This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Development Editing Pictorial Editing Smart Editing
Pengantar
Benar sekali, Anda sedang memasuki dunia kreatif yaitu bidang yang termasuk langka di Indonesia yaitu publishing science dan editologi. Menarik sekali bahwa dalam dunia yang terus berubah dan bergerak cepat, terutama teknologi, kita mengkhawatirkan fenomena electronic publishing. Namun, kekhawatiran sebenarnya terjadi pada industri percetakan (printing house) dengan asumsi pengurangan konsumsi kertas besar-besar. Kelak, bisnis hanya hidup dari short-run printing alias percetakan oplag kecil yang kini berkembang menjadi teknologi cetak print-on-demand (POD).
Namun bisnis kreativitas yang diwakili dengan produksi content tidak akan pernah mati. Itulah bisnis yang dimainkan oleh para penerbit. Content senantiasa ter-update dan selalu memerlukan sentuhan kreativitas dalam penyajiannya. Kreativitas penulis, lalu dijaga betul oleh mitra yang disebut EDITOR. Editor berperan memberi dukungan (supporting) kepada penulis—ia tidak lebih tahu soal content, tetapi ia memiliki wawasan dan intuisi untuk mengembangkan content tersebut. Karena itu, ia pun mutlak perlu menguasai Creative Editing.
Dalam bukunya Creative Editing karya Dorothy A. Bowles dan Diane L. Borden menyebutkan bahwa editor akan menjadi garda depan pada abad 21 ini untuk mengawal berbagai jenis terbitan, baik tercetak maupun online dan mereka menjadi jantung sebuah penerbitan untuk tetap eksis. Di sinilah diperlukan peningkatan kreativitas terus-menerus, terutama sikap terhadap perkembangan teknologi.
Creative Editing menjadi sebuah cara ataupun teknik melakukan editing secara kreatif menggunakan berbagai fasilitas teknologi sesuai dengan karakteristik penerbit, tren, maupun kebutuhan dan keinginan masyarakat pembaca.
Pada hari ini, para editor berhadapan dengan fiksi, nonfiksi, dan faksi dengan perkembangan penyajian yang sungguh luar biasa pesat. Para editor berhadapan dengan want (keinginan) pembaca untuk karya-karya berbasis fiksi dan faksi. Lalu, para editor berhadapan dengan need (kebutuhan) pembaca untuk karya-karya berbasis nonfiksi.
Semua harus ditampilkan dengan cara-cara kreatif agar menarik bagi calon pembaca atau pembaca sasaran. Saya akan bahas lebih jauh. Namun, sebelumnya, saya tampilkan tugas, karakteristik, harapan, dan keterampilan yang diharapkan dari seorang editor ataupun copyeditor. Kita perlu mengukur diri kita dibandingkan dengan fenomena sebenarnya yang berlaku di dunia penerbitan secara global, baik penerbitan buku maupun media massa.
Editing yang baik kini merupakan pertaruhan bagi sebuah penerbitan, baik buku maupun media massa. Pertaruhan untuk menarik minat pembaca sasaran, menguatkan citra penerbitan, sekaligus mendorong bisnis penerbitan itu sendiri. Berikut tugas-tugas tersebut.
1. Pengembangan Naskah: Naskah yang diterima dari penulis tak selalu sempurna. Beberapa naskah memerlukan pengembangan (substantive editing) dan kadang-kadang harus ditulis ulang (rewriting). Hal ini menjadi bagian dari tugas editor, namun ia tidak ikut sebagai penulis—dalam banyak hal kerapkali editor tergoda untuk merombak seluruh tulisan.
2. Koreksi eror tata bahasa, ejaan, dan gaya penerbitan, termasuk dalam bahan grafis: Bagian ini menjadi tugas pokok seorang editor atau copyeditor. Ia perlu memahami segala aspek tata bahasa, ejaan, dan gaya selingkung penerbitan. Ia juga harus memberikan komitmen terhadap penggunaan bahasa yang baik dan benar.
3. Koreksi eror dalam data dan fakta: Editor juga perlu menggunakan konsentrasi tinggi untuk mengecek kebenaran data dan fakta, seperti angka-angka, tanggal, nama tokoh, ataupun fakta sebuah peristiwa. Banyak penulis yang abai soal data/fakta ini atau mereka menyajikan sesuatu yang sudah tidak up to date lagi.
4. Kontrol nilai isi: Isi naskah mungkin saja tidak sesuai dengan harapan redaksi atau ada hal-hal yang justru menyulitkan pemahaman pembaca. Untuk itu, editor perlu mengecek dan mengontrol nilai isi dari segi kepentingan, kemenarikan, dan kebermanfaatannya untuk publik pembaca.
5. Kontrol aspek pencemaran nama baik dan masalah-masalah hukum: Hal ini juga perlu menjadi bahan perhatian. Ada perubahan perilaku yang terjadi pada sebagian masyarakat ketika maraknya media online, seperti milist, blog, atau situs pertemanan. Banyak orang semakin mudah mengumbar sumpah serapah, menggunjingkan orang lain, bahkan menghina. Perilaku ini bisa saja terbawa dalam penulisan naskah dan editor perlu jeli untuk menghindarkan tuntutan dari pihak lain.
6. Penjagaan reputasi penerbitan dan citra: Penampilan penulisan, kebenaran isi, kemenarikan isi, kebermanfaatan isi, dan juga sejauh mana isi mengandung hal-hal yang up to date akan membentuk citra sebuah penerbitan. Karena itu, editor berperan penjaga penampilan isi ini dengan saksama.
7. Penulisan pendukung: Editor kadang-kadang harus siap menuliskan beberapa bahan pendukung untuk media ataupun buku. Seperti dalam media, editor ada
kalanya harus mengisi kolom tertentu atau membantu menulis advertorial. Di penerbit buku, editor terkadang diminta menulis prakata (preface) ataupun blurb di sampul belakang buku.
8. Pemilihan bahan grafis: Editor terkadang dilibatkan dalam pemilihan dan pemilahan foto maupun bahan grafis, termasuk dimintai pendapat untuk soal manipulasi bahan grafis (cropping, resizing, dan sebagainya)
9. Penulisan keterangan gambar/ilustrasi: Penulisan keterangan gambar (caption) yang tepat akan memberi nilai tambah yang baik pada penampilan sebuah bahan grafis di dalam teks. Editor bertugas menuliskan dan mencermati kecocokan antara caption dan grafis yang ditampilkan.
10. Pemilahan bahan: Sekian bahan yang tersedia di dalam naskah ditambah dengan referensi pendukung perlu dipilah-pilah kesesuaiannya dengan kebutuhan penerbit. Editor menjadi penyeleksi utama setiap bahan tulisan yang diterima oleh penerbit.
11. Melek teknologi: Teknologi memang seperti berlari. Editor yang andal harus senantiasa mengikuti perkembangan teknologi, terutama teknologi digital yang berimbas pada perkembangan pesat electronic publishing. Bayangkan dulu kita merasa nyaman menggunakan software Pagemaker, namun kini Pagemaker menjadi kuno dan tergantikan oleh In-Design.
Mental Editor
Dengan begitu banyak tugas maka seorang editor diharapkan memiliki mental dan kepribadian berikut ini.
Pada mulanya adalah naskah. Bagaimana editor mampu memperoleh naskah yang bagus adalah seni tersendiri yang disebut seni akuisisi naskah. Berbagai cara akuisisi dapat ditempuh. Namun, yang lebih penting adalah bagaimana editor dapat menemukan penulis-penulis bertalenta.
Hal kedua adalah copyediting sendiri sebagai proses penyempurnaan naskah agar memiliki keterbacaan dan kejelahan (kejernihan) yang tinggi.
Lalu, terakhir adalah penanganan context (kemasan) dalam development editing. Kita akan membahas lebih spesifik soal development editing ini yang di dalamnya terkait pictorial editing.
Rancangan Pola Pengemasan Naskah
Dasar merancang rencana pengembangan adalah dengan melihat dulu
karakteristik naskah yang akan diolah. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
1. genre naskah (fiksi, nonfiksi, faksi); 2. topik naskah; 3. pembaca sasaran naskah; 4. jenis buku (anak-anak, remaja, referensi, dsb).
1. Tren 2. Estetika 3. Pembaca Sasaran 4. Penggunaan 5. Inovasi
Tren adalah sisi yang berkembang pada masyarakat kini maupun untuk masa mendatang. Ada tren kebutuhan, tren teknologi, tren fashion, tren warna, tren mode, dan sebagainya. Dalam bidang desain, terutama desain grafis juga berkembang tren yang sangat signifikan.
Kita lihat dari grafis yang ditampilkan beberapa model desain interior (layout halaman dalam buku) dengan penggunaan tipografi, image, dan juga penerapan unsur-unsur halaman buku, seperti nomor halaman dan judul lelar (running title). Semuanya merupakan satu kesatuan (unity) yang menghasilkan keterbacaan dan kejelahan tinggi.
Desain eksterior atau cover juga berkembang dengan berbagai model yang menarik menggunakan unsur-unsur tipografi, warna, image, serta frame/border yang serasi hingga mengikat mata (eye catching).
Estetika adalah sisi keindahan dari desain itu sendiri. Hal-hal yang dapat mengundang keindahan adalah keserasian penggunaan tipografi, image, dan warna dalam satu kesatuan.
Pembaca Sasaran adalah sisi empati dari desain sehingga tepat dibaca untuk segmen tertentu, baik itu dari sisi usia, status sosial, maupun selera masyarakat yang dapat terbaca dari keinginan serta kebutuhan mereka.
Penggunaan adalah sisi kemudahan untuk pembaca yaitu bagaimana desain sebuah produk terbitan dapat sesuai dengan kebutuhan mereka atau dengan kata lain tidak justru menyulitkan mereka. Hal ini perlu diperhatikan, terutama dalam buku-buku teks (pelajaran).
Inovasi adalah sisi paling penting untuk memunculkan selalu kreativitas penggarapan desain dengan tren dan kecenderungan yang berlaku pada masyarakat. Tanpa inovasi, sebuah penerbitan bisa mati.
Rancangan Pengembangan Context
Content adalah syarat untuk menang dalam pertanding; context adalah tiket untuk dapat ikut dalam pertandingan. Jadi, context adalah pintu masuk pertama untuk mengikat perhatian calon pembaca atau pembaca sasaran. Jangan main-main dengan context meskipun kadang ada faktor yang dapat mengalahkan context yaitu strong title (judul yang kuat).
Kita tidak dapat mengandalkan kemampuan sendiri untuk memetakan ide pengembangan context. Untuk itu, perlu brain storming bersama tim editorial untuk memunculkan berbagai gagasan desain sebuah produk media, apakah itu buku, majalah, ataupun media lainnya.
Perlu dipahami bahwa editor bukanlah desainer itu sendiri. Namun, ia memang harus paham tentang desktop publishing agar mampu memberikan sentuhan kuat juga pada penampilan naskah. Kita akan belajar banyak dari
kelemahan ataupun kekeliruan sebuah desain interior maupun cover yang dapat merusakkan citra maupun keterbacaan dan kejelahan bagi pembaca.
Namun, sebelum itu izinkan saya menyampaikan sebuah tulisan kreatif tentang Pictorial Editing berikut ini. Tulisan ini dibuat untuk menggambarkan secara ringkas apa yang dimaksud dengan pictorial editing tersebut dan bagaimana implementasinya di dalam penerbitan.
Hanya sekadar mengingatkan, saya tampilkan matriks dari anatomi buku dan sebuah desain dari koran. Intinya kita perlu mengenali setiap bagian. Dasar dari sebuah desain adalah 3F: Format-Function-Frame. Banyak desainer yang memahami format, tetapi tidak memahami fungsi. Ada juga yang memahami format dan fungsi, tetapi juga kurang kreatif mengaplikasikan frame.
Pada akhirnya Anda akan bertemu saya pada sesi training Creative Editing. Bahan ini mungkin dapat dikembangkan dengan pengetahuan dan keterampilan lebih detail. Namun, saya tutup dulu bahan ini sampai pada halaman 20.
Bahan Anda akan diperkaya dengan materi dari powerpoint yang akan saya tampilkan pada kelas saya satu hari penuh. Contoh-contoh kasus untuk editing piktorial akan kita bahas dengan lebih taktis. Untuk itu, silakan baca dan pahami dulu materi pengantar ini untuk terus kita lanjutkan pada interaksi lebih hidup dalam sesi saya.
Terima kasih.
Catatan: Manakala Anda temukan salah ketik ataupun kekurangan dalam teks naskah, Anda dapat langsung mengeditnya sebagai sebuah pelatihan. Terima kasih.
Disajikan oleh:
Bambang Trim, Praktisi Perbukuan Indonesia
(Direktur Salamadani Publishing dan CEO Dixigraf Publishing Service)