

ketersediaan zona penyangga dan peta internsitas hujan. Semua hasil peta tematik di-

overlay merupakan lokasi yang layak untuk TPA. Lokasi rekomendasi TPA diperoleh dari

hasil overlay peta hasil penilaian dengan Peta Rencana Umum Tata Ruang Kota

Banjarbaru 2009-2010.

Pada penilaian tahap pertama (kelayakan regional) dihasilkan tujuh lokasi layak

TPA dengan luas total ± 403,448 ha. Berikut adalah peta zona layak TPA pada penilaian

tahap pertama.

Pada penilaian tahap kedua (kelayakan penyisih) dihasilkan nilai kesesuaian tujuh

lokasi zona layak TPA tersebut adalah 64 atau termasuk dalam kategori tingkat

kesesuaian sedang. Berikut peta penilaian kelayakan penyisih pada penilaian tahap

kedua.

Pada penilaian tahap terkahir dihasilkan satu lokasi yang dapat direkomendasikan

untuk menjadi lokasi TPA Sampah Kota Banjarbaru, yaitu lokasi 4 yang terletak di bagian

timur Kecamatan Cempaka.

Page 9: Critical Review Penentuan Lokasi Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Sampah Kota Banjarbaru Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG)

7

Peta Rencana Umum Tata Ruang Kota Banjarbaru dan Peta Rekomendasi Lokasi

TPA

3.3 IMPLIKASI TERHADAP LOKASI YANG DIPILIH

Dewasa ini pertumbuhan pesat pembangunan di kota-kota besar maka banyak

orang berbondong-bondong ke kota untuk mencari penghasilan, Dengan banyaknya

urbanisasi maka penduduk kota semakin banyak sehingga menimbulkan masalah

kependudukan. Implikasi dari masalah kependudukan ini adalah ketersediaan lahan

sebagai tempat hunian dan banyaknya sampah yang terus bertambah seiring banyaknya

penduduk yang bertambah. Ketersedian lahan yang tersedia untuk hunian harus dikontrol

agar tidak mendekati TPA yang sudah direkomendasikan. Seperti yang dilihat pada peta

rencana umum tata ruang kota Banjarbaru, lokasi TPA merupakan lahan pertanian kering

dimana lahan tersebut berpotensi menjadi hunian/rumah jika sewaktu-waktu kebutuhan

akan rumah meningkat. Banyaknya sampah yang semakin bertambah seiring

bertambahnya penduduk memungkinkan TPA tidak dapat menampung sampah secara

optimal. Maka dari itu perlu adanya pengembangan TPA. Dalam pengembangan TPA,

faktor pembatas kesesuaian lahan perlu diperhatikan diantaranya : faktor permeabilitas

tanah yang tinggi (> 10-6 cm/dt), kedalaman air tanah yang tergolong dangkal (<10 m) dan

intensitas hujan yang tinggi (2425 mm/tahun).

Page 10: Critical Review Penentuan Lokasi Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Sampah Kota Banjarbaru Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG)

8

BAB IV

PENUTUP

4.1 LESSON LEARNED

Beberapa pelajaran yang dapat diambil dari jurnal ini yaitu:

1. Penentuan lokasi TPA sampah yang ideal yang sesuai dengan kriteria yang

tercantum pada SNI 03-3241-1994 agar minimasi dampak lingkungan dapat

dilakukan.

2. Kriteria-kriteria dalam penentuan lokasi TPA sampah dapat dianalisis dengan

menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan cara memberikan penilaian

terhadap masing-masing kriteria untuk mempersingkat waktu analisis berbagai

parameter penilaian kesesuaian lahan.

3. Penentuan lokasi TPA dapat dilakukan dengan metode binary, metode Analytical

Hierarchy Process) (AHP) dan Weighted Linear Combination (WLC) dan metode

overlay.

4. Di dalam penentuan lokasi juga harus mempertimbangan rencana umum tata ruang

wilayah terkait agar nantinya tidak terjadi konflik terhadap ketersedian lahan yang

ada.