Cathatan : Dalam contoh ini tidak dicantumkan semua materi
secara lengkap, tapi hanya sebagian saja sebagai conto
Hadits yang semakna dengan hadits di atas ditemukan pada:
= : 143
= : 42 , : 25 , : 5
= : 6 , : 69 , 136 , : 8
= : 10
= : 21
Riwayat al-Bukhari pada bab al-Adzan
Hadits riwayat Muslim
Hadits riwayat Ibnu Majah
Hadits riwayat al-Turmudzi
Hadits riwayat al-Nasai
1. Sanad al-Bukhari
2. Sanad Muslim
3. Sanad Ibnu Majah
4. Sanad al-Nasai dan al-Turmudzi
A. Biografi Para Perawi Hadits
Secara keseluruhan jumlah perawi yang terlibat dalam periwayatan
hadits tersebut sekitar empat puluh orang. Secara rinci biografi
mereka itu adalah sebagai berikut:
1. Ibnu Majah
Nama lengkap Muhammad bin Yazid al-Rabi Abu Abdillah bin Majah
al-Qazwini. Ia dilahirkan pada tahun 209 H, dan wafat tahun 273 H,
pada bulan Ramadlan. Ia meriwayatkan hadits dari berbagai ulama
Irak, Khurasan, Mesir, Syam dan sebagainya. Menurut al-Khalil, dia
seorang yang tsiqat, muttafaq alaihi dan muhtajbih.112.
Al-Turmudzi
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Isa bin Sureh bin Musa
al-Dhahaq al-Turmudzi. Seorang imam hadits yang lahir pada tahun
209 H, dan wafat pada tahun 279 H. Meriwayatkan hadits dari
Muhammad bin Ghailan, Ahmad bin Mani, Muhammad bin Basyar dan
lainnya. Dia terkenal sebagai ulama yang pertama kali mempopulerkan
istilah hadits hasan. Ia terkenal seorang yang tsiqat dan muttafaq
alaih.123. Muhammad bin Basyar13Nama lengkap Muhammad bin Basyar
bin Utsman bin Dawud bin Kaisan al-Bashri. Dia meriwayatkan hadits
dari antara lain Abd. Wahab al-Tsaqafi , Wahab bin Jarir, Ibnu Abi
Addi, Ghandar, Ibnu Mahdi , Abu Dawud al-Thayalisi dan lain-lain.
Sedang yang meriwayatkan darinya antara lain adalah al-Jamaah, Abu
Zarah, Abu Hatim dan sebagainya. Ia wafat tahun 252 H.
Menurut Maslamah bin Qasim ia tsiqah, dan menurut al-Daraquthni
ia adalah al-hafidh al-atsbat .
4. Anas bin Malik14Nama lengkap Anas bin Malik bin al-Nadlr
al-Anshari Abu Hamzah. Ia termasuh sahabat unior yang relatif lama
melayani Nabi saw. Dia meriwayatkan hadits antara lain dari Nabi
saw, Abu Bakar al-Shiddiq, Umar bin al-Khatthab, Utsman bin Affan,
Fatimah al-Zahra dan sebagainya. Sedangkan yang meriwayatakan
hadits darinya antara lain al-Hasan, Abu Qilabah, Qatadah, Tsabit,
Humaid al-Thawil dan sebagainya. Ketika Nabi Hijrah ke Madinah usia
Anas bin Malik masih sepuluh tahun. Jadi ketika Nabi saw wafat, ia
berumur sekitar dua puluh satu tahun. Dr. Muhammad Ajjaj al-Khatib
dalam Al-Sunnah Qabla al-Tadwin, menuturkan bahwa Anas bin Malik
hidup antara tahun 10 SH. (sebelum Hijrah) sampai tahun 93 H.155.
Qatadah bin Duamah16Nama lengkapnya Qatadah bin Duamah bin Qatadah
bin Aziz. Meriwayatkan hadits antara lain dari Anas bin Malik, Abi
Said al-Khudzri, Abu Utsman, Abu Burdah dan sebagainya. Sedangkan
orang yang meriwayatkan hadits dari padanya antara lain adalah
Ayyub al-Sihtiyani, Syubah, al-Awzai, Umar bin Ibrahim , Said bin
Abi Arubah dan lainnya.
Berkata al-Muzani : Saya tidak melihat orang yang lebih hafidz
dari pada Qatadah. Pendapat ini dikuatkan oleh Ibnu Sirin. Menurut
Ibnu Saad, ia seorang yang tsiqah dan mamun.
6. Syubah bin al-Hajjaj17Nama lengkap Syubah bin al-Hajjaj bin
al-Warad al-Itki al-Azdi al-Bashri. Meriwayatkan hadits antara lain
dari Ibrahim bin Amir, al-Aswad bin Qais, Anas bin Sirin, Tsabin
al-Bannani, Muhammad al-Munkadir, Manshur dan lainnya. Sedang yang
meriwayatkan hadits darinya antara lain al-Amasy, Muhammad bin
Ishaq, al-Tsauri, Waki, Yahya al-Qatthan, Muhammad bin Jafar dan
lainnya.
Menurut riwayat Abu Thalib dari Ahmad bahwa Syubah lebih kuat
(atsbat) dari pada al-Amasy, dan lebih menguasai hadits-hadits
hukum. Imam Syafii senada dengan pendapat tersebut dan menyatakan
bahwa seandainya tidak ada Syubah, maka hadits tidak dikenal di
Irak. Menguatkan pendapat di atas Ibnu Saad menilainya sebagai
orang yang tsiqah dan makmun. Ia wafat di Bashrah pada tahun 160
H.
7. Irbadl bin Sariyah18 Nama lengkapnya adalah Irbadl bin
Sariyah al-Sulami, terkenal dengan julukan Abu Najih. Meriwayatakan
hadits antara lain dari Nabi Muhammad saw, Ubaidah bin al-Jarrah
dan lain-lain. Sedangkan murid muridnya antara lain Ummu Habibah,
Abd. Rahman bin Amr al-Sulami, Said bin harus dan sebagainya.
Ia wafat pada tahun 75 H (menurut sebagian pendapat ia wafat
tahun 101 H, ketika terjadi pembangkangan yang dipimpin oleh Ibnu
Zuber). Ia seorang sahabat nabi yang terpuji
8. Abd. Rahman bin Amr19 Nama lengkapnya adalah Abdurrahman bin
Amer bin Absah al-Sulami. Ia meriwayatakan hadits antara lain dari
Irbadl bin Sariyah, Uthbah bin Abd al-Sulami, sedangkan
murid-muridnya antara lain Jabir, Kholid bin Madan, Dhamrah bin
Habib dan sebagainya.
Menurut Ibnu Hibbah, ia termasuk salah seorang perawi hadits
yang tsiqat . Ia wafat pada tahun 110 H.
9. Kholid bin Madan20Nama lengkap Khalid bin Macan bin Abi
Kuraib al-Kalai, atau terkenal dengan nama Abdullah al-Syami
al-Himsh. Meriwayatkan hadits antara lain dari Tsauban, Ibnu Amr ,
Ibnu Umar, dan Abd. Rahman. Sedangkan murid-muridnya antara lain
Muhammad bin Ibrahim, Tsaur bin Zaid, al-Jamaah dam sebagainya.
Menurut al-Ijli, Khalid bin Ma'dan adalah seorang Tabiin yang
tsiqat. Pendapat ini didukung oleh al-Nasai. Ia wafat sekitar tahun
115 H / 116 H.
10. Tsaur bin Yazid21Nama lengkap Tsaur bin Yazid bin Ziyad
al-Kalai. Meriwayatkan hadits dari sejumlah banyak guru, antara
lain dari Makhul, Raja, Ikrimah dan Khalid bin Madan. Sedangkan di
antara muridnya adalah Sufyan al-Tsauri, Isa bin Yunus, Abd. Malik
bin al-Shabah dan lainnya.
Menurut Ibnu Saad, Utsman al-Darimi dan al-Nasai Tsaur bin Yazid
aadalah orang yang tsiqat. Ia wafat anatara tahun 53-55 H.
11. Abd. Malik bin al-Shobah22Nama lengkap Abd. Malik bin
al-Shobah al-Masmui Abu Muhammad al-Shanani. Meriwayatkan hadits
dari sejumlah ulama hadits. Antara lain dari ayahnya sendiri, dari
Ibnu Aun, al-Auzai, dan Tsaur bin Zaid. Sedangkan di antara
murid-muridnya adalah Yahya bin Hakim, Ishaq bin Rahawaih,
Bundar/Muhammad bin Basyar dan Abd. Rahman bin Umar.
Ia wafat pada tahun 199 H bulan Dzu al-Qadah. Menurut penilaian
ulama ia adalah tsiqat.
12. Yahya bin Hakim23Nama lengkap Yahya bin Hakim al-Muqawam
al-Bashri. Meriwayatakan hadits dari sejumlah ulama. Antara lain
Ibnu Uyainah, Ibnu Mahdi, Ghandar (Muhammad bin Jafar) dan Abd.
Malik bin al-Shobah. Sedangkan Yang meriwayatkan hadiri padanya
antara lain Abu Dawud, al-Nasai, Ibnu Majah dan lainnya.
Ia diberitakan wafat pada tahun 256 H. Menurut Abu Dawud, Yahya
adalah seorang Hafidz dan orang yang bertaqwa. Sedang menurut
al-Nasai , Yahya adalah tsiqat dan Hafidz.
13. Samurah bin Jundub24Nama lengkap Samurah bin Jundub bin
Hilal bin Juraij bin Murrah, adalah seorang sahabat Anshar,
meriwayatkan hadits dari Nabi dan Abu Ubaidah al-Jarrah. Seangkan
orang yang meriwayatkan hadits dari padanya antara lain dua orang
anaknya sendiri yang bernama Sulaiman dan Said, Abdullah bin
Buraidah, Abu Raja al-Atharidi dan al-Hasan al-Bashri.
Samurah adalah seorang yang bertanggungjawab dalam memegang
amanat dan hadits-haditsnya dapat dipercaya (shaduq al-hadits).
Menurut catatan sejarah Samurah wafat sekitar tahun 58 / 59 H.
14. Abu Raja al-Atharidi25Nama lengkap Abu Raja al-Atharidi,
Imran bin Milhan, dan biasa juga dipanggil dengan nama Ibnu Taim.
Ia pernah hidup semasa dengan Nabi tetapi belum pernah berjumpa
dengan beliau. Abu Raja meriwayatkan hadits antara lain dari Umar
bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Ibnu Abbas dan Samurah bin Jundub.
Sedangkan yang meriwayatkan hadits dari padanya antara lain Ayub,
Jarir bin Hazim dan sejumlah perawi.
Menurut Ibnu Main dan Ibnu Saad, Abu Raja adalah perawi yang
tsiqat. Dalam catatan sejarah ia wafat pada tahun 107 H. Tapi
menurut sebagian sejarawan ia wafat tahun 117 H pada masa
pemerintahan Khalifah Umar bin Abd Aziz.
15. Jarir bin Hazim 26
Nama lengkap Jarir bin Hazim bin Abdullah bin Syuja al-Azdi. Ia
meriwayatkan hadits antara lain dari Abu Raja al-Atharidi, Ibnu
Sirin , Qatadah dan Humaid. Sedangkan yang meriwayatkan hadits
darinya antara lain adalah al-Amasy, anaknya sendiri Wahab bin
Jarir, Ibnu al-Mubarak dan Waki.
Menurut al-Bazzar, Jarir adalah perawi yang tsiqat, dan dalam
catatan sejarah, ia wafat pada tahun 175 H.
16. Wahab bin Jarir27
Nama lengkap Wahab bin Jairir bin Hazim bin Zaid bin Abdullah
bin Syuja al-Azdi. Ia meriwayatkan hadits antara lain dari ayahnya
sendiri Jarir bin Hazim, Ikrimah, Ibnu Ammar dan Ibnu Aun.
Sedangkan ulama yang meriwayatkan hadist dari padanya antara lain
Ahmad bin Hambal, Ishaq bin Rahawaih, Abu Khaitsamah dan Bundar
(Muhammad bin Bassyar).
Menurut penilaian para ulama, Wahab bin Jarir termasuk rawi yang
tsiqat. Ia wafat pada tahun 206 / 207.
17. Musa bin Ismail28
Nama lengkap Musa bin Ismail al-Munqari, biasa dijuluyki dengan
panggilan Abu Salamah al-Bashri. Ia meriwayatkan hadits antara lain
dari Jarir bi Hazim, Mahdi bin Maimun dan Mubarak bin Fudlalah.
Sedangkan ulama yang meriwayatkan hadits darinya antara lain
al-Bukhari, Abu Dawud dan lain-lain.
Menurut Ibnu Main, ia orang yang tsiqat-mamun. Sedang menurut
Musa bin Ismail, Musa adalah orang yang tsiqat-shaduq. Menurut
catatan sejarah , ia wafat tahun 223 H.
18. Zaid bin Khalid29
Nama lengkap Zaid bin Khalid al-Juhani Abu Abdurrahman, dan
kadang disebut dengan julukan Abu Thalhah. Meriwayatkan hadits
antara lain dari Nabi saw, Utsman dan Aisyah. Adapun ulama yang
meriwayatkan darinya antara lain dua orang anaknya, Ubaidillah
al-Haulani, Abdullah bin Qais dan Abdullah bin Utbah.
Menurut catatan sejarah, ia wafat tahun 68 H. / 78 H. pada umur
85. Menurut para penulis sejarah ia termasuk sahabat Nabi.
19. Ubaidillah al-Khaulani
Adalah Ubaidillah bin al-Aswad, disebut juga dengan panggilan
Ibnu al-Asad al-Khaulani.
Ia meriwayatkan hadits antara lain dari Zaid bin Khalid
al-Juhani dan Ibnu Abbas. Sedangkan urang yang meriwayatkan hadits
darinya antara lain Bisr bin Said, Ashim bin Umar bin Qotadah dan
Muhammad bin Thalhah. Menurut penilaian Ibnu Hibban Ubaidillah
termasuk orang yang tsiqat3020. Shaleh bin Kisan al-Madani31
Adalah Abu Muhammad, yaitu Abu al-Harits. Meriwayatkan hadits
antara lain dari Salim bin Abdullah bin Umar, al-Araj, Ubaidillah,
Urwah bin Zubair, Nafi dan lainnnya. Sedangkan perawi yang
menuturkan hadits darinya antara lain Malik bin Anas, Ibnu Ishaq,
Ibnu Juraij Ibnu Uyainah dan lain-lain.
Menurut Masab, Sholih adalah seorang yang menguasai hadits dan
fikih serta seorang yang memiliki muruah. Demikian pula menurut
al-Ijli dan al-Nasai, Shalih termasuk perawi yang tsiqat.
Ia wafat pada zaman kepemimpinan Marwan bin Muhammad (setelah
tahun ke 140 H. Menurut penuturan al-Hakim , ia wafat pada usia 70
tahun.
21. Malik bin Anas32
Nama lengkap Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir. Ia memiliki
julukan Abu Abdillah al-Madani al-Faqih.
Meriwayatkan hadits antara lain dari Amir bin Abdillah bin
al-Zuber, Nafik maula Ibnu Umar, Shalih bin Kisan dan lainnya.
Sedangkan yang meriwayatkan hadits darinya antara lain Yahya bin
Said, Al-Auzaim al-Syafii, Yahya bin Yahya al-Naisaburi dan
Abdullah al-Narwazi.
Malik wafat pada tahun 179 H. pada usia 85 tahun. Menurut
penilaian para ulama , Malik bin Anas adalah seorang yang tsiqat,
makmun, seorang yang war dan sangat terkenal sebagai seorang pakar
Ilmu fiqih.
22. Abdullah bin Maslamah33
Abdullah bin Maslamah bin Qanab al-Qanabi, terkenal dengan
sebutan Abu Abdurrahman al-Madini.
Meriwayatkan hadits antara lain dari ayahnya sendiri, dari Aflah
bin Muhammad, Malik bin Anas, Syubah dan al-Laits. Sedang perawi
yang menuturkan hadits darinya antara lain al-Bukhari, Muslim, Abu
Dawud, dan al-Turmudzi.
Menurut al-Ijli, Abdullah bin Maslamah seorang yang tsiqat dan
shalih. Demikian pula menurut Abu Hatim , ia seorang yang tsiqat
dan penjelasannya dapat digunakan sebagai hujjah.
Menurut al-Bukhari Abdullah bin Maslamah wafat pada tahun 221
H.
23. Yahya bin Yahya34
Nama lengkap Yahya bin Yahya bin Katsir bin Waslas bin Syamlal
al-Laitsi al-Qurthubi.
Ia meniwayatkan hadits antara lain dari Malik bin Anas,
al-Laits, Ibnu Uyainah, Ibnu Wahab dan lain-lain. Sedang yang
meriwayatkan hadits darinya antara lain anaknya sendiri yang
bernama Ubaidillah, Baqi bin Makhlad, Muhammad bin Wadllah dan
lainnya.
Ia memiliki kepakaran di bidamng fiqih, memiliki akal yang
brilian (cerdas), tsiqat di bidangnya dan petunjuknya layak
diikuti.
Yahya wafat pada bulan Rajab tahun 234 H. Menurut sebagian
sejarawan, ia wafat tahun 236 H.
24. Muhtar bin Fulful35
Muhtar bin fulful al-Mahzumi. Ia meriwayatkan hadits antara lain
dari Anas bin Malik, Hasan al-Bashri, Umar bin Abd. Aziz. Sedangkan
yang meriwayatakan hadits darinya antara lain adalah anaknya
sendiri yang bernama Bakar, Sufyan al-Tsauri, Jarir, Ali bin
Masyhar.
Menurut komentar dan penilaian Ibnu Main, al-Ijli dan al-Nasai,
Muhtar al-Mahzumi ini seorang yang tsiqat. Tidak dijelaskan kapan
dia wafat dan tahun berapa?.
25. Ali bin Mashar26
Ali bin Mashar al-Qurasyi, Abu al-Hasan al-Kufi al-Hafidz. Ia
meriwayatkan hadits antara lain dari Yahya bin Said, Hisyam bin
Urwah, Ubaidillah bin Umar, al-Amasy dan Muhtar bin Fulful
Sedang perawi yang menuturkan hadits dari Ali bin Mashar antara
lain Abu Bakar bin Abi Syaibah, Khalid bin Makhlad, Zakaria bin
Ali, Ali bin Hujar, Hannad dan lain sebagainya
Abu Zarah berkata bahwa Ali bin Mashar seorang yang Shaduq dan
tsiqat. Demikian pula pendapat al-Nasai. Ia wafat tahun 189 H.
26. Abu Bakar bin Abi Syaibah37
Nama lengkap Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah bin Ibrahim
bin Utsman bi Khawasti.
Ia meriwayatkan hadits antara lain dari Abi al-Ahwash, Abdullah
bin Idris, Ibnu al-Mubarak, Ibnu Numer, Ibnu Mahdi dan Ali bin
Masyhar. Sedang yang meriwayatkan hadits darinya antara lain
al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad bin Hambal
Menurut Imam Ahmad, Abu Bakar seorang yang shoduq. Al-Ijli
berkata bahwa Abu Bakar seorang yang tsiqat dan hafidh. Demikian
pula menurut Abi Hatim. Abu Bakar wafat pada tahun 235 H, bilan
Muharram.
27. Ali bin Hujar38
Ali bin Hujar bin Iyas bin Muqatil al-Asadi. Terkenal dengan
julukan Abu al-Hasan al-Marwazi.
Di antara guru hadits yang mengajarkan kepada Ali bin Hujar
adalah Ayahnya sendiri, Ismail bin Jafar, Ismail bin Aliyah, Ibnu
al-Mubarak, Ali bin Masyhar dan Ismail bin Iyasy. Sedang murud
hadits yang meriwayatkan darinya antara lain Al-Bukhari, Muslim,
al-Turmudzi, Nasai dan lainnya.
Muhammad bin Ali bin Hamzah berkata bahwa Ali bin Hujar adalah
seorang yang terhurmat dan huffadz. Al-Nasai berkata bahwa Ali bin
Hujar adalah seorang yang tsiqat mamun.
Ia wafat pada bulan Jumadi al-Ula tahun 244 H.
28. Humaid39
Humaid bin Abi Hamid al-Thawil, terkenal dengan sebutan Abu
Ubaidah al-Khuzai.
Meriwayatkan hadits antara lain dari Anas bin Malik, Hasan
al-Bashri, Tsabit al-Bannani. Sedang murid-murid hadinya antara
lain Hammad bin Salamah, Yahya bin Said, Hammad bin Zaid, Ismail
bin Jaifar dan Yazid bin Harun.
Yahya bin Manshur bertutur bahwa Humaid seorang yang tsiqat,
demikian pula menurut al-Ijli, al-Nasai dan Ibnu Saad. Ia wafat
antara tahun 142/143 H.
29. Ismail40
Ismail bin Jafar bin Katsir al-Anshari al-Ruzqi. Ia meriwayatkan
hadits antara lain dari Abdullah bin Dinar, Jafar al-Shadiq, Humaid
al-Thawil, Malik bin Anas dan lainnya. Sedangkan yang menuturkan
hadits darinya antara lain Muhammad bin Jahdlam, Yahya
al-Naisaburi, Abu al-Rabi, Ali bin Hujar dan sebagainya.
Menurut Ahmad bin Hambal, Abu Zarah, al-Nasai dan Ibnu Saad,
Ismail adalah seorang rawi yang tsiqat. Ia wafat tahun 180 H. di
kota Baghdad.
30. Yazid bin Harun41
Yazid bin Harun bin Zadza atau terkenal dengan sebutan Zadzan
bin Tsabit al-Sulami
Berguru hadits kepada sejumlah ulama, antara lain Sulaiman
al-Taimi. Humaid al-Thawil, Yahya bin Said, dan Ibnu Aun. Sedangkan
muridn ya yang meriwayatkan hadits antara lain Ahmad bin Hambal,
Ishaq bin Rahawaih, Abu Bakar bin Abi Syaibah, Ibnu Numair dan
Abdullah bin Munir.
Abu Thalib menuturkan dari Ahmad bin Hambal bahwa Yazid bin
Harud adalah seorang yang Hafidh dan haditsnya shahih. Menurut Ibnu
Main dan al-Madini, Yazid adalah seorang rawi yang tsiqat.
Yazid bin Harun dilahirkan pada tahun 117 H, dan wafat pada era
kehalifahan al-Mamun tahun 206 H.
31. Abdullah bin Munir42
Abdullah bin Munir Abu Abdurrahman al-Marwazi al-Zahid
al-Hafidh. Meriwayatkan hadits antara lain dari Abi al-Nashr, Said
bin Amir, Yazid bin Harun dan Yazid bin Hakim. Sedangkan perawi
hadits yang berguru kepadanya antara lain al-Bukhari, al-Turmudzi,
al-Nasai dan Abdan bin Muhammad.
Menurut al-Nasai dan Ibnu Hibban, Abdullah bin Munir adalah
perawi hadits yang tsiqat. Ia wafat tahun 243 H.
32. Khalid bin al-Harits43
Khalid bin al-Harits bin Ubaid bin Sulaiman al-Juhaimi
al-Bashri. Meriwayatkan hadits antara lain dari Humaid al-Thawil,
Ayub, Ibnu Aun, Hisyam bin Urwah dan Syubah. Sedangkan orang yang
meriwayatkan dari darinya antara lain Ishaq bin Rahawaih, Ahmab bin
Hambal, Ali al-Madini dan Muhammad bin al-Mutsanna.
Ia hidup antara tahun 120 H sampai tahun 186 H. al-Nasai
menilainya sebagai perawi yang tsiqat tsabat, sedang Ibnu Saad
menilai sebagai tsiqat dan Ahmad bin Hambal menilainya sebagai
ilaihi al-muntaha fi al-tsabat.
33. Muhammad bin al-Mutsanna44
Muhammad bin al-Mutsanna bin Ubaid bin Qais bin Dinar al-Anazi,
Abu Musa al-Bashri. Meriwayatkan hadits antara lain dari Abdullah
bin Idris, Khalid bin al-Harits, Yazid bin Zari, Husen bin Hasan
al-Bashri dan Mutamir. Sedengkan yang meriwayatkan darinya antara
lain al-Jamaah, termasuk al-Nasai.
Ibnu Mai menilainya sebagai rawi yang tsiqat, Shalih bin
Muhammad menilai shaduq, demikian pula menurut Abu Hatim. Muhammad
bin al-Mutsanna dilahirkan pada tahun 167 H dan wafat tahun 252
H.
34. Said bin Abi Arubah45
Said bin Abi Arubah Mihran al-Adawi Abu al-Nashr al-Bashri,
meriwayatkan hadits antara lain dari Qatadah, Hasan al-Bashri,
Abdullah bin al-Faairuz dan Abi Raja. Sedangkan perawi yang
meriwayatkan hadits darinya antara lain al-Amasy, Syubah, Abd. Ala
bin Abd. Ala, Khalid bin al-Harits dan Muhammad bin Basyar.
Ibnu Mai dan al-Nasai menilai tsiqat, Abu Zarah menilai
tsiqat-mamun, dan Ibnu Abi Khaitsamah menilainya sebagai atsbat
al-nas. Said bin Abi Arubah wafat tahun 250 H.
35. Abd. Ala46
Abd. Ala bin Abd. Ala bin Muhammad. Menurut sebagain pendapat
Abd. Ala bin Abd. Ala bin Syarahil al-Qurasyi al-Bashri al-Syami,
memiliki julukan Abu Hammam.
Meriwayatkan hadits antara lain dari Humaid al-Thawil, Yahya bin
Abi Ishaq, Said bin Abi Arubah, dan Ibnu Ishaq. Sedangkan yang
meriwayatkan hadits darinya antara lain Ishaq bin Rahawaih, Abu
Bakar bin Abi Syaibah, Bundar dan Nashr bin Ali al-Jahdhami.
Ibnu Main dan Abu Zarah menilai Abd. Ala sebagai perawi yang
tsiqat, Abu Hatim menilai sebagai seorang yang shalih al-hadits,
dan Ibnu Hibban menempatkannya dalam jajaran perawi yang ditulis
dalam kitab al-Tsiqat. Ia wafat tahun 198 H.
36. Nashr bin Ali47
Nashr bin Ali bin Shuhban al-Azdi al-Jahdhami, meriwayatakan
hadits antara lain dari ayahnya sendiri, dari Yazid bin Zari, Abd.
Ala bin Abd. Ala, Isa bin Yunus, Waki dan Wahab bin Jarir.
Sedangkan perawi yang meriwayatkan darinya antara lain adalah
al-Jamaah, Abu Zarah , Ahman bin Ali al-Marwazi dan Abu Hatim.
Al-Nasai dan Ibnu Kharraz menilai sebagai seorang yang tsiqat,
Abdullah bin Ahamd bin Hambal menilai sebagai rawi yang ma bihi
basun. Nashr wafat di bulan Rabi al-ahir tahun 250 / 251 H.
37. Abdullah bin Masud48
Abdullah bin Masud bin Ghafil bin Habib bin Syamakh bin Mahzum,
Abu Abdurrahman al-Hudzli, adalah seorang sahabat Nabi,
meriwayatkan hadits antara lain dari Nabi Muhammad saw. Dari Said
bin Muadz, Umar bin Khattab, shafwan bin Asal dan lainnya.
Sedangkan perawi yang berguru kepadanya antara lain anaknya sendiri
yaitu Abdurrahman , Abu Ubaidah, Abu Said al-Khudri, Anas bin
Malik, Jabir, Alqomah dan lainnya.
Abdullah bin Masud wafat di kota Madinah sebelum wafatnya Utsman
bin Affan. Menurut penuturan Abu Nuam, Ibnu Masud wafat sekitar
tahun 32 / 33 H.
38. Alqamah bin Qais49
Alqamah bin Qais bin Abdullah bin Malik bin Alqamah, dan disebut
juga Ibnu Kuhail Abu Syubail al-Nakhai al-Kufi, meriwayatkan hadits
antara lain dari Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi
Thalib, Saad bin Abi Waqas, Ibnu Masud, Abu Masud, Aisyah dan
lainnya. Sedangkan perawi yang meneuturkan hadits darinya antara
lain Abdurrahman bin Yazid bin Qais, Ibrahim bin Yazid, Ibrahim bin
Suwaid, Amir al-Syabi dan lainnya.
Abu Thalib dari Ahmad menyatakan bahwa Al-qamah adalah seorang
yang tsiqat dan suka melakukan kebajikan. Demikian pula menurut
Utsman bin Said. Menurut Ibnu al-Madini, Al-qamah adalah orang yang
memiliki pengetahuan lebih tinggi ( alam al-Nas ).
Alqamah wafat sekitar tahun 62 / 63 H pada usia 90 tahun.
39. Ibrahim50
Ibrahim bin Yazid bin Qais bin al-Aswad bin Amr bin Rabiah
al-Nakhai, meriwayatkan hadits antara lain dari Khaliyah al-Aswad,
Masruq , al-qamah Ibnu Qais, Mamar, Hammam bin al-Harits dan
lainnya. Sedangkan orang yang berguru hadits kepadanya natara lain
al-Amasy, Manshur, Ibnu Aun, Hammad dan lainnya.
Mrnurut Hammad, Ibrahim adalah seorang perawi yang
hadits-haditsnya baik. Menurut al-Ijli ia seorang yang shalih dan
faqih. Wafat sekitar tahun 96 H pada usia 49 tahun, tapi menurut
riwayat lain ia wafat pada usia 58 tahun.
40. Manshur51
Manshur bin al-Mutamir bin Abdullah bin Rabiah Abu Attab
al-Kufi, meriwayatkan hadits antara lain dari Ibnu Wail, Ibrahim
al-Nakhai, Hasan al-Bashri, Khaitsamah bin Abdurrahman dan lainnya.
Sedang perawi yang bergiri hadits kepadanya antara lain al-Amasy,
Sulaiman al-Taimi, al-Tsawri, Syubah, Sufyan bin Uyainah, dan
lainnya.
Abu Dawud berkata bahwa Manshur tidak meriwayatkan hadits
kecuali dari orang yang tsiqat. Abu Hatim menyatakan bahwa Manshur
adalah seorang yang tsiqat. Demikian juga menurut al-Ijli. Ia wafat
pada tahun 132 H
41. Muhammad bin Jafar52
Muhammad bin Jafar al-Hudzli Abu Abdillah al-Bashri, terkenal
dengan sebutan al-Ghandar, meriwayatkan hadits antara lain dari
Syubah, Said bin Abi Arubah , Ibnu Juraij, al-Tsawri dan Ibnu
Uyainah. Sedangkan orang yang meriwayatkan hadits darinya antara
lain Ahmad bin Hambal, Ishaq bin Rahawaih, Yahya bin Main, Abu
Bakar bin Abi Syaibah, Muhammad bin Ziyad, Bundar (Muhammad bin
Basyar) dan lainnya.
Menurut Ibnu Abi Hatim, Muhammad bin Jafar adalah seorang rawi
yang Shaduq. Ibnu Hibban mencatatnya termasuk jajaran orangorang
yang taiqat. Ia wagfat pada bulan Dzul Qadah tahun 193 / 194 H.
43. Muslim 54Nama lengkap Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim
al-Qusyairi Abu Hasan al-Naisaburi. Meriwayatkan hadits antara lain
dari al-Qanabi, Ahmad bin Yunus, Yahya bin Yahya, Ibnu Abi Syaibah
dan sebagainya. Sedangkan yang menerima hadits darinya antara lain
al-Turmudzi, Ibnu Huzaimah dan lain-lain.
Muslim bin al-Hajjaj termasuk orang yang alim , dan menguasai
berbagai pengetahuan. Ia lahir tahun 204 H. dan wafat tahun 261
H.
44. al-Bukhari55
Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah
adalah ulama hadits yang masyhur. Ia dilahirkan di kota Bukhara
pada 13 Syawwal tahun 194 H, dan wafat pada malam Idul Fitri tahun
252 H.
Al-Bukhari berguru hadits kepada sejumlah besar ulama. Di
antaranya adalah Maki bin Ibrahim, Abdullah bin Usman al-Marwazi,
Abdullah bin Musa, Abdullah bin Maslamah, Musa bin Ismail.
Al-Bukhari terkenal sebagai orang yang sangat cerdas dan ketat
dalam meriwayatakan dan menerima periwayatan hadits, kuat
hafalannya dan sangat teliti terhadap periwayatan.
45. Al-Nasai56
Abu Abdurrahman Ahmad bin Syuaib bin Bahr al-Khurasan. Ia
dilahirkan di kota Khurasan tahun 215 H, dan wafat pada bulan
shafar tahun 303 H. Ia terkenal sebagai ahli hadits yang pintar,
hafidz, wirai dan bertaqwa.
Guru-guru al-Nasai antara lain Qutaibah bin Saad, Ishaq bin
Ibrahim, Ali bin Hujar dan Muhammad bin al-Mutsanna.57BAB
NILAI HADITSA. Analisis Nilai Hadits dari Jumlah Sanad
Sebagaimana tergambar pada skema sanad di depan, hadits tentang
menghadapkan wajah (bagi imam) kepada mamum (jamaah) selepas
shalat, yang diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim, al-Turmudzi,
al-Nasai dan Ibnu Majah, sejak perawi pertama sampai perawi terahir
melibatkan tidak kurang dari 45 (empat puluh lima) orang perawi.
Pada thabaqat pertama (perawi pertama) terdiri atas 5 (lima) orang
perawi, yaitu al-Irbadh bin Sariyah, Samurah bin Jundub, Zaid bin
Khalid, Anas bin Malik dan Abdullah bin Masud.
Pada thabaqat kedua, melibatkan 7 (tujuh) orang perawi, yaitu
Abdurrahman, Abu Raja, Ubaidillah, Mukhtar bin Fulful, Humaid,
Qatadah dan Alqamah. Demikian pula pada thabaqat ke tiga melibatkan
sebanyak 9 (sembilan) perawi, dan pada thabaqat ke empat melibatkan
10 (sepuluh) orang perawi. Pada thabaqat ke lima terdapat 5 (lima)
orang perawi, yaitu Abdul Malik bin al-Shabah, Abdullah bin
Maslamah, Yahya bin Yahya, Nashr bin Ali dan Syubah bin al-Hajjaj.
Demikian pula pada thabaqat para mukharrij juga terdapat 5 (lima)
orang perawi yaitu al-Bukhari, Muslim, al-Turmudzi, al-Nasai dan
Ibnu Majah.
Memperhatikan jumlah para perawi pada tiap-tiap thabaqat; mulai
dari thabaqat pertama sampai pada thabaqat ke lima dan thabaqat
mukhatrrij, maka sanad hadits tentang menhadapkan wajah (imam
shalat) kepada para makmum (jamah) tersebut dapat dikategorikan
sebagai sanad yang mutawatir, walaupun bukan mutawatir lafdhi,
tetapi mutawatir maknawi. Atas dasar kesimpulan ini, maka kedudukan
hadits tersebut memiliki posisi yang kuat untuk dijadikan landasan
beramal ibadah. Para ulama sepakat bahwa hadits mutawatir dapat
dijadikan sebagai hujjah, baik untuk bidang aqidah, ibadah dan
muamalah. Bahkan ada pendapat yang menyatakan bahwa hadits
mutawatir berfaidah wajib.
Akan tetapi jika mengikuti sebagian pendapat para ulama yang
lain, maka jumlah sanad hadits tersebut bulum bisa dikategorikan
sebagai sanad yang mutawatir, sebab menurut persyaratan yang
ditetapkan pendapat yang terahir ini jumlah rawi pada masing-masing
thabaqat minimal harus terdiri dari 40 orang dan harus konsisten
sejak perawi pada thabaqat pertama sampai perawi thabaqat terahir.
Sungguhpun demikian, dengan mengacu pada pendapat ke dua ini,
kaadaan sanad hadits tersebut masih berstatus sebagai hadits ahad
masyhur.
Dengan demikian, maka secara kuantitas, hadits yang sedang
dibahas ini memiliki sanad yang paling tidak masyhur..
Para ulama berbeda pendapat dalam menilai dan mengapresiasi
kehujjahan hadits masyhur . Sebagian menempatkan hadits masyhur
berada di antara hadits mutawatir dan hadits ahad. Bahkan ada
kecenderungan lebih dekat dengan hadits mutawatir di banding hadits
ahad.. Berangkat dari pemahaman ini, maka dapat dimaklumi mengapa
ulama Hanafiyah menyatakan bahwa hadits masyhur memiliki kekuatan
menjadi mukhassis ke-umum-an al-Quran.
Sedangkan bagi sebagian ulama yang lain menempatkan hadits
masyhur sebagai bagian hadits ahad. Oleh karena itu maka hadits
masyhur hanya memberi faidah dzanni. Atas dasar pemahaman ini, maka
Imam Malik berpendapat bahwa hadits ahad , termasuk hadits masyhur,
tidak dapat mentakhsis keumuman al-Quran , kecuali setelah
dikuatkan dengan amalan (praktik) penduduk kota Madinah.
Imam al-Syafii agaknya berbeda dengan pendapat kedua
pendahulunya di atas. Baginya khabar atau riwayat perorangan dapat
diterima dan diamalkan, dengan catatan kualitas sanad tersebut
tidak cacat. Kenyataan sejarah menyatakan bahwa para sahabat dan
tabiin menerima hadits ahad sebagai dasar hukum. Bahkan menurut
Jumhur ulama, hadits ahad yang maqbul wajib diamalkan.
B. Analisis Nilai Hadits Dari Kualitas sanad
Untuk melengkapi dan menyempurnakan penelitian ini, diperlukan
penjelasan rinci tentang deskripsi kualitas masing-masing sanad
yang ada pada setiap mukharrij. Di bawah ini akan dikemukakan hasil
analisis hubungan setiap rawi dengan rawi terdekat sebelumny, serta
kualitas pribadi masing-masing perawi sebagai berikut:
Pertama, hadits riwayat al-Bukhari. Hadits ini diriwayatkan
melalui tiga jalur sanad sebagai berikut:
1. Hadits pertama diterima al-Bukhari (w.252 H) melalui:
Musa bin Ismail (W. 223 H.) dari
Jarir bin Hazim (w.175), dari
Abu Raja (w.117 H), dari
Samurah bin Jundub (w.59 H), dari
Nabi saw.
Dari sisi persambungan sanad , hadits yang diriwayatkan melalui
rangkaian perawi di atas dapat disimpulkan sebagai muttashil. Hal
ini dapat dibuktikan bahwa masing-masing perawi dengan perawi
terdekat sebelumnya pernah hidup satu generasi dan terbukti ada
pertemuan, karena mereka memiliki hubungan guru dan murid.
Dari sisi kredibilitas (dhabit dan adil) para perawi yang
tergabung dalam sanad tersebut, dapat disimpulkan memenuhi syarat
tsiqat, sebagaimana penuturan para sejarawan (ulama muhaditsin)
tentang para perawi yang terlibat dalam transmisi sanad al-Bukhari
tersebut. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa sanad
al-Bukhari melalui Musa bin Ismail sampai Samurah bin Jundub dan
Rasulullah sebagai sanad yang memenuhi syarat shahih li dzatihi.2.
Hadits ke dua diriwayatkan al-Bukhari (w. 252 H) melalui:
Abdullah bin Maslamah (w.221 H), dari
Malik bin Anas (w.179 H), dari
Shalih bin Kaisan (w.140 H), dari
Ubaidillah, dari
Zaid bin Khalid (w. 78 H), dari
Rasulullah saw.
Dari sisi persambungan sanad , hadits yang diriwayatkan melalui
rangkaian perawi di atas dapat disimpulkan sebagai muttashil. Hal
ini dapat dibuktikan bahwa masing-masing perawi dengan perawi
terdekat sebelumnya pernah hidup satu generasi dan terbukti ada
pertemuan, karena mereka memiliki hubungan guru dan murid. Memang
terdapat sedikit pertanyaan berkaitan dengan sejarah wafatnya
Ubaidillah al-Haulani, tetapi ditemukan bukti bahwa ia sebagai
murid Zaid bin Khalid dan sebagai guru Shalih bin Kaisan. Untuk itu
dapat disimpulkan bahwa Ubaidillah pernah bertemu dengan Zaid bin
Khalid dan Shalih bin Kaisan.
Dari sisi kredibilitas (dhabit dan adil) para perawi yang
tergabung dalam sanad tersebut, dapat disimpulkan memenuhi syarat
tsiqat, sebagaimana penuturan para sejarawan (ulama muhaditsin)
tentang para perawi yang terlibat dalam transmisi sanad al-Bukhari
tersebut. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa sanad
al-Bukhari melalui Abdullah bin Maslamah sampai Zaid bin Khalid dan
Rasulullah sebagai sanad yang memenuhi syarat shahih li
dzatihi.
BAB V
PENUTUP
Memperhatikan penjelasan pada bab-bab terdahulu, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Pertama, dari segi jumlah sanad, hadits-hadits tentang tradisi
menghadap ke arah para jamaah / makmum selepas memimpin shalat,
yang diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, al-Turmudzi
dan al-Nasai, dapat dilihat dari dua sudut pandang. Jika merujuk
kepada persyaratan hadits mutawatir , yang menetapkan batas minimal
perawinya terdidi dari lima orang pada tiap-tiap thabaqat, maka
hadits tradisi menghadap ke arah para jamaah ini, layak dinyatakan
sebagai hadits yang sanadnya memenuhi persyaratan mutawatir,
walaupun hanya sanpai pada tingkatan mutawatir maknawi, sebab
jumlah sanad yang dimilikinya rata-rata terdiri dari lima orang
perawi pada setiap thabaqatnya.
Ke dua, apabila yang digunakan sebagai acuan persyaratan sanad
mutawatir adalah minimal sepuluh atau lebih pada tiap-tiap
thabaqat, maka hadits tradisi menghadap kepada para jamaah setelah
selesai memimpin shalat ini, hanya sampai pada peringkat hadits
ahad masyhur. Sebab jumlah sanadnya pada tiap-tap thabaqat belum
mencapai sepuluh orang atau lebih secara konsisten. Oleh karena itu
diperlukan pengkajian kualitas sanad.
Ke tiga, Dari hasil penelusuran terhadap biografi para perawi
yang tergabung dalam sanad hadits, secara umum dapat dinyatakan
memenuhi persyaratan sanad yang shahih. Para perawi yang tergabung
dalam hadits terbukti sebagai orang-orang yang memenuhi syarat
tsiqat, dan sanad masing-masing terbukti muttashil. Ada beberapa
catatan tentang sebagian perawi yang tidak diketahui tahun
wafatnya, tetapi karena terdapat bukti yang menyatakan bahwa masing
perawi dengan perawi terdekat sebelum dan sesudahnya memiliki
hubungan guru dan murid, maka diambil kesimpulan bahwa para perawi
tersebut pasti pernah hidup se zaman . Atas dasar ukuran inilah
maka disimpulkan bahwa secara umum, sanad hadits ini dinyatakan
sesuai persyaratan sanad yang muttasil. Dengan demikian, maka
secara umum dapat dinyatakan bahwa masing-masing sanadnya memunihi
persyaratan shahih li dzatihi. Dus hadits-hadits ini dapat
dijadikan sebagai hujjah dan landasan beramal ibadah.
Shahih Bukhari bab al-Adzan pada sub bab Imam menghadapkan
wajahnya pada manusia stelah salam
Shahih Muslim Kitab Iman bab bayan kufri man qala muthirna bi
al-naui
Shahih Muslim kitab al-Shalat, bab tahrim sabqil imam fi al-ruku
aw al-sujud
Shahih Muslim Kitab al-Ruya, bab ruya al-Nabi
Sunan Ibnu Majah Kitab Muqaddimah, bab Ittibai sunnah al-Khulafa
al-Rasyidin
Sunan Ibnu Majah Kitas Iqamat al-Shalat, bab al-khusyu fi
al-shalat
Sunan Ibnu Majah Kitab Iqamat al-Shalat, bab ma jaa fi man
syakka fi shalatihi
Sunan Ibnu Majah Kitab al-Shalat, bab waqtu shalat al-Isya
Sunan al-Turmudzi Kitab al-ruya, bab ruya al-Nabi
Sunan al-Nasai, Kitab Mawaqit, bab ahiru waqti al-isya
11 Al-Hafidz Jamaluddin Abi al-Hujaj al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal
fi Asma al-Rijal, (Bairut: Dar al-Fikr,1994) juz 17, h. 355
12 Ibnu Hajar al-Atsqalani, Tahdzib al-Tahdzib ( Bairut: Dar
al-Fikr, 1984) juz IX, h. 344-345
13bid, juz IX, hal. 61-62
14 Ibnu Hajar al-Atsqalani, ibid, juz I, h. 329
15 Dr. Muhammad Ajjaj al-Khatib, Al-Sunnah Qabla al-Tadwin
(Bairut: Dar al-Fikr, 1981) juz I, h. 472
16IIbnu Hajar al-Atsqalani, op-cit, juz VIII, h. 215-218
17 Ibid, juz IV, h. 311-313
18Ibid, Juz VII, h. 153-154
19 Ibid, juz VI, h. 215
20Ibid, Juz, III, h. 108-109
21 Ibnu Hajar al-Atsqalani, Ibid, ( Bairut: Dar al-Kutub
al-Ilmiyah, 1994) juz II, h. 31
22 Ibid, juz VI, h. 350
23Ibid, juz XI, h. 175
24 Ibid, juz IV, h. 213-214
25Ibid, juz VIII, h. 119
26 Ibid, juz II, h. 63-65
27 Ibid, juz XI, h. 141-142
28 Ibid, juz X, h. 297-298
29 Ibid, juz III, h. 357
30Ibid, juz VII, h. 3-4
31Ibid, juz IV, h. 365-366
32Ibid, juz, XI, h. 5-7
33Ibid, juz VI, h. 30-31
34Ibid, juz XII, h. 261
35Ibid, juz X, h. 62
36Ibid, juz VII, h. 322-323
37 Ibid, juz VI, h. 5-6
38 Ibid, juz, VII, h. 251
39Ibid, juz III, h. 34-36
40Ibid, juz I, h. 259-260
41Ibid, juz XI, h. 319-320
42Ibid, juz VI, h. 41
43Ibid, juz III, h. 75-76
44 Ibid, juz IX, h. 367-368
45 Ibid, juz IV, h. 306-308
46Ibid, juz VI, h. 88
47Ibid, juz X, h. 384-385
48 Ibid, juz VI, h. 26-27
49Ibid, juz VII, h. 237-238
50 Ibid, juz I, h. 160-161
51 Ibid, juz X, h. 279-280
52Ibid, juz IX, h. 81-82
54 Ibid, juz X, h. 113
55Fathurrahman, Ikhtisar Mustgalah Hadits , (Bandung: al-Maarif,
1985) h. 327-329. Lihatpula pada sejaran perawi nomor 17 dan 22 di
depan.
56Ibid, h. 234-235
57 Lihat pula pada sejarah perawi nomor 27 dan 33 di atas
Lihat pada skema sanad gabungan dari berbagai mukharrij di atas.
Menurut sebagian ulama, di antara syarat hadits mutawatir adalajh
memiliki jumlah sanad minimal empat atau lima orang pada
masing-masing thabaqatnya. Ketentuan ini bisa dilihat misalnya pada
Drs. Fathur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, (Bandung:
Al-Maarif, 1985), h. 60
Hadits mutawatir maknawi ialah hadits mutawatir yang
rawi-rawinya berlainan dalam menyusun redaksi pemberitaan, tetapi
memiliki kesamaan dalam prinsip. Selanjutnya lihat pada Ibid,,
halaman 64
Lihat pada ibid, halaman 61
Hadits ahad adalah hadits yang diriwayatkan oleh orang seorang,
atau dua orang atau lebih, teapi belum cukup syarat untuk
dikategorikan sebagai hadits mutawatir.. Ibnu Hajar al-Atsqalani
menyatakan bahwa hadits masyhur merupakan hadits yang diriwayatkan
dua orang lebih tetapi belum mencapai derajat mutawatir. Lihat pada
M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadits (Bandung : Angkasa, 1991),
h. 141
Prof. Massekan Fatawi, Problematika Studi Hadits Sebagai Sumber
Syariat Islam, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 1987), h. 8
Ibid, h. 9
Ibid. h. 8-9
Lihat pada biografi masing-masing perawi pada bab III, biografi
perawi nomor 13, 14, 15, 17 dan 44
Ibid.
Lihat pada biografi masing-masing perawi pada bab III, biografi
perawi nomor 18, 19, 20, 21, 22 dan 44.
Ibid.