BAB IPENDAHULUAN
Tubuh manusia terdiri dari berbagai sistem. Untuk mendapatkan
sistem yang baik dan seimbang, maka dalam tubuh manusia terdapat
mekanisme-mekanisme fisiologis yang berfungsi untuk mempertahankan
homeostatis tubuh. Mekanisme fisiologis tersebut diantaranya adalah
miksi atau berkemih. Dalam kehidupan sehari- hari kita menyebut
miksi dengan istilah buang air kecil (BAK). Miksi diperlukan oleh
tubuh karena miksi bertujuan untuk membuang zat-zat yang tidak
diperlukan oleh tubuh melalui penyaringan oleh ginjal, disalurkan
oleh ureter, kemudian dikumpulkan di kandung kemih, dan kemudian di
keluarkan keluar tubuh melalui urethra. Zat-zat tersebut dibuang
dari tubuh karena mengandung racun atau kadarnya melebihi ambang
normal sehingga harus dikeluarkan dari tubuh, karena bagaimnapun
juga tubuh memiliki batas maksimum dan batas minimum.
Miksi memang merupakan hal yang sepele, namun kebanyakan orang
menyadari bahwa miksi begitu penting bagi tubuh setelah mereka
mendapatkan kelainan miksi. Hal inilah yang menjadi latar belakang
penulis untuk mempelajari lebih detail tentang miksi terutama
mekanisme miksi.
BAB IIILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIENa. Nama: Tn. Hb. Umur: 64 thc. Pekerjaan:
Petanid. Alamat: Negeri Saktie. Jenis kelamin: Laki-lakif. Bangsa:
Indonesiag. Agama: Islam
1. Anamnesis Diambil dari autoanamnesis Pada tanggal 10 Maret
2015 pukul 13.00 WIB1. Keluhan utama:Sulit buang air kecil
2. Keluhan tambahanKesulitan untuk memulai buang air kecil,
pencaran urin lemah, urin menetes pada akhir buang air kecil,
merasa tidak puas setelah buang air kecil, urin berhenti pada
pertengahan buang air kecil, sering buang air kecil di malam hari,
dan terkadang urin keluar sendiri tanpa disadari.
3. Riwayat perjalanan penyakitPasien datang dengan keluhan sulit
buang air kecil yang telah dirasakan sejak 9 hari yang lalu. Pada
saat 2 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan urin yang
tidak bisa keluar sama sekali. Selain itu, pasien mengeluhkan
kesulitan untuk memulai buang air kecil, pencaran urin lemah, urin
menetes pada akhir buang air kecil, merasa tidak puas setelah buang
air kecil, urin berhenti pada pertengahan buang air kecil, sering
buang air kecil di malam hari, dan terkadang urin keluar sendiri
tanpa disadari. Urin pasien berwarna kuning dan tidak berdarah.
Tidak ada demam, tidak ada mual, tidak ada mutah, dan tidak ada
penurunan berat badan.
4. Riwayat keluargaPasien menyangkal dalam keluarga terdapat
keluhan serupa dan tidak pernah ada riwayat diabetes melitus,
riwayat hipertensi, dan riwayat asma di keluarga.
5. Riwayat masa lampaua. Penyakit terdahulu: Hipertensi (-), DM
(+), hernia ingunal (+)b. Trauma terdahulu: Tidak adac. Operasi:
Operasi Herniad. Sistem saraf: Tidak adae. Sistem kardiovaskuler:
Tidak adaf. Sistem gastrointestinal: Tidak adag. Sistem urinarius:
Tidak adah. Sistem genetalis: Tidak adai. Sistem musculoskeletal:
Tidak ada
II.Status presentA. Status umuma. Keadaan umum: Tampak sakit
ringanb. Kesadaran: Compos mentis, GCS : 15, E: 4, V: 5, M: 6c.
Keadaan gizi: Kesan baikd. Kulit: Akral hangat, turgor cukup,
sianosis (-)
B. Pemeriksaan fisik1. Tanda Vitala. Tekanan darah: 120/80
mmHgb. Pernafasan: 16 x/menitc. Nadi: 88 x/menitd. Suhu : 36,50C
axila
2. Kepala dan mukaa. Bentuk dan ukuran: Normocephal, simetrisb.
Mata Konjungtiva: Anemis (-) Skelra: Ikterik (-) Reflek cahaya: (+)
/ (+) Pupil: Anisokorc. Telinga : Bentuk normal, liang lapang,
membrane timpani intaked. Hidung: Deviasi septum (-), mukosa merah
mudae. Tenggorokan: Tonsil T1-T1, mukosa merah mudaf. Mulut:
Sianosis (-), pucat (-)g. Gigi: Gigitivitis (-), caries (-)
3. Leher Kelenjar getah bening: Tidak terdapat pembesaran
Kelenjar gondok: Dalam batas normal JVP: Tidak terdapat
peningkatan
4. Dada (thorax) Inspeksi:Normochest, pergerakan dinding dada
simetris kanan kiri, ictus cordis terlihat di arcus costae
Palpasi:Femitus taktil kanan sama dengan kiri, ictus cordis teraba
di arcus costae, tidak ada nyeri tekan Perkusi: Sonor di semua
lapang paru, cardiomegali (-) Auskultasi: Suara nafas vesikuler,
bunyi jantung BJ1-BJ2 reguler
5. Perut (Abdomen) Inspeksi: Datar Palpasi: Organomegali (-)
Perkusi: Timpani, asistes (-) Auskultasi: Bising usus (+)
normal
6. Region lumbal (Flank Area) Inspeksi:Lordosis (-), kifosis
(-), spondilitis (-), massa (-), jejas (-) Palpasi: Nyeri tekan
(-), massa (-) Perkusi: Nyeri ketok CVA -/- Auskultasi: Tidak
dilakukan
7. Ekstremitas Superior: Fraktur (-), oedema (-) Inferior:
Fraktur (-), oedema (-)
8. Genitalia : Lihat status lokalis9. Perianal: Lihat status
lokalis
10. Neuromuscular Sensibilitas: region superior (+++), region
inferior (+++) Reflek fisiologis: + (positif) Reflek patologis: -
(tidak ada)
11. Tulang belakang: spondilitis (-), kifosis (-), lordosis (-),
fraktur terbuka (-)C. Status lokalis 1) Vesika urinaria Inspeksi:
Datar, tanda-tanda inflamasi (-) Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
Perkusi: Redup2) Genitaliaa. Penis Inspeksi:Tanda-tanda inflamasi
(-), Hidrokel (-), Varikokel (-), pus di muara uretra (-)
Palpasi:Tidak ada nyeri tekan, tidak ada discharge yang keluar
melalui muara uretra b. Skrotum Inspeksi: Tanda-tanda inflamasi (-)
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan Transiluminasi: (-)3) Rectal Toucher
Inspeksi: Tanda-tanda inflamasi (-) Tonus sfingter ani eksternus
(+) Ampula rektum tidak ada nyeri tekan Lumen rectum licin, nyeri
(-) Teraba benjolan di arah jam 12 Konsistensi kenyal, tidak
bernodul, tidak nyeri
III. Laboratorium rutina. Darah rutinHb: 11,8 gr/dlHt: 34 %LED:
39 mm/jamLeukosit: 12.800 /ulHitung jenis Basophil: 0 % Eosinophil:
0 % Batang: 0 % Segmen: 65 % Limposit: 20 % Monosit: 15 %Trombosit:
448.000 /ulSGOT: 22 U/LSGPT: 17 U/LUreum: 21 mg/dlCreatinin: 1,1
mg/dlGDS: 216 mg/dl
b. Urine Rutin: Tidak dilakukanc. Faces Rutin: Tidak
dilakukan
IV. ResumePasien usia 64 tahun datang dengan keluhan sulit buang
air kecil sejak 9 hari yang lalu. Pada saat 2 hari sebelum masuk
rumah sakit pasien mengalami retensi urin. Pasien juga mengeluhkan
kesulitan untuk memulai buang air kecil (hestancy), pencaran urin
lemah, urin menetes pada akhir buang air kecil (terminal
dribbling), merasa tidak puas setelah buang air kecil, urin
berhenti pada pertengahan buang air kecil (intermitensi), sering
buang air kecil di malam hari (nokturi), dan terkadang urin keluar
sendiri tanpa disadari (inkontinensia). Urin pasien berwarna
kuning. Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien baik,
kesadaran compos mentis, tanda vital stabil, dan status
generalisata dalam batas normal. Status lokalis pada pemeriksaan
regio lumbal dalam batas normal, genitalial dalam batas normal, dan
rectal toucher terdapat benjolan dengan konsistensi kenyal arah jam
12 tidak bernodul dan tidak nyeri. Pada pemeriksaan leukosit 12.800
/ul, trombosit 448000 /ul, dan GDS didapatkan 216 mg/dl.
V. Diagnosa banding : 1. Retensi urin et causa BPH2. Retensi
urin et causa Ca Prostat3. Retensi urin et causa batu uretra
VI. Diagnosis kerjaRetensi Urin et causa susp BPH
VII. Penatalaksanaan dan Pengobatan :1. Non Medikamentosa:
Pemasangan kateter urin ukuran 182. Medikamentosa: Ciprofloxacin
tab 500 mg3. Operatif: Belum dilakukan
VIII. Pemeriksaan Penunjang :1. Radiologi : Belum dilakukan2.
Laboratorium khusus: Belum dilakukan
IX. Pemeriksaan anjurana. Foto BNO-IVPb. USG abdomenc.
Pemeriksaan Prostat Antigen Spesific (PSA)
X. PrognosisQuo ad Vitam: Dubia ad bonamQuo ad Fungtionam: Dubia
ad bonamQuo ad Sanationam: Dubia ad bonam
BAB IIITINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI RETENSI URIN
Retensi urine adalah ketidakmampuan seseorang untuk mengeluarkan
urine yang terkumpul di dalam buli-buli sehingga kapasitas maksimal
buli-buli terlampaui. Retensi urin bisa dibagi menjadi 2 keadaan
yaitu akut dan kronik. Retensi urin yang akut adalah ketidak
mampuan berkemih yang tiba-tiba dan disertai rasa sakit meskipun
kandung kemih terisi penuh, berlangsung kurang dari 24 jam. Berbeda
dengan kronis, tidak ada rasa sakit karena sedikit demi sedikit
menimbunnya, dan berlangsung lebih dari 24 jam. Kondisi yang
terkait adalah tidak dapat berkemih sama sekali, kandung kemih
penuh, terjadi tiba-tiba, disertai rasa nyeri, dan keadaan ini
termasuk kedaruratan dalam urologi. Kalau tidak dapat berkemih sama
sekali segera dipasang kateter.
Normalnya manusia memproduksi urin dalam waktu 24 jam adalah
sebanyak 1000-1500cc. sedangkan kapasitas buli-buli secara umum
adalah sebanyak 300cc saja dan dalam sehari manusia dapat berkemih
4-5kali.B. ANATOMI SALURAN KEMIHSecara anatomi organ-organ yang
membentuk Proses Miksi adalah sebagai berikut :
Gambar : dan posisinya sesuai tulang vertebra, serta tulang
panggul.
a. Dua buah Ginjal (Ren) Ginjal ini berfungsi untuk menghasilkan
urin dengan penyaringan zat-zat yang berasal dari darah.
Penyaringan ini terjadi dalam nefron-nefron ginjal. Urin inilah
yang akan dikeluarkan dalam proses miksi. Gambar : Ginjal struktur
yang terdapat didalamnyab. Dua buah Ureter Ureter berfungsi untuk
menyalurkan urin yang telah terbentuk di ginjal untuk kemudian di
salurkan ke Vesica Urinaria. c. Sebuah Vesica Urinaria (Kandung
Kemih)Vesica Urinaria ini berfungsi untuk menampung urin yang
disalurkan melalui kedua ureter. Jika vesica urinaria ini merupakan
ruangan berdinding otot polos yang disebut otot detrusor.
Serat-seratnya meluas kesegala arah dan apabila berkontraksi, dapat
meningkatkan tekanan dalam vesica urinaria.
Gambar : Vesica Urinariad. Sebuah UrethraUrethra ini menyalurkan
urin yang telah ditampung vesica urinaria dan kemudian dikelurkan
keluar tubuh. Ada perbedaan panjang urethra pada laki-laki dan pada
perempuan. Pada laki-laki panjangnya kurang lebih 20 cm, dan
perempuan hanya 4 cm. Perbedaan ini dipengaruhi oleh organ
genitalia. Pada laki-laki, urethra terdapat dalam penis, sedangkan
pada perempuan urethra hanya berada pada daerah perineum saja.
Gambar : Urethra pada laki-laki (terdapat dalam corpus spongosus
penis)
Gambar : Letak urethra dan organ-organ lain yang berada di
sekitarnya.
C. FISIOLOGI MIKSI
DAFTAR PUSTAKA
1. Alberts P.2012. testicular cancer. American cancer society.
http.Cancer.org 2. Beauchamp, Evers, Mattox. 2012. Sabiston
Textbook of Surgery 19th Edition. Philadelphia: Elsvier.3.
Brunicardi, F.C., Anderson, D.K., Billiar, T.R., Dunn, D.L.,
Hunter, J.G., Matthews, J.B., Pollock, R.E. 2012. Schwartzs
Principles of Surgery 10th Edition. New York: McGraw Hill.4.
Purnomo, B.B. 2003. Dasar-dasar Urologi, edisi ke dua. Jakarta:
Sagung Seto.5. Tanagho, E.A., McAninch J.W. 2008. Smiths General
Urology 17th Edition. New York: McGraw Hill. 6. Wein, Kavoussi,
Novick, Partin, Peters. 2012. Campbell-Walsh Urology 10th Edition.
Philadelphia: Elsvier.7. Sachdeva, K., Javeed, M., et al.
Testicular Cancer Medication. Medscape.
10