BAB I PENDAHULUAN A. Pentingnya critical Book Critical Book merupakan suatu bentuk kritik sastra dimana kita menganalisis buku dengan melihat dari sisi isi, gaya bahasa, dan kejelasan buku. Metode ini sangat penting karna dengan cara ini kita berpikir lebih mendalam tentang sebuah buku yang telah kita baca dan untuk menunjukkan pemahaman kita. B. Tujuan critical report Tujuan critical book adalah untuk memperluas pemahaman kita tentang sebuah buku. Memberikan informasi dasar tentang buku dan isi buku, seperti : 1. Memberikan pengenalan yang mengidentifikasi judul, penerbit, tahun, jumlah halaman dan penulis buku dan jelas menyatakan maksud tertentu dari penulis. 2. Memberikan ringkasan singkat dari buku, mungkin hanya sebuah paragraf yang menguraikan isi buku. Jangan ragu untuk mengutip kata-kata penulis sendiri, atau menggunakan beberapa kutipan ilustratif lain untuk menyampaikan fokus utama dari kritikan. 3. Memberikan rekomendasi. Apakah buku layak dibaca? Apakah keuntungan dan kerugian pembaca setelah membaca buku tersebut ?
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pentingnya critical Book
Critical Book merupakan suatu bentuk kritik sastra dimana kita menganalisis buku
dengan melihat dari sisi isi, gaya bahasa, dan kejelasan buku. Metode ini sangat penting
karna dengan cara ini kita berpikir lebih mendalam tentang sebuah buku yang telah kita
baca dan untuk menunjukkan pemahaman kita.
B. Tujuan critical report
Tujuan critical book adalah untuk memperluas pemahaman kita tentang sebuah
buku. Memberikan informasi dasar tentang buku dan isi buku, seperti :
1. Memberikan pengenalan yang mengidentifikasi judul, penerbit, tahun, jumlah halaman
dan penulis buku dan jelas menyatakan maksud tertentu dari penulis.
2. Memberikan ringkasan singkat dari buku, mungkin hanya sebuah paragraf yang menguraikan
isi buku. Jangan ragu untuk mengutip kata-kata penulis sendiri, atau menggunakan beberapa
kutipan ilustratif lain untuk menyampaikan fokus utama dari kritikan.
3. Memberikan rekomendasi. Apakah buku layak dibaca? Apakah keuntungan dan kerugian
pembaca setelah membaca buku tersebut ?
C. Identitas Buku
Buku yang dikritik
1. Judul buku : Evaluasi Pembelajaran
2. Pengarang : Dr.Zulkifli Matondang, M.Si
3. Penerbit : Program Pascasarjana Unimed
4. Tahun terbit : 2009
5. Kota Terbit : Medan
6. Tebal Buku : 151 halaman
7. Ukuran : cm
Buku Pembanding (buku kedua)
1. Judul buku :
2. Pengarang :
3. Penerbit :
4. Tahun terbit :
5. Kota Terbit :
6. ISBN :
7. Tebal Buku :
8. Ukuran :
BAB II
PEMBAHASAN
(RINGKASAN ISI BUKU )
A. BAB I ( PENGERTIAN DAN PERANAN EVALUASI PEMBELAJARAN )
Tes adalah suatu prosedur sistematis yang dipakai untuk mengukur tingkah laku atau
karakteristik seseorang (popham, 1980 ).
Secara singkat tes merupakan proses pengamatan yang sistematis untuk mengetahui
tingkah laku atau kemampuan siswa dan menggambarkannya dengan skala atau kategori-
kategori yang pasti. Tiga unsurpokok yang tercakup dalam tes yaitu : prosedur sistematis,
tingkah laku, dan skala atau kategori.
Menurut Grolund (1985) Evaluasi merupakan proses mendapatkan tingkat deskripsi
angka bagi individu dengan karakteristik tertentu. Sedangkan Brown (1976 ) berpendapat
pengukuran adalah deskripsi tingkah laku atau karakteristik seseorang yang bersifat
kuantitatif dan diperoleh berdasarkan prosedur-prosedur tertentu dengan bantuan alat
ukur atau instrumen khusus yang dirancang untuk tujuan pengukuran.
Evaluasi atau penilaian adalah proses sistematis mengumpulkan, menganalisis dan
menginterpretasi informassi dalam menentukan sejauh mana siswa telah mencapai tujjuan
pengajaran.
Empat tugas pokok seorang pengajar adalah merencanakan, melaksanakan, dan
menilai keberhasilan pengajaran, serta memberikan bimbingan. Pengukuran dan penilaian
berfungsi pemantau kinerja komponen-komponen tersebut dalam mencapai tujuan akhir
proses belajar mengajar.
B. BAB II ( BENTUK-BENTUK TES )
Sebagai alat pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis tergantung dari
segi mana atau dengan alasaan apa penggolongan tes itu dilakukan :
a) Penggolongan tes berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur perkembangan
kemajuan belajar siswa maka tes terdiri dari :
Tes seleksi ( ujian saringan )
Tes awal ( pre-test )
Tes akhir ( post test )
Tes diagnostik
Tes formatif
Tes sumatif
b) Penggolongan tes berdasarkan aspek psikis yang ingin diungkap antara lain :
Tes intelegensi ( inteltegency test )
Tes kemampuan ( aptitude test )
Tes sikap ( attitude test )
Tes kepribadian ( peresonality test )
Tes hasil belajar atau tes pencapaian ( achievement test )
c) Penggolongan lain-lainnya antara lain :
Dilihat daari segi banyaknya peserta test antara lain test individual dan tes
kelompok
Dilihat dari segi waktu pelaksanaan yang disediakan testee untuk
menyelesaikan test, antara lain power test dan speed test
Dilihat dari bentuk responnya, tes dibagi menjadi dua golongan yaitu
verbal test dan nonverbal test
Dilihat dari cara mangajukan pertanyaan dan cara memberikan
jawabannya, test dibedakan menjadi dua golongan yaitu tes tertulis dan
tes lisan
Tes hasil belajar merupakan salah satu jenis tes yang digunakan untuk mengukur
perkembangan atau kemajuan peserta didik setelah mereka mengikkuti proses
pembelajaran. Ditinjau dari bentuk soal dapat dibedakan tes bentuk uraian dan tes bentuk
objektif .
1. Tes uraian ( essay )
Tes uraian adalah tes hasil belajar yang memiliki karakteristik berbentuk pertanyaan
atau perintah yang menghendaki jawaban berupa kalimat yang cukup panjang, menuntut
jawaban berupa penjelasan, komentar dsb dan jumlah butir soalnya umumnya terbatas,
pada umumnya butir-butir soal tes diawali dengan kata jelaskan, terangkan, uraikan,
mengapa, bagaimana dll.
Kebaikan penggunaan tes uraian antara lain :
Dapat mengukur hasil belajar yang kompleks, yang tidak dapat diukur dengan
tes atau cara yang lain
Dapat mengukur perpaduan dan aplikasi tentang ketrampilan bepikir dan
ketrampilan memecahkan masaalah
Mudah disusun ( dibuat )
Keburukan penggunaan tes uraian antara lain
Hasil pengukuran yang diperoleh sulit mencerminkan hasil belajar yang
sebenarnya
Memiliki keterbatasan akibat tidak konsistensinya penyekoran
Memerlukan banyak waktu untuk menilai jawaban
Sampling yang diukur tebatas
2. Tes objektif
Tes objektif adalah salah ssatu jenis tes hassil belajar yang terdiri dari butir-butiir soal
yang dapat dijawab oleh testee denngan jalan memilih salah satu ( atau lebih ) diantara
beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing item.
Tes obbjektif dapat dibedakan menjadi lima golongan yaitu :
a. Tes objektif bentuk benar-salah ( true- false test )
b. Tes objektif bentuk menjodohkan ( matching test )
c. Tes objektif bentuk jawaban singkat ( short answer )
d. Tes objektif bentuk pilihan ganda ( multipel choice item test )
a. Tes objektif benar salah
Kebaikan penggunaan tes objektif benar salah antara lain :
Mudah disusun
Materi belajar atau smpling yang cukup luas dapat dicakup
Keburukan penggunaan tes objektif benar salah antara lain :
Jenis hasil belajar yang dapat diukur umumnya yang diukur terbatas pada
aspek pengetahuan saja
Mudah ditebak
b. Tes objektif menjodohkan
Kebaikan penggunaan tes objektif menjodohkan antara lain :
Mudah disusun
Dapat mencakup aspek yang luas khususnya meteri faktual yang ada
kaitannya dan dalam wwaktu yang relatif singkat
Keburukan penggunaan tes objektif menjodohkan antara lain :
Lebih banyak mengungkap atau mmengukur informasi faktual dan untuk
materi pelajaran yang berhubungan
Sulit menemukan materi pelajaran yang homogen
c. Tes jawaban singkat
Kebaikan penggunaan tes jawaban singkat antara lain :
Lebih mudah disusun, karena hasil belajar yang diukur relatif sederhana
Siswa diminta hanya memberi jawaban
Keburukan penggunaan tes jawaban singkat antara lain :
Tidak cocok untuk mengukur hasil belajar yang kompleks
d. Tes pilihan berganda
Kebaikan penggunaan tes pilihan ganda antara lain :
Siswa tidak mudah menemukan pernyataan ( jawaban ) yang salah, siswa juga
harus mengetahui mana yang benar
Realibilitass butir tinggi
Homogenitas materi pelajaran terhindarkan
Kebaikan penggunaan tes pilihan ganda antara lain :
Terbatass pada hasil belajar tingkat verbal
Karena yang diminta hanya memilih jawaban yang benar saja, maka kurang
baik digunakan untuk mengukur keterampilan memecahkn masalah dalam
matematik, pengetahuan alam, mengukur kemampuan mengemukakan ide
Harus memperhatikan option, misalnya distraktor.
C. BAB III ( PENDEKATAN PEMBERIAN NILAI DALAM PEMBELAJARAN)
Dalam pendekatan acuan norma hasil yang diperoleh siswa dibandingkan dengan
yang diperoleh siswa lain daalam kelompoknya. Patokan pembanding yang digunakan
dalam menentukan keberhasilan siswa adalah hasil kelompok itu yang diperoleh pada saat
penilaian atau pengukuran berlangsung, dengan demikian hasil yang diperoleh siswa tidak
dikaitkan dengan patokan atau kondisi diluar kelompok tersebut. Dasar penilaian adalah
kurva normal sedangkan besaran yang dipakai untuk menafsirkan angka yang diperoleh
siswa adalah angka rata-rata dan simpangan baku
Sedangkan pendekatan acuan patokan terlebih dahulu guru harus menentukan
paatokan-patokan batas lulus atau tingkat penguasaan minimum yang akan dipakai unttuk
membandingkan skor siswa sehingga hasil tersebut memiliki arti tertentu. Siswa baru
dapat beralih ke pelajaran berikutnya bila ia telah lulus aatau memenuhi kriteria yang
dibuaat sebagai patokan, sedangkan siswa yang belum lulus diharuskan untuk mengulang
lagi belajarnya sampai batas tersebut tercapai.
D. BAB IV ( PRINSIP DAN PROSEDUR PENILAIAN)
Prinsip-prinsip dalam penilaian antara lain sebagai berikut :
Dalam menilai hasil belajar hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga jelas
abilitas yang harus dinilai, materi penilaian , alat penilaian dan interpretasi hasil
penilaian. Sebagai patokan atau rambu-rambu dalam merancang penilaian hasil
belajar adalah kurikulum yang berlaku dan buku pelajaran yang digunakannya.
Dalam kurikulum hendaknya dipelajari tujuan-tujuan kurikuler dan tujuan
intruksionalnya, pokok bahasan yang diberikan, ruang lingkup dan urutan
penyajian serta pedoman bagaimana pelaksaanaannya.
Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses belajar
mengajar. Artinya, penilaian senantiasa dilaksaanakan pada setiap saat proses
belajar mengajar sehingga pelakssanaanya berkesinambungan. Prinsip ini
mengisyaratkan pentingnya penilaian formatif untuk guru dan siswa
Agar diperoleh hassil belajar yang objektif dalam pengertian menggambarkan
prestasi dan kemampuan siswa sebagaimana adnya, penilaian harus
menggunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komperhensif. Dengan
komprehensif penilaian tidak hanya pada aspek kognitif tetapi juga aspek afektif
dan psikomotorik.
Penilaian hasil belajar hendaknnya diikuti dengan tindak lanjutnya. Data hasil
penilaian sangat bermanfaat bagi guru amupun bagi siswa. Oleh karena itu, perlu
dicatat secara teratur dalam catatan khusus mengenai kemajuan siswa.
Demikian juga data hasil penilaian harus dapat ditafsirkan sehingga guru dapat
memahami para siswanya terutama prestasi dan kemampuan yang dimilikinya.
Bahkan jika mungkin, guru dapat meramalkan prestasi siswa pada masa datang.
Ada beberapa langkah yang dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan proses
penilaian hasil belajar yakni :
Merumuskan atau mempertegas tujuan-tujuan pengajaran
Mengkaji kembali materi pengajaran berdasarkan kurikulum dan silabus mata
pelajaran
Menyusun alat-alat penilaian, baik tes maupun nontes yang cocok digunakan
dalam menilai jenis-jenis tingkah laku yang tergambar dalam tujuan pengajaran
Menggunakan hasil-hasil penilaian sesuai dengan tujuan penilaian tersebut yakni
untuk kepentingan pendeskripsian kemampuan siswa, kepentingan perbaikan
pengajaran, kepentingan bimbingan belajar maupun kepentingan laporan
pertanggungjawwaban pendidikan.
Langkah penyusunan alat-alat penilaian :
Menelaah kurikulum daan buku pelajaran agar daapat ditentukan lingkup
pertanyaan, terutama materi pelajaran, baik luasnya maupun kedalamannya
Merumuskan tujuan instruksional khusus sehingga jelas betul abilitas yang harus
dinilainya
Membuat kisi-kisi atau blueprint alat penilaian
Menyusun atau menulis soal-soal berdasarkan kisi-kisi yang dibuat
Membuat dan menentukan kunci jawaban soal.
E. BAB V ( SYARAT-SYARAT TES )
Syarat-syarat suatu alat ukur yang memenuhi syarat baik sebagai alat ukur adalah
sebagai berikut :
a. Harus efisien, parsimory
b. Harus standardize
c. Mempunyai norma
d. Objektif
e. Valid
f. Reliabel
Untuk mendaapatkan instrumen yang baik, ada beberapa tahap sebagai berikut :
a. Menentukan kegunaan pengukuran
b. Menentukan tingkah laku yang mewakili konstruk apa yang diukur
c. Domain sampling
d. Spesifikasi item
e. Item review
f. Item try out
g. Item field test
h. Analisa butir
i. Validitas dan realibitas
j. Membuat panduaan
k. Tabel norma
F. BAB VI ( LANGKAH PENYUSUNAN TES )
Langkah-langkah penyiapan perangkat tes :
a. Menetapkan tujuan tes
Tujuan pengggunaan tes akan memberikan corak dan bentuk terhadap
penyusunan butir soal. Misalnya bila tes itu dimaksudkan sebagai ujian akhir
nasional (UAN) maka butir soal harus disusun mulai dari yang mudah sampai
kepada yang sukar.
b. Analisis kurikulum
Isi bahan pengajaran yang disajikan dikelas senantiasa mengikuti kurikulum yang
berlaku
c. Analisis buku pelajaran
d. Menentukan kisi-kisi
Kisi-kisi adalah suatu daftar berbentuk matriks yang memuat komponen-
komponen sbb :
Pokok bahasan
Aspek intektual
Bentuk soal
Tingkat kesukaran soal
Jumlah dan proposi butir soal
Format-format penyusunan
a. Format spesifikasi butir soal
Format ini menggambarkan alokasi butir soal sehubungan dengan tujuan tes dan
alokasi butir soal sehubungan dengan isi.
b. Format kisi-kisi tes
Format kisi-kisi adalah format yang dibuat terakhir dari seluruh langkah kegiatan
perencanaan tes.
Petunjuk tes
Petunjuk tes dimaksudkan untuk membimbing peserta tes bagaimana mereka
melaksanakan/ menjawab tes . petunjuk ini terdiri dari dua macam , yaitu : petunjuk
khusus dan petunjuk umum .
a. Petunjuk umum berisi :
Pengisian identitas peserta
Tempat memberi jawaban
Penjelasan tentang sistem penilaian
b. Petunjuk khusus berisi :
Tanda yang dipergunakan dalam memberi jawaban
Jawaban pilihan yang diminta
Waktu tes
Waktu tes adalah lamanya penyediaan waktu untuk mengerjakan tes, biasanya
dituliskan dalam jumlah menit. Untuk tes benar salah secara umum junlah waktu
yang disediakan sekitar 30 detik , tes pilihan gandda 60 detik untuk setiap butir soal.
G. BAB VII ( PENYAJIAN TES )
Beberapa hal ini yang berhubungan dengan penyajian tes adalah masalah fisik ,
lingkungan, disiplin dan pengawasan.
Penyajian tes sehubungan dengan perangkat soal menyngkut hal sbb :
a. Penulisan butir soal
Bagi tes objektif teruam pilihan ganda, sebaiknya alternatif jawaban tersusun ke
bawah walaupun mungkin bisa dibuatdua atau lebih alternatif jawaban dalam
stu baris.
b. Penyajian perangkat soal sebaiknya dilakukaan dengan memperbanyakk
perangkat soal sesuai dengan jumlah peserta tes.
c. Kondisi tulisan perangkat soal harus jelas dan terang.
d. Padaa tes esai walaupun sedikit soalnya akan lebih beik bila diperbanyak
dibandingkan dengan soal tersebut didektekan.
Ada beberapa faktor yang berhubunngan dengan pelaksanaan tes disekolah antara
lain :
a. Faktor fisik
Faktor fisik meliputi hal-hal yang berhubungan dengan fisik murid dan pengawas,
sedangkan faktor lingkungan meliputi meja, bangku dan ruangan suasana dalam
dan luar ruangan pelaksanaan tes.
b. Disiplin dan pengawasan
Disiplin dan pengawasan berhubungan dengan peraturan/tata tertib yang
ditetapkan berhubungan dalam pelaksanaan tes.
Beberapa ketentuan / tata tertib pelaksanaan tes yang cukup penting adalah :
Kehadiran peserta tes
Penyediaan bahan-bahan
Tanda peserta ujian
Larangan –larangan
Tanda-tanda waktu pelaksanaan tes
Sangsi-sangsi
Pemeriksaaan jawaban tes
Sesuai dengan bentuk tes, pemeriksaan jawaban secara umum terbagi atas tes
esai dan tes objektif.
a. Pemeriksaan jawaban tes esai
Kunci jawaban tes esai haruslah lebih dahulu direncanakan dan
sebaiknya kunci ini telah dibuat segera setelah butir soal ditulis.
Skor untuk setiap soal memakai sistem “weight”, yaitu perbandingan
berat harga penilaian dari setiap soal adalah berdasarkan tingkat
kesukaran soal.
Rentangan yang dipakai dalam menskor tes secara keseluruhan atua
menskor setiap soal hendaknya sesederhana mungkin jadi tidak terlau
kecil atu besar.
Setiap jawaban harus dibaca secara keseluruhan untuk mendapatkan
inti jawaban dan kualitas jawaaban.
Penggunaan whole method dalam memeriksaa lembar jawaban, yaitu
pemeriksaan jawaban dari suatu nomor untuk semua lembar jawaban.
Waktu yang digunakan untuk memeriksa jawaban hendaknya benar-
benar direncanakan jadi bukan dimana ada kesempatan atau sambil lalu
seperti kebiasaan yang sering terjadi.
b. Pemeriksaan jawaban tes objektif
Pemeriksaan jawaban tes objektif jauh lebih mudah dari pemeriksaaan
jawaban esaai. biasanya dilakukan dengan memakai lembar kunci
jawaban.
Pada saat inni pemeriksaan jawaban tes objektif dilakukan dengan
memakai komputer. Pemakaian alat ini hendaknya didasarkan atas
jumlah peserta yang sangat banyak dan mempertinggi ketelitian
pemeriksaan.
Menerka jawaban adalah salah saatu kelemahan yang terdapat pada tes
objektif, maka dalam mencari skor dipergunakan rumus yang bertujuan
mengurangi pengaruh terkaan terhadap skor tes.
Rumus : Sc = R – W/Op – 1
Sc = skor akhir
R = right (jumlah jawaban benar )
W = wrong ( jumlah jawaban salah )
Op = option ( jumlah kemungkinan jawaban )
1 = angka satu (bilangan tetap )
Sebaiknya untuk menetapkan skor akhir peserta dipergunakan lagi
sistem weight sesuai dengan tingkat kesukarannya bentuk soal dan
banyaknya pertanyaan untuk setiap bentuk soal.
H. BAB VIII ( DATA HASIL PENILAIAN )
Proses mengubah data menjadi skor masak dengan menggunakan teknik statistika
disebut pengolahan data. Pengolahan data dimaksudkan untuk :
Menentukan posisi dan prestasi atau nilai siswa dibandingkan dengan
kelompoknya.
Menentukan batas kelulusan berdasarkan kriteria yang ditentukan.
Berikut ini akan dibahas cara-cara mengolah data hasil pengukuran melalui alat-alat
penilaian yang lazim digunakan yakni tes prestasi belajar .
1. Batas kelulusan
Ada batas kelulusan yang berorientasi kepada penilaian acuan norma yakni batas
lulus aktual dan batas lulus ideal. Dan ada pula batas kelulusan yang berorientasi
kepada sistem penilaian acuan patokan yakni batas lulus purposif .
a. Batas lulus aktual
Batas lulus aktual didasarkan atas nilai rata-rata aktual atau nilai rata-rata
yang dapat dicapai oleh kelompok siswa. Unsur yang diperlukan untuk
menetapkan batas lulus aktual adalah nilai rata-rata aktual dan simpangan
baku aktual. Biasanya skor yang dinyatakan lulus adalah skor diatas (X + 0,25
SD ) X = nilai rata-rata kelas dan SD = simpangan baku atau deviasi standar.
b. Batas lulus ideal
Batas lulus ideal hampir sama dengan batas lulus aktual, yakni menentukan
batas lulus dengan menggunakan nilai rata-rata dan simpangan baku ideal.
c. Batas lulus purposif
Batas lulus purposif mengacu kepada penilaian acuan patokan sehingga tidak
perlu menghitung nilai rata-rata dan simpangan baku. Dalam hal ini
ditentukan kriteria nya, misalnya 75 %. Artinya skor dinyatakan lulus adalah
skor diatas 75 % dari skor maksimum.
2. Kecendrungan memusat dan keragaman
Simpangan baku menjadi slah satu pembahasan atau bagian dari ukuran
keragaman atau disversi disamping ukuran lainnya yakni rentangan dan variansi.
a. Ukuran kecendrungan memusat
Ada tiga ukuran kecendrungan memusat yang paling banyak digunakan yakni
modus, median, mean ( nilai rata-rata )
b. Ukuran keragaman
Ukuran keragaman yang paling sederhana adalah rank yakni selisih skor
tertinggi dengan skor terendah. Sedangkan ukuran keragaman lain yang
paling banyak digunakan adalah simpangan baku dan variansi.
Nilai rata-rata dan simpangan baku sangat diperlukan untuk mengolah data
hasil tes maupun untuk keperluan analisis lebih lanjut untuk keperluan penilaian,
rata-rata dan simpangan baku digunakan dalam :
Menentukan batas kelulusan, terutama batas lulus aktual dan batas lulus
ideal
Membuat konversi nilai
Mengubah skor mentah ke dalam skor baku seperti skor z dan skor T.
Menetukan atau menghitung korelasi, signifikan dll.
I. BAB IX ( TRANSFORMASI DATA PENILAIAN )
1. Skor baku ( skor z dan skor T )
Jika ingin membandingkan dua sebaran skor yang berbeda standar yang
digunakannya, misalnya yang satu menggunakan nilai standar 10 dan yang satu lagi
menggunakan standar 100, sebaiknya dilakukan transformasi atau mengubah skor
mentah ke dalam skor baku. Ada dua macam skor baku, yakni skor z dan skor T. Skor
z dapat dihitung dengan membagi selisih skor dan nilai rata-ratanya dengan
simpangan baku nya.
Z = ( X- X ) / S
Contoh :
Iwan memperoleh skor 75 dari skor maksimum 100. Rata-rata kelas atau mean
adalah 60 dan simpangan baku nya adalah 10.
Skor Z iwan adalah = 75-60 / 10 = 1,5
Misalkan kita akan membandingkan dua skor yang berbeda rentangnya. Skor
pertama menggunakan 0-10 dan yang satu lagi menggunakan rentanng 0-100. Iwan
memperoleh skor matematika 6,5 dalam standar 0-10. Rata-rata kelas adalah 6.
Simpangan baku nya adalah 0,8.sedangkan skor bahasa inggris sebesar 80 dari
rentangan 0-100. Rata-rata kelas untuk bahasa inggris adalah 75 dengan simpangan
baku 10.
Pertanyaannya : dalam pelajaran manakah iwan lebih unggul ? untuk menjawab
pertanyaan tersebut kita gunakan skor z.
Skor z untuk matematika adalah : 6,5-6 / 0,8 = 0,625
Skor z untuk bahasa inggris 80 -75 / 10 = 0,5
Dengan membandingkan skor z diatas dapat disimpulkan bahwaa iwan lebih
unggul dalam hal matematika dari pada dalam bahasa inggris.
Kelemahan skor z ialah berhadapan dengan bilangan negatif daan bilangan
pecahan sehingga kurang praktis. Untuuk itu dapat digunakan skor baku lainnya
yakni skor T.
Skor t diperoleh dengan mengalihkan skor z kepada bilangan 10 kemudian
ditambah dengan bilangan 50 sehingga diperoleh skor dalam rentangan 0-100.
Maka skor iwan menjadi skor T matematika (0.625 x 10 ) +50 = 56,25
Skor T bahasa inggris ( 0,5 x 10 ) + 50 = 55,0
Nilai rata-rata, simpangan baku dan skor z sangat penting kegunaanya untuk
melukiskan sebaran skor dalam kurva normal. Kurva normal adalah distribusi atau
penyebaran teoritis dari skor dalam hal sebagian besar skor yang diperoleh subjek
mengelompokan sekitar rata-ratanya.
2. Konversi nilai
Standar yang sering digunakan dalam menilai hasil belajar dapat dibedakan ke
dalam beberapa kategori yaitu :
a. Standar seratus ( 0-100 )
b. Standar sepuluh ( 0- 10 )
c. Standar empat ( 1-4 ) atau dengan huruf (A-B-C-D )
Dalam konversi nilai digunakan dua cara yakni cara yyang menggunakan rata-
rata dan simpangan baku dan cara tanpa menggunakan rata-rata dan simpangan
baku .
3. Pengolahan data hasil non tes
Proses hasil belajar tidak hanya bisa diukur dengan tes tetapi juga dengan alat-
alat ukur bukan tes seperti kuisioner, waawancara, observasi dan skala .
Dapat digunakan cara persentase, modus, peringkat , atau ordinal untuk
pengolahan data.
Pada umumnya data hasil nontes bertujuan untuk mendeskripsikan hasil
pengukuran sehingga dapat dilihat kecendrungan jawaban responden melalui alat
ukur tsb.
a. Pengolahan data hasil wawancara dan kuesioner
Dari data hasil wawancara dan kuesioner pada umumnya dicari frekuensi
jawaban responden untuk setiap alternatif yang ada pada setiap soal. Frekuensi
yang paling tinggi ditafsirkan sebagai kecendrungan jawaban alat ukur tsb dan
sebaliknya.
Contoh nya : melalui kuesioner ataupun wawancara diungkapkan pandangan
siswa mengenai guru yang diharapkan dalam : kemampuan mengajar dan
hubungan dengan siswa
b. Pengolahan data hasil observasi
Pengolahan data hasil observasi sangat bergantung pada pedoman
observasinya, terutama dalam mencatat hasil observasi yang dinyatakan dalam
bentuk pernyataan-pernyataan sebagaimana adanya yang tampak dari perilaku
yang diobservasi, diolah dengan melakukan analisis dan interpretasi seluruh hasil
pengamatan tsb. Dengan kata lain dengan menggunakan analisis kualitatif tentu
sifatnya subyektif yakni dipengaruhi oleh pengamatannya.
c. Pengolahan data skala penilaian atau skala sikap
Penilaian haampir sama dengan observasi, untuk setiap siswa yang diukur
melalui skala penilaian atau skala sikap bisa ditentukan :
Perolehan skor dari seluruh butir ditentukan
Skor rata-rata dari setiap pertanyaan dengan membagi jumlah skor oleh
banyaknya pertanyaan.
Interpretasi terhadap pertanyaan mana yang positif atau baik dan
pertanyaan atau aspek mana yang negatif atau kurang baik .
Uraian pengolahan data diatas terbatas pada hal-hal yang sederhana dengan
maksud dapat dipraktekan dalam tugass sehari-hari.
J. BAB X ( PENGOLAHAN DATA HASIL TES )
1. Teknik pemberian skor hasil belajar
Pemberian skor merupakan langkah pertama dalam proses pengolahan hail tes,
yaitu proses pengubahan jawaban-jawaban soal tes menjadi angka-angka.
Penggunaan simbol untuk menyatakan nilai-nilai hasil tes itu ada yang tertuang
dalam rentangan 0-10 ataupun 0-100 dan ada pula dalam bentuk huruf A,B, C, D, E.
Pemberian skor pada hasil yang diperoleh siswa dilakukan dengan cara
membandingkan hasil itu dengan kunci yang telaah disusun. Cara ini berlaku untuk
tes objektif maupun subjektif.
a. Pemberian skor tes essay atau uraian
Agar pemberian skor pada suatu tes dapat seobjektif mungkin, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan :
Terlebih dahulu ditetapkan apa yang akan dinilai
Menentukan bobot maing-masing bagian jawaban yang dinilai
Sedapat mungkin tidak mengetahui nama siswa yang dikoreksi
Tidak memberikan penilaaian terhadap keindahan penulisan, kebersihan
kertas dll yang bersifat subjektif, kecuali bila aspek itu termasuk dalam
penilaian.
Rumus yang dipakai untuk memberikan skor : S=R
Dimana : S = skor yang dicari
R = jumlah jawaban betul
b. Pemberian skor tes objektif
Tes benar salah
Dalam tes yang bersifat objektif pemberian skor untuk setiap jawaban
diberi skor satu makaa pemberian skor S = R
Bila dilakukan koreksi terhadap quessing maka pemberian skor :
S = R - Wn−1 ( rumus umum )
Dimana : S = skor yang sedang dicari
R = jumlah jawaban betul ( right )
W = jumlah jawaban salah ( wrong )
N = jumlah alternatif butir
Maka untuk jenis tes benar-salah digunakan rumus :
S = R - Wn−1 = R -
W2−1 jadi S = R – W
Menjodohkan
S = R
Jawaban singkat
S = R
Pilihan berganda
S = R
Koreksi terhadap quessing, diperoleh tiga alternatif, yaitu :
Tiga pilihan jawaban dengan skor : S = R - W2
Empat pilihan jawaban dengan skor : S = R - W3
Lma pilihan jawaban dengan skor : S = R - W4
2. Teknik pengolahan dan pengubahan skor hasil tes belajar menjadi nilai
Skor adalah hasil pekerjaan menyekor ( memberikan angka ) yang diperoleh
dengan jalan menjumlahkan angka-angka bagi setiap butir atau item yang telah
dijawab dengan betul dengan mempertimbangkan bobot jawaban betul nya.
Sedangkan nilai adalah angka atau huruf yang melambangkan seberapa besar
kemampuan yang telah ditunjukan oleh testee terhadap materi atau bahan yang
diteskan, sesuai dengan tujuan instruksional yang telah ditentukan.
Oleh karena itu jelaslah bahwa untuk sampai kepada nilai,, maka skor-skor hasil
tes yang pada hakekatnya masih merupakan skor mentah itu perlu diolah sehingga
menjadi skor standaar dan baku .
a. Pengolahan dan pengubahan skor mentah hasil tes menjadi nilai standar
Ada dua hal yang perlu dipahami dalam pengolahan dan pengubahan skor
mentah menjadi skor standar atau nilai .
Dalam pengolahan dan pengubahaan skor mentah menjadi nilai ada dua cara
yang ditempuh :
Dilakukan dengan mengacu atau mendasarkan diri pada patokan atau
kriteria. Cara ini sering disebut dengan istilah penilaian beracuan
patokan ( PAP ).
Dilakukan dengan mengacu ataau mendaasarkan diri pada norma atau
kelompok. Cara ini dikenal dengan istilah penilaiaan beracuan norma
( PAN ).
Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dapat
menggunakan berbagai pendekatan skala, seperti skala ( stanfive ) yaitu
nilai standar bersakala lima yang dikenal dengan huruf A, B, C, D dan E,
skala sembilan ( stanine ) yaitu nilai standar berskala sembilan yang
rentang nilaainya dimulai 1-9, skala sebelas ( stanel standar eleven
points scale ) yaitu rentangan nilai dari 0-10, z skor ( nilai standar z ) dan
T (nilai standar T )
3. Interpretasi skor siswa
Interpretasi berdasarkan patokan PAP biasanya diterapkan pada pengujian
yang mengukur keberhasilan siswa mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang
telah ditentukan .
Dengan demikian diperlukan ketentuan antara lain :
Tujuan instruksional dinyatakan secara jelas
Butir-butir soal didalam tes harus relevan dengan tujuan pembelajaran
yang akan diukur
Butir soal dibuat sebanyak mungkin untuk mengukur tujuan pengajaran
sehingga dapat diketahui tugaas-tugas yang telah atau belum dikuasai.
Dengan PAN ada dua cara yang dapat ditempuh. Pertama penampilan siswa
dibandingkan dengan siswa yang lain untuk tujuan membuat rangking.
K. BAB XI ( MENGANALISIS TES )
Menganalisis tes merupakan upaya untuk mengetahui tingkat kebaikan tes yang akan
digunakan. Dalam melakukan analisis tes sangat berkaitan dengan analisis butir soal.
Analisis butir soal atau analisis item adlah pengkajian pertanyaan – pertanyaan tes agar
diperoleh perangkat pertanyaan yang memiliki kualitas yang memadai.
Ada dua jenis analisis butir tes, yaitu :
a. Analisis Tingkat kesukaran
Menganalisis tingkat kesukaran soal artinya mengkaji soal – soal tes dari segi
kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal – soal mana yang termasuk mudah, sedang,
dan sukar. Untuk memperoleh soal yang baik, disamping memenuhi validitas dan
reliabilitas, adalah adanya keseimbangan dari tingkat kesulitan soal tersebut.
Keseimbangan yang dimaksud adalah adanya soal – soal yang termasuk mudah, sedang,
dan sukar secara proporsional.
Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam
menjawab, bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal. Persoalan yang penting
dalam melakukan analisis tingkat kesukaran soal adalah penentuan proporsi dan kriteria
yang termasuk mudah, sedang dan sukar.
Perbandingan antara soal mudah, sedang dan sukar bisa dibuat 3 – 4 – 3 . artinya, 30
% kategori mudah, 40 % soal kategori sedang, dan 30% lagi soal kategori sukar. Misalnya,
dari 60 soal pertanyaan pilihan ganda terdapat 18 soal kategori mudah, 24 kategori
sedang, dan 18 soal kategori sukar. Perbandingan lain yang termasuk sejenis dengan