Top Banner
CORPORATE GOVERNANCE……………………..………………………………........................…….….…. (Linawati & Pangeran) 47 CORPORATE GOVERNANCE DAN NILAI PERUSAHAAN: PERAN MODERASI KONSENTRASI INDUSTRI Poh Linawati Perminas Pangeran Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana Jl. Dr. Wihidin Sudiro Husodo 5 - 25, Yogyakarta, 55224 Email: [email protected] ABSTRACT The purpose of this study is to examine the moderating role of industry concentration between corporate governance (Board of Commissioners Independent, Managerial Ownership, and Institusional Ownership) and firm value. Industry concentration classification is calculated by the Herfindahl-Hirschman Index (HHI). In terms of chow test can be concluded that the regression equation between sub-groups of concentrated industries and less concentrated industries differ significantly and it shows that the industry concentration is moderating variable. Keywords: Industrial Concentration, Board Of Commissioners Independent, Managerial Ownership, Institusional Ownership, Firm Value. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran moderasi konsentrasi industri antara corporate governance (Dewan Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikan Institusional) terhadap nilai perusahaan. Klasifikasi konsentrasi industri dihitung dengan Indeks Herfindahl- Hirschman (HHI). Dari perhitungan chow test dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi antar sub-kelompok atas industri terkonsentrasi dan industri cukup terkonsentrasi berbeda secara signifikan dan hal ini menunjukkan bahwa variabel konsentrasi industri adalah variabel moderasi. Kata Kunci: Konsentrasi Industri, Dewan Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Nilai Perusahaan. PENDAHULUAN Perhatian terhadap praktik tata kelola perusahaan (Corporate Governance) telah meningkat akhir-akhir ini. Pelaksanaan Corporate Governance sering dikaitkan dengan kenaikan nilai perusahaan. Mening- katnya nilai perusahaan adalah sebuah prestasi, yang sesuai dengan keinginan para pemegang saham karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham. Semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Beberapa penelitian berpendapat bahwa pelaksanaan corporate governance mem- berikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan, namun ada pula yang berpendapat sebaliknya yaitu corporate governance tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Mekanisme corporate governance dapat diukur dengan keberadaan komite audit, komposisi komisaris independen, dan struktur kepemilikan. Penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2010) menjelaskan bahwa kepemilikan manajerial mempengaruhi secara positif nilai perusahaan sedangkan kepemilikan institu-
16

CORPORATE GOVERNANCE DAN NILAI PERUSAHAAN: …

Dec 03, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: CORPORATE GOVERNANCE DAN NILAI PERUSAHAAN: …

CORPORATE GOVERNANCE……………………..………………………………........................…….….…. (Linawati & Pangeran)

47

CORPORATE GOVERNANCE DAN NILAI PERUSAHAAN:

PERAN MODERASI KONSENTRASI INDUSTRI

Poh Linawati

Perminas Pangeran

Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana

Jl. Dr. Wihidin Sudiro Husodo 5 - 25, Yogyakarta, 55224

Email: [email protected]

ABSTRACT

The purpose of this study is to examine the moderating role of industry concentration between

corporate governance (Board of Commissioners Independent, Managerial Ownership, and

Institusional Ownership) and firm value. Industry concentration classification is calculated by the

Herfindahl-Hirschman Index (HHI). In terms of chow test can be concluded that the regression

equation between sub-groups of concentrated industries and less concentrated industries differ

significantly and it shows that the industry concentration is moderating variable.

Keywords: Industrial Concentration, Board Of Commissioners Independent, Managerial Ownership,

Institusional Ownership, Firm Value.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran moderasi konsentrasi industri antara corporate

governance (Dewan Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikan Institusional)

terhadap nilai perusahaan. Klasifikasi konsentrasi industri dihitung dengan Indeks Herfindahl-

Hirschman (HHI). Dari perhitungan chow test dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi antar

sub-kelompok atas industri terkonsentrasi dan industri cukup terkonsentrasi berbeda secara

signifikan dan hal ini menunjukkan bahwa variabel konsentrasi industri adalah variabel moderasi.

Kata Kunci: Konsentrasi Industri, Dewan Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial,

Kepemilikan Institusional, Nilai Perusahaan.

PENDAHULUAN

Perhatian terhadap praktik tata kelola

perusahaan (Corporate Governance) telah

meningkat akhir-akhir ini. Pelaksanaan

Corporate Governance sering dikaitkan

dengan kenaikan nilai perusahaan. Mening-

katnya nilai perusahaan adalah sebuah

prestasi, yang sesuai dengan keinginan para

pemegang saham karena dengan nilai

perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh

tingginya kemakmuran pemegang saham.

Semakin tinggi harga saham maka semakin

tinggi pula nilai perusahaan.

Beberapa penelitian berpendapat bahwa

pelaksanaan corporate governance mem-

berikan pengaruh yang signifikan terhadap

nilai perusahaan, namun ada pula yang

berpendapat sebaliknya yaitu corporate

governance tidak berpengaruh terhadap nilai

perusahaan. Mekanisme corporate governance

dapat diukur dengan keberadaan komite audit,

komposisi komisaris independen, dan struktur

kepemilikan.

Penelitian yang dilakukan oleh Saputra

(2010) menjelaskan bahwa kepemilikan

manajerial mempengaruhi secara positif nilai

perusahaan sedangkan kepemilikan institu-

Page 2: CORPORATE GOVERNANCE DAN NILAI PERUSAHAAN: …

JRAK, Volume 11, No 1 Februari 2015

48

sional tidak memiliki pengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan. Permanasari (2010)

menjelaskan bahwa kepemilikan manajemen

dan kepemilikan institusional tidak mempe-

ngaruhi nilai perusahaan. Putri (2011)

menjelaskan bahwa kepemilikan manajerial

memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap

nilai perusahaan sedangkan komisaris

independen tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap nilai perusahaan. Febryana

(2013) menjelaskan bahwa komisaris indepen-

den tidak berpengaruh signifikan negatif

terhadap nilai perusahaan, kepemilikan

manajerial berpengaruh negatif terhadap nilai

perusahaan.

Perbedaan hasil ini dimungkinkan

adanya variabel moderasi. Variabel moderasi

adalah variabel independen yang akan

memperkuat atau memperlemah hubungan

antara variabel independen lainnya terhadap

variabel dependen. Penelitian yang dilakukan

oleh Giround dan Mueller (2011) menemukan

bahwa tata kelola perusahaan yang lemah

memiliki ROE yang rendah, kinerja operasi

(ROA) yang buruk dan nilai perusahaan

rendah, tetapi hanya dalam industri terkon-

sentrasi. Pada penelitian ini, Giround dan

Mueller mengasumsikan konsentrasi industri

sebagai variabel moderasi yang dapat

mempengaruhi corporate governance terhadap

nilai perusahaan. Konsentrasi industri tersebut

dilihat melalui persaingan pasar produk.

Perusahaan dengan tata kelola yang baik akan

memiliki kinerja yang tinggi tergantung pada

kondisi persaingan pasarnya. Heather (2002)

dalam Natalinov dan Pangeran (2013)

membuat tiga klasifikasi tingkat konsentrasi

industri, yaitu terkonsentrasi (tidak kom-

petitif), cukup terkonsentrasi (cukup kom-

petitif), tidak terkonsentrasi (sangat kom-

petitif).

Jika dilihat dari definisi konsentrasi

industri tersebut maka dalam persaingan pasar

produk, industri tidak terkonsentrasi memiliki

keunggulan dibandingkan industri terkonsen-

trasi. Karena industri tidak terkonsentrasi lebih

banyak terlibat dalam kegiatan inovasi.

Investor menilai inovasi merupakan suatu aksi

korporasi yang berisiko dan sangat dapat

mempengaruhi arus kas yang dihasilkan

perusahaan nantinya. Oleh karena itu, tingkat

keuntungan yang disyaratkan menjadi lebih

tinggi di industri yang penuh dengan inovasi.

Hou dan Robinson (2006) dalam

Natalinov dan Pangeran (2013) berpendapat

bahwa adanya hambatan masuk pada industri

yang terkonsentrasi membuat perusahaan-

perusahaan yang masuk di dalamnya dapat

menetapkan harga premium dan meningkatkan

output dengan besarnya sumber daya yang

dikuasai ketika permintaan produk melonjak.

Hal inilah yang menyebabkan perusahaan-

perusahaan pada industri yang terkonsentrasi

menjadi market power, menghasilkan laba

abnormal, dan net profit margin (NPM) yang

tinggi. Namun, mempertimbangkan kecilnya

kemungkinan terjadi distress pada perusahaan-

perusahaan ini, dan lemahnya tingkat

persaingan di industri ini yang dilihat dari

kurangnya keterlibatan dalam inovasi yang

berisiko, maka return yang disyaratkan

investor juga rendah.

Berdasarkan latar belakang tersebut saya

tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

apakah pelaksanaan corporate governance

mempengaruhi nilai perusahaan tergantung

pada peran tingkat konsentrasi industri.

Penulis memutuskan melakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Peran Moderasi

Konsentrasi Industri Pada Corporate

Governance dan Nilai Perusahaan”. Pada

penelitian ini corporate governance diprok-

sikan dengan Dewan Komisaris Independen,

Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikan

Institusional. Hasil penelitian ini pada

akhirnya diharapkan akan memberikan

gambaran baru tentang karakteristik tingkat

konsentrasi industri di Indonesia.

Penelitian ini menekankan pada

konsentrasi industri diukur dengan HHI untuk

mengelompokkan perusahaan dalam industri

cukup terkonsentrasi dan perusahaan dalam

industri terkonsentrasi. Perusahaan sampel

merupakan perusahaan dalam industri

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia dan mempunyai laporan tahunan

(annual report) selama tahun 2010-2012.

Konsep corporate governance diukur dengan

komposisi dewan komisaris independen,

kepemilikan manajerial dan kepemilikan

institusional.

Berdasarkan latar belakang dan rumusan

masalah, penelitian ini bertujuan untuk

menguji peran moderasi konsentrasi industri

antara corporate governance (Dewan

Komisaris Independen, Kepemilikan Mana-

Page 3: CORPORATE GOVERNANCE DAN NILAI PERUSAHAAN: …

CORPORATE GOVERNANCE……………………..………………………………........................…….….…. (Linawati & Pangeran)

49

jerial, Kepemilikan Institusional) terhadap

nilai perusahaan.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi

sumber tambahan bagi pengembang teori

untuk melakukan analisis mengenai pengaruh

variabel moderasi dalam penelitian. Sebagai

bahan masukan dan pertimbangan perusahaan

untuk menentukan kebijakan pelaksanaan

good corporate governance sebagai strategi

guna meningkatkan nilai perusahaan. Peneli-

tian ini diharapkan dapat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan bagi

perusahaan untuk melaksanakan good

corporate governance agar perusahaan tidak

mengalami kebangkrutan.

KAJIAN LITERATUR

Konsentrasi Industri

Konsentrasi industri mengacu pada

karakteristik struktural dari sektor bisnis. Ini

adalah sejauh mana produksi dalam suatu

industri atau ekonomi secara keseluruhan

didominasi oleh beberapa perusahaan besar.

Perusahaan yang besar dapat mendominasi

pasar sehingga dapat menetapkan harga dan

diikuti oleh perusahaan kecil lainnya. Setelah

dianggap gejala kegagalan pasar, konsentrasi

industri untuk sebagian besar saat ini terlihat

sebagai indikator kinerja ekonomi yang

unggul.

Pada tahun 1982, Indeks Herfin-dahl-

Hirschman (HHI) menjadi ukuran standar

konsentrasi industri. Indeks Herfindahl-

Hirschman (HHI) memperhitungkan ukuran

relatif dan jumlah perusahaan yang bersaing

dalam industri (Natalinov dan Pangeran,

2013). Heather (2002) dalam Natalinov dan

Pangeran (2013) membuat tiga klasifikasi

tingkat konsentrasi industri. Pertama, terkon-

sentrasi (tidak kompetitif) yaitu tidak ada

persaingan atau sangat kecil, bila indeks HHI

> 1800. Menantang jika indeks naik lebih dari

50 poin melalui merger. Kedua, cukup

terkonstrasi (cukup kompetitif), bila indeks

HHI sebesar 1000-1800. Menantang jika

indeks naik lebih dari 100 poin melalui

merger. Ketiga,, tidak terkonsentrasi (sangat

kompetitif), bila indeks HHI < 1000. Tidak

ada tantangan untuk melakukan merger.

Industri yang terkonsentrasi (tidak

kompetitif) akan memiliki skala operasi yang

lebih besar yang membuat industri tersebut

menghasilkan laba yang tinggi dan mencip-

takan hambatan masuk untuk pesaing baru

masuk ke dalam industri tersebut. Industri

yang kompetitif akan membutuhkan modal

asing (hutang) yang lebih besar karena industri

ini lebih banyak terlibat dalam kegiatan

inovasi yang membutuhkan investasi besar.

Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan sangat penting karena

dengan nilai perusahaan yang tinggi akan

diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang

saham. Menurut Husnan (2000) definisi nilai

perusahaan: “nilai perusahaan merupakan

harga yang bersedia dibayar oleh calon

pembeli apabila perusahaan tersebut dijual”.

Nilai perusahaan merupakan nilai atau harga

pasar yang berlaku atas saham umum

perusahaan.

Berdasarkan definisi di atas menun-

jukkan bahwa nilai perusahaan merupakan

harga yang bersedia dibayar oleh calon

pembeli diartikan sebagai harga pasar atas

perusahaan itu sendiri. Di bursa saham, harga

pasar berarti harga yang bersedia dibayar oleh

investor untuk setiap lembar saham

perusahaan. Oleh karenanya dapat dikatakan

bahwa nilai perusahaan adalah merupakan

persepsi investor terhadap perusahaan yang

selalu dikaitkan dengan harga saham.

Corporate Governance

FCGI (Forum For Governance In

Indonesia) dalam publikasi yang pertamanya

mempergunakan definisi Cadburry Com-

mittee, corporate governance yaitu: “sepe-

rangkat peraturan yang mengatur hubungan

antara pemegang saham, pengurus (pengelola)

perusahaan, pihak kreditur, pemerintah,

karyawan serta para pemegang kepentingan

intern dan ekstern lainnya yang berkaitan

dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau

dengan kata lain suatu sistem yang mengatur

dan mengendalikan perusahaan”. Disamping

itu FCGI juga menjelaskan, bahwa tujuan dari

corporate governance adalah “untuk

menciptakan nilai tambah bagi semua pihak

yang berkepentingan (stakeholders)”. Secara

Page 4: CORPORATE GOVERNANCE DAN NILAI PERUSAHAAN: …

JRAK, Volume 11, No 1 Februari 2015

50

lebih rinci, terminology corporate governance

dapat dipergunakan untuk menjelaskan

peranan dan perilaku dari Dewan Direksi,

Dewan Komisaris, pengurus (pengelola)

perusahaan, dan para pemegang saham.

Menurut OECD (Organization for

Economic Co-operation and Development),

ada empat unsur penting dalam corporate

governance. Pertama, fairness (keadilan),

menjamin perlindungan hak-hak para

pemegang saham, termasuk hak-hak peme-

gang saham minoritas dan para pemegang

saham asing, serta menjamin terlaksananya

komitmen dengan para investor. Kedua,

Transparansi, mewajibkan adanya suatu

informasi yang terbuka, tepat waktu, serta

jelas, dan dapat diperbandingkan yang

menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan

perusahaan, dan kepemilikan perusahaan.

Ketiga, accountability (akuntabilitas), menje-

laskan peran dan tanggungjawab, serta

mendukung usaha untuk menjamin penye-

imbangan kepentingan manajemen dan

pemegang saham, sebagaimana yang diawasi

oleh Dewan Komisaris (dalam Two Tiers

System). Keempat, responsibility (pertang-

gungjawaban). Memastikan dipatuhinya

peraturan serta ketentuan yang berlaku sebagai

cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial (OECD

Business Sector Advisory Group on Corporate

Governance, 1998).

Prinsip-prinsip corporate governance

dari oecd menyangkut hal-hal sebagai berikut:

hak-hak para pemegang saham; perlakuan

yang sama terhadap para pemegang saham;

peranan semua pihak yang berkepentingan

dalam corporate governance; transparansi dan

penjelasan; peranan dewan komisaris.

Walaupun banyak pendapat tentang

definisi dan tujuan corporate governance,

namun demikian ada prinsip dasar yang

berlaku universal. Sebagai gambaran, untuk

berhasil di pasar yang bersaing, suatu

perusahaan harus mempunyai pengelola

perusahaan yang inovatif, yang bersedia untuk

mengambil risiko yang wajar, dan yang

senantiasa mengembangkan strategi baru

untuk mengantisipasi situasi yang berubah-

ubah.

Dewan Komisaris

Dewan Komisaris memegang peranan

yang sangat penting dalam perusahaan,

terutama dalam pelaksanaan good corporate

governance. Dewan Komisaris merupakan inti

dari corporate governance yang ditugaskan

untuk menjamin pelaksanaan strategi

perusahaan, mengawasi manajemen dalam

mengelola perusahaan, serta mewajibkan

terlaksananya akuntabilitas. Pada intinya,

Dewan Komisaris merupakan suatu

mekanisme mengawasi dan mekanisme untuk

memberikan petunjuk dan arahan pada

pengelola perusahaan. Mengingat manajemen

yang bertanggung-jawab untuk meningkatkan

efisiensi dan daya saing perusahaan sedangkan

Dewan Komisaris bertanggungjawab untuk

mengwasi manajemen maka Dewan Komisaris

merupakan pusat ketahanan dan kesuksesan

perusahaan.

Lebih lanjut tugas-tugas utama Dewan

Komisaris. Pertama, menilai dan

mengarahkan strategi perusahaan, garis-garis

besar rencana kerja, kebijakan pengendalian

risiko, anggaran tahunan dan rencana usaha;

menetapkan sasaran kerja; mengawasi

pelaksanaan dan kinerja perusahaan; serta

memonitor penggunaan modal perusahaan,

investasi dan penjualan asset. Kedua, menilai

sistem penetapan penggajian pejabat pada

posisi kunci dan penggajian anggota Dewan

Direksi, serta menjamin suatu proses

pencalonan anggota Dewan Direksi yang

transparan dan adil. Ketiga, memonitor dan

mengatasi masalah benturan kepentingan pada

tingkat manajemen, anggota Dewan Direksi

dan anggota Dewan Komisaris, termasuk

penyalahgunaan aset perusahaan dan

manipulasi transaksi perusahaan. Keempat,

memonitor pelaksanaan Governance, dan

mengadakan perubahan di mana perlu.

Kelima, memantau proses keterbukaan dan

efektifitas komunikasi dalam perusahaan.

Dewan Komisaris Independen

Kriteria Komisaris Independen diambil

oleh FCGI dari kriteria otoritas bursa efek

Australia tentang Outside Directors. Kriteria

tentang Komisaris Independen terdiri dari: 1)

Komisaris Independen bukan merupakan

anggota manajemen; 2) Komisaris Independen

Page 5: CORPORATE GOVERNANCE DAN NILAI PERUSAHAAN: …

CORPORATE GOVERNANCE……………………..………………………………........................…….….…. (Linawati & Pangeran)

51

bukan merupakan pemegang saham mayoritas,

atau seorang pejabat dari atau dengan cara lain

yang berhubungan secara langsung atau tidak

langsung dengan pemegang saham mayoritas

dari perusahaan; 3) Komisaris Independen

dalam kurun waktu tiga tahun terakhir tidak

dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai

eksekutif oleh perusahaan atau perusahaan

lainnya dalam satu kelompok usaha dan tidak

pula dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai

komisaris setelah tidak lagi menempati posisi

seperti itu; 4) Komisaris Independen bukan

merupakan penasehat profesional perusahaan

atau perusahaan lainnya yang satu kelompok

dengan perusahaan tersebut; 6) Komisaris

Independen bukan merupakan seorang

pemasok atau pelanggan yang signifikan dan

berpengaruh dari perusahaan atau perusahaan

lainnya yang satu kelompok, atau dengan cara

lain berhubungan secara langsung atau tidak

langsung dengan pemasok atau pelanggan

tersebut; 7) Komisaris Independen tidak

memiliki kontraktual dengan perusahaan atau

perusahaan lainnya yang satu kelompok selain

sebagai komisaris perusahaan tersebut; 8)

Komisaris Independen harus bebas dari

kepentingan dan urusan bisnis apapun atau

hubungan lainnya yang dapat, atau secara

wajar dapat dianggap sebagai campur tangan

secara material dengan kemampuannya

sebagai seorang komisaris untuk bertindak

demi kepentingan yang menguntungkan

perusahaan.

Keberadaaan Komisaris Independen

telah diatur Bursa Efek Jakarta melalui

peraturan BEJ tanggal 1 Juli 2000.

Dikemukakan bahwa perusahaan yang listed di

Bursa harus mempunyai Komisaris Indepen-

den yang secara proporsional sama dengan

jumlah saham yang dimiliki pemegang saham

yang minoritas (bukan controlling

shareholders). Dalam peraturan ini persya-

ratan jumlah minimal Komisaris Independen

adalah 30% dari seluruh anggota Dewan

Komisaris. Beberapa kriteria lainnya tentang

Komisaris Independen adalah sebagai berikut:

1) Komisaris Independen tidak memiliki

hubungan afiliasi dengan pemegang ssaham

mayoritas atau pemegang saham pengendali

(controlling shareholders) Perusahaan

Tercatat yang bersangkutan. 2) Komisaris

Independen tidak memiliki hubungan dengan

direktur dan/atau komisaris lainnya

Perusahaan Tercatat yang bersangkutan. 3)

Komisaris Independen tidak memiliki

kedudukan rangkap pada perusahaan lainnya

yang terafiliasi dengan Perusahaan Tercatat

yang bersangkutan; 3) Komisaris Independen

harus mengerti peraturan perundang-undangan

di bidang pasar modal; 4) Komisaris

Independen diusulkan dan dipilih oleh

pemegang saham minoritas yang bukan

merupakan pemegang saham pengendali

(bukan controlling shareholders) dalam Rapat

Umum Pemegang Saham (RUPS).

Kepemilikan Saham

Masalah corporate governance me-

rupakan masalah yang timbul sebagai akibat

pihak-pihak yang terlibat dalam perusahaan

mempunyai kepentingan yang berbeda-beda.

Perbedaan tersebut antara lain karena

karakteristik kepemilikan dalam perusahaan.

(Hastuti, 2005 dalam Putri, 2011)

Menurut Eliza (2010) dalam Febryana

(2013), kepemilikan manajerial adalah jumlah

saham perusahaan-perusahaan publik yang

dimiliki oleh individu-individu atau kelompok

elit yang berasal dari dalam perusahaan yang

mempunyai kepentingan langsung terhadap

perusahaan. Kepemilikan manajerial ini

dihitung dengan membandingkan jumlah

saham yang dimiliki oleh manajerial dengan

jumlah total saham perusa-haan tersebut yang

beredar di pasar.

Pihak manajerial adalah pihak yang

menjalankan perusahaan. Nuringsih (2005)

dalam Febryana (2013) berpendapat bahwa

manajer mendapat kesempatan untuk terlibat

dalam kepemilikan saham dengan tujuan untuk

mensetarakan dengan pemegang saham agar

dapat menghasilkan kinerja yang lebih baik.

Penelitian Jensen dan Meckling (1976)

menyatakan bahwa terdapat kesejajaran antara

kepentingan manajer dan pemegang saham

pada saat manajer memiliki saham perusahaan

dalam jumlah yang besar.

Adanya kepemilikan saham oleh pihak

manajemen akan menimbulkan suatu

pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan

yang diambil oleh manajemen perusahaan.

Masalah teknis tidak akan timbul jika

kepemilikan dan pengelolaan perusahaan tidak

dijalankan secara terpisah. Pemilik (pemegang

saham) bertujuan untuk memaksimalkan

Page 6: CORPORATE GOVERNANCE DAN NILAI PERUSAHAAN: …

JRAK, Volume 11, No 1 Februari 2015

52

kekayaannya dengan melihat nilai sekarang

dari arus kas yang dihasilkan oleh investasi

perusahaan sedangkan manajer bertujuan

untuk peningkatan pertumbuhan dan nilai

perusahaan.

Semakin besar proporsi kepemilikan

manajemen pada perusahaan maka manajemen

cenderung berusaha lebih giat untuk

kepentingan dirinya sendiri sebagai pemegang

saham (Ujiyanto, 2007 dalam Febryana,

2013). Kepemilikan saham manajerial akan

membantu penyatuan kepentingan antara

manajer dengan pemegang saham.

Kepemilikan manajerial akan mensejajarkan

kepentingan manajemen dengan pemegang

saham, sehingga manajer ikut merasakan

secara langsung manfaat dari keputusan yang

salah. Hal tersebut mengindikasikan mengenai

pentingnya kepemilikan manajerial dalam

meningkatkan nilai perusahaan.

Sementara itu, Jensen dan Meckling

(1976) menyatakan bahwa kepemilikan

institusional mermiliki peranan yang sangat

penting dalam meminimalisasi konflik

keagenan yang terjadi antara manajer dan

pemegang saham. Keberadaan investor

institusional dianggap mampu menjadi

mekanisme monitoring yang efektif dalam

setiap keputusan yang diambil oleh manajer.

Kepemilikan institusional adalah

kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki

oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan

asuransi, bank, perusahaan investasi dan

kepemilikan institusional lain (Permanasari,

2010). Kepemilikan institusional memiliki arti

penting dalam memonitor manajemen karena

dengan adanya kepemilikan oleh institusional

akan mendorong peningkatan pengawasan

yang lebih optimal. Monitoring tersebut

tentunya akan menjamin kemakmuran untuk

pemegang saham. Pengaruh kepemilikan

institusional sebagai agen pengawas ditekan

melalui investasi mereka yang cukup besar

dalam pasar modal.

Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi nilai perusahaan telah banyak

dilakukan. Penelitian tersebut antara lain,

Giroud dan Mueller (2011) mengenai

corporate governance, product market

competition, and equity prices. Penelitian ini

menguji apakah perusahaan dalam industri

tidak kompetitif memberikan manfaat tata

kelola yang lebih baik daripada perusahaan-

perusahaan dalam industri kompetitif.

Penelitian ini menemukan bahwa tata kelola

perusahaan yang lemah memiliki hasil ROE

yang rendah, kinerja operasi yang buruk, dan

nilai perusahaan rendah, tetapi hanya dalam

industri tidak kompetitif (terkonsentrasi).

Ketika menyelidiki penyebab ketidak-

efisiensi, mereka menemukan bahwa tata

kelola perusahaan yang lemah memiliki

produktivitas tenaga kerja rendah dan input

costs (biaya masuk) lebih tinggi, dan lebih

banyak menghancurkan nilai akuisisi, tetapi

sekali lagi hanya dalam industri tidak

kompetitif. Kami juga menemukan bahwa tata

kelola perusahaan yang lemah dalam industri

tidak kompetitif lebih cenderung menjadi

sasaran oleh aktivis hedge fund, menunjukkan

bahwa investor mengambil tindakan untuk

mengurangi ketidakefisiensi.

Natalinov dan Pangeran (2013)

mengenai konsentrasi industri dan return

saham. Pengelitian ini bertujuan untuk

menguji pengaruh konsentrasi industri

terhadap return saham masa depan. Penelitian

ini menggunakan seluruh industri (9 industri)

berdasarkan kategori JASICA selama periode

2007-2009. Berdasarkan analisis regresi linier

berganda, hasil penelitian menunjukkan bahwa

industri yang lebih kompetitif menawarkan

return saham masa depan yang lebih tinggi.

Dengan kata lain, semakin terkonsentrasi suatu

industri, return saham masa depan yang

diterima semakin rendah. Ukuran industri

memiliki pengaruh negatif terhadap return

saham masa depan, sedangkan leverage

industri tidak memiliki pengaruh terhadap

return saham masa depan. Hal ini menjelaskan

terdapat perbedaan ukuran industri dalam

industri yang berbeda tingkat konsentrasinya.

Industri yang lebih terkonsentrasi didominasi

oleh perusahaan-perusahaan dengan ukuran

yang lebih besar daripada industri yang lebih

kompetitif.

Febryana (2013) mengenai pengaruh

ukuran perusahaan dan mekanisme corporate

governance terhadap nilai perusahaan.

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan

manufaktur yang go public di Bursa Efek

Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa ukuran perusahaan signifikan positif

Page 7: CORPORATE GOVERNANCE DAN NILAI PERUSAHAAN: …

CORPORATE GOVERNANCE……………………..………………………………........................…….….…. (Linawati & Pangeran)

53

terhadap nilai perusahaan, di mana nilai

signifikansi 0,015 < 0,05. Komisaris

Independen tidak berpengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan, di mana nilai

signifikansi 0,572 > 0,05. Kepemilikan

Manajerial berpengaruh signifikan negatif

terhadap nilai perusahaan, di mana nilai

signifikansi 0,024 < 0,05 dan serta nilai β

negatif – 0,031.

Putri (2011) mengadakan penelitian

mengenai pengaruh corporate governance,

struktur kepemilikan, dan cash holdings

terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan

menggunakan Tobins Q. Hasil dari penelitian

ini menunjukkan bahwa variabel kepemilikan

manajerial dan kepemilikan keluarga memiliki

pengaruh negatif signifikan terhadap nilai

perusahaan. Variabel corporate governance

yakni kualitas audit memiliki positif signifikan

terhadap nilai perusahaan. Sementara itu

variabel-variabel lainnya dalam penelitian ini

seperti ukuran dewan direksi, komisaris

independen, kepemilikan asing, dan cash

holdings dalam penelitian ini ditemukan tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

nilai perusahaan.

Saputra (2010) mengadakan penelitian

mengenai pengaruh corporate governance

terhadap nilai perusahaan di Bursa Efek

Indonesia, Jakarta. Penelitian dilakukan pada

industri manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia pada tahun 2002-2005. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan

manajerial secara positif mempengaruhi nilai

perusahaan. Temuan ini konsisten dengan

penelitian yang dilakukan oleh Chen dan Jagi

(2001) dan Hosain, et al. (2001) yang

menemukan bahwa kepemilikan manajerial

berhubungan positif dengan nilai perusahaan.

Penelitian ini menemukan bahwa kepemilikan

institusi tidak memiliki pengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan. Temuan ini tidak

konsisten dengan Dugal dan Millar (1999)

yang menyatakan bahwa institusi mendapat-

kan keuntungan positif dari pengambilalihan

transaksi. Temuan ini menunjukkan bahwa

banyak Institusi pada hakikatnya tidak

melakukan pengawasan penuh terhadap

perusahaan public sehingga manager dapat

mengambil keputusan yang lebih leluasa

didalam pengelolaan manajemen perusahaan.

Akibatnya, investor institusi ini gagal untuk

memberikan konstribusi positif untuk

meningkatkan nilai perusahaan. Ini juga

menunjukkan bahwa investor institusional

Indonesia tidak memiliki insentif untuk

bertindak sebagai investor aktif.

Permanasari (2010) mengadakan

penelitian mengenai pengaruh kepemilikan

manajemen, kepemilikan institusional, dan

corporate social responsibility terhadap nilai

perusahaan. Penelitian dilakukan pada

perusahaan non keuangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2008. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa variabel

yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah

variabel corporate social responsibility.

Sedangkan variabel yang tidak mempengaruhi

nilai perusahaan adalah kepemilikan manaje-

men dan kepemilikan institusional.

Isshaq, (2009) mengadakan penelitian

mengenai hubungan antara corporate

governance, struktur kepemilikan, dan cash

holding dengan nilai perusahaan sebagai

variabel dependen. Penelitian Isshaq

menemukan bahwa variabel corporate

governance yaitu ukuran dewan direksi dan

pertemuan dewan berpengaruh secara positif

signifikan terhadap nilai perusahaan yang

diproksikan melalui dari harga saham.

Sementara itu, ditemukan hubangan negatif

tidak signifikan antara proporsi dewan

komisaris independen, struktur kepemilikan

saham, dan cash holding terhadap nilai

perusahaan. Sementara untuk variabel kontrol

yaitu terdapat hubungan positif signifikan

antara risiko finansial dan Dividend Payout

Ratio (DPR) terhadap nilai perusahaan, serta

positif tidak signifikan antara investment

opportunity terhadap nilai perusahaan.

Model Teoretis

Model teroritis seperti digambar no 1,

menjelaskan bahwa konsentrasi industri

memoderasi tata kelola perusahaan dan nilai

perusahaan. Konsentrasi industri tersebut

diklasifikasikan menjadi tiga yaitu terkonsen-

trasi, cukup terkonsentrasi dan tidak

terkonsentrasi.

Page 8: CORPORATE GOVERNANCE DAN NILAI PERUSAHAAN: …

JRAK, Volume 11, No 1 Februari 2015

54

Gambar 1

Model Teoritis Peran Moderasi Konsentrasi Industri

Hipotesis

Giroud dan Mueller (2011) menemukan

bahwa tata kelola perusahaan yang lemah

memiliki hasil ROE yang rendah, kinerja

operasi yang buruk, dan nilai perusahaan

rendah, tetapi hanya dalam industri tidak

kompetitif (terkonsentrasi). Ketika menyeli-

diki penyebab ketidakefisiensi, mereka

menemukan bahwa tata kelola perusahaan

yang lemah memiliki produktivitas tenaga

kerja rendah dan input costs (biaya masuk)

lebih tinggi, dan lebih banyak menghancurkan

nilai akuisisi, tetapi sekali lagi hanya dalam

industri tidak kompetitif. Mereka juga

menemukan bahwa tata kelola perusahaan

yang lemah dalam industri tidak kompetitif

lebih cenderung menjadi sasaran oleh aktivis

hedge fund. Hal ini menunjukkan bahwa

investor mengambil tindakan untuk mengu-

rangi ketidakefisiensi.

Berdasarkan hasil penelitian sebe-

lumnya menjelaskan bahwa perusahaan

dengan tata kelola yang lemah menghasilkan

ROE, ROA, dan nilai perusahaan yang rendah,

ketika persaingan pasar dalam industri

terkonsentrasi. Sementara itu, tata kelola yang

kuat menghasilkan ROE, ROA, dan nilai

perusahaan yang tinggi, ketika persaingan

pasar dalam industri tidak terkonsentrasi.

Berdasarkan penjelasan di atas maka hipotesis

pada penelitian ini adalah:

H1: Konsentrasi industri memoderasi antara

corporate governance dan nilai perusahaan.

METODA PENELITIAN

Data dan Sampel

Populasi yang akan diamati dalam penelitian

ini adalah perusahaan industri manufaktur

dalam industri terkonsentrasi dan cukup

terkonsentrasi yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) dan mempunyai laporan

tahunan (annual report) selama tahun 2010-

2012. Jumlah populasi sebanyak 116

perusahaan yang telah go public.

Pemilihan sampel dilaukan dengan

teknik purposive sampling, yaitu pemilihan

sampel yang didasarkan pada kriteria tertentu.

Perusahaan sampel merupakan perusahaan

yang menerapkan corporate governance diukur

dengan komposisi dewan komisaris indepen-

den, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan

institusional selama tiga tahun berturut-turut

yaitu selama tahun 2010-2012. Jumlah sampel

adalah 24 perusahaan.

Data yang digunakan dalam penelitian

ini dikumpulkan dengan metode dokumentasi.

Sumber data yang digunakan untuk penelitian

ini adalah data sekunder yang diperoleh

melalui situs resmi Indonesia Capital Market

Directory (ICMD), annual report perusahaan,

yahoofinance, dan dari media internet.

Variabel Penelitian

Variabel Dependen. Variabel dependen

adalah variabel yang menjadi pusat perhatian

peneliti. Variabel dependen dalam penelitian

Nilai Perusahaan

1. Dewan Komisaris Independen

2. Kepemilikan Manajerial

3. Kepemilikan Institusional

Konsentrasi Industri

Page 9: CORPORATE GOVERNANCE DAN NILAI PERUSAHAAN: …

CORPORATE GOVERNANCE……………………..………………………………........................…….….…. (Linawati & Pangeran)

55

ini adalah nilai perusahaan. Nilai perusahaan

merupakan variabel dependen yang diukur

dengan menggunakan Tobin’s Q yang dihitung

dengan menggunakan rumus:

Tobin’s q = (MVE + DEBT) / TA

Q = Nilai perusahaan

MVE = harga penutupan saham di akhir

tahun buku x banyaknya saham

biasa yang beredar.

DEBT = utang lancar – aset lancar + utang

jangka panjang.

TA = Nilai buku total aktiva

Variabel Independen. Variabel independen

adalah variabel yang mempengaruhi variabel

dependen, baik yang pengaruhnya positif

maupun yang pengaruhnya negatif. Variabel

independen dalam penelitian ini terdiri dari:

Corporate Governance. Dalam penelitian ini

corporate governance diproksikan dengan

beberapa variabel.

Board Independence atau Dewan Komisaris

Independen.

Komisaris independen diukur dari

proporsi atau jumlah anggota komisaris dalam

dewan komisaris yang ada di dalam

perusahaan. Dalam penelitian Putri (2011)

proporsi dewan komisaris independen

diformulasikan sebagai berikut:

=

Struktur Kepemilikan

Struktur Kepemilikan Manajerial.

Struktur kepemilikan manajerial diukur

dengan presentase kepemilikan saham yang

dimiliki oleh karyawan manajer, serta

pengelola perusahaan dari total jumlah saham

yang beredar.

Struktur kepemilikan institusional.

Struktur kepemilikan institusional diukur

dengan presentase kepemilikan saham yang

dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti

perusahaan asuransi, dana pensiun, atau

perusahaan lain (Permanasari, 2010).

Kepemilikan institusional diukur sesuai

presentase kepemilikan saham oleh institusi

perusahaan. Dengan adanya konsentrasi

kepemilikan, maka para pemengang saham

besar seperti investor institusional akan dapat

memonitor tim manajemen secara lebih efektif

dan dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Variabel Moderasi

Variabel moderasi adalah variabel

independen yang akan memperkuat atau

memperlemah hubungan antara variabel

independen lainnya terhadap variabel

dependen. Pada penelitian ini, variabel

moderasi digunakan untuk menentukan objek

penelitian. Variabel moderasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah tingkat konsentrasi

industri. Peneliti memilih menggunakan

Indeks Herfindahl-Hirschman (HHI) sebagai

proksi tingkat konsentrasi industri karena

indeks ini memperhitungkan ukuran relatif dan

jumlah perusahaan yang bersaring dalam

industri (Natalinov dan Pangeran, 2013). HHI

dihitung menggunakan rumus berikut:

HHIj = Nilai indeks Herfindahl-Hirschman

(HHI) pada suatu industri

Sij = Pangsa pasar perusahaan i dalam

industri j

Nj = Jumlah perusahaan dalam industri j

Peneliti menggunakan penjualan untuk

mengukur pangsa pasar suatu perusahaan

(Natalinov dan Pangeran, 2013). Nilai pangsa

pasar didapatkan dari pembagian nilai

penjualan suatu perusahaan dalam suatu

industri dengan jumlah nilai penjualan seluruh

perusahaan dalam industri tersebut. Pangsa

pasar dihitung tanpa dikalikan 100%, sehingga

didapatkan pangsa pasar dalam bentuk desimal

yang pada akhirnya HHI yang dihitung juga

berupa desimal. Indeks HHI merupakan

perkalian HHI dalam bentuk desimal dengan

10.000. Nilai HHI yang kecil menyatakan

bahwa pasar diikuti oleh banyak perusahaan

bersaing, sementara nilai HHI menyatakan

Page 10: CORPORATE GOVERNANCE DAN NILAI PERUSAHAAN: …

JRAK, Volume 11, No 1 Februari 2015

56

bahwa bagian pasar terkonsentrasi pada

beberapa perusahaan besar.

Objek penelitian yang digunakan adalah

perusahaan dalam industri terkonsentrasi,

cukup terkonsentrasi dan industri kompetitif.

Dengan kriteria perusahaan dalam industri

terkonsentrasi memiliki indeks HHI > 1800,

cukup terkonsentrasi memiliki indeks HHI

sebesar 1000 – 1800, dan kompetitif memiliki

indeks HHI < 1000.

Model Empiris

Permasalahan yang sering dihadapi

adalah adanya variabel independen yang

berskala ukuran non-metrik atau kategori. Jika

variabel independen berukuran kategori atau

dikotomi, maka dalam model regresi variabel

tersebut harus dinyatakan sebagai variabel

dummy dengan memberi kode 0 (nol) atau 1

(satu). Dalam penelitian ini variabel

independen dikelompokkan menjadi industri

terkonsentrasi diberi angka 1 (satu) dan

industri cukup terkonsentrasi diberi angka 0

(nol)..

Oleh karena itu, uji analisis yang

dilakukan pada penelitian ini adalah analisis

sub-kelompok. Analisis ini dilakukan dengan

memecah sampel menjadi dua sub-kelompok

atas dasar variabel ketiga yaitu variabel yang

dihipotesiskan sebagai moderator.

Setelah observasi dibagi menjadi sub-

kelompok, lakukan regresi untuk menginves-

tigasi hubungan antara variabel predictor (X)

dan variabel criterion (Y) untuk masing-

masing sub-kelompok. Untuk menentukan

apakah ada variabel moderasi beberapa

peneliti membandingkan nilai koefisien

determinasi (R2) masing-masing regresi.

Regresi yang memiliki nilai R2

lebih tinggi

dianggap memiliki nilai prediktif yang lebih

baik. Namun demikian banyak kritik yang

menyatakan bahwa menggunakan nilai

koefisien validitas prediksi (R2) untuk

menentukan ada tidaknya variabel moderator

tidaklah cukup. Oleh karena nilai R2 akan

bervariasi antar segmen atau sub-kelompok

sehingga kesimpulan yang menyatakan bahwa

variabel yang digunakan untuk membentuk

sub-kelompok sebagai variabel moderator

dapat salah.

Pendekatan alternatif untuk menguji ada

tidaknya variabel moderator adalah dengan

menguji apakah bentuk hubungan regresi

berbeda untuk setiap sub-kelompok. Chow test

adalah alat untuk menguji test for equality of

coefficients atau uji kesamaan koefisien dan

test ini ditemukan oleh Gregory Chow. Jika

koefisien regresi antar sub-kelompok berbeda,

maka dapat disimpulkan variabel ketiga yang

digunakan untuk memecah menjadi sub-

kelompok adalah moderator.

Model empiris yang digunakan dalam

penelitian ini sebagai berikut:

Model 1: Seluruh Perusahaan

Nilai perusahaan = α1 + α2DKI+ α3KM+

α4KI+ ɛ1

Model 2 : Industri Cukup Terkonsentrasi

Nilai perusahaan = β1 + β2DKI+ β3KM +

β4KI+ ɛ2

Model 3 : Industri Terkonsentrasi

Nilai perusahaan = λ1 + λ2DKI+ λ3KM+

λ4KI+ ɛ3

Keterangan:

DKI = Dewan Komisaris Independen

KM = Kepemilikan Manajerial

KI = Kepemilikan Institusional

HASIL PENELITIAN

Statistik Deskriptif

Diawal analisis data disajikan data

deskriptip. Dalam Tabel 1 disajikan data

deskriptif, yang mencakup mean, standar

deviasi, nilai maksimum, nilai minimum.

Page 11: CORPORATE GOVERNANCE DAN NILAI PERUSAHAAN: …

CORPORATE GOVERNANCE……………………..………………………………........................…….….…. (Linawati & Pangeran)

57

Tabel 1

Statistik Deskriptif

Variabel Seluruh Perusahaan Industri Terkonsentrasi

Industri Cukup

Terkonsentrasi

Mean SD Max Min Mean SD Max Min Mean SD Max Min

NP 0.779 0.58 2.25 0.121 0.764 0.562 2.249 0.1210 0.87 0.739 2.139 0.2115

DKI 0.397 0.97 0.67 0.250 0.388 0.097 6.667 0.2500 0.44 0.083 0.500 0.3333

KM 0.034 0.04 0.23 0.001 0.033 0.039 0.231 0.0001 0.036 0.051 0.105 0.0001

KI 0,486 0.27 0.96 0.001 0.475 0.261 9.957 0.0011 0.546 0.304 0.895 0.1778

Sumber: Data diolah

Keterangan: NP = Nilai Perusahaan; DKI = Dewan Komisaris Independen; KM = Kepemilikan

Manajerial; KI = Kepemilikan Institusional

Seluruh perusahaan memiliki nilai

perusahaan terkecil adalah 0,1210 dan nilai

perusahaan terbesar adalah 2,2486. Dewan

komisaris independen terkecil adalah 0,2500

dan dewan komisaris independen terbesar

adalah 0,6667. Kepemilikan manajerial

terkecil adalah 0,0001 dan kepemilikan

manajerial terbesar adalah 0,2308. Kepemilian

institusional terkecil adalah 0,0011 dan

kepemilikan institusional terbesar adalah

0,9565. Industri terkonsentrasi memiliki nilai

perusahaan terkecil adalah 0,1210 dan nilai

perusahaan terbesar adalah 2,2486. Dewan

komisaris independen terkecil adalah 0,2500

dan dewan komisaris independen terbesar

adalah 6,6667.

Kepemilikan manajerial terkecil adalah

0,0001 dan kepemilikan manajerial terbesar

adalah 0,2308. Kepemilikan institusional

terkecil adalah 0,0011 dan kepemilikan

institusional terbesar adalah 0,9565. Industri

cukup terkonsentrasi memiliki nilai

perusahaan terkecil adalah 0,2115 dan nilai

perusahaan terbesar adalah 2,1385. Dewan

komisaris independen terkecil adalah 0,3333

dan dewan komisaris independen terbesar

adalah 0,5000. Kepemilikan manajerial

terkecil adalah 0,0001 dan kepemilikan

manajerial terbesar adalah 0,1051. Kepemili-

kan Institusional terkecil adalah 0,1778 dan

kepemilikan institusional terbesar adalah

0,8947.

Sementata itu, hasil Uji Beda

Independen disajikan pada tabel 2. Terlihat

bahwa rata-rata komisaris independen dalam

industri terkonsentrasi adalah 0,388392

sedangkan untuk industri cukup terkonsentrasi

adalah 0,444433. Rata-rata kepemilikan

manajerial dalam industri terkonsentrasi

adalah 0,033506 sedangkan untuk industri

cukup terkonsentrasi adalah 0,035756. Rata-

rata kepemilikan institusional dalam industri

terkonsentrasi adalah 0,475381 sedangkan

untuk industri cukup terkonsentrasi adalah

0,545622. Secara absolut jelas bahwa rata-rata

nilai perusahaan, kepemilikan manajerial, dan

kepemilikan institusional antara industri

terkonsentrasi dan industri cukup terkon-

sentrasi berbeda.

Nilai F hitung levene test untuk

menunjukkan bahwa kedua kelompok memili-

ki variance yang sama. Nilai pada semua

variabel independen sama secara signifikan

antara industri terkonsentrasi dan industri

cukup terkonsentrasi.

Berdasarkan hasil uji normalitas residual

terlihat bahwa hasil uji normalitas

menunjukkan level signifikan lebih besar dari

α (α = 0.05), asym, sig. seluruh perusahaan =

0.643; industri terkonsentrasi 0,511, dan

industry cukup terkonsentrasi 0,895. Hal ini

berarti bahwa nilai residul terdistribusi secara

normal.

Berdasarkan hasil uji multikoloniearitas

VIF terlihat bahwa seluruh perusahaan dan

industri terkonsentrasi tidak terdapat gejala

multikolonieritas antar variabel independen.

Masing-masing variabel bebas tersebut

Page 12: CORPORATE GOVERNANCE DAN NILAI PERUSAHAAN: …

JRAK, Volume 11, No 1 Februari 2015

58

memiliki nilai VIF ≤ 10 dan Tolerance ≥ 0,10.

Namun, pada industri cukup terkonsentrasi

terdapat gejala multikoloniearitas antar

variabel. Masing-masing variabel bebas

tersebut memiliki nilai VIF ≥ 10 dan

Tolerance ≤ 0,10 . Data tersebut sudah di

outlier namun hasilnya masih terdapa gejala

multikoloniearitas antar variabel pada industri

cukup terkonsentrasi.

Berdasarkan uji autokorelasi ditemukan

bahwa nilai Durbin-Watson pada seluruh

perusahaan berada pada kisaran 1.4896 -

1.6918 yang berarti bahwa variabel ada

autokorelasi. Nilai Durbin-Watson pada

industri terkonsentrasi berada pada kisaran

1.4402 -1.6785 yang berarti bahwa variabel

ada autokorelasi. Nilai Durbin-Watson pada

industri cukup terkonsentrasi berada pada

kisaran 0.4548 - 2.1282 yang berarti bahwa

variabel terbebas dari autokorelasi. Data

tersebut sudah di outlier namun hasilnya ada

autokorelasi pada seluruh perusahaan dan

industri terkonsentrasi. Hal ini dikarenakan

data merupakan data runtut waktu (time

series). Berdasarkan uji heteroskedastisitas

dapat dilihat bahwa hasil perhitungan masing-

masing variabel pada seluruh perusahaan,

industri terkonsentrasi, dan industri cukup

terkonsentrasi menunjukkan bahwa level sig >

0,05. Sehingga penelitian ini bebas dari gejala

heteroskedastisitas dan layak untuk diteliti.

Hasil Uji F pada seluruh perusahaan

menunjukkan hasil signifikan sebesar 0,000 <

0,05. Hal ini berarti bahwa persamaan regresi

yang diperoleh dapat diandalkan atau model

yang digunakan sudah fix. Hasil Uji F pada

industri terkonsentrasi menunjukkan hasil

signifikan sebesar 0,000. Sig 0,000 < 0,05. Hal

ini berarti bahwa persamaan regresi yang

diperoleh dapat diandalkan atau model yang

digunakan sudah fix. Hasil Uji F pada industri

cukup terkonsentrasi menunjukkan hasil

signifikan sebesar 0,006. Sig 0,006 < 0,05. Hal

ini berarti bahwa persamaan regresi yang

diperoleh dapat diandalkan atau model yang

digunakan sudah fix.

Selanjutnya, nilai Adjusted R Square

pada seluruh perusahaan menunjukkan 0,440.

Hal ini mengindikasikan bahwa kontribusi

variabel independen yaitu dewan komisaris

independen, kepemilikan manajerial, dan

kepemilikan institusional terhadap variabel

dependen yaitu nilai perusahaan adalah

sebesar 44% sedangkan 66% ditentukan oleh

faktor lain di luar model penelitian. Nilai

Adjusted R Square pada industri terkonsentrasi

menunjukkan 0,413. Hal ini mengindikasikan

bahwa kontribusi variabel independen yaitu

dewan komisaris independen, kepemilikan

manajerial, dan kepemilikan institusional

terhadap variabel dependen yaitu nilai

perusahaan adalah sebesar 41,3% sedangkan

58,7% ditentukan oleh faktor lain di luar

model penelitian. Nilai Adjusted R Square

pada industri cukup terkonsentrasi menunjuk-

kan 0,845. Hal ini mengindikasikan bahwa

kontribusi variabel independen yaitu dewan

komisaris independen, kepemilikan manaje-

rial, dan kepemilikan institusional terhadap

variabel dependen yaitu nilai perusahaan

adalah sebesar 84,5% sedangkan 15.5%

ditentukan oleh faktor lain di luar model

penelitian.

Hasil Uji t

Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa pada

seluruh perusahaan variabel komisaris

independen memiliki nilai signifikansi 0,152

lebih besar dari α = 0,05 dan nilai β = 0,866

dengan arah positif. Hal ini menunjukkan

bahwa variabel komisaris independen pada

seluruh perusahaan tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap nilai perusahaan. Pada

industri terkonsentrasi, komisaris independen

memiliki nilai signifikansi 0,057 lebih besar

dari α = 0,05 dan nilai β = 1,274 dengan arah

positif. Hal ini menunjukkan bahwa komisaris

independen pada industri terkonsentrasi tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap nilai

perusahaan. Pada industri cukup terkonsentrasi

komisaris, komisaris independen memiliki

nilai signifikansi 0,472 lebih besar dari α =

0,05 dan nilai β = -11,023 dengan arah negatif.

Hal ini menunjukkan bahwa komisaris

independen pada industri cukup terkonsen-

trasi tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap nilai perusahaan.

Page 13: CORPORATE GOVERNANCE DAN NILAI PERUSAHAAN: …

CORPORATE GOVERNANCE……………………..………………………………........................…….….…. (Linawati & Pangeran)

59

Tabel 2

Hasil Uji t

Variabel Seluruh Perusahaan Industri Terkonsentrasi

Industri Cukup

Terkonsentrasi

β t Sig β t Sig β t Sig

Komisaris

Independen

0,866 1,450 0,152 1,274 1,951 0,057 -11,023 -0,777 0,472

Kepemilika

n Manajerial

-5.894 -4,234 0,000 -5,873 -3,692 0,001 4,858 0,413 0,697

Kepemilika

n

Institusional

1,146 5,401 0,000 0,888 3,881 0,000 -0,443 -0,129 0,902

Sumber: Data diolah

Pada seluruh perusahaan, variabel

kepemilikan manajerial memiliki nilai

signifikansi 0,000 lebih kecil dari α 0,05 dan

nilai β -5,894 dengan arah negatif. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel kepemilikan

manajerial pada seluruh perusahaan

berpengaruh signifikan negatif terhadap nilai

perusahaan. Pada industri terkonsentrasi,

variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai

signifikansi 0,001 lebih kecil dari α 0,05 dan

nilai β -5,873 dengan arah negatif. Hal ini

menujukkan bahwa variabel kepemilikan

manajerial pada industri terkonsentrasi

berpengaruh signifikan negatif terhadap nilai

perusahaan. Pada industri cukup terkon-

sentrasi, variabel kepemilikan manajerial

memiliki nilai signifikansi 0,697 lebih besar

dari α 0,05 dan nilai β 4,858 dengan arah

positif. Hal ini menunjukkan bahwa variabel

kepemilikan manajerial pada industri cukup

terkonsentrasi tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap nilai perusahaan.

Pada seluruh perusahaan, variabel

kepemilikan institusional memiliki nilai

signifikansi 0,000 lebih kecil dari α 0,05 dan

nilai β 1,146 dengan arah positif. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel kepemilikan

institusional pada seluruh perusahaan

berpengaruh signifikan positif terhadap nilai

perusahaan. Pada industri terkonsentrasi,

variabel kepemilikan institusional memiliki

nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari α 0,05

dan nilai β 0,888 dengan arah positif. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel kepemilikan

institusional pada industri terkonsentrasi

berpengaruh signifikan positif terhadap nilai

perusahaan. Pada industri cukup

terkonsentrasi, variabel kepemilikan

institusional memiliki nilai signifikansi 0,902

lebih besar dari α 0,05 dan nilai β -0,443

dengan arah negatif. Hal ini menunjukkan

bahwa variabel kepemilikan institusional pada

industri cukup terkonsentrasi tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap nilai

perusahaan.

Hasil Uji Moderasi

Pendekatan alternatif untuk menguji ada

tidaknya variabel moderator adalah dengan

menguji apakah bentuk hubungan regresi

berbeda untuk setiap sub-kelompok. Chow test

adalah alat untuk menguji test for equality of

coefficients atau uji kesamaan koefisien dan

test ini ditemukan oleh Gregory Chow. Jika

koefisien regresi antar sub-kelompok berbeda,

maka dapat disimpulkan variabel ketiga yang

digunakan untuk memecah menjadi sub-

kelompok adalah moderator. Langkah

melakukan Chow test: pertama, lakukan

regresi dengan observasi total dan dapatkan

nilai Restricted residual sum of squares atau

RSSr (RSS3) dengan df = (n1+n2-k) dimana k

adalah jumlah parameter yang diestimasi

dalam hal ini 3. Kedua. Lakukan regresi

dengan observasi industri kompetitif (tidak

terkonsentrasi) dan dapatkan nilai RSS1

dengan df = (n1-k). Ketiga, lakukan regresi

dengan observasi industri tidak kompetitif

(terkonsentrasi) dan dapatkan nilai RSS2

dengan df = (n2-k). Keempat, jumlahkan nilai

RSS1 dan RSS2 untuk mendapatkan apa yang

disebut unrestricted residual sum of squares

(RSSur): RSSur = RSS1 + RSS2 dengan df =

Page 14: CORPORATE GOVERNANCE DAN NILAI PERUSAHAAN: …

JRAK, Volume 11, No 1 Februari 2015

60

(n1+n2-2k). Rumus perhitungan nilai F test

dengan rumus:

Nilai rasio F mengikuti distribusi F

dengan k dan (n1+n2-2k) sebagai df untuk

penyebut maupun pembilang. Jika nilai F

hitung > F tabel, maka kita menolak hipotesis

nol dan menyimpulkan bahwa model regresi

industri kompetitif (tidak terkonsentrasi) dan

model regresi industri tidak kompetitif

(terkonsentrasi) memang berbeda. Untuk itu,

hasil analisis model empiris disajikan pada

tabel 2.

Tabel 2

Hasil Uji Chow Test

Model Empiris N Nilai Residual

Model 1: Regresi untuk observasi seluruh

perusahaan (industri terkonsentrasi dan cukup

terkonsentrasi)

62 11.116

Model 2: Regresi untuk observasi industri cukup

terkonsentrasi 9 0.424

Model 3: Regresi untuk observasi industri

terkonsentrasi 53 9.083

Sumber: Data diolah

Berdasarkan hasil regresi model 1,

model 2 dan model 3, maka dapat dilakukan

Chow Test dengan perhitungan sebagai

berikut:

F = (RSSr – RSSur) / k

(RSSur) / (n1 + n2 – 2k)

= (11,116 – (0,424 + 9,083) / 3

(0,424 + 9,083) / (9 + 53 – 6)

= 1,609 / 3

0,1698

= 0,5363

0,1698

= 3,1584

Nilai F hitung 3,1584 kita bandingkan

dengan nilai F tabel dengan df= 3 dan 56

dengan tingkat signifikansi 0,05 diperoleh

nilai F tabel (df= 3 dan df= 56) = 2,77. Oleh

karena F hitung > F tabel maka dapat

disimpulkan bahwa persamaan regresi antar

sub-kelompok observasi industri terkonsen-

trasi dan industri cukup terkonsentrasi berbeda

secara signifikan dan hal ini menunjukkan

bahwa variabel konsentrasi industri adalah

variabel moderasi.

PEMBAHASAN

Menurut hasi uji hipotesis, variabel

konsentrasi industri merupakan variabel

moderasi. Artinya, variabel corporate

governance (dewan komisaris independen,

kepemilikan manajerial, kepemilikan insti-

tusional) mempengaruhi nilai perusahaan

tergantung pada konsentrasi industri. Pada

penelitian ini, membagi total sampel menjadi

dua kelompok yaitu industri terkonsentrasi dan

industri cukup terkonsentrasi. Jenis moderator

seperti ini disebut dengan variabel

Homologizer. Artinya, variabel moderator

mempengaruhi kekuatan hubungan, tetapi

tidak berinteraksi dengan variabel independen

(X) dan tidak berhubungan secara signifikan

baik dengan independen (X) maupun dengan

variabel dependen (Y). Hasil penelitian

konsisten dengan penelitian Giroud dan

Mueller (2011). Tata kelola perusahaan yang

lemah memiliki hasil ROE yang rendah,

kinerja operasi yang buruk, dan nilai

perusahaan rendah, tetapi hanya dalam industri

Page 15: CORPORATE GOVERNANCE DAN NILAI PERUSAHAAN: …

CORPORATE GOVERNANCE……………………..………………………………........................…….….…. (Linawati & Pangeran)

61

tidak kompetitif (terkonsentrasi). Tata kelola

perusahaan yang lemah memiliki produktivitas

tenaga kerja rendah dan input costs (biaya

masuk) lebih tinggi, dan lebih banyak

menghancurkan nilai akuisisi, tetapi sekali lagi

hanya dalam industri tidak kompetitif. Tata

kelola perusahaan yang lemah dalam industri

tidak kompetitif lebih cenderung menjadi

sasaran oleh aktivis hedge fund, menunjukkan

bahwa investor mengambil tindakan untuk

mengurangi ketidakefisiensi.

Berdasarkan hasil uji t masing-masing

model empiris, komisaris independen pada

seluruh perusahaan, industri terkonsentrasi,

dan industri cukup terkonsentrasi tidak

berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan. Kepemilikan manajerial pada

seluruh perusahaan dan industri terkonsentrasi

berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.

Sedangkan kepemilikan manajerial pada

industri cukup terkonsentrasi tidak

berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Kepemilikan institusional pada seluruh

perusahaan dan industri terkonsentrasi

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Sedangkan kepemilikan institusional pada

industri cukup terkonsentrasi tidak

berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN

SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan

pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan

bahwa konsentrasi industri memoderasi antara

corporate governance dan nilai perusahaan.

Corporate governance (dewan komisaris

independen, kepemilikan manajerial,

kepemilikan institusional) mempengaruhi nilai

perusahaan, tergantung pada tingkat

konsentrasi industri.

Selanjutnya, kepemilikan manajerial

pada seluruh perusahaan dan industri

terkonsentrasi berpengaruh negatif terhadap

nilai perusahaan. Sedangkan kepemilikan

manajerial pada industri cukup terkonsentrasi

tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Kepemilikan institusional pada seluruh

perusahaan dan industri terkonsentrasi

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Sedangkan kepemilikan institusional pada

industri cukup terkonsentrasi tidak

berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Keterbatasan Penelitian

Beberapa keterbatasan pada penelitian.

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh

Giroud dan Mueller (2011) menggunakan G-

index untuk mengukur corporate governance.

Namun, pada penelitian ini corporate

governance diukur dengan dewan komisaris

independen, kepemilikan manajerial, dan

kepemelikan institusional. Kedua, penelitian

ini tidak dapat membandingkan industri

kompetitif karena hasil perhitungan HHI

hanya menghasilkan industri terkonsentrasi

dan industri cukup terkonsentrasi. Padahal

industri yang baik adalah industri yang

kompetitif karena tekanan dalam industri

menyebabkan return saham menjadi lebih

tinggi.

Saran

Sebagian besar perusahaan dalam

industri manufaktur di Indonesia merupakan

industri terkonsentrasi. Untuk itu, investor

disarankan untuk lebih bijak lagi dalam

menginvestasikan dananya. Karena industri

terkonsentrasi tidak ada persaingan atau sangat

kecil sehingga return saham menjadi lebih

kecil.

Perusahaan dalam industri manufaktur

di Indonesia sebagian besar merupakan

industri terkonsentrasi. Industri yang

terkonsentrasi bisa terjadi karena terdapat satu

perusahaan yang menguasai seluruh

perusahaan pangsa pasar (monopoli) atau

terdapat perusahaan dominan yang menguasai

lebih dari 50% pangsa pasar (Natalinov dan

Pangeran, 2013). Oleh karena itu, pemerintah

diharapkan dapat ikut mengawasi perusahaan-

perusahaan tersebut. Karena industri yang

terkonsentrasi cenderung menguasai pasar dan

ini akan berdampak buruk bagi perusahaan

baru yang akan masuk ke dalam industri

tersebut.

Penelitian ini hanya menggunakan

dewan komisaris independen, kepemilikan

manajerial, dan kepemilikan institusional

sebagai ukuran corporate governance. Oleh

sebab itu, bagi peneliti berikutnya diharapkan

Page 16: CORPORATE GOVERNANCE DAN NILAI PERUSAHAAN: …

JRAK, Volume 11, No 1 Februari 2015

62

ukuran menggunakan G-Index sebagai ukuran

corporate governance. Selain itu, penelitian ini

hanya dilakukan selama tahun 2010-2012 dan

hanya pada industri manufaktur. Oleh sebab

itu, peneli berikutnya diharapkan dapat

menambah tahun penelitian dan juga tidak

hanya pada industri manufaktur saja.

DAFTAR REFERENSI

Chen, C.J.P and Jaggi, B. (2001). Assosiation

Between Independent Nonexecutive

Firectors, Family control and financial

disclousures in Hongkong. Journal of

Accounting and Public Policy.

Duggal, R. and Millar, J. A. 1999. “Institu-

tional Ownership And Firm Pefor-

mance: the case of Bidder Returns.

Journal of Corporate Finance, 5(2):103-

117

Faqi, Y., Makhdalena., dan Riadi, R. M.

Pengaruh Mekanisme Good Corporate

Governance Terhadap Nilai Perusahaan

Pada BUMN yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia. Universitas Riau: Riau.

Febryana, H. 2008. Pengaruh Ukuran

Perusahaan dan Mekanisme Corporate

Governance Terhadap Nilai Perusahaan.

Universitas Negeri Padang: Padang.

Forum for Corporate Governance in Indonesia.

Perananan Dewan Komisaris dan

Komite Audit dalam Pelaksanaan

Corporate Governance (Tata Kelola

Perusahaan).

Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multi-

variate Dengan Program IBM SPSS19.

Giroud, X., dan Mueller, H. M., 2011.

“Corporate Governance, Product Market

Competition, and Equity Prices”.

Journal of Finance, Vol. LXVI. No. 2,

563-600.

Hossain, M., “Prevost, A. K. and Rao, R.P.

2001. Corporate governance in New

Zealand: the effect of the 1993

companies act on the relation between

board composition and firm

performance”. Pasific Basin Finance

Journal, 9;119-145.

Husnan, 2000. Manajemen Keuangan: Teori

dan Penerapan (Keputusan Jangka

Panjang.Yogyakarta: BPFE UGM

Isshaq, Z. 2009. “Corporate Governance

governance, ownership structure, cash

holding, and firm value on the Ghana

stock Exchange”. Journal of Risk

Finance, 10(5):488-499.

Natalinov, E. E., dan Pangeran, P.,2013.

“Konsentrasi Industri dan Return

Saham: Studi Empiris di Bursa Efek

Indonesia”. Jurnal Riset Managemen

dan Bisnis, 8 (1): 35-48.

Permanasari, W. I. 2010. Pengaruh

Kepemilikan Manajemen, Kepemi-likan

Institusional, dan Corporate Social

Responsibility Terhadap Nilai

Perusahaan. Universitas Diponegoro:

Semarang.

Saputra, M. 2010. “Pengaruh Corporate

Governance Terhadap Nilai Perusahaan

di Bursa Efek Indonesia, Jakarta”.

Journal of Indonesiaan Applied

Economics, 4 (1): 81-92.

Putri, R. K. 2011. Analisis Pengaruh

Corporate Governance, Struktur

Kepemilikan, dan Cash Holdings

Terhadap Nilai Perusahaan. Universitas

Diponegoro: Semarang.