STATUS MATA I. Identitas Nama : Tn. H Umur : 51 tahun Jenis kelamin : laki-laki Pekerjaan : Petani Alamat : Sepang Jaya, Bandar Lampung Masuk RSAM : 20 Januari 2012 II. Anamnesa Keluhan utama : Mata kanan tidak bisa melihat disertai tanda peradangan sejak 1 bulan lalu. Keluhan tambahan : perasaan sakit pada kedua bola mata, sakit dikepala, rasa mual dan ingin muntah Riwayat penyakit sekarang Pasien datang ke poli mata RSAM dengan keluhan mata kanan tidak bisa melihat disertai tanda peradangan sejak ± 1 bulan yang lalu, pasien mengaku kedua bola matanya terasa sakit. Pasien mengaku pada awalnya merasakan sakit kepala hebat, disertai perasaan mual, dan ingin muntah. Kemudian pasien meminum obat sakit kepala yang dibeli di warung. Setelah meminum obat dari warung sakit kepala yang dirasakan pasien sedikit berkurang, tetapi pengelihatannya menjadi kabur sampai tidak bisa melihat keesokan harinya. Pasien tidak berobat ke dokter, dan hanya meminum obat yang dia beli sendiri diwarung. Tetapi sakit kepala yang ia rasakan tidak kunjung
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
STATUS MATA
I. Identitas
Nama : Tn. HUmur : 51 tahun Jenis kelamin : laki-lakiPekerjaan : PetaniAlamat : Sepang Jaya, Bandar LampungMasuk RSAM : 20 Januari 2012
II. Anamnesa
Keluhan utama : Mata kanan tidak bisa melihat disertai tanda peradangan sejak 1 bulan lalu.
Keluhan tambahan : perasaan sakit pada kedua bola mata, sakit dikepala, rasa mual dan ingin muntah
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke poli mata RSAM dengan keluhan mata kanan tidak bisa melihat disertai tanda peradangan sejak ± 1 bulan yang lalu, pasien mengaku kedua bola matanya terasa sakit. Pasien mengaku pada awalnya merasakan sakit kepala hebat, disertai perasaan mual, dan ingin muntah. Kemudian pasien meminum obat sakit kepala yang dibeli di warung. Setelah meminum obat dari warung sakit kepala yang dirasakan pasien sedikit berkurang, tetapi pengelihatannya menjadi kabur sampai tidak bisa melihat keesokan harinya. Pasien tidak berobat ke dokter, dan hanya meminum obat yang dia beli sendiri diwarung. Tetapi sakit kepala yang ia rasakan tidak kunjung hilang, walaupun tidak sehebat sakit kepala yang ia rasakan seperti pada awal kejadian, mata kanan pasien pun tetap merah dan sering berair sehingga pasien memutuskan untuk memeriksakan diri ke RSAM. Penyakit kencing manis, dan tekanan darah tinggi disangkal pasien. Pasien menyangkal riwayat trauma di kepala.
Riwayat penyakit dahulu
Pasien belum pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya. Penyakit kencing manis, tekanan darah tinggi disangkal pasien.
Riwayat penyakit keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti ini. Riwayat DM, dan hipertensi dalam keluarga disangkal
III. Status oftalmologis
Ocular dextra Ocular sinistra
6/606/60Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukanTidak dilakukan
Kedudukan NormalKedudukan NormalTidak ada kelainanTidak ada kelainanTidak ada kelainanTidak ada kelainan Tidak ada kelainanTidak ada kelainanTidak ada kelainanTidak ada kelainan
00 Tidak dilakukanTidak dilakukanTidak dilakukanTidak dilakukanTidak dilakukanTidak dilakukan
Kedudukan NormalKedudukan NormalTidak ada kelainanTidak ada kelainanTidak ada kelainanTidak ada kelainanTidak ada kelainanTidak ada kelainanTidak ada kelainanTidak ada kelainan
JernihTidak dilakukanTidak dilakukanTidak dilakukanTidak dilakukanTidak dilakukanTidak dilakukan
Tidak ada kelainanTidak ada kelainan
IV. Resume
Pasien datang ke poli mata RSAM dengan keluhan mata kanan tidak bisa melihat disertai tanda peradangan sejak ± 1 bulan yang lalu, pasien mengaku kedua bola matanya terasa sakit. Pasien mengaku pada awalnya merasakan sakit kepala hebat, disertai perasaan mual, dan ingin muntah. Penyakit kencing manis, dan tekanan darah tinggi disangkal pasien. Pasien menyangkal riwayat trauma di kepala.
V. Pemeriksaan anjuran
- Tonometri aplanasi - Funduskopi- Kampimetri- Test provokasi- Gonioskopi
VI. Diagnosis banding
- Keratitis - uveitis
VII. Diagnosis kerja
- Glaukoma akut OD
VIII. Penatalaksanaan
1. Bed Rest
2. Medikamentosa
Segera turunkan tekanan intraokuler dengan pemberian:
· Timolol 0,50 % tetes mata, 2 kali 1 tetes tiap 4 jam
. Pilocarpine 2% ED gtt 3 kali sehari ODS
· Glaukon 250 mg tab, 3 - 4 kali sehari. Berdasarkan TIO yang ingin diturunkan
. KSR tab ,1 kali sehari
IX. Prognosa
Quo ad vitam : dubia ad malamQuo ad fungsionam : dubia ad malam
Quo ad Sanationam : dubia ad bonam
G L A U K O M A
Glaukoma berasal dari kata Yunani “ Glaukos ” yang berarti hijau kebiruan,
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma.
Kelainan mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata,
atropi saraf optik dan menciutnya lapang pandang.
Pada kebanyakan orang, kerusakan syaraf mata ini disebabkan oleh
peningkatan tekanan di dalam bola mata sebagai akibat adanya hambatan
sirkulasi atau pengaliran cairan bola mata (cairan jernih yang membawa
oksigen, gula dan nutrient/zat gizi penting lainnya ke bagian-bagian mata
dan juga untuk mempertahankan bentuk bola mata). Pada sebagian pasien
kerusakan syaraf mata bisa juga disebabkan oleh suplai darah yang kurang
ke daerah vital jaringan nervus opticus, adanya kelemahan struktur dari
syaraf atau adanya masalah kesehatan jaringan syaraf.
Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokular ini
disebabkan :
Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar
Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau
di celah pupil
Pada glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan terjadinya
cacat lapang pandang dan kerusakan anatomi berupa ekskavasi
(penggaungan) serta degenerasi papil saraf optik, yang dapat berakhir
dengan kebutaan.
Ekskavasi glaukomatosa, penggaungan atau ceruk papil saraf optik akibat
glaukoma merupakan gejala glaukoma yang mengakibatkan kerusakan
pada saraf optik. Luas atau dalamnya ceruk ini pada glaukoma kongenital
dipakai sebagai indikator progresivitas glaukoma.
Klasifikasi Glaukoma
Klasifikasi Vaughen untuk glaukoma adalah sebagai berikut :
1. Glaukoma Primer
Glaukoma sudut terbuka (glaukoma simpleks)
Glaukoma sudut sempit
2. Glaukoma Kongenital
Primer atau infantil
Menyertai kelainan kongenital lainnya
3. Glaukoma Sekunder
Perubahan lensa
Kelainan uvea
Trauma
Bedah
Rubeosis
Steroid dan lainnya
4. Glaukoma Absolut
Dari pembagian tersebut dapat dikenal glaukoma dalam bentuk – bentuk :
1. Glaukoma sudut sempit primer dan sekunder (dengan blokade pupil atau
tanpa blokade pupil) ;
2. Glaukoma sudut terbuka primer dan sekunder ;
3. Kelainan pertumbuhan, primer (kongenital, infantil, juvenil), sekunder
kelainan pertumbuhan lain pada mata.
Keempat jenis glaukoma di tandai dengan peningkatan tekanan didalam
bola mata dan karenanya semuanya bisa menyebabkan kerusakan saraf
optikus yang progresif.
PENYEBAB
Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang disebut
humor aqueus. Dalam keadaan normal, cairan ini dihasilkan di dalam bilik
posterior melewati pupil masuk kedalam bilik anterior lalu mengalir dari
mata melalui suatu saluran. Jika aliran cairan ini terganggu (biasanya
karena penyumbatan yang menghalangi keluarnya cairan dari bilik
anterior), maka akan terjadi peningkatan tekanan. Peningkatan tekanan
intra okular akan mendorong perbatasan antara saraf optikus dan retina di
bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah ke saraf optikus berkurang
sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami
kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata.
Yang pertama terkena adalah lapng pandabg tepi, lalu diikuti oleh lapang
pandang sentral. Jika tidak diobati, glaukoma pada akhirnya bisa
menyebabkan kebutaan.
Glaukoma Primer
Glaukoma dengan etiologi tidak pasti, di mana tidak didapatkan kelainan
yang merupakan penyebab glaukoma.
Glaukoma ini didapatkan pada orang yang telah memiliki bakat bawaan
glaukoma, seperti :
1. Bakat dapat berupa gangguan fasilitas pengeluaran cairan mata atau
susunan anatomis bilik mata yang menyempit ;
2. Mungkin disebabkan kelainan pertumbuhan pada sudut bilik mata depan
(goniodisgenesis), berupa trabekulodisgenesis, iridodisgenesis dan
korneodisgenesis dan yang paling sering berupa trabekulodisgenesis
dan goniodisgenesis.
Trabekulodisgenesis adalah :
Barkan menemukan membran yang persisten menutupi permukaan
trabekula.
Iris dapat berinsersi pada permukaan trabekula tepat pada sklerap spur
atau agak lebih ke depan.
Goniodisgenesis
Glaukoma primer bersifat bilateral, yang tidak selalu simetris dengan sudut
bilik mata terbuka ataupun tertutup, pengelompokan ini berguna untuk
penatalaksanaan dan penelitian. Untuk setiap glaukoma diperlukan
pemeriksaan gonioskopi.
Glaukoma sudut terbuka
Pada glaukoma sudut terbuka, saluran tempat mengalirnya humor aqueus
terbuka, tetapi cairan dari bilik mata anterior mengalit terlalu lambat.
Secara bertahap tekanan intra okular akan meningkat (hampir selalu pada
kedua mata) dan menyebabkan kerusakan saraf optikus, serta penurunan
fungsi penglihatan yang progresif. Hilangnya fungsi penglihatan di mulai
pada tepi lapang pandang dan jika tidak diobati pada akhirnya akan
menjalar ke seluruh bagian lapang pandang, menyebabkan kebutaan.
Glaukoma sudut terbuka sering terjadi setelah usia 35 tahun, tetapi kadang
terjadi pada anak-anak. Penyakit ini cenderung diturunkan dan paling sering
ditemukan pada penderita diabetes atau miopia. Glaukoma sudut terbuka
lebih sering terjadi dan biasanya penyakit ini lebih berat jika diderita oleh
orang kulit hitam.
Pada awalnya, peningkatan tekanan di dalam mata tidak menimbulkan
gejala, lama-lama timbul gejala berupa:
- Penyempitan lapang pandang tepi
- Sakit kepala ringan
- Gangguan penglihatan yang tidak jelas (misalnya melihat lingkaran di
sekeliling cahaya lampu atau sulit beradaptasi pada kegelapan)
Pada akhirnya akan terjadi penyempitan lapang pandang yang
menyebabkan penderita sulit melihat benda-benda yang terletak I sisi lain
ketika penderita melihat lurus ke depan. (disebut penglihatan terowongan)
Glaukoma sudut terbuka mungkin menimbulkan gejala setelah terjadinya
kerusakan yang tidak dapat diperbaiki.
Glaukoma sudut tertutup
Glaukoma sudut tertutup terjadi jika saluran tempat mengalirnya humor
aqueus terhalang oleh iris. Setiap hal yang menyebabkan pelebaran pupil
(misalnya cahaya redup, tetes mata midriatika atau obat tertentu) bisa
menyebabkan penyumbatan aliran cairan karena tehalang oleh iris. Iris bisa
menggesr kedepan dan secara tiba-tiba menutup saluran humor aqueus
sehingga terjadi peningkatan intra okular secara mendadak.
Glaukoma akut lebih sering terjadi pada malam hari karena pupil secara
alami akan melebar di bawah cahaya yang redup.
Episode akut glaukoma sudut tertutup menyebabkan:
- Penurunan fungsi penglihatan yang ringan
- Terbentuknya limgkaran berwarna di sekeliling cahaya (Halo)
- Nyeri pada mata dan kepala
Gejala tersebut berlangsung hanya beberapa jam sebelum terjadinya
serangan lebih lanjut. Serangan lanjutan menyebabkan hilangnya fungsi
penglihatan secara mendadak dan nyeri mata yang berdenyut. Penderita
juga mengalami mual dan muntah. Kelopak mata membengkak, mata berair
dan merah. Pupil melebar dan tidak mengecil jika diberi sinar yang terang.
Sebagian besar gejala akan menghilang setelah pengobatan, tetapi
serangan tersebut bisa berulang. Setiap serangan susulan akan semakin
mengurangi lapang pandang penderita.
Glaukoma kongenitalis
Glaukoma kongenitalis sudah ada sejak lahir dan terjadi akibat gangguan perkembangan pada
saluran humor aqueus.
Glaukoma kongenitalis seringkali diturunkan.
GLAUKOMA SEKUNDER AKIBAT KATARAK
Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder terjadi jika mata mengalami kerusakan akibat:
Infeksi
Peradangan
Tumor
Katarak yang meluas
Penyakit mata yang mempengaruhi pengaliran humor Aqueus dari bilik anterior
KATARAK
Adalah kekeruhan pada lensa
Klasifikasi katarak:
- Katarak developmental
- Katarak degenerative
- Katarak komplikata
- Katarak traumatik
Berdasarkan stadumnya katarak dibagi menjadi 4 stadium:
1. Stadium Insipiens
Stadium paling dini, belum menimbulkan penurunan visus, dan dengan
koreksi, visus masih dapat mencapai 5/5-5/6. Kekeruhan terutama pada
bagian perifer, berupa bercak-bercak seperti jari-jari roda yang disebut
sebagai spokes of wheel.
2. Stadium Imatur
Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa, kekeruhan terutama
di bagian posterior lensa. Pada saat pemeriksaan didapatkan shadow
test (+)
3. Stadium Matur
Lensa telah keruh seluruhnya, lensa tampak seperti mutiara.
Pemeriksaan didapatkan shadow test (-)
4. Stadium Hipermatur
Korteks lensa yang konsistensinya seperti bubur telah mencair, dan oleh
karena kapsul lensa sudah rusak dan menjadi lebih permeabel, maka isi
korteks dapat keluar sehingga lensa menjadi kempes, keadaan ini
disebut sebagai katarak morgagni, didapatkan iris yang termulan,
kamera okuli anterior menjadi sangat dalam.
Pada Katarak sering terjadi glaukoma sekunder, prosesnya:
Fakotopik
Oleh karena proses Intumesensi, yaitu penyerapan cairan kamera okuli
anterior (coa) oleh lensa, sehingga lensa menjadi cembung dan iris
terdorong kedepan, coa menjadi dangkal, aliran coa tak lancar
sedangkan produksi humor aqueus terus berlangsung, sehingga tekanan
intraokuler meninggi dan menimbulkan glaukoma. Hal ini tidak selalu
terjadi, umumnya pada stadium katarak imatur.
Fakolitik
- Lensa yang keruh, jika kapsulnya menjadi rusak, substansi lensa yang
keluar akan diresorbsi oleh serbukan fagosit atau makrofage yang
banyak di coa, serbukan ini sedemikian banyaknya sehingga dapat
menyumbat sudut coa dan menyebabkan glaukoma
- Penyumbatan dapat pula oleh karena substansi lensa sendiri yang
menumpuk di sudut coa, terutama bagian kapsul lensa, dan
menyebabkan exfolation glaukoma.
Fakotoksik
Substansi lensa di coa merupakan zat toksik bagi mata (protein asing)
sehingga terjadi reaksi alergi dan timbullah uveitis. Uveitis ini dapat
menyebabkan glaukoma
Terapi
Glaukomanya diobati seperti glaukoma akut, dan bila tekanan
intraokulernya sudah turun/tenang, lensanya dikeluarkan.
Glaukoma Simpleks
Glaukoma simpleks adalah glaukoma yang penyebabnya tidak diketahui.
Merupakan suatu glaukoma primer yang ditandai dengan sudut bilik mata
terbuka. Glaukoma simpleks ini diagnosisnya dibuat bila ditemukan
glaukoma pada kedua mata pada pemeriksaan pertama, tanpa ditemukan
kelainan yang dapat merupakan penyebab.
Pada umumnya glaukoma simpleks ditemukan pada usia lebi dari 40 tahun,
walaupun penyakit ini kadang – kadang ditemukan pada usia muda. Diduga
glaukoma simpleks diturunkan secara dominan atau resesif pada kira – kira
50 % penderita, secara genetik penderitanya adalah homozigot. Terdapat
pada 99 % penderita glaukoma primer dengan hambatan pengeluaran
cairan mata (akuos humor) pada jalinan trabekulum dan kanal Schlemm.
Terdapat faktor resiko pada seseorang untuk mendapatkan glaukoma
seperti diabetes melitus dan hipertensi, kulit berwarna dan miopia. Bila
pengaliran cairan mata (akuos humor) keluar di sudut bilik mata normal
maka ini disebut glaukoma hipersekresi.
Ekskavasi papil, degenarasi papil dan gangguan lapang pandang dapat
disebabkan langsung atau tidak langsung oleh tekanan bola mata pada
papil saraf optik dan retina atau pembuluh darah yang memperdarahinya.
Mulai timbulnya gejala glaukoma simpleks ini agak lambat yang kadang –
kadang tidak disadari oleh penderita sampai akhirnya berlanjut dengan
kebutaan. Pada keadaan ini glaukoma simpleks tersebut berakhir dengan
glaukoma absolut.
Pada glaukoma simpleks tekanan bola mata sehari – hari tinggi atau lebih
dari 20 mmHg. Mata tidak merah atau tidak terdapat keluhan, yang
mengakibatkan terdapat gangguan susunan anatomis dan fungsi tanpa
disadari oleh penderita. Akibat tekanan tinggi akan terbentuk atropi papil
disertai dengan ekskavasio glaukomatosa.
Gangguan saraf optik akan terlihat sebagai gangguan fungsinya berupa
penciutan lapang pandang. Pada waktu pengukuran bila didapatkan
tekanan bola mata normal sedang terlihat gejala gangguan fungsi saraf
optik seperti glaukoma mungkin akibat adanya variasi diurnal. Patut
dipikirkan kemungkinan pengukuran tekanan dilakukan dalam kurva rendah
daripada variasi diurnal. Dalam keadaan maka dilakukan uji provokasi
minum air,pilokarpin, uji variasi diurnal dan provokasi steroid. Glaukoma
primer yang kronis dan berjalan lambat sering tidak ketahui bila mulainya,
karena keluhan pasien amat sedikit atau samar.
Misalnya mata sebelah terasa berat, kepala pening sebelah, kadang –
kadang penglihatan kabur dengan anamnesa tidak khas. Pasien tidak
mengeluh adanya halo dan memerlukan kaca mata koreksi untuk presbiopia
lebih kuat dibanding usianya. Kadang – kadang tajam penglihatan tetap
normal sampai keadaan glaukomanyua sudah berat.
Bila diagnosis sudah dibuat maka penderita sudah harus memakai obat
seumur hidup untuk mencegah kebutaan. Tujuan pengobatan pada
glaukoma simpleks adalah untuk memperlancar pengeluaran cairan mata
(akuos humor) atau usaha untuk mengurangi produksi cairan mata (akuos
humor).
Diberikan pilokarpin tetes mata 1 – 4 % dan bila perlu ditambah dengan
asetazolamid 3 kali satu hari. Bila dengan penobatan tekanan bola mata
masih belum terkontrol atau kerusakan papil saraf optik berjalan terus
disertai debfa penciutan kampus progresif maka dilakukan pembedahan.
Pengobatan glaukoma simpleks :
Bila tekanan 21 mmHg sebaiknya dikontrol rasio C/D, periksa lapang
pandangan sentral, temukan titik buta yang meluas dan skotoma
sekitar titik fiksasi.
Bila tensi 24 – 30 mmHg, kontrol lebih ketat dan lakukan pemeriksaan di
atas bila masih dalam batas - batas normal mungkin suatu hipertensi
okuli.
Bila sudah dibuat diagnosis glaukoma di mana tekanan mata di atas 21
mmHg dan terdapat kelainan pada lapang pandangan dan papil maka
berikan polikarpin 2 % 3 kali sehari. Bila pada kontrol tidak terdapat