IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Definisi cookies menurut Lallemand dalam Herudiyanto dan Fitri
(2008) adalah kue manis berukuran kecil yang dibuat dari tepung
gandum lunak, mengandung gula dan lemak yang tinggi dan rendah
kandungan airnya. Praktikum pembuatan cookies ini dilakukan dengan
membuat beberapa jenis cookies yaitu cookies cetak seperti kue
jentik, cookies tuang dan pulung seperti kue asin dan drop cookies,
dan kue semprit.
4.1 Cookies Cetak (Kue Jentik)Kue jentik termasuk ke dalam
kategori molded cookies, adonan jenis ini termasuk adonan stiff,
dapat dibentuk dan dicetak menjadi bentuk-bentuk yang diinginkan.
Seringkali jenis ini diberi taburan gula atau hancuran kacang
dibagian atasnya (Herudiyanto dan Fitri, 2008). Bahan yang
digunakan untuk membuat kue jentik ini diantaranya tepung terigu
Kunci Biru, tepung gandum, margarin, gula halus, telur, baking
powder, vanili, dan garam. Tepung terigu yang digunakan adalah
tepung terigu Kunci Biru yaitu tepung terigu berprotein rendah
karena dalam pembuatan kue jentik tingkat pengembangan gluten tidak
begitu penting (Herudiyanto dan Fitri, 2008). Selain itu, kandungan
protein yang rendah membantu selama proses pencampuran karena lebih
mudah menyatu dengan bahan-bahan lain. Penambahan tepung gandum
bertujuan untuk mensubtitusi sebagian tepung terigu. Margarin
digunakan sebagai penimbul citarasa dan berpengaruh terhadap
flakiness dan kelembutan. Gula yang digunakan adalah gula halus,
karena gula halus dapat menyebar maksimal dan mudah dikendalikan
sebab pada waktu pemanggangan gula meleleh dan menyebar merata.
Telur pada cookies ini berperan sebagai pengeras (putih telur),
pengempuk (kuning telur), warna, aroma, dan dapat berperan sebagai
emulsifier alami. Telur juga menambah nilai gizi pada produk akhir
karena mengandung protein, lemak, dan mineral. Baking powder
berfungsi untuk mengatur volume, mengatur rasa dan aroma,
mengontrol penyebaran bahan serta membuat hasil produksi menjadi
ringan. Vanili dan garam berperan dalam menambah citarasa dan
aroma. Prosedur pembuatan diawali dengan pencampuran tepung terigu,
tepung gandum sebanyak 20%, baking powder, garam, gula, dan
margarin diaduk hingga terbentuk butiran-butiran kecil. Maksud dari
pencampuran bahan kering ini adalah supaya adonan nantinya
tercampur rata. Pembentukan kerangka kue kering diawali selama
pencampuran. Setelah pencampuran bahan padat (krimming), kemudian
dimasukkan bahan cair yaitu telur yang sudah dikocok, kemudian
ditapiskan 0,5 cm, cetak dengan cetakan cookies, olesi dengan putih
telur dan panggang pada suhu 140 oC selama 40 menit Berdasarkan
hasil pengamatan didapatkan data sebagai berikut:Tabel 1. Hasil
Pengamatan Kue JentikKriteriaSebelum PemangganganSetelah
Pemanggangan
WarnaKuning +3, mengkilap di permukaannyaBagian atas: kuning
muda +1Bagian bawah: kuning kecoklatan
AromaKhas tepung +3Khas margarin
TeksturBerminyak, lembek, lunakKeras, renyah, kering
Rasa-Kurang manis
Jumlah Potongan-60
Gambar
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015)Adonan kue jentik berwarna
kuning tua (mendekati coklat muda) karena dipengaruhi oleh
penambahan tepung gandum yang berwarna agak kecoklatan karena
didapatkan dari hasil penggilingan biji gandum utuh. Aroma adonan
menyengat khas adonan dengan aroma tepung terigu dominan karena
tepung terigu merupakan bahan utamanya. Adonan memiliki tekstur
yang berminyak, lembek dan lunak namun tidak elastis karena tepung
terigu yang digunakan berprotein rendah sehingga tidak banyak
mengandung gluten yang berperan dalam pembentukan tekstur kenyal
dan liat.Kue jentik yang dihasilkan memiliki warna kuning muda pada
bagian atas dan kuning kecoklatan pada bagian bawah, hasil dari
reaksi karamelisasi gula dan penguapan air dari dalam adonan selama
pemanggangan. Aromanya khas margarin dan rasanya kurang manis
mungkin disebabkan gula yang ditambahkan pada adonan kurang. Bentuk
adonan kue jentik mirip dengan drop cookies tetapi pada kue jentik
digunakan tepung terigu yang lebih banyak dan menggunkan putih
telur sehingga tekstur yang dihasilkan lebih keras, renyah dan
kering. Aroma khas kue jentik kurang menyengat karena zat-zat
volatil menguap selama pemangganggan. Waktu pemanggangan yang
dibutuhkan tidak begitu lama yaitu 40 menit karena ukuran cookies
kecil dan bentuknya datar. Pemanggangan yang terlalu lama dapat
menyebabkan cookies pecah dan retak..
4.2 Cookies Tuang dan Pulung (Kue Asin dan Drop Cookies)4.2.1Kue
AsinKue asin dapat dikategorikan ke dalam molded cookies, sama
seperti kue jentik, karena sama-sama termasuk jenis adonan stiff,
dan dapat dibentuk sesuai keinginan. Perbedaan dari kue jentik dan
kue asin adalah bahan bahan yang digunakan. Bahan-bahan yang
digunakan untuk membuat kue asin adalah tepung terigu Kunci Biru,
tepung mocaf, margarin, kuning telur, baking powder, dan garam.
Fungsi dari setiap bahan yang digunakan sama seperti yang telah
dijelaskan pada kue jentik. Proses pembuatan kue asin yaitu
pertama-tama dilakukan pencampuran dengan All in Method yaitu
mencampurkan semua bahan menjadi satu hingga homogen. Selanjutnya
adonan dibentuk seperti kelereng dan bagian atasnya dioesi dengan
kuning telur. Selanjutnya adonan diletakkan pada loyang yang telah
diolesi dengan margarin. Loyang diolesi margarin agar nantinya kue
tidak lengket dan mudah diangkat dari loyang. Selama peletakan
adonan ke dalam loyang harus disusun untuk tidak berdekatan agar
memberi ruang pada waktu terjadi pelebaran atau pengembangan adonan
pada waktu pemanggangan (Herudiyanto dan Fitri, 2008). Sebelum
dipanggang, adonan yang sudah dibentuk diolesi dengan kuning telur.
Jika seluruh adonan sudah dibentuk lalu dipanggang. Suhu
pemanggangan yang digunakan adalah 180oC hingga matang kurang lebih
selama 40 menit Suhu pemanggangan tidak boleh terlalu tinggi, agar
penguapan berjalan perlahan-lahan sehingga pemasakan terjadi merata
(Smith, 1972). Hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel 2.Adonan
kue asin berwarna kuning keemasan dan beraroma menyengat khas
mentega, asin, khas adonan. Hal ini dikarenakan penambahan margarin
yang cukup banyak ke dalam adonan. Adonan memiliki tekstur lembek,
lengket, lunak, hal ini dikarenakan penggunaan tepung terigu
berprotein rendah sehingga kandungan gluten yang membentuk sifat
elastis dan kenyal rendah, lembek dan lunak. Kue asin yang
dihasilkan berwarna kuning keemasan dengan aroma khas kue asin,
teksturnya rapuh dan berbutir dan rasanya asin. Bagian tengah yang
tidak terlalu matang dapat disebabkan margarin yang terlalu banyak
atau dapat juga karena tidak adanya penambahan putih telur sebagai
pengeras. Warna pada kue asin lebih cerah dibandingkan dengan kue
jentik, hal ini dikarenakan margarin yang digunakan pada kue asin
lebih banyak dan pada kue asin tidak ditambahkan gula sehingga
tidak ada reaksi karamelisasi selama pemanggangan berlangsung.
Tekstur yang rapuh dan menghasilkan remah dari kue ini merupakan
akibat dari margarin yang cukup banyak dan tidak ada penambahan
putih telur sebagai pengeras. Rasa kue asin gurih kemungkinan
dihasilkan dari penambahan margarin sebagai lemak dan garam yang
dapat menambah citarasa pada cookies. Tabel 2. Hasil Pengamatan Kue
AsinKriteriaSebelum PemangganganSetelah Pemanggangan
WarnaKuning keemasan + 3 , mengkilap pada bagian atasKuning
keemasan, pada bagian yang dilapisis kuning telur warna lebih
tua
AromaMentega, asin, khas adonanKhas mentega, asin
TeksturLembek, lengket, lunakBerbutir, rapuh, bagian tengah
tidak terlalu matang
Rasa-Asin, gurih
Jumlah Potongan4646
Gambar
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2015)Karakteristik kue asin yang
dihasilkan dengan subtitusi tepung mocaf sebanyak 20% hampir
menyerupai kue asin yang dibuat dengan 100% tepung terigu. Hanya
saja penambahan margarin dalam pembuatan kue asin dengan subtitusi
mocaf harus sedikit lebih banyak untuk mendapatkan tekstur yang
baik. Hal ini dikarenakan tepung mocaf dapat meningkatkan
viskositas dan memiliki kemampuan gelasi yang dapat menyebabkan
penurunan kadar air sehingga tekstur produk menjadi keras dan tidak
dapat mengembang dengan baik (Yovita, 2007). Margarin merupakan
shortening yang memiliki kemampuan untuk melumas (lubricating) dan
mengempukan bahan pangan khususnya cookies. Oleh karena itu,
penambahan margarin dapat membantu memperbaiki tekstur kue asin
dengan subtitusi tepung mocaf.
4.2.2 Drop CookiesDrop cookies adalah salah satu jenis kue
kering yang dibentuk dengan cara disendoki, menggunakan sendok
makan atau dua buah sendok teh (Kirana, 2006). Adonan jenis ini
mempunyai konsistensi lebih kental dan pada waktu pemanggangan akan
terjadi retak-retak pada permukaan. Hal ini menandakan kualitas
baik dari cookies-nya (Herudiyanto dan Fitri, 2008). Bahan dari
pembuatan drop cookies ini diantaranya tepung terigu Kunci Biru,
tepung gandum, mentega, gula halus, kuning telur, baking powder,
vanili dan garam. Berbeda dengan kue asin, drop cookies menggunakan
bahan mentega, gula halus dan vanili, namun tidak menggunakan
margarin. Penggunaan mentega bertujuan untuk menambah cita rasa,
aroma, dan kerenyahan.Prosedur pembuatan drop cookies ini adalah
pertama-tama adalah penyiapan loyang yang akan digunakan untuk
memanggang yaitu dengan mengolesi permukaannya dengan margarin lalu
dimasukkan ke dalam oven. Pencampuran dilakukan dengan metode
creaming yaitu mencampur lebih dahulu lemak dan gula bersama baru
setelahnya dimasukan tepung dan bahan tambah lainnya. Penambahan
gula dan lemak menyebabkan cookies menjadi empuk dan getas.Gula dan
mentega dikocok hingga lembut kemudian ditambahkan kuning telur,
vanili, dan garam. Kuning telur ini berguna untuk melembutkan
adonan. Sambil terus dikocok tambahkan tepung terigu perlahan-lahan
hingga adonan tercampur rata. Setelah adonan rata, cetak adonan
menggunakan sendok lalu tempatkan pada loyang yang telah diberi
margarin dan dipanaskan. Loyang yang digunakan harus dipanaskan
terlebih dahulu. Fungsi dari loyang yang dipanaskan lebih dahulu
ini adalah agar adonan terbentuk dengan baik nantinya. Jarak antar
adonan yang ditempatkan pada loyang harus dijaga agar saat
mengembang adonan tidak saling menempel. Kemudian adonan drop
cookies dipanggang pada suhu 180 oC hingga matang kurang lebih
selama 25 menit.Tabel 3. Hasil Pengamatan Drop
CookiesKriteriaSebelum PemangganganSetelah Pemanggangan
WarnaKuning mudaKuning kecoklatan
AromaKhas mentegaKhas mentega
TeksturAgak kering, lunakRenyah, keras
Rasa-Manis, gurih
Jumlah Potongan3232
Gambar-
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015)Hasil pengamatan drop cookies
dapat dilihat pada tabel 3. Adonan drop cookies berwarna kuning
muda dipengaruhi oleh penambahan tepung gandum. Aromanya khas
mentega karena penambahan mentega yang memiliki aroma kuat
Bertekstur agak kering dan lunak. Drop cookies yang dihasilkan
berwarna kuning kecoklatan, teksturnya renyah dan keras, rasanya
manis, gurih dan memiliki aroma khas mentega. Teksturnya yang agak
keras didapat dari gula dan mentega karena tidak ditambahkan
margarin, sedangkan tekstur renyah dikarenakan penambahan tepung
gandum yang berserat. Rasa manis berasal dari gula halus. Pada drop
cookies ini dapat ditambahkan dengan kacang-kacangan, aneka coklat,
hingga buah-buahan segar maupun kering. Sedangkan untuk hiasan
dibagian atasnya agar lebih menarik dapat ditambahkan olesan dari
lapisan gula icing, coklat leleh, atau potongan manisan buah ceri
merah (Kirana, 2006).
4.3 Cookies Semprot (Kue Semprit)Kue semprit termasuk ke dalam
kategori press cookies. Pada jenis cookies ini tepung campuran
untuk mengepres cookies harus cukup padat agar dapat dimasukkan ke
dalam katung pastry atau alat pengepres cookies yang dilengkapi
dengan die atau cetakan (Herudiyanto dan Fitri, 2008). Bahan-bahan
yang digunakan untuk membuat kue semprit antara lain tepung terigu
Kunci Biru, tepung ubi, margarin, gula halus, kuning telur, dan
vanili.Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan dua jenis kue
semprit, yaitu kue semprit A dan kue semprit B. Prosedur yang
dilakukan untuk kedua kue semprit tersebut sama, yang membedakannya
hanya penggunaan bahan yaitu pada kue semprit A menggunakan telur
sedangkan pada kue semprit B menggunakan kuning telur. Penambahan
telur dilakukan setelah pencampuran margarin, gula dan vanili,
setelah itu dikocok sebentar dan ditambahkan tepung kunci biru.
Pembuatannya yaitu dengan mengocok margarin, gula, dan vanili atau
hingga putih dengan hand-mixer, lalu untuk kue semprit A dimasukkan
telur dan dikocok sebentar agar adonan tidak pecah, sedangkan untuk
kue semprit B dimasukkan kuning telur. Kemudian ke dalam adonan
tersebut ditambahkan tepung terigu sedikit demi sedikit sambil
terus diaduk. Metode pencampuran seperti demikian dinamakan metode
creaming three stage. Metode pencampuran ini digunakan untuk
mengontrol penyebaran dan volume selama pemanggangan. Setelah
adonan rata, adonan tersebut dimasukkan kedalam cetakan kue semprit
dan dibentuk pada loyang yang telah diolesi oleh margarin agar
tidak lengket dan dipanggang pada suhu 180 oC hingga matang. Jarak
antara adonan tidak boleh terlalu dekat sebagai ruang mengembang
bagi kue saat dipanggang.Hasil pengamatan kue semprit A ditunjukkan
pada tabel 4 dan kue semprit B pada tabel 5. Kue semprit A, adonan
pertama yang terdiri dari campuran margarin, gula, dan vanili
memiliki warna kuning muda, tekstur berpasir dan berminyak dengan
aroma menyengat khas mentega. Setelah penambahan telur adoanan
menjadi lebih encer karena telur berupa cairan dan warnanya menjadi
kuning karena penambahan kuning telur. Setelah penambahan tepung
warna adonan menjadi cokelat kekuningan. Tekstur adonan menjadi
lembut, berminyak, dan padat karena adonan telah tercampur.Rasanya
manis dan gurih.Tabel 4. Hasil Pengamatan Kue Semprit
AKriteriaSebelum PemangganganSetelah Pemanggangan
WarnaKuning muda Kuning keemasan hingga kecoklatan
AromaKhas mentegaKhas mentega
TeksturAgak encer, lembut Keras
Rasa-Manis gurih
Jumlah Potongan78 buah78 buah
Gambar
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015)
Tabel 5. Hasil Pengamatan Kue Semprit BKriteriaSebelum
PemangganganSetelah Pemanggangan
WarnaKuning mudaBag. Atas: putih kekuninganBag. Bawah: coklat
muda
AromaKhas mentega, manisKhas vanili, manis
TeksturBisa dibentuk, semi-padat, lunakKeras, kasar, sedikit
renyah
Rasa-Manis, gurih
Jumlah Potongan103 (ukuran tidak seragam)103 (ukuran tidak
seragam)
Gambar
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015)Kue semprit B, adonan pertama
yang terdiri dari campuran margarin, gula, dan vanili memiliki
warna kuning muda, tekstur semi-padat dan lunak dengan aroma
menyengat khas mentega, manis. Setelah penambahan kuning telur
adonan menjadi keras, kasar dan sedikit renyah dan warnanya menjadi
putih kekuningan pada bagian atas karena penambahan kuning telur.
Setelah penambahan tepung warna adonan menjadi cokelat kekuningan
pada bagian bawah. Tekstur adonan menjadi lembut, berminyak, dan
padat karena adonan telah tercampur.Rasanya manis dan gurih. Kue
semprit memiliki rasa yang manis dan gurih disebabkan penambahan
gula dan tepung ubi yang memiliki rasa manis dan margarin yang
gurih. Teksturnya kasar dan renyah disebabkan dari bahan perapuh
seperti gula, shortening, bahan pengembang, dan kuning telur yang
ditambahkan pada adonan (Matz, 1978). Berwarna cokelat tua yang
disebabkan karamelisasi dan reaksi maillard selama
pemanggangan.Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan
cookieas adalah kualitas dan jumlah bahan baku yang digunakan,
metode dan teknik pencampuran bahan, loyang, pencetakan, waktu dan
suhu pemanggangan. Gula yang ditambahkan tidak boleh terlalu banyak
karena dapat menyebabkan tekstur menjadi tidak lembut. Pencampuran
dilakukan secara cepat. Waktu dan suhu pemanggangan disesuaikan
dengan jenis kue yang akan dibuat. Berikut kesalahan-kesalahan
cookies dan penyebabnya:Tabel 6. Kesalahan-Kesalahan Cookies Dan
PenyebabnyaNoMasalahPenyebab
1Warna terlalu terangPemanggangan terlalu lama
2Warna terlalu pucatPemanggangan terlalu singkat
3Crumb terlalu keringPemanggangan terlalu lama, bentuk tidak
memuaskan
4Kurang matangPemanggangan terlalu singkat
5Kaku/kerasPemanggangan terlalu lama
6LunakPemanggangan terlalu singkat, pemotongan terlalu tebal
7Bentuk menyimpangPemanggangan terlalu singkat, cetakan tidak
tepat
8Bentuk melebarPemanggangan terlalu singkat, adonan di loyang
panas
(Sumber: Herudiyanto dan Fitri dan Fitri, 2008)
V. KESIMPULAN
1. Kue jentik yang dihasilkan memiliki warna kuning muda/kuning
kecoklatan, aroma khas margarin, bertekstur keras, renyah, kering
dan rasanya kurang manis2. Kue asin yang dihasilkan berwarna kuning
keemasan, beraroma mentega, asin, bertekstur rapuh dan butir, serta
rasanya asin, gurih. 3. Drop cookies yang dihasilkan berwarna
kuning kecoklatan, beraroma khas mentega, bertekstur agak renyah,
keras, rasanya manis dan gurih.4. Kue semprit A yang dihasilkan
berwarna kuning keemasan, beraroma khas mentega dengan rasa manis
gurih dan bertekstur keras5. Kue semprit B yang dihasilkan berwarna
putih kekuningan dan coklat muda, beraroma khas vanili dengan rasa
gurih manis dan bertekstur keras, kasar, sedikit renyah.6. Warna
kecoklatan pada kue dihasilkan dari reaksi karamelisasi gula saat
pemanggangan.7. Gula mempengaruhi rasa manis pada kue.8. Margarin
mempengaruhi tekstur kue yang dibuat.9. Telur berperan sebagai
pengeras (putih telur) dan pelembut (kuning telur)
DAFTAR PUSTAKA
Herudiyanto dan Fitri, M., dan Fitri, M. 2008. Teori dan Praktik
Teknologi Pengolahan Roti dan Kue. Penerbit Widya Padjadjaran,
Bandung.
Kirana, N. 2006. Drop Cookies. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Matz. 1978. Cookies and Creackers Technology. 2rd ed. The AVI
Pub. Co. Inc.. Westport. Conecticut
Tjahjadi, C. 2008. Teknologi Pengolahan Cokelat dan Kembang
Gula. Universitas Padjadjaran. Jatinangor
JAWABAN PERTANYAAN
1. Apakah pengembangan kue jentik dengan menggunakan baking
powder sangat berbeda dengan kue jentik tanpa penambahan baking
powder? Mengapa?Jawab :Penambahan baking powder pada kue jentik
akan berpengaruh terhadap pengembangannya dimana kue yang
ditambahkan baking powder lebih mengembang. Karena fungsi dari
baking powder ialah sebagai raising agent atau pengembang.
2. Apa fungsi pengocokan gula dan margarin pada pembuatan
cookies?Jawab :Pengocokan berfungsi untuk pembentukan busa dan
homogenisasi adonan sehingga terbentuk struktur adonan yang baik
dan sesuai keinginan bila pengocokan tersebut dilakukan secara
benar dengan waktu yang tepat.
3. Faktor apa saja yang dapat membuat adonan cookies akan
menyebar pada saat pemanggangan selain pengocokan yang terlalu
lama?Jawab :Faktor yang mempengaruhi yaitu metode pencampuran
adonan dan bahan-bahan yang digunakan, gula yang ditambahkan, dan
bahan pengembang yang digunakan.