LAPORAN KASUS
3.1 Identitas PasienNama:Nn. WEUmur:15 tahunJenis
Kelamin:PerempuanAgama:HinduPekerjaan:PelajarAlamat:Restu Rahayu
Kec. Raman Utara
3.2 AnamnesisKeluhan utama : haid lama dan banyak
Anamnesis umum Pasien datang dengan keluhan haid lama dan banyak
sejak 2 bulan yang lalu. Darah yang keluar merupakan darah segar
dan bergumpal-gumpal sehingga pasien harus ganti pembalut 6-9 kali
dalam sehari. Pasien juga sering mengeluh pusing dan lemas dan
terkadang pingsan saat beraktivitas. Pasien juga mengeluh
perdarahan dari gusi yang baru terjadi +- 3 hari yang lalu.
Perdarahan yang dialami pasien tanpa disertai nyeri perut, BAB/BAK
normal. Keluhan ini berlangsung semakin berat hingga akhirnya
pasien memutuskan untuk datang ke IGD RSAY.
Anamnesis khususRiwayat menstruasiPasien menarche umur 14 tahun,
dengan siklus haid yang tidak teratur. Sejak pasien berumur 15
tahun pasien mendapat haid dalam waktu lebih lama (2 bulan) dengan
jumlah yang lebih banyak hingga harus mengganti pembalut 6-9 kali
dalam sehari. Pada saat menstruasi pasien tidak mengalami nyeri
perut yang bermakna, namun pasien mengeluhkan kehilangan nafsu
makan dan mengeluh lemas.Riwayat obstetriPasien belum memiliki
riwayat kehamilanRiwayat pernikahanPasien belum menikahRiwayat
KBPasien tidak sedang memakai KBRiwayat penyakit terdahuluPasien
tidak memiliki riwayat penyakit terdahuluRiwayat penyakit dalam
keluargaTidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama, namun
pasien memiliki seorang tante yang mengalami penyakit kanker
serviks dan telah mendapatkan terapiRiwayat alergi obatPasien
mengatakan tidak memiliki riwayat alergi obat sebelumnya3.3
Pemeriksaan FisikStatus PresentKU: tidak baikKesadaran : compos
mentis (E4V5M6)TD: 100/60 mmHgN: 120x/menitRR: 24x/menitTax: 38
C
Status generalMata: konjungtiva anemisTHT: tampak tenangThorax:
Cor: Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat Palpasi : iktus kordis
teraba di ICS 5 MCLS Perkusi : dullness, batas jantung tidak ada
kelainan Auskultasi: S1S2 tunggal regular murmur (-) Pulmo:
Inspeksi: simetris pada saat statis dan dinamis Palpasi : VF N/N
Perkusi : Sonor / sonor Auskultasi: Vesikuler +/+ Rhonki-/-
Wheezing -/-Abdomen : sesuai status ginekologiExtremitas: dingin,
edema(-) purpura (+) pada paha kiri
Status Ginekologi Abdomen: Inspeksi : distensi (-) Auskultasi:
bising usus normal Palpasi : tinggi fundus uteri tak teraba Perkusi
: timfaniRT : TSA baik, mukosa licin, ampulla kosong, CUT sesuai
normal, AP ka/ki lemas, normal, himen intak
3.4 Pemeriksaan LaboratoriumLeukosit= 3.820/mm3 Eritrosit= 1,01
x 106/mm3Trombosit= 8.000/mm3Hemoglobin= 3,6 mg/dlHematokrit=
9,6%MCV= 95 um3MCH= 35,6 PG3
3.5 Pemeriksaan USGUSG tidak tampak adanya massa pada uterus dan
adneksa
3.6 ResumePasien perempuan umur 15 tahun suku Bali datang dengan
keluhan haid lama dan banyak sejak 2 bulan yang lalu. Darah yang
keluar selama menstruasi merupakan darah segar dengan jumlah yang
banyak sehingga pasien harus ganti pembalut hingga 6-9 kali. Ini
merupakan kejadian pertama yang pernah dialami pasien. Selain itu
pasien juga mengeluh pusing dan lemas dan pernah sampai pingsan
terutama pada saat menstruasi. Tidak ada keluarga yang mengalami
keluhan yang sama, namu tante pasien mengidap penyakit kanker
serviks.Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 100/60
mmHg, nadi 120x/menit, respirasi 24x/menit, suhu badan 38C. Status
general menunjukkan konjungtiva pasien pucat dan terdapat purpura
pada paha kiri pasien, sedangkan untuk status general yang lain
dalam batas normal. Status ginekologi pasien menunjukkan distensi
(-), bising usus normal, tinggi fundus uteri tak teraba, perkusi
abdomen timfani. Hasil RT menunjukkan TSA baik, mukosa licin,
ampulla kosong, CUT sesuai normal, AP ka/ki lemas, normal, himen
intak. Hasil lab menunjukkan leukosit 3.820/mm3 Eritrosit 1,01 x
106/mm3, Trombosit8.000/mm3, Hemoglobin 3,6 mg/dl, Hematokrit 9,6%,
MCV 95 um3, MCH 35,6 PG3. Pada USG tidak tampak adanya massa pada
uterus dan adneksa.
3.7 Diagnosis kerja PUA + anemia berat + Susp. ITP
3.8. Diagnosis Banding- PUA- ITP- Anemia Aplastik- von Willbrend
disease
3. 9. PrognosisQuo ad vitam : dubiaQuo ad functionam : dubia
3.10. Rencana KerjaMRS (bed rest)Perbaiki KUTransfusi PRC sampai
Hb > 10g/dLAsam TraneksamatAntibiotikHB VitR/ cek lab: SADT, CT,
BT
Follow up (24 Maret 2015) S: Keluhan : Pusing, LemasO: Status
Present :KU: tidak baikKesadaran : compos mentis (E4V5M6)TD: 100/60
mmHgN: 112x/menitRR: 24x/menitSuhu: 38,2 C
Status general :Mata: konjungtiva anemisTHT: tampak
tenangThorax: Cor: Inspeksi: iktus kordis tidak terlihat Palpasi:
iktus kordis teraba di ICS 5 MCLS Perkusi: dullness, batas jantung
tidak ada kelainan Auskultasi: S1S2 tunggal regular murmur (-)
Pulmo: Inspeksi: simetris pada saat statis dan dinamis Palpasi : VF
N/N Perkusi : Sonor / sonor Auskultasi: Vesikuler +/+ Rhonki-/-
Wheezing -/-Abdomen : sesuai status ginekologiExtremitas: dingin,
edema(-), purpura (+) pada tungkai kiri
Status Ginekologi :Abdomen: Inspeksi : distensi (-) Auskultasi:
bising usus normal Palpasi : tinggi fundus uteri tak teraba Perkusi
: timfani
Laboratorium :Asdfghjkl sadt ct bt
A: D/ PUA e.c ITPP: Konsul Dokter Spesialis Penyakit DalamTh/
Bed rest Transfusi PRC 2 kolf Asam Tranexamat AntibiotikSaran dr.
Ronald, Sp.PD : Anjuran pemeriksaan SADT, CT. BT, PT, APTT, INR,
Tes agregsi trombosit. Transfusi Trombosit 8 kolf. Kortikosteroid 2
x 125 gr. IVFG (bila keluarga bersedia).
Follow up (25 Maret 2015) S: Keluhan : -O: Status Present :KU:
BaikKesadaran : compos mentis (E4V5M6)TD: 100/70 mmHgN:
104x/menitRR: 24x/menitSuhu: 38 CStatus general :Mata: konjungtiva
anemisTHT: tampak tenangThorax: Cor: Inspeksi: iktus kordis tidak
terlihat Palpasi: iktus kordis teraba di ICS 5 MCLS Perkusi:
dullness, batas jantung tidak ada kelainan Auskultasi: S1S2 tunggal
regular murmur (-) Pulmo: Inspeksi: simetris pada saat statis dan
dinamis Palpasi : VF N/N Perkusi : Sonor / sonor Auskultasi:
Vesikuler +/+ Rhonki-/- Wheezing -/-Abdomen : sesuai status
ginekologiExtremitas: dingin, edema(-), purpura (+) pada tungkai
kiri
Status Ginekologi :Abdomen: Inspeksi : distensi (-) Auskultasi:
bising usus normal Palpasi : tinggi fundus uteri tak teraba Perkusi
: timfani
A: D/ PUA + Anemia Berat + Susp. ITPP: Rencana Alih Rawat ke
Penyakit DalamTh/ Bed rest Transfusi PRC 1 kolf Asam Tranexamat
Antibiotik
Follow up (26 Maret 2015) Pasien sudah di Ruang Penyakit
Dalam
KASUSI. IdentitasSeorang nona 15 tahun datang dengan perdarahan
dari kemaluan sejak 2 bulan yang lalu, disertai dengan perdarahan
pada gusi, pusing dan lemas. Pasien juga mengeluh sempat pingsan
sebelum masuk RSAY.
II. Permasalahan1. Apakah anamnesa, pemeriksaan fisik dan
penunjang sudah sesuai?2. Apakah diagnosa sudah tepat?3. Apakah
penatalaksanaan sudah tepat?4. Apa faktor penyebab,atau
predisposisi?
III. Analisa Kasus1. Apakah anamnesa, pemeriksaan fisik dan
penunjang sudah sesuai?
2.1 DefinisiPerdarahan uterus abnormal termasuk didalamnya
adalah perdarahan menstruasi abnormal, dan perdarahan akibat
penyebab lain seperti kehamilan, penyakit sistemik, atau kanker.
Diagnosis dan manajemen dari perdarahan uterus abnormal saat ini
menjadi sesuatu yang sulit dalam bidang ginekologi. Pasien mungkin
tidak bisa melokalisir sumber perdarahan berasal dari vagina,
uretra, atau rektum. Pada wanita menyusui, komplikasi kehamilan
harus selalu dipikirkan, dan perlu diingat adanya dua keadaan
sangat mungkin terjadi secara bersamaan (misal mioma uteri dan
kanker leher rahim).3Pola dari perdarahan uterus
abnormalPenggolongan standar dari perdarahan abnormal dibedakan
menjadi 7 pola:1) Menoragia (hipermenorea) adalah perdarahan
menstruasi yang banyak dan memanjang. Adanya bekuan-bekuan darah
tidak selalu abnormal, tetapi dapat menandakan adanya perdarahan
yang banyak. Perdarahan yang gushing dan open-faucet selalu
menandakan sesuatu yang tidak lazim. Mioma submukosa, komplikasi
kehamilan, adenomiosis, IUD, hiperplasia endometrium, tumor ganas,
dan perdarahan disfungsional adalah penyebab tersering dari
menoragia.2) Hipomenorea (kriptomenorea) adalah perdarahan
menstruasi yang sedikit, dan terkadang hanya berupa bercak darah.
Obstruksi seperti pada stenosis himen atau serviks mungkin sebagai
penyebab. Sinekia uterus (Ashermans Syndrome) dapat menjadi
penyebab dan diagnosis ditegakkan dengan histerogram dan
histeroskopi. Pasien yang menjalani kontrasepsi oral terkadang
mengeluh seperti ini, dan dapat dipastikan ini tidak apa-apa.3)
Metroragia (perdarahan intermenstrual) adalah perdarahan yang
terjadi pada waktu-waktu diantara periode menstruasi. Perdarahan
ovulatoar terjadi di tengah-tengah siklus ditandai dengan bercak
darah, dan dapat dilacak dengan memantau suhu tubuh basal. Polip
endometrium, karsinoma endometrium, dan karsinoma serviks adalah
penyebab yang patologis. Pada beberapa tahun administrasi estrogen
eksogen menjadi penyebab umum pada perdarahan tipe ini.4)
Polimenorea berarti periode menstruasi yang terjadi terlalu sering.
Hal ini biasanya berhubungan dengan anovulasi dan pemendekan fase
luteal pada siklus menstruasi.5) Menometroragia adalah perdarahan
yang terjadi pada interval yang iregular. Jumlah dan durasi
perdarahan juga bervariasi. Kondisi apapun yang menyebabkan
perdarahan intermenstrual dapat menyebabkan menometroragia. Onset
yang tiba-tiba dari episode perdarahan dapat mengindikasikan adanya
keganasan atau komplikasi dari kehamilan.6) Oligomenorea adalah
periode menstruasi yang terjadi lebih dari 35 hari. Amenorea
didiagnosis bila tidak ada menstruasi selama lebih dari 6 bulan.
Volume perdarahan biasanya berkurang dan biasanya berhubungan
dengan anovulasi, baik itu dari faktor endokrin (kehamilan,
pituitari-hipotalamus) ataupun faktor sistemik (penurunan berat
badan yang terlalu banyak). Tumor yang mengekskresikan estrogen
menyebabkan oligomenorea terlebih dahulu, sebelum menjadi pola yang
lain.7) Perdarahan kontak (perdarahan post-koitus) harus dianggap
sebagai tanda dari kanker leher rahim sebelum dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut. Penyebab lain dari perdarahan kontak yang lebih
sering yaitu servikal eversi, polip serviks, infeksi serviks atau
vagina (Tichomonas) atau atropik vaginitis. Hapusan sitologi
negatif tidak menyingkirkan diagnosis kanker serviks invasif,
kolposkopi dan biopsi sangat dianjurkan untuk dilakukan.3Perdarahan
Bukan HaidYang dimaksudkan disini ialah perdarahan yang terjadi
dalam masa antara 2 haid. Perdarahan itu tampak terpisahdan dapat
dibedakan dari haid, atau 2 jenis perdarahan ini menjadi satu; yang
pertama dinamakan metroragia,yang kedua menometroragia. Metroragia
atau menometroragia dapat disebabkan oleh kelainan organik pada
alat genital atau oleh kelainan fungsional.12.2 EtiologiSebab-sebab
organikPerdarahan dari uterus, tuba, dan ovarium disebabkan oleh
kelainan pada:a) Serviks uteri, seperti polipus servisis uteri,
erosio porsionis uteri, ulkus pada porsio uteri, karsinoma servisis
uteri; b) Korpus uteri, seperti polip endometrium, abortus iminens,
abortus sedang berlangsung, abortus inkompletus, mola hidatidosa,
koriokarsinoma, subinvolusio uteri, karsinoma korporis uteri,
sarkoma uteri, mioma uteri;c) Tuba Falopii, seperti kehamilan
ektoplik terganggu, radang tuba, tumor tuba;d) Ovarium, seperti
radang ovarium, tumor ovarium.
Sebab-sebab fungsionalPerdarahan dari uterus yang tidak ada
hubungannya dengan sebab organik, dinamakan perdarahan
disfungsional. Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap
umur antara menarche dan menopause. Tetapi , kelainan ini lebih
sering dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungsi
ovarium. Dua pertiga dari wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit
untuk perdarahan disfungsional berumur diatas 40 tahun, dan 3%
dibawah 20 tahun. Sebetulnya dalam praktek banyak dijumpai pula
perdarahan disfungsional dalam masa pubertas, akan tetapi karena
keadaan ini biasanya dapat sembuh sendiri, jarang diperlukan
perawatan di rumah sakit.1
2.3 PatologiSchrder pada tahun 1915, setelah penelitian
histopatologik pada uterus dan ovarium pada waktu yang sama,
menarik kesimpulan bahwa gangguan perdarahan yang dinamakan
metropatia hemoragika terjadi karena persistensi folikel yang tidak
pecah sehingga tidak terjadi ovulasi dan pembentukan korpus luteum.
Akibatnya, terjadilah hiperplasia endometrium karena stimulasi
estrogen yang berlebihan dan terusmenerus. Penjelasan ini masih
dapat diterima untuk sebagian besar kasus-kasus perdarahan
disfungsional.1,4
Gambar 1. Siklus Menstruasi ManusiaAkan tetapi, penelitian
menunjukkan pula bahwa perdarahan disfungsional dapat ditemukan
bersamaan dengan berbagai jenis endometrium, yakni endometrium
atrofik, hiperplastik, proliferatif, dan sekretoris, dengan
endometrium jenis nonsekresi merupakan bagian terbesar. Pembagian
endometrium dalam endometrium jenis nonsekresi dan endometrium
jenis sekresi penting artinya,
kakarena dengan dengan demikian dapat dibedakan perdarahan yang
anovulatoar dan yang ovulatoar. Klasifikasi ini mempunyai nilai
klinik karena kedua jenis perdarahan disfungsional ini mempunyai
dasar etiologi yang berlainan dan memerlukan penanganan yang
berbeda. Pada perdarahan disfungsional yang ovulatoar gangguan
dianggap berasal dari faktor-faktor neuromuskular, vasomotorik,
atau hematologik, yang mekanismenya belum seberapa dimengerti,
sedangkan perdarahan anovulatoar biasanya dianggap bersumber pada
gangguan endokrin.1
2.4 Gambaran KlinikPerdarahan OvulatoarPerdarahan ini merupakan
kurang lebih 10% dari perdarahan disfungsional dengan siklus pendek
(polimenorea) atau panjang (oligomenorea). Untuk menegakkan
diagnosis perdarahan ovulatoar, perlu dilakukan kerokan pada masa
mendekati haid. Jika karena perdarahan yang lama dan tidak teratur
siklus haid tidak dikenali lagi, maka kadang-kadang bentuk kurve
suhu badan basal dapat menolong. Jika sudah dipastikan bahwa
perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi tanpa adanya sebab
organik, maka harus dipikirkan sebagai etiologinya:1. Korpus luteum
persistens; dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang-kadang
bersamaan dengan ovarium membesar. Sindrom ini harus dibedakan dari
kehamilan ektopik karena riwayat penyakit dan hasil pemeriksaan
panggul sering menunjukkan banyak persamaan antara keduanya. Korpus
luteum persistens dapat pula menyebabkan pelepasan endometrium
tidak teratur (irregular shedding). Diagnosis irregular shedding
dibuat dengan kerokan yang tepat pada waktunya, yakni menurut Mc
Lennon pada hari ke-4 mulainya perdarahan. Pada waktu ini dijumpai
endometrium dalam tipe sekresi disamping tipe nonsekresi.2.
Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual spotting,
menoragia, atau polimenore. Dasarnya ialah kurangnya produksi
progesteron disebabkan oleh gangguan LH releasing factor. Diagnosis
dibuat, apabila hasil biopsi endometrial dalam fase luteal tidak
cocok dengan gambaran endometrium yang seharusnya didapat pada hari
siklus yang bersangkutan.3. Apopleksia uteri : pada wanita dengan
hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh darah dalam uterus.4.
Kelainan darah, seperti anemia, purpura trombositopenik, dan
gangguan dalam mekanisme pembekuan darah.Perdarahan
anovulatoarStimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya
endometrium. Dengan menurunnya kadar estrogen dibawah tingkta
tertentu, timbul perdarahan yang kadang-kadang bersifat siklis,
kadang-kadang tidak teratur sama sekali.Fluktuasi kadar estrogen
ada sangkut-pautnya dangan jumlah folikel yang pada suatu waktu
fungsional aktif. Folikel-folikel ini mengeluarkan estrogen sebelum
mengalami atresia, dan kemudian diganti oleh folikel-folikel baru.
Endometrium dibawah pengaruh estrogen tumbuh terus, dan dari
endometrium yang mula-mula proliferatif dapat terjadi endometrium
bersifat hiperplasia kistik. Jika gambaran itu dijumpai pada
sediaan yang diperoleh dengan kerokan, dapat diambil kesimpulan
bahwa perdarahan bersifat anovulatoar.Walaupun perdarahan
disfungsional dapat terjadi pada setiap waktu dalam kehidupan
menstrual seorang wanita, namun hal ini paling sering terdapat pada
masa pubertas dan pada masa pramenopause. Pada masa pubertas
sesudah menarche, perdarahan tidak normal disebabkan oleh gangguan
atau terlambatnya proses maturasi pada hipotalamus, dengan akibat
bahwa pembuatan Releasing Factor dan hormon gonadotropin tidak
sempurna. Pada wanita dalam masa pramenopause proses terhentinya
fungsi ovarium tidak selalu berjalan lancar.Bila pada masa pubertas
kemungkinan keganasan kecil sekali dan ada harapan bahwa lambat
laun keadaan menjadi normal dan siklus haid menjadi ovulatoar, pada
seorang wanita dewasa dan terutama dalam masa pramenopause dengan
perdarahab tidak teratur mutlak diperlukan kerokan untuk menentukan
ada tidaknya tumor ganas.Perdarahan disfungsional dapat dijumpai
pada penderita-penderita dengan penyakit metabolik, penyakit
endokrin, penyakit darah, penyakit umum yang menahun, tumor-tumor
ovarium, dan sebagainya.1,5 Akan tetapi, disamping itu, terdapat
banyak wanita dengan perdarahan disfungsional tanpa adanya
penyakit-penyakit tersebut diatas. Dalam hal ini stress yang
dialami dalam kehidupan sehari-hari, baik didalam maupun di luar
pekerjaan, kejadian-kejadian yang mengganggu keseimbangan emosional
seperti kecelakaan, kematian dalam keluarga, pemberian obat
penenang terlalu lama, dan lain-lain, dapat menyebabkan perdarahan
anovulatoar. Biasanya kelinan dalam perdarahan ini hanya untuk
sementara waktu saja.2.5 DiagnosisPembuatan anamnesis yang cermat
penting untuk diagnosis. Perlu ditanyakan bagaimana mulainya
perdarahan, apakah didahului siklus yang pendek atau oleh
oligomenorea/amenorea, sifat perdarahan (banyak atau
sedikit-sedikit, sakit atau tidak), lama perdarahan, dan
sebagainya. Pada pemeriksaan umum perlu diperhatikan tanda-tanda
yang menunjuk ke arah kemungkinan penyakit metabolik, penyakit
endokrin, penyakit menahun, dan lain-lain. Kecurigaan terhadap
salah satu penyakit tersebut hendaknya menjadi dorongan untuk
melakukan pemeriksaan dengan teliti ke arah penyakit yang
bersangkutan. Pada pemeriksaan ginekologik perlu dilihat apakah
tidak ada kelainan-kelainan organik, yang menyebabkan perdarahan
abnormal (polip, ulkus, tumor, kehamilan terganggu). Dalam hubungan
dengan pemeriksaan ini, perlu diketahui bahwa di negeri kita
keluarga sangat keberatan dilakukan pemeriksaan dalam pada wanita
yang belum kawin, meskipun kadang-kadang hal itu tidak dapat
dihindarkan. Dalam hal ini dapat dipertimbangkan untuk melakukan
pemeriksaan dengan menggunakan anestesia umum.Pada wanita dalam
masa pubertas umumnya tidak perlu dilakukan kerokan guna pembuatan
diagnosis. Pada wanita berumur antara 20 dan 40 tahun kemungkinan
besar ialah kehamilan terganggu, polip, mioma submukosum, dan
sebagainya. Disini kerokan diadakan setelah dapat diketahui benar
bahwa tindakan tersebut tidak mengganggu kehamilan yang memberi
harapan untuk diselamatkan. Pada wanita dalam pramenopause dorongan
untuk melakukan kerokan ialah untuk memastikan ada tidaknya tumor
ganas.2.6 PenangananKadang-kadang pengeluaran darah pada perdarahan
disfungsional sangat banyak: dalam hal ini penderita harus
istirahat baring dan diberi transfusi darah. Setelah pemeriksaan
ginekologik menunjukkan bahwa perdarahan berasal dari uterus dan
tidak ada abortus inkompletus, perdarahan untuk sementara waktu
dapat dipengaruhi dengan hormon steroid. Dapat diberikan:a.
Estrogen dalam dosis tinggi, supaya kadarnya dalam darah meningkat
dan perdarahan berhenti. Dapat diberikan secara intramuskulus
dipropionas estradiol 2,5 mg, atau benzoas estradiol 1,5 mg, atau
valeras estradiol 20 mg. Keberatan terapi ini ialah bahwa setelah
suntikan dihentikan, perdarahan timbul lagi.b. Progesteron :
pertimbangan disini ialah bahwa sebagian besar perdarahan
fungsional bersifat anovulatoar, sehingga pemberian progesteron
mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium. Dapat diberikan
kaproas hidroksi-progesteron 125 mg, secara intramuskulus, atau
dapat diberikan per os sehri norethindrone 15 mg atau asetas
medroksi-progesterone (Provera) 10 mg, yang dapat diulangi. Terapi
ini berguna pada wanita dalam masa pubertas.Androgen mempunyai efek
baik terhadap perdarahan disebabkan oleh hiperplasia endometrium.
Terapi ini tidak dapat diselenggarakan terlalu lama mengingat
bahaya virilisasi. Dapat diberikan proprionas testosteron 50 mg
intramuskulus yang dapat diulangi 6 jam kemudian. Pemberian
metiltestosteron per os kurang cepat efeknya.Kecuali pada wanita
dalam masa pubertas, terapi yang paling baik ialah dilatasi dan
kerokan. Tindakan ini penting, baik untuk terapi maupun diagnosis.
Dengan terapi ini banyak kasus perdarahan tidak terulang lagi.
Apabila ada penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit darah,
dan lain-lain yang menjadi sebab perdarahan, tentulah penyakit itu
harus ditangani.Apabila setelah dilakukan kerokan perdarahan
disfungsional timbul lagi, dapat diusahakan terapi hormonal.
Pemberian estrogen saja kurang bermanfaat karena sebagian besar
perdarahan disfungsional disebabkan oleh hiperestrinisme. Pemberian
progesteron saja berguna apabila produksi estrogen secara endogen
cukup. Dalam hubungan dengan hal-hal tersebut diatas, pemberian
estrogen dan progesteron dalam kombinasi dapat dianjurkan; untuk
keperluan ini pil-pil kontrasepsi dapat digunakan. Terapi ini dapat
dilakukan mulai hari ke-5 perdarahan terus untuk 21 hari. Dapat
pula diberikan progesteron untuk 7 hari, mulai hari ke-21 siklus
haid.Androgen dapat berguna pula dalam terapi terhadap perdarahan
disfungsional yang berulang. Terapi per os umumnya lebih dianjurkan
daripada terapi suntikan. Dapat diberikan metiltestosteron 5 mg
sehari; dalil dalam terapi androgen ialah pemberian dosis yang
sekecil-kecilnya dan sependek mungkin.Terapi dengan klomifen, yang
bertujuan untuk menimbulkan ovulasi pada perdarahan anovulatoar,
umumnya tidak seberapa banyak digunakan. Terapi ini lebih tepat
pada infertilitas dengan siklus anovulatoar sebagai sebab.Sebagai
tindakan yang terakhir pada wanita dengan perdarahan disfungsional
terus-menerus (walaupun sudah dilakukan kerokan beberapa kali, dan
yang sudah mempunyai anak cukup) ialah histerektomi.
BAB IVPEMBAHASAN4.1 DiagnosisSeorang pasien wanita 17 tahun
datang dengan keluhan menstruasi yang lama dan banyak sejak tanggal
2 April 2011. Darah yang keluar adalah darah segar, dan tiap
harinya pasien harus mengganti pembalut 5-10 kali. Keluhan serupa
pernah dialami pasien pada bulan Agustus 2010 dan Januari 2011.
Nyeri pada perut disangkal, BAK dan BAB pasien normal. Riwayat
menstruasi pasien dikatakan berubah sejak dua tahun lalu, dimana
menstruasinya dikatakan semakin banyak dan lama hingga 1-2 minggu.
Saat menstruasi yang dialami cukup banyak, pasien akan mengalami
penurunan nafsu makan. Riwayat penyakit lain disangkal.Pada
pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah yang rendah yaitu 100/70
mmHg dan Nadi yang cepat 98 kali/menit. Ini mengarah ke keadaan
pre-shock. Status general didapatkan anemis pada kedua mata, yang
menandakan pasien mengalami anemia. Dari pemeriksaan rectal
toucher, didapatkan uterus yang normal.Pemeriksaan laboratorium
didapatkan anemia sedang dengan morfologi hipokromik mikrositer.
Dari pemeriksaan USG tidak ditemukan adanya massa pada uterus,
adnexa maupun vagina.Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik,
dicurigai adanya perdarahan uterus yang abnormal. Karena dari USG
tidak ditemukan adanya kelainan organik, maka kemungkinan besar
pasien mengalami perdarahan disfungsional dari uterus. Sehingga
pasien didiagnosa sebagai Disfungsional Uterine Bleeding + Anemia
sedang hipokromik mikrositer.4.2 Faktor Predisposisi atau
etiologiFaktor penyebab perdarahan uterus abnormal tidak selalu
diketahui dengan pasti. Perdarahan disebabkan baik akibat faktor
organik, maupun faktor fungsional. Perdarahan uterus disfungsional
paling sering disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon akibat dari
korpus luteum persistens, insufisiensi korpus luteum, apopleksia
uteri, dan kelainan darah.4.3 PenatalaksanaanPenatalaksanaan utama
pada pasien dengan perdarahan adalah hentikan perdarahan. Obat yang
dipilih untuk menghentikan perdarahan pada kasus ini adalah asam
traneksamat sebagai anti-trombolitik, dan regumen (Norethisterone)
yang membantu kerja progesteron dalam menghentikan perdarahan.
Darah yang hilang diestimasi cukup banyak, terlihat dari tekanan
darah, nadi, dan kadar Hemoglobin yang tidak normal, sehingga perlu
dilakukan resusitasi cairan. Pada pasien ini, sudah dilakukan
transfusi darah, diusahakan agar Hb menjadi 10 gr/dL.Dilatasi dan
kuretase pada pasien ini tidak dianjurkan dalam pembuatan
diagnosis, mengingat keganasan pada usia pubertas sangat jarang
terjadi.4.4 PrognosisPrognosis pada pasien ini adalah dubius ad
bonam, karena kemungkinan keganasan kecil sekali, dan ada harapan
bahwa lambat-laun siklus haid menjadi normal.
BAB VKESIMPULAN
Telah diuraikan kasus wanita 17 tahun, belum menikah dengan
keluhan menstruasi yang lama dan banyak. Dari hasil pemeriksaan
klinis didiagnosa dengan disfungsional uterine bleeding dan anemia
sedang hipokromin mikrositer. Pasien diberikan asam traneksamat,
dan norethisterone untuk menghentikan perdarahan, serta transfusi
darah sebanyak 4 kantong, dan sampai saat tulisan ini dibuat,
pasien masih dirawat di ruangan untuk pemulihan keadaan
umum.Perdarahan uterus disfungsional adalah perdarahan dari uterus
yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik. Perdarahan
disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan
menopause. Tetapi , kelainan ini lebih sering dijumpai sewaktu masa
permulaan dan masa akhir fungsi ovarium. Dua pertiga dari
wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit untuk perdarahan
disfungsional berumur diatas 40 tahun, dan 3% dibawah 20 tahun.
Pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional biasanya sangat
banyak: dalam hal ini penderita harus istirahat baring dan diberi
transfusi darah. Setelah pemeriksaan ginekologik menunjukkan bahwa
perdarahan berasal dari uterus dan tidak ada abortus inkompletus,
perdarahan untuk sementara waktu dapat dipengaruhi dengan hormon
steroid lalu dapat diberikan terapi hormonal seperti estrogen atau
progesteron.