Keterlambata n Rehabilitasi Visus pada Lansia Penderita Katarakdengan Diabetes Melitus Oleh : Jivita Catleya Basarah NIM : 110 2007 157 Kelompok 1 Bidang Kepeminatan Geriatri Tutor : Dr. Rita Murnikusumawatie Sp.M Tahun 2010/2011 Laporan Kasus Blok elektif
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Penyembuhan katarak adalah dengan operasi yang bertujuan untuk rehabilitasi tajam
penglihatan (visus) yang optimal. Visus pascaoperasi katarak juga tergantung pada statuskesehatan penderita. Pasien katarak dengan DM mempunyai prognosis visus pasca operasi
yang kurang baik dibandingkan pasien katarak yang tidak menderita DM. Hal ini disebabkan
karena pada pasien katarak dengan DM mempunyai resiko terkena penyakit retinopati
diabetik. DM merupakan suatu penyakit dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin,kerja insulin atau kedua-duanya
19
. DM adalah penyakitsistemik metabolik yang memerlukan terapi medis serta kontrol diet yang rutin. Aspek
keterbatasan, ketidaktahuan dan ketidakpedulian merupakan kendala pada pasien katarak
untuk menjalankan tindakan rehabilitasi visus6,11 .Keterlambatan penanganan dapat
memperburuk penglihatan hingga mencapai kebutaan dan meningkatkan kemungkinan
komplikasi. Berdasarkan hal tersebut diatas,dalam laporan kasus ini penulis akan
menjelaskan pentingnya rehabilitasi visus pasien katarak dan kontrol DM yang menjadi
penyulit penyakit.
PRESENTASI KASUS
Ny.MM, seorang perempuan berumur 52 tahun memiliki keluhan penglihatan buram
(katarak hipermatur). Sejak 1,5 bulan yang lalu,pasien tidak pernah bertemu tenaga medis
PTW karena ketidakmampuannya untuk melihat dan kesulitannya untuk berjalan sehingga,tidak ada catatan tekanan darah maupun kadar gula darah nya sekarang. Kadar riwayat gula
terakhir diketahui tinggi dari dokter yang memeriksanya di kampung lima bulan yang lalu.
Pasien makan dengan menu harian yang sama dengan warga binaan sosial yang lain,karena
disebabkan pengurus PTW tidak mengetahui bahwa pasien mengidap DM.
Penurunan penglihatan menyebabkan pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-
hari (hanya berbaring dan duduk). Hal ini diperberat oleh kondisi pasien yang pernah patah
tulang sehingga pasien juga sulit berjalan. Pasien menarik diri dari lingkungannya, tidak ingin
berinteraksi dengan penghuni PTW lain dan terlihat sedih karena keterbatasan kondisi
fisiknya. Pasien tidak pernah melakukan aktivitas yang terjadwal di PTW, namun ia
menyatakan keinginannya untuk mengikuti semua kegiatan tersebut.
Pasien tidak mengerti komplikasi dari penyakit DM dan pengaruhnya terhadap
progresivitas katarak yang dideritanya. Pasien menyatakan keinginannya untuk melihat
kembali seperti sebelumnya agar dapat beraktivitas seperti penghuni PTW lainnya sehingga
pasien memiliki motivasi untuk menjalani operasi katarak. Informasi tentang operasi katarak
menyebabkan pasien tidak dapat beraktivitas. Hal ini menyebabkan pasien tidak lagi
menikmati hidupnya yang mempengaruhi kondisi psikisnya sehingga pasien menarik diri dari pergaulan di PTW. Penelitian Walker dkk menyatakan bahwa keterbatasan dalam
penglihatan berhubungan erat dengan distres psikologis dan depresi13.
Menurut WHO, batasan tajam penglihatan setelah operasi katarak yaitu normal (≥
6/18) adalah tajam pernglihatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat agar dapat
melakukan aktifitas sehari-hari14. Rehabilitasi visus sangat berguna bagi pasien katarak yang
telah terganggu aktivitas sehari – harinya dan hal ini didukung pula oleh penelitian
Diansyah15, yang menyatakan tingkat kepuasan pasien setelah operasi katarak cukup tinggi.
Menurut penelitian Dewiyani16 bahwa kualitas hidup penderita katarak dapat segera
meningkat bila terjadi peningkatan tajam penglihatan. Maka sebaiknya, rehabilitasi visus
dilakukan segera setelah ada indikasi.
Visus pascaoperasi pada pasien katarak yang disertai DM akan sulit mencapai normal
karena terdapat kemungkinan penyulit seperti retinopati diabetik. Kekeruhan lensa akan
hilang melalui tindakan operasi katarak, namun perjalanan penyakit yang diakibatkan oleh
DM akan terus berjalan2,3 dan menurunkan visus pasien jika diabetes melitus dibiarkan tidak