LAPORAN OBSERVASI
MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING
SMA NEGERI 1 JAKENAN
KABUPATEN PATI
Disusun sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah Bimbingan dan
Konseling
Dosen pengampu: Drs. Heru Mugiarso, M.Pd.
Disusun oleh :
Sujiono4001410008
Sri Wahyuni4001410014
Ivon Ayu Subekti4001410017
Andi Cahyono4001410018
Wahyu Yosi Efendi4001410022
Rombel09
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat,
hidayah serta inayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
tugas penyusunan laporan survey pelaksanaan bimbingan dan konseling
di SMA Negeri 1 Jakenan.
Penyusun menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,
pelaksanaan survey tentang pelaksanan bimbingan dan konseling ini
tidak akan dan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini,
penyusun mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setulusnya
kepada:
1. Drs. Heru Mugairso,M.Pd selaku dosen mata kuliah Bimbingan
dan Konseling.
2. Sukari, S.Pd selaku kepala SMA N 1 Jakenan yang telah
berkenan memberikan izin survey sekaligus sebagai nara sumber
pelaksanaan bimbingan dan konseling.
3. Sri Kustini, BA selaku koordinator dan nara sumber
pelaksanaan bimbingan dan konseling.
4. Widjatmoko, S.Pd selaku nara sumber dari pihak guru bidang
studi Matematika.
5. Siti Markonah, S.Pd, Bibit Zumrotun, S.Psi, Dra. Sri Rejeki
K. selaku guru pembimbing bimbingan dan konseling.
6. Para guru SMA N 1 Jakenan yang telah mendukung survey
pelaksanaan bimbingan dan konseling.
7. Para siswa SMA N 1 Jakenan yang telah bekerjasama denagn baik
dalam kegiatan survey pelaksanaan bimbingan dan konseling.
Penyusun menyadari bahwa laporan survey pelaksanaan bimbingan
dan konseling di SMA N 1 Jakenan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun.
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Sesuatu perencanaan yang besar tidak akan berhasil tanpa adanya
usaha untuk melaksanakannya.
Jika kita berhasil merencanakan sesuatu maka sesungguhnya kita
telah merencanakan keberhasilan.
Jika kita gagal merencanakan sesuatu maka sesungguhnya kita
merencanakan kegagalan.
Ku persembahkan karya ini kepada:
1. Bapak kepala sekolah, guru BK dan nara sumber di SMA Negeri 1
Jakenan Bimbingan dan arahanmu adalah semangatku.
2. Bapak Dosen mata kuliah bimbingan dan konseling Dari tetesan
keringatmu adalah pemicu keberhasilanku.
3. Teman-teman mata kuliah bimbingan dan konseling Kerja sama
dan semangat inspirasimu yang kukuh membuatku mampu meraih
impianku.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
C. Permasalahan
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. PROFIL SEKOLAH
IV. ISI
A.Paparan Data Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dari Guru
Bidang Studi
B.Paparan Data Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dari Personil
Bimbingan dan Konseling
C.Paparan Data Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling oleh Pimpinan
Sekolah
D.Paparan Data Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dari Pihak
Siswa
V. PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA
VI. SIMPULAN DAN SARAN
VII. DAFTAR PUSTAKA
VIII. LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Daftar Nara Sumber Observasi Pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling di SMA Negeri 1 Jakenan
B. Stuktur Organisasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling SMA
Negeri 1 Jakenan
C. Lembar Pertanyaan kepada Guru Bimbingan
D. Lembar Pertanyaan kepada Guru Bidang Studi
E. Lembar Pertanyaan untuk Kepala Sekolah
F. Lembar Pertanyaan untuk Siswa
G. Angket
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Survey pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan
kegiatan praktik mahasiswa program studi pendidikan dalam rangka
melakukan pengamatan serta wawancara secara langsung kepada
personil-personil sekolah tentang penyelenggaraan pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah sebagai bekal pelaksanaan
bimbingan dan konseling setelah terjun ke sekolah sebagai tenaga
pendidik. Dalam penyelenggaraannya mahasiswa praktik bertindak
sebagai pengamat dan pencari data dengan wawancara secara langsung
kepada nara sumber maupun melalui angket kepada siswa.
.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan penyelenggaraan survey pelaksanaan bimbingan
dan konseling di sekolah terbagi atas tujuan umum dan tujuan
khusus.
a. Maksud dan Tujuan Umum
Kegiatan survey pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah
dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan wawasan, pengetahuan,
dan ketrampilan nilai dan sikap mahasiswa dalam layanan bimbingan
dan konseling di sekolah sebagai bekal saat terjun ke sekolah
sebagai tenaga pendidik yang profesional.
b. Maksud dan Tujuan Khusus
Kegiatan survey pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah
mempunyai tugas khusus bagi mahasiswa dalam hal:
i) Melatih mahasiswa praktikan dalam menjalin hubungan baik dan
bekerja sama dengan pihak-pihak terkait terutama kepala sekolah,
guru pembimbing, guru bidang studi dan siswa dalam mendapatkan data
mengenai pelaksanaan bimbingan dank konselimg di sekolahnya.
ii) Menyusun laporan survey pelaksanaan bimbingan dan konseling
di sekolah sebagai tugas mata kuliah bimbingan dan konseling.
C. Permasalahan Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di
Sekolah
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah khususnya
di SMA Negeri 1 Jakenan meliputi siswa SMA Negeri 1 Jakenan baik
yang pernah melakukan bimbingan maupun yang tidak pernah melakukan
bimbingan dan pihak sekolah yang meliputi kepala sekolah, guru
pembimbing, guru bidang studi maupun personil yang lain dalam
menangani masalah-masalah yang harus ditangani berkaitan dengan
empat bidang bimbingan yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial,
bimbingan belajar dan bimbingan karier dalam arah menentukan
pribadi yang mampu mengenal lingkungannya serta mengaktualisasikan
diri secara optimal dan mandiri serta menciptakan lingkungan
belajar yang efektif dan bermakna dalam proses pembelajaran.
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang didalamnya
terkandung beberapa makna. Sertzer & Stone (1966) menemukakan
bahwa guidance berasal kata guide yang mempunyai arti to direct,
pilot, manager, or steer (menunjukkan, menentukan, mengatur, atau
mengemudikan). Sedangkan menurut W.S. Winkel (1981) mengemukakan
bahwa guidance mempunyai hubungan dengan guiding : showing a way
(menunjukkan jalan), leading (memimpin), conducting (menuntun),
giving instructions (memberikan petunjuk), regulating (mengatur),
governing (mengarahkan) dan giving advice (memberikan nasehat).
Penggunaan istilah bimbingan seperti dikemukakan di atas
tampaknya proses bimbingan lebih menekankan kepada peranan pihak
pembimbing. Hal ini tentu saja tidak sesuai lagi dengan arah
perkembangan dewasa ini, dimana pada saat ini klien lah yang justru
dianggap lebih memiliki peranan penting dan aktif dalam proses
pengambilan keputusan serta bertanggungjawab sepenuhnya terhadap
keputusan yang diambilnya.
Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian bimbingan, di bawah
ini dikemukakan pendapat dari beberapa ahli :
a. Miller (I. Djumhur dan Moh. Surya, 1975) mengartikan
bimbingan sebagai proses bantuan terhadap individu untuk mencapai
pemahaman diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri
secara maksimum di sekolah, keluarga dan masyarakat.
b. Peters dan Shertzer (Sofyan S. Willis, 2004) mendefiniskan
bimbingan sebagai : the process of helping the individual to
understand himself and his world so that he can utilize his
potentialities.
c. United States Office of Education (Arifin, 2003) memberikan
rumusan bimbingan sebagai kegiatan yang terorganisir untuk
memberikan bantuan secara sistematis kepada peserta didik dalam
membuat penyesuaian diri terhadap berbagai bentuk problema yang
dihadapinya, misalnya problema kependidikan, jabatan, kesehatan,
sosial dan pribadi. Dalam pelaksanaannya, bimbingan harus
mengarahkan kegiatannya agar peserta didik mengetahui tentang diri
pribadinya sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
d. Jones et.al. (Sofyan S. Willis, 2004) mengemukakan : guidance
is the help given by one person to another in making choice and
adjusment and in solving problem.
e. I. Djumhur dan Moh. Surya, (1975) berpendapat bahwa bimbingan
adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan
sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya
(self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self
acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction)
dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization)
sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian
diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah dan masyarakat.
f. Dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang
Pendidikan Menengah dikemukakan bahwa Bimbingan merupakan bantuan
yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi,
mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.
g. Prayitno, dkk. (2003) mengemukakan bahwa bimbingan dan
konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara
perorangan maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara
optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan
belajar, dan bimbingan karier, melalui berbagai jenis layanan dan
kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Dari beberapa pendapat di atas, tampaknya para ahli masih
beragam dalam memberikan pengertian bimbingan, kendati demikian
kita dapat melihat adanya benang merah, bahwa
a. Bimbingan merupakan upaya untuk memberikan bantuan kepada
individu atau peserta didik. Bantuan dimaksud adalah bantuan yang
bersifat psikologis.
b. Tercapainya penyesuaian diri, perkembangan optimal dan
kemandirian merupakan tujuan yang ingin dicapai dari bimbingan.
Dari pendapat Prayitno, dkk. yang memberikan pengertian
bimbingan disatukan dengan konseling merupakan pengertian formal
dan menggambarkan penyelenggaraan bimbingan dan konseling yang saat
ini diterapkan dalam sistem pendidikan nasional.
Keberadaan layanan bimbingan dan konseling dalam sistem
pendidikan di Indonesia dijalani melalui proses yang panjang, sejak
kurang lebih 40 tahun yang lalu. Selama perjalanannya telah
mengalami beberapa kali pergantian istilah, semula disebut
Bimbingan dan Penyuluhan (dalam Kurikulum 84 dan sebelumnya),
kemudian pada Kurikulum 1994 dan Kurikulum 2004 berganti nama
menjadi Bimbingan dan Konseling. Akhir-akhir ini para ahli mulai
meluncurkan sebutan Profesi Konseling, meski secara formal istilah
ini belum digunakan.
Untuk kepentingan penulisan ini, penulis akan menggunakan
istilah Bimbingan dan Konseling sesuai dengan istilah formal yang
saat ini dipergunakan dalam sistem pendidikan nasional.
2. Orientasi Baru Bimbingan dan Konseling
Pada masa sebelumnya (atau mungkin masa sekarang pun, dalam
prakteknya masih ditemukan) bahwa penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling cenderung bersifat klinis-therapeutis atau menggunakan
pendekatan kuratif, yakni hanya berupaya menangani para peserta
didik yang bermasalah saja. Padahal kenyataan di sekolah jumlah
peserta didik yang bermasalah atau berperilaku menyimpang mungkin
hanya satu atau dua orang saja. Dari 100 orang peserta didik paling
banyak 5 hingga 10 (5% - 10%). Selebihnya, peserta didik yang tidak
memiliki masalah (90% -95%) kerapkali tidak tersentuh oleh layanan
bimbingan dan konseling. Akibatnya, bimbingan dan konseling
memiliki citra buruk dan sering dipersepsi keliru oleh peserta
didik, guru bahkan kepala sekolah. Ada anggapan bimbingan dan
konseling merupakan polisi sekolah, tempat menangkap, merazia, dan
menghukum para peserta didik yang melakukan tindakan indisipliner.
Anggapan lain yang keliru bahwa bimbingan dan konseling sebagai
keranjang sampah tempat untuk menampung semua masalah peserta
didik, seperti peserta didik yang bolos, terlambat SPP, berkelahi,
bodoh, menentang guru dan sebagainya. Masalah-masalah kecil seperti
itu dapat diantisipasi dan diatasi oleh para guru mata pelajaran
atau wali kelas dan tidak perlu diselesaikan oleh guru
pembimbing.
Mengingat keadaan seperti itu, kiranya perlu adanya orientasi
baru bimbingan dan konseling yang bersifat pengembangan atau
developmental dan pencegahan pendekatan preventif. Dalam hal ini,
Sofyan. S. Willis (2004) mengemukakan landasan-landasan filosofis
dari orientasi baru bimbingan dan konseling, yaitu :
a. Pedagogis; artinya menciptakan kondisi sekolah yang kondusif
bagi perkembangan peserta didik dengan memperhatikan perbedaan
individual diantara peserta didik.
b. Potensial, artinya setiap peserta didik adalah individu yang
memiliki potensi untuk dikembangkan, sedangkan kelemahannya secara
berangsur-angsur akan diatasinya sendiri.
c. Humanistik-religius, artinya pendekatan terhadap peserta
didik haruslah manusiawi dengan landasan ketuhanan. peserta didik
sebagai manusia dianggap sanggup mengembangkan diri dan
potensinya.
d. Profesional, yaitu proses bimbingan dan konseling harus
dilakukan secara profesional atas dasar filosofis, teoritis, yang
berpengetahuan dan berketerampilan berbagi teknik bimbingan dan
konseling.
Dengan adanya orientasi baru ini, bukan berarti upaya-upaya
bimbingan dan konseling yang bersifat klinis ditiadakan, tetapi
upaya pemberian layanan bimbingan dan konseling lebih dikedepankan
dan diutamakan yang bersifat pengembangan dan pencegahan. Dengan
demikian, kehadiran bimbingan dan konseling di sekolah akan dapat
dirasakan manfaatnya oleh seluruh peserta didik, tidak hanya bagi
peserta didik yang bermasalah saja.
3. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Dengan orientasi baru Bimbingan dan konseling terdapat beberapa
fungsi yang hendak dipenuhi melalui pelaksanaan kegiatan bimbingan
dan konseling. yaitu:
a. Pemahaman; menghasilkan pemahaman pihak-pihak tertentu untuk
pengembangan dan pemacahan masalah peserta didik meliputi: (a)
pemahaman diri dan kondisi peserta didik, orang tua, guru
pembimbing, (b) lingkungan peserta didik termasuk di dalamnya
lingkungan sekolah dan keluarga peserta didik dan orang tua,
lingkungan yang lebih luas, informasi pendidikan,
jabatan/pekerjaan, dan sosial budaya terutama nilai-nilai oleh
peserta didik. b. Pencegahan; menghasilkan tercegahnya atau
terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang timbul
dan menghambat proses perkembangannya.c. Pengentasan; menghasilkan
terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami
peserta didik.d. Advokasi; menghasilkan kondisi pembelaaan terhadap
pengingkaran atas hak-hak dan atau kepentingan pendidikan.e.
Pemeliharaan dan pengembangan; terpelihara dan terkembangkannya
berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka
perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
4. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling
Sejumlah prinsip mendasari gerak langkah penyelenggaraan
kegiatan bimbingan dan konseling. Prinsip-prinsip ini berkaitan
dengan tujuan, sasaran layanan, jenis layanan dan kegiatan
pendukung, serta berbagai aspek operasionalisasi pelayanan
bimbingan dan konseling. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
a. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan: (a)
melayani semua individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, suku,
agama dan status sosial, (b) memperhatikan tahapan perkembangan,
(c) perhatian adanya perbedaan individu dalam layanan.b.
Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan permasalahan yang dialami
individu: (a) menyangkut pengaruh kondisi mental maupun fisik
individu terhadap penyesuaian pengaruh lingkungan, baik di rumah,
sekolah dan masyarakat sekitar, (b) timbulnya masalah pada individu
oleh karena adanya kesenjangan sosial, ekonomi dan budaya.c.
Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan Bimbingan
dan Konseling: (a) bimbingan dan konseling bagian integral dari
pendidikan dan pengembangan individu, sehingga program bimbingan
dan konseling diselaraskan dengan program pendidikan dan
pengembangan diri peserta didik, (b) program bimbingan dan
konseling harus fleksibel dan disesuaikan dengan kebutuhan peserta
didik maupun lingkungan, (c) program bimbingan dan konseling
disusun dengan mempertimbangkan adanya tahap perkembangan individu,
(d) program pelayanan bimbingan dan konseling perlu diadakan
penilaian hasil layanan.d. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan
tujuan dan pelaksanaan pelayanan: (a) diarahkan untuk pengembangan
individu yang akhirnya mampu secara mandiri membimbing diri
sendiri, (b) pengambilan keputusan yang diambil oleh klien
hendaknya atas kemauan diri sendiri, (c) permaslahan individu
dilayani oleh tenaga ahli/profesional yang relevan dengan
permasalahan individu, (d) perlu adanya kerja sama dengan personil
sekolah dan orang tua dan bila perlu dengan pihak lain yang
berkewenangan dengan permasalahan individu, dan (e) proses
pelayanan bimbingan dan konseling melibatkan individu yang telah
memperoleh hasil pengukuran dan penilaian layanan.
5. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling
Penyelenggaraan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan
konseling selain dimuati oleh fungsi dan didasarkan pada
prinsip-prinsip tertentu, juga dituntut untuk memenuhi sejumlah
asas bimbingan. Pemenuhan asas-asas bimbingan itu akan memperlancar
pelaksanaan dan lebih menjamin keberhasilan layanan/kegiatan,
sedangkan pengingkarannya akan dapat menghambat atau bahkan
menggagalkan pelaksanaan, serta mengurangi atau mengaburkan hasil
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri.
Betapa pentingnya asas-asas bimbingan konseling ini sehingga
dikatakan sebagai jiwa dan nafas dari seluruh kehidupan layanan
bimbingan dan konseling. Apabila asas-asas ini tidak dijalankan
dengan baik, maka penyelenggaraan bimbingan dan konseling akan
berjalan tersendat-sendat atau bahkan terhenti sama sekali.
Asas- asas bimbingan dan konseling tersebut adalah :
a. Asas Kerahasiaan (confidential); yaitu asas yang menuntut
dirahasiakannya segenap data dan keterangan peserta didik (klien)
yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak
boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini, guru
pembimbing (konselor) berkewajiban memelihara dan menjaga semua
data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar
terjamin, b. Asas Kesukarelaan; yaitu asas yang menghendaki adanya
kesukaan dan kerelaan peserta didik (klien) mengikuti/ menjalani
layanan/kegiatan yang diperuntukkan baginya. Guru Pembimbing
(konselor) berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan
seperti itu.c. Asas Keterbukaan; yaitu asas yang menghendaki agar
peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan
bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik dalam memberikan
keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai
informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan
dirinya. Guru pembimbing (konselor) berkewajiban mengembangkan
keterbukaan peserta didik (klien). Agar peserta didik (klien) mau
terbuka, guru pembimbing (konselor) terlebih dahulu bersikap
terbuka dan tidak berpura-pura. Asas keterbukaan ini bertalian erat
dengan asas kerahasiaan dan dan kekarelaan.d. Asas Kegiatan; yaitu
asas yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi
sasaran layanan dapat berpartisipasi aktif di dalam
penyelenggaraan/kegiatan bimbingan. Guru Pembimbing (konselor)
perlu mendorong dan memotivasi peserta didik untuk dapat aktif
dalam setiap layanan/kegiatan yang diberikan kepadanya.e. Asas
Kemandirian; yaitu asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan
dan konseling; yaitu peserta didik (klien) sebagai sasaran
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi
individu-individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal diri
sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan,
serta mewujudkan diri sendiri. Guru Pembimbing (konselor) hendaknya
mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling bagi
berkembangnya kemandirian peserta didik. f. Asas Kekinian; yaitu
asas yang menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan dan
konseling yakni permasalahan yang dihadapi peserta didik/klien
dalam kondisi sekarang. Kondisi masa lampau dan masa depan dilihat
sebagai dampak dan memiliki keterkaitan dengan apa yang ada dan
diperbuat peserta didik (klien) pada saat sekarang.g. Asas
Kedinamisan; yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap
sasaran layanan (peserta didik/klien) hendaknya selalu bergerak
maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan
sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke
waktu.h. Asas Keterpaduan; yaitu asas yang menghendaki agar
berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang
dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang,
harmonis dan terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama dan koordinasi
dengan berbagai pihak yang terkait dengan bimbingan dan konseling
menjadi amat penting dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya.i. Asas
Kenormatifan; yaitu asas yang menghendaki agar segenap layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik
norma agama, hukum, peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan
kebiasaan kebiasaan yang berlaku. Bahkan lebih jauh lagi, melalui
segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling ini harus dapat
meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) dalam memahami,
menghayati dan mengamalkan norma-norma tersebut.j. Asas Keahlian;
yaitu asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling diselnggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional.
Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling lainnya hendaknya tenaga yang benar-benar ahli dalam
bimbingan dan konseling. Profesionalitas guru pembimbing (konselor)
harus terwujud baik dalam penyelenggaraaan jenis-jenis layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling dan dalam penegakan kode etik
bimbingan dan konseling.k. Asas Alih Tangan Kasus; yaitu asas yang
menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan
layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu
permasalahan peserta didik (klien) kiranya dapat mengalih-tangankan
kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing (konselor)dapat
menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau
ahli lain. Demikian pula, sebaliknya guru pembimbing (konselor),
dapat mengalih-tangankan kasus kepada pihak yang lebih kompeten,
baik yang berada di dalam lembaga sekolah maupun di luar sekolah.l.
Asas Tut Wuri Handayani; yaitu asas yang menghendaki agar pelayanan
bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan
suasana mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan
keteladanan, dan memberikan rangsangan dan dorongan, serta
kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik (klien) untuk
maju.(Prayitno,1999:115)
6. Peranan Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran dan Wali Kelas
dalam Bimbingan dan Konseling
Dalam kurikulum 2004, secara tegas dikemukakan bahwa : Sekolah
berkewajiban memberikan bimbingan dan konseling kepada siswa yang
menyangkut tentang pribadi, sosial, belajar, dan karier. Dengan
adanya kata kewajiban, maka setiap sekolah mutlak harus
menyelenggarakan bimbingan dan konseling.
Keberhasilan penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah,
tidak lepas dari peranan berbagai pihak di sekolah. Selain Guru
Pembimbing atau Konselor sebagai pelaksana utama, penyelenggaraan
Bimbingan dan konseling di sekolah, juga perlu melibatkan kepala
sekolah , guru mata pelajaran dan wali kelas.
Kepala sekolah selaku penanggung jawab seluruh penyelenggaraan
pendidikan di sekolah memegang peranan strategis dalam
mengembangkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Secara
garis besarnya, peran, tugas dan tanggung jawab kepala sekolah,
sebagai berikut :
a. Mengkoordinir segenap kegiatan yang diprogramkan dan
berlangsung di sekolah, sehingga pelayanan pengajaran, latihan, dan
bimbingan dan konseling merupakan suatu kesatuan yang terpadu,
harmonis, dan dinamis.
b. Menyediakan prasarana, tenaga, dan berbagai kemudahan bagi
terlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling yang efektif dan
efisien.
c. Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan
pelaksanaan program, penilaian dan upaya tidak lanjut pelayanan
bimbingan dan konseling.
d. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan
konseling Di sekolah kepada Dinas Pendidikan yang menjadi
atasannya.
e. Menyediakan fasilitas, kesempatan, dan dukungan dalam
kegiatan kepengawasan yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah Bidang
BK.
Sedangkan, peran, tugas dan tanggung jawab guru-guru mata
pelajaran dalam bimbingan dan konseling adalah :
a. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling
kepada siswa
b. Membantu Guru Pembimbing mengidentifikasi siswa-siswa yang
memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data
tentang siswa-siswa tersebut.
c. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan
dan konseling kepada Guru Pembimbing
d. Menerima siswa alih tangan dari Guru Pembimbing, yaitu siswa
yang menuntut Guru Pembimbing memerlukan pelayanan pengajar
/latihan khusus (seperti pengajaran/ latihan perbaikan, program
pengayaan).
e. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan
hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan
pembimbingan dan konseling.
f. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang
memerlukan layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti
/menjalani layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.
g. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah
siswa, seperti konferensi kasus.
h. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka
penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak
lanjutnya.
Sebagai pengelola kelas tertentu dalam pelayanan bimbingan dan
konseling, Wali Kelas berperan :
a. membantu Guru Pembimbing melaksanakan tugas-tugasnya,
khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya;
b. membantu Guru Mata Pelajaran melaksanakan peranannya dalam
pelayanan bimbingan dan konseling, khususnya dikelas yang menjadi
tanggung jawabnya;
c. membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa,
khususnya dikelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk
mengikuti/menjalani layanan dan/atau kegiatan bimbingan dan
konseling;
d. berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan
konseling, seperti konferensi kasus; dan
e. mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan
konseling kepada Guru Pembimbing.
Berkenaan peran guru mata pelajaran dan wali kelas dalam
bimbingan dan konseling, Sofyan S. Willis (2005) mengemukakan bahwa
guru-guru mata pelajaran dalam melakukan pendekatan kepada siswa
harus manusiawi-religius, bersahabat, ramah, mendorong, konkret,
jujur dan asli, memahami dan menghargai tanpa syarat.
7. Kegiatan Layanan dan Pendukung Bimbingan dan Konseling
Kegiatan layanan merupakan kegiatan dalam rangka memenuhi
fungsi-fungsi bimbingan dan konseling. Sedangkan kegiatan pendukung
merupakan kegiatan untuk menopang terhadap keberhasilan layanan
yang diberikan.
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional saat ini terdapat
tujuh jenis layanan dan lima kegiatan pendukung. Namun sangat
mungkin ke depannya akan semakin berkembang, baik dalam jenis
layanan maupun kegiatan pendukung. Para ahli bimbingan di Indonesia
saat ini sudah mulai meluncurkan dua jenis layanan baru yaitu
layanan konsultasi dan layanan mediasi. Namun, kedua jenis layanan
ini belum dijadikan sebagai kebijakan formal dalam sistem
pendidikan.
Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan tujuh jenis
layanan dan lima kegiatan pendukung bimbingan dan konseling yang
saat ini diterapkan dalam pendidikan nasional.
a. Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling
i. Layanan Orientasi; Layanan orientasi merupakan layanan yang
memungkinan peserta didik memahami lingkungan baru, terutama
lingkungan sekolah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk
mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di
lingkungan yang baru itu, sekurang-kurangnya diberikan dua kali
dalam satu tahun yaitu pada setiap awal semester. Tujuan layanan
orientasi adalah agar peserta didik dapat beradaptasi dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru secara tepat dan memadai,
yang berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.
ii. Layanan Informasi; merupakan layanan yang memungkinan
peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi (seperti :
informasi belajar, pergaulan, karier, pendidikan lanjutan). Tujuan
layanan informasi adalah membantu peserta didik agar dapat
mengambil keputusan secara tepat tentang sesuatu, dalam bidang
pribadi, sosial, belajar maupun karier berdasarkan informasi yang
diperolehnya yang memadai. Layanan informasi pun berfungsi untuk
pencegahan dan pemahaman.
iii. Layanan Pembelajaran; merupakan layanan yang memungkinan
peserta didik mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik
dalam menguasai materi belajar atau penguasaan kompetensi yang
cocok dengan kecepatan dan kemampuan dirinya serta berbagai aspek
tujuan dan kegiatan belajar lainnya, dengan tujuan agar peserta
didik dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik.
Layanan pembelajaran berfungsi untuk pengembangan.
iv. Layanan Penempatan dan Penyaluran; merupakan layanan yang
memungkinan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran di
dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program
latihan, magang, kegiatan ko/ekstra kurikuler, dengan tujuan agar
peserta didik dapat mengembangkan segenap bakat, minat dan segenap
potensi lainnya. Layanan Penempatan dan Penyaluran berfungsi untuk
pengembangan.
v. Layanan Konseling Perorangan; merupakan layanan yang
memungkinan peserta didik mendapatkan layanan langsung tatap muka
(secara perorangan) untuk mengentaskan permasalahan yang
dihadapinya dan perkembangan dirinya. Tujuan layanan konseling
perorangan adalah agar peserta didik dapat mengentaskan masalah
yang dihadapinya. Layanan Konseling Perorangan berfungsi untuk
pengentasan dan advokasi
vi. Layanan Bimbingan Kelompok; merupakan layanan yang
memungkinan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui
dinamika kelompok memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan
(topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan
kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan
tertentu melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta
didik dapat memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik)
tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan
sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu
melalui dinamika kelompok. Layanan Bimbingan Kelompok berfungsi
untuk pemahaman dan pengembangan.
vii. Layanan Konseling Kelompok; merupakan layanan yang
memungkinan peserta didik (masing-masing anggota kelompok)
memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan
pribadi melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik
dapat memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan
permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok. Layanan Konseling
Kelompok berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.
b. Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling
Untuk menunjang kelancaran pemberian layanan-layanan seperti
yang telah dikemukakan di atas, kiranya perlu dilaksanakan berbagai
kegiatan pendukung Dalam hal ini, terdapat lima jenis kegiatan
pendukung bimbingan dan konseling, yaitu :
i. Aplikasi Instrumentasi Data; merupakan kegiatan untuk
mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik, tentang
lingkungan peserta didik dan lingkungan lainnya, yang dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai instrumen, baik tes maupun
non tes, dengan tujuan untuk memahami peserta didik dengan segala
karakteristiknya dan memahami karakteristik lingkungan.
ii. Himpunan Data; merupakan kegiatan untuk menghimpun seluruh
data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan
peserta didik. Himpunan data diselenggarakan secara berkelanjutan,
sistematik, komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup.
iii. Konferensi Kasus; merupakan kegiatan untuk membahas
permasalahan peserta didik dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh
pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan
komitmen bagi terentaskannya permasalahan klien. Pertemuan
konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup. Tujuan konferensi
kasus adalah untuk memperoleh keterangan dan membangun komitmen
dari pihak yang terkait dan memiliki pengaruh kuat terhadap klien
dalam rangka pengentasan permasalahan klien.
iv. Kunjungan Rumah; merupakan kegiatan untuk memperoleh data,
keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya
permasalahan peserta didik melalui kunjungan rumah klien. Kerja
sama dengan orang tua sangat diperlukan, dengan tujuan untuk
memperoleh keterangan dan membangun komitmen dari pihak orang
tua/keluarga untuk mengentaskan permasalahan klien.
v. Alih Tangan Kasus; merupakan kegiatan untuk untuk memperoleh
penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang
dialami klien dengan memindahkan penanganan kasus ke pihak lain
yang lebih kompeten, seperti kepada guru mata pelajaran atau
konselor, dokter serta ahli lainnya, dengan tujuan agar peserta
didik dapat memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas
permasalahan yang dihadapinya melalui pihak yang lebih
kompeten.
III. PROFIL SEKOLAH
SMA Negeri 1 Jakenan merupakan salah satu sekolah yang berada
pada naungan Dinas Pendidikan Pemeritah Daerah Kabupaten Pati.
Berdiri tanggal 22 November 1985 dengan SK 06/0/1985 dengan status
sebagai sekolah baru. Alamat SMA Negeri 1 Jakenan berada di Jalan
Jakenan-Winong Km. 1,5 Desa Puluhan Tengah Kecamatan Jakenan
Kabupatan Pati Provinsi Jawa Tengah dengan Kode Pos 59182.
Meskipun letaknya di pedesaan, sekolah dengan jumlah siswa 845
orang, jumlah tenaga guru 52 orang termasuk empat guru pembimbing
serta tenaga kependidikan sebanyak 14 orang ini telah mencapai
akreditasi A (amat baik), berdasarkan keputusan Rapat Badan
Akreditasi Sekolah Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 29 September
2007.
Dalam pelakasanaan proses belajar, SMA Negeri 1 Jakenan telah
membuka 20 rombongan belajar atau kalas paralel dengan perincian:
tujuh kelas untuk kelas X dengan progam studi umum dengan jumlah
siswa sebanyak 286 siswa, tujuh kelas untuk kelas XI dengan program
studi IPA sebanyak lima kelas dengan jumlah siswa sebanyak 212
siswa dan program IPS sebanyak dua kelas dengan jumlah 84 siswa,
enam kelas untuk kelas XII dengan pembagian empat kelas program
studi IPA dangan sisawa sebanyak 181 siswa dan program studi IPS
sebanyak dua kelas dengan jumlah siswa sebanyak 82 siswa.
IV. ISI
A. Paparan Data Pelaksanaan BK dari Guru Bidang Studi
Bimbingan dan konseling oleh bidang studi merupakan usaha yang
dilakukan untuk membantu tugas guru pembimbing dalam hal untuk
menciptakan suasana belajar yang dapat meningkatkan mutu kegiatan
belajar mengajar (KBM). Di sini guru dituntut sedemikian hingga
peserta didik atau siswa dapat pengalaman belajar yang diharapkan
diterima oleh siswa atau peserta didik dengan baik dari guru bidang
studi.
Adapun pelaksanaan bimbingan dan konseling oleh guru bidang
studi merupakan usaha dalam memperlancar proses pembelajaran baik
di sekolah saat kegietan belajar mengajar (KBM) maupun di rumah
dengan pemberian pekerjaan rumah (PR).
Untuk meningkatkan suasana belajar yang dapat meningkatkan mutu
kegiatan belajar mengajar (KBM), tentu saja guru bidang studi tidak
bisa bekerja sendiri. Dalam hal ini penyelenggaraan kegiatan
belajar mengajar melibatkan personil sekolah lainnya yang berperan
sesuai batas kewenangan dan tanggung jawabnya. Oleh karena itu
batas kewenangan dan tanggung jawab guru bidang studi adalah yang
menyangkut pada proses belajar mengajar tersebut. Dengan sangkut
pautnya penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar menyangkut
personil sekolah yang lain, tentu saja harus ada kerja sama yang
baik antara guru bidang studi dengan personil-personil sekolah yang
lain, termasuk guru pembimbing atau guru bimbingan dan konseling
dan wali kelas dalam membantu memecahkan masalah siswa. Oleh karena
itu guru bidang studi bersama guru pembimbing atau guru bimbingan
dan konseling dan wali kelas dalam memecahkan masalah siswa dalam
hal peningkatan mutu kegiatan belajar mengajar (KBM). Sebagai
contohnya apabila ada siswa yang tidak bisa mengikuti kegiatan
belajar mengajar (KBM) denag baik karena mengantuk. Maka guru
bidang studi dapat memberikan bimbingan secara langsung dengan cara
menyuruhnya mencuci muka supaya lebih segar. Namun guru bidang
studi juga menanyakan latar belakang siswa tersebut mengantuk,
mungkin karena begadang, capek atau sebab yang lain supaya guru
bidang studi dapat memberikan timbal balik dalam pemberian
bimbingan untuk tidak melakukannya lagi. Andaikan hal itu
berlangsung berulang-ulang maka guru bidang studi dapat memberikan
informasi kepada wali kelasnya atau guru pembimbing mangenai
masalah tersebut dan bagaimana penanganan masalah tersebut.
Andaikan ada kasus lain, misalnya siswa yang telat masuk ke
sekolah. Di sini peran bimbingan diambil juga dari pihak lain
seperti satpam sekolah. Menurut kesepakatan yang telah ada di
sekolah bahwa jika siswa telat sampai melebihi pukul 07.00 WIB maka
siswa tidak akan diizinkan masuk ke lingkungan sekolah, kecuali
jika ada perizinan sebelumnya dari pihak sekolah. Peran satpam di
sini juga bisa dilakukan sekaligus memberikan bimbingan. Namun jika
masalahnya siswa telat masuk kelas tentu saja ini peran guru bidang
studi dalam menyelesaikan masalah ini.
Selain itu menyangkut fungsi guru sebagai mediator, karena
letaknya yang strategis, yakni berhadapan langsung dengan siswa,
guru bidang studi dapat berperan sebagai media yang menghubungkan
antara siswa dengan guru pembimbing, dimana dapat melakukan
identifikasi siswa seperti contohnya pada kasus siswa yang
mengantuk saat KBM dan kasus siswa yang telat dalam penjalesan di
atas. Andaikan guru bidang studi tidak mampu menyelesaikan suatu
masalah siswanya maka gura bidang studi melakukan proses alih
tangan masalah kepada pihak sekolah yang lebih berkompeten di
bidangnya yakni guru bimbingan dan konseling. Menyangkut fungsi
guru bidang studi yang dapat bekerja sama dengan pihak sekolah
seperti wali kelas dan guru pembimbing, guru bidang studi juga bisa
melakukan kerja sama dengan pihak orang tua siswa untuk membantu
proses belajar mengajar, misalnya dengan meminta tanda tangan
kepada orang tua untuk setiap hasil ulangan siswa.
Guru bidang studi karena letaknya yang strategis maka sangat
berperan juga pada fungsi fasilisator. Guru bidang studi dapat
melayani siswa dalam pengertian membantu cara belajar siswa di
dalam kelas dalam proses KBM maupun memberikan motivasi siswa
dengan belajar di rumah dengan memberikan pekerjaan rumah (PR).
Untuk menekankan cara belajar siswa yang baik guru bidang studi
dapat menekankan program 5T (Terprogram, Teratur, Tekun, Terlatih
dan Teruji) kepada siswa sebagai bentuk cara belajar siswa yang
baik. Selain itu guru bidang studi juga memiliki kemampuan untuk
melakukan pencegahan munculnya masalah siswa dalam mengembangkan
potensi siswa khususnya masalah pembelajaran.
B. Paparan Data Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dari
Personil Bimbingan dan Konseling
Pelaksanaan bimbingan dan konseling dilakukan secara kontinu
baik di kelas maupun di kantor bimbingan dan konseling. Setiap satu
bulan sekali guru pembimbing masuk ke setiap kelas dalam
melaksanakan program bimbingan dan konseling, baik dengan
memberikan materi-materi maupun informasi-informasi yang penting.
Guru pembimbing dapat masuk ke kelas harapannya guru bimbingan
dapat secara langsung bertatap muka dengan siswa sehingga dapat
secara langsung mengetahui siswa yang perlu mendapatkan bimbingan,
meskipun selain dari tatap muka secara langsung guru bimbingan juga
telah mendapat informasi dari guru bidang studi dan wali kelas. Hal
ini sangat efektif mengingat mata pelajaran bimbingan dan konseling
tidak ikut dalam jadwal kurikulum tetapi menggunakan jam mata
pelajaran olahraga setiap satu bulan sekali (minimal) di setiap
kelasnya.
Pelaksanaan bimbingan dan konseling juga dilakukan di kantor
bimbingan dan konseling. Disini bimbingan biasanya lebih bersifat
individu tetapi tidak menutup kemungkinan bersifat kelompok, karena
masalah-masalah tertntu melibatkan sekelompok orang. Pelaksanaan
bimbingan dan konseling di kantor bimbingan dan konseling juga
selalu terbuku untuk siswa dari mulai jam awal masuk sampai jam
pelajaran selesai (07.00-13.30 WIB) tetapi jika ada masalah yang
membutuhkan waktu yang mengharuskan penanganan ekstra dan harus
segera ditangani dan memerlukan waktu jam di luar maka akan di
berikan waktu tambahan sesuai kesepakatan antara pihak-pihak yang
terkait. Andaikan penanganan memerlukan jam mata pelajaran tertentu
maka guru pembimbing akan berkoordinasi dengan guru bidang studi
atau wali kelas yang bersangkutan untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Untuk itulah pentingnya koordinasi dengan guru bidang
studi dan wali kelas dengan guru bimbingan dan konseling selain
untuk alih tangan dan penyampaian informasi.
Adapun pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1
Jakenan yang dilakukan oleh guru bimbingan meliputi kegiatan
diantaranya:
1. Penyusunan perencanaan program kegiatan Bimbingan dan
Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan suatu proses maka dalam
pelaksanaannya memerlukan suatu program yang baik, untuk itu perlu
perencanaan yang sistematis dan terarah.
Program adalah seperangkat kegiatan yang dirancang dan dilakukan
secara kait mengkait untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam
bimbingan dan konseling untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya.(Sugiyo, 1988:63)
Penyusunan perencanaan program kegiatan bimbingan dan konseling
yang menghinpun seluruh materi bimbingan dan konseling, baik
perencanaan program harian, mingguan, bulanan semesteran, maupun
tahunan malalui bentuk layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan
konseling.
Penyusunan program yang dilakukan oleh guru pembimbing SMA
Negeri 1 Jakenan, terdiri dari program tahunan, semesteran,
bulanan, mingguan dan harian.
a. Program tahunan
Program tahunan merupakan kegiatan BK yang menghimpun seluruh
materi kegiatan bimbingan dan konseling dalam empat bidang
bimbingan yang diselenggarakan mulai berbagai kegiatan layanan dan
pendukung Bimbingan dan konseling dalam kurun waktu satu tahun
tertentu yang tersusun dalam program kerja bimbingan dan konseling
SMA Negeri 1 Jakenan periode 2010/2011.
b. Program semestaran
Program semesteran merupakan pembagian program dalam kurun tiap
satu semester dalam periode 2010/2011 yang merupakan bagian dari
program tahunan. Program semesteran didasarkan pada perkiraan
kebutuhan siswa akan Bimbingan dan konseling untuk semester yang
bersangkutan dengan memperhatikan pelaksanaan layanan dan kegiatan
pendukung bimbingan dan konseling pada semester yang bersangkutan
sebelumnya. Program semester diturunkan dari program tahunan.
c. Program bulanan
Merupakan program kegiatan Bimbingan dan konseling yang
diturunkan dari program semester, yang perencanaannya disesuaikan
dengan kondisi dan situasi sekolah.
d. Program mingguan
Program mingguan merupakan program yang diturunkan dari program
bulanan. Penyusunan program mingguan berdasarkan program bulanan
yang telah disusun, sehingga pada program mingguan ditetapkan
minggu ke berapa, serta tanggal berapa kegiatan Bimbingan dan
konseling tersebut dilaksanakan dalam tiap minggunya.
e. Program harian
Program harian merupakan program bimbingan dan konseling yang
secara langsung diselenggarakan pada hari, tanggal dan tempat yang
telah ditetapkan. Program harian ini diturukan dari program
mingguan. Program harian dinyatakan dalam bentuk satuan pendukung
untuk suatu materi dalam bidang tertentu dalam jumlah kegiatan atau
buku agenda.
2. Operasional Program Bimbingan dan Konseling
Pelaksanaan program bimbingan dan konseling adalah mewujudkan
program-program kerja yang telah direncanakan ke dalam kegiatan
nyata. Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1
Jakenan erdidiri atas tahapan-tahapan yaitu:
1. Persiapan
Persiapan yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dalam
rangka penyusunan program bimbingan dan konseling yang telah
disusun, baik dalam program tahunan, semester, bulanan,
mingguanmaupun harian adalah dengan merencanakan kegiatan
pengumulan data dan informasi tentang keadaan siswa.
2. Pengumpulan data
Setelah melakukan persiapan yaitu dengan merencanakan kegiatan
mengumpulkan informasi tentang siswa selengkap mungkin. Pengumpulan
data ini dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan (insidental), adapun
data yang dikumpulkan antara lain identitas pribadi siswa, data
keluarga, data pendidikan dan kecerdasan, data hubunagn sosial
siswa. Dalam rangka pengumpulan data yang dilakukan oleh guru
bimbingan dan konseling adalah dengan mengguanakan beberapa metode
diantaranya:
a. Observasi
Yaitu dengan mengamati secara langsung kondisi dan lingkungan
fisik di SMA Negeri 1 Jakenan.
b. Wawancara
Yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
tanya jawab antara interviewer dengan interviewe. Wawancara sebagai
alat pengumpulan data yang dilakukan secara tatap muka (face to
face) bertujuan untuk menjaring data dan informasi tentang kondisi
siswa di SMA Negeri 1 Jakenan.
c. Dokumentasi
Dokementasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
membaca dan mempelajari data siswa yang telah dilakukan sebelumnya,
baik yang telah dilakukan olah pihak BK sendiri maupun dari data
Tata Usaha (TU).
3. Pelaksanaan Berbagai Layanan Bimbingan dan Konseling
Pelaksanaan layanan bimbinngan dan konseling di SMA Negeri 1
Jakenan yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling adalah
permasalahan-permasalahan dalam bimbingan dan konseling yang
mencakup empat bidang bimbingan yaitu bimbingan sosial, pribadi,
belajar dan karier. Empat bidang bimbingan tersebut dijabarkan
dalam berbagai layanan bimbingan dan konseling dan kegiatan
pendukung bimbingan dan konseling yang mengacu pada pola 17.
a. Masalah yang dilayani
i) Bidang bimbingan pribadi
Bidang bimbingan pribadi adalah bidang bimbingan dan konseling
yang membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang mantap
dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani. Dalam topik materi yang
berkaitan dengan bimbingan pribadi yang disampaikan dalam
pembelajaran antara lain adalah Pertumbuhan dan perkembangan remaja
dengan tujuan agar siswa mampu memahami dan menyesuaikan diri
terhadap masalah-masalah yang dihadapi.
ii) Bimbingan sosial
Bimbingan sosial adalah bidang bimbingan dan konsling yang
membantu siswa mengenal dan mampu berhubungan dengan lingkungan
sosialnya yang dilandasi budi pekerti luhur serta bertanggung jawab
kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan. Dalam topik materi yang
dalam pembelajaran antara lain adalah Pencegahan penyalahgunaan
narkoba dengan tujuan agar siswa mengetahui jenis-jenis, gejala
dini penggunaan narkoba dan bahayanya dan pancegahan penyalahgunaan
narkoba.
iii) Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar adalah bidang bimbingan konseling yang
membantu siswa mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang
baik untuk menguasai pengetahuan dan ketrampilan serta menyaipkan
untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi. Dalam
topik materi yang dalam pembelajaran antara lain adalah Penempatan
siswa dalam kegiatan ekstakurikuler sesuai dengan bakat dan
minatnya. Tujuannya agar siswa dapat memilih dan mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler sesuai bakat dan minat siswa dengan baik.
iv) Bimbingan Karier
Bimbingan karier adalah bidang bimbingan dan konseling yang
membantu siswa mengembangkan potensi dirinya ke dalam bidang-bidang
kegiatan yang disesuaikan dengan bakat dan minat siswa, yang
terdiri dari rencana studi, ketrampilan, mempersiapkan dunia kerja
dan sebagainya. Dalam topik materi yang dalam pembelajaran antara
lain adalah Rencana studi lanjut. Tujuannya agar siswa dapat
memahami potensi dirinya dan dapat merencanakan studi lanjut ke
jenjang yang lebih tinggi.
b. Isi Layanan
Layanan bimbingan konseling yang dilaksanakan oleh guru
bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Jakenan adalah layanan
orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran,
layanan pembelajaran, layanan konseling perorangan, layanan
bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok. Dari
layanan-layanan dijelaskan sebagai berikut:
i) Layanan Orientasi
Yaitu layanan yang memungkinkan peserta didik memahami
lingkungan yang baru dimasuki, untuk mempermudah dan memperlancar
peserta didik di lingkungan yang baru. Bentuk kegiatan dari layanan
orientasi ini lebih ditujukan kepada siswa baru yang dilakukan
dengan kegiatan masa orientasi peserta didik baru (MOPDB) yang
dilakukan pada bulan juli bulan kelima sampai agustus minggu
pertama. Tujuan kegiatan ini daalah supaya siswa atau peserta didik
baru untuk mengenali lingkungan sekolah dan sekitarnya.
ii) Layanan informasi
Layanan informasi adalah layanan yang memungkinkan siswa
mengetahui informasi-informasi yang tentang segala sesuatu tentang
keadaan sekolah. Dalam kebutuhan layanan informasi ini diberikan
kepada peserta didik baru dalam kaitannya tentang
informasi-informasi yang penting yang diberikan oleh pihak sekolah
kepada peserta didik atau siswa baru. Layanan ini juga untuk kepada
siswa yang lama. Dalam program dicanangkan pada bulan juli minggu
ketiga yang melayani masalah pembagian kelas dan maupun penjurusan
dan informasi informasi lain yang sifatnya insidental.
iii) Layanan penempatan dan penyaluran
Layanan Bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik
untuk memperoleh pemahaman dan pengembangan dirinya sesuai dengan
potensi yang dimiliki siswa yang bersangkutan serta dapat
menempatkan dirinya sesuai bidang yang dimiliki. Layanan ini
memberikan pmahaman mengenai rencana studi, karier dan sebagainya.
Bentuk kegiatannya adalah dengan adanya penempatan dan penyaluran
siswa ke dalam kegiatan ekstra kurikuler yang di minati oleh siswa
yang bersangkutan yang didahului dengan pemberian angket,
penjurusan bagi kelas kelas XI yang akan naik ke kelas XII ke dalam
program studi IPA maupun IPS, kelas XII yang mau melanjutkan ke
perguruan tinggi, dan kegiatan lainnya yang direncanakan pada bulan
mei bulan kedua.
iv) Layanan pembelajaran
Layanan pembelajaran merupakan layanan bimbingan konseling yang
memungkinkan peserta didik atau siswa mengembangkan diri berkenaan
dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang
cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta aspek tujuan
dan kegiatan belajar lainnya. Pada pelaksanaannya layanan ini tidak
hanya terfokus pada pembelajaran di kelas saja tetapi siswa
dituntut juga aktif dalam pembelajaran di luar jam mata pelajaran
bimbingan dan konseling mengingat jam pelajaran untuk bimbingan dan
konseling di dalam kelas hanya terbatas satu kali dalam satu bulan
(minimal) untuk setiap kelas. Teknisnya jam pelajaran bimbingan dan
konseling di kelas menggunakan jam pelajaran olahraga.
v) Layanan konseling perorangan
Layanan ini merupakan layanan bimbingan konseling yang
memungkinkan peserta didik atau siswa mendapat layanan langsung
tatap muka secara perorangan dengan guru bimbingan dalam rangka
untuk pembahasan maupun pengentasan permasalahan pribadi dari
peserta didik (klien). Adapun pelaksanaannya dilakukan secara
kontinu dan bersifat insidental.
vi) Layanan bimbingan kelompok
Layanan bimbingan kelompok merupakan layanan bimbingan
kobnseling yang memungkinkan peserta didik atau siswa memperoleh
kesempatan untuk bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh
berbagai bahan dan nara sumber tertentu dan atau membahas
bersama-sama pokok bahasan tertentu yang berguna untuk menunjang
pemahaman dan kehidupannya sehari-hari dan atau untuk perkembangan
dirinya baik sebagai individu pelajar maupun dalam keadaan
sosialnya dalam pengambilan keputusan atau tindakan tertentu.
Pelaksanaannya juga dilaksanakan insidental.
vii) Layanan konseling kelompok
Layanan ini merupakan layanan yang memungkinkan peserta didik
atau siswa memperoleh kesempatan untuk membahas permasalahan
pribadi peserta didik dengan cara menggunakan dinamika kelompok.
Layanan ini berguna untuk menunjang pemahaman dan pengembangan diri
peserta didik dan untuk melatih dalam pengambilan keputusan.
c. Kegiatan Pendukung
selain kegiatan layanan tersebut, dalam bimbingan dan konseling
ada kegiatan pendukung. Kegiatan pendukung pada umumnya tidak
ditujukan secara langsung untuk memecahkan suatu masalah, melainkan
untuk memperoleh data dan keterangan lain untuk membantu dalam
kegiatan bimbingan dan konseling. Kegiatan pendikung ini
dilaksanakan tanpa kontak langsung dengan sasaran layanan. Kegiatan
yang dilakukan oleh guru pembimbing di SMA Negeri 1 Jakenan
meliputi aplikasi / instrumentasi, himpunan data, kunjungan rumah,
konferensi kasus dan alih tangan kasus.
i) Aplikasi atau instrumentasi
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk
mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik, keterangan
tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan yang lebih luas.
Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai instrument,
baik yang berupa tes maupun non tes. Kegiatan instrumentasi yang
dilakukan di SMA Negeri 1 Jakenan diantaranya dengan Daftar Cek
Masalah (DCM) dan Sosiometri.
i.1) Daftar Cek Masalah (DCM)
Daftar Cek Masalah (DCM) adalah seperangkat pertanyaan yang
menggambarkan jenis-jenis masalah yang mungkin dihadapi klien.
Dengan kata lain diartikan sebagai daftar kemungkinan masalah yang
pernah dan yang sedang dialami, baik yang dirasakan maupun yang
tidak dirasakan oleh siswa. Tujuan diberikannya DCM ini untuk
mendapatkan data dan informasi tentang permasalahan-permasalahan
yang sedang atau pernah dialami oleh siswa, sehingga akan
memudahkan guru bimbingan dalam menentukan materi yang akan
diberikan kepada peserta didik sesuai kondisi dan kebutuhan siswa.
Adapun materi yang terdapat dalam DCM mencakup keempat bidang
bimbingan yaitu pribadi, social, belajar, dan karier. Keempat
bidang tersebut dijabarkan dalam 100 permasalahan. Setelah peserta
didik atau siswa mengisi DCM dan dikumpulkan selanjutnya dianalisis
untuk penentuan materi yang akan digunakan dalam pembelajaran
bimbingan dan konseling.
i.2) Sosiometri
Sosiometri merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk mengukur
hubungan sosial siswa di dalam kelompoknya. Dengan kata lain
sosiomtri banyak dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang
dinamika kelompok. Tujuan sosiometri untuk mengetahui tingkat
hubungan maupun popularitas siswa dalam kelas. Sosiometri dapat
digunakan untuk kegiatan kelompok belajar dan bimbingan
kelompok.
Materi dalam sosiometri yaitu siswa diminta untuk menuliskan
teman yang disukai untuk kegiatan kelompok dan yang kurang disukai
dan alasan mengapa memilihnya. Materi ini disebarkan melalui
angket. Dalam analisis data hasil ini dapat disajikan dalam bentuk
table dan dari data table itu disajikan dalam bentuk sosiogram
untuk melihat siswa mana yang paling disukai atau popular dan siswa
yang tidak disukai atau terisolir.
ii) Penyelenggaraan himpunan data
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk
menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan
keperluan pengembangan peserta didik atau siswa. Himpunan data
diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematis, komprehensif,
terpadu dan sifatnya tertutup. Himpunan data ini dapat dilihat
dengan mempelajari data pribadi siswa, khususnya bagi siswa yang
menjadi klien dalam konseling individual. Dalam perencanannya
dilakukan pada bulan juli minggu ketiga.
iii) Kunjungan rumah
iv) Konferensi Kasus
v) Alih tangan kasus
4. Peningkatan profesionalisme guru
a. Pertemuan MGP
b. Pendidikan dan Latihan
c. Seminar atau Lokakarya
5. Kerjasama atau Hubungan dengan Masyarakat
a. Dengan Orang Tua / Wali Murid
b. Dengan Instansi Terkait
c. Dengan Alumni
6. Penyusunan Laporan
a. Bulanan
b. Semesteran
7. Evaluasi Pelaksanaan Program
8. Analisa Hasil Evaluasi
9. Tindak Lanjut Hasil Evaluasi
10. Revisi Penyusunan Program
C. Paparan Data Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling oleh Kepala
Sekolah
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, Kepala
Sekolah memiliki peran yang sangat penting. Kepala Sekolah adalah
penanggung jawab semua kegiatan proses pendidikan di sekolah yang
meliputi proses pengajaran, administrasi, maupun kegiatan bimbingan
dan konseling, yang mana semua kegiatan ini bertujuan demi
terwujudnya lingkungan belajar yang mendukung pengembangan mutu
siswa secara optimat sesuai dengan minat, bakat dan kemampuan yang
dimiliki siswa. Dalam visi dan misinya yaitu mengembangkan mutu
siswa dengan asah, asih dan asuh. Yakni peningkatan kualitas
pendidikan di SMA Negeri 1 Jakenan pada khususnya dengan mengasah
kemampuan dan bakat yang dimiliki siswa dengan pengajaran yang
mengedepankan sifat asih atau kasih sayang tanpa adanya kekerasan
serta melakukan proses asuh atau pengajaran serts pendidikan yang
mana mengedepankan sikap santun sebelum prestasi sesuai dengan
misinya Santun dalam perilaku dan prima dalam prestasi serta
menciptakan lingkungan sekolah yang penuh dengan Imtaila (iman,
taqwa, ilmu dan amal).
Selain sebagai penanggung jawab atas segala kegitan proses
pendidikan di sekolah, Kepala Sekolah juga memiliki peran pula pada
pelaksanaan bimbingan dan konseling sebagaimana personil-personil
sekolah yang lain. Kegiatan yang menyangkut bimbingan dan konseling
yang melibatkan Kepala Sekolah adalah kegiatan-kegiatan pendukung
seperti konferensi kasus, kunjungan rumah serta kegiatan-kegiatan
lain yang berhubungan dengan pihak luar seperti contohnya pengadaan
tes IQ untuk siswa yang memerlukan peran dari Kepala Sekolah.
Kepala Sekolah juga memiliki kompetensi untuk menetapkan
koordinator guru bimbingan yang ada di sekolah yang bertujuan untuk
mengkoordinasi setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang di
laksanakan sesuai dengan program kerja bimbingan dan konseling di
SMA Negeri 1 Jakenan. Penetapan koordinator guru bimbingan oleh
Kepala Sekolah harus ada persetujuan dari personil-personil guru
bimbingan yang lain dan juga Kepala Sekolah memiliki wewenang untuk
memberikan surat tugas kepada guru bimbingan untuk melakukan proses
layanan bimbingan dan konseling kepada siswa di sekolah. Sedangkan
segala sarana dan prasarana dalam pelaksanaan layanan bimbingan
menjadi tanggung jawab sekolah oleh kepala sekolah.
Peran Kepala Sekolah yang lain adalah pelaksanaan evaluasi dan
supervisi terhadap pelaksanaan layanan yang telah dilakukan oleh
guru bimbingan kepada siswa. Adapun pembuatan laporan pelaksanaan
bimbingan dan konseling dilakukan setiap bulannya oleh personil
guru bimbingan dan dilakukan evaluasi setiap semesternya oleh
Kepala Sekolah. Contoh bentuk laporan yang disusun dapat dilihat
dalam lampiran. Laporan ini termasuk pelaksanaan evaluasi
(penilaian) analisis dan tindak lanjut satuan layanan / kegiatan
pendukung bimbingan dan konseling. Tujuan dilakukannya evaluasi
pelaksanaan bimbingan dan konseling adalah untuk mengukur sejauh
mana perkembangan dan tingkat efisiensi dan efektifitas program
kerja yang telah dilaksanakan maupun yang masih dalam program,
apakah program kerja itu tetap digunakan dan dilanjutkan ataukah
dilakukan revisi program kerja. Ini dapat dilihat dari tingkat
pemanfaatan layanan yang telah dicanangkan oleh siswa.
Selanjutnya, Kepala Sekolah juga harus melakukan hubungan dengan
berbagai pihak di lingkungan sekolah, baik yang merupakan intern
sekolah maupun ekstern sekolah. Hubungan intern sekolah dapat
dilakukan dengan personil-personill dalam sekolah yang meliputi
wakil kepala sekolah, guru bimbingan, guru bidang studi, komite
sekolah, tata usaha, satpam sekolah dan personil-personil sekolah
lainnya yang ada didalam lingkungan sekolah. Sedangkan hubungan
intern dengan ekstern sekolah adalah hubungan yang melibatkan
hubungan dengan pihak di luar sekolah yang meliputi kepala desa
setempat, pihak kecamatan, pihak kepolisian, PLBK, Depnaker dan
instansi-instansi lain yang ada diluar lingkungan sekolah.
Harapannya dengan hubungan-hubungan tersebut akan ada suatu ikatan
untuk saling mendukung dan kerjasama sehingga penciptaan lingkungan
belajar yang dapat meningkatkan mutu siswa secara optiaml akan
tercapai.
D. Paparan Data Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Dari
Siswa
Data pelaksanaan bimbingan dan konseling dari siswa diperoleh
dengan cara pemberian angket berupa lembar pertanyaan untuk siswa
yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh
siswa, baik yang berupa pertanyaan pilihan maupun pertanyaan uraian
yang membutuhkan jawaban tertutup dan jawaban terbuka. Soal yang
diberikan sejumlah 7 soal yang merupakan soal yang memiliki pilihan
jawaban serta yang harus dijawab secara uraian maupun kombinasi
keduanya. Lembar pertanyaan dapat dilihat dalam lampiran.
Pada perencanaan program survey pelaksanaan bimbingan dan
konseling di SMA Negeri 1 Jakenan dilakukan dengan metode
pengamatan, wawancara dan angket. Perencanaan program survey
pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMA N 1 Jakenan dapat
dilihat dalam lampiran. Namun pada pelaksanaannya terjadi perubahan
yaitu pada proses pemerolehan data dari siswa. Direncanakan untuk
mendapatkan data dari siswa dilakukan dengan cara wawancara dan
angket, tetapi karena adanya kekurangan dalam perencanaan, untuk
memperoleh data dari siswa hanya bisa dilakukan dengan cara angket
daftar pertanyaan untuk siswa.
Adapun sasaran angket ini ditujukan kepada kelas XI, dengan
pertimbangan kelas XI dapat mewakili seluruh siswa di SMA Negeri 1
Jakenan baik kelas X,XI, maupun kelas XII. Ini dipertimbangkan jika
dipilih kelas X maka pengalamannya di SMA N 1 kurang banyak atau
kurang bisa mewakili keadaan kakak kelasnya. Jika dipilih kelas XII
ini menunjukkan data yang relatif lebih banyak, jika ini digunakan
untuk mewakili kelas X rasanya kurang dapat mewakili. Maka dari itu
untuk pengambilan data yang dapat mewakili yang paling tepat adalah
kelas XI karena terpaut pengalamannya dengan kelasX dan XII relatif
tidak banyak terpaut. Selain itu kelas XII juga relatif banyak
memiliki masalah-masalah karena telah terhindar dari masalah
orientasi atau penyesuaian diri di kelas X dan belum memikirkan
untuk memikirkan kelulusan yang dipikirkan kelas XII.
V. PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA
Untuk mendapatkan simpulan data dari pemaparan data dari
pihak-pihak personil sekolah maka paparan data tersebut dapat di
bahas dan analisis sebagai berikut:
1. Pembahasan dan Analisa Data dari Guru Bidang Studi
Secara umum bimbingan merupakan upaya untuk memberikan bantuan
kepada individu atau siswa berupa bantuan yang bersifat psikologis
dengan tujuan tercapainya penyesuaian diri, pengembangan diri
secara optimal dan kemandirian yang dilakukan melalui kegiatan
bimbingan dan konseling yang neliputi pemahaman, pencegahan,
pengentasan, advokasi serta pemeliharaan dan pengembangan diri dari
masalah yang dihadapi. Adapun pelaksanaan bimbingan dan konseling
diarahkan sesuai prinsip-prinsip dan asas-asas bimbingan dan
konseling.
Bimbingan dan konseling oleh guru bidang studi merupakan usaha
yang dilakukan oleh guru bidang studi untuk membantu tugas guru
bimbingan dalam hal menciptakan suasana belajar yang dapat
meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar (KBM) maupun melakukan
bimbingan secara langsung kepada siswa yang bermasalah jika masalah
itu masih mampu untuk diselesaikan oleh guru bidang studi. Andaikan
masalah itu dirasa tidak mampu untuk menyelesaikannya sendiri maka
guru bidang studi akan mengalihtangankan kepada guru bimbingan.
Sementara dari pihak guru bimbingan mengharapkan adanya
kerjasama dari guru bidang studi mengingat guru bimbingan terbatas
hanya dapat masuk di kelas cuma satu kali dalam satu bulan di
setiap kelasnya. Karena itulah adanya koordinasi antara guru bidang
studi dengan guru bimbingan sangat diperlukan. Dalam hal ini
menunjukkan adanya hubungan timbal balik yang saling mengisi
kekurangan masing-masing antara guru bidang studi dengan guru
bimbingan.
Disamping itu karena letak yang strategis yang dimiliki oleh
guru bidang studi yakni guru bidang studi dapat berinteraksi secaar
langsung dan dapat bertaatp muka dengan obyek bimbingan yakni siswa
mengharuskan guru bidang studi memiliki fungsi-fungsi dalam
kegiatan yang dapat membantu terlaksananya program bimbingan dan
konseling yang dicanangkan. Fungsi-fungsi tersebut yang dimaksud
adalah fungsi informator, fasilisator, mediator, motivator,dan juga
fungsi kolaborator.
Fungsi informator oleh guru bidang studi adalah pemberian
informasi-informasi yang penting yang diperlukan oleh siswa baik
yang merupakan sangkut pautnya dengan materi mata pelajaran. Adapun
fungsi informator yang dilakukan guru bidang studi dalam kegiatan
bimbingan dan konseling adalah memberikan informasi yang ada
hubungannya dengan bimbingan dan konseling yang menyangkut
pengertian, fungsi, manfaat dan lain-lain. Fungsi ini sejalan
dengan fungsi guru bimbingan sebagai fungsi pemahaman mengenai
layanan bimbingan dan konseling.
Selanjutnya fungsi fasilisator oleh guru bidang studi adalah
memfasilitasi kegiatan bimbingan dan konseling yang terutama dalam
layanan pembelajaran baik yang bersifat preventif maupun yang
bersifat kuratif atau yang bersifat pencegahan maupun yang bersifat
pengobatan. Dikarenakan guru bidang studi dapat berinteraksi secara
langsung dengan siswa maka umumnya guru bidang studi lebih memahami
ketrampilan maupun kelemahan siswa dalam belajar.Untuk itulah guru
bidang studi umumnya lebih memahami metode-metode apa yang harus
digunakan dalam proses kegietan belajar mengajar dibandingkan
dengan guru bimbingan. Karena itulah dalam kaitannya dengan
pelaksanaan bimbingan dan konseling guru memiliki kompetensi untuk
melakukan pencegahan masalah siswa, khususnya dalam proses belajar
mengajar dan pengajaran. Dari kelebihan yang dimiliki oleh guru
bidang studi ini bisa dimanfaatkan oleh guru bimbingan. Sedangkan
jika ada masalah yang ada diluar kegiatan proses pengajaran atau di
luar kemampuan guru bidang studi, maka guru bimbingan akan
membantu. Ini juga menunjukkan adanya fungsi yang saling melengkapi
antara guru bidang studi dengan guru bimbingan.
Sedangkan fungsi guru bidang studi sebagai mediator adalah
bagaimana peran guru bimbingan untuk menjadi media atau perantara
yang menghubungkan antara guru bimbingan dengan siswa, dimana
kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengisi tugas berikut adalah
dengan melakukan identifikasi siswa yang bermasalah, seperti
contohnya pada siswa yang sering mengantuk di kelas saat proses KBM
berlangsung. Guru bidang studi dapat mengidentifikasi siswa yang
bermasaalh tersebut, apa masalahnya dan apa penyebabnya. Andaikan
guru bidang studi tidak mampu untuk menyelesaikan masalah tersebut
maka masalah tersebut akan dialihtangankan kepada guru bimbingan
yang sebelumnya didahului usaha untuk menanganinya. Andaikan guru
bimbingan membutuhkan waktu untuk menyelesaikan saat KBM
berlangsung maka seharusnya guru bidang studi dapat
merupakanmberikan waktu siswa tersebut untuk melakukan bimbingan.
Ini menunjukkan hubungan saling terkait antara guru bidang studi
dengan guru bimbingan dalam hal mediasi dalam memecahkan masalah
yang dihadapi siswa. Namun andaikan guru bimbingan juga tidak mampu
untuk menyelesaikan masalah siswa maka guru bimbingan akan
mengalihtangankan kepada pihak yang lebih berkompeten. Sebagai
contohnya kepada psikiater dalam masalah psikologis, dokter jika
masalahnya kesehatan dan pihak kepolisian jika menyangkut masalah
kriminalitas atau kejahatan. Sehingga hubungan antara guru bidang
studi dengan guru bimbingan dapat berupa hubungan saling lurus.
Mengenai fungsi guru bidang studi sebagai motivator adalah
bagaimana cara seorang guru untuk memberikan semangat kepada siswa
yang dapat dilakukan dengan cara-cara seperti memberi masukan,
motivasi, berperilaku menarik dan cara-cara lain sehingga siswa
dapat memperoleh semangat untuk mencegah masalah, memecahkan
masalah sampai memelihara keadaan untuk tetap baik setelah
mendapatkan masalah. Motivasi juga dapat diberikan saat proses KBM
berlangsung seperti memberikan respon secara langsung dari stimulus
yang diberikan oleh siswa atau memberikan balikan disertai
penguatan secara langsung terhadap respon yang diberikan oleh
siswa. Dengan respon, maupun balikan yang disertai dengan penguatan
yang diberikan oleh guru kepada siswa akan menumbuhkan sikap senang
dan merasa dihargai. Jika sikap ini terus dipelihara maka akan
menghasilkan seamngat dalam mengikuti pelajaran dan akhirnya dapat
berkembang pada kegiatan lain. Untuk itu respon yang tanggap sangat
diperlukan pula oleh guru. Selain cara ini dapat pula menggunakan
cara pemberian latihan soal, tugas ataupun pekerjaan rumah (PR).
Namun untuk memberikan tugas harus dipertimbangkan pula dengan
kemampuan dan waktu atau faktor lain yang dapat dinalar secara
rasional karena pemberian tugas yang berlebihan dapat berakibat
sebaliknya yakni siswa menjadi malas bukannya menjadi semangat.
Cara lain lagi memberi motivasi adalah dengan memberikan
prinsip-prinsip atau pedoman mengahdapi sesuatu, sebagai contohnya
program 5T untuk memperoleh cara belajar yang baik. 5T merupakan
singkatan dari terprogram, teratur, tekun, terlatih dan teruji.
Cara pemberian motivasi ini harus disesuaikan dengan keadaan siswa
yang dihadapi dan yang lebih tahu adalah guru bidang studi yang
melakukan pengajaran. Sebenarnya inti dari pemberian motivasi ini
adalah memberikan semangat dan agar siswa tidak berfikir pesimis
dan mengedepankan sikap optimis dalam menghadapi masalah yang
dihadapi. Jika dibandingkan dengan fungsi guru bimbingan yakni
fungsi pencegahan, fungsi pengentasan serta fungsi pemeliharaan dan
pengembangan fungsi ini memiliki persamaan dalam hal tujuannya
namun berbeda menurut proporsinya masing-masing. Guru bidang studi
terdapat pada proses pembelajaran sedangkan guru bimbingan lebih ke
luar pembelajaran maupun yang ada hubungannya dengan proses
pembelajaran.
Fungsi-fungsi yang dibahas di atas menunjukkan adanya kolaborasi
antara kerja dari guru bidang studi dengan guru bimbingan atau bisa
dikatakan keduanya mempunyai fungsi kolaborator. Selain hubungan
kolaborasi yang telah dijelaskan di atas, fungsi kolaborator ini
juga terlihat pada kegiatan pendukung bimbingan konseling seperti
konferensi kasus. Dalam konferensi kasus terlihat adanya kolaborasi
antara guru bimbingan dengan guru bidang studi. Namun hubungan
kolaborasi ini tidak cuma menutup kemungkinan hanya hubungan
kolaborasi dengan guru bidang studi. Dapat pula melibatkan pihak
lain seperti wali kelas, kepala sekolah atau bahkan personil lain
yang berhubungan.
2. Pembahasan dan Analisa Data dari Guru Bimbingan
Pelaksanaan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru
bimbingan di SMA Negeri 1 Jakenan dilakukan secara kontinu baik di
dalam kelas melalui proses pembelajaran maupun di luar proses
pembelajaran. Pelaksanaan layanan pembelajaran di dalam kelas
dilaksanakan terbatas dalam satu kali pertemuan 2x45 menit setiap
bulan sekali di setiap kelasnya. Layanan pembelajaran bimbingan dan
konseling di kelas dilaksanakan dengan kegiatan pemberian materi
maupun pemberian informasi-informasi yang perlu diberikan. Misalnya
informasi tentang beasiswa maupun mengenai perguruan tinggi. Jika
guru bimbingan dapat melakukan layanan pembelajaran, harapannya
guru bimbingan dapat langsung berinteraksi dengan siswa
sehinggadapat mengetahui siswa-siswa yang perlu mendapat bimbingan.
Dari layanan pembelajaran ini pula guru bimbingan dapat bertatap
muka dan berkomunikasi secara langsung dengan siswa. Dari keadaan
ini diharapkan siswa dengan guru bimbingan bisa menjadi lebih
dekat, lebih kenal dan lebih nyaman sehingga andaikan siswa ingin
mengutarakan masalahnya menjadikan rasa takut dan canggung dapat
diminimalisir sehingga layanan bimbingan dan konseling yang lain
dapat mengena pada siswa. Sedangkan layanan bimbingan dan konseling
yang ada di luar proses pembelajaran dilakukan di kantor bimbingan
dan konseling. Layanan ini juga akan lebih bermakna jika proses
layanan pembelajaran di kelas berhasil. Artinya jika siswa tidak
bisa mengungkapkan masalahnya di depan umum dan karena merasa sudah
dekat denagn guru bimbingan maka bimbingan dapat dilakukan di
kantor bimbingan dan konseling. Namun tingkat keberhasilan
pelayanan di kantor bimbingan dan konseling tidak hanya dipengaruhi
dalam proses layanan pembelajaran di kelas saja. Namun ini juga
dipengaruhi pula pada kepercayaan siswa kepada pihak guru
bimbingan. Mungkin saja seorang siswa mencoba untuk mengutarakan
masalahnya kepada pihak konseling dan mendapatkan respon yang baik
sehingga siswa tersebut menjadi percaya kepada layanan bimbingan
dan konseling yang diberikan sehingga jika dia mendapatkan masalah,
dia tidak segan-segan untuk membawa masalahnya kepada guru
bimbingan. Atas baiknya layanan yang diberikan tidak menutup
kemungkinan siswa ini menyarankan kepada temannya yang lain untuk
melakukan bimbingan di kantor bimbingan dan konseling dan demikian
seterusnya. Melihat fenomena ini harapannya guru bimbingan selalu
berkomitmen dan profesional karena andaikan ada masalah lain yang
timbul akibat dari layanan bimbingan dan konseling maka kekurangan
itu akan menyebar sebagaimana kelebihannya. Untuk itulah diharapkan
guru bimbingan lebih hati-hati dalam bertindak, bersikap
profesional dan komitmen yang tinggi.
Selanjutnya dalam program kerja yang dilakukan di SMA Negeri 1
Jakenan yang meliputi perencanaan program, operasional dan
pelaksanaan program serta evaluasi dan supervisi. Dalam proses
pencapaian suatu tujuan, tentu saja diperlukan suatu program.
Demikian juga dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling
yang memiliki tujuan untuk memberikan bantuan kepada individu atau
siswa berupa bantuan yang bersifat psikologis dengan tujuan
tercapainya penyesuaian diri, pengembangan diri secara optimal dan
kemandirian yang dilakukan melalui kegiatan bimbingan dan konseling
yang neliputi pemahaman, pencegahan, pengentasan, advokasi serta
pemeliharaan dan pengembangan diri dari masalah yang dihadapi.
Adapun pelaksanaan bimbingan dan konseling diarahkan sesuai
prinsip-prinsip dan asas-asas bimbingan dan konseling.
Pada proses perencanaan program yang dicanangkan oleh SMA Negeri
1 Jakenan merupakan hasil dari musyawarah dari anggota-anggata
musyawarah guru bimbingan (MGP) se-Karisedenan Pati yang terdiri
dari guru-guru bimbingan dan konseling di kabupaten Pati, Rembang,
Blora, Kudus dan Jepara. Program kerja ini tersusun dalam program
tahunan, program semesteran, program bulanan, sampai program
mingguan yang telah terancang dan disusun secara sistematis dan
saling terkait satu sama lain untuk mencapai tujuan layanan
bimbingan dan konseling. Program-program kerja layanan bimbingan
dan konseling di SMA Negeri 1 Jakenan dapat dilihat dalam
lampiran.
Sedangkan pada operasional program bimbingan dan konseling
meliputi tahap persiapan dan pengumpulan data. Persiapan-persiapan
yang dilakukan meliputi persiapan sarana dan prasarana dalam
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling maupun penyediaan
fasilitas, program kerja dan lain-lain yang telah tersusun dalam
program tahunan, program semesteran, program bulanan, program
mingguan sampai program harian. Sedangkan pengumpulan data siswa
dimulai sejak pendaftaran awal siswa baru, masa orientasi sampai
siswa telah masuk sebagai siswa SMA Negeri 1 Jakenan yang dilakukan
dengan metode-metode yang antara lain dengan (1) Metode Observasi,
yaitu dengan mengamati secara langsung kondisi lingkungan fisik di
SMA Negeri 1 Jakenan, (2) Metode Wawancara yaitu tehnik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara tanya jawab langsung, dan (3)
Metode Dokumentasi yaitu dengan pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara membaca atau mempelajari data siswa yang didapat
sebelumnya.
Dari program perencanaan dan operasional di atas dapat dilihat
adanya kesinambungan kerja yaitu rencana dan operasionalnya antara
rencana program dengan rencana pelaksanaan dan fasilisitasnya
menunjukkan adanya singkronisasi antar program-program tersebut.
Lalu pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1
Jakenan yang diberdayakan oleh guru bimbingan yang dilakukan oleh
SMA Negeri 1 Jakenan tercakup dalam bidang sosial, pribadi, belajar
dan karier. Empat bidang bimbingan tersebut dijabarkan dalam
berbagai layanan bimbingan dan konseling dan kegiatan pendukung
yang mengacu pada pola 17.
Masalah-masalah yang dilayani dalam pelayanan bimbingan dan
konseling adalah masalah-masalah dalam bidang pribadi, sosial,
belajar maupun karier dengan layanan-layanan yang tersusun demikian
rupa dari layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan
dan penyaluran, layanan pembelajaran, layanan konseling perorangan,
layanan bimbingan kelompok dan layanan konseling kelompok. Adapun
untuk mendukung pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yaitu
dengan kegiatan-kegiatan pendukung seperti aplikasi / instrumentasi
yaitu yang dilakukan dengan Daftar Cek Masalah (DCM) atau Alat
Ungkap Masalah (AUM) yang berisi kumpulan masalah-masalah yang
mencakup keempat bidang bimbingan yakni masalah pribadi, sosial,
belajar dan karier yang digunakan oleh guru bimbingan dalam
menentukan materi-materi yang akan digunakan dalam pembelajaran
bimbingan dan konseling untuk mengetahui tingkat hubungan sosial
dalam suatu keanggotaan kelas. Angket ini berisi pertanyaan dengan
perintah memilih teman yang disukai dan yang tidak disukai
masing-masing tiga dan beserta alasannya. Alat cukup afektif untuk
melihat siswa-siswa yang punya masalah sosial di kelasnya. Namun
alat ini memiliki data yang tidak valid jika adanya suatu
kesepakatan sebelumnya oleh anggota kelompok tertentu untuk memilih
dan tidak memilih orang tertentu pula yang cenderung tidak sesuai
dengan kata hatinya sendiri. Contoh DCM maupun Angket ini dapat
dilihat dalam lampiran. Kegiatan pendukung lainnya adalah himpunan
data, kunjungan rumah, konferensi kasus dan alih tangan kasus.
Himpunan data adalah kegiatan menghimpun atau mengumpulkan data
dan keterangan yang relevan dengan keperluan untuk mengembangkan
siswa. Himpunan data diselenggarakan secara sistematis,
komprehensif, terpadu dan bersifat tertutup yang hanya digunakan
untuk mengembangkan siswa. Kegiatan pendukung berikutnya adalah
kunjungan rumah dan studi kasus. Kedua kegiatan pendukung ini
bersifat insidental atau keberadaannya sewaktu-waktu sesuai
kebutuhan. Andaikan tidak diperlukan maka kegiatan pendukung ini
tidak diberlakukan. Dalam penanganan-penanganan masalah siswa yang
menggunakan salah satu ataupun keduanya dari kegiatan pendukung
inimerupakan masalah-masalah yang serius ataupun masalah-masalah
yang membutuhakn perhatian khusus dalam penanganannya. Contohnya
siswa yang sudah lama tidak masuk sekolah tanpa adanya suatu
pemberitahuan dan tidak adanya koordinasi dari orang tua siswa.
Lalu kegiatan pendukung yang lainnya adalah alih tangan kasus. Alih
tangan kasus yang dilakukan oleh guru bimbingan jika guru bimbingan
tidak mampu menyelesaikan atau menangani masalah yang terjadi pada
diri siswa atau dengan kata lain berada di luar kompetensi guru
bimbingan dalam menanganinya.Contohnya kasus anak yang terganggu
jiwanya yang harus segera ditangani oleh psikiater, kasus kriminal
yang melibatkan siswa yang mana guru bimbingan tidak mampu
menanganinya dan sudah seharusnya mealkukan alih tangan kepada
pihak yang lebih berkompeten. Namun selain menjadi pihak yang bisa
melakukan alih tangan kasus, guru bimbingan dan konseling juga
memiliki kompetensi untuk untuk meneriam alih tangan kasus.
Misalnya alih tangan kasus dari guru bidang studi dan alih tangan
kasus dari wali kelas. Namun hubungan antara kedua belah pihak ini
lebih ditekankan pada hubungan saling koordinasi. Hubungan ini
dapat dilihat dalam struktur organisasi dalam lampiran.
Dalam Program bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Jakenan
dicanangkan program peningkatan profesionalisme guru yang dilakukan
dengan kegiatan pertemuan MGP, pendidikan dan latihan serta seminar
dan lokakarya. Harapannya dari program peningkatan profesionalisme
guru bimbingan. Dapat diperoleh ilmu yang dapat meningkatkan
kinerja guru bimbingan dalam melakukan layanan kepada siswa. Adapun
pelaksanaan program ini dilakukan secara insidental kecuali
pertemuan MGP yang diprogramkan dilakukan setiap dua bulan sekali.
Dari pertemuan MGP ini selain untuk mendapatkan informasi, forum
ini juga digunakan dalam penyususunan program kerja bimbingan dan
konseling maupun konsultasi masalah-masalah keapda pihak yang lebih
berpengalaman dan berpengetahuan yang lebih tinggi sehingga dapat
meningkatkan profesionalisme guru bimbingan dalam melaksanakan
layanan bimbingan dan konseling.
Pelaksanaan program-program kerja SMA Negeri 1 Jakenan tidak
akan bisa berjalan sesuai yang diharapkan tanpa adanya hubungan
dengan dengan masyarakat. Demikian pula program kerja bimbingan dan
konseling di SMA Negeri 1 Jakenan. Untuk itu guru bimbingan harus
melakukan hubungan secara langsung maupun tak langsung kepada
masyarakat sekitar yang dapat mendukung peningkatan pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling. Hubungan dengan masyarakat ini
meliputi hubungan dengan orang tua siswa/wali murid dalam hal
kegiatan seperti panggilan ke sekolah dan juga kegiatan kunjungan
rumah, hubungan dengan instansi terkait seperti kepolisian mengenai
penyuluhan pencegahan penyalahgunaan Narkoba,dengan Departemen
tenaga kerja (Depnaker) untuk mendapatkan informasi tentang
ketenagakerjaan, dengan Balai Latihan Kerja (BLK) untuk keperluan
pemberian ketrampilan kepada siswa dan juga hubungan dengan alumni
untuk mendapatkan informasi mengenai keadaan dan perguruan
tinggi.
Adapun program yang selanjutnya adalah penyusunan laporan,
evaluasi, analisa hasil evaluasi dan tindak lanjut evaluasi sera
revisi penyusunan program. Penyusunan laporan ini merupakan bentuk
pertanggungjawaban pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling oleh
guru bimbingan kepada kepala sekolah yang disusun setiap bulannya
dan diadakan evaluasi setiap semesternya. Dengan kata lain evaluasi
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di Sekolah pada
khususnya dan program kerja bimbingan dan konseling yang dikelola
oleh staff bimbingan dan konseling pada umumnya. Untuk itulah
adanya evaluasi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dan
selanjutnya hasil evaluasi dianalisis oleh pihak guru bimbingan dan
dilakukan tindak lanjut dari hasil evaluasi yang telah dilakukan
oleh kepala sekolah terhadap pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling kepada siswa di sekolah, apakah program yang direncanakan
akan tetap dilaksanakan atau akan dilakukan revisi penyusunan
program. Contoh bentuk penyusunan laporan , evaluasi, analisa hasil
evaluasi dan tindak lanjut evaluasi sera revisi penyusunan program
dapat dilihat pada lampiran.
3. Pembahasan dan Analisa Data dari Kepala Sekolah
Peran Kepala Sekolah adalah mengkoordinir seluruh kegiatan
pendidikan yang meliputi kegiatan pengajaran, pelatihan, dan juga
bimbingan dan konseling di sekolah. Karena itu seluruh kegiatan
bimbingan dan konseling di sekolah tercakup dalam koordinasi kepala
sekolah. Untuk itu kepala sekolah juga bertanggung jawab pada
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolahnya. Adapun
tujuannya adalah demi terciptanya lingkungan belajar yang mendukung
pengembangan mutu siswa secara optimal sesuai minat, kemampuan dan
meningkatkan mutu siswa sesuai visi dan misi sekolaqh
masing-masing.
Kepada sekolah dalam kedudukannya mempunyai wewenang langsung
atau garis perintah dari kepala sekolah kepada seluruh personil
sekolah termasuk guru bimbingan dalam bidang bimbingan dan
konseling dan guru bidang studi dalam bidang pembelajaran. Namun
dalam pertanggungjawabannya guru bimbingan maupun guru bidang studi
masih mendapatkan koordinasi dalam bidangnya masing-masing. Guru
bimbingan oleh koordinator bimbingan dan konseling dan guru bidang
studi oleh wakasek kurikulum. Hubungan antara kepala sekolah dengan
guru bimbingan dan konseling dapat dilihat dalam struktur
organisasi bimbingan dan konseling pada lampiran.
Selain itu kepala sekolah juga bertanggung jawab pula dalam
pemenuhan sarana dan prasarana kegiatan bimbingan dan konseling
sekolah. Sebagai salah satu personil sekolah, Kepala Sekolah juga
memiliki peran melaksanakan proses bimbingan dan konseling dan juga
terlibat langsung dalam pelaksanaan program kerja bimbingan dan
konseling. Sebagai contonya pada kegiatan pendukung bimbingan dan
konseling seperti konferensi kasus. Kepala Sekolah turut berperan
aktif dalam kegiatan terebut sebagai bentuk pelaksanaan proses
bimbingan dan konseling oleh kepala sekolah.
Selanjutnya dalam hubungan dengan pelaksanaan evaluasi program
bimbingan dan konseling di sekolah, kepala sekolah merupakan pihak
yang melakukan penilaian terahdap pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling di sekolah. Sedangkan laporan disusun oleh personil
bimbingan dan konseling setiap bulannya dan dilakukan evaluasi
setiap semesternya. Dari ealuasi ini diperoleh kepastian apakah
program kerja yang telah dilakukan sudah efektif ataukah belum,
tetap dilanjutkan atau perlu direvisi terhadap program kerja yang
telah dilakukan dan melalui analisa data hasil evaluasi tersebut
maka akan diberikan tindak lanjut dari pelaksanaan evaluasi yang
telah diberikan oleh Kepala Sekolah.
Kepala Sekolah juga memiliki kompetensi untuk menjalin hubungan
dengan pihak-pihak di di dalam maupun di luar instansi sekolah.
Harapannya dengan keja sama atau hubungan tersebut akan lebih
mempermudah pelaksanaan penciptaan lingkungan yang mendukung
terciptanya suasana yang mendukung pengembagan potensi siswa yang
sesuai mnat dan bakat yang dimilikinya serta suasana yang aman,
nyaman dan tertib sehingga proses menuju tujuan pemdidikan dapat
dicapai dengan baik. Untuk itulah perlu adanya hubungan intern yang
meliputi semua personil sekolah, baik kepakla sekolah, wakil kepala
sekolah, guru bimbingan, guru bidang studi, karyawan dan tata usaha
dan personil intern sekolah yang lain. Dan juga hubungan ekstern
atau pihak luar sekolah seperti kepala desa setempat, pihak
kecamatan, kabupaten, Kepolisian, LPK, Depnaker dan pihak-pihak
intern lain yang terkait yang mendukung terciptanya lingkungan yang
kondusif.
4. Pembahasan dan Analisa Data dari Siswa
Pembahasan dan analisa data ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana keadaan yang dialami oleh siswa di SMA Negeri 1 Jakenan
dengan mengambil sampel dari kelompok siswa berdasarkan pertanyaan
yang diajukan kepada siswa mengenai keadaan layanan bimbingan yang
diberikan pihak sekolah yang dirasakan oleh siswa. Keadaan siswa
pada suatu kelompok diasumsikan dapat mewakili keadaan secara
keseluruhan atau dapat memberi cerminan dari sampel kelas di SMA
Negeri 1 Jakenan. Kelas yang akan menjadi sasaran dalam pengambilan
sampel adalah kelas XII, dengan pertimbangan waktu yang telah
dilalui di SMA dan pengalaman yang diperoleh siswa kelas XI relatif
tidak terpaut jauh. Sehingga kelas XII dirasakan tepat untuk
menjadi tolok ukur pada keadaan siswa seluruhnya. Kelas yang
digunakan sebagai sampel kelas adalah siswa kelas XI IPS 2.
Sdangkan alat yang digunakan untuk mandapatkan data berupa
angket.
Angket (daftar isian) adalah suatu daftar pertanyaan atau
pernyataan yang digunakan untuk pengumpulan data dimana melalui dat
pertanyaan atau pernyataan tersebut diharapkan dapat memberikan
tanggapan secara tertulis. Tanggapan dapat berbentuk pemberian data
pada jawaban ataupun kalimat-kalimat pendek. Daftar isian menurut
bentuknya dapat dibagi atas daftar isian tertutup dan daftar isian
terbuka. Daftar isian tertutup adalah daftar isian yang jawabannya
sudah disediakan oleh pembuat angket dan responden tinggal memilih
salah satu atau beberapa yang sesuai dengan keadaannya. Daftar
isian terbuka adalah daftar isian yang jawabannya tidak ditentukan
terlebuh dahulu oleh pembuat angket tetapi responden diberi
keleluasaan untuk memberikan jawaban.
Masing-masing daftar isian memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing dan diantaranya diuraikan sebagai berikut:
1. Bentuk tertutup
- Kebaikannya:
a. Dapat dijawab dengan mudah karena masing-masing butir
pertanyaan sudah disediakan jawabannya.
b. Responden tinggal memilih jaawban yang disediakan.
c. Variansi jawaban tidak banyak berbeda.
- Kelemahannya:
a. Karena jawabannya sudah disediakan, boleh jadi jawab